1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang – undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab 1 pasal 1 menyatakan: Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Sanjaya wina, 2006:2). Muhibbinsyah (2003:10) pendidikan diartikan sebagai sebuah proses sebuah metode – metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, masyarakat, maupun bangsa dan negara, sebagai wujud perhatian negara Republik Indonesia, maka pemerintah berusaha meningkatkan mutu pendidikan sekarang ini. Peningkatan mutu pendidikan senantiasa disesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan membuat pembangunan bangsa akan menjadi lebih baik dan mampu bersaing dengan negara-negara lain.(Hamzah B. Uno, 2011:135) Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien (Muhaimin,1996).
2
Belajar adalah istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, karena belajar merupakan sebuah perubahan tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik. Sebagai suatu proses belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan pendidikan. Guna mengefektifkan, mengefisienkan, dan mengoptimalkan kegiatan pembelajaran siswa sangat di perlukan adanya strategi pembelajaran, yang dapat disesuaikan dengan kondisi dan keadaan siswa sehingga tujuan proses pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Kemp (Sanjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara evektif dan efisien, dengan mengutip pemikiran J.R David mengemukakan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Seorang pendidik harus mengetahui bahwa profesionalisme seorang guru bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi lebih pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswanya. Menurut Degeng dalam Sugiyanto (2008 : 5) daya tarik suatu pembelajaran ditentukan oleh dua hal, pertama oleh mata pelajaran itu sendiri, dan kedua oleh cara guru mengajar. Oleh karena itu tugas profesional seorang guru adalah menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik
3
menjadi menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, dan yang tadinya tak berarti menjadi bermakna. Multiple intelegences adalah teori kecerdasan majemuk yang dipaparkan oleh Howard Gardner. Multiple intelegences pada dasarnya adalah sebuah konsep yang menunjukkan kepada kita bahwa potensi anak-anak khususnya jika dikaitkan dengan kecerdasan, ternyata banyak sekali. Memahami multiple intelegences bukanlah untuk membuat anak-anak menjadi hebat. Namun, konsep tersebut dapat membantu kita memahami bahwa anak-anak itu menyimpan potensi yang luar biasa. Essensi teori multiple intelegences menurut gardner adalah menghargai keunikan setiap individu, berbagai variasi cara belajar menunjukkan sejumlah model untuk menilai siswa. Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Berdasarkan uraian definisi hasil belajar diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan. Dalam proses pembelajaran setiap peserta didik memiliki intelegensi atau kecerdasan yang berbeda–beda, selama ini kecerdasan hanya menitik beratkan pada kemampuan aritmatis, logis. Sedangkan kecerdasan manusia jauh lebih luas serta kecerdasan manusia bukanlah merupakan hal yang bersifat satu dimensi sehingga bisa diukur dengan satu angka (Nggermanto, 2001 dalam Riyanto,2002).
4
Thomas Amstong (2000:VII) Menurut teori multiple intelligences, anak belajar melalui berbagai macam cara. Anak mungkin belajar melalui kata-kata, melalui angka-angka, melalui gambar dan warna, nada-nada suara, melalui interaksi dengan orang lain, melalui diri sendiri, melalui alam. Meskipun demikian, anak pada umumnya, belajar melalui kombinasi dari beberapa cara. Mengembangkan dan menggunakan secara sadar semua jenis kecerdasan menuntun kepada pembelajaran yang seimbang pembelajaran yang bukan hanya cocok dengan kekuatan siswa yang ada tetapi juga memungkinkan siswa mengembangkan dan tumbuh sebagai seorang manusia. Dengan menggunakan semua jenis kecerdasan juga akan mendorong siswa berpikir dalam cara baru. Hasilnya siswa lebih aktif dan kreatif. Dengan kegiatan ini para guru harus dapat merangkul segenap siswa di kelas, bukan hanya siswa-siswa dengan kecerdasan linguistik dan logis matematis dominan. Akan tetapi, pada saat yang sama menjangkau yang lebih luas, mereka juga mengajar secara mendalam, karena setiap orang mempunyai beberapa cara untuk mendapatkannya. Menurut Thomas Amstrong teori kecerdasan majemuk temuan Howard Gardner ini nantinya akan menjelma menjadi semacam alat yang sangat ampuh untuk memunculkan paradigma baru berkaitan dengan sekolah. Selama ini kecerdasan diukur dengan tes-tes IQ yang berkonsentrasi ke kecerdasan matematis/logis, tetapi kecerdaasan seseorang itu tidak dapat diukur secara mutlak dengan tes-tes IQ saja. Karena setiap orang memiliki beberapa kecerdasan, tidak hanya satu kecerdasan, yang disebut dengan kecerdasan ganda atau multiple intelligences. Yaitu kecerdasan bahasa/ lingusitik, logis matematis,
5
visual spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, musikal, naturalis, dan eksistensial-spiritual. Pada dasarnya setiap anak memiliki kesembilan intelegensi tersebut. Hanya saja, sering tidak semuanya terasah dengan baik oleh orang tua, pendidik di sekolah, atau sistem pendidikan (kurikulum) nasional, sehingga intelegensi tersebut kurang berkembang. Muhammad Yaumi, (2012: 6) Konsep kecerdasan jamak dalam program pembelajaran yang berorientasi pada siswa, selama ini belum terintegrasi secara optimal dalam setiap penyelenggaraan pendidikan di sekolah, padahal hal tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam pengelolaan pendidikan. Implementasi kecerdasan jamak baru dapat dilakukan secara parsial dalam lingkungan anak usia dini dan belum ditangani secara profesional sehingga cenderung mengabaikan aspek-aspek fundamental dari kecerdasan jamak itu sendiri. Dengan demikian model pembelajaran yang perlu dikembangkan dalam sekolah modern adalah model pembelajaran demokratis. Artinya. Proses pendidikan
harus
diarahkan
pada
kegiatan
untuk
melatih,
mengelola
pembelajaran, berpartisipasi, memimpin, membelajarkan, dan mengarahkan siswa tanpa adanya perbedaan. Masalah yang ditemukan adalah yang berhubungan dengan guru sebagai salah satu sumber dalam pembelajaran. Di SMPIT Nurul ‘Ilmi Kota Jambi pembelajaran yang dilakukan guru cenderung menggunakan strategi pembelajaran yang kurang bervariatif, salah satunya yaitu dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori, dan dengan media yang terbatas yang hanya memanfaatkan media yang tersedia di dalam kelas saja seperti LKS, modul,
6
whiteboard, dll. Pembelajaran kekspositori Nilai ulangan harian KELAS
VIII D VIII E
Ratarata ulangan Harian I
71,00 70,28
Ratarata ulangan Harian II
73,23 71,07
Ratarata ulangan harian I dan Ratarata ulangan harian II 72,11 70,5
yang banyak digunakan guru IPS selama ini cenderung monoton, tekstual dan statis, sehinga
siswa
kehilangan
kreativitasnya
dalam belajar. Hal ini disebabkan guru berperan lebih aktif sedangkan siswa hanya sebagai objek yang pasif. Pembelajaran ekspositori
dirasa kurang efektif dalam
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, dan siswa tidak dapat mengoptimalkan dan mengembangkan intelegensi ataupun kemampuannya secara maksimal Karena dengan metode dan media ini intelegensi yang lebih dominan digunakan adalah hanya intelegensi verbal linguistik. Selain itu dapat dilihat pula dari rendahnya nilai ulangan harian siswa kelas VIII pada tahun ajaran 2015/2016 seperti Tabel 1 berikut : Tabel 1 Nilai Ulangan Harian Siswa kelas VIII D dan VIII E pada tahun ajaran 2015/2016 Sumber: Guru IPS-terpadu Kelas VIII Dari nilai rata-rata tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai IPS terpadu siswa kelas VIII E lebih rendah dari pada kelas VIII D, Standar ketuntasan minimum yang diberikan guru mata pelajaran IPS terpadu ialah 80. Dari 25 orang jumlah siswa, terdapat 14 orang siswa yang memperoleh nilai dibawah ketuntasan setara dengan 60,71% dan 11 siswa memperoleh nilai diatas ketuntasan setara dengan 39,29%. Menurut Amstrong dalam Udin S Winataputra, dkk (2008: 26) Strategi pembelajaran multiple intelegences ini merupakan suatu upaya mengoptimalkan
7
berbagai intelegensi yang dimiliki setiap siswa untuk mencapai kompetensi tertentu yang dituntut dalam kurikulum. Strategi pembelajaran multiple intelegensi ini memacu kecerdasan yang dominan pada diri siswa seoptimal mungkin, dan berupaya mempertahankan intelegensi lainnya. Oleh karena itu peneliti menerapkan strategi pembelajaran yang lebih variatif dan sesuai dengan kecerdasan yang dominan pada masing-masing siswa sehingga menarik siswa untuk menerima pelajaran ilmu pengetahuan sosial dengan mempraktikkan teori multi kecerdasan dalam proses pembelajaran dalam bentuk strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kecerdasan anak. Strategi pembelajaran ini dianggap sebagai salah satu solusi dari permasalahan
kurangnya
strategi
pembelajaran
yang
bervariatif
karena
berdasarkan hasil wawancara dengan siswa ternyata siswa memiliki tingkat kecerdasan yang lebih dominan selain pada kecerdasan verbal (membaca dan mendengarkan penjelasan guru) dan memiliki kecenderungan untuk lebih tertarik mengikuti pembelajaran dengan strategi dan media yang lain selain menggunakan strategi pembelajaran ekspositori/ceramah dan hanya menggunakan media yang tersedia di kelas saja. Selain itu dipilih strategi pembelajaran Multiple Intelligences sebagai strategi pembelajaran IPS Terpadu karena selain konsep atau teori tentang Multiple Intelligences banyak digagas dan dibahas oleh para ahli pendidikan atau psikologi dan dianggap memiliki urgensi yang tinggi dalam proses pendidikan. Dalam penelitian ini tidak semua jenis kecerdasan akan diterapkan dalam praktik pembelajaran, tetapi hanya enam jenis kecerdasan saja yaitu: kecerdasan
8
verbal, yang akan diterapkan dalam bentuk metode ceramah, kecerdasan spasial, yang akan diterapkan dalam bentuk media gambar dan audio visual, Kecerdasan musikal akan diterapkan dalam bentuk media audio, kecerdasan kinestetik, yang akan diterapkan dalam bentuk metode praktik dan aktivitas dalam kelas, kecerdasan interpersonal, yang akan diterapkan dalam bentuk metode diskusi, dan kecerdasan intrapersonal diterapkan dengan mengoptimalkan siswa untuk mengungkapkan gagasan, ide dan pendapat yang dimiliki siswa, dan mengerjakan tes dan tugas mandiri. Berdasarkan pemaparan diatas, maka penting sekali mengoptimalkan kemampuan siswa melalui strategi pembelajaran yang tepat. Maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Penerapan Strategi Multiple Intelegence Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII SMPIT Nurul ‘Ilmi Kota Jambi”. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah” Apakah terdapat pengaruh penerapan strategi multiple intelegence terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII SMPIT Nurul ‘Ilmi Kota Jambi? 1.3 Batasan Masalah Untuk menghindari luasnya pembahasan, maka penulis merasa perlu memberikan batasan terhadap masalah tersebut, adapun batasannya sebagai berikut:
9
1. Strategi pembelajaran adalah metode dan prosedur yang ditempuh oleh siswa dan guru dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan instruksional berdasarkan materi pengajaran tertentu dan dengan bantuan unsur penunjang tertentu pula (Hamalik,1994 dalam Yatim Rianto, 2009:134) 2. Kecerdasan Majemuk/Multiple Intelegensi adalah kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan sesuatu yanng efektif dan bernilai dalam satu latar belakang tertentu. Artinya, setiap orang jika dihadapkan pada satu masalah, ia memiliki sejumlah kemampuan untuk
memecahkan
masalah
yang
berbeda
sesuai
dengan
konteksnya. Dalam penelitian ini tidak semua jenis kecerdasan akan diterapakan dalam praktik pembelajaran, tetapi hanya enam jenis kecerdasan saja yaitu: kecerdasan verbal, yang akan diterapkan dalam bentuk metode ceramah, kecerdasan spasial dan kecerdasan musical yang akan diterapkan dalam bentuk metode gambar dan audio visual, kecerdasan kinestetik, yang akan diterapkan dalam bentuk aktivitas siswa, kecerdasan interpersonal, yang akan diterapkan
dalam
bentuk
metode
diskusi,
dan
kecerdasan
intrapersonal yang akan diterapkan melakukan tugas mandiri. Penelitian ini memang hanya mengukur keberhasilan dalam wilayah kognitif saja yaitu melalui penilaian atau test secara tertulis maupun lisan. 3. Hasil belajar bisa diartikan sebagai perubahan atau peningkatan pemahaman siswa terhadap suatu mata pelajaran, yang bisa dilihat
10
dari perubahan siswa pada saat melaksanakan evaluasi, dan bisa juga dilihat dari perubahan sikap siswa kelas. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi multiple intelligences terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII di SMPIT Nurul ‘Ilmi Kota Jambi. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Sebagai sumbangan pengetahuan yang bermanfaat dalam pengembangan strategi pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan kecerdasan siswa melalui penerapan strategi multiple intelegences. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi
siswa,
hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
lebih
mengembangkan kemampuan intelegensi siswa. 2. Bagi guru, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat dalm meningkatkan proses pembelajaran yang aktif dan efektif melalui penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelegences 1.6 Definisi Operasional 1. Strategi multiple intelligences adalah strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kecenderungan kecerdasan anak-anak. Strategi multiple intelligences adalah strategi pembelajaran berupa rangkaian aktivitas belajar yang merujuk pada indikator hasil belajar yang sudah ditentukan dalam silabus. Inti strategi pembelajaran ini adalah
11
bagaimana guru mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya. 2. Hasil belajar adalah nilai dalam bentuk angka atau huruf yang diperoleh melalui tes awal (Pre-test) dan tes akhir (post-test) setelah dilakukan pembelajaran menggunakan strategi multiple intellegences pada kelas.
12
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
Hasil Belajar
2.1.1
Pengertian Hasil Belajar Menurut Slameto (2003:2) belajar merupakan usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Prayiton (1981:5) bahwa siswa baru dikatakan berhasil apabila perolehan pengetahuan dan keterampilan yang didapat siswa dari hasil penguasaan terhadap informasi yang diterimanya meliputi dua aspek yaitu aspek konseptual dan aspek kompetisional pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh, yang disebut juga hasil belajar. Siswa dapat dikatkan berhasil apabila menguasai tingkat penguasaan minimum dinyatakan gagal. Setelah siswa mengalami proses belajar tertentu akan diperoleh hasil belajar. Hasil belajar akan mengambarkan tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. Sudjana (2001:22) menyatakan hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Tinggi rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa tentu oleh banyaknya faktor yang mempengaruhinya. Menurut Anitah (2008)
Keberhasilan belajar
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, pertama adalah faktor dari luar individu (ekstern) yang meliputi, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat, kedua adalah faktor dari dalam (intern) yang meliputi, motivasi, sikap, minat,
13
kebiasaan belajar, Ketiga adalah kondisi fisikologis, keempat adalah faktor instrumental yang meliputi kurikulum, program, sarana, fasilitas, dan guru. Menurut Prayitno (1981:5) bahwa siswa barudikatakan berhasil apabila perolehan pengetahuan dan keterampilan yang didapat siswa dari hasil penguasahan terhadap informasi yang diterimanya meliputi dua aspek yaitu aspek konseptual dan aspek kompetisional pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh itu yang disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar merupakan
suatu proses perubahan tingkah laku yang
berprestasi optimal dalam suasana belajar yang baik. Perubahan yang baik dalam prestasi belajar yang diharapkan, prestasi tersebut dapat berupa penguasaan, penggunaan sikap dan keterampilan dalam berbagai bidang menurut Ekaswara (1984:2). Hasil belajar menurut sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya sudjana membagitiga macam hasil belajar mengajar : (1) keterampilan dan kebiasaan (2) pengetahuan dan pengarahan (3) sikap dan citacita (sudjana, 2004:22). Hasil siswa adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk individual yang selalu inggin mencapai hasil yang lebih baik lagi
14
sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik (sudjana,2005;22). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa dari aktivitas belajar yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang biasanya dinyatakan dalam bentuk huruf, kemampuan, keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari dan hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat berupa pengetahuan, pemahaman serta aplikasi yang dikemukakan dalam bentuk nilai (angka). 2.1.2
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam
(internal) maupun faktor dari luar (eksternal).Kondisi internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh; kondisi psikis seperti kemampuan intelektual, emosional, kondisi sosial, seperti kemampuan bersosialisasi. Menurut Djamarah (2002;142), bahwa faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar adalah: 1. Faktor internal lingkungan Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik.Likungan juga dapat mempengaruhi minat belajar anak.Dalam lingkungan anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. 2. Faktor Instrumental paktor instrumental meliputi kurikulum, program, sarana, fasilitas, dan guru. 3. Faktor fisiologis
15
Kondisi fisiologis biasanya sangatberpengruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Kondisi umum jasmani yang menandai tingkat kebugaran berpengaruh pada proses belajar. Kondisi tubuh lemah jelas akan menurunkan semangat dan intensitas belajar sedangkan orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan lebih semangat dalam pembelajaran. 4. Faktor psikologis Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Faktor psikologis adalah faktor yang meliputi kondisi seseorang. Menurut
slameto
(2010:54)
menyatakan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu: a. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang meliputi : 1. Faktor biologis (jasmaniah) yaitu keadaan jasmani yang perlu diperhatikan. Kondisi umum jasmaniah yang menandai tingkat kebugaran berpengaruh pada proses belajar. Bila kondisi jasmaniah tidak dalam keadaan baik maka tidak ada rasa semangat, kondisi fisik sangat diperlukan, bila kondisi fisik sehat dan segar sangat mempengaruhi hasil belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik diperhatikan pula makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur. 2. Faktor Psikologis adalah faktor yang meliputih kondisi mental seseorang. Faktor psikologis mempengaruhi keberhasilan belajar. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan
16
stabil meliputi, pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap hasil belajar seseorang. Kedua,
kemauan.
Kemauan
dapat
dikatakan
faktor utama penentu
keberhasilan belajar siswa. Dengan adanya kemauan siswa maka rasa inggin belajar akan ada. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam bidang pembelajaran. Melainkan lebih banyak menentukan tingkat rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang pembelajaran. b. Faktor Eksternal 1. Faktor lingkungan keluarga terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua juga sangat diperlukan siswa, dan latar belakang kebudayaan. Lingkungan sekolah juga sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar. Suasana lingkungan rumah yang tenang akan membuat seseorang merasa nyaman pada saat belajar. Suasana lingkungan juga sangat diperlukan seseorang agar apayang diharapkan akan terlaksanakan dengan baik dan mendapatkan hasil yang baik pula. 2. Faktor lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhsilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar siswa disekolah mencakup metode pengajaran, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakan secara konsekuen dan konsisten. Faktor lingkungan sekolah yang baik akan membuat siswa menghasilkan hasil belajar yang baik pula,
17
tetapi lingkungan sekolah yang tidak baik akan menghasilkan hasil belajar yang tidak baik pula. 3. Faktor lingkungan masyarakat yaitu seseorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menjunjung keberhasilan belajar. Lingkungan ini sangat besar dan cepat mempengaruhi hasil belajar siswa. Bila lingkugan yang kurang baik akan berpengaruh besar dengan keberhasilan belajar seseorang. Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa karena keberadaannya dalam masyarakat. Lingkungan yang menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah diantanya adalah lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan keagamaan. Dari urian diatas, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar berasal dari dalam yaitu dalam diri siswa itu sendiri dan dari luar yaitu dari lingkungan. Dari urian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa dari aktivitas belajar yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang biasanya dinyatakan dalam bentuk huruf, kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang dipeoleh siswa setelah menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
18
2.2. Multiple intelligences 2.2.1. Teori Multiple Intellegences Multiple intelligences dikembangkan oleh Dr. Howard Gardner, seorang psikolog perkembangan dan professor pendidikan di Graduate School Of Education, Harvard University, Amerika Serikat. Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa intelligensi bukanlah seseorang untuk menjawab soal-soal tes IQ dalam ruang tertutup yang terlepas dari lingkunganya. Akan tetapi intelligensi memuat kemapuan seseorang untuk memecahkan persoalan yang nyata dalam situasi yang bermacam-macam. Gardner menekankan pada kemampuan memecahkan persoalan yang nyata, karena seseorang memiliki kemampuan intelligensi yang tinggi bila ia dapat menyelesaikan persoalan hidup yang nyata, bukan hanya dalam teori. Semakin seseorang terampil dan mampu menyelesaikan persoalan kehidupan yang situasinya bermacam-macam dan kimpleks, maka semakin tinggi intellegensinya (Baharudin, dan Esa N.W, 2010). Teori multiple intellegences adalah teori fungsi kognitif. Teori ini menandakan bahwa setiap orang memiliki kapassitass kecerdasan. Hanya saja, semua kecerdasan tersebut bekerja dengan cara yang berbeda-beda, tetapi bersama-sama berfungsi secara khass dalam diri seseorang. Seseorang mungkin memiliki semua kecerdasan pada tingkat relatif tinggi, sementara orang lain mungkin hanya memiliki kecerdasan-kecerdasan itu dalam kondisi paling dasar (relatif rendah) (Tadzkirotun M, 2008).
19
Esensi teori multiple intellegences menurut gardner adalah menghargai keunikan setiap orang, berbagai variasi cara belajar, mewujudkan sejumlah model untuk
menilai
mereka,
dan
cara
yang
hampir
tak
terbatas
untuk
mengaktualisasikan diri di dunia ini dalam bidang tertentu yang akhirnya diakui. Pada saat ini ada delapan inteligensi yang diterima yaitu: 1) inteligensi linguistik, 2) inteligensi matematik-logika, 3) inteligensi spasial, 4) inteligensi kinestetikjasmani, 5) inteligensi musikal, 6) inteligensi interpersonal, 7) inteligensi intrapersonal, 8) inteligensi naturalis. Delapan bentuk kecerdasan yang didefinisikan oleh Gardner (1993), dijelaskan kembali oleh Amstrong (2013) sebagai berikut: a. Intelegensi verbal/bahasa (verbal linguistic intelligence) Kecerdasan linguistik adalah kemamuan menggunakan kata-kata secara efektif. Pengamatan terhadap 3M tradisional ( membaca, menulis, matematika ) dalam kehidupan sekolah memperlihatkan bahwa kecerdasan linguistik mencakup setidaknya dua pertiga bagian dari interaksi belajar-mengajar: membaca dan menulis. Di dalam kegiatan ini terdapat cakupan luas kemampuan linguistic, termasuk mengeja, kosakata, dan tata bahasa.Kecerdasan linguistic juga berkaitan dengan
kemampuan
berbicara.
orator,pendongeng,pelawak,
selebritis
Ini
adalah
radio,
atau
kecerdasan politisi
yang
seorang sering
menggunakan kata-kata untuk memanipulasi dan mempengaruhi) maupun tertulis (misalnya : wartawan, sastrawan, penulis drama, editor). Intelegensi ini meliputi kemampuan memanipulasi tata bahasa atau struktur bahasa, fonologi, atau bunyi bahasa, semantik atau makna bahasa, dimensi pragmatik atau penggunaan praktis bahasa. Dalam kehidupan sehari-hari, kecerdasan linguistic bermanfaat untuk
20
berbicara, mendengarkan, membaca apa pun mulai dari rambu lau lintas sampai nopel klasik, dan menulis apa pun mulai pesan dan surat E-mail sampai puisi dan laporan kantor. Anak dengan intelegensi bahasa yang menonjol biasanya senang membaca, pandai bercerita, senang menulis cerita atau puisi, senang belajar bahasa Asing, mempunyai perbendaharaan kata yang baik, pandai mengeja, suka menulis surat atau e-mail, senang membicarakan ide-ide dengan teman-temannya, memiliki kemampuan kuat dalam mengingat nama atau fakta, menikmati permainan kata (utak-utik kata, plesetan atau pantun, teka-teki silang, atau bolak-balik kata) dan senang membaca tentang ide-ide yang menarik minatnya. Intelegensi dalam bidang ini menuntut kemampuan anak untuk menyimpan berbagai informasi yang berarti berkaitan dengan proses berfikirnya. Keterampilan yang dimiliki anak yang cerdas scara kinestetik antara lain: 1. Suka menulis kreatif dirumah 2. Mengarang kisah khayal atau menuturkan lelucon dan cerita 3. Sangat hafan nama, tempat, tanggal, atau hal-hal kecil 4. Menikmati membaca buku diwaktu senggang 5. Mengeja kata-kata dengan tepat dan mudah 6. Menyukai pantun lucu dan permainan kata 7. Suka mengisi teka-teki silang 8. Menikmati mendengarkan kata-kata lisan (cerita, program radio, pembacaan buku, dan sebagainya) 9. Mempunyai kosakata yang luas untuk anak seusianya 10. Unggul dalam pelajaran sekolah yang melibatkan membaca dan atau menulis
21
Kecerdasan linguistik adalah kecerdasan yang paling umum dikatkan dengan “cerdas dalam bersekolah.” Meski demikian, anak anda mungkin saja tidak cerdas bersekolah tapi tetap memiliki kecerdasan lingustik yang tinggi: mungkin disekolah ia banyak bicara dan kurang memperhatikan pelajaran, atau menikmati menulis puisi di rumah tapi tidak mengerjakan tugas tertulis di sekolah, sangat kesulitan membaca tapi pandai bercerita. Ada berbagai cara untuk menjadi cerdas kata, jadi, jangan bertanya, “apakah anakku memiliki kecerdasan linguistic?”karena setiap anak cerdas dalam hal linguistic-tapi bertanyalah, “dalam hal apa ankku cerdas secara linguistic?” b. Intelegensi Matematis-Logis Merupakan kemampuan menggunakan angka dengan baik (misalnya : ahli matematika, akuntan pajak, ahli statistik) dan melakukan penalaran yang benar (misalnya ; sebagai ilmuwan, pemrograman komputer, atau ahli logika). Anak-anak yang mempunyai kelebihan dalam kecerdasan ini berpikir secara numeric atau daslam konteks pola serta urutan logis. Sebelum memasuki usia remaja, anak-anak ini menjelajai berbagai pola, kategori, dan hubungan dengan cecara aktif memanipulasi lingkungan serta bereksperimen dengan berbagai hal menggunakan cara yang terkendali dan teratur. Saat remaja, mereka mampu melakukan bentuk pemikiran logis yang sangat abstrak.Anak-anak yang berbakat dibidang ini terus-menerus bertanya dan ingin tahu peristiwa alam. Mereka sering menyukai teka-teki dan permaianan-seperi catur-yang membutuhkan kemampuan ber[ikir. Anak-anak ini mungkin ingin menjadi ilmuan, insinyur, pemogram computer, akuntan, atau bahkan mungkin filsuf.
22
Intelegensi ini meliputi kepekaan pada pola dan hubungan logis, pernyataan, dan dalil (jika-maka, sebab-akibat) fungsi logis dan abstraksi-abstraksi lain. Proses yang digunakan dalam intelegensi matematis-logis antara lain : kategorisasi, pengambilan kesimpulan, generalisasi, penghitungan dan pengujian hipotesis. Seseorang dengan logical-matematical intellegence yang tinggi biasanya memiliki ketertarikan terhadap angka-angka, menikmati ilmu pengetahuan, mudah mengerjakan matematika dalam benaknya, suka memecahkan misteri, senang menghitung, suka menerka jumlah, mudah mengingat angka-angka serta skor-skor (skor sepak bola, skor games, tingginya gedung, dan lain-lain), menikmati permainan yang menggunakan strategi seperti catur atau game strategi, memperhatikan antara perbuatan dan akibatnya (yang dikenal dengan sebab akibat), senang menghabiskan waktu dengan mengerjakan kuis asah otah atau teka-teki logika. Keterampilan yang dimiliki anak dengan kecerdasan logismatematical diantaranya: 1. Menghitung aritmetika dengan cepat diluar kepala 2. Menikmati menggunakan bahasa computer atau program software logika 3. Mengajukan pertanyaan seperti “ di mana akhir alam semesta?” atau “mengapa langit biru?” 4. Ahli bermain catur, dam, atau permainan strategi lain 5. Menjelaskan masalah secara logis 6. Merancang eksperimen untuk menguji hal-hal yang tidak dimengerti 7. Menghabiskan banyak waktu memainkan teka-teki logika seperti kubus rubric atau permainan logika
23
8. Suka menyusun dalam kategori atau hierarki 9. Mudah memahami sebab dan akibat 10. Menikmati pelajaran matematika dan IPA berprestasi tinggi Kecerdasan logis-matematis adalah satu lagi kecerdasan yang dikaitkan dengan“cerdas dalam bersekolah.” Kadang anak-anak yang sangat cerdas dalam bidang ini sering dianggap “kutu buku” oleh teman-teman mereka jika kecerdasan interpersonal mereka kurang berkembang, meski demikian, mereka juga bisa menjadi pemimpin di sekolah. Seperti halnya dalam kecerdasan linguistic, ada berbagai cara untuk menjadi cerdas dalam hal angka atau logika. Beberapa anak akan memperlihatkanya dengan proyek pameran IPA yang sempurna di sekolah, meski demikian mereka mungkin tidak bisa mengerjakan tes IPA dengan baik. Anak-anak lain mungkin mendapat nilai buruk dalam pelajaran matematika karena sang guru ingin mereka memperlihatkan hasil kerja mereka di atas kertas, tapi karena melakukanya dengan sangat cepat di dalam kepala, mereka merasa tidak perlu melakukan pekerjaan yang menghabiskan waktu ini. Beberapa anak mungkin sangat kesulitan mengerjakan aritmetika dasar tapi tetap sangat logis. Jika ada orang yang mau menunjukkan cara menggunakan kalkulator tangan kepada mereka, bisa dikatakan mereka akan bisa menyelesaikan masalh aritmatika mereka dan meneruskan dengan pemecahan masalah tingkat tinggi yang merupakan keahlian mereka. c. Intelegensi Visual Spasial Merupakan kemampuan mempersepsi dunia spasial-visual secara akurat (misalnya : sebagai pemburu, pramuka, pemandu) dan mentransformasikan persepsi dunia spasial-visual tersebut (misalnya : dekorator interior, arsitek,
24
seniman, atau penemu).Intelegensi ini meliputi kepekaan pada warna, garis, bentuk, ruang, dan hubungan antar unsur tersebut.Intelegensi ini meliputi kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide seara visual atau spasial, dan mengorientasikan diri secara tepat dalam matriks spasial. Seorang anak yang memiliki intelegensi visual spasial ini dalam menggunakan gambar biasanya lebih mengingat wajah ketimbang nama, suka menggambarkan
ide-idenya
atau
membuat
sketsa
untuk
membantunya
menyelesaikan masalah, berpikir dalam bentuk gambar-gambar serta mudah melihat berbagai objek dalam benaknya, dia juga senang membangun atau mendirikan sesuatu, senang dengan bongkar pasang, senang bekerja dengan bahan-bahan seni seperti kertas, cat, spidol, atau crayon, senang menonton film, atau video, senang bermain video games, memperhatikan gaya berpakaian, gaya rambut, model mobil, motor, atau hal sehari-hari lainnya, senang membaca atau menggambar peta hanya untuk bersenang-senang (bukan karena profesi), senang melihat-lihat foto-foto, gambar-gambar serta membicarakannya, senang melihat pola-pola dunia sekelilingnya, senang mencoret-coret, menggambar segala sesuatu dengan sangat detail dan realistis, mengingat hal-hal yang telah dipelajarinya dalam bentuk gambar-gambar, belajar dengan mengamati orang-orang yang sedang mengerjakan banyak hal, senang memecahkan teka-teki visual/gambar serta ilusi optik, dan suka membangun model-model atau segala hal dalam tiga dimensi. Anak dengan intelegensi visual biasanya kaya dengan khayalan sehingga cenderung kreatif dan imajinatif.Anak-anak ini tampaknya mengetahui letak semua barang didalam rumah.Mereka berpikir dalam bentuk visualisasi dan
25
gambar.Merekalah yang selalu menemukan barang-barang yang hilang atau salah taruh. Jika anda menata ulang interior rumah anda, anak-anak ini akan sangat peka terhadap perubahan itu dan akan memberikan reaksi senang atu tidak suka. Mereka sering melakukan teka-teki maze atau zigsaw. Mereka menghabiskan waktu luang dengan menggambar, merancang, membangun balok-balok lego, atau sekadar melamun.Banyak diantara mereka yang kemudian mengagumi aneka mesin dan peralatan aneh, bahkan kadang menciptakan hasil karya mereka sendiri. Mereka mungkin ingin menjadi arsitek, seniman, montir, insinyur, atauperancang kota. Keterampilan yang dimiliki anak dengan kecerdasan spasial diantaranya: 1. Menonjol dalam kelas seni di sekolah 2. Memberikan gambaran visual yang jelas ketika sedang memikirkan sesuatu 3. Mudah membaca peta, grafik, dan diagram 4. Menggambar sosok orang atau benda yang persis aslinya 5. Senag melihat filem, slide, atau foto 6. Menikmati melakukan teka-teki jizsaw, maze, atau kegiatan visual lain 7. Sering melamun 8. Membangun kontruksi tiga dimensi yang menarik (contoh, bangunan logo) 9. Mencoret-coret diatas secarik kertas atau dibuku tugass sekolah 10. Lebih banyak memahami lewat gambar daripada lewat kata-kata ketika sedang membaca Anak-anak yang kecerdasan spasialnya sangat berkembang kadang mengalami kesulitan disekolah-khususnya jika di sekolah mereka tidak ada penekanan pada metode seni atau visual dalam memberikan informasi. Beberapa
26
anak ini mungkin akan diberi label “penderita disleksia” atau “learning disabled” karena kesulitan mereka dalam mengartiakan kata. Mereka mungkin melakukan pendekatan terhadap kata-kata dengan caraserupa seperti saat mereka mengartikan gambar-sebagai gambar visual yang menarik-dan memutarnya dalam pikiran mereka atau ketika menuliskanya. Cara ini sangat masuk akal dari sudut pandang spasial (karena pikiran spasial seorang arsitek selalu melihat gambar dan bangunan dari berbagai sudut pandang yang berbeda), tapi formula ini tidak berlaku dalam dunia symbol lingustik, dimana huruf yang diputar atau dibalik bisa mengubah maknanya (sebagai cintoh, “b” menjadi “d”). orang tua dan guru perlu menyadari bahwa anak-anak seperti ini kemungkinan sedang menggunakan kemampuan spasial yang sangat berkembang ketika mereka membalikkan huruf, oleh sebab itu jangan menganggap mereka “cacat” tapi sebaliknya bantulah mereka belajar menggunakkan gambar, teka-teki kata, visualisasi, seni, dan strategi visual lain dalam upaya menguasai keterampilan membaca. d. Intelegensi Kinestetis-Jasmani Merupakan
kemampuan
menggunakan
seluruh
tubuh
untuk
mengekspresikan ide dan perasaan (misalnya : sebagai aktor, pemain pantomin, atlit, atau penari) dan ketrampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu (misalnya : sebagai pengrajin, pematung, ahli mekanik, dokter bedah). Intelegensi ini meliputi kemampuan-kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan, ketrampilan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan maupun kemampuan menerima rangsangan dan hal yang berkaitan dengan sentuhan.
27
Anak yang memiliki intelegensi kinestetis jasmani dalam memahami tubuh cenderung suka bergerak dan aktif, mudah dan cepat mempelajari ketrampilanketrampilan fisik serta suka bergerak sambil berfikir, mereka juga senang berakting, senang meniru gerak-gerik atau ekspresi teman-temannya, senang berolah raga, atau berprestasi dalam bidang olah raga tertentu, serta terampil membuat kerajinan atau membangun model-model, luwes dalam menari, berjoget atau berdansa, senang menggunakan gerakan-gerakan untuk membantunya mengingat berbagai hal, mempunyai koordinasi serta kesadaran yang baik terhadap tempo dan senang beristirahat dan lebih biasanya lebih mengandalkan kekuatan otot-ototnya. Anak-anak yang mempunyai kecerdasan kinestetik-jasmani yang asangat berkembang sering tidak bisa diam saat sedang duduk makan, dan biasanya merekalah yang nomor satu minta izin keluar rumah untuk bermain.Mereka memproses pengetahuan melalui sensasi tubuh.Mereka bisa “merasakan” jawaban tes yang benar. Beberapa dikarunia kemampuan atlet atau kemampuan seorang penari,actor, atau pandai berpantonim-mereka sangat pandai menirukan cirri terbaik dan terburuk anda. Yang lain dikarunia koordinassi motorik yang sempurna dan unggul dalam mengetik, menggambar, memperbaiki, menjahit, kerajianan tangan, dan kegiatan serupa. Anak-anak dengan kecerdasan kinestetikjasmani yang sangat berkembang bisa berkomunikasi dengan sangat efektif melalui gerakan dan bentuk-bentuk bahasa tubuh yang lain. Mereka mungkin ingin menjadi minter, tukang kayu, actor, atlet, atau pilot.Mereka butuh kesempatan untuk belajar dengan bergerak atau memeragakan sesuatu. Keterampilan anak dengan kecerdasan kinestetik-jasmani yakni sebagai berikut:
28
1. Berprestasi dalam olahraga kompetitif di sekolah atau dilingkungan permukiman 2. Bergerak-gerak ketika sedang duduk 3. Terlibat dalam kegiatan fisik seperti berenang, bersepeda, hiking, atau bermain skateboard 4. Perlu menyentuh sesuatu yang ingin dipelajari 5. Menikmati melompat, berlari, gulat, atau kegiatan serupa ( jika berusia lebih tua, mungkin menunjukkan kecenderungan ini dengan cara yang lebih tersamar) 6. Memperlihatkan keterampilan dalam bidang kerajinan tangan seperti kerajinan kayu, menjahit, mengukir, atau memahat 7. Pandai menirukan gerakan, kebiasaan, atau perilaku orang lain 8. Sering “merasakan” jawaban masalah yang dihadapi dirumah atau di sekolah 9. Menikmati bekerja dengan tanah liat, melukis dengan jari, atau kegiatan kotor lain 10. Sangat suka membongkar berbagai benda dan kemudian menyusunya lagi Anak-anak yang memperlihatkan kecerdasan kinestetik-jasmani yang tinggi disekolahnya beresiko diberi label penyakit belajar terbaru di Amerika: attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Anak-anak seperti ini perlu bergerak, menyentuh, dan membangun untuk bisabalajar. Mengharuskan mereka duduk diam di sekolah dalam jangka waktu yang lama sama seperti memborgol kemampuan belajar mereka yang paling alami ke meja. Mereka memerlukan banyak peluang untuk bergerak selama berada di sekolah: program olahraga dalam porsi besar, istirahat untuk meregangkan badan, studi lapangan, belajar
29
melalui sentuhan, peragaan, dan cara-cara dramatis lain dalam mempelajari informasi baru. Jika sekolah lebih sering menggunakan kegiatan kinestetikjasmani untuk semua murudnya, menurut saya penggunaan obat-obatan untuk mengendalikan perilaku yang tidak pantas kemungkinan akan menurun dalam banyak kasus (Armstrong, 31:2003) e. Intelegensi Musikal Merupakan kemampuan mengenai bentuk-bentuk musikal, dengan cara mempersepsi (misalnya sebagai penikmat musik), membedakan (misalnya sebagai kritikus musik), mengubah (misalnya sebagai komposer), dan mengekspresikan (misalnya sebagai penyanyi).Intelegensi ini meliputi kepekaan pada irama, pola titinada atau melodi, dan warna nada atau warna suara suatu lagu. Seorang anak yang
memiliki
intelegensi
musik
biasanya
senang
bernyanyi,
senang
mendengarkan musik, mampu memainkan instrument musik, mampu membaca not balok/angka, mudah mengingat melodi atau nada, mudah mengenali banyak lagu yang berbeda-beda, mampu mendengar perbedaan antara instrumen yang berbeda-beda yang dimainkan bersama-sama, suka bersenandung, bernyanyi sambil berpikir atau mengerjakan tugas, mudah menangkap irama dalam suarasuara sekelilingnya, senang membuat suara-suara musikal dengan tubuhnya (bersenandung, bertepuk tangan, menjentikkan jari, atau menghentakkan kaki), senang mengarang/menulis lagu-lagu dan mudah mengingat fakta-fakta dengan mengarang lagu untuk fakta-fakta tersebut. Anak-anak yang mempunyai kecerdaan musik yang sangat berkembang sering bernyayi, bersenandung, atau bersiul seorang diri.Mereka mungkin bahkan sudah bisa memainkan alat music atau menjadi anggota panduan suara.Meski
30
demikian, anak anak lain dengan kemampuan serupa lebih menunjukan potensi ini melalui penghargaan terhadap music. Mereka akan mempunyai opini yang kuat mengenai music yang dimainkan di radio atau stereo. Merekalah yang akan memimpin menyanyikan lagu saat piknik keluarga. Mereka juga peka terhadap suara-suara nonverbal dilingkungan mereka, seperti misalnya kerik jangkrik dan dering bel di kejauhan- dan akan mendengar bunyi yang terlewat oleh anggota keluarga yang lain. Keterampilan anak dengan kecerdasan musical yakni sebagai berikut: 1. Memainkan alat music di rumah atau di sekolah, sebagai anggota band atau orkes 2. Ingat melodi lagu 3. Berprestasi sangat bagus di kelas music di sekolah 4. Lebih bisa belajar dengan iringan music 5. Mengoleksi CD atau kaset 6. Bernyanyi untuk diri sendiri atau untuk orang lain 7. Bisa mengikuti irama music 8. Mempunyai suara yang bagus untuk bernyanyi 9. Peka terhadap suara-suara dilingkunganya 10. Memberikan reaksi yang kuat terhadap berbagai jenis musik Bakat musik adalah sesuatu yang selama ini dianaikan dalam dunia pendidikan di luar pelatihan formal alat music atau teori musik.Tapi banyak anak membawa bakat musik mereka ke sekolah dan sebenarngnmya bisa belajar lebih efektif jika music termasuk dalam pelajaran yang diberikan.Orang tua dan guru harus menyadari bahwa ada anak yang perlu menggerak-gerakkan tubuhnya
31
sesuai irama atau mengetuk-ngetukkan jari atau bersenandung ketika sedang belajar. Bukannya mengganggu konsentrasi, apa yang mereka lakukakan sebenarnya malah membantu mengorganisasi pikiran mereka seperti halnya kebudayaan di zaman dulu menggunakkan music untuk menyebarkan informasi penting dari generasi ke generasi atau ketika melakukan tugas-tugas masyarakat. f. Intelegensi Interpersonal Merupakan kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain. Intelegensi ini meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak, isyarat, kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal dan kemampuan menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu (misalnya : mempengaruhi sekelompok orang untuk melakukan tindakan tertentu). Jika seseorang memiliki intelegensi dalam memahami sesama biasanya ia suka mengamati sesama, mudah berteman suka menawarkan bantuan ketika seseorang
membutuhkan,
menikmati
kegiatan-kegiatan
kelompok
serta
percakapan yang hangat dan menyenangkan, senang membantu sesama yang sedang bertikai agar berdamai, percaya diri ketika bertemu dengan orang baru, suka mengatur kegiatan-kegiatan bagi dirinya sendiri dan teman-temannya, mudah menerka bagaimana perasaan sesamanya hanya dengan mengamati mereka, mengetahui bagaimana cara membuat sesamanya bersemangat untuk bekerjasama atau bagaimana agar mereka mau terlibat dalam hal-hal yang diminatinya, lebih suka bekerja dan belajar bersama ketimbang sendirian, senang meyakinkan orang tentang sudut pandangnya terhadap sesuatu, mementingkan soal keadilan serta benar-salah dan senang bersukarela untuk menolong sesama. Anak yang memiliki
32
intelegensi interpersonal biasanya disukai teman-temannya karena ia mempunyai empati yang besar terhadap teman-temannya. Anak-anak yang berbakat dalam bidang kecerdasan interpersonal bisa memahami orang.Mereka sering menjadi pemimpin diantara teman-teman mereka dilingkungan perumahan atau di kelas mereka di sekolah. Mereka mungkin mengetahui berita tentang semua orang di lingkungan mereka, siapa menyukai siapa, siapa memusuhi siapa, dan siapa yang akan berkelahi sepulang sekolah. Para remaja ini mahir mendamaikan konflik di antara teman-teman mereka karena kemampuan menakjubkan mereka dalam mengetahui perasaan serta maksud seseorang.Mereka mungkin ingin menjadi konselor, pengusaha, atau organizer komunitas. Cara belajar terbaik mereka adalah berhubungan dan bekerja sama dengan orang lain. Keterampilan yang dapat ditemukan pada anak dengan kecerdasan interpersonal yakni sebagai berikut: 1. Mempunyai banyak teman 2. Banyak bersosialisasi di sekolah atau dilingkungan tempat tinggal 3. Tampak sangat mengenal lingkungannya 4. Terlibat dalam kegiatan kelompok di luar jam sekolah 5. Berperan sebagai “penengah keluarga” ketika terjadi pertikaian 6. Menikmati permainan kelompok 7. Berempati besar terhadap perasaan orang lain 8. Dicari sebagai “penasihat” atau “pemecah masalah” oleh teman-temanya 9. Menikmati mengajari orang lain 10. Tampak mempunyai bakat memimpin
33
Anak-anak dengan kecerdasan interpersonal yang tinggi tidak selalu berhassil di sekolah.Beberapa anak yang kecerdasan interpersonalnya tinggi memperlihatkan kemampuan alami untuk mengantisipasi keinginan furu, bekerjasama dalam kegiatan sekolah, dan berhasil secara akademis walu mungkin mereka mempunyai masalah khusus dengan pelajaran membaca atau matematika. Yang lain mungkin popular diantara teman-temanya tapi mempunyai masalah besar di sekolah dengan otoritas orang dewasa. g. Intelegensi Intrapersonal Merupakan kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Intelegensi ini meliputi kemampuan memahami diri yang akurat (kekuatan dan keterbatasan diri), kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen, dan keinginan serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri. Seorang anak yang memiliki intelegensi dalam memahami diri sendiri biasanya lebih suka bekerja sendirian daripada bersama-sama, suka menetapkan serta meraih sasaran-sasarannya sendiri, menjunjung kepercayaannya sendiri meskipun kepercayaannya itu tidak popular.Ia tidak terlalu mengkhawatirkan apa kata orang dibanding dengan kebanyakan orang lainnya. Ia juga mengetahui bagaimana perasaanya dan mengapa demikian dan sering kali ia menghabiskan waktu hanya untuk merenungkan dalam-dalam tentang hal-hal yang penting bagi dirinya. Anak dengan intelegensi intrapersonal biasanya sadar betul akan bidang yang menjadi kemahirannya dan bidang dimana dia tidak terlalu mahir. Ia senang membuat catatan harian atau membuat jurnal harian, senang menuliskan ideidenya, kenangan-kenangannya, perasaannya, sejarah pribadinya. Anak seperti ini
34
biasanya sadar betul akan siapa dirinya dan ia sangat senang memikirkan masa depan dan cita-citanya di suatu hari nanti. Anak-anak
yang memiliki kecerdasan
intrapersonal
yang sangat
berkembang mengetahui siapa diri mereka dan apa yang bisa mereka capai di dunia. Mereka sering pandai menentukkan target untuk diri sendiri, dan, meski seandainya tidak target itu, mereka pandai menciptakan target baru yang lebih realistis. Mereka juga mempunyai bakat ketekunan dan bisa mengambil manfaat dari kesalahan masa lalu.Mereka tidak selalu tertutup atau pemalu, tapi mereka mungkin mempunyai kebutuhan besar untuk menyendiri dan merenung.Banyak di antara mereka mempunyai kesadaran yang mendalam terhadap parasaan, mimpi, dan atau visi batin mereka.Mereka mempunyai buku harian atau melakukan proyek dan hobi yang hanya diketahui oleh diri mereka sendiri dan oleh satu atau dua orang teman yang mereka percayai.Ada semacam kebijaksanaan batin atau sifat intuitif yang seumur hidup mendampingi mereka.Kesadaran diri yang dalam ini bisa memisahkan mereka dan membuat mereka pergi seorang diri ketempattempat yang tak pernah disinggahi sebelumnya.Mereka mungkin ingin menjadi penulis, wirausaha, atau bahkan terlibat karya religius atau spiritual. Keterampilan yang dimiliki anak dengan kecerdasan intrapersonal yakni sebagai berikut: 1. Memperlihatkan sikap independen atau kemauan yang kuat 2. Bersikap realistis terhadap kekuatan dan kelemahanya 3. Memberikan reaksi keras ketika membahas topic-topik controversial 4. Bekerja atau belajar dengan baik seorang diri 5. Mempunyai rasa percaya diri 6. Mempunyai pandangan hidup yang lain daripada pandangan umum
35
7. Belajar dari kesalahan masa lalu 8. Dengan tepat mengekspresikan perasaanya 9. Terarah pada pencapaian tujuan 10. Terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri Anak-anak yang sangat berkembang kecerdasan intrapersonalnya akan berprestasi bagus si sek olah, khususnya bila kegiatan kelas didasari atas proyek-proyek yang dikerjakan sendiri, belajar sendiri, dan kegiatan belajar lain yang didasarkan pada kecepatan massing-masing individu. Keyakinan alami mereka juga merupakan kelebihan dalam menghadapi saat-saat sulit (khususnya jika mereka mempunyai kesulitan dalam pelajaran membaca, matematika, atau pelajaran lain). Meski demikian, beberapa murud dengan kecerdasan intrapersonal yang kuat kemungkinan bisa selalu bertentangan dengan kurikulum atau dengan guru atau pengurus sekolah-mencoba melakukan semuanya dengan cara ssendiri dan bukan dengan cara sekolah. Dalam kasus semacam ini, orangtua perlu mendukung proses belajar si anak di rumah dan membantu sekolah memahami pentingnya masyarakat mempunyai individu yang “lain daripada yang lain” untuk memberikan
sudut
pandang
yang
unik.
Seperti
dalam
kecerdasan
intrapersonalnya, memperlihatkan rasa percaya diri yang rendah, dan bahkan tampak cemas atau tertekan, maka akan bijaksana jika orangtua berkonsultasi dengan seorang konselor atau professional kesehatan mental lain. h. Intelegensi Naturalis Merupakan kemampuan mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungan sekitar.Intelegensi ini meliputi kepekaan pada fenomena alam
36
lainnya (misalnya formasi awan dan gunung-gunung) dan bagi mereka yang dibesarkan di lingkungan perkotaan, kemampuan membedakan benda tak hidup seperti mobil, sepatu karet, dan sampul kaset CD. Seseorang yang memiliki intelegensi dalam memahami alam biasanya suka binatang, pandai bercocok tanam, dan merawat kebun/ taman di rumah atau lingkungannya, peduli tentang alam serta lingkungan, senang ke taman, kebun binatang, atau menikmati keindahan aquarium. Selain itu ia juga senang berkemah atau mendaki gunung di alam bebas, senang memperhatikan alam dimanapun berada, mudah beradaptasi dengan tempat dan acara-acara yang berbeda-beda, senang memelihara binatang. Mempunyai ingatan yang kuat tentang detail tempat-tempat yang pernah ia kunjungi serta nama-nama hewan, tanaman, orang, dan berbagai hal lainnya, banyak bertanya tentang orang, tempat, dan hal yang dia lihat di lingkungan atau di alam sehingga dia bisa lebih memahaminya. Ia mampu memahami serta mengurus dirinya sendiri. Anak-anak yang sangat kompeten dalam kecerdasan ini merupakan pencinta alam. Mereka lebih suka berada di alam terbuka, di padang atau di hutan, hiking atau mengumpulkan bebatuan atau bunga, daripada terkurung di sekolah atau di rumah mengerjakan tugas menulis mereka. Di sisi lain, jika tugas sekolah itu melibatkan kadal, kupu-kupu, dinosaurus, bintang, atau system kehidupan atau bentuk-bentuk alam lain, maka minat dan motivasi mereka akan melambung tinggi. Beberapa di antara anak ini merasakan ikatan yang lebih dekat dengan hewan daripada manusia.Mereka ingin menjadi dokter hewan, penjaga hutan, pakar ekologi, atau petani. Keterampilan yang dapat ditemui pada anak dengan kecerasan naturalis yakni sebagai berikut:
37
1. Akrab dengan hewan peliharaan 2. Menikmati berjalan-jalan di alam terbuka atau kebun binatang atau museum sejarah alam 3. Menunjukkan kepekaan terhadap bentuk-bentuk alam (misalnya,gunung,awan, atau, jika berada di lingkungan kota, mereka mungkin memperlihatkan kemampuan ini dalam kepekaaan terhadap “bentuk-bentuk” budaya popular seperti misalnya sepatu kanvas, sampul CD, model mobil, dan sebagainya.) 4. Suka berkebun atau berada dekat kebun. 5. Menghabiskan waktu dekat akuarium, terarium, atau system kehidupan alam lain 6. memperlihatkan kesadaran ekologis (misalnya, melalui daur ulang, pelayanan masyarakat, dan sebagainya) 7. yakin bahwa binatang mempunyai hak sendiri 8. mencatat fenomena alam yang melibatkan hewan, tanaman, dan hal-hal sejenis (misalnya, mempunyai foto, buku harian, gambar, koleksi, dan sebagainya.) 9. membawa pulang serangga, bunga, daun atau benda-benda alam lain untuk diperlihatkan kepada anggota keluarga 10. memperlihatkan pemahaman yang mendalam disekolah dalam topic-topik yang melibatkan system kehidupan (misalnya, topic biologi dalam mata pelajaran IPA, topik lingkungan hidup dalam mata pelajaran IPS, dan sebagainya.) kemapuan naturalis lain yang dimiliki anak anda: kecerdasan ini sangat penting bagi kemampuan manusiawi untuk bertahan hidup di awal evolusi (kemampuan ini membuat kita bisa membedakan antara tanaman yang beracun dan yang bisa dimakan, misalnya) meski demikian,
38
kecerdasan ini penting untuk kemampuan bertahan hidup di masa sekarang. Begitu banyak aspek lingkungan kita yang terancam bahaya ekses teknologi sehingga kita memerlukan orang yang mempunyai kecenderunagan naturalis untuk memberikan jalan keluar masalah ekologi kita.Banyak anak yang tumbuh di zaman sekarang merupakan “malaiakat bumi” semacam ini, yang memiliki kecerdasan naturalis yang sangat berkembang hingga bisa membantu melindungi planet ini di millennium baru. Bagi mereka perlu disediakan “ruang kelas hidup,” di rumah dan di sekolah, yang menawarkan kesempatan untuk mengolah kebun, merawat hewan peliharaan, mempelajari cara system kehidupan berevolusi, dan memikirkan bagaimana cara menjaga dunia alam dengan lebih baik.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa didunia ini manusia telah terlahir dengan aneka kompetensi dan kecerdasan, apabila kecerdasan yang beragam tersebut digali secara terus-menerus dengan carayang tepat dan cepat, akan muncullah manusia-manusia unggul dalam bidang linguistic, logismatematis, musical, kinestetik, interpersonal, dan intrapersonalnya. 2.3
Strategi Belajar Multiple Intelegences
2.3.1
Strategi Belajar Strategi belajar merupakan pola-pola umum kegiatan guru anak didik
dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan (Djamarah, 2006:5) Strategi belajar merupakan komponen penting dalam sistem pembelajaran. Strategi pembelajaran terkait dengan bagaimana materi disiapkan, metode apa yang terbaik untuk menyampaiakan materi
39
pembelajaran tersebut, dan bagaimana bentuk evaluasi yang tepat digunakan untuk mendapatkan umpan balik pembelajaran. Strategi didefinisikan sebagai suatu garis besar haluan bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan (Abin syamsusdin, 2000:220 dalam yamin hartinis 2013:1 ) Bobbi DePoter (2000) menyatakan bahwa penting menciptakan strategi pembelajaran yang menyenangkan dimana stretegi pembelajaran menyenangkan merupakan strategi yang digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menerapkan kurikulum, menyampaiakan materi, memudahkan proses belajar. Pengertian tersebut diatas juga didukung Berk (1998) dengan pernyataan lebih lengkap bahwa strategi pembelajaran menyenangkan adalah pola berpikir dan arah berbuat yang diambil guru dalam memilih dan menerapkan cara-cara penyampaian materi sehingga mudah dipahami siswa dan memungkinkan tercapainya suasana pembelajaran yang tidak membosankan bagi siswa. Strategi pembelajaran merupakan cara pengorganisasian isi pelajaran, penyampaian pelajaran dan pengelolaan kegiatan belajar dengan menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat dilakukam guru untuk mendukung terciptanya efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan bagian terpenting dari komponen teknik dan metode dalam suatu system pembelajaran ( Abizar,1995) Strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (kompetensi dasar) yang telah ditentukan. Strategi pembelajaran dapat pula
40
disebut sebagai cara yang sistematis dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada kepada siswa untuk mencapai kompetensi tertentu (Trianto,2011; 180). Jadi, strategi pembelajaran berkenaan dengan bagaimana menyampaiakan isi pelajaran atau memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Pendapat yang lebih spesifik tentang strategi pembelajaran dinyatakan oleh Romiszowski (1981) yang menyatakan bahwa strategi adalah sebagai titik pandang dan arah berbuat yang diambil dalam rangka memilih metode pembelajaran yang tepat, yang selanjutnya mengarah pada yang lebih khusus, yaitu rencana, taktik, dan latihan. Seiring dengan pendapat di atas Reigeluth (1983), juga menyatakan konsep yang tidak jauh berbeda, bahwa strategi pembelajaran merupakan cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar. Dengan demikian, strategi pembelajaran meliputi aspek yang lebih luas daripada metode pembelajaran. Abizar (1995) menyatakan bahwa strategi pembelajaran diartikan sebagai pandangan yang bersifat umum serta arah umum dari tindakan untuk menentukan metode yang akan dipakai dengan tujuan utama agar memperoleh pengetahuan oleh siswa lebih optimal. Rumusan lebih jelas dapat dilihat dalam depdiknas (2003) yang merumuskan strategi pembelajaran sebagai cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar agar pembelajaran menjadi efektif. Rumusan depdiknas tersebut diperkuat dengan pernyataan selanjutnya bahwa dalam mengembangkan strategi pembelajaran, guru perlu mempertimbangkan beberapa hal yang memungkinkan terciptanya pembelajaran efektif dan berhasil baik.
41
Berkait an dengan pentingnya peran guru dalam merancang strategi pembelajaran di atas, Manullang (2004) menyatakan bahwa kemampuan guru untuk merancang dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat sasaran merupakan bagian dari profesionalitasnya sebagai pendidik yang akan selalu dirindukan oleh siswanya. Flowers (2001) mengartikan strategi dengan tujuan pembelajaran agar pelajaran yang diajarkan guru menjadi menarik, dinikmati siswa, dan berhasil secara efektif. Sejalan dengan pendapat diatas, Dryden dan Vos (2000) mengungkapkan bahwa bila guru mampu merancang strategi yang tepat, maka ruang kelas dapat menjadi “rumah” tempat siswa tidak hanya terbuka terhadap umpan balik, tetapi juga mencari tempat mereka belajar, mengakui dan mendukung orang lain, tempat mereka mengalami kegembiraan dan kepuasan, memberi dan menerima, belajar dan tumbuh. Inilah yang diistilahkanya sebagai konteks menata panggung belajar.“Kita tahu bahwa kesulitan pelajaran atau derajat risiko pribadi itu sendiri cukup untuk membuat siswa menahan diri atau mengalami bosan dan membenci pelajaran yang menyebabkan belajar mandek” (Jensen, 1994).Menerapkan suatu strategi yang tepat dalam pembelajaran memungkinkan tercapainya efektivitas pembelajaran yang lebih baik. Sebaliknya, pembelajaran akan menjadi maslaha bagi siswa, jika siswa merasakan pembelajaran menjadi suatu kegiatan yang membosankan. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk merancang suatu strategi yang dapat membuat pembelajaran itu menyenangkan. 2.3.2. Strategi Multipel Intellegences Thomas Armstrong (2013:79) teori multiple intelligences membuka pintu untuk berbagai strategi pengajaran yang dapat dengan mudah diimplementasikan
42
didalam kelas. Teori kecerdasan multiple menawarkan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan strategi-strategi pengajaran yang inovatif yang relatif baru keranah pendidikan. Chatib, 2011: 109 menjelaskan bahwa Strategi multiple intelegences adalah strategi pembelajaran berupa rangkaian aktivitas belajar yang merujuk pada indikator hasil belajar yang sudah ditentukan dalam silabus. Selain itu juga menurut chatib, 2011: 108 multiple intelligences yang awalnya merupakan teori kecerdasan dalam ranah psikologi.Ketika ditarik kedunia edukasi, multiple intelegences menjadi sebuah strategi pembelajaran untuk materi apapun dalam semua bidang studi. Inti strategi pembelajaran ini adalah bagaimana guru mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya. Pendalaman tentang strategi pembelajaran ini akan menghasilkan kemampuan guru membuat siswa tertarik atau berminat dan berahasil dalam belajar dalam waktu yang relatif cepat. 2.3.3. Strategi Pembelajaran Ekspositori Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekenkan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal (Sanjaya wina, 2013:179). Roy Killen dalam sanjaya wina, 2013:179 menamakan strategi ekspositori dengan istilah strategi pembelajaran langsung. Karena dalam strategi ini materi disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu.
43
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher centered approch). Guru memegang peran yang sangat dominan. 2.3.3.1. prinsip-prinsip penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori Sanjaya
wina,
2013:
181
prinsip-prinsip
penggunaan
Strategi
Pembelajaran Ekspositori yakni: 1. Berorientasi pada tujuan, 2. Prinsip komunikasi, 3. Prinsip kesiapan 2.3.3.2. Prosedur Pelaksanaan Strategi Ekspositori Sanjaya wina, 2013: 183 Prosedur Pelaksanaan Strategi Ekspositori yakni : 1. Rumuskan tujuan yang ingin dicapai, 2. Kuasai materi pelajaran dengan baik, 3. Kenali medan dan berbagai hal yang dapat memengaruhi proses penyampaian. 2.3.4
Strategi Pembelajaran dengan Multiple Intelligences Setiap kecerdasan memiliki karakteristik yang berbeda. Hal ini berkaitan
dengan strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Strategi belajar yang diarahkan oleh guru hendaknya sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa. Thomas R. Hoerr (2007: 18) menjelaskan mengenai beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk menerapkan Multiple Intelligences dalam pembelajaran, antara lain: a. Untuk kecerdasan verbal linguistik, hal yang dapat dilakukan guru di kelas adalah mendorong penggunaan kata-kata tidak lazim, dan palindrom, melibatkan siswa dalam debat dan presentasi lisan, menunjukkan bagaimana puisi dapat menyampaikan emosi. b. Untuk kecerdasan logis matematis, hal yang dapat dilakukan guru di kelas adalah menggunakan diagram Venn untuk membandingkan, menggunakan
44
grafik, tabel, dan bagan waktu, meminta siswa mendemonstrasikan dengan benda-benda nyata, meminta siswa menunjukkan urutan. c. Untuk kecerdasan musikal, hal yang dapat dilakukan guru di kelas adalah mengubah lirik lagu untuk mengajarkan konsep, mendorong siswa menambahkan musik dalam drama, menciptakan rumus atau hafalan berirama, mengajarkan sejarah dan geografi melalui musik dari masa dan tempat terakhir. d. Untuk kecerdasan kinestetis, hal yang dapat diajarkan guru di kelas adalah menyediakan kegiatan untuk tangan dan bergerak, menawarkan kesempatan berakting, membiarkan murid bergerak selama bekerja, memanfaatkan kegiatan menjahit, membuat model dan lain-lain yang memerlukan ketrampilan motorik halus e. untuk kecerdasan spasial, hal yang dapat dilakukan di kelas adalah menggambar peta dan labirin, memimpin kegiatan visualisasi, mengajarkan pemetaan pemikiran, menyedisksan kesempatan untuk memperlihatkan pemahaman melaliui gambar, meminta siswa merancang bangunan, pakaian, pemandangan untuk peristiwa atau periode sejarah. f. Untuk kecerdasan naturalis, hal yang dapat dilakukan guru di kelas adalah menggunakan alam terbuka sebagai kelas, memelihara tanaman dan binatang di kelas, menciptakan daerah alam di halaman bermain. g. Untuk kecerdasan interpersonal, hal yang dapat dilakukan guru di kelas adalah menggunakan pembelajaran kerja sama, menugaskan kerja kelompok, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajar teman sebaya,
45
mendidkusikan penyelesaian masalah, menciptakan situasi yang membuat siswa saling mengamati dan dan memberi masukan. h. Untuk kecerdaan intrapersonal, hal yang dapat dilakukan guru di kelas adalah membiarkan siwa bekerja dengan iramanya sendiri, menciptakan sudut tenang dikelas atau membolehkan siswa keluar untuk bekerja sendiri, membantu siswa
menyusun
dan
memonitor
target-target
pribadi,
menyediakan
kesempatan bagi siswa untuk memberi dan menerima masukan, dan melibatkan siswa dalam menulis jurnal. Sedangkan Munif Chatib dan Alamsyah Said (2012) menguraikan strategi pembelajaran jenis kecerdasannya ialah sebagai berikut: a. Strategi pembelajaran untuk kecerdasan verbal Linguistik meliputi membaca, menulis informasi, menulis naskah, wawancara, presentasi, mendongeng, bercerita, debat, membuat puisi, membuat cerpen, bermakna, permainan kosakata, pantun, dan melaporkan suatu peristiwa. b. Strategi pembelajaran untuk kecerdasan logis matematis meliputi grafik, pembuatan pola, kode, perhitungan, tebak angka, tebak simbol, diagram, analogi, pengukuran, berdagang (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian), praktikum, membuat tabel, penalaran ilmiah klasifikasi, studi kasus, merancang eksperimen, sebab-akibat, analisis data, membuat pola dalam bentuk data, menaksir data, prediksi atau perkiraan, silogisme dan belajar melalui cara argumentasi dan penyelesaian masalah. c. Strategi pembelajaran untuk kecerdasan musikal meliputi konser, bernyanyi, paduan suara, konduktor, mencipta lagu, mengaransemen lagu, parodi lagu, merancang irama lagu, menyanyi dengan gaya rap, senandung, permainan
46
kuis „Berpacu dalam Melodi‟, tebak lagu, tebak nada, tebak irama, musik alam, belajar dengan pola-pola musik, ritmik, dan mempelajari sesuatu lewat identifikasi menggunakan pancaindra. d. Strategi pembelajaran untuk kecerdasan visual spasial meliputi visual, fotografi, dekorasi ruang, desain, penggunaan warna, gradasi warna, melukis, sketsa gagasan, metafora warna, pameran lukisan, simbol grafis, koleksi lukisan, kaligrafi, mind maping, menebak arah putaran benda, konfigurasi bidang molekul, berkunjung ke museum, imajinasi, membayangkan dan mendesain sampul, origami, rekreasi, belajar secara visual dan mengumpulkan ide-ide, serta belajar berpikir secara holistik untuk memahami sesuatu. e. Strategi pembelajaran untuk kecerdasan kinestetis meliputi menari, pantomim, teater kelas, hand of thinking, peragaan, akting, gerak tubuh, melempar, kerja tangan, olah tubuh, adu kecepatan, gerakan kreatif, senam, bermain peran, simulasi pendidikan petualangan, mencari harta karun, perjalanan ke alam bebas, outbound, permainan melalui teknologi dan latihan-latihan fisik, belajar melalui interaksi dengan satu lingkungan tertentu dan belajar lewat pengalaman nyata. f. Strategi pembelajaran untuk kecerdasan interpersonal meliputi tenaga pemasaran, kerja kelompok, belajar kelompok, saling berbagi rasa di antara teman, kerja sama, negosiasi, melobi, permainan “kenali sekitarmu”, manajemen konflik, belajar lewat interaksi dengan orang lain, dan belajar melalui kolaborasi dan dinamika kelompok. g. Strategi pembelajaran untuk kecerdasan intrapersonal meliputi, berbagi kasih, refleksi satu menit, refleksi kegunaan, merefleksikan apa yang diperoleh,
47
ekspresikan dirimu, lihat sekitarmu, pengalaman pribadi, saling menasehati, kunjungan ke panti asuhan, kunjungan kepanti jompo, survice learning, serta belajr melalui perasaan, nilai-nilai dan sikap. h. strategi pembelajaran untuk kecerdasan naturalis meliputi koleksi tumbuhan, wisata alam, penelitian lingkungan, penelitian gejala alam, penelitian anamoli cuaca, riset perilau hewan, memelihara hewan, menhitung ranting, koleksi daun, klasifikasi warna daun, ekostudi menanam pohon dan identifikasi bahan alam. Berdasarkan strategi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli diatas, menggambarkan bahwa strategi pembelajaran multiple intellegences yang dapat digunakan begitu banyak dan bervariasi. Strategi yang digunakan harus didesuaikan dengan materi ajar dan alokasi waktu yang telah ditetapkan. Guru harus dapat memilih strategi yang efektif dan efisien untuk diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Mengacu pada berbagai strategi yang telah diuraikan, penelitian ini menerapkan berbagi strategi multiple intellegences dalam kegiatan pembelajaran. Berikut ini beberapa strategi yang akan digunakan peneliti untuk melihat pengaruh penerapan strategi pembelajaran multiple intellegences terhadap hasil belajar IPS Terpadu. a. kecerdasan verbal lingustis menggunakan strategi membaca informasi dari buku, menulis dan membuat laporan, menyiapkan hasil diskusi dan mempersentasikan hasil karya. b. kecerdasan spasial visual dan kecerdasan musikcal menggunakan strategi pengamatan, menggambar, mengamati video dan membuat mind map.
48
c. kecerdasan kinestetik, yang akan diterapkan dalam bentuk aktivitas siswa atau reflective thingking. d. kecerdasan interpersonal, yang akan diterapkan dalam bentuk metode diskusi dan problem solving. e. kecerdasan intrapersonal yang akan diterapkan melakukan tugas mandiri.
2.3.5
Langkah-langkah Pembelajaran Menggunakan Strategi Multiple Intellegnces Menurut Paul Suparno (2004: 79) langkah-langkah dalam pembelajaran
menggunakan strategi Multiple Intelligences adalah sebagai berikut: a. Mempersiapkan Pengajaran Sebelum mulai mengajar, guru perlu mempersiapkan bagaimana ia akan belajar dengan teori Multiple Intelligences. Armstrong dalam Paul Suparman (2004: 87) mengemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan. 1) Berfokus pada topik tertentu Pembelajaran berfokus pada topik, bukan pada keseluruhan bab atau mata pelajaran akan membuat pembelajaran menjadi lebih mendalam. Dengan adanya fokus, topik dapat didekati dengan berbagai kecerdasan yang semuanya mengarah pada topik tersebut. 2) Mempertanyakan pendekatan Multiple Intelligences yang sesuai dengan topik. Pertanyaan-pertanyaan dari setiap jenis kecerdasan diajukan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran agar semua jenis kecerdasan dapat dimasukkan dalam topik yang bersangkutan. Pertanyaan ini dapat membantu
49
dalam langkah selanjutnya, yakni memilih berbagai kegiatan yang sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran. 3) Membuat skema dan kemungkinan berbagai kegiatan Langkah selanjutnya adalah membuat skema yang berisi kemungkinan kegiatan yang sesuai dengan topik itu dalam bentuk Multiple Intelligences. Di sini perlu ditulis semua kemungkinan kegiatan yang mungkin dilakukan. Dalam menyusun kegiatan tersebut, perlu dipertimbangkan mengenai tersedianya peralatan dan fasilitas yang dimiliki sekolah serta yang dapat diusahakan oleh siswa. 4) Memilih dan mengurutkan rencana pembelajaran (RPP) Beragam jenis kegiatan yang terdapat dalam skema dipilih dan diurutkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). b. Melaksanakan rencana pembelajaran dengan strategi multiple intellegences Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menerapkan strategi multiple intellegences yang telah disusun dalam RPP. Pembelajaran dapat dimodifikasi dengan kegiatan-kegiatan berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran. c. Evaluasi Salah satu unsur yang penting dalam proses pembelajaran adalah evaluasi. Evaluasi ini yang akan menunjukkan hasil belajar siswa setelah pembelajaran berlangsung. Berdasarkan uraian langkah-langkah yang dikemukakan ahli di atas, peneliti melakukan pengumpulan data berupa angket untuk memperoleh data mengenai kecenderungan jenis kecerdasan yang dimiliki siswa. Selanjutnya
50
peneliti menetapkan langkah-langkah yang akan dilakukan pada pembelajaran IPS dalam penelitian ini meliputi persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. a. Persiapan pembelajaran 1) Berfokus pada topik tertentu Peneliti menetapkan topik yang akan dipelajari dalam penelitian ini adalah Penyimpangan Sosial. 2) Membuat skema dan kemungkinan berbagai kegiatan dalam pembelajaran Langkah selanjutnya adalah membuat skema yang berisi kemungkinan kegiatan/strategi yang sesuai dengan topik. 3) Memilih dan mengurutkan rencana pembelajaran (RPP) Beragam jenis kegiatan yang telah di dalam skema dipilih dan diurutkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 4) Menentukan Evaluasi Evaluasi ditentukan dan disusun sesuai dengan materi yang dipelajari, yaitu Penyimpangan Sosial. b. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menerapkan strategi Multiple Intelligences yang telah disusun dalam RPP. c. Evaluasi Setelah pembelajaran berlangsung, guru memberikan tes evaluasi yang dikerjakan oleh siswa. 2.3.6 Manfaat Strategi Multiple Intelligences Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat (2010: 45) mengatakan bahwa esensi teori Multiple Intelligences adalah menghargai keunikan setiap individu. Julia
51
Jasmine (2007: 11) juga mengemukakan bahwa teori ini adalah validasi tertinggi bahwa perbedaan individu adalah penting. Perbedaan individu tersebut meliputi berbagai hal seperti kecerdasan yang dimiliki, minat, dan kemampuannya. Strategi Multiple Intelligences merupakan rangkaian strategi yang dapat mengembangkan kemampuan siswa yang berbeda-beda dan dengan cara mengajar yang dapat menjangkau seluruh siswa. Pembelajaran yang dimodifikasi dan disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa, tentu akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Pembelajaran akan menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Selain itu, dengan belajar menggunakan kecerdasan yang dikuasainya, siswa dapat memasuki bakatnya. Berkaitan dengan kehidupan nyata, hal ini sangat penting karena dapat memberikan mengenai bakat siswa serta bagaimana mereka dapat menyelesaikan masalah dan menghadapi tantangan kehidupan nyata. Munif Chatib dan Alamsyah Said (2012: 109) Multiple Intelligences adalah strategi pembelajaran berupa aktivitas belajar yang merujuk pada indikator hasil belajar yang sudah ditentukan dalam silabus. Strategi Multiple Intelligences menjadi sarana untuk membantu siswa meningkatkan hasil belajarnya dengan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Ketika siswa sudah menikmati proses belajar dengan baik, secara otomatis akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Multiple Intelligences dirasa sebagai proses yang mampu mempertinggi belajar siswa dalam mata pelajaran apapun (Linda Campbell, 2006: 236). Hal ini sangat bergantung kepada guru yang mengkreasikan berbagai kecerdasan untuk dimasukkan ke dalam berbagai mata pelajaran. Sedangkan Munif Chatib dan Alamsyah Said (2012: 108) mengatakan bahwa dalam hal ini yang menjadi inti
52
adalah bagaimana guru mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya. Strategi Multiple Intelligences dapat meningkatkan kemampuan guru membuat siswa tertarik dan berhasil dalam belajar. Berdasarkan beberapa manfaat yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi Multiple Intelligences dalam penelitian ini memiliki beberapa manfaat sebagai berikut. a. Seluruh siswa dapat belajar sesuai minat dan kemampuan mereka sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan lebih bermakna. b. Dengan
pembelajaran
yang
disesuaikan
dengan
siswa,
akan
dapat
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar di kelas dan hasil belajar siswa pun akan ikut meningkat. c. Siswa dapat memasuki bakatnya melalui kelebihan kecerdasannya, dan secara tidak langsung dapat mengembangkan bakat tersebut. d. Pendekatan Multiple Intelligences dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran, sehingga bersifat luwes dan memberi kesempatan guru untuk dapat berpikir kreatif dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang bervariasi dan mudah ditangkap oleh siswa. Berdasarkan beberapa manfaat yang telah diuraiakn di atas, peneliti menyimpulkan beberapa manfaat strategi Multiple Intelligences dalam penelitian ini, antara lain. a. Siswa dapat memperoleh pembelajaran IPS yang menarik dan menyenangkan. b. Siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran IPS di kelas. c. Dapat berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa. d. Kemampuan guru dalam memodifikasi pembelajaran meningkat melalui
53
pendekatan yang sesuai dengan kecerdasan siswa, yaitu strategi Multiple Intelligences
2.3.7
Kelebihan atau keunggulan Strategi Multiple Intellgences
1. Kelebihan atau Keunggulan Strategi Multiple Intelligence adalah: a. Aktivitas pengajaran yang disesuaikan dengan ragam kecerdasan yang dimiliki oleh siswa sedikit banyak telah memunculkan semangat belajar dan rasa percaya diri pada setiap siswa. Siswa digali kreativitasnya agar mereka dapat mempelajari pelajaran sesuai dengan talenta yang ada pada mereka, misalnya melalui lagu, pantun, puisi, drama dan lain-lain. b. Melalui penerapan teori Multiple Intelligence dalam pembelajaran fisika misalnya telah menggugurkan anggapan bahwa pelajaran fisika (misal) itu sulit dan tidak menyenangkan. Karena melalui teori ini guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mempelajari fisika sesuai dengan ragam kecerdasan yang dimilikinya. c.
Melalui teori Multiple intelligence ini pula siswa belajar untuk lebih menggali
potensi yang ada pada dirinya dan dapat lebih menghargai talenta yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya. Selain itu siswa juga belajar untuk menghargai kelebihan dan kekurangan masing-masing, misalnya siswa yang biasanya dianggap bodoh karena selalu mendapat nilai buruk dalam pelajaran ternyata mampu membuat puisi dan menggubah syair lagu dengan konsep-konsep yang ada pada pelajaran tersebut dengan sangat indah. d. Metode ini juga sangat efektif karena mampu meningkatkan aktivitas dan kreatifitas siswa dalam bentuk interaksi baik antara siswa dengan guru maupun
54
antara siswa dengan siswa lainnya. Bahkan interaksi ini lebih didominasi oleh interaksi antara siswa dengan siswa sedangkan guru hanya bersifat sebagai moderator saja. Tanya jawab antar siswa berjalan dengan sangat baik dan setiap penilaian yang diberikan oleh guru maupun siswa lainnya mampu memacu dirinya untuk
lebih
menggali
konsep-konsep
materi
yang
diajarkan
sehingga
menghasilkan rasa keingintahuan dan percaya diri yang tinggi. e. Lebih jauh lagi, melalui penerapan teori Multiple Intelligence dalam pembelajaran di sekolah diharapkan siswa dapat melihat kenyataan bahwa mereka itu “unik”. Tuhan menciptakan jutaan bahkan milyaran manusia dengan keunikan tersendiri. Mereka juga dapat melihat bahwa Tuhan sudah menyediakan laboratorium terbesar bagi mereka berupa alam semesta sehingga dengan kesadaran seperti ini maka kecerdasan spriritual (SQ) mereka juga akan ikut tergali. Oleh karena itu secara keseluruhan metode ini mampu menciptakan rasa belajar yang menyenangkan yang pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan minat dan motivasi siswa pada pelajaran. Indikator terakhir yang diharapkan tentu saja adalah adanya peningkatan nilai rata-rata kelulusan pada mata pelajaran yang ada umumnya. 2. Kekurangan atau Kelemahan Strategi Multiple Intelligence adalah: a. Sedikitnya waktu pembelajaran yang tersedia sedangkan materi yang harus diajarkan sangat banyak. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dikatakan bahwa guru memiliki kewenangan untuk memilih materimateri esensial yang akan diajarkan kepada siswanya, sedangkan kenyataannya adalah masih adanya tes bagi siswa (ujian nasional dan ujian sekolah contohnya), dengan soalsoal yang notabene bukan berasal dari guru yang bersangkutan. Sedang
55
pemahaman tentang materi mana yang dianggap esensial dan materi mana yang kurang esensial bagi setiap guru bisa saja berbeda-beda. Akhirnya, mau tidak mau guru harus mengajarkan semua materi yang ada dalam buku paket. b. Penerapan teori Multiple Intelligence dalam proses pembelajaran fisika misalnya akan membuat siswa tidak hanya duduk “manis” mendengarkan ceramah dari guru. Siswa diberi keleluasaan untuk mencari tempat dimana mereka akan belajar. Jadi proses belajar mengajar tidak selalu dilakukan di dalam kelas tetapi bisa di lapangan, ruang laboratorium atau perpustakaan. Adakalanya ketika siswa berada dilapangan untuk mempraktekkan sesuatu, hal tersebut ikut memancing keingintahuan siswa yang sedang belajar di kelas lain sehingga guruguru yang lain (mungkin) merasa terganggu. c. Penerapan teori Multiple Intelligence dalam ruang kelas juga memungkinkan terjadinya diskusi hangat dalam kelas. Adakalanya siswa berteriak atau bertepuk tangan
untuk
mengungkapkan
kegembiraannya
ketika
mereka
mampu
memecahkan suatu masalah. Hal ini juga dapat menggangu konsentrasi guru dan siswa yang berada di kelas lain. d. Adanya keengganan dari para guru untuk mengubah paradigma lama dalam pendidikan. Kebanyakan guru sudah merasa nyaman dengan metode ceramah sehingga mereka enggan untuk mencoba hal-hal yang baru karena dianggap merepotkan. 2.3.8
Penelitian yang Relevan Penelitian dilakukan oleh Muflihatuth Thohiroh (2013) mengenai
implementasi Multiple Intelligences dalam pembelajaran pada SD berbasis islam di kota Magelang (Studi Kasus di SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT
56
Ihsanul Fikri Kota Magelang). Penelitian yang merupakan penelitian kualitatif ini mengkaji bagaimana Multiple Intelligences diterapkan dalam kegiatan sekolah. Hasil yang diperoleh dalam penelitian tersebut diantaranya adalah dampak implementasi Multiple Intelligences dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan sekolah yang sering menjuarai perlombaan dalam berbagai bidang baik tingkat kecamatan, kota, propinsi, nasional sampai internasional, dan juga berdampak pada kepribadian dengan meningkatnya akhlak, ibadah, kerjasama, kemandirian, kejujuran, kedisiplinan, dan ketaatan. Penelitian juga dilakukan oleh Purwanti Rahayu (2013) mengenai penerapan Multiple Intelligences sebagai upaya meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas VI SD N Salakan Lor, Kalasan, Sleman. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan Multiple Intelligences dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Hal ini tebukti dengan hasil belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotorik subjek penelitian yang mengalami peningkatan. Peningkatan presentase hasil belajar yaitu pratindakan ranah kognitif 19,04%, afektif dan psikomotorik 0%; siklus I ranah kognitif 76,19% ranah afektif 85,71% ranah psikomotorik 76,19% dan siklus II ranah kognitif 85,71% ranah afektif 100% ranah psikomotorik 90,48%. Penelitian ini dilakukan karena peneliti ingin melihat pengaruh penerapan strategi multiple intellegences terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Peneliti yakin bahwa strategi multiple intellegences dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS karena telah dibuktikan oleh kedua peneliti diatas. Kedua peneliti tersebut sama dalam meneliti multiple intellegences. Peneliti muflihatun thohiroh meneliti bagaimana implementasi multiple intellegences berbasis islam di kota magelang
57
dengan pendekatan penelitian kualitatif dan peneliti purwanti Wahyu menerapkan multiple intellegences untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Penelitian yang telah membuktikan bahwa multiple intellegences dapat meningkatkan prestasi siswa serta meningkatkan hasil belajar IPS dapat menjadi penguat bahwa multiple intellegences juga akan menjadi strategi yang dapat mempengaruhi hasil belajar IPS siswa. 2.3.9
Pengaruh Penerapan Strategi Multiple Intellegences terhadap Hasil Belajar Chatib (2009:109) menyatakan bahwa multiple intellegences adalah
strategi pembelajaran berupa rangkaian aktivitas belajar yang merujuk pada indikator hassil belajar yang sudah ditentukan didalam silabus. Pendalaman tentang strategi ini akan menghasilkan kemampuan guru membuat siswa tertarik dan berhasil dalam belajar pada waktu yang relativ cepat. Dengan menerapkan strategi pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran menggunakan strategi multiple intellgences terhadap hasil belajar. 2.4
Pengertian,
Karakteristik,
dan
Tujuan
Pembelajaran
Ilmu
Pengetahuan Sosial 2.4.1
Pengertian Ilmu Sosial Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang
ilmu-ilmu sosial,seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-
58
cabang ilmu-ilmu sosial.IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial.sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial. Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi.Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan berkenan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode.Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan
spiritual,
teknologi,
dan
benda-benda
budaya dari
budaya-budaya
terpilih.Ilmu poilitik dan ekonomi tergolong kedalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi dan psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi, dan control sosial. 2.4.2
Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan oleh
Hamid Hasan (1990), merupakan fungsi dari berbagai disiplin ilmu, Martoella (1987) mengatakan bahwa pembelajaran pendidikan IPS lebihmenekankan pada aspek “pendidikan” daripada “transfer konsep”, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilanya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Konsep IPS yaitu, (1) interaksi, (2) saling ketergantungan, (3) kesinambungan dan perubahan, (4) keragaman/kesamaan/perbedaan, (5) konflik
59
dan konsesus, (6) pola, (7) tempat, (8) kekuasan (power), (9) nilai kepercayaan, (10) keadilan dan pemerataan, (11) kelangkaan, (12) kekhususan, (13) budaya, (14) nasionalisme. Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dan lingkunaganya.Lingkungan masyarakat dimana anak didiak tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu siswa dalam memecahkan permasalah yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya (Kosasih,1994). karakteristik mata pelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupak integrasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.Rumusan ilmu pengetahuan sosial berdasarkan realitas dan fenomena sosial melalui pendekatan interdisipliner. Mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) di SMP/MTs memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut: 1
ilmu
pengetahuan
sosial
merupakan
gabungan
dari
unsur-unsur
geografi,sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama 2
standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topic (tema) tertentu
60
3
standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
4
standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut peristiwa dan perunahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminankeamanan.
2.4.3
Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positifterhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mmengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, kemampuan, dan lingkunaganya, serta berbagai bekal siswa untuk melnjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) di SMP/MTs memiliki beberapa tujuan antara lain sebagai berikut: 1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkunaganya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
61
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial. 3. Mampu menggunakan model-model dan proses berfikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat. 4. Mampu bertahan terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat. 5. Mampu mengembangkan berbagai p[otensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat. 6. Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral 7. Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersikap menghakimi. 8. Mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupanya dan mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya. 9.
Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang diberikan. Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pendidikan IPS, tampaknya
dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut.Kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode dan strategi pembelajaran senantiasa terus
62
ditingkatkan (Kosasih, 1994), agar pembelajaran pendidikan IPS benar-benar mampu mengondisikan upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi siswa untuk menjadi manusia dan warga Negara yang baik. Hal ini dikarenakan pengondisian iklim belajar merupakan aspek penting bagi tercapainya tujuan pendidikan (Aziz Wahab, 1986) Pola pembelajaran pendidikan IPSmenekankan pada unsure pendidikan dan pembekalan pada siswa. Penekanan pembelajaranya bukan sebatas pada upaya mencekoki atau menjejali siswa dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakono kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Di sinilah sebenarnya penekanan misi dari pendidikan IPS. Oleh karena itu rancangan pembelajaran guru hendaknya diarahkan dan difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran yang dilakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa (Kosasih, 1994; Hamid Hasan,1996). 2.5
Kerangka Berfikir Dalam pembelajaran, salah satu prinsip yang harus diperhatikan adalah
perbedaan individu. Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda, termasuk jenis kecerdasan yang menonjol pada siswa. Hal ini perlu diperhatikan oleh guru dalam menentukan strategi pembelajaran yang sesuai agar pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Dalam pembelajaran IPS terpadu kelas VIII SMPIT Nurul ‘Ilmi Kota Jambi, nampaknya guru belum memperhatikan aspek ini. Hal ini terlihat dari strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang bervariasi dan
63
menimbulkan ketidakaktifan siswa dalam pembelajaran. Selain itu, hal ini juga berdampak pada hasil belajar IPS yang kurang maksimal. Salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individu, terutama dalam perbedaan kecerdasan setiap siswa adalah strategi multiple intellegences. Penggunaan strategi ini pada proses pembelajaran adalah bagaimana guru mengemas proses pembelajaran dengan berbagai kecerdasan yang ada pada siswa. Dengan menerapkan multiple intellegences, pembelajaran akan lebih bermakna dan siswa dapat lebih mudah memahami materi yang diajarkan sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar IPS.
64
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Menurut Sukardi (2003:179) penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang paling produktif, karena jika penelitian tersebut dilakukan dengan baik dapat menjawab hipotesis yang utamanya berkaitan dengan hubungan sebab akibat. Arikunto (2002:96) mendefenisikan variabel penelitian adalah suatu objek penelitian, atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu : Variabel Bebas Variable bebas merupakan variable yang mempengaruhi atau yeng menjadi sebab perubahanya atau timbulnya variable dependent (terikat) (sugiono, 2010) variable bebas merupakan keadaan perlakuaan atau variable yang dikontrol dan dimanipulasi oleh peneliti (turmudi dan sri hartini, 2008) variable bebas dalam penelitian ini adalah strategi multiple intelligences pada kelas eksperimen dan strategi pembelajaran kspositori pada kelas kontrol. Variabel Terikat Variable terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable bebas (sugiono, 2010) variabel terikat atau dependent dalam penelitian ini adalah Minat belajar IPS Terpadu pada bahan ajar yang disampaikan (yang dieksperimenkan).
65
3.1.2. Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen semu(quasi experiment)
dengan
menggunakan
pre-test-post-tes
control
group
design.Penelitian ini dilakukan dengan pemberian perlakuan (treatment) berupa penerapan pembelajaran dengan strategi multiple intelligences kepeda suatu kelas yang selanjutnya disebut dengan kelas eksperimen dan dibandingkan dengan kelas yang tidak diberikan perlakuan (treatment) yang selanjutnya disebut kelas kontrol. Gambaran dari desain tersebut dapat dilihat pada table berikut: Tabel . 3.1 Gambaran Desain Penelitian Grup
Pre-test
Eksperimen Kontrol
Y1 Y1
Variabel Terikat X -
Pos-test Y2 Y2
Keterangan : Y1 X Y2
= Tes Awal (Pre-test) = Perlakuan = Tes akhir (Pos-test)
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VIII SMPIT Nurul Ilmi Kota Jambi pada semester Ganjil 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada Mai sampai dengan selesai. Mata pelajaran IPS Terpadu diajarkan dua kali dalam seminggu atau empat jam pelajaran per minggu.
66
Pelaksanaan
kegiatan
pembelajaran
kelas
eksperimen
dan
control
digambarkan pada tabel berikut : Tabel 3.2 Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontol Kelas
Hari, Tanggal Senin, 19
Waktu
Materi
09.15-10.35
Pretest, angket multiple intelligences
Selasa 20
08.00-08.45
November 2015
08.45-09.20
Kamis 23
10.25-11.00
november 2015
11.00-11.45
Jumat
08.00-08.45
pengertian,sifatsifat,dan bentukbentuk penyimpangan sosial. Penyimpangan sosial dalam keluarga, dan penyimpangan sosial dalam masyarakat Pencegahan penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat Postes
November 2015
Eksperimen
08.45-09.20
Senin 26
09.00-09.45
november 2015
09.45-10.25
67
Kelas
Hari, Tanggal
Waktu
Materi
Selasa,20 November
09.15-10.35
Pretest
Rabu,21 November
09.00-09.45
2015
09.45-10.25
pengertian,sifatsifat,dan bentukbentuk penyimpangan sosial. Penyimpangan sosial dalam keluarga, dan penyimpangan sosial dalam masyarakat Pencegahan penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat
2015
08.00-08.45 .Control Selasa,27 November
08.45-09.20
2015 10.25-11.00 Rabu,28 Desember
11.00-11.45
2015 07.40-09.00
Posttes
Kamis,29 Desember 2015
3.3 Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (sugiono, 2010).Dengan demikian sampel adalah suatu bagian yang diambil dari sebuah populasi yang dianggap mewakili untuk menentukan sifat dan ciri-ciri yang dikehendaki dari populasi bersangkutan.
68
Setelah melakukan pengamatan dan atas saran dari guru yang mengampu bidang studi IPS, sebaiknya yang diambil sebagai kelas control dan kelas eksperimen antara kelas VIII D dan kelas VIII E. karena pada 2 kelas ini terlihat aktifitas belajar siswa sangat rendah, siswa lebih banyak disibukan dengan aktifitas sendiri yang tidak berkaitan dengan pelajaran diantaranya: mencoretcoret buku pribadi, mengobrol dengan teman, bercanda, sering izin keluar masuk kelas, tidak memperhatikan guru menjelaskan materi didepan, nilai tugas dan ulangan harian rata-rata rendah serta gejala-gejala kurang baik lainya. Oleh karena itu peneliti menetapkan kelas VIII E sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII D sebagai kelas control karena kedua kelas ini yang lebih mewakili permasalahan peneliti untuk dilakukan tretment(perlakuan). 3.4 Prosedur Penelitian Setelah subjek penelitian diambil, berikutnya untuk tindakan di dalam kelas (proses
pembelajaran),
mengambil
satu
pokok
bahasan
penyimpangan
sosial,dijadikan bahan penelitian dengan membuat satuan pengajaran dan rencana pembelajaran sebagai suatu proses pemanipulasian terhadap variabel bebas (disini peneliti memasukan strategi multiple intellegences), yang nantinya akan diterapkan pada kelas eksperimen. Pelaksanaan eksperimental dalam kelas disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran yang dibuat oleh pihak sekolah. Selanjutnya pre-test peneliti mengambilnya dari soal-soal yang telah di uji validitas dan reliabilitasnya yang sesuai dengan pokok bahasan yang akan diteliti. Pre-test ini bertujuan untuk
69
mengumpulkan data hasil belajar yang digunakan untuk mengetahui kemampuan dasar atau kemampuan awal sebelum dilakukan perlakuan. Berikutnya dengan memberikan perlakuan eksperimental (X) kepada kelas eksperimen melalui proses pengajaran. Peneliti mengajar dikelas eksperimen dan kelas kontrol dengan strategi pembelajaran multiple intellegences dan strategi pembelajaran ekspositori yang dilakukan 4 kali pertemuan pada pokok bahasan penyimpangan sosial, setelah perlakuan eksperimental diberikan maka pada pertemuan ke-5 kedua kelas di tes kembali (post-test) dengan menggunakan tes yang sama, guna melihat pengararuh hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan dengan penerapan pembelajaran strategi multiple intelligences. Prosedur penelitian merupakan langkah atau tahap yang dilakukan dalam penelitian.Tahap yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari tahap prapenelitian, tahap penelitian, dan tahap pascapenelitian. 3.4.1.Tahap Prapenelitian a. Meminta jadwal kegiatan penelitian b. Pengurusan surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh Jurusan PIPS Universitas Jambi disampaikan kepada Kepala sekolah SMPIT Nurul Ilmi Kota Jambi. c. Wawancara dengan guru mata pelajaran IPS untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan multiple intellegences siswa kelas VIII. d. Menganalisis data nilai ulangan kelas VIII A s.d Kelas VIII E semester 1 untuk menentukan sampel dengan uji normalitas dan uji homogenitas. e. Menyusun kisi-kisi angket multiple intelligences dan Soal.
70
f. Menyusun angket multiple intelligences,soal dan RPP ke ahli. g. Melakukan uji coba soal untuk melihat validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal. h. Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran yang digunakan untuk menerapakan strategi multiple intellegences. i. Melakukan pretest untuk melihat kemampuan awal siswa kemudian melakukan analisis data terhadap skor pretest tersebut. 3.4.2.Tahap Penelitian a. Memberikan angket multiple intelligences ke kelas eksperimen. b. Mengelompokan kecenderungan kecerdasan yang lebih dominan pada kelas eksperimen. c. Memberikan soal pretest pada kelas eksperimen dan pada kelas control sebelum treatment. d. Melaksanakan pembelajaran dengan pembelajaran menggunakan strategi multiple intelligences pada kelas eksperimen dan pembelajaran strategi pembelajaran komvensional pada kelas control. e. Memberikan soal postest untuk mengetahui hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas control setelah treatment. 3.4.3.Tahap Pascapenelitian a. Menganalisis data hasil tes (angket multiple intellegences dan soal). b. Menyusun hasil penelitian.
71
3.5 Data Penelitian 3.5.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif. Data kuantitatif yaitu data yang menggambarkan ranah kognitif yang diketahui dari hasil belajar siswa yang diambil dari hasil postest (tes akhir). 3.5.2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPIT Nurul Ilmi Kota Jambi yang terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016 yang dijadikan sampel. 3.6. Instrumen Penelitian Instrument penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan pengukuran (Purwanto, 2008). Inetrumen yang digunakan untuk pengumpulan dan pengolahan data tentang variable-variabel yang diteliti dalam kegiatan penelitian yaitu: 3.6.1 Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intellegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok suharsimi, arikunto:2010 tes dalam penelitian ini berupa soal pretes yang diberikan sebelum treatmen dan soal posttes yang diberikan setelah treatment baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Soal pretes dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal subjek berkenaan dengan variabel depeden. Untuk mengetahui soal yang disiapkan layak dijadikan alat ukur terlebih dahulu peneliti meninjau Validitas, reliabilitas, dan analisis butir soal.
72
3.7. Teknik Analisis Instrumen 3.7.1.Uji Validitas a. Validitas Isi Sebuah tes dikatakan validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan (Arikunto,2005). Untuk itu, dalam penyusunan soal tes sesuai dengan kisi-kisi soal dan kurikulum yang dipakai di sekolah. Selain itu pengujian tes ini dilakukan oleh guru dan dosen. b. Validitas Konstruksi Suatu instrumen evaluasi dikatakan valid, seperti yang diterangkan oleh gay (1983) dan Jhonson (2002), apabila instrument yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur (sukardi, 2008). Validitas dalam penelitian ini yang digunakan adalah validitas konstruk. Validitas konstruk berkenaan dengan pertanyaan hingga mana suatu tes betul-betul dapat mengobservasi dan mengukur fungsi psikologis yang merupakan deskripsi perilaku siswa yang akan diukur oleh tes tersebut (Zainal arifin, 2009). Untuk pengujian validitas konstruk dilakukan oleh para ahli (Judgment experts) dan diteruskan dengan uji coba tes dan dianalisis dengan analisis item soal. Untuk pengujian validitas angket hanya menggunakan validitas konstruk, untuk pengujian validitas konstruk, dapat digunakan pendapat para ahli, yaitu melalui dosen pembimbing serta validator ahli, kemudian dilanjutkan dengan uji coba instrumen dan dianalisis dengan analisis itim. Perhitungan validitas instrumen dapat menggunakan rumus korelasi product moment(suharsimi, 2009):
73
rxy =
ΝΣΧΥ − (ΣΧ)(ΣΥ )
{ΝΣΧ
2
}{
− (ΣΧ) ΝΣΥ 2 − (ΣΥ ) 2
2
}
r xy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y, dua variabel yang dikorelasikan
ΣΧ ΣΥ Χ Υ Ν
= jumlah skor dari seluruh sampel untuk setiap item = jumlah skor dari seluruh sampel untuk setiap item = nilai variabel x = nilai variabel y = jumlah sampel
keterangan: Jika diperoleh rhitung < rtabel data dikategorikan tidak valid Jika diperoleh rhitung > rtabel data dikategorikan valid Kriteria pengukuran validitas soal: 0,81 ≤ rxy ≤ 1,00 : validitas sangat tinggi 0,61 ≤ rxy ≤ 0,80 : validitas tinggi 0,41 ≤ rxy ≤ 0,60 : validitas sedang 0,21 ≤ rxy ≤ 0,40 : validitas rendah 0,00 ≤ rxy ≤ 0,20 : validitas sangat rendah Rxy = negatif = soal valid (Arikunto, 2012:89)
Berdasarkan perhitungan maka diperoleh hasil validitas soal yang diujikan dari 30 soal terdapat 27 soal valid dan 3 soal tidak valid. Dari ketiga soal yang tidak valid tidak lagi digunakan sebagai instrumen soal uji dalam penelitian. Dapat dilihat pada (lampiran 9). 3.7.2.Uji Reliabilitas Reliabilitas dapat diartikan sama dengan konsistensi atau keajengan dari suatu instrument. Suatu instrument evaluasi, dikatakan mempunyai nilai reliabilitas tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur (sukardi, 2008).Dalam penelitian ini uji reliabilitas
74
digunakan untuk mengetahui tingkat keajengan atau kepercayaan sebuah instrument. Uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus kuder Richardson (K-R 20) (Arikunto,2012:115) sebagai berikut :
r11 =
Keterangan : r11 p q n ∑pq X N K S2
∑
dengan
s =
∑
∑
= Nilai reliabilitas tes secara keseluruhan = Proposi subjek yang menjawab item dengan benar = Proposi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1p) = Banyaknya item = Jumlah hasil perkalian antar p dan q = Skor hasil tes = Jumlah peserta tes = Jumlah pokok uji dalam tes = Varian tes
Reliabilitas menunjukkan suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto,2013:100). Indeks pengukuran reliabilitas soal menurut Ridwan (2008:98) yaitu :
0,00 – 0,19 = Sangat rendah 0,20 – 0, 39 = Rendah 0,40 – 0,59 = Sedang 0,60 – 0,79 = Tinggi 0,80 – 1,00 = Sangat tinggi
75
Berdasarkan perhitungan maka diperoleh reliabilitas tes yaitu : 0,279. berdasarkan hasil tersebut data uji ini merupakan tes yang reliabilitasnya termasuk kategori rendah. Hasil perhitunganya dapat dilihat pada (lampiran 10). 3.7.3. Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2007:95). Daya pembeda dihitung dengan rumus:
D=
BA BB − = PA − PB JA JB
Keterangan: D
= Daya Pembeda
JA
= Banyaknya peserta kelompok atas
JB
= banyaknya peserta kelompok bawah
BA
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
PA
= Proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar
PB
= Proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar.
(Arikunto, 2012:228) Klasifikasi daya pembeda soal menurut Arikunto (2012:223) dikategorikan sebagai berikut:
76
Tabel 3.4 Nilai Daya Beda D (Daya Pembeda) 0,00 – 0,20 0,21 – 0,40 0,41 – 0,70 0,71 – 1,00
Kriteria Jelek Cukup Baik Baik sekali
Berdasarkan perhitungan hasil analisis uji coba daya beda pokok uji dalam rangka validitas (untuk 30 pokok uji) untuk soal nomor 1 diperoleh: 0,214 berarti dikategorikan cukup karena berada di kriteria antara 0,21 – 0,40. Hasil perhitungan dapat dilihat pada (lampiran 11). 3.7.4. Tingkat Kesukaran Soal-soal yang terlalu sulit dan terlalu mudah tidak baik digunakan sebagai alat ukur, untuk itu kita perlu mengetahui soal-soal tersebut. Untuk mengetahui sejauh mana kesukaran suatu soal (indeks kesukaran), (Arikonto,2007) dihitung dengan rumus:
P=
B JS
Keterangan: P
= Indeks kesukaran
B
= Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS
= Jumlah seluruh siswa peserta tes Kriteria tingkat kesukaran soal digolongkan sebagai berikut:
77
Tabel 3.5 Nilai Indeks Kesukaran P (Tingkat Kesukaran) 0,00 - 0,30 0,31 – 0,70 0,71 – 1,00
Kriteria Soal tergolong sukar Soal tergolong sedang Soal tergolong mudah
Berdasarkan perhitungan hasil analisis uji tingkat kesukaran pokok uji dalam rangka validitas (untuk 30 pokok uji) untuk soal nomor 1 diperoleh: 0,82. Ini berarti tingkat kesukaran tergolong mudah karena berada di kriteria antara 0,71 – 1,00. Hasil perhitungan dapat dilihat pada (lampiran 12). 3.8. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis Data secara kuantitatif yang dianalisis adalah data hasil belajar siswa, hasil akhir siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, setelah data diperoleh dilakukan analisis data untuk menguji hipotesis dengan membandingkan skor rata-rata hasil belajar kelas eskperimen dan kelas kontrol. 3.8.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah kelompok sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Untuk perhitungan uji normalitas data penelitian dilakukan dengan menggunakan uji Lilifors (L) dan persyaratan normal ialah LO < Ltabel. Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut: a. Menentukan rata-rata nilai masing-masing sampel.
78
b. Menyusun nulai dari yang terendah ke yang tertinggi. c. Menentukan simpangan baku masing-masing kelas sampel d. Menentukan data sampel menjadi bilangan baku Ζ1 , Z 2 ,.... Z n dengan rumus: Zi =
Xi− X S
e. Dengan menggunakan daftar distribusi normal, kemudian dihitung peluang (Z1)= P(Z
Banyaknya z1 , z 2 ,... z n yang ≤ z i n
g. Menghitung selisih F (Z i ) − S(Z i ) kemudian menentukan harga mutlaknya h. Mengambil harga yang terbesar dari harga di atas dan dinamakan Lo i. Membandingkan Lo dengan nilai kritis L yang diambil dari nilai tabel untuk kepercayaan α = 0,05 kriteria pengujian dengan cara bila Lo < Ltabel dikatakan data berdistribusi normal dan berlaku sebaliknya. Berdasarkan perhitungan data posttest pada kelas eksperimen diperoleh LO < Ltabel atau (( -0,8529 < 0,173), dan data posttest pada kelas kontrol diperoleh (( 1,14 < 0,173). Maka disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada data posttest berdistribusi normal. Hasil perhitungan dapat dilihat pada (lampiran 17). 3.8.2. Uji Homogenitas Uji homogenitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah data yang diteliti homogen atau tidak. Menurut Sugiyono (2012: 197) untuk pengujian varian digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut:
F=
Variansite rbesar Variansite rkecil
79
Selanjutnya, harga Fhitung dibandingkan dengan harga Ftabel dengan pembilang n1 – 1 dan dk penyebut n2 – 1 pada taraf signifikan 5%. Berdasarkan perhirungan data pretest telah diperoleh Fhitung < Ftabel atau (1,827 < 2,03), maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada data pretest mempunyai varians yang homogen, hasil perhitungan dapat dilihat pada (lampiran 18). Berdasarkan perhitungan data posttest diperoleh Fhitung < Ftabel atau ( 1,110 <2,03), maka pada data posttest mempunyai varians yang homogen, hasil perhitungan dapat dilihat pada (lampiran 23). 3.8.3. Uji Hipotesis Untuk
menguji
apakah
terdapat
pengaruh
pembelajaran
dengan
menggunakan strategi multiple intellegences terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS terpadu kelas VIII SMPIT Nurul Ilmi Kota Jambi, digunakan teknik t-test separated varians Sugiyono, 2012: 138) dimana:
t=
Keterangan: Χ1
= Rata-rata hasil belajar kelas kontrol
Χ2
= skor rata-rata kelas eksperimen
S1
= Varians hasil belajar kelas kontrol
S2
= Varians hasil belajar kelas eksperimen
n1
= Jumlah sampel kelas kontrol
n2
= jumlah siswa kelas eksperimen
Kriteria pengujiannya adalah jika thitun > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, sedangkan jika thitun > ttabel maka HO diterima dan Ha ditolak. Untuk
80
menentukan t tabel bila jumlah anggota sampel n1 = n2 dan varians homogen (ϭ1 = ϭ2), maka untuk mengetahui t tabel digunakan dk = n1 - 2 atau dk = n2 – 2. Jika jumlah anggota sampel
n1 = n2 dan varians tidak homogens (ϭ1 ≠ ϭ2), maka
untuk mengetahui t tabel digunakan dk = n1 – 1 atau dk = n2 – 1. (Sugiyono, 2012:139) Karena hasil sampelnya n1=n2 dan varian homogen, maka kriteria pengujiannya adalah dk = n1-2 atau n2-2. Maka diketahui dk = 25-2 = 23, dan dapat dilihat pada tabel distribusi t dk 23 dengan taraf 0,05 adalah 2,069. Maka dapat disimpulkan bahwa nilai thitung > ttabel (15,30>2,069) artinya terdapat pengaruh hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan strategi multiple intellegences dengan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran ekspositori pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII Siswa SMP IT Nurul Ilmi Kota Jambi. Hasil perhitungan dapat dilihat pada (lampiran 24)
81
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan penelitian tentang perbedaan hasill belajar yang diajar dengan menggunakan strategi multiple intellegences dan strategi ekspositori pada mata pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII SMPIT Nurul ‘Ilmi Kota Jambi tahun ajaran 2015/2016 diperoleh hasil yang meliputi deskripsi data, analisis data dan pembahasan. 4.1 Perhitungan Pre-test 4.1.1 Uji Normalitas Untuk menguji normalitas digunakan uji liliefors, dari hasil perhitungan pada kelompok eksperimen didapat Lo = -0,729 dan Ltabel = 0,173, kemudian pada kelompok control didapat Lo= = -0,729 dan Ltabel = 0,173, Karena Lo < Ltabel maka dapat disimpulkan bahwa ke dua kelompok berdistribusi normal. 4.1.2 Uji Homogenitas Tujuan diadakannya uji homogenitas adalah untuk mengetahui apakah kelompok perlakuan mempunyai varian yang sama dengan kelompok kontrol, sehingga uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji F, didapat Fhitung = 1,827 dan Ftabrl = 2,03 karena Fhitung < Ftabel (1,827 < 2,03), maka dapat disimpulkan bahwa kelompok perlakuan dan kontrol mempunyai varians yang homogen pada tinggkat kepercayaan 95%.
82
4.1.3 Uji kesamaan dua rata-rata Setelah diketahui kedua kelompok berdistribusi normal dan mempunyai varians homogen, selanjutnya dilakukan uji-t untuk melihat apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak. Dan perhitungan didapat thitung = 1,161 dan ttabel = 2,069 maka –ttabel < thitung
Uji Normalitas Berdasarkan data yang telah dihitung, didapat hasil pengolahan uji
normalitas disajikan dalam bentuk tabel berikut: Tabel 4.1 Perhitungan Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelas Data pre-test Data post-test RataLhitung Ltabel Rata- Lhitung Ltabel rata x (LO) rata x (LO) Eksperimen 48,144 -1,14 0,173 86,80 0,173 0,8529 kontrol 45,88 -0,729 56,19 0,173 0,173 1,1161
Ket
Normal Normal
Untuk menguji normalitas digunakan uji liliefors, berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat dilihat pada post-test kelas ekspeimen didapat nilai Lo = -0,8529 dengan nilai n = 25 dengan taraf nyata α = 0,05. Dari tabel kritis diperoleh Ltabel = 0,173. Dengan demikian Lo < Ltebel ( -0,8529 < 0,173 ) sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen berdistribusi normal pada taraf kepercayaan 95% dan pada kelas kontrol Lo = -1,1161 dengan nilai n = 23 dengan taraf nyata α = 0,05. Dari tabel kritis diperoleh Ltabel = 0,173. Dengan demikian Lo < Ltebel ( -
83
1,14 < 0,173) sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas kontrol berdistribusi normal pada taraf kepercayaan 95%. 4.2.2 Uji Homogenitas Tujuan diadakannya uji homogenitas adalah untuk mengetahui apakah kelompok perlakuan mempunyai varian yang sama dengan kelompok kontrol, sehingga uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji F, didapat Fhitung = 1,110 dan Ftabrl = 2,03 karena Fhitung < Ftabel (1,110 <2,03), maka dapat disimpulkan bahwa kelompok perlakuan dan kontrol mempunyai varians yang homogen. 4.2.3 Uji Hipotesis Uji kesamaan rata-rata digunakan untuk melihat apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak. Uji yang digunakan adalah uji t. dari perhitungannya didapat thitung
= 15,30 dan ttabel = 2,069 karena thitung > ttabel (15,30>2,069) maka
dinyatakan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat perbedaan hasil belajar pada mata pelajaran IPS Terpadu antara siswa yang diajarkan dengan strategi multiple intellegences dengan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan strategi ekspositori pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII SMPIT Nurul ‘Ilmi Kota Jambi. Secara operasional artinya terdapat pengaruh penerapan strategi multiple intellegences terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII SMPIT Nurul ‘Ilmi Kota Jambi.
84
4.3 Pembahasan Berdasakan hasil penelitian melalui tes akhir pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban (a, b, c, dan d) dari 30 butir soal yang akan direncanakan, setelah diujicobakan pada kelas VIII ternyata setelah dianalisis dari 30 soal hanya 27 soal yang dianggap memenuhi kreiteria untuk dijadikan soal pre test dan soal postest yang akan diujikan pada kelas ekperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan data awal penelitian yaitu nilai pre-test, menunjukan bahwa rata-rata kelas eksperimen dan kelas control relative sama. Hal ini ditunjukan dari data pre-test kedua kelas tesebut. Pada kelas eksperimen rata-rata 48,144 kemampuan awal, sedangkan pada kelas kontro 45,88, yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini menunjukan bahwa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kemampuan awal yang relatif sama. Setelah dilakukan pembelajaran pada kelas eksperimen yang menerapkan strategi multiple intellegences terdapat perbedaan nilai dengan kelas yang diajarkan menggunakan strategi ekspositori. Dari perhitungan statistik dapat dilihat bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu dikelas VIII pada kelas eksperimen lebih tinggi (x) = 86,80 simpangan baku (S) = 7,11 dan varians (S2)= 50,55 bila dibandingkan dengan perolehan nilai pada kelas kontrol (X) = 56,19, simpangan baku (S)= 6,520 dan varian (S2) = 42,51 Perbedaan ini disebabkan dari perlakuan yang diberikan. Hasil gambaran ini mengungkapkan gambaran tentang pengaruh penerapan strategi multiple intellegences terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII SMPIT Nurul ‘Ilmi Kota Jambi. Hasil pengujian thitung <
85
ttabel
maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dan berdasarkan perhitungan thitung >
ttabel (15,30 > 2,069) maka Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga hipotesi (Ha) yang menyatakan terdapat pengaruh penerapan strategi multiple intellegences terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII SMPIT Nurul ‘Ilmi Kota Jambi diterima pada taraf signifikan 95 %. Hasil penelitian ini mengungkapkan pada proses pembelajaran terlihat bahwa pada kelas eksperimen suasana belajar lebih hidup karena siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, siswa lebih tertarik karena strategi pembelajaran ini memberikan kesempatan pada proses pembelajaran yang terjadi dalam kelompok siswa diajak untuk belajar melalui proses pengalaman langsung dan melihat materi lebih nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sementara pada kelas kontrol siswa kurang aktif dan cenderung hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru dan jarang memberikan pendapat atau komentar sehingga pengetahuannya terbatas. Sehingga penggunaan strategi multiple intellegences dalam proses belajar mengajar berpengaruh terhadap peningkatan efektivitas pembelajaran dan hasil belajar siswa yang bersangkutan. Semua guru yang menginginkan supaya dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan harapan dan keinginan yang dicapai setelah proses belajar mengajar berakhir. Agar apa yang diharapkan dapat berhasil maka dengan demikian perlu adanya perubahanperubahan dalam proses pembelajaran.
86
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data serta pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa IPS Terpadu yang diajarkan menggunakan strategi multiple intellegences dengan yang diajar menggunakan strategi konvensional. Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil belajar siswa dengan rata-rata 86,80 untuk kelas yang diajarkan dengan strategi multiple intellegences dan 56,19 untuk kelas yang diajar dengan strategi pembelajaran konvensional. 5.2.1
Saran
1. Kepada Guru, terutama guru mata pelajaran IPS Terpadu sebaiknya dalam melalukan pengajaran dengan menggunakan strategi yang bervariasi salah satunya yaitu dengan penggunaan strategi multiple intellegences
strategi
yang
melibatkan
kecerdasan
anak-anak
senhingga pembelajaran mudah untuk diserap jangan hanya berbentuk dengan gaya menjelaskan, berceramah dan membaca buku yang secara tidak langsung membuat murid menjadi bosan dengan kegiatan belajar, sehingga pembelajaran IPS Terpadu menjadi pembelajaran membosankan bagi siswa. Banyak cara sederhana yang digunakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam menumbuhkan rasa semangat dan percaya diri pada siswa, salah satunya yaitu dengan menggunakan strategi multiple intellegences.
87
2. Perlu diadakan penelitian lanjutan untuk dapat melaksanakan penelitian pada pokok bahasan yang lain dan dalam ruang lingkup yang lebih luas.
88
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010, “ Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik” Jakarta” Rineka Cipta Armstrong, 2003, “Setiap Anak Cerdas (panduan membantu anak belajar Dengan memanfaatkan multiple intellegences-nya)” Jakarta, Gramedia Pustaka Utama Armstrong, T. 2013, “Kecerdasan multiple di dalam kelas” Jakarta, PT Indeks Aunurrahman. 2012, “ Belajar dan Pembelajaran” Bandung, Alfabeta Baharudin dan Wahyuni, Esa nur. 2010. “Teori Belajar dan Pembelajaran” Yokyakarta: Ar-ruz Media Bahri, Dkk. 2006, “ Strategi Belajar Mengajar” Jakarta, Rineka Cipta Bellanca, J. 2009, “ Strategi dan Proyek Pembelajaran Aktif untuk Melibatkan Kecerdasan Siswa” Jakarta, PT Indeks Berk, R.A. 1998, “ Studend Rating of Strategies for Using Humor in College Teaching”. Journal of Exellece in College Teaching, 7,71-92. http: //www.tomveatch.com/else/humor/summary.html 5 januari 2004 Chatib, M. 2009, “Sekolahnya Manusia” Bandung, Kaifa Chatib, M. 2011, “Gurunya Manusia” Bandung, Kaifa Depoter, Bobbi, Dkk.1999,” Quantum Learning” Terjemahan Alwiyah Abdurrahman. Bandung, Kaifa Dryden, Dkk. 2000, “ Revolusi Cara Belajar”. Jakarta, Kaifa Flowers, J. 2001, “The Value of Humuor in Thechnology Education Thechnologi Teacher” ,60, 10-13. http://www.tomveatch.com/else/humor/summary.html Diakses 20 september 2002 Hamzah b uno, 2009. “Mengelolah Kecerdasan dalam Pembelajaran (sebuah konsep pembelajaran berbasis kecerdasan)” Jakarta: PT Indeks
89
Kaudfelt, M. 2008. Wahai Para Guru, “Ubahlah Cara Mengajarmu (perintah Pengajaran yang berbeda-beda dan sesuai dengan otak)” Jakarta, PT Indeks Lucy. 2009, Mendidik Sesuai dengan Bakat dan Minat Anak” Yogyakarta, PT Tangga Pustaka Riduwan. 2003, “Dasar-Dasar Statistika” Bandung, Alfabeta Slameto. 1995, “ Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta Sanjaya Wina. 2006, “ Strategi Pembelajran Berorientasi Standar Proses Pendidikan”Jakarta, Kencana Prenada Media Group Sefrina, A. 2010, “Deteksi Minat Bakat Anak” Yogyakarta, Media Pressindo Sugiyono. 2010, “ Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D. Bandung; CV Alfabeta Sulastri Ucu dan Wahyudi. 2015. “Super Teaching (Trik dan Tips Menjadi Guru yang Mmpu Meningkatkan Kecerdasan Anak)” Jakarta, PT. Luxima Metro Media Trianto, 2011. Model pembelajaran terpadu. Jakarta; PT bumi aksara
90
RIWAYAT HIDUP
Siti Rahmah lahir di desa Teluk pada tanggal 24 Januari 1991, anak ke-3 dari 5 bersaudara. Berasal dari keluarga sederhana buah hati pasangan Ayahanda M. Razali Buyung dan Ibunda Siti Fatimah. Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 18 Desa Teluk pada tahun 2003. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di MTS Swasta Desa Teluk pada tahun 2006. Selanjutnya menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 8 Batang Hari pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis melnjutkan pendidikan di Universitas Jambi melalui jalur Reguler Mandiri dan diterima di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan PIPS pada Program Studi Pendidikan Ekonomi. Penulis melaksanakan kegiatan PPL di SMA Negeri AlFalah Kota Jambi pada tahun 2012. Tahun 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KUKERTA) di desa Tendah Kecamatan Cermin Nan Gadang Kabupaten Sarolangun.