BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pengarang ketika mencipta karya-karyanya umumnya memiliki karakteristik
tersendiri.
Tanpa
karakteristik
tersendiri,
karya-karyanya
dipridiksi sebagai karya epigon. Berkaitan dengan hal tersebut Jane Spiro (2008 : 7) menyatakan In fect, for some a focus on form and language is exactly what makes poetry different from other written texs. Interestingly, controlled language practice has several features typical of poetry …. Andrei Aksana sebagai sastrawan, ia dapat dikatakan sebagai penulis kreatif mencipta karya sastra dalam bentuk novel dan puisi. Baik sebagai penulis novel maupun puisi, secara dominan Andrei mengungkap masalah cinta. Dalam bidang novel, hal ini dapat disimak melalui Abadilah Cinta (2003), Sebagai Pengganti Dirimu (2004), Cinta 24 Jam (2004), Karena Aku Mencintaimu (2006), dan Janda-Janda Kosmopolitan (2010). Dalam bidang puisi, Andrei Aksana mencipta kumpulan puisi Mencintaimu Pagi, Siang, Malam, yang kemudian peneliti singkat MPSM. Kumpulan puisi tersebut diterbitkan oleh P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Februari 2011. Berdasarkan hasil observasi, kumpulan puisi Mencintaimu Pagi, Siang, Malam terdiri atas tiga sub: „Pagi, Siang, Malam‟. Sub Pagi terdiri atas 93
1
2
judul, antara lain puisi berjudul “Aku” empat judul, „Ada‟ terdiri atas dua judul, dan „Apakah‟ satu judul. Sub „Siang‟ terdiri atas tiga belas judul. Hal tersebut dapat dirinci „Siang‟ sepuluh judul, „Kamu‟ dua judul, „dan „Keringatmu‟ satu judul. Sub „Malam‟ terdiri atas 294 judul puisi, antara lain puisi berjudul „Malam‟ enam belas judul, „Mimpi‟ satu judul, dan „Memejamkan‟ satu judul. Sesuatu yang unik dalam kumpulkan puisi tersebut, masing-masing judul puisi terdiri atas satu kata. Secara dominan judul-judul puisi berupa kata dasar, misal: “Pagi”, “Aku”, “Siang”, “Kamu”, dan “Malam”. Judul puisi yang lain berupa kata kompleks (turunan), misal: “Apakah”, “Keringatmu”, dan “Ditulisnya”. Judul – judul puisi oleh Andrei Aksana ditulis menyatu dengan larik-larik puisi. Dalam hal ini Andrei Aksana menggunakan cara seperti halnya kebanyakan penulis karya sastra fiksi mengawali apa yang ia narasikan. Dalam MPSM secara total penyair mengungkap masalah cinta. Berkaitan dengan hal tersebut, Agus Susanto (2013: 51) menyatakan bahwa peradaban Yunani kuno memiliki trio filsuf (Plato, Socrates, dan Aristoteles) membagi cinta menjadi empat berdasarkan objek yang dicintai : 1. cinta eros atau cinta amor, 2. cinta philia, 3. cinta xenia (cinta sesama), 4. cinta agape (kasih sayang).
Cinta eros diartikan sebagai cinta yang lazim dipahami oleh
masyarakat umum yaitu cinta antara seorang pria dan wanita. Cinta philia berarti cinta kepada keluarga dan orang-orang yang masih mempunyai hubungan kekerabatan atau keluarga. Cinta xenia (cinta sesama) berarti cinta kepada semua manusia. Cinta agape merupakan cinta manusia kepada Tuhan.
3
Secara dominan dalam kumpulan puisi MPSM, Andrei Aksana secara mengungkap gambaran cinta eros aku lirik kepada kekasih/(istrinya) berinterlud cinta agape dan philia. Oleh Andrei Aksana hal tersebut dideskripsikan dalam bentuk trilogi waktu pagi, siang, dan malam. Meskipun kumpulan puisi MPSM terdiri atas puisi antara sub Pagi, Siang, dan Malam seolah membentuk alur. Dengan kata lain antara sub kumpulan puisi yang satu dengan yang lain ada relevansinya. Secara lebih rinci antara puisi yang satu dengan yang lain maknanya saling terkait. Dalam ilusinya ketika pagi hari aku lirik mencintai kekasihnya seolah tidak ada lagi hari esok. Siang hari, aku lirik menguji janji. Malam hari aku lirik berilusi kembali berada di samping kekasih/(istrinya). Apakah dengan mencintai kekasihnya ia merasa berbahagia? Cinta solid aku lirik ternyata kemudian “bertepuk sebelah tangan” (tidak mendapat balasan). Menyikapi hal tersebut aku lirik mencoba lagi untuk setia, tetapi ternyata kandas juga cintanya, akhirnya aku lirik kesunyian. Hal inilah yang menjadi fokus Latar Belakang Masalah penelitian terhadap kumpulan puisi MPSM. Berdasarkan deskripsi tersebut, peneliti dalam tesis ini meresepsi kumpulan puisi MPSM dari dimensi respon estetik Wolfgang Iser. Dalam hal ini peneliti meresepsi puisi-puisi MPSM secara deskriptif dan eksplanatif, serta peneliti memberi varian berupa contoh-contoh.
4
1.2 Rumusan Masalah Merujuk pada Latar Belakang Masalah di atas, pokok-pokok permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Varian makna apa saja yang terungkap dalam MPSM? 2. Bagaimana resepsi pembaca terhadap varian makna tersebut bedasarkan respon estetik, serta bagaimana manfaat bagi masyarakat pembaca?
1.3 Objek Penelitian Objek penelitian adalah barang yang hendak diteliti oleh peneliti. Berkaitan dengan hal tersebut, objek penelitian dapat berupa benda yang dapat diukur dan dilihat. Objek penelitian terdiri atas dua macam yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah benda atau hal yang menjadi objek atau bidang ilmu. Objek formal merupakan aspek atau sudut pandang ilmu dalam melihat penelitian (Andi Prastowo, 2011:30) Atas dasar statemen tersebut, tesis yang peneliti tandai dengan judul Resepsi Kumpulan Puisi MPSM, Karya Andrei Aksana dari Dimensi Respon Estetik Wolfgang Iser , objek materialnya adalah kumpulan puisi MPSM karya Andrei Aksana, diterbitkan oleh penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Tahun 2011. Objek formal yang peneliti analisis adalah varian makna yang terdapat dalam MPSM. Berkaitan dengan hal tersebut, Iser (1987:21) mengungkapkan From this We may conclude that the literary work has two poles, which might call the artistic and the aesthetic: The artistic pole is the
5
author’s text and the aesthetic is the realization accomplished by the reader. Karya sastra memiliki dua kutub yaitu kutub artistik dan kutub estetik. Kutub artistik adalah teks yang dibuat oleh penyair, sedangkan kutub estetik adalah realisasi yang dilakukan oleh pembaca. Untuk mengungkap gagasan dalam teks sastra pembaca terkadang mengalami kesenjangan yang disebut blank. Cara merealisasikannya pembaca memanfaatkan repertoar. Dalam seleksi repertoar pembaca menemukan background-foreground. Hubungan antara blank, repertoar, dan backgroundforeground merupakan hubungan korelasi fungsional. Objek formal dalam penelitian ini adalah resepsi kumpulan puisi MPSM dari dimensi respon estetik. Oleh Iser, hal tersebut diartikan sebagai reaksi perihal antara teks, pembaca, dan hubungan interaksinya (Iser, 1987: X).
1.4 Tujuan Penelitian Tesis yang ditandai dengan judul Resepsi Kumpulan Puisi MPSM, Karya Andrei Aksana dari Dimensi Respon Estetik ini mempunyai dua tujuan: 1. tujuan teoretis, 2. tujuan pragmatis. 1) Tujuan teoretis dalam hal ini peneliti berusaha menemukan varian makna menggunakan kerangka dasar teori respon estetik untuk menganalisis objek material dan objek formal. 2) Tujuan pragmatis, peneliti berusaha meresepsi varian makna MPSM serta mengungkap manfaat/(kegunaan) hasil penelitian ini bagi masyarakat pembaca.
6
1.5 Tinjauan Pustaka MPSM merupakan kumpulan puisi karya Andrei Aksana yang pertama. Kumpulan puisi tersebut diterbitkan oleh penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, tahun 2011. Cover bagian depan/(luar) bertuliskan Kumpulan Puisi Mencintaimu Pagi, Siang, Malam, Andrei Aksana.
Di atas tulisan
tersebut terdapat torehan air berwarna merah membentuk daun waru sebagai lambang cinta tertuang dari gelas yang berada di samping kiri judul kumpulan puisi, berposisi miring membentuk 45o condong ke arah kanan disertai bayangan secara terbalik. Di bagian ujung kanan atas berlogo penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, sedangkan pada ujung kiri atas bertuliskan “Semua royalti disumbangkan ke Yayasan Thalassaemia Indonesia. Kumpulan MPSM cetakan pertama Februari 2011, cetakan kedua Maret 2011 dan cetakan ketiga Juni 2011. Baik cetakan pertama, kedua, maupun cetakan ketiga dicetak oleh PT. Gramedia Pustaka Utama, Jalan Palmerah Barat 29 – 37 blok I
lt. 5 Jakarta 10270. Buku kumpulan puisi tersebut
berukuran 15 x 20 cm, terdiri atas 224 halaman ber-ISBN : 978-979-22-6733-4 Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, kumpulan puisi tersebut belum ada yang menggunakan sebagai objek penelitian untuk penulisan tesis. Meskipun demikian bukan berarti bahwa kumpulan puisi tersebut masih berupa artefak. Jika disimak dari cover bagian belakang, buku kumpulan puisi MPSM telah diapresiasi oleh berbagai kritisi. Hal ini antara lain : Fira Basuki, Ia berkomentar bahwa “Mencintaimu seperti dilebihkan waktu. Setiap pagi
7
bertambah rasaku”. Djenarmaesa Ayu mengapresiasi MPSM dengan kalimat Love is when you are falling in love every day with the some person. Lain halnya Clara, ia mengapresiasi kumpulan puisi tersebut dengan nada vulgar. ”Malam adalah menebar luka, seperti angin mencatat pilu di palung mata daradara pada keringat dadanya, gairah syahwat menelanjangi cinta”. Bagi Andrei Aksana, MPSM merupakan kumpulan puisinya yang pertama, akan tetapi sebenarnya, sebelum Andrei menulis kumpulan puisi, telah menerbitkan beberapa buku fiksi, antara lain novel berjudul Cinta 24 Jam (2004), novel Abadilah Cinta (2005), novel Karena Aku Mencintaimu (2006), dan novel Lelaki Terindah (2010). Semua novel yang peneliti sebutkan diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Perlu diketahui bahwa sebelum Andrei Aksana mencipta Kumpulan Puisi MPSM ia terlebih dulu menulis puisi tanpa judul dalam novel Abadilah Cinta (2004), puisi berjudul “Tak Mampu” dalam novel Karena Aku Mencintaimu (2006). Dalam hal ini Wulan Guritno melalui cover Cinta 24 Jam berkomentar bahwa puisi-puisi Andrei Aksana indah sekali.
1.6. Landasan Teori Tesis yang peneliti susun ini berjudul Resepsi Kumpulan Puisi MPSM, Karya Andrei Aksana dari Dimensi Respon Estetik Wolfgang Iser. Untuk mengungkap varian makna dan resepsinya, peneliti memanfaatkan referensi The Act of Reading: A Theory of Esthetic Response karya Wolfgang Iser, terbit tahun 1987 di London oleh The John Hopkins, University Press. Referensi
8
tersebut peneliti manfaatkan sebagai referensi utama. Untuk melengkapi hasil analisis peneliti memanfaatkan beberapa teori pendukung, antara lain referensi Creative Poetry Writting karya Jane Spiro, diterbitkan oleh Ford University Press, tahun 2008. Selain itu Gary Rosberg dalam Lily Christanto, Choosing to Love Again. Referensi tersebut diterbitkan di Yogyakarta oleh penerbit ANDI, tahun 2011. Teori resepsi (reseptions theorie) oleh Wolfgang Iser disebut sebagai aesthetic response. Teori resepsi menganalisis perihal hubungan dialektik antara teks, pembaca, dan interaksinya (Iser, 1987 : X). Hal inilah yang menjadi pilihan peneliti menganalisis kumpulan puisi MPSM
berdasarkan
paradigma resepsi tersebut. Selanjutnya Iser melalui (1987: 20) dalam hal ini menyatakan bahwa pembaca pada setiap kerja sastra merupakan suatu interaksi antara struktur dan sambutan pembaca. Dalam meresepsi karya sastra, pembaca tidak hanya berkompeten, tetapi juga perlu mengobservasi hasil reaksinya selama proses berlangsung (Iser 1987: 31). Meskipun demikian tidak tertutup kemungkinan bahwa reaksi yang diproduksi berbeda variabelnya karena dihasilkan berdasarkan pengalaman yang berbeda (Iser 1987: 25). Untuk memperoleh premis yang valid dalam merepsesi karya sastra, peneliti dalam hal ini akan mencantumkan statemen Iser (1987: 21) yang menyatakan “The virtual position of the work is between text an leader its actualization is clearly the result of interaction between the
9
two, and so exclusive concentration on either the author’s techniques as the reader’s psychology will tell us title about the reading process itself”. Berkaitan dengan hal tersebut Iser (1987: 18) mengetahui jika penganalisis/ (pembaca) mengklarifikasi sebuah teks secara potensial, ia tidak akan terjebak hal yang keliru ketika mencoba menentukan suatu makna yang telah dibacanya. Dalam hal ini keefektivan sebuh karya sastra bergantung pada pembaca (Iser, 1987: 10). Selanjutnya Iser (1987: 20) menyatakan bahwa jelaslah membaca adalah prakondisi yang essensial untuk menafsirkan teks sastra. Teks sastra yang belum dibaca tidak mempunyai arti apa-apa. Teks tersebut hanya sebagai artefak. Membaca bukanlah pendalaman makna secara langsung, akan tetapi membaca merupakan suatu proses interaksi yang dinamis antara teks dan pembaca (Iser 1987 : 107). Berkaitan dengan hal tersebut membaca karya sastra,khususnya puisi yang mengandung makna ganda (multi interpretasi) kadang pula ketika pembaca menafsirkan makna terjadi kesenjangan interpretasi.
Oleh
Iser
(1987:182),
hal
seperti
ini
disebut
blank
(Inderterminacy of the text). Selanjutnya Iser mengartikan bahwa blanks, however, break this connectability, there by signalizing both the absence of connection and expectation
we have of
everyday language
where
connectability is joined pragmatically (1987 : 183). Dalam penelitian ini hal yang blank akan peneliti isi dengan repertoar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Iser (1987 : 69 ) sebagai berikut.
10
The concentions necessary for the establishment of a situation might more fittingly be called the reportaire of the text. The accepted procedures we shall call the strategies, and the reader’s participation will hence for the refffered to as the realization. Selanjutnya reportoar merupakan referensi berupa karyakarya yang keberadaannya lebih dulu atau berupa norma-norma sosial, kesejarahan atau yang mengacu keseluruhan budaya yang dirumuskan dalam teks. Hal ini dinyatakan oleh Iser (1987: 69) sebagai berikut. The reportaire consists of all the familiar territory within text. This may be in the form of refferences to earlier works or to social and historical norms, or to the whole culture from which the text has emerged. Lebih lanjut Iser (1987 : 79) menyatakan bahwa repertoar dalam teks sastra bukanlah konsisten dari sosial dan norma-norma budaya, tetapi juga memasukkan unsur-unsur di dalamnya, keseluruhan tradisi bersama-sama dengan norma-norma tersebut. Iser (1987 : 86) menyatakan lebih lanjut bahwa fungsi strategis repertoar adalah untuk mengorganisasi dalam aktualisasi dan melakukan berbagai cara tidak hanya kondisi hubungan antara perbedaan elemen repertoar. Selain itu repertoar membantu sebagai peletak dasar kesamaan penciptaan. Dalam analisis resepsi
peneliti memanfaatkan referensi pendukung
Metodologi Penelitian Sastra : Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi karya Suwardi Endraswara, diterbitkan oleh CAPS, Yogyakarta, tahun 2011. Referensi ini sebagai paradigma
tentang manfaat karya sastra dalam
hubungannya dengan penelitian resepsi sastra.
11
Dalam analisis kumpulan puisi MPSM peneliti berposisi sebagai pembaca ideal (pembaca serba tahu). Berkaitan dengan hal tersebut ,Iser (1987:29 ) menyatakan bahwa pembaca ideal berdasarkan fakta dan karir mampu merealisasikan seluruh makna potensial dari teks. Selanjutnya pembaca ideal harus mampu memecahkan misterinya.Atas dasar hal tersebut peneliti dalam menganalisis
MPSM
tidak
memanfaatkan
kuesioner
sebagai
sarana
pengumpulan data. Fish dalam Iser ( 1987 :31 ) pembaca dalam meresepsi teks harus memenuhi tiga kriteria: 1. Seorang reseptor harus memiliki kemampuan berbahasa
yang
kompeten. 2. Memiliki kemampuan dalam bidang semantik yang memadahi. 3. Yang bersangkutan berkompeten dalam bidang sastra. Sebagai referensi pendukung lainnya untuk menganalisis secara resepsi kumpulan puisi MPSM peneliti menggunakan referensi antara lain Alasan Tersembunyi Mengapa Pria Berperilaku Tertentu karya Gary Smalle Referensi tersebut diterbitkan oleh Yayasan Media Indonesia, Jakarta, tahun 1995.
1.7
Metodologi Penelitian Metode berarti cara yang dipergunakan seseorang peneliti dalam usaha
memecahkan masalah yang diteliti (Siswantoro, 2010:55). Selanjutnya Suwardi Endaswara (2011:8) menjelaskan bahwa metode penelitian sastra adalah cara yang dipilih oleh peneliti mempertimbangkan bentuk, isi, dan sifat sastra
12
sebagai subjek kajian. Dalam hal ini metode menyangkut cara yang operasional dalam penelitian. Untuk mempermudah pengoperasionalan metode, peneliti uraikan menjadi dua sub bahasan: 1. Metode Pengumpulan Data, dan 2. Metode Analisis Data.
1.7.1. Metode Pengumpulan Data Sebelum peneliti memaparkan metode analisis data tentang tesis yang ditandai dengan judul Resepsi Kumpulan Puisi MPSM dari Dimensi Respon Estetik Wolfgang Iser, terlebih dulu peneliti
memaparkan Metode
Pengumpulan Data. Dalam metode pengumpulan data ini, data peneliti klasifikasi menjadi dua yaitu data primer dan data skunder. Data primer berupa kumpulan puisi MPSM karya Andrei Aksana, diterbitkan tahun 2011 di Jakarta oleh penerbit Kompas Gramedia. Data skunder berupa sumber-sumber referensi tertulis karya-karya Andrei Aksana yang lain dan berbagai teori sastra. Baik perolehan data primer maupun skunder, prosesnya sebagai berikut. Sebelum peneliti melakukan pengumpulan data, terlebih dulu peneliti melakukan entry behaviour. Dalam hal ini peneliti membaca/(mengobservasi) kumpulan puisi MPSM secara heuristik dan kemudian peneliti lanjutkan pembacaan hermeneutik (retroaktif). Dengan
proses tersebut data primer
peneliti klasifikasikan menjadi tiga: 1. Pagi, 2. Siang, 3. Malam. Untuk membantu pemahaman terhadap makna karya sastra tersebut peneliti melanjutkan membaca karya-karya Andrei Aksana yang lain sebagai
13
bagian dari sarana repertoar dan background untuk melengkapi larik-larik puisi yang blank. Hal tersebut peneliti memanfaatkan data skunder. Untuk melengkapi data skunder peneliti membaca berbagai teori sastra yang relevan dengan objek material dan objek formal yang peneliti analisis (MPSM) karya Andrei Aksana. Dengan membaca berbagai teori sastra belumlah cukup, peneliti kemudian berusaha memahami teori resepsi karya Wolfgang Iser berjudul The Act of Reading : A Theory of Aesthetic Responce diterbitkan di Londong 1987 oleh John Hopkins University. Berdasarkan hasil, peneliti memanfaatkan The Act of Reading : A Theory of Aesthetic Responce sebagai landasan teori utama untuk menganalisis MPSM.
1.7.2. Metode Analisis Data Dalam metode analisis ini
peneliti pertama menganalisis
MPSM
berdasarkan varian makna terdiri atas Pagi, Siang, Malam. Untuk menganalisis varian makna tersebut peneliti berkonsentrasi pada kutub artistik dan kutub estetik berobjek materi kumpulan puisi sub Pagi, Siang, dan Malam. Tahap selanjutnya, peneliti menganalisis kumpulan puisi secara reseptif. Dalam hal ini peneliti menganalisis objek Tidak Ada Hari Esok, Menguji Janji dan Kembali di Sisinya.
Pada tahap ini peneliti berusaha mengungkap secara
reseptif dan mengungkap manfaat bagi pembaca. Dalam hal ini peneliti berposisi sebagai pembaca ideal yang berarti pembaca serba tahu.
14
Pembaca ideal harus memiliki
kode identik dengan kode pengarang.
Dalam hal ini pembaca ideal dapat dari kalangan filolog, orang terpelajar dan kritikus. Pembaca ideal dibentuk oleh seorang kritikus dalam proses interpreneur (Iser, 1987 : 27). Berkaitan dengan hal tersebut di atas Wolf dalam Iser (1987 : 32-33) memunculkan intended reader. Dalam hal ini pembaca menunjukkan konsep rekonstruksi pengungkapan disposisi (pendapat seseorang), historis publik yang menjadi tujuan penulis. Dengan kata lain intended reader membangun kembali gagasan penulis. Intended reader dapat menjadi pembaca ideal, dapat muncul
melalui
antisipasi
terhadap
nilai-nilai
kontemporer
melalui
individualism penentuan sikap dengan tujuan didaktis. Iser (1987 : 30) mengatakan bahwa dasar perhatian konsep pembaca ideal lebih mengarah pada hasil-hasil produksi ke potensi teks
yang mengacu
dialektik penciptaan kembali (rekreatif). Dalam hal ini pembaca ditingkatkan ke suatu kerangka referensi potensi-potensi semantik dan pragmatik teks. Selanjutnya Iser (1987 : 31) secara global mengatakan kategori pembaca tidak hanya berkompeten, tetapi juga mengobservasi reaksinya selama proses aktualisasi supaya hasil reaksinya memperoleh kesempurnaan. Atas dasar paparan tersebut untuk memperoleh gambaran secara konkret dapat disimak diagram sebagai berikut :
15
RESEPSI KUMPULAN PUISI MPSM KARYA ANDREI AKSANA DARI DIMENSI RESPON ESTETIK WOLFGANG ISER
Sintesa
Pragmatis
Analisis Reseptif
Analisis Varian Makna
Entry Behavior : 1. Membaca / (mengobservasi ) Kumpulan Puisi MPSM 2. Membaca karya- karya sastra Andrei Aksana yang lain 3.
Membaca berbagai teori sastra
4.
Membaca The Act of
Reading : A Theory of Estetic
Response karya Wolfgang Iser, 1987, diterbitkan oleh John Hopkins University Press, London secara intensif
16
1.8
Sistematika Penulisan Tesis yang ditandai dengan judul Resepsi Kumpulan Puisi MPSM, Karya
Andrei Aksana dari Dimensi Respon Estetik Wolfgang Iser menggunakan sistematika sebagai berikut. Bab I berisi Pendahuluan. Bab ini terdiri atas sub Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Objek Penelitian, Tujuan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori, dan Sistematika Penulisan. Bab II berisi Andrei Aksana dan karya – karyanya. Bab ini berisi deskripsi tentang kumpulan puisi MPSM dan karya – karya lainya Bab III peneliti mengungkap varian makna kumpulan puisi MPSM. Dalam analisis ini peneliti berusaha menganalisis sampai tahap sintesa. Untuk memperoleh
gambaran
secara
eksplanatif
dan
konkret
peneliti
mengeksplanasikan masalah blank, repertoar, dan background-foreground kumpulan puisi tersebut. Bab IV peneliti memaparkan secara resepsi atas bab III. Dengan analisis resepsi ini peneliti mengungkap bagaimana resepsi pembaca terhadap kumpulan puisi MPSM. Selain itu peneliti mengungkap secara konkret manfaat penulisan ini bagi masyarakat pembaca. Bab V berisi Simpulan dan Saran. Sub Simpulan merupakan kesimpulan atas paparan pada bab-bab sebelumnya. Sub Saran berisi harapan dan saran bagi pembaca untuk penyempurnaan tesis ini. Setelah peneliti selesai menyusun Bab V, peneliti menyusun Bibliografi. Kemudian peneliti membuat indeks dan glosari.