BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari pengaruh manusia lain. Di dalam dirinya terdapat dorongan untuk berinteraksi satu sama lain. Mereka membutuhkan orang lain dan lingkungannya untuk bersosialisasi. Dalam bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk memperkenalkan diri, berbagi pikiran, perasaan, pengalaman, pengetahuan dan ide. Untuk membentuk hal tersebut, mereka menggunakan alat berkomunikasi yaitu bahasa. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan, saling berbagi pengalaman, saling belajar satu sama lain. Dalam berkomunikasi, terdapat dua orang yang terkait, yaitu pembicara dan pendengar. Pembicara dan pendengar diharapkan untuk saling memahami ketika terjadi sebuah komunikasi demi mencapai tujuan bersama, sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman diantara keduanya. Untuk itu, pembicara harus selalu berusaha agar tuturannya mematuhi prinsip kerja sama, kesantunan, etika, maupun estetika. Manusia saling bertukar pikiran, gagasan, ide, dan informasi. Maka dalam setiap komunikasi, manusia melakukan sebuah peristiwa yang disebut peristiwa tutur. Hymes (1972) mengatakan “a nested hierarchy of units called the speech situation, speech event, and speech act.” Tindak tutur merupakan bagian dari peristiwa tutur dan peristiwa tutur merupakan bagian dari situasi tutur. Oleh karena itu tindak tutur dan peristiwa tutur memiliki hubungan yang sangat erat.
1
2
Keduanya merupakan gejala yang terdapat pada satu proses, yaitu proses komunikasi. Peristiwa tutur lebih dilihat pada tujuan peristiwanya, sedangkan tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Situasi tutur bukanlah kajian wicara, tetapi dapat diacu oleh wicara sebagai konteks. Sebuah ujaran bertujuan menyampaikan sesuatu atau mempengaruhi pendengar untuk melakukan sebuah tindakan. Hal ini disebut sebagai tindak tutur. Tindak tutur merupakan suatu ujaran yang tidak hanya mengandung sebuah informasi namun mengandung sebuah tindakan langsung dalam berkomunikasi. Pada dasarnya saat seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu (Austin 1962). Yule (1996) mendefinisikan tindak tutur sebagai tindakan yang dilakukan melalui ujaran. Teori tindak tutur digunakan dalam interaksi kehidupan nyata, sebagai contoh ketika seseorang menyampaikan permintaan maaf, sapaan, permintaan, keluhan, undangan, pujian, penolakan, terima kasih, dan sebagainya. Tindak tutur yang dihasilkan tergantung pada tujuan dan harus disesuaikan dengan situasi tuturan. Pada tahun 1962, salah satu penemu ilmu pragmatik, John Langshaw Austin menyatakan bahwa teori tindak tutur terbagi menjadi 3 aspek, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu dan hanya bersifat informatif. Ilokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu dan dapat dipergunakan atau mempengaruhi seseorang untuk melakukan sebuah tindakan, sedangkan perlokusi adalah sebuah tuturan yang merupakan hasil dari tindak tutur lokusi dan ilokusi. Searle dalam Leech (2011:163-166) berpendapat membagi tindak tutur ilokusi berdasarkan berbagai kriteria, yaitu asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif.
3
Selain itu, Wijana (1996:29-36) juga mengklasifikasikan tindak tutur, yaitu tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal, tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, tindak tutur tidak langsung tidak literal dan interaksi berbagai jenis tindak tutur. Jenis-jenis tindak tutur tersebut dapat ditemukan pada dialog percakapan sehari-hari, novel, komik, dan film. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur mengandung sebuah tindakan langsung dalam berkomunikasi. Tindak tutur yang dihasilkan tergantung pada tujuan dan harus disesuaikan dengan situasi tuturan. Terdapat 3 aspek pada teori tindak tutur, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Penelitian ini untuk menganalisis lebih dalam mengenai teori tindak tutur. Penelitian tersebut akan menggunakan sebuah media komunikasi yaitu film. Film adalah salah satu media komunikasi visual yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan baik berupa informasi, hiburan, atau pendidikan kepada sekelompok orang di tempat tertentu. Objek penelitian yang dipilih yaitu serial film The Flash karya Greg Berlanti. Materi penelitian dibatasi hanya pada teori tindak tutur ilokusi asertif. Serial film The Flash disutradarai oleh David Nutter dan naskah ini ditulis oleh Greg Berlanti, Andrew Kreisberg, dan Geoff Johns. Serial film The Flash dirilis pada tanggal 7 Oktober 2014. Film ini menceritakan seorang ahli forensik yang mendapatkan kekuatan dari efek meledaknya akselarator partikel yang kemudian merubah hidupnya menjadi pahlawan super cepat. Bahasa yang digunakan yaitu bahasa formal dan informal. Dilihat dari percakapan yang terdapat pada film ini, terdapat beberapa macam tindak tutur dengan situasi
4
tuturan yang berbeda. Oleh karena itu, masalah atau topik yang dipilih untuk penelitian ini ialah menganalisis tindak tutur ilokusi asertif apa saja pada serial film The Flash.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan judul penelitian yaitu „Tindak Tutur Asertif pada Serial Film The Flash Karya Greg Berlanti : Kajian Pragmatis‟, identifikasi masalah skripsi ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Tindak tutur ilokusi asertif apa saja yang terdapat pada serial film The Flash karya Greg Berlanti? 2. Fungsi sosial tindak tutur ilokusi apa yang terdapat pada serial film The Flash karya Greg Berlanti?
1.3 Batasan Masalah Masalah dalam penelitian skripsi ini dibatasi hanya pada tindak tutur ilokusi asertif yang meliputi dua aspek yaitu jenis dan fungsi sosialnya. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari serial film The Flash karya Greg Berlanti. Penulisan skripsi mengacu pada teori pragmatik Austin (1962), Yule (1996), Searle (1969), Dell Hymes (1974), dan Leech (1983).
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan uraian identifikasi masalah diatas maka tujuan peneltian ini adalah: 1. Untuk mengidentifikasi jenis tindak tutur ilokusi asertif apa saja pada serial film The Flash karya Greg Berlanti berdasarkan cara penyampaiannya.
5
2. Untuk menjelaskan fungsi sosial tindak tutur ilokusi pada serial film The Flash karya Greg Berlanti. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai ilmu pragmatik khususnya dalam materi tindak tutur ilokusi asertif.
1.5 Objek dan Metode Penelitian Objek penelitian dalam skripsi ini mengenai ujaran-ujaran yang mengandung tindak tutur ilokusi asertif dalam sebuah serial film yang berjudul The Flash karya Greg Berlanti. Di dalam serial film tersebut terdapat beberapa macam teori tindak tutur kajian pragmatik khususnya tindak tutur ilokusi asertif pada percakapan antar karakter. Metode yang digunakan untuk menganalisis data ialah metode deskriptif analisis dengan cara membuat gambaran sesuai dengan fakta, menggambarkannya secara sistematis, menganalisisnya sesuai dengan komponen tutur SPEAKING dan membuat kesimpulan atas gambaran yang diteliti. Menurut Sukmadinata (2006:72) metode deskriptif analisis adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Berbeda dengan Sukmadinata, menurut Erna Widodo dan Mukhtar (2000) kebanyakan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan lebih pada menggambarkan apa adanya suatu gejala, variabel, atau keadaan. Tujuan menggunakan metode ini sesuai dengan kerja peneliti dalam metode penelitian deskriptif analisis ini yaitu untuk menjelaskan tindak tutur ilokusi asertif dan fungsi sosial tindak tutur ilokusi yang terdapat pada film The Flash
6
karya Greg Berlanti. Langkah-langkah yang ditempuh dalam proses penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: 1.
Menonton dan memperhatikan ujaran-ujaran yang terdapat pada serial film The Flash karya Greg Berlanti.
2.
Mengunduh naskah serial film The Flash karya Greg Berlanti.
3.
Membaca, mempelajari, mengumpulkan data tindak tutur ilokusi asertif.
4.
Klasifikasi data berdasarkan jenis tindak tutur ilokusi asertif.
5.
Menganalisis data sesuai dengan identifikasi masalah, yaitu jenis tindak tutur ilokusi asertif dan fungsi sosial tindak tutur ilokusi. Khususnya, untuk menganalisis jenis tindak tutur ilokusi asertif akan disertai gambar dan dianalisis menggunakan teknik komponen tutur SPEAKING.
6.
Membuat simpulan dan saran.
1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam skripsi ini ditulis sebagai berikut, yaitu: Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian Pustaka, Bab III Analisis Data, dan Bab IV Simpulan dan Saran. Bab I yang berupa Pendahuluan mencakup latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, objek dan metode penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II berupa Kajian Pustaka yang membahas tentang pragmatik dan semantik, jenis-jenis tindak tutur, klasifikasi tindak tutur, jenis-jenis tindak tutur ilokusi asertif, fungsi sosial tindak tutur ilokusi, situasi tutur, peristiwa tutur, dan konteks. Teori-teori yang digunakan
7
dalam penulisan ini antara lain teori Austin (1962), Yule (1996), Searle (1969), Dell Hymes (1974) dan Leech (1983). Bab III berisi Analisis Data tindak tutur ilokusi asertif dan fungsi sosial tindak tutur ilokusi. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, ditarik simpulan dan diberikan saran yang ditulis pada Bab IV.