BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Hasil penelitian mengenai analisis preferensi calon penumpang pada kasus reaktifasi kereta api Megelang -Yogyakarta-Bantul dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1) Faktor pelayanan yang dibutuhkan calon penumpang kereta api Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan diperoleh indikator pelayanan sebagai berikut. a) Tingkat pelayanan kualitatif a. Kenyamanan penumpang (fasilitas full-AC, fan-AC, fan/kipas angin, tanpa kipas angin) b) Kemudahan/aksesibilitas a. Integrasi antar moda b. Jarak atara halte dengan tempat tujuan c. Waktu tunggu angkutan umum setelah turun dari kereta api c) Tingkat pelayanan kuantitatif a. Tarif perjalanan b. Waktu tempuh perjalanan c. Jadwal kedatangan kereta api Berdasarkan hasil kalibrasi terhadap indikator-indikator tersebut, kemudian didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi ketertarikan calon penumpang kereta api di wilayah Bantul maupun Magelang seperti berikut. a) Faktor pengaruh ketertarikan calon pengguna kereta api di wilayah Bantul yaitu a. tarif perjalanan, b. waktu tempuh perjalanan, c. tingkat kenyamanan.
b) Faktor pengaruh ketertarikan calon pengguna kereta api di wilayah Magelang yaitu hanya jadwal kedatangan kereta api. Perbedaaan faktor pelayanan tersebut disebabkan karena perbedaan karaktersitik perjalanan responden di wilayah Magelang yang berbeda dengan karakteristik perjalanan responden di wilayah Bantul. Karakteristik perjalanan responden di wilayah Magelang didominasi oleh responden yang belum tentu melakukan perjalanan dalam setiap bulannya dengan tujuan perjalanan belanja atau hanya sekedar berkunjung. Berbeda dengan karakteristik perjalanan pada pengguna kendaraan pribadi di wailyah Bantul dengan frekuensi perjalanan dari responden yang didominasi dengan perjalanan yang dilakukan hampir setiap hari dengan tujuan perjalanan bekerja. 2) Persamaan utilitas kesediaan penggunaan kereta api didasarkan terhadap indikator-indikator yang berpengaruh terhadap rencana reaktifasi kereta api, kemudian dilakukan analisis pemodelan ordered probit dengan menggunakan program Limdep 2002. Hasil permodelan menghasilkan suatu persamaan utilitas kesediaan penggunaan kereta api untuk masing-masing kategori baik di wilayah Magelang maupun Bantul. Dari persamaan utilitas yang dihasilkan, didapatkan bahwa terdapat beberapa indikator yang berpengaruh signifikan terhadap kemauan calon pengguna kereta api. Penjelasan indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut dibedakan terhadap wilayah tinjauan penelitian. a) Wilayah Bantul Pengguna kendaraan pribadi yi* = 3,2477 - 0,6041 (Tarif) + 0,4641 (Waktu Tempuh) - 0,2915 (Kenyamanan) Pengguna kendaraan umum yi* = 2,9363 - 0,6786 (Tarif) + 0,3976 (Waktu Tempuh) - 0,3050 (Kenyamanan) Dilihat dari persamaan utilitas baik dari pengguna kendaraan pribadi maupun kendaraan umum di wilayah Bantul, didapatkan indikator yang paling berpengaruh signifikan terhadap kemauan calon pengguna adalah indikator
tarif, dengan faktor koefisien sebesar 0,6041 untuk pengguna kendaraan pribadi dan 0,6786 untuk kendaraan umum. Tanda negatif pada indikator tarif merepresentasikan bahwa dengan diberlakukannya kenaikan tarif pada kereta api maka hal tersebut akan menurunkan keinginan calon pengguna untuk memanfaatkan kereta api. b) Wilayah Magelang Pengguna kendaraan pribadi yi* = 1,9207 - 0,2716 Kedatangan Pengguna kendaraan umum yi* = 2,1358 – 0,3329 Kedatangan Berbeda dengan kondisi di wilayah Bantul, indikator yang berpengaruh terhadap kemauan calon pengguna di wilayah Magelang hanya didasarkan terhadap indikator jadwal kedatangan kereta api. Oleh karena itu hanya indikator kedatangan saja yang paling berpengaruh signifikan terhadap kemauan calon pengguna menggunakan kereta api dengan faktor koefisien 0,2716 untuk pengguna kendaraan pribadi dan 0,3329 untuk angkutan umum. Tanda keofisien yang sama pada wilayah Bantul yaitu tanda negatif merepresentasikan bahwa dengan semakin lamanya kedatangan kereta api membuat calon penumpang semakin tidak bersedia menggunakan kereta api atau dengan kata lain menurunkan kesediaan memanfaatkan moda kereta api. 3) Peluang kesediaan calon pengguna a) Wilayah Bantul Probabilitas kesediaan calon pengguna untuk menggunakan kereta api tertinggi di wilayah Bantul adalah apabila diterapkan skenario 7 untuk pengguna kendaraan umum dan diterapkan skenario 2 untuk pengguna kendaraan pribadi dari total 9 skenario yang ditawarkan kepada responden. Skenario 7 hasil akhir dari kalibrasi pemodelan menawarkan tarif sebesar Rp. 6.000,-, waktu tempuh perjalanan sama dengan menggunakan kendaraann pribadi/bus, dan kenyamanan dengan menggunakan Full-AC. Skenario 2 hasil akhir dari kalibrasi pemodelan menawarkan tarif sebersar Rp. 6.000,-, waktu tempuh perjalanan lebih cepat 40% daripada kendaraan pribadi/bus, dan
keneyamanan tanpa menggunakan kipas angin/fan. Kesediaan responden memanfaatkan moda kereta api di wilayah Bantul khususnya untuk kategori pengguna kendaraan umum lebih dipengaruhi oleh faktor biaya tarif perjalanan dan kenyamanan daripada faktor pelayanan waktu tempuh. Hal ini mengindikasikan bahwa calon pengguna kereta api yang diwakili oleh pengguna angkutan umum adalah orang dengan tipe pekerjaan yang tidak harus sampai tujuan tepat waktu atau fleksibel dan bukan pekerja kantoran dikarenakan mereka kurang begitu memperhatikan kecepatan atau waktu tempuh kereta api. Namun berbeda untuk kategori pengguna kendaraan pribadi, faktor biaya tarif perjalanan dan faktor pelayanan waktu tempuh lebih berpengaruh daripada faktor kenyamanan, mereka lebih mementingkan ketepatan waktu dalam kegiatan sehari-hari atau dengan kata lain waktu perjalana kereta api harus lebih cepat dari kendaraan yang mereka gunakan sebelumnya agar dapat sampai dengan tujuan lebih cepat daripada menggunakan kendaraan pribadi. Hal ini mengindikasikan bahwa pengguna kendaraan pribadi di wilayah Bantul merupakan pekerja kantoran atau pekerjaan yang harus datang dengan tepat waktu. Besarnya probabilitas responden pengguna kendaraan umum
di wilayah Bantul jika diterapkan
skenario 7 setelah dilakukan kalibrasi adalah sebesar 71,23%. Sedangkan untuk pengguna kendaraan pribadi wilayah Bantul jika diterapkan skenario 2 setelah dilakukan kalibrasi adalah sebesar 44,04%. b) Wilayah Magelang Probabilitas kesediaan calon pengguna untuk menggunakan kereta api tertinggi di wilayah Magelang adalah apabila diterapkan skenario 1, 3, atau 5 baik untuk pengguna kendaraan pribadi maupun umum dari total 9 skenario yang ditawarkan kepada responden. Skenario 1, 3, atau 5 hasil akhir dari kalibrasi pemodelan menawarkan tingkat pelayanan jadwal kedatangan kereta tiap 1 jam sekali. Kesediaan responden memanfaatkan moda kereta api di wilayah Magelang baik untuk kategori pengguna kendaraan umum maupun pengguna kendaraan pribadi hanya dipengaruhi oleh faktor jadwal kedatangan kereta api.
Hal ini mengindikasikan bahwa responden di wilayah Magelang sangat mementingkan jadwal kedatangan kereta api yang singkat atau tidak terlalu lama dalam menunggu di stasiun dan jadwal kedatangan kereta api dengan frekuensi yang banyak dalam satu harinya. Besarnya probabilitas responden pengguna kendaraan umum dan kendaraan pribadi wilayah Magelang jika diterapkan skenario 1, 3, atau 5 setelah dilakukan kalibrasi berturut-turut adalah sebesar 23,58% dan 12,30%. 1.2 Saran Beberapa saran yang perlu dilakuan untuk penelitian selanjutnya adalah. 1) Penelitian ini menggunakan studi literatur dalam penentuan variabel faktor pelayanan yang digunakan dalam kuisioner. Akan lebih menjaga nilai validitas dari tiap-tiap variabel yang digunakan apabila dilakukan analisis faktor sebelum dilakukan kombinasi tiap variabel yang akan ditawarkan kepada calon responden. 2) Perlu dilakukan penyaringan mengenai keakraban responden terhadap penggunaan moda transportasi kereta api untuk menjaga pemahanan responden terhadap skenario yang ditawarkan. 3) Sistem leveling pada variabel dependent (respon calon penumpang) yang terlalu banyak, berpotensi akan menimbulkan kekurang pahaman responden dalam penentuan jawaban. Akan lebih baik jika sistem leveling yang ditawarkan memiliki skala yang lebih rendah (misal “Ya” dan “Tidak”) dan kemudian dilakukan analisis lebih lanjut untuk mendapatkan hasil leveling respon calon penumpang
seperti yang diinginkan dalam penelitian (level
dengan skala yang lebih banyak). 4) Penelitian lebih lanjut dengan responden yang memiliki maksud perjalanan khusus untuk berwisata dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat ketertarikan calon penumpang terhadap rencana reaktifasi kereta api untuk tujuan tempattempat wisata pada daerah Magelang, Yogyakarta, maupun Bantul.
5) Perlu adanya penelitain lebih lanjut mengenai penentuan tarif ideal yang didasarkan pada tingkat kemampuan untuk membayar (ability to pay) dan kemauan untuk membayar (willingness to pay) terhadap calon pengguna kereta api untuk mengetahui tingkat tarif ideal yang bisa diberlakukan seandainya kereta api jalur Magelang-Yogyakarta-Bantul dioperasikan.