Bab 2 Landasan Teori
2.1 Evaluasi Evaluasi pendidikan adalah salah satu tugas penting yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan pendidikan. Porsi terbesar dari evaluasi pendidikan adalah pada aspek belajar mengajar. Dalam setiap proses pembelajaran dan pengajaran komponen yang turut menentukan keberhasilan proses tersebut adalah evaluasi. Penyelenggaraan pendidikan baik formal maupun non-formal, pada umumnya berkewajiban memberikan informasi dan pertanggungjawaban kepada anak didiknya secara khusus dan kepada publik secara umum, mengenai berbagai aspek yang terkait dengan pelaksanaan serta hasil yang telah dicapai selama proses kegiatan berlangsung. Informasi ini bukan hanya dapat meningkatkan kepercayaan terhadap penyelenggara pendidikan tersebut tetapi juga dapat dijadikan acuan dasar untuk melakukan pengembangan dalam berbagai bidang. Informasi semacam inilah yang dapat disusun melalui suatu proses yang disebut dengan evaluasi. 2.3.1
Pengertian Evaluasi
Dalam proses pembelajaran dan pengajaran yang terjadi di sekolah, khususnya di kelas, pengajar merupakan pihak yang paling bertanggung jawab atas hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Melalui evaluasi pendidikan inilah seorang pengajar menjalankan tugasnya untuk mengukur penguasaan ilmu yang telah dipelajari dan diperoleh oleh siswanya agar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
8
Yatagai, dkk (2000:119) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan adalah sebagai berikut: 教育評価というのは教育目標に照らして生徒が望ましい成果をあげて いるかどうかを判定することといえる。いいかえれば教育目標がいか に達成されたかを測定し、その測定されたものの値打ちを確かめるこ とである。 Terjemahannya: Evaluasi pendidikan adalah sebuah proses untuk menentukan apakah siswa memperoleh hasil yang diinginkan atau tidak sesuai dengan tujuan pendidikan. Dapat dikatakan bahwa bukan sekedar mengukur pencapaian tujuan pendidikan, akan tetapi lebih kepada memastikan nilai dari evaluasi tersebut. Pendapat yang sama juga diutarakan oleh Grondlund dalam Purwanto (2006:3), yang merumuskan pengertian evaluasi sebagai suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai siswa dalam sebuah proses pembelajaran. Lebih lanjut evaluasi pendidikan menurut Wrighstone sejatinya adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan pemelajar ke arah tujuan dan nilai-nilai dalam kurikulum yang telah ditetapkan dan dirumuskan oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan (Djaali dan Muljono, 2007:1). 2.3.2
Tujuan Evaluasi
Tugas yang harus dilaksanakan pertama kali dalam langkah perencanaan evaluasi adalah merumuskan tujuan evaluasi yang hendak dicapai dalam suatu proses pendidikan.
Secara
mendalam
dan
mendetail,
Djiwandono
(2006:399)
mengemukakan lima tujuan utama dari kegiatan evaluasi pendidikan, yaitu
9
1. Sebagai perangsang atau dorongan Salah satu kegunaan evaluasi adalah untuk memotivasi siswa agar berusaha melakukan yang terbaik dengan memberikan angka tinggi, hadiah, bintang kelas sebagai hadiah atas usaha dan kerja kerasnya. 2. Umpan balik bagi siswa Penilaian dalam evaluasi yang tetap dan teratur akan memberikan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan siswa. Informasi yang diperoleh berdasarkan hasil evaluasi ini akan membantu siswa memperbaiki kelemahan mereka untuk lebih sukses pada kesempatan yang akan datang. 3. Umpan balik bagi guru Dengan pengetahuan dari evaluasi terhadap siswanya ini, seorang guru akan mengetahui keberhasilan atau kegagalannya dalam memberikan pelajaran kepada siswa. Pengetahuan akan kegagalan akan memberikan tantangan untuk memperbaiki, dapat dengan mengubah metode mengajarnya atau mengubah sistematika bahan ajarnya, ataupun mengubah sikapnya. 4. Umpan balik bagi orang tua Evaluasi sekolah dalam bentuk buku rapor akan disimpan orang tua sebagai laporan tentang kegiatan anaknya selama di sekolah. Apabila nilai anaknya jatuh, orang tua akan mengetahui penyebabnya sehingga dapat membantu siswa untuk kembali belajar lebih giat lagi. Reinforcement atau penghargaan dari orang tua terhadap prestasi membanggakan anaknya sangatlah dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi belajar anak. Oleh karena itu, antara orang tua dan guru haruslah terjalin hubungan kerja sama dalam upaya meningkatkan prestasi siswa. 10
5. Informasi untuk seleksi Untuk naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, seorang siswa diwajibkan mengikuti seleksi dengan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Melalui hasil evaluasi selama proses pembelajaran, sekolah dapat membantu memberikan
penilaian
yang
seobjektif
mungkin
dalam
menempatkan
kemampuan siswa, sesuai atau tidak dengan persyaratan yang telah ditetapkan 2.3.3
Teknik Evaluasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang berikutnya akan disingkat menjadi KBBI (2002:1158), pengertian dari istilah teknik dijabarkan sebagai metode atau sistem yang digunakan dalam pengerjaan suatu proses kegiatan. Sebagai persiapan untuk menjalankan proses evaluasi dalam kegiatan pembelajaran, perlu disusun instrumen teknik pengukuran evaluasi yang akan dipergunakan. Penyusunan instrumen ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan penguasaan siswa terhadap suatu materi atau pokok bahasan. Arikunto (2009:26) merumuskan teknik pengukuran evaluasi ke dalam dua instrumen, yaitu teknik non-tes dan teknik tes. 1. Teknik non-tes Evaluasi dengan mengacu pada teknik non-tes merupakan prosedur atau langkahlangkah yang dilalui untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik minat, sifat, dan kepribadian. Secara lebih jelas, Warwanto (2009:74) menyimpulkan teknik non-tes yaitu pengukuran yang dilakukan dengan mengamati segala tingkah laku yang dilakukan anak didik secara konkret dari segi penerimaan, partisipasi dan penentuan sikap. Yang tergolong teknik non-tes adalah:
11
a. Skala bertingkat (rating scale) b. Kuesioner (questionair) c. Daftar cocok (check list) d. Wawancara (interview) e. Pengamatan (observation) f. Riwayat hidup 2. Teknik tes Webster’s Collegiate dalam Arikunto (2009:32) mendefinisikan tes sebagai sekumpulan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok responden. Pengertian tes pun lebih dipersempit lagi dengan menyederhanakan definisi tersebut menjadi “Tes adalah penilaian yang komprehensif terhadap seorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program” (Arikunto, 2009:33). 2.3.4
Bentuk Tes Evaluasi
Dalam hal ini, Arikunto (2009:162) membedakan tes ke dalam dua bentuk, yaitu sebagai berikut: 1. Tes Subjektif「主観的テスト」 Shukanteki tesuto pada umumnya berbentuk esai (uraian). Soal bentuk esai ini dimasukkan ke dalam kategori tes subjektif dikarenakan cara pemeriksaannya banyak
dipengaruhi
oleh
unsur-unsur
subjektifitas
dan
membutuhkan
pertimbangan individual dari penilainya. Tes berbentuk soal esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau
12
uraian kata-kata, yang akan mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapatnya serta memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri. 2. Tes Objektif「客観的テスト」 Kyakkanteki tesuto adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif, tidak berdasarkan pada keputusan atau pertimbangan pribadi penilai. Berbeda dengan tes subjektif yang masing-masing butir soalnya tidak hanya dapat dijawab benar atau salah penuh melainkan juga dapat dijawab setengah benar atau seperempat benar, tes objektif merupakan tes yang setiap butirnya hanya dapat dijawab benar penuh atau salah penuh (Djaali dan Muljono, 2007:102). Menurut Arikunto (2009:165) terdapat empat macam tes objektif, yaitu tes dengan bentuk soal benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan bentuk jawaban singkat atau isian. Akan tetapi dalam penelitian skripsi kali ini, penulis akan menambahkan dua macam tes objektif lainnya yang akan digunakan sebagai bentuk soal dalam proses evaluasi untuk kelas penelitian ini, yakni menyusun kalimat dan tes dalam bentuk membenarkan (Hoshino, 2006:168). 1) Soal Betul-Salah「真偽法」 Di dalam bahasa Jepang, shingihou terkadang dikenal pula dengan sebutan seigohou atau maru-batsu. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, shingihou biasa disebut model betul-salah (B-S). Soal-soal yang terdapat dalam tes ini, biasanya berupa pernyataan-pernyataan, ada yang benar dan adapula pernyataan yang salah. Siswa bertugas untuk menjawab soal tersebut dengan
13
cara menentukan betul (B) atau salah (S), kemudian menandai masing-masing pernyataan itu melingkari atau menuliskan huruf B bila pernyataannya betul menurut pendapatnya dan melingkari atau menuliskan huruf S bila dianggap salah. Berbeda dengan Jepang, disana huruf B dan S diganti dengan membubuhkan bentuk maru (○) apabila benar dan batsu (×) jika salah, ke dalam ruang jawaban yang telah disediakan. 2) Soal Pilihan Ganda「多肢選択法」 Tashisentakuhou atau pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Untuk melengkapinya disediakan beberapa buah alternatif jawaban. Bagian dari soal tes ini terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (options). Kemungkinan jawaban (options) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor). 3) Soal Menjodohkan「組み合わせ法」 Model soal kumiawasehou ini dilakukan dengan cara menggabungkan atau mencocokkan kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang berhubungan antara kolom-kolom pertama yang berisi pertanyaan atau masalah yang harus dijawab dengan kolom kedua yang berisi pilihan jawaban-jawabannya. Jumlah kata atau ungkapan yang ada di kolom pertama tidak harus selalu sama dengan kata atau ungkapan yang ada di kolom kedua. Salah satu pihak mungkin saja lebih banyak atau lebih sedikit. Tugas para siswa adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya. Cara mengerjakannya biasanya dilakukan dengan cara menghubungkan kata-kata yang berhubungan dengan garis, tetapi terutama 14
bila pilihannya banyak, bisa juga dilakukan dengan cara mengisi pada tanda kurung yang kosong. 4) Soal Isian「完成法」 Sesuai dengan namanya, soal jenis kanseihou ini disajikan dalam bentuk kalimat-kalimat yang tidak lengkap. Untuk itu siswa diwajibkan mengerjakan soal dengan cara menyelesaikan kalimat atau melengkapi bagian-bagian kosong yang telah disediakan pada soal tes tersebut. 5) Soal Menyusun Kalimat「配列法」 Tes dengan model soal hairetsuhou biasanya berbentuk susunan kata-kata yang tidak beraturan. Dengan bentuk soal ini, siswa diharapkan dapat menyusun kembali kata-kata tersebut dengan urutan gramatikal yang benar sehingga membentuk kalimat yang bermakna. Semakin banyak jumlah item yang menyusun kalimat tersebut, maka kesulitan yang dihadapi pun akan semakin meningkat. 6) Soal Membenarkan「訂正法」 Model soal teiseihou biasanya dilakukan untuk menguji kejelian siswa dalam menemukan kesalahan yang terdapat pada suatu kalimat sekaligus untuk menguji keterampilan siswa dalam memperbaiki kesalahan tersebut. Jenis tes seperti ini bisa juga dibuat dengan cara menentukan kesalahannya sehingga siswa tinggal memperbaikinya.
15
2.2 Teori Stimulus - Respon Perilaku setiap umat manusia tunduk pada hubungan sebab-akibat, segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan manusia berasal dari sebuah penyebab dan berakhir pada sebuah akibat. Hubungan sebab-akibat ini dalam teori belajar behavioristik dirumuskan dalam bentuk stimulus-respon. Bastable (2002:34) menyebutkan bahwa para ahli behavioristik memandang proses belajar mengajar sebagai sebuah perubahan tingkah laku, hasil dari proses interaksi yang terjadi antara sistem stimulus dan respon. Menurut Teori Stimulus-Respon atau biasa disebut pula dengan istilah Teori Asosiasi yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward Lee Thorndike dalam Djiwandono (2006:126), belajar merupakan peristiwa terbentuknya hubungan atau koneksi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus dengan respon. Stimulus adalah segala sesuatu yang berasal dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme agar mampu melakukan aksi atau berbuat, dalam konteksnya dengan proses belajar mengajar stimulus berarti segala sesuatu yang diberikan oleh seorang guru dalam upaya agar siswa memberikan umpan balik sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan respon adalah segala sesuatu reaksi yang asalnya dari lingkungan internal seorang siswa atau diri sendiri yang dimunculkan karena adanya perangsang, dalam hal ini stimulus itu sendiri (Pradiansyah, 2010:17). Para pengajar yang menggunakan kerangka Teori Stimulus-Respon ini memandang pemelajar sebagai anggota yang pasif, butuh motivasi dari luar, dan dipengaruhi oleh stimulus berupa reinforcement atau penguatan. Karena itu para pendidik mengembangkan suatu stimulus yang terstruktur baik dan menentukan bagaimana siswa harus dimotivasi, dirangsang, serta dievaluasi. Kemudian kemajuan 16
siswa tersebut akan diukur melalui proses evaluasi dengan hasil yang dapat diamati (Suparno, 1997:58). 2.2.1
Strategi Menjawab Soal
Berbagai hal dapat dilakukan oleh guru untuk memberikan materi penguat kepada siswanya sebelum menghadapi proses evaluasi tersebut, salah satunya adalah dengan memberikan stimulus berupa penyampaian mengenai strategi-strategi yang dapat digunakan untuk menjawab soal-soal evaluasi. Berikut adalah stimulus berupa strategi menjawab sesuai dengan masing-masing ragam soal evaluasi objektif yang dimaksud (Hartman & Stewart, 2005:97), (Allen, 2002). a.
Shingihou「真偽法」 1. Baca pernyataan dengan teliti dan seksama. 2. Perhatikan susunan gramatikal dalam pernyataan tersebut, apakah sudah sesuai dengan aturan gramatikal bahasa. 3. Perhatikan setiap partikel, apakah penggunaan partikel dan penempatannya sudah benar. 4. Perhatikan verba yang terdapat dalam pernyataan tersebut, bila mengalami perubahan bentuk, apakah perubahan tersebut sesuai dan sudah mengikuti aturan untuk setiap golongan verba. 5. Cobalah untuk mengartikan pernyataan tersebut dan pastikan kalimat pernyataan tersebut sinkron dan masuk akal. 6. Ingat bahwa jika ada bagian dari pernyataan yang salah, maka seluruh pernyataan dapat dipastikan salah.
17
b. Tashisentakuhou「多肢選択法」 1. Baca kalimat pernyataan dengan seksama dan kemudian baca setiap pilihan yang telah diberikan. 2. Praktekkan proses eliminasi. Cari pilihan mulai dari yang Anda yakin bahwa itu bukanlah jawabannya, kemudian hilangkan atau coret satu persatu. 3. Jika mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan, cobalah untuk membaca kalimat pernyataan dalam soal tersebut dengan pilihan jawaban, satu per satu. Pada umumnya, jawaban yang dimaksud akan terasa enak didengar dan tidak terasa aneh pada saat diucapkan. 4. Setelah membuat keputusan, bacalah kembali pernyataan dalam soal tersebut, beserta jawaban yang telah dipilih. Pastikan kalimat sudah masuk akal dan tata bahasanya sudah benar. Kiat khusus untuk siswa yang tidak menyukai tes pilihan ganda: Ganti pertanyaan ke dalam bentuk isian. Lakukan cara ini dengan menutup semua pilihan yang diberikan. Kemudian bacalah pertanyaan dan tulis jawaban Anda di atas kertas. Bila Anda telah melakukan itu, bukalah pilihan yang ada untuk melihat apakah jawaban yang Anda tulis tadi ada di salah satu pilihan tersebut. (Tips ini akan sangat membantu bagi siswa yang mengalami kekhawatiran ketika mereka melihat pilihan sebelum memutuskan jawaban.) c. Kumiawasehou「組み合わせ法」 1. Baca setiap kolom sebelum menjawab. 2. Tentukan apakah item dalam setiap kolom berjumlah sama. Apabila dalam kolom jawaban terdapat pilihan yang lebih banyak dari pertanyaan, maka Anda akan memiliki beberapa pilihan jawaban yang tersisa.
18
3. Tentukan apakah Anda dapat menggunakan jawaban hanya sekali atau lebih dari sekali. 4. Pertama jawablah sesuai dengan pernyataan yang Anda yakin akan jawabannya. 5. Jika Anda tidak akan menggunakan jawaban tersebut lebih dari sekali, hilangkan atau beri tanda pada jawaban yang telah digunakan. 6. Lakukan proses eliminasi untuk jawaban yang Anda sudah tahu. 7. Cobalah untuk mengerti situasi yang terdapat pada kalimat dalam soal, kemudian hubungkan dengan pilihan yang telah disediakan, pasangan yang cocok akan memiliki keterkaitan satu sama lain. 8. Akan tetapi jika Anda tidak mampu untuk mengartikan keseluruhan situasi dalam kalimat tersebut, cari satu kata yang Anda kenal dan tahu artinya, kemudian cocokkan dengan pilihan yang ada, satu kata tersebut dapat membantu Anda dalam menemukan jawabannya. 9. Apabila dalam satu soal Anda menemukan dua kemungkinan jawaban, jangan dulu dijawab, lanjutkan ke soal berikutnya. Pasti Anda akan menemukan soal lain yang memiliki keterkaitan lebih dengan salah satu dari kemungkinan jawaban tadi, sehingga dapat dipastikan pilihan yang satu lagi merupakan jawaban dari soal tersebut. d. Kanseihou「完成法」 1. Bacalah seluruh pernyataan dengan hati-hati sehingga Anda jelas apa yang harus Anda jawab dalam bagian yang telah dikosongkan. 2. Jangan pernah berasumsi bahwa panjang dari bagian yang telah dikosongkan ada hubungannya dengan panjang dari jawabannya. 3. Perhatikan kata yang berada di depan bagian yang kosong. 19
4. Carilah kata-kata kunci dalam kalimat yang mungkin akan memberikan petunjuk. 5. Berhati-hatilah pada perubahan verba. e. Hairetsuhou「配列法」 1. Baca setiap pilihan kata yang diberikan. 2. Dari setiap pilihan tersebut, tentukanlah subjek, objek, predikat. 3. Perhatikan struktur gramatikalnya, dalam bahasa Jepang verba utama harus ditempatkan pada akhir kalimat. Secara umum, subjek harus diletakkan sebelum objek (ada pengecualian khusus untuk ini ketika sedang menekankan objek). Struktur gramatikal dalam bahasa Jepang adalah SOP, jangan sampai terbalik dengan bahasa Indonesia, SPO. 4. Urutkan pilihan kata tersebut sesuai dengan urutan gramatikal yang benar sesuai dengan aturan berbahasa. 5. Jangan lupa untuk memperhatikan partikel yang melekat, baik pada subjek, objek, maupun predikat. f. Teiseihou「訂正法」 1. Bacalah kalimat dengan seksama dan coba untuk memahami makna dan arti yang lebih luas dari kata-kata yang harus disesuaikan atau dibenarkan. 2. Ucapkan kalimat tersebut dengan nada sedikit keras tanpa terlalu terdengar oleh orang lain atau dapat pula diucapkan dalam hati. Apabila kemampuan bahasa Anda sudah terbilang cukup baik dalam mengikuti aturan tata bahasa, maka bagian-bagian dalam kalimat yang salah memang akan terdengar aneh. 3. Periksa dan analisis kesalahan tersebut, apakah terdapat kesalahan gramatikal dari kalimat tersebut.
20
4. Apabila kesalahan sudah ditentukan atau diberikan dalam soal, maka Anda akan lebih mudah untuk menjawabnya, Anda tinggal membenarkannya sesuai dengan perintah atau sesuai dengan makna yang ingin disampaikan dari kalimat pernyataan tersebut. 5. Jangan lupa untuk memeriksa kembali kalimat, apakah sudah jelas dan logis. 2.3 Verba Terdapat beberapa perbedaan antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jepang. Salah satu yang paling menonjol bila dilihat dari struktur pola kalimatnya, bahasa Indonesia memiliki struktur SPO (subjek-predikat-objek) sedangkan bahasa Jepang SOP (subjek-objek-predikat). Melihat perbedaan tersebut, pada umumnya verba atau kata kerja mendapat tempat paling akhir dalam sebuah kalimat berbahasa Jepang. Dalam bahasa Jepang, kata kerja dikenal dengan istilah doushi. Masuoka (1990:13) mendefinisikan doushi sebagai berikut, 「動詞の基本的な性格は、単独で述語の 働きをし、文中での働きの違いに応じて活用することである」. Artinya, kata kerja memiliki sifat dasar yaitu berfungsi sebagai predikat, dan mempunyai kegunaan yang berbeda dalam suatu kalimat. 2.4.1
Jenis-Jenis Verba
Verba dapat terbagi menjadi beberapa jenis apabila dilihat dari titik tinjauannya, namun dalam bukunya, Masuoka membagi jenis-jenis verba yang dianggap penting ke dalam tiga jenis, yaitu doutaidoushi-joutaidoushi, jidoushi-tadoushi, dan ishidoushi-muishidoushi (Masuoka, 1990:13).
21
1.
Doutaidoushi - Joutaidoushi Doutaidoushi merupakan verba yang menunjukkan suatu gerakan, contohnya seperti aruku 「歩く」, taoreru 「倒れる」, taosu 「倒す」, hanasu 「話す」. Sebaliknya verba yang menunjukkan suatu keadaan disebut joutaidoushi, yang di dalamnya terdapat: 1) kata aru 「 あ る 」 , iru 「 い る 」 yang menunjukkan kepemilikan atau kepunyaan; 2) kata dekiru「できる」yang menunjukkan arti potensial atau kemampuan; 3) kata iru 「 要 る 」 yang menunjukkan sebuah kepentingan; dan 4) kata kotonaru 「異なる」, chigau 「違う」 yang menunjukkan suatu pendapat, dan sebagainya.
2.
Jidoushi - Tadoushi Doutaidoushi dibedakan lagi menjadi jidoushi dan tadoushi. Disebut tadoushi apabila verba tersebut menggunakan subjek yang bersifat sebagai formalitas, terdapat sebuah benda atau orang yang dijadikan objek suatu aktivitas atau pekerjaan, yang memiliki struktur 「名詞+を」. Sedangkan jidoushi adalah verba yang digunakan bila subjek aktif melakukan aktifitas, memiliki struktur 「名詞+が」. Untuk lebih memperjelas perbedaan jidoushi dan tadoushi, dapat melihat bagan di bawah ini. Tabel 2.3.1 Jidoushi dan Tadoushi Jidoushi
Tadoushi
車が止まる Mobil berhenti
車を止める Menghentikan mobil
輪が回る Lingkaran berputar
輪が回す Memutar lingkaran
22
人が集まる Orang berkumpul
人が集める Mengumpulkan orang
木が倒れる Pohon tumbang
木が倒れる Menumbangkan pohon
Sumber : Masuoka (1990:14) 3. Ishidoushi - Muishidoushi Ishidoushi merupakan verba yang menunjukkan kegiatan karena kemauan seseorang, misalnya kata aruku 「歩く」, yomu 「読む」, kangaeru 「考える」, dan sebagainya. Sebaliknya muishidoushi adalah verba yang dilakukan tidak berdasarkan kemauan seseorang, seperti kata taoreru 「倒れる」, oiru「老い る」, ushinau 「失う」, dan lain sebagainya. 2.4.2
Konjugasi Verba
Dalam penyatuannya menjadi sebuah kalimat yang utuh, verba bahasa Jepang mengalami kojugasi atau perubahan bentuk yang biasa disebut dengan katsuyoukei. Setiap perubahan tersebut akan memberikan makna yang berbeda-beda. Terdapat berbagai macam katsuyoukei, namun dalam skripsi ini hanya akan dijelaskan perubahan verba ke dalam bentuk ーて, hal ini dikarenakan dalam proses penelitian, yang akan digunakan sebagai materi pembelajaran hanyalah perubahan bentuk ーて dan beberapa bentuk pengaplikasiannya dalam kalimat percakapan sehari-hari.
23
Menurut konjugasinya, verba terbagi ke dalam tiga golongan, yaitu: Tabel 2.3.2 Golongan Verba Golongan I
II
III
Penjelasan
Kolom Bunyi
Contoh
Verba yang suku kata sebelum ます, い, き, し, かきます berakhir dengan bunyi pada kolom ち, に, ひ, のみます い , termasuk penambahan ten-ten み, り ( ゛) dan maru ( °)
menulis
Verba yang suku kata sebelum ます, え, け, せ, berakhir dengan bunyi pada kolom て, ね, へ え , termasuk penambahan ten-ten め, れ ( ゛) dan maru ( °)
たべます
makan
ねます
tidur
Verba kelompok ini adalah します dan Kata Benda yang menunjukkan kegiatan + します. Juga termasuk き ます.
きます
datang
minum
勉強します belajar
Sumber : Tanaka (2006:94) Akan tetapi pada verba golongan II terdapat sejumlah pengecualian. Ada beberapa verba yang suku kata sebelum ます, berakhir dengan bunyi pada kolom い, tetapi dimasukkan ke dalam kelompok verba golongan II, yaitu みます (melihat), おきま す (bangun), かります (meminjam), あびます (mandi), います(ada untuk orang), きます (memakai), dan lain sebagainya.
2.4.3
Verba Bentuk ーて
Bentuk verba yang berakhiran て atau で disebut dengan bentuk ーて. Cara mengubah verba bentuk ーて adalah tergantung pada kelompok verbanya masing-
24
masing. Berikut adalah cara perubahan verba setiap golongan, dari verba bentuk ー ます menjadi verba dalam bentuk ーて. 1) Godan Doushi (Verba Golongan I) い
び
ち
って
み
り
んで
に
き
いて
ぎ
いで
し
して
Contoh: あいます ― あって
よびます ― よんで
かきます ― かいて
まちます ― まって
のみます ― のんで
いそぎます ― いそいで
とります ― とって
しにます ― しんで
けします ― けして
Pengecualian : いきます ― いって 2) Ichidan Doushi (Verba Golongan II) ~ [え] ます
~ [え] て
Contoh: たべます ― たべて つけます ― つけて Pengecualian: みます ― みて
おきます ― おきて
きます ― きて
かります ― かりて
います ― いて
あびます ― あびて
3) Henkaku Doushi (Verba Golongan III)
25
~ します
~ して
Contoh : きます ― きて します ― して
2.4.4
Pola Kalimat Verba Bentuk ーて
Pengaplikasian konjugasi verba menjadi bentuk ー て dalam sebuah kalimat berbahasa Jepang, memiliki beraneka ragam fungsi. Akan tetapi sehubungan dengan materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian skripsi ini, maka yang akan dijelaskan hanyalah penggunaan verba bentuk ーて dalam beberapa pola kalimat. Berikut adalah penjelasan dari beberapa pola kalimat tersebut. 1. Pola kalimat ーてください Pola ini dipakai pada waktu memohon, memerintahkan, mempersilahkan lawan bicara melakukan sesuatu. Ketika digunakan untuk memerintahkan, pola ini tidak dipakai kepada orang yang kedudukannya lebih tinggi atau lebih tua daripada si pembicara. Contoh: memohon
この荷物を持ってください。 Tolong bawakan barang ini.
memerintahkan
レポートを書いてください。 Tolong tulis laporan.
26
mempersilahkan
どうぞたくさん食べてください。 Silahkan makan yang banyak.
2. Pola kalimat ーています a. Menunjukkan kegiatan yang sedang berlangsung. Contoh: 先生は日本語を教えています。 Guru sedang mengajar Bahasa Jepang. b. Menunjukkan suatu keadaan yang sudah terjadi dan hasilnya masih berlangsung sampai saat ini. Contoh: わたしは東京に住んでいます。 Saya tinggal di Tokyo. (sampai saat ini masih tinggal di Tokyo) c. Menunjukkan keadaan suatu perbuatan yang sama berlangsung berulangulang untuk waktu yang lama. Contoh: 学校で勉強しています。 Saya belajar di sekolah. (setiap hari ke sekolah untuk belajar) 3. Pola kalimat ーてもいいです Ini adalah ungkapan yang menunjukkan pemberian izin. Contoh: 傘をかりてもいいです。 Anda boleh meminjam payung.
27
Kalau menjadi kalimat pertanyaan, maka menjadi ungkapan untuk meminta izin. Contoh: そのカタログをとってもいいですか。 Bolehkah saya mengambil katalog itu?
4. Pola kalimat ーてはいけません Ungkapan ini menunjukkan arti larangan.
Contoh: クラスで電話をかけてはいけません。 Tidak boleh menelepon di kelas. 5. Pola kalimat ーて、ーて、ーます Pola kalimat ini menunjukkan urutan beberapa aktivitas. Apabila dua atau lebih perbuatan berlangsung berturut-turut, maka perbuatan itu dijajarkan menurut urutan terjadinya.
Contoh: 毎朝起きて、ミルクを飲んで、本を読みます。 Setiap pagi saya bangun, minum susu, kemudian baca buku. 6. Pola kalimat ーてから Pola kalimat ini menunjukkan bahwa setelah kegiatan yang ditunjukkan oleh Verba1 selesai, segera disusul kegiatan dari Verba2. Contoh: 今朝新聞を読んでから、手紙を書きました。 Tadi pagi setelah membaca koran, saya menulis surat.
28