BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Industri pelayanan kesehatan saat ini semakin berkembang pesat. Tidak hanya rumah sakit milik pemerintah, rumah sakit swasta juga mengalami pertumbuhan yang terus meningkat. Berdasarkan data dari Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) jumlah rumah sakit di Indonesia sudah mencapai 2.083 unit pada bulan Januari 2013 dengan rincian 813 unit merupakan rumah sakit milik pemerintah dan 1270 lainnya merupakan rumah sakit swasta dengan rata-rata pertumbuhan rumah sakit pertahun sekitar 1,14% (Kemenkes, 2013). Tingginya angka pertumbuhan rumah sakit mengindikasikan adanya persaingan industri rumah sakit yang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat mendorong rumah sakit baik swasta maupun pemerintah untuk mampu mengembangkan pelayanan yang diberikan kepada pelanggan. Beberapa penelitian menemukan bahwa pelayanan keperawatan sangat penting dalam menentukan mutu pelayanan sebuah rumah sakit. Penelitian Wagner dan Bear (2009) menemukan adanya hubungan yang positif antara lingkungan kerja keperawatan dengan kepuasan pasien yang merupakan salah satu indikator mutu pelayanan keperawatan. Hal ini juga diperkuat dengan penelitian Otani, Kurz dan Barney (2004) mengidentifikasi 6 atribut yang dinilai berhubungan dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yakni (1) proses administrasi, (2) pelayanan medis, (3) perlakuan terhadap keluarga atau
Universitas Sumatera Utara
teman pasien, (4) pelayanan keperawatan, (5) kenyamanan lingkungan dan (6) proses perencanaan pemulangan. Hasil penelitian menunjukkan atribut pelayanan keperawatan mempunyai pengaruh
paling besar (53%) untuk menentukan
kepuasan pasien terhadap pelayanan pelayanan kesehatan di rumah sakit, diikuti dengan proses administrasi (15%), kenyamanan lingkungan (11%), perlakuan terhadap teman/keluarga (10%), pelayanan medis (5%), dan proses perencanaan pemulangan (3%). Dengan demikian peningkatan pelayanan keperawatan merupakan cara yang paling efektif untuk meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.. Salah satu strategi yang disarankan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan adalah dengan pelaksanaan program ronde keperawatan yang merupakan salah satu implementasi dari Relationship Based Care (Woolley et al., 2012). Salah satu konsep yang mendasari Relationship Based Care adalah konsep Human Care yang dikembangkan oleh Watson dengan berfokus kepada hubungan timbal balik antara perawat dan pasien (Watson, 1999). Ronde keperawatan memungkinkan perawat untuk melakukan hubungan timbal balik dengan pasien secara teratur dan sistematis untuk menunjukkan keberadaan perawat dalam membantu mengantisipasi kebutuhan dan memberikan kenyamanan serta perlindungan bagi pasien (Woolley et. al., 2011). Laporan dari Studer Group (2007) menyatakan berdasarkan hasil temuan pada tahun 2006 bahwa institusi yang melaksanakan ronde keperawatan secara berkala dan sistematik meningkatkan kepuasan pasien hingga mencapai 8.9% dan menurunkan angka pasien jatuh hingga mencapai 60%. Selain itu terdapat 2 dari
Universitas Sumatera Utara
12 rumah sakit yang menerapkan ronde keperawatan secara berkala dan sistematis memperoleh peningkatan rating pelayanan yang excellent mencapai 41,85%. Penelitian lain terkait ronde keperawatan dipublikasikan oleh Meade, Bursell dan Ketelsen pada tahun 2006 yang mengistilahkan ronde keperawatan dengan “hourly rounding”. Penelitian ini mengembangkan protokol ronde keperawatan berupa kegiatan apa saja yang dilakukan perawat selama ronde berlangsung yang berfokus kepada pain, position, potty dan placement. Protokol ini kemudian diistilahkan dengan “4Ps Rounding Protokol”, dan ronde yang sistematik ini terbukti secara statistik mampu menurunkan penggunaan bel untuk memanggil perawat, mengurangi kemungkinan pasien jatuh dan meningkatkan kepuasan pasien. Selain itu dengan pelaksanaan ronde keperawatan pelayanan keperawatan menjadi lebih efisien, komunikasi antara perawat menjadi lebih baik dan berkurangnya stress kerja perawat sehingga akan meningkatkan kepuasan kerja dari perawat. Selain itu penelitian Saleh, Nusair, Al Zubadi, Al Shloul dan Saleh (2011) juga mempublikasikan hasil pengaruh penerapan sistem ronde keperawatan terhadap angka kejadian pasien jatuh, angka kejadian luka tekan dan kepuasan pasien. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa angka pasien jatuh menurun secara drastis dari 25 angka kejadian menjadi 4 angka kejadian, sedangkan angka kejadian luka tekan menurun hingga mencapai 50 % dan kepuasan pasien meningkat sampai 7,5%.
Universitas Sumatera Utara
Dudley Group of Hospital pada tahun 1970 memperkenalkan 4 tipe ronde keperawatan yakni matrons’ rounds, nurse management rounds, patient comfort rounds dan teaching rounds (Close & Castledine, 2005). Matrons’ rounds adalah proses dimana seorang perawat berkeliling ke ruangan-ruangan, menanyakan kondisi pasien sesuai dengan jam rondenya. Nurse management rounds adalah ronde manajerial yang melihat pada rencana pengobatan dan implementasi pada sekelompok pasien. Patients comfort rounds adalah ronde yang berfokus pada kebutuhan utama yang diperlukan pasien dirumah sakit. Teaching rounds dilakukan antara teacher nurse dengan perawat atau siswa perawat, dimana terjadi proses pembelajaran. Semua jenis ronde ini secara ilmiah memberikan konstribusi yang positif terhadap peningkatan mutu pelayanan keperawatan (Close & Castledine, 2005). Ronde keperawatan merupakan komponen kunci dari program service excellent yang akan menghasilkan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. Peningkatan kualitas pelayanan keperawatan tersebut dapat dilihat dari beberapa outcomes yaitu peningkatan kepuasan pasien, peningkatan kepuasan perawat, penurunan penggunaan bel panggil, penurunan angka pasien jatuh dan penurunan angka kejadian luka tekan. Untuk itu rumah sakit perlu mempertimbangkan ronde keperawatan sebagai salah satu program yang dapat diteraplan di ruang rawat inap. RSUD Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu rumah sakit pemerintah non pendidikaan tipe B yang berlokasi di Jl. Dr F.L Tobing Padangsidimpuan. Letaknya yang strategis menjadikan rumah sakit ini banyak
Universitas Sumatera Utara
dikunjungi oleh masyarakat tidak hanya dari dalam Kota Padangsidimpuan namun juga dari luar Kota Padangsidimpuan. Terlebih lagi RSUD Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu rumah sakit rujukan di wilayah Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel) dan sudah lulus uji Akreditasi 5 pelayanan oleh Badan Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Tingginya kunjungan masyarakat ini ditunjukkan dengan tingginya angka capaian BOR 85 % pada tahun 2012. (RSUD Kota Padangsidimpuan, 2012) Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai perawat di RSUD Kota Padangsidimpuan, ditemukan bahwa pelaksanaan ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap belum optimal. Ronde keperawatan hanya dilaksanakan pada pagi hari oleh perawat shift pagi dan dipimpin oleh kepala ruangan. Kegiatan yang dilakukan hanya pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan obat-obatan. Ronde yang dilaksanakan juga belum didasari oleh kebijakan berupa program yang dapat menjadi panduan bagi perawat dalam melaksanakan ronde tersebut. Mempertimbangkan
besarnya
peran
ronde
keperawatan
dalam
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, maka diperlukan suatu penelitian yang diharapkan dapat mengembangkan pedoman ronde keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan. Penelitian pengembangan program ronde klinis keperawatan dilakukan dengan pendekatan action research, karena action research memungkinkan terjadinya perubahan dari kondisi nyata (Polit & Beck, 2008). Penelitian action research juga memungkinkan peneliti melakukan metode pengambilan data yang beragam untuk mendapatkan data yang benarbenar valid sehingga tindakan yang diambil sesuai dengan kondisi partisipan
Universitas Sumatera Utara
(Webb, 1989). Penelitian ini menghasilkan suatu program ronde keperawatan dan menjadikan ronde keperawatan sebagai aktivitas rutin perawat sehingga dapat menghasilkan outcomes
yang dapat
meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan.
1.2.
Permasalahan Bagaimana pengembangan program ronde klinis keperawatan di RSUD
Kota Padangsidimpuan?
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan program ronde klinis
keperawatan di RSUD Kota Padangsidimpuan dengan pendekatan action research.
1.4.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan konstribusi positif baik secara
teoritis untuk pengembangan keilmuan maupun secara praktis bagi praktisi keperawatan. Hasil penelitian ini memberikan manfaat bagi perkembangan praktek keperawatan, pendidikan keperawatan dan riset keperawatan. 1.4.1. Bagi Praktek Keperawatan (Nursing Practice) Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam membuat kebijakan terkait program ronde klinis keperawatan. Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Universitas Sumatera Utara
Padangsidimpuan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai persiapan untuk menghadapi akreditasi yang harus dipenuhi oleh institusi pada tahun 2015.
1.4.2. Bagi Pendidikan Keperawatan (Nursing Education) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi positif bagi Institusi
Pendidikan
Fakultas
Keperawatan
khususnya
Magister
Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatera Utara, sebagai bahan referensi kepustakaan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik terkait konsep ronde klinis keperawatan.
1.4.3. Bagi Perkembangan Riset Keperawatan (Nursing Research) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan dan dapat dijadikan panduan untuk mengadakan penelitian selanjutnya terutama dalam pengembangan ronde keperawatan sehingga budaya ronde keperawatan ini teraktualisasi dalam pelayanan keperawatan di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara