AUDIT ENERGI DAN ANALISIS PELUANG PENGHEMATAN KONSUMSI ENERGI PADA SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DI HOTEL SANTIKA PREMIERE SEMARANG
Skripsi untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik
Program Studi S-1 Teknik Elektro
Oleh : Agus Rianto 5350403063
Kepada JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
SKRIPSI Audit Energi dan Analisis Peluang Penghematan Konsumsi Energi pada Sistem Pengkondisian Udara di Hotel Santika Premiere Semarang Universitas Negeri Semarang Dipersiapkan dan disusun oleh : AGUS RIANTO 5350403063 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal : 26 Juli 2007
Susunan Dewan Penguji,
Pembimbing Utama
Anggota Dewan Penguji
Ir. Soedjatmiko, M.S NIP.130227850
Drs.Subiyanto, M.T NIP.130687603
Pembimbing Pendamping
Subiyanto, S.T, M.T NIP.132309137 Skipsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh derajat pendidikan Sarjana Teknik Tanggal :
Drs. Djoko Adi Widodo, M.T NIP.131570064 Pengelola Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Semarang
ii
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Semarang, Juli 2007
Agus Rianto
iii
INTISARI
Energi listrik sangat penting dalam indrustri perhotelan. Hal ini sangat menunjang dalam operasional di Hotel Santika Premiere Semarang. Peralatan seperti pengkondisian udara merupakan peralatan yang banyak mengkonsumsi energi listrik. Hampir sekitar 60% penggunaan energi listrik digunakan untuk sistem pengkondisian udara. Hal ini merupakan suatu pemborosan energi. Untuk menanggulangi masalah tersebut dilakukan efisiensi energi. Salah satu metode yang sekarang dipakai untuk mengefisienkan pemakaian energi adalah konservasi energi. Konservasi energi adalah peningkatan efisiensi energi yang digunakan atau proses penghematan energi. Dalam proses ini meliputi adanya audit energi yaitu suatu metode untuk menghitung tingkat konsumsi energi suatu gedung atau bangunan. Pada audit energi di Hotel Santika Premiere terlihat bahwa konsumsi enrgi listrik adalah yang paling dominan. Sebagaimana menurut persenstasi energi yang dipakai, komposisi energi listrik dapat mencapai 91% dari total konsumsi energi, sedangkan solar 6%, air 3%. Berdasarkan audit awal terlihat bahwa IKE (Intesitas Konsusi Energi) di Hotel Santika Premiere mencapai 341,683 kWH / m2 year lebih besar dari standar ASEANUSAID yaitu 300 kWH / m2 year. Berdasarkan hasil audit energi rinci, diperoleh harga IKE untuk energi listrik adalah sebesar 403,08 kWH / m2 year. Peluang Hemat Energi (PHE) pada audit energi ini adalah dengan pembersihan pada unit FCU yaitu meliputi pembersihan saringan udara (filter), sudu kipas, sirip (fin) evaporator dan kisi keluaran (grill) pada unit-unit FCU. Peluang Hemat Energi (PHE) yang kedua adalah dengan Mengatur (setup) temperatur air keluar (Leaving Chilled Water Temperature = LCWT) pada chiller. Dari hasil perhitungan IKE setelah penerapan PHE, didapati nilai yang masih cukup tinggi sehingga usaha penghematan masih harus dilakukan.
iv
ABSTRACK
Electric Energy is very important in Hotel industry. It support in Hotel Santika Premiere’s operation. This equipment for instance air conditioner consume electric energy. Electric energy of air conditioner consuming reach 60%. It is one of energy extravagance. To resolve that problem efficiency energy used. One of method efficiency energy is conservation energy. Conservation energy is efficiency energy raising or energy proceed. In this process, audit energy is one of method to calculate Intensity Consume Energy (ICE) at one particular building. In energy audit Hotel Santika Premiere Semarang seen that electrics energy consumption is most dominant. As according to percentage of energy consumed composition in this fair matter hotel where electrics can reach 91 % from total energy consumption, Solar 6 %, Water 3%. As according Preliminary Energy
Audit seem that Hotel Santika Premiere
Semarang’s Intensity Consume Energy (ICE) can reach 341,683 kWH/m2 year is bigger than standard ASEAN-USAID standard reach 300 kWH/m2 year. As according Detailed Energy Audit, Intensity Consume Energy (ICE) is 403,08 kWH/m2 year. Economical Opportunity of Energy (EOE) in this audit energy is cleaning FCU. It is consist of cleaning filter, fan, evaporator fin, and grill. Second Economical Opportunity of Energy (EOE) is setting Leaving Chilled Water Temperature (LCWT) in chiller. From result of calculation of IKE after implementation PHE, its value still high enough so that the effort thrift still must be done
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya, sehingga pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah atas Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Skripsi dengan judul ” Audit Energi dan Analisis Peluang Penghematan Konsumsi Energi pada Sistem Pengkondisian Udara Di Hotel Santika Premiere Semarang” ini diajukan untuk memenuhi syarat akhir untuk menyelesaikan pendidikan Program Strata 1 pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Perlu didasari bahwa penyusunan karya tulis ini tidak dapat selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati disampaikan terima kasih kepada: 1. Ir. Soedjatmiko, M.Sc Dosen Pembimbing yang membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.. 2. Drs. Said Sunardiyo, M.T Dosen Wali dan Ketua Program Studi S1 Teknik Elektro yang telah banyak mengarahkan, membimbing serta membantu penulis selama melaksanakan perkuliahan. 3. Drs. Djoko Adi Widodo, M.T Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. 4. Prof. Dr. Soesanto, M.Pd Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. 5. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si Rektor Universitas Negeri Semarang.
vi
6. Seluruh dosen, staf dan karyawan Teknik Elektro yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan perkuliahan di Jurusan Teknik Elektro. 7. Bapak Darsono, SE,
HRD Hotel Santika Premiere Semarang yang telah
mengizinkan penilitian di Hotel Santika Premiere Semarang. 8. Bapak Subarno pembimbing lapangan khususnya masalah kelistrikan di Hotel Santika Premiere Semarang. 9. Seluruh staf dan karyawan Hotel Santika Premiere Semarang yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan sripsi. 10. Ayahanda-Ibunda muara doa cinta dan kasih sayang, yang akan dan selalu aku cintai dan sayangi selamanya. 11. Kakanda-ku tercinta, Ruslan Efendi. Adik-ku tersayang, Yuliani Mandasari, Ragil Kurniawan. 12. Temanku : Rizky Gani M, Tahan P, Kotip R, Beni P, Lukman H, serta temanteman Elektro angkatan ’03 yang telah membantu dalam penyusunan Skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang pastinya tak akan cukup saya tuliskan dihalaman ini.dan seluruh mahasiswa Teknik Elektro Fakultas Teknik UNNES. 13. My best girls friend Wiwik Yulianti yang telah memberikan motifasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 14. My Laptop (Acer Aspire 3000)
My Motorcycle (K 4160 TK) yang selalu
menemaniku di saat aku membutuhkannya.
vii
15. Semua pihak yang telah turut membantu terselesaikannya skripsi ini, yang tidak mungkin untuk disebutkan satu persatu. Penyusun menyadari bahwa masih terdapat beberapa kekurangan dalam skripsi ini. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan dari semua pihak, sebagai pengalaman dan tambahan pengetahuan bagi penyusun. Akhir kata semoga karya ini tidak menjadi yang pertama sekaligus yang terakhir dan semoga karya ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Teknik Elektro Universitas Negeri Semarang pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Semarang, Juli 2007 Penyusun
viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO : Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri
(QS. Ar Ra’d : 11).
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yag telah diusahakannya (An Najm : 39)
“Lakukan yang terbaik dan jadilah yang terbaik jangan pernah menyerah karena hidup ini penuh dengan tantangan”
”Jangan pernah menunda suatu pekerjaan”
“Bersungguh-sungguhlah dalam menjalani hidup ini dan berfikiran yang jernih dalam menyelesaikan masalah”
PERSEMBAHAN : Skripsi ini adalah bagian dari ibadahku kepada Allah SWT, karena kepadaNyalah kami menyembah dan kepadaNyalah kami mohon pertolongan. Sekaligus sebagai ungkapan terima kasihku kepada : Ibunda-ku yang tiada henti melantunkan do’a untukku Ayahanda-ku semoga rahmat-Nya selalu tercurah untukmu Kakanda-ku semangat, harapan dan doa selalu menyertainya Adinda-ku Do’a dan harapan akan selalu menyertai langkahmu Kekasihku yang aku cintai, terima kasih atas semuanya Teman-teman TE 2003 UNNES
ix
DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul................................................................................................................i Halaman Pengesahan.....................................................................................................ii Halaman Pernyataan.....................................................................................................iii Intisari...........................................................................................................................iv Abstrack ........................................................................................................................v Kata Pengantar..............................................................................................................vi Halaman Motto dan Persembahan..............................................................................viii
Daftar Isi....................................................................................................................... x Daftar Tabel................................................................................................................xiii Daftar Gambar......................................................................................... ..................xiv Daftar Lampiran...........................................................................................................xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................1 1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2 1.3 Manfaat Penelitian.......................................................................................3 1.4 Tujuan Penelitian.........................................................................................3 1.5 Batasan Masalah..........................................................................................3 1.6 Sistematika Penulisan..................................................................................4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Hotel Santika Premiere Semarang...................6 A. Gambaran Umum Hotel........................................................................6 B. Fasilitas Layanan Hotel Santika Premiere Semarang...........................6 C. Sistem Kerja Peralatan Pendukung Operasional Hotel Santika Premiere Semarang...............................................................................7 D. Fasilitas Kelengkapan Peralatan Utama Hotel.....................................8 E. Struktur Organisasi Hotel Santika Premiere Semarang......................11
x
2.2 Dasar Teori Konservasi Energi Dan Pengkondisian Udara.......................11 A. Konsevasi Energi.................................................................................11 B. Energi............................................................................ ......................12 C. Audit Energi................................... .....................................................15 D. Sistem Pengkondisian Udara.................................. ............................20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian....................................................................44 3.2 Jenis Penelitian..........................................................................................44 3.3 Variable Penelitian....................................................................................44 3.4 Alat dan Bahan .........................................................................................45 3.5 Jalannya Penelitian....................................................................................45 A. Audit Energi Awal ..............................................................................45 B. Audit Energi Rinci.............................................................................. 49 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Audit Energi Awal.....................................................................................55 A. Pendahuluan. .................................. ....................................................55 B. Denah Tanpak Gedung dan Jaringan Gedung.....................................55 C. Sistim Distribusi Energi.............................. ........................................56 D. Data Konsumsi Energi.........................................................................58 E. Data Tingkat Hunian (Occupancy Rate)……………………...……...61 F. Data Tingkat Konsumsi Energi...........................................................62 G. Menghitung IKE..................................................................................65 4.2 Audit Energi Rinci.....................................................................................66 A. Pendahuluan.........................................................................................66 B. Data Perhitungan.................................................................................67 C. Pengenalan Peluang Hemat Energi (PHE) .........................................74 D. Analisa Peluang Hemat Energi ...........................................................77 E. Implementasi Peluang Hemat Energi..................................................85 F. Analisa Peluang Hemat Energi tahap 2 ..............................................91
xi
G. Implementasi Peluang Hemat Energi tahap 2......................................95 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan................................................................................................96 5.2 Saran..........................................................................................................97 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................99
xii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Profil penggunaan energi untuk peralatan kantor .......................................50 Tabel 3.2 Profil penggunaan energi untuk peralatan hotel/apartement ......................50 Tabel 3.3 Profil penggunaan energi untuk peralatan rumah sakit...............................51 Tabel 4.1 Komposis Luas Bangunan Hotel Santika Premiere Semarang....................56 Tabel 4.2 Data Konsumsi Energi Listrik Tahun 2006..................... ...........................58 Tabel 4.3 Data Konsumsi Solar (Fuel) tahun 2006..................... ............................. .59 Tabel 4.4 Data Konsumsi air periode 2006............................................................... .60 Tabel 4.5 Occupancy rate Hotel Santika Premiere Semarang tahun 2006………….61 Tabel 4.6 Prosentase pemakaian energi di Hotel Santika Premiere Semarang tahun 2006 ..................................................................................................64 Tabel 4.7 Tabel Hasil Pengukuran Arus Listrik di Hotel Santika Premiere Semarang ....................................................................................................68 Tabel 4.8 Tabel Pengukuran kWH meter di Hotel Santika Premiere Semarang …....69 Tabel 4.9 Konsumsi energi listrik per bulan Hotel Santika Premiere Semarang…... 70 Tabel 4.10 Besar intensitas konsumsi energi hasil pengukuran di Hotel Santika Premiere ....................................................................................................71 Tabel 4.11 Profil Pengukuran Arus Listrik di Hotel Santika Premiere berdasarkan audit rinci .................................................................................................72 Tabel 4.12 Profil Pengukuran Arus Listrik untuk Unit Tenaga ………….....………72 Tabel 4.13 Profil pengukuran arus listrik untuk sistem pendingin udara Hotel Santika Premiere.....................................................................................................75 Tabel 4.14 Spesifikasi lokasi unit FCU di Hotel Santika Premiere Semarang ..........80 Tabel 4.15 Data hasil pengukuran pada kondisi FCU kotor untuk daya kipas 20 watt.......................................................................................................82 Tabel 4.16 Data hasil pengukuran pada kondisi FCU bersih untuk daya kipas 20 watt........... ............................................................................................... 83 Tabel 4.17 Pengukuran daya listrik chiller dengan pengesetan ulang LCWT ...........93
xiii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Elemen pokok sistem tenaga listrik.........................................................15 Gambar 2.2 Prinsip Kerja Air Conditioning................................................................22 Gambar 2.3 Tekanan udara dan pengukuran...............................................................26 Grafik 2.4 Karakteristik kipas udara dan tahanan dalam salura..................................27 Gambar 2.5 Karakteristik pompa sentrifugal…………………………………….…..32 Gambar 2.6 Karakteristik pompa pada beberapa kecepatan putar poros.....................34 Gambar 2.7 Prestasi Pompa sentrifugal.......................................................................35 Gambar 2.8 Kombinasi karakteristik pompa dan pipa................................................35 Gambar 2.9 Diagram sirkulasi freon...........................................................................43 Gambar 3.1 Bagan alur proses audit energi bangunan................................................48 Gambar 4.1 Grafik Pemakaian Energi Listrik Hotel Santika Premiere Semarang......58 Gambar 4.2 Grafik Konsumsi Solar ( Fuel) Hotel Santika Premiere Semarang Periode 2006……………………………………………………………59 Gambar 4.3 Grafik Konsumsi air Hotel Santika Premiere Semarang Periode 2006...60 Gambar 4.4 Grafik occupancy rate Hotel Santika Premiere Semarang tahun 2006...62 Gambar 4.5 Grafik prosentasi pemakaian energi di Hotel Santika Premiere Semarang tahun 2006..............................................................................64 Gambar 4.6 Grafik pengukuran arus listrik di Hotel Santika Premiere Semarang….69 Gambar 4.7 Grafik komposisi nilai dari AHU, FCU, dan Chiller sebagai komponen AC...........................................................................................................72
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Laporan Tahunan Listrik Hotel Santika Premiere Semarang………...100 Lampiran 2. Biaya penggunaan listrik tahun 2006………………………………....103 Lampiran 3. Pomec department……………………………………….….………...109 Lampiran 4. Denah Bangunan Lantai Basement Hotel Santika Premiere Semarang116 Lampiran 5. Denah Bangunan Lantai Satu Hotel Santika Premiere Semarang……117 Lampiran 6 Denah Bangunan Lantai 3 s/d 8 Hotel Santika Premiere Semarang…..118 Lampiran 7 Denah Bangunan Lantai 9 Hotel Santika Premiere Semarang ………..119 Lampiran 8 Denah Bangunan Lantai 10 Hotel Santika Premiere Semarang……….120 Lampiran 9 Denah Bangunan Lantai 11 Hotel Santika Premiere Semarang……….121
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Dalam bisnis perhotelan, energi sangatlah penting, terutama dalam penggunaan energi listrik, porsi pemakaian serta alokasi dana untuk penyediaannya adalah yang terbesar. Hal ini dapat dilihat bahwa peralatan seperti lampu-lampu, lift, lemari es, laundry, pemanas, pompa-pompa, sampai pada sistem pengkondisian udara adalah beberapa alat yang dominan dalam operasional di dunia perhotelan. Usaha-usaha penghematan energi listrik telah dilaksanakan oleh pihak hotel seperti melakukan penjadwalan operasional peralatan, penggantian lampu-lampu dengan lampu hemat energi, pemasangan kapasitor bank, akan tetapi biaya operasional energi listrik tetap melebihi standar yang telah ditentukan. Penggantian jenis refrigerant R-22 dengan hidrokarbon pada chiller juga pernah dilakukan oleh pihak manajement hotel, akan tetapi mengakibatkan rusaknya beberapa kompresor pada chiller. Untuk menanggulangi masalah tersebut dilakukan efisiensi energi. Salah satu metode yang sekarang dipakai untuk mengefisienkan pemakaian energi listrik adalah konservasi energi. Konservasi energi adalah peningkatan efisiensi energi yang digunakan atau proses penghematan energi. Dalam proses ini meliputi adanya audit energi yaitu suatu metode untuk mengitung tingkat konsumsi energi suatu gedung atau bangunan, yang mana hasilnya nanti akan dibandingkan 1
2
dengan standar yang ada untuk kemudian dicari solusi penghematan konsumsi energi jika tingkat konsumsi energinya melebihi standar baku yang ada. Untuk audit energi dan peluang penghematan energi diutamakan pada sistem pengkondisian udara karena penggunaan energi listriknya dapat mencapai 60% melebihi
standar yang disampaikan oleh Tim Hemat Energi (THE) yaitu
48,50%. Dari dasar pemikiran di atas, maka penulis dalam penyusunan skripsi ini mengambil judul ”Audit Energi dan Analisis Peluang Penghematan Konsumsi Energi pada Sistem Pengkondisian Udara di Hotel Santika Premiere Semarang” dengan harapan dari skripsi ini dapat diketahui tingkat konsumsi energi di hotel, peluang dan solusi penghematan yang dapat direkomendasikan kepada pihak manajemen hotel. Pada akhirnya penulis berharap hasil penelitian ini tidak hanya bermanfaat bagi Hotel Santika Premiere Semarang, namun dapat juga menjadi salah satu acuan untuk perhotelan yang lain. 1.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini dirumuskan beberapa masalah diantaranya : 1. Bagaimana menentukan IKE (Intensitas Konsumsi Energi) serta biaya pembayarannya sesuai pemakaian berdasarkan data historis hotel. 2. Bagaimana menentukan IKE (Intensitas Konsumsi Energi) berdasarkan observasi penggunaan energi listrik secara detail dengan berbagai peralatan yang mengkonsumsi energi listrik dan waktu penggunaannya.
3
3. Bagaimana mencari peluang-peluang untuk penghematan energi dan penghematan biaya berdasarkan kondisi aktual di lapangan. 1.3 Manfaat Penelitian 1. Dapat mengetahui nilai IKE (Intensitas Konsumsi Energi) serta biaya pembayarannya sesuai pemakaian 2. Dapat mengetahui sistem yang bekerja secara baik atau tidak berdasarkan kondisi aktual di lapangan. 3. Dapat mencari peluang-peluang untuk penghematan energi dan penghematan biaya berdasarkan kondisi aktual di lapangan 1.4 Tujuan Penilitian 1. Menentukan IKE (Intensitas Konsumsi Energi) serta biaya pembayarannya sesuai pemakaian berdasarkan data historis hotel. 2. Menentukan IKE (Intensitas Konsumsi Energi) berdasarkan observasi penggunaan energi listrik secara detail dengan berbagai peralatan yang mengkonsumsi energi listrik dan waktu penggunaannya. 3. Mencari peluang-peluang untuk penghematan energi dan penghematan biaya berdasarkan kondisi aktual di lapangan. 1.5 Batasan Masalah Batasan-batasan masalah yang melingkupi penelitian ini antara lain : 1. Tahapan Audit Energi Awal meliputi : a. Perhitungan pola konsumsi energi di Hotel Santika Premiere Semarang dalam jangka waktu tertentu.
4
2. Tahapan Audit Energi Rinci: a. Perhitungan IKE listrik Hotel Santika Premiere Semarang berdasarkan pengukuran di panel-panel listrik Hotel Santika Premiere Semarang dalam rentang waktu tertentu. b. Audit rinci pada sistem pengkondisian udara Hotel Santika Premiere Semarang. 3. Analisis Peluang penghematan konsumsi energi terkait kerja FCU room dan setting LCWT (Leaving Chiller Water Temperatur) pada pengkondisian udara di Hotel Santika Premiere Semarang. 1.6 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, manfaat penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, metodologi penelitian, sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi teori tentang sejarah singkat berdirinya Hotel Santika Premiere Semarang, dasar teori konservasi energi dan pengkondisian udara. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi waktu dan tempat penelitian, jenis penelitian, variabel penelitian, alat dan bahan, jalannya penelitian.
5
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITAIN Pada bab ini berisi tentang pembahasan dan hasil penelitan audit energi awal, dan audit rinci, serta pencarian peluang penghematan energi. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang rangkuman hasil penelitian yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya serta saran-saran kedepan terkait hasil penelitian yang telah diperoleh baik buat objek penelitian yaitu hotel dan subjeknya sendiri yaitu para peneliti yang akan berkecimpung di bidang konservasi energi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Hotel Santika Premiere Semarang A. Gambaran umum hotel Hotel Santika Premiere Semarang merupakan hotel bintang empat di kota Semarang yang terletak di Jln. Pandanaran No 116 – 120 Semarang Jawa Tengah. Hotel ini dibangun mulai tanggal 20 Juli 1988 dan selesai tanggal 18 Juni 1990. Opening dimulai tanggal 22 Maret 1990 sampai dengan 15 mei 1990 dengan jumlah kamar yang dioperasikan 125 kamar. Tanggal 10 Agustus 1990 klasifikasi bintang dilakukan tim penilai pusat dan daerah. Tanggal 30 Juli 1990 Grand Opening semua simbolis. Tanggal 19 November 1990 dilakukan penandatanganan Grand Opening. Lokasi hotel ini sangat strategis, terletak di pertengahan kota yaitu dekat dengan Simpang Lima Semarang. Hotel ini juga disebut sebagai hotel terbaik di Semarang. Hotel Santika Premiere Semarang menyediakan para pengunjung dengan fasilitas bisnis bintang empat termasuk ruangan, luxury penthouse, convention center dan 3 ruang pertemuan untuk beberapa jenis aktifitas bisnis. B. Fasilitas layanan hotel santika premiere semarang Fasilitas Layangan Hotel Santika Premiere Semarang terdiri dari : 1. 3 penthouse suites 6
7
2. 125 luxurious rooms and suites 3. Mayangsari Restaurant featuring special Teppanyaki menu 4. Swimming pool, fitness center and sauna 5. Convention and meeting rooms for up to 600 guests 6. Business center 7. 24-hour room service 8. Laundry/dry cleaning service, drug store, beauty parlour, car rental 9. Airline ticketing office 10. Live music at Amarta Bar and Kafe Delima
Tingkat hunian hotel bervariasi, tergantung pada event tertentu dimana tingkat hunian ini berkisar antara 50% hingga 80%. Tingkat hunian tertinggi biasanya terjadi saat hari besar keagamaan, atau hari raya lainnya.
C. Sistem kerja peralatan pendukung operasional Hotel Santika Premiere Semarang Sebagai sebuah gedung dengan tingkat fungsionalitas yang tinggi, Hotel Santika Premiere Semarang memiliki jaringan sistem kerja dari peralatanperalatan utama, antara lain : 1. Sistem kelistrikan dual power yaitu dari PLN dan pembangkit listrik diesel
8
2. Sistem transportasi antar lantai yaitu dengan (lift) disamping tangga darurat. Lift memiliki kapasitas 15 orang (1000 kg) sebanyak 3 buah, yaitu dua buah lift digunakan untuk lobby (khusus tamu), dan satu buah lift digunakan untuk service. 3. Sistem perpipaan yang meliputi a. Sistem perpipaan penyediaan air bersih yang meliputi air dingin dan air panas b. Sistem perpipaan air buangan, yang disalurkan menuju sewage treatment plant sebelum dibuang ke riool kota. c. Sistem perpipaan pemadam kebakaran (fire hydrant). 4. Sistem penanganan air hujan, dimana air hujan akan dibuang langsung ke riool kota dan sebagian dibuang ke dalam sumur resapan 5. Sistem sirkulasi udara (air conditioning). 6. MATV (Master Antena Television) dan CCTV (Close Circuit Television). 7. Telepon Sentral D. Fasilitas kelengkapan peralatan utama hotel Sebagai sebuah hotel yang berbintang empat, gedung bangunan Hotel Santika Premiere Semarang dilengkapi dengan peralatan-peralatan utama yang sangat diperlukan untuk menunjang pelayanan mereka. Peralatan utama yang ada yang menunjang sistem kerja pada hotel antara lain : 1. Gen-Set
9
Peralatan ini merupakan bagian dari sistem kelistrikan hotel yang memakai sistem dual power yaitu dari PLN sebesar 1000 kVA dan GenSet yang memiliki kapasitas 900 kVA, sehingga untuk penyediaan tenaga listrik walaupun terjadi gangguan dari PLN, maka hal itu tidak akan menjadi masalah karena secara otomatis apabila listrik mati, maka GenSet akan hidup. 2. Chiller Peralatan ini merupakan bagian dari sistem penyediaan udara bersih dan segar. Di Hotel Santika Premiere Semarang terdapat tiga buah Chiller yang akan saling bergantian dalam beroperasi untuk senantiasa memberikan dan menyediakan udara bersih dan segar kepada setiap penghuni di hotel. 3. AHU dan FCU Peralatan ini juga merupakan bagian dari sistem pengkondisian udara di Hotel Santika Premiere Semarang, dimana peralatan ini difungsikan untuk memastikan bahwa udara yang telah diproses sehingga menjadi segar dan bersih ini dapat terdistribusi merata sehingga para penghuni hotel dapat merasa nyaman ketika di dalam hotel. Untuk AHU di Hotel Santika Premiere Semarang ada dua buah AHU yang mana terdiri dari AHU 1 yang berfungsi untuk mendistribusikan udara segar dan bersih ke lantai satu, dan AHU 2 yang berfungsi untuk mendistribusikan udara segar dan bersih ke lantai 2. Untuk FCU hampir merata diruangan-ruangan yang
10
lebih kecil terutama ruangan yang terkait dengan aktifitas para tamu dan penghuni hotel lainnya. 4. Boiller Peralatan ini merupakan salah satu bagian dari sistem penyediaan air bersih dan air panas yang sangat diperlukan untuk pelayanan para tamu hotel selain intu juga untuk konsumsi di bagian laundry dan kitchen. 5. Fire Pump Peralatan ini merupakan salah satu bagian dari sistem keamanan hotel terutama dari bahaya kebakaran. Untuk sistem pengamanan kebakaran sendiri selain dari fire pump ini, juga ditunjang dengan adanya Fire-Stairs (tangga kebakaran) dan juga sistem hidran yang terpasang rapi dan siap digunakan setiap saat dan ditambah dengan tabung-tabung gas pemadam kebakaran yang disediakan di titik-titik tertentu. 6. Water Treatment. Sebagai hotel yang besar, Hotel Santika Premiere Semarang juga menerapkan kerja yang berwawasan lingkungan sehingga untuk limbah terutama yang berkaitan dengan air, disediakan suatu sistem pengolah limbah. Hal ini bertujuan agar limbah yang dikeluarkan hotel benar-benar sudah bisa diterima dan diserap lingkungan serta tidak mengganggu masyarakat sekitar.
11
E. Struktur Organisasi Hotel Santika Premiere Semarang Struktur organisasi merupakan mekanisme formal dengan nama organisasi yang dikelola dengan berbagi tingkatan yaitu : 1. Tingkat Managerial yaitu seorang General Manajer 2. Tingkat Division Head 3. Tingkat Departement Head 4. Tingkat Manager 5. Tingkat Assistant Manager, sesuai dengan tingkatan di atas 6. Tingkat supervisor dengan berbagai spesifikasi bidang kerjanya. 7. Tinkat R/F 2.2 Dasar Teori Konservasi Energi Dan Pengkondisian Udara A. Konservasi Energi Negara Indonesia kaya akan sumber energi, tetapi pemanfaatannya selama ini belum seimbang karena terlalu banyak tergantung pada sumber energi minyak bumi. Padahal sumber energi minyak bumi dewasa ini merupakan sumber pendapatan yang terpenting dan persediaannya terbatas. Ketergantungan pada satu sumber energi yaitu minyak bumi dan produk turunannya ini tidak dapat dibiarkan secara terus menerus karena kebutuhan energi akan terus meningkat baik disebabkan meningkatnya industri maupun pertambahan jumlah penduduk serta adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
12
Untuk menghadapi masalah-masalah tersebut di atas, disusunlah langkahlangkah kebijakansanaan energi oleh pemerintah, langkah-langkah itu adalah: 1. Intensifikasi 2. Diversifikasi 3. Konservasi Konservasi
energi
merupakan
langkah
kebijaksanaan
yang
pelaksanaannya paling mudah dan biayanya paling murah diantara langkahlangkah di atas, serta sekarang juga dapat dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Kebijakan energi ini dimaksudkan untuk memanfaatkan sebaikbaiknya sumber energi yang ada, juga dalam rangka mengurangi ketergantugan akan minyak bumi, dengan pengertian bahwa konservasi energi tidak boleh menjadi penghambat kerja operasional maupun pembangunan yang telah direncanakan. (Badan Koordinasi Energi Nasional, 1983). Oleh Karena itu disamping harus secepatnya mengembangkan sumbersumber energi dari bahan bakar non fosil seperti biomassa, biogas, dan sebagainya, harus juga berusaha untuk dapat mengoptimalkan penggunaan energi minyak bumi secara lebih tepat, cermat, hemat dan efisien dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi. B. Energi Energi adalah suatu besaran yang secara konseptual dihubungkan dengan transformasi, proses atau perubahan yang terjadi. Besaran ini seringkali dikaitkan dengan perpindahan sebuah gaya atau perubahan temperatur,
13
sehingga memungkinkan penentuan satuan joule (perpindahan gaya 1 Newton sejauh 1 meter), maupun kalor jenis (energi yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur sebesar 1 derajat per satuan massa material). Dalam keperluan praktis, energi sering kali dikaitkan dengan jumlah bahan bakar atau konsumsi jumlah listrik. Setiap zat sebenarnya mengandung sejumlah energi di dalamnya yang disebut energi dalam. Dalam suatu proses zat dapat melepaskan sebagian energi dalamnya (dalam proses pembakaran) atau menyimpan energi energi yang berasal dari lingkungan (pemanasan suatu zat). Dalam melakukan analisisis energi suatu sistem, harus dilakukan berbagai proses perhitungan yang melibatkan jumlah material/zat dan energi. Oleh karena itu perlu dipahami berbagai satuan yang sering digunakan dalam menyatakan besar atau jumlah dari suatu besaran. Untuk menyatakan jumlah material, ada beberapa besaran yang dapat digunakan, yaitu : 1. Massa, dengan satuan kg, lb m, ton dan sebagainya 2. Volume, dengan satuan liter, m3, gallon dan sebagainya Untuk menyatakan jumlah energi, ada beberapa satuan yang digunakan, misalnya joule, ft.lbf, kWH, BTU dan sebagainya. Satuan joule merupakan satuan standart initernasional (SI) yang biasa digunakan untuk semua bentuk energi. Sedangkan kWH adalah satuan yang biasa digunakan untuk
14
menyatakan energi-energi listrik, ft.lbf adalah satuan yang biasanya digunakan untuk menyatakan energi termal. Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui bentuk energi listrik. Pada pusat pembangkit, sumber daya energi primer seperti bahan bakar fosil (minyak, gas alam dan batubara), hidro, panas bumi dan nuklir diubah menjadi energi listrik. Generator sinkron mengubah energi mekanis yang dihasilkan poros turbin menjadi energi listrik tiga fase. Melalui transformator penaik tegangan (step up transformator) energi listrik ini dikirimkan melalui saluran transmisi bertegangan tinggi menuju pusat-pusat beban. Peningkatan tegangan dimaksud untuk mengurangi jumlah arus yang mengalir melalui saluran transmisi. Dengan demikian saluran transmisi bertegangan tinggi akan membawa alairan arus yang rendah dan ini berarti mengurangi rugi-rugi panas yang terjadi (heat lost) yaitu sebesar I2 R. Ketika saluran transmisi mencapai pusat beban, tegangan tersebut kembali diturunkan menjadi tegangan menengah dengan transformator penurun tegangan (step down transformator). Di pusat-pusat beban yang terhubung dengan saluran distribusi, energi listrik ini diubah kembali menjadi bentuk-bentuk energi terpakai lainnya seperti energi mekanis, penerangan, pendingin, dan lain-lain. Elemen pokok tenaga dapat dilihat pada Gambar 2.1
15
Gambar 2.1 Elemen pokok sistem tenaga listrik (Zuhal, 1995) Beban yang diberi tegangan, impedansi dari beban tersebut akan menentukan besar arus dan sudut fasa yang mengalir pada beban tersebut. Faktor daya merupakan petunjuk yang menyatakan suatu beban. Faktor daya merupakan hasil bagi dari rata-rata dengan daya nyata. Faktor daya =
P V .I .Cosϕ = = Cosϕ V .I V .I
(3.1)
Besarnya faktor daya adalah 0< Cosϕ < 1. Untuk mendapatkan pemakaian daya maksimal, faktor daya dapat diusahakan mendekati 1, yaitu dengan menambahkan peralatan capasitor bank. (Zuhal, 1995). C. Audit Energi Usaha-usaha untuk menghemat energi di segala bidang makin dirasakan perlu karena semakin terbatasnya sumber-sumber energi yang tersedia dan semakin mahalnya biaya pemakaian energi. Usaha-usaha penghematan energi pada suatu bangunan komersial seperti hotel atau suatu pabrik hanya dapat dilakukan jika telah diketahui untuk apa energi tersebut digunakan dan berapa
16
besarnya pemakaian energi di tiap-tiap bangunan gedung hotel atau pabrik tersebut. Untuk mengetahui hal tersebut maka diperlukan pengetahuan tentang audit energi atau kesetimbangan energi. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan pada
akhirnya
audit
energi
didefinisikan
sebagai:
kegiatan
untuk
mengidentifikasi jenis energi dan mengidentifikasikan besarnya energi yang digunakan pada bagian-bagian operasi suatu industri/pabrik atau bangunan serta mencoba mengidentifikasi kemungkinan penghematan energi. Audit energi dapat dilakukan setiap saat atau sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Monitoring pemakaian energi secara teratur merupakan keharusan untuk mengetahui besarnya energi yang digunakan pada setiap bagian operasi selama selang waktu tertentu. Dengan demikian usaha-usaha penghematan dapat dilakukan. (Abdurarachim, 2002) 1. Konsep Audit Energi Audit energi merupakan usaha atau kegiatan untuk meidentifikasaikan jenis dan besarnya energi yang digunakan pada bagian-bagian operasi suatu industri/pabrik
atau
bangunan
dan
mencoba
mengidentifikasikan
kemungkinan penghematan energi. Sasaran dari audit energi adalah untuk mencari cara mengurangi konsumsi energi persatuan output dan mengurangi
biaya
operasi.
Untuk
mengukur
besarnya
efisiensi
penghematan digunakan parameter Benefit Cost Ratio (BCR) yang didefinisikan sebagai : (Abdurarachim, 2002)
17
BCR =
E.a.b c
(3.2)
keterangan : E
= biaya energi tahunan, satuan uang
a
= potensi energi tahunan, satuan uang, % dari harga E
b
= realisasi biaya energi yang dapat dihemat,% dari harga a
c
= biaya realisasi, satuan uang
2. Klasifikasi Audit Energi a. Survei Energi (Energy Survey or Walk Through Audit) Survei energi merupakan jenis audit energi paling sederhana. Audit hanya dilakukan pada bagian-bagian utama atau pengguna energi terbesar. Tujuan dari survei energi adalah : 1) Untuk mengetahui pola penggunaan energi dan sistem yang mengkonsumsi kemungkinan
energi
serta
penghematan
untuk energi
mengidentifikasikan (Energi
Conservasi
Oppurtunity = ECO) 2) Untuk mendapatkan data yang berguna bagi audit energi awal. Pada survei energi, data-data dapat diperoleh melalui wawancara dengan orang-orang yang berhubungan dengan penggunaaan energi pada beberapa tahun terakhir yang telah tersedia. Data-data tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui kecenderungan karakteristik pemakaian energi pada suatu industri,
18
pabrik atau gedung. Hasil laporan hanya berupa rekomendasi atau usulan mengenai bagian-bagian yang perlu dilakukan audit rinci atau bagian-bagian yang telah optimal penggunaan energinya. b. Audit Energi Awal atau Audit Energi Singkat (Preliminary Energy Audit = PEA) Tujuan dari audit energi awal (PEA) adalah untuk mengukur produktifitas dan efisiensi penggunaan energi dan mengidentifikasikan kemungkinan penghematan engergi (ECO’s). Kegiatan audit energi awal meliputi: 1) Pengumpulan data-data pemakaian energi yang tersedia 2) Mengamati kondisi peralatan, penggunaan, penggunaan energi beserta alat-alat ukur yang berhubungan dengan monitoring energi seperti: a) Memeriksa kondisi isolasi yang rusak atau hilang. b) Meneliti adanya kebocoran c) Mengamati alat-alat ukur dan alat kendali yang tidak bekerja. d) Mengamati gas pembuangan pembakaran. e) Dan lain-lain 3) Mengamati prosedur operasi dan perawatan yang biasa dilakukan dalam industri/pabrik atau gedung tersebut.
19
4) Survei energi manajemen, yaitu untuk mengetahui kegiatan manajemen energi dan kriteria pengambilan keputusan dalam investasi penghematan energi Hasil PEA biasanya berupa laporan mengenai sumber-sumber kebocoran / kehilangan energi seperti adanya isolasi yang tidak sempurna, kebocoran fluida atau alat ukur pengendali yang tidak bekerja, rekomendasi perbaikan ringan yang harus dilakukan. c. Audit Energi Rinci atau Energi Penuh (Detailed Energy Audit or Full Audit) Audit energi rinci (DEA) adalah audit energi yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat ukur yang sengaja dipasang pada peralatan untuk mengetahui besarnya konsumsi energi. Kegiatan ini diikuti dengan analisis rinci penggunaan energi beberapa sistem. Tujuan dari audit energi ini untuk mengevaluasi kemungkinan penghematan energi (ECO’s). Audit energi rinci biasanya dilakukan setelah PEA, meskipun sebenarnya audit energi ini dapat dilakukan sendiri, asalkan kegiatan yang tercangkup dalam PEA dilakukan pada awal kegiatan audit. Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran tekanan, temperatur, laju aliran fluida atau bahan bakar dan konsumsi energi listrik. Data-data pengukuran tersebut kemudian digunakan untuk menghitung besarnya konsumsi energi. Hal ini dilakukan dengan menerapkan balans energi pada komponen atau sistem.
20
Hasil DEA berupa rekomendasi perubahan-perubahan sistem atau komponen yang diperlukan dengan didasari oleh bukti-bukti perhitungan agar diperoleh penghematan energi dan penghematan biaya energi beserta cara-cara implementasinya. D. Sistem Pengkondisian Udara Pengadaan suatu sistem pengkondisian udara adalah agar tercapai kondisi temperatur, kelembaban, kebersihan, dan distribusi udara dalam ruangan dapat dipertahankan pada tingkat keadaan yang diharapkan. Suatu sistem pengkondisian udara bisa berupa sebuah sistem pemanasan, pendinginan, dan ventilasi. Untuk kondisi iklim indonesia (tropis), untuk proses pengkondisian udara yang berupa pendinginan banyak sekali digunakan. Pendingin ini berfungsi untuk menciptakan kondisi nyaman bagi beberapa aktivitas manusia. Pada bangunan besar biasanya menggunakan sistem pengkondisian udara central. Sistem tersebut mungkin terdiri dari satu atau lebih mesin pendingin air (water-chiling plants) dan mesin pemanas air (secara tradisional berupa sebuah ketel) yang diletakkan di dalam suatu ruangan mesin. Ruangan yang dikondisikan mengunakan satu atau lebih sistem saluran udara segar dan udara balik atau dapat juga dalam bentuk aliran air panas atau dingin melalui pipa ke penukar kalor (heat exchangers) yang terdapat pada ruangan tersebut. 1. Faktor Pemilihan Sistem Pengkondisian Udara a. Faktor kenyamanan
21
Faktor kenyamanan dalam ruangan sangat tergantung pada beberapa parameter yang bisa diatur oleh sistem pengkondisian udara. Parameter itu antara lain meliputi temperatur bola basah dan bola kering dari udara, aliran udara, kebersihan udara, bau, kualitas ventilasi maupun tingkat kebisingannya. Semua parameter di atas diatur sesuai dengan kondisi kerja yang terjadi pada ruangan yang dikondisikan. Dari sudut pandang kenyamanan, maka sistem pengkondisian udara yang baik adalah sistem yang mampu menciptakan kondisi nyaman yang merata pada semua komponen yang dikondisikan dalam ruangan. b. Faktor ekonomi Faktor ekonomi yang menjadi pertimbangan antara lain adalah biaya awal untuk pemasangan serta biaya operasi dan perawatan untuk sistem setelah peralatan itu difungsikan. Dari sudut pandang faktor ekonomi, suatu sistem pengkondisian udara yang baik adalah dengan biaya total serendah-rendahnya. c. Faktor operasi dan perawatan faktor yang secara umum yang menjadi pertimbangan adalah faktor konstruksi yang mudah dimengerti susuanan dan cara menjalankannya. Secara lebih detail hal ini terkait dengan beberapa kontruksi yang sederhana, tingkat efisiensi yang tinggi, mudah dalam perawatan, mudah
22
direparasi jika terjadi kerusakan, dapat melayani perubahan kondisi operasi. 2. Proses Pengkondisian Udara FCU a. Kondisi udara dalam ruangan dapat dalam keadaan sangat dingin, panas, lembab, kering, kecepatan udara tinggi atau tidak ada gerakan udara. (Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia) b. Udara dingin digerakkan oleh Fan masuk reducting (saluran udara) dan melalui out let (lubang keluar) udara masuk ke dalam ruangan. Udara dari dalam ruangan kembali ke return out let (grill/lubang isap) masuk ke ducting return (saluran kembali) dan melalui filter untuk pembersihan udara masuk melewati celah-celah/ permukaan coil evaporator (koil pendinginan) dan kembali digerakkan Fan (kipas udara).
Suplai Duct
Suplai Udara/Outlet 22,60 c RUANG
Fan
Filter
Coil Evaporator Return Duct 35 0 c
Gambar 2.2 Prinsip Kerja Air Conditioning
23
3. Komponen Sistem Pengkondisian Udara yang Dilalui Sirkulasi Udara a. Fan (kipas udara) Kipas udara berfungsi menggerakkan udara dari atau ke dalam ruangan. Udara yang dialirkan fan dapat berupa : udara luar, udara ruangan atau gabungan dari udara luar dan udara ruangan. Jumlah aliran udara dan kecepatan udara harus diatur, agar memperoleh sirkulasi udara yang baik. b. Supply Duct (saluran udara keluar) Supply Duct (saluran udara keluar) berfungsi untuk saluran udara dingin dari fan ke dalam ruangan. c. Supply out let (lubang keluar) Supply out let (lubang keluar) berfungsi untuk megatur arah aliran udara dari fan, sehingga udara terdistribusi ke seluruh ruangan. Untuk kenyamanan, jumlah out let turut menentukan. d. Ruangan yang didinginkan Ruangan harus tertutup, sehingga udara dingin dalam ruangan tidak terbuang keluar dan udara luar tidak masuk ke dalam ruangan. e. Return out let (lubang isap) Biasanya terletak berlawanan dengan supply out let. f. Filter (saringan udara) Berfungsi untuk membersihkan udara dan membuang debu/ kotoran
24
udara. Ditempatkan pada return duct, dan biasanya terbuat dari plastic, fiber glass atau elektro statik g. Cooling coil (koil pendingin) Berfungsi untuk mendinginkan udara. Udara yang masuk melewati cooling coil harus melalui filter sehingga debu tidak tertimbun pada permukaan koil. Biasanya ditempatkan sebelum atau sesudah fan. 4. Beban Kalor Pendinginan Udara Beban usaha penyegaran udara dalam hal ini untuk pendinginan udara, terdapat beban kalor yang harus ditanggulangi oleh mesin pendingin untuk mencapai tingkat temperatur dan kelembaban yang diinginkan. Secara garis besar beban kalor yang harus diatasi adalah beban kalor ruangan dan beban kalor alat penyegar udara yang ada dalam ruangan. (Arismunandar, 1991) a. Beban kalor ruangan Kompenan utama beban kalor ruangan terdiri dari: 1) Kalor yang masuk dari luar ruangan ke dalam ruangan (beban kalorperimeter;”Perimeter heat load”). 2) Kalor yang bersumber di dalam ruangan itu sendiri (beban kalor interior; ”interior heat load”). b. Beban kalor alat penyegar udara Jumlah kalor yang harus dilayani oleh alat penyegar udara adalah sebagai berikut:
25
1) Beban kalor ruangan 2) Beban kalor dari udara luar yang masuk ke dalam alat penyegar 3) Beban blower dan motor. 4) Kebocoran dari saluran, dsb.nya. Dari kedua beban kalor di atas pada dasarnya dapat dikelompokkan lagi dalam kategori beban kalor sensibel dan kalor laten. Kalor sensibel adalah kalor/panas ynag menyebabkan atau menemani perubahan temperatur dari sebuah subtansi. Kalor laten adalah kalor/panas yang menyebabkan atau menyertai perubahan fase dari sebuah subtansi. Besarnya kalor laten adalah : (jumlah air yang menguap, kg/jam) x 597,3 (kcal/kg)
(3.3)
5. Kipas Udara dan Blower a. Klasifikasi Kipas Udara dan Blower Blower dan kipas udara dalam berbagai jenis dan ukuran serta karakteristiknya bisa dimanfaatkan untuk beberapa keperluan. Dari kondisi ini, maka ada penggolongan jenis kipas udara dan blower antara lain jenis blower dan kipas udara berdasarkan tekanan udara yaitu : (Arismunandar, 1991) 1) Kipas udara listrik, dimanfaatkan untuk memasukkan udara atmosfir; boleh dikatakan tak ada kenaikan tekanan ( 0 mm H20). 2) Kipas udara, dimanfaatkan untuk memasukkan udara atmosfir; kenaikan tekanan udara biasanya dibawah 1000 mm H2O.
26
3) Blower, diguanakan untuk memasukkan udara atmosfir; kenaikan tekanan 1000 H2O atau lebih besar. b. Karakteristik Kipas Udara 1) Tekanan Tekanan yang ditimbulkan oleh kipas udara ada dua jenis yaitu berupa tekanan statik yang dimanfaatkan untuk mengatasi tahanan aliran melalui saluran. Selain tekanan statik, ada tekanan dinamik untuk memberikan kecepatan pada udara. Berikut ini ilustrasi pengukuran
tekanan
statik
dan
dinamik
pada
sebuah
pipa
(Arismunandar, 1991):
Gambar 2.3 Tekanan udara dan pengukuran Dari Gambar 2.3, nilai tekanan total, tekanan statik maupun tekanan dinamik dapat dihitung sebagai berikut: a) Tekanan total (mm H2O) = tekanan statik (mm H2O) +tekanan dinamik (mm H2O) b) Tekanan dinamik (mm H2O)
(3.4)
27
=
( Kec.udara, m/s) 2 x(Grafitasi Spesifi udara, kg/m 3 ) [ 2 x akselerasi grafitasi (9,8 m/s 2 )]
=
(Kec.udara, m/s) 4,03
2
(3.5)
2) Daya yang diperlukan kipas udara Nilai
daya teoritik (daya udara) yang diperlukan untuk
mengalirkan udara sebagnyak Q m3/ menit, dengan tekanan total Pt mm H20 adalah : (Daya udara, kW) =
Q m 3 / menit x Pt mm H 2 O 6120
(3.6)
Apabila efisiensi udara adalah , maka : (Daya motor penggerak, kW)=
Q m 3 / menit x Pt mm H 2 O 6120η
c. Karakteristik Kipas Udara dan Tahanan Saluran
Grafik 2.4 Karakteristik kipas udara dan tahanan dalam saluran
(3.7)
28
Beberapa kondisi yang sering terjadi di lapangan, dan bisa dijelaskan berdasarkan diagram karakteristik di atas antara lain seperti berikut : 1) Jika katup saluran diubah, maka titik keseimbangan sistem saluran/kipas udara akan berpindah dari titik A ke titik B, sehingga volume aliran udara berubah dari titik rancangan Q1 ke Q2. 2) Dari kondisi di atas yaitu terjadinya kenaikan volume, maka hal ini akan diikuti dengan kenaikan daya poros (kW) dari N1 ke N2. Namun kondisi kenaikan daya sebagai akibat perubahan kondisi kerja ini menyebabkan motor menjadi panas dan solusi untuk mengatasi ini adalah dengan menggunakan motor listrik dengan daya nominal satu tinggkat lebih tinggi. 3) Jika volume aliran Q2 dalam grafik tersebut, diperoleh dengan mengatur damper, maka kipas udara harus bekerja pada putaran lebih tinggi dari pada yang normal. Sehingga hal ini berakibat daya poros bertambah besar, pemakaian daya listrik makin besar selain dari pada itu suara yang timbul juga semakin besar. 4) Jika tahanan aliran jauh lebih besar daripada titik rancangannya, misalnya hal ini karena ada kesalahan perancangan saluran atau penutup damper terlalu rapat, maka keseimbangan sitem saluran/kipas udara berpindah dari titik A ke titik C dan volume aliran tetap di Q1, maka putaran poros harus dinaikkan dari n1 ke n3 untuk memperoleh
29
titik operasi E. Hal ini berakibat daya poros naik dan bunyi semakin keras. d. Hukum Kipas Udara Karakteristik kipas udara tergantung pada putarannya. Hukum kipas udara antara lain : 1) Volume aliran udara sebanding putaran kipas
n2 n1
Q2 = Q1 x
(3.8)
2) Tekanan udara (total, statik dan dinamik) sebanding dengan kuadrat putaran kipas udara. n P2 = P1 x 2 n1
2
(3.9)
3) Daya poros sebanding dengan pangkat tiga putaran kipas udara
n N2 = N1 x 2 n1
3
(3.10)
4) Apabila putaran kipas udara dan volume aliran udara adalah sebuah konstata, maka tekanan daya sebanding dengan massa jenis udara.
ρ P2 = P1 x 2 ρ1
ρ N2 = N1 x 2 ρ1
(3.11)
(3.12)
30
Keterangan: P1 = tekanan udara sebelum terjadi perubahan, mm H20 Q1 = volume aliran udara sebelum terjadi perubahan, m3/menit n 1 = putaran poros sebelum terjadi perubanan, rpm N1 = daya poros sebelum ada perubahan, kW 1
= massa jenis udara sebelum ada perubahan, kg/m3
P2 = tekanan udara setelah terjadi perubahan, mm H20 Q2 = volume aliran udara setelah terjadi perubahan, m3/menit n 2 = putaran poros setelah terjadi perubanan, rpm N2 = daya poros setelah ada perubahan, kW 2
= massa jenis udara setelah ada perubahan, kg/m3
6. Koil Pendingin FCU a
Kapasitas pendinginan Jumlah kalor yang diserap oleh refrigeran dari fluda yang hendak didinginkan, dapat dirumuskan sebagai: Q = K.A. tm keterangan: Q = jumlah kalor yang diserap oleh refrigeran (kcal/jam) K = koefisien perpindahan kalor (kcal/m2.jamoC) N A= luas bidang perpindahan kalor (m2) tm = perbedaan temperatur rata-rata
(3.13)
31
b
Koil pendinginan udara Koil pendinginan udara merupakan salah satu jenis dari evaporator. Tipe ini banyak dipakai untuk mendinginkan udara pada penyegar udara. Tipe ini koil pipa bersirip pada bagian luarnya. Ada dua jenis koil dengan pendinginan udara yaitu expansi langsung dan expansi tidak langsung. Pada jenis expansi langsung, refrigeran diuapkan secara langsung di dalam evaporator, sedangkan pada jenis expansi tidak langsung udara didinginkan oleh refrigerant sekunder seperti air atau larutan garam yang mengalir dalam pipa tersebut. Manfaat dari sirip-sirip yang dipasang pada sisi luar pipa adalah untuk memperluas bidang perpindahan kalor yang berhubungan dengan udara.
7. Pompa Pompa adalah mesin yang berfungsi mengalirkan fluida melalui pipa dari satu tempat ke tempat lain. Spesifikasi pompa dinyatakan dengan jumlah fluida yang dapat dialirkan persatuan waktu dan tinggi energi angkat. Faktor tersebut terakhir menyatakan kemampuan pompa untuk menaikan fluida dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi, serta untuk mengatasi tahanan aliran dalam pipa. (Arismunandar, 1991). a. Prestasi Pompa 1) Grafik karakteristik pompa Pada putaran pompa tertentu, tinggi angkat total akan berubah jika tahanan pada pipa keluar diubah misalnya dengan cara membuka dan
32
menutup katup. Laju aliran fluida, daya poros dan efisiensi pompa akan berubah sesuai dengan perubahan putaran pompa. Grafik
karakteristik
pompa
yang
menunjukkan
saling
ketergantungannya parameter putaran poros pompa, laju aliran fluida, tinggi angkat total, daya poros dan efisiensi ditunjukkan pada gambar 2.5. (Arismunandar, 1991). n
H
η P
H : Tinggi energi (head) : Efisiensi P : Daya Poros n : kecepatan putar poros
Volume Aliran Udara
Gambar 2.5 Karakteristik pompa sentrifugal Biasanya grafik eisiensi pompa merupakan garis cembung dan mencapai maksimum pada suatu laju aliran tertentu. Harga tersebut disebut titik efisiensi maksimum. Bagian pada grafik di sekitar titik tersebut boleh dikatakan datar dan menunjukkan daerah operasi yang seharusnya banyak digunakan. 2) Daya pompa yang diperlukan Daya teoritik yang diperlukan untuk memompa air dengan laju aliran tertentu untuk mencapai ketinggian tertentu, dinamai daya air yang besarnya dinyatakan sebagai :
33
(Daya air, kW) = 0,163 x (grafitasi spesifik air)x(laju aliran, m3/menit) + (tinggi angkat total)
(3.13)
Sedangkan daya penggerak pompa haruslah lebih besar dari daya air. Daya tersebut pertama dinamai daya poros, (Daya air, kW) (Daya poros, kW) = Efisiensi pompa
(3.14)
Dalam persamaan di atas efisiensi pompa tergantung dari jenis pompa dan ukuran, laju aliran dan kecepatan putar poros pompa. Dalam menentukan daya nominal dari mesin penggerak pompa, hendaknya diingat bahwa dalam keadaan bekerja, pompa sering menghasilkan tinggi angkat yang lebih rendah dari pada harga yang dirancang, sehingga akan menghasilkan laju aliran yang lebih besar atupun menyebabkan pembebanan lebih besar pada motor listrik penggeraknya. Oleh karena itu daya motor listrik harus ditetapkan berdasarkan perhitungan laju aliran 20% sampai 30% lebih tinggi. (Arismunandar, 1991). 3) Kecepatan putar poros versus laju aliran, tinggi angkat total dan daya poros (Hukum Proporsional) Dengan beberapa harga putaran poros pompa (dalam daerah ± 20%), tinggi angkat dan laju aliran air, daya poros dan efisiensi dapat dinyatakan sebagai fungsi dari putaran poros, seperti terlihat paa Gambar 2.7 (Arismunandar, 1991).
34
H’
n H
η
η' H : Tinggi energi : Efisiensi P : Daya Poros n : kecepatan putar poros
P’ P Volume Aliran Udara
Gambar 2.6 Karakteristik pompa pada beberapa kecepatan putar poros Kecepatan Laju aliran Putar poros air n Q n’ Q’ Hukum Proporsional :
Tinggi angkat H H’
Daya poros
Effisiensi
N N’
’
2
n Q’ = .Q n'
(3.15)
2
n' H’ = .H n
(3.16)
3
n N’ = N n'
’≈
(3.17) (3.18)
b. Pemilihan Pompa Dalam pemilihan pompa, data prestasi pompa yang paling diperlukan adalah perbedaan tekanan yang dapat dicapai pada berbagai laju alir. Yang
35
tidak kalah pentingnya adalah data tentang daya yang dibutuhkan pada kondisi yang direncanakan, dan pada kondisi kerja lainnya. Prestasi pompa harus dipertimbangkan apabila akan disambung dengan jaringan perpipaan yang akan dilayani. Kombinasi karakteristik pompa dan pipa dapat ditemukan pada grafik tekanan versus laju air, seperti Gambar 2.8, sedangkan kurva pompa yang dipakai memiliki bentuk seperti pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Prestasi Pompa sentrifugal
Perbedaan Tekanan (kPa)
Pipa ditrotel Pipa tidak ditrotel Titik Keseimbangan
Pompa
Daya Poros
Gambar 2.8 Kombinasi karakteristik pompa dan pipa
36
Perbedaan tekanan yang terbentuk pada pipa naik setara dengan kuadrat laju alir. Perpotongan karakteristik pipa dengan pompa pada Gambar 2.8 disebut sebagai titik keseimbangan, karena laju air dan perbedaan tekanan antara kedua komponen mememenuhi syarat. 8. Kompresor Kompresor adalah alat yang digunakan untuk memindahkan fluida kompresibel dari satu tempat ke tempat lain dengan beda tekanan, dimana energi mekanik motor penggerak berubah menjadi energi fluida berupa tekanan. (Arismunandar, 1991). Dalam
pengoperasian
kompresor
perlu
dipertimbangan
terhadap
operasinya agar kompresor tersebut dapat beroperasi sesuai dengan keinginan. Dalam pengoperasiannya perlu dipertimbangkan bebera hal antara lain kondisi operasi setiap kompresor dan sifat-sifat udara; gas atau gas campuran yang dikompresikan. a. Klasifikasi Kompresor Kompresor dapat dibagi dalam dua jenis utama yaitu: (Arismunandar, 1991) 1) Kompresor positif dengan gas diisap masuk ke dalam silinder dan dikompresikan. 2) Kompresor non-positif dengan gas diisap masuk dipercepat alirannya oleh sebuah impeler yang kemudian mengubah energi kinetik untuk menaikkan tekanan.
37
Selain dari klasifikasi utama di atas, terdapat juga pengklasifikasian kompresor yang lain, diantaranya : 1) Penggolongan berdasarkan metode kompresi Metode kompresi positif a) Kompresor torak, bolak-balik kerja tunggal dan kerja ganda b) Kompresor torak tingakat ganda, bolak-balik c) Kompresor putar d) Kompresor sekrup Metode kompresi sentrifugal a) Kompresor sentrifugal satu tingkat b) Kompresor sentrifugal tingkat ganda 2) Penggolongan menurut kecepatan putar a) Jenis kecepatan rendah b) Jenis kecepatan tinggi 3) Penggolongan menurut bentuk a) Jenis vertikal b) Jenis Horisontal c) Jenis silinder banyak (jenis-V, jenis-W, jenis-VV) 4) Penggolongan menurut gas refrigeran a) Kompresor ammonia b) Kompresor freon c) Kompresor CO2
38
5) Penggolongan menurut konstruksi a) Jenis terbuka b) Jenis semi hermetik c) Jenis hermetik b. Kapasitas kompresor Kapasitas refrigerasi dari sebuah mesin refrigerasi tergantung pada kemampuan kompresor memenuhi jumlah gas refrigeran yang perlu disirkulasikan. Kapasitas kompresor dinyatakan dengan volume gas yang diisap persatuan waktu (m3/jam). 1) Untuk kompresor torak, secara teoritis kapasitas kompresor dapat dinyatakan sebagai : V=
λ 2 D .L.z.n.60 (m3/jam) 4
(3.15)
keterangan : D = diameter silinder (m) L = panjang langkah torak (m) z = jumlah silinder n = jumlah putaran poros per menit (menit -1) 2) Untuk kompresor dinyatakan sebagai:
putar
(positif),
kapasitas kompresor dapat
39
V=
λ .(D-d)2.t.z.n.60 (m3/jam) 4
(3.16)
keterangan : D = diameter – dalam dari silinder rumah (m) d = diameter – luar dari silinder rotor (torak putar) (m) t = tebal silinder (m) z = jumlah silinder n = jumlah putaran poros per menit (menit -1) c. Daya teoritik yang diperlukan untuk menggerakkan kompresor Daya yang diberikan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini : N=
(i d - i s ) V (kW) 860 v
(3.17)
keterangan : N
= daya yang diperlukan kompresor (kW)
V
= volume gas yang dipindahkan kompresor (m3/jam)
v
= volume spesifik gas (m3/jam)
V = G = berat gas yang dioperasikan (kg/jam) v i
(3.18)
= entalfi gas (kcal/kg)
sedangkan subskrip d dan s berturut-turut menyatakan kondisi gas pada seksi keluar dan masuk kompresor.
40
Jika daya tersebut di atas merupakan daya kompresi isentropic atau entropi konstan, maka daya motor listrik penggerak kompresor yang diperlukan adalah: N’ =
N η c .η m
(3.19)
keterangan : N’ = daya motor penggerak kompresor (kW) N = daya kompresor isentropik (kW) c
= efisiensi kompresi
m
= efisiensi mekanik Namun dalam aplikasinya lebih baik digunakan daya motor penggerak
kompresor 10 % lebih tinggi dari pada N, untuk mengatasi kenaikan beban karena terjadinya perubahan kondisi operasi, dan supaya dapat memberikan
momen
putar
yang
tertinggi
pada
waktu
start.
(Arismunandar, 1991). d. Prestasi kompresor Karakteristik kompresor diberikan oleh pabrik pembuatnya, sesuai dengan penelitian dan hasil pengujian yang telah dilakukan. Dari data yang diperoleh itu, dapat diperkirakan karakterisik kompresor lainnya yang sejenis, tetapi dengan jumlah silinder dan kecepatan putar yang berbeda.
41
9. Sirkulasi (Rangkaian) Freon (Refrigerant) a. Prinsip transmisi panas pada rangkaian freon adalah : Cairan refrigerant dingin mengalir melalui coil evaporator dan mengabsorbsi panas dari udara yang melewati coil, sehingga timbul proses penguapan (evaporasi) dari cairan menjadi gas freon tanpa merubah temperatur freon (latent heat). Gas freon dialirkan ke kompresor agar mendapatkan freon tekanan tinggi, sehingga temperatur gas freon juga menjadi tinggi. Gas freon bertekanan dan bertemperatur tinggi dialirkan melalui condensor. (Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia) b. Komponen-komponen penting yang dilalui sirkulasi freon 1) Cooling Coil (evaporator) Berfungsi sebagai transmisi panas device. Udara panas yang mengalir melalui permukaan pipa refrigerat dingin, sehingga terjadi transmisi panas dari udara panas ke cairan freon melaui permukaan cooling coil. 2) Compressor (kompresor) Berfungsi mengalirkan refrigerant dari cooling coil ke condensor serta untuk meninggikan tekanan refrigerant.Ada dua proses dalam kompresor, yaitu : a) Suction (langkah isap) : pengisapan refrigerant dari cooling coil
42
oleh kompresor, sehingga tekanan refrigerant pada cooling coil tetap rendah. Hal ini memungkinkan proses penguapan refrigerant pada temperatur rendah. b) Discharge (langkah kompresi) : penekanan uap refrigerant oleh kondensor menyebabkan tekanan uap refrigerant menjadi makin tinggi, sehingga temperatur uap refrigerant juga makin tinggi. 3) Condensor (kondensor) Berfungsi untuk menghilangkan panas refrigerant yang diabsorbsi pada cooling dan mengembangkan uap refrigerant menjadi phase cair. Proses pemindahan panas dan proses kondensasi dapat dilakukan dengan beberapa cara : a) Proses pendinginan dengan air (water cooled condensed) Uap refrigerant dialirkan melaui coil berisi air dingin. Panas dari uap freon ditransmisikan ke dalam cairan air melalui coil. b) Proses pendinginan dengan udara (air cooled condenser) Uap freon melalui coil, dan udara dingin dialirkan oleh fan. Panas dari uap freon yang ditransmisikan ke udara dingin melalui refrigerant menuju condensor berupa uap panas, kemudian keluar dalam bentuk cairan refrigerant yang panas 4) Expantion Value (katup ekspansi) Berfungsi untuk menurunkan tekanan cairan refrigerant.
43
Gambar 2.9 Diagram sirkulasi freon
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 1 Mei 2007 sampai 8 Mei 2007 dengan mengambil tempat di Hotel Santika Premiere Semarang. 3.2 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explorasi dan studi literatur dan dilakukan konservasi energi. Konservasi energi adalah peningkatan efisiensi energi yang digunakan atau proses penghematan energi. Dalam proses ini meliputi adanya audit energi yaitu suatu metode untuk mengitung tingkat konsumsi energi suatu gedung atau bangunan, yang mana hasilnya nanti akan dibandingkan dengan standar yang ada untuk kemudian dicari solusi penghematan konsumsi energi jika tingkat konsumsi energinya melebihi standar baku yang ada. 3.3 Variable Penelitian Variabel penelitian meliputi jumlah pemakaian energi berdasarkan audit energi awal dan audit energi rinci serta peluang penghematan berdasarkan kondisi di lapangan. Pada audit energi awal akan dihitung besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) tiap satuan luas yang dikondisikan (net area) sesuai pemakaian berdasarkan data historis hotel. Pada audit energi rinci akan dihitung IKE berdasarkan observasi penggunaan energi listrik secara detail
44
45
dengan berbagai peralatan yang mengkonsumsi energi listrik dan waktu penggunaannya. 3.4 Alat dan Bahan Alat yang digunakan untuk menghitung pemakaian energi di Hotel Santika Premiere adalah digital clamp meter, kWH meter. Sedangkan untuk mengetahui kondisi sistem pengkondisian udara menggunakan alat ukur anemomete, tachometer, higrometer, digital clamp meter, volt meter. Bahan yang digunakan adalah Axton 10 yaitu chemical yang berfungsi untuk membersihkan kotoran pada kisi-kisi evaporator. 3.5 Jalannya Penelitian Sebagaimana yang disarankan Departemen Pertambangan dan Energi, audit energi pada bangunan gedung pada intinya terdiri dari dua bagian, yaitu : audit energi awal dan audit energi rinci. Pelaksanaan audit awal dan audit rinci adalah sebagai berikut : A. Audit Energi Awal Kegiatan audit energi awal meliputi: Pengumpulan data energi bangunan dengan data-data historis yang tersedia dan tidak memerlukan pengukuran. Data-data yang diperlukan pada audit energi awal meliputi : a. Dokumentasi bangunan 1) Denah bangunan seluruh lantai 2) Denah instalasi pencahayaan bangunan seluruh lantai
46
3) Diagram garis tunggal listrik, lengkap dengan penjelasan penggunaan daya listriknya dan besarnya sambungan daya dari PLN serta besarnya daya listrik cadangan dari Diesel Generating Set (Genset). b. Pembayaran rekening listrik bulanan bangunan gedung selama satu tahun terakhir dan rekening pembelian bahan bakar minyak (bbm). c. Tingkat hunian bangunan (occupancy rate). Menghitung besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) gedung. Berdasarkan data bangunan dan data energi seperti disebutkan di atas dapat dihitung: a. Rincian luas bangunan dan luas total bangunan (m2). b. Daya listrik total yang dibutuhkan c. Daya listrik terpasang per m2 luas lantai untuk keseluruhan bangunan. d. Intensitas Konsumsi Energi bangunan e. Biaya pemakaian energi bangunan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik merupakan istilah yang digunakan untuk mengetahui besarnya pemakaian energi pada suatu sistem (bangunan). Namun energi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah energi listrik. Pada hakekatnya Intensitas Konsumsi Energi ini adalah hasil bagi antara konsumsi energi total selama periode tertentu (satu tahun) dengan luasan bangunan. Satuan IKE adalah kWH/m2 per tahun.
47
Dan pemakaian IKE ini telah ditetapkan di berbagai negara antara lain ASEAN dan APEC. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh ASEAN-USAID pada tahun 1987 yang laporannya baru dikeluarkan tahun 1992, target besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik untuk Indonesia adalah sebagai berikut : (Direktorat Pengembangan Energi) a. IKE untuk perkantoran (komersil)
: 240 kWH/m2 per tahun
b. IKE untuk pusat belanja
: 330 kWH/ m2 per tahun
c. IKE untuk hotel / apartemen
: 300 kWH/ m2 per tahun
d. IKE untuk rumah sakit
: 380 kWH/ m2 per tahun
Dalam menghitung IKE listrik pada bangunan gedung, ada beberapa istilah yang digunakan, antara lain : a. IKE listrik per satuan luas kotor (gross) gedung. b. Luas kotor (gross) = Luas total gedung yang dikondisikan (berAC) ditambah dengan luas gedung yang tidak dikondisikan. c. IKE listrik per satuan luas total gedung yang dikondisikan (net). d. IKE listrik per satuan luas ruang dari gedung yang disewakan (net product). Istilah-istilah tersebut di atas dimaksudkan sebagai alat pembanding besarnya IKE antara suatu luasan dalam bangunan terhadap luasan lain. Dan besarnya target IKE di atas merupakan nilai IKE listrik per satuan luas bangunan gedung yang dikondisikan (net).
48
Gambar 3.1 Bagan alur proses audit energi bangunan
49
B. Audit Energi Rinci Audit energi rinci dilakukan apabila nilai IKE bangunan lebih besar dari target nilai IKE standar. Rekomendasi yang disampaikan oleh Tim Hemat Energi (THE) yang dibentuk oleh pemilik/pengengola bangunan gedung dilaksanakan sampai diperolehnya nilai IKE sama atau lebih kecil dari target nilai IKE standar untuk perhotelan di Indonesia dan selalu diupayakan untuk dipertahankan atau diusahakan lebih rendah di masa mendatang. Dan kegiatan audit energi rinci ini meliputi: 1. Penelitian dan pengukuran konsumsi energi a. Penelitian energi 1) Audit energi rinci perlu dilakukan bila audit energi awal memberikan gambaran nilai IKE listrik lebih dari nilai standar yang ditentukan. 2) Audit energi rinci perlu dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan energi pada bangunan, sehingga dapat diketahui peralatan penggunaan energi apa saja yang pemakaian energinya cukup besar. 3) Contoh profil penggunaan energi pada bangunan hasil penelitian yang dilakukan oleh pemerintah ditunjukkan pada tabel 3.1 untuk peralatan perkantoran tabel 3.2 untuk hotel/apartemen dan tabel 3.3 untuk rumah sakit.
50
4) Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian energi adalah mengumpulkan dan meneliti sejumlah masukan yang dapat mempengaruhi besarnya kebutuhan energi bangunan dan dari hasil
penelitian
dan
pengukuran
energi
dibuat
profil
penggunaan energi bangunan. Tabel 3.1 Profil penggunaan energi untuk peralatan kantor Jenis Peralatan Air conditioning
Penggunaan Energi (%) 66
Pencahayaan
17.4
Lift
3.0
Pompa air
4.9
Lain-lain
8.7
TOTAL
100
Tabel 3.2 Profil penggunaan energi untuk peralatan hotel/apartement Jenis Peralatan
Penggunaan Energi (%)
Air conditioning
48.50
Pencahayaan
16.97
Lift
8.05
Cleaning and laundry
5.32
Utilitas
18.67
Lain-lain
2.49 TOTAL
100
51
Tabel 3.3 Profil penggunaan energi untuk peralatan rumah sakit Jenis Peralatan
Penggunaan Energi (%)
Air conditioning
56.60
Pencahayaan
18.99
Lift
3.46
Fasilitas medis
11.62
Utilitas
3.82
Lain-lain
5.51 TOTAL
100
b. Pengukuran energi Pengukuran yang dilakukan adalah dengan mengukur pemakaian energi tiap unit peralatan yang bekerja di Hotel Santika Premiere Semarang. 2. Mengenali kemungkinan Peluang Hemat Energi (PHE) Hasil pengukuran selanjutnya ditindaklanjuti dengan perhitungan besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dan penyusunan profil penggunaan energi bangunan. Besarnya IKE hasil perhitungan dibandingkan dengan IKE standar atau target IKE. Apabila hasilnya ternyata sama atau kurang dari target IKE, maka kegiatan audit energi rinci dapat dihentikan atau bila diteruskan dengan harapan dapat diperoleh IKE yang lebih rendah lagi. Namun sebaliknya jika hasilnya lebih besar dari target IKE berarti ada peluang untuk melanjutkan proses audit energi rinci berikutnya guna memperoleh penghematan energi.
52
3. Analisis Peluang Hemat Energi (PHE) Apabila peluang hemat energi ini telah dikenali sebelumnya, maka perlu ditindak lanjuti dengan analisis peluang hemat energi, yaitu dengan cara membandingkan potensi perolehan hemat energi dengan biaya yang harus dibayar untuk pelaksanaan rencana penghematan energi yang direkomendasikan. Penghematan energi pada bangunan gedung tidak dapat diperoleh begitu saja dengan cara mengurangi kenyamanan penghuni ataupun produktivitas di lingkunan kerja. Analisis peluang hemat energi dilakukan dengan usaha-usaha: a. Mengurangi sekecil mungkin pemakaian energi (mengurangi kW dan jam operasi). b. Memperbaiki kinerja peralatan c. Penggunaan sumber energi yang murah. 4. Laporan dan rekomendasi : a. Laporan Laporan audit energi terdiri dari bagian-bagian berikut : 1) Ringkasan Ringkasan ini berisi tentang : a) Uraian pekerjaan yang dilakukan b) Langkah-langkah yang direkomendasikan yang telah diteliti dengan baik dari segi teknis maupun ekonomis.
53
c) Langkah-langkah yang kelihatan menguntungkan tetapi perlu penelitian lebih lanjut. d) Rencana-rencana implementasi yang direkomendasikan. 2) Latar belakang Bagian-bagian ini merupakan faktor penting yang terkait dengan audit energi yang dikerjakan dan direkomendasikan yang akan diterapkan. 3) Manajemen energi Pandangan umum tentang energi kaitannya dengan kegiatan manajemen dan tingkat kesadaran tentang energi. 4) Pelaksanaan audit energi Mengindikasikan catatan-catatan penggunaan energi apa saja yang ada dan bagaimana kinerja peralatan energi di bangunan dipantau. 5) Pemanfaatan energi Mencangkup performansi penggunaan energi neraca energi dan biaya energi. b. Rekomendasi Rekomendasi yang akan diajukan mencangkup masalah-masalah sebagai berikut : (Direktorat Pengembangan Energi) 1) Manajemen energi Yaitu di dalamnya termasuk : a) Program manajemen yang telah diperbaiki.
54
b) Implementasi audit energi yang lebih baik. c) Cara meningkatkan kesadaran penghematan energi. 2) Pemanfaatan energi Yaitu di dalamnya terdapat : a) Langkah-langkah perbaikan efisiensi penggunaan energi tanpa biaya, misalnya merubah prosedur pengoperasian. b) Langkah-langkah perbaikan dengan biaya yang rendah. c) Langkah-langkah dengan investasi kecil. d) Langkah-langkah dengan investasi besar.
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
4.1 Audit Energi Awal A. Pendahuluan Dalam perhitungan audit energi awal ini, akan dicari nilai IKE (Intensitas Konsumsi Energi) pada hotel Graha Santika Semarang, dengan memanfaatkan data historis energi (data yang diperoleh tanpa hasil pengukuran) serta datadata bangunan yang telah tersedia luasan area kotor serta luasan area hotel yang dikondisikan. Dalam analisisnya, akan ditampilkan gambaran siklus pemanfaatan energi yang terjadi pada Hotel Santika Premiere Semarang. Selain itu, juga akan dianalis apakah IKE pada Hotel Santika Premiere Semarang telah sesuai dengan target atau standar IKE untuk perhotelan di Indonesia. Apabila standar IKE maka pelaksanaan audit energi akan dilanjutkna ke tahap selanjutnya yaitu audit energi rinci. B. Denah Tanpak Gedung dan Jaringan Gedung Denah gedung secara detail bisa dilihat di lampiran. Untuk luasan area Hotel Santika Premiere Semarang, memiliki luas tanah tempat usaha 1.000 m2 dan komposisi luas bangunan Hotel Santika Premiere Semarang sebagai berikut:
55
56
Tabel 4.1 Komposisi Luas Bangunan Hotel Santika Premiere Semarang Brutto No
Area
2
Area (m )
Net Area(conditioned) (m2)
keterangan
1
Lantai Dasar
3.373,02
3.253,01
Non room
2
Lantai Satu
2.195,73
2.195,73
Non room
3
Lantai Dua
910,085
910,085
Non room
4
Lantai Tiga
610,85
610,85
Room
5
Lantai Empat
610,85
610,85
Room
6
Lantai Lima
610,85
610,85
Room
7
Lantai Enam
610,85
610,85
Room
8
Lantai Tujuh
610,85
610,85
Room
Lantai Delapan Lantai Sembilan Lantai Sepuluh
610,85
610,85
Room
751,18
751,18
Room
394,9
394,9
Room
12
Lantai Sebelas
426,06
426,06
Room
13
Lantai dua belas
99,5
-
11.815,57
11.596,07
9 10 11
Non room
C. Sistim Distribusi Energi Energi yang dimanfaatkan oleh Hotel Santika Premiere Semarang antara lain: listrik, solar, dan LPJ. Dalam rangka kebutuhan energi ini mekanisme yang dipakai untuk pengadaannya bisa dijelaskan sebagai berikut. Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik Hotel Santika Premiere Semarang menggunakan sumber energi listrik yang disuply dari PLN dengan golongan tarif menengah. Adapun pendistribusian energi listrik pada Hotel Santika Premiere Semarang adalah sebagai berikut : Suplai listrik dari PLN yang merupakan listrik tegangan tinggi diturunkan menjadi tegangan
57
menengah melalui trafo penurun tegangan (step down trafo) dan masuk ke MVMDB (Medium Volt Main Distribution Bar). Setelah dari MVMDB kemudian tegangan diturunkan lagi dengan trafo penurun tegangan dengan kapasitas 1000 kVA 20 kV/0,4 kV dan trafo ini berjenis tiga fase lalu diteruskan ke LVMDB (Low Volt Main Distribution Bar) dan setelah dari LVMDB energi listrik sudah menjadi tegangan rendah dan siap didistribusikan ke bar-bar/panel di tiap-tiap unit pada Hotel Santika Premiere Semarang. Selain disuplai dari PLN kebutuhan energi listrik pada Hotel Santika Premiere Semarang menggunakan dua generator set (genset) yang memiliki kapasitas 900 kVA. Setiap genset memiliki kapasitas 450 kVA tipe DKBN 80/450 – 4 TS, dan berjenis 3 phasa dan satu netral. Dan pemanfaatan genset ini diperlukan hanya dalam keadaan darurat yaitu pada saat listrik PLN padam. Dan prinsip pengoperasian antara genset dengan suplai listrik dari PLN dilakukan secara otomatis (automatical switcher) yaitu jika arus listrik dari PLN yang masuk ke MVMDB lebih kecil atau tidak ada, maka dengan segera genset akan beroperasi dan sebaliknya jika ada aliran arus listrik dari PLN, maka genset akan mati. Namun untuk tujuan dan pada kondisi tertentu pengoperasiannya dapat dilakukan secara manual. Sedangkan untuk pengadaan solar, hotel melakukan pembelian secara berkala karena memang pada setiap pembelian selalu dialokasikan untuk rentang waktu yang cukup lama dalam penggunaan.
58
D. Data Konsumsi Energi Berikut ini adalah data-data konsumsi energi serta alokasinya di Hotel Santika Premiere Semarang selama satu tahun : (periode bulan Januari Desember 2006). Tabel 4.2 Data Konsumsi Energi Listrik Tahun 2006 LWBP (kWH)
WBP (kWH)
Total kWh
ENERGY COST
Jan-06
204.000
46.000
250.000
199.018.428
Feb-06
211.000
49.000
260.000
209.840.950
Mar-06
244.000
54.000
298.000
234.441.675
Apr-06
231.000
50.000
281.000
222.420.930
Mei-06
233.000
53.000
286.000
233.096.745
Jun-06
233.000
53.000
286.000
213.850.750
Jul-06
238.000
53.000
291.000
198.911.545
Agust-06
252.480
56.670
309.150
210.184.470
Sep-06
246.420
55.160
301.580
205.220.691
Okt-06
235.470
50.660
286.130
194.897.805
Nop-06
238.180
52.530
290.710
198.381.094
Des-06
251.920
55.520
307.440
209.853.750
Maksimum
252.480
56.670
309.150
234.441.675
Minimum
204.000
46.000
250.000
194.897.805
Total Rata-rata
2.818.470
628.540
3.447.010
2.530.118.833
234.873
52.378
287.251
210.843.236
Bulan
Data Rekening Konsumsi Energi Listrik Hotel Santika Primere Semarang 350.000
300.000
250.000
kWH
200.000
150.000
100.000
50.000
Jan-06
Feb-06
Mar-06
Apr-06
Mei-06
Jun-06
Jul-06
Agust-06
Sep-06
Okt-06
Nop-06
Des-06
Bulan LWBP (kWH)
WBP (kWH)
Total kWh
Gambar 4.1 Grafik Pemakaian Energi Listrik Hotel Santika Premiere Semarang
59
Tabel 4.3 Data Konsumsi Solar (Fuel) tahun 2006 Bulan
(Liter)
Total Biaya Solar(Rp)
Jan-06
2.887
13.672.635
Feb-06
1.889
8.946.354
Mar-06
2.706
12.817.325
Apr-06
2.249
10.652.344
Mei-06
2.071
9.807.850
Jun-06
2.785,8
14.829.116
Jul-06
2.000
10.581.460
Agust-06
2.926
16.984.777
Sep-06
2.285
13.263.881
Okt-06
3.690
21.113.854
Nop-06
2.540
15.498.880
Des-06
3.566
16.890.234
Maksimum
3.690
21.113.854
Minimum
1.889
8.946.354
Total
31.594
165.058.710
Rata-rata
2.633
13.754.892
25.000.000 20.000.000 15.000.000 10.000.000 5.000.000
Total Biaya Solar(Rp)
N op -0 6
Se p06
Ju l-0 6
M ei -0 6
M ar -0 6
Ja n06
Jumlah Konsumsi (Rp)
Grafik Konsumsi Solar di Hotel Santika Primere Semarang Periode 2006
Bulan
Gambar 4.2 Grafik Konsumsi Solar ( Fuel) Hotel Santika Premiere Semarang Periode 2006
60
Untuk konsumsi energi yang berhubungan dengan penyediaan air dapat dihitung sebagai berikut : Tabel 4.4 Data Konsumsi air periode 2006 Biaya deep well (Rp)
Bulan
Biaya PDAM (Rp)
Biaya Air sehat (Rp)
Total biaya (Rp)
-
2.972.040
Jan-06
2.443.000
529.040
Feb-06
2.521.510
1.314.010
-
3.835.520
Mar-06
-
1.598.470
7.102.500
8.700.970
Apr-06
1.518.500
1.390.120
7.027.500
9.936.120
Mei-06
1.661.500
334.795
4.080.000
6.076.295
Jun-06
1.608.700
512.325
2.950.000
5.071.025
Jul-06
-
479.015
6.927.000
7.406.015
Agust-06
1.639.825
499.115
5.750.000
7.888.940
Sep-06
1.604.767
518.212
6.750.000
8.872.979
Okt-06
1.618.417
131.410
5.000.000
6.749.827
Nop-06
1.114.431
-
4.250.000
5.364.431
Des-06
1.389.021
-
4.300.000
5.689.021
Maksimum
2.521.510
1.598.470
7.102.500
9.936.120
Minimum
1.114.431
131.410
2.950.000
2.972.040
17.119.671
7.306.512
54.137.000
78.563.183
1.711.967
730.651
4.511.417
6.546.932
Total Rata-rata
12.000.000 10.000.000 8.000.000 6.000.000 4.000.000 2.000.000 N op -0 6
S ep -0 6
Ju l-0 6
M ei -0 6
M ar -0 6
0 Ja n06
Jumlahkonsumsi (Rp)
Konsumsi Air di Hotel Santika Primere Semarang Periode 2006
Bulan Biaya deep well (Rp) Biaya Air sehat (Rp)
Biaya PDAM (Rp) Total biaya (Rp)
Gambar 4.3 Grafik konsumsi air Hotel Santika Premiere Semarang Periode 2006
61
E. Data Tingkat Hunian (Occupancy Rate) Tingkat hunian di Hotel Santika Premiere Semarang dengan hotel yang lain cukup bervariasi. Namun dari data yang ada dapat ditarik garis besar bahwa tingkat hunian di hotel sangat dipengaruhi oleh agenda-agenda baik itu yang ada di hotel maupun maupun agenda hari libur pekanan maupun libur besar yang ada seperti hari raya, tahun baru atau liburan sekolah. Dari data occupancy rate tahun 2006 dapat dilihat pada table 4.5 dan dapat dihitung bahwa rata-rata tingkat hunian di Hotel Santika Premiere Semarang adalah 67,02 %. Tabel 4.5 Occupancy rate Hotel Santika Premiere Semarang tahun 2006 Occupancy Rate (%)
Bulan
Rata-rata
Jan-06
57,79%
Feb-06
70,70%
Mar-06
64,39%
Apr-06
67,69%
Mei-06
65,30%
Jun-06
64,57%
Jul-06
76,97%
Agust-06
72,24%
Sep-06
67,31%
Okt-06
56,20%
Nop-06
65,89%
Des-06
75,24% 67,02%
62
Occupancy Rate Hotel Santika Primere Semarang tahun 2006
100,00%
%
80,00% 60,00% 40,00% 20,00%
Ja n06 M ar -0 6 M ei -0 6 Ju l-0 6 Se p06 N op -0 6
0,00%
Bulan
Occupancy Rate (%)
Gambar 4.4 Grafik occupancy rate Hotel Santika Premiere Semarang tahun 2006 F. Data Tingkat Konsumsi Energi Dari data yang tertera pada tabel 4.2 sampai pada tabel 4.4, bisa dihitung tingkat konsumsi energi pada masing-masing jenis energi yang terpakai oleh hotel. Perincian data tersebut dapat dijelaskan seperti berikut: 1.
Konsumsi energi listrik Dari tabel 4.2 langsung dapat dihitung jumlah kWH total yang dikonsumsi hotel selama tahun 2006 dan juga jumlah total biaya yang harus dibayar untuk pengadaan energi listrik pada periode tersebut. Total kWH
adalah
3.447.010
2.530.118.833,00.
kWH
dan
ini
senilai
dengan
Rp
63
Biaya pemakaian listrik a. Tarif WBP (Waktu Beban Puncak) per kWH dari PLN Harga Rp 954,00 / kWH jam berlaku pukul 17:00 s/d 22:00 WIB (5 Jam) b. Tarif LWBP (Lewat Waktu Beban Puncak) per kWH dari PLN Harga 452,00 / kWH, jam berlaku pukul 22:00 s/d 17:00 (19 jam). Untuk mengetahui nilai tarif rata-rata listrik yang berlaku di Hotel Santika Premiere adalah sebagai berikut : WBP
= Rp 954,00 / kWH
x 5 jam
LWBP = 452,00 / kWH x 19 jam Total
= Rp 4.770,00 jam/kWH
= Rp 8.588,00 jam/kWH + = Rp 13.358,00 jam/kWH
Sehingga tarif rata-rata per kWH per jam didapatkan sebesar : =
Rp 13.358,00 jam/kWH 24 jam
= Rp 556,58 / kWH 2.
Konsumsi solar Berdasarikan tabel 4.3, dapat dihitung jumlah solar terpakai dan jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaanya. Jumlah solar yang terpakai selama periode 2006 adalah sebanyak 31.594 liter. Biaya untuk pengadaan solar selama periode tersebut adalah sebesar Rp 165.058.710,00.
64
3.
Konsumsi air Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui berapa besar penggunaan air di Hotel
Santika
Premiere
Semarang
selama
tahun
2006.
Untuk
pengorerasian deep well sebesar Rp 17.119.671,00, Biaya PDAM sebesar Rp 7.306.512,00, biaya air sehat sebesar Rp 54.137.000,00.
Tabel 4.6 Prosentase pemakaian energi di Hotel Santika Premiere Semarang tahun 2006 Energi Listrik Solar Air Total
Total Rp/tahun 2.530.118.833 165.058.710 78.563.183 2.773.740.726
Persen 91% 6% 3% 100%
Prosentase Konsumsi Energi pada tiap unit di Hotel Santika Primere tahun 2006
5,95 2,83
91,22 Listrik
Solar
Air
Gambar 4.5 Grafik prosentasi pemakaian energi di Hotel Santika Premiere Semarang tahun 2006 Jika dilakukan analisis dari diagram pemakaian energi di Hotel Santika Premiere Semarang dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya konsumsi energi terutama energi listrik cukup besar yaitu sebesar 91,0 % s/d 91,22 % dan
65
menempati posisi pertama dalam biaya pemakaian energi yang ada di Hotel Santika Premiere Semarang dibandingkan biaya konsumsi energi yang lain. Oleh karena itu audit energi diutamakan pada audit energi listrik. Maka untuk pembahasan nantinya audit energi akan diprioritaskan pada energi listrik. Sehingga penghematan yang didapatkan dari audit energi kali ini akan sangat signifikan bagi pihak hotel. G. Menghitung IKE Dari data konsumsi energi dan data luasan bangunan serta tingkat occupancy rate di hotel, maka dapat dihitung besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Hotel Santika Premiere Semarang selama satu tahun dengan periode bulan Januari s/d Desember 2006. Adapun perhitungannya sebagai berikut: IKE
=
kWH total ( Occ.Rate x Area Room) + (Area non Room)
=
3.447.010 (0,6702 x 5.237,24) + 6.578,33
= 341,683 kWH / m2 year Dari perhitungan di atas dapat diperoleh besarnya IKE listrik mula-mula per satuan luas yang dikondisikan (net area) adalah 341,683 kWH / m2 year. Sedangkan target IKE per satuan luas yang dikondisikan untuk perhotelan adalah 300 kWH / m2 tahun. Maka IKE Hotel Santika Premiere Semarang lebih besar daripada target IKE listrik atau dapat dikatakan pemakaian energi
66
listrik di Hotel Santika Premiere Semarang terlalu berlebihan, sehingga perlu dilakukan audit rinci lebih lanjut. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan besar IKE akhir yang mendekati atau kurang dari target IKE atau kalaupun lebih dari target IKE tapi lebih rendah dari mula-mula. Berdasarkan data hasil audit energi awal di atas, maka untuk proses audit energi serta melakukan saving cost yang cukup significant maka untuk proses audit energi rinci akan lebih dititik beratkan pada energi listrik. 4.2 Audit Energi Rinci Dari hasil perhitungan data historis hotel dapat dilihat bahwa penyumbang terbesar dalam hal jumlah energi yang dikonsumsi dan berimbas pada besarnya biaya pengeluaran adalah energi listrik yaitu sebesar 90 %. Energi listrik untuk pengkondisian udara mencapai 60% dari total konsumsi energi listrik. Disamping itu, dari analis audit energi awal, juga diperoleh harga IKE (Intesnsitas Konsumsi Energi) cukup besar bahkan melebihi target IKE untuk perhotelan di Indonesia yaitu sebesar 341,683 kWH/ m2 year dari 300 kWH/m2 year. Oleh karena itu pada bab ini akan diukur berapa besar konsumsi energi listrik sesunguhnya dan diharapkan dari pengukuran ini dapat mendekati proses yang sebenarnya (mendekati sistem) serta menghitung besar IKE listrik dari hasil pengukuran yang dilakukan pada Hotel Santika Premiere Semarang.
67
Untuk pengecekan serta penghitungan nilai konsumsi listrik (energi listrik) yang sebenarnya, digunakan data arus yang diukur pada masingmasing sub panel. Untuk mengukur arus, digunakan peralatan seperti tang ampere baik itu digital maupun analog dan pencatat waktu yaitu jam. Jika hasil dari penghitungan IKE listrik berdasarkan data arus dan kWH meter terukur pada Hotel Santika Premiere Semarang nantinya masih lebih besar dari target IKE listrik, maka akan dilakukan usaha-usaha untuk penghematan energi yang diharapkan akan menurunkan harga IKE listrik pada Hotel Santika Premiere Semarang. Dan usaha-usaha penghematan yang akan dilakukan nantinya akan lebih difokuskan pada peralatan yang menggunakan energi listrik yang sangat besar. Hal ini dimaksudkan agar usaha-usaha yang dilakukan untuk penghematan energi akan sangat berarti (signifikan) dan tentunya akan berimplikasi pada penghematan anggaran pengeluaran. A. Data dan perhitungan 1. Data dan hasil pengukuran Perhitungan energi listrik dilakukan dengan menggunakan data berdasarkan pada nilai terukur yang terbaca pada kWH meter di tiap-tiap unit yang terletak pada ruang kontrol panel (control panel room) dan melakukan pengukuran langsung menggunakan digital clamp meter di Hotel Santika Premiere Semarang. Dalam melakukan pengukuran arus dengan meggunakan digital clamp meter, megalami kesulitan dalam pengukuran besarnya arus, yang dilakukan pada kWH meter di ruang
68
kontrol panel. Kesulitan itu disebapkan karena celah kawat antar fasa pada tiap unit terlalu kecil. sehingga mempersulit dalam pengukuran arus dengan tang amper. Peralatan-peralatan yang disediakan adalah jam tangan dan Digital Clamp Meter yang berfungsi untuk mengukur arus, sedangkan untuk kWH cukup dengan melakukan pengamatan langsung. Pengukuran ini dilakukan pada tanggal 7 Januari 2007 pada pukul 23:00 WIB. Berikut ini adalah data hasil pengukuran konsumsi energi listrik pada Hotel Santika Premiere Semarang: Tabel 4.7 Tabel Hasil Pengukuran Arus Listrik di Hotel Santika Premiere Semarang Arus Unit Penerangan (Amper) Lokasi
ME 3 ME 4 ME 5 ME 6 ME 7 ME 8 ME 9 ME 10 ME 11 SDP Chiller Pomp Chiler Total Arus
R 6,1 6,2 6,1 6,4 4,6 1,4 0,7 1,8 2,6 105 140,9
S
T 5,8 5,6 5,3 5,4 7,8 0,9 2,5 0,9 8,2 95
Arus Unit Tenaga (Amper) R
S
T
-
1,5 1,9 1,7 1 2,1 5,9 0,1 5,7 2 115 -
3,9 6,1 6,8 4,5 5,9 6,5 4,6 6,5 12 160 240
4,6 6,1 6,2 4,6 6,7 4,6 2,6 4,6 13,2 140 240
4,7 4,8 4,3 4,9 5,1 3,5 3,1 3,5 15 145 240
-
-
22,5
22,5
22,5
479,3
455,7
456,4
137,4
136,9
MCB UTAMA PeneTenarangan ga 40 32 40 32 40 32 40 32 40 32 40 32 40 32 32 32 32 32 300 400 950 -
63 -
69
Grafik Pengukuran Arus Listrik
Arus (A)
300 250 200
R
150
S
100 50
T
C Po hil m ler p. C hi le r
SD P
8 M E 9 M E 10 M E 11
7
M E
5
4
6
M E
M E
M E
M E
M E
3
0
Lokasi
Gambar 4.6 Grafik pengukuran arus listrik di Hotel Santika Premiere Semarang Tabel 4.8 Tabel Pengukuran kWH meter di Hotel Santika Premiere Semarang
Tanggal 07/01/2007 08/01/2007 09/01/2007 10/01/2007 11/01/2007 12/01/2007 13/01/2007 14/01/2007 15/01/2007
Nilai Terbaca kWH(x1000) 3477 3487,04 3497,19 3506,53 3516,17 3525,36 3534,1 3542,8 3551,75 rata-rata perhari :
Pemakaian (x1000) 10,04 10,15 9,34 9,64 9,19 8,74 8,7 8,95 9,34375 kWH
2 Perhitungan dan Analisis Dari data kWH meter diatas apabila diambil nilai rata-rata perhari, maka akan didapatkan nilai sebesar 9.343,7 kWH/hari . nilai kWH ini
70
berada pada bulan Januari 2007 dengan tingkat hunian (occupancy rate) 57,29 % sehingga untuk satu bulan ini kWHnya adalah : = 9.343,7 kWH x 31 hari = 289.654,7 kWH Untuk bulan Februari tingkat huniannya 70,70 % dan bulan-bulan selanjutnya digunakan metode pendekatan sebagai berikut : =
70,70 x 289.654,7 kWH = 357,45 kWH 57,29
Sehingga dapat dihasilkan nilai kWH total sebagai berikut : Tabel 4.9 Konsumsi energi listrik per bulan Hotel Santika Premiere Semarang
Bulan Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust-06 Sep-06 Okt-06 Nop-06 Des-06
Occupancy Rate (%) 57,79% 70,70% 64,39% 67,69% 65,30% 64,57% 76,97% 72,24% 67,31% 56,20% 65,89% 75,24% Total :
kWH 292.182,67 357.454,83 325.551,86 342.236,46 330.152,77 326.461,93 389.155,56 365.240,98 340.315,20 284.143,73 333.135,77 380.408,79 4.066.440,54
Sehingga nilai IKE bisa dihitung yaitu sebesar : IKE
=
kWH total ( Occ.Rate x Area Room) + (Area non Room)
71
=
4.066.440,54 (0,6702 x 5.237,24) + 6.578,33
= 403,08 kWH / m2 year Dan untuk besarnya IKE terhadap luas bangunan lainnya dapat disajikan dalam bentuk tabel yaitu sebagai berikut : Tabel 4.10 Besar intensitas konsumsi energi hasil pengukuran di Hotel Santika Premiere Jenis Area Area dikondiskan
Luas lantai (m2) 11.596,07
kWH /m2 .tahun 403,08
Profil penggunaan energi tiap unit dapat dikelompokkan menjadi beberapa unit yaitu : a. Unit Tenaga : 1) AC (Air Condiditoner) yang meliputi Chiller, AHU, FCU, AC Split. 2) Motor-motor listrik : Pompa - pompa, Lift, Mesin Loudry. 3) Sistem Pendingin yang lain yang meliputi: Ice machine, Refree 2 pintu, Under counter 3 pintu, dll. b. Unit Penerangan 1) Public Area : Penerangan Parkir, lampu taman, lampu-lampu di lantai
dasar, lantai1 dan lantai 2, penerangan di ruang-ruang
meeting seperti di ruang borobudur. 2) Guest Room yang terdiri dari ME3 s/d ME 11
72
3) Meeting Room : R.Prambanan, R.Mendut, R.Kalasan, R.Sewu, R.Borobudur. Tabel 4.11 Profil Pengukuran Arus Listrik di Hotel Santika Premiere berdasarkan audit rinci Unit Tenaga Penerangan Total
Arus(Amper) 1.391,4 415 1.806,4
% 77,03 22,97 100
Tabel 4.12 Profil Pengukuran Arus Listrik untuk Unit Tenaga Lokasi ME3-11 SDP Chiller Pomp.Chiler Total
Arus(Amper) 158 445 720 67,5 1.390,5
% 11,36 32,00 51,78 4,85 100,00
Klasifikasi Arus Listrik Hote l Santika Prem iere Sem arang 5%
11%
32%
52%
ME3-11
SDP
Chiller
Pomp.Chiler
Gambar 4.7 Grafik Pengukuran Arus Listrik Hotel Santika Premiere berdasarkan audit rinci Dari perhitungan di atas dapat diperoleh besarnya IKE listrik hasil pengukuran (audit rinci) per satuan luas yang dikondisikan (net area adalah 403,08 kWH/m2 tahun. Dari hasi audit awal diperoleh nilai IKE listrik persatuan luas yang dikondisikan sebesar 341,683 kWH / m2 year. Disana
73
terdapat perbedaan nilai yang cukup jauh, hal ini dimungkinkan karena beberapa hal: a. Dalam audit rinci ini, angka kWH energi listrik yang didapat merupakan hasil pendekatan. b. Dalam perhitungan yang dilakukan mengabaikan faktor hari-hari biasa (senin-jumat), hari libur biasa (sabtu-minggu) maupun hari libur nasional. Dalam perhitungan di atas diasumsikan kondisi tiap hari adalah sama. c. Dalam proses di atas, karakteristik pelaku pemakaian energi dari penghuni hotel diabaikan, dalam artian dengan tingkat occupancy rate yang sama belum tentu jumlah energi yang dikeluarkan atau dikonsumsikan juga sama. Hal ini pasti berbeda karena faktor karakter dan kebutuhan masing-masing penghuni berbeda. d. Dalam melakukan pendekatan nilai, faktor adanya event atau tidak yang diadakan secara khusus maupun perayaan yang secara umum dilakukan oleh hotel diabaikan, sehingga ketika data ini diambil bertepatan dengan adanya event, maka nilai final hasil pendekatan juga mengasumsikan selalu ada event. Gambaran yang bisa diperoleh adalah IKE listrik per satuan luas yang dikondisikan hasil audit awal audit rinci masih jauh dari standar yang ada yaitu untuk perhotelan adalah 300 kWH/m2 tahun. Sehingga sangatlah perlu
74
dilakukan usaha-usaha penghematan yang diharapkan akan menurunkan harga IKE listrik yang terdapat pada Hotel Santika Premiere Semarang. B. Pengenalan Peluang Hemat Energi (PHE) Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa penggunaan energi listrik paling besar adalah terletak di Panel SDP yang mendistribusikan energi ke lantai satu dan dua yang terdiri dari FCU untuk semua lantai, AHU, AC split, penerangan dan ruang pompa listrik. Untuk penerangan sebesar 315 A dan unit tenaga sebesar 445 A. Kontribusi penggunaan energi listrik paling besar kedua adalah untuk kategori pengukuran arus yang kedua dan terbesar adalah pengukuran arus listrik di panel Chiller yaitu sebesar 720 Amper. Maka usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka penghematan energi di Hotel Santika Premiere Semarang akan diprioritaskan ke katergori AC. Untuk AC sendiri terbagi dalam tiga komponen utama yaitu : a. Chiller (3 buah) b. AHU (2 buah dengan daya fan berfariasi) c. FCU (153 buah dengan daya fan berfariasi) Chiller merupakan unit yang bertugas untuk menghasilkan air dingin yang nantinya akan disalurkan ke AHU dan FCU sebagai media pendingin dari udara (unit pembangkit). AHU dan FCU sendiri merupakan unit yang langsung berperan untuk mensirkulasikan udara dan juga sekaligus mengkondisikan udara dalam ruang dimana ia bekerja (unit pelaksana).
75
Untuk kondisi kerja dari masing-masing unit tersebut di atas bisa digambarkan seperti berikut ini: Tabel 4.13 Profil pengukuran arus listrik untuk sistem pendingin udara Hotel Santika premiere. Arus(Amper) 739,5 24 60 823,5
Chiller AHU FCU Total
% 89,80 2,91 7,29 100,00
Komposisi Nilai dari AHU, FCU dan Chiller pada AC Hotel Santika Premiere Semarang
3%
Chiller
7%
AHU
90%
FCU
Gambar 4.8 Grafik komposisi nilai dari AHU, FCU, dan Chiller sebagai komponen AC Dari data di atas bisa dilihat bahwa chiller merupakan komponen yang menyerap energi listrik terbesar. Namun hal ini akan difokuskan untuk mencari peluang penghematan konsumsi energi dimulai dari komponen AHU dan FCU, walaupun hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa peluang penghematan justru akan didapat dari chiller setelah terlebih dahulu kinerja dari AHU dan FCU dianalisis. Hal ini sangat wajar karena unit chiller adalah sebagai unit pembangkit yang haya bertugas menyediakan air dingin untuk pendinginan, sedangkan seberapa besar tingkat pemakaian semua itu ditentukan oleh beban yang akan ditanggung oleh unit FCU dan AHU yaitu sebagai unit pemakai.
76
Beberapa hal yang melandasi pemilihan mencari peluang penghematan konsumsi energi diawali dengan AHU dan FCU adalah sebagai berikut: a. Sudah banyak studi kasus tentang peluang penghematan pada unit chiller (unit
pembangkitan)
dimana
rata-rata
berkisar
tentang
analisis
penggantian refrigeran. b. Jika usaha penghematan konsumsi diarahkan kepada usaha penggantian refrigeran, hal ini kurang efisien ditetapkan di hotel karena operasi hotel yang tidak mengenal hari libur, sehingga sulit untuk menghentikan kerja chiller dalam beberapa waktu untuk penggantian refrigeran sebagaimana diperkantoran. Selain itu menjadi pertimbangan juga jika efek terhadap peralatan ketika jenis refrigerannya berubah, sedangkan usaha untuk mengubah parameter output-nya dipengoruhi oleh seberapa output yang dihasilkan oleh FCU dan AHU yang dimiliki. Hal ini pernah terjadi pada salah satu chiller Hotel Santika Premiere yang mengakibatkan rusaknya beberapa kompresor. Atas dasar perincian kondisi seperti di atas, dapat diprioritaskan usaha mencari peluang penghematan konsumsi energi listrik pada unit AHU dan FCU. c. Unit chiller adalah unit pembangkit, sedangkan unit AHU dan FCU adalah sebagai unit pemakai. Besarnya kapasitas chiller ditentukan oleh beban yang akan ditanggung oleh AHU maupun FCU, sedangkan analisis peluang hemat bisa diawali dengan perhitungan kembali beban yang ditanggung oleh AHU dan FCU.
77
d. Pihak manajemen hotel menginginkan adanya usaha peningkatan efisiensi peralatan dan pengurangan konsumsi energi, diawali dengan jalan mengoptimalkan kerja peralatan dengan jalan yang simple, tidak memerlukan biaya yang besar dan yang pasti tidak perlu mengganggu atau bahkan menghentikan operasi peralatan pengkondisian udara yang pastinya akan mengganggu operasional Hotel Santika Premiere Semarang dan kenyamanan hotel. Berdasarkan analisis di atas, maka akan dilakukan pencarian peluang hemat energi yang terkait dengan kerja FCU. Setelah dilakukan observasi pada unit-unit FCU yang terdapat di Hotel Santika Premiere Semarang dapat dikenali Peluang Hemat Energi (PHE) antara lain: a. Dengan pembersihan pada unit FCU, yaitu meliputi pembersihan saringan udara (filter), sudu kipas, sirip (fin) evaporator dan kisi keluaran (grill) pada unit FCU. FCU yang telah lama digunakan akan terjadi pengotoran. Pengotoran tersebut diakibatkan adanya debu-debu yang menempel pada saringan udara (filter) yang berasal dari udara balik (return) dan juga debu pada grill pada ujung saluran udara. Adanya debu tersebut mengakibatkan kualitas atau debit udara yang dihasilkan oleh kipas menjadi berkurang. Dan untuk mempertahankan debit semula pada kondisi FCU kotor adalah dengan menaikkan kecepatan putaran kipas (fan). Naiknya putaran kipas ini berakibat naiknya daya listrik sehingga
78
konsumsi energi listrik pada FCU kotor akan naik. Selain itu debu-debu yang melekat di atas permukaan fin evaporator akan menyebabkan proses perpindahan panas yang terjadi tidak optimal karena karena debu yang melekat akan berfungsi sebagai isolator sehingga dingin yang berasal dari air chiller tidak sepenuhnya dapat dikirim ke udara yang dihembuskan dengan bantuan kipas. b. Mengatur (setup) temperatur air keluar (Leaving Chilled Water Temperatur=LCWT) pada chiller. Dengan
menaikkan
LCWT
dapat
menyebabkan
kapasitas
pendinginan dari chiller menjadi berkurang. Pengurangan kapasitas chiller ini akan berdampak pada penurunan konsumsi listrik. Karena kenaikan LCWT datat menyebabkan naiknya suhu ruangan seluruh hotel, maka dengan pengaturan LCWT sebaikya perlu diatur agar temperatur ruangan-ruangan masih berada di kondisi nyaman. Dari pengenalan peluang hemat energi (PHE) di atas diharapkan dapat menurunkan konsumsi energi listrik terutama pada sistem pendingin hotel dan pada akhirnya dapat menurunkan nilai IKE listrik hotel. C. Analisis Peluang Hemat Energi Setelah dilakukan pengenalan peluang penghematan energi, selanjutnya dilakukan analisis terhadap peluang hemat energi tersebut. Diketehui bahwa di Hotel Santika Premiere tedapat 153 unit FCU yang tersebar di ruangan-
79
ruangan mulai dari lantai bawah tanah (basement floor) sampai kamar-kamar tamu lantai 3 s/d 11 dan unit FCU yang terbagi menjadi 2 kategori yaitu FCU dengan menggunakakn daya motor 20 watt dan 750 watt yang terletak di setiap kolidor. Dalam peluang hemat ini akan dilihat seberapa besar perubahan laju aliran volume udara suplai yang terjadi akibat pengotoran debu pada kipas (fan) dan menentukan seberapa besar perbedaan konsumsi energi listrik untuk kondisi kotor dan bersih. Untuk pengukuran mula-mula diukur terlebih dahulu besar kecepatan keluar dari saluran udara (ducting) pada suatu unit FCU, kemudian dengan mengukur pula dimensi dari saluran udara (ducting), mengukur besar arus listrik dan waktu pengkondisisan suatu ruangan untuk mencapai kondisi nyaman. Setelah itu menghitung dan membedakan antara banyaknya udara yang dihasilkan kipas (fan) baik kondisi kotor ataupun kondisi bersih. Selama observasi dan wawancara dengan staf engineering dijelaskan bahwa periode pembersihan unit FCU dilakukan selam 1 s/d 2 bulan sekali, akan tetapi pembersihan unit FCU ada beberapa yang terlewati karena penjadwalan selalu terbentur dengan event-event tertentu dan kamar selalu terisi oleh tamu sehingga pembersihan unit FCU bisa dilakukan selam 3 bulan sekali atau tidak sama sekali dibersihkan seperti FCU di ruang-ruang karyawan tiap departement. Hal ini diakibatkan karena karyawan merasa terganggu apabila adanya pembersihan FCU di ruang mereka. Untuk
80
spesifikasi lokasi unit FCU yang ada di Hotel Santika Premiere Semarang dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.14 Spesifikasi lokasi unit FCU di Hotel Santika Premiere Semarang
No 1
Nama Alat Fan Coil Unit / FCU Koridor
Jumlah 16
Lokasi Lantai 3 A-B
Daya Fan (Watt ) 750
Merk : Carier
Lantai 10 A-B
2
Fab Coil Unit / FCU Room
125
Room 301 s/ Room 1016
20
3
Merk : Carier Fan Coil Unit/ FCU room lt XI dan Launge / 1 blower
12
1101 = 4 pcs
20
Merk : Carier
1102 = 2 pcs 1103 = 2 pcs Launge = 4 pcs
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah unit FCU pada Hotel Santika Premiere Semarang ada sekitar 153 unit yang terbagi atas 132 unit daya motor 20 watt dan 16 unit FCU motor 750 watt. Selanjutnya melakukan pengukuran baik pada kondisi aktual (kotor) maupun kondisi setelah dibersihkan dan prosedur pengukurannya adalah sebagai berikut: 1. Mengukur kecepatan udara Grill
pada ujung saluran udara (ducting) dilepas kemudian
anemometer diletakkan tepat ditengah-tengah saluran udara, kemudian diukur besar kecepatan udara yang keluar dari saluran udara tersebut. Untuk grill yang tidak dapat dilepas pengukuran dilakukan dengan cara
81
membuat corong bebentuk segiempat dengan panjang dan lebar sesuai dengan dimensi grill lalu dipasang dan dilekatkan pada grill tersebut. Hal ini bertujuan agar udara yang keluar menyebar dari grill dapat terkumpul lagi pada corong tersebut. Lalu anemometer diletakkan di tengah-tengah dari corong buatan tadi dan mengukur kecepatan udara yang dihasilkanoleh FCU tersebut. 2. Pengukuran besar putaran kipas (fan) Mengukur besar putaran fan dengan menggunakan tachometer. Dan pengukuran ini dilakukan sesuai dengan tingkat kecepatan putar fan. Pengukuran putaran fan ini adalah untuk menunjukkan apakah putaran fan pada kondisi kotor dan kondisi bersih sama. 3. Pengukuran besar arus dan tegangan kipas Mengukur besar arus dan tegangan kipas berdasarkan pada variasi kecepatan putaran dari kipas. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan digital clamp meter. 4. Mengukur waktu yang diperlukan suatu ruangan mencapai kondisi nyaman 5. Mengukur suhu ruangan aktual Mencatat semua kondisi suhu ruangan mula-mula dan sesudah kipas dibersihkan. Pengukuran menggunakan higrometer. 6. Mencatat periode pembersihan pada FCU yang diteliti.
82
Setelah pengukuran lalu dilakukan analisis dengan perhitungan, berikut ini adalah contoh perhitungan pada suatu ruangan: Misal : pada ruangan Guest Room menggunakan
FCU (Fan
(kamar tamu)
Coil Unit).
Berikut
303 di lantai 3 ini
adalah data
spesifikasinya: Dari hasil pengukuran dan perhitungan dapat ditabelakan sebagai berikut : AA204553 ITU 4P o/P 20W
230V-1Ø 50Hz; 1,5mf 450VAC; No
batch B05001A No seri 39-0016; Model CC1000-2 LH Jumlah grill
: 1 buah
Dimensi grill
: berbentuk persegi panjang
Periode pembersihan
: 1 tahun 3 bulan
1) kondisi FCU kotor Tabel 4.15 Data hasil pengukuran pada kondisi FCU kotor untuk daya kipas 20 watt Kec. Tingkat kecepatan Putar kipas kipas (rpm) 1 1420 2 1665 3 2314
Kec. Udara (fpm)
Debit udara (cfm)
Arus (A)
Teg. (V)
Daya (watt)
Waktu Pengkond (menit)
520 610 710
292,18 340,56 388,54
0.15 0,2 0,2
230 230 230
21,06 30,5 30,5
18 13 10
2) Kondisi FCU bersih
83
Tabel 4.16 Data hasil pengukuran pada kondisi FCU bersih untuk daya kipas 20 watt. Kec. Tingkat kecepatan Putar kipas kipas (rpm) 1 1415 2 1669 3 2317
Kec. Udara (fpm)
Debit udara (cfm)
Arus (A)
Teg. (V)
Daya (watt)
Waktu Pengkond. (menit)
580 650 710
326,89 378,86 405,59
0.2 0,3 0,3
230 230 230
31,6 50,4 50,4
14 10 8
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa pada kondisi FCU kotor putaran kipas yang sama debit dari udara yang dihasilkan berkurang jumlahnya. Disamping pihak daya yang dibutuhkan kipas naik. Dan waktu pengkondisian pada FCU kotor membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dari pada kondisi bersih untuk sama-sama mencapai kondisi nyaman ruangan. Berikut ini adalah analisis perhitungan energi listrik yang dikonsumsi antara kondisi kotor dan kondisi bersih dilihat dari debit udara. Pada putaran kipas 1 pada FCU bersih dihasilkan debit udara sebesar 326,89 cfg sedangkan pada kondisi FCU kotor pada putaran kipas 1 debit udara berkurang menjadi 292,18 cfg. Maka untuk mempertahankan debit sesuai dengan kondisi bersih, maka pada kondisi kotor putaran kipas harus diatur pada putaran yang lebih tinggi satu tingkat di atasnya yaitu pada putaran 2. dan pada putaran 2 ini debit udara yang dihasilkan adalah 340,56 cfm.
84
Untuk daya kipas pada tingkat kecepatan satu ke tingkat dua juga meningkat yaitu dari 21,06 watt menjadi 30,5 watt. Peningkatan daya kipas pada kondisi kotor ini merupakan pemborosan konsumsi energi listrik yang terjadi, berikut ini adalah perhitungannya : P = Pkec.putar kipas2-Pkec.putar kipas1 = (30,5 – 21,06) = 9,44 atau kenaikannya sebesar 30,9 %. Apabila FCU dioperasikan 20 jam sehari berturut-turut dan selama setahun, maka besar kenaikan energi listrik sebesar : W= P.t = 9,44 x 20 x365 = 68,91 kWH/tahun 68,91 kWH/tahun adalah pemakaian untuk 1 unit FCU, sedangkan di Hotel Santika Premiere terdapat 137 FCU yang berkapasitas 20 watt. Maka untuk total pemakaian energi untuk keselurahan FCU 20 watt adalalah 137 x 68,91 kWH/tahun = 9.439,3 kWH/tahun Dari tabel di atas baik 5.9 dan 5.10 maupun diketahui bahwa kecepatan kipas hampir sama untuk unit FCU baik pada kondisi kotor maupun bersih sehingga kecepatan putaran kipas tidak terpengaruh oleh kondisi baik atau kotornya FCU. Namun yang mempengaruhi kondisi kondisi kotor atau bersihnya kipas adalah debit atau jumlah udara yang dihasilkan kipas menjadi berkurang untuk kondisi kotor.
85
Selain itu waktu pengkondisian yang diperlukan agar suau ruangan dapat mencapai kondisi nyaman juga lebih lama pada konsisi FCU kotor sehingga pemakaian energi listriknya pun meningkat. D. Implementasi Peluang Hemat Energi Dari analisis peluang hemat energi di atas dapat direkomendasikan bahwa untuk menurunkan konsumsi energi listrik, PHE yang pertama adalah dengan pembersihan unit-unit FCU meliputi pembersihan saringan udara (filter) pada saluran udara (ducting), sudu kipas, fin evaporator dan kisi keluaran (grill) unit FCU. Apabila peluang hemat energi tersebut diimplemetasikan atau dilaksanakan pada Hotel Santika Premiere, maka akan diperoleh penghematan sebesar 9.439,3 kWH/tahun. Pembersihan FCU dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, namun seringkali dalam pelaksanaannya tidak selalu sesuai dengan jadwal, hal ini diakibatkakn jumlah staf engginering yang bertugas untuk membersihkan unit FCU terlalu sedikit sehingga pernah dijumpai seorang staf engginering masih membersihkan namun saat itu juga ada panggilan untuk mengerjakan tugas lainnya dan hal inilah yang menyebabkan pelaksanaannya tidak selalu sesuai dengan jadwal. Dan rata-rata seorang staf dapat membersihkan sekitar 3-4 unit FCU. Adapun waktu yang diperlukan untuk melakukan pembersihan beranekaragam tergantung pada kesulitannya karena ada suatu unit FCU yang letaknya agak susah untuk dijangkau oleh manusia karena ada sebagian FCU yang letaknya dekat dengan plafon.
86
Rekomendasi untuk PHE ini adalah dengan melakukan pembersihan setiap 3-4 bulan sekali untuk ruangan jenis kantor, ruang jenis kamar tamu. Hendaknya pada saat pembersihan, diperlukan staf yang khusus menangani cleaning FCU dan supaya sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Menginat banyaknya unit FCU maka pada saat pembersihan unit FCU tidak terganggu oleh pekerjaan lainnya. Untuk Standar Maintenancffe FCU room adalah sebagai berikut : 1. Temperatur Langkah – langkah untuk mengukur temperature ruangan a. AC / FCU dihidupkan b.
Ambil alat temperature, diletakan diatas meja tunggu ± 10 menit, hasil yang dicapai akan nampak atau tertera di alat tersebut.
2. Rpm Langkah – langkah untuk mengukur RPM, yaitu : a.
FCU / AC di hidupkan
b. Ambil alat Tacho meter c. Kemudian ditempel di AS Motor sampai putaran berhenti.Akan nampak atau tertera di alat tersebut 3. Grill Supply dan Grill Return / Filter Langkah – langkah untuk membersihkan Grill, yaitu : a. Lepasi sekrup kanan dan kiri b. Lepasi Grill satu per Satu
87
c. Kemudian cuci dengan air dan keringkan d. Kemudian pasang lagi 4. Ampere Langkah – langkah untuk mengukur Ampere, yaitu : a. FCU / AC di hidupkan b. Ambil alat tang Ampere c. Kemudian kolongkan pada kabel motor blower dengan posisi low, medium atau high d. Nanti akan menunjukkan ampere yang di dapat. 5. Bearing Langkah – langkah untuk mengganti Bearing, yaitu : a. FCU / AC di hidupkan b. Lihat putaran blowersnya sesaat kemudian c. Ada gejala noise atau tidak / lihat rpm / lihat life time / suhu bearing d. Kalau ada bunyi , bearing harus diganti 6. Capasitor Langkah – langkah untuk mengukur Capasitor, yaitu : a. Lepas Capasitor kemudian dishortkan kabel negative dan kabel positif b. Ambil alat capasitor meter , posisikan di 2µF dan diamkan, maka hasil yang dicapai sudah menunjukkan 7. Blowers Langkah – langkah untuk membersihkan Blowers, yaitu :
88
a. FCU / AC di offkan b. Turunkan blowers dari FCU c. Sikat sudu-sudu nya blowers d. Tutup motor blower dengan plastik e. Cuci blower sampai bersih, dan keringkan f. Pasang kembali blower 8. Two way Value Langkah – langkah untuk menyetel two way value kondisi masih bagus, yaitu: a. FCU / AC di hidupkan sesaat kemudian b. Kemudian Kitec di cabut Maka FCU / AC itu akan mati dan two way value itu bekerja secara otomatis langsung nutup Untuk aliran airnya. Kebalikkannya kalau kitec di masukkan lagi maka FCU itu hidup dan Two way value itu secara otomatis langsung buka dengan sendirinya. Untuk aliran airnya sehingga terasa dingin. 9. Stronner Langkah – langkah untuk membuka Stroner, yaitu : a. FCU di matikan b. Siapkan lampu jalan, supaya terang di atas plafon c. Tutup daun value in dan out
89
d. Siapkan kunci ring 21 – 13 e. Buka tutup stronner f. Bersihkan saringan stronner sampai bersih dengan air g. Buka kran supply ± 1-2 h. Pasang kembali dan kencangkan dengan kunci ring 21 – 23 i. Buka daun value in / out 10. Evaporator Langkah – langkah untuk membersikan Evaporator, a. Off-kan MCB b. Buka main hole, tutup valve in dan out chill water, buka strainer dan bersihkan c. Lepas kabel motor blower dan bersihkan d. Semprotkan chemical pada permukaan evaporator e. Tunggu lebih kurang 5 menit sampai chemical bereaksi f. Cleaning evaporator dengan menggunakan air bertekanan g. Pasang kembali blower dan connect kabel motor blower h. On-kan kembali MCB dan unit FCU i. Check temperatur ruangan j. Catat di Maintenance card k. Catat di History card l. Selesai 11. Bak Drain
90
Langkah – langkah untuk mengetes bak drain kondisi bagus, yaitu : a. Kondisi bak drain harus kering dan tidak bocor b. Saluran pembuangan air harus lancar Biaya yang diperlukan untuk pembersihan dan pembelian larutan kimia ASTON 10, rincian adalah sebagai berikut : a. Biasa pembersihan : @Rp 20.000 per unit x 153 unit = Rp 3.060.000,00 b. Beli larutan kimia: @Rp 40.000 per liter 15,3 liter
= Rp 612.000,00+ Rp 3.672.000,00
Jadi penghematan bersih yang diperoleh pihak manajemen hotel dari usaha pembersihan unit FCU ini adalah sebesar Rp 7.240.320,00 –Rp 3.672.000 = Rp 3.568.319,00 per tahun. Setelah diimplementasikan pada hotel maka dapat dicari besar nilai IKE hasil implementasi PHE yaitu sebagai berikut : IKE
=
kWH total ( Occ.Rate x Area Room) + (Area non Room)
=
4.066.440,54 - 9439,3 (0,6702 x 5.237,24) + 6.578,33
= 402,14 kWH/m2. tahun Dari perhitungan di atas diperoleh besarnya IKE listrik hasil implementasi pada audit rinci per satuan luas yang dikonsikan (net area) adalah 402,14 kWH/m2. tahun. Sedangkan target IKE per satuan luas yang dikondisikan adalah 300 kWh/m2. tahun, IKE listrik Hotel Santika Premiere Semarang hasil
91
implementasinya ternyata masih besar dari standar atau target IKE listrik perhotelan. Selanjutnya perlu dilakukan analis PHE tahap kedua. E. Analisis Peluang Hemat Energi tahap 2 Dengan besar IKE yang diperoleh pada analisis PHE di atas masih terlalu besar dibandingkan dengan IKE standar, maka perlu dilakukan analisis PHE tahap kedua. Dalam tahap kedua ini akan dianalisis mengenai mengatur temperatur air keluar (Leaving Chilled Water Temperature = LCWT) pada chiller. Berikut ini adalah contoh perhitungan untuk satu chiller. chiler yang digunakan di Hotel Santika Premiere adalah chiller denga Merk : Carrier, Model 30 GB 100 dan berjumlah tiga unit. Pada kondisi aktual chiller beroperasi pada temperatur 95 º F/ 32ºC, temperatur air keluar chiller (Leaving Chiller Water Temperatur = LCWT) = 44ºF/ 6,6ºC, temperatur air masuk chiller (Entering Chiller Water Temperatur = ECWT)=54ºF/ 10 ºC dan sesuai dengan katalog chiller merk ”CARRIER” diperoleh bahwa kapasitas pendinginan pada kondisi aktual adalah 176,8 TR ( Ton Refrigasi = TR), dengan laju debit air sejuk (chilled water) adalah 430,5 gpm. Apabila LCWT dinaikkan satu derajat menjadi 7,56 atau setara dengan 46ºF, maka kapasitas pendinginnya menjadi: TR =
gpm x ∆t 24
92
=
430,5 gpm x ( 54 - 46) º F 24
=
430,5 gpm x 8 º F 24
=
3444 24
= 143 TR Kemudian menganalisis seberapa besar pengaruh kenaikan LCWT terhadap kondisi temperatur ruangan yang ada di lantai-lantai bawah. Diambil contoh misalnya : ruangan 401 diperoleh temperatur dari hasil pengukuran yaitu sebelum penkondisian (t1)= 27ºC dan sesudah pengkondisan (t2)= 21ºC, maka dengan menaikkan LCWT temperatur ruangan menjadi berubah, dan perubahannya dapat dicari dengan menggunakan persamaan kalor: Q = m.c. t, dengan kondisi sistem bahwa siklus air sejuk (chilled water) tertutup, maka harga c (kalor jenis spesifik) tidak diperhitungkan, sehingga persamaan kalor hanya merupakan fungsi dari laju aliran sejuk dan perubahan temperatur air sejuk atau dapat dituliskan Q=f( bahwa aliran air sejuk tertutup, maka : m& = m&
;
Q Q′ = ∆t ∆t
176,8 TR 27 - 21
=
143,5 TR 27 - x
4773,6 – 176,8 x
= 858
,
t), karena pada kondisi sistem
93
3915 = 22,14 176,8 Dari perhitungan di atas, maka temperatur ruangan naik dari 21ºC menjadi x
=
22,14ºC dan diketahui bahwa kondisi standar pengkondisian untuk ruangan pada contoh di atas adalah 24ºC. Jadi supaya pengesetan ulang yaitu dengan menaikkan LCWT sebesar 1ºC belum mengganggu kenyamanan ruangan. Namun jika kenaikan LCWT sebesar 3ºC, temperatur ruangan naik menjadi 24,14ºC, maka akan sesuai dengan standar pengkondisian udara suatu ruangan hotel. Tetapi pada kenaikan LCWT sebesar 3ºC untuk perubahan temperatur ruangan lainnya, sebagian besar temperaturnya melebihi temperatur standar akibatnya akan mengganggu kenyamanan ruangan tersebut. Sehingga pengaturan LCWT yang tepat yaitu dilakukan dengan menaikkan sebesar 1ºC yaitu dari LCWT mula-mula 6,58ºC menjadi 7,58ºC. Pengaturan ulang dilakukan yaitu dengan cara mengarahkan tombol LCWT ke suhu 7,58 pada panel chiller. Selanjutnya dilakukan pengukuran daya masukan chiller dengan menggunakan Digital Clamp Meter. Hal tersebut untuk mengetahui besar perubahan konsumsi akibat pengaturan ulang LCWT dan hasil pengukurannya adalah sebagai berikut: Tabel 4.17 Pengukuran arus listrik chiller dengan pengesetan ulang LCWT LCWT (ºC) 6 7
Arus ( Amper)
Daya (kW)
Daya total
R
S
T
PR
Ps
PT
240 237,5
240 238
240 238
81,16 80,7
81,16 80,71
81,16 80,7
148,896 242,14
94
Dari tabel 4.17 diketahui bahwa kenaikan LCWT ini berakibat pada pengurangan daya listrik chiller sebesar 1,34 kW, maka besar penghematan energi listriknya yaitu : (asumsi chiller beroperasi terus menerus selama setahun) W1
P.t
=1,35 kW x 24 jam/hari x 365 hahun = 11,77 kWH/tahun. Dan perhitungan di atas hanya untuk satu chiller. Untuk Chiller 2 beroperasi 10 jam yaitu pada pukul (10:00 s/d 20:00WIB) dan chiller 3 beroperasi hanya 4 jam (pukul 06:00 s/d 10:WIB) Untuk chiller 2 W2
P.t
=1,35 kW x 10 jam/hari x 365 hahun = 4,90 kWH/tahun Untuk chiller 3 W3
P.t
=1,35 kW x 4 jam/hari x 365 hahun = 1,96 kWH/tahun Jadi total penghematan energi dalam setahun adalah : 11,77+1,35+1,96 = 18,64 kWH/tahun.
95
F. Implementasi Peluang Hemat Energi tahap 2 Apabila PHE ini diimplementasikan pada hotel maka dapat dicari besar nilai IKE hasil implementasi PHE tahap 3 yaitu sebagai berikut : IKE
=
kWH total ( Occ.Rate x Area Room) + (Area non Room)
=
4.066.440,54 - 18.640 (0,6702 x 5.237,24) + 6.578,33
= 401,23 kWH/m2.tahun Dari perhitungan di atas diperoleh besarnya IKE listrik hasil implementasi PHE tahap 2 pada audit energi rinci per satuan luas yang dikondisikan (net area) adalah 401,23 kWH/m2tahun ternyata IKE implementasi tahap dua pun masih besar dari standar atau target IKE listrik perhotelan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka beberapa kesimpulan hasil audit energi, terkait dengan konsumsi energi, sistem pengkondisian udara pada Hotel Santika Premiere yang bisa penulis ambil antara lain: 1. Berdasarkan audit energi awal, nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) yang terbesar adalah untuk konsumsi energi listrik. Untuk energi listrik pada hotel Santika Premiere Semarang, masih melebihi standar IKE perhotelan Indonesia yaitu sebesar 300 kWH / m2 year, sehingga perlu dilakuakan audit energi rinci. Untuk hotel Santika Premiere Semarang berdasarkan hasil audit energi awal, IKE energi listriknya adalah sebesar341,683 kWH / m2 year. 2. Berdasarkan hasil audit energi rinci, diperoleh harga IKE untuk energi listrik adalah sebesar 403,08 kWH / m2 year. IKE berdasarkan audit energi rinci merupakan metode pendekatan. Hasil perhitungan mengabaikan hari-hari biasa dan mengabaikan ada tidaknya event-event besar sehingga IKE lebih besar. 3. Peluang Penghematan Energi (PHE) pada penelitian audit energi ini adalah: a. Dengan pembersihan pada unit FCU yaitu meliputi pembersihan saringan udara (filter), sudu kipas, sirip (fin)evaporator dan kisi keluaran (grill) pada unit-unit FCU. Rekomendasi untuk PHE ini adalah dengan 96
97
melakukan pembersihan setiap 1 sampai dengan 2 bulan sekali untuk setiap unit FCU. Penghematan yang diperoleh dalam setahun jika Peluang Hemat Energi (PHE) yang direkomendasikan, diimplementasikan yaitu sebesar 9.439,30 kWH. Besarnya IKE listrik hasil implementasi pada audit rinci per satuan luas yang dikonsikan (net area) adalah 402,14 kWH/m2. tahun. b. Mengatur (setup) temperatur air keluar (Leaving Chilled Water Temperature = LCWT) pada chiller. Pengaturan ulang dilakukan yaitu dengan cara mengarahkan tombol LCWT ke suhu 7,58ºC pada panel chiller. Penghematannya yang diperoleh selama setahun sebesar 18.640 kWH. Besarnya IKE listrik hasil implementasi PHE tahap 2 pada audit energi rinci per satuan luas yang dikondisikan (net area) adalah 401,23 kWH/m2.tahun 5.2 SARAN Adapun saran yang dapat diberikan untuk penelitian audit energi ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan data-data beberapa tahun sebelumnya agar dapat mengetahui nilai estimasi, nilai real, dan nilai setelah manajemen energi sehingga di tahun berikutnya dapat diprediksi nilai kemungkinan
penghematan
berdasarkan tahun sebelumnya.
energi
menggunakan
metode
pendekatan
98
2. Untuk pelaksanaan audit selanjutnya sebaiknya dilakukan juga pada unit tenaga yaitu seperti lokasi di SDP seperti di ruang mesin pompa-pompa, penghematan pompa chiller. hal ini untuk mendapatkan nilai IKE listrik yang lebih kecil atau setidaknya mendekati bahkan kurang dari standart nilai IKE listrik untuk perhotelan.
99
DAFTAR PUSTAKA
Abdurarachim. Halim, Pasek, Darmawan Ari, dan Sulaiman, TA. 2002. Audit Energi, Modul 2, Energi Conservation Efficiency And Cost Saving Course, Bandung : PT. Fiqry Jaya Mandiri. Arismunandar, Wiranto. 1991.Peyegaran Udara. Jakarta: Pradnya Paramita. Badan Koordinasis Eergi Nasional. 1983. Buku Pedoman Tentang Cara-Cara Melaksanakan Konservasi Energi dan Pengawasannya. Jakarta: Charles, M. Gottaschalk. 1996. Industrial Energy Conservation. Ltd.England: John Wiley&Sons Inc. Direktorat Pengembangan Energi. Petunjuk teknis konservasi energi; Prosedur Audit Energi Pada Bangunan Gedung. Jakarta: Departemen Pertambangan dan Energi. Direktotat Jendral Pengembangan Energi. Iskandar, Norman, TA. 2004. Audit Energi di Hotel Grand Candi Semarang. semarang: Kanginan, Marthen. 1999. Fisika untuk Universitas. Jakarta: Erlangga Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia – www.energyefficiencyasia.org didownload tanggal 21Januari 2007 pukul 21:22WIB. Zuhal. 1995. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
100 Lampiran 1. Laporan Tahunan Listrik Hotel Santika Premiere Semarang
PLN TAHUN 2006 Januari LWBP (2587-2383) WBP ( 567-521) Biaya Beban Dis insentive KVA Dis Insentive KWH Meterai Sub Total Pajak penerangan jalan Biaya yang harus dibayar Februari LWBP (2798-2587) WBP ( 616-567) Biaya Beban Dis insentive KVA Dis Insentive KWH Meterai Sub Total Pajak penerangan jalan Biaya yang harus dibayar Maret LWBP (3042-2798) WBP ( 670-616) Biaya Beban Dis insentive KVA Dis Insentive KWH Meterai Sub Total Pajak penerangan jalan Biaya yang harus dibayar
204,00 46,00 865 107,50 18,50
KWH x Rp 452 KWH x Rp 904 KVA x Rp 28400 KVA x Rp 69326.5 KWH x Rp 904
= = = = = =
9%
= =
211,00 49,00 865 127,50 21,50
KWH x Rp 452 KWH x Rp 904
= =
KVA x Rp 28400 KVA x Rp 69326.5 KWH x Rp 904
= = = = =
9%
244,00 54,00 865 107,50 26,50
92.208.000 41.584.000 24.566.000 7.452.599 16.724.000 182.534.599 16.428.114 6.000 198.968.713
95.372.000 44.296.000 24.566.000 8.839.129 19.436.000 192.509.129 17.325.822 6.000
=
209.840.950
KWH x Rp 452 KWH x Rp 904 KVA x Rp 28400 KVA x Rp 69326.5
= = = =
KWH x Rp 904
=
110.288.000 48.816.000 24.566.000 7.452.599 23.956.000 215.078.599 19.357.074 6.000 234.441.673
= =
9%
=
+
+
+
+
+
+
PLN TAHUN 2006 April LWBP (3273-3042) WBP ( 720-670) Biaya Beban Dis insentive KVA Dis Insentive KWH
231,00 50,00 865 137,50 22,50
KWH x Rp 452 KWH x Rp 904
= =
KVA x Rp 28400 KVA x Rp 69326.5 KWH x Rp 904
= = =
104.412.000 45.200.000 24.566.000 9.532.394 20.340.000
+
101 Meterai Sub Total Pajak penerangan jalan Biaya yang harus dibayar Mei LWBP (3506-3273) WBP ( 773-720) Biaya Beban Dis insentive KVA Dis Insentive KWH Meterai Sub Total Pajak penerangan jalan Biaya yang harus dibayar Juni LWBP (3725-3506) WBP ( 822-773) Biaya Beban Dis insentive KVA Dis Insentive KWH Meterai Sub Total Pajak penerangan jalan Biaya yang harus dibayar Juli LWBP (3964-3725) WBP ( 875-822) Biaya Beban Dis insentive KVA Dis Insentive KWH Meterai Sub Total Pajak penerangan jalan Biaya yang harus dibayar
= =
9%
=
233,00 53,00 865 187,50 25,50
KWH x Rp 452
=
KWH x Rp 904 KVA x Rp 28400 KVA x Rp 69326.5 KWH x Rp 904
= = = = = =
9%
=
219,00 49,00 865 127,50 21,50
KWH x Rp 452 KWH x Rp 904 KVA x Rp 28400
= = =
KVA x Rp 28.400 KWH x Rp 904
= = = =
9%
=
239,00 53,00 865 127,50 25,50
+
98.988.000 44.296.000 24.566.000 3.621.000 19.436.000 190.907.000 17.181.630 6.000 208.094.630
+
=
= = =
113.904.000 51.528.000 24.566.000
=
KWH x Rp 904 KVA x Rp 28400 KVA x Rp 28.400 KWH x Rp 904
= = = = = =
PLN TAHUN 2006 Agustus LWBP (4216-3964) WBP ( 932-875) Biaya Beban
252,00 57,00 865
KWH x Rp 452 KWH x Rp 904 KVA x Rp 28400
+
105.316.000 47.912.000 24.566.000 12.998.719 23.052.000 213.844.719 19.246.025 6.000 233.096.743
108.028.000 47.912.000 24.566.000 3.621.000 23.052.000 6.000 207.185.000 18.646.650 225.831.650
KWH x Rp 452
9%
204.050.394 18.364.535 6.000 222.420.929
+
+
(+)
102 Dis insentive KVA Dis Insentive KWH Sub Total Pajak penerangan jalan Meterai Biaya yang harus dibayar September LWBP (4463-4216) WBP ( 987-932) Biaya Beban Dis insentive KVA Dis Insentive KWH Sub Total Pajak penerangan jalan Meterai Biaya yang harus dibayar
LWBP (4463-4216) WBP ( 987-932) Biaya Beban Dis insentive KVA Dis Insentive KWH Sub Total Pajak penerangan jalan Meterai Biaya yang harus dibayar
127,50 29,50
KVA x Rp 28.400 KWH x Rp 904
= = =
9%
= =
247,00 55,00 865 167,50 27,50
KWH x Rp 452 KWH x Rp 904 KVA x Rp 28400 KVA x Rp 28.400 KWH x Rp 904
= = = = = = =
9%
=
247,00 55,00 865 167,50 27,50 9%
KWH x Rp 452
=
KWH x Rp 904 KVA x Rp 28400 KVA x Rp 28.400 KWH x Rp 904
= = = = = = =
3.621.000 26.668.000 220.287.000 19.825.830 6.000 240.118.830
+
(+)
111.644.000 49.720.000 24.566.000 4.757.000 24.860.000 215.547.000 19.399.230 6.000 234.952.230
+
111.644.000 49.720.000 24.566.000 4.757.000 24.860.000 215.547.000 19.399.230 6.000 234.952.230
+
(+)
(+)
106 Lampiran 2. Biaya penggunaan listrik tahun 2006
BIAYA PENGGUNAAN LISTRIK TAHUN 2006 TGL
01
KET
WBP LWBP
AWAL
AKHIR
PEMA KAIAN
BIAYA
JUMLAH
615,63
617,50 1.870
904,00
1.690.480
2794,23
2802,41 8.180
452,00
3.697.360
BEBAN
792.452
PPJ
TOTAL
556.226 6.736.518
02
WBP LWBP
617,50
619,31 1.810
904,00
1.636.240
2802,41
2811,40 8.990
452,00
4.063.480
BEBAN
792.452
584.295 7.076.467
03
WBP LWBP
619,31
621,07 1.760
904,00
1.591.040
2811,40
2819,63 8.230
452,00
3.719.960
BEBAN
792.452
549.311 6.652.763
04
WBP LWBP
621,07
622,81 1.740
904,00
1.572.960
2819,63
2828,19 8.560
452,00
3.869.120
BEBAN
792.452
561.108 6.795.640
05
WBP LWBP
622,81
624,49 1.680
904,00
1.518.720
2828,19
2835,41 7.220
452,00
3.263.440
BEBAN
792.452
501.715 6.076.327
06
WBP LWBP
624,49 2835,41
626,17 1.680 2842,60
904,00 452,00
1.518.720 3.249.880
107 7.190 BEBAN
792.452
500.495 6.061.547
07
WBP LWBP
626,17
627,98 1.810
904,00
1.636.240
2842,60
2850,00 7.400
452,00
857.357
BEBAN
792.452
295.744 3.581.793
08
WBP LWBP
627,98
629,81 1.830
904,00
1.654.320
2850,00
2858,23 8.230
452,00
3.719.960
BEBAN
792.452
555.006 6.721.738
09
WBP LWBP
629,81
631,34 1.530
904,00
1.383.120
2858,23
2865,85 7.620
452,00
3.444.240
BEBAN
792.452
505.783 6.125.595
10
WBP LWBP
631,34
633,10 1.760
904,00
1.591.040
2865,85
2873,43 7.580
452,00
3.426.160
BEBAN
792.452
522.869 6.332.521
11
WBP LWBP
633,10
634,83 1.730
904,00
1.563.920
2873,43
2881,34 7.910
452,00
3.575.320
BEBAN
792.452
533.852 6.465.544
12
WBP
634,83
636,44 1.610
904,00
1.455.440
LWBP
2881,34
2888,92 7.580
452,00
3.426.160
BEBAN
792.452
510.665
108
6.184.717 13
WBP
636,44
638,17 1.730
904,00
1.563.920
LWBP
2888,92
2895,93 7.010
452,00
3.168.520
BEBAN
792.452
497.240 6.022.132
14
WBP
638,17
639,89 1.720
904,00
1.554.880
LWBP
2895,93
2903,01 7.080
452,00
3.200.160
BEBAN
792.452
499.274 6.046.766
15
WBP LWBP
639,89
641,64 1.750
904,00
1.582.000
2903,01
2911,11 8.100
452,00
3.661.200
BEBAN
792.452
543.209 6.578.861
16
WBP LWBP
641,64
643,44 1.800
904,00
1.627.200
2911,11
2918,86 7.750
452,00
3.503.000
BEBAN
792.452
533.039 6.455.691
17
WBP LWBP
643,44
645,23 1.790
904,00
1.618.160
2918,86
2926,49 7.630
452,00
3.448.760
BEBAN
792.452
527.343 6.386.715
18
WBP LWBP
645,23
647,33 2.100
904,00
1.898.400
2926,49
2935,09 8.600
452,00
3.887.200
BEBAN
792.452
592.025 7.170.077
19
WBP
647,33
649,03
904,00
1.536.800
109 1.700 LWBP
2935,09
2943,49 8.400
452,00
BEBAN
3.796.800 792.452
551.345 6.677.397
20
WBP LWBP
649,03
650,70 1.670
904,00
1.509.680
2943,49
2951,94 8.450
452,00
3.819.400
BEBAN
792.452
550.938 6.672.470
21
WBP LWBP
650,70
652,41 1.710
904,00
1.545.840
2951,94
2959,58 7.640
452,00
3.453.280
BEBAN
792.452
521.241 6.312.813
22
WBP LWBP
652,41
654,46 2.050
904,00
1.853.200
2959,58
2966,90 7.320
452,00
3.308.640
BEBAN
792.452
535.886 6.490.178
23
WBP LWBP
654,46
656,45 1.990
904,00
1.798.960
2966,90
2975,19 8.290
452,00
3.747.080
BEBAN
792.452
570.464 6.908.956
24
WBP LWBP
656,45
658,22 1.770
904,00
1.600.080
2975,19
2983,16 7.970
452,00
3.602.440
PPJ
792.452
539.547 6.534.519
25
WBP LWBP
658,22
659,99 1.770
904,00
1.600.080
2983,16
2991,52 8.360
452,00
3.778.720
110
PPJ
792.452
555.413 6.726.665
26
WBP
659,99
661,66 1,670
904,00
1.510
LWBP
2991,52
2999,48 7.960
452,00
3.597.920
PPJ
792.452
395.269 4.787.151
27
WBP
661,66
663,40 1.740
904,00
1.572.960
LWBP
2999,48
3007,90 8.420
452,00
3.805.840
PPJ
792.452
555.413 6.726.665
28
WBP
663,40
665,04 1.640
904,00
1.482.560
LWBP
3007,90
3015,94 8.040
452,00
3.634.080
PPJ
792.452
531.818 6.440.910
29
WBP
665,04
666,75 1.710
904,00
1.545.840
LWBP
3015,94
3023,73 7.790
452,00
3.521.080
PPJ
792.452
527.343 6.386.715
30
WBP
666,75
668,47 1.720
904,00
1.554.880
LWBP
3023,73
3031,39 7.660
452,00
3.462.320
PPJ
792.452
522.869 6.332.521
31
WBP
668,47
670,12 1.650
904,00
1.491.600
LWBP
3031,39
3039,33 7.940
452,00
3.588.880
PPJ
792.452
528.564
111
6.401.496 WAKTU BEBAN PUNCAK (WBP)
54,49
904,0
49.259
LEWAT BEBAN PUNCAK (LWBP)
245,10
452,0
110.785
PPJ
16.255.310
LWBP
1.000
110.785
110.785.200
WBP
1.000
49.259
49.258.960
Biaya Beban
24.566.000
Dis Insentive WBP
23.956.000
Dis Insentive KVA
7.452.600
Sub Total
216.018.760
Pajak Penerangan jalan
19.441.688
Biaya yang harus dibayar Semarang , 3 Februaril 2006 Etty Febra
235.460.448
16.255.310
196.869.869
112 Lampiran 3. Pomec department Bulan : JUNI Tahun : 2006 I.
GENERAL
:
Total Land Area Total Building Area Total Room Aviable Total Room Occupied Occupancy Number of Guest
:
5.728,6 m2
:
11.815,57 m2
:
3840
: :
3290 64,57%
:
3496
II. POMEC
BULAN INI
PERSEN
BULAN LALU
PERSEN
Payroll
35.262.308
9,67%
34.945.439
10,36%
R&M
74.361.838
20,38%
62.288.028
18,46%
Utilities
255.201.576
69,95%
240.195.575
71,18%
Total
364.825.722
100%
337.429.042
100%
III. WORK LOAD
BULAN INI
PERSEN
BULAN LALU
PERSEN
Received
1.069
Completed Pending IV. MAINT. REPAIRING 1. Work Order Received Completed Pending POMEC DEPARTMENT HOTEL GRAHA SANTIKA SEMARANG
100% 1.181
100%
758
71% 658
56%
311
29% 523
44%
BULAN INI 436 417 19
PERSEN 100% 96% 4%
BULAN LALU 507 399 108
PERSEN 100% 79% 21%
113 BULAN INI 2. -
Other Job Schedule Completed Pending
569 325 244
PERSEN
BULAN LALU
100% 57% 43%
PERSEN
600 234 366
100% 39% 61%
V. PROJECT/RENOVATION
BULAN INI
PERSEN
BULAN LALU
PERSEN
VI. ROOM PREV. MAINT.
BULAN INI
PERSEN
BULAN LALU
PERSEN
Schedule Completed Pending
64 16 48
100% 25% 75%
74 25 49
100% 34% 66%
POMEC DEPARTMENT HOTEL GRAHA SANTIKA SEMARANG VII. FIRE SAFETY CHECK LIST
BULAN INI
REALISASI
DATE OF CHECK
COMMENT
Fire Extinguiser Fire Hydrant - in door - out door Splingker System Fire Detection System
33 16 4 893 409
22 7
12/01/1900 01,07,12,17,21,26,30
Good Good
Smoke Detector Fixed Temperature Detector
33
13
01,02,08,10,11,15, 19,21,22
Good
VIII. ADMINISTRASI
26
JUMLAH
23,24,26,28
114
Meeting Bulanan Pertemuan ISO In House Training Briefing Engineering
IX. UTILITIES
1 3 0 31
UNIT CONSUMED
COST
By Listrik Hotel
235.301.435 2.785,8
Solar
14.738.916
PPN solar
90.200
ABT Mei 2006
1.608.700
Air sehat @ Rp 50,000
47,0
2.350.000
Air TAAB @ Rp 60,000
10,0
600.000 512.325
PDAM Juni 2006 Total
255.201.576
POMEC DEPARTMENT HOTEL GRAHA SANTIKA SEMARANG X. STAFF ENGINEER
PERMANEN
Chief Engineer Ass Chief Engineer Duty Engineer Maint. Prev. Supervisor Civil Supervisor Gardener Supervisor Gardener Technician Administrative Carpenter Car Washer
1 2 1 2 1 0 0 5 1 0 0
KONTRAK
DW
1
115 Total
13
1
Semarang, 10 Juli 2006
Warnadi Chief Engineer
POMEC department bulan Juli 2006
Occupancy : 64,57% UNIT CONSUMED
IX. UTILITIES By Listrik Hotel Solar
COST 209.953.220 10.581.460
Rekening PDAM
479.015
Air sehat
6.927.500 Total
227.941.195
POMEC department bulan Agustus 2006 Occupancy : 76,97% IX. UTILITIES By Listrik Hotel Solar
UNIT CONSUMED
COST 245.393.279 17.080.343
Rekening PDAM
499.115
Air sehat
5.750.000
Air ABT
1.639.825 Total
270.362.562
POMEC department bulan September 2006 Occupancy : 72,24% IX. UTILITIES
7.888.940
UNIT CONSUMED
COST
116
By Listrik Hotel
234.982.331
Solar
13.263.881
Rekening PDAM
518.212
8.872.979
Air sehat
6.750.000
Air ABT
1.604.767 Total
257.119.191
POMEC department bulan Oktober 2006 Occupancy : 56,2% IX. UTILITIES
UNIT CONSUMED
Listrik Hotel
COST
286,130
219.171.445 21.113.854
Solar Rekening PDAM
21m3 131.410
Air sehat
100 tanki 5.000.000
Air ABT
8807.5m3 1.618.417
6.749.827
Total
247.035.126
POMEC department bulan November 2006 Occupancy : 65,89% IX. UTILITIES
UNIT CONSUMED
Listrik Hotel
COST 226.049.214
290,710
Solar
39m3 341.895
Rekening PDAM Air sehat
125 tanki 6.250.000
Air ABT
9262.8m3 1.703.325 Total
8.295.220
234.344.434
POMEC department bulan Januari 2006 Occupancy : 57,79% IX. UTILITIES Electric
UNIT CONSUMED 250.000
COST 199.018.428
117
Deep Weel Desember 2005
-
761.100
Deep Weel Sept s/d Des 2005
-
1.681.900
PDAM (m3)
54,0
Solar (ltr) + pajak (Rp. 29.700)
3.000,80
529.040 13.672.635
Total
215.663.103
POMEC department bulan Maret, Feburai 2006 Occupancy : 64,39%; 70,7% IX. UTILITIES Rek. Listrik Hotel Maret 2006 Kor. Rek Listrik Feb 2006 Pemb. Power Compesator
UNIT CONSUMED
Biaya pajak ABT Jan dan Feb 2006 Biaya kor. rekening PDAM Feb 2006
-
Biaya PDAM Maret 2006 Biaya air bersih Solar (ltr) + pajak ( Rp 4736,49 /liter ) Biaya adm dan PPH solar
-
COST 235.949.755 11.248.865 10.000.000 709.800 608.050 280.620 7.102.500
2.679,50
12.691.425 125.900
Total
278.716.915
POMEC department bulan April 2006 Occupancy : 67,69% IX. UTILITIES By Listrik Hotel April 2006 Kor rek. Listrik April 2006
UNIT CONSUMED
COST 222.648.102 13.827.539
By ABT Maret 2006 Pemb. Air bersih
-
1.518.500 7.027.500
By PDAM April 2006 Kor. Rek. PDAM April 2006 Solar (ltr) + pajak ( Rp 4736,48 /liter )
-
280.620
Total
1.109.500 2.249,00
10.652.344 257.064.105
118 POMEC department bulan Mei 2006 Occupancy : 65,3% IX. UTILITIES By Listrik Hotel Mei 2006
UNIT CONSUMED
Solar Mei 2006 ABT april 2006
2.071,0
Air sehat
8,0 72,0
PDAM Mei 2006 Total
COST 224.311.430 9.807.850 1.661.500 480.000 3.600.000 334.795 240.195.575
Lampiran 4. Denah Bangunan Lantai Basement Hotel Santika Premiere Semarang
Lampiran 5. Denah Bangunan Lantai Satu Hotel Santika Premiere Semarang
Lampiran 6 Denah Bangunan Lantai 3 s/d 8 Hotel Santika Premiere Semarang
302 317
301 303
304
305
306
309
308
310 APAR HIDRANT BOX
307
Lampiran 7 Denah Bangunan Lantai 9 Hotel Santika Premiere Semarang
902 915
901 903
914
904
905
911
906
908
907
909
APAR HIDRANT BOX
Anda Disini / You are here Jalan Keluar / Escape Route
Lampiran 8 Denah Bangunan Lantai 10 Hotel Santika Premiere Semarang
1002 1016
1015
1001 1003
1014
1012
1004
1011
1005
1006 1010
1008
1007
1009
APAR HIDRANT BOX
Lampiran 9 Denah Bangunan Lantai 11 Hotel Santika Premiere Semarang
1101
LIFT 1
LIFT 3
1102
1103
LIFT 2
LOUNGE
APAR HIDRANT BOX
Lampiran 6 Denah Bangunan Lantai 3 s/d 8 Hotel Santika Premiere Semarang
302 317
301 303
304
305
306
309
308
310 APAR HIDRANT BOX
307
Lampiran 7 Denah Bangunan Lantai 9 Hotel Santika Premiere Semarang
902 915
901 903
914
904
905
911
906
908
907
909
APAR HIDRANT BOX
Anda Disini / You are here Jalan Keluar / Escape Route
Lampiran 8 Denah Bangunan Lantai 10 Hotel Santika Premiere Semarang
1002 1016
1015
1001 1003
1014
1012
1004
1011
1005
1006 1010
1008
1007
1009
APAR HIDRANT BOX
Lampiran 9 Denah Bangunan Lantai 11 Hotel Santika Premiere Semarang
1101
LIFT 1
LIFT 3
1102
1103
LIFT 2
LOUNGE
APAR HIDRANT BOX
Lampiran 4. Denah Bangunan Lantai Basement Hotel Santika Premiere Semarang
119
Lampiran 5. Denah Bangunan Lantai Satu Hotel Santika Premiere Semarang
120
120
Lampiran 1. Laporan Tahunan Listrik Hotel Santika Premiere Semarang
PLN TAHUN 2006 Januari LWBP (2587-2383) WBP ( 567-521) Biaya Beban Dis insentive KVA Dis Insentive KWH Meterai Sub Total Pajak penerangan jalan Biaya yang harus dibayar Februari LWBP (2798-2587) WBP ( 616-567) Biaya Beban Dis insentive KVA Dis Insentive KWH Meterai Sub Total Pajak penerangan jalan Biaya yang harus dibayar Maret LWBP (3042-2798) WBP ( 670-616) Biaya Beban Dis insentive KVA Dis Insentive KWH Meterai Sub Total Pajak penerangan jalan Biaya yang harus dibayar
204,00 46,00 865 107,50 18,50
KWH x Rp 452 KWH x Rp 904 KVA x Rp 28400 KVA x Rp 69326.5 KWH x Rp 904
= = = = = =
9%
= =
211,00 49,00 865 127,50 21,50
KWH x Rp 452 KWH x Rp 904
= =
KVA x Rp 28400 KVA x Rp 69326.5 KWH x Rp 904
= = = = =
9%
244,00 54,00 865 107,50 26,50
92.208.000 41.584.000 24.566.000 7.452.599 16.724.000 182.534.599 16.428.114 6.000 198.968.713
95.372.000 44.296.000 24.566.000 8.839.129 19.436.000 192.509.129 17.325.822 6.000
=
209.840.950
KWH x Rp 452 KWH x Rp 904 KVA x Rp 28400 KVA x Rp 69326.5
= = = =
KWH x Rp 904
=
110.288.000 48.816.000 24.566.000 7.452.599 23.956.000 215.078.599 19.357.074 6.000 234.441.673
= =
9%
=
+
+
+
+
+
+
PLN TAHUN 2006 April LWBP (3273-3042) WBP ( 720-670) Biaya Beban Dis insentive KVA Dis Insentive KWH
231,00 50,00 865 137,50 22,50
KWH x Rp 452 KWH x Rp 904
= =
KVA x Rp 28400 KVA x Rp 69326.5 KWH x Rp 904
= = =
104.412.000 45.200.000 24.566.000 9.532.394 20.340.000
+
Meterai Sub Total Pajak penerangan jalan Biaya yang harus dibayar Mei LWBP (3506-3273) WBP ( 773-720) Biaya Beban Dis insentive KVA Dis Insentive KWH Meterai Sub Total Pajak penerangan jalan Biaya yang harus dibayar Juni LWBP (3725-3506) WBP ( 822-773) Biaya Beban Dis insentive KVA Dis Insentive KWH Meterai Sub Total Pajak penerangan jalan Biaya yang harus dibayar Juli LWBP (3964-3725) WBP ( 875-822) Biaya Beban Dis insentive KVA Dis Insentive KWH Meterai Sub Total Pajak penerangan jalan Biaya yang harus dibayar
= =
9%
=
233,00 53,00 865 187,50 25,50
KWH x Rp 452
=
KWH x Rp 904 KVA x Rp 28400 KVA x Rp 69326.5 KWH x Rp 904
= = = = = =
9%
=
219,00 49,00 865 127,50 21,50
KWH x Rp 452 KWH x Rp 904 KVA x Rp 28400
= = =
KVA x Rp 28.400 KWH x Rp 904
= = = =
9%
=
239,00 53,00 865 127,50 25,50
+
98.988.000 44.296.000 24.566.000 3.621.000 19.436.000 190.907.000 17.181.630 6.000 208.094.630
+
=
= = =
113.904.000 51.528.000 24.566.000
=
KWH x Rp 904 KVA x Rp 28400 KVA x Rp 28.400 KWH x Rp 904
= = = = = =
PLN TAHUN 2006 Agustus LWBP (4216-3964) WBP ( 932-875) Biaya Beban
252,00 57,00 865
KWH x Rp 452 KWH x Rp 904 KVA x Rp 28400
+
105.316.000 47.912.000 24.566.000 12.998.719 23.052.000 213.844.719 19.246.025 6.000 233.096.743
108.028.000 47.912.000 24.566.000 3.621.000 23.052.000 6.000 207.185.000 18.646.650 225.831.650
KWH x Rp 452
9%
204.050.394 18.364.535 6.000 222.420.929
+
+
(+)
Dis insentive KVA Dis Insentive KWH Sub Total Pajak penerangan jalan Meterai Biaya yang harus dibayar September LWBP (4463-4216) WBP ( 987-932) Biaya Beban Dis insentive KVA Dis Insentive KWH Sub Total Pajak penerangan jalan Meterai Biaya yang harus dibayar
LWBP (4463-4216) WBP ( 987-932) Biaya Beban Dis insentive KVA Dis Insentive KWH Sub Total Pajak penerangan jalan Meterai Biaya yang harus dibayar
127,50 29,50
KVA x Rp 28.400 KWH x Rp 904
= = =
9%
= =
247,00 55,00 865 167,50 27,50
KWH x Rp 452 KWH x Rp 904 KVA x Rp 28400 KVA x Rp 28.400 KWH x Rp 904
= = = = = = =
9%
=
247,00 55,00 865 167,50 27,50 9%
KWH x Rp 452
=
KWH x Rp 904 KVA x Rp 28400 KVA x Rp 28.400 KWH x Rp 904
= = = = = = =
3.621.000 26.668.000 220.287.000 19.825.830 6.000 240.118.830
+
(+)
111.644.000 49.720.000 24.566.000 4.757.000 24.860.000 215.547.000 19.399.230 6.000 234.952.230
+
111.644.000 49.720.000 24.566.000 4.757.000 24.860.000 215.547.000 19.399.230 6.000 234.952.230
+
(+)
(+)
Lampiran 2. Biaya penggunaan listrik tahun 2006
BIAYA PENGGUNAAN LISTRIK TAHUN 2006 TGL
01
KET
WBP LWBP
AWAL
AKHIR
PEMA KAIAN
BIAYA
JUMLAH
615,63
617,50 1.870
904,00
1.690.480
2794,23
2802,41 8.180
452,00
3.697.360
BEBAN
792.452
PPJ
TOTAL
556.226 6.736.518
02
WBP LWBP
617,50
619,31 1.810
904,00
1.636.240
2802,41
2811,40 8.990
452,00
4.063.480
BEBAN
792.452
584.295 7.076.467
03
WBP LWBP
619,31
621,07 1.760
904,00
1.591.040
2811,40
2819,63 8.230
452,00
3.719.960
BEBAN
792.452
549.311 6.652.763
04
WBP LWBP
621,07
622,81 1.740
904,00
1.572.960
2819,63
2828,19 8.560
452,00
3.869.120
BEBAN
792.452
561.108 6.795.640
05
WBP LWBP
622,81
624,49 1.680
904,00
1.518.720
2828,19
2835,41 7.220
452,00
3.263.440
BEBAN
792.452
501.715 6.076.327
06
WBP LWBP
624,49 2835,41
626,17 1.680 2842,60
904,00 452,00
1.518.720 3.249.880
7.190 BEBAN
792.452
500.495 6.061.547
07
WBP LWBP
626,17
627,98 1.810
904,00
1.636.240
2842,60
2850,00 7.400
452,00
857.357
BEBAN
792.452
295.744 3.581.793
08
WBP LWBP
627,98
629,81 1.830
904,00
1.654.320
2850,00
2858,23 8.230
452,00
3.719.960
BEBAN
792.452
555.006 6.721.738
09
WBP LWBP
629,81
631,34 1.530
904,00
1.383.120
2858,23
2865,85 7.620
452,00
3.444.240
BEBAN
792.452
505.783 6.125.595
10
WBP LWBP
631,34
633,10 1.760
904,00
1.591.040
2865,85
2873,43 7.580
452,00
3.426.160
BEBAN
792.452
522.869 6.332.521
11
WBP LWBP
633,10
634,83 1.730
904,00
1.563.920
2873,43
2881,34 7.910
452,00
3.575.320
BEBAN
792.452
533.852 6.465.544
12
WBP
634,83
636,44 1.610
904,00
1.455.440
LWBP
2881,34
2888,92 7.580
452,00
3.426.160
BEBAN
792.452
510.665
6.184.717 13
WBP
636,44
638,17 1.730
904,00
1.563.920
LWBP
2888,92
2895,93 7.010
452,00
3.168.520
BEBAN
792.452
497.240 6.022.132
14
WBP
638,17
639,89 1.720
904,00
1.554.880
LWBP
2895,93
2903,01 7.080
452,00
3.200.160
BEBAN
792.452
499.274 6.046.766
15
WBP LWBP
639,89
641,64 1.750
904,00
1.582.000
2903,01
2911,11 8.100
452,00
3.661.200
BEBAN
792.452
543.209 6.578.861
16
WBP LWBP
641,64
643,44 1.800
904,00
1.627.200
2911,11
2918,86 7.750
452,00
3.503.000
BEBAN
792.452
533.039 6.455.691
17
WBP LWBP
643,44
645,23 1.790
904,00
1.618.160
2918,86
2926,49 7.630
452,00
3.448.760
BEBAN
792.452
527.343 6.386.715
18
WBP LWBP
645,23
647,33 2.100
904,00
1.898.400
2926,49
2935,09 8.600
452,00
3.887.200
BEBAN
792.452
592.025 7.170.077
19
WBP
647,33
649,03
904,00
1.536.800
1.700 LWBP
2935,09
2943,49 8.400
452,00
BEBAN
3.796.800 792.452
551.345 6.677.397
20
WBP LWBP
649,03
650,70 1.670
904,00
1.509.680
2943,49
2951,94 8.450
452,00
3.819.400
BEBAN
792.452
550.938 6.672.470
21
WBP LWBP
650,70
652,41 1.710
904,00
1.545.840
2951,94
2959,58 7.640
452,00
3.453.280
BEBAN
792.452
521.241 6.312.813
22
WBP LWBP
652,41
654,46 2.050
904,00
1.853.200
2959,58
2966,90 7.320
452,00
3.308.640
BEBAN
792.452
535.886 6.490.178
23
WBP LWBP
654,46
656,45 1.990
904,00
1.798.960
2966,90
2975,19 8.290
452,00
3.747.080
BEBAN
792.452
570.464 6.908.956
24
WBP LWBP
656,45
658,22 1.770
904,00
1.600.080
2975,19
2983,16 7.970
452,00
3.602.440
PPJ
792.452
539.547 6.534.519
25
WBP LWBP
658,22
659,99 1.770
904,00
1.600.080
2983,16
2991,52 8.360
452,00
3.778.720
PPJ
792.452
555.413 6.726.665
26
WBP
659,99
661,66 1,670
904,00
1.510
LWBP
2991,52
2999,48 7.960
452,00
3.597.920
PPJ
792.452
395.269 4.787.151
27
WBP
661,66
663,40 1.740
904,00
1.572.960
LWBP
2999,48
3007,90 8.420
452,00
3.805.840
PPJ
792.452
555.413 6.726.665
28
WBP
663,40
665,04 1.640
904,00
1.482.560
LWBP
3007,90
3015,94 8.040
452,00
3.634.080
PPJ
792.452
531.818 6.440.910
29
WBP
665,04
666,75 1.710
904,00
1.545.840
LWBP
3015,94
3023,73 7.790
452,00
3.521.080
PPJ
792.452
527.343 6.386.715
30
WBP
666,75
668,47 1.720
904,00
1.554.880
LWBP
3023,73
3031,39 7.660
452,00
3.462.320
PPJ
792.452
522.869 6.332.521
31
WBP
668,47
670,12 1.650
904,00
1.491.600
LWBP
3031,39
3039,33 7.940
452,00
3.588.880
PPJ
792.452
528.564
6.401.496 WAKTU BEBAN PUNCAK (WBP)
54,49
904,0
49.259
LEWAT BEBAN PUNCAK (LWBP)
245,10
452,0
110.785
PPJ
16.255.310
LWBP
1.000
110.785
110.785.200
WBP
1.000
49.259
49.258.960
Biaya Beban
24.566.000
Dis Insentive WBP
23.956.000
Dis Insentive KVA
7.452.600
Sub Total
216.018.760
Pajak Penerangan jalan
19.441.688
Biaya yang harus dibayar Semarang , 3 Februaril 2006 Etty Febra
235.460.448
16.255.310
196.869.869
Lampiran 3. Pomec department Bulan : JUNI Tahun : 2006 I.
GENERAL
:
Total Land Area Total Building Area Total Room Aviable Total Room Occupied Occupancy Number of Guest
:
5.728,6 m2
:
11.815,57 m2
:
3840
: :
3290 64,57%
:
3496
II. POMEC
BULAN INI
PERSEN
BULAN LALU
PERSEN
Payroll
35.262.308
9,67%
34.945.439
10,36%
R&M
74.361.838
20,38%
62.288.028
18,46%
Utilities
255.201.576
69,95%
240.195.575
71,18%
Total
364.825.722
100%
337.429.042
100%
III. WORK LOAD
BULAN INI
PERSEN
BULAN LALU
PERSEN
Received
1.069
Completed Pending IV. MAINT. REPAIRING 1. Work Order Received Completed Pending POMEC DEPARTMENT HOTEL GRAHA SANTIKA SEMARANG
100% 1.181
100%
758
71% 658
56%
311
29% 523
44%
BULAN INI 436 417 19
PERSEN 100% 96% 4%
BULAN LALU 507 399 108
PERSEN 100% 79% 21%
BULAN INI 2. -
Other Job Schedule Completed Pending
569 325 244
PERSEN
BULAN LALU
100% 57% 43%
PERSEN
600 234 366
100% 39% 61%
V. PROJECT/RENOVATION
BULAN INI
PERSEN
BULAN LALU
PERSEN
VI. ROOM PREV. MAINT.
BULAN INI
PERSEN
BULAN LALU
PERSEN
Schedule Completed Pending
64 16 48
100% 25% 75%
74 25 49
100% 34% 66%
POMEC DEPARTMENT HOTEL GRAHA SANTIKA SEMARANG VII. FIRE SAFETY CHECK LIST
BULAN INI
REALISASI
DATE OF CHECK
COMMENT
Fire Extinguiser Fire Hydrant - in door - out door Splingker System Fire Detection System
33 16 4 893 409
22 7
12/01/1900 01,07,12,17,21,26,30
Good Good
Smoke Detector Fixed Temperature Detector
33
13
01,02,08,10,11,15, 19,21,22
Good
VIII. ADMINISTRASI
26
JUMLAH
23,24,26,28
Meeting Bulanan Pertemuan ISO In House Training Briefing Engineering
IX. UTILITIES
1 3 0 31
UNIT CONSUMED
COST
By Listrik Hotel
235.301.435 2.785,8
Solar
14.738.916
PPN solar
90.200
ABT Mei 2006
1.608.700
Air sehat @ Rp 50,000
47,0
2.350.000
Air TAAB @ Rp 60,000
10,0
600.000 512.325
PDAM Juni 2006 Total
255.201.576
POMEC DEPARTMENT HOTEL GRAHA SANTIKA SEMARANG X. STAFF ENGINEER
PERMANEN
Chief Engineer Ass Chief Engineer Duty Engineer Maint. Prev. Supervisor Civil Supervisor Gardener Supervisor Gardener Technician Administrative Carpenter Car Washer
1 2 1 2 1 0 0 5 1 0 0
KONTRAK
DW
1
Total
13
1
Semarang, 10 Juli 2006
Warnadi Chief Engineer
POMEC department bulan Juli 2006
Occupancy : 64,57% UNIT CONSUMED
IX. UTILITIES By Listrik Hotel Solar
COST 209.953.220 10.581.460
Rekening PDAM
479.015
Air sehat
6.927.500 Total
227.941.195
POMEC department bulan Agustus 2006 Occupancy : 76,97% IX. UTILITIES By Listrik Hotel Solar
UNIT CONSUMED
COST 245.393.279 17.080.343
Rekening PDAM
499.115
Air sehat
5.750.000
Air ABT
1.639.825 Total
270.362.562
POMEC department bulan September 2006 Occupancy : 72,24% IX. UTILITIES
7.888.940
UNIT CONSUMED
COST
By Listrik Hotel
234.982.331
Solar
13.263.881
Rekening PDAM
518.212
8.872.979
Air sehat
6.750.000
Air ABT
1.604.767 Total
257.119.191
POMEC department bulan Oktober 2006 Occupancy : 56,2% IX. UTILITIES
UNIT CONSUMED
Listrik Hotel
COST
286,130
219.171.445 21.113.854
Solar Rekening PDAM
21m3 131.410
Air sehat
100 tanki 5.000.000
Air ABT
8807.5m3 1.618.417
6.749.827
Total
247.035.126
POMEC department bulan November 2006 Occupancy : 65,89% IX. UTILITIES
UNIT CONSUMED
Listrik Hotel
COST 226.049.214
290,710
Solar
39m3 341.895
Rekening PDAM Air sehat
125 tanki 6.250.000
Air ABT
9262.8m3 1.703.325 Total
8.295.220
234.344.434
POMEC department bulan Januari 2006 Occupancy : 57,79% IX. UTILITIES Electric
UNIT CONSUMED 250.000
COST 199.018.428
Deep Weel Desember 2005
-
761.100
Deep Weel Sept s/d Des 2005
-
1.681.900
PDAM (m3)
54,0
Solar (ltr) + pajak (Rp. 29.700)
3.000,80
529.040 13.672.635
Total
215.663.103
POMEC department bulan Maret, Feburai 2006 Occupancy : 64,39%; 70,7% IX. UTILITIES Rek. Listrik Hotel Maret 2006 Kor. Rek Listrik Feb 2006 Pemb. Power Compesator
UNIT CONSUMED
Biaya pajak ABT Jan dan Feb 2006 Biaya kor. rekening PDAM Feb 2006
-
Biaya PDAM Maret 2006 Biaya air bersih Solar (ltr) + pajak ( Rp 4736,49 /liter ) Biaya adm dan PPH solar
-
COST 235.949.755 11.248.865 10.000.000 709.800 608.050 280.620 7.102.500
2.679,50
12.691.425 125.900
Total
278.716.915
POMEC department bulan April 2006 Occupancy : 67,69% IX. UTILITIES By Listrik Hotel April 2006 Kor rek. Listrik April 2006
UNIT CONSUMED
COST 222.648.102 13.827.539
By ABT Maret 2006 Pemb. Air bersih
-
1.518.500 7.027.500
By PDAM April 2006 Kor. Rek. PDAM April 2006 Solar (ltr) + pajak ( Rp 4736,48 /liter )
-
280.620
Total
1.109.500 2.249,00
10.652.344 257.064.105
POMEC department bulan Mei 2006 Occupancy : 65,3% IX. UTILITIES By Listrik Hotel Mei 2006
UNIT CONSUMED
Solar Mei 2006 ABT april 2006
2.071,0
Air sehat
8,0 72,0
PDAM Mei 2006 Total
COST 224.311.430 9.807.850 1.661.500 480.000 3.600.000 334.795 240.195.575