http://asmil-artihidup.blogspot.com/ asmil Setiap tahun diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang berkisar 3,5 – 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 – 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan peringkat 29. Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi rotavirus ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunya di Inggris dan 352 juta dollar di Amerika Serikat (Artikel Kedokteran, 2009). Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia, Bacillus cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium defficile,Clostridium perfringens, E coli, Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella spp, staphylococus aureus, vibrio cholerae dan Yersinia enterocolitica, Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium coli, Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba hystolitica, Giardia lambdia, Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercorlis, dan trichuris trichiura. Kelompok Salmonella sebelumnya juga disebut kelompok TPE, kelompok tifus-parathyphus-enteritis yang disebut, atau basil para-tipus. Ini terdiri dari basil tifus, Salmonella typhi, yang sebelumnya disebut typhi Eberthella untuk bakteriologi Jerman Karl Joseph Eberth (1835-1926), dan dysenteria Shigella, suatu basil menyebabkan bentuk disentri, nama untuk ahli bakteriologi Jepang Kiyoshi Shiga (1871-1957) . Bakteri Salmonella yang dijelaskan pertamakali oleh Theobald Smith (1859-1934) dan Salmon pada 1885 dalam sebuah strain diisolasi dari babi dengan kolera babi, di kertas Penyelidikan Wabah babi, diterbitkan dalam Laporan Tahunan Kedua Biro Hewan Industri. Salmon istilahnya Hog-cholerabacillus. Hal ini sekarang disebut suis kolera Salmonella, tetapi tidak sebenarnya penyebab wabah babi, yang merupakan penyakit virus. Salmonella pertama kali ditemukan oleh Theobald Smith. Ini adalah bakteriologi Perancis Léon Joseph Marcel Ligniéres (1868-1933) yang, pada tahun 1900, menyatakan bahwa seluruh kelompok bakteri yang hama babi milik basil, harus disebut Salmonella untuk menghormati Salmon. o Salmonella choleraesuis. Spesies sering ditemukan penyebab septicemia. o Salmonella enhteritidis. Spesies menyebabkan gastroenteritis dan keracunan makanan pada seseorang. o Salmonalle paratyphi: Sekelompok Salmonella, tipe A, B, dan C, yang menyebabkan demam parathyphoid. o Salmonella schottmülleri. Spesies paratifoid menyebabkan demam, tipe B. (Hugo Schottmüller, dokter dan ahli bakteriologi Jerman, 1867-1936) o Salmonella typhimurium. Spesies sering terisolasi dari orang dengan gastroenteritis akut. o Salmonella typhi. Spesies menyebabkan demam tifoid pada manusia. Shigella adalah genus bakteri yang merupakan penyebab utama diarrheoa dan disentri - diare dengan darah dan lendir pada tinja - di seluruh dunia. Bakteri ini ditularkan melalui konsumsi makanan atau air yang tercemar, atau melalui kontak orang-ke-orang. Dalam tubuh, mereka dapat menyerang dan menghancurkan sel-sel lapisan usus besar yang menyebabkan ulkus mukosa dan diare berdarah. Selain diare, gejala infeksi Shigella termasuk demam, kram perut, dan nyeri dubur. Sebagian besar pasien sembuh tanpa komplikasi dalam waktu tujuh hari. Shigellosis dapat diobati dengan antibiotik, meskipun beberapa strain sudah kebal obat.
1.2 Maksud dan Tujuan • Untuk mengetahui ada tidaknya bakteri Salmonella, dan Shigella pada sampel • Untuk mengetahui Isolasi dan identifikasi bakteri Salmonella,dan Shigella 1.3 tujuan Penulisan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi pada pembaca mengenai penyebab dari tifus yang dibawa oleh bakteri salmonella dan disentri yang disebabkan oleh bakteri shigella.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Salmonella 2.1.1 Klasifikasi kingdom pada Salmonella Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif berbentuk tongkat yang menyebabkan tifus, paratifus, dan penyakit foodborne. Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida. Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi. Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan (foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam, sakit kepala, mual dan muntahmuntah. Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S. enteritidis. S. typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi. 2.1.2 Klasifikasi ilmiah Salmonella Kerajaan : Bakteria Filum : Proteobakteria Kelas : Gamma Proteobakteria Ordo : Enterobakteriales Famili : Enterobakteriakceae Genus : Salmonella
Diklasifikasikan ilmiah shhigella sebagai berikut : Kingdom : Procaryotae Division : Gracilicutes Order : Eubacteriales Family : Enterobacteriaceae Genus : Shigella Species : Shigella (http://www.textbookofbacteriology.net/Shigella.html)
2.1.3Morfologi dan fisiologi Salmonella spesies adalah gram negatif, aerob, berbentuk batang, bakteri zoonosis yang dapat menginfeksi manusia, burung, reptil, dan hewan lainnya. genus ini termasuk sekitar 2.000 spesies dibagi menjadi lima subgenera. Dari subgenera lima, dua subgenera, Subgenus Subgenus I dan III, dapat ditemukan pada burung. Subgenus saya berisi spesies salmonella yang paling sering menginfeksi unggas. Subgenus III, berisi spesies Salmonella arizonae dan Arizona hinshawii, yang kadang-kadang dilaporkan pada burung, terutama yang berhubungan dengan, atau dekat dengan reptil. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, pada suhu 15 - 41o C (suhu pertumbuhan optimum 37o C) dan pH pertumbuhan 6 - 8. Pada umumnya isolat kuman Salmonella dikenal dengan sifat-sifat, gerak positif, reaksi fermentasi terhadap manitol dan sorbitol positif dan memberikan hasil negatif pada reaksi indol, laktosa, Voges Praskauer dan Sebagian besar isolat Salmonella yang berasal dari bahan klinik menghasilkan H2S. Samonella thypi hanya membentuk sedikit H2S dan tidak membentuk gas pada fermentase glukosa. Pada agar SS,Endo, EMB dan MacConkey koloni kuman berbentuk bulat, kecil dan tidak berwana, pada agar Wilson Blair koloni kuman berwarna hitam berkilat logam akibat pembentukan H2S. 2.1.4 Struktur antigen Seperti Enterobacteriaceae lain, salmonella memiliki beberapa antigen O (dari keseluruhan yang berjumlah lebih dari 60) dan antigen H yang berbeda pada salah satuatau kedua fase. Beberapa salmonella mempunyai antigen simpai (K), yang disebut Vi,yang dapat mengganggu aglutinasi melalui antiserum o. Antigen ini dihubungkan dengan sifat invasif yang dimilikinya. Tes aglutinasi dengan antiserum serapan untuk O dan Hyang berbeda merupakan dasar untuk klasifikasi salmonella secara serologi.
2.1.5 Patogenesis dan Gejala klinis Patogenitas Salmonella bersifat invasif yakni menyerang bagian epithelium dari ileum. Salmonella menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan diare berair. Bila selaput lendir menjadi rusak, diare yang terjadi disertai darah. Ada 2000 serotipe Salmonella dan 6-10 di antaranya diketahui menimbulkan gastroenteritis. Diare yang ditimbulkan biasanya disertai dengan gejala-gejala mual, demam dan nyeri perut. Di samping menyebabkan diare berair, Salmonella juga menyebabkan mencret (exudative diarrhoea) yang ditandai oleh hadirnya leukosit di dalam feses. Di beberapa negara telah ditemukan strain Salmonella yang resisten terhadap ampisilin, khloramfenikol, dan sulfametoxazol-trimet (Anonim, 2007). Bakteri Salmonella masuk ke tubuh penderita melalui makanan atau minuman yang tercemar bakteri ini. Akibat yang ditimbulkan bila terinfeksi bakteri Salmonella adalah peradangan pada saluran pencernaan sampai rusaknya dinding usus. Akibatnya penderita akan mengalami diare, sari makanan yang masuk dalam tubuh tidak dapat terserap dengan baik sehingga penderita akan tampak lemah dan kurus. Racun yang dihasilkan oleh bakteri Salmonella menyebabkan kerusakan otak, organ reproduksi wanita bahkan yang sedang hamilpun dapat mengalami keguguran.
Penyakit – penyakit yang disebabkan oleh Salmonella secara umum dikenal dengan Salmonellosis. Secara klinik ada 3 bentuk Salmonellosi. Secara klinik ada 3 bentuk Salmonellosis yang bias timbul pada manusia yaitu: Enteric fever Mencakup demam tifoid dan demam paratifoid. Deman tifoid atau tifus abdominalis disebabkan oleh Salmonella typhi. Salmonella typhi tertelan bersama makanan atau terkontaminasi dan bersarang di jaringan limfoid pada dinding usus . Aliran limfa membawa organisme ini kedalam duktus torak kemudian kedalam darah. Sedangkan demam paratifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh salmonella enteristidis ( Tambayong, J, 2000). Demam paratifoid disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B, Salmonella paratyphi C, gejala kliniknya biasanya lebih ringan dan mempunyai masa inkubasi lebih pendek 1 – 10 hari, demam diasa berlangsung selama 1 – 3 minggu, rose spots jarang ditemukan. Septikemia Disebabkan oleh Salmonella choleraesus, infeksi terjadi melalui rute oral dan akhirnya masuk kedalam sirkulasi darah dan berkembang biak. Salmonella tersebar luas dalam tubuh dan cenderung menyebabkan supurasi local, abses, meningitis,pneumonia dan endokartidis terutama pada orang – orang yang fisiknya dalam keadaan lemah, tetapi manifestasi pada saluran usus sering tidak ada. Septikemia ini ditandai dengan demam tinggi yang turun naik, kultur darah positif. Gastroenteritis/enterokolitis Merupakan manifestasi infeksi Salmonella yang wajar, timbul sesudah makan makanan yang tercemari bakteri penyakit Salmonella, spesies Salmonella yang lazim menyebabkan penyakit ini adalah Salmonella typhimurium dan Salmonella enteridis, bakteri tersebut masuk kedalam sirkulasi darah. Gejala – gejalanya timbul dalam waktu 8 – 49 jam sesudah makan makanan yang tercemar Salmonella tersebut. Diare disertai demam berlangsung selama 1 – 4 hari. Kultur darah biasanya negative tetapi kultur tinja positif untuk Salmonella. Patogenesis dan Gejala Klinis Shigella Disentri basiler atau shigellosis adalah infeksi usus akut yang dapat sembuh sendiri yang disebabkan oleh Shigella. Shigellosis dapat menyebabkan 3 bentuk diare yaitu disentri dengan tinja lembek, disertai darah, mucus dan pus, waterdiarrhea yaitu tinja yang berbentuk cair, dan kombinasi keduanya yaitu tinja berbentuk cair disertai darah, mucus dan pus. Masa inkubasi adalah 2 – 4 hari atau bias lebih lama sampai 1 minggu. Pada ornag yang sehat diperlukan 200 kuman untuk menyebabkan sakit (Anonim,1993) Setelah masa inkubasi, secara mendadak timbul nyeri perut, demam dan tinja encer. Satu hari atau beberapa hari kemudain jumlah tinja meningkat karena infeksi meliputi ileum dan kolon, melekat pada permukaan mukosa dan menembus lapisan epitel dan berkembang biak ke dalam lapisan mukosa. Lalu terjadi reaksi hebat yang menyebabkan terlepasnya sel – sel dan timbulnya luka pada permukaan mukosa usus. Tinja ini berkurang encernya tetapi mengandung lender dan darah. Tiap gerakan usus disertai dengan tenensmus yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare ini sembuh secara spontan dalam 2 – 5 hari pada lebih dari setengah kasus otang dewasa. Namun pada anak – anak dan orang tua, enyakit ni berlangsung lama. Kehilangan cairan dan elektrolit dapat menyebakan dehidrasi,asidosis, bahkan kematian. Setelah sembuh, kebanyakan orang mengeluarkan bakteri disentri dalam waktu yang singkat, namun beberapa diantaranya menjadi pembawa yang kronis yang dapat mengalami serangan penyakit berulang – ulang (Jawetz, 2005). Infeksi ini sangat menular dan dapat dicegah dengan cuci tangan yang baik. Tanda dan Gejala Bakteri Shigella menghasilkan racun yang dapat menyerang permukaan usus besar, menyebabkan pembengkakan, luka pada dinding usus, dan diare berdarah. Keparahan diare pada Shigellosis berbeda dari diare biasa. Pada anak-anak dengan Shigellosis, pertama kali buang air besar besar sering dan berair. Kemudian buang air besar mungkin lebih sedikit, tetapi terdapat darah dan lendir di dalamnya.
Gejala lain Shigellosis termasuk : Nyeri perut Demam tinggi Hilangnya nafsu makan Mual dan muntah Nyeri saat buang air besar Dalam kasus Shigellosis yang sangat parah, seseorang mungkin mengalami kejang, kaku kuduk, sakit kepala, kelelahan, dan kebingungan. Shigellosis juga dapat menyebabkan dehidrasi dan komplikasi lain yang jarang terjadi, seperti radang sendi, ruam kulit, dan gagal ginjal. Beberapa anak dengan kasus Shigellosis yang berat mungkin perlu dirawat di rumah sakit. Shigellosis sangat menular. Seseorang dapat terinfeksi melalui kontak dengan sesuatu yang terkontaminasi oleh tinja dari orang yang terinfeksi. Ini termasuk mainan, permukaan di toilet, dan bahkan makanan yang disiapkan oleh seseorang yang terinfeksi. Misalnya, anak-anak yang menyentuh permukaan yang terkontaminasi oleh shigella seperti toilet atau mainan dan kemudian memasukkan jari-jari mereka di mulut maka mereka bisa menjadi terinfeksi. Shigella bahkan dapat dibawa dan disebarkan oleh lalat yang kontak dengan tinja yang terinfeksi. Karena tidak membutuhkan banyak bakteri Shigella untuk menyebabkan infeksi maka penyakit dapat menyebar dengan mudah dalam keluarga dan penampungan anak. Bakteri mungkin juga tersebar di sumber air di daerahdengan sanitasi yang buruk. Shigella masih dapat disebarkan dalam 4 minggu setelah gejala penyakit selesai (walaupun pengobatan antibiotik dapat mengurangi pengeluaran bakteri Shigella di tinja). Cara terbaik untuk mencegah penyebaran Shigella adalah dengan sering mencuci tangan yang bersih dengan sabun, terutama setelah menggunakan toilet dan sebelum mereka makan. Hal ini terutama penting dalam perawatan anak. Jika Anda merawat anak yang mengalami diare, cuci tangan sebelum menyentuh orang lain dan sebelum memegang makanan. (Siapa pun dengan diare sebaiknya tidak menyiapkan makanan bagi orang lain.) Pastikan untuk sering membersihkan dan membersihkan toilet yang digunakan oleh seseorang dengan Shigellosis. Popok anak dengan Shigellosis harus dibuang dalam tong sampah yang tertutup, dan bekas popok harus dibersihkan dengan disinfektan setelah digunakan. Anak-anak (terutama mereka yang masih menggunakan popok) dengan Shigellosis atau dengan diare dari setiap penyebab harus dijauhkan dari anak-anak lain. Penanganan, penyimpanan, dan persiapan makanan juga dapat membantu mencegah infeksi Shigella. Makanan dingin harus disimpan dingin dan makanan panas harus disimpan panas untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Untuk mengkonfirmasi diagnosis Shigellosis, dokter akan mengambil sampel tinja dari anak Anda yang akan diuji untuk bakteri Shigella. Tes darah dan tes lainnya juga dapat menyingkirkan kemungkinan penyebab lain dari gejala, terutama jika anak Anda memiliki sejumlah besar darah dalam tinja. Beberapa kasus Shigellosis tidak memerlukan pengobatan, tetapi antibiotik akan diberikan untuk memperpendek penyakit dan untuk mencegah penyebaran bakteri kepada orang lain. Jika dokter memberikan resep antibiotik sesuai diagnosis maka berikan mereka sesuai dosis. Hindari pemberian obat bebas untuk muntah-muntah atau diare, karena mereka dapat memperpanjang penyakit. Acetaminophen (parasetamol) dapat diberikan untuk mengurangi demam dan membuat anak Anda lebih nyaman. Untuk mencegah dehidrasi, ikuti petunjuk dokter Anda tentang apa yang anak Anda harus makan dan minum. Dokter anda dapat merekomendasikan minuman khusus yang disebut cairan rehidrasi oral, atau CRO (seperti Pedialyte) untuk menggantikan cairan tubuh dengan cepat, terutama jika diare telah berlangsung selama 2 atau 3 hari atau lebih. Anak-anak yang mengalami dehidrasi sedang-berat atau yang memiliki penyakit lain yang lebih serius mungkin perlu dirawat di rumah sakit untuk dipantau dan mendapat tatalaksana seperti cairan infus atau antibiotik.
2.1.6 Epidemologi 1. Penyebaran menurut geografis dan musim Demam tifoid ( penyakit tifus ) adalah penyakit endemik di Indonesia. Tifoid termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang wabah dan menyerang orag
banyak. Umumnya demam tifoid dijumpai di negara berkembang di wilayah tropis seperti India, Indonesia, Malaysia, Thailand, Filiphina, dan lain-lain. 2. Penyebaran menurut usia dan jenis kelamin Demam tifoid umumnya menyerang manusia pada umur 12-13 tahun adalah 70-80%, usia 30-40 tahun adalah 10-20% dan umur lebih dari 40 tahun sebesar 5-10%. Tidak ada perbedaan nyata insiden demam tifoid pada laki-laki dan perempuan. Semuanya mempunyai prevalensi yang sama untuk terkena penyakit tersebut 3. Frekuensi besar tidaknya kasus yang terjadi Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat luas. Penyakit demam tifoid ini sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan global, termasuk Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Thailand. Angka kesakitan pertahun mencapai 157/100.000 populasi pada daerah semi rural dan 810/100.000 populasi di daerah urban di Indonesia, dan dilaporkan adanya kecenderungan untuk meningkat setiap tahun. Data World Health Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun. Di negara berkembang, kasus demam tifoid dilaporkan sebagai penyakit endemis dimana 95% merupakan kasus rawat jalan sehingga insidensi yang sebenarnya adalah 15-25 kali lebih besar dari laporan rawat inap di rumah sakit. Di Indonesia kasus ini tersebar secara merata di seluruh propinsi dengan insidensi di daerah pedesaan 358/100.000 penduduk/tahun dan di daerah perkotaan 760/100.000 penduduk/ tahun atau sekitar 600.000 dan 1.5 juta kasus per tahun. Umur penderita yang terkena di Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun pada 91% kasus. 4. Penyebaran Kuman Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran cerna (mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dstnya). S typhi masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar. Cara penyebarannya melalui muntahan, urin, dan kotoran dari penderita yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat (kaki-kaki lalat). Lalat itu mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun buah-buahan segar. Saat kuman masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian kuman mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus. Dari usus halus itulah kuman beraksi sehingga bisa ” menjebol” usus halus. Setelah berhasil melampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu, dan lain-lain).Jika demikian keadaannya, kotoran dan air seni penderita bisa mengandung kuman S typhi yang siap menginfeksi manusia lain melalui makanan atau pun minuman yang dicemari. Pada penderita yang tergolong carrier (pengidap kuman ini namun tidak menampakkan gejala sakit), kuman Salmonella bisa ada terus menerus di kotoran dan air seni sampai bertahun- tahun. S. thypi hanya berumah di dalam tubuh manusia. Oleh kerana itu, demam tifoid sering ditemui di tempat-tempat di mana penduduknya kurang mengamalkan membasuh tangan manakala airnya mungkin tercemar dengan sisa kumbahan. Sekali bakteria S. thypi dimakan atau diminum, ia akan membahagi dan merebak ke dalam saluran darah dan badan akan bertindak balas dengan menunjukkan beberapa gejala seperti demam. Pembuangan najis di merata-rata tempat dan hinggapan lalat (lipas dan tikus) yang akan menyebabkan demam tifoid.
Epidemologi Shigella Wabah (epidemi) disentri adalah ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Tingkat kematian dapat setinggi 15 %, dan penyedia layanan kesehatan akan sangat disibukkan jika sampai terjadi epidemi disentri. Meskipun diterapi secara benar, sekitar 5% pasien dapat meninggal saat wabah. Sejak kuman penyebab disentri, Shigella dysenteriae type 1 (Sd1 ) ditemukan abad lalu, epidemi yang luas telah dilaporkan di afrika, asia dan amerika latin. Salah satu epidemi terbesar terjadi di Amerika Latin pada tahun 1969 dan 1973 dimana terjadi 500.000 kasus disentri dan menyebabkan meninggalnya
20.000 orang. 2.1.7 Diagnosa laboratorium Bahan pemeriksaan dapat berupa darah, feces, urine,liquorcerebrospinalis, makanan, minuman, dan air. Dari bahan tersebut kemudian dilakukan pewarnaan gram, perbenihan MacConkey, BSA, DCA, XLD agar dan diinkubasi pada suhu 370 C. Selanjutnya koloni yang tumbuh dilakukan pewarnaan gram kembali, tes biokimia, dan penentuan tipe bakteriofag. Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi Diagnosa Laboratorium Shigella Bahan pemeriksaan dapat berupa feces, urine, rectal swab, makanan, minuman, dan air. Dari bahan tersebut kemudian dilakukan pewarnaan gram, perbenihan MacConkey, EMBA, Endo, SSA, HEA, XLD agar dan diinkubasi pada suhu 370 C. Selanjutnya koloni yang tumbuh dilakukan pewarnaan gram kembali, tes biokimia, dan penentuan tipe bakteriofag. Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi 2.1.8 pencegahan 1.Pemberian vaksinasi / imunisasi a.Vivotif Vaksin yang diberikan secara oral (Vivotif) mengandung bakteri Salmonella (kuman penyebab demam tifoid)hidup yang dilemahkan. vaksin terbagi dalam empat kapsul yang diminum setiap selang sehari dalam waktu seminggu. Kapsul akan melingdungi vaksin dari asam lambung sehingga vaksin akan tetap aktif saat mencapai usus halus, tempat imunitas terhadap bakteri tifoid akan dibangun. Vaksin oral dapat diberikan sebagai dosis pertama kalinya atau pun dosis ulangan (booster). Perlindungan terhadap demam tifoid akan bertahan sampai 5 tahun, setelahnya diperlukan dosis ulangan jika akan bepergian lagi. tidak dianjurkan pemberian vaksin oral untuk anak kurang dari 6 tahun. Vaksin tifoid oral tersedia di apotik yang hanya bisa dibeli dengan resep. b.Thivim Vi Vaksin suntik dosis tunggal (Typhim Vi) mengandung antigen berupa kapsul polisakarida. Perlindungan yang diberikan oleh vaksin ini efektif dua minggu setelah suntik dan bertahan sampai dua tahun. Pengulangan dianjurkan setiap jarak waktu dua tahun. Vaksin ini dapat diberikan pada anak usia dua tahun. Walau efek sampingnya lebih besar dibanding vaksin oral, namun lebih kecil dibanding vaksin dengan dosis dua kali suntik. 2.Higiene Sanitasi a. Membersihkan lingkungan di sekeliling rumah dan tempat tinggal b. Membuang kotoran maupun sampah pada tempatnya bukan di sembarang tempat c. Menjaga lingkungan agar jumlah lalat berkurang pada saat musim kemarau panjang atau awal musim hujan d. Menjaga sanitasi dan persediaan air bersih 3. Kebersihan perseorangan a. Mencuci tangan sebelum menyiapkan dan memakan makan b. Minum minuman yang sudah dimasak dengan benar c. Jika sedang dalam perjalanan, gunakan air botol atau minuman berdesis berkarbonat tanpa aisd. Gunakan penyepit, senduk, sudu atau garpu bersih untuk mengambil makanan e. Jika terpaksa makan di luar rumah, pilih kedai atau gerai makanan yang bersih 3.1 Kerangka Operasional (Skema 1. Uji Identifikasi Salmonella dan Shigella)
3.2 Pemeriksaan laboratorium Tumbuh mudah pada media biasa, dengan situasi aerob, dengan suhu optimum 36oC, non lactose fermented. Mac Conkey : Koloni tidak berwarna, jernih, keeping, sedang, bulat, smooth. EMB Agar : Koloni tidak berwarna, sedang, keeping, smooth, bulat. BSA : Koloni kecil-kecil,jernih, hijau tengahnya hitam, zone hitam, smooth, metalic, keping. Kadangkadang koloni kelihatan hitam saja. Endo Agar : Koloni tidak berwarna atau merah muda, kecil – sedang, keeping, smooth. SSA : Koloni tidak berwarna, kecil – kecil, keeping, smooth, bulat. 3.2 uji biokimia Media yang digunakan untuk reaksi biokimia adalah Triple Sugar Iron Agar (TSIA) Media ini terdiri dari 0,1% glukosa, 1 % sukrosa, 1 % laktosa. Ferri sulfat untuk mendeteksi produksi H2S, protein dan indicator phenol red. Salmonella bersifat alkali acid, alkali terbentuk karena adanya proses oksidasi dekarboksilasi protein membentuk amina yang bersifat alkali dengan adanya phenol red maka terbentuk warna merah, Salmonella memfermentasi glukosa yang bersifat asam sehungga terbentuk warna kuning pada dasar (Jawetz et al, 2001). Semua spesies Salmonella memproduksi H2S kecuali Salmonella paratyphi A, menghasilkan gas kecuali Salmonella typhi. (Gani A.2003)
Sulfur Indol Motility (SIM) Media SIM adalah perbenihan semi solid yang dapat digunakan untuk mengetahui pembentukan H2S, indol dan motility dari bakteri. Salmonella tidak membentuk indol dan motility positif. (Gani A.2003) Citrate Bakteri yang memanfaatkan sitra sebagai sumber karbon akan menghasilkan natrium karbonat yang bersifat alkali, dengan adanya indicator brom thymol blur menyebabkan terjadinya warna biru. Pada Salmonella tidak memanfaatkan sitrat, sehingga pada penanaman media sitrat hasilnya negatif. (Gani A.2003) Urea Bakteri tertentu menghidrolisis urea dan membentuk ammonia dengan terbentuknya warna merah karena adanya indicator phenol red, Salmonella pada media urea memberikan hasil negatif karena Salmonella tidak menghidrolisis urea dan tidak membentuk ammonia. (Gani A.2003) Metil Red Media ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari beberapa bakteri yang memproduksi asam sebagai hasil fermentasi dari glukosa dalam media ini, yang dapat ditunjukkan dengan penambahan indicator metal red. Salmonella memproduksi asam kuat sehingga pada penambahan larutan metal red akan terbentuk warna merah. (Gani A.2003) Voges proskauer Bakteri tertentu dapat memproduksi acetyl methyl carbinol dari fermentasi glukosa yang data diketahui dengan penambahan larutan voges proskauer, Salmonella tidak memproduksi acetyl metal carbinol sehingga penanaman pada media ini memberikan hasil negatif. (Gani A.2003) Fermentasi karbohidrat Media ini berfungsi untuk melihat kemampuan bakteri memfermentasikan jenis karbohidrat, jika terjadi fermentasi maka terlihat warna kuning karena perubahan pH menjadi asam. Salmonella memfermantsi glukosa dan maltose menjadi asam dan gas, kecuali Salmonella typhi yang memproduksi glukosa menjadi asam tanpa gas. (Gani A.2003)
BAB III METODE KERJA 4.1 Alat - Objek Glass - Lampu Spritus - Deck Glass - Mikroskop - Ose - Tabung Reaksi - Nal - Pipet Tetes - Petridish - Inkubator - Autoclave - Nal . 4.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah Ragen Nacl 0,85 % - Covas,c - Air fuchsin - Lugol - KOH 10 % - a-naftol 1 % - indicator metal red - alcohol 96 % - CGV ( Carbol Gential Violet)
Salmonella sp, Shigella • Sampel peses • Media BHI Broth • Media EMBA • Media ENDO • Media Mac Conckey (MC) • BSA • MKT dan TSB ( merupakan media penggaya slenit • TSIA ( Tripel sugar iron agar ) • Media Nutrient Agar (NA) • Salmonella Shigella Agar (SSA) • Media IMVIC ( SIM MR/VP Urea )
• Media Gula – Gula 4.4. Cara Pengambilan Sampel Sampel yang diambi adalah urine urine ISK 4.5. Cara Kerja Pembiakan Hari I • Sampel air disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit, lalu supernatannya dibuang dan endapannya ditanam pada media perbenihan yaitu BHIB dibuat preparat kemudian dilakukan pewarnaan gram, lalu diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran objektif 100 X . • Sampel ditanam pada media selektif yaitu media EMBA, ENDO, MC, lalu diinkubasi 370 C selama 24 jam. Hari II • Koloni yang tumbuh pada media EMBA, ENDO, MC, dibuat preparat kemudian dilakukan pewarnaan gram. • Apabila pada hasil pewarnaan ditemukan bakteri bentuk basil (batang) gram negatif (-), maka dilanjutkan penanaman untuk uji biokimia, yaitu pada media gula – gula ditambah media TSIA, SC, SIM, MR, VP dan dilakukan uji sensitivitas. • Media yang telah ditanam diinkubasi selama 370 C selama 24 jam. Hari III • Media – media yang telah ditanami, diamati pertumbuhannya dan hasilnya dicatat. • Hasil pengamatan media dan tes uji biokimia tersebut dibandingkan dengan sifat – sifat cultural dan table hasil uji biokimia untuk ditentukan diagnosanya. Diposkan oleh Asmil di 09.51 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Label: (Skema 1. Uji Identifikasi Salmonella dan Shigella) Rabu, 23 Maret 2011
BABI PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Streptococcus pyogenes adalah penyebab banyak penyakit penting pada manusia yang berkisar dari infeksi kulit permukaan yang ringan hingga penyakit sistemik yang mengancam hidup. Infeksi khasnya bermula di tenggorokan atau kulit. Infeksi ringan Streptococcus pyogenes termasuk faringitis ("radang kerongkongan") dan infeksi kulit setempat ("impetigo"). Erisipelas dan selulitis dicirikan oleh perbiakan dan penyebaran samping Streptococcus pyogenes di lapisan dalam kulit. Serangan dan perbiakan Streptococcus pyogenes di fasia dapat menimbulkan fasitis nekrosis, keadaan yang besar kemungkinan mengancam hidup yang memerlukan penanganan bedah. Infeksi akibat strain tertentu Streptococcus pyogenes bisa dikaitkan dengan pelepasan toksin bakteri. Infeksi kerongkongan yang dihubungkan dengan pelepasan toksin tertentu bisa menimbulkan penyakit jengkering (scarlet fever). Infeksi toksigen Streptococcus pyogenes lainnya bisa menimbulkan sindrom syok toksik streptococcus, yang bisa mengancam hidup. Streptococcus pyogenes juga bisa menyebabkan penyakit dalam bentuk sindrom "non-pyogenik" (tak dihubungkan dengan perbiakan bakteri dan pembentukan nanah setempat) pascainfeksi. Komplikasi yang diperantarai autoimun itu mengikuti sejumlah kecil persentase infensi dan termasuk penyakit rematik dan glomerulonefritis pasca-streptococcus akut. Kedua keadaan itu muncul beberapa minggu menyusul infeksi awal streptococcus. Penyakit rematik dicirikan dengan peradangan sendi dan/atau jantung menyusul sejumlah faringitis streptococcus. Glomerulonefritis akut, peradangan glomerulus ginjal, bisa mengikuti faringitis streptococcus atau infeksi kulit. Bakteri ini benar-benar sensitif terhadap penisilin. Kegagalan penanganan dengan penisilin umumnya dikaitkan dengan organisme komensal lain yang memproduksi β-laktamase atau kegagalan mencapai tingkat jaringan yang cukup di tenggorokan. Strain tertentu sudah kebal akan makrolid, tetrasiklin dan klindamisin. Dalam dunia mikrobiologi, kita mengenal bakteri dengan berbagai macam variasi genus dan spesies.
Salah satu genus bakteri yang menjadi fokus perhatian adalah bakteri Staphylococcus. Pada sistem klasifikasi binomial (tata nama dengan dua susunan kata), genus ini diklasifikasikan sebagai berikut. Bakteri Staphylococcus merupakan bakteri gram positif. Bakteri Staphylococcus memiliki bentuk sel bulat seperti bola. Umumnya, sel-sel bakteri Staphylococcus tampak di bawah mikroskop dengan berkelompok membentuk koloni mirip susunan buah anggur. Sebagian besar bakteri Staphylococcus berada di permukaan kulit dan hidung manusia. Bila permukaan dua organ tersebut ditumbuhkan di dalam sebuah kultur, mayoritas bakteri yang memenuhi adalah genus Staphylococcus. Pertumbuhan koloni inilah yang menjadikan seorang biolog bernama Rosenbach, 1884, mengelompokkan bakteri ini ke dalam dua nama yang berbeda sesuai penampakannya media pertumbuhan bakteri. Dua kelompok tersebut adalah kelompok Staphylococcus aureus yang berwarna kuning dan kelompok Staphylococcus albus atau non-Staphylococcus aureus yang koloninya berwarna putih. Dalam Bergey’s Manual, sumber referensi penggolongan bakteri, dari 19 spesies Staphylococcus yang ditemukan, hanya dua spesies yang interaksinya sangat signifikan dengan manusia. Spesies itu adalah Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus. Saat ini, Staphylococcus albus dikenal dengan nama Staphylococcus epiderdimis. Staphylococcus aureus dapat ditemukan di daerah sekitar hidung manusia, sedangkan Staphylococcus epiderdimis sebagian besar berada di permukaan kulit manusia. Pada sistem klasifikasi sebelumnya, Staphylococcus berada dalam familia Micrococcaceae. Karena setelah diselidiki Staphylococcus tidak mempunyai hubungan genetis dengan Micrococcus, saat ini, Staphylococcus memiliki familia sendiri, yaitu Staphylococcaceae. Staphylococcus adalah bakteri anaerob fakultatif atau membutuhkan sangat sedikit oksigen untuk bisa bertahan hidup. Oleh karena itu, sebagian besar kelompok Staphylococcus mampu melakukan fermentasi asam laktat. Bakteri Staphylococcus juga merupakan bakteri dengan metabolisme katalase positif, sedangkan negatif untuk metabolisme oksidase. Genus Staphylococcus mampu tumbuh dan berkembang pada kisaran temperatur antara 15 hingga 45 derajat celcius. Toleransi salinitas atau kadar garam yang dimiliki oleh bakteri ini adalah sekitar 15 persen. Mengenal Dua Spesies Staphylococcus Staphylococcus aureus bersifat haemolitik ketika ditanam dalam darah. Sementara Staphylococcus epidermidis, nonhaemolitik. Oleh sebab itu, strain Staphylococcus aureus umumnya lebih pathogen dibanding Staphylococcus epiderdimis. Hampir semua strain Staphylococcus aureus mampu menghasilkan enzim koagulase atau enzim penggumpal. Bakteri yang mampu menghasilkan koagulase, seperti Staphylococcus aureus, dianggap berpotensi besar sebagai patogen yang mampu menginvasi sel lain. Pada osteomielitis, Staphylococcus memang menjadi penyebab utama penyakit tersebut. Staphylococcus aureus tumbuh pada pembuluh-pembuluh darah dalam tulang sehingga terjadi nekrosis pada tulang dan kerapuhan luar biasa serta mengeluarkan nanah yang tak bisa berhenti hanya dalam hitungan bulan. Staphylococcus aureus juga dapat menyebabkan keracunan pada kulit, seperti jerawat, bisul, dan keluarnya nanah pada bagian kulit mana pun. Mengapa demikian? Perlu diketahui bahwa racun atau toksin Leukosidin yang dikeluarkan oleh Staphylococcus aureus dapat mematikan sel darah putih manusia. Sebaliknya, Staphylococcus edpiderdimis merupakan flora normal kulit. Hanya berbahaya jika kulit terkena infeksi sehingga pertumbuhan Staphylococcus epiderdimis tak terkendali. Pencegahan Penyakit Akibat Staphylococcus Aureus 40% hingga 50% manusia membawa Staphylococcus dalam tubuhnya sehingga potensi untuk menjadi patogen dalam tubuh manusia sangat besar. Apalagi, jika Anda menyiapkan makanan dengan tangan. Anda juga harus berhati-hati. Enterotoksin yang dihasilkan oleh Staphylococcus tidak bisa mati dalam suhu di bawah 70 derajat celcius. Jadi, pastikan makanan Anda matang sempurna. Penyakit akibat toksin Staphylococcus aureus dapat dicegah dengan selalu menjaga kebersihan, cuci tangan sebelum makan, tidak menggunakan barang-barang yang berpotensi terkena infeksi kulit secara bersama-sama, seperti handuk, sikat gigi, dan pakaian. 1.2 Maksud dan tujuan Makasud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui streptococcus dan staphylococcus dalam specimen sampel dan cirri cirri dari pertumbuhan di media dan pertumbuhan pada reaksi biokimia Tujuannya dari praktikum ini dalah untuk mengidentifikasi bakteri staphylococcus dan streptococcus dalam specimen suap tenggorokan 1.1 Rumusan Masalah 1. Menjelaskan tentang definisi, Klasifikasi ilmiah, Morfologi, Fisiologi dan antigen pada staphylococcus
sp dan streptococcus sp 2. Mengetahui jenis penyakit yang disebabkan oleh staphylococcus sp dan streptococcus sp 3. Mengetahui tentang cara penularan, cara pengobatan dan pencegahan staphylococcus dan streptococcus 4. Menjelaskan tentang epidemiolgi dan penyebaran staphylococcusn sp dan streptococcus sp 5. Menjelaskan bahaya yang ditimbulkan oleh staphylococcus sp dan streptococcus sp dan pengaruhnya terhadap tubuh manusia dan hewan. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Penyakit yang sering ditimbulkan oleh staphylococcus sp dan streptococcus sp Mengidentifikasi berapa besar dampak patogenitasnya pada manusia Mengidentifikasi perbedaan bakteri staphylococcus sp dan streptococcus sp dengan cara penanaman pada meidia dan uji biokimia 1.2.2 Tujuan khusus Identifikasi staphylococcus sp dan streptococcus sp yang di lakukan untuk meng etahui tingkat patogenisnya sehi Ngga dapat menimbulkan berbagai ejala penyaki juga peranya dalam membantu membentuk berbagai jenis pitamin sebagai system pertahanan tubuh.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum staphylococcus sp dan streptococcus sp 2.1.1 Definisi staphylococcus sp dan streptococcus sp 2.1.2 Klasifikasi ilmiah staphylococcus sp dan streptococcus sp Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Eubacteria. Filum: Firmicutes. Kelas: Bacilli. Ordo: Bacillales. Familia: Staphylococcaceae. Genus: Staphylococcus. Klasifikasi ilmiah streptococcus sp Kerajaan : Bacteria Filum : Firmicutes Kelas : Bacilli Ordo : Lactobacillales Famili : Streptococcus Genus : streptococcus http://www. emedicine.com/emerg/topic 128.html,
2.1.3 Morfologi staphlococcu
archive.microbelibrary.org Bentuk: bulat, ukuran 1 mikron, tidak membentuk spora, dan tidak mempunyai flagela. Letak sel satu sama lain yang karakteristik bergerombol seperti buah anggur. Sifat karakteristik ini dipakai sebagai pemberian nama Staphylococcus. Tetapi kadang-kadang ada yang letaknya tersebar atau terpencar. Pengelompokan ini akan terlihat baik pda pengamatan penanaman dalam media padat. Pasangan atau rantai pendek lebih sering terlihat dalam smear nanah dan kultur dalam kaldu. Sifat pewarnaan: pada kultur muda bersifat Gram (+), sedang pada kultur tua bersifat Gram (-). Koloni micrococci tumbuh cepat pada media agar pada suhu normal (370), dan biasanya bergaris tengah 1-2 mm setelah inkubasi 24 jam. Koloni tadi halus, basah, menonjol dengan tepi bulat dan berwarna, yaitu pada varietas albus berwarna putih, varietas citreus berwarna kuning jernih dan varietas aureus berwarna kuning emas. morfologi Sreptococcus
baobab-4.blogspot.com
2.1.4. fisiologi stphylococcus Micrococci tumbuh paling baik pada suhu 220 – 370. Umumnya dapat tumbuh dalam lingkungan aerob maupun anaerob. Produksi warna terlihat baik pada situasi aerob dan terlihat paling baik pada kultur yang tumbuh pada suhu rendah. Produksi toksin pada semua strain terlihat pada penanaman dalam media sederhana yang berisi asam-asam amino, garam glukosa dan faktor pertumbuhan yaitu thiamin dan asam nicotinat. Dalam garis besarnya strain aureus lebih aktif metabolismenya dari pada strain albus. Dalam media kaldu yang berisi dekstrosa, sukrosa, maltosa, dan manitol akan terjadi pemecahan karbohidrat menjadi asam tanpa gas. Fisiologi streptococcus Streptococcus pyogenes ialah bakteri Gram-positif bentuk bundar yang tumbuh dalam rantai panjang[1] dan merupakan penyebab infeksi Streptococcus Grup A. Streptococcus pyogenes menampakkan antigen grup A di dinding selnya dan beta-hemolisis saat dikultur di plat agar darah. Streptococcus pyogenes khas memproduksi zona beta-hemolisis yang besar, gangguan eritrosit sempurna dan pelepasan hemoglobin, sehingga kemudian disebut Streptococcus Grup A (beta-hemolisis). Streptococcus bersifat katalase-negatif. 2.1.5 Struktur Antigen staphylococcus sp 3 Kuman Stafilokokus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigenik. Bahan-bahan ekstraseluler yang dibuat oleh kuman ini kebanyakan juga bersifat antigenik (Arif et al, 2000). 4 Polisakarida yang ditemukan pada jenis virulen disebut polisakarida A, dan yang ditemukan pada jenis yang tidak patogen disebut polisakarida B. Polisakarida A merupakan komponen dinding sel yang dapat dipindahkan dengan memakai asam kompleks peptidoglikan asam teikhoat dan dapat menghambat fagositose. Bakteriofage terutama menyerang bagian ini (Arif et al, 2000). 5 Antigen protein A terletak di luar antigen polisakarida, kedua-duanya 6 bersama-sama membentuk dinding sel kuman (Arif et al, 2000).
1. Struktur antigen streptococcus Streptococcus pyogenes mempunyai beberapa faktor virulensi yang memungkinkannya berikatan dengan jaringan inang, mengelakkan respon imun, dan menyebar dengan melakukan penetrasi ke lapisan jaringan inang.[5] Kapsul karbohidrat yang tersusun atas asam hialuronat mengelilingi bakteri, melindunginya dari fagositosis oleh neutrofil. Di samping itu, kapsul dan beberapa faktor yang melekat di dinding sel, termasuk protein M, asam lipoteikoat, dan protein F (SfbI) memfasilitasi perkatan ke sejumlah sel inang.[6] Protein M juga menghambat opsonisasi oleh jalur kompemen alternatif dengan berikatan pada regulator komplemen inang. Protein M yang ditemukan di beberapa serotipe juga bisa mencegah opsonisasi dengan berikatan pada fibrinogen. Namun, protein M juga titik terlemah dalam pertahanan patogen ini karena antibodi yang diproduksi oleh sistem imun terhadap protein M sasarannya adalah bakteri untuk ditelan fagosit. Protein M juga unik bagi tiap strain, dan identifikasi bisa digunakan secara klinik untuk menegaskan strain yang menyebabkan infeksi. Streptococcus pyogenes melepaskan sejumlah protein, termasuk beberapa faktor virulensi, kepada inangnya: a. Streptolisin O dan S adalah toksin yang merupakan dasar sifat beta-hemolisis organisme ini. Streptolisin O ialah racun sel yang berpotensi mempengaruhi banyak tipe sel termasuk neutrofil, platelet, dan organella subsel. Menyebabkan respon imun dan penemuan antibodinya; antistreptolisin O (ASO) bisa digunakan secara klinis untuk menegaskan infeksi yang baru saja. Streptolisin O bersifat meracuni jantung (kardiotoksik). b. Eksotoksin Streptococcus pyogenes A dan C Keduanya adalah superantigen yang disekresi oleh sejumlah strain Streptococcus pyogenes. Eksotoksin pyogenes itu bertanggung jawab untuk ruam penyakit jengkering dan sejumlah gejala sindrom syok toksik streptococcus. c. Streptokinase Secara enzimatis mengaktifkan plasminogen, enzim proteolitik, menjadi plasmin yang akhirnya mencerna fibrin dan protein lain. d. Hialuronidase Banyak dianggap memfasilitasi penyebaran bakteri melalui jaringan dengan memecah asam hialuronat, komponen penting jaringan konektif. Namun, sedikit isolasi Streptococcus pyogenes yang bisa mensekresi hialuronidase aktif akibat mutasi pada gen yang mengkodekan enzim. Apalagi, isolasi yang sedikit yang bisa mensekresi hialuronidase tak nampak memerlukannya untuk menyebar melalui jaringan atau menyebabkan lesi kulit.[7] Sehingga, jika ada, peran hialuronidase yang sesungguhnya dalam patogenesis tetap tak diketahui. e. Streptodornase Kebanyakan strain Streptococcus pyogenes mensekresikan lebih dari 4 DNase yang berbeda, yang kadang-kadang disebut streptodornase. DNase melindungi bakteri dari terjaring di perangkap ekstraseluler neutrofil (NET) dengan mencerna jala NET di DNA, yang diikat pula serin protease neutrofil yang bisa membunuh bakteri.[8] f. C5a peptidase C5a peptidase membelah kemotaksin neutrofil kuat yang disebut C5a, yang diproduksi oleh sistem komplemen.[9] C5a peptidase diperlukan untuk meminimalisasi aliran neutrofil di awal infeksi karena bakteri berusaha mengkolonisasi jaringan inang.[10] g. Kemokin protease streptococcus Jaringan pasien yang terkena dengan kasus fasitis nekrosis parah sama sekali tidak ada neutrofil.[11] Serin protease ScpC, yang dilepas oleh Streptococcus pyogenes, bertanggung jawab mencegah migrasi neutrofil ke infeksi yang meluas.[12] ScpC mendegradasi kemokina IL-8, yang sebaliknya menarik neutrofil ke tempat infeksi. C5a peptidase, meskipun diperlukan untuk mendegradasi kemotaksin neutrofil C5a di tahap awal infeksi, tak diperlukan untuk Streptococcus pyogenes mencegah aliran neutrofil karena bakteri menyebar melalui fasia. 2.1.6 penyakit yang disebabkan oleh streptococcus sp dan staphylococcus sp a. Infeksi-infeksi Staph dari kulit dapat berlanjut ke impetigo (pengerasan dari kulit) atau cellulitis (peradanagn dari jaringan penghubung dibawah kulit, menjurus pada pembengkakan dan kemerahan dari area itu). Pada kasus-kasus yang jarang, komplikasi yang serius yang dikenal sebagai scalded skin syndrome (lihat dibawah) dapat berkembang. Pada wanita-wanita yang menyusui, Staph dapat berakibat pada mastitis (peradangan payudara) atau bisul bernanah dari payudara. Bisul-bisul bernanah Staphylococcal dapat melepaskan bakteri-bakteri kedalam susu ibu. b. Ketika bakteri-bakteri memasuki aliran darah dan menyebar ke ogan-organ lain, sejumlah infeksiinfeksi serius dapat terjadi. Staphylococcal pneumonia sebagian besar mempengaruhi orang-orang
dengan penyakit paru yang mendasarinya dan dapat menjurus pada pembentukan bisul bernanah didalam paru-paru. Infeksi dari klep-klep jantung (endocarditis) dapat menjurus pada gagal jantung. Penyebaran dari Staphylococci ke tulang-tulang dapat berakibat pada peradangan yang berat/parah dari tulang-tulang dikenal sebagai osteomyelitis. Staphylococcal sepsis (infeksi yang menyebar luas dari aliran darah) adalah penyebab utama dari shock (goncangan) dan keruntuhan peredaran, menjurus pada kematian, pada orang-orang dengan luka-luka bakar yang parah pada area-area yang besar dari tubuh. c. Keracunan makanan Staphylococcal adalah penyakit dari usus-usus yang menyebabkan mual, muntah, diare, dan dehidrasi. Ia disebabkan oleh memakan makanan-makanan yang dicemari dengan racun-racun yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus. Gejala-gejala biasanya berkembang dalam waktu satu sampai enam jam setelah memakan makanan yang tercemar. Penyakit biasanya berlangsung untuk satu sampai tiga hari dan menghilang dengan sendirinya. Pasien-pasien dengan penyakit ini adalah tidak menular, karena racun-racun tidak ditularkan dari satu orang kelainnya. d. Toxic shock syndrome adalah penyakit yang disebabkan oleh racun-racun yang dikeluarkan bakteribakteri Staph aureus yang tumbuh dibawah kondisi-kondisi dimana ada sedikit atau tidak ada oksigen. Toxic shock syndrome dikarakteristikan oleh penimbulan tiba-tiba dari demam yang tinggi, muntah, diare, dan nyeri-nyeri otot, diikuti okeh tekanan darah rendah (hipotensi), yang dapat menjurus pada guncangan (shock) dan kematian. Mungkin ada ruam kulit yang menirukan terbakar sinar matahari, dengan terkupasnya kulit. Toxic shock syndrome pertamakali digambarkan dan masih terjadi terutama pada wanita-wanita yang bermenstruasi yang menggunakan tampons.
2.1.7 Sumber Penularan Ponsel Karena sering dipegang dan disimpan di tempat yang hangat seperti tas atau saku celana, ponsel menjadi tempat pertumbuhan yang baik bagi Staphylococcus aureus. Bakteri yang secara normal terdapat di kulit manusia ini bisa menyebabkan bisul dan jerawat, atau bahkan pneumonia dan meningitis jika pertumbuhannya berlebihan. Joanna Verran, profesor mikrobiologi dari Manchester Metropolitan University menyarankan untuk rajin membersihkan ponsel dengan antiseptik. Selain itu, biasakan untuk menyimpannya di tempat yang kering dan sejuk. Make-up Tester Penelitian di Jefferson Medical College menunjukkan, 100 persen sampel kosmetik di Pennsylvania ditumbuhi E. coli yang bisa menyebabkan kram perut serta diare. Beberapa di antaranya juga mengandung bakteri staphylococcus and streptococcus, bahkan HPV penyebab herpes. Mesin ATM Karena diakses oleh banyak orang, kebersihan mesin ATM sebenarnya tidak lebih baik daripada toilet. Di tempat tersebut, bakteri clostridium difficile yang menyebabkan infeksi di usus bisa bertahan selama berbulan-bulan. Demikian juga dengan candida albican, mikroorganisme penyebab sariawan. Sebuah penelitian di Skotlandia mengungkap, bakteri staphylococcus yang memicu berbagai infeksi kulit juga banyak ditemukan di mesin ATM. Jenis bakteri lain yang juga ditemukan adalah bacillus, penyebab keracunan ketika mencemari makanan. Agar tidak tertular, tidak ada cara lain kecuali membersihkan tangan setelah bersentuhan dengan mesin ATM. Jangan memegang muka, mata, hidung dan mulut sebelum mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir (up/ir)
Untuk mencegah penularan, para wanita disarankan untuk memastikan kebersihan sampel pada manajer pusat kecantikan yang menawarkannya. Pastikan setiap calon pelanggan dibersihkan dengan tisu yang mengandung alkohol. 2.1.8 Patogenesis A. Staphylococcus
Staphylococcus merupakan penyebab terjadinya infeksi yang bersifat poogenik. Untuk pembuatan kultur dapat diambil bahan dari pernanahan kecil, bisul kecil, bisul besar, dan abces diberbagai bagian tubuh. Bakteri ini dapat masuk ke dalam kulit melalui folikel-folikel rambut, muara kelenjar keringat dan luka-luka kecil. Kemampuan yang menyebabkan penyakit dari staphylococcus adalah gabungan dari efek yang ditimbulkan oleh produk-produk ekstraseluler, daya infasi kuman dan kemampuan untuk berkembang biak. a. Staphylococcus patogen mempunyai sifat sebagai berikut: 1.Dapat menghemolisa eritrosit 2.Menghasilkan koagulasi’dapat membentuk pigmen (kuning keemasan) 3.Dapat memecah manitol menjadi asam b. Diantara staphylococcus yang mempunyai kemampuan besar untuk menimbulkan penyakit ialah Staphylococcus aureus. 1.Staphylococcus nonpatogen bersifat: 2.Non hemolitik 3.Tidak menghasilkan koagulasi 4.Koloni berwarna putih 5.Tidak memecah manitol Infeksi yang ditimbulkan oleh Staphylococcus dapat meluas ke jaringan sekitarnya, perluasannya dapat melalui darah atau limfe, sehingga pernanahan disitu bersifat menahun, misalnya sampai pada sumsum sehingga terjadi radang sumsum tulang (osteomyelitis). Perluasan ini dapat sampai ke paru-paru, selaput otak dan sebagainya. B. Streptococcus Streptococcus pyogenes adalah penyebab banyak penyakit penting pada manusia yang berkisar dari infeksi kulit permukaan yang ringan hingga penyakit sistemik yang mengancam hidup. Infeksi khasnya bermula di tenggorokan atau kulit. Infeksi ringan Streptococcus pyogenes termasuk faringitis ("radang kerongkongan") dan infeksi kulit setempat ("impetigo"). Erisipelas dan selulitis dicirikan oleh perbiakan dan penyebaran samping Streptococcus pyogenes di lapisan dalam kulit. Serangan dan perbiakan Streptococcus pyogenes di fasia dapat menimbulkan fasitis nekrosis, keadaan yang besar kemungkinan mengancam hidup yang memerlukan penanganan bedah. Infeksi akibat strain tertentu Streptococcus pyogenes bisa dikaitkan dengan pelepasan toksin bakteri. Infeksi kerongkongan yang dihubungkan dengan pelepasan toksin tertentu bisa menimbulkan penyakit jengkering (scarlet fever). Infeksi toksigen Streptococcus pyogenes lainnya bisa menimbulkan sindrom syok toksik streptococcus, yang bisa mengancam hidup. Streptococcus pyogenes juga bisa menyebabkan penyakit dalam bentuk sindrom "non-pyogenik" (tak dihubungkan dengan perbiakan bakteri dan pembentukan nanah setempat) pascainfeksi. Komplikasi yang diperantarai autoimun itu mengikuti sejumlah kecil persentase infensi dan termasuk penyakit rematik dan glomerulonefritis pasca-streptococcus akut. Kedua keadaan itu muncul beberapa minggu menyusul infeksi awal streptococcus. Penyakit rematik dicirikan dengan peradangan sendi dan/atau jantung menyusul sejumlah faringitis streptococcus. Glomerulonefritis akut, peradangan glomerulus ginjal, bisa mengikuti faringitis streptococcus atau infeksi kulit. Bakteri ini benar-benar sensitif terhadap penisilin. Kegagalan penanganan dengan penisilin umumnya dikaitkan dengan organisme komensal lain yang memproduksi β-laktamase atau kegagalan mencapai tingkat jaringan yang cukup di tenggorokan. Strain tertentu sudah kebal akan makrolid, tetrasiklin dan klindamisin.
2.1.9 Epidemiologi epidemiologi dari Staphylococcus aureus yang meliputi sumber penularan, alur penularan dan faktor resiko menghasilkan sistem pengendalian mastitis yang baik dengan agen penyakit Staphylococcus aureus di beberapa peternakan. Hal panting dari pengendalian Staphylococcus aureus adalah menyadari bahwa bakteri ini ditularkan dari sapi ke sapi selama proses pemerahan. Langkah higienis selama waktu
pemerahan menurunkan perpindahan bakteri dari sapi ke sapi yang berdampak penurunan intramammary infection (IMi) yang baru. Tetapi hanya dengan sistem higienis pemerahan saja tidak cukup balk untuk pengendalian penyakit ini. Dengan tambahan pengobatan pada waktu kering dan khususnya pengafkiran bagi yang terinfeksi kronis diperlukan untuk menurunkan IMI oleh Staphylococcus aureus. Pengetahuan yang detail tentang bakteri Staphylococcus aureus akan memberikan gambaran bahwa pemberantasan pada saat ini masih belum memungkinkan, khususnya adanya Staphylococcus aureus yang memproduksi beberapa faktor virulensi. Jadi investigasi dalam tingkat biologi molekuler harus dilakukan untuk pemecahan masalah mastitis. 2.1.10 Diagnosa Laboratorium Bahan Pemeriksaan : Bahan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dengan carasw abbing, atau langsung dari darah, pus, sputum, atau liquor serebrospinalis (Arif et al, 2000). B. Pemeriksaan Langsung : Biasanya kuman dapat terlihat jelas, terutama jika bahan pemeriksaan berasal dari pus sputum. Dari sediaan langsung kita tidak dapat membedakan apakah yang kita lihat tersebut Staphylococcus aureus atau Staphylococcus apidermidis. Pada sediaan langsung dari nanah, kuman terlihat tersusun tersendiri, berpasangan, bergerombol dan bahkan dapat tersusun seperti rantai pendek (Arif et al, 2000). C. Perbenihan : Bahan yang ditanam pada lempeng agar darah akan menghasilkan koloni yang khas setelah pengeraman selama 18 jam pada suhu 37°C, tetapi hemolisis dan pembentukan pigmen baru terlihat setelah beberapa hari dibiarkan pada suhu kamar. Jika bahan pemeriksaan mengandung bermacam– macam kuman, dapat dipakai suatu perbernihan yang mengandung NaCl 10%. Pada umumnya Stafilokokus yang berasal dari manusia tidak patogen terhadap hewan. Pada suatu perbenihan yang mengandung telurit, Stafilokokus koagulasi positif membentuk koloni yang berwarna hitam karena dapat mereduksi telurit (Arif et al, 2000). D. Tes Koagulasi : Ada 2 cara tes koagulasi yaitu cara slide test dan cara tube test. Pada slide test yang dicari ialah bound coagulase atau clumping factor. Cara ini tidak dianjurkan untuk pemeriksaan rutin, karena banyak factor yang dapat mempengaruhinya, antara lain diperlukan plasma manusia yang masih segar. Pemakaiannya terutama untuk pemeriksaan Stafilokokus dalam jumlah yang besar, misalnya untuk screening test. Pada tube test yang dicari ialah adanya koagulasi bebas dan cukup dipergunakan plasma kelinci. Hasilnya positif kuat jika tabung tes dibalik, gumpalan plasma tidak terlepas dan tetap melekat pada dinding tabung (Arif et al, 2000). E. Penentuan Tipe Bakteriofaga (lisotopi) : Cara ini penting untuk menetukan tipe Stafilokokus yang diasingkan dari lingkungan rumah sakit. Perlu diketahui bahwa 70-80% flora Stafilokokus di rumah sakit tahan terhadap penisilin. Selain itu, dengan lisotopi dapat pula ditentukan apakah suatu jenis berasal dari hewan atau dari manusia (Arif et al, 2000). F. Tes Kepekaan : Tes pengenceran mikro kaldu atau tes kepekaan lempeng difusi sebaiknya dilakukan secara rutin pada isolat stafilokokus dari infeksi yang bermakna secara klinik. Resistensi terhadap penisilin G dapat diperkirakan melalui tes positif untuk β-laktamase; kurang lebih 90% S aureus menghasilkan βlaktamase. Resistensi terhadap nafsilin (dan oksasilin san metisilin) terjadi pada 10-20% S aureus dan kurang lebih 75% isolat S epidermidis. Resisitensi nafsilin berkolerasi dengan adanyamecA, suatu gen yang menyandi protein terikat penisilin yang tidak dipengaruhi obat ini. Gen dapat dideteksi dengan menggunakan reaksi rantai polimerase, tetapi hal ini tidak berguna karena stafilokokus yang tumbuh pada agar Mueller-Hinton mengandung 4% NaCl dan 6µg/mL oksasilin yang secara khas merupakanme cA positif dan resisten oksasilin (Jawetz et al,1996).
2.1.11 Pengobatan
Sebagan besar orang memiliki stafilokokus pada kulit dan dan hidung atau tenggorokan. Biarpun kulit dapat dibersihkan dari stafilokokus (misalnya pada eksema), dengan cepat akan terjadi reinfeksi melalui droplet. Organisme patogen sering menyebar dari satu lesi (seperti furunkel) dan menyebar ke daerah kulit lainnya melalui jari dan pakaian. Oleh karenanya, antisepsis lokal yang cermat sangat penting untuk mengendalikan furunkulosis yang berulang. (Jawetz, 1995) Infeksi ganda yang berat pada kulit (jerawat, furunkulosis) paling sering terjadi pada para remaja. Infeksi kulit yang serupa terjadi pada penderita yang memperoleh kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama, menunjukkan peranan hormon dalam patogenesis infeksi kulit oleh stafilokokus. Pada jerawat, enzim lipase dari stafilokokus dan korinobakteria melepaskan asam-asam lemak dan menyebabkan iritasi jaringan. Tetrasiklin dipergunakan untuk pengobatan jangka panjang. (Jawetz, 1995 Abses dan lesi bernanah diobati dengan drainase, yaitu tindakan yang sangat penting, dan antimikroba. Banyak obat antimikroba memiliki efek terhadap stafilokokus in vitro. Namun, sangat sukar membasmi stafilokokus patogen pada
a. Treprococcus sp Terapi pilihan adalah penisilin, namun, bila tidak siap tersedia penisilin, sayatan kecil pada daerah yang terinfeksi akan menghilangkan dan bengkak dan rasa tak nyaman hingga bantuan medis yang cocok dapat dicari. Tidak ada kejadian resistensi penisilin yang dilaporkan hingga hari ini, meski sejak tahun 1985 sudah banyak laporan toleransi penisilin.[13] Makrolid, kloramfenikol, dan tetrasiklin bisa digunakan jika strain yang diisolasi nampak sensitif, namun lebih umum terjadi resistensi. 2.2.12 Pencegahan a. pendidikan kesehatan agar pekerja di peternakan berhati-hati untuk menghindari terjadinya luka atau lecet dan menghindari kontaminasi luka/ lecet tersebut dengan bakteri. b.Meningkatkan hygiene pribadi c. Penggunaan masker dan alat-alat pengaman yang lain bagi pekerja yang bekerja di peternakan. d. Vaksinasi e. Meningkatkan daya tahan tubuh.
2.2 Tinjauan Khusus staphylococcus 2.2.1 Kerangka operasional staphylococcus spesimen suap tenggorokan
Pewarnaan Gram BHI-B Inkubasi 370 C 24 jam
GC Agar base MSA NA kecil,sedang,keeping puti,kuning,keeping,smooth,
putih,smooth,0,8-1,0 mikron,berkelompol cukup subur,0,08- 1,0,berkelompok Inkubasi 370 C selama 24 jam inkubasi 370 C selama 24 jam Uji IMVIC Uji Biokimia (gula-gula)
SKEMA PEMERIKSAAN BAKTERI Streptococcus
spesimen suap tenggorokan media transport ( Carry blair) Pewarnaan Gram BHI-B Inkubasi 370 C 24 jam
Inkubasi 370 C selama 24 jam
2.2.1 Identifikasi staphylococcus sp dan streptococcus sp A. Media Pemupuk Spesimen ditanam pada media Escherichia coli broth, dimana media tersebut meningkatkan Escherichia coli. Setelah Diinkubasi 18 – 24 jam, ditanam pada media differensial dan selektif B. Media Differential dan Selektif
Untuk isolasi koloni staphylococcus dari bahan pemeriksaan tinja dari penderita enteritis (Soemarno,2000) GC Agar base : Blood Agar Plat : Koloni sedang, abu – abu, smooth, keeping, haemolytis atau anhaemolytis BAP : Koloni sedang, besar, smooth, keeping atau sedikit cembung an haemolytis dan antihaemolytis ukuran antara 0,8 – 1,0 MSA : Koloni sedang kuning, smooth, ukuran 0,8 – 1,0 mikron berkelompok NA : putih kuning keeping, smooth cukup subur ukuran antara 0,08 – 1,0 Tioglikolat : untuk staphylococcus an aerob TSB : merpakan media penyubur sebagai cadangan pemeriksaan Identifikasi streptococcus MSA : BAP : kecil,besar, putih kekuningan NA : kecil besar putih Agar dararah : hasil pertumbuhan pada agar darah adalah koloni bulat halus dengan diameter lebih kurang 1 mm, pinggiran rata dan dikelilingi koloni tanpak gelanggang zone Bening hemolitis total ( beta streptococcus ) Jernih kehijauan hemodigesti (alpa streptococcus ) Tidak berubah sama sekali ( gamma streptococcus ) Tioglikolat : bahan pemeriksaan ditanam pada perbenihan tersebut lalu di eramkan 370c selama satu malam. Unutk streptococcus (peptostreptococcus ) perbenihan agar dara dimasukan ke dalam anaerobic – jar dengan gas generating Kit atau ditanam tioglikolat
2.2.2 Uji biokimia staphylococcus sp dan streptococcus sp Triple Sugar Iron Agar (TSIA) Media ini terdiri dari 0,1% glukosa, 1 % sukrosa, 1 % laktosa. Ferri sulfat untuk mendeteksi produksi H2S, protein dan indicator phenol red. Staphylococcus sp dan streptococcus st bersifat alkali acid, alkali terbentuk karena adanya proses oksidasi dekarboksilasi protein membentuk amina yang bersifat alkali dengan adanya phenol red maka terbentuk warna merah, memfermentasi glukosa, sukrosa dan laktosa yang bersifat asam sehingga terbentuk warna kuning pada dasar dan lereng dan menghasilkan gas. Sulfur Indol Motility (SIM) Media SIM adalah perbenihan semi solid yang dapat digunakan untuk mengetahui pembentukan H2S, indol dan motility dari bakteri. Staphylococcus sp . Urea Bakteri tertentu menghidrolisis urea dan membentuk ammonia dengan terbentuknya warna merah karena adanya indicator phenol red, Metil Red Media ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari beberapa bakteri yang memproduksi asam sebagai hasil fermentasi dari glukosa dalam media ini, yang dapat ditunjukkan dengan penambahan indicator metal red. memproduksi asam kuat sehingga pada penambahan larutan metal red akan terbentuk warna merah. Voges proskauer
Bakteri tertentu dapat memproduksi acetyl methyl carbinol dari fermentasi glukosa yang data diketahui dengan penambahan larutan voges proskau.carbinol sehingga penanaman pada media ini memberikan hasil negatif. Fermentasi karbohidrat Media ini berfungsi untuk melihat kemampuan bakteri memfermentasikan jenis karbohidrat, jika terjadi fermentasi maka terlihat warna kuning karena perubahan pH menjadi asam.
BAB III METODE KERJA 3.1 Alat dan bahan - Objek Glass - Lampu Spritus - Deck Glass - Mikroskop - Ose - Tabung Reaksi - Nal - Pipet Tetes - Petridish - Nal - Autoclave 3.2 Bahan Suap tenggrokan HCG Agar base MSA ( manitol salt agar ) NA (Nutrien agar ) BAP (Blot agar plate ) Media gula-gula 3.3 Cara pengambilan sampel Pengambilan sampel dengan menggunakan suap kapas steril 3.4 Cara kerja pembiakan Hari pertama I Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan swab kapas steril. Lalu ditanam pada media perbenihan yaitu BHIB di inkubasi 370c selama satu malam Selanjutnya di lakukan pewarnaan gram dengan pembesaran objektif 100x Sampel ditanam pada media selektif yaitu MSA, BAP, NA,HCG Agar base
Hari II Kloni yang tumbuh pada media MSA, BAP, NA.HCG Agar base dibauat preparat kemudian dilakukan Kemudain dilakukan pewarnan gram pewarnan gram Mengamati preparat dengan menggunakan pembesaran lensa objektif 100X. Apabiala didapatkan cocus gram negative (+) unutk staphylococcus dan basil gram negative (-) untuk streptococcus maka dilanjutkan penanaman untuk biokimia , yaitu pada media gula – gula ditambah media TSIA, SC, SIM, MR, VP, Lya dan dilakukan uji sensitivitas. Media yang telah ditanam diinkubasi selama 370 C selama 24 jam.
Hari III
Media – media yang telah ditanami, diamati pertumbuhannya dan hasilnya dicatat. Hasil pengamatan media dan tes uji biokimia tersebut dibandingkan dengan sifat – sifat cultural dan table hasil uji biokimia untuk ditentukan diagnosanya.
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari hasil pengamtan pada praktikum yang dilakukan, tidak ditemukan adanya bakteri yang berbentuk coccus gram positif (+) basil gram positif ( - ) untuk streptococcus. Tapi ditemukan bakteri yang berbentuk basil atau batang gram positif dan coccus bentuknya bulat bergerombol tersebut dicurigai bakteri staphylococcus aureu. Karena pada media selektif dan uji biokimia menunjukkan ciri- cirri yang sama. 4.2 Saran Saran saya adalah didalam prakrtikum harus tertib dan apabila praktek mahasiswa diharuskan memakai handscun dan masker, apalagi kalau sedang mengidentifikasi sampel yang dicurigai banyak mengandung bakteri. Selain alat-alat yang digunakan dan tempat dilakukannya identifikasi bakteri, harus dalam keadaan steril dan bersih.
DAFTAR PUSTAKA • ^ Ryan KJ; Ray CG (editors) (2004). Sherris Medical Microbiology (edisi ke-4th ed.). McGraw Hill. ISBN 0-8385-8529-9. • ^ Lancefield RC (1928). "The antigenic complex of Streptococcus hemolyticus". J Exp Med 47: 9–10. http://www.jem.org/cgi/content/abstract/47/1/91. • ^ Lancefield RC, Dole VP (1946). "The properties of T antigen extracted from group A hemolytic streptococci".J Exp Med 84: 449–71. http://www.jem.org/cgi/content/abstract/84/5/449. Bagian Farmakologi FKUI. (2001). FARMAKOLOGI dan TERAPI (4 ed.). Jakarta: Gaya Baru. Jawetz, M. A. (1995). Mikrobiologi Kedokteran (20 ed.). (I. Setiawan, Ed., & R. M. Edi Nugroho, Trans.) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapiusn FK UI
B. Kuman Salmonella dan Shigella 1. Salmonella a. Taksonomi Kindom : Bakteria Filum: Proteobakteria Kelas: Gamma Proteobakteria Ordo: Enterobakteriales Famili: Enterobakteriakceae Genus: Salmonella Lignieres 1900 b. Fisiologi Kuman berbentuk batang, tidak berspora dan tidak bersimpai tetapi mempunyai flagel feritrik (fimbrae). Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, pada suhu 15 - 41oC (suhu pertumbuhan optimum 37oC) dan pH pertumbuhan 6–8. c. Morfologi koloni 1) Pada blood agar koloni besar, bentuk bulat, permukaan agak cembung, licin, jernih 2) Pada Mc Conkey, koloni tidak berwarna, tidak meragi laktosa 3) pada agar Wilson Blair koloni kuman berwarna hitam berkilat logam akibat pembentukan H2S d. Morfologi mikroskopik 1) gram negatif 2) batang pendek 3) susunan tidak teratur 2. Shigella a. Taksonomi Kingdom : Bacteria Phylum : Proteobacteria Class : Gammaproteobacteria Ordo : Enterobacteriales Family : Enterobacteriaceae Genus : Shigella Castellani & Chalmers 1919 b. Morfologi mikroskopis : 1) gram negatif 2) bentuk batang pendek 3) susunan tidak teratur 4) tidak berflagel, tidak berkapsul, tidak Berspora c. Morfologi makroskopis 1. Pada Mc Conkey agar,warna koloni tidak berwarna,tidak meragi laktosa kecuali Shigella sonnei 2. pada SS agar, koloni kecil dan halus, tidak Berwarna C. Media untuk Salmonella Shigella 1. Media Transport a. Carry and blair Media carry and blair adalah media transport Untuk kuman patogen usus(salmonella,shigella,vibrio,campylobacter). Semua spesimen tinja yg memerlukan waktu pengiriman lbh dari satu jam harus menggunakan media ini 2. Media Penyubur a. Selenit Media ini digunakan untuk mengadakan isolasi spesies Salmonella dari spesimen-spesimen seperti urin dan feses. Sodium selenit merupakan inhibator terhadap Eschericia coli dan beberapa spesies dari Shigella Media ini mengandung pepton dari daging, laktosa, sodium selenitte, dipotassium hydrogen phospatase, potassium dihidrogen phospatase, selenite menghambat pertumbuhan bakteri coliform enteric dan enterocccus,sebagian besar pada saat 6-12 jam pertama dari inkubasi. Salmonella, proteus, pseudomonas tidak dihambat. Adanya pertumbuhan pada media dapat dilihat warna media yang menjadi keruh. b. Gram Negative Broth ( GN Broth ) Media selektif gram negatif digunakan untuk pembiakan bakteri patogen saluran pencernaan ( salmonella spp dan shigella spp) dari spesimen faeces dan rectal swab. Larutan berisi beberapa bahan aktif termasuk natrium sitrat dan natrium deoksikolat yang menghambat pertumbuhan organisme gram positif dan mempercepat pertumbuhan bakteri gram negatif. Untuk mengoptimalkan selektfitas media, GN broth setelah diinkubasi 6-8 jam setelah penanaman pertama harus diisolasi ulang dan diinkubasikan kembali, apabila melewati waktu tersebut bakteri nonenterik patogen akan tumbuh melampaui patogen. 3. Media diferential a. Media Mac Conkey ( MC ) Media Mac Conkey adalah untuk menumbuhkan bermacam-macam kuman khususnya untuk kuman gram negatif basil seperti Salmonella, Shigella, Hidrocolera, E.Coli. 1) Kandungan media a) Pepton sebagai sumber nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri b) Laktosa sebagai sumber energi dan bahan karbohidrat c) Bile salt dan kristal violet sebagai penghambat tumbuhnya bakteri gram positif (+) d) NaCl sebagai pengatur keseimbangan tekanan osmosis pada media e) Neutral red sebagai indikator untuk mengetahui terbentuk tidaknya asam karena pemecahan karbohidrat f) agar sebagai bahan pemadat media dan tempat tumbuhnya mikroba atau bakteri 2) Komposisi a) Pepton 17 g b) polipepton 3 g c) Laktosa 10 g d) Garam empedu 1,5 g e) Natrium klorida 5 g, agar 13,5 g f) Neutral red 0,03 g g) Kristal violet 0,001 g h) Aquadest s.d. 1 liter i) pH 7,1 4. Media Selektif a. SS agar Salmomella shigella agar adalah media selektif untuk mengisolasi kuman Salmonella sp dan Shigella sp dari sampel feses,urin, dan makanan. Untuk khusus isolasi kuman shigella Media ini tidak disarankan karena beberapa strain shigella akan terhambat. 1) Media ini tersusun dari beberapa macam bahan yaitu : a) Campuran Ekstrak daging dan pepton menyediakan kebutuhan nitrogen b) Vitamin, mineral, dan asam amino diperlukan untuk pertumbuhan c) Campuran bile salt, sodium sitrat, dan brilliant green menghambat bakteri gram positif, sebagian besar bakteri coliform dan
pertumbuhan swarming Dari Proteus Sp.Sehingga kuman Salmonella sp dan Shigella sp dapat tumbuh dengan baik. d) Neutral red sebagai indikator e) Ferric citrate mendeteksi adanya H2S yang dihasilkan bakteri seperti Proteus dan beberapa strain dari Salmonella akan terbentuk koloni dengan titik hitam ditengah. 2) Pembuatan a) Komposisi ( g/l ) (1) Laktosa : 10,00 (2) Campuran bile salt : 8,50 (3) Natrium sitrat : 8,50 (4) Natrium thiosulfat : 8,50 (5) Ekstrak daging : 5,00 (6) Campuran pepton : 5,00 (7) Fe (III) citrate : 1,00 (8) Neutral red : 0,02 (9) Brilliant Green : 0,0003 (10) Agar-agar bakteri : 12,0 b) Prosedur pembuatan : (1) Larutkan 60 gram media dalam 1 liter air destilasi (2) Campur dengan baik sampai diperoleh campuran yang homogen. (3) Panaskan sampai mendidih satu menit, jangan diautoklaf. (4) Dinginkan sampai suhu 45-50 OC tuang ke dalam petri. (5) Simpan pada suhu 8-15oC dengan pH 7,0 ± 0,1. (6) Media akan berwarna merah muda – merah. 3) Karakteristik koloni yang tumbuh. Bakteri yang tidak meragi laktosa membentuk koloni yang bersih transparan dan tidak berwarna Bakteri koliform pertumbuhannya akan terhambat dengan membentuk koloni yang kecil, berwarna merah muda sampai merah. Bakteri Pertumbuhan Warna koloni Escherichia coli Dihambat - Enterobacter aerogenes Dihambat sebagian Cream-pink Salmonella enteridis Baik Tidak berwarna inti hitam Salmonella typhi Baik Tidak berwarna inti hitam Salmonella typhimurium Baik Tidak berwarna inti hitam Sgigella flexneri Baik Tidak berwarna Enterococcus faecalis Dihambat - b. Xylose Lysine Deoxycholate XLD adalah media selektif dan diferensial kuman enterobacteriaceae khususnya untuk salmonella sp dan shigella sp. Media XLD dapat dikombinasikan dengam media penyubur Gram Negative Enrichment broth untuk mendapatkan isolasi yang lebih baik. Pada pH ini kuman Salmonella menghasilkan H2S, H2S akan mereduksi tiosulfat dan besi dengan membentuk warna hitam pada koloni. Natrium deoksikolat akan menghambat bakteri Gram (+) dan bakteri gram (-) non enterik. Media ini direkomendasikan oleh United States Pharmacopeia XX (1980) 1) Komposisi a) xilosa 3,50 g b) lisin 50 g c) laktosa 7,50 g d) sukrosa 7,50 g e) natrium klorida 50 g f) yeast extract 3,0 g g) fenol red 0,08 g h) agar 13,50 g i) natrium deoksikolat 2,50 g j) natrium tiosulfat 6,80 g k) ferric ammonium citrate 0,80 g l) aquadest s.d. 1 liter m) pH 7,4 2) Karakteristik koloni Penampakan Koloni Mikroorganisme • Warna koloni seperti warna media (merah) • Semi transparan • Terkadang dengan inti hitam Salmonella • Oranye • sedikit keruh (opaque) Salmonella typhosa • Warna koloni seperti warna media • Transparan (merah) Shigella Providencia Pseudomonas • Kuning, transparan • Dikelilingi zona kuning • Inti hitam Proteus vulgaris Proteus mirabilis 5. Media uji biokimia a. KIA ( Klinger Iron Agar) 1) Untuk menguji adanya: a) H2S b) Fermentasi karbohidrat c) Gas b. SIM ( Sulfit Indol Motility ) 1) Digunakan untuk uji a) H2S b) Indol c) Motilitas bakteri c. Urea Untuk menguji fermentasi urea d. Citrat Digunakan untuk mengetahui apakah bakteri menggunakan citrat sebagau sumber karbon atau tidak. e. MR / VP 1) MR Untuk mengetahui adanya pembentukan asam 2) VP Untuk menguji adanya acetoin f. PAD Digunakan untuk menguji adanya phenyl piruvat g. Media gula-gula Untuk mengetahui adanya fermentasi berbagai macam jenis karbohidrat. Posted in: media-reagen Make Money at : http://bit.ly/adflywin Make Money at : http://bit.ly/adflywin Make Money at : http://bit.ly/adflywin Make Money at : http://bit.ly/adflywin
http://kuuiposaranghada.blogspot.com/2011/04/media-untuk-salmonella-sp-dan-shigella.html