Analisis Tegangan Tembus Pada Minyak Transformator Lama Dan Baru Menggunakan Tiga Jenis Elektroda Prof.Dr.Ir.Iwa Garniwa M.K,M.T1, Eko Triswantoro2 Departemen Teknik Elektro, Universitas Indonesia, Depok 16424 Tel: (021) 78888805. Fax: (021) 78885656 Email:
[email protected],2
[email protected]
Abstrak Isolasi merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dengan peralatan tegangan tinggi. Transformator merupakan alat yang berperan besar dalam penyaluran tenaga listrik. Dalam hal ini minyak transformator berfungsi sebagai pemisah atau isolasi antara kumparan dengan peralatan yang berada di sekitarnya. Namun tingginya beban akan mengakibatkan pemanasan pada transformator yang dapat menyebabkan terdegradasinya minyak isolasi transformator dimana berakibat pada meningkatnya potensi terjadinya tegangan tembus. Oleh sebab itu minyak isolasi memerlukan uji tegangan tembus yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar ia mampu menahan tegangan tinggi sampai mengalami kegagalan. Pengujian yang dilakukan adalah dengan membuat simulasi tegangan tembus menggunakan tiga jenis elektroda, elektroda runcing-runcing, kotak-kotak dan bola-bola serta menggunakan variasi temperatur dengan menggunakan minyak isolasi baru dan minyak isolasi lama. Selain itu pengujian tegangan tembus juga membuat variasi jarak antar elektroda dengan jarak 3 mm, 5 mm, dan 7 mm. Setelah dilakukan pengujian diperoleh hasil bahwa dengan bertambahnya temperatur pada minyak isolasi maka tegangan tembus yang terjadi semakin menurun. Jenis elektroda runcing-runcing mempunyai tegangan tembus yang paling rendah, dan semakin jauh jarak antar elektroda maka tegangan tembus juga semakin besar. Minyak isolasi yang baru mempunyai tegangan tembus yang lebih besar dibanding dengan minyak isolasi lama. Analysis of Breakdown Voltage in Old and New Transformer Oil with Three Types of Electrode Insulation is a very important and cannot be separated by high voltage equipment . The transformer is a tool that plays a major role in the distribution of electric power. In this case the function of transformer oil as a separator between the coil with the equipment located in the transformer. However, the high load on the transformer will result in heating which can lead to degradation of insulating oil which results in increased potential for breakdown voltage. Therefore insulating oil require breakdown voltage test to find how much it is able to hold high voltages until fail. Testing is done by making simulated breakdown voltage using three types of electrodes , sharps, boxes and balls as well as the use of temperature variation using the new insulating oil and old insulation oil. Besides testing the breakdown voltage also make variations of the distance between the electrodes with a distance of 3 mm , 5 mm , and 7 mm.
Analisis teganga..., Eko Triswantoro, FT UI, 2014
After testing the results showed that with increasing temperature the insulating oil breakdown voltage occurs is decreased. Sharps type of electrode has the lowest breakdown voltage, and the greater the distance between the electrodes the breakdown voltage also increases. New insulating oil has a breakdown voltage greater compared with the old insulating oil. Keywords :
Oil insulation , temperature , insulation degradation , breakdown voltage, electrode shape, electrode gap
Pendahuluan Isolasi merupakan hal yang paling penting dan tidak dapat dipisahkan pada peralatan tegangan tinggi. Isolasi ini berfungsi untuk memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang bertegangan, sehingga tidak akan terjadi lompatan listrik atau percikan antara penghantar tersebut. Dalam hal ini minyak trafo merupakan isolasi yang membatasi antara lilitan dengan tangki transformator. Selain digunakan sebagai isolasi, minyak trafo juga berfungsi sebagai media pendingin dan juga menghantarkan panas yang terjadi pada inti dan lilitan ke medium di sekitarnya. Dalam kondisi kerjanya transformator mengalirkan arus yang tinggi pada setiap lilitannya, dan besarnya arus berbanding lurus dengan beban. Semakin besar beban maka arus yang mengalir pada lilitan juga semakin besar. Ketika arus melalui sebuah hambatan maka akan timbul panas akibat disipasi dari energi, dan panas tersebut berbanding lurus dengan kuadrat arus. Pemanasan pada lilitan transformator sebagai akibat tingginya beban akan mempengaruhi temperatur pada isolasi minyak trafo. Padahal minyak trafo sendiri berfungsi sebagai media pendingin, namun dengan adanya pemanasan yang berlangsung secara berkesinambungan pada transformator akan menjadikan fungsi pendinginan menjadi kurang maksimal. Tingginya temperatur pada transformator akan menyebabkan terdegradasinya isolasi minyak, dimana berakibat pada meningkatnya potensi terjadinya tegangan tembus. Tegangan tembus merupakan level tegangan yang mampu membuat suatu bahan isolasi menjadi gagal atau rusak, dan ditunjukkan dengan terjadinya lompatan listrik atau percikan antar penghantar yang dibatasi oleh bahan isolasi tersebut. Oleh sebab itulah suatu minyak isolasi memerlukan uji tegangan tembus yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar ia mampu menahan tegangan tinggi sampai mengalami kegagalan.
Analisis teganga..., Eko Triswantoro, FT UI, 2014
Hipotesis dan Identifikasi Masalah Dalam skripsi ini, penelitian yang dilakukan adalah mengenai pengujian untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari perubahan temperatur minyak isolasi, perbedaan umur minyak isolasi (minyak isolasi baru dan lama), bentuk elektroda (bola, kotak, dan runcing), dan jarak antar elektroda terhadap tegangan tembus. Pada bagian inti besi dalam transformator tidak semuanya memiliki permukaan yang halus, namun sebenarnya juga ada bagian yang tidak rata yang berupa benjolan-benjolan. Dari benjolan tersebut ada yang berbentuk runcing, kotak, dan juga bola. Dengan adanya benjolan tersebut membuat persebaran muatan yang melalui suatu penghantar menjadi tidak sama, karena muatan listrik akan terpusat pada bagian yang berbentuk tajam. Oleh karena itu perlu adanya kajian mengenai hal tersebut, bagaimana pengaruh benjolan tersebut yang disimulasikan dengan beberapa bentuk elektroda, yaitu runcing, kotak, dan bola terhadap terjadinya tegangan tembus. Tingginya temperatur pada transformator akan menyebabkan terdegradasinya isolasi minyak, dimana berakibat pada meningkatnya potensi terjadinya tegangan tembus. Minyak isolasi yang terkena panas secara terus menerus fraksi molekul di dalamnya akan mengalami dekomposisi atau perubahan susunan. Tegangan tembus merupakan level tegangan yang mampu membuat suatu bahan isolasi menjadi gagal atau rusak, dan ditunjukkan dengan terjadinya lompatan listrik atau percikan antar penghantar yang dibatasi oleh bahan isolasi tersebut. Oleh sebab itulah suatu minyak isolasi memerlukan uji tegangan tembus yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar ia mampu menahan tegangan tinggi sampai mengalami kegagalan.
Metode Pengujian Untuk dapat menyelesaikan penelitian ini maka penulis menerapkan beberapa metode studi, diantaranya : 1. Metode Studi Literatur Studi literatur mengenai transformator, karakteristik minyak isolasi cair pada transformator, dan tegangan tembus. 2. Metode Pengujian Yaitu dengan melakukan pengujian tegangan tembus pada Laboratorium Tegangan Tinggi Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Analisis teganga..., Eko Triswantoro, FT UI, 2014
Peralatan Pengujian 1. 1 buah Transformer Penguji 100kV/10kVA (TEO 100/10) 2. 3 buah Connecting Rod (V) 3. 2 buah Connecting Cup (K) 4. 2 buah Floor Pedestal (F) 5. 1 buah Support Insulator (IS) 6. 1 buah bejana pengujian 7. 1 buah Earthing / Grounding Switch (ES) 8. 1 buah Measuring Capacitor 100kV, 100pF (CM) 9. 1 buah Electrode (EL) 10. 2 buah Elektrode tipe bola 11. Instumen Pengukuran Digital (DMI 551) 12. 2 sampel isolator zat cair (minyak isolasi baru dan lama) 13. Sepasang elektroda tipe runcing-runcing, bola-bola, dan kotak-kotak 14. 1 buah pemanas (heater) 15. 1 buah thermometer
Rangkaian Pengujian
Gambar 1. Rangkaian pengujian
Analisis teganga..., Eko Triswantoro, FT UI, 2014
Gambar 2. Foto rangkaian pengujian
Gambar 3. Elektroda uji (runcing-runcing, bola-bola, dan kotak-kotak)
Analisis teganga..., Eko Triswantoro, FT UI, 2014
Gambar 4. Sampel minyak isolasi baru
Gambar 5. Sampel minyak isolasi lama
Analisis teganga..., Eko Triswantoro, FT UI, 2014
Prosedur Pengujian dan Pengambilan Data a. Percobaan tegangan tembus pada minyak isolasi menggunakan variasi temperatur
Mulai
Ambil sampel minyak isolasi baru
Panaskan minyak isolasi hingga temperatur 70ᵒC
Pasang elektroda dan tuangkan minyak isolasi pada bejana uji
Susun rangkaian pengujian
Hidupkan alat pengujian lalu naikkan tegangan hingga terjadi tegangan tembus
Catat nilai tegangan tembus pada DMI
Panaskan minyak isolasi ++20ᵒC dari suhu pengujian sebelumnya
Matikan alat pengujian
Apakah temperatur minyak isolasi pengujian = 100ᵒC ?
Tidak
Ambil minyak isolasi
Tidak
Ganti dengan sampel minyak isolasi lama
Ya
Apakah sampel minyak sudah menggunakan minyak isolasi lama ?
Ya Selesai
Gambar 6. Diagram alir pengujian tegangan tembus dengan variasi temperatur
Analisis teganga..., Eko Triswantoro, FT UI, 2014
b. Percobaan tegangan tembus pada minyak isolasi menggunakan variasi jarak antar elektroda
Mulai
Ambil minyak isolasi baru
Pasang elektroda dengan jarak antar elektroda 3 mm pada bejana uji
Susun rangkaian pengujian
Hidupkan alat pengujian lalu naikkan tegangan hingga terjadi tegangan tembus
Catat nilai tegangan tembus pada DMI
Perlebar jarak antar elektroda ++2mm dari pengujian sebelumnya
Matikan alat pengujian
Apakah jarak antar elektroda pengujian = 7 mm ?
Tidak
Ambil minyak isolasi
Tidak
Ganti dengan sampel minyak isolasi lama
Ya
Apakah sampel minyak sudah menggunakan minyak isolasi lama ?
Ya Selesai
Gambar 7. Diagram alir pengujian tegangan tembus dengan variasi jarak
Analisis teganga..., Eko Triswantoro, FT UI, 2014
Pengujian tegangan tembus ini dilakukan di Laboratorium Tegangan Tinggi, Departemen Teknik Elektro, Universitas Indonesia. Prosedur pengujian tegangan tembus ini langkah awal yang dilakukan adalah menyusun rangkaian uji seperti pada gambar 1 sebelumnya. Karena yang diinginkan adalah pengaruh temperatur, maka sebelum dilakukan uji tegangan tembus minyak isolasi yang baru terlebih dahulu dipanaskan menggunakan heater. Selanjutnya minyak isolasi di ukur menggunakan termometer hingga temperatur yang diinginkan tercapai. Dalam pengujian ini variasi temperatur minyak isolasi yang diberikan adalah 70oC, 85oC, dan 100oC.
Gambar 8. Pengkondisian temperatur minyak isolasi
Sebelum minyak isolasi dimasukkan ke dalam bejana uji, terlebih dahulu elektroda di pasang pada bejana uji dengan jarak antar elektroda 3 mm. Pada pengujian ini menggunakan tiga buah elektroda, yaitu berbentuk runcing-runcing, bola-bola dan kotak-kotak Setelah elektroda sudah terpasang pada bejana uji, kemudian minyak yang telah dipanaskan dituangkan kedalam bejana uji lalu beri tegangan tinggi pada rangkaian percobaan hingga isolasi minyak tersebut mengalami kegagalan. Apabila pengukuran tegangan tembus telah dilakukan pada masing-masing elektroda dengan temperatur yang telah ditentukan sebelumnya maka tahap berikutnya adalah mengganti sampel minyak isolasi baru dengan sampel minyak isolasi lama (telah dipakai selama 6 bulan). Sesudah diganti dengan minyak isolasi lama maka lakukan kembali tahapan pengujian tegangan tembus sama seperti yang telah dilakukan di atas.
Analisis teganga..., Eko Triswantoro, FT UI, 2014
Prosedur terakhir adalah melakukan pengujian tegangan tembus menggunakan variasi jarak antar elektroda. Pada tahap ini minyak tidak perlu dipanaskan, namun pemasangan elektroda pada bejana uji diberi jarak 3 mm, 5 mm dan 7 mm. Kemudian tuangkan minyak isolasi baru kedalam bejana uji dan beri tegangan tinggi pada rangkaian pengujian hingga mengalami kegagalan. Pengujian tegangan tembus dilakukan untuk masing-masing jarak yang telah ditentukan sebelumnya. Ganti minyak isolasi baru dengan minyak isolasi yang lama, kemudian lakukan kembali pengujian tegangan tembus seperti yang telah dilakukan di atas.
Analisis Pengaruh Temperatur Terhadap Tegangan Tembus Minyak Transformator Berikut ini merupakan hasil pengujian tegangan tembus dengan memberikan variasi suhu, yaitu 70oC, 85oC, dan 100oC. Disamping variasi suhu juga digunakan tiga pasang elektroda yang berbentuk runcing-runcing, kotak-kotak dan bola-bola untuk menguji tegangan tembus minyak transformator. Minyak transformator yang digunakan adalah Shell Diala B yang dibagi menjadi dua macam sampel, yaitu dengan menggunakan minyak baru dan minyak lama (minyak yang telah dipakai selama enam bulan). Tabel 1. Tabel tegangan tembus menggunakan minyak lama Jenis elektroda
Tegangan tembus (kV) o
70 C
85oC
100oC
Runcing-runcing
8,722
8,4
8
Kotak-kotak
9,6
9,2
8,6
Bola-bola
11,252
10,6
9,4
Tabel 2 Tabel tegangan tembus menggunakan minyak baru Jenis elektroda
Tegangan tembus (kV) o
70 C
85oC
100oC
Runcing-runcing
9,6
9,2
8,632
Kotak-kotak
11,6
11,233
10,513
Bola-bola
13,35
12,742
11,027
Analisis teganga..., Eko Triswantoro, FT UI, 2014
a. Pengujian Tegangan Tembus Menggunakan Tiga Jenis Elektroda Dengan Minyak Isolasi Lama
Tegangan Tembus (kV)
Grafik Tegangan Tembus vs Temperatur Dengan Elektroda Kotak, Runcing dan Bola 12 11
Runcing
10
Kotak
9
Bola
8 7 55
70
85 Temperatur
100
115
(oC)
Gambar 9. Grafik tegangan tembus vs temperatur menggunakan elektroda runcing-runcing, kotak-kotak dan bola-bola Resistivitas merupakan kemampuan suatu bahan untuk menghambat arus listrik. Dengan adanya penurunan nilai tegangan tembus untuk tiap kenaikan suhu, maka dapat dikatakan bahwa resistivitas minyak isolasi mengalami penurunan. Resistivitas yang semakin rendah disebabkan oleh rusaknya molekul-molekul yang ada pada minyak isolasi ketika mengalami pemanasan. Sedangkan konduktivitas atau kemampuan hantar listrik suatu bahan merupakan kebalikan dari resistivitas. Oleh karena itu kemampuan hantar listrik dari minyak isolasi menjadi naik, sehingga akan menghantarkan listrik dari elektroda satu ke elektroda lainnya melewati minyak isolasi tersebut. b. Pengujian Tegangan Tembus Menggunakan Tiga Jenis Elektroda Dengan Minyak Isolasi Baru
Tegangan Tembus (kV)
Grafik Tegangan Tembus vs Temperatur Dengan Elektroda Kotak, Runcing dan Bola 14 13 12 11 10 9 8 7
Runcing Kotak Bola
55
70
85
100
115
Temperatur (oC)
Gambar 10. Grafik tegangan tembus vs temperatur menggunakan elektroda runcing-runcing, kotak-kotak dan bola-bola
Analisis teganga..., Eko Triswantoro, FT UI, 2014
Beradasarkan Gambar 10, grafik tegangan tembus mengalami penurunan pada setiap kenaikan temperatur yang diberikan pada pengujian tegangan tembus menggunakan minyak transformator baru. Hal yang serupa juga terdapat pada pengujian tegangan tembus menggunakan minyak tranformator lama seperti ditunjukkan Gambar 9 sebelumnya. Namun jika dilihat dari kedua pengujian tegangan tembus, yang membedakan adalah nilai tegangan tembus dengan menggunakan minyak isolasi baru lebih besar dibandingkan dengan pengujian tegangan tembus menggunakan minyak isolasi lama.
Analisis Pengaruh Jarak Antar Elektroda Terhadap Tegangan Tembus Minyak Transformator Berikut ini merupakan hasil pengujian tegangan tembus dengan memberikan variasi jarak antar elektroda, yaitu 3 mm, 5mm, dan 7mm serta menjaga suhu minyak isolasi pada temperatur 26oC. Disamping variasi jarak antar elektroda juga digunakan tiga pasang elektroda yang berbentuk runcing-runcing, kotak-kotak dan bola-bola untuk menguji tegangan tembus minyak transformator. Minyak transformator yang digunakan adalah Shell Diala B yang dibagi menjadi dua jenis sampel, yaitu dengan menggunakan minyak baru dan minyak lama (minyak yang telah dipakai selama enam bulan). Adapun hasil dari pengujian tegangan tembus pada minyak transformator adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Tabel tegangan tembus dengan variasi jarak menggunakan minyak lama Jenis elektroda
Tegangan tembus (kV) 3 mm
5 mm
7 mm
Runcing-runcing
2,122
2,852
3,35
Kotak-kotak
2,904
3,24
3,9
Bola-bola
3,445
3,776
4,4
Tabel 4. Tabel tegangan tembus dengan variasi jarak menggunakan minyak baru Jenis elektroda
Tegangan tembus (kV) 3 mm
5 mm
7 mm
Runcing-runcing
2,6
3,122
3,6
Kotak-kotak
3,024
3,784
4,2
Bola-bola
4,024
4,626
5,03
Analisis teganga..., Eko Triswantoro, FT UI, 2014
Tegangan Tembus (kV)
Grafik Tegangan Tembus vs Jarak Dengan Elektroda Kotak, Runcing dan Bola 5,1 4,5 3,9 3,3 2,7 2,1 1,5
Runcing Kotak Bola
1
3
5
7
9
Jarak Antar Elektroda (mm)
Gambar 11. Grafik tegangan tembus vs jarak antar elektroda menggunakan elektroda runcing-runcing, kotak-kotak dan bola-bola Berdasarkan Gambar 11, ketiga kurva pengujian tegangan tembus menggunakan tiga jenis elektroda pada minyak isolasi lama menunjukkan bahwa dengan bertambahnya jarak antar elektroda maka tegangan tembus yang terjadi juga semakin besar.
Tabel 5. Hubungan tegangan tembus dengan ketiga jenis elektroda pada minyak isolasi lama Jenis elektroda
Runcing-runcing
Kotak-kotak
Bola-bola
Jarak antar
Tegangan
elektroda (mm)
tembus (kV)
3
2,122
1,51.d 0,307
5
2,852
1,74.d 0,307
7
3,35
1,82.d 0,307
3
2,904
2,21.d 0,249
5
3,24
2.d 0,249
7
3,9
2,39.d 0,249
3
3,445
2,6.d 0,238
5
3,776
2,57.d 0,238
7
4,4
2,76.d 0,238
(A.dn)
Analisis teganga..., Eko Triswantoro, FT UI, 2014
Tabel 6. Hubungan tegangan tembus dengan ketiga jenis elektroda pada minyak isolasi baru Jenis elektroda
Runcing-runcing
Kotak-kotak
Bola-bola
Jarak antar
Tegangan
elektroda (mm)
tembus (kV)
3
2,6
1,975.d 0,25
5
3,122
2,08.d 0,25
7
3,6
2,18.d 0,25
3
3,024
2,18.d 0,294
5
3,784
2,35.d 0,294
7
4,2
2,37.d 0,438
3
4,024
3,04.d 0276
5
4,626
3,055.d 0276
7
5,03
3,083.d 0276
(A.dn)
Dari tabel 5 dan 6 dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya jarak antar elektroda juga akan bertambah besar nilai konstanta A. Hasil dari tabel tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan nilai konstanta A dan n untuk jenis elektroda yang berbeda. Hal ini dimungkinkan karena pengaruh dari permukaan tiap elektroda, dimana banyaknya elektron yang dilepaskan oleh masing-masing jenis elektroda juga berbeda. Jika elektroda memiliki bagian permukaan tidak rata, maka persebaran muatan pada permukaan juga menjadi tidak rata. Muatan akan cenderung terpusat pada bagian yang runcing. Dengan demikian jenis elektroda runcing-runcing akan mengalami lompatan elektron lebih cepat daripada jenis lainnya. Karena pada elektroda jenis kotak-kotak dan bola-bola muatan elektron akan memenuhi seluruh permukaan elektroda terlebih dahulu baru dapat mengalami lompatan elektron. Namun demikian, elektroda bola-bola yang paling lama mengalami lompatan elektron karena tidak memiliki permukaan runcing sama sekali, berbeda dengan elektroda kotak-kotak yang mempunyai ujung runcing pada sudut-sudutnya.
Analisis teganga..., Eko Triswantoro, FT UI, 2014
Tegangan Tembus (kV)
Grafik Tegangan Tembus vs Jarak Dengan Elektroda Kotak, Runcing dan Bola 5,5 5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5
Runcing Kotak Bola 1
3
5
7
9
Jarak Antar Elektroda (mm)
Gambar 12. Grafik tegangan tembus vs jarak antar elektroda menggunakan elektroda runcing-runcing, kotak-kotak dan bola-bola Dari Gambar 12, grafik hasil pengujian tegangan tembus pada minyak isolasi baru juga sama dengan pengujian menggunakan minyak isolasi lama, yaitu seiring bertambahnya jarak antar elektroda maka nilai tegangan tembus juga semakin besar. Pada pengujian tegangan tembus yang dilakukan, menggunakan dua buah elektroda yang terpisah dengan bahan dielektrik cair yaitu minyak transformator. Salah satu karakteristik yang harus dimiliki suatu minyak isolasi adalah faktor kebocoran dielektrik yang rendah. Suatu dielektrik tidak mempunyai elektron-elektron bebas, melainkan elektron yang terikat pada inti atom unsur yang membentuk dielektrik tersebut. Pemberian tegangan pada elektroda pada pengujian tegangan tembus akan menimbulkan medan listrik di dalam dielektrik. Medan listrik inilah yang memberi gaya pada elektron-elektron agar terlepas ikatannya sehingga menjadi elektron bebas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa medan listrik menekan bahan dielektrik dalam hal ini minyak transformator agar berubah menjadi konduktor. Apabila dielektrik melampaui batas kekuatannya, maka minyak isolasi akan mengalami kegagalan dan terjadilah tegangan tembus.
Analisis teganga..., Eko Triswantoro, FT UI, 2014
Kesimpulan 1. Berhasil melakukan simulasi pengujian tegangan tembus dengan menggunakan minyak isolasi lama dan minyak isolasi baru dengan menggunakan tiga jenis elektroda. 2. Semakin tinggi temperatur yang diberikan pada minyak transformator, yaitu 70oC, 85oC, dan 100oC menghasilkan nilai tegangan tembus yang semakin rendah. Dengan menggunakan tiga jenis elektroda dan minyak isolasi lama, elektroda jenis runcing-runcing secara berturut-turut tegangan tembusnya
8,722 kV, 8,4 kV, dan 8 kV. Elektroda jenis
kotak-kotak secara berturut-turut tegangan tembusnya 9,6 kV 9,2 kV, dan 8,6 kV. Serta untuk elektroda jenis bola-bola secara berturut-turut tegangan tembusnya 11,252 kV, 10,6 kV, dan 9,4 kV. Sedangkan dengan menggunakan minyak isolasi baru tegangan tembus untuk elektroda jenis runcing-runcing 9,6 kV, 9,2 kV, dan 8,632 kV. Elektroda jenis kotakkotak tegangan tembusnya secara berturut-turut 11,6 kV,
11,233 kV, dan 10,513 kV.
Serta untuk elektroda jenis bola-bola secara berturut-turut tegangan tembusnya 13,35 kV, 12,742 kV, dan 11,027 kV. 3. Semakin jauh jarak antar elektroda yang diberikan, yaitu 3 mm, 5 mm, dan 7 mm menyebabkan semakin bertambahnya nilai tegangan tembus minyak transformator. Pada minyak isolasi lama untuk elektroda runcing-runcing secara berturut-turut tegangan tembusnya 2,122 kV, 2,852 kV, dan 3,35 kV. Untuk elektroda jenis kotak-kotak secara berturut-turut 2,904 kV, 3,24 kV, dan
3,9 kV. Untuk elektroda jenis bola-bola secara
berturut-turut tegangan tembusnya 3,445 kV, 3,776 kV, dan 4,4 kV. Pada minyak isolasi baru tegangan tembus untuk elektroda runcing-runcing secara berturut-turut 2,6 kV, 3,122 kV, dan 3,6 kV. Untuk elektroda jenis kotak-kotak secara berturut-turut tegangan tembusnya 3,024 kV, 3,784 kV, dan 4,2 kV. Sedangkan untuk elektroda jenis bola-bola secara berturut-turut tegangan tembusnya 4,024 kV, 4,626 kV, dan 5,03 kV. 4. Tegangan tembus akan lebih cepat terjadi pada elektroda yang mempunyai bentuk tajam yaitu elektroda jenis runcing-runcing. Elektroda jenis kotak-kotak lebih cepat mengalami tegangan tembus daripada elektroda jenis bola yang tidak memiliki sudut pada pemukaannya. 5. Pengujian tegangan tembus dari masing-masing elektroda yaitu jenis runcing-runcing, kotak-kotak, dan bola-bola nilai tegangan tembus pada minyak isolasi baru mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak isolasi lama.
Analisis teganga..., Eko Triswantoro, FT UI, 2014
6. Didapatkan hubungan antara konstanta A dengan jenis minyak isolasi lama dan minyak isolasi baru, nilai A lebih besar pada minyak isolasi baru daripada minyak isolasi lama. Selain itu nilai konstanta A tertinggi ada pada elektroda bola-bola dengan sebesar 2,76 dengan menggunakan minyak isolasi lama dan sebesar 3,083 dengan menggunakan minyak isolasi baru.
Daftar Referensi Fritz, Simamora J. (2011). Analisis Pengaruh Kenaikan Temperatur Dan Umur Minyak Transformator Terhadap Degradasi Tegangan Tembus Minyak Transformator. Depok: Universitas Indonesia. Kohtoh, Masanori et al. (2010). (IEEE) Transformer Insulating Oil Changes Observed Using Accelerated Degradation in Consideration of Field Transformer. Yokohama: Tokyo Electric Power Company. Plueksawan, W et al. (2007). (IEEE) Partial Discharges Pattern Analysis in Cyndrical Insulators Models of Transformer. Bangkok: Kasetsart University. Sayogi, Hanung. (2010). Analisis Mekanisme Kegagalan Isolasi Pada Minyak Trafo Menggunakan Elektroda Berpolaritas Berbeda Pada Jarum-Bidang. Semarang: Universitas Diponegoro. Syazwani M, Noor et al. (2012). (IEEE) Breakdown Voltage Characteristic Of Biodegradable Oil Under Various Gap Of Quasi-Uniform Electrode Configuration. Malaysia: University sains Malaysia. Yilmaz, H , Guler, S. (1996). The Effect of Electrode Shape, Gap and Moisture on Dielectric Breakdown of Transformer Oil. Turkey: Department of Physics, Science Faculty , University of Ege. Wibowo, Wahyu Kunto. (2008). Analisis Karakteristik Breakdown Voltage Pada Dielekrtrik Minyak Shell Diala B Pada Suhu 30oC-130oC. Semarang: Universitas Diponegoro. http://lumbanrajateddy.wordpress.com/2012/03/07/transformator http://www. Bagian-Bagian Trafo Tenaga - IlmuListrik.com Malik, N.H., Al-Arainy, A.A, and Qureshi, M.I., Electrical Insulation in Power Systems, Marcel Dekker, Inc., New York, 1998. Arismunandar, A. (1983). Teknik Tegangan Tinggi Suplemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Analisis teganga..., Eko Triswantoro, FT UI, 2014