ANALISIS SOSIAL EKONOMI CALON PETANI PERLUASAN SAWAH DI KABUPATEN TULANG BAWANG, PROVINSI LAMPUNG Ahmad Thoriq1), Desi Yunita2), Budi Sutrisno 2), Nur Syamsiyah3) Staf Pengajar Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran 2) Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran 3) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
[email protected]
1)
ABSTRACT Socio-economic is one of the factors that determines the feasibility of wetland expansion. Survey of socio-economic characteristics of prospective farmers is done on prospective location of rice field extension in Tulang Bawang district spread in six villages in four subdistricts. Data collection was conducted using questionnaires, and deepened with Focus Group Discussion (FGD) approaches, in-depth interviews, and field observations. The results showed that the age of prospective farmers was below 50 years old (77.02%), elementary school 31.36%, junior high 27.62% and high school 27.35%, mostly farmers (83.95%), Land of 2 hectares per farmer, and most willing to paddy (96,80%). Economically, wetland expansion program can improve farmer's welfare because the location candidate is not economically utilized swamp land, while social factor that hamper rice expansion program is land ownership conflict as happened in Andalas Village Cermin Subdistrict Rawa Pitu. Keywords: Prospective Farmers, Rice Fields, Tulang Bawang, Lampung ABSTRAK Sosial ekonomi merupakan salah satu faktor yang menetukan kelayakan perluasan sawah. Survei karakteristik sosial ekonomi calon petani dilakukan pada calon lokasi perluasan sawah di Kabupaten Tulang Bawang yang tersebar di enam Desa pada empat Kecamatan. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuisoner, dan diperdalam dengan pendekatan Focus Group Discussion (FGD), wawancara mendalam, serta observasi lapang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia calon petani mayoritas dibawah 50 tahun (77,02%), berpendidikan SD 31,36%, SMP 27,62 % dan SMU 27,35 %, sebagian besar berprofesi sebagai petani (83,95%), penguasaan lahan 2 hektar setiap petani, dan sebagian besar bersedia bersawah (96,80%). Secara ekonomi, program perluasan sawah dapat meningkatkan kesejahtraan petani karena calon lokasi merupakan lahan rawa yang tidak dimanfaatkan secara ekonomi, sedangkan faktor sosial yang menghambat program perluasan sawah adalah konflik kepemilikan lahan seperti yang terjadi di Desa Andalas Cermin Kecamatan Rawa Pitu. Kata Kunci : Calon Petani, Perlusan Sawah, Tulang Bawang, Lampung
karena beras merupakan makanan pokok
PENDAHULUAN Saat ini pemerintah lebih berfokus pada
komoditi
padi
untuk
utama rakyat Indonesia. Permasalahannya
mencapai
sebesar 40% luas sawah berada di Pulau
ketahanan pangan nasional, hal ini wajar
Jawa dan dalam 10 tahun terakhir luas 19
panen padi berfluktuatif dan cenderung
peningkatan PDRB lapangan usaha non
menurun setiap tahun (BPS 2016), hal ini
pertanian akan menurunkan luas lahan
disebabkan karena proses alih fungsi lahan
pertanian
sawah menjadi pabrik atau perumahan.
peningkatan
Padahal jumlah penduduk Indonesia setiap
pertanian akan meningkatkan luas lahan.
tahun
Sementara itu, kepadatan penduduk dan
terus
bertambah
dengan
laju
di
Indonesia. PDRB
lapangan
persentase
(BPS 2016). Faktor lain sebagai penyebab
berpengaruh signifikan terhadap luas lahan
penurunan produksi pangan adalah faktor
pertanian di Indonesia.
pemanasan
global,
penguasaan
miskin
usaha
pertumbuhan penduduk 1.38% pertahun
iklim yang tidak menentu sebagai akibat
penduduk
Sebaliknya,
tidak
Dengan berbagai permasalahan yang
lahan
ada dalam upaya menambah luas lahan
pertanian per kapita semakin sempit, dan
sawah, pada akhir tahun 2015 realisasi
minimnya infrastruktur pertanian.
perluasan sawah mencapai 18.789 hektar
Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya
penurunan
hasil
dan pada tahun 2016 realisasi kegiatan
pertanian dan untuk memenuhi kebutuhan
perluasan sawah mencapai 129.096 hektar
pangan
dari target seluas 130 867 hektar (98,65
adalah
pertanian.
produksi
dari target seluas 23.000 hektar (81,96%)
melalui
Menurut
ekstensifikasi
Suswono
(2012)
%).
Tidak terpenuhinya target 100%
potensi lahan yang dapat dikembangkan
disebabkan beberapa faktor kendala antara
untuk dijadikan sawah baru mencapai 7,31
lain : 1) Hasil Survei Investigasi dan
juta hektar namun dalam pengembangan
Desain (SID) yang dijadikan acuan untuk
lahan
beberapa
pelaksanaan konstruksi cetak sawah masih
permasalahan diantaranya lahan berada
kurang akurat, 2) Penetapan Calon Petani
dikawasan
Calon Lokasi (CP/CL) belum sepenuhnya
potensial
terdapat
hutan
sehingga
harus
dialihfungsikan menjadi areal penggunaan
mengikuti ketentuan dalam
lain,
HGU,
teknis, sehingga masih ada beberapa lokasi
ketersediaan sumber air, aspek lingkungan,
mengalami kesulitan dalam memperoleh
masalah political wil,
sumber air, 3) Penyelesaian pengerjaan
lahan
berada
dikawasan
dan faktor sosial.
Menurut Pramono (2015) faktor-faktor
fisik
yang memengaruhi luas lahan pertanian di
kurangnya ketersediaan alat berat, sulitnya
Indonesia adalah panjang jalan, Produk
mobilisisasi alat berat ke lokasi, terutama
Domestik
(PDRB)
lokasi yang terletak di daerah kepulauan,
lapangan usaha pertanian, dan PDRB
faktor terjadinya banjir, serta beberapa
lapangan
lokasi yang mempunyai vegetasi sangat
Penambahan
Regional
usaha
Bruto
non
panjang
pertanian. jalan
dan
terlambat,
hal
ini
pedoman
dikarenakan
berat, 4) Sawah yang sudah selesai dicetak 20
tidak
bisa
segera
ditanami,
hal
ini
(hidrologi), 2) kesesuaian lahan dan 3)
disebabkan antara lain kondisi lokasi yang
sosial ekonomi.
terkena banjir, kebiasaan petani yang tidak
dilakukan setelah calon lokasi dinyatakan
mau
layak secara hidrologi dan kesesuaian
melakuknan
kebiasaan
pertanaman
musim
tanam
di
diluar wilayah
Survei sosial ekonomi
lahan.
setempat, 5) Masih ada beberapa lokasi
Faktor sosial ekonomi merupakan
yang terdapat tumpukan sisa land clearing
salah satu faktor yang sangat penting
dan
sawah
dalam menentukan keberhasilan program
2016).
cetak sawah terutama terkait dengan
masih
berada
(Kementerian
di
lokasi
Pertanian,
Permasalahan lain yang menjadi kendala
budaya,
perilaku,
perluasan sawah antara lain : (1) belum
kerja,
tersedianya data penyebaran lahan yang
manfaat ekonomi. Penelitian ini bertujuan
potensial skala operasional (1:25.000-
melakukan analisis sosial ekonomi calon
1:50.000); (2) status kepemilikan lahan
petani perluasan sawah di Kabupaten
baik sebagai tanah adat maupun tanah
Tulang Bawang, Provinsi Lampung.
daya
ketersediaan
dukung
tenaga
masyarakat
dan
negara atau kepemilikan lainnya; (3) ketersediaan penduduk
di
air
irigasi;
wilayah
(4)
jumlah
potensial,
METODELOGI PENELITIAN
dan
Subjek penelitian ini adalah 1401
sebagainya (Muslim, 2014)
calon petani yang tersebar di 5 Desa yang
Kegiatan perluasan sawah secara
terletak di 4 Kecamatan di Kabupaten
teknis dimulai dari identifikasi calon petani
Tulang
Bawang.
Pemilihan
lokasi
dan calon lokasi, survei/investigasi dan
didasarkan pada calon lokasi yang layak
desain (SID), penetapan lokasi, desain
secara potensi pengairan dan kesesuaian
calon lokasi, konstruksi/ cetak sawah dan
lahan sesuai dengan Pedoman Teknis
bantuan saprotan untuk pemanfaatan lahan
Survei dan Investigasi Calon Petani-Calon
sawah baru (Direktorat Perluasan dan
Lokasi dan Pemetaan Desain Perluasan
Perlindungan Lahan, 2016). Pelaksanaan
Sawah Tahun 2016.
survei investigasi calon petani calon lokasi
Pengumpulan data lapang dilakukan
(SI-CPCL) mengacu pada Pedoman Teknis
pada bulan Juli sampai September 2016
Survei dan Investigasi Calon Petani-Calon
dengan
Lokasi (SI-CPCL) dan Pemetaan Desain
diperdalam
Perluasan Sawah Tahun 2016, kelayakan
Group Discussion
(FGD), wawancara
calon lokasi berdasarkan pedoman teknis
mendalam,
observasi
SI-CPCL terbagi dalam 3 (tiga) kategori
kondisi sosial, ekonomi, budaya,
kelayakan yaitu : 1) potensi pengairan
lingkungan lokasi studi. 21
menggunakan dengan
serta
kuisoner,
pendekatan
dan Focus
terhadap serta
Secara umum pengumpulan data
sektor
pertanian.
Adapun
luas lahan
lapang diawali dengan koordinasi kepada
pertanian baik lahan sawah maupun bukan
ketua
sawah dapat dilihat pada Tabel 1.
Gabungan
kelompok
tani
(Gapoktan), selanjutnya ditentukan jadwal FGD,
dan
pengisian
kuisioner
Tabel 1. Luas Lahan Pertanian di Kabupaten Tulang Bawang Pertanian Pertanian Nama Bukan No Sawah Kecamatan Sawah (hektar) (hektar) 1 Gedung 8.356 11.600 Meneng 2 Penawar Aji 8.548 940 3 Rawajitu 8.670 664 Selatan 4 Rawa Pitu 6.724 1.494 Jumlah (hektar) 32.298 14.698
yang
umumnya dilakukan pada malam hari karena sebagian besar pemilik lahan pada pagi sampai sore bekerja sebagai petani atau profesi lain. Untuk mengumpulkan data sosial ekonomi, enumerator menginap beberapa hari di lokasi /desa pemukiman pemilik lahan. Untuk mamastikan data dengan benar, enumerator juga diwajibkan
Sumber : diolah dari BPS (2016)
Data
mengecek secara langsung kondisi calon
survey
juga
menunjukkan
lokasi. Setiap kelompok tani berkumpul di
bahwa lahan-lahan yang diajukan sebagai
kantor desa atau rumah tempat tim
sawah baru tersebut juga tergolong sebagai
enumerator
lahan yang tidak terlalu berjauhan dengan
menginap,
dilakukan
penjelasan mengenai syarat dan prosedur
pasokan
proses
infrastruktur yang perlu dilakukan hanya
percetakan
sawah
baru
dan
air,
sehingga
pembangunan
berupa pintu air saluran irigasi kecil.
bagaimana teknik pengisian kuisioner. Data yang telah terkumpul dianalisis secara
Penduduk usia kerja pada calon
statistik deskriptif berupa jumlah dan
loaksi di Kabupaten Tulang Bawang terdiri
persentase.
dari 189.682 jiwa dan jumlah penduduk bukan angkatan kerja mencapai 110.768
HASIL DAN PEMBAHASAN
jiwa. Dari keseluruhan jumlah penduduk
Karakteristik Sosial Ekonomi Calon
usia
Petani di Kabupaten Tulang Bawang
merupakan
kerja,
jumlah
penduduk
pengangguran
yang
mencapai
Upaya menambah luasan sawah baru
10.033 jiwa. Sebagian besar penduduk usia
dengan program pencetakan sawah baru
kerja menggantungkan pekerjaan pada
dapat menjadi suatu pengharapan baru bagi
sektor pertanian sebesar 97.599 jiwa (BPS,
masyarakat
2016). Adapun jumlah penduduk di setiap
untuk
meningkatkan
perekonomiannya. Sejauh ini calon lokasi
Kecamatan
di Kabupaten Tulang Bawang diketahui
kegiatan SI- CPCL dapat dilihat pada
menjadi
Tabel 2.
salah
mengandalkan
satu
desa
perekonomiannya
yang pada 22
yang
diobservasi
untuk
Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tulang Bawang Jumlah penduduk Kecamatan
dapat berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan
Laju Pertum buhan (%)
2010
2014
2015
37.024
39.543
40.085
13,71
30.756
32.273
32.715
13,70
15.883
20.015
20.289
13,69
16.988 18.522 100.65 110.35 Jumlah 1 3 Sumber : diolah dari BPS (2016)
18.775 111.86 4
13,66
Gedung Meneng Rawajitu Selatan Rawa Pitu
Program perluasan sawah diharapkan
petani
dan
penyerapan
tenaga kerja disektor pertanian, khususnya pada calon lokasi perlusan sawah. Menurut BPS (2017) usia produktif berada pada
Penawar Aji
rentang antara 15 – 64 tahun. Usia produktif
tersebut
selanjutnya
dibagi
menjadi dua yaitu pada rentang usia 15 –
100
49 tahun termasuk pada kategori sangat produktif dan rentang usia 50 – 64 tahun masuk pada kategori produktif. Struktur umur petani di Kabupaten Tulang Bawang dapat
dilihat
pada
Tabel
3.
Tabel 3. Struktur umur calon petani di Kabupaten Tulang Bawang UMUR Total NO DESA KECAMATAN (%) 15-49 50-64 >=65 1 Gunung Tapa Gedung Meneng 17,20 7,57 0,71 25,48 2 Gedung Jaya Gedung Meneng 8,71 4,93 0,64 14,28 3 Panggung Mulya Rawa Pitu 34,83 0,00 0,00 34,83 4 Suka Makmur Penawar Aji 13,56 5,57 3,00 22,13 5 Karya Jitu Mukti Rawa Jitu Selatan 2,71 0,50 0,07 3,28 77,02 18,56 4,43 100,00 Pada Tabel 3 terlihat bahwa sebanyak 77,02%
petani
di
kabupaten
program perluasan sawah, namun harus
Tulang
ditunjang
dengan
pendidikan
dan
Bawang termasuk pada kategori sangat
pengalaman berusaha tani. Secara umum
produktif, 18,56 % petani masuk kategori
pendidikan dan pengalaman akan menjadi
produktif dan sebnyak 4,43 % masuk pada
pembeda secara personal dalam mengatasi
kategori tidak produktif. Struktur umur
pmasalah atau melakukan inovasi usaha
calon petani di Kabupaten Tulang Bawang
tani padi. Struktur pendidikan formal calon
tersebut tentunya menjadi indikasi positif
petani dapat dilihat pada Tabel 4.
No 1 2
Tabel 4. Struktur pendidikan formal calon petani di Kabupaten Tulang Bawang Tingkat Pendidikan Desa Kecamatan TD SD SMP SMU PT Gunung Tapa Gedung Jaya
Gedung Meneng Gedung Meneng
8,03 0,00
23
7,21 3,13
5,03 4,15
4,01 6,33
0,00 0,00
Total (%) 24,29 13,61
3 4 5
Panggung Mulya Suka Makmur Karya Jitu Mukti
Rawa Pitu Penawar Aji Rawa Jitu Selatan
Berdasarkan Tabel 4 tersebut terlihat bahwa
persebaran
tingkat
0,00 0,00 0,00
9,39 10,48 1,16
12,24 5,37 0,82
11,56 4,56 0,88
0,00 0,68 0,27
37,89 21,09 3,13
8,03
31,36
27,62
27,35
0,95
100,00
kecenderungan
pendidikan
dalam
menghadapi
kelangkaan sumberdaya dalam bidang
formal calon petani menyebar merata pada
pertanian,
tingkat SD sampai SMU. Calon petani
mengandalkan
yang berpendidikan SD sampai SMU
keluarga. Oleh karena itu, rumah tangga
secara
yang memiliki cukup anggota keluarga,
berturut-turut
sebesar
31,36%,
27,62% dan 27,35%.
petani
mempengaruh
tenaga
lebih
sering
kerja
dalam
lebih ringan dalam menjalankan usahatani.
Selain umur dan pendidikan, faktor personal
petani
yang
juga
keberhasilan
Jumlah anggota keluarga dalam rumah
akan
tangga calon petani dapat dilihat pada
program
Tabel 5.
perluasan sawah adalah jumlah tanggungan anggota
keluarga
petani.
Ada
Tabel 5. Jumlah anggota keluarga dalam rumah tangga calon petani No
Desa
Kecamatan
1 2 3 4 5
Gunung Tapa Gedung Jaya Panggung Mulya Suka Makmur Karya Jitu Mukti Jumlah (%)
Gedung Meneng Gedung Meneng Rawa Pitu Penawar Aji Rawa Jitu Selatan
Tabel
5
menunjukkan
Jumlah Anggota Keluarga (orang) 1-3 4-7 8 - 11 21,56 3,93 0,00 10,92 3,35 0,00 29,98 4,85 0,00 9,85 12,06 0,21 1,07 2,21 0,00 79,38 48,41 27,21
Total (%) 25,48 14,28 34,83 22,13 3,28 100,00
bahwa
program cetak sawah yang terjadi di
sebanyak 79,38 % petani di Kabupaten
Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung
Tulang Bawang memiliki jumlah anggota
terkendala karena faktor kelangkaan tenaga
keluarga
dan
kerja. Luasnya lahan yang dicetak tidak
sebanyak 48,41 % petani memiliki anggota
diimbangi dengan asupan tenaga kerja
keluarga sebanyak 4-7 orang. Hal ini
misalnya melalui program transmigrasi.
sebanyak
1-3
orang,
tentunya calon petani harus mengandalkan
Sudah
menjadi
problem
klasik
buruh tani atau anggota kelompok dalam
bahwa tenaga kerja disektor pertanian
usaha tani padi terutama pada fase
semakin tua dan langka, sebagian besar
pekerjaan yang membutuhkan banyak
anak muda di pedesaan lebih memilih
tenaga kerja seperti pada waktu tanam dan
migrasi ke perkotaan untuk bekerja di
panen.
sektor industri atau lainnya. Umur yang
Berdasarkan informasi
lapang, 24
tua identik dengan rendahnya produktivitas
bagi pertanian mereka, sebagian besar
usahatani
mereka
padi,
sehingga
mendorong
lebih
terbiasa
sebagian dari mereka untuk mengganti
palawija,
komoditas padi dengan tanaman keras
tanaman lain dengan perawatan yang
(kayu) yang minim perawatan.
minim.
Salah
satu
upaya
mengatasi
tanaman
mengusahakan
perkebunan
atau
Minimnya sarana dan prasarana
serta keterbatasan pengetahuan menjadikan
kelangkaan tenaga kerja disektor pertanian
kegiatan
adalah
setelah kegiatan lain (Direktorat Perluasan
melalui
penerapan
mekanisasi
bersawah
adalah
pertanian dan diperlukan program yang
dan
digagas dengan melibatkan pemerintah dan
Diperlukan
perguruan tinggi. Program yang disusun
pendampingan
harus dapat menarik minat anak muda
mengubah
untuk terjun dibidang pertanian, misalnya
sebelumnya palawija, kebun, ladang atau
melalui lomba wirausaha muda mandiri
talun menjadi berbudaya padi sawah. Hal
berbasis pertanian.
ini karena, jika budaya padinya tidak
Salah satu faktor sosial ekonomi yang
tidak
upaya secara
2013).
edukasi
dan
kontinyu
dalam
petani
yang
kebiasaan
tumbuh dan tidak ditumbuhkan, maka sawah yang dicetak tidak akan berlanjut.
menentukan keberhasilan program cetak
Artinya, lambat laun akan segera kembali
sawah adalah budaya atau kebiasaan petani
menjadi ladang atau kebun.
dalam usaha tani padi.
pekerjaan calon petani di Kabupaten
diluar
pulau
penting
Lahan,
dalam
petani
kalah
Perlindungan
sampingan
Sebagian besar Jawa,
kegiatan
Tulang bawang berdasarkan Kecamatan
menanam padi bukan merupakan budaya
No 1 2 3 4 5
Struktur
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Struktur pekerjaan calon petani berdasarkan Kecamatan Pekerjaan Desa Kecamatan Petani Wiraswasta PNS Lainnya Gunung Tapa Gedung Meneng 24,29 0,00 0,00 0,00 Gedung Jaya Gedung Meneng 12,11 0,48 0,00 1,02 Panggung Mulya Rawa Pitu 33,20 0,00 0,00 0,00 Suka Makmur Penawar Aji 11,50 4,63 0,61 4,35 Karya Jitu Mukti Rawa Jitu Selatan 2,86 0,00 0,27 0,00 Jumlah (%) 83,95 5,10 0,88 5,37 Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa
Total (%) 24,29 13,61 37,89 21,09 3,13 100,00
keberhasilan dan keberlanjutan program
dominasi pekerjaan calon petani adalah
cetak
sebagai petani sebanyak 83,95 %. Hal ini
lapang, calon lokasi perluasan sawah di
merupakan
Kabupaten Tulang Bawang berada di
indikasi
positif
bagi 25
sawah.
Berdasarkan pengamatan
daerah transmigrasi, yang memang sudah
tidak akan memaksakan kepada pemilik
sejak lama melakukan usaha tani padi
lahan untuk mencetak lahannya menjadi
sawah. Program perluasan sawah yang
sawah. Namun sebagian besar petani
dicanangkan
akan
bersedia lahannya untuk dicetak seperti
peningkatan
dapat dilihat pada Tabel 7. Menurut Suandi
kesejahteraan petani dan berimlikasi pada
et al (2013) sikap petani terhadap program
penguatan ketahana pangan.
pencetakan sawah baru cenderung positif
Kesediaan Calon Petani Untuk Dicetak
yang artinya
Lahannya
adanya program pencetakan sawah baru
berkontribusi
pemenrintah terhadap
Kesediaan calon petani untuk dicetak
petani
sangat
karena program ini sangat membantu petani
lahannya merupakan hak personal calon
dalam
petani selaku pemilik lahan. Pemerintah
pemanfaatan lahan tidur petani.
N o 1 2 3 4 5
menerima
perluasan
lahan
petani
dan
Tabel 7. Kesediaan calon petani untuk dicetak lahannya Kesediaan Bersawah Tota Desa Kecamatan Alasan Bersedi Tida l (%) a k Gunung Tapa Gedung Meneng 100 0 100 Menambah penghasilan Gedung Jaya Gedung Meneng 84 16 100 Kebun sawit produktif Panggung Rawa Pitu 100 0 100 Menambah Mulya penghasilan Suka Makmur Penawar Aji 100 0 100 Menambah penghasilan Karya Jitu Rawa Jitu 100 0 100 Menambah Mukti Selatan penghasilan Rata-rata (%) 96,8 3,2 100 Berdasarkan Tabel 7. terilhat bahwa
dengan sumber air yaitu sungai Pidada dan
sebanyak 96,80 % calon petani bersedia
sungai
Tulang
lahannya untuk dijadikan sawah baru
bersebelahan dengan sungai, calon lokasi
sedangkan sebanyak 3,20% calon petani
dibatasi
tidak bersedia lahannya dijadikan sawah
meminimalisasi potensi banjir.
dengan
Bawang.
tanggul
Meskipun
untuk
baru. Calon petani yang lahannya tidak
Mengacu pada standar kelayakan
bersedia untuk dicetak disebabkan karena
yang tercantum pada Pedum SI-CPCL
lahan calon lokasi merupakan kebun sawit
2016 bahwa “status kepemilikan tanah
yang
Berdasarkan
jelas, misalnya : tanah milik atau tanah
pengamatan, sebagian besar calon lokasi
rakyat (marga) atau tanah negara yang
merupakan lahan tidur yang tidak produktif
diizinkan untuk digarap oleh petani”
namun
sehingga diperlukan penelusuran status
masih
produktif.
keberadaannya
bersebelahan 26
kepilikan lahan yang dimiliki calon petani.
calon
Berdasarkan hasil survei, sebagian besar
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 8.
No
Desa
1
Gunung Tapa
2
Gedung Jaya
lokasi
memiliki
sertifikat
Tabel 8. Status Kepemilikan Lahan Status Kepemilikan Lahan Jumlah Sertifikat Surat Kecamatan Dalam Keterangan Responden Bersertifikat (Orang) Proses Tanah (SDP) (SKT) Gedung 71,99 28,01 0,00 357 Meneng Gedung 100,00 0,00 0,00 200 Meneng Rawa Pitu 100,00 0,00 0,00 488
3
Panggung Mulya 4 Suka Penawar Aji Makmur 5 Karya Jitu Rawa Jitu Mukti Selatan Jumlah Sertifikasi lahan (%)
24,84
46,45
28,71
310
100,00
0,00
0,00
46
76,23
17,42
6,35
1401
Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa
percepatan penyusunan dan penetapan
sebanyak 76,23% lahan memiliki sertifikat
Perda
dan hanya 6,35 % calon lokasi yang tidak
koperasi, 5) pembentukan badan usaha dan
bersertifikat terutama yang terletak di Desa
kemitraan
Sukamakmur Kecamatan Penawar Aji.
penghentian
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan
juga
diketahui
RDTR,
4)
peningkatan
dengan
peran
perbankan,
perpanjangan
6) ijin
pemanfaatan ruang di lahan peruntukan
bahwa
pertanian,
7)
sosialisasi
pengendalian
masyarakat sangat antusias menyambut
pemanfaatan ruang sesuai RTRW, 8)
program perluasan sawah. Antusiasme
pengembangan pelatihan sektor pertanian,
tersebut dapat dilihat dari komitmen calon
9)
petani untuk tidak melakukan alih fungsi
peruntukan
ruang
lahan
mencegah
dan
sawah
peruntukkkan (2016),
baru lain.
strategi
tersebut Menurut
menjadi Karenina
perlindungan
penetapan
NJOP
sesuai
RTRW, menindak
arahan
serta
10)
terjadinya
pelanggaran.
lahan
Jika dilihat dari faktor kepemilikan
pertanian pangan berkelanjutan yaitu 1)
lahan,
pengembangan sistem informasi spatial
memiliki lahan 2 hektar hal ini karena
untuk lahan potensi sawah irigasi,
2)
calon lokasi merupakan areal kawasan
pangan
daerah transmigrasi namun sudah sejak
penetapan
lahan
pertanian
berkelanjutan pada rencana tata ruang, 3)
setiap
calon
petani
lama tidak dimanfaatkan. Menurut 27
minimal
Sosilowati dan Maulana (2012) luas lahan
infrastruktur utama dalam usaha tani padi
usahatani yang diperlukan untuk mencapai
seperti ketersediaan air (jaringan irigasi)
BEP usahatani padi adalah 0,51 hektar.
dan jalan usaha tani.
Luasan lahan yang dibutuhkan per rumah tangga
tani
padi
untuk
memperoleh
Respon Masyarakat Sekitar Terhadap
pendapatan setara atau diatas Garis Batas
Rencana Kegiatan Perluasan Sawah dan
Kemiskinan minimal seluas 0,65 hektar.
Dampak
Sosial
Ekonomi
Perluasan
Sawah Berdasarkan hasil wawancara yang
Kondisi Sosial dan Ekonomi Yang Berpotensi
Menjadi
telah dilakukan dapat diketahui bahwa
Kendala
masyarakat non penerima program sangat
Kesuksesan Program Perluasan Sawah Faktor yang memungkinkan untuk
antusias
terhadap
rencana
program
dapat menjadi kendala bagi kesuksesan
perluasan sawah baru ini. Karena adanya
program perluasan sawah di Kabupaten
program pencetakan sawah baru ini dapat
Tulang Bawang adalah konflik sosial
membuka peluang bagi masyarakat yang
sengketa lahan. Secara umum sengketa
tidak memiliki lahan untuk dapat bekerja
lahan terjadi antara penduduk pribumi
di sawah-sawah baru tersebut, sehingga
dengan pendatang seperti halnya yang
adanya rencana program ini tentu saja juga
terjadi di Desa Andalas Cermin Kecamatan
menjadi peluang bagi masyarakat yang
Rawa Pitu. Dahulu pendatang membeli
tidak memiliki lahan untuk memperoleh
lahan membeli lahan kepada pribumi dan
tambahan pendapatan melalui bekerja di
saat ini sebagian lahan telah bersertifikat,
sawah-sawah baru tersebut.
namun warga pribumi merasa tidak pernah
Selanjutnya,
dampak
ikutan
menjual lahan miliknya tersebut dan
(multiflier effect) yang juga akan muncul
menurut mereka lahan tersebut merupakan
dari adanya program pencetakan sawah
lahan nenek moyang mereka. Terjadinya
baru ini juga akan memberikan dampak
klaim ganda tersebut menyebabkan calon
pada semakin berkembangnya calon lokasi
lokasi dinyatakan tidak layak secara social
di Kabupaten Tulang Bawang ini secara
ekonomi.
sosial. Adanya program pencetakan sawah
Faktor lain yang dapat menghambat
baru ini tentu saja akan menjadikan calon
kesuksesan perluasan sawah di Kabupaten
lokasi sebagai salah satu desa lumbung
Tulang Bawang adalah faktor politis
padi yang minimal akan menjadi penjaga
kepentingan
stabilitas
kelompok
berusaha
mengambil
program
perluasan
tertentu
yang
keuntungan
dari
Kabupaten Tulang Bawang dan sekitarnya.
minimnya
Adanya program pencetakan sawah ini
sawah,
28
pasokan
beras
diwilayah
juga akan mendorong terbukanya akses
gabah
dari dan menuju calon lokasi sehingga hal
dilakukan pengeringan maka akan susut
tersebut
pada
menjadi 6,7 ton gabah kering giling.
semakin berkembangnya kondisi sosial dan
Dengan harga jual yang ditetapkan oleh
ekonomi masyarakat. Belum lagi jika
pemerintah sebesar Rp 3.700 maka akan
program pencetakan sawah baru ini diikuti
diperoleh hasil Rp 24.790.000. Dengan
oleh pembangunan infrastruktur yang akan
hasil sebesar itu perbulannya maka dapat
menunjang perkembangan pertanian padi,
dilihat bahwa program pencetakan sawah
tentunya akan juga mendorong terjadinya
baru ini secara pasti telah mendorong
pembangunan
terjadinya peningkatan pendapatan pada
juga
akan
berdampak
sosial
dan
ekonomi
masyarakat.
kering
masyarakat.
Salah satu sektor yang akan ikut menerima
manfaat
berkembangnya
dari
pertanian
Hal
dimana
ini
tentunya
setelah
sangat
menguntungkan bagi calon petani karena
semakin
calon lokasi yang dijadikan sawah baru
ini
merupakan lahan tidur yang sudah lama
diantaranya adalah sektor peternakan. Baik
tidak dimanfaatkan. Menurut Widiatmaka
itu ternak besar berupa sapi, kambing dan
(2013) hasil analisis kesesuaian lahan
lainnya,
sektor
secara ekonomi menunjukkan bahwa baik
perikanan darat. Hal ini dapat terjadi
pada lahan kelas S2 maupun kelas S3,
karena adanya pencetakan sawah baru ini
pengusahaan
juga
terjadinya
menguntungkan, ditunjukkan oleh nilai-
peningkatan kelimpahan akan pakan bagi
nilai gross margin maupun rasio B/C-nya.
ternak besar dan unggas. Sedangkan pada
Namun
perikanan darat juga akan terbuka peluang
menunjukkan bahwa keuntungan dapat
untuk memanfaatkan lahan sawah setelah
lebih tinggi jika lahan dapat ditingkatkan
panen untuk menjadi peternakan ikan. Dari
sesuai
situ
adanya
potensialnya, dari S3 menjadi S2 dan dari
pencetakan sawah baru ini juga akan
S2 menjadi S1. Ditekankan pentingnya
mendorong
pengelolaan lahan yang bersifat spesifik
ternak
akan
dapat
sawah
panen,
unggas,
serta
mendorong
dillihat
semakin
bahwa
bertumbuhnya
alternatif pendapatan bagi masyarakat yang tentunya
akan
mendorong
tanaman
demikian
dengan
padi
masih
perhitungan
kesesuaian
lahan
lokasi sesuai dengan faktor pembatasnya.
semakin
meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
KESIMPULAN
Secara khusus untuk menganalisa
Calon lokasi perluasan sawah di
hasil usaha padi sawah beberapa sumber
Kabupaten Tulang Bawang mengandalkan
menunjukkan bahwa dalam satu hektar
perekonomiannya pada sektor pertanian
lahan sawah dapat menghasilkan 8 ton
dimana 29
luas
lahan
pertanian
sawah
mencapai
32.298
hektar
dan
Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan. 2016. Pedoman Teknis Survey dan Investigasi Calon Petani Calon Lokasi Dan Pemetaan Desain Perluasan Sawah Tahun 2016. Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian. Kementerian Pertanian. 2016. Laporan Tahunan Kementerian Pertanian Tahun 2016. Jakarta: Kementerian Pertanian. Jakarta Karenina, A. 2016. “Strategi Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Tangerang” (Tesis). Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Muslim, C. 2014. “Pengembangan Lahan Sawah (Sawah Bukaan Baru) Dan Kendala Pengelolaannya Dalam Pencapaian Target Surplus 10 Juta Ton Beras Tahun 2014” (Jurnal SEPA Vol 10 No.2 Hal 257 – 267). Solo: Universitas Sebelas Maret. Pramono, C.A. 2015. “Analisis FaktorFaktor Yang Memengaruhi Luas Lahan Pertanian Di Indonesia” (Skripsi). Bogor: Fakultas Ekonomi Dan Manajemen , Institut Pertanian Bogor. Suandi, Siata, R., dan Sardi, I. 2013. “Sikap Petani Terhadap Program Pencetakan Sawah Baru di Kelurahan Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur” (Jurnal Sosio Ekonomika Bisnis Vol 16 No. 2 Hal 45–52). Malang: Universitas Brawijaya. Susilowati, S.H. dan M. Maulana. 2012. “Luas Lahan Usahatani Dan Kesejahteraan Petani : Eksistensi Petani Gurem Dan Urgensi Kebijakan Reforma Agrarian” (Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. Vol 10 No 1 Hal 17-30). Jakarta: Kementerian Pertanian. Suswono. 2012. “Penyediaan Lahan Pangan. Jakarta Food Security” Summit 7-10 Februari 2012.
lahan
pertanian non sawah mencapai 14.698 hektar. Usia calon petani mayoritas dibawah 50 tahun (77,02%),
berpendidikan SD
31,36%, SMP 27,62 % dan SMU 27,35 %, sebagian besar berprofesi sebagai petani (83,95%), sebanyak 79,38 % petani di Kabupaten
Tulang
Bawang
memiliki
jumlah anggota keluarga sebanyak 1-3 orang, penguasaan lahan 2 hektar setiap petani,
dan
sebagian
besar
bersedia
bersawah (96,80%). Secara ekonomi, program perluasan sawah dapat meningkatkan kesejahtraan petani karena calon lokasi merupakan lahan rawa yang tidak dimanfaatkan secara ekonomi, sedangkan faktor sosial yang menghambat program perluasan sawah adalah konflik kepemilikan lahan seperti yang terjadi di Desa Andalas Cermin Kecamatan Rawa Pitu. Masyarakat non penerima program sangat antusias terhadap rencana program perluasan sawah baru yang berpotensi membuka lapangan pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Kabupaten Tulang Bawang dalam Angka 2016. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang. Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan. 2013. Cetak Sawah Indonesia. Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian. 30
Widiatmaka. 2013. “Kesesuaian lahan fisik dan ekonomi untuk padi sawah: studi kasus wilayah perencanaan Kota Terpadu Mandiri Rawapitu, Provinsi Lampung” (Jurnal Globe Vol 15 No 1 Hal 86 – 92).Jakarta: Badan Informasi Geospasial.
www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/ 895 Diunduh pada 24 Mei 2017 https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/vie w/id/1268 Diunduh pada 25 Mei 2017
31