Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
AKIBAT POLA PEMANGKASAN TERHADAP KUALITAS DAN RENDEMEN KOPI ARABIKA (COFFEA ARABICA L.)
Mulyono1), Hairunnas2), Kaslil3) 1)
Universitas Gajah Putih, Aceh Penyuluh Pertanian Kabupaten Aceh Tengah
2),3)
ABSTRAK Pemangkasan terhadap tanaman kopi dapat mengatur sinar matahari yang menyinari tanaman kopi sehingga kualitas dan rendemen kopi dapat diperbaiki, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola pemangkasan terhadap kualitas dan rendemen kopi Arabika (Coffea arabika L.), Penelitian ini dilaksanakan pada kebun petani, sebagai sampel penelitian digunakan beberapa Kampung di Kabupaten Aceh Tengah yaitu kebun kopi di kampung Toweren Uken, Toweren Antara,Pedemun, One one, Tamidelem, Bebesen dan Simpang Empat Bebesen. Penelitin ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola non faktor yaitu factor pemangkasan yang terdiri dari tanpa pemangsan (P0), pemnagkasan ringan (P1) dan pemangkasan berat (P2). Parameter yang diamati adalah persentase biji normal, persentase biji bulat, persentase biji gajah, persentase biji segitiga, persentase biji kosong berat buah merah, berat green bean, persentase serangan hama BPKo dan rendemen. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pola pemangksan berpengaruh sangat nyata terhadap berat buah merah, berat green bean, persentase biji normal, persentase biji bulat, persentase biji kosong sedangkan persentase biji segitiga tidak berpengaruh nyata. Kata kunci : Pemangkasan, kualitas, rendemen, kopi Arabika.
pertama dibangun pada tahun 1924 (di daerah Paya Tumpi) setelah jalan Bireun – Takengon selesai dibangun pada tahun 1913.Perluasan kopi arabika sangat lambat karena lokasi yang terisolasi dan mahalnya ongkos angkutan (Mawardi et al, 2008). Kopi arabika jika dibudidayakan secara baik mempunyai potensi
PENDAHULUAN Tanaman kopi arabika (Coffea arabica L.) diperkenalkan pertama kali di Indonesia oleh Vereegnigde Oostindische Compagnie (VOC) yaitu perusahaan hindia milik Belanda pada priode antara tahun 1696 – 1699.Perkebunan kopi arabika di dataran tinggi gayo 53
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
berproduksi antara 0,9 – 1,2 ton/ha biji beras (Anonymous, 2010), namun saat ini produksi kopi arabika hanya berkisar antara 0,7 – 0,8 ton/ha biji beras (green bean) (Manurung et all, 2012). Rendahnya produksi kopi arabika ini sangat dipengaruhi oleh cara budidaya petani yang belum menerapkan teknologi secara maksimal, diantaranya dipengaruhi oleh pola pangkasan tanaman kopi dan cara penanganan serangan hama PBKo. Tanaman kopi ini bersifat biennial bearing, artinya suatu saat akan panen tinggi dan kemudian akan panen rendah. Pada tahun ketika panennya rendah, biasanya akan menurun 40% dibandingkan dengan panen sebelumnya (panen tinggi) (Sinaga, 2009). Sehingga dengan dilakukannya pemangkasan yaitu pembuangan cabang-cabang yang tidak produktif akan mengurangi penyerapan unsur hara dari dalam tanah oleh pertumbuhan cabang-cabang yang tidak perlu karena unsur hara tersebut lebih diarahkan pada persiapan pembetukan pertumbuhan vegetatif pada tahun-tahun berikutnya. Pemangkasan juga dapat memudahkannya masuknya cahaya matahari mengenai seluruh permukaan daun sehingga akan terjadi fotosintesis yang merata pada seluruh permukaan daun dan poduksi yang di harapkan lebih maksimal tanpa menimbulkan buah yang
berlebihan (over bearing).Daun-daun kopi umumnya menjadi lebih lebar, tipis, dan lembek apabila intensitas sinar yang diterima terlalu sedikit.Hal ini nampak jelas pada kebun-kebun yang pelindungnya terlalu gelap, dan daun-daun yang terletak pada bagian bawah (Yahmadi, 1972), kondisi ini tentu sangat mempengaruhi kualitas daun ketika melakukan fotosintesis.Pertambahan jumlah daun juga sangat penting karena erat kaitannya dengan jumlah produksi buah kopi (Mawardi, 1990). Berdasarkan uraian di atas, kiranya perlu diadakan penelitian tentangAkibat Pola PemangkasanTerhadapKualitas dan Rendemen kopi Arabika (Coffea arabica L.) BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Toweren Uken, Toweren Antara, Pedemun dan One-one Kecamatan Lut Tawar kemudian Temidelem Kecamatan Kebayakan serta Bebesen, Simpang Empat BebesenKecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah dengan ketinggian tempat 1200 – 1300 meter diatas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Juni 2013. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah buah kopi yang telah masak yang berwarna merah, buah kopi yang berwarna hijau dan
54
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
sudah matang fisiologis, air, tanaman kopi. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan Analitik, spidol, hygrometer, alat mengukur kadar airlat Tulis, pH meter, karung goni, buku catatan, thermometer, kertas koran bekas, ember. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola non faktor, yaitu faktor pemangkasan (P) terdiri dari tanpa pemangkasan (P0), pemangkasan ringan (P1) dan pemangkasan berat (P2). Kriteria plot percobaan yang dijadikan objek penelitian adalah : 1) Plot percobaan yang diambil sebagai objek penelitian terletak pada ketinggian antara 1200 m dpl – 1300 m dpl. 2) Kebun yang diteliti sebagai plot percobaan merupakan kebun kopi arabika milik masyarakat yang memiliki pohon kopi produktif dibeberapa kondisi lingkungan Aceh Tengah. Jumlah populasi per plot minimal 50 tanaman dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 m atau 2,5 x 3,0 m atau 3,0 x 3,0 m. Kriteria tanaman kopi arabika yang dilakukan pemangkasan adalah :1)tanaman kopi yang tidak pernah dilakukan pemangkasan, 2) tanaman kopi yang dipangkas ringan adalah tanaman kopi yang dilakukan pemangkasan produksi secara tidak rutin dalam setiap tahunnya, kadang dilakukan pemangkasan kadang tidak dilakukan pemangkasan, kriteria
tanaman yang di amati adalah cabang primer terdapat 3 – 4 cabang dengan kondisi cabang sekunder tidak beraturan, 3)tanaman kopi yang dipangkas berat adalah tanaman kopi yang dilakukan pemangkasan secara rutin setiap tahunnya. Kriteria tanaman yang diamati adalah cabang primer terdapat 3 – 4 cabang dengan kondisi cabang skunder lebih teratur. Pelaksanaan Penelitian 1. Survey lahan Surey dilakukan terhadap kebun petani yang akan dijadikan sebagai sampelkemudian melakukan wawancara secara langsung dengan petani pemilik kebun kopi mengenai asal – usul kopi, usia tanaman kopi, varietas yang digunakan, dan lain-lainnya. Kemudian menetapkan kebun yang sesuai sebagai plot percobaan. 2. Penentuan Plot Percobaan Kriteria plot percobaan yang dijadikan objek penelitian adalah : 1) terletak pada ketinggian antara 1200 m dpl – 1300 m dpl, 2) pohon kopi produktif dibeberapa kondisi lingkungan di Aceh Tengah, jumlah populasi per plot minimal 50 tanaman dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 m atau 2,5 x 3,0 m atau 3,0 x 3,0 m. 3. Pemangkasan Tanaman Kriteria tanaman kopi arabika yang dilakukan pemangkasan adalah : 1) tanaman kopi yang tidak pernah dilakukan 55
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
pemangkasan produksi atau setelah dilakukan pemangkasan bentuk kemudian tidak pernah lagi dilakukan pemangkasan pemeliharaaan, 2) tanaman kopi yang dipangkas ringan adalah tanaman kopi yang dilakukan pemangkasan produksi secara tidak rutin dalam setiap tahunnya, kriteria tanaman yang di amati adalah cabang primer terdapat 3 – 4 cabang dengan kondisi cabang sekunder tidak beraturan, 3) tanaman kopi yang dipangkas berat adalah tanaman kopi yang dilakukan pemangkasan secara rutin setiap tahunnya. Kriteria tanaman yang diamati adalah cabang primer terdapat 3 – 4 cabang dengan kondisi cabang skunder lebih teratur. 4. Tanaman Sampel Jumlah tanaman per plot adalah 50 tanaman dan yang diambil sebagai tanaman sampel minimal 10% dari jumlah populasi tanaman atau 5 tanaman sampel per plot yang dipilih secara acak. Umur tanaman sampel relatif sama yaitu rata- rata berumur 5 – 10 tahun atau sudah berproduksi antara 3 – 8 kali. 5. Buah Sampel Pengamatan pada buah sampel dilakukan pada: a. Buah yang sudah matang dan berwarna merah Buah yang diambil adalah buah yang telah masak yang berwarna merah dengan cara
memetik sendiri dari lahan percobaan. Semua buah yang berwarna merah pada tanaman sampel dipetik habis sampai mencapai 1000 buah merah per plot. b. Dari 1000 buah merah yang telah dipetik tadi diambil 100 buah secara acak untuk mengetahui persentase serangan hama PBKo. c. Buah yang berwarna hijau dan sudah mengkal Pengambilan buah hijau ini bertujuan untuk menentukan kualitas biji yaitu bentuk biji kopi yang normal dan tidak normal. Proses pengambilannya dengan cara memilih setiap dompolan yang sudah mengkal per tanaman. Semua sampel buah diambil per dompol hingga mencapai 100 buah per tanaman. 6. Pengolahan Biji Kopi Pengolahan biji merah dilakukan dengan metoda pengolahan basah. Tahap-tahap pengolahan cara basah terdiri dari: 1) pengupasan kulit buah merah dilakukan secara manual segera setelah kopi dipetik, 2)fermentasi dilakukan selama ± 10 jam untuk memudahkan melepaskan lendir dari biji kopi, 3) pencucian dilakukan setelah 10 jam dilakukan fermentasi, pada proses ini biji yang mengapung diambil dan dibuang, 4) pengeringan, setelah dilakukan pencucian biji 56
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
kopi dijemur hingga kulit gabah mengering dan sudah tanpak retak – retak pada biji, 5) pengupasan kulit gabah kopi dilakukan saat melakukan pengeringan sambil dilakukan sortasi biji kopi yang hitam dan cacat diambil dan dibuang, 6) pengeringan kopi beras (green bean) dilakukan hingga kadar air mencapai 12%. 7. Pengukuran pH Tanah Mengukur pH tanah dari masingmasing plot percobaan dengan menggunakan pH meter dilakukan secara acak.
2.
3.
4.
Pengamatan Parameter kualitas yang diamati meliputi : 1. Pengamatan kualitas biji kopi terdiri dari biji normal dan abnormal Biji normal adalah biji kopi yang terdapat dalam satu buah terdiri dari dua butir biji yang mana ukuran bijinya sama besar. Biji abnormal terdiri atas biji bulat, biji segitiga, biji gajah, biji hampa. Biji yang abnormal diperoleh dengan cara mengamati buah yang berwarna hijau dan dilakukan pemotongan melintang setelah didapat jumlah biji abnormal, dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Ba _____ Ab = X 100% Ta Keterangan :
S
5.
57
Ab = Persentase Abnormalitas biji Ba = jumlah buah abnormal Ta = Total buah sampel Berat 1000 buah merah Berat buah merah ditimbang setelah dilakukan pemetikan buah dengan jumlah buah kopi 1000 buah merah per plot. Berat bersih biji green bean KA 12% Setelah biji dijemur hingga Ka 12% dan biji kopi disortasi dari biji-biji yang rusak dan berlubang kemudian dibuang, barulah biji green bean ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Serangan Hama PBKo Pengamatan serangan hama PBKo dilakukan dengan cara mengambil 100 buah merah dari 1000 buah merah yang sudah dipetik dan dihitung jumlah buah yang terserang hama PBKo sehingga didapat persentase jumlah serangan hama PBKo per plot. Dengan rumus sebagai berikut : B _____ = X 100% T Keterangan : S = Persentase serangan hamaPBKo B = Buah yang terserang PBKo. T = Total sampel buah merah Rendemen Rendemen diperoleh dengan cara menimbang berat bersih biji beras (green bean) menggunakan timbangan analitik kemudian dibandingkan dengan berat buah
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
merah x 100% maka diperolehlah nilai rendeman. Dengan rumus rendemen menurut Hartobudoyo (1990) adalah : A _____ R= X 100% B Keterangan : R = Rendemen A= Berat biji beras (green bean) dengan KA 12 B = Berat buah merah
Perlakuan
Berat buah merah (kg) 1,85 a Tanpa dipangkas 2,00 c (P0) 1,93 b Dipangkas ringan (P1) Dipangkasa berat (P2) BNT 0,05 = 0,04 Keterangan :Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf peluang 5 % uji (BNT).
Analisa Data Data diolah dalam bentuk persentase dan ditranformasikan kedalam bentuk arcsin % atau X ½ menurut penyebaran data masingmasing. Selanjutnya data dianalisis ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan-perlakuan yang berpengaruh nyata dilakukan dengan uji ( BNT) 0,05%.
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata berat buah merah akibat pola pangkasan yang berbeda pada tanaman kopi yang tanpa dipangkas (P0) berbeda sangat nyata dengan pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas berat (P2) dan berbeda nyata dengan pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas ringan (P1). Angka terendah terdapat pada pola pangkasan tanaman kopi yang tanpa dipangkas (P0) dan pada pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas menunjukan hasil yang lebih tinggi hal ini dapat terjadi karena pengaruh kelembaban. Pada pola pangkasan tanaman kopi yang tanpa dipangkas (P0) diperoleh angka kelembaban 73,67% hal ini disebabkan karena tanaman kopi yang tanpa dipangkas, cabang dan daun tanaman kopi saling tumpang tindih sehingga kelembaban lebih
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pola Pangkasan Tanaman Kopi 1. Berat Buah Merah Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pola pangkasan yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap berat buah merah. Rata-rata berat buah merahkopi arabika akibat pola pangkasan yang berbeda tertera pada Tabel 1.
Tabel 1.Rata-rata berat buah merah akibat pola pangkasan yang berbeda 58
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
tinggi, sedangkan pada pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas terdapat kelembaban 71,11% dan 72,67%. Kelembaban ini lebih rendah dibandingkan dengan tanaman kopi yang tanpa dipangkas. Menurut Kadir et al (2003) bahwa pemangkasan merupakan salah satu upaya pengendalian secara kultur teknis yang dimaksudkan untuk memutus siklus hidup hama utama pada tanaman kopi. Kelembaban yang lebih tinggi akan memicu terjadinya serangan hama PBKo yang lebih tinggi akibatnya banyak buah yang berlubang sehingga berat buah merah menjadi lebih ringan sedang pada kelembaban yang lebih rendah maka jumlah serangannya akan menurun sehingga buah merah lebih berat. Hindaya et all (2002) juga berpendapat PBKo mengarahkan serangan pertamanya pada bagian kebun kopi yang lebih lembab atau di perbatasan kebun.
Perlakuan
Berat green bean (Kg) 0,26 a
Tanpa dipangkas (P0) 0,30 b Dipangkas ringan (P1) 0,29 b Dipangkasa berat (P2) BNT 0,05 = 0,01 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf peluang 5% uji (BNT).
Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata berat green bean akibat pola pangkasan yang berbeda pada tanaman kopi yang tanpa dipangkas (P0) berbeda nyata dengan pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas ringan (P1) dan pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas berat (P2). Pada tanaman kopi yang tanpa dipangkas (P0) hasilnya lebih rendah dari pada tanaman kopi yang dipangkas (P1 dan P2), hal ini disebabkan karena masalah kelembaban. Kelembaban yang lebih tinggi dapat memicu terjadinya serangan hama PBKo yang lebih tinggi sehingga banyak biji yang berlubang yang disortasi dan dibuang. Hal tersebut tentunya akan mengurangi berat green bean terutama pada pola tanaman kopi yang tanpa dipangkas (P0) lebih banyak disortasi dan dibuang
2. Berat green bean Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pola pangkasan yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap berat green bean. Rata-rata berat green beanpada tanaman kopi arabika akibat pola pangkasan yang berbeda tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata beratgreen bean akibat pola pangkasan yang berbeda 59
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
dibandingkan pada pola tanaman yang dipangkas akibatnya berat green bean pada pola tanaman kopi yang tanpa dipangkas lebih ringan dibandingkan pola tanaman kopi yang dipangkas. Hal ini sesuai dengan pendapat Wiryadiputra (2007) bahwa pengendalian hama PBKo kopi dengan sanitasi berupa pemangkasan, pembersihan gulma, dan pengaturan tanaman pelindung sangat efektif untuk menurunkan kelembaban sehingga intesitas serangan hama PBKo akan menurun.
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf peluang 5% uji (BNT) Tabel 3.menunjukkan bahwa rata-rata persentase biji normal akibat pola pangkasan tanaman kopi yang tanpa dipangkas (P0) tidak berbeda nyata dengan pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas berat (P2) tetapi berbeda nyata dengan pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas ringan (P1). Tanaman kopi yang dipangkas ringan (P1) menghasilkan rata-rata persentase biji normal yang lebih tinggi yaitu 87,42%. Sedangkan ratarata persentase biji normal terendah terdapat pada pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas berat (P2) yaitu 82,44%. Pada pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas berat (P2) jumlah cabang tanaman kopi lebih sedikit dan posisi daun lebih teratur sehingga intensitas cahaya matahari yang masuk menembus permukaan daun lebih kuat. Besarnya cahaya yang masuk ke permukaan daun akan mengurangi kelembaban tanaman sehingga kadar air tanah dan tanaman berkurang, apabila terjadi kekurangan air akan menghambat laju fotosintesis karena terjadi turgiditas sel penjaga stomata akibatnya unsur hara yang didistribusikan kebuah lebih sedikit.
3. Biji Normal Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pola pangkasan yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap persentase biji normal.Rata-rata persentase biji normal pada tanaman kopi arabika akibat pola pangkasan yang berbeda tertera pada Tabel 3. Tabel 3.Rata-rata persentase biji normal akibat pola pangkasan yang berbeda Perlakuan Biji Biji normal Normal( (%) %) Tanpa dipangkas (P0) Dipangkas ringan (P1) Dipangkasa berat (P2) BNT 0,13
84,20
9,17 a
87,42
9,35 b
82,44
9,07 a 0,05
60
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
Distribusi unsur hara yang lebih rendah ke buah mengakibatkan biji normal lebih sedikit terbentuk. Demikian juga sebaliknya pada pola pangkasan yang dipangkas ringan (P1), jika intensitas cahaya sulit menembus permukaan daun maka kelembaban akan meningkat sehingga stomata akan menutup, penutupan ini bertujuan untuk mencegah pembekuan jaringan tumbuhan yang disebabkan oleh cuaca yang terlalu dingin. Menurut Lakitan (1993), kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis, terutama karena pengaruhnya terhadap turgiditas sel penjaga stomata. Jika kekurangan air maka turgiditas sel penjaga akan menurun sehingga stomata akan menutup. Penutupan stomata terkadang juga terjadi saat udara disekitarnya terlalu lembab, penutupan ini berfungsi untuk mencegah pembekuan jaringan tumbuhan yang disebabkan oleh cuaca yang terlalu dingin. Penutupan stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis karbohidrat.
Tabel 4. Rata-rata persentase biji bulat akibat pola pangkasan yang berbeda Perlakuan Biji Biji Bulat Bulat( (%) %) 5,76 2,40 b Tanpa dipangkas 3,72 (P0) 1,93 a Dipangkas ringan 7,07 2,66 b (P1) Dipangkasa berat (P2) BNT0,05 0,13 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf peluang 5% uji (BNT). Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata persentase biji bulat akibat pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas ringan (P1) berbeda nyata dengan pola pangkasan tanaman kopi yang tanpa dipangkas (P0) dan pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas berat (P2).Tetapi pada tanaman kopi yang tanpa dipangkas (P0) tidak berbeda nyata dengan tanaman kopi yang dipangkas berat (P2). Tanaman kopi yang dipangkas berat (P2) menghasilkan rata-rata persentase biji bulat tertinggi yaitu 7,07 % dan rata-rata terendah terdapat pada tanaman kopi yang dipangkas ringan (P1) yaitu 3,72% . Hal ini disebabkan oleh pengaruh ketersediaan air.
4. Biji Bulat Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pola pangkasan yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap persentase biji bulat. Rata-rata persentase biji bulat akibat pola pangkasan yang berbeda tertera pada Tabel 4.
61
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
Pada pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas berat (P2) jumlah cabang tanaman kopi lebih sedikit dan posisi daun lebih teratur sehingga intensitas cahaya matahari yang masuk menembus permukaan daun lebih kuat. Besarnya cahaya yang masuk kedalam permukaan daun akan mengurangi kelembaban tanaman sehingga kadar air tanah dan tanaman berkurang, apabila terjadi kekurangan air akan menghambat laju fotosintesis karena terjadi turgiditas sel penjaga stomata. Demikian juga sebaliknya jika intensitas cahaya sulit menembus permukaan daun maka kelembaban akan meningkat sehingga stomata akan menutup, penutupan ini bertujuan untuk mencegah pembekuan jaringan tumbuhan yang disebabkan oleh cuaca yang terlalu dingin Menurut Lakitan (1993), kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis, terutama karena pengaruhnya terhadap turgiditas sel penjaga stomata. Jika kekurangan air maka turgiditas sel penjaga akan menurun sehingga stomata akan menutup. Penutupan stomata terkadang juga terjadi saat udara disekitarnya terlalu lembab, penutupan ini berfungsi untuk mencegah pembekuan jaringan tumbuhan yang disebabkan oleh cuaca yang terlalu dingin. Penutupan stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis karbohidrat.
Mawardi (1990) berpendapat daun-daun tanaman kopi fungsi utamanya adalah menghasilkan fotosintat, beberapa pakar sepakat bahwa kondisi lingkungan pada saat penyerbukan bepengaruh terhadap banyaknya biji bulat pada kopi arabika.Biji bulat terbentuk karena satu dari dua embrio didalam buah kopi menjadi puso, sehingga tersisa satu benih yang menempati ruangan pada buah kopi (Anonymous, 2013). 5. Biji Gajah Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pola pangkasan yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap persentase biji gajah.Rata-rata persentase biji gajah pada tanaman kopi arabika akibat pola pangkasan yang berbeda tertera pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-rata persentase biji gajah akibat pola pangkasan yang berbeda Perlakuan Biji Biji gajah gajah ( (%) %) Tanpa 2,49 1,58 a dipangkas (P0) 2,43 1,56 a Dipangkas ringan (P1) 3, 92 1,98 a Dipangkasa berat (P2) Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf peluang 5% uji (BNT). 62
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
segitiga. Rata-rata persentase biji segitiga pada tanaman kopi arabika akibat pola pangkasan yang berbeda tertera pada Tabel 6.
Tabel 5 menunjukkan bahwa, rata-rata persentase biji gajah akibat pola pangkasan pada tanaman kopi yang tanpa dipangkas (P0) tidak berbeda nyata dengan pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas ringan (P1) dan pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas berat (P2). Biji gajah terbentuk karena dalam bakal biji terdapat lebih dari satu sel lembaga dan endoseprm yang disebut poliembrioni, pemangkasan tidak berpengaruh nyata terhadap terbentuknya biji gajah karena poliembrioni disebabkan oleh abrasi genetik. Mawardi (1990) berpendapat apabila didalam satu biji terdapat lebih dari satu lembaga dan endospem.Pembentukan biji gajah ini disebabkan karena dalam satu bakal biji terdapat lebih dari satu sel telur. Setelah pembuahan, maka selsel telur tersebut akan berkembang menjadi dua embryo dan dua endosperm. Akibatnya dalam satu kulit tanduk terdapat lebih dari satu biji yang masing-masing biji dipisahkan oleh kulit ari (endokarp).Penyebab terbentuknya biji gajah ini adalah karena adanya abrasi genetik.
Tabel 6.Rata-rata persentase biji segitiga akibat pola pangkasan yang berbeda Perlakuan
Biji segiitiga (%)
Biji segitiga ( %)
1,64 1,28 a Tanpa dipangkas 1,93 1,39 a (P0) Dipangkas 1,93 1,39 a ringan (P1) Dipangkasa berat (P2) Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf peluang 5% uji (BNT). Tabel 6menunjukkan bahwa, rata-rata persentase biji segitiga tidak menunjukan perbedaan yang nyata akibat pola pangkasan tanaman kopi yang berbeda. Rata-rata persentase biji segitiga adalah sebesar 1,83 %. Persentase biji segitiga tidak dipengaruhi oleh pola pangkasan tanaman kopi arabika karena terbentuknya biji segitiga dipengaruhi oleh abrasi genetik.
6. Biji Segitiga Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pola pangkasan yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap persentase biji 63
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
Keragaman varietas memiliki kualitas yang berbeda dalam merangsang pembentukan biji segitiga, kadang-kadang dalam satu buah terdapat tiga biji hal ini akan menyebabkan ukuran biji menjadi lebih kecil. Penyebab abnormal ini adalah terjadinya abrasi genetik (Mawardi, 1990).
Tabel 7 menunjukkan bahwa rata-rata persentase biji kosong akibat pola pangkasan tanaman kopi yang tanpa dipangkas (P0) tidak berbeda nyata dengan pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas berat (P2) tetapi berbeda nyata dengan tanaman kopi yang dipangkas ringan (P1). Tanaman kopi yang dipangkas berat (P2) menghasilkan rata-rata persentase biji kosong terendah 9,06%. Pada pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas ringan (P1) terdapat persentase biji kosong lebih tinggi yaitu 9,36%. Pada pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas berat (P2) jumlah cabang kopi lebih sedikit dan letak posisi daun lebih teratur sehingga intensitas cahaya matahari yang menembus seluruh permukaan daun lebih besar dan rangsangan deferensiasi primordia bunga lebih besar sehingga buah lebih banyak terbentuk, dengan kondisi tanaman kopi seperti ini menyebabkan penyerbukan bunga berlangsung dengan baik sehingga tidak banyak terbentuk biji kosong karena inti polar dapat terbuahi dengan baik. Menurut pendapat Mawardi (1990), biji kosong terbentuk jika kulit biji sudah terbentuk, tetapi endosperm tidak berkembang dengan normal.Faktor fisiologis dapat merupakan salah satu penyebab terjadinya biji kosong dalam jumlah cukup banyak.Tetapi faktor genetik
7. Biji kosong Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pola pangkasan yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap persentase biji kosong. Rata-rata persentase biji kosong pada tanaman kopi arabika akibat pola pangkasan yang berbeda tertera pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata persentase biji kosong akibat pola pangkasan yang berbeda (%). Perlakuan Biji Biji koson koson g (%) g ( %) 9,18 3,03 a Tanpa dipangkas (P0) Dipangkas ringan 9,36 3,06 b 9,06 3,01 a (P1) Dipangkasa berat (P2) BNT 0,05 0,02 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf peluang 5% uji (BNT). 64
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
ternyata lebih berperan dalam hal ini yaitu sering terjadi kegagalan dalam pembuahan dua inti polar didalam kantong embrio.
Tabel 8 menunjukkan rata-rata serangan hama PBKo akibat pola pangkasan pada tanaman kopi yang dipangkas ringan (P1) berbeda nyata dengan tanaman kopi yang dipangkas berat (P2) tetapi berbeda sangat nyata dengan tanaman kopi yang tanpa dipangkas (P0). Sedangkan pada tanaman kopi yang tanpa dipangkas (P0) berbeda nyata dengan tanaman kopi yang di pangkas berat (P2). Tabel 8 Menunjukkan serangan hama PBKo tertinggi terdapat pada pola pangkasan tanaman kopi yang tanpa dipangkas (P0) yaitu 41,73% dan yang terendah terserang pada pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas ringan (P1) yaitu 31,58%. Hal ini dapat terjadi karena kelembaban pada lahan tersebut sangat mendukung berkembangnya hama PBKo. Dari hasil pengamatan pada pola pangkasan tanaman kopi yang tanpa dipangkas (P0) terdapat rata-rata kelembaban 73,67% dengan rata-rata temperatur 27,58oC, keadaan lingkungan dengan kelembaban dan temperatur tersebut merupakan habitat yang sangat cocok untuk berkembangnya hama PBKo. Sedangkan pada pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas ringan (P1) kelembaban terdapat 72,67% dengan temperatur 27,87oC. Pada keadaan lingkungan seperti ini persentase serangan hama PBKo lebih rendah. Menurut Susilo (2008) Suhu optimum untuk perkembangan PBKo
8. Serangan Hama PBKo Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pola pangkasan yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap persentase serangan hama PBKo. Rata-rata persentase serangan hama PBKo pada tanaman kopi arabika akibat pola pangkasan yang berbeda tertera pada Tabel 8. Tabel 8. Rata-rata persentase serangan hama PBKo akibat pola pangkasan yang berbeda Perlakua Seranga Serangan hama n n hama PBKo ( % ) PBKo (%) Tanpa 6,46 c dipangkas 41,73 (P0) 5,62 a Dipangka 31,58 s ringan 37,58 6,13 b (P1) Dipangka sa berat (P2) BNT 0,05 0,23 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf peluang 5 % uji (BNT)
65
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
berkisar antara 25-26oC, sedangkan kelembaban optimum yang dibutuhkan berkisar antara 9095%.Selain faktor suhu dan kelembaban, ketinggian tempat (elevasi) juga berpengaruh terhadap perkembangan PBKo.
Tabel 9 menunjukkan bahwa pola pangkasan tanaman kopi yang tanpa dipangkas (P0) berbeda nyata dengan pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas ringan (P1) dan pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas berat (P2).Sedangkan pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas ringan (P1) tidak berbeda nyata dengan pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas berat (P2). Rendemen terendah terdapat pada pola pangkasan tanaman kopi yang tanpa dipangkas (P0) yaitu 14,14% dan yang tertinggi terdapat pada pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas ringan (P1) yaitu 14,98%. Hal ini disebabkan oleh faktor kelembaban sehingga memicu terjadinya serangan hama PBKo. Pada pola pangkasan tanaman kopi yang tanpa dipangkas (P0) kelembaban lebih tinggi yaitu 73,67% sehingga jumlah serangan hama PBKo lebih meningkat yaitu 41,73% akibatnya berat green bean lebih ringan dan rendemennya pun rendah. Rata-rata persentase jumlah biji abnormal pada pola pangkasan tanaman kopi yang tanpa dipangkas (P0) terdapat 4,79% sehingga dapat pula mempengaruhi berat green bean. Apabila persentase biji abnormal tinggi maka berat green bean nya lebih ringan. Sementara pada pola pangkasan tanaman kopi yang dipangkas ringan (P1) terdapat kelembaban 72,67% sehingga jumlah serangan hama
9. Rendemen Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pola pangkasan yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap persentase rendemen. Rata-rata persentase rendemen pada tanaman kopi arabika akibat pola pangkasan yang berbeda tertera pada Tabel 9. Tabel 9. Rata-rata persentase rendemen akibat pola pangkasan yang berbeda Perlakuan
Rendem Rendem en en ( % ) (%) 14,16 3,76 a
Tanpa dipangkas 15,04 3,87 b (P0) Dipangkas 14,97 3,86 b ringan (P1) Dipangkasa berat (P2) BNT 0,05 0,05 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf peluang 5% uji (BNT).
66
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
PBKo lebih rendah yaitu 31,58% dan rata-rat persentase jumlah biji abnormal terdapat 4,36%. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan pada pola pangkasan tanaman kopi yang tanpa dipangkas (P0) sehingga berat green beannya lebih berat akibatnya rendemen lebih meningkat.Menurut Hartobudoyo (1990) rendemen kopi robusta mencapai 22-24% sedangkan kopi arabika 16-18%.
G.N.R, Mangan. J, Untung. K, Sianturi.M, Mundy.P, Riatno. 2002. Musuh Alami, Hama Dan Penyakit Tanaman Kopi, Proyek Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat. Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan Departemen Pertanian, Jakarta. Kadir, S. R., Nurjanani, M. Sjafarudin dan M. Taufik. 2003. Kajian Teknologi Pemangkasan pada Tanaman Kopi (online) (http://www.sulsel.litban.dept an.go.id. diakses 2 September 2010). Lakitan B., 1993. Dasar-dasar fisiologi Tumbuhan. Rajawali Pers.Jakarta. Manurung M, Khalid, Sukanto, Purbayani. D, Armia. 2012. Upaya Peningkatan Produksi dan Kualitas Kopi Arabika Gayo Yang Berkelanjutan. Mawardi S., Halupi R, Wibawa, A., Wiryadiputra, S., dan Yusianto., 2008. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika Gayo. Azrjens Mayuma, Jakarta.199 hal. Mawardi S., 1990. Bahan Latihan Penelitian Agronomi Kopi Arabika Di Aceh Tengah, Kerja Sama PPW – LTA && Pondok Gajah tanggal 26 Februai s/d Maret 1990.
DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2010. Keputusan Menteri Pertanian No.3998/kpts/SR.120/12/ 2010, tentang Pelepasan Kopi Arabika Sebagai Varietas Unggul Dengan Nama Gayo 1, Sekertariat Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah. __________.2013.from : http://balittri.litbang.deptan.g o.id/infotekno/kopi lanang dengan bentuk biji yang unik dan citarasa yang khas. Diakses 10 maret 2013. Hartobudoyo, S. 1990. Penanaman Dan Pemeliharaan Kopi Arabika. Bahan Penataran Penelitian dan Pembudidayaan Kopi Arabika Di Aceh Tengah. Kerja Sama PPW – LTA && Pondok Gajah tanggal 26 Februai s/d Maret 1990. Hindayana.D, Judawi. D, Priharyono D, Luther G.C, Purnayasa 67
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
Sinaga
A S., 2009. Perbedaan Karakteristik SosialEkonomi, SumberInformasi Dan Pendapatan Petani Kopi Arabika DenganPetani Kopi Robusta, skipsi Strata satu, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Susilo A.W., 2008. Ketahanan Tanaman Kopi (Coffea SPP.) terhadap hama penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Jurnal peneliti pemulia tanaman pusat penelitian kopi dan kakao Indonesia. Wiryadiputra S. 2007. Pengendalian Hama Pengerek Buah Kopi Hypothenemus hampei (Ferr) dengan Komponen Utama Pada Penggunaan Perangkap Brocarp Trap. Pusat penelitian Kopi dan KakaoIndonesia.Jember. Jawa Timur. P-2-9. Yahmadi M. 1972. Budidaya dan Pengolahan Kopi. Balai Penelitian Perkebunan Bogor Sub Balai Penelitian Budidaya Jember.
68