perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE QUANTUM LEARNING ANAK TUNANETRA KELAS IV SDLB NEGERI CANGAKAN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011
Skripsi
Oleh : Afti Lestari K 5107002
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE QUANTUM LEARNING ANAK TUNANETRA KELAS IV SDLB NEGERI CANGAKAN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh : Afti Lestari K 5107002
SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Afti Lestari. PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE QUANTUM LEARNING ANAK TUNANETRA KELAS IV SDLB NEGERI CANGAKAN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April, 2011. Penelitian ini berkenaan dengan upaya meningkatkan prestasi belajar IPA anak tunanetra melalui metode Quantum Learning. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan prestasi belajar IPA setelah menerapkan metode Quantum Learning dalam pembelajaran anak tunanetra di SDLB Negeri Cangakan Karanganyar Tahun Ajaran 2010/ 2011. Metode Quantum Learning merupakan metode yang memberikan rasa nyaman dan menyenangkan saat pembelajaran. Quantum Learning merupakan interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Prestasi Belajar IPA adalah tingkat ilmu alam yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang berupa fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan kehidupan alam pada bahan kajian biologi, fisika, kimia dan ilmu alam semesta. Penelitian ini berbentuk Classroom Action Research/Penelitian Tindakan Kelas merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian ini berupa kolaborasi atau kerjasama antara peneliti, guru, dan siswa. Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas IV SDLB N Cangakan Karanganyar dan data berupa prestasi belajar IPA. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan dokumentasi. Untuk menguji validitas data penulis menggunakan triangulasi teknik dan review informan kunci. Teknis analisis yang digunakan adalah dengan analisis kritis dan analisis deskriptif komparatif. Data kualitatif dianalisis dengan teknik analisis kritis sedangkan data yang berupa tes diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut dianalisis secara deskriptif komparatif, yakni membandingkan nilai tes antar siklus dengan indikator pencapaian. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode Quantum Learning dalam pembelajaran meningkatkan prestasi belajar IPA anak tunanetra kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Afti Lestari. IMPROVING LEARNING SCIENCE LEARNING ACHIEVEMENT THROUGH QUANTUM LEARNING METHOD VISUAL IMPAIRMENT CHILDREN IN CLASS IV SDLB N CANGAKAN KARANGANYAR IN ACADEMIC YEAR 2010/2011. Thesis: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, January,2011. The research is concerned with efforts to improve science learning achievement of children with visual impairments through Quantum Learning methods. The purpose this study was the increase in science achievement after applying the Quantum Learning methods in learning visual impairment children in SDLB N Cangakan Karanganyar in Academic Year 2010/2011. Quantum Learning Method is a method that gives a sense of comfort and fun when learning. Quantum Learning is the interaction that converts energy into light. Achievement learning science is the level of natural science who owned student in accept, rejecting, and assess information in the form of facts, concepts, and generalizations relating to natural life in study materials of biology, physics, chemistry and science of the universe. This study belongs to a Clasroom Action Research involving an observation on the learning activity in the form of an action generated and occurring deliberately in a class collectively. This research is a collaboration or cooperation between the researcher, teacher, and student. The data source of research is the students in class IV SDLB N Cangakan Karanganyar and the data used the achievement learning science. Techniques of collecting data used were tests and documentation. The qualitative data was analyzed using critical analyzed descriptively and comparatively, by comparing the inter-cycles test values and the indicator of achievement. Based on the results of this study concluded that Quantum Learning method in learning to increase in science learning achievement visual impairment children class IV SDLB N Cangakan Karanganyar Academic Year 2010/2011.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“.....hendaklah engkau bersikap tenang, maka sesungguhnya kebaikan itu dengan cara tidak tergesa – gesa” (Terjemahan Hadis Riwayat Bukhari)
“Dan sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. ( Terjemahan Q.S. Al Insyiroh Ayat 4)
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan Kepada: 1. Ibu dan Nenekku, Suparni dan Wongso Sukarti
atas
pancaran
doa
dan
kasih
sayangnya. 2. Calon
Suamiku,
Ali
Mustofa
Effendi
Ujianto, SH atas pancaran doa, kasih sayangnya, bantuannya serta motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi. 3. Adik-adikku dan sahabatku, Labib dan Lutfi atas segala bantuan serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi, dan Retno yang selalu memberikan semangat. 4. Bapak dan Ibu Dosen PLB yang telah banyak memberikan ilmu. 5. Teman-teman PLB angkatan 2007 dan Almamater.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis ucapkan terimakasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian; 2. Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Prof. Dr.rer.nat. Sajidan, M.Si yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian; 3. Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Amir Fuady, M.Hum yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian; 4. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd dan sekaligus Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi; 5. Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Abdul Salim Choiri, M.Kes; 6. Sekretaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Maryadi, M.Ag ; 7. Bapak Drs. R. Djatun, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi; 8. Bapak Darya Sunaryo, S. Pd, selaku Kepala Sekolah SDLB Negeri Cangakan Karanganyar yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian;
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Bapak Yusuf, selaku guru kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar yang telah banyak membantu, memberikan masukan serta kerjasama dalam bentuk kolaborasi dengan penulis dalam penelitian; 10. Seluruh bapak dan ibu guru SDLB Negeri Cangakan Karanganyar yang telah ikut memberikan semangat dan bantuan selama pelaksanaan penelitian; 11. Siswa kelas IV SDLB N Cangakan Karanganyar yang telah membantu pelaksanaan penelitian; 12. Sahabat-sahabatku (Retno, Dita, Miftah, Nurul, Mbak Nurul, Mbak Resti, Mas Vian, dan Mas Eko), terimakasih banyak untuk persaudaraan yang indah ini, terimakasih untuk semua nasehat-nasehat,dukungan dan semangatnya aku banyak belajar dari kalian semua; 13. Teman-teman PLB angkatan 2007yang memberikan semangat dan dukungan; 14. Keluargaku ( Bu Suparni, Nenekku, adik-adikku, dan Mas Ali ) yang memberikan pancaran doa dan semangat; 15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, April 2011
Penulis
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN...........................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK .............................................................................
v
HALAMAN ABSTRACT ..........................................................................
vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................
viii
KATA PENGANTAR.................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xiv
DAFTAR GRAFIK.....................................................................................
xv
DAFTAR SKEMA .....................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................
1
B. Perumusan Masalah ..............................................................
7
C. Tujuan Penelitian ..................................................................
7
D. Manfaat Penelitian .................................................................
7
BAB II LANDASAN TEORI.....................................................................
8
A. Tinjauan Pustaka.....................................................................
8
1. Tinjauan Pengertian Anak Tunanetra ..............................
8
a. Pengertian Anak Tunanetra .......................................
8
b. KlasifikasiAnak Tunanetra .......................................
10
c. Faktor – Faktor Penyebab Ketunanetraan .................
11
d. Karakteristik Anak Tunanetra ...................................
16
e. Dampak Ketunanetraan ............................................
19
2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar……………..................
22
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Pengertian Belajar ……………………………………
22
b. Pengertian Prestasi ........................................................
23
c. Pengertian Prestasi Belajar ...........................................
24
d. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ......................................................................................
25
3. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Alam .......................
28
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ...................
28
b. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) .......................................................................................
30
c. Pembelajaran IPA di SD ..............................................
31
d. Standar Isi Mata Pelajaran IPA Tingkat SD.................
33
4. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar IPA ...............................
35
5. Tinjauan Tentang Metode Quantum Learning ...................
36
a. Pengertian Quantum Learning ......................................
36
b. Faktor Yang Mendukung Metode Quantum Learning .......................................................................................
38
c. Penerapan Metode Quantum Learning dalam Pembelajaran ..........................................................................
40
d. Pengaruh Metode Quantum Learning terhadap Prestasi Belajar IPA .................................................................. . 44 B. Penelitian yang Relevan .............................................................
45
C. Kerangka Pikiran .......................................................................
46
D. Hipotesis Tindakan ...................................................................
47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................
48
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
48
B. Pendekatan penelitian ..............................................................
49
C. Subjek Penelitian........................................................................
52
D. Data dan Sumber Data .............................................................
52
E. Teknik-Teknik Pengumpulan Data.............................................
52
F. Uji Validitas Data........................................................................
56
G. Teknik Analisis Data...................................................................
57
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. Indikator Ketercapaian................................................................
58
I. Prosedur Penelitian.......................................................................
58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................
66
A. Pelaksanaan Tindakan ..............................................................
66
1. Deskripsi Kondisi Awal .......................................................
66
2. Siklus Pertama ……… ........................................................
69
a. Perencanaan Tindakan I ...............................................
69
b. Pelaksanaan Tindakan I.................................................
71
c. Observasi dan Interpretasi ............................................
72
d. Analisis dan Refleksi ....................................................
74
3. Siklus Kedua........................................................................
75
a. Perencanaan Tindakan II ...............................................
75
b. Pelaksanaan Tindakan II ...............................................
77
c. Observasi dan Interpretasi .............................................
79
d. Analisis dan Refleksi.....................................................
81
B. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................................
81
1. Deskripsi Siklus I ................................................................
81
2. Deskripsi Siklus II ...............................................................
86
C. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................
91
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.............................................................
94
A. Simpulan ..................................................................................
99
B. Saran ........................................................................................
94
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
96
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1
: Standar Isi Mata Pelajaran IPA 2006 Kelas IV Semester 2........
33
Tabel 2
: Waktu Penelitian ......................................................................
48
Tabel 3
: Kisi – Kisi Soal Tes IPA Kelas IV ............................................
54
Tabel 4
: Penilaian Tingkat Penguasaan Materi .......................................
55
Tabel 5
: Bobot Penilaian Tiap Soal ........................................................
55
Tabel 6
: Perolehan Nilai Kondisi Awal ..................................................
66
Tabel 7
: Keaktifan Siswa pada Kegiatan Belajar Mengajar ....................
84
Tabel 8
: Perolehan Nilai Presatasi Belajar IPA pada Siklus I..................
85
Tabel 9
: Keaktifan Siswa pada Kegiatan Belajar Mengajar.....................
89
Tabel 10 : Perolehan Nilai Prestasi Belajar IPA pada Siklus II .................
90
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 1
: Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar Pada Kondisi Awal..............................
Grafik 2
: Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar Pada Siklus I........................................
Grafik 3
67
86
: Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SDLB Negeri Cangakan KaranganyarPada Siklus II .....................................
commit to user xv
91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SKEMA Halaman Skema 1 :
Kerangka Berpikir ..............................................................
47
Skema 2 :
Alur Penelitian Tindakan Kelas ..........................................
50
Skema 3 :
Siklus Penelitian Tindakan Kelas .......................................
51
Skema 4 :
Trigulasi Teknik .................................................................
57
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 :
Silabus ............................................................................... 100
Lampiran 2 :
Kisi – Kisi Soal Tes IPA Kelas IV ...................................... 102
Lampiran 3 :
Soal –Soal Pre Test IPA Kelas IV ....................................... 103
Lampiran 4 :
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I.................................. 107
Lampiran 5 :
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II................................. 115
Lampiran 6 :
Soal – Soal Siklus I............................................................. 123
Lampiran 7 :
Kunci Jawaban Siklus I ...................................................... 126
Lampiran 8 :
Soal – Soal Siklus II............................................................ 127
Lampiran 9 :
Kunci Jawaban Siklus II...................................................... 130
Lampiran 10 :
Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I....................... 131
Lampiran 11 :
Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II ..................... 133
Lampiran 12 :
Lembar Pengamatan Siswa Siklus I.................................... 135
Lampiran 13 :
Lembar Pengamatan Siswa Siklus II ................................... 136
Lampiran 14 :
Daftar Siswa ....................................................................... 137
Lampiran 15 :
Gambar Kegiatan Proses Belajar Mengajar IPA Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II ................................. 138
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting, tidak hanya bagi perkembangan dan perwujudan diri individu tetapi juga bagi pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan adalah hak asasi setiap manusia. Oleh karena itu, pendidikan harus dapat dinikmati oleh setiap warga negara tanpa kecuali. Pendidikan dapat diartikan sebagai pemberian bimbingan kepada anak didik untuk dapat berkembang menuju kedewasaan. Untuk itu anak luar biasa dalam usia sekolah berhak mendapat bimbingan menuju kedewasaan seperti tujuan pendidikan. Kemajuan suatu kebudayaan tergantung dari bagaimana kebudayaan tersebut mengenali
dan
menghargai
serta memanfaatkan
sumber daya
manusianya. Hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada seluruh anggota masyarakat, termasuk masyarakat yang memiliki kebutuhan khusus. Karena kesempatan memperoleh pendidikan yang berkualitas berlaku untuk semua (education for all) tanpa ada diskriminasi, baik itu untuk pendidikan umum maupun pendidikan khusus. Hal ini sejalan dengan amanat Undang - Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 2 bahwa, “Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”. Undang-Undang tersebut mengisyaratkan bahwa anak tunanetra berhak memperoleh pendidikan yang berkualitas tanpa adanya diskriminasi. Anak tunanetra adalah anak dimana kondisi dari penglihatan mereka tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kondisi tersebut disebabkan oleh kerusakan mata, saraf optik dan atau bagian otak yang mengolah stimulus visual. Kerusakan tersebut dapat secara total atau sebagian. Apabila seseorang mengalami kerusakan secara total, maka yang bersangkutan disebut penyandang buta total atau “totally blind” dan apabila kerusakan dari visual hanya sebagian kurang lihat atau “low vision”.
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Anak tunanetra mempunyai kebutuhan belajar dan bersekolah untuk melatih dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. Ketunanetraan membawa akibat dalam keterbatasan belajar. Di dalam belajar anak tunanetra mengalami kesulitan di dalam proses pembentukan pengertian atau konsep terhadap rangsang atau objek yang berada di luar dirinya yang tidak didapat secara utuh. “Ketidakutuhan tersebut disebabkan anak tidak memiliki kesan, persepsi, pengertian, ingatan dan pemahaman yang bersifat visual terhadap objek yang diamati”, T. Sutjihati Somantri (2006:55). Karena anak tunanetra mengalami kesulitan dalam proses pembentukan konsep secara utuh hal tersebut menjadikan siswa mendapat kesulitan belajar, sulit mengingat, sulit memahami dan akhirnya menjadikan siswa jenuh dan putus asa dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang ada termasuk Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), sehingga hal tersebut menjadikan prestasi belajar IPA anak tunanetra menjadi rendah. Prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang di peroleh dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar tidak terlepas dari tiga komponen utama, yaitu: guru, siswa dan bahan pembelajaran. Proses belajar mengajar merupakan interaksi antar berbagai sumber, serta situasi belajar yang memberikan kemungkinan kegiatan belajar mengajar. Meskipun demikian guru merupakan faktor yang cukup menentukan, seperti melakukan pengembangan bahan pembelajaran serta perangkat lainnya. Komunikasi menjadi unsur penentu di dalam proses tersebut. Semakin efektif komunikasi yang dilakukan maka akan semakin banyak tujuan dari proses belajar mengajar, yaitu prestasi belajar yang baik akan tercapai, karena komunikasi merupakan elemen yang tak terpisahkan dari proses belajar mengajar. Namun di lapangan sering ditemui guru tidak memperhatikan komunikasinya kepada siswa saat mengajar, sehingga yang terjadi hanyalah komunikasi satu arah, yaitu komunikasi dari guru kepada siswa sedangkan yang dari siswa kepada guru dan siswa kepada siswa lainnnya jarang sekali terjadi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Semua ilmu pengetahuan yang ada termasuk Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) membutuhkan komunikasi yang efektif saat proses pembelajaran, sehingga tujuan dari pembelajaran IPA dapat tercapai. Adapun tujuan dari pembelajaran IPA. Menurut Sri Sulistyorini (2007: 40), mengemukakan tujuan pembelajaran IPA yaitu : 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan peradaban, keindahan dan keteraturan ciptaanNya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4) Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam. 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7) Memperoleh pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya Sedangkan pengertian dari pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta – fakta, konsep – konsep, atau prinsip – prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari – hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Pembelajaran IPA sebaiknya dilakukan secara inkuiri ilmiah ( scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
karena itu , pembelajaran IPA di SDLB menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Berdasarkan pernyataan tersebut Ilmu Pengetahuan Alam sangat penting bagi tunanetra karena menunjang perkembangan karakter dan kepribadian yang baik dalam diri anak tunanetra sehingga mereka dapat berpartisipasi aktif dalam masyarakat, namun masalah yang ada di lapangan sekarang prestasi belajar IPA anak tunanetra rendah, hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan guru kelas IV SDLB Negeri Cangkaan Karanganyar pada tanggal l3 November 2010 yang menyatakan bahwa sedikit siswa yang mendapat nilai 6 ke atas saat diadakan ulangan bersama. Berdasarkan hasil survei di SDLB Negeri Cangakan Karanganyar, pembelajaran IPA di sekolah ini dilaksanakan dengan metode ceramah, yaitu guru masih terpaku pada buku teks yang ada. Penggunaan metode ceramah yang dominan atau komunikasi satu arah yang akibatnya pelajaran IPA bagi siswa cenderung kearah teoritis belaka sehingga sulit bagi siswa untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA yang penyajiannya hanya dengan ceramah mengakibatkan siswa merasa bosan dan beranggapan IPA sebagai mata pelajaran yang membingungkan, kering, tidak menarik dan membosankan. “Situasi membosankan siswa, ketidakmutakhiran sumber belajar yang ada, kurang variasi metode pembelajaran dan pencapaian tujuan belajar yang kognitif ” (Jurnal Pendidikan, Maret 2005, Volume 6 No. l, Hal.118). Pembelajaran yang demikian yang membuat prestasi belajar IPA siswa menjadi rendah akibat lunaknya isi pelajaran dan kontradiksi materi dengan kenyataan. Berdasarkan deskripsi di atas maka dipandang perlu adanya inovasi inovasi metode pembelajaran IPA. Metode yang memperhatikan komunikasi efektif saat pembelajaran dan penjagaan motivasi belajar siswa untuk membantu siswa memiliki prestasi belajar IPA yang baik dan untuk menciptakan rasa senang dan nyaman untuk belajar dengan harapan penguasaan konsep-konsep materi pelajaran IPA lebih nyata dan efektif. Untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan IPA tersebut perlu dukungan, antara lain iklim pembelajaran yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
kondusif yang termasuk didalamnya pemilihan metode pembelajaran yang tepat. “Iklim belajar yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang besar tehadap keberhasilan dan kegairahan belajar siswa” (Jurnal Pendidikan, Maret 2005, Volume 6 No. 1 hal.116). Dan sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), secara otomatis peran guru harus berubah sesuai tuntutan kurikulum tesebut. Dalam Pasal 40 ayat 2, berbunyi, “Tenaga pendidikan berkewajiban menciptakan sistem pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, dialogis, kreatif dan dinamis”. Dari pasal ini di harapkan guru dengan kreativitasnya dapat membuat suasana kelas dan pembelajaran menjadi nyaman, menyenangkan, dan bermakna. Sehingga bagi siswa belajar merupakan sesuatu yang menarik dan di tunggu-tunggu. Oleh karena seorang guru sebelum memulai proses belajar mengajar mencapai tujuan pembelajaran IPA yang diharapkan. Menurut Wahab (Jurnal Pendidikan, Maret 2405, Volume 6 N0.1 Hal. 120) “Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat di pengaruhi oleh kemampuan dan ketetapan guru memilih dan menggunakan metode pembelajaran”. Quantum Learning adalah metode pembelajaran yang mengoptimalkan modalitas belajar siswa dan karakteristiknya. Menurut Bobby de Porter dan Mike (2010:16) “Quantum Learning adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”. Quantum Learning adalah penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan disekitar lingkungan belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur - unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi- interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. “Quantum Learning menggabungkan teknik pemercepatan belajar, yaitu menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pelajaran yang sesuai, cara efektif penyajian dan keterlibatan aktif ”, Bobby dan Herrnacki
(2006:14).
Quantum
Learning
bersifat
memfasilitasi,
artinya
menyingkirkan hambatan belajar, mengembalikan proses belajar dalam keadaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
yang mudah dan alami. Quantum Learning merupakan salah satu cara membelajarkan siswa yang digagas oleh Potter. Melalui Quantum Learning siswa akan diajak belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya. Metode Quantum Learning sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran IPA yang membawa siswa belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan. Siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya, sehingga diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa. Dalam kegiatan belajar siswa, guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik apabila siswa banyak aktif dibandingkan guru. Dalam pembelajaran hubungan guru dan siswa dideskripsikan melalui prinsip Quantum Learning sebagai berikut, “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”, Bobby de Porter, Mark Reardon, Sarah, Nourie (2008 :7). Adapun maksudnya adalah kita sebagai guru memasuki dahulu dunia siswa, karena tindakan ini akan memberikan kita ijin untuk memimpin, menuntun dan memudahkan perjalanan siswa menuju kesadaran terhadap ilmu pengetahuan yang lebih luas. Setelah kita mendapatkan ijin secara tidak langsung maka kita dapat membawa siswa kedalam dunia kita, dan memberikan pemahaman kita kepada siswa mengenai pengetahuan yang kita miliki. Dari fenomena diatas, maka sangat diperlukan berbagai studi yang dapat memberikan masukan tentang pemberian pembelajaran yang berkualitas bagi anak tunanetra dengan memperhatikan aspek psikologisnya. Besarnya kewenangan guru dalam pembelajaran tanpa di sadari telah menghambat siswa dalam mencapai prestasi belajar yang baik. Bertumpu dari pemikiran yang penulis kemukakan dalam latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul “Peningkatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Prestasi Belajar IPA Melalui Metode Quantum Learning Anak Tunanetra Kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: “Apakah dengan menerapkan metode Quantum Learning dalam pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar IPA anak tunanetra ke IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011?”. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatan prestasi belajar IPA setelah menerapkan metode Quantum Learning dalam pembelajaran anak tunanetra kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa a. Untuk membantu siswa mengatasi kesulitan dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan metode Quantum Learning. b. Untuk
meningkatkan
motivasi,
kreatifitas
dan
memberi
pengalaman baru bagi siswa dengan penggunaan metode Quantum Learning dalam pembelajaran IPA anak tunanetra kelas IV di SDLB Negeri Cangakan Karanganyar. 2. Bagi Guru a. Membantu guru dalam rangka mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran IPA dengan metode Quantum Learning, bagi anak tunanetra kelas IV di SDLB Negeri Cangakan Karanganyar. b. Untuk memperkaya metode pembelajaran yang biasa digunakan untuk KBM bidang studi IPA pada anak tunanetra kelas IV di SDLB
Negeri
Cangakan
Karanganyar
seperti
mengoptimalkan penggunaan metode Quantum Learning.
commit to user
dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
BAB II LANDASAN TEORI A.
Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Pengertian Anak Tunanetra a.
Pengertian Anak Tunanetra Dalam bidang pendidikan luar biasa anak dengan gangguan penglihatan lebih akrab disebut anak tunanetra. Tunanetra biasanya menempel pada subyek atau penderita, yaitu seseorang yang mengalami kerugian atau kerusakan mata. Pengertian tunanetra tidak saja mereka yang buta, tetapi mancakup juga mereka yang mampu melihat tapi terbatas sekali dan kurang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup sehari-hari dalam belajar. Menurut Purwaka Hadi (2007:8) istilah tunanetra secara harfiah berasal dari dua kata, “yaitu: a. Tuna (tuno: Jawa) yang berarti rugi yang kemudian di identikkan dengan rusak, hilang, terhambat, terganggu, tidak memiliki dan b. Netra (netro:Jawa) yang berarti mata”. Namun demikian, kata tunanetra adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan yang berarti adanya kerugian yang disebabkan oleh kerusakan atau terganggunya organ mata, baik anatomi maupun fisiologis. Menurut
Pertuni
dalam
situs
http://kontunet.blogspot.com
pengertian tunanetra bahwa, “tunanetra ialah mereka yang berindera penglihatan lemah pada kedua matanya sedemikian rupa sehingga tidak memiliki kemampuan membaca tulisan atau huruf cetak ukuran normal (ukuran huruf
ketik pika) pada keadaan cahaya normal meskipun
dibantu dengan kacamata, sampai dengan
mereka buta
total”.
Sedangkan T.Sutjihati Somantri (2006:52) mengemukakan bahwa, “pengertian anak tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari - hari seperti halnya orang awas”.
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Mohammad Efendi (2006:52) mengemukakan bahwa, “secara definisi seseorang dikatakan tunanetra apabila memiliki visus sentralis 6/60 lebih kecil dari itu atau setelah dikoreksi secara maksimal tidak mungkin menggunakan fasilitas pendidikan dan pengajaran yang dipergunakan untuk orang awas”. Pendapat lain dikemukakan oleh Anastasia Widdjajantin (2006:3), “anak tunanetra adalah anak yang tidak dapat menggunakan penglihatannya dan bergantung pada indera lain seperti pendengaran, perabaan dan penciuman”. Purwaka Hadi (2004: 11) “definisi tunanetra tidak dapat diartikan dalam satu sudut pandang”. Sudut pandang yang dimaksud Purwaka Hadi dapat penulis jelaskan sebagai berikut: 1) Pengertian dari segi pendidikan. Tunanetra diartikan sebagai suatu cacat penglihatan sehingga mengganggu proses belajar dan pencapaian belajar secara optimal sehingga diperlukan metode pengajaran, pembelajaran, penyesuaian bahan pelajaran, dan lingkungan belajar. 2) Secara anatomis-fisiologis, ketunanetraan menyangkut struktur anatomi dan fungsi organ mata. Sehingga tunanetra adalah rusaknya organ anatomi mata yang menyebabkan terganggunya fungsi penglihatan. 3) Secara medis, ketunanetraan dikaitkan dengan penyakit dan kelainan. Tunanetra adalah kerusakan mata yang disebabkan oleh penyakit dan kelainan anatomi dan atau kelainan fungsi penglihatan, sehingga tunanetra perlu mendapatkan pengobatan pada mata dan atau diberikan koreksi pada fungsi penglihatannya. 4) Keperluan rehabilitasi, disampaikan oleh Sigelman. Tunanetra terdiri dari 3 istilah, yaitu ketunaan/ kekurangan (impairment), ketakmampuan (disability), dan hambatan atau kendala (handicap). Menurut Irham Hosni (2007: 26), ”tunanetra merupakan terjadinya gangguan kemampuan siswa dalam melakukan pembelajaran yang disebabkan gangguan penglihatan yang dialaminya”. Gangguan yang dimaksud dapat berupa dalam kegiatan menulis, atau membaca huruf awas sehingga mereka memerlukan metode khusus dalam membaca atau menulis serta hambatan-hambatan lainnya. Di sini Irham Hosni mendefinisikan tunanetra khusus pada bidang pendidikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
Berdasarkan dari batasan-batasan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan penglihatan secara fisik maupun anatomi sehingga berdampak pada segala aspek kehidupannya termasuk dalam hal belajar, sehingga mereka memerlukan alat khusus, material khusus, latihan khusus dan bantuan khusus supaya dapat memfungsikan diri secara optimal di dalam belajar serta diperlukan metode pengajaran, pembelajaran, penyesuaian bahan pelajaran, dan lingkungan belajar. b. Klasifikasi Anak Tunanetra Menurut Jamila K.A. Muhammad (2008:79) masalah penglihatan dapat dibedakan dalam tingkatan-tingkatan berikut: 1) Menengah Pala masalah tingkat menengah, anak-anak masih mendapat melihat cahaya dan menjalankan aktivitas yang membutuhkan indera penglihatan dengan menggunakan alat bantu khusus seperti kacamata. 2) Serius Ma s al a h pa da t a hap s e ri us me nye ba bka n a na k -a na k m ungki n memerlukan lebih banyak waktu dan tenaga untuk menjalankan aktivitas sehari-hari, bahwa mereka mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas yang menggunakan penglihatan, walaupun telah memakai bantuan alat khusus. 3) Sangat serius Masalah pada tingkat sangat serius mengakibatkan anak-anak menghadapi kesulitan dalam melakukan aktivitas visual, seperti membaca, dan harus mengandalkan indera lain. Pendapat lain dikemukakan oleh Purwaka Hadi (2005: 45),mengklasifikasikan tunanetra atas dasar fungsi penglihatan kedalam lima kategori : 1) Kelompok yang memiliki penglihatan agak normal tetapi membutuhkan koreksi lensa dan alat bantu membaca. 2) Kelompok yang ketanjaman penglihatannya kurang atau sedang yang memerlukan pencahayaan dan alat bantu penglihatan khusus. 3) Kelompok yang memiliki penglihatan pusat rendah, lantang penglihatan sedang, ketikmaampuan memperoleh pengalaman akibat kerusakan penglihatan. 4) Kelompok yang memiliki fungsi penglihatan buruk, kemampuan lantang pandang rendah, penglihatan pusat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
buruk, dan perlu bantuan untuk membaca yang kuat. 5) Kelompok yang tergolong buta total. Sedangkan menurut Mohammad Efendi (2006:52-53), klasifikasi anak tunanetra menurut jenjangnya dapat dikelompokkan menjadi: 1) Anak yang mengalami ketunanetraan yang memungkinkan dikoreksi alat optik atau terapi medis. 2) Anak yang mengalami ketunanetraan yang memungkinkan dikoreksi alat optik atau terapi medis, tetapi masih mengalami kesulitan menggunakan fasilitas orang awas/lemah penglihatan 3) Anak mengalami ketunanetraan yang tidak memungkinkan dikoreksi alat optik atau terapi medis serta tidak dapat sama sekali memanfaatkan penglihatan untuk kepentingan pendidikan. Berdasarkan
klasifikasi
tersebut
secara
garis
besar
penulis dapat menyimpulkan bahwa klasifikasi anak tunanetra sebagai berikut: 1) Blind (Buta) Yaitu menggambarkan kondisi dimana penglihatan tidak dapat difungsikan lagi dan sudah tidak mampu menerima rangsangan cahaya dari luar meskipun menggunakan alat bantu penglihatan sehingga sangat mengandalkan indera lainnya. 2) Low Vision (penglihatan kurang) Yaitu
menggambarkan
ketajaman
yang
kurang
kondisi
penglihatan
dengan
dan masih mampu menerima
rangsangan cahaya dari luar serta masih dapat b e r f u n g s i apabila
dibantu
dengan
alat
khusus
walaupun
t i n g k a t keberhasilannya belum tentu maksimal. c. Faktor Penyebab Ketunanetraan T.Sutjihati
Somantri
(2006:53)
mengemukakan
bahwa,
“secara ilmiah ketunanetraan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, apakah itu faktor dalam diri anak (internal) atau faktor dari luar anak (eksternal)”. Hal-hal yang termasuk faktor internal yaitu faktor-faktor
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
yang erat hubungannya dengan keadaan bayi selama masih dalam kandungan. Kemungkinannya karena faktor gen (sifat pembawa keturunan), kondisi psikis ibu, kekurangan gizi, keracunan, obat, dan sebagainya. Sedangkan hal-hal yang termasuk faktor eksternal diantaranya faktorfaktor yang terjadi saat atau sesudah bayi dilahirkan. Misalnya: kecelakaan, terkena penyakit siphilis yang mengenai matanya saat dilahirkan, pengaruh alat medis (tang) saat melahirkan sehingga sistem persyarafannya rusak, kurang gizi atau vitamin, terkena racun, virus trachoma, panas badan yang terlalu tinggi, serta peradangan mata karena penyakit, bakteri, ataupun virus. Menurut Ronald L. Taylor., Lydia R. Smiley., Stephen B. Richard. (2009:291) menyatakan sebagai berikut : “Blindness and low vision have many possible causes than can affect various parts and functions of the eye. It is helpful to understand some of the major causes of vision loss and how the eye functions. Similarly, the possible characteries emerging as a result of vision loss can be quite diverse”. Menurut Ronald L. Taylor., Lydia R. Smiley., Stephen B. Richard. (2009:291) dijelaskan bahwa kebutaan dan penglihatan rendah memliki banyak kemungkinan penyebab yang dapat mempengaruhi berbagai bagian dan fungsi mata, akan sangat membantu untuk memahami beberapa penyebab utama kehilangan penglihatan dan bagaimana fungsi mata. Karakteristik yang sama akan muncul sebagai hasil dari kehilanagn penglihatan biasanya sangat beragam. Jamila K.A. Muhammad (2008:78) berpendapat terdapat berbagai penyebab kecacatan, yaitu sebagai berikut: 1) 2) 3) 4)
Penyakit turunan Komplikasi saat masa kehamilan dan saat melahirkan Rubela Sifilis (syphilis) 5) Kecelakaan 6) Terjangkit penyakit
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Sedangka
menurut
Mohammad
Efendi
(2006:53),
“penyebab
terjadinya insiden ketunanetraan dilihat dari kurun waktu terjadinya: masa sebelum lahir (prenatal), saat lahir (neonatal), dan setelah (postnatal). Sedangkan faktor penyebab dapat berasal dari penyakit (maternal rubella, retrolenta fibroplasias, katarak dan lain – lainnya), kecelakan dan keturunan”. Menurut C.Mpyet dan A.W Solomom dalam Br. J. Opththalmol. Br.J. Opththalmol.2005 April ,89(4): 417 – 419 mengukapkan hal sebagi berikut “cataract was the commonest cause of blindnees. Other major cause were non – thachomatous coineal opacity and trachoma. Blindness and low vision are highly prevalent among leprosy patients in this seting. Blindness and low vision are highly prevalent among leprosy patients in this setting”. Menurt C.Mpyet dan A.W Solomom dalam Br. J. Opththalmol diatas dijelaskan bahwa “katarak penyebab paling umum kebutaan. Penyebab utama lainnya adalah opasitas kornea, non-trachomatous dan trachoma. Kebutaan dan low vision sangat lazim di antara pasien kusta dalam pengaturan ini. Hanya sepertiga dari beban patologi mata berhubungan dengan efek langsung dari kusta”. Menurut
Direkorat
(htpp://www.ditplb.or.id/2010)
Pembinaan
Sekolah
faktor
menyebabkan
yang
Lu a r
Biasa
terjadinya
ketunanetraan antara lain: 1) Pre-natal Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan yaitu: a) Keturunan b) Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan Ketunanetraan
yang
disebabkan
karena
proses
pertumbuhan
kandungan dapat disebabkan oleh: (1) Gangguan waktu ibu hamil (2) Penyakit menahun seperti TBC, sehingga merusak sel-sel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
darah tertentu selama pertumbuhan janin dalam kandungan. (3) Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella atau cacar air, dapat menyebabkan kerusakan pada mata, telinga, jantung dan sistem susunan saraf pusat pada janin yang sedang berkembang. (4) Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasma, trachoma dan tumor. Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan dengan indera penglihatan atau pada bola mata itu sendiri. (5) Kekurangan vitamin tertentu dapat menyebabkan gangguan pada mata sehingga hilangnya fungsi penglihatan. 2) Post-natal Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak atau setelah bayi lahir antara lain: a) Kerusakan pada mata atau syaraf mata pada waktu persalinan akibat benturan alat atau benda keras. b) Pada waktu persalinan ibu mengalami gonorhoe, sehingga baksil gonorhoe menular pada bayi yang pada akhirnya setelah bayi mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan. c) Mengalami penyakit mata yang menyebakan ketunanetraan misalnya: (1) Xeropthalmia yaitu penyakit mata karena kekurangan vitamin A. (2) Trachoma yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon trachomis. (3) Katarak yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga lensa mata menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar mata menjadi putih. (4) Glaucoma yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam bola mata, sehingga tekanan pada bola mata meningkat. (5) Diabetik Retinopathy adalah gangguan pada retina yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
disebabkan karena diabetis. Retina penuh dengan pembuluhpembuluh darah dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem sirkulasi hingga merusak penglihatan. (6) Macular Degmeration adalah kondisi umum yang agak baik, dimana daerah tengah dari retina secara berangsur memburuk. Anak dengan retina degenerasi masih memiliki penglihatan perifer akan tetapi kehilangan kemampuan untuk melihat secara jelas objek-objek dibagian tengah bidang penglihatan. (7) Retinopathy of Prematurity biasanya anak yang mengalami ini karena lahirnya terlalu prematur. Pada saat lahir masih memiliki potensi penglihatan yang normal. Bayi yang dilahirkan prematur biasanya ditempatkan pada inkubator yang berisi oksigen dengan kadar tinggi, sehingga pada saat bayi dikeluarkan dari inkubator terjadi perubahan kadar oksigen yang dapat menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal dan meninggalkan semacam bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa ini sering menimbulkan kerusakan pada selaput jala (retina) dan tunanetra total. d) Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya, kecelakaan, seperti masuknya benda keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya, kecelakaan dari kendaraan, dan lain-lain. Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan faktor-faktor penyebab ketunanetraan antara lain: 1)
Keturunan atau bawaan sejak lahir.
2)
Kesehatan ibu saat mengandung.
3)
Kecelakaan yang terjadi saat masih dalam kandungan, saat kelahiran dan setelah kelahiran.
4)
Karena
penyakit
seperti
xeropthalmia,
commit to user
trachoma,
katarak,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
glaucoma, diabetik retinopathy dan sebagainya. 5)
Faktor gizi saat ibu mengandung dan saat anak setelah lahir.
d. Karakteristik Anak Tunanetran Tingkah laku anak tunanetra sering menunjukkan perbedaan dengan
anak
awas,
hal
ini
tentunya
di
sebabkan
oleh
ketidakmampuannya menerima rangsang akibat dari ketidakfungsian indera penglihatannya. Dengan hanya melihat tingkah laku anak tunanetra sudah terlihat jelas perbedaan yang mencolok antara anak tunanetra dengan anak awas. Menurut Mohammad
Al – Zyoud di dalam situsnya: http: www.
Internationaljournalofspecialeducation.com. “Self-concept is on important concept of any chil’s development. As children develop a sense of self and interact with and gain experience in the world. Their self-concept is a afeected. Self-concept is defined as the value that an individual places an his on her awn characteristic, qualities, abilities,, and action”. Al- Zyoud menjelaskan bahwa “konsep diri sangat penting dibangun bagi anak-anak. Membangun pengertian dari diri sendiri dan interaksi dari pengalaman sehari – hari . Konsep diri hendaknya jangan dibuat–buat. Konsep diri memberikan pengertian nilai – nilai pemahaman diri didalam atau diluar karakteristik, kualitas, kecakapan, dan tindakan”. Menurut Jamila K. A Muhammad (2008:80-81), gejala yang biasa terjadi pada anak-anak yang mungkin mengalami masalah penglihatan dapat dilihat dengan tiga aspek, yaitu: 1) Pertanda fisik : a) Bola mata selalu berputar-putar b) Mata selalu bergerak-gerak c) Tidak merepons terhadap cahaya yang terang d) Terdapat bintik-bintik putih pada pupil e) Bagian tepi mata berwarna merah f) Mata selalu berair g) Mata terlalu sensitif terhadap cahaya 2) Tingkah Laku: a) Selalu memajukancommit kepalanya to user ke depan, misalnya untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
melihat papan tulis atau objek tertentu Selalu memicingkan kepala Sering mengedipkan mata Sering mengusap-usap mata. Sering menutup sebelah matanya Sering menabrak benda Sering salah dalam mengenali huruf Selalu menonton televisi atau membaca buku dengan jarak yang sangat dekat i) Sering memegangi kepala dengan cara yang aneh j) Sering mengeluarkan air mata k) Memegang buku atau bacaan yang terlalu dekat dengan wajahnya l) Sering mencari-cari baris kalimat yang dibaca m) Sering mencontek pekerjaan teman n) Sering tidak membuat tugas yang diberikan o) Selalu menghindar untuk membuat setiap tugas yang diberikan 3) Keluhan: a) Selalu mengeluh sakit kepala, mual, dan pening b) Penglihatan kabur c) Penglihatan berbayang-bayang d) Penglihatan kabur setelah melakukan pekerjaan dengan konsentrasi tinggi e) Sensitive terhadap cahaya f) Mata selalu gatal b) c) d) e) f) g) h)
Purwaka Hadi (2007:23-25) mengemukakan karakteristik fisik dan psikis tunanetra adalah antara lain : 1) Karakteristik fisik a) Ciri khas fisik tunanetra buta Mereka yang tergolong buta bila dilihat dari organ matanya biasanya tidak memiliki kemampuan normal, misalnya bola mata kurang atau tidak pernah bergerak, kelopak mata kurang atau tidak pernah berkedip, tidak bereaksi terhadap cahaya. Seorang tunanetra buta yang tidak terlatih orientasi dan mobilitas biasanya tidak memiliki konsep tubuh atau body image, sehingga sikap tubuhnya menjadi jelek, misalnya: kepala tunduk atau bahkan tengadah,
tangan
menggantung
berbentuk sceiliosis, berdiri tidak tegak
commit to user
layuh
atau
kaku,
badan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
b) Ciri khas fisik tunanetra kurang penglihatan Tunanetra kurang lihat karena masih adanya sisa penglihatan biasanya berusaha mencari rangsang yang ada disekitarnya. Dalam upaya mencari rangsang ini kadang berperilaku yang tidak terkontrol, misalnya: tangan selalu terayun, mengerjap-kerjapkan mata, mengarahkan mata ke cahaya, melihat ke suatu objek dengan cara yang sangat dekat, melihat objek dengan memicingkan atau membelalakkan mata. 2) Karakteristik psikis a) Ciri khas psikis tunanetra buta
Tunanetra buta tidak memiliki kemampuan menguasai lingkungan jarak
jauh
dan
bersifat
meluas
pada
waktu
yang
singkat.
Ketidakmampuan ini mengakibatkan rasa khawatir, ketakutan dan kecemasan berhadapan dengan lingkungan. Akibatnya tunanetra buta mempunyai sikap dan perilaku sulit percaya diri pada dirinya, rasa curiga pada lingkungan, tidak mandiri atau ketergantungan pada orang lain, pemarah atau mudah tersinggung atau senitif, penyendiri inferiorty, self centered, pasif, mudah putus asa, sulit menyesuaikan diri. b) Ciri khas psikis tunanetra kurang lihat
Tunanetra kurang lihat seolah-olah berdiri dalam dua dunia, yaitu antara tunanetra dengan awas. Hal ini menimbulkan dampak psikologis bagi penyandangnya. Apabila tunanetra kurang lihat berada di kelompok tunanetra buta, dia akan mendominasi karena memiliki kemampuan lebih. Namun bila berada di antara orang awas maka tunanetra kurang lihat sering timbul perasaan rendah diri karena sisa penglihatannya tidak mampu diperlihatkan sebagaimana anak awas. Apabila diperhatikan bahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik ketunanetran dapat ditinjau dari: 1) Penampilan fisik 2) Perilaku yang muncul
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
3) Keluhan yang ada 4) Kondisi psikis yang muncul e. Dampak Ketunanetraan Seberapa jauh dampak kehilangan atau kelainan penglihatan terhadap kemampuan seseorang tergantung pada banyak faktor misalnya kapan (sebelum atau sesudah lahir, masa balita atau sesudah lima tahun) terjadinya kelainan, berat ringannya kelainan, jenis kelainan dan lain-lain. Seseorang yang kehilangan penglihatan sebelum lahir sering sampai usia lima tahun pengalaman visualnya sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Sedangkan yang kehilangan penglihatan setelah usia lima tahun atau lebih dewasa biasanya masih memiliki pengalaman visual yang lebih baik tetapi memiliki dampak yang lebih buruk terhadap penerimaan diri. Menurut Mohammad Effendi (2006:37), “dengan terganggunya salah satu, atau lebih alat inderanya (penglihatan, pendengaran, pengecap, pembau, maupun peraba), niscaya akan berpengaruh terhadap indera-indera yang lain”. Pada gilirannya akan membawa konsekuensi terhadap kemampuan dirinya berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Menurut Purwaka Hadi (2005:53), “terjadinya kelainan atau kerusakan penglihatan mengakibatkan keguncangan secara psikologis bagi penyandangnya”. Misalnya pada kasus kerusakan mata akibat kecelakaan, kemungkinan akan m e y e b a b k a n k e gu n c a n ga n j i w a ya n g
berakibat
t e r ga n g g u n ya
proses
pertumbuhan
dan
perkembangan secara umum bagi penyandang tunanetra. Sedangkan menurut Purwaka Hadi (2007: 27-30) ak i b a t d a r i m u n c u l n y a ketunanetraan
pada
seseorang
akan
berdampak
k h u s u s b a g i penyandangnya, yaitu: 1) Dampak personal atau individu 2) Dampak pada perkembangan sosial dan emosi 3) Dampak pada Perkembangan bahasa dan komunikasi
commit to user
secara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
4) Dampak pada kognitif 5) Dampak pada perkembangan gerak serta orientasi dan mobilitas. Menurut Lowerfeld dalam Juang Sunanto (2005: 47) mengemukakan bahwa, “kehilangan penglihatan mengakibatkan tiga keterbatasan yang serius yaitu (1) variasi dan jenis pengalaman (kognisi), (2)kemampuan untuk bergerak di dalam lingkungannya (orientasi clan mobilitas), dan (3) berinteraksi dengan lingkungannya (sosial dan emosi)”. Juang Sunanto (2005:48) mengemukakan bahwa, “dampak kehilangan penglihatan akan berpengaruh dalam empat bidang, yaitu sosial dan emosi, bahasa, kognitif, serta orientasi dan mobilitas”. Dari kesimpulan
beberapa bahwa
penjelasan
tersebut
dapat
diambil
dampak dari kehilangan penglihatan akan
berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak tunanetra pada beberapa bidang, diantaranya: 1) Bidang kognitif 2) Bidang sosial dan emosi 3) Bidang orientasi dan mobilitas Dari bidang-bidang tersebut dapat penulis uraikan sebagai berikut: 1) Bidang kognitif Kognisi adalah persepsi individu tentang orang lain dan objek-objek yang diorganisasikannya secara selektif. Anak tunanetra memiliki hambatan dalam bidang kognitif dikarenakan mereka minim mendapatkan pengenalan atau pengertian terhadap dunia luar anak, tidak dapat diperoleh secara lengkap dan utuh. Mereka memperoleh kesan atau persepsi terutama berdasarkan pada pengamatan yang dilakukan melalui indera pendengarannya, karenanya pengertian yang diperoleh terutama juga terbatas pada pengertian yang bersifat verbal. Karena kurangnya stimuli visual ini perkembangan kognitif anak tunanetra cenderung terlambat bila dibandingkan anak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
normal. 2) Bidang sosial dan emosi Perkembangan kemampuan
untuk
sosial
berarti
bertingkah
dikuasainya
laku
sesuai
seperangkat
dengan
tuntutan
masyarakat. Bagi anak tunanetra penguasaan seperangkat kemampuan bertingkah laku tersebut tidaklah mudah. Dibandingkan dengan anak awas, anak tunanetra lebih banyak menghadapi masalah dalam perkembangan
sosial.
Hambatan-hambatan
tersebut
terutama
muncul sebagai akibat langsung maupun tidak langsung d a r i ketunanetraannya. Kurangnya motivasi, ketakutan menghadapi lingkungan sosial yang lebih luas atau baru, perasan-perasaan rendah diri, malu, sikap mas yarakat yang seringkali tidak menguntungkan seperti penolakan, penghinaan, sikap acuh, ketidakjelasan tuntutan sosial, serta terbatasnya kesempatan bagi anak
untuk
merupakan
belajar,
pola
k e c e n d e r u n ga n
m e n ga k i b a t k a n
perkembangan
tingkah
laku
tunanetra sosialnya
yang ya n g
menjadi
diterima dapat terhambat.
Kesulitan lain dalam melaksanakan tugas perkembangan sosial ini ialah keterbatasan anak tunanetra untuk dapat belajar sosial melalui proses identifikasi dan imitasi, juga memiliki keterbatasan untuk mengikuti bentuk-bentuk permainan sebagai wahana penyerapan norma-norma atau aturan-aturan dalam bersosialisasi. Anak tunanetra tidak mampu melihat lingkungannya, perasaan malu seringkali menghinggapi mereka. Hal ini terutama memasuki dunia yang masih asing baginya. Sifat ini seringkali disebabkan karena keluarbiasaannya serta sebagai reaksi terhadap ketidaktahuan dan ketidakpastian reaksi orang lain terhadap diri dan perilakunya. Sedangkan perasan khawatir dan cemas seringkali menghinggapi anak tunanetra sebagai akibat dari ketidakmampuan atau
keterbatasan
dalam
memprediksi
dan
mengantisipasi
kemungkinan - kemungkinan yang terjadi di lingkungannya dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
menimpa dirinya. Selain rasa malu, khawatir dan cemas, anak tunanetra memiliki pola emosi yang mudah marah, menarik diri dari pergaulannya. Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa
perkembangan
sosial
dan
emosi
anak
tunanetra
mengalami hambatan dibandingkan dengan anak awas. 3) Bidang orientasi dan mobilitas Anak tunanetra mengalami kehilangan fungsi persepsi visual sebagai
alat
me lakuka n
orie nta si
mobil itas
menyeba bkan
di
kemam puan
untuk
lingkungannya menjadi terhambat.
Praktis karenanya, kesempatan untuk melakukan eksplorasi juga menjadi terbatas. Sempitnya kebebasan yang dimiliki anak tunanetra menjadikan mereka cenderung bersikap pasif, enggan untuk bergerak dan kontak dengan lingkungannya. Mereka lebih banyak menunggu
aksi
daripada
melakukan
prakarsa.
Dengan
demikian,
kesempatan untuk mendapatkan pengalaman baru dari lingkungan sekitar melalui hubungan sosial menjadi terbatas.
2)Tinjauan Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar Menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2002: 12) , “ Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat“. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata belajar merupakan kata yang tidak asing. Sedangkan Hilgrad dalam S. Nasution (2000: 25) mengatakan : “Learning is the prosess by which an activity originates or is changed though training procedures as distinguished from changes by factors not attributable to training”. Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan yang dibedakan dari perubahan – perubahan oleh faktor – faktor yang tidak termasuk latihan. Menurut Cronbach dalam Syaiful Bahri Djamarah (2002:13) berpendapat bahwa : “ Learning is shown by change in behavior as a result of
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
experience”. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan belajar menurut Thursan Hakim (2005:1) didefinisikan sebagai “Suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan”. Sardiman A.M. (2007: 22) menyatakan: “Belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi , fakta konsep atau teori”. Dalam proses interaksi ini terkandung dua maksud yaitu: (1) Proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar. (2) Proses ini dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera berperan. Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengarakan , meniru dan lain sebagainya b. Pengertian Prestasi Prestasi “Prestatie”.
berasal Kemudian
dari
bahasa
dalam
serapan
bahasa
Belanda
Indonesia
yaitu, menjadi
“Prestasi”, yang berarti merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan. Hal ini sesuai dengan makna prestasi yang di ungkapkan oleh beberapa pendapat para ahli, antara lain 1) http://sunartombs.com.2010
menyatakan bahwa, “prestasi merupakan, kecakapan atau hasil konkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu”. 2) http://sunartombs.com. 2010 menyatakan bahwa, “prestasi dapat diartikan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan”. Menurut Sardiman A.M. (2007:25) berpendapat: “prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar“. Sedangkan
menurut
W.S.Winkell
(1991:60),
“prestasi
adalah
bukti
keberhasilan usaha yang dapat dicapai. Suatu usaha yang telah dilaksanakan menurut batas kemampuan dan pelaksanaan usaha tersebut” .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan suatu hasil usaha yang dilakukan siswa dengan kemampuan nyata yang dimiliki oleh siswa setelah melalui proses pengalaman atau belajar yang dapat langsung ditampilkan dalam situasi tertentu. Prestasi dapat dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, atau pernyataan verbal. c. Pengertian Prestasi Belajar Menurut S Nasution (1996:17) dalam http://sunartombs. com. 2010 pengertian “prestasi belajar sebagai kesempurnaan yang dicapai seseorang
dalam
berpikir,
http://www.sunartombs
merasa
.com.2010
dan
berbuat”.
pengertian
prestasi
Menurut belajar
sebagai berikut, “pengukuran dari penil aian usaha hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf, maupun kalimat yang menceritakan h a s i l y a n g s u d a h d i c a p a i o l e h s e t i a p a n a k p a d a periode tertentu”. Menurut Sardiman A.M. (2007:25) berpendapat: “prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar“. Sedangkan Menurut Nana Syaodah Sukmadinata (2004:103-14) berpendapat bahwa “Prestasi belajar atau achievement merupakan realisasi dari kecakapan – kecakapan potensial yang dimiliki seseorang. Prestasi belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun kemampuan motorik”. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar sebagai bukti keberhasilan di dalam belajar. Prestasi belajar dapat dilihat dari tingkat keberhasilan seseorang dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakannya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
evaluasi. Tinggi rendahnya hasil evaluasi mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Sutratinah Tirtonegoro (1984:43), menyatakan bahwa “prestasi belajar adalah hasil dari usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, huruf , maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang dicapai”. Prestasi belajar merupakan catatan yang dibuat oleh seseorang yang berwenang atau bertanggung jawab memberikan penilaian terhadap subjek belajar. Dalam hal ini prestasi akademis, prestasi bakat dan lain sebagainya. Dari batasan-batasan di atas disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkat
kemanusiaan
yang
dimiliki
siswa
dalam
menerima,
menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar, dan tingkat kemanusiaan tersebut dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang disesuaikan dengan faktor kognitif, afektif dan psikomotor yang dimiliki siswa. d. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Untuk mencapai prestasi belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai tujuan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Menurut Thursan Hakim (2005:11), faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 1) Faktor internal, adalah faktor yang terdapat di dalam diri inidividu itu sendiri, seperti kesehatan jasmani dan rohani, kecerdasan (intelegensia), daya ingat, kemauan, dan bakat. 2) Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri individu yang bersangkutan, seperti keadaan lingkungan rumah, sekolah, masyarakat, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan semua lingkungan tersebut. Menurut S Nasution d a l a m http://sunartombs.com.2010 faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu: 1) Faktor Intern, meliputi: a) Kecerdasan/intelegensi b) Bakat c) Minat d) Motivasi
commit to user
faktor-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
2) Faktor Ekstern, meliputi: a) Keadaan keluarga b) Keadaan sekolah c) Lingkungan masyarakat. Faktor-faktor diatas penulis uraikan sebagai berikut : 1) Faktor intern adalah faktor yang disebut dari dalam individu itu sendiri. Faktor intern meliputi : (a) Kecerdasan/Intelegensi Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi. Intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan
tingkat
perkembangan
sebaya.
Ada
kalanya
perkembangan ini di tandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan teman sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar, karena faktor ini sangat mempengaruhi bagi seorang anak dalam usaha belajar. (b) Bakat Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Dalam proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil prestasi yang baik. (c) Minat Minat
adalah
kecenderungan
yang
tetap
untuk
memperhatikan beberapa kegiatan. Minat belajar yang telah dimiliki
siswa
merupakan
salah
satu
faktor
yang
dapat
mempengaruhi hasil belajarya. Apabila seseorang mempunyai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan, sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya. (d) Motivasi Motivasi adalah suatu daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk belajar. 2) Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar siswa. Faktor-faktor ekstern meliputi: (a) Keadaan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. (b) Keadaan Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan siswa, karena lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar lebih giat. (c) Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. Karena lingkungan masyarakat dapat membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
prestasi
belajar
dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berkaitan, namun secara umum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
dapat diklasifikaikan menjadi faktor dari dalam diri individu dan dari luar individu yang belajar.
3)Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA ) Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia. Kata scientia yang berarti “saya tahu”. IPA merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam yang merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu “Natural Science atau Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau sangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi, IPA secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa yang terjadi di alam , Srini M. Iskandar ( 2001: 2) Menurut
Leo
Sutrisno, dkk (2007: 1-19) mengemukakan, “IPA
merupakan kemampuan manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth)”. Jadi, IPA mengandung tiga hal: (1) proses adalah aktivitas manusia dalam memahami alam semesta, (2) prosedur adalah pengetahuan IPA dibangun melalui pengamatan yanmg tepat dan (3) prosedur adalah hasil akhir atau kesimpulan yang betul. Menurut The Liang Gie dalam Leo Sutrisno, dkk (2007:1-16) menyatakan bahwa “science adalah kumpulan sistematis dari pengetahuan”. For example, consider the image of Dr. Faustus: “in this narrative, scientists willingly – too willingly – sell their souls to acquire youth and knowledge (1). Science seems to involve magical ability. Another image is Dr. Strangelove: in this blackhumor caricature, scientist and engineers sign up – too readily – to create and buttress a military – industrial complex (2). Science seems to be motivated by unlimited curiosity and raw power, unrestrained by moral considerations. In the public mind today, the “two
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
cultures” contrast the responsible engineer, physician, or citizen with a largely imaginary “mad scientist”. Rodney W. Nichols (2010:18) Kutipan jurnal diatas mengemukakan bahwa contoh Dr. Faustus : di cerita ini , ilmuwan dengan sepenuh hati menjual jiwa – jiwa mereka untuk memperoleh kemudahan dan pengetahuan (1). Ilmu pengetahuan sepertinya meliputi kemampuan gaib. Pendapat lain yaitu Dr.Strangelove: di dalam karikatur
humornya
ilmuwan
dan
insiyur
menandatangai
kontrak
kesediaaannya membuat dalam kekuatan militer atau industri gabung (2). Ilmu pengetahuan sepertinya adalah motivasi dengan kecurigaan tidak terbatas dan kekuatan mentah, tak dikendalikan dengan moral. Orang – orang berfikir hari ini, “two cultures” atau dua klutur kontras yang bertanggung jawab antara insiyur, dokter, atau penduduk kota dengan sebagian besar khayal “mad ilmuwan”. Menurut Sri Sulistyorini (2007:39), “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan mencari tahu tentang alam semesta sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta – fakta, konsep- konsep, atau prinsip – prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sedangkan menurut Hendro Darmojo dan Jenny Kaligis (1992:5) menyatakan bahwa: “IPA dapat dipandang sebagai suatu proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam. Untuk ini diperlukan suatu tata cara yang sifatnya analitis, cermat, lengkap serta menghubungkan gejala alam satu dengan gejala alam yang lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu sudut pandang yang baru tentang objek yang diamatinya”. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan alam merupakan salah satu kumpulan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta, baik ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta yang bernyawa ataupun yang tidak bernyawa dengan jalan mengamati berbagai jenis dan lingkungan alam serta lingkungan buatan. Selain itu benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum berlaku kapan pun dan dimana pun atau kumpulan dari peristiwa-peristiwa yang berupa fakta-fakta,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
konsep-konsep atau prinsip-prinsip serta proses penemuan tentang gejalagejala alam serta upaya mencari pengetahuan dalam fenomena alam atau mencoba menerangkan fenomena alam melalui berbagai proses ilmiah . b. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Pembelajaran IPA adalah Pembelajaran yang membahas ilmu tentang alam ini. IPA merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa alam. Salah satu tujuan dari pembelajaran IPA yaitu agar siswa memahami konsepkonsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Menurut
Sri
Sulistyorini
(2007:40),
mengemukakan
tujuan
pembelajaran IPA yaitu 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan peradaban, keindahan dan keteraturan ciptaanNya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4) Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7) Memperoleh pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya . Menurut kebijaksanaan umum kurikulum berbasis Kompetensi (2006) dalam Leo Sutrisno ,dkk (2007:2-29) mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep – konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari . 2) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adannya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan teknologi dan masyarakat. 3) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
4) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam. Menurut Hendro Darmojo dan Jenny Kaligis (1992:6) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah sebagai berikut: 1) Memahami alam sekitarnya, meliputi benda – benda alam dan buatan manusia serta konsep – konsep IPA yang terkandung di dalamnya. 2) Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu berupa keterampilan proses atau metode ilmiah yang sederhana. 3) Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan memecahkan masalah yang dihadapinya; serta menyadari kebesaran penciptaNya. 4) Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk mencapai tujuan IPA dalam proses pembelajaran, guru harus mengetahui ruang lingkup IPA. Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan dan hubungan serta interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan 2) Benda, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi padat, cair dan gas 3) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya dan bendabenda langit lainnya.
c. Pembelajaran IPA di SD Menurut Srini M. Iskandar (2001:18-19) mengatakan: “pelajaran IPA lebih mementingkan kemampuan berpikir daripada kemampuan menghafal disamping itu dipentingkan juga kemampuan mengadakan pengamatan secara teliti, menggunakan prinsip, memecahkan percobaan sederhana, menyusun data, dan mengemukakan dugaan”. Pembelajaran IPA sebaiknya dilakukan secara inkuiri ilmiah (Scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Sebelum mengajarkan materi IPA atau mata pelajaran yang lain kepada anak usia sekolah dasar terlebih dahulu harus mengetahui karakteristik masing-masing anak. Hal ini untuk mengetahui metode pembelajaran apa yang paling tepat untuk mengajarkan IPA atau mata pelajaran yang lain pada anak SD. “Pembelajaran IPA merupakan media pengembangan potensi siswa SD yang didasarkan pada karakteristik psikologi anak, memberikan kesenangan bermain dan kepuasan intelektual bagi mereka dalam membongkar misteri, seluk beluk dan teka – teki fenomena alam sekitar dirinya, mengembangkan potensi saintis yang terdapat dalam dirinya, memperbaiki konsepsi mereka yang masih keliru tentang fenomena alam, sambil membekali keterampilan dan membangun konsep–konsep baru yang harus dikuasainya” (http://www.scribd. com/doc/17087298/ Karakteristik-Pembelajaran –IPASD). Teori belajar yang menonjol di dalam pendidikan IPA adalah teori piaget dan teori konstruktivisme. Teori Piaget menguraikan perkembangan kognitif dari masa bayi sampai masa dewasa. Sedangkan teori konstruktivisme menekankan bahwa peserta didik tidak menerima begitu saja ide – ide dari orang lain. Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo dan Marten yang dikutip oleh Iskandar (2001:16) sebagai berikut: 1) 2) 3) 4)
Mengamati apa yang terjadi. Mencoba memahami apa yang diamati. Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi. Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan-ramalan itu benar. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
IPA adalah sebagai media pengembangan potensi siswa SD seharusnya didasarkan pada karakteristik psikologis anak memberikan kesenangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
bermain dan kepuasan intelektual bagi mereka dalam membongkar misteri, seluk-beluk dan teka-teki fenomena alam di sekitar dirinya, mengembangkan potensi saintis yang terdapat dalam dirinya, memperbaiki konsepsi mereka yang masih keliru tentang fenomena alam, sambil membekali keterampilan dan membangun konsep-konsep baru yang harus di kuasainya. d. Standar Isi Mata Pelajaran IPA Tingkat SD Kelas IV dalam Pelaksanaan Kurikulum 2006 (KTSP) Standar Isi 2006 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA SD Kelas IV Semester 2 Table 1 Standar Isi Mata Pelajaran IPA 2006 Kelas IV Semester 2 Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Gaya dan Perubahan 7. Memahami gaya dapat
7.1. Menyimpulkan hasil
mengubah gerak dan /atau
percobaan bahwa gaya
bentuk suatu benda.
(dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda. 7.2. Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda.
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Energi Panas dan Bunyi 8. Memahami berbagai bentuk
8.1. Mendeskripsikan energi
energi dan cara menggunakan
panas dan bunyi yang
dalam kehidupan sehari – hari.
terdapat di lingkungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
sekitar serta sifat – sifatnya. 8.2. Menjelaskan berbagai energi alternative dan cara penggunaanya. 8.3. Membuat suatu karya /model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara. Misalnya membuat roket dari kertas / baling – baling / peasawat kertas / parasut. 8.4. Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik.
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Bumi dan Alam Semesta 9. Memahami perubahan
9.1. Mendiskripsikan perubahan
kenampakan permukaaan bumi dan benda langit.
kenampakan bumi. 9.2. Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari.
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Bumi dan Alam Semesta 10. Memahami perubahan
10.1. Mendiskripsikan berbagai
lingkungan fisik dan
penyebab perubahan
pengaruhnya terhadap daratan.
lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombangair laut).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
10.2. Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longgsor). 10.3. Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan(erosi, abrasi, banjir dan longsor).
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Bumi dan Alam Semesta 11. Memahami hubungan antara
11.1.
Menjelaskan hubungan
sumber daya alam dengan
anatara sumber daya alam
lingkungan , teknologi dan
dengan lingkungan.
masyarakat
11.2.
Menjelaskan hubungan sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan.
11.3.
Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan.
4)Tinjauan Tentang Prestasi Belajar IPA Dari batasan – batasan yang telah dikemukakan penulis menyimpulkan, prestasi belajar adalah tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi – informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar, dan tingkat kemanusiaa tersebut diperoleh dari hasil pengukuran yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf, maupun kalimat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Penulis menyimpulkan berdasarkan batasan–batasan yang telah diutarakan, IPA adalah mata pelajaran yang didalamnya mengkaji alam semesta, baik ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta yang bernyawa dengan jalan mengamati berbagai jenis dan lingkungan alam serta lingkungan alam buatan. Dengan melihat kesimpulan di atas prestasi belajar IPA adalah tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi – informasi yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsipprinsip serta proses penemuan tentang gejala-gejala alam serta upaya mencari pengetahuan dalam fenomena alam atau mencoba menerangkan fenomena alam melalui berbagai proses ilmiah.
5)Tinjauan Tentang Metode Quantum Learning a. Pengertian Metode Quantum Learning Menurut Bobbi De Porter dan Hernacki (2010:15), ”Quatum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif di sekolah dan bisnis untuk semua tipe orang dan segala usia”. Quatum learning pertama kali digunakan Supercamp. Di Supercamp ini menggabungkan rasa percaya diri, keterampilan belajar, dan keterampilan berkomunikasi dalam lingkungan yang menyenangkan. Bobbi DePoter dalam (http:/ www.newhorizons.org ) menyatakan sebagai berikut: “Quantum Learning is comprehensive model that covers both educational theory and immediate classroom implementation. It intregrates research-based best practices in education into a unified whole, making content more meaningful and relevant to students’lives. Quantum learning is about bringing joy to teaching and learning with ever- increasing”Aha” moments of discovery. It helps teachers to present their content a way that engages and energizes students. This model also intergrates learning and life skills, resulting in students who become effective lifelong learners – responsible for their own education”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Menurut DePorter di atas dijelaskan bahwa pembelajaran quantum adalah sebuah model kesatuan yang meliputi teori pembelajaran dan implementasi ruang kelas saat ini. Pembelajaran quantum memadukan penelitian berdasarkan praktek mengajar terbaik dalam pendidikan termasuk kesatuan yang menyeluruh, membuat isi pelajaran lebih bermakna dan sesuai dengan kehidupan siswa. Quantum Learning membuat belajar mengajar menjadi menyenangkan. Hal ini membuat siswa sangat bersemangat dalam belajar. Model ini juga memadukan pembelajaran dan keterampilan serta menghasilkan siswa yang aktif dalam belajar. Quatum
Learning
menurut
Porter
dan
Hernacki
(2006:16)
didefinisikan “sebagai interaksi–interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”. Semua kehidupan adalah energi. Dalam
rumus klasik E =mc²
mereka alihkan ikhwal energi itu ke dalam analogi tubuh manusia secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, belajar bertujuan untuk meraih
sebanyak
i ns p i ra s i .
mungkin
Se da n g ka n
wo rd pre s s .c o m )
cahaya, m e nu r ut
mendefinisikan
interaksi,
hubun ga n
da n
( ht t p: / / a k hm a ds ud ra j a t .
“Quantum
Learning
sebagai,
interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”. Mereka mengamalkan kekuatan energi sebagai bagian penting dari setiap binteraksi manusia. Dengan menghasilkan cahaya. DePoter dalam (http://www.hudson.k12.ia.us/ Middle % 20 School /08-09/ quantum-final.pdf) menyatakan sebagai berikut: “Quantum Learning is a comprehensive model that covers both educational theory and immediate classroom implementation. It integrates research-based best practices in education into a unified whole, making content more meaningful and relevant to students' lives”. Menurut DePorter diatas dijelaskan bahwa Quantum Learning adalah komprehensif model yang mencakup baik teori pendidikan dam implementasi kelas segera. Hal mengintegrasikan praktik terbaik berbasis penelitian dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
pendidikan menjadi satu kesatuan, sehingga lebih bermakna dan relevan bagi kehidupan para siswa. Quantum Learning berakar dari upaya Georgi Lazanov pendidik b e r k e b a n g s a a n B u l g a r i a . I a m e l a k u k a n e k s p e r i m e n y a n g d i s e b u t n y a “suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar, dan setiap detil apapun memberikan sugesti positif atau negative. Untuk mendapatkan sugesti positif maka diperlukan beberapa teknik dalam pembelajaran. Beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti positif menurut DePorter dan Hernacki (2010:14): “Mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugesti”. Makmum (2003:37) dalam http://pkab.wordpress.com: “Melalui penciptaan iklim belajar yang nyaman dan menyenangkan bagi siswa serta mendorong terciptanya sugesti positif dari siswa akan memunculkan motivasi belajar yang besar dalam diri siswa. Motivasi merupakan suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari”. Be rdasa rkan uraia n penge rt ian Quant um Le ar ni ng dapat dita rik kesimpulan bahwa Quantum Learning adalah suatu metode belajar yang memberikan kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertaj am pemahaman daya ingat, serta belaj ar
sebagai
proses
yang
menyenangkan
dan
bermakna,
sehingga mendorong sugesti positif yang dapat memperbaiki hasil belajar siswa. b. Faktor yang Mendukung Metode Quantum Learning Metode Quantum Learning melihat kesuksesan siswa pada unsur-unsur terkait yangcommit tersustoun userdengan baik dengan sudut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
pandang yang berbe da. Diantaranya adalah suasana, lingkungan, landasan, rancang nilai-nilai dan keyakinan. Unsur-unsur tersebut harus benar-benar dimengerti oleh guru. DePorter Et al ( 2008:14). Adapun penjelasannya secara singkat antara lain: 1) Suasana Dalam pembelajaran guru harus dapat memilih serta menerapkan bahasa dengan benar, bagaimana cara menjalin rasa simpati dengan siswa, suasana yang penuh kegembiraan akan membawa kegembiraan siswa dalam belajar. 2) Landasan Kerangka kerja, tujuan, keyakinan, kesepakatan, kebijakan, prosedur dan aturan bersama yang memberi guru dan siswa sebuah pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar. 3) Lingkungan Cara guru dalam menata ruang kelas, cukup penerangan, warna, pengaturan
meja
dan
kursi,
tanaman,
ada
musiknya
akan
menciptakan lingkungan yang aman, nyaman dan santai. 4) Rancangan Yang dimaksudkan ialah penciptaan terarah unsur-unsur penting yang bisa menumbuhkan minat siswa, mendalami makna, dan memperbaiki proses tukar menukar informasi. 5) Nilai-nilai dan keyakinan Terdiri dari: a) Sumber-sumber, pengetahuan, pengalaman, hubungan dan inspirasi b) Belajar untuk mempelajari keterampilan mengahafal, membaca, menulis, mencatat, kreatifitas, cara belajar, dan komunikasi c) Metode diantaranya lewat mencontoh, permainan, diskusi kelompok, dan sebagainya. Sedangkan menurut Miftahul A’la (2010:55-56), ”Quantum Learning merupakan orkestrasia bermacam- macam interaksi yang ada di dalam dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
disekitar situasi”. Orkestasia merupakan kolaborasi berbagai interaksi belajar yang terdiri dari konteks maupun konten. Konteksnya meliputi: 1)
Suasana pembelajaran
2)
Landasan / kerangka kerja
3)
Lingkungan pembelajaran
4)
Perancangan pembelajaran yang dinamis
5)
Presentasi/ cara penyampaian materi
6)
Pemberdayaan fasilitas
7)
Keterampilan hidup
8)
Praktik Jika berbagai aspek ditata dengan cermat, suatu keajaiban akan
terjadi. Konteks itu sendiri benar-benar menciptakan rasa saling memiliki, yang
kemudian
akan
meningkatkan
rasa
saling
memiliki
dan
penghargaan. Kelas akan menjadi komunitas belajar, tempat belajar bagi siswa yang menyenangkan, bukan karena unsur keterpaksaan. c. Penerapan Metode Quantum Learning dalam Pembelajaran Metode Quantum Learning merupakan salah satu metode pembelajaran yang dilakukan dengan adanya penggabungan bermacammacam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar situasi belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan belajar siswa. Interaksi - interaksi antar masing-masing komponen pendidikan akan mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi kesuksesan belajar yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya. Metode Quantum Learning pada hakikatnya merupakan pendekatan pembelajaran
yang
memberikan
kesempatan
secara
luas
dan
menyenangkan kepada siswa untuk berperan serta aktif dalam proses pembelajaran. Agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran harus diciptakan suasana menggairahkan dengan menyajikan materi pelajaran yang bersifat
menantang,
commit to user
mengesankan
dan
dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
menumbuhkan serta meningkatkan daya kreatif. Menurut DePorter dan Hernacki (2010:14) mengemukaka “Quantum Learning
mengcakup
aspek-aspek
penting
dalam
program
NLP
(neurolinguistik), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi yang diperoleh dalam belajar”. Artinya dalam belajar siswa dan guru dapat meningkatkan motivasi, meningkatkan daya ingat sehingga mempengaruhi hasil belajar, memperbesar keyakinan diri, mempertahankan sikap positif, dan melanjutkan keberhasilan dengan memanfaatkan ketrampilan yang diperoleh. Motivasi yang demikian ini memberi semangat yang kuat bagi guru untuk melaksanakan tugas profesionalnya, dan juga memberi semangat kepada siswa untuk memperoleh hasil belajar yang bermutu. Partisipasi
aktif
siswa
dalam
pembelajaran
dapat
diwujudkan dalam bentuk mengajukan pertanyaan atau memberikan jawaban dalam pembahasan materi pembelajaran. Dalam menerima jawaban dari siswa, guru tidak langsung menyalahkan jawaban siswa melainkan menelusuri mengapa siswa menjawab demikian. Untuk siswa yang menjawab salah guru dapat mengajukan pertanyaan lain yang mampu mengarahkan siswa agar dapat memberikan jawaban yang benar, bertitik tolak dari kesalahan jawaban yang disampaikan sebelumnya. Sikap guru kepada siswa yang menjawab benar yaitu guru berusaha mengetahui alur berpikir siswa tersebut untuk mcngembangkan kemampuan berpikinya lebih lanjut. Quantum Learning meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku sehingga digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru dalam proses belajar dan pembelajaran. Model atau metode ini menggabungkan sugestologi, teknik percepatan belajar, dan neurolinguistik dengan teori-teori pembelajaran, keyakinan akan mampu menerima pelajaran dan metode yang sesuai dengan tuntutan materi pelajaran. Metode ini dapat digunakan commit untuk semua mata pelajaran pada semua jenjang to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
dan jenis pendidikan, hanya saja beberapa diantaranya disesuaikan dengan siapa yang menjadi peserta didik dan apa mata p e l a j a r a n n y a . “ Li n g k u n g a n
dan
mempertimbangkan
sumber dengan
belajar
cermat
Quantum
lingkungan
Learning
positif,
aman,
mendukung, santai, penjelajahan dan menggembirakan”. Syaiful Sagala (2008:106). Dalam penerapannya metode ini menggunakan berbagai macam metode diantaranya metode diskusi, tanya jawab dan metode– metode yang lain yang dapat menciptakan tumbuhnya kreatifitas siswa. Menurut Bobby DePorter, Mark Reardon dan Sarah Nourie (2008:88), Kerangka perancangan pendekatan Quantum Learning bagi guru mengacu pada akronim “TANDUR” antara lain: T = Tumbuhkan minat dengan mengatakan : Apa Manfaatnya Bagiku (AMBAK)? Dan memanfaatkan kehidupan siswa. A = Alami, artinya menciptakan atau mendatangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua siswa. N = Namai, menyediakan kata kunci pada konsep, model, rumus dan strategi. D = Demonstrasikan, menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan bahwa MEREKA TAHU DAN PASTI BISA! U = Ulang, menunjukkan kepada siswa cara mengulang materi dan menegaskan “AKU TAHU BAHWA AKU MEMANG TAHU INI” R= Rayakan, memberikan pengakuan, reward/hadiah atas selesainya suatu tugas, atas partisipasinya dalam berbagai kegiatan/ketrampilan atau pemerolehan pengetahuan. Menuju pada rancangan Quantum Learning dengan TANDUR tersebut, maka diharapkan guru bisa menjadi Quantum Teacher. 1) Tumbuhkan Manfaat Pada rancangan Quantum Learning tumbuhkan manfaat, menunjukkan manfaat yang diperoleh mengapa harus mempelajari IPA diantaranya yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan alam dan lingkungannya. b)Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, menemukan, memecahkan masalah dan ketrampilan dalam kehidupan di alam. c) Memiliki kesadaran terhadap nilai-nilai ilmu pengetahuan. 2) Alami Pada rancangan Quantum Learning Alami, memanfaatkan modalitas belajar siswa baik visual, audio maupun kinestetiknya untuk mempelajari materi IPA dengan belajar menyenangkan. Yaitu dengan menceritakan pengalaman yang lucu sebelum pembelajaran, pengutaraan kesimpulan hasil mendengarkan kaset bicara atau membaca dengan bahasa sendiri baik lesan maupun tertulis dan dengan pemutaran musik yang digemari. 3) Namai Pada rancangan Quantum Learning Namai, agar siswa bisa tetap berada pada lingkungan dimana ia sedang mempelajari suatu materi tertentu dan mudah mengingatnya, dan dapat menciptakan suasana ilmiah
sesuai
dengan
pokok
bahasan
sehingga
siswa
terangsang/terpacu untuk mempelajari pokok bahasan tersebut. Dalam Pembelajaran IPA penulis mengambil pokok bahasan mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan serta sifat - sifatnya, sehingga dalam kegiatan rancangan ini adalah memberikan nama – nama bentuk energi panas dan bunyi sesuai dengan jumlah siswa. 4) Demonstrasikan Pada
rancangan
Quantum
Learning
Demonstrasikan,
materi mata pelajaran IPA pokok bahasan memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaanya dalam kehidupan sehari-hari didiskusikan bersama dan dipresentasikan oleh setiap siswa dengan menggunakan bahasa sendiri. Dan guru meyakinkan kepada semua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
siswa bahwa, "YOU Can Do It, kamu pasti bisa!”. Dengan sistem seperti ini diharapkan semua siswa bisa aktif untuk menunjukkan kemampuannya dalam memahami isi materi pelajaran, ketrampilan dalam menyampaikan dan melatih keberanian siswa. 5) Ulangi Pada rancangan Quantum Learning Ulangi, siswa mengulang dengan contob-contoh
soal,
guru
mengulang,
menegaskan,
dan
menjustifikasi kembali materi hasil presentasi tersebut. Hal ini untuk menghindari salah konsep yang timbul atau menghilangkan keraguan atas materi yang dipresentasikan. 6) Rayakan Pa da ra nc a nga n Quant um Le ar ni ng Raya ka n i ni , guru be rus a ha memberikan reward/ hadiah atau pengakuan atas prestasi maupun partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. d. Pengaruh Metode Quantum Learning terhadap Prestasi Belajar IPA Anak tunanetra mengalami kesulitan dalam proses pembentukan konsep secara utuh, hal tersebut menjadikan siswa mendapat kesulitan belajar, sulit mengingat, sulit memahami dan akhirnya menjadikan siswa jenuh dan putus asa dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang ada termasuk Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), sehingga hal tersebut menjadikan prestasi belajar IPA anak tunanetra rendah. Prestasi
belajar IPA adalah tingkat kemanusiaan yang
dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasiinformasi yang berupa fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan kehidupan alam yang didasarkan pada bahan kajian alam semesta,
biologi,
fisika,
dan
alam
buatan.
Kebanyakan siswa
menganggap mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang tidak menarik dan membosankan. Salah satu usaha untuk mengatasi masalah prestasi belajar IPA anak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
tunanetra tersebut yaitu dengan menciptakan suasana senang dan nyaman saat pembelajaran. Umumnya s i s w a k u ra n g d a pa t m e m pe r t a ha n ka n ra s a s e na n g
da l a m
jangka waktu yang lama saat proses pembelajaran
berlangsung, karena pada umumnya pembelajaran dibawakan dengan metode ceramah yang dominan yang kemudian hal ini akan memicu rasa bosan pada diri siswa. Untuk mencapai prestasi belajar IPA yang baik dibutuhkan metode pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan bagi siswa
untuk
mengurangi
rasa
bosan
dalam
diri
siswa
saat
pembelajaran. Metode yang dipilih yaitu metode Quantum Learning karena metode ini merupakan metode yang menghadirkan suasana yang nyaman dan
menyenangkan
saat
pembelajaran.
Quantum
Learning
adalah
seperangkat metode yang berprinsip pada penimbulan sugesti yang positif dalam belajar, sugesti positif akan mempengaruhi siswa dalam penyerapan saat menerima informasi, sehingga dapat memperbaiki hasil belajar siswa.
B. Penelitian yang Relevan 1.
Hermawan Widyastantyo (2007) melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Metode Quantum Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA (SAINS) Bagi Siswa kelas V SD Negeri Kebonsari Kabupaten Temanggung. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa penerapan Metode Quantum Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA (SAINS). Peningkatan ini ditunjukkan oleh perbandingan ratarata hasil belajar yang dicapai antara siklus I (53,97), siklus II (65,74) peningkatan prosentase 7,5%. Pembelajaran dengan menerapkan metode Quantum Learning mengalami peningkatan hasil belajar yang sangat baik sesuai dengan indikator keberhasilan.
2.
Meynita Sucilia Anggreni S (2010) melakukan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar IPA dengan Menggunakan Model Quantum Learning Pada Siswa Kelas III SD Negeri Sondakan NO.11
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Surakarta. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa ada peningkatan aktivitas belajar IPA denagn mengguanakan model Quantum Learning. Peningkatan ini ditunjukkan oleh perbandingan rata – rata aktivitas belajar yang dicapai antara siklus I (61,42), siklus II (73,14) peningkatan prosentase13,89%. Pembelajaran dengan menerapkan Model Quantum Learning mengalami peningkatan aktivitas belajar yang sangat baik sesuai dengan indikator keberhasilan. C. Kerangka Pikiran Belajar pada dasar hanya merupakan suatu proses pemerolehan informasi namun tidak semua informasi yang disampaikan oleh guru dapat diserap oleh siswa. Karena saat informasi yang didapat siswa tidak optimal maka hal ini mempengaruhi prestasi belajarnya. Keberhasilan dalam belajar sangat dipengaruhi oleh guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat. Sebagian besar siswa kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar memiliki prestasi belajar IPA yang rendah, hal ini disebabkan karena mata pelajaran IPA pada umumnya dibawakan secara ceramah sehingga siswa merasa bosan dan menganggap mata pelajaran IPA tidak menarik, dan akibatnya hal ini mempengaruhi prestasi belajar IPA mereka. Oleh karena itu, peneliti berusaha mencari metode pembelajaran IPA yang sesuai bagi siswa di sekolah agar dapat memperbaiki prestasi belajar IPA siswa. Metode yang dipilih oleh metode Quantum Learning dengan pertimbangan agar siswa tertarik mengikuti pelajaran IPA dan dapat membuat siswa menjadi aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Berikut ini gambaran singkat kerangka berpikir peneliti sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Kondisi awal
Refleksi
Guru belum menerapkan Metode Quantum Learning
Dalam pembelajaran IPA guru menerapkan Metode Quantum Learning
Prestasi belajar IPA siswa rendah
Tindakan I
Tindakan II
Kondisi akhir
Melalui Metode Quantum Learning prestasi belajar IPA siswa meningkat.
Skema 1. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan ini adalah Penerapan metode
Quantum Learning
dalam
pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa tunanetra kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDLB Negeri Cangakan Karanganyar yang beralamat di Komplek Perkantoran Kabupaten Karanganyar. Sekolah ini sekarang dipimpin oleh Darya Sunaryo S.Pd yang bertindak sebagai Kepala Sekolah dan ada 48 tenaga pendidik negeri dan 6 Wiyata Bakti. Sekolah ini dibangun diatas area seluas 6.000 m². Sekolah ini memilih ruang kelas yang digunakan untuk proses belajar mengajar ,yang mana terdiri dari tingkat paud, dan tingkat sekolah dasar yang terdiri dari kelas I, kelas II, Kelas II, kelas IV, kelas V,dan kelas VI. Penelitian ini dilaksanakan di tingkat sekolah dasar kelas IV Anak tunanetra. 2. Waktu Penelitian Rencana penelitian ini membutuhkan waktu kurang lebih lima bulan, terhitung dari sejak Desember 2010. Berikut rincian jadwal kegiatan penelitian : Tabel 2: Waktu Penelitian No
Bulan
Rincian
Desember Januari Februari Waktu kegiatan 1
Judul
2
Penyusunan Proposal
3
Konsultasi Bab 1, 2, 3
4
Perijinan
5
Pembuatan Instrumen
6
Pelaksanaan penelitian
7
Analisis data
8
Penyusunan laporan
Maret
April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
commit to user 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
B. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Menurut Suharsimi Arikunto Suhardjono, Supardi (2008:2) pengertian PTK yaitu: 1) Penelitian - menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. 2) Tindakan - menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. 3) Kelas - dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata ini, segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Pada hakikatnya penelitian tindakan kelas merupakan suatu siklus yang terdiri adanya masalah perencanaan tindakan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi. Hal ini disebabkan masalah yang dihadapi tidak langsung dapat diselesaikan dalam suatu tindakan, sehingga perlu adanya tindakan perbaikan lanjutan terhadap masalah yang belum terselesaikan. Dengan demikian pelaksanaan tindakan kelas cenderung dilakukan lebih dari satu . Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan PTK perlu diketahui karakteristik dari PTK itu sendiri. Menurut Syaiful Rochman dkk (2006:13) karakteristik PTK meliputi: 1) Berdasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran. 2) Adanya kolaborasi dalam pelaksanaanya. 3) Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi. 4) Bertujuan memperbaiki atau meningkatkan kegiatan belajar mengajar 5) Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK dilakukan melalui empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Secara jelas langkah-langkah itu dapat digambarkan sebagai berikut: Identifikasi masalah yaitu prestasi belajar IPA yang siswa rendah
Menganalisis dan merumuskan masalah - Guru menerapkan metode pembelajaran yang kurang sesuai dengan materi pembelajaran.
Perencanaan Siklus I
Pelaksanan tindakan penerapan Quantum Learning dengan kerangka TANDUR
Menganalisis : Diskusikan tentang kelemahan – kelemahan saat memakai metode Quantum Learning
Merencanakan tindakan : yaitu menerapkan metode Quantum Learning melalui sistem “ TANDUR” dalam pembelajaran IPA
Observasi seberapa besar pengaruh metode Quantum Learning terhadap prestasi belajar IPA
refleksi Perencanaan perbaikan siklus berikutnya
Skema 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas
commit to user
Peningkatan prestasi belajar IPA
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Adapun model penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai berikut: Perencanaan
Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Siklus II
Pelaksanaan
Pengamatan
Skema 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Kemmis dan Mc Taggart dalam Suharsimi Arikunto, 2006:97) Keterangan: - Perencanaan tindakan : Akan membantu siswa dengan
metode Quantum Learning dalam
peningkatan prestasi belajar IPA. - Pelaksanaan tindakan : Menggunakan metode Quantum Learning dalam pembelajaran IPA. - Observasi atau Pengamatan : Mengamati peningkatan keaktifan siswa saat kegiatan belajar mengajar dan prestasi belajar mengajar dan prestasi
siswa dengan metode Quantum
Learning. - Refleksi (analisis dan refleksi): Mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan penerapan metode Quantum Learning yang telah dilakukan pada siklus I ke siklus II.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
C. Subjek Penelitian Peneliti adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Khusus semester VIII angkatan 2007. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar. Adapun jumlah siswa kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar berjumlah 2 anak, yang antara lain : 1. Umi Nur Kholifah. 2. Afantika Rakmasari. Selain siswa, subjek penelitian ini adalah guru kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar.
D. Data dan Sumber Data Dalam penelitian ini peneliti membutuhkan data. Adapun data yang peneliti kumpulkan berupa prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada sebelum menggunakan metode Quantum Learning dan sesudah menggunakan metode Quantum Learning. Sumber datanya adalah siswa kelas IV SDLB Negeri Cangkan Karanganyar.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tes dan dokumentasi yang masing-masing secara singkat dijabarkan sebagai berikut : 1. Tes “Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu dan kelompok”, Suharsimi Arikunto (1998 : 127). Budiyono (2000:54) berpendapat “Tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaanpertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subyek penelitian. Sarwiji Suwandi (2008:70) mengemukakan bahwa “Pemberian tes dimaksudkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
untuk mengukur keberhasilan yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian kegiatan”. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda. Mahfud Shalahuddin (1990:29) bahwa tes tertulis bentuk pilihan ganda mempunyai kelebihan dan kelemahan, yaitu: a. Kelebihan: 1) Hanya memungkinkan satu jawaban yang benar. Hal ini akan menimbulkan sifat objektif. 2) Tes objektif sangat mudah dikoreksi. 3) Hasil pekerjaan tes objektif dapat dikoreksi secara cepat dengan hasil yang dapat dipercaya. b. Kelemahannya: 1) Membutuhkan waktu yang relatif lama, 2) Adanya kecenderungan guru yang hanya menekankan perhatiannya pada pokok bahasan tertentu sehingga tes tidak bersifat komprehensif, 3) Memungkinkan siswa melakukan untung-untungan dalam menjawab, dan 4) Penggandaan tes objektif memerlukan waktu yang lama. Sedangkan usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi kelemahan tes objektif yaitu: a. Dalam penyusunan butir-butir soal tes objektif hendaknya mendasarkan diri pada tabel spesifikasi yang telah dipersiapkan sebelumnya, sehingga tidak berpusat pada satu pokok bahasan saja, b. Kesulitan menyusun tes objektif dapat dilakukan dengan banyak berlatih, mempelajari tes objektif yang disusun orang lain yang baik. Tes dilakukan untuk mengetahui hasil yang diperoleh siswa sebelum dan sesudah mendapatkan tindakan. Guna memudahkan pemahaman tentang tes yang digunakan dalam penelitian ini disajikan tabel tentang kisi-kisi soal tes IPA kelas IV, yaitu sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Tabel 3. Kisi- Kisi Soal Tes IPA Kelas IV Variabel Sub Variabel Prestasi Meningkatkan belajar IPA prestasi belajar IPA melalui metode Quantum Learning
Indikator 1.Menyebutkan sumber-sumber energi panas dan bunyi 2. Menjelaskan terjadinya perpindahan panas 3.Mengidentifikasi benda yang yang termasuk penghantar panas dan tidak 4.Menjelaskan terjadinya bunyi 5.Menjelaskan cara perambatan bunyi dan pemantulan bunyi
Bentuk Soal Pilihan ganda
JUMLAH
Nomor Item 1,4,8,11,14
2,6,7,9
3,5,10
12,15,18 13,16,17,19,20
20
Tes disusun menggunakan validitas isi. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:67),
”suatu tes atau instrumen dikatakan memiliki
validitas isi jika mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan, validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan cara merinci materi kurikulum atau materi buku pelajaran”. Tes prestasi belajar diberikan pada awal kegiatan penelitian yaitu pembelajaran sebelum menggunakan metode Quantum Learning, untuk mengidentifikasi prestasi belajar IPA dan diberikan disetiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar IPA. Dengan perkataan lain, tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui perkembangan prestasi belajar siswa sesuai dengan siklus yang ada. Tes yang diberikan tertulis dan adapun jumlah soalnya 20 soal objektif yaitu dengan soal pilihan ganda. Untuk skoring penilaian sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
a. Setiap pilihan ganda bernilai I (satu) dengan jawaban benar, jika tidak menjawab atau menjawab salah tidak dihitung sehingga bernilai 0 (nol) Skor : Jumlah soal pilihan ganda 20 x 1 = 20 Jumlah 20 Cara penilaian menurut Slameto (2001:56) dengan menggunakan rumus tanpa denda : N = B N = Nilai B = Jumlah soal yang dijawah benar Jawaban kosong tidak diperhitungkan Kriteria Penilaian: Benar 18 - 20 =
A (istimewa)
Benar 15 - 17 = B (baik) Benar 12 - 14 =
C (cukup)
Benar 9 - 11 =
D (kurang)
Benar kurang dari 8 = E (sangat kurang) Tabel 4. PenilaianTingkat Penguasaan Materi No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Penguasaaan 90% ke atas 75% - 89% 60% - 74% 55% - 59% Kurang dari 55 %
Nilai Akhir A B C D E
Tabel 5. Bobot Penilaian Tiap Soal No. Jenis evaluasi Jumlah Bobot dalam % Soal 1. Pilihan ganda 20 100 Total
20
100
Bobot tiap soal 1 -
2. Dokumentasi Dokumentasi
adalah
metode
penelitian
ilmiah
yang
menggunakan dokumen- dokumen sebagai bahan acuan untuk kepentingan penelitian. Dalam penelitian
ini, dokumen yang digunakan adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Rencana Pelaksanaan Pembelajarn ( RPP), lembar soal tes, foto-foto pembelajaran.
F. Uji Validitas Data Keabsahan data atau kepercayaan hasil-hasil penelitian dapat diperoleh dengan menggunakan beberapa kepercayaan atau langkah-langkah. Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Ada banyak teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas dalam suatu penelitian. Suharsimi Arikunto (1998: 79) menyatakan bahwa: ”validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan instrumen”. Prinsip validitas adalah mengkorelasikan antara nilai pengukuran item maupun faktor dan kriterianya. Suatu tes tertulis atau instrumen dikatakan memiliki validitas isi jika mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Validitas data atau keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Moelong (1991: 195) berpendapat bahwa “triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut”. Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitasnya dalam penelitian ini antara lain adalah triangulasi dan review informan kunci. Menurut Lex j. Moleong dalam Sarwiji Suwandi ( 2008:69), “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan membandingkan data yang didapat saat sebelum dikenai tindakan dengan data yang didapatkan setelah dikenai tindakan”. Teknik triangulasi yang digunakan antara lain triangulasi sumber data dan triangulasi metode.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
1) Triangulasi sumber data Digunakan untuk menguji kebenaran data yang dari suatu informan dengan informan lain. 2) Triangulasi metode Digunakan untuk membandingkan data yang diperoleh dari hasil observasi dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara. Observasi partisipatif Sumber data sama
Wawancara
Dokumentasi
Skema 4. Triangulasi Teknik Review informan kunci adalah mengkonfirmasikan data atau interpretasi temuan kepada informan kunci sehingga diperoleh kesepakatan antara peneliti dan informan tentang data atau interpretasi temuan tersebut.
G. Teknik analisis Data Setelah data-data yang diperlukan diperoleh, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data. Sarwiji Suwandi (2008:70) mengemukakan bahwa, ”Teknik Analisis data yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriftif komparatif (Statistic Deskriptif Komparatif) dan teknik analisis kritis”. Data yang berupa tes diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut dianalisis secara deskriptif komparatif, yakni membandingkan nilai tes antar siklus dengan indikator pencapaian. Analisis dilakukan terhadap nilai yang diperoleh pada dua siklus yang telah dilakukan. Data yang berupa nilai tes antar siklus tersebut dibandingkan hingga hasilnya dapat mencapai batas ketercapaian yang telah ditetapkan. Statistik deskriptif dapat digunakan untuk mengolah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
karakteristik data yang berkaitan dengan menjumlah, merata-rata, mencari titik tengah, mencari prosentase, dan menyajikan data yang menarik, mudah dibaca, dan diikuti alur berfikirnya (grafik, tabel, chart). Teknik Analisis kritis digunakan untuk menganalisis data kualitatif, misal dari hasil wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses pembelajaran berdasarkan kriteria normatif yang dihasilkan dari kegiatan teoritis maupun dari kegiatan yang ada.
H. Indikator Pencapaian Sebagai tolak ukur keberhasilan dari acuan dalam penelitian yang dilakukan, perlu ditentukan indikator pencapaian. Adapun indikator pencapai yang peneliti pakai adalah sebagai berikut : Peningkatan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar dengan standar nilai minimal yang harus dicapai siswa adalah 60.
I. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal sampai akhir. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya prestasi belajar IPA di kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar dengan menerapkan metode
Quantum Learning. Penelitian ini
merupakan proses pengkajian sistem berdaur sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto (2006:92). Prosedur ini mencangkup tahap-tahap (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), (4) analisis dan refleksi (reflecting): 1. Rancangan Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini menyusun: 1) Skenario pembelajaran dengan
menggunakan
Learning
commit to user
metode
Quantum
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Bobbi
DePorter (2008:88)
menyebutkan
bahwa
kerangka
rancangan model Quantum Learning dikenal dengan TANDUR. TANDUR
adalah sebuah makna dari kerangka rancangan belajar
Quantum Learning yang merupakan penjabaran dari T (Tumbuhkan), A (Alami), N (Namai), D (Demonstrasikan), U (Ulangi) dan R (Rayakan). Kerangka rancangan tersebut diterapkan setiap kali melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Secara terperinci dapat diterapkan sebagai
berikut: a) T (Tumbuhkan) Untuk menumbuhkan minat belajar siswa di awal pelajaran siswa diberikan beberapa hal yang menarik dan berkaitan dengan materi yang akan dibahas, sehingga siswa mengalami benar yang akan dipelajari. Guru berusaha memuaskan ”AMBAK” (Apakah Manfaat Bagi Ku) dan manfaat bagi kehidupan siswa. Cara menumbuhkan minat tersebut melalui antara lain: (1) menuliskan semua tujuan / kompetensi yang harus dicapai siswa (2) menjelaskan alur pelajaran yang akan dilalui (3) diajukan pertanyaan pancingan yang mengarah ke pelajaran (4) memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
bercerita
pengalaman yang dialami saat berada dibawah terik sinar matahari pada siang hari secara lisan. b) A (Alami) Dalam setiap kegiatan belajar mengajar diupayakan dapat diciptakan
pengalaman
umum
yang
dimengerti
semua
siswa.
Menciptakan pengalaman abstrak menjadi konkrit. Unsur ini akan memberikan pengalaman kepada siswa dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Cara melakukan kegiatan ini: (1) memberikan tugas melalui kegiatan diskusi (2) mengaktifkan kegiatan individu melalui kegiatan presentasi (3) memutar musik saat siswa terlihat jenuh dalam pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
c) N (Namai) Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas mengurutkan dan mengidentifikasikan. Penamaan adalah saatnya mengajarkan konsep keterampilan berpikir dan strategi belajar. Bentuk penamaan berupa informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya. Cara melakukan kegiatan ini antara lain: (1) memberikan nama pada siswa yang sudah dibentuk nama dengan pelajaran. (2) siswa disuruh membuat catatan kecil dari pengetahuan konsep prinsip, rumus tentang materi IPA yang sedang dipelajari untuk memudahkan mengingat. d) D (Demonstrasikan) Memberikan peluang kepada siswa untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran yang lain dan ke dalam kehidupan mereka. Demonstrasi ini merupakan kegiatan yang mengaitkan pengalaman (alami) dan penamaan (namai) dengan cara menunjukkan dan melakukannya. Diharapkan dengan demonstrasi ini siswa menemukan keasyikan belajar sehingga menimbulkan rasa senang. Cara melakukan dalam kegiatan ini adalah Siswa melakukan secara individu untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang baru dipelajari dengan presentasi didepan kelas. e) U (Ulangi) Pengulangan memperkuat koneksi syaraf dan menumbuhkan rasa, ”Aku Tahu Bahwa Aku Tahu”. Pengulangan harus dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan, lebih baik dalam konteks yang berbeda dengan asalnya. Latihan merupakan kegiatan pokok dalam pengulangan dalam belajar IPA. Tanpa pengulangan, maka apa yang telah didapat akan cepat hilang dan tidak akan membekas dalam otak. Kegiatan yang dilakukan pada bagian ini antara: (1) Siswa mengulang kembali catatan kecil yang telah dibuat (2) Menyebutkan kembali pengetahuan yang dimiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
(3) Membuat kesimpulan (4) Guru mengulang kembali materi yang telah dipelajari kepada siswa. Hal ini untuk
menghindari salah konsep yang timbul atau
menghilangkan keraguan atas materi yang dipresentasikan (5) Mengerjakan soal-soal tes. f) R (Rayakan) Perayaan memberikan rasa gembira bagi setiap orang. Perayaan gembira rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan dan konsekuensi.
Suatu
keberhasilan
akan
menjadikan
lebih
membanggakan bila dirayakan. Kegiatan yang dilakukan pada bagian ini: (1) Memberikan pujian setiap hasil yang diperoleh siswa (2) Mengajak tepuk tangan di setiap akhir pengajaran (3) Memamerkan kepada siswa lain dengan cara dibacakan didepan kelas (4) Memberikan simbol penghargaan yang menjadi bintang pada saat selesai kegiatan belajar mengajar (5) Memutar musik kesayangan mereka (6) Kegiatan-kegiatan lain yang membuat siswa menjadi gembira. 2) RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). 3) Lembar pedoman observasi pembelajaran IPA. 4) Instrumen untuk evaluasi pembelajaran IPA. 5) Menetapkan indikator ketercapaian tujuan.
b. Tahap Pelaksanaan Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan. Setiap siklus terdapat dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap observasi terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan. c. Tahap Observasi Tahap ini dilakukan dan menginterpretasikan aktivitas penerapan metode Quantum Learning pada proses pembelajaran IPA (aktivitas guru dan siswa)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
maupun pada hasil pembelajaran IPA yang disebabkan kemampuan mengingat siswa terhadap materi pelajaran yang telah dilaksanakan untuk mendapatkan data berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan penerapan tindakan pertama. d. Tahap Analisis Pada tahap ini dilakukan analisis dan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan yang diperoleh melalui observasi. Pada tahap ini akan diketahui berbagai hal yang perlu dipertahankan dan mendapat perbaikan pada pelaksanaan berikutnya bila pembelajaran belum memenuhi indikator pencapaian yang ditetapkan. 2. Rancangan Siklus II a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini menyusun: 1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternative pemecahan masalah. 2) Skenario pembelajaran dengan
menggunakan
metode
Quantum
Learning. Bobbi
DePorter
(2008:88),
menyebutkan
bahwa
kerangka
rancangan model Quantum Learning dikenal dengan TANDUR. TANDUR adalah sebuah makna dari kerangka rancangan belajar Quantum Learning yang merupakan penjabaran dari T (Tumbuhkan), A (Alami), N (Namai), D (Demonstrasikan), U (Ulangi) dan R (Rayakan). Kerangka rancangan tersebut diterapkan setiap kali melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Secara terperinci dapat diterapkan sebagai berikut: a) T (Tumbuhkan) Untuk menumbuhkan minat belajar siswa di awal pelajaran siswa diberikan beberapa hal yang menarik dan berkaitan dengan materi yang akan dibahas, sehingga siswa mengalami benar yang akan dipelajari. Guru berusaha memuaskan ”AMBAK” (Apakah Manfaat Bagi Ku) dan manfaat bagi kehidupan siswa. Cara menumbuhkan minat tersebut melalui antara lain: (1) menuliskan semua tujuan / kompetensi yang harus dicapai siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
(2) menuliskan alur pelajaran yang akan dilalui. (3) diajukan pertanyaan pancingan yang mengarah ke pelajaran. (4) memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
bercerita
mengungkapkan perasaannya secara lisan sebelum pembelajaran dimulai. b) A (Alami) Dalam setiap kegiatan belajar mengajar diupayakan dapat diciptakan
pengalaman
umum
yang
dimengerti
semua
siswa.
Menciptakan pengalaman abstrak menjadi konkrit. Unsur ini akan memberikan pengalaman kepada siswa dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Cara melakukan kegiatan ini: (1) memberikan tugas melalui kegiatan diskusi (2) mengaktifkan kegiatan individu melalui kegiatan presentasi (3) mengadakan permainan (4) memutar musik saat siswa terlihat jenuh dalam pembelajaran c) N (Namai) Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas mengurutkan dan mengidentifikasikan. Penamaan adalah saatnya mengajarkan konsep keterampilan berpikir dan strategi belajar. Bentuk penamaan berupa informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya. Cara melakukan kegiatan ini antara lain: (1) memberikan nama pada siswa yang sudah dibentuk nama dengan pelajaran (2) siswa disuruh membuat catatan kecil dari pengetahuan konsep prinsip, rumus tentang materi IPA yang sedang dipelajari untuk memudahkan mengingat. d) D (Demonstrasikan) Memberikan peluang kepada siswa untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran yang lain dan ke dalam kehidupan mereka. Demonstrasi ini merupakan kegiatan yang mengaitkan pengalaman (alami) dan penamaan (namai) dengan cara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
menunjukkan dan melakukannya. Diharapkan dengan demonstrasi ini siswa menemukan keasyikan belajar sehingga menimbulkan rasa senang. Cara melakukan dalam kegiatan ini antara lain: (1) Guru memberi contoh model presentasi yang akan dilakukan siswa. (2) Siswa melakukan secara individu untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang baru dipelajar. e) U (Ulangi) Pengulangan memperkuat koneksi syaraf dan menumbuhkan rasa. “Aku Tahu Bahwa Aku Tahu”. Pengulangan harus dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan, lebih baik dalam konteks yang berbeda dengan asalnya. Latihan merupakan kegiatan pokok dalam pengulangan dalam belajar IPA. Tanpa pengulangan, maka apa yang telah didapat akan cepat hilang dan tidak akan membekas dalam otak. Kegiatan yang dilakukan pada bagian ini antara : (1) Siswa mengulang kembali catatan kecil yang telah dibuat. (2) Menyebutkan kembali pengetahuan yang dimiliki. (3) Membuat kesimpulan. (4) Guru mengulang kembali materi yang telah dipelajari kepada siswa dengan melakukan percobaan yang menggunakan alat peraga. Hal ini
untuk
menghindari
salah
konsep
yang
timbul
atau
menghilangkan keraguan atas materi yang dipresentasikan. (5) Mengerjakan soal-soal tes. (f) R (Rayakan) Perayaan memberikan rasa gembira bagi setiap orang. Perayaan gembira rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan dan konsekuensi.
Suatu
keberhasilan
akan
menjadikan
lebih
membanggakan bila dirayakan. Kegiatan yang dilakukan pada bagian ini: (1) Memberikan pujian setiap hasil yang diperoleh siswa. (2) Mengajak tepuk tangan di setiap akhir pengajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
(3) Memamerkan kepada siswa lain dengan cara dibacakan didepan kelas. (4) Memberikan simbol penghargaan yang menjadi bintang pada saat selesai kegiatan belajar mengajar. (5) Memutar musik kesayangan mereka. (6) Kegiatan-kegiatan lain yang membuat siswa menjadi gembira. 3) RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). 4) Lembar pedoman observasi pembelajaran IPA. 5) Instrumen untuk evaluasi pembelajaran IPA. 6) Menetapkan indikator ketercapaian tujuan. b. Tahap Pelaksanaan Tahap ini dilakukan perbaikan tindakan dengan melaksanakan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Setiap siklus terdapat dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap observasi terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan. c. Tahap Observasi Tahap ini dilakukan dan menginterpretasikan aktivitas penerapan metode Quantum Learning pada proses pembelajaran IPA (aktivitas guru dan siswa) maupun pada hasil pembelajaran IPA yang disebabkan kemampuan mengingat siswa terhadap materi pelajaran yang telah dilaksanakan untuk mendapatkan data berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan penerapan tindakan kedua. d. Tahap Analisis Pada tahap ini dilakukan analisis dan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan yang diperoleh melalui observasi. Pada tahap ini akan diketahui berbagai hal yang perlu dipertahankan dan mendapat perbaikan pada pelaksanaan berikutnya bila pembelajaran belum memenuhi indikator pencapaian yang ditetapkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian 1. Deskripsi Kondisi Awal Kondisi awal siswa kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar yang akan dideskripsikan adalah jumlah siswa ada 2 orang pada kemampuan prestasi belajar dan keaktifan siswa dalam pembelajaran Ilmu PengetahuAlam pada kompetensi dasar
mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di
lingkungan sekitar serta sifat–sifatnya. Dari hasil wawancara, observasi, dan analisis dokumen yang berupa nilai kondisi awal untuk mata pelajaran IPA. Terlihat bahwa siswa kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar mengalami kesulitan dalam mendeskripsikan energi panas dan bunyi. Penelitian yang dilakukan menggunakan nilai kondisi awal sebelum tindakan dilakukan dan nilai ini yang digunakan sebagai nilai acuan pada saat memberikan treatment. Berikut ini data nilai kondisi awal mata pelajaran IPA siswa kelas IV mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar dan sifat- sifatnya tahun ajaran 2010/2011. Tabel 6. Perolehan Nilai Pada Kondisi Awal No.
Inisial Siswa
Butir
Soal Tingkat
yang Benar
Penguasaan
Keterangan
1.
UM
11
55%
K (Kurang)
2.
FN
10
50 %
K (Kurang)
Jumlah
21
105 %
Rata-rata Kelas
10,5
52,5 %
Nilai dalam tabel 6. tersebut diperoleh dari hasil ulangan kondisi awal yang dilaksanakan guru bersama dengan peneliti. Soal dibacakan oleh guru berjumlah 20 soal. Dalam soal tersebut telah dibagi–bagi. Masing–masing soal mewakili pokok bahasan mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat- sifatnya. Dari tabel di atas dapat dijelaskan, siswa
commit to user 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
hanya mampu menjawab dengan benar paling tinggi 11 dari 20 soal yang diberikan oleh guru. Dari tabel 6. dapat diketahui bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap materi masih kurang. Hal ini dapat diketahui melalui hasil item yang benar dijawab siswa paling tinggi 55% diperoleh satu siswa dan item terendah yang dijawab siswa 50% oleh satu siswa. Hasil rata-rata porsentase penguasaan siswa terhadap materi yaitu energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat- sifatnya sebesar 52,5 % termasuk kategori sangat kurang. Prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar pada kondisi awal dapat digambar dalam bentuk grafik sebagi berikut: Prestasi Kondisi Awal 60% 50% Tingkat 40% Penguasaan 30% 20% 10% 0% UM
FN Inisial Siswa
Grafik 1. Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar Pada Kondisi Awal Observasi awal penelitian ini selain mengetahui nilai siswa, peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan siswa. Dalam observasi ini, peneliti menggunakan sistem observasi non partisipan. Peneliti tidak terlihat secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar serta mengusahakan sebisa mungkin untuk tidak mempengaruhi proses alami dari kegiatan belajar mengajar pada hari tersebut. Secara garis besar dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti perhatian siswa terhadap penjelasan dan perintah guru serta perhatian yang kurang. Selain itu peneliti melakukan proses penelitian pembelajaran pada siswa kelas IV di SDLB Negeri Cangakan Karanganyar, peneliti melakukan wawancara,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
observasi, dan analisis dokumen untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Observasi dilaksanakan pada hari Senin, 14 Februari 2011 pukul 09.15 WIB. Berdasarkan kegiatan observasi kelas, angket yang dilakukan peneliti terhadap siswa dan guru, terungkap bahwa siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran IPA. Hal tersebut terlihat dalam kegiatan observasi yang dilakukan peneliti. Saat mengikuti pelajaran IPA, siswa menunjukkan kurang peduli dan tidak memperhatikan pelajaran. Hal ini diketahui dari sikap siswa yang bosan setiap pelajaran selalu disuruh menulis, menopang dagu, serta sibuk beraktivitas sendiri. Selama ini, guru dalam pembelajaran jarang menggunakan media sebagai sarana pembelajaran. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah. Keadaaan ini membuat siswa kurang berminat terhadap pelajaran IPA. Ketidakminatan siswa dalam pembelajaran IPA dapat diketahui dari aktivitas siswa yang kurang merespon pembelajaran dari guru, kurang memperhatikan penjelasan guru, dan tidak aktif untuk bertanya. Siswa cenderung pasif, siswa hanya menjawab apa yang ditanyakan guru. Selain itu, berdasarkan hasil prestasi belajar untuk pelajaran IPA termasuk rendah. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata nilai siswa hanya 52,5 %. Berdasarkan permasalahan tersebut dapat diketahui bahwa siswa kurang antusias dalam pembelajaran IPA dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam menentukan metode untuk belajar IPA, sehingga prestasi belajar IPA materi energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat-sifatnya yang masih rendah. Peneliti dan guru berusaha melakukan inovasi pembelajaran agar prestasi belajar IPA materi energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat-sifatnya dapat ditingkatkan. Inisiatif yang diambil guru kelas dan peneliti melakukan inovasi pembelajaran dengan menerapkan metode Quatum Learning dengan tujuan meningkatan prestasi belajar IPA materi energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat-sifatnya .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, analisis dan refleksi. 2. Siklus 1 a. Perencanaan Tindakan I Kegiatan perencanaan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 17 Februari 2011 di ruang Guru SDLB Negeri Cangakan Karanganyar. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian. Dari hasil pengidentifikasian dan penetapan masalah, peneliti kemudian mengajukan solusi alternative yang berupa metode pembelajaran
yaitu
metode
Quantum
Learning
dengan
kerangka
TANDUR. Dalam tahap ini peneliti menyajikan data yang telah dikumpulkan kemudian bersama - sama dengan guru menentukan solusi yang dapat diambil. Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Peneliti
dan
guru
menyusun
RPP
(Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran) dengan materi energi panas dan bunyi
yang
terdapat dilingkungan sekitar serta sifat- sifatnya. 2) Peneliti dan guru mendiskusikan desain pembelajaran IPA dengan metode Quantum Learning berdasarkan kerangka TANDUR: a) Langkah – langkah pada pertemuan pertama: (1) T (Tumbuhkan) guru menjelaskan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dalam pembelajaran IPA serta memberikan pertanyaan pancingan yang mengarah ke pelajaran. (2) A (Alami) materi disampaikan melalui kaset bicara setelah itu membaca materi yang sudah disampaikan. (3) N ( Namai)
guru membagi siswa dengan diberi nama
materi pelajaran tentang sumber energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat- sifatnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
(4) D (Demonstrasikan) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju presentasi ke depan kelas. (5) Siswa
lain
menyimak.
Guru
bersama
siswa
lain
mengomentari hasil presentasi yang telah dilakukan oleh masing – masing siswa. (6) U (Ulangi) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal – hal yang kurang atau belum pahami. (7) R (Rayakan) guru mengajak siswa tepuk tangan dan memutarkan musik setelah selesai pembelajaran. b) Langkah – langkah pada pertemuan kedua : (1) T (Tumbuhkan) guru menjelaskan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dalam pembelajaran IPA serta guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menceritakan pengalamanya saat dibawah terik sinar matahari pada siang hari secara lisan . (2) A (Alami) Siswa menyiapkan catatannya yang sudah dibuat di rumah, dan guru memberikan waktu untuk mempelajari kembali. (3) N ( Namai)
guru membagi siswa dengan diberi nama
materi pelajaran tentang sumber energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat- sifatnya. (4) D ( Demonstrasikan) guru memberikan kesempatan kepada siswa yang belum maju presentasi untuk maju kedepan. (5) U (Ulangi) guru menyampaikan kembali materi yang di sampaikan
melalui
kaset
bicara,
setelah
itu
guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal – hal yang belum pahami dan dimengerti, setelah itu guru mengadakan tes. (6) R (Rayakan) guru memberikan reward berupa pin kepada siswa yang berani maju presentasi dan mendapat nilai tes
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
yang bagus sebagai penghargaan kemudian memutarkan musik. 3) Peneliti dan guru menyiapkan sarana yang dipakai saat pembelajaran yaitu tape recorder kecil, kaset bicara, dan kaset musik instrumental yang disukai siswa. b. Pelaksanaan Tindakan I Dalam kegiatan belajar mengajar guru melaksanakn pembelajaran menggunakan metode Quantum Learning dengan kerangka TANDUR pada hari Kamis, 17 Februari 2011 dan Senin, 21 Februari 2011. Dalam pelaksanaannya yaitu : 1) T (Tumbuhkan) Kegiatan Tumbuhkan disini digunakan sebagai kegiatan apersepsi yang
bertujuan
untuk
menumbuhkan
minat
siswa
di
awal
pembelajaran. Kegiatan apersepsi yang dilaksanakan di siklus I ini adalah dengan mengajukan pertanyaan pancingan yang mengarah ke pelajaran
dan
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
menceritakan pengalamannya saat dibawah terik sinar matahari pada siang hari secara lisan . 2) A (Alami) Untuk memberikan pengalaman belajar secara alami kepada siswa tim peneliti melaksanakan kegiatan berupa: a)
Pemberian tugas untuk mendengarkan kaset bicara yang berisi materi pelajaran energi panas dan bunyi, kemudian secara individu siswa untuk membuat catatan kecil dari materi yang telah disampaikan dan hasilnya nanti untuk bahan presentasi.
b)
Memutarkan musik saat siswa selesai presentasi.
3) N ( Namai) Kegiatan Namai dalam kegiatan belajar mengajar ini, guru membagi siswa dengan diberi nama materi pelajaran tentang sumber energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifatsifatnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
4) D ( Demonstrasikan) Kegiatan Demonstrasi dalam kegiatan belajar mengajar ini, guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempresentasikan hasil catatan kecilnya dari materi yang telah disampiakna secara individual. 5) U ( Ulangi) Supaya ingat siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan dapat bertahan lama dan siswa lebih memahami materi, guru melaksanakan kegiatan tanya jawab dan guru menjelaskan kembali materi pelajaran yang belum dipahani oleh siswa, setelah itu guru melaksanakan tes. 6) R ( Rayakan) Untuk menghargai siswa yang telah berusaha maju, guru memberikan penghargaan berupa pin, tepuk tangan dan memutarkan musik di akhir pembelajaran. c. Observasi dan Interpretasi Pada saat pembelajaran IPA berlangsung peneliti sebagai partisipan pasif mengamati kegiatan belajar mengajar dari awal samapai akhir dan mencacat hasil siklus I di dalam kelas didampingi guru. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 17 Februari 2011 dan berlangsung selama 2 x 35 menit. Guru mengawali pembelajaran dengan melakukan apersepsi terhadap siswa, guru mengabsen siswa, dan memberikan pertanyaan pancingan yang mengarah ke pelajaran. Kemudian guru memutarkan kaset bicara yang berisi materi energi panas dan energi bunyi, siswa memperhatikan dan membuat catatan kecil. Setelah itu guru menyuruh siswa membaca materi energi pans dan bunyi, kemudian guru membagi siswa dengan diberi nama materi pelajaran tentang sumber energi panas dan bunyi, dan guru menyuruh siswa berdiskusi. Setelah itu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpresentasi, kemudian guru menyuruh siswa untuk bertanya tentang hal yang belum dimengerti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
Pada pertemuan kedua guru mengadakan kegiatan apersepsi, mengabsen siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menceritakan pengalamannya saat dibawah terik sinar matahari pada siang hari secara lisan. Kemudian guru melajutkan kegiatan presentasi, kemudian guru dan siswa menanggapi hasil presentasi. Setelah itu guru menyampaikan kembali materi yang di sampaikan melalui kaset bicara dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal – hal yang belum dipahami dan dimengerti. Setelah materi disampaikan semua guru mengadakan tes. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan siswa selama materi disampaikan. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I terhadap proses belajar mengajar IPA dengan menggunakan metode Quantum Learning, diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Siswa yang aktif selama kegiatan apersepsi berjumlah 2 siswa. Tapi masih belum maksimal, kadang – kadang siswa sering main sendiri. 2) Siswa yang aktif dalam kegiatan tanya-jawab berjumlah 1 siswa. Tapi siswa harus dipancing dahulu sebelum akhirnya siswa aktif dalam kegiatan tanya – jawab. 3) Siswa yang berani presentasi ke depan kelas berjumlah 1 siswa. Tapi siswa masih malu – malu dan merasa takut. 4) Siswa yang merespon metode yang digunakan guru berjumlah 2 siswa. Tapi masih belum maksimal, kadang – kadang siswa melamun. 5) Siswa yang aktif membuat catatan kecil berjumlah 1 siswa. Tapi masih
belum
maksimal
karena
perlu
pengulangan
dalam
penyampaian materi untuk mencatatannya. 6) Siswa yang aktif berdiskusi berjumlah 2 siswa. Tapi masih belum maksimal, kadang – kadang yang didiskusikan bukan pelajaran. 7) Siswa yang mendapatkan nilai sebesar 60 keatas berjumlah 1 siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
d. Analisis dan Refleksi Secara umum terdapat beberapa kelemahan yang terjadi saat proses belajar mengajar yaitu : 1) Guru masih kesulitan dalam membangkitkan antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPA. 2) Guru kelihatan tidak percaya diri saat mengajar menggunakan metode Quantum Learning. 3) Keantusiasan, keaktifan dan kesungguhan siswa dalam kegiatan belajar mengajar masih rendah. Hal ini terlihat pada kegiatan apersepsi, tanya jawab, membuat catatan dan presentasi masih sedikit siswa yang ikut berpartisipasi. 4) Siswa yang dapat menguasai materi sebesar 60% ke atas masih sedikit. Hal ini dikarenakan motivasi siswa saat mulai sampai akhir pembelajaran masih rendah, sehingga banyak siswa yang tidak menaruh perhatian yang serius saat proses belajar mengajar berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, peneliti bersama guru kolaborator mengadakan refleksi sebagai berikut : 1) Agar siswa lebih anutias, aktif dan sungguh – sungguh dalam mengikuti pembelajaran, sebaiknya guru lebih tegas dalam menjelaskan hal-hal jika siswa tidak memperhatikan. Misalnya akan menyuruh siswa untuk berpantun didepan kelas bagi yang tidak serius. 2) Sebaiknya guru lebih percaya diri saat mengajar menggunakan metode Quantum Learning, supaya tujuan dari pembelajaran itu sendiri dapat tercapai. 3) Untuk mendorong siswa agar keantusiasannya, keaktifannya dan
kesungguhannya
dalam
mengikuti
pembelajaran
meningkat, sebaiknya guru lebih banyak memberikan reward kepada siswa yang telah berusaha aktif saat pembelajaran berlangsung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
3. Siklus 2 a. Perencanaan tindakan II Berdasarkan hasil refleksi tindakan pada siklus I , maka pada siklus kedua ini penelitian bersama guru kolaborator berdiskusi mengenai cara yang tepat untuk memperbaiki kekuarangan pada siklus I. Tahap ini dilakukan pada hari Kamis 24 Februari 2011 di kantor guru SDLB Negeri Cangakan
Karangnyar.
Setelah
melakukan
diskusi
dengan
guru
kolaborator, akhirnya didapatkan solusi untuk memperbaiki siklus sebelumnya, yaitu dengan cara sebagai berikut: 1) Guru memberikan contoh model presentasi terlebih dahulu 2) Penampilan guru saat mengajar menggunakan metode Quantum Learning
sebaiknya
lebih
diperbaiki
lagi
dengan
cara
menggunakan alat peraga. 3) Guru memberikan reward yang lebih banyak kepada siswa yang berani maju presentasi di depan kelas, misalnya memberikan pujian dan tepuk tangan kepada setiap kali siswa tampil presentasi didepan kelas. 4) Memberikan hukuman kepada siswa yang tidak memperhatikan pada saat proses pembelajaran. Tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Peneliti bersama guru kolaborator mendiskusikan langkah – langkah pembelajaran IPA dengan metode Quantum Learning dengan kerangka TANDUR, urutannya sebagai berikut: a) Langkah – langkah pada pertemuan pertama: (1) T (Tumbuhkan) guru menjelaskan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dalam pembelajaran IPA serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
perasaan
secara
lisan
sebelum
pembelajaran dimulai. (2) A (Alami) guru membagi siswa, kemudian siswa membaca materi pelajaran yang sudah dimuat dalam bentuk Braille,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
kemudian siswa mendiskusikan materi energi panas dan bunyi. Selain itu siswa ditugasi untuk mencatat hal – hal yang penting yang nantinya sebagai bahan presentasi, kemudian guru menyampaikan materi melalui kaset bicara. (3) Guru memberikan contoh presentasi terlebih dahulu. (4) N (Namai) guru membagi siswa dengan diberi nama materi pelajaran tentang sumber energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat- sifatnya. (5) D (Demonstrasikan) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju presentasi ke depan kelas. (6) Siswa
lain
menyimak.
Guru
bersama
siswa
lain
mengomentari hasil presentasi yang telah dilakukan oleh masing – masing siswa. (7) U (Ulangi) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal – hal yang kurang atau belum pahami. (8) R (Rayakan) guru mengajak siswa tepuk tangan sebagai penghargaan kepada siswa yang telah maju, melontarkan pujian kepadsa siswa yang aktif bertanya dan memutarkan musik setelah selesai pembelajaran. b) Langkah – langkah pada pertemuan kedua: (1) T (Tumbuhkan) guru menjelaskan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dalam pembelajaran IPA dan
guru
mengajukan
pertanyaan
pancingan
yang
mengarah ke pelajaran kepada siswa. (2) A (Alami) Siswa menyiapkan catatannya yang sudah dibuat di rumah dan siswa kembali mendiskusikan untuk melengkapi catatannya yang belum lengkap, kemudian guru memberikan waktu untuk mempelajari kembali sambil memutarkan musik instrumental.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
(3) N (Namai) guru membagi siswa dengan diberi nama materi pelajaran tentang sumber energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat- sifatnya. (4) D (Demonstrasikan) guru memberikan kesempatan kepada siswa yang belum maju presentasi untuk maju kedepan. (5) Siswa dan guru menyimak, kemudian mengomentari hasil presentasi. (6) U (Ulangi) guru menyampaikan kembali materi dengan melakukan percobaan yang menggunakan alat peraga, setelah itu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami dan dimengerti, setelah itu guru mengadakan tes. (7) R (Rayakan) guru memberikan reward berupa pin kepada siswa yang berani maju presentasi dan mendapat nilai tes yang bagus sebagai penghargaan kemudian memutarkan musik. 2) Peneliti bersama guru kolaborator menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan materi energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat- sifatnya. 3) Peneliti dan guru menyiapkan sarana yang dipakai saat pembelajaran yaitu tape recorder kecil, kaset bicara, alat peraga dan kaset musik instrumental yang disukai siswa. b. Pelaksanaan Tindakan II Pelaksanaan tindakan II dilakukan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada hari Kamis, 24 Februari 2001 dan Senin, 28 Februari 2011di ruang kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karangnyar. Dalam pelaksanaan siklus II ini, guru menerapkan solusi yang telah didiskusikan dengan penelitian untuk mengatasi kekurangan – kekurangan pada siklus I. Adapun pelaksanannya tindakan II dengan menerapkan metode Quantum Learning dengan kerangka TANDUR sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
1) T (Tumbuhkan) Dalam kegiatan Tumbuhkan ini guru melaksanakannya dalam kegiatan apersepsi, kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan minat belajar siswa di awal pembelajaran. Adapun langkah yang diambil guru dalam kegiatan ini yaitu guru mengajukan pertanyaan pancingan yang mengarah ke pelajaran dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan perasannya secara lisan sebelum pembelajaran. 2) A (Alami) Untuk memberikan pengalaman belajar secara alami kepada siswa tim peneliti melaksanakan kegiatan berupa: a) Memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi pelajaran yang telah dibagikan kemudian dari hasil membaca siswa secara individu mendiskusikan dengan temannya dan membuat catatan kecil sebagai bahan presentasi nantinya. b) Guru menyampaikan kembali materi melalui kaset bicara, kemudian guru memberikan waktu untuk mempelajari kembali sambil memutarkan musik instrumental. 3) N ( Namai) Kegiatan Namai dalam kegitan belajar mengajar ini, guru membagi siswa dengan diberi nama materi pelajaran tentang sumber energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifatsifatnya. 4) D ( Demonstrasikan) Kegiatan Demonstrasi dalam kegiatan belajar mengajar ini, guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempresntasikan hasil diskusi dan hasil catatan kecilnya dari materi yang telah disampaikan secara individual didepan kelas. 5) U ( Ulangi) Supaya ingat siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan dapat bertahan lama dalam kegiatan ulang ini guru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
menjelaskan kembali materi pelajaran dengan melakukan percobaan yang menggunakan alat peraga, setelah itu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
hal – hal yang
belum dipahami dan dimengerti, selanjutnya guru
itu guru
mengadakan tes. 6) R ( Rayakan) Untuk menghargai siswa yang telah berusaha aktif selama kegiatan belajar mengajar dan untuk lebih memicu motivasi siswa dalam belajar guru memberikan reward kepada siswa berupa tepuk tangan, kata yang baik, kalimat yang mangandung pujian, memberikan penghargaan berupa pin, dan memutarkan musik
kesukaannya di akhir
pembelajaran. c. Observasi dan Interpretasi Dalam kegiatan pelaksanaan tindakan II peneliti bertindak sebagai partisipan pasif. Pelaksanaan tindakan II dilaksanakan Kamis, 24 Februari 2011 dan Senin, 28 Februari 2011. Kegiatan observasi bertujuan untuk menjelaskan apakah kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I dapat teratasi dengan solusi-solusi yang telah didiskusikan antara kolaborator. Dari kegiatan ini peneliti mencatat bahwa pembelajaran berjalan dengan lancar dan sesuai dengan harapan peneliti dan guru kaloborator. Seperti yang telah di lakukan pada siklus sebelumnya, dengan metode Quantum Learning dengan kerangka TANDUR, pada pertemuan pertama dilaksananan Kamis, 24 Februari 2011. Pembelajaran diawali guru dengan menanyakan keadaan siswa dengan menyuruh siswa untuk menuliskan perasaannya secara lisan sebelum pembelajaran dimulai dan mengabsen kehadiran siswa. Kemudian guru menjelaskan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator dalam pembelajaran IPA tersebut. Pada kegiatan inti guru membagi materi pelajaran kepada siswa, kemudian
guru membagi siswa dengan diberi nama materi pelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
tentang sumber energi panas dan bunyi. Kemudian guru menugasi siswa untuk membaca serta mencatat hal – hal yang penting yang digunakan sebagai bahan presentasi. Kegiatan mencatat dilakukan secara berdiskusi dengan teman, kemudian guru memberikan contoh presentasi didepan kelas. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju ke depan kelas. Siswa sudah mulai menunjukkan keaktifannya, hal ini terlihat dari siswa yang mulai menunjukkan keberaniannya untuk presentasi secara sukarela. Siswa dan guru menyimak dan mengomentari hasil presentasi. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti siswa, guru memberikan tepuk tangan dan pujian kepada siswa yang maju. Pada pertemuan kedua Senin, 28 Februari 2011, guru mengawali pembelajaran dengan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan pertama, hal tersebut dilakukan untuk menyegarkan ingatan siswa mengenai materi siswa. Kemudian guru menjelaskan materi kembali dengan melakukan percoban yang menggunakan alat peraga dan siswa melengkapi catatannya yang kurang lengkap. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa yang belum maju presentasi, setelah itu guru dan siswa mengomentari hasil presentasi. Dalam kegitan ini siswa sudah mulai menunjukkan keaktifannya, hal tersebut dapat dilihat dari semakin banyak siswa yang mulai berani mengungkapkan pendapatnya. Kemudian guru mengadakan tes. Setelah tes berakhir guru mengajak siswa tepuk tangan dan guru memberikan reward kepada siswa berupa tepuk tangan, kata yang baik, kalimat yang mangandung
pujian,
memberikan
penghargaan
berupa
pin,
dan
memutarkan musik kesukaannya di akhir pembelajaran yang sudah berani maju serta mendapat nilai bagus. Dari observasi terhadap proses kegitan belajar mengajar tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut: 1) Siswa yang aktif selama kegiatan apersepsi berjumlah 2 siswa dari 2 siswa secara keseluruhan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
2) Semua siswa aktif dalam kegiatan tanya jawab. 3) Semua siswa sudah berani presentasi ke depan kelas berjumlah 2 siswa. 4) Siswa yang merespon metode yang digunakan guru berjumlah 2 siswa. 5) Siswa yang aktif membuat catatan kecil berjumlah 2 siswa dari 2 siswa secara keseluruhan. 6) Semua siswa sudah aktif berdiskusi. 7) Semua siswa mendapatkan nilai 60 ke atas. d. Analisis dan Refleksi Kegiatan Belajar mengajar IPA dengan metode Quantum Learning di kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar pada siklus II yang dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Februari 2011 dan Senin , 28 Februari 2011 berjalan lancar. Kekurangan-kekurangan pada siklus sebelumnya dapat teratasi pada siklus ini. Siswa lebih aktif dan antusias saat pembelajaran bila dibandingkan pada siklus I, hal ini dapat terlihat pada siswa yang ikut berpartisipan pada kegiatan setiap kegiatan yang diadakan semakin bertambah. Guru berhasil membangkitkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA. Prestasi belajar IPA siswa meningkat saat pembelajaran menggunakan metode Quantum Learning.
B. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Kondisi Siklus I Berdasarkan Deskripsi kondisi awal yang dilakukan dari kegiatan pratindakan peneliti merespon kegiatan yang terjadi berdasarkan indikator pencapaiam yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun hasilnya sebagai berikut : a.
Perencanaan Tindakan I Dalam bentuk kegiatan perencanan tindakan I dari deskripsi hasil penelitian siklus I sebagai berikut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
1)
Peneliti
dan
guru
kolaborator
mendiskusikan
desain
pembelajaran IPA dengan metode Quantum Learning dengan kerangka TANDUR. 2)
Peneliti dan guru kolaborator menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan materi sumber energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifatsifatnya.
3)
Guru menugasi siswa untuk mennyimak materi pelajaran dari kaset bicara.
4)
Penelitidan guru menyiapkan sarana yang dipakai saat pembelajaran yaitu tape recorder, kaset bicara, dan kaset musik instrumental atau kesukaan siswa.
5)
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran direncanakan 2x pertemuan yaitu Kamis, 17 Februari 2011 dan Senin , 21 Februari 2011.
b.
Pelaksanakan Tindakan I Dalam bentuk kegiatan pelaksanaan tindakan I dari deskripsi hasil penelitian siklus I, guru melaksanakn pembelajaran IPA dengan metode Quantum Learning dengan kerangka TANDUR dengan pelaksanaan sebagai berikut: 1)
T (Tumbuhkan) dengan guru menjelaskan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dalam pembelajaran IPA serta memberikan pertanyaan pancingan yang mengarah ke pelajaran dan memberikan kesempatan siswa untuk menceritakan pengalamanya saat dibawah terik sinar matahari pada siang hari secara lisan.
2)
A (Alami) guru menugasi siswa untuk mendengarkan kaset bicara yang berisi materi pelajaran, kemudian siswa mencatat hal – hal yang penting, kemudian guru menugasi siswa secara individu untuk berdiskusi dengan temannya untuk berdiskusi tentang materi yang akan dipresentasikan setelah itu guru memutarkan musik saat siswa selesai presentasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
3)
N (Namai) dengan guru membagi siswa dengan diberi nama materi pelajaran tentang sumber energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat- sifatnya.
4)
D (Demonstrasikan) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju ke depan kelas mempresentasikan hasil catatan kecilnya dari materi yang telah disampiakna secara individual.
Pada
pertemuan
yang
kedua
kegiatan
Demonstrasikan dengan melanjutkankegiatan presentasi bagi siswa yang belum maju. 5)
U (Ulangi) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal – hal yang belum dipahami siswa. Pada pertemuan kedua kegiatan Ulangi diadakan dengan guru mengadakan tes.
6)
R (Rayakan) guru memberikan penghargaan berupa pin, tepuk tangan dan pujian yang berani maju ke depan kelas dan guru memberikan reward bagi siswa yang mendapatkan nilai tes yang baik dengan memutarkan musik di akhir pembelajaran.
c.
Observasi dan interpretasi Berdasarkan hasil pengamatan guru dan peneliti pada siklus I terhadap proses belajar mengajar IPA dengan menggunakan metode Quantum Learning, diperoleh hasil sebagai berikut 1) Siswa yang aktif selama kegiatan apersepsi berjumlah 2 siswa. Tapi masih belum maksimal, kadang – kadang siswa sering main sendiri. 2) Siswa yang aktif dalam kegiatan tanya-jawab berjumlah 1 siswa. Tapi siswa harus dipancing
dahulu sebelum
akhirnya siswa aktif dalam kegiatan tanya – jawab. 3) Siswa yang berani presentasi ke depan kelas berjumlah 1 siswa. Tapi siswa masih malu – malu dan merasa takut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
4) Siswa yang merespon metode yang digunakan guru berjumlah 2 siswa. Tapi masih belum maksimal, kadangkadang siswa melamun. 5) Siswa yang aktif membuat catatan kecil berjumlah 1 siswa. Tapi masih belum maksimal karena perlu pengulangan dalam penyampaian materi untuk mencatatannya. 6) Siswa yang aktif berdiskusi berjumlah 2 siswa. Tapi masih belum maksimal, kadang – kadang yang didiskusikan bukan pelajaran. 7) Siswa yang mendapatkan nilai sebesar 60 ke atas berjumlah 1 siswa. Tabel 7. Keaktifan Siswa pada Kegitan Belajar Mengajar No. Urut 1.
Inisial Siswa UM
2. FN Jumlah Skor Aktivitas Siswa
1 √
Aspek Aktivitas 2 3 4 5 √ √ √
6 √
√
√
√
√
-
-
2 2
2 2
1 1
2 2
1 1
1 1
Keterangan Aspek Aktivitas 1. Memperhatikan penjelasan guru 2. Merespon metode yang digunakan guru 3. Mencatat materi penting 4. Berdiskusi dengan teman 5. Berani mempresentasikan hasil belajarnya 6. Mengajukan pertanyaan dengan guru d.
Analisis dan refleksi Guru dan peneliti mendiskusikan kekurangan – kekurangan yang ada pada saat penggunaan metode Quantum Learning dalam pembelajaran IPA di siklus I. Secara umum terdapat beberapa kekurangan yang terjadi saat proses belajar mengajar yaitu : 1) Guru masih kesulitan dalam membangkitkan antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPA.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
2) Guru
kelihatan
tidak
percaya
diri
saat
mengajar
menggunakan metode Quantum Learning. 3) Keantusiasan, keaktifan dan kesungguhan siswa dalam kegiatan belajar mengajar masih rendah. Hal ini terlihat pada kegiatan apersepsi, tanya jawab, membuat catatan dan presentasi masih sedikit siswa yang ikut berpartisipasi. 4) Siswa yang dapat menguasai materi sebesar 60% ke atas masih sedikit. Hal ini dikarenakan motivasi siswa saat mulai sampai akhir pembelajaran masih rendah, sehingga banyak siswa yang tidak menaruh perhatian yang serius saat proses belajar mengajar berlangsung. Tabel 8 Perolehan Nilai Prestasi Belajar IPA Pada Siklus I No.
Inisial siswa
Butir Soal yang
Tingkat
Benar
Penguasaan
Keterangan
1.
UM
14
70%
C ( Cukup)
2.
FN
11
55%
C ( Cukup)
Jumlah Total
25
125%
Rata – rata
12,5
62,5%
Dari tabel 8. dapat diketahui bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap materi cukup. Hal ini dapat diketahui melalui hasil butir soal yang benar dijawab siswa paling tinggi 75% diperoleh satu siswa dan butir soal yang dijawab siswa terendah 55% oleh satu siswa. Hasil ratarata porsentase penguasaan siswa terhadap materi yaitu energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat- sifatnya sebesar 62,5% termasuk kategori cukup. Dengan demikian, perolehan nilai tes prestasi belajar IPA pada siklus I diatas dapat digambarkan dalam bentuk grafik diagram batang sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
Prestasi Siklus I
Prestasi Siklus I
100%
50%
0%
Grafik 4.2 Peningkatan Prestasi U Belajar IPA Siklus I Sisw a Kelas IV M
Tingkat Penguasaan
70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% UM
FN Inisial Siswa
Grafik 2. Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar Pada Siklus I 2. Deskripsi Kondisi Siklus II Berdasarkan Deskripsi siklus I yang dilakukan dari kegiatan tindakan I peneliti merespon kegiatan yang terjadi berdasarkan indikator pencapaian yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun hasilnya sebagai berikut : a.
Perencanaan Tindakan II Dalam bentuk kegiatan perencanan tindakan II dari deskripsi hasil penelitian siklus II sebagai berikut: 1)
Peneliti
dan
guru
kolaborator
mendiskusikan
desain
pembelajaran IPA dengan metode Quantum Learning dengan kerangka TANDUR. 2)
Peneliti dan guru kolaborator menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan materi sumber energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifatsifatnya.
3)
Guru memperbaiki cara mengajarnya saat menggunakan metode Quantum Learning.
4)
Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang berani tampil di depan kelas untuk berpresentasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
5)
Guru memberikan contoh model presentasi terlebih dahulu.
6)
Guru akan memberikan hukuman atau sanksi pada siswa apabila siswa ramai dan tidak memperhatikan penjelasan dari guru.
7)
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran direncanakan 2x pertemuan yaitu Kamis, 24 Februari 2011 dan Senin, 28 Februari 2011.
8)
Peneliti dan guru menyiapkan sarana yang dipakai saat pembelajaran yaitu tape recorder, kaset bicara, kaset musik instrumental atau kesukaan siswa dan alat peraga.
b.
Pelaksanaan Tindakan II Dalam bentuk kegiatan pelaksanaan tindakan II dari deskripsi hasil penelitian siklus II, guru melaksanakn pembelajaran IPA dengan metode Quantum Learning dengan kerangka TANDUR dengan pelaksanaan sebagai berikut: 1)
T (Tumbuhkan), dengan guru menjelaskan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator serta mengajukan pertanyaan pancingan yang mengarah ke pelajaran dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan perasannya secara lisan sebelum pembelajaran.
2)
A (Alami), guru menugasi siswa untuk membaca buku Braille yang berisi materi pelajaran, kemudian siswa mencatatan halhal yang penting kemudian menugai siswa berdiskusi tentang materi yang akan dipresentasikan nantinya. Kemudian guru menyampaikan kembali materi melalui kaset bicara dan memberikan waktu untuk
mempelajari
kembali sambil
memutarkan musik instrumental. 3)
N (Namai), guru membagi siswa dengan diberi nama materi pelajaran tentang sumber energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat- sifatnya.
4)
D (Demonstrasikan), guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju kedepan kelas berpresentasi. Pada pertemuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
kedua kegiatan Demonstrasikan dengan melanjutkan kegiatan presentasi bagi yang yang belum maju. Sebelumnya guru memberikan contoh model berpresentasi terlebih dahulu. 7)
U (Ulangi), guru menjelaskan kembali materi pelajaran dengan melakukan percobaan yang menggunakan alat peraga, setelah itu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal – hal yang belum dipahami dan dimengerti. Pada pertemuan
kedua
kegiatan
ulangi
dilaksanakn
dengan
mengadakan tes. 8)
R (Rayakan), guru memberikan penghargaan berupa pin, tepuk tangan dan kalimat pujian yang berani maju ke depan kelas dan guru memberikan reward bagi siswa yang mendapatkan nilai tes yang baik dengan memutarkan musik di akhir pembelajaran.
c.
Obsevasi dan interprestasi Berdasarkan hasil pengamatan guru dan peneliti pada siklus II terhadap proses belajar mengajar IPA dengan menggunakan metode Quantum Learning, diperoleh hasil sebagai berikut : 1) Siswa yang aktif selama kegiatan apersepsi berjumlah 2 siswa dari 2 siswa secara keseluruhan. 2) Semua siswa aktif dalam kegiatan tanya jawab. 3) Semua siswa sudah berani presentasi ke depan kelas berjumlah 2 siswa. 4) Siswa yang merespon metode yang digunakan guru berjumlah 2 siswa. 5) Siswa yang aktif membuat catatan kecil berjumlah 2 siswa dari 2 siswa secara keseluruhan. 6) Semua siswa sudah aktif berdiskusi. 7) Semua siswa mendapatkan nilai 60 ke atas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Tabel 9. Keaktifan Siswa Pada Kegitan Belajar Mengajar No. Urut
Inisial Siswa
1.
UM
2. FN Jumlah Skor Aktivitas Siswa
1 √
Aspek Aktivitas 2 3 4 5 √ √ √ √
6 √
√
√
√
√
√
√
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
Keterangan Aspek Aktivitas 1. Memperhatikan penjelasan guru 2. Merespon metode yang digunakan guru 3. Mencatat materi penting 4. Berdiskusi dengan teman 5. Berani mempresentasikan hasil belajarnya 6. Mengajukan pertanyaan dengan guru d.
Analisis dan Refleksi Kegiatan Belajar mengajar IPA dengan metode Quantum Learning di kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar pada siklus II yang dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Februari 2011 dan Senin, 28 Februari 2011 berjalan lancar. Secara keseluruhan proses pembelajaran IPA dengan menerapkan metode Quantum Learning berjalan
dengan
baik.
Kekurangan-kekurangan
pada
siklus
sebelumnya dapat teratasi dengan baik. Siswa lebih aktif dan antusias saat pembelajaran bila dibandingkan pada siklus I, hal ini dapat terlihat pada siswa yang ikut berpartisipan pada kegiatan setiap kegiatan yang diadakan semakin bertambah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA tersebut telah menunjukkan peningkatan dengan baik dari proses yaitu keaktifan siswa dalam mengikuti belajar mengajar dan peningkatan prestasi belajar IPA. Dari hasil analisis dan refleksi pada tindakan siklus II dapat dikemukakan semua indikator pencapaian yang telah ditetapkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
telah mencapai hasil yang optimal dan dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA dengan metode Quantum Learning telah berhasil dan menunjukkan peningkatan dari segi proses maupun hasil belajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan metode Quantum Learning dalam pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada anak tunanetra kelas IV di SDLB Negeri Cangakan Karanganyar. Tabel 10. Perolehan Nilai Prestasi Belajar IPA Pada Siklus II No.
Inisial Siswa
Butir Soal
Tingkat
yang Benar
Penguasaan
Keterangan
1.
UM
18
90%
A(Istimewa)
2.
FN
17
85%
B ( Baik )
Jumlah Total
35
175%
Rata - rata
17,5
87,5%
Dari tabel 10. dapat diketahui bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap materi baik. Hal ini dapat diketahui melalui hasil butir soal yang benar dijawab siswa paling tinggi 90% diperoleh satu siswa dan butir soal yang dijawab siswa terendah 85% oleh satu siswa. Hasil rata-rata persentase penguasaan siswa terhadap materi yaitu energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat- sifatnya sebesar 87, 5 % termasuk kategori baik. Dengan demikian, perolehan nilai tes prestasi belajar IPA pada siklus II diatas dapat digambarkan dalam bentuk grafik diagram batang sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Prestasi Siklus II 100% 80% Tingkat Penguasaan
60% 40% 20% 0% UM
FN Inisial Siswa
Grafik 3. Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar Pada Kondisi Siklus II
C. Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan dalam skripsi ini meliputi penjabaran mengenai peningkatan prestasi belajar saat pembelajaran IPA dengan kerangka TANDUR pada anak tunanetra kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar tahun ajaran 2010/ 2011. Setelah tindakan yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II maka diperoleh jawaban dari apa yang menjadi masalah dalam penelitian ini. Sebagaimana diketahui masalah anak tunanetra adalah anak dimana kondisi indra penglihatan mereka tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Di dalam belajar anak tunanetra mengalami kesulitan di dalam proses pembentukan pengertian atau konsep terhadap rangsangan atau objek yang berada diluar dirinya yang tidak di dapat secara utuh. Dengan adanya kesulitan tersebut, menjadikan siswa mendapat kesulitan belajar, sulit mengingat, sulit memahami, dan akhirnya menjadikan siswa jenuh dan putus asa dalam mempelajari ilmu pengetahuan alam, sehingga hal tersebut menjadikan prestasi belajar IPA anak tunanetra menjadi rendah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
Dari hasil pengumpulan data penelitian menunjukkan bahwa metode Quantum Learning dapat meningkatkan prestasi belajar IPA anak tunanetra. Peningkatan presatsi belajar IPA dibuktikan dengan peningkatan nilai rata – rata sebelum menggunakan metode Quantum Learning sebesar 10,5 menjadi sebesar 12,5 setelah mengggunakan metode Quantum Learning pada siklus I dan pada siklus II menjadi sebesar 17,5. Peningkatan prestasi belajar siswa kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar tahun ajaran 2010/2011 terjadi pada siklus I dan siklus II setelah menerapkan metode Quantum Learning. Hal ini sesuai dengan pendapat W. S Winkel bahwa prestasi belajar merupakan suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Dalam penelitian ini, prestasi belajar siswa memperoleh peningkatan dengan ditandai adanya keberhasilan penggunaan metode Quantum Learning dalam pembelajaran IPA dengan indikator kerja yang sudah ditetapkan. Dalam penerapan metode Quantum Learning ini, siswa dilibatkan peran aktifnya dalam proses pembelajaran. Peran aktif siswa diantaranya berupa memperhatikan penjelasan guru, merespon metode yang digunakan guru, mencatat materi penting, berdiskusi, berani presentasi didepan kelas, dan keberanian siswa dalam tanya jawab. Hal tersebut telah dirancang dalam kerangka TANDUR. Selain TANDUR, peneliti juga merancang ruangan sesuai dengan prinsip Quantum Learning diantaranya: Memasang musik kesukaan siswa dan kaset bicara yang digunanya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan, dapat menumbuhkan emosional yang baik dalam diri siswa sehingga siswa dapat mengingat materi yang diberikan ketika pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Kebaikan atau manfaat yang bisa diambil setelah melakukan tindakan penelitian ini anatra lain: pembelajaran menjadi hidup dan siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran dengan adanya kaset bicara, demonstrasi yang dilakukan siswa dengan alat peraga, memutarkan musik yang disenangi siswa,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
emberian reward, serts suasana pembelajaran yang menyenangkan, sehingga siswa merasa nyaman dalam pembelajaran dan daya konsetrasi siswa dapat dimaksimalkan. Hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa berupa peningkatan prestasi belajar IPA Kesulitan yang dialami peneliti dalam melaksanakan tindakan ini antara lain: Membutuhkan dana yang lebih banyak untuk mempersiapkan sarana dan prasarana seperti kaset bicara, recorder, musik kesukaan siswa dan alat peraga( lilin, baskom, mainan telepon-teleponan dan lain- lain) dan hal mempresentasikan hasil belajarnya didepan kelas siswa masih agak malumalu. Untuk mengatasi masalah atau kesulitan dalam penelitian ini, diambil tindakan atau cara yang lebih menarik perhatian siswa salah satu caranya adalah dengan memberikan kaset bicara dengan narasumber yang berbeda, mempersiapkan sarana prasarana yang dibutuhkan, memberikan contoh presentasi didepan kelas secara berulang dan memberikan reward dan hadiah kecil pada saat siswa berhasil menyelesaikan pekerjaannya dan yang mendapatkan nilai tertinggi.
Berdasarkan hasil penelitian itulah hipotesis menyatakan bahwa penggunaan metode Quantum Learning dapat meningkatkan prestasi belajar IPA anak tunanetra kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar tahun ajaran 20110/2011 dapat diterima kebenaranya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, maka
dapat disimpulkan bahwa,
penggunaan metode Quatum Learning dalam pembelajaran meningkatkan prestasi belajar IPA pada anak tunanetra kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.
B. Saran Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Saran kepada Kepala Sekolah: a. Dalam
upaya
pembelajaran
mengektifkan bagi
anak
metode
tunanetra,
Quantum kepala
Learning
sekolah
dalam
hendaknya
mensosialisasikan metode Quantum Learning kepada guru – guru supaya mereka mengenal dan memahami metode Quantum Learning serta dapat menerapkannya dalam pembelajaran IPA. b. Pihak sekolah sebaiknya menambah fasilitas dalam kelas, misalnya melengkapi kaset bicara yang mewakili setiap mata pelajaran dan penyediaan tape recorder supaya metode Quantum Learning dapat dilaksanakan secara optimal. 2. Saran kepada Guru: a. Guru
dapat
menggunakan
metode
Quantum
Learning
dengan
mendengarkan kaset bicara dalam pembelajaran IPA , sehingga dapat meningkatkan minat, perhatian dan motivasi siswa dalam pembelajaran yang akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa. b. Memberikan alternatif dan membantu guru dalam meningkatkan prestasi belajar IPA melalui penggunaan metode Quantum Learning .
commit to user 94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
c. Guru dapat mengembangkan metode Quantum Learning (TANDUR) dengan variasi yang berbeda dari peneliti lakukan, sesuai dengan variasi kreativitas guru. 3. Saran kepada siswa: a. Siswa hendaknya bisa melibatkan diri secara lebih aktif saat proses belajar mengajar dengan metode Quantum Learning, sehingga siswa akan terbiasa terlibat aktif saat proses kegiatan belajar mengajar. b. Siswa sebaiknya berusaha mengekspresikan dirinya dengan berani ikut berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan kerjasama yang baik antara guru dengan siswa atau antar siswa sendiri ketika pelaksanaan metode Quantum Learning. 4. Saran kepada Peneliti selanjutnya: a. Diharapkan ada penelitian lanjutan yang membahas tentang kaitan Metode Quantum Learning di sekolah-sekolah yang berbeda. b.
Dalam peneliti ini jumlah subjek yang dipakai kecil, karena itu diharapkan ada penelitian yang mengupas metode Quantum Learning dalam pembelajaran dengan mengambil jumlah subjek yang besar.
commit to user