7/15/2011
Pengertian Ijma’ Kesepakatan/konsensus
Pengertian Ijma’ secara terminologi Yusuf 12
ﻓﻠﻤﺎ ذھﺒﻮا ﺑﮫ أﺟﻤﻌﻮا أل ﯾﺠﻌﻠﻮه ﻓﻲ ﻏﯿﺎﺑﺔ اﻟﺠﺐ Secara Etimologi
اﺗﻔﺎق ﺟﻤﯿﻊ اﻟﻤﺠﺘﮭﺪﯾﻦ ﻣﻦ اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ ﻓﻲ ﻋﺼﺮ ﻣﻦ اﻟﻌﺼﻮر ﺑﻌﺪ وﻓﺎة رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻌﻢ ﻋﻠﻰ ﺣﻜﻢ ﺷﺮﻋﻲ
Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dasar sumut
Bermaksud/membuat Ketetapan untuk Melaksanakan sesuatu
Yunus 71
ﻓﺄﺟﻤﻌﻮا أﻣﺮﻣﻜﻢ و ﺷﺮﻛﺎءﻛﻢ Bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah sekutu-sekutumu)
Kesepakatan semua mujtahid dari ummat Muhammad Pada suatu masa setelah wafatnya Rasulullah terhadap suatu hukum syara’
Muhammad Abu Zahroh menambahkan di akhir definisi itu kata “yang bersifat amaliyah”
1
7/15/2011
Rukun Ijma’
Syarat-Syarat Ijma’
1. Yang terlibat dlm pembahasan hukumnya, semua mujtahid, Jika ada yang tidak setuju, maka hasilnya bukan ijma’
6. Yang melakukan ijma’ adalah orang yang memenuhi syarat
2. Semua Mujtahid hidup di masa tersebut dari seluruh dunia
7. Kesepakataan itu muncul dari para mujtahid yang adil (berpendirian kuat terhadap agamanya)
3. Kesepakatan itu terwujud setelah masing-masing Mengemukakan pendapatnya
8. Para mujtahid adalah mereka yang berusaha menghindarkan Diri dari ucapan dannperbuatan yang bid’ah
4. Hukum yang disepakati adalah hukum syara yang tidak ada hukumnya dalam Al-Quran 5. Sandaran hukum ijma’ tersebut adalah Al-Quran dan atau hadits Rasulullah
Semua syarat ini disepakati Ulama
2
7/15/2011
Syarat Ijma’ (yang diperselisihkan) Tingkatan Ijma’ 1. Para Mujtahid itu adalah para sahabat
2. Para Mujtahid kerabat Rasulullah
Sharih (jelas)
Sukuti (Diam)
Semua ulama secara jelas mengemu kakan pendapatnya
Sebagian Ulama diam Atas Pendapat Mujtahid lain
3. Mujtahid itu adalah ulama Madinah 4. Hukum yang disepakati itu tidak ada yang membantahnya Sampai wafatnya seluruh mujtahid yang menyepakatinya 5. Tidak terdapat hukum ijma’ sebelumnya tentang masalah yang sama
3
7/15/2011
Tingkatan Ijma’ • Ijma’ Sharih, kesepakatan para mujtahid, baik melalui pendapat maupun perbuatan terhadap suatu masalah hukum yang dikemukaan dalam sidang ijma’ setelah masing-masing mujtahid mengemukakan pendapatnya terhadap masalah yang dibahas. • Ijma’ ini bisa dijadikan hujjah dan statusnya bersifat qath’iy (pasti)
Kehujjahan Ijma’ • Jumhur Ulama Ushul Fiqh berpendapat : • “apabila rukun ijma’ telah terpenuhi, maka ijma’ tersebut menjadi hujjah yang qath’iy, wajib diamalkan dan tidak boleh mengingkarinya, bahkan orang yang mengingkarinya diangap kafir • Masalah hukum yang telah disepakati dgn ijma’, tidak boleh lagi menjadi pembahasan ulama generasi berikutnya, dan karena itu pendapat yang berbeda dengan ijma’ tersebut tidak bisa membatalkan ijma’ yang telah terjadi. Alasan ketidakbolehan tersebut, dikarenakan hukum yang telah ditetapkan secara ijma’ bersifat qath’iy dan menempati urutan ketiga setelah Al-Quran,
4
7/15/2011
• Tetapi, Ibrahim Ibnu Siyar Al-Nazzam (tokoh Muktazilah), Khawarij dan Syi’ah berpendapat, “Ijma’ tidak bisa dijadikan hujjah. Menurut mereka Ijma’ seperti yang digambarkan Jumhur tidak mungkin terjadi, karena sulit mempertemukan seluruh ulama yang tersebar di berbagai belahan dunia. Selain itu masing-masing daerah mempunyai struktur sosial dan budaya yang berbeda.
• Menurut Syi’ah, ijma’ tidak bisa dijadikan sebagai hujjah, karena pembuat hukuma adalah Imam yang mereka anggap ma’shum.(terhindar dari dosa) • Ulama Khawarij dapat merima ijma’ sahabat Menurut Syi’ah, ijma’ tidak bisa dijadikan sebagai hujjah, sebelum terjadinya aperpecahan politik di karena pembuat hukum adalah Imam yang mereka anggap kalangan sahabat. ma’shum.(terhindar dari dosa) Ulama Khawarij dapat merima ijma’ sahabat sebelum terjadinya aperpecahan politik di kalangan sahabat.
5
7/15/2011
Alasan Jumhur • An-Nisak : 59 ْ ﯾ َﺎأ َ ﯾ ﱡ ﮭ َﺎ اﻟ ﱠ ذ ِﯾن َ ء َاﻣ َﻧ •ُوا أ َط ِ ﯾﻌ ُوا ﷲ َ و َ أ َط ِ ﯾﻌ ُوا اﻟر ﱠ ﺳ ُول َ و َ أ ُو ْ ﻟِﻰ ا ْﻷ َ ﻣ ْ ر ِ ﻣ ِﻧﻛ ُم َ ﻓ َﺈ ِن ﺗ َﻧ َﺎز َ ﻋ ْ ﺗ ُم ْ ﻓِﻲ ﺷ َﻰ ْ ء ٍ ﻓ َ ر ُ د ﱡوهُ إ ِﻟ َﻰ ﷲ ِ و َ اﻟر ﱠ ﺳ ُول ِ إ ِن ﻛ ُﻧﺗ ُم ْ ﺗ ُؤ ْ ﻣ ِﻧ ُون ً ﺑ ِﺎ ِ و َ اﻟ ْ ﯾ َو ْ م ِ ا ْﻷ َ ﺧ ِر ِ ذ َ ﻟِك َ ﺧ َ ﯾ ْ ر ُ◌ ُ و َ أ َﺣ ْ ﺳ َن ُ ﺗ َﺄ ْ و ِ ﯾﻼ • Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Taatilah Rasul dan Ulil Amri di antara kamu.
Menurut jumhur, ulil amri bersifat umum mencakup 1.Pemimpin agama (mujtahid & pemberi fatwa) 2. Pemimpin negara dan perangkatnya Ibnu Abbas, “Ulil Amri=ulama”
6
7/15/2011
• Alasan dari hadits : • An-Nisak 4:115 • أﻣﺗﻰ ﻻ ﺗﺟﺗﻣﻊ ﻋﻠﻰ اﻟﺧطﺄ ِ و َ ﻣ َن ﯾُﺷ َﺎﻗ ِق ِ اﻟر ﱠ•ﺳ {ُول َ ﻣ ِن ﺑ َﻌ ْ د ِ ﻣ َﺎﺗ َ ﺑ َ ﯾ ﱠن َ ﻟ َ ﮫ ُ اﻟ ْ ﮭُد َ ى و َ ﯾ َﺗ ﱠﺑ ِﻊ ْ ﻏ َ ﯾ ْر َ ﺳ َ ﺑ ِ ﯾل اﻟ ْ ﻣ ُؤ ْ ﻣ ِ ﻧ ِﯾن َ ﻧ ُو َ ﻟ ﱢ ﮫ ِ ﻣ َ ﺎﺗ َو َ ﻟ ﱠﻰ و َ ﻧ ُﺻ ْ ﻠ ِﮫ ِ ﺟ َ ﮭ َﻧ ﱠم َ و َ ﺳ َ ﺂء َ ت ْ ﻣ َﺻ ِ ﯾر ًا • “Barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas • Umatku tidak akan melakukan kesepakatan terhadap kebenaran baginya dan mengikuti jalan bukan jalan yang salah (H.R.At.Tarmizy) orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa • ﻻ ﺗﺟﺗﻣﻊ أﻣﺗﻰ ﻋﻠﻰ ﺿﻼﻟﺔ terhadap kesesatan yang telah dikuasaianya itu dan • Umatku tidak akan bersepakat dalam kesesatan Kami masukkan ke dalam Jahannam yang merupakan seburuk-buruk tempat” • Menurut Al-Ghazali, Surah an-Nisa’ ayat 115, menunjukkan bahwa Allah menjadikan orang-orang yang tidak mengikuti cara-cara yang ditempuh umat Islam sebagai orang yang menentang Allah dan RasulNya, dan orang yang menentang Allah dan Rasulnya itu hukumnya haram.
• و ﺳﺄﻟت ﷲ أﻻ ﺗﺟﺗﻣﻊ أﻣﺗﻰ ﻋﻠﻰ ﺿﻼﻟﺔ ﻓﺄﻋطﺎﻧﯾﮭﺎ • Saya mohon kepada Allah agar umatku tidak sepakat melakukan kesesatan, lalu Allah mengabulkannya ((H.R.Ahamad dan Thabrani)
7
7/15/2011
Pendapat Ulama ttg Ijma’ Sukuti • Menurut Abdul Wahab Khallaf : bahwa suatu hukum yang telah disepakati seluruh mujtahid sebenarnya merupakan hukum umat Islam seluruhnya. Apabila seluruh umat telah sepakat, maka tidak ada alasan menolaknya.
• Malikiyah, Syafi’iyah dan Abu Bakar Al-Baqillani, berpendapat, ijma’ sukuti bukanlah ijma’ dan tidak dapat dijadikan hujjah. • Mayoritas ulama Hanafiyah dan Imam Ahmad, berpendapat, ijma’ sukuti bisa dijadikan hujjah yang qath’iy. • Al-Juba’iy (dari Muktazilah), ijma’ sukuti bisa dikatakan ijma’ apabila mujtahid yang menyepakti hukum tersebut telah habis (meninggal semua), karena bila mujtahid (yang diam) dalam persoalan itu masih hidup,mungkin saja sebelum mereka wafat, ada yang membantah hukum tsb.
8
7/15/2011
Pendapat Ulama Ttg Ijma’ Sukuti
• Al-Amidi, Ibnu Hajib, Al-Karkhi, berpendapat,ijma’ sukuti tidak bisa dikatakan ijma’, tetapi dapat dikatakan hujjah yang statusnya zhanniy.
Malikiyah, Syafi’iyah Al-Baqilani
Ijma’ sukuti bukan ijma, Tdk bisa Menjadi hujjah
Jumhur Hanafiyah & Ahmad
Bisa dijadikan Hujjah Yang Qath’iy
Al-Juba’iy Dari Muktazilah
Bisa jadi ijma’, Jika ulamaulama masa itu belum wafat
Al-Amidi, Al-Kharkhi Ibnu Hajib
Ijma’ sukuti bukan ijma’. tapi bisa jadi hujjah Yang zhanniy
9
7/15/2011
• Alasan Hanafi dan Hanabilah hanya melalui akal (logika). • 1. Diamnya para ulama, setelah mengetahui hukum hasil ijtihad para ulama, adalah setelah mempelajari dan menganalisa hasil ijtihad itu dari berbagai segi.Para ulama ushul menyatakan : • Artinya, diam saja ketika suatu penjelasan diperlukan, dianggap sebagai penjelasan
• 2.Adalah tidak dapat diterima (tidak layak) jika para ahli fatwa diam saja ketika ada mendengar fatwa ulama lain.
2.Adalah tidak dapat diterima (tidak layak) jika para ahli fatwa diam saja ketika ada mendengar fatwa ulama lain.
10
7/15/2011
Kemungkinan terjadinya Ijma’ • Jumhur ulama yang menolak kehujjahan ijma’ sukuti mengatakan bahwa rukun dan syarat ijma’ adalah kesepakatn seluruh mujtahid yang hidup di zaman terjadinya ijma’ tersebut, dan masing-masing mereka terlibat membicarakan hukum yang ditetapkan. Sedangkan ijma’ sukuti merupakan pendapat pribadi yang disebarluaskan, sementara mujtahid lainya diam saja. Diamnya mujtahid tidak bisa dianggap sebagai suatu persetejuan. Maka status ijma’ sukuti hanyalah zhanniy.
• Mayoritas Ulama,”Tidaklah sulit untuk melakukan ijma’, bahkan secara aktual ijma’ telah ada. Mereka mencontohkan pembagian waris bagi nenek sebesar 1/6 dari harta warisan dan larangan menjual makanan yang belum ada di tangan penjual. • Tetapi Ulama : Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Siapa yang mengklaim adanya ijma’, dia sesunguhnya telah berdusta, karena mungkin saja ada mujtahid yang tidak setuju, karena itu sangat sulit mengetahui adanya ijma’ tersebut. • Ulama kontemporer (M.Abu Zahroh, A.Wahhab Khallaf dan Khudery Beik,”Ijma’ yang mungkin terjadi hanyalah di masa sahabat, adapun ijma’ di masa sesudahnya tidak mungkin terjadi, karena luasnya wilayah Islam dan tidak mungkin mengumpulkan seluruh ulama pada satu tempat
11
7/15/2011
Bagaimana di era Globalisasi ? Dunia seperti Desa Kecil karena teknologi komunikasi (TV,Internet) & transportasi ?
Terima Kasih
12