Dosa di Dalam Perkemahan Gereja, Bagian 3 Yosua 7 (kecuali disebutkan lain, ayat-ayat di sini menggunakan Alkitab LAI Terjemahan Baru) Selamat pagi. Jika Anda membawa Alkitab, dan saya harap Anda membawanya pagi ini, saya mengundang Anda untuk bersama dengan saya membuka Yoshua pasal 7. Silahkan lihat dalam daftar isi Perjanjian Lama untuk memudahkan Anda menemukan kitab tersebut. Saya sebenarnya tidak enak masih membahas soal “Dosa di Dalam Perkemahan Gereja” dalam waktu yang cukup lama. Saya tidak ingin Bapak Ibu merasa tertekan ketika harus beribadah di hari Minggu, gara-gara khotbah saya ini. Saya mengatakan kepada beberapa staff saya bahwa sepertinya ada perasaan berat dalam sebagian dari diri saya sejak beberapa bulan terakhir ini dan sepertinya saya ingin keluar lalu menceritakan beberapa humor atau yang seperti itu suatu saat nanti. tetapi ini alasan saya tidak akan memberikan humor. Pertama, dan yang jelas, saya bukan orang yang lucu. Kedua, dalam 2 Korintus 4:4-6, ada gambaran yang membayangi saya ketika saya berkhotbah, gambaran yang memberatkan saya. Di dalam 2 Korintus 4:4, supaya Anda tahu, Paulus mengatakan “yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.” Jadi di dalam ayat 4 kita mengenal ada ‘ilah’ di dunia ini, lalu kemudian ayat 6 berbicara mengenai Allah dengan ‘A’ huruf besar. Dikatakan bahwa “Sebab Allah yang telah berfirman: ‘Dari dalam gelap akan terbit terang!,’ Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.” Jadi di dalam ayat 4 dan 6 ini disebutkan bahwa ada ilah, yaitu seteru kita, yang membutakan Anda, dan ada Allah yang sejati, yang menyinari, membuka mata kita, memberikan sinar-Nya ke dalam hati kita. Di tengah-tengah ayat 4 dan 6, ayat 5 berkata demikian, “Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus.” Ayat-ayat ini merupakan sebuah pembuktian. Ya, pembuktian bahwa ada Allah yang sejati, yang menginginkan sinar-Nya menerangi hati kita, yang menuntun kita untuk merendahkan diri di kaki Juru Selamat yang mengasihi kita. Itulah yang Allah lakukan pada kita. 1
Di saat bersamaan ada ilah dunia ini, musuh kita, dia melakukan apapun yang dapat dia lakukan untuk membutakan kita dari kenyataan ini, yang dapat membawa kita ke dalam kebinasaan kekal. Hal itulah, hidup abadi bersama Kristus atau kebinasaan kekal, menjadi taruhannya. Ilah dunia ini ingin membutakan kita di dalam keseharian kita, di dalam gereja untuk melihat bahwa Allah jelas-jelas kudus dan dosa jelas-jelas merupakan pembangkangan di hadapan-Nya. Amarah-Nya benar-benar adil dan kasih karunia-Nya benar-benar berharga, dan bahwa setiap pribadi di dalam ruangan ini, di dalam komunitas ini, setiap jiwa kita, setiap jiwa kita yang singkat ini sedang menuju sukacita abadi atau kebinasaan kekal. Yang membedakannya, adalah Kristus. Itulah alasannya mengapa saya tidak akan menggunakan lelucon. Karena jika kita tidak menganggap serius hal ini ketika membaca Firman Tuhan, maka di mana lagi kita melihat keseriusan mengenai ini? Di TV? Film? Internet? Ilah dunia ini membutakan pikiran kita dan saya percaya ilah itu membutakan pikiran di seluruh gereja. Strategi paling ampuh untuk melakukan itu adalah melalui dosa kecil, melalui dosa terselubung yang kelihatannya kecil, dosa yang kelihatannya sepele. Intinya Adalah… Kita Memerlukan Perspektif Dosa dari Sudut Pandang Allah Secara Radikal Salah seorang penulis kesukaan saya adalah C.S. Lewis yang menulis sebuah buku berjudul The Screwtape Letters, sebuah buku yang sangat menarik sekali. Buku ini bercerita tentang sebuah surat yang ditulis oleh sesosok iblis tua yang berpengalaman. Surat tersebut ditujukan kepada sesosok iblis muda yang belum berpengalaman, berisi bagaimana caranya menjauhkan manusia dari Tuhan. Salah satu suratnya berbunyi demikian, “Bisa dikatakan ini semua adalah dosa kecil yang tidak diragukan, seperti seorang pemuda yang tergoda berbuat dosa, yang kau ragu-ragu untuk melaporkannya karena kejahatannya yang luar biasa. Tetapi harus kau ingat, satu-satunya yang utama adalah seberapa jauh kau jauhkan manusia dari Allah. Tidak masalah sekecil apa pun dosanya, karena efek kumulatifnya akan menjauhkan manusia dari cahaya kemuliaan Allah. Pembunuhan tidaklah berbeda dengan bermain judi atau permainan kartu karena judi memiliki muslihatnya sendiri. Jalan teraman menuju neraka adalah yang
2
bertahap, perlahan, lembut, pelan-pelan menyeret mereka tanpa adanya tanda-tanda yang jelas, tanpa adanya peringatan yang keras.” Strategi musuh kita adalah perlahan-lahan membuai kita dengan dosa kecil yang tampaknya tidak berbahaya. Kenyataannya, saya kira dia sudah melakukannya di sini. Saya takut, banyak di antara kita di dalam ruangan ini cukup beragama untuk mengirim kita ke neraka, jadi kita kembali ke inti pembahasan minggu lalu dan kita sadari, kita memerlukan perspektif dosa dari sudut pandang Allah secara radikal. Kita memerlukan itu di dalam gereja dan Anda tidak dapat menganggap ini sebagai perkara yang ringan. Satu Dosa… Membahayakan Seluruh Umat Allah Kita kembali melihat ke dalam Yosua pasal 7, siapa tahu Anda tidak hadir minggu lalu saat membahas pasal ini. Di dalam Yosua pasal 1 – 6, umat Israel memulai perjalanan mereka menuju Tanah Perjanjian. Segala sesuatunya berjalan lancar dan luar biasa sekali, Anda-Anda. Lalu di dalam Yosua pasal 7, mereka mengalami kekalahan di kota Ai dan 36 orang tewas dalam pertempuran itu. Penyebab kekalahan ini adalah hanya karena satu orang, Akhan. Ketika umat Israel menguasai Yerikho, Akhan mengambil jubah, emas dan perak. Tidak banyak, hanya sedikit. Lalu dia menyimpannya untuk dirinya sendiri, dia simpan di dalam kemahnya. Karena Akhan melakukan satu hal ini Israel mulai mengalami kekalahan. Yosua kemudian mengumpulkan umat Israel, memanggil mereka suku demi suku, kaum demi kaum, keluarga demi keluarga, dan pada akhirnya menuntun kepada Akhan. Akhan-lah yang berbuat salah, dia yang menyebabkan semua peristiwa kekalahan ini karena dosa yang dilakukannya. Dia kemudian mengakui dosanya lalu dia dan seluruh keluarganya dirajam dan dibakar. Gambaran keseluruhan Yosua pasal 7 merupakan penggambaran betapa seriusnya, betapa beratnya perbuatan dosa itu. Minggu lalu kita berbicara mengenai bagaimana satu dosa membahayakan seluruh umat Allah, dan kita sudah membahas hal itu minggu lalu. Ada lima poin yang akan kita bahas dan kita sudah membahas satu poin. Saya ingin sekali kita dapat membahas empat poin lainnya hari ini. Artinya, siapkan diri, khususnya untuk dua poin berikutnya. Saya ingin kita membahas lebih dalam dua poin terakhir, jadi saya ingin
3
untuk terus mengikuti saya. Saya ingin kita berlari melalui dua poin pertama dan melihat gambarannya, untuk kemudian menuntun kita kepada dua poin terakhir yang akan didalami. Satu Dosa… Kehilangan Berkat dan Hadirat Allah Baiklah. Pertama, dosa membahayakan seluruh umat Allah. Kedua, satu dosa menyebabkan kita kehilangan berkat dan hadirat Allah. Satu dosa menyebabkan kita kehilangan berkat dan hadirat Allah. Kita tidak dapat melihat semua gambaran ini. Anda mungkin dapat mencatatnya namun ada kontradiksi yang sangat kentara di dalam Yosua pasal 7 saat Anda membandingkannya dengan seluruh kehidupan dan kepemimpinan Yosua hingga saat ini. Salah satu topik utama dalam kehidupan dan kepemimpinan Yosua adalah adanya hadirat Allah. Di dalam Ulangan 31:23 disebutkan, bahwa ketika Musa menyerahkan tampuk kepemimpinannya kepada Yosua, “Kepada Yosua bin Nun diberi-Nya perintah, firman-Nya: ‘Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkau akan membawa orang Israel ke negeri yang Kujanjikan dengan sumpah kepada mereka, dan Aku akan menyertai engkau.’” Sekarang kita lihat di dalam Yosua pasal 1. Tiga kali di dalam pembukaan pasal ini, Allah berkata kepada Yosua bahwa Dia akan menyertainya. Kita bisa lihat di dalam Yosua pasal 1 ayat yang ke 5, 9 dan 17. Ketiga ayat ini menyebutkan bahwa “Aku, Tuhan Allahmu menyertai engkau”. Lalu di dalam pasal 3 ketika umat Allah menyeberangi Sungai Yordan menuju Tanah Kanaan. Yosua 3:7 Allah berfirman kepada Yosua, “…Aku akan menyertai engkau…” Yosua 5:13, 14, 15, kita lihat ketika Yosua merasa sendirian di dalam kepemimpinannya, dia berpikir bagaimana dia akan melaksanakan tugasnya memimpin umat Israel ke Tanah Perjanjian. Lalu kita lihat bahwa Allah menyertai Yosua, berbicara kepadanya dan mengingatkannya bahwa Yosua tidak sendiri. Pada penghujung Yosua 6, tepat sebelum pasal 7, mari kita perhatikan pada ayat 27, di mana hal ini disebutkan kembali, “Dan TUHAN menyertai Yosua dan terdengarlah kabar tentang dia di seluruh negeri itu.” Intinya jelas disini, “Aku menyertaimu, Aku menyertaimu, Aku menyertaimu.” Inilah kehidupan dan kepemimpinan Yosua yang dipenuhi hadirat Allah. Namun ketika kita beranjak ke Yosua 7 ayat 12, mari kita perhatikan apa kata firman Tuhan yang sepertinya berlawanan dengan kondisi sebelumya, “Sebab itu orang Israel tidak dapat 4
bertahan menghadapi musuhnya. Mereka membelakangi musuhnya, sebab mereka itupun dikhususkan untuk ditumpas. Aku tidak akan menyertai kamu lagi jika barang-barang yang dikhususkan itu tidak kamu punahkan dari tengah-tengahmu.” Ucapan ini berlawanan dengan “Aku menyertaimu, Aku menyertaimu, Aku menyertaimu,” Sekarang, Allah berfirman kepada Yosua, “Aku tidak akan menyertaimu lagi, kecuali…” lalu Yosua menyadarinya, awas jangan sampai terlewatkan, Yosua menyadari bahwa hadirat Allah bergantung dari kesucian umat Allah. Hadirat Allah sangat bergantung dari sebuah kondisi, yaitu kesucian atau kemurnian umat Allah. Kenyataan ini terus menerus disuarakan di sepanjang Alkitab, Perjanjian Lama dan Baru. Memang ada perbedaan yang signifikan di dalam Perjanjian Baru. Di dalam Perjanjian Lama hadirat Allah turun dan melingkupi umat-Nya di waktu yang berbeda. Di dalam Perjanjian Baru, ketika Anda percaya kepada Yesus Kristus, Dia akan mengirim Roh Kudus untuk hidup di dalam diri Anda dan Roh Kudus akan selalu menetap di dalam diri Anda. Anda tidak akan seperti ini: satu hari memiliki Roh Kudus, hari lainnya tidak memiliki Roh Kudus, lalu hari berikutnya Anda memilikinya lagi. Tidak seperti itu kondisi Anda di dalam Tuhan. Roh Kudus hidup, menetap, di dalam hati Anda. Di dalam Efesus 1 ayat 13 dan 14 disebutkan, “Di dalam Dia kamu juga--karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu--di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.” Roh Kudus hidup, menetap di dalam diri Anda. Sehingga hadirat Allah bukan seperti datang dan pergi begitu saja namun di saat yang sama, Perjanjian Baru memberikan gambaran yang sama jelasnya. Kepenuhan hadirat Allah bergantung dari kesucian, kemurnian umat Allah. Kepenuhan hadirat Allah bergantung dari kesucian, kemurnian umat Allah. Dan ini masuk akal. Sangat masuk akal. Coba pikir. Jika Anda dan saya menghidupi Kristus di dalam diri kita, lalu ketika Roh Kudus, hadirat Allah menunjukkan dosa kesalahan yang kita lakukan namun kita tidak mengindahkannya, kita terus melakukan dosa kesalahan itu, bagaimana bisa kita berharap Roh Kudus akan memimpin, menuntun, dan menguatkan kita setiap waktu? Inilah kesalahan terbesar yang kita lakukan di dalam gereja saat ini. Kita tidak mengindahkan dosa, kita tidak menganggap serius dosa yang kita lakukan. Hasilnya apa Anda-Anda? Kita membahayakan 5
kesucian dan kemurnian umat Allah. Saat kita berharap hadirat Allah memimpin dan menuntun kita, ingatlah, satu dosa saja seperti yang digambarkan oleh Yosua 7, akan menghilangkan seluruh berkat dan hadirat Allah. Inilah sebabnya Allah memilih kita, menunjuk kita sebagai gereja-Nya di sini, di Brook Hills. Inilah mengapa kita berpuasa dan berdoa setiap Selasa. Inilah mengapa saya mendorong Anda untuk berpuasa dan berdoa khusus di hari Selasa. Bahkan, jika Anda memperhatikan bulletin gereja kita, kita memulainya dengan waktu yang lebih panjang, mungkin beberapa orang tidak dapat mengikuti atau melakukannya dari pkl. 06.00 hingga 08.00. Kita ingin menjadi umat yang memiliki kerinduan untuk menjadi kudus namun kita menyadari, kita tidak dapat melakukan itu tanpa adanya hadirat Allah. Minggu yang lalu, kaum pria memenuhi bagian depan ruangan ini, berlutut dan berkata, “Aku mau menuntun, memimpin keluargaku, memimpin gereja-Nya.” Kenyataannya, tidak ada seorang pun yang dapat memimpin dan menuntun keluarganya tanpa adanya kuasa dari hadirat Allah di dalam hidupnya. Anda tidak dapat melakukannya. Saya tidak dapat melakukannya. Kita tidak dapat melakukannya. Tidak Anda, tidak juga saya, dapat menuntun seorang di Birmingham ini ke dalam Kristus, tanpa adanya kuasa dari hadirat Allah. Kita benar-benar tidak berdaya, bahkan di dalam kekekalan jika kita tidak berada di dalam hadirat-Nya. Itulah mengapa kita berdoa dan berpuasa. Hal ini adalah kesalahan yang dilakukan Yosua di dalam pasal 7. Dosa ini telah merasuk ke dalam perkemahan, Yosua tidak berdoa sebelum mengirim pasukannya ke Ai. Yosua tidak mencari Allah, malahan dia berkata, “Ah, ini hal mudah. Kirim beberapa ribu orang ke sana dan kita akan merebut Ai. Mudah saja.” Dan dia menganggap Allah hadir di sana bersama mereka sementara ada dosa yang terjadi di dalam kemah. Dia beranggapan hadirat Allah hadir di sana dan mereka kepenuhan hadirat Allah sementara masih ada dosa kesalahan yang terjadi. Kita tidak dapat berasumsi seperti itu. Ini mengapa kita berkata, “Sudah selesai dan sudah dilaksanakan.” Allah membantu kita untuk menyelesaikan, untuk menghapuskan kekristenan yang berdasarkan budaya, kekristenan yang monoton, kekristenan yang hanya berdasarkan rutinitas, yang dilakukan oleh kita sendiri. Allah sendiri yang membantu kita agar kita menyadari bahwa kita dilahirkan untuk menghidupi iman kita di dalam hadirat-Nya.
6
Itulah sebabnya kita tersungkur menyembah, berdoa, berpuasa hari demi hari, minggu demi minggu karena kita tidak mau maju satu langkahpun tanpa adanya hadirat Allah bersama kita. “Kami ingin Engkau hadir ya Allahku. Kami ingin kepenuhan hadirat-Mu, kami ingin Engkau, ya Allah, menyingkapkan setiap dosa kesalahan di dalam kemah kami, kami ingin Engkau mengenyahkan dosa itu hingga kami dapat mengalami kepenuhan di dalam hadirat dan berkat-Mu.” Satu Dosa… Menghina Kemuliaan Allah Satu dosa menghilangkan berkat dan hadirat Allah. Ini hal kedua yang kita bahas. Nomor tiga, pengaruh dosa, gentingnya dosa, satu dosa kesalahan menghina kemuliaan Allah. Menghina kemuliaan Allah. Dalam hal ini, bukan maksud saya bahwa kemuliaan Allah dalam perspektif Allah yang sangat berharga. Kita tidak mungkin dapat menghilangkan kemuliaan Allah sendiri dari diri-Nya ketika kita berdosa. Kemuliaan Allah sangat tidak terbatas. Dia selamanya mulia. Anda dan saya tidak dapat mengubah hal itu. Yang saya maksud di sini, lebih kepada reputasi Allah. Reputasi Nama Allah. Maksud saya adalah kemuliaan Allah di dalam dunia ini. Yosua mengetahui hal ini, mengetahui apa yang dipertaruhkan di dalam Yosua pasal 7. Mari kita perhatikan di dalam Yosua 7:9, apa yang dia doakan. Ini yang Yosua katakan setelah kekalahan di Ai, “Apabila hal itu terdengar oleh orang Kanaan dan seluruh penduduk negeri ini, maka mereka akan mengepung kami dan melenyapkan nama kami dari bumi ini. Dan apakah yang akan Kaulakukan untuk memulihkan nama-Mu yang besar itu?” Perhatikan lagi apa yang Yosua katakan, “Dan apakah yang akan Kaulakukan untuk memulihkan nama-Mu yang besar itu?” Yosua tahu apa yang sedang dipertaruhkan. Dia mengetahui reputasi Allah di Tanah Perjanjian, reputasi Allah di antara bangsa-bangsa penyembah berhala, bahwa reputasi-Nya terikat dengan keselamatan di dalam umat pilihan-Nya, di dalam pembebasan umat-Nya. Itulah alasannya, mengapa begitu penting untuk memahami bahwa mereka tidak diperkenankan untuk mencuri barang-barang yang seharusnya dikuduskan, yang pernah dipakai untuk menyembah ilah palsu. Mengapa begitu penting untuk tidak menyimpan benda-benda seperti itu di dalam perkemahan. 7
Allah telah membebaskan umat Israel dari Mesir, dari bangsa penyembah ilah palsu, agar mereka tidak menyembah ilah palsu di Tanah Perjanjian. Dia membebaskan umat-Nya agar mereka dapat menunjukkan kekudusan Allah. Ini alasan Allah menyelamatkan mereka. Allah menyelamatkan mereka, Yosua tahu hal itu, Allah menyelamatkan mereka agar mereka dapat menunjukkan kemuliaan-Nya melalui mereka, menunjukkan kekuasaan-Nya melalui mereka. Itulah sebabnya kita tetap membahas hal ini. Kita tetap kembali kepada bagaimana kita menganggap murah keselamatan yang kita peroleh dan konsekuensi yang kita terima karena kita menganggap remeh Injil Keselamatan. Kita kembali ke gambaran bagaimana jika keselamatan adalah semua tentang berdoa hal-hal takhayul lalu kita hidup sekehendak diri kita. Jika itu adalah keselamatan, apakah kita menyadari apa yang sedang dipertaruhkan? Apakah kita menyadari gambaran keselamatan tersebut membahayakan kemuliaan Allah, reputasi Allah? Jika ada orang Kristen di dalam gereja yang mengaku dirinya Kristen lalu mengklaim dengan mengatakan, saya berdoa, saya hidup di dalam gaya hidup yang tidak diketahui orang lain, apakah berbeda dari dunia ini? Yang memiliki gaya hidup sama seperti umat yang tidak percaya di negara ini? Jika itu yang terjadi, apa yang dapat kita katakan mengenai keselamatan? Kita seakan-akan mengatakan bahwa Allah tidak memiliki kuasa atas dosa. Injil Keselamatan tidak mengubah hidup kita. Ini reputasi Allah. Kita menghina-Nya dengan menganggap remeh Injil Keselamatan. Hidup Anda seharusnya ditujukan untuk menampilkan kemuliaan Allah. Ini alasan Allah menyelamatkan Anda dan saya. Dia tidak menyelamatkan kita agar kita dapat keluar dari antrian menuju neraka dan masuk ke antrian menuju surga. Dia menyelamatkan kita untuk mengubah kita, agar kita dapat memancarkan kemuliaan-Nya di dalam hidup kita. Agar mereka yang hidup bersama kita, yang bekerja bersama kita, yang melihat kita, dapat melihat pancaran kemuliaan-Nya. Jika kita mengakui keselamatan itu, menyebut diri kita orang Kristen, namun masih menyimpan dosa di dalam kemah kita, kita seperti menunjukkan kepada dunia bahwa Allah kita tidak berkuasa, tidak kudus, tidak memenangkan dosa, dan kita menghina nama Allah di hadapan seluruh bangsa-bangsa. Ini gambaran ketakutan yang ada di dalam Alkitab. Mari kita baca di dalam 1 Petrus 1:17-19 “…hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini…” Apa maksud kata-kata ini? Mari perhatikan ayat berikutnya, “…kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang 8
fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus…” Alkitab memperingatkan kita . . . untuk menjauhkan diri dari kehidupan yang menunjukkan bahwa darah Kristus tidaklah berharga. Pria, wanita, pelajar, takutlah untuk hidup di dalam kehidupan sedemikian rupa yang akan menunjukkan bahwa darah Yesus sangat tidak berharga bagimu. Larilah dari dosa karena darah Kristus yang menyelamatkan Anda dari dosa, dan Anda tidak mau membahayakan hal tersebut, merusak gambaran indah tersebut. Inilah gambaran gereja-gereja rumah di Asia. Saya sudah menceritakan sebelumnya kepada Bapak Ibu terkasih tentang bagaimana gambaran orang percaya, yang sudah lama maupun yang baru percaya, berkumpul bersama, belajar Firman Tuhan sepanjang hari secara diam-diam, dengan resiko kehilangan nyawa. Suatu waktu, saat saya melatih mereka, saya ingat ada seorang wanita yang datang mau belajar dan mengenal Kristus. Satu orang yang ikut pelatihan, mengajak satu orang lain untuk mengenal Kristus di desa mereka. Jadi ada satu orang, yang mengajak seorang wanita tua ini. Dia datang, lalu seseorang memberikan kepadanya sebuah Alkitab. Dia lalu duduk, menyimak apa yang ada di dalam Alkitab untuk pertama kalinya. Dia mendengar kebenaran dari Alkitab dan selesai itu, dia menghampiri saya dan pemimpin gereja rumah tersebut. Dia berkata, “Aku telah menjadi pengikut Kristus. Ini artinya semua harus berubah. Rumahku penuh dengan berhala, ilah palsu yang disimpan di dalam rumahku. Aku harus menyingkirkan itu semua, sehingga kekudusan Allah, kemuliaan Allah memancar dari rumahku.” Sungguh gambaran yang indah. Keesokan harinya, sebelum kami memulai pelatihan, kami berkunjung ke rumah wanita tua ini. Kami mengambil semua patung ilah yang ada di sana, mengumpulkannya, lalu membakarnya. Kami memulai pelatihan hari itu dengan ditemani bau patung-patung ilah yang dibakar. Singkirkan benda-benda yang mengikatmu. Singkapkan setiap dosa di dalam perkemahanmu. Karena kemuliaan Allah, reputasi Allah adalah hal penting, yamg sangat penting di dalam hidup Anda. Inilah gambaran yang diketahui Yosua dan kita perlu menyadarinya di saat ini. Kekudusan kita di hadapan Allah memiliki efek langsung terhadap kemuliaan-Nya di dunia ini. Kekudusan kita di hadapan Allah, di dalam gereja memiliki efek langsung terhadap kemuliaan-Nya di dalam dunia. Satu dosa menghina kemuliaan Allah.
9
Satu Dosa… Mengundang Murka Allah yang Adil dan Bersifat Seketika Saya ingin kita memperhatikan dua poin yang terakhir ini. Satu dosa menyebabkan murka Allah yang adil dan dicurahkan seketika itu juga. Satu dosa mengundang amarah Tuhan yang adil dan seketika itu juga. Coba sekarang kita pikirkan sejenak dan jujur satu sama lain, ya? Saat Anda menyimak perikop kita, membaca Yosua pasal 7, Anda sedikit terganggu, kan? Satu orang pria ini mengambil kain, jubah, perak, emas, lalu menyembunyikannya. Kelihatannya sepele, ya. Mungkin sebagian dari kita pernah melakukan hal yang lebih buruk dari itu, kan? Lalu karena pria ini melakukan dosa kesalahan itu, dia disuruh maju di hadapan setiap orang, keluarganya dibawa keluar dari perkemahan. Orang-orang lalu merajam dan membakarnya. Apakah kelihatannya tidak berlebihan apa yang Allah lakukan? Maksud saya, ini Allah yang sama kita sembah, yang kita muliakan di dalam nyanyian kita pagi ini. Tentang kasih-Nya, tentang Dialah gunung batu kita, Dialah sumber pengharapan kita. Namun di sisi lain, ini Allah yang sama, memerintahkan agar orang tersebut dan keluarganya dirajam dan dibakar. Hal ini, yang tercantum di dalam Yosua pasal 7, sejujurnya, membuat kita memiliki kecenderungan bahwa ini hanyalah sifat Allah yang ada di dalam Perjanjian Lama dan menganggap bahwa amarah Allah seperti itu tidak ada lagi sekarang ini. Kita lihat sekilas ya. Kembali ke Kejadian 19. Saya ingin ini yang kita lakukan pagi ini, untuk memandang dengan jelas Allah di dalam Alkitab, tentang keseriusan, kekudusan dan murka-Nya. Saya ingin Anda menyimak dan merenungkan beberapa perikop yang jarang kita bahas. Kejadian 19, tentang kehancuran Sodom dan Gomora. Kejadian 18, Abraham memohon kepada Allah untuk Sodom dan Gomora, jika saja ada beberapa orang benar di sana, apakah akan dihancurkan? Allah berkata, “Tidak.” Namun di dalam pasal 19, kita bisa melihat, tidak ada satu orang benar pun di dalam kota tersebut. Keluarga Abraham dan Lot akan dikeluarkan dari kota tersebut. Lalu di ayat 16, mari kita lihat apa yang terjadi. Kejadian 19: 16-17 “Ketika ia berlambat-lambat, maka tangannya, tangan isteri dan tangan kedua anaknya dipegang oleh kedua orang itu, sebab TUHAN hendak mengasihani dia; lalu kedua orang itu menuntunnya ke luar kota dan melepaskannya di sana. Sesudah kedua orang itu menuntun mereka sampai ke luar, berkatalah seorang: ‘Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, 10
dan janganlah berhenti di manapun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap.’” Bayangkanlah, bayangkan bahwa keluarga Anda lari, meninggalkan kota yang akan Allah luluhlantakkan. Kemudian seseorang berkata, “Selamatkan dirimu, jangan menoleh ke belakang.” Lalu meloncat ke ayat 23-25, “Matahari telah terbit menyinari bumi, ketika Lot tiba di Zoar. Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit; dan ditunggangbalikkan-Nyalah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah.” Jika itu kurang “parah”, ayat 26 mengatakan bahwa istri Lot menoleh ke belakang dan menjadi tiang garam. Anda sedang melarikan diri, menyelamatkan diri, lalu istri Anda hanya menoleh sebentar, dan seketika itu juga dia dimusnahkan. Kelihatannya terlalu kejam. Ceritanya berlanjut. Kita buka Imamat 10. Di sini kita melihat Harun. Musa dan Harun merupakan pemimpin utama umat Israel. Harun bisa dikatakan orang kepercayaan Musa. Keluarga Harun, anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, adalah imam Bait Allah yang memimpin pujian kepada Allah. Apa yang terjadi pada mereka? Imamat 10 ayat 1-3, “Kemudian anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil perbaraannya, membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas api itu. Dengan demikian mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing yang tidak diperintahkan-Nya kepada mereka. Maka keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di hadapan TUHAN. Berkatalah Musa kepada Harun: ‘Inilah yang difirmankan TUHAN: Kepada orang yang karib kepada-Ku Kunyatakan kekudusan-Ku, dan di muka seluruh bangsa itu akan Kuperlihatkan kemuliaan-Ku.’ Dan Harun berdiam diri. “ Jika Anda adalah seorang ayah, bayangkan kedua putramu, Nadab dan Abihu. Kita tidak tahu pasti arti “…api asing yang tidak diperintahkan-Nya” namun jelas, mereka melakukan sesuatu yang dilarang. Sekali itu mereka sembrono dalam penyembahannya, lalu api menyembur dari hadapan TUHAN, membakar menghanguskan mereka seketika itu juga, dan Anda, Ayah, Bapak, kalian hanya bisa terpaku berdiam diri. Kita lanjutkan cerita ini. Bilangan 15: 32-36. Tadi sekilas kita melihat hukuman mati yang disebabkan oleh penyembahan yang sembrono. Sekarang kita melihat hukuman mati dalam Bilangan 15. Mungkin Anda kurang familiar dengan ayat-ayat ini. “Ketika orang Israel ada di 11
padang gurun, didapati merekalah seorang yang mengumpulkan kayu api pada hari Sabat. Lalu orang-orang yang mendapati dia sedang mengumpulkan kayu api itu, menghadapkan dia kepada Musa dan Harun dan segenap umat itu. Orang itu dimasukkan dalam tahanan, oleh karena belum ditentukan apa yang harus dilakukan kepadanya. Lalu Anda membayangkan percakapan yang terjadi, “Sebenarnya yang dia lakukan hanyalah mengumpukan kayu bakar pada hari Sabat. Lalu sekarang apa yang harus kita lakukan? Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Orang itu pastilah dihukum mati; segenap umat Israel harus melontari dia dengan batu di luar tempat perkemahan’ Lalu segenap umat menggiring dia ke luar tempat perkemahan, kemudian dia dilontari dengan batu, sehingga ia mati, seperti yang difirmankan TUHAN kepada Musa.” Apakah Anda merinding membaca pesan ini? Dirajam karena mengumpulkan kayu? Dihukum mati hanya karena mengumpulkan batu? Dan Allah berfirman dia harus mati? Saya akan menunjukkan dua lagi. Kita buka 2 Samuel pasal yang ke-6. Setelah mendapatkan kitab Ulangan, Anda akan menemukan kitab Yosua, Ruth, dan kemudian 1 dan 2 Samuel. Anda akan melihat konteks yang membantu kita melihat lebih jelas. Tabut Perjanjian, sebagai tanda hadirat Allah di tengah-tengah umat-Nya telah direbut tentara Filistin. Ini kedengarannya seperti cerita lucu, karena Tabut Perjanjian itu malah menghantui orang-orang Filistin, hingga akhirnya mereka seperti, “Kita harus menyingkirkan Tabut Perjanjian ini,” dan mereka kemudian menyingkirkan Tabut Perjanjian itu. Bangsa Israel lalu menuju ke sana, mendapati Tabut Perjanjian, menyimpannya di kereta yang baru seperti yang dilakukan orang Filistin, tidak seperti yang seharusnya mereka lakukan memindahkan tabut tersebut dengan cara seperti itu. Kita lihat apa yang terjadi Bapak Ibu terkasih. Dua Samuel 6: 1-7 1. Daud mengumpulkan pula semua orang pilihan di antara orang Israel, tiga puluh ribu orang banyaknya. 2. Kemudian bersiaplah Daud, lalu berjalan dari Baale-Yehuda dengan seluruh rakyat yang menyertainya, untuk mengangkut dari sana tabut Allah, yang disebut dengan nama TUHAN semesta alam yang bertakhta di atas kerubim 3. Mereka menaikkan tabut Allah itu ke dalam kereta yang baru setelah mengangkatnya dari rumah Abinadab yang di atas bukit. Lalu Uza dan Ahyo, anak-anak Abinadab, mengantarkan kereta itu. 4. Uza berjalan di samping tabut Allah itu, sedang Ahyo berjalan di depan tabut itu. 5. Daud dan seluruh kaum Israel menari-nari di hadapan 12
TUHAN dengan sekuat tenaga, diiringi nyanyian, kecapi, gambus, rebana, kelentung dan ceracap Bapak Ibu dapat melihat gambaran dari apa yang terjadi? Ada sekitar 30.000 orang di sekeliling Tabut Perjanjian, mereka menyanyi, memuji, menari, bersukaria. Ayat 6 mengatakan: 6. Ketika mereka sampai ke tempat pengirikan Nakhon, maka Uza mengulurkan tangannya kepada tabut Allah itu, lalu memegangnya, karena lembu-lembu itu tergelincir. 7. Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu. Anda ada di belakang Tabut itu, melihat lembunya tergelincir, Anda tentu tidak mau Tabut itu jatuh. Anda lalu mencoba menyentuhnya, menahannya. Lalu murka Allah bangkit seketika itu juga, dan Anda dihukum mati langsung. Kita tidak memiliki cukup waktu untuk melihat detail dari cerita ini tetapi jelas sekali bahwa murka Allah sangat ganas disini. Saya akan memperlihatkan lagi satu buah kasus. Namun kali ini di Perjanjian Baru untuk mengingatkan kita bahwa ini bukan terdapat di dalam Perjanjian Lama saja, tepatnya di Kisah Para Rasul pasal ke-5, mengenai jemaat mula-mula yang telah kita pelajari sebelumnya. Ini adalah kehidupan dari gereja mula-mula dimana setiap orang membawa persembahannya untuk menolong mereka yang miskin dan memerlukan. Dengarkan apa yang terjadi. 1. Ada seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya Safira menjual sebidang tanah. 2. Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul. 3. Tetapi Petrus berkata: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? 4. Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah." 5. Ketika mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya. Maka sangatlah ketakutan semua orang yang mendengar hal itu. 6. Lalu datanglah beberapa orang muda; mereka mengapani mayat itu, mengusungnya ke luar dan pergi menguburnya. 7. Kira-kira tiga 13
jam kemudian masuklah isteri Ananias, tetapi ia tidak tahu apa yang telah terjadi. 8. Kata Petrus kepadanya: "Katakanlah kepadaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?" Jawab perempuan itu: "Betul sekian." 9. Kata Petrus: "Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar." 10. Lalu rebahlah perempuan itu seketika itu juga di depan kaki Petrus dan putuslah nyawanya. Ketika orang-orang muda itu masuk, mereka mendapati dia sudah mati, lalu mereka mengusungnya ke luar dan menguburnya di samping suaminya. 11. Maka sangat ketakutanlah seluruh jemaat dan semua orang yang mendengar hal itu. Bisa dibayangkan jalan ceritanya? Sang suami datang ke sini, ibadah pkl. 09.00, memberikan persembahan namun mencoba menipu semua orang dengan apa yang diberikannya. Mati seketika itu juga lalu digotong oleh beberapa jemaat. Siang istri datang di ibadah pada jam berikutnya, tidak menyadari apa yang terjadi sebelumnya, melakukan hal yang sama, lalu mati seketika itu juga. Tubuhnya digotong beberapa jemaat. Jika hal ini terjadi di Brookhills, saya yakin tidak akan ada yang berbakti hari Mingu berikutnya. Tidak ada! Apa masalahnya? Berbicara mengenai “amarah yang berlebihan”. Cerita tadi dalam Yosua 7 dan cerita-cerita lainnya, apakah Anda berpikir bahwa Allah memiliki amarah yang berlebihan? Dan ini memang pertanyaan yang valid. Pertanyaan ini valid karena ini adalah pertanyaan yang kemudian menuntun kita kepada maksud keseluruhan dari Yosua 7 dan natsnats yang lainnya. Alasan kita pikir hukuman ini sangat berat, alasan kita memikirkan “Apakah ini adil atau apakah ini benar?” Alasannya, adalah karena kita melihatnya dari sudut pandang kita sebagai manusia, kita melihat dosa dari sudut pandang manusia. Tentu saja kalau ada orang yang berbohong, ada yang melawan, ada yang melakukan hal sembrono terhadap Anda, apakah Anda akan menjatuhkan hukuman mati kepada orang tersebut? Tentu tidak. Pada titik inilah kita menyadari isu utamanya bukanlah seberapa besar atau kecil dosa itu. Tetapi lebih kepada “Terhadap siapa dosa yang Anda lakukan itu?” Jika Anda berdosa terhadap seonggok batu, Anda tidak terlalu berdosa. Jika Anda berdosa terhadap seseorang, Anda sangat berdosa. Jika Anda berdosa terhadap Allah, Anda amat sangat benar-benar berdosa karena Dia amat sangat benar-benar berharga. Dia amat sangat benar-benar berharga di tiap 14
penyembahan sekecil apapun, sesingkat apapun. Maka dari itulah, satu dosa, tidak peduli sekecil apapun dosa itu, tetapi melawan Allah yang tidak terbatas, jelas-jelas merupakan pelanggaran di hadapan-Nya dan pantas untuk dihukum selamanya. Inilah gambaran yang sudah ada sejak awal Alkitab, Kejadian 2 dan 3, “Jika kau memakan buah ini…” makan buah, segigit saja, Anda akan mati. Segigit saja, mati. Kelihatannya berat. Pada momen seperti inilah manusia di abad modern ini dan saya kira banyak orang di ruangan ini akan menunjuk-nunjuk Allah dan berkata, “Saya tidak dapat menyembah Allah yang seperti itu. Saya tidak dapat menyembah Allah yang melakukan hal semacam itu. Itu Allah yang jahat, bukan Allah yang benar dan adil.” Bapak Ibu yang terkasih, berhati-hatilah. Sangat berhati-hatilah saat Anda mulai berkata-kata seperti itu karena Anda hanya mengungkapkan watak penuh dosa yang menjamin hukuman mati dalam hidup Anda karena Anda menghina karakter Allah dan melanggar kekudusan Allah. Anda tidak tahu makna dosa itu dalam pandangan Allah yang Kudus. Mazmur 99:4, mengatakan “Raja yang kuat, yang mencintai hukum, Engkaulah yang menegakkan kebenaran; hukum dan keadilan di antara keturunan Yakub, Engkaulah yang melakukannya.” Ini berarti murka Allah adalah sangat benar dan sangat adil. Kita menyadari apa yang dapat mengagetkan kita setelah Kejadian 3, adalah kita masih dapat hidup, dapat hadir di sini. “Makan buah itu, kau akan mati”. Mengapa? Karena Anda memakan buah? Bukan. Lihat dosa dari sudut pandang Allah. Tidak peduli dosa apapun yang ada di dalam hidup kita, satu dosa seakan-akan melihat ke hadapan wajah Pencipta kita dan berkata, “Engkau tidak baik, hukumMu tidak baik. Kekuasaan-Mu tidak melingkupi hidup saya. Saya melawan otoritas-Mu atasku, saya hidup semau saya daripada mematuhi perintah-Mu. Saya tahu mana yang lebih baik untuk diri saya daripada Engkau.” Satu dosa. Itu yang terjadi pada Kejadian 3 lalu Allah berfirman, “Kau akan mati.” Apa yang mengagetkan kita di dalam Alkitab adalah fakta yang kita dapatkan di dalam Kejadian 3. Anda menyadari bahwa kutuk Allah, bahwa dosa yang kita lihat di seluruh dunia saat ini berasal dari awal kisah sejarah manusia. Apakah Anda menyadarinya? Pikirkan itu. Semua dosa yang kita lihat, semua penderitaan dalam penciptaan sebagai hasil dari dosa, semua itu, setiap tsunami, setiap gempa bumi, perang, pembantaian, percobaan pemusnahan suku bangsa tertentu, badai, tornado, penembakan di sekolah, terorisme, semua itu adalah hasil dari satu dosa. 15
Roma 5 mengatakan “…karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut…” Pelanggaran satu orang. Anda dan saya sudah melakukan ribuan dosa. Satu dosa mengundang murka Allah yang adil dan seketika. Murka-Nya seketika dan adil. Itu adalah hal yang benar. Dan saya tambahkan, selamanya. Tapi ada hal indah yang juga menggembirakan kita. Murka Allah dapat kita hindari, kita dapat selamat dari murka Allah. Inilah inti Yosua pasal 7 dan perikop lainnya. Satu Dosa… Menuntun Kita Kepada Pengampunan Allah Yang Tersedia Kita lihat kenyataan mengenai murka Allah dan efek final dari dosa, satu dosa, menuntun kita kepada pengampunan Allah yang sedang menanti kita. Keindahan Injil Keselamatan adalah Allah tidak meninggalkan umat-Nya di bawah murka-Nya. Dia menjauhkan umat-Nya dari murka-Nya dan menaungi mereka dalam pengampunan-Nya. Bapak Ibu Anda yang terkasih, Allah memiliki murka yang amat mengerikan namun kasih-Nya juga sangat berlimpah. Jika kita melihat ini adalah Allahnya Perjanjian Lama dan bukan Allahnya Perjanjian Baru, kita kehilangan seluruh maksud yang sedang dibicarakan sekarang ini. Apakah Allah Perjanjian Baru adalah Allah yang penuh murka? Tidak dapat dipertanyakan lagi. Lebih lanjut lagi, bukan hanya di dalam Perjanjian Lama, di dalam Perjanjian Baru pun, Allah adalah Allah pemurka. Bagaimana kita dapat mengetahui ini? Bapak, Ibu, Saudara, yang terkasih, mari kita memandang salib Yesus Kristus. Salib itu adalah lambang murka Allah. Dia menuangkan murkaNya terhadap dosa kita ke atas Anak-Nya. Anak-Nya menanggung murka Allah, agar Anda dan saya dapat lepas dari murka Allah dan bernaung di dalam pengampunan-Nya. Haleluya! Juru Selamat kita yang agung! Kemuliaan hanya bagi Yesus Kristus! Dia menjauhkan kita dari murka Allah dan menyambut kita dengan tangan terbuka ke dalam pengampunan-Nya. Bapak, Ibu, Saudara, yang terkasih, Allah menerima kita dengan tangan terbuka, untuk menerima pengampunan-Nya. Bagaimana kita dapat menerima pengampunan-Nya? Kita lihat di dalam Yosua 7, bagaimana kita berurusan dengan dosa, lihat di dalam ayat 19, “Berkatalah Yosua kepada Akhan: ‘Anakku, hormatilah TUHAN, Allah Israel, dan mengakulah di hadapan-Nya; 16
katakanlah kepadaku apa yang kauperbuat, jangan sembunyikan kepadaku.’” Ungkapan yang luar biasa, “hormatilah TUHAN…mengakulah…katakanlah…jangan sembunyikan…” Hormati Tuhan Allahmu dengan mengaku, mengatakan dosa yang sudah Anda perbuat. Sekarang, inilah maksudnya. Apa yang kita lihat adalah pengakuan dosa yang ada di Yosua pasal 7 berbeda dengan pengakuan dosa pada perikop lain di dalam Alkitab. Sangat berbeda dengan apa yang tertera di dalam Mazmur 51, pengakuan dosa Daud. Lalu di dalam surat Paulus ke 2 kepada jemaat Korintus, 2 Korintus 7:8-11. Ada pengakuan dosa yang menyenangkan hati Allah, dan ada pengakuan dosa yang tidak menyenangkan hati Allah. Ada pengakuan dosa yang berasal dari Allah, ada yang berasal dari dunia (hanya sekedar kata-kata saja). Apa bedanya? Apa yang membedakan dua hal itu? Akhan mengakui dia berbuat salah. Tetapi ini bukan pengakuan dosa yang kita lihat di dalam Mazmur 51. Saya jadi memikirkan ini. Saya membayangkan, jika ada sejumlah orang di dalam gereja ini yang telah mengakui dosa namun dengan cara yang tidak memberi kemuliaan kepada Allah. Saya mau tanya, apalah Anda benar-benar mengakui dosa Anda? Saya ingin menunjukkan kepada Bapak Ibu empat aspek pengakuan dosa. Saya ingin Bapak, Ibu Anda terkasih menanyakan ini, “Apakah Anda sudah mengakui dosa seperti ini?” Pengakuan dosa dimulai dari PENGENALAN. Anda mengenali dosa Anda. Ini terjadi ketika Anda berhadapan dengan fakta-fakta. Anda menyadari bahwa Anda telah berdosa kepada Tuhan dan mengetahui beratnya dosa itu. Anda mengetahui bahwa Anda sudah melakukan kesalahan. Banyak orang melakukan ini. Ini bisa jadi hal yang sangat awal dalam proses. Ini komponen intelektual di dalam pengakuan dosa. Anda mengakui berbuat salah. Bahkan di dalam Roma 2 dikatakan semua orang mengakui, mengetahui apa yang benar dan salah dari hati kita. Kita tahu saat kita berbuat benar atau salah. Ada komponen intelektual di sini, pengakuan adanya dosa. Tapi ini baru awalnya. Pengakuan menuntun kepada yang kedua, yaitu PENYESALAN. Ini adalah bagian emosional dari pengakuan dosa. Di sini ketika Anda mulai tidak hanya menyadari dosa Anda namun juga merasa menyesal atas dosa tersebut. Kemudian Anda secara emosi terpengaruh oleh dosa itu, Anda merasa terbeban dengan dosa itu. Inilah yang Paulus sebutkan di dalam 2 Korintus 7. Paulus berbicara mengenai duka cita dan penyesalan yang berasal dari Allah dan 17
yang berasal dari manusia. Saya yakin penyesalan yang ada di dalam Yosua pasal 7 adalah penyesalan duniawai secara manusia. Anda menyadari bahwa mungkin saja Anda merasa tidak enak karena ketahuan berbuat salah karena, “Saya bodoh, saya tidak seharusnya berbuat itu. Saya tidak tahu apa yang saya pikirkan saat itu dan sekarang ini konsekuensi yang harus saya terima!” Itu mudah, itu awalnya dan saya yakin itu akan menyebar di dalam gereja. Itulah saat kita menyadari, “Ya, saya mengacaukannya. Saya ketahuan berbuat salah, dan saya tahu Allah mengampuni saya.” Lalu saya meminta pengampunan Tuhan atas dosa saya dan melupakannya. Ampuni dan lupakan, itu bukanlah penyesalan yang dalam seperti yang kita lihat di dalam Mazmur 51 misalnya. Ada penyesalan dari Allah seperti, “Saya tahu saya berdosa, saya merasa bersalah bukan karena saya ketahuan. Saya tahu bagaimana beratnya hal ini. Saya tidak berbohong. Ini saya, memandang ke wajah Sang Pencipta dan berkata, ‘Lebih baik saya menyangkal daripada mengikuti-Mu.’ Inilah saya, menghina kemuliaan Allah dengan satu dosa kecil,” Anda bisa lihat, inilah bagaimana kita melihat sebagaimana Allah melihatnya. Anda mulai berpikir jika melihat dosa sebagai sesuatu yang buruk, lalu bagaimana Allah melihatnya? Anda mulai membenci dosa, menganggap dosa menjijikan. Anda tidak ingin berhubungan dengan dosa. Anda bahkan merinding, takut ketika berpikir tentang dosa. Anda bahkan merasa takut karena Anda berpikir Anda sudah melakukan dosa dan menghina kemuliaan Allah karenanya. Anda berlutut, menangis memohon pengampunan-Nya. Ini bukanlah memaafkan dan melupakan. Ini melihat beratnya dosa. Apakah Anda pernah melakukan itu? Penyesalan yang sangat dalam terhadap dosa, melihat dosa dari perspektif Allah, untuk kemudian menuntun kepada pengenalan untuk menyesal, untuk BERTOBAT. Itulah yang Paulus ungkapkan di dalam 2 Korintus 7, “Dukacita menurut kehendak Allah menuntun kepada pertobatan.” Penyesalan menurut kehendak Allah menuntun kepada pertobatan dan inilah letak keseluruhan konsep berdoa kemudian hidup menurut kehendak Allah, karena ketika Anda melihat dosa apa adanya, Anda tidak akan dapat berdiri tegak untuk melakukannya lagi dan lagi. Kita semua tahu ini sangat mungkin terjadi. Mungkin saja, kita mengakui dosa kita namun tidak berniat meninggalkan dosa tersebut bukan? Mungkin saja, kita mengakui dosa kita namun tidak membencinya bukan? Dukacita dan penyesalan menurut kehendak Allah menuntun kepada pertobatan, menuntun kita meninggalkan dosa, tidak ingin berhubungan lagi dengan dosa, sejauh 18
mungkin tidak menyentuh dosa, karena Anda membenci dosa. Anda tidak ingin berurusan dengan dosa lagi. Penyesalan menurut kehendak Allah-lah yang menuntun kepada pertobatan, pengakuan, penyesalan, dan kepada langkah keempat dari proses pengakuan dosa, RESTORASI atau PEMULIHAN. Mazmur 51:12 Daud berkata, “Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu…” Karena Anda sudah berpaling dari dosa, dan Anda mengejar Kristus, dan mencoba meraih Kristus, dan Anda mau mengetahui sukacita karena mengenal Kristus, karena Anda mau memperlakukan darah Kristus sebagai hal yang paling berharga di dalam hidup Anda, Anda ingin mengalami pemulihan di dalam nama-Nya. Itu gambaran dari pengakuan menuju kepada pemulihan! Dan jalan untuk pemulihan dipenuhi oleh pengakuan dosa yang dalam, sungguh, jujur, rapuh bahkan penuh rasa sakit. Oh Tuhan, kami perlu sampai ke tingkat seperti itu! Oh Tuhan, kami perlu sampai ke tingkat seperti itu! Martin Lloyd Jones mengatakan hal ini mengenai kebangunan rohani, “Baca dan pelajari lagi sejarah kebangunan rohani. Perhatikan individu-individu di awal permulaannya. Hal ini selalu menjadi pemicu mereka. Mereka mulai melihat betapa buruknya, betapa mengerikannya dosa dari perspektif Allah. Bahkan berpikir untuk berdosa pun sangat buruk dari perspektif Allah. Tidak pernah ada satupun gerakan kebangunan rohani tanpa diawali oleh orang-orang yang memiliki pandangan yang sedemikian rupa tentang kekudusan Allah dan jahatnya dosa sehingga mereka sendiri tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Ya Allah, bawalah kami kepada ketidakpuasan yang kudus akan dosa
yang
menyebabkan kami tidak puas dengan hanya ibadah yang hanya bersifat permukaan saja dari Minggu ke Minggu. Bawa kami kepada suatu penyembahan yang menyebabkan kami tidak tahu apa yang harus kami perbuat dengan diri kami sendiri, bawalah kami kehadirat Allah hari demi hari sehingga kami tidak tahu lagi apa yang harus kami lakukan terhadap diri kami sebagai akibat dari beratnya dosa itu, hingga kami membenci dan ingin meninggalkannya. Allah, bawalah kami sampai kepada titik ini dan Allah tunjukkanlah kuasa hadiratMu ketika hal itu terjadi. Berawal dari satu dosa, Allah membantu kita melihat dosa itu menyakiti seluruh umat Allah, menghilangkan kepenuhan hadirat-Nya, menghina kemuliaan nama-Nya, namun ini kabar gembiranya. Ada keindahan yang Anda akan temui. Ketika Anda melangkah ke dalam jalan19
Nya, ketika Anda datang kepada Kristus, percaya kepada Kristus, yang akan menyelamatkan Anda dari murka Allah. Inilah indahnya Injil: sekali Anda percaya kepada Kristus, melihat dosa dari sudut pandang-Nya, dan Anda berpaling kepada-Nya. Saat itulah Anda terbebas dari murka Allah dan Anda tidak akan pernah merasa takut lagi, selamanya. Tentu saja Allah akan mendisiplinkan kita ketika kita berdosa dan membawa kita ke dalam citra Kristus. Tapi kita tidak perlu takut lagi Bapak Ibu Anda yang terkasih, kita tidak perlu takut lagi terhadap murka Allah karena kita sudah berada dalam naungan kasih pengampunan Allah. Dan saat Allah meluapkan murka-Nya terhadap dosa kita, kita tahu salib Kristus sudah menaungi kita. Semua kemuliaan hanya kepada Allah yang menghapus dosa dan menuntun kita kepada pengampunan-Nya. Itulah di mana kita berada pagi ini. Di dalam ruangan ini, kita berada di dalam perjamuan Tuhan, dengan roti dan anggur yang tersedia, dan sebelum Bapak Ibu Anda terkasih membereskan catatan dan memasukkan Alkitab, dengarkan dulu makna dari Perjamuan Tuhan. Perjamuan Tuhan merupakan gambaran yang sangat serius mengenai beratnya dosa serta berharganyaa tubuh dan darah Kristus yang membebaskan kita dari dosa tersebut. Orang Kristen, pengikut Kristus yang ada di dalam ruangan ini, saya ingin mendorong Anda saat ini, ketika kita memberikan roti dan anggur ini, saya ingin Bapak Ibu merenungkan betapa seriusnya dosa itu, bukan dari perspektif Anda, tetapi dari perspektif Allah. Ketika Anda melakukannya dari sudut pandang Allah, Anda tidak akan puas lagi dengan pengakuan umum "Oh, ampuni aku, aku telah berdosa." Pengakuan akan lebih personal, "Ya Bapa, hal-hal ini yang sudah kulakukan. Aku membutuhkan-Mu untuk menjauhkanku dari dosa ini, ini, dan ini. Dan menguatkanku di sini, sini, sini." Saya ingin mendorong Anda meluangkan waktu memfokuskan pengakuannya saat roti dan anggur dibagikan. Lalu renungkan bahwa tubuh dan darah ini memiliki harga yang tidak ternilai bagi hidup Anda. Jika Anda di sini masih belum memiliki keyakinan apakah Anda sudah terhindar dari murka Allah dan masuk ke dalam pengampunan Allah maka saya ingin mendorong Anda untuk beberapa menit kemudian mengambil keputusan ini. Disinilah letak keindahan itu dan sangat menakjubkan. Sungguh menakjubkan bahwa dalam beberapa menit kemudian, di dalam saat yang kudus ini, di dalam ruangan ini Anda dapat keluar dari murka Allah dan masuk ke dalam 20
pengampunan Allah tanpa ada hal apapun yang Anda lakukan. Tidak ada apapun yang harus Anda lakukan selain percaya kepada Kristus. Lihat kenyataan apa yang sudah dijelaskan di hadapan kita pagi ini, percayalah kepada Kristus. Pandang dosa itu, dan bencilah. Berlarilah ke arah Kristus dan dalam beberapa saat ke depan hidup Anda dapat keluar murka Allah, dan masuk ke dalam pengampunan-Nya. Sebuah kebenaran yang sangat menakjubkan! Jika Anda mau melakukannya, saya mengundang Anda mengambil roti dan anggur ini, dan biarlah ini menjadi kali pertama Anda memperingati tubuh dan darah Kristus sebagai jalan pengampunan. Jika Anda bukan orang Kristen pagi ini dan Anda belum siap menjalani pengakuan dosa dan percaya kepada-Nya, saya ingin mengundang Anda saat Perjamuan, Anda berikan roti dan anggur itu kepada orang di sebelah Anda. Perjamuan adalah sesuatu yang hanya dilakukan oleh para pengikut Kristus dan saya mengundang Anda untuk memperhatikannya. Saya tidak mau Anda merasa terasing. Tidak ada seorang pun yang akan mengasingkan Anda. Namun saya mau mendorong Anda agar tidak mengambil Perjamuan ini, kecuali Anda sudah menyerahkan hidup Anda ke dalam tangan Kristus. Saya harap Anda dapat melihat bahwa ini adalah gambaran dari sebuah keluarga yang percaya bahwa tubuh dan darah Kristus adalah begitu berharga bagi kami. Bapa, kami berdoa, bahwa nanti Engkau akan merengkuh kami, membuka mata kami mengenai betapa beratnya dosa dan betapa indahnya pengampunan-Mu. Bapa, beri kami kasih anugerah-Mu agar kami dapat mengalami pengakuan dosa yang dalam, terbuka dan jujur di hadapan-Mu. Bantu kami Bapa, agar kami tidak menganggap remeh tubuh dan darah-Mu. Tolong kami agar dapat melihat dosa dalam perkemahan kami, dalam kehidupan kami sebagaimana Engkau melihatnya. Tunjukkan kepada kami bukan hanya sekedar pengetahuan akan dosa kami, tetapi juga penyesalan yang dalam dan pertobatan. Dan Engkau akan mengembalikan, memulihkan sukacita dalam keselamatan yang kami peroleh. Saya berdoa, agar kami semua, baik yang ada di dalam gereja maupun tidak, yang di dalam ruangan ini maupun bukan, akan meninggalkan dosa dan terlepas dari murka-Mu dan untuk pertama kalinya masuk ke dalam pengampunan Allah. Di dalam nama Yesus kami berdoa, Amin.
21