Hasil Dokumentasi Budaya 21-22 Juni 2014
Dokumentasi Budaya Hajat Laut Cimari Muara Kabupaten Garut 21-22 Juni 2014
Tim Dokumentasi Budaya Divisi Litbang (Penelitian dan Pengembangan) LISES Unpad 2014 Dokumentasi Budaya Hajat Laut Cimari Muara Kabupaten Garut
Hasil Dokumentasi Budaya 21-22 Juni 2014
Persembahan kami.... Tak ada hal lain yang lebih menyenangkan dari mengunjungi tempat yang asing untuk menggali informasi kebudayaan di dalamnya, mentransformasikannya ke dalam bentuk karya yang dapat dijamah dan dipahami oleh sesama teman lainnya. Tak ada hal lain yang lebih menyenangkan dari berinteraksi dengan berbagai kalangan masyarakat dengan adat yang berbeda, kebiasaan yang unik, sifat dan watak yang beragam, yang hidup dengan potensi luar biasa namun keterbatasan masih menjadi belenggu bangsa. Tak ada hal lain yang lebih menegangkan dari melewati perjalanan malam yang panjang, tanpa penerangan, sepi, sunyi, senyap, angker, hanya demi menyaksikan ritual kebudayaan yang indah, yang tak semua orang peduli akan eksistensinya. Tak ada hal lain yang lebih berharga dari kekeluargaan, yang ditunjukkan dari kepedulian akan satu sama lain. Sesama anggota tim, sesama keluarga Lises, dan warga setempat. Harapannya.. Cahaya dapat terus menyala, semangat dapat terus membara, budaya dapat terus bergema Melalui ini, kami buktikan dedikasi kami untuk Tuhan, Lises, dan Bangsa
Dokumentasi Budaya Hajat Laut Cimari Muara Kabupaten Garut
Hasil Dokumentasi Budaya 21-22 Juni 2014
"Nimat Tuhan yang mana lagi yang ingin kamu dustakan?" (Riyanti, Dharmayawarman)
(Reza, Dharmayawarman)
"Pengalaman adalah guru terhebat, membuat ilmu yang didapat darinya membekas sampai kapan pun. (Jannisha, Dharmayawarman)
"Perjalanan ini, yang jauh dari kata nyaman dan mudah, mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas apa yang kita miliki.." (Reinatya, Dharmayawarman)
“Perjalanan ini terasa sangat menyenangkan, sayang engkau tak duduk disampingku kawan” (Corina, Tarusbawa)
Dokumentasi Budaya Hajat Laut Cimari Muara Kabupaten Garut
Hasil Dokumentasi Budaya 21-22 Juni 2014
FLOW CHART PERJALANAN
Berangkat dari Jatinangor ke TKP
Rencana Sampai Tujuan
Sabtu, 08.00 WIB
Sabtu, 15.00 WIB
To do list di tempat Tujuan
To do list di Hari H event
(Sabtu)
Minggu, 07.00 WIB - Fokus pada rangkaian acara -Kerja sesuai pembagian tugas
- Observasi tempat Kegiatan -Cari tempat Penginapan -Cari Panitia (Ketua Pelaksana) untuk wawancara -Wawancara Komponen Acara (nelayan, para sesepuh, warga setempat, dll) -Tidur, Persiapan untuk Besok Event (Baterai HP, Baterai Laptop, Baterai Kamera)
-Ditujukan untuk melengkapi bahan video dan foto - Maknai kegiatan
Pulang Senin, 07.00 WIB -Pulang dengan sebelumnya telah mengecek peralatan
Dokumentasi Budaya Hajat Laut Cimari Muara Kabupaten Garut
Hasil Dokumentasi Budaya 21-22 Juni 2014
A. METODE PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode penelitian Observasi. Menurut KBBI, Observasi merupakan kegiatan pengamatan mendalam mengenai suatu hal yang dengan tujuan tertentu. Observasi dalam Dokumentasi Budaya ini dapat dilakukan dengan berikut. 1. Wawancara kepada pihak-pihak terkait. 2. Pengamatan persiapan kegiatan. 3. Pengamatan rangkaian kegiatan. Data yang diperoleh dikumpulkan dalam bentuk catatan perjalanan, hasil rekaman wawancara, video, dan karya hasil fotografi masing-masing anggota Dokumentasi Budaya.
B. NARASUMBER Narasumber yang menjadi tujuan utama adalah sebagai berikut. 1. Ketua Pelaksana kegiatan. 2. Koordinator Acara kegiatan. 3. Pemerintah (Dinas Kelautan dan Perikanan, Pemkot, dll) 4. Tokoh Adat daerah setempat. 5. Warga Sipil (Nelayan, pedagang, dll) 6. Pengunjung
C. MATERI POKOK Materi yang fokus digali informasinya adalah sebagai berikut. a. Mengenai Sosial budaya masyarakat Pelabuhan Cimari Muara. b. Mengenai rangkaian dan makna ritual Hajat Laut.
D. PEMBAGIAN TUGAS Ketua Pelaksana
: Siti Hajar Riyanti Wikara
Tim Dokumentasi
: - Jannisha R D - Reza Tubagus
Tim Wawancara Dokumentasi Budaya Hajat Laut Cimari Muara Kabupaten Garut
: - Siti Hajar Riyanti Wikara
Hasil Dokumentasi Budaya 21-22 Juni 2014
- Reinatya Ghaida Hardisty - Corina Indrianti Akomodasi dan Transportasi
: Reza Tubagus
E. JOB DESK a. Dokumentasi 1. Mempersiapkan peralatan dokumentasi (kamera, kamera video, alat perekam) 2. Mempersiapkan memory card cadangan. 3. Mempersiapkan laptop. 4. Mengikuti rangkaian kegiatan dari awal hingga akhir. 5. Mendokumentasikan dalam bentuk foto setiap konten acara. 6. Mendokumentasikan dalam bentuk video setiap konten sesuai dengan keperluan. 7. Merekam setiap kegiatan wawancara b. Wawancara 1. Melakukan wawancara pada H-1 kegiatan dan setelah kegiatan berlangsung. 2. Mencari narasumber terkait yang dapat diwawancara. 3. Mempersiapkan list pertanyaan yang akan diajukan saat wawancara. 4. Menggali informasi melalui internet sebagai bahan acuan wawancara. 5. Mengumpulkan hasil wawancara dalam bentuk transkrip. c. Akomodasi dan Transportasi Mempersiapkan akomodasi dan transportasi pemberangkatan, selama di tempat, dan kepulangan.
F. Output yang Didapatkan 1. Artikel Artikel ini akan disusun untuk disebarluaskan kepada anggota LISES Unpad. Publikasi dapat dilakukan melalui media sosial (website LISES Unpad) ataupun selebaran hard copy yang dibagikan kepada para anggota LISES Unpad. Dokumentasi Budaya Hajat Laut Cimari Muara Kabupaten Garut
Hasil Dokumentasi Budaya 21-22 Juni 2014
2. Dokumentasi Foto Foto serangkaian kegiatan dokumentasi budaya (perjalanan) dan rangkaian Hajat Laut disortir dan dipublikasi melalui media sosial, serta dibentuk dalam album yang disimpan di Pabukon. 3. Video (jika memungkinkan) Berharap video dapat memungkinkan untuk dibentuk, dengan tujuan untuk membuat dokumentasi lebih hidup.
List Perlengkapan Anggota 1. Kamera+charger 2. Laptop+charger 3. Memory card cadangan 4. Alat Perekam 5. Alat Tulis (notebook dan pulpen) 6. Alat Komunikasi+pulsa 7. Baju Ganti 8. Jacket 9. Uang secukupnya 10. Makanan Ringan dan Minuman 11. Alat Shalat 12. Tanda Pengenal (KTP, KTM, Kartu Anggota LISES, dll.
Bismillahirrahmannirrahim. Allah bersama kita dalam setiap detak kehidupan. Bulatkan niat dalam setiap perjalan ini, karena menggali ilmu sudah menjadi suatu kewajiban bagi setiap makhluk-Nya Dokumentasi Budaya Hajat Laut Cimari Muara Kabupaten Garut
Hasil Dokumentasi Budaya 21-22 Juni 2014
Timeline Kegiatan Job
Deadline
Pengambilan Data
Keterangan
Sabtu-Minggu
Observasi
Senin, 23 Juni 2014
Ke email:
(semua anggota) Pengumpulan Catatan Perjalanan
[email protected]
(semua anggota dokbud)
format .doc pkl. 23.59 WIB
Sortir Foto
Selasa, 24 Juni 2014
Dipilih foto-foto yang layak.
Rabu, 25 Juni 2014
Ke email:
(anggota dokumentasi) Pengumpulan Artikel (anggota wawancara)
[email protected] format.doc pkl. 20.00 WIB tema artikel sesuai pembagian
Penyusunan
Paper Rabu, 25 Juni 2014
Deadline pkl 23.59
(gabungan foto, catatan perjalanan, dan artikel) Editing
Kamis, 26 Juni 2014
Online
Jumat, 27 Juni 2014
Online
Kirim ke HUMAS dan Sabtu, 28 Juni 2014
Online
(semua anggota) Penyusunan press release
Publikasi di Web Penyusunan
Laporan Minggu, 29 Juni 2014
Kegiatan untuk DP
Dokumentasi Budaya Hajat Laut Cimari Muara Kabupaten Garut
Online
Hasil Dokumentasi Budaya 21-22 Juni 2014
Rundown Perjalanan Hari Sabtu, 21 Juni 2014 No. Kegiatan
Waktu
Keterangan
1.
08.00-08.30
Cek
Kumpul di Sekre LISES
perlengkapan
Briefing tim Doa 2.
Berangkat ke rancaekek
08.30-08.40
Perjalanan angkot
3.
Menunggu Bis
08.40-09.00
Primajasa
4.
Berangkat ke Garut
09.00-11.30
Perjalanan
sampai
Terminal Garut 5.
Istirahat Shalat
11.30-12.00
Terminal Garut
6.
Berangkat ke Pameungpeuk
12.00-16.00
Perjalanan
sampai
terminal dekat pantai 7.
Observasi Tempat Kegiatan
16.00-17.00
Cari
tahu
spot
kegiatan Cari tahu sekretariat panitia Shalat Ashar 8.
Observasi Penginapan
17.00-19.00
Fix
tempat
tidur
dimana 9.
Kunjungan ke Sekretariat Panitia
19.00-21.00
Wawancara
dengan
Ketua Pelaksana Wawancara
dengan
Koordinator Acara
10.
Evaluasi dan Briefing untuk Hari H 21.00-23.00
11.
Istirahat
23.00-04.30
Menganyam
Bulu
mata......zzzzzzzzz
Dokumentasi Budaya Hajat Laut Cimari Muara Kabupaten Garut
Hasil Dokumentasi Budaya 21-22 Juni 2014
Hari Minggu, 22 Juni 2014 No. Kegiatan
Waktu
Keterangan
1.
04.30-05.30
Cek perlengkapan dokbud
Bangun Shalat
Hati-hati keamanan barang
Persiapan
2.
Berangkat ke TKP
05.30-05.45
3.
Ikuti Rangkaian Kegiatan
06.00-24.00
Observasi Fokus
pada
rangkaian
acara, jangan ada konten yang
tertinggal,
pembagian spot dilakukan pada
saat
briefing,
pembagian tugas dll. 4.
Evaluasi
dan
Briefing 24.00-01.00
Kepulangan 5.
Istirahat
01.00-04.30
Menganyam
bulu
mata......zzzzzzzz 6.
Bangun, Shalat
04.30-07.00
Persiapan Pulang 7.
Pulang
07.00-11.00
8.
Perjalanan
Garut- 11.00-14.00
Jatinangor
Anggota dan No HP. Riyanti Reza Jannisha Reinatya Corina
089691635159 08994437688 082219362517 085721464653 085722282253
Dokumentasi Budaya Hajat Laut Cimari Muara Kabupaten Garut
Sampai diterminal garut Sampai di Sekre
Hasil Dokumentasi Budaya 21-22 Juni 2014
HASIL DOKUMENTASI BUDAYA “HAJAT LAUT PELABUHAN CIMARI MUARA” KABUPATEN GARUT
A. Pelabuhan Cimari Muara Pada tahun 1963, salah satu daerah pesisir pantai kecamatan Pakenjeng diresmikan sebagai tempat berlabuhnya perahu-perahu nelayan yang mencari ikan di laut lepas. Cimari Muara, nama dari pelabuhan baru ini, menjadi salah satu pelabuhan pertama yang didirikan di sepanjang pesisir pantai Kabupaten Garut. Sejak resmi menjadi pelabuhan, tempat ini menjadi salah satu tumpuan harapan bagi puluhan nelayan setempat. Terletak di Desa Karangsari, Kecamatan Pakenjeng, pelabuhan Cimari Muara selalu dipenuhi belasan perahu milik nelayan setempat maupun nelayan dari desa tetangga. Tahun ini, tepat 51 tahun sejak pelabuhan
tersebut
didirikan. Menurut warga setempat,
tidak
banyak
perubahan yang terjadi di pelabuhan Cimari Muara sejak pertama didirikan. Gambar 1 Salah satu perahu nelayan
Peningkatan
pembangunan fasilitas di pelabuhan berjalan dengan sangat lambat, bahkan sampai saat ini masih tidak ada pemukiman khusus nelayan yang layak di sekitar pelabuhan. Hal tersebut yang menjadikan pelabuhan Cimari Muara diakui lebih buruk eksistensinya dibandingkan dengan pelabuhan lain seperti yang terdapat di pesisir Rancabuaya dan Santolo. Pada pertengahan tahun 2010, perhatian pemerintah Kabupaten Garut mulai bermunculan dengan adanya bantuan berupa sumbangan perahu dan jaring-jaring Dokumentasi Budaya Hajat Laut Cimari Muara Kabupaten Garut
Hasil Dokumentasi Budaya 21-22 Juni 2014
yang diberikan kepada nelayan pelabuhan Cimari Muara. Menurut Wawan (52), sesepuh nelayan setempat, bantuan ini sangat berarti bagi nelayan setempat. Dengan membaiknya fasilitas yang diperlukan nelayan dalam mencari ikan, maka akan pula meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga para nelayan. Hampir 100% warga setempat memiliki mata pencaharian sebagai nelayan, itu artinya seluruh kehidupannya digantungkan pada kemampuan mencari ikan di laut untuk kemudian dijual dan digunakan sebagai pemenuh kebutuhan pokok keluarga.
B. Rangkaian Ritual Hajat Laut Kesederhanaan
hidup
masyarakat
pelabuhan
Cimari
Muara
tidak
memutuskan rasa syukur terhadap Maha Pencipta. Salah satu bentuk syukur yang nyata mereka tuangkan melalui ritual hajat laut atau yang sering disebut dengan Tasyakur Nelayan. Sejak waktu yang tidak diketahui lamanya, tasyakur nelayan menjadi media para nelayan dalam menghormati warisan budaya leluhur juga sebagai bentuk rasa syukur akan berkah dan rahmat yang diberikan oleh Tuhan YME. a. Penyembelihan Kambing Kambing merupakan binatang ternak yang secara alami tersebar di Asia Barat Daya dan Eropa (Ensiklopedia Nasional, Indonesia). Kambing sudah dibudidayakan manusia kira-kira 8000 hingga 9000 tahun yang lalu. Selain sebagai hewan ternak, kambing menjadi salah satu binatang terpenting dalam rangkaian ritual Upacara Adat Hajat Laut Cimari, Kabupaten Garut. Salah satu rangkaian ritual yang paling sakral adalah penyembelihan kambing yang dilakukan satu hari sebelum ritual utama. Kambing yang disembelih bukan kambing sembarangan, warga setempat menyebutnya sebagai kambing benten yang memiliki ciri khusus: berwarna hitam dengan garis putih melingkar di pada bagian tengah tubuhnya. Warga setempat harus mencari di seluruh pelosok Kabupaten Garut untuk mendapatkan kambing benten, tentu saja dengan harga yang tidak murah. Dokumentasi Budaya Hajat Laut Cimari Muara Kabupaten Garut
Hasil Dokumentasi Budaya 21-22 Juni 2014
Ahyar (42) yang merupakan ketua panitia Tasyakur Nelayan ini menyebutkan bahwa penyembelihan kambing merupakan salah satu ritual yang harus dilaksanakan dalam rangkaian hajat laut. Sebenarnya tidak selalu harus kambing yang disembelih, hewan ternak lain seperti sapi, kerbau, dan domba dengan persyaratan tertentu juga diperbolehkan. Namun, sejauh ini kemampuan finansial para nelayan setempat hanya mampu menggunakan kambing sebagai hewan yang disembelih. Sejauh
ini
tidak
ada
makna
mendalam
dari
dilakukannya
penyembelihan kambing sebagai salah satu rangkaian ritual upacara adat. Masyarakat setempat hanya meyakini bahwa menjalankan apa yang selalu dijalankan oleh para leluhur merupakan salah satu cara untuk menghormati mereka. Termasuk dalam hal menyembelih kambing. Kambing yang disembelih kemudian dagingnya akan diolah menjadi masakan yang akan dikonsumsi bersama oleh warga setempat. Sebenarnya terdapat perubahan cara dalam memperlakukan kambing yang disembelih ini. Konon pada zaman dahulu, kepala kambing yang disembelih akan kemudian diikutsertakan dengan sesajen lainnya untuk dihanyutkan ke laut lepas. Namun, beberapa tahun ini kebiasaan itu berubah dengan dikuburkannya kepala kambing di tanah sekitar pemukiman warga. b. Ritual Melarung Jampana Jampana merupakan sebuah tandu yang dihias sedemikian rupa dan diisi dengan berbagai macam isi tergantung jenis acara yang dilaksanakan. Di daerah pantai di Garut jampana ini biasa disebut Dongdang. Dalam setiap Hajat Laut di Garut, isi dari jampana ini tidak jauh berbeda. Di Cimari, Jampana disimpan di sebuah tempat yang biasa digunakan warga untuk bermusyawarah, semacam aula yang sangat sederhana, dibuat dan didekorasi pula disini. Proses pelarungan jampana dimulai dari pembuatan, pendekorasian, pengisian, pengangkatan ke perahu, dibawanya jampana ke tengah laut, dan pelarungan jampana. Dokumentasi Budaya Hajat Laut Cimari Muara Kabupaten Garut
Hasil Dokumentasi Budaya 21-22 Juni 2014
Pembuatan jampana dan dekorasinya dilaksakan oleh bapak-bapak nelayan, bukan hanya jampana yang dihias namun perahu yang membawa jampana ke tengah laut juga dihias senada dengan jampana. Tahun ini, jampana yang dilarungkan didekorasi dengan nuansa merah putih, begitu pula dengan perahu utama. Bentuk dari
jampana
ini
adalah
persegi
panjang berukuran kira-kira 60x30cm dengan atap segitiga seperti atap rumah,
kerangkanya
terbuat
dari
bambu, bangunannya dibetuk dari styrofoam putih. Bagian bawah dari jampana ini dilengkapi juga dengan styrofoam agar dapat mengambang di air. Di bagian atas dari jampana ada sebuah tiang dengan bendera merah putih diikatkan pada bagian badannya. Di sekeliling badan jampana dibuat ukiran-ukiran
yang
semakin
memperindah jampana ini, ukiranGambar 2 Bentuk jampana yang telah dihias ukiran juga ini membuat kita dapat
mengintip ke dalam jampana. Pada Tasyakur Nelayan Cimari sendiri jampana diisi dengan makanan, minuman, perlengkapan wanita lengkap dari ujung rambut hingga ujung kaki. Perlengkapan wanita ini berupa kerudung, satu stel baju, kaos kaki, sepatu yang semuanya berwarna hijau, lalu aksesoris seperti anting, kalung, gelang, cincin yang semuanya terbuat dari emas. Pakaian yang dimasukkan kedalam jampana juga idealnya terbuat dari kain sutra, kain terbaik. Namun semua itu bergantung pada ketersediaan dana dari nelayan sendiri, tidak ada keharusan. Nelayan di Cimari percaya Dokumentasi Budaya Hajat Laut Cimari Muara Kabupaten Garut
Hasil Dokumentasi Budaya 21-22 Juni 2014
bahwa pantai mereka dijaga oleh Nyi Roro Kidul, sehingga mereka berusaha memberikan persembahan yang terbaik. Orang yang mengisi jampana ini bukan orang sembarangan, melainkan orang yang sudah menjadi kepercayaan sesepuh desa. Di Cimari, orang kepercayaan itu adalah Bapak Itang, masyarakat setempat menyebut beliau sebagai kuncen. Bapak yang telah menginjak umur paruh baya ini pulalah yang kemudian akan berada di perahu utama untuk melarung jampana. Sambil memasukkan barang-barang kedalam jampana, beliau melakukan ritual terlebih dahulu seperti salah
satunya
membacakan Barang-barang
doa. ini
dimasukkan sekitar dua jam sebelum diangkat ke kapal dan kemudian Gambar 3 Pengisian sesajen pada jampana
dilepaskan ke tengah laut.
Sekitar pukul sembilan pagi, jampana diangkat ke perahu utama yang telah dipersiapkan sebelumnya. Setelah semua perahu yang akan turut mendampingi pelarungan jampana siap, perahu utama pun berangkat ke tengah laut. Total perahu yang ikut dalam ritual melarung jampana ini adalah berjumlah 7 perahu. Tidak ada batasan atau ketentuan mengenai jumlah perahu yang diperbolehkan mengikuti ritual, bahkan semakin banyak semakin baik, itu yang dipercayai oleh masyarakat setempat.
Dokumentasi Budaya Hajat Laut Cimari Muara Kabupaten Garut
Hasil Dokumentasi Budaya 21-22 Juni 2014
Biasanya pelarungan jampana dilakukan lebih siang, namun dengan pertimbangan ombak yang diperkirakan akan semakin tinggi dan berbahaya di siang hari, maka pelarungan jampana tahun ini dilakukan lebih pagi. Jampana akan dibawa sejauh ± setengah mil dari pesisir pantai. Setibanya di titik yang telah ditentukan, berdasarkan instruksi dari kuncen semua perahu diputarkan ke arah kanan sebanyak tiga kali, setelah itu perahu utama dibawa ke tengah (pusat lingkaran) sedang yang lain tetap berputar mengitari perahu utama. Selama beberapa waktu, saat masih di pusat lingkaran, kuncen mendekati jampana di atas perahu utama bagian depan, lalu sedikit mengorek isi jampana sambil membaca suatu jampijampi. Bau kemenyan mulai merebak di sekitar perahu, salah satu bagian dari ritual.
Gambar 4 Pelarungan Jampana di laut lepas
Setelah dirasa cukup, kuncen memanggil salah satu awak dari perahu yang sama untuk membantunya mengangkat jampana dan melarungnya ke laut. Setelah jampana mengapung, perahu-perahu pengiring berhenti berputar dan mulai mendekati jampana yang telah dilepas ke laut. Para nelayan yang sebelumnya telah membekali diri dengan botol kosong mulai mengisinya dengan air laut sekitar jampana yang dipercaya mengandung berkah. Setelah itu semua perahu meninggalkan jampana di tengah lautan Dokumentasi Budaya Hajat Laut Cimari Muara Kabupaten Garut
Hasil Dokumentasi Budaya 21-22 Juni 2014
untuk kembali ke darat dengan posisi dibalik, dimana perahu utama baru mendarat setelah semua perahu pengiring naik ke darat. Sebagaimana telah disinggung, bahwa prosesi ritual ini sangat syarat akan
nilai
filosofis.
Berdasarkan
pemaparan
Bapak
Itang
saat
diwawancarai terkait makna setiap prosesi ritual, didapatkan beberapa makna sebagai berikut. a. Inti
dari
ngalarung
dengan
berputar
artinya
memusatkan,
mengumpulkan (merundingkan) bersama baik rezeki, permasalahan maupun segala sesuatu yang menimpa para nelayan agar keutuhan kekeluargaan sesama nelayan tetap terjaga. b. Arah memutar ke kanan mewakili arah kebaikan. Maksudnya, permasalahan yang ada diarahkan terhadap hal-hal perbaikan (hikmah), dan rejeki yang diperoleh pun digunakan untuk kebaikan (manfaat dan kemaslahatan). Makna ini sebenarnya juga berlaku pada lingkaran putih kambing benten yang mejadi syarat hewan kurban pada rangkaian ritual sebelumnya. c. Banyaknya putaran dan jumlah pengiring, termasuk urutan ritual sebenarnya tidak ada ketetapan apapun. Pelaksanaannya dilakukan hanya untuk tujuan kebersamaan. Bersama dengan selesainya proses pelarungan jampana maka ritual Tasyakur Nelayan juga telah selesai dilaksanakan. C. Memaknai Hajat Laut Nelayan di Cimari merupakan nelayan yang kehidupannya sangat sederhana, mereka mencari ikan dengan satu niat yaitu untuk bertahan hidup, maka mereka selalu merasa cukup dengan apa yang mereka dapatkan, yang penting kebutuhannya terpenuhi. Meskipun hidup dalam kesederhanaan, nelayan di Cimari tidak pernah meninggalkan kebiasaan yang telah diwariskan oleh nenek moyangnya pada mereka. Nelayan Cimari selalu mengumpulkan sebagian uang hasil penangkapan ikan mereka untuk melaksanakan Tasyakur Nelayan. Sebuah Dokumentasi Budaya Hajat Laut Cimari Muara Kabupaten Garut
Hasil Dokumentasi Budaya 21-22 Juni 2014
tradisi yang oleh warga Cimari dianggap sebagai perayaan hari ulang tahun nelayan Cimari. Melalui
tasyakur
nelayan,
masyarakat
pelabuhan
Cimari
Muara
menggantukan 3 harapan utama yaitu: a. Peningkatan Penghasilan b. Peningkatan Keselamatan c. Peningkatan Perhatian Tasyakur Nelayan dijadikan sebagai media permohonan kepada sang Pencipta akan ditingkatkannya penghasilan para nelayan setempat. Menurut Wawan (52), tasyakur laut merupakan bukti rasa syukur nelayan setempat. “Banyak bersyukur, bertambahlah rezekinya. Setelah tasyakur, tangkapan ikan nelayan selalu bertambah banyak”. Hal tersebut yang dipercayai oleh sebagian besar warga pelabuhan Cimari Muara. Bukan peningkatan juga
hanya
keselamatan
menjadi
selanjutnya
itu,
harapan dengan
dilaksanakannya Tasyakur Nelayan. Keselamatan para nelayan ketika di tengah laut lepas, ketika sedang Gambar 5 Rangkaian ritual hajat laut
berlangsung
kegiatan
mencari ikan, maupun keselamatan keluarga dalam menjalankan kehidupan sampai akhir hayat. Peningkatan perhatian menjadi harapan selanjutnya dari pelaksanaan ritual ini. Yang dimaksud dengan perhatian adalah perhatian yang berasal dari pemerintah daerah terhadap perkembangan teknologi dan informasi serta taraf hidup masyarakat pelabuhan Cimari Muara. Tidak sedikit masyarakat setempat yang berharap pemerintah dapat memberikan perhatian lebih terutama dalam perbaikan fasilitas berupa infrastruktur, perbaikan jalan menuju pelabuhan yang Dokumentasi Budaya Hajat Laut Cimari Muara Kabupaten Garut
Hasil Dokumentasi Budaya 21-22 Juni 2014
jauh dari kata layak, peningkatan kualitas perahu dan jaring yang digunakan dalam menangkap ikan, juga tentu saja peningkatan distribusi listrik di daerah Karangsari, kecamatan Pakenjeng. Tasyakur nelayan menjadi salah satu media utama masarakat pelabuhan Cimari Muara dalam menyampaikan rasa syukur terhadap Tuhan YME. Harapanharapan seperti itu senantiasa dikumandangkan dalam bait demi bait doa masingmasing kepala masyarakat setempat. Nelayan Cimari tidak bermaksud menyekutukan Tuhan, mereka hanya menjalankan tradisi yang telah diwariskan nenek moyangnya sejak dahulu. Dengan niat yang kuat dan teguh, mereka terus menjalankan warisan dari nenek moyangnya ini dengan harapan yang mulia meskipun mereka sendiri kadang kekurangan dan hidup dengan sederhana. Semoga warga di pantai tidak pernah bosan dan berhenti menjaga warisan budaya yang berharga ini. Dan semoga semua yang mereka lakukan dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Dokumentasi Budaya Hajat Laut Cimari Muara Kabupaten Garut