Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (2011) 37(2): 191-209
ISSN 0125 – 9830
DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN CLADOCERA (Penilia avirostris DANA, 1852) DI PERAIRAN PESISIR TELUK AMBON, MALUKU oleh HANUNG AGUS MULYADI UPT Balai Konservasi Biota Laut Ambon – LIPI Email:
[email protected] Received 2 August 2010, Accepted 14 March 2011
ABSTRAK Teluk Ambon merupakan ekosistem perairan yang unik, karena antara teluk luar dan teluk dalam dipisahkan oleh daerah ambang yang sempit. Topografi Teluk Ambon ikut mempengaruhi dinamika oseanografis perairan termasuk zooplankton yang hidup di dalamnya. Penelitian ini dilakukan selama tiga tahun mulai dari tahun 2007-2009 di perairan Teluk Ambon. Tujuan penelitian untuk mengetahui distribusi dan kelimpahan Cladocera Penilia avirostris di perairan Teluk Ambon. Pengambilan contoh zooplankton menggunakan jaring NORPAC. Sampling dilakukan secara vertikal dari kedalaman 10 meter ke permukaan. Distribusi Cladocera Penilia avirostris bervariasi, diduga berkaitan dengan kondisi hidrografi perairan Teluk Ambon. Distribusinya lebih terkonsentrasi di daerah pesisir Teluk Ambon bagian dalam, bila dibandingkan dengan di daerah ambang dan daerah Teluk bagian luar. Kelimpahan rata-rata bulanan Penilia avirostris tertinggi 285 ind/m3 terjadi di bulan Agustus 2008 dan terendah (2 ind/m3) di bulan Juli 2008. Kelimpahan individu tertinggi (2044 ind/m3) di daerah Nania di bulan Agustus tahun 2008 dan terendah (20 ind/m3) di daerah antara Galala dan Batu Merah di bulan Juni tahun 2009. Variasi kelimpahan ini merupakan respon terhadap faktor lingkungan di perairan Teluk Ambon, dimana absennya Penilia avirostris pada waktu tertentu sebagai bentuk adaptasi terhadap perubahan kondisi lingkungan dengan membentuk spora yang dilengkapi membran luar yang resisten. Kata kunci: Distribusi Cladocera, kelimpahan Cladocera, Teluk Ambon.
MULYADI
ABSTRACT DISTRIBUTION AND ABUNDANCE OF CLADOCERA Penilia avirostris (DANA,1852) IN COASTAL OF AMBON BAY, MALUKU. Ambon Bay is unique coastal ecosystem which between outer and inner bay is separated by narrow silt area. The dynamics of oceanography including zooplankton is affected by topography of Ambon Bay. This research was conducted during three years of observation, start from 2007 until 2009 in Coastal of Ambon Bay. This research are aimed to study the abundance and distribution of Cladoceran Penilia avirostris in Coastal of Ambon Bay. Sampling of zooplankton was done by using NORPAC net (zooplankton net, mesh size 0.33 mm) with vertical hauling from 10 m depth to surface water. Result of the research showed that the distribution was concentrated in inner of Ambon Bay than in sill area and outer bay, its related with the hydrology and oceanography in Coastal of Ambon Bay. The highest monthly average of abundance is occurred on August 2008 with the average of abundance is 285 ind/m3, and the lower is occurred on July 2008 with the average of abundance is 2 ind/m3. The highest of individual average abundance of Cladoceran is occurred in Nania on August 2008 with the mean of abundance is 2044 ind/m3, and the lower is occurred in Station 13 (between Galala and Batu Merah) on June 2009 with the mean of abundance is 20 ind/m3. Variation of abundance are response to ecological change of environmental in around of Ambon Bay, which is some time cladocerans are absent in adult stage because of protection themselves by hibernate during unfavorable environment periods to resting egg with an resistant external membrane. Key words: Cladoceran distribution, Cladoceran Abundance, Ambon Bay.
PENDAHULUAN Provinsi Maluku merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau seperti Pulau Seram, Pulau Ambon, Pulau Buru dan Pulau Alor. Dengan banyaknya pulau-pulau tersebut, Maluku memiliki banyak kawasan pesisir, termasuk Pulau Ambon yang menjadi pusat kota administratifnya. Pulau Ambon secara geografis termasuk pulau yang luas wilayahnya relatif kecil, dengan semua daerahnya berbatasan langsung dengan laut. Salah satu kawasan pesisir di Pulau Ambon adalah Teluk Ambon.
192
CLADOCERA (Penilia avirostris DANA, 1852)
Teluk Ambon merupakan perairan yang tertutup (enclosed bay). Teluk Ambon terdiri dari dua bagian, yaitu Teluk Ambon bagian luar (TAL) dan Teluk Ambon bagian dalam (TAD). Teluk ini dipisahkan oleh sebuah ambang (sill) yang sempit dan dangkal (kedalaman 8-12 m) yang terletak di antara desa Poka dan Galala. TAL merupakan perairan yang relatif terbuka menghadap Laut Banda dengan kedalaman semakin dalam mengarah ke mulut teluk (Laut Banda; kedalaman 600 m). TAD memiliki kedalaman rata-rata 26-30 m, sedangkan daerah ambang dengan kedalaman hanya 12 m akan menyebabkan terhambatnya pertukaran massa air di TAD yang diduga berlangsung cukup lama (Anderson & Sapulete, 1981). Kondisi perairan Teluk Ambon yang dinamis diduga ikut mempengaruhi distribusi dan kelimpahan plankton baik fitoplankton maupun zooplankton. Hal ini memerlukan upaya pemantauan yang kontinyu dan berkelanjutan. Telah banyak dilaporkan distribusi dan kelimpahan plankton di perairan Teluk Ambon dan sekitarnya (Sutomo & Anderson, 1984; Sidabutar & Uly, 1994; Huliselan & Frid, 1998) yang melaporkan bahwa distribusinya dipengaruhi oleh faktor hidrografi atau hidrologi dan topografi Teluk Ambon dimana copepoda, chaetognatha, medusae muncul sebagai kelompok yang dominan, tetapi belum ada yang secara khusus membahas tentang distribusi dan kelimpahan Cladocera Penilia avirostris. Cladocera Penilia avirostris merupakan salah satu komponen penting dari komunitas zooplankton pada daerah perairan tropis, dan subtropis (Atienza et al., 2007). Sebagai komponen penting dari zooplankton, cladocera juga ikut berperan penting dalam proses ekologi rantai makanan (food chain), dimana zooplankton menjadi penghubung antara produsen (fitoplankton) dengan tingkat trofi yang lebih tinggi, salah satunya ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan kelimpahan Cladocera Penilia avirostris di perairan pesisir Teluk Ambon. Sebagaimana diketahui bahwa Teluk Ambon memiliki potensi perikanan yang besar sehingga dikenal dengan sebutan ladang ikan umpan (Wouthuyzen et al., 1984). Kondisi ini berlangsung hingga tahun 1980 dan secara berangsur-angsur mengalami penurunan yang diduga berkaitan dengan menurunnya kualitas lingkungan perairan di Teluk Ambon, salah satunya adalah proses sedimentasi. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang dibutuhkan untuk mendukung potensi perikanan dan penentuan kebijakan serta pengelolaan perairan Teluk Ambon.
BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan di perairan pesisir Teluk Ambon pada tahun 2007, 2008 dan 2009. Pengambilan contoh zooplankton dan kondisi oseanografis
193
MULYADI
perairan dilakukan enam kali dimulai pada setiap bulan Juni, Juli dan Agustus di 17 stasiun yang mewakili perairan Teluk Ambon bagian dalam (TAD), daerah pertemuan (ambang) dan Teluk Ambon bagian luar (TAL), sebagaimana tampak pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel zooplankton di perairan Teluk Ambon, 2007-2009. Figure 1. Map showing the study area of zooplankton sampling in Ambon Bay, 2007-2009. Pengambilan contoh zooplankton menggunakan jaring NORPAC dengan diameter bukaan mulut jaring 45 cm, dan ukuran mata jaring 0,33 mm. Jaring ditarik secara vertikal (tegak) dari kedalaman 10 m ke permukaan. Sampel zooplankton yang terkumpul disimpan dalam botol sampel yang telah diberi formalin 4 % dan dinetralkan dengan borak. Analisis sampel dilakukan dengan menggunakan metode Wickstead (1965), pengamatan menggunakan mikroskop Nikon Eclipse 50i yang dilengkapi kamera digital dan kemudian diidentifikasi dengan buku-buku acuan Yamaji (1984), Omori & Ikeda (1984). Parameter pendukung untuk distribusi dan kelimpahan Cladocera dilakukan dengan pengambilan data kondisi oseanografis perairan yang meliputi suhu, dan salinitas air laut dengan menggunakan CTD-ALEC, Model ASTD-687 diukur pada lapisan permukaan (0 meter) dan kedalaman 10 meter.
194
CLADOCERA (Penilia avirostris DANA, 1852)
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi oseanografis perairan Teluk Ambon Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh informasi bahwa suhu dan salinitas air laut di permukaan dan di kedalaman 10 meter di perairan Teluk Ambon sangat dinamis (Tabel 1). Tabel 1. Suhu dan salinitas pada kedalaman 0 m dan 10 m, pada tahun 2007-2009. Table 1. Temperature and salinity condition of 0 m to 10 m, in 2007-2009.
Stations 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 average
June 2007 Temperature Salinity (0C) (psu) 0m 10 m 0 m 10 m 28.7 27.3 30.0 34.5 28.5 27.6 30.0 34.5 29.0 27.8 30.0 34.0 29.1 27.7 33.0 34.0 28.8 27.4 31.5 33.5 28.8 27.5 29.5 34.0 28.5 27.3 28.0 34.0 28.1 26.7 29.5 32.0 27.6 27.5 32.5 34.5 27.8 26.8 34.5 34.5 27.8 27.5 33.5 33.8 28.0 27.6 33.0 34.5 28.5 27.5 33.5 34.3 28.5 27.6 32.5 33.5 28.2 27.9 33.0 33.5 28.2 27.5 30.5 33.5 28.2 28.0 32.0 33.0 28.4 27.4 31.6 33.9 Remarks:
July 2008 Temperature Salinity (0C) (psu) 0m 10 m 0m 10 m 27.2 26.7 31.3 26.7 27.3 26.7 31.0 34.3 27.3 26.7 31.8 34.3 26.6 26.7 28.3 34.3 27.3 26.7 31.3 34.3 27.2 26.6 30.6 34.3 27.3 26.5 32.3 34.3 26.6 26.5 31.8 34.0 26.5 26.4 32.4 34.2 26.4 26.4 33.5 34.3 26.4 26.4 33.3 33.8 26.3 26.4 33.4 34.1 26.3 26.4 32.5 34.2 26.2 26.5 31.6 34.1 26.2 26.4 32.4 34.0 26.3 26.6 32.7 34.1 26.4 26.5 33.5 34.1 26.7 25.6 32.0 33.7
August 2009 Temperature Salinity (0C) (psu) 0m 10 m 0m 10 m 26.6 25.8 34.0 34.1 27.2 25.9 33.7 34.1 26.8 25.9 33.9 34.1 26.8 25.9 33.9 34.1 27.1 25.9 32.5 34.1 27.1 25.9 33.3 34.1 26.6 25.9 32.3 34.1 26.0 24.9 34.1 34.3 25.4 25.1 34.1 34.2 25.6 25.3 33.9 34.2 25.8 25.5 33.8 34.1 25.7 25.7 34.0 34.2 25.7 25.7 33.9 34.2 25.8 25.8 34.1 34.2 25.8 25.7 34.0 34.2 25.7 25.7 34.2 34.2 25.8 25.8 34.2 34.2 26.2 25.7 33.8 34.2
St. 1-Passo St. 7-Rumah Tiga St. 13-Batu Merah & Ambon kota St. 2-Lata St. 8-Galala St. 14-Hative Besar St. 3-Nania St. 9-Galala & Batu Merah St. 15-Benteng St. 4-Waiheru St. 10-Wayame St. 16-Tawiri St. 5-Poka St. 11-Batu Merah St. 17-Laha St. 6- Halong St. 12-Ambon kota TAD: St. 1, 2, 3, 4, 5, 6; Sill area: St. 7, St. 8; TAL: St. 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17
195
MULYADI
Selama tiga tahun pengamatan di musim timur (Juni-Agustus) terjadi fluktuasi suhu antara lapisan permukaan dengan lapisan di kedalaman 10 meter (Tabel 1). Terlihat bahwa ada kecenderungan penurunan suhu yang kecil, yaitu sekitar 0,5-1,10C pada lapisan 10 meter . Dapat dikatakan bahwa gradien penurunan suhu di perairan Teluk Ambon selama tiga tahun pengamatan di musim timur adalah normal. Tchernia dalam Suwartana (1985); Nurhayati (2006) mengatakan bahwa distribusi vertikal suhu dengan kisaran gradien penurunan kurang dari 20C tergolong kecil dan normal. Distribusi penurunan suhu yang kecil atau dapat dikatakan normal ini dikarenakan pada musim timur intensitas curah hujan yang tinggi dan suhu udara yang rendah. Wenno (1979) menjabarkan bahwa distribusi suhu air di Teluk Ambon antara musim timur dan musim barat terlihat jelas, dimana pada musim timur dengan hujan deras dan suhu udara yang rendah mempengaruhi lapisan permukaan Teluk Ambon sehingga selama musim timur kondisi suhu di lapisan permukaan dan di kedalaman 50-100 meter di Teluk Ambon dan Laut Banda tidak jauh berbeda.
Gambar 2. Distribusi suhu permukaan di Teluk Ambon, Juli 2009. Figure 2. Distribution of surface temperature in Ambon Bay, July 2009.
196
CLADOCERA (Penilia avirostris DANA, 1852)
Pada bulan Juli 2009 terlihat bahwa distribusi suhu di lapisan permukaan di daerah Teluk Ambon berkisar antara 26,21-27,550C yang mengindikasikan bahwa tidak ada perbedaan yang mencolok antara Teluk Ambon bagian luar (TAL) daerah ambang (sill area), dan daerah Teluk Ambon bagian dalam atau TAD (Gambar 2). Hal ini berkaitan dengan radiasi sinar matahari, letak geografis perairan, sirkulasi arus, kedalaman laut, angin dan musim (Sidjabat dalam Nurhayati, 2006). Daerah Poka (Stasiun 5)
Daerah Galala (Stasiun 8)
Gambar 3. Kondisi suhu dan salinitas di Teluk Ambon pada bulan Juni 2008. Figure 3. Temperature and salinity in Ambon Bay, June 2008.
197
MULYADI
Salinitas di perairan Teluk Ambon selama musim timur berlangsung dalam tiga tahun pengamatan tergolong tinggi, mencapai 34,0 psu. Variasi nilai salinitas berkisar antara 31,6-34,2 psu di semua stasiun, dengan nilai gradien salinitas sekitar 0,4-2,3 psu (Tabel 1). Bowden dalam Nurhayati (2006) mengemukakan bahwa distribusi nilai salinitas di suatu perairan dipengaruhi oleh penguapan, jumlah air tawar yang masuk ke perairan tersebut, ”run-off” atau aliran permukaan, pasang surut air laut, curah hujan, dan musim. Secara lebih lanjut, Nurhayati (2006) menjabarkan bahwa distribusi salinitas di lapisan tercampur permukaan ”mixed layer” menunjukkan nilai relatif lebih rendah daripada di lapisan dalam. Hubungan antara suhu dengan salinitas di daerah sekitar Teluk Ambon juga terlihat menarik (Gambar 3). Terlihat bahwa di daerah Poka (Stasiun 5) titik perpotongan antara suhu dan salinitas terjadi pada kedalaman 1,68 meter, dengan suhu 28,1 0C dan salinitas 33 psu sedangkan di daerah sekitar Galala (Stasiun 8) terjadi pada kedalaman 0,47 meter, dengan suhu 27,7 0C dan salinitas 33,7 psu. Hal ini diduga berkaitan dengan topografi Teluk Ambon, dimana perairan Teluk Ambon bagian luar berhadapan langsung dengan Laut Banda. Walman & Anderson (1987) mengemukakan bahwa sifat arus dan proses pengadukan di daerah sekitar ambang, dimana dengan suatu model diduga zat yang dapat larut jika dilepaskan di daerah ambang akan berkurang sebesar 2x104 selama satu jam. Secara lebih lanjut Wenno (1979) mengemukakan bahwa pada musim timur, di Teluk Ambon lapisan termoklin tercatat mulai dari kedalaman 100 meter dengan gradien suhu yang relatif kecil dimana pada lapisan permukaan distribusinya relatif merata. Suhu merupakan salah satu regulator atau parameter lingkungan yang penting di suatu perairan yang dapat mempengaruhi fungsi fisiologis biota laut dan secara langsung atau tidak langsung bersama dengan komponen parameter air lainnya akan mempengaruhi kondisi kualitas suatu perairan. Begitu juga dengan salinitas yang menjadi komponen penting di suatu perairan, sehingga kedua parameter ini baik temperatur dan salinitas air dapat mempengaruhi distribusi dan kelimpahan zooplankton (Liang & Uye, 1997; Queiroga et al. 2005; Shimode et al., 2006; Marques et al., 2008; Brugnano et al., 2009) termasuk Cladocera (Orsi & Mecum, 1986; Madhupratap et al., 1996, Krylov et al., 1999; Marazzo & Valentin, 2000; Mollmann et al., 2002; Vinas et al., 2007). Distribusi Cladocera di Teluk Ambon Cladocera termasuk dalam mesozooplankton yang banyak ditemukan di perairan tawar, dan hanya sedikit yang hidup di laut, yaitu sekitar delapan spesies saja. Dengan sedikitnya jumlah keanekaragaman spesiesnya maka lebih mudah untuk mengidentifikasi. Studi tentang cladocera telah banyak dilakukan di beberapa negara (Orsi & Mecum, 1986; Madhupratap et al., 1996; Egloff et
198
CLADOCERA (Penilia avirostris DANA, 1852)
al., 1997; Hann & Zrum, 1997; Krylov et al., 1999; Marazzo & Valentin, 2000; Mollmann et al., 2002; John et al., 2005; Vinas et al., 2007; Durbin et al., 2008). Di Indonesia, khususnya untuk kawasan perairan pesisir Teluk Ambon kajian plankton secara umum telah dilakukan (Yusuf, 1979; Dwiono & Rahayu, 1984; Sutomo & Anderson, 1984; Huliselan & Frid, 1998) tetapi belum ada yang mengkaji secara spesifik tentang Cladocera Penilia avirostris (Gambar 4).
Gambar 4. Cladocera Penilia avirostris di Perairan Teluk Ambon (Foto: Hanung Agus Mulyadi, 2008). Figure 4. Cladoceran Penilia avirostris in Ambon Bay (Foto: Hanung Agus Mulyadi, 2008). Berdasarkan pengamatan diperoleh distribusi cladocera Penilia avirostris di perairan Teluk Ambon (Tabel 2). Tampak bahwa distribusi Penilia avirostris di perairan Teluk Ambon berfluktuasi. Distribusinya yang luas, terlihat bahwa distribusinya tidak hanya di Teluk Ambon bagian dalam (TAD) saja, tetapi juga terdapat di daerah ambang (sill area), dan Teluk Ambon bagian luar (TAL). Cladocera memang dikenal sebagai salah satu kelompok zooplankton yang memiliki distribusi luas di perairan landas kontinental, daerah estuaria, dan kawasan laut yang lokasinya dekat dengan pulau-pulau (Egloff et al., 1997; Krylov et al., 1999).
199
MULYADI
Tabel 2. Distribusi cladocera Penilia avirostris DANA 1852 di Teluk Ambon, 2007-2009. Table 2. Distribution of cladoceran Penilia avirostris DANA 1852 in Ambon Bay, 2007-2009.
Penilia avirostris DANA 1852 2007
Stations
2008
2009
June
July
August
June
July
August
June
July
August
1
+
+
+
-
-
+
+
+
+
2
+
-
+
-
+
+
+
+
+
3
-
+
+
-
-
+
+
+
+
4
+
+
+
-
+
+
+
+
+
5
-
+
-
-
-
+
+
+
+
6
-
-
+
-
-
+
+
+
+
7
-
-
-
-
-
+
+
+
+
8
-
-
-
-
-
+
+
+
+
9
-
-
-
-
-
-
-
+
-
10
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12
-
-
-
-
-
+
-
-
-
13
-
-
+
-
-
-
-
-
+
14
-
-
-
-
-
-
-
-
-
15
-
-
-
-
-
-
-
-
-
16
-
-
-
-
-
-
-
-
-
17
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Remarks: + :Present ; - : Absent TAD: St. 1, 2, 3, 4, 5, 6 Sill area: St. 7 and St. 8 TAL: St. 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17
Ada kecenderungan distribusinya lebih banyak di TAD seperti di daerah Passo, Lata, Nania, Waiheru, Poka, dan Halong bila dibandingkan dengan di daerah ambang (Poka dan Galala) dan di daerah TAL (Gambar 5). Distribusi Cladocera diduga dipengaruhi oleh kondisi topografis Teluk Ambon, dimana Teluk Ambon merupakan perairan teluk yang tertutup (enclosed bay) yang terdiri dari dua bagian, yaitu Teluk Ambon bagian Luar (TAL) dan Teluk Ambon bagian dalam (TAD). Kedua Teluk ini dipisahkan oleh sebuah ambang (sill) yang sempit dan dangkal dengan kedalaman 8-12 meter dan terletak di antara desa Poka dan Galala. TAL merupakan perairan yang relatif terbuka menghadap Laut Banda dengan kedalaman semakin dalam mengarah ke mulut
200
CLADOCERA (Penilia avirostris DANA, 1852)
teluk (Laut Banda kedalaman 600 meter). TAD memiliki kedalaman rata-rata 26-30 meter, sedangkan di daerah ambang kedalamannya hanya 12 meter sehingga akan menyebabkan terhambatnya pertukaran massa air di TAD yang diduga berlangsung cukup lama (Anderson & Sapulete, 1981; Walman & Anderson, 1987).
June
June
June
July
July
July
August August August
Gambar 5. Jumlah total distribusi Penilia avirostris DANA 1852 di TAD, daerah ambang, dan TAL 2007-2009. Figure 5. Total distribution of Penilia avirostris DANA 1852 in inner bay, sill area, and outer bay 2007-2009. Kondisi topografi Teluk Ambon ini mengakibatkan terhambatnya pertukaran massa air di TAD. Hal ini akan mempengaruhi distribusi zooplankton, termasuk Cladocera Penilia avirostris dimana pola distribusinya lebih terkonsentrasi di bagian dalam teluk bila dibandingkan dengan di teluk bagian luar yang pertukaran massa airnya lebih mudah karena terhubung secara langsung dan terbuka dengan Laut Banda. Topografi Teluk Ambon yang unik dan didukung oleh kondisi oseanografisnya, dimana karakter TAD termasuk dalam zona neritik bila dibandingkan dengan daerah teluk bagian luar (TAL) yang masuk zona oseanik dan banyak mendapat pengaruh langsung dari Laut Banda (Wenno & Anderson, 1984). Secara lebih lanjut Marazzo & Valentin dalam Johns et al. (2005) menjabarkan bahwa distribusi Cladocera Penilia avirostris tersebar secara merata di perairan tropis dan subtropis dimana distribusi dan kelimpahannya banyak ditemukan di zona neritik sehingga Teluk Ambon bagian dalam yang termasuk daerah neritik merupakan habitat atau daerah sebaran (distribusi) bagi Penilia avirostris.
201
MULYADI
Kelimpahan Cladocera di Teluk Ambon Kelimpahan rata-rata bulanan Penilia avirostris di perairan pesisir Teluk Ambon bervariasi selama tiga tahun pengamatan (Tabel 3). Terlihat bahwa kelimpahan rata-rata bulanan selama tahun 2008 tertinggi yaitu 95,57±163,78 ind/m3, diikuti tahun 2009 dengan kelimpahan rata-rata 78,27±44,60 ind/m3, dan paling rendah kelimpahan rata-rata bulanan pada tahun 2007 sebesar 32,27±16,60 ind/m3. Pada awal pengamatan, yaitu pada bulan Juni 2007 kelimpahan rata-rata bulanannya paling rendah, kemudian mengalami peningkatan pada bulan Juli dan menurun pada bulan Agustus. Kondisi ini berbeda pada tahun 2008, dimana pada bulan Juni tidak ditemukan Penilia avirostris di Teluk Ambon, muncul dalam jumlah yang sedikit (2 ind/m3) dan distribusinya meningkat pada bulan Agustus dengan kelimpahan rata-rata yang tinggi sebesar 285 ind/m3. Hal menarik juga terjadi pada tahun 2009, dimana pada bulan Juni kelimpahan ratarata bulanannya tinggi yang mencapai 118 ind/m3, kemudian menurun menjadi 86 ind/m3 pada bulan Juli, dan paling rendah pada bulan Agustus dengan kelimpahan rata-rata bulanan sebesar 30 ind/m3. Fluktuasi kelimpahan cladocera penilia avirostris ini diduga berkaitan dengan faktor lingkungan seperti ketersediaan pakan alami dalam hal ini fitoplankton (Sommer & Stibor, 2002; Katechakis & Stibor, 2004; Sommer & Sommer, 2006), musim (Madhupratap et al., 1996; Egloff et al., 1997; Hann & Zrum, 1997; Krylov et al, 1999; Marazzo & Valentin, 2000; Mollmann et al., 2002; John et al., 2005; Vinas et al., 2007; Durbin et al., 2008) dan pemangsaan (Stibor & Lampert dalam Sommer & Stibor, 2002). Cladocera Penilia avirostris dikenal sebagai ”herbivorous zooplankton” sehingga fluktuasi kelimpahannya dipengaruhi oleh keberadaan fitoplankton sebagai pakan alaminya. Keterkaitan itu terlihat dimana bila kelimpahan fitoplankton pada waktu tertentu melimpah di suatu perairan, maka selang beberapa saat kemudian boleh jadi diikuti dengan meningkatnya kelimpahan Penilia avirostris. Kelimpahan rata-rata bulanan Penilia avirostris di Teluk Ambon tampak bervariasi. Hal ini diduga berkaitan dengan respon Penilia avirostris terhadap faktor-faktor lingkungan seperti musim dan kondisi oseanografis perairan. Respon terhadap lingkungan ditunjukkan dengan melakukan adaptasi dalam bentuk strategi siklus hidup ”life cycle” dengan hibernasi dalam jangka waktu tertentu (Madhupratap et al., 1996; Marazzo & Valentin, 2004) sehingga keberadaan bentuk dewasanya sangat jarang atau tidak ada sama sekali (absen) di perairan karena berubah menjadi bentuk spora ”resting-egg”. Kondisi lingkungan perairan yang ekstrim boleh jadi disebabkan karena pergantian musim, dimana faktor suhu dan salinitas juga ikut berubah (Madhupratap et al., 1996; Marazzo & Valentin, 2000; Marazzo & Valentin, 2004; Mollmann et al., 2002; Vinas et al., 2007). Fluktuasi rata-rata suhu permukaan perairan secara periodik bulanan maupun dalam jangka panjang
202
CLADOCERA (Penilia avirostris DANA, 1852)
tahunan selama beberapa dekade terakhir menunjukkan indikasi kenaikan dan berpengaruh terhadap kehidupan di ekosistem perairan (Edwards et al., 2002; Forchhammer & Post, 2004; Scavia et al., 2002; Kirby et al., 2007) termasuk dinamika populasi plankton (Lindley & Batten, 2002; Williamson et al., 2002; Edwards & Richardson, 2004; Hays et al., 2005). Plankton dari kelompok Cladocera juga merespon adanya perubahan jangka panjang suhu permukaan air laut atau ”sea surface temperature” selama beberapa dekade terakhir, dimana telah terjadi peningkatan kelimpahan rata-rata secara merata di sekitar Laut Utara (Johns et al., 2005). Tabel 3. Kelimpahan rata-rata bulanan cladocera Penilia avirostris DANA 1852 di Teluk Ambon, 2007-2009. Table 3. Monthly mean abundance of cladoceran Penilia avirostris DANA 1852 in Ambon Bay, 2007-2009. Abundance of Penilia avirostris DANA 1852 (ind/m3) June
Stations
July
August
2007
2008
2009
2007
2008
2009
2007
2008
2009
1
90
0
250
240
0
320
80
1652
40
2
144
0
480
0
20
400
150
368
140
3
0
0
420
180
0
150
50
2044
48
4
48
0
100
360
16
80
120
368
24
5
0
0
56
60
0
0
100
160
72
6
0
0
400
0
0
80
0
256
112
7
0
0
320
40
0
400
80
120
0
8
0
0
84
0
0
96
0
80
28
9
0
0
20
0
0
28
0
48
56
10
0
0
0
0
0
0
0
0
0
11
0
0
0
0
0
0
0
0
0
12
0
0
0
0
0
0
0
0
0
13
0
0
0
0
0
0
0
28
0
14
0
0
0
0
0
0
0
0
24
15
0
0
0
0
0
0
0
0
0
16
0
0
0
0
0
0
0
0
0
17
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Average
15.7
0
118.3
48.9
2.0
86.3
32.2
284.7
30.2
203
MULYADI
Strategi daur hidup dengan hibernasi dalam bentuk spora ”resting egg” pada waktu tertentu merupakan bentuk adaptasi yang dilakukan Cladocera Penilia avirostris terhadap faktor lingkungan yang ekstrim atau ”unfavorable”. Marazzo & Valentin (2004) menjabarkan bahwa ketika lingkungan berubah pada kondisi ekstrim maka Penilia avirostris betina akan bereproduksi secara partenogenesis dengan menghasilkan individu betina dan jantan. Selanjutnya mengikuti proses kopulasi dan fertilisasi, Penilia avirostris betina pada umumnya akan menghasilkan ”single large egg” dan biasa disebut spora ”resting egg” dengan membran luar yang resisten atau tahan terhadap kondisi lingkungan.
KESIMPULAN Distribusi Cladocera Penilia avirostris dari tahun 2007-2009 bervariasi yang diduga berkaitan dengan kondisi oseanografis perairan Teluk Ambon yang berlangsung secara dinamis dari tahun ke tahun. Distribusinya lebih cenderung terkonsentrasi di daerah pesisir Teluk Ambon bagian dalam (TAD), bila dibandingkan dengan di daerah ambang dan daerah Teluk Ambon bagian luar (TAL). Kelimpahan zooplankton berfluktuasi diduga karena faktor lingkungan seperti ketersediaan pakan alami, musim, dan pemangsaan.
PERSANTUNAN Hasil penelitian ini merupakan bagian dari program penelitian Monitoring Teluk Ambon yang dimulai pada tahun 2007 dan masih berlangsung sampai sekarang. Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan finansial untuk kegiatan penelitian ini dan juga kepada teman-teman peneliti serta teknisi baik di lapangan maupun di laboratorium.
204
CLADOCERA (Penilia avirostris DANA, 1852)
DAFTAR PUSTAKA Anderson, J.J. & D. Sapulete. 1981. Deep water reneval in Ambon Bay, Ambon, Indonesia. Proceeding of the Fourth International Coral Reef Symposium. Manila 1: 369-374. Atienza, D., A. Calbet, E. Saiz & R.M. Lopez. 2007. Ecological success of the cladoceran Penilia avirostris in the marine environment: feeding performance, gross growth efficiencies and life history. Marine Biology, 151: 1385-1396. Brugnano, C., L. Guglielmo, A. Ianora, & G. Zagami. 2009. Temperature effects on fecundity, development and survival of the benthopelagic calanoid copepod Pseudocyclops xiphophorus. Marine Biology, 156: 331-340. Durbin, A., P.D.N.Hebert & M.E.A. Cristescu. 2008. Comparative phylo geography of marine cladocerans. Marine Biology, 155:1-10. Dwiono, S.A.P & D.L. Rahayu. 1984. Studi pendahuluan fitoplankton di Teluk Ambon bagian dalam. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 18:55-61. Edwards, M. & A.J. Richardson. 2004. Impact of climate change on marine pelagic phenology and trophic mismatch. Nature, 430: 881-884. Edwards, M., G. Beaugrand, P.C. Reid, A.A. Rowden & M.B. Jones. 2002. Ocean climate anomalies and the ecology of the North Sea. Marine Ecology Progress Series, 239: 1-10. Egloff, D.A., P.W. Fofonoff & T. Onbe. 1997. Reproductive biology of marine cladocerans. Adv. Mar. Biol., 31: 79-167. Forchhammer, M.C. & E. Post. 2004. Using large-scale climate indices in climate change ecology studies. Popul. Ecol., 46:1-12.
205
MULYADI
Hann, J.B. & L. Zrum. 1997. Littoral microcrustaceans (Cladocera, Copepoda) in a Prairie Coastal Wetland: seasonal abundance and community structure. Hydrobiologia. 357: 37-52. Hays, G.C., A.J. Richardson & C. Robinson. 2005. Climate change and marine plankton. TRENDS in Ecology and Evolution, 20 (6): 337344. Huliselan, N.V. & C.L.J. Frid. 1998. Hydrographic influences on zooplankton biodiversity around Pulau Ambon, Maluku. Cakalele, 9: 3-15. John, D.G., M. Edwards, W. Greve & A.W.G. Sjohn. 2005. Increasing prevalence of the marine cladoceran Penilia avirostris (Dana, 1852) in the North Sea. Helgol. Mar. Res., 59: 214-218. Katechakis, A & H. Stibor. 2004. Feeding selectivities of the marine cladocerans Penilia avirostirs, Podon intermedius and Evadne nordmanni. Marine Biology, 145:529-539. Kirby, R.R., G. Beaugrand, J.A. Lindley, A.J. Richardson, M. Edwards & P.C. Reid. 2007. Climate effects and benthic-pelagic coupling in the North Sea. Marine Ecology Progress Series, 330:31-38. Krilov, P.I., D.E. Bhycenkov, V.E. Panov, N.V. Rodionova & I.V. Telesh. 1999. Distribution and seasonal dynamics of the PontoCaspian invader Cercopagis pengoi (Crustacea: Cladocera) in the Neva Estuary. Hydrobiologia, 393: 227-232. Liang, D. & S. Uye. 1997. Population dynamics and production of the planktonic copepods in a eutrophic inlet of the Inland Sea of Japan, IV Pseudodiaptomus marinus, the egg-carrying calanoid. Marine Biology, 128:415-421. Lindley J.A. & S.D. Batten. 2002. Long-term variability in the diversity of North Sea zooplankton. Journal of the Marine Biological Association of the United Kingdom, 82: 31-40. Madhupratap, M., S. Nehring & J. Lenz. 1996. Resting eggs of zooplankton (Copepoda and Cladocera) from the Kiel Bay and
206
CLADOCERA (Penilia avirostris DANA, 1852)
adjacent waters (Southwestren Baltic). Marine Biology, 125: 7787. Marazzo, A. & J.L. Valentin. 2000. Daily variation of marine cladoceran densities in a Tropical Bay-Brazil. Hydrobiologia, 428:205-208. Marazzo, A. & J.L. Valentin. 2004. Reproductive aspects of marine cladocerans Penilia avirostris and Pseudevadne tergestina (Crustacea: Branchipoda) in the outer part of Guanabara Bay, Brazil. Braz. J. Biol., 64(3A): 543-549. Marques, S.C., U.M. Azeiteiro, S.M. Leandro, H. Queiroga, A.L. Primo, F. Martinho, I. Viegas & M.A. Pardal. 2008. Predicting zooplankton response to environmental changes in a temperate estuarine ecosystem. Marine Biology, 155:531-541. Mollmann, C., F.W. Koster, G. Kornilovs & L. Sidrevics. 2002. Longterm trends in abundance of cladocerans in the Central Baltic Sea. Marine Biology, 141:343-352. Nurhayati. 2006. Distribusi vertikal suhu, salinitas, dan arus di perairan Morotai, Maluku Utara. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, (40) 29-4. Omori, M. & T. Ikeda. 1984. Methods in marine zooplankton ecology. A Wiley Int. Publication, John Wiley & Sons. New York. 332pp. Orsi, J.J. & W.L. Mecum. 1986. Zooplankton distribution and abundance in the Sacramento-San Joaquin Delta in relation to certain environment factors. Estuaries, 9:326-339. Queiroga, H., C. Silva, J.C. Sorbe & F. Morgado. 2005. Composition and distribution of zooplankton across an upwelling front on the northern Portuguese Coast during Summer. Hydrobiologia, 545: 195-207. Scavia, D., J.C. Field, D.F. Boesch, R.W. Buddemeier, V. Burkett, D.R. Cayan, M. Fogarty, M.A. Harwell, R.W. Howarth, C. Mason, D.J. Reed, T.C. Royer, A.H. Sallenger & J.G. Titus. 2002.
207
MULYADI
Climate change impacts on U.S. coastal and marine ecosystems. Estuaries, 25 (2):149-164. Shimode, S., T. Toda & T. Kikuchi. 2006. Spatio-temporal changes in diversity and community structure of planktonic copepods in Sagami Bay, Japan. Marine Biolog, 148: 581-597. Sidabutar, T. & A.A. Uly. 1994. Distribusi dan kelimpahan relatif copepoda di perairan Teluk Kotania, Seram Barat. Perairan Maluku dan Sekitarnya, 7:63-71. Sommer, U. & H. Stibor. 2002. Copepoda-cladocera-tunicata: the rule of three major mesozooplankton group in pelagic food webs. Ecological Research, 17: 161-174. Sommer, U. & F. Sommer. 2006. Cladocerans versus copepods: the cause of contrasting top-down controls on freshwater and marine phytoplankton. Oecologia, 147:183-194. Sutomo & J. J. Anderson. 1984. Phytoplankton and zooplankton abundance in Ambon Bay. Marine Research in Indonesia, 23: 1– 11. Suwartana, A. 1985. Sebaran kedalaman batas atas dan bawah lapisan termoklin di Laut Banda. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 19:17-31. Vinas, M.D., F.C. Ramirez, B.A. Santos & M. Marrari. 2007. Spatial and temporal distribution patterns of cladoceran in the Argentina Sea. Hydrobiologia, 594: 59-68. Walman & J.J. Anderson. 1987. Current and mixing on the sill of Ambon Bay Measured with drogues. Marine Research in Indonesia, 26:111. Wenno, L.F. 1979. Pola sebaran suhu air di Teluk Ambon. Oseanologi di Indonesia,12:21-29. Wenno, L.F. & J.J. Anderson. 1984. Evidence for tidal upwelling across the sill of Ambon Bay. Marine Research in Indonesia, (23):13-20.
208
CLADOCERA (Penilia avirostris DANA, 1852)
Wickstead, J.H. 1965. An introduction to the study of tropical plankton. HutchinsonTrop. Monogr. 160 hal. Williamson, C.E., G. Grad, H.J. De Lange & S. Gilroys. 2002. Temperature-dependent ultraviolet responses in zooplankton: implications of climate change. Limnol. Oceanogr., 47 (6):18441848. Wouthuyzen, S., A. Suwartana & K. Sumadhiharga. 1984. Studi tentang dinamika populasi ikan Puri Merah (Stolephorus heterolobus) dan kaitannya dengan perikanan umpan di Teluk Ambon bagian dalam. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 18:1-20. Yamaji, I. E. 1984. Illustrations of the marine plankton of Japan. Hoikusha Publishing Co., LTD, Japan. 536pp. Yusuf, S.A. 1979. Variasi kepadatan dan komposisi zooplankton di Teluk Ambon. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 12: 31-43.
209