Vol. V No. 02. 2005Jsnuari.hal l-35
DisparitasEfek Regionaldan Faktor PenentuTransmisi Kebijakan Moneter Daerah: KasusSumatera-Jawa Rizal Adi Prima, S.Er DR Ir. Nining I. Soesilo, MA'
ABSTRAK Kebijakan moneter telah mernainkanperanan yang penting dalam struldt perekonomian Indonesia, deregulasi moneter telah memberikanporsi yang lebih beser terhadap seldor yang sangat besar terhadap penumbuhan moneter karena adanya efek ekonomi, Teori standar makroekonomi menyatakanbahwa kebijakan moneter sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonoini, dan kebijakan moneter hemiliki efek yang merata secara nasipnal, hal ini dalam pralaek seringkali tiddk terjodi. Suatu negara pada umumnya memiliki daerah dengan karakteristik yang berbeda-beda sehingga efek kebijakon moneter tidak selalu seragam dan cenderung memiliki efekyang berbeda a\tar daersh. Hipotesis yang dikembangkan dalqm tulisan ini adalah transmisi kebijakan moneter daerah dapat berbedn-bed.adalam nerespon kebijakan moneter tunggal dikarenakan oleh falaor spes{ik daerah tersebut d.an karena adanya falaor interaksi axtar daerah. Tulisan fui membuldikanadanya efekyang berbeda antar doerqh dari kebiokan moneter di Pulau Sumatera dan jawa. Tlansmisi kebijakan moneter diukur dmgan mengganakan metode yAR (yector Auto Regression) dan dalam menganalisa faktor daennfuan Trsnsmisi moneter daerah dianalisa denganmetodeCrosssection Ksta Kunci; VAR, CrossJectrbn, Transmisi Kebijakan Monet€r, Sumatera,Jawa Klasilikasi JEL: C32, C31, E50,R58
I. PENDAIIULUAN Ll Latar belakang Kebijakan moneter adalah salah satu perangkat yang sangatefektif dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi selain kebijakan fiskal, kebijakan moneter telah memainkan peranan ,ang penting dalam struktu perekonomian Indonesia, deregulasi moneter pada
' Penulis adalah asisten dosen DepartemenIlmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, (ena,l
[email protected]). 'z Penelitipadatrmbaga PenelitianEkonomidan MasyarakatFEUI
2
RizalAdi prima,S.EdanDR.h. NiningI. Soesilo,MA
tahun 1988juga telab memberikanporsi yang lebih besarterhadap sektor moneter karena adanyaefek perbankanyang sangatbesarterhadappertumbuhaneionomi. Kebijakan moneter sangatlahpenting dalam perekonomian,hal ini dikarenakanbesamya pengaruh k€bijakan mon€ter terhadap berbagai unsur penting dalam pertumbuhan -base ekonomi, buliti ernpiris telah mernbuktikan bahwa faktor ionetery satgat berpengaruh terhadap 6r.r,rrzesscycles (agegat ouhut) yang men;tukan tingl"t permintaan tenaga kerj4 inflasi-peningkatan harga secara keseluruhan dan terus menerus- pula dapat disebabkan oleh adanya peningkatan kuantitas uang dalam suatu perekonomian,. keseimbanganpasar uang pun memiliki peranan yang sangat penting daram menentukan_ hngkat suku bunga, sedangkansuku bunga adalah faktor yang sangat berpengaruhterhadapinyestasi dan petumbuhan ekonomi. I.l.a. Pentingnya Analisis Kebijakan Motreter S€caraRegional Indonesia adalah negara keputauan yatt,g terdrii, dari daeralt daerah dengrat berbagai tingkat perekonomian yang berbeda-bedahal ini didukung oleh shuktur p-erekono-ian daerah, peranan kebijaka4 pemerintah daerah (fiscel) yang semakin signifikan seiring dengan proses desentalisasi,dan kondisi sumbir daya alam dan sumbJ daya manusii yang ada di daerah tersebut, selain kebijakan fiskal, pada perekonomian Indonesia yang semakin terintegrasi secarafinansial, kebijakan moneterjuga memegangperananpenting. Indonesia memiliki mata uang tunggal sehingga kebijakan moneter yang sama berlaku terhadap seluruh daerah akan tetapi bank sental kurang memperhatikir adanya efek -adanya reqon_al dalam p€nenluan kebijakan noneter, efek regional dapat disebabkan perbedaanpola siklus bisnis pada tiap daerah.Banksentral cenderungmelakukan agregasi data nasional sebagaialat penentukebijakar yang akan diambilnya. Teori.standar makoekonomi menyatakan bahwa kebijakan moneter sangat berpengaruh terhadappertumbuhanekonomi, dan kebijakan moneter memiliki efek yan-gmerata secara nasioaal, hal ini dalam prakek seringkali tidak tedadi. Suatu n"guru fudr- u u*ny" merniliki karakteristik daerahyang berbeda sehinggaefek kebijakan-moniter tidak seralu seragamdan cenderungmemiliki efek yang berbedaantar daerah. $nomena ini ditunjukan ol"h b"b"op" penetitian, seperti Jaangdilal:ukan Carlino dan Defina (1998,1999), lang menunjukkan adnya diferential efecti dari kebijakan moneter ."_gM: begitu pula dengan penelitian Gergopoulus (2001), Am;ld dan Vrugt 9!!111 (2002). Penelitian dari Mcpherson dan Waller (2OOO)yang meliirat peran perbankan terhadappertumbuhandaerahjuga menegaskanpenelitian sebelumnya. Favero.dan Giavazzi (1999), m.enunjukftanba}wa dalarn penelitian terhadap mekanisme tfansmisi pada Negara Eropa yang menjadi x\ggota eulo teflihat adanya perbedaan mekanisme hansmisi moneter antar negam, Analisis terhadap efek kebijakan moneter yang beragamjuga dilakukan oleh Fung (2002) terhadapn€gari-negara di isia Tenggara, qwyang.dan_Wall (2003) menunjukkan pentingnya analisis secarl disagregat terhadap efek regional dari kebijakan moneter karena sangat membantu peng;bil keputusan dalam m€mahami secaratepat bagaimanaperekonomianmeresponliebijakan moneter. Kondisi ekonomi regional dapat sangat beryengaruh terhadap hasil ageregat secara nasional, dalam hal ini jangka waktu dan besaran dari rgspon agregat dari tingkat
KebtakanMoneterDaerah Transmisi EfekRegional Disparitas &FaktorPenennr
3
pfidapatan, inflasi clan variabel makroeionomi lainn)? terhadap kebijakan moneter bervariasi seiring dengan perubahan waktu dan bergantung pada kondisi ekonomi regional, untuk mendukung hipotesis ini Owyang dan WaU (2003) menyatakan harus tercapai keadaan(necesssry cond.ition) dimar:,ai l.
Daerah memiliki respon yang berbeda terhadap kebijakan monetfi )€ng dilaL:ukanbank sentral
2.
Kond'isi dan struktur perekomian da€rah sebelum adanyashock dari kebijakan moneterharus bervariasi
Perkembanganpasar finansial, dan kondisi regulasi perbankan pada beberapa dekade terakhir telah mcningkatkan peranan sektor moneter tqhadap perekonomian Indonesia, Perkembanganteori monetet pun menunjukkan adanya faktor lain yang mernpengaruhi efektivitas kebijakan moneter dalam mempengaruhiperekonomian. Secara teori Kebdakan moneter memang tidak dapat dijalankan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kineda suatu spec{ic region hal ini menyebabkankebijakan moneter tidak seef€ktif kebijakan fiskal dalam mendorongpertumbuhan€konomi daorah, akan tetapi analisis efek dari kebijakan moneter dan variabel di daemh yang mempengaruhin;a penting untuk melihat seberapabesar efektivitas kebijakan rnoreter mempengaruhipetumbuhan daerahtersebut, dengan ditentukannya variabel yang paling mempengaruhi efektivitas kebijakan moneter pada tiap daerah di Indonesi4 maka pertumbuhan daerah tersebut dapat diarahkan dengan stimulus kebijakan flskal untuk 'mendorong pertumbuhan pada vdiabel yang paling berpengaruh ters€but, sehingga kebijakan mon€ter dapat terdistribusi secara merata efelcrya dan hal ini akan memudahkan bank sentral dalam menjalankan fungsinya dalam stabilisasi moneter di Indonesia. Selain itu analisis efek regional dari kebijakan moneter penting karena pengukuran dari heterogenilas efek kebijakan moneter tunggal terhadap daerah beryuna untuk melihat kemampuandari kebijakan tersebut mempengaruhiintemediate target (secaranasional), sebagaicontoh besarpeningkatan pertumbuhanperekonomian(rzcirne) yang diakibatkan oleh ekspansi moneter bergantung pada efektivitas kebijakan moneter tersebut mernpengaruhi kondisi perekonomian daoah yang tingkat pendapatan paling rendah, begitu pula kontraksi moneter dapat mencapai targ€t pelonggaran perekonbmian yang overheating bergantung pada kemampuan kebijakan moneter tunggal mempengaruhi daerahyang memiliki tingkat ekonomi tertinggi di negarato$ebut. (Frantatoni dan Schuh, 2002\ I.2. LandasanTeori Tulisan ini menganalisatransmisi moneter kebijakan moneter secaradisagregat,berbagai hasil penelitian mengenai tmnsmisi kebijakan moneter daerah menunjukkan bahwa ada sebuah lraralceristik pada masing masing region yang dapat mempengaruhi efek kebijakan moneter. Carlino dan Defina (1998) menggaris bawahi bahwa perlu dianalisa lebih lanjut apakah efek yang bobeda tersebut juga disebabkan oleh admya interalGi antar daerah dimana terdapat adanya feedback efect antar daerah, model VAR yang dikembangkannya bsrusaha m€rnperlihatkan akibat yang disebabkan perubahan pendapatan (PDRB) di
RizalAdi prima,S.EdanD& b. NiningL Soesilo,MA
4
daemh pertama terhadap pertumbuhan pendapatandaerah lain. Model tersebut berusaha melihat efek langsung dari perubahankebijakan moneter terhadap perubahanpendapatan per kapita riil pada tingkat daerah (regional) dan spillover efect drt pertumbuhan pendapatanantar daerah.Adanya pengaruh interaksi antar daerah dapat diterangkan oleh beberapa model yang dikembangkanilmu ekonomi regional berikut Dari sudut pandang ekonomi regional, adanya pe$edaan efek dari kebijakan moneter antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dapat disebabkgn oleh seberapabesar efek dari kebijakan moneter terhadappertumbuhanekonomi daerahtersebut dan seberapa besar efek.spiJl orer yang timbul ke daerah di sekitamya sebagai akibat tidak langsung dari kebijakan moneter,dari sini disimpulkan bahwa adanya int€raksi antar daerah dapat menyebabkanadanyamuhiplier efect dai. transmisi kebijakan moneter di daerah. L3. Tujuan P€nulisatr Secaraspesifik tulisan ini bertujuan untuk : l.
Menunjukkan dan membuktikan adanya efek regional yang berbeda dari kebijakan monetertunggal pada daerahdaerahdi Indonesia
2.
Menentukan falcor penyebab dari ketiitak merataan dan variasi efek dari kebtaka! monetertersebut
I.4. Rueng Llngkup dan Brtrs&n P€nclitian. Pengujian tiansmisi moneter dalam hal ini lebih bersifat regional dau mengesampingkan faktor makoekonomi yang bersifat eksogen seperti nilai tukar dan pengeluaran pemerintah. SedangkanRuang Lingkup dan batasan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini aclalah: 1.
Tulisan ini akan menganalisis adanyr efek regional dari kebijakan moneter tunggal, analisa mekanisme transmisi moneter daerah yang dilakukan t€rbatas pada daerahdi pulau Sumateradan Jawa.
2.
Melakukan analisis dalam penentuan penyebab adanya regional efects dtm kebijakan moneter sertamendeteksivariabel mana yang lebih dominan
3.
Analisis hubungan kebijakan moneter dilihat efelilivitasnya dengan melihat kemampuannya dalam menghisilkan pertumbuhan ekonomi oqlp!/ regional, efek dad mekanisme transmisi moneter terhadao vairabel lain dalam perekonomian daemh seperti terhadap euployment rate dan tingkat inflasi regional tidak termasuk dalam ruang lingkup yang akan dianalisis.
1.5. Hipotesis Masalah 1
Keltj{an moneter tunggal memiliki efek yang berbeda dan efektivitas yang berbedapula dalam mencapaitarget padatiap daerah
2.
Efek yang berbedadari kebijakan moneter dipengaruhi oleh lcrakteristik daerah dan adanyainteralci aniar daenh.
Dispadtai Efck Regional&Faktor PenentuTransmisiKebijskan Monete' Da€rah
5
II. METODOLOGI Tulisan ini akan terbagi menjadi dua tahap, pertama adalah pembulrtian adanya d.iferential regional efects dari kebijakan moneter di daerah-di Indonesia ' dan yang kiiua adalah-identifikasi fakor pen€ntu yang mempengaruhi efek dari kebijakan moneter di daerah. Il.l. Menunjukkan Adanya Perbedaan R€spon TerhadaP Kebiiakan Moneter di Daerah di Indonesia detrgan Metode l/ector Aato regression Dalam metode yang pertarrta ini akan dilakukan analisis time serles yaitu Vector Auto Regression paOu t"tiup daerah ynng menjadi objek penelitian untuk kemudian dapat dilihat diferenttul effect yang terjadi dari waktu ke waktu. Kashyap dan Stein (2000) mempdihatkan bahwa variabel yang paling efektif dalam mengukur perilaku kebijakan monet€r dengan metode VAR- aclalah dengan mernpergunakan Federal Fund i(a/es, oleh karenanyt penentuan l(ontraksr maupun eksoansi moneter diwakili oleh variabel ini, sedangkan respon daerah diwakili oleh tingtut COe regional masing masing daerah. Dalam tulisan ini penelitian kebijakan *ollaer di dueruhdi Sumateri dan Jawa mempergunakanSBI sebagaivariabel kebijakan dan pengaruhnr? terhadappendaPatanperkapita regional (PDRB)' Indonesia memiliki 33 propinsi dengan daerah yang sangat beragam, demi menyederhanakanpenelitian maka akan dipilih 13 provinsi di Indonesia' propinsi yang dianalisis adalatr daerah yang terletak di pulau Jawa dan Sumatera,pemilihan daerah ini dilakukan karena daerah Sumateradan Jawa memiliki tingkat perekonomian daerahyang secan rata-iata lebih tinggi dibanding
Faktor
Penentu Perb€daan Respon Da€rah Terhadap
Dalam bagian ini akan dilakukan Identifikasi variabel penentu dari efek regional yang berbeda-bedadi daerah di Indonesia, analisis yang dipergunakan adalah metode OLS (Ordinary Least Squarel dengan mengikuti Carlino dan Defina (1998) dengan impulie responsefun ction (iO sebagaiYriabel t'idak bebas, dan variabel .*onpitk"n karakteristik daerah yang diduga mempengaruhi efek kebijakan moneter di daerah sebagaivariabel independen. Pen€litian sebelumnyamemperlihatkan adanyakesamaanbahwa faktor penentu distribusi transmisi moneter yang berbeda di daerah daeratr disebabkan oleh adanya dua faktor utama yaitu kondisi sektor moneter dan struktur finansial di daerahdan di n€gamtersebut, dan yang kedua adalah struktur perekonomiandi daerah(Gergopoulus (2O01),Amold dan Vrugt OO02), sedangkan Carlino dan Defina(1998) dan Owyang- dan Wall (2003) menemukanbahwa efek regional tersebut ditentukan oleh faktor strukur industri daerah clan menitikberatkan pada adanla interaksi antar daerah, dalam tulisan ini akan diperlihatkan apakahhipotesis tflsebut benar te!adi di Indonesia'
6
Rizal Adi prina, S.Edan DR- h. Nining l. Soesilo,MA
Model OLS yang dipergunakan adalah :
IRF = a + FofKarakteristikDaerahf + p,flnteralaiD aerahf Variabel Karakteristik Daerah Ind Mix
Proporsi industri manufakur dari total output (pDRB), ind{stry mix menunjulJcanbesamyaindustri yang sensitif terhadapperubahansuku bunga l€rena srfatny? yang capital intensive dan produk yang bersifal dxrable (industri manufaktur) Rasio tenagakeda )"ng bek{a di sektor industri besardan sedangdengan total tenagakeda di daerahtersebut.
Indmigas
Prop-orsitingkat industri minyak dan gas bumi pada total output daerch (PDRB) menunjukkan seberapabesardaerahtersebutberganiung pada sektor yang mengeksloprasisumbaerdaya alam
Loan
Variabel ini mereptesentasikanrasio kedit bank dengan ukuran yang kecil meialui total kedit perbankan umum di daerab (dalam hal ini ukuran bank kecil direpres€ntasikanoleh BPR)
Variab€l Interaksi Daerah Intsrregiona.lTrade: Interaksi da€rah dilihat dengan seberapa besar transaksi antar daerah yang dilakukan oleh daerah tersebut, dimana hal ini dilihat dai marginal propensity to consumeloca y dai- tiap daeruh, data tersebutdidapat dari data IRIO 1995 Dalam hal ini model tersebut di atas akan dikernbangkan menjadi beberapa altematif skenario model yang merupakan identifikasi dari variabel karakeristik daerah dan interaksi daerah, model tersebutdiantaranva: Model I
IR-F =a + pindmigas + BIndMix + BSFim + pNX + pTrade +e Model 2
IRF = a + pindnir(
+ Bindmigas
+ pNX + p Loan + p Sfirm + e
NI. HASIL DAN ANALISA Bagian ini berisi dengan hasil analisis dan fengujian empiris dari hasil pengolahan <1at4 dalam melakukan analisis dalam bab ini dibagi menjadi dua bagian besar, yarru penama dilakutan analisis dan pengolahan data dalam beniuk rrrze series din yarrg lqu "kg1 kedua a
DisparitasEfek Regional&Faktor Pen€fltuTransmisiKebtakan MoneterDaerah dikembangkan
oleh Cadino
dan Defina(1998),
model tersebut dipergunakan
Tulisan ini berusahauntuk memperlihatkan efek dan perubahankebijakan moneter yang direpresentasikanoleh perubahan sul:u bunga terhadap sektor riil pada tingkat daerah, dalam hal ini proses mekanisme transmisi monetet di daerah akan diperlihatkan dengan menggunakanimpulse responsedari model VAR di atas.Model VAR dalam Tulisan ini dibagi menjadi dua model, yaitu model Ilnrestricted y AR dan-RestricledVAR. Analisis yang akz[r dilakukan terbatas pada nang lingkup fansmisi moDeter di Pulau Sumatera dan Jawa. Pertama-tama,seperti yang dilakukan oleh Carlino dan Defina (1998) dalam menganalisis efek mekanisme transmisi moneter di daerah, akan dikembangkan model unrestricted VAR secaraterpisah pada masing masing daerah.Untuk kemudian dianalisis faktor faktor yang menjadi deteminan dari mekanisme transmisi daerah yang berbeda di daerah di indonesia. D€ngan m€nggunakan impul,te lespoase function akan diperlihatkan bagaimanaefek dari kebrjakan moneter terhadap output di daerah(pendapatanperkapita daerah), data yang dipergunakan adalah data output dari 13 propinsi di Indonesia, yaitu data di propinsi yang ada di pulau Jawa dan Sumatera. Model VAR yang kedua dari Tulisan ini mernpergunakanmodel restrucledVAR dimana dilakukan analisis efek kebijakan moneter di daerah dengan mernasukkanpertumbuhan daerahdisekitamya sebagaivariabel endogen, Dalam bagian ini akan disajikanhasil analisisempiris dan pernbahasan, secaraumum bagian ini akan terbagi menjadi tiga sub bagian, yaitu p€rtama, analisis unrestricted Y AR yang dilakukansecaraterpisahpada 13 propinsi yang diteliti, dan Kedua analisismodel restricted V AR yang memasukkan efek interregional fee.dback ffict dari kebijakan moneter, ),ang ketiga adalah analisis faklor-faktor determinan adanya perbedaan efek kebijakanmoneterdi daerahdi indonesia. lII.1. Model VAR
$ /-/
A,
Y,,+ B,r+yl
dimana: wt - vektor dari variabel eksogen Yt : vektor dari variabel endogen Vadabel endogen Xt : variabel yang mercspon kebijakan dengan setelah adanya lag (tidak contemporaneous),yaitu personal income growth Pada tingkat daerah (PDRB), selain itu faktor lain yang dianggap tepengaruh satu lag setelah periode adalah tingkat inflasi (CP! Zt : vaiabel yang berpengaruh secaracontemporaneoas,sesuai dengan Fung (2002) yang melakukan analisis di asia tenggara, variabel yang mempengaruhi suku bunga di Asia adalah exthange rate,n]€,kanilai tukar digunakan dalam model ini.sebagai salah satuvariabel endogennya. Rt = policy instrumeht, Owyang dan Wall mempergunakan suku bunga, maka dipergunakanSBI 1 bulan
Rizal Adi Prima, S.Edan DR. b. Nining I. Soesilo,MA
Rt
: policy instrument, Owyang dan Wall mempergunakan suku bunga, maka dipergunakanSBI I bulan
Variabel eksogendalam model ini yang dipergunakanadalahvariabel dari o/ price, yfrig melambangkan harga energi untuk mengakomodasiadanya gangguan aggregate supply sioc,ts (carlino dan Defin4 1998), variabel ini ditempatkan sebagai variabel eksogen dalam model VAR karena menwut Hamilton (2003) memasukkan harga minyak pada model regresi akan kwang tepat, karena shock dzri harga minyak dapat berakibat asimetris pada perekonomian, kenaikan yang kecil dari harga minyak hanya akan berakibat sangatkecil bagi poekonomian, akan t€tapi kenaikan yang sernakinbesarjustru akan berakibat lebih besarpada perekonomian dan dengan tingkat persistensi yang lebih besar UI.2 Model VAR t/n restricted dun Resfiicted Dalam tulisan ini kedua model VAR yang akan dikembangkandapat direpresentasikan dalam matrik berikut :
r b,z bB bt,ll i x,-' Y"]li,-,f | ""'l I f''"'l lr,, I b" b"ller = 4. . rz,'..n lb,, | | lrz, '... .ll",;, | .l'* | b,, t rullcr |4,| | ll"o+-,1 1".*| lb,, lb4t b4z b$
La.,lLy^y,,-.y*JLy,-, ) L+l
l lLy
Ill.z.a. ll'oalel Unrcsbicted V AR Dalam model yang pertarna ini dengan metade unreslricted VAR Matxlks B(impact matrix) de(i pe$amaan model VAR diatas diidentifikasi dan direstriksi dengan mengguhakan metode var yang rekursif CholeslcyDecomposition maka reshiki pada matrits B (impact matriks) adalah sebagaiberikut :
10 b,,
I
00 00 10
4 l b,, bo, bo, b $ l
Dengan adanyarestriksi tersebut,maka hubungan antararesidual persamaanawal dengan disturbance shock dqat diidentifikasi sehingga secara keseluruhan, model VAR (unrestriaed) yang akan dikembangkan dalam slcipsi ini disusun dengn ordering sebagai berikut: suku bunga mempengaruhi tinglat exchange rate, kemudian, mempengaruhi tingkat inflasi dan kernudian mernpengaruhi thgkat output, Odering tersebut dikarenakan dalam slcipsi ini yang akan dianalisa adalah mekanisme transmisi dengan fokus kepada efek perubahantingkat suku bunga terhadap tingkat output,bukan 3 Owyang,MichaelT dan Wall,Howard. "Regional Disparitiesin the Transmissionor Monctary policy."
2m.3
9
MoneterDaerah Transmisi Kebijakan &FaktorPenentu DsparitasEfekRegional
efek dad output dan inflasi terhadap tingkat suku bungaa variabel Y -adalah variabel output da}rah yang akrfi.dianalisa secan terpisah padamodel unreslricted v AR lll.z.b, M,odd Resticled VAR Pa
I 0 0 Untuk Dulau Sumatera: 0 0 0 0 0
0 I 0 0 0 0 0 0
0 0 I
0 0 0 0 0
0 0 0 I 0 0 0 0
0 0 0 0 I 0 0 0
0 0 0 0 0 I 0 0
0 0 0 0 0 0 I 0
0 0 0 0 0 0 0 I
I Prinsip ini sesuaidenganmod€ldsli McMcoy dan McMahon(2001) 5SatuPeriod€dalamdata skipsi ini adalahsatubulan 6 untuk lebih jelas lihat carlino, C€reld and Defina, Robert'"The Dilferential Regional Effectt of MonetaryPolicy',Revie, of Economixtand Statittics 572-587
Rizal Adi Prifta, S.Edan DR h. Nning t. So€silo,MA
Untuk kerornpok oru"r"*", fl
I
:
;
;l
l;;r;rl
Dalam.hal ini Matriks B (impact matrbc) padamodel awal dimodifikasi dengan restriksi lang didasarkanoleh asumsi dan teori yang telah dikembangkan oleh Carlino-Defina dan Owyang-Wall maka matriks B bagi model pulaujawa dengai teori diubah menjadi : 4rr
0
0
0 0 0 0 0 0 0
azz Q 0 0 0 0
0 arr 0 0 0 0
azz atz
0
0
0
0 ,,,T,.l
0 0 0 O a,, cli ll 0 0 0 o l" r, ll du 0 0 o ,,"ll r, o o,, 0 O ',, r, ll 0 0 ado o a., r. ll 0 0 o a.,, a,"llt, das ess eea an
I l I l l l
arrILER J
Kemudian bagi model pulau Sumaterarestriksi pada matriki B (impact matrik) adalah sebagaiberikut :
4,000000000 OqrO 0 0 0 004:00.00000 0 0 04,.0 0 0 0 0 04,0 00 0 0 0qu0 000000arr000 0 0 0 0 0 0 000000004n0 000000000q,,0
4r
0
0
0 0
0 0 0
0
O 4t %t
0qp0
I
cpr !r
0 0 4tr ! z 0 0 4n O 0 %n ! q 4rr
Is
o %t
!a
4l
0 4tz 4n 4n 4s 4rc 4n 4n 4s 4 r r c4 t l
!t Ie ER
Pada model restricted I?R restriksi yang dipergunakanadalah sesuaidenganteon yang 'a-'wifi
didasarkan padapenelitiano*rng
rostrilisi tersebutadalah sebagaiberikut :
izoolL a"" C*if*
aai-'Defrna(1998),
Padamatriks Yarians-Coyartans c
Structural ,Siac&s diasumsikan menjadi tidak memiliki korelasi satu dengan yang lainnya (orthogonal), hal ini berarti elemen kovarians dari matriks ini bernilai nol (cov :0)
DisparitasEfek Regional&Faktor PenentuTEnsmisi Kebtakan MoneterDaerah
.
Varians dari struclural sftoc,tr dinormalkan menjadi 1, Kedua restriksi ini menyebabkan matriks vqrians-kDvarians dai model SVAR adalah matrils id€ntitas
Resttiksi pada Impact Matrice : 1.
Shock pada daerah yang bercifat spesifik hanya akan memiliki efek yang berpeengaruhsecaraserentak (contemporaneously)pada daerah itu sendiri dan hanp akan berpengaruhpada daerahlainnya dalam periode satu (l) /cg setelah rioc& tersobut.
2.
Bfek dari sloc,t Kebijakan moneter sesuaidenganyang dikemukakan oleh Sims (1986) han'" akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatanperkapita daerahsetelahsatu (l) periode setelahslocf.
3.
Selain dari efek kebijakan moneter, variabel lain seperti tingkat inflasi, diasumsikan hanlr dapat mempengaxuhi pertumbuhan pendapatan perkapita s€telahsatu (1) periode ,ag.
4.
Baik shock terhadap PDRB daerah maupun kebijakan moneter tidak memiliki pengaruh yang contemporaneous terhadap tingkat inflasi, maupun harga minyak.
Dengan menggunakan model restficted VAR kemudian dapat dianalisa efek interaksi daerahpada pertumbuhandaerahdenganmenggunakanmetoie Variance Decompositian. Metode ini dipergunakan untuk menganalisa besamya efek interaksi daerah dalam menentukanrespon dari pertumbuhandaerahterhadap kenaikan suku bunga, pada bagian ini dapat dianalisa salah satu pertanFan porelitian dari skipsi ini yaitu untuk menganalisa apakah efek dari kebijakan moneter di daerah lebih disebabkan oleh mekanisme transmisi moneter tradisional, atau lebih disebabkan oleh adanya efek i nteneg i onaI feedback antar daerah. III.3. Model Uzrastuicred-VAR Model lang pertama ini melakukan analisis VAR secara individuali, untuk melihat besamla efek kebijakan moneter terhadap tingkat ouhut secara regional. Untuk m€ndapatkanhasil estimasi yang terbaik maka dilakukan pemilihan model VAR dengan jumlah lag variabelyangterbaik III.3,a. P€nentuanrag Model VAR yang dipilih adalah, model VAR yang paling baik denganberdasarkanpada nilai Schwatn citerior? (SC) yang paling rendah, hal ini karena SC merupakan indiiator paling baik dalam menganalisisVAR, SC menentukanmodel VAR dengan lag yang paling baik hal ini disebabkan SC memberikan penalti yang terbesar ttrh;dap pfiambahan variab€I. Dad hasil estimasi terhadapmodel var denganberbagai /ag, maka model var dengan selang waktu (/ag) 2 yang dipilih, karena memiliki nilai Sb yang terendah.
7Hasil €stimasiVAR pada I 3 Propinsi disajikar dalamlampiran
RizalAdi Pdrna,S.EdanDR Ir, Nining t. So€silo,MA
lll,3.b, IRF Anrestficte.t VAR Sumatera dan Jawa Grmbrr 1 Responss of O(LAoEH) !o che S.D. D(|NI) lnnovatlon
Respo'rse of O(LSUMBAR) to One S.o. D(|NT) Inndauon
246310
Reslonseol D(LjaBAR)10one s.D. D(NT)lnnovstion
.6
a
12 14 16 18 20 22 2a
Response of O(LBKL) to One S.D. D(|NT) ln.ovalion
1 0 1 2 1 . 1 0 . 1 82 0 2 2 i .
R63pdse or D(UAMSI) to Ons S.O. O(NT) hnov:lim
Responss of O{LLMPNG) to Che S.o. D(|NT) Inrpvario.r
Disparitrs Efek Regional&Faktor PcncntuTransrnisiKebiJalcnMoneterDreEtr
Responseol D(LRlAU)to On€ S.D. O(|NT)Innovalixl
2
a
a
a i0 12 11 $
1A20?221
R€€po.E€ot O(UAKARTA) io 0'16S_D.O(MI) trnov.lidr
't21a L
I3
Re9ponssof D(UATIM) to One S.D. D(INT) Innoralixl
2
4
4
810
12 1a 15 1AZO2221
fr6spo.n€ot D{LYOGYA) io On€S.O.qDfi) Irnolrlio.l
LaA?221
R€€porEsof O(UAIENG)ro Ole S.o. D0tfi) In lovatim
Rsponso of D(LSUMSEL)to One S,D. D(tNTl Inmvation
810
Responseof D(LSUMUT) to OnsS.D.D(INT)Innovation qmt5 0.0010 q0005 0.0000 {.0005 4.0010 16 1A 20 22 21
12 11 18 1A 20 22 2a
l4
Rizal Adi hitn4 S.B da! DR. Ir. Ninjng I- Soesito,MA
III.3.C. Interpretasi Hasil IRF Tingkat perbedaanmekanisme tmnsmisi monetet di
Periode waktu yang dibutuhkan bag;t output daerah untuk mencapai tingkat outpat yang terendah, hal ini mencerminkan seberapasensitif tin gk& output terhadapperubahantingkat bunga
2.
Besamn nilai penurunan tirp*at output daerf;hpada tingkat yang terendah, hal ini mencerminkan seberapabesar tiry*^t oatput daerah dipengaxuhi kebijakan moneter
3.
Periode waktu yang dibutuhkan oleh output daerah untuk kembali ke tingkat s€mul4 sebelum terjadinya shocl hal ini mencerminkan percepzd:mt recovery dad perekonomiandaerah.
Pa
t *chonge rote puzzle adalahkeadaandirnanakenaikai tingkat suku bunga men)€babkannilai tukar domestikterdeprcsiasisecarasignifikan (Georgopoulus,George. 2001)
DisparitasEfek Regional&Faktor PenentuTransmisiKebijakanMoneterDaerah
teqadi denand shoc&, akan te{adi perubahan kebijakan moneter lanjutan, karena bank sentral berupaya menstabilkanperekonomian. Seperti yang telah dikemukakan di awal tulisan ini hanya menganalisis efek daerah dari sisi sektor riil, sehinggaanalisis efek dari perubahankebijakan moneter terhadap tingkat inflasi daerahtidak masuk dalam ruang lingkup permasalahanyang dianalisis. III.3.d. PerbedaanEfek Kebijakan Moneter di Daerah Impulse responsefunclroz di atasmernperlihatkan adanyaperbedaanefek dari sioc& suku bllnga terhad.apoalput daerah, dimffia output/pendapafzolperkapit^ pada beberapadaerah memiliki r€spon 'ang berbeda TnbelT, Inpulse RespofiseFunclio TablePulau Sumatera Riau :754845 {.00M1 4.0002 0.000163 {.00053 0.000125 -6,66E-05 0.000124 4.0002 {.95E45 4.00041 -9.50E45 {.00049 -3.8sE{s -0.00012 {.00049 4.0004s 4.0u17 4.0M5 4.00053 4.00024 -0.00044 {.00024 {.00018 4.00046 {.00017 4.00039 4.00037 {.00023 {.00015 {.0003 4.00031 {.0002 {.00013 {.00024 {.00025 {.00017
Ttbelz.
-0.00037 -0.00019 -0,00069 4.00066 .0.0007 {.0006 -0.00049 -0.00039 -0.00031
Sumsel 0.001095 9.83E-05 -3.66E45 0.00129 0.000139 6.87E45 0.000865 4.00036 4.0004 0-000363 4.00041 4.00041 8.70E{5 4.00047 4.00043 4.00013 4.00042 4.00036 -0.00018 4.00036 4.0003 4.00019 I 4.00029 4.00025 -0.00018 -0.00015 {.00023 4.0002
-5.95E45 -s.21E-05 4.00041 4.00042 4.00043 {.00037 4.00031 4.00025 4.0002
Imp lse ResponseFu\ction TableP,Jl^ttIa\\^
{.00023 {.00015 {.00061 {.00062 4.00068 4.00059 4.0005 -0.00041
{.00026 -8.30E45 4.0005 {.00048 4.00051 -0.00043 -0.00037 -0.0003
-0.00033
-0.00024
-0.0003 -0.00012 {.00059 -0.00057 4.00061 4.00052 4.000.t4 4.00036
-0.00029
0.000127 r.22E45 {.00058 4.00061 4.0@65 4.00055 4.00046 {.00036 -0.00029
Secaraumum dari 13 propinsi yang menjadi objek penelitian dapat dibagi menjadi daerah yang sangatsensitif, kurang sensitif dan tidak sensitifterhadap kebijakan moneter, daenh yang sangat sensitif akan mengalami resesi yang sangatpanjang dan total kerugian dari pertumbuhan ekonomi daerah selama periode res€si tercebut akan sangat besar, sedangkandaerah yang kurang sensitif dapat didefinisikan sebagai daerah yang cukup realdif terhadap kebijakan moneter akan tetapi tidak mengalami resesi dengan tingkat totol loss sebestr daerchyang sensitif dan waktu resesi yang relatif sama. Daerah yang tidak sensitif didefinisikan sebagaidaerahpng reakif terhadap suku bunga akan tetapi berprilaku berkebalikan dengan ekpekasi otoritas moneter, atau daerah tersebut bereaksi sesuai dengan ekspektasi akan tetapi setelah melalui periode waktu tertentu.
Rizal Adi Prina, S.E dan DR. Ir. Nining I. So€silo,MA
Dari hasil tryalse responsefunction di ptrlau Jawa dan Sumatera terliha, bahwa pola respon daerah di Jawa dan Sumateratidak menunjukkan perbedaanyang signifikan iada VAR yang pertama ini, dimana secara umum daerah bereaksi negatif terhadap lnod:] kenaikan suku bunga,.kecuali pada_daerahSumatera selatan yang meme;lukan selang waktu periode sebelum kebijakan kontraksi moneter meriperoleh nasif yani .3 diharaokanPerbedaanyang signifikan te{adi pada mekanisme transmisi moneter di daerah adalah pada -hngkat sensitivitas kebijakan moneter, yang dicerminkan dari besamya efek perubahan kebijakan mon€ter, dan berapa lama periode oruLiu y"ng Taksilum -dari diperlukan bagi output daerah untuk mencapai titik -"k"i*urn telebut serta periode waktu Jang dibutuhkan bagi outpqt daerah untuk kernbali ke tingkat pertumbuhan pada saatsebelumterjadin),aJroc& kebijakan moneter. pari \eaya tabel (ldan 2) di atas terlihat bahwa efek maksimum dari tingkat resesi akan tetapi secara rata-rata,puncak penurunan outiut d^erah FIT^i ,-*.periode {"Tah, teDad pada keenamsetelahterjadinyn shock. Daemh Propinsi Riau dan Ac€h merupakan daerah yang memiliki tingkat sensitivitas tinggi pada kebijakan moneler yang kontraktifhal ini dikirenakan pada ierlua daerah ini m€ncapar puncak p€riurunan output dalam waktu yang Eangat singkat, daerah Aceh
yangpalingrendahyaitupadapropinsiaceh+.OOO+I a* pua" 1T_"p.1li"cq,^t::9tl proprnsr ltau -0.00053 pada periode ke 2,
T.bel3. IRF Periodeke { Perlogkra
Drcnb
pol""l """or
6 7 8 9 l0 II t2
Jabar Yogya Jatim Su|nut Riau Jatqng Su$bar Jambi Bkl hmpung
-0.00068 -0.00065 {.0,0061 {.00053 {.00053 {.00051 {,0005 {.0004? {.00043 4.00041 -0.00041
Sedangkandaerah Sumaterabarat dan Sumatera selatan merupakan
t-
Digaritas Elek Regional &Faktff Parentu Tmsmisi
Kebijakar M(]nd.er Dacroh
t7
Suratm Utara, Bengkr,rlu,Jambi, Lampung, SumatraBarat, Jawa Barat, Ja\fuatimur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, dan D.I Yogyakarta rnemiliki respon yang serupa, dari periode pertama hingga periode ke-6 tingkat pertrrlnbuha.noutputnya cenderungrnenruun, hingga menoapai prmoak pemnmalr dan kernudian tingkat penunurarmyamengalami semakin berkurang, dal kerrbali ke tingkat perekonomiansemula setelah20 periode, Daerah yang m€miliki besaranpenunuran tingkat output terbesar pada prurcak resesi adalah propinsi DKI jakart4 G0.0007),danyang terendahadalahPropinsiSuamatraselahn (-0.00019) Pada (tabel l) di atas diperlihatkan bahrra di pulau Sumatuadengananalisis VAR seoara individuel propinsi D.I aoehdapal mencapaipunoak resesi pada periode yaug ke2 hal ini berlainan dengan daerah di sekitamya yang memerluken 6 periode. Sedangkandi pulau Jawa terlihat pada selvrah daenh trullgJrl.t I, sepertilakafta, Iawz barat, Jawa tengah, dan Jawa timur dan D.l yogyakarta titik puncak resesi dapat dioapai pada periode ke enam, hal ini menaudakautidak ada perbedaanyang signif*an pada pulau Jawa. Altematif lain unhrk mengidentifikasi perbedaanmekanisme ftansmisi moneter daerah seperti yang telah disebutkan di atas, adalah denganmengarulisis besarankemgian yang didetita perekonomiandaerahsebagaiakibat dari resesi,hal irli menoerminkankedalaman efek shook moneter terhadap konkaksi tingkat output. Total kerugian tersebut direpresentasikaudari akumulasi efek kebijakan moneter terludap output daemh selama 20 pedode, tabel di bawah ini memperlihatkan perbedaantotal loss autai daerah. Grnrbar 2. Toral KerugianA.kibarKebijakanMoneter
Total loss 0,003
o,oa? o q
0,001 0 -0,001 ,0,003
-0,o04 -0,005 Daerahtingkat l/ropinsi
Dari grafik tersebut tedihat bahwa seoara mayoritas efek kebijakan moueter akan berakibat negatif terhadapoutput, akan tetapi terdapat auornali yaug terjadi paclapropinsi Sumatra selatan, ditnana seoara keseluruhan selama periode tersebut .rfiocf kebijakan moneter mempengaruld oufput daerah seoarapositif, sedangkandaerahyarrg mengalami tingkat kerugian yang terbesar adalah daerah di pulau Jawa, yaitu propinsi Jawa Tengah da.nJawaBarat.
Rizal Adi P rna, S.Edan DR. h. Nining I. Soesilo,MA
lll,4, Restricted Y AR Tulisan ini selanjutn'" akan mencoba menganalisis efek kebijakan moneter dengan memasukkan efek intenegianal feedback degan menggunakan restricted YAR. model yang dip€rgunakan adalah model monetary VAF. sederhana yang mengakomodir 4 variabel. Dengan menggunakan model VAR tercebut kita dapat membentuk restricted YAP. denganmenrpergunakanrestriksi yang diadopsi dari model Carlino dan Defina dan model Owyang dan Wall (2003) dimana tingkat nilai tukar akan mempengaruhi besaran suku bunga secaracontemporaneous,sedangkanpada variabel lainnya seperti tingUJ:toutput daerahdan tingkat inflasi tidak. Tingkat suku bunga hanp dapat berpengaruhsatu /dg setelahterladinya s&oc&,selain itu diasumsikan pula bahwa p€rtumbuhan daemh tidak dapat saling mempengaruhi secara conteuporaneous, ol4tpat daerahhanya dapat dipengaruhi oleh idioswcratic shock de(i daerahnyasendiri' IIL4.a- Pen€ntuatr.Lag VAR yang digunakan dalam model menggunakanselangwaktu (/ag) sebesar2 lag hal ini didasarkan nilai Schwa* Criteriox yang terendah.Nilai SC yang terendah menandakan model VAR yang terbaik dari kelompok Pulau Jawa nilai SC yang terendah adalah sebesar-38.07522, samahalnya denganmodel kelompok Pulau Sumateranilai SC yang terendah yaitu -55.12313 dimana model menggunakan/ag variabel sebanyak dua yang yang pada masing masing variabel endogen. III.4.b. IRF.Resrrid/ed VAR lll'4.b.l.
IR;F Resticted VAR (Sumatera)
Berdasarkan pada reshiksi yang telah dijelaskar sebelumny4 maka hasil dai impulse re.sponse function dfri model ini adalahsebagaiberikut.
' Untuk lebih jelasnla lihat di Owyangdan Wall (2003)
Disparit s Efck Region8l&Faktor PenentuTransmisiKebtakan MoneterDaerah
l9
Grmbrr 3. IRF,Resrntred VAR (Surnatera) **o*t
-a
,
{I
::l\l
:it
I
."r.Hi R..Doi-!r ocswDb
$drr
-.--ry---"1r "1i\ '1 \ -ft Et_-{,+--__________]
orDcslrsrR) b srlcrd
/ ql/v
1
*"%E8yH,*'
:t----r -il/t '-lt I
:1\/ .-r-I----J lll.4.b.2.lw
r/
R.r0d5 orD0JATED b srr/.td
11r--7t :\l\
:[v-"=*-J /
-*T:H#,**" -T'.-----.-------
:il/ -tvt / /''1 | *l I
rbecudqrrcEfob&dd
I | | I
'-t't --="-=*J tur'e
R.-qd4cn)bshr.rrd
d+,{-----]
-lvi -i
| '-l L/ I .-l \,/ '61
o***Tffii*
|
-t[ - \ :il\ *t\
-j | '-ffi,
|| -l\il -4 9vl ,/ | ^l | '*l L/ I
r------1
|
| /
Restricte.M R (Puhu Jawa) Gtmbft
4. Resticted VAR (Pulau Jawa)
I
I
l
|
/
/'
I
II
|
RizalAdi Prinu, S.EdanDR. Ir. Nining I. Soesilo,MA
III.4.c. Perbedaatr Efek Kebijakan Moneter di Daerah Tabel 4. lnpulse ResponseFrmction Kelompok hrlau Suroatera 0 -0.0004 l.0lE-05 :739845 -8.54F05 -0.00018 {.00017 -0.00014 -0.u)012 -0.0001
I 2
6 7 8 9 l0
0 -0.00034 -6.20E-05 -0.00055 -0.00055 -0.00059 -0.00055 -0.00049 -0.0u)44 -0
-6.1tE-06 -0.0002r 0.000108 -7.99E-05 -0.00049 1.56E-05 ,0.00053 '5_67EO5 .0.00056 -0.00017 -0.00052 -o.00041 -0.00015 -0.oou2 -0.00013 -o.00037 -0.00011
-s,$ffi$
0 -0.00011 -o.ooo23 6.31E-05 7.25E.06 -0.00044 -0.00045 -0.00041 -0.00051 -0.00045 -0.00048 .0.00041 -0.00043 -0.00037 -0.00038 -0.00033 -0.00034 -t).00029
{rl}fiffi$
0.001t69 -0.000,.2 0.000781 -3.85805 o.000234 -0.00049 8.85E"06 -0.0005 -0.00019 -0.00051 -o.00025 "0.00047 -o.00026 -o.00042 -o.ooa6 -0.00038 -o.ooo25 "0.00034
T^bel5. Itnpulse ResponseFunction Kelompok pulau Jawa
r
-u.wuoj
-o_uu04l
-0.00045
4.00052
4.0001
I 5 6 7 8 9 l0
-O9008s -0.00077 -0.00073 _0.00059 -0.00047 4.00037 4.00029
-0.00072 {.00069 4.0006s _0.00053 -O.OOO42 4.00033 4.00026
4.00066 {.00061 4.00055 {.00044 {.00034 {.00026 _0.00021
-0.00075 4.000t 4.000;l 4.000;2 -0.00 t -0.00033 4.000i;
-0.00075 {.000?3 -0.00067 _0.00054 q.00042 {.00033 _0.00026
| |
Tabel6. Nilai PuncakresesiModel ll
: I
Y:IY" .1"!'*
-o.ooo75 {.0002s
:', o
JaDar Jaleng sumut
! 9Io II 12 t:
i".Ot Iampung bkl sumsel Riau ,ceh
4.00072 {.00066 4.00059 _0.00056 {).0005t 4.0005: -o.ooo4L -0.00026 4,ooo19 4,@018
Secara umum (magnitude) efek dari kebijakan moneter yang kontraktif terhadap tingkar output da9'ah berdasarkan pada m odel restricted V AR tidak-jauh berbeda d"ngun -id"l yartg unres,tricted, dimana terdapat kesamaan di pulau Jawa yaitu efek dari-kebijakan moneter relatif sama, hal ini tedihat dari kemiripan tingkat resesi ke_5 propinsi di iawa, -d"ngan selain.itu pada kelima propinsi tersebut sama halnya model inrestriaed. yAR puncak reseri pun dicapai pada periode yang sama, yaiiu pada periode ke_4 setelah tedadinya shock pada perekonomian. perbedaan yung -unaui adalah adanya perbedaan yqriqnsi (nouinal) daerch dan fluktuasi efek kebijakan yang le6ih besar -respon dibandngkan dengan model sebelumnya. Adapun efek suku bungu t"rtiaCap peningkatan
DisparitasEfek Regional&Faktm PerentuTransmisiKebijakn MoneterDaefah
harga-harga dan nilai tukar memiliki efek yang sama dengan model unrestri.ctedV AF, dimanate4adi Price Puzzle akerl.tetapi tidaklrrjadi Exchange rate puzzle Pada model yang kedua ini terlihat ada perbedaan pada tingkat puncak resesi, pada kelompok Pulau Jawa, secata keseluruhan daerah - daerah yang berada di Pulau Jawa mengalami resesi terendah pada periode ke-4 setelah terjadinya shocl sedangkanpada Pulau Sumatera sangat berva asi, walaupun secara umum puncak reses'i t€rjadi pada periode ke-6, hal ini terjadi pada daerahAceh, Riau SumateraBarat, Jambi dan Lampung. Propinsi Riau dan Aceh pada model transmisi moneter yang kedua ini temFta menjadi daerah yang kurang s€nsitif, dalam arlian output daefth mengalami nilai kontralGi Fng terendah dibandingkan dengan l1 propinsi lainnF, hal ini berbeda dengan model yang awal dimana Riau bereaksi secaracepat dan mengalami kontrcksi yang tinggi (kedalaman resesi tinggi), adapun tingkat kecepatan reaksi dari Riau dan DI Aceh sama halnya dengan model sebelumnya lebih cepat mencapai puncak resesi (efek maksimum dari kontraksi moneter) dibandingkan dengandaerahlainnya , Daerah Sumatera Barat dan Sumatera Selatan merupakan daerah yang tidak responsif terhadap kenaikan suku bunga,Padamodel kedua yang memasukkan efek interegional feedback tidak senutifnya kedua daerahini makin kentara,dimana dimana pada model ini baik Propinsi Sumatera Selatan maupun Sumatera Barat, bereaksi positif terhadap kenaikan suku bunga pada 3 peiode pertama setelah shock, reaksi daerah Sumarera Selatanlebih signifikan dibanding Propinsi SumateraBaEt. IIL 5. Perbedaan Model Restrtded d?JoAnrestricted Perbedaanrespon seldor riil daerah terhadap kebijakan moneter juga dapat terlihat dari model yang dipergunakan,dimana terdapat petbedaanantaramodel yang mengakomodasi efek feedback dari daerah lain (model restricte.d y AR) dengan model pertumbuhan daerah yang dianalisis secaraterpisah dan independen antara satu daerah dengan daerah yang Iain (ulreslricled- VAR) Zscots(lRF) Subsetfor aloha= .05 lukey HsD
a
REGION jakarh jatim
2
N
FDar lsleng yogya sumrl laftEfig bengkulu sumbar jambi acen dau sumsel Sio. Means for groupsin hornogefteoussubselsare displayed. a. Us€sHamonicMeanSamoleSize= 6.000.
6 6 6 6 6 6 6
6 6
6
6 6
-.4423563 -.634S942 -.5550185 -.437688a -.3701644 -.1924939 -2.8E42 4.66E-02 .1024536 .1092587 .4634984 .5708670
6
_158
.4634984 -5708670 1.768s1s1 .254
RizalAdi Prirna,S.EdanDR. Ir. Nining I. Soesilo,MA
Tingkat variasi clari efek kebjjakan antara model yang restricted dengan model yang wtesticted terlihat berbeda'" ini terlihat dengan menggunakan pengujian stasistik dimana secara statistik model restricted VAR memiliki tingkat sensitivitas yang bervariasi, hal ini ditunjukkan oleh nilai pegujian ANOVA yang menunjukkan bahwa dsngan tingkat keyakinan sebesar 95 % maka Ho (hipot€sa bahwa tqdapatnya yariasi yang berbeda antar daerah) tidak dapat ditolak, hal ini berarti terdapat variasi efek mekanismetransmisi daerah yang berbeda secarasiginifikan pada beberapadaerah yurg diobservasi,hal ini dapat dilihat dari hasil analysk ofydriance di atas Dimana terlihat bahwa terdapat perbedaanyang dignifikan dari variasi efek mekanisme kebijakan moneter transmisi daerah pada daerah Aceh, Riau dan Sumatera Selatan dibandingkan dengan l0 propinsi lainnya yang diobservasi. Perbedaanyang terlihat ke tiga propinsi te$ebut tidak semuanyasignifikan, hanya Propinsi SumateraSelatan yang sangat signifikan memiliki varian respon yang berbeda, sedangkanpada Propinsi Riau dan Aceh merniliki varian yang mncu, dimana variannya berada di daerah kelompok I maupun II .Padamodel unrcsticted YAF. secarastatistik tidak dapat dinyatakan adanya perbedaan variasi dari efek kebijakan moneter terhadap tingkd. output daerah pada 13 propinsi yang diobervasi temyata memiliki pola yang sama (analisis menggunkaan metodelsuskal Wallis, karena data tidak teerdistribusi secaranormal)". Perbedaansecam statistik dari efek kebijakan moneter pada kedua model VAR ini menjadi dasar bagi hipotesis adanya efek variabel bebas lain yang dapat mempengaruhi respon dari daerah terhadapkebijakan moneter, selain pengaruhkebijakan moneter itu sendiri. Dalam tulisan ini akan berusaha dibukikan bahwa efek interaksi daerah, dapat mempengaruhi seberapabesar output daerchdapat merespon kebijakan moneter. Untuk membuldikan hal tersebut efek intenegional feedbaci ini akan diperlihatkan dengan mempergunakanmekanisme varians dekomposisi baik pada Pulau Jawa maupun pada Pulau Sumatera Trbel 7. Rogional Variance Decomposition @ulau Sunatera) Cnsed bY Shock to
Y. ol
Surul Sumbar Rltq J.mLt B3$gLulu Surllsd
8.2-31,43 20.65- 2:2.54 0.04- 0.16 0.313- 0.492 0_245- 4.532 - 0.t 0.013
0.00035- 0.24 2.2t - 6.4 0.8-5 0.007- 0.21
Sumut S[mbrr Ri.n Jrr[bl Bengkulu Sutrlsel
4.77- 34.O75 7.76- 33.83
8 - ? 3- 3 4 . 1 5 t4 -43 -3&226
of
0.002{.364 o.45- 3.54 0.02- 0.163 0.324-
0.16- 2.88
3.01-34
4r.a - 48,47 30.52- 32-43
2.87- 8_96 0.86- 5.92 0.029-0.3
0.128- 0.411 0.25- t.O3 0.0m18- 0.037
4.59- 41.52 2.44- 44.32 0.03- 0.44 2.24- 3.64 0 . 7 1 .1 . 5 1
[email protected] 25,M.38,51
0.2- 0.5
0.0027.0.028 23 - 4.49 0.84.3.74 o.o2-o.t'13
r0Analisis variansdilakukant€rhadapvariasinilai rcsponIRF padaperiode -6 pada I I 3 daerah " lampiran
DisparitasEfek Rwional &Faktor PenentuTransmisiKebUakanMoneterDaerah Ttbel 8. Regional Variance D€oomposition (Pulsu Javrs)
4.ll. of
Jnt€ng J.tim
0.85- 1.94 12.'t324.61 2.08-8.3 o.5- r.24
0 . 9 4- 1 . 8 8
12.6- 22.3 7.85-14 .66 1 . 7- 2 _ l
t.o3- 2.32 11.93-24.55
2 .45.4 .A | .26-2 .46
Tabel di atas mernperlihatkan adanya efek interaki antar daerah yang cukup siginifikan dalam menentukan tingkat output daerah di 13 propinsi yang diobservasi. Dari hasil analisis dekomposisi varians dari model restricted YAR maka dapat dinyatakan bahwa secararata rata di 13 propinsi tersebut0.0286 % - 9l ,89% . Tabel9. FaktorPenentuPenumbuhanDaerah Frklor penentu
Propinsl
Sumut Sumbar Riau Jarnbi Bengkulu Sumsel Lampung Jakarta Jabar Jateng Jatim
0.0'779- O_240/.
0 . 1 1- 0 . 0 3 % 0.0706-0.0't40/o 0.1-0.26./. 0.086- 0.r64% 0.t4 - 0.660/. 0.02a6-0.060/o 0.46- 0.93% o.44-O.73% 0.28- 0.6% o.45-0.9t 6/. 0.31- 0.61
14.48-49.56y6 8.17- 51.930/o 16.614- 89.49% t3.49-',t'.07r/o 24.35-79.11% t0.63-91.89% 5t.l-89.96/6 16.33- 34.83% 27.033- 48.50/o 7.93- t1.95% t7.55- 37.47yo 18.11- 42.21
Dari tabel 9 di atas dapat terlihat bahwa faktor moneter memiliki kontribusi yang relatif lebih kecil dalam menjelaskan forccast en'or yariance dai pertumbuhan daerah, sedangkan faktor non moneter lebih m€miliki peranan yang besar, dimana di daerah kontribusi faltor non moneter dapat menjelaskanmimimd sebesar10,63 % pada periode ke-l hingga maksimal91,89% pada periode ke-10 , pertumbuhandaerahbJik nital yang terkecil maupun terbesar dari kontribusi faktor non monet€r terdapat pada daerah SurnateraSelatan. Sedangkanfaktor moneter memiliki kontribusi di seluruh daerah yang diobservasi besarannyaberada dibawah l%, yairu berkisar di antara 0.0286 % hingga 0.93 0 . Dari tabel diatasjuga dapat ditarik kesimpulan bahwa di pulau Jawa efek
Rial Adi Prirna,S.Edan DR. Ir. Nining I. Soesilo,MA
Analisit lrariance decoaposition menunjukkan efek interaksi antar daerah sangat kuat, selain itu dari analysis of variance dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil impulse responsefunction dari hasil analisis resticted VAF. derlpan (htrestricted VAR dimana model Restricted V AR dapatlebih menunjukkan adanyap-erbeclaan respon daerahterhacl,apkebijakan moneter. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa disparitas efek regional dari mekanisme transmisi moneter antar daerah lebih terlihat apabila model yang dipergunakan mengakomodasiefek interaksi antar daerah, dibandingkan model yang dianalisis secara terpisah, kedua hal di atas menunjukkan bahwa faktor interaksi cukup dominan dalam m€njelaskandisparitas efek daerah lll,6. D*ruinan
Dispa tasResponse duri Perekonomian Daerah
Bagian ini akan membahasfallor faktor yang menjadi determinan dari adanyaefek yang berbeda dari kebijakan moneter pada output daemh. Seperti yang t€lah dikemukakan ddarn Bab II terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efek mekanisme fansmisi moneter yang berbecladi daerah-daerahdi Indonesia. Dalam menentukan variabel yang menyebabkan adanlr perbedaan efek kabijakan moneter tenebut, penulis membentukbeberapamodel altematif sebagaiberikut : III.6.a Model C/oss sectirn I Model Cross section yang pertamaberupayamelihat determinanperbedaanrespon daerah dari tingkat sensitivitasnya,karena secararata{ata tingkat maksimum resesi dicapai pada selang waktu 6 periode setelah tetjadinya shock, maka nilai IRF pada periode tersebut menjadi variabel dependen dari model inir2 Enam bulan setelah teqadinya shock dari kebijakan moneter, secam ruta-rata titik pada p€riode ini adalah titik dimana perekonomian daerah mencapai titik resesi terendah, titik ini adalah reversio poitlt dimana tingkat output r )lai kembali meningkat kembali kembali ke arah tinskat perekonomianpada awal sebelumteDadinya sroc&. IIl.6.b. Model Cross seclioa II Pada model yang kedua, variabel dependen yang dipergunakan adalah besamya total kerugian dari perekonomian daerahdi 13 propinsi, selamaterjadinya resesi sebagaiakibat dari kebijakan moneter yang kontraktif, sesuai dengan hasil dari impulse response function yal]'g memperlihatkan efek kebijakan moneter terhadap sektor riil daerah berkurang dan hilang sama sekali pada periode ke-20, variabel dependen ters€but merupakan penjumlahan dari nilai deviasi output daerah dari initial value of output selama20 bulan , Model Cross section baik Cross section I maupun Crosr .!ect on II) yang dikembangkan di bawah ini merniliki dua variasi, yaitu model yang pertama adalah model yang mernasukkan efek trade antar daerah (model I dan model 2), dan model lrng 12Hal yang sama dilakukan oleh Cartino dan Defina(1998)at3n tetapi di Amerika serikat penelitian menunjukkanefek maksimumdicapaipadaperiodeke detapandan sembiian,yang secamrata-rrta dicapai pada9 periode,makaperiodesembilanmenjadil"riabel dependendari Crors s€ctioD
DisparitasEfek Regional&Faktor PenentuTransmisiKebijakanMoneterDaerah
memasukkanef€k proporsi kedit bank kecil di daerah (model 3 dan model 4), Analisis Cross section juga mernbedakan hasil estimasi dad IRF yang berasal dari model unrestricted VAR (model I dan3) dar'rnodel Restricted I.ARQ dan4). III.7. Pembabasan Hasll Crosssectiort Padabagian ini akan dibahasvariabel yang mempengaruhiadanyaperbedaanrespon dan tingkat sensitivitas sektor riil di daerah terhadap perubahankebijakan moneter , dalam pengujian beberapa model maka kita dapat memperlihatkan beberapa fakor yang signifikan sebagaidetenninan difere tial regional elfect. Model I dan 2
IRF =a + Bind.migas+ BIndMix + BSFirm + BNX + BTrade + e Model 3 dan 4 IRF = a + Bindmi.x
+ pindmigas
+ BNX + pLoan + B Sfirm + t
III.7.a. Hasil Analisis Cross-sectionr3 Tsbel 10,HasilCrosssectionI
indmix indmigas
nx trade
(0.1069) -0.000966 (0.0466) 0.001743 (0.0053) (0.047t ) J,z6E-ut (0.m88) {.000192 (0.6602)
(0.0733) 4.000895 (0.0557) 0.001369 (0.0r49) -1.85E-05 (0.0313) 4.60E45 (0.086s) {.000109 (0.1916'
loan Rsquared AdjRsquared
0,891719 0,814376
0,811869
(0.0195) 4.000950 (0.0151) 0.001680 (o.ool2) -1.68E45 (0,0151) 2.12845 (0.2s31'
(0.0088) -0.000877 (0.0r06) 0.001316 (0.0020) -l.82E-05 (0.0048) 3.52E-05 (0.0461)
{.00295 (0.0426)
{.003230 (0.0168)
0.897958
0,920558
Trb€l I l. Hasil Crosj secrio, II
(0.1934) i.017851
(0.001) indrnigas sfirm
0.017231 (0.002) -6.37E{5
(0l0$)
(0.0318) 0.00978 (0.r4e3) 4.001274 (0.8524) 4.000351 (0.0133)
(0.0060) 4.01?733 (0.0003)
Q.Dns, 0.009832
0.01?385 (0.0m5) -5.9?E{5 (0246D
{.000949 (0.8889) 4.000348 (0.0139)
13Angka yang diluar talda kurung adalahnilai koefisien dari variabtebebas
(0.1480)
Rial Adi Prina, S.EdanDR Ir, Nining l. Soesilo,MA Tabel ll. (lanjutan)
Rsquared Adjtuquared
Mod€l3
Mod€I4
4-00065 (0.0037)
0.000747 (0.068r )
4.023251 (0.0704)
{.011102 (0.666)
0.889532
0.s5'7563
0 0.558914
UI.8. Anallsls Hasil Cross-Section-Restricted dan Unrestrtded VAR Hasil analisis Cross section memperlihatkan bahwa ada beberapa variabel yang secara signifikan menortukan tingkat responsivitas dan sensitivitas output daerdt terhadap perubahankebijakan moneter Keempat model padamodel Cross sectioz I dalam menjelaskanperbedaanefek kebijakan moneter terhadap tingkat pertumbuhan output daemh temFta memiliki tingkat level oJ conJidenceyatgtinggi, dimana kedua model dapat menjelaskankedua variabel dependen yang menjadi indikator perbedaanefek kebijakan moneter dengan baik, hal ini ditandai dengan tingkat R squared yang tinggl masing-masing 89% bagi model I dan 2, dan Adjusted R squared masing masing 82 yo, dar. 84 yo. Sedangkan bagi model yang 3 dan 4 memiliki R squared 94 %odan95 o/o Sedangkan(tabel l1) merupakanmodel yang samadengantabel yang pertamahanya saja, variabel independenberbeda,tabel yang kedua memperlihatkan perbedaanbesamyaefek pefubahan kebijakan moneter terhadapkebijakan moneter terhadap tingkat output daerah secarakeseluruhan(variabel pada tabel yang pertamahanya meerpresentasikanperbedaan efek kebijakan monet€r antar daerah pada periode dimana rata-rata dareah mencapai tingkat resesi yang maksimum) model yang dikembangkan sama dangan model Cross section | (label l0) model ini memiliki tingkat kepercayaanyang cukup tinggi, yaitu 90.1 % dan 95.3Vo(1) dan (3) sena 74,2o/oba$ model (2) dan (4) . Dari hasil analisa Cross ,tection terlihat bahwa pada model yarg pertama kemampuanmodel menjelaskan variasi variabel independor pada keempatmodel cukup baik dan mercta (q.djustedRquared ydrrg merata sebesar807o), akan tetapi pada model Cross sectiorr II terdapaXperbedaanyang signifikan antara model yang mengakomodasiefek interaksi antar daerah dengan model yang dianalisa secara individual, dimana adjusted R squared model Restricted l/AR sangatrendah. Hal ini menunjukkan bahwa pada model yang memasukkanefek int€raksi daerah variasi totsl loss of output di Pulau Jawa dan Sumateratidak mampu dijelaskan dangan baik oleh variabel-variabel dalam model. Artinya dengan mengakomodasi interaksi antar daemh,masih ada variabel bebaslain yang harus dimasukkan untuk dapat menjelaskanvariasi /otal loss ofoutput di daer^Analisis pengujian pelanggaran asumsi yang dilaLrkan pada kedua model tercebutjuga menunjukkan kedua model tersebutmerupakanBest Linear UnbiasedEstimation (BLUE) Pada (tabel l0 dan 1l) di atas dapat ditetapknt bahwa pada 13 daerah tingkat l di Indonesiadi Pulau Jawa dan Sumat€ra,variabel yang mencerminkat share output indrusiJ-i manufaktur terhadap PDRB (Indmix), variabel loan (proporsi kedit bank kecil terhadap
Dsparitas Efek Regional&Faktor PenentuTransmisiKebijakanMoneterDaerah
total kedit di daerah) dan variabel Slrz (konaibusi perusahaanbosar terhadap PDRB) secarasignifikan berhubungannegatif dengan variabel dependen, hal ini berarti ketiga variabel ini berpengaruh positif terhadap sensitivitas sekor riil di daerah, sedangkan variabel lainnya memiliki efek yang menyebabkandaerah cendenrngtidalJrelatif kurang responsif terhadapperubahankebijakan moneter. lll.8.a. Indastry Mix Tingkal industry nrx mencerminkan kontribusi industri pengolahan lerhadap perekonom'ian daenh, tingkat kontribusi industri yang tinggi akan menyebabkan perekonomian daerah akan lebih responsif terhadap kebijakan kenaikan suku bunga, hal ini dikatenakan industri manufaklur merupakan sektor ekonomi yang fultetestse sitive, produk sektor industri pada umumnya merupakan batang durable, yang tingkat permintaannya akan sangat dipengaruhi oleh opportunity cost dalam memegang uang, keputusan masyarakat untuk mengkonsumsi didasarkan pada nilai rctum dari investasi dari barang tahan lama tersebut dibandingkar dengannilai investasi di pasaruang. Dengan kenaikan suku bunga, maka opportunity cost of hold@ money akm meningkat, S€lain itu kenaikan suku bunga juga dapat mcmpengaruhiproduksi dari sisi penawarar:, industri manufaktur adalah seklor industri yang padat modal dan sangatbergantungpada alat produksi yang memiliki tingkat kapitalisasi yang tinggi, akibatnya industri akan sangat bergantung pada investasi fisik dan modal, keduanya akan sangat terpengaruh secara negatif oleh kebijakan moneter yang kontraktif, kedua hal ini akan mendorong penurunanpermintaan sekaligus penurunantingkat penawarun,fibatnya proses Foduksi produk industri manufaktur akan mengalami stagnasi,dan perekonomian;ang didominasi oleh sektor industri manufaktur akan mengalami efek kontraktif yang lebih besar dibandingkan dengandaerahlainnya Pada seluruh model Crcss section variabel ini memiliki hubungan )'ang negatif, hal ini bsrarti semakin besar share industri terhadap perekonomiar daerah, akan menyebabkan daerah t€rsebut akan semakin terp€ngaruh oleh kebijakan kontraktif', baik dari sisi puncak resesi maupun dari tingkat kerugian total selama 20 periode. Dari sini kita daPat menyimpulkan bahwa proporsi sektor industri terhadap perekonomian daerah akan berpengaruh pada tingkat kedalaman rcsesi (depth) maupun dari sisi Iamanya resesi . Hasil analisis juga membuktikan bahwa baik pada model yang mengakomodasiadanl'a efek interaksi daerah maupun analisis secaraindividual, variabel ini secarasignifinifikan menyebabkan adanya perbedaan respon antar daerah terhadap perubahan kebijakan moneter III.8.b. Industri Migas Variabel indmigas yang menrpakanslarc dai output sektor industri minyak dan gas dan penggalian di daerah terhadap PDRB, mencerminkan seberapabesar seLtor ini memiliki kontribusi terhadap output riil daerah, secarasignifikan variabel ini berhubunganpositif dengan variabel dependen baik pada model Closs ;ection yang pertama maupun yang ro Haf ini dikarenakan\ilai dai, dependentvdrioble tidak dinyatakandalam nilai absolut, nilai dari dependentvariable yang menyatakanadanyaresesi bemilai n€gatif, sehinggadengan hubunganyang negatif, artinya peningkatanstdre industri manufdkturpadaPDRB akan meningkatkannilai negatif dari dependenlvariablc y,xgberarti meningkatnyatingkat resesi
28
RizalAdi prirna,S.EdanDR.Ir. NiningI. Soesilo, MA
kedua hal ini berarti variabel ini merniliki efek negatif terhadap sellsitiitas output, artinya semakin besar konh-ibusi sektor pertambangan dan penggaiiut pada pendapatan daerah, maka daerah tersebut cenderung kurang responsif ierhiiap keiilatan moneter. Hal ini dikarenakan kebijakan moneter yang kontraklf seperti yang cliperlihatkan pada impulse responsefunction da/. rlrndel VAR akaD mengahbatkan opporiuniry co$ d;lam melakukan kegiatan eksplorasi sumber daya alam akan meningkat, il;l ini m;gahbatkan adanya peningkatan kegiatan operasi, daerah yang didominasi oleh sektor industri migas kemudian akan mangalami ekspansi output secara keseluruhan, akibatnya efek dari kebijakan moneter lang kontraktif terh adap output menjadi kurang efektif dan relatif kecil,&urang signifi kan llr.8.c. Trade V.aaiabeltrade metcerminkan tingkat konsumsi daerahterhadap barang yang diprodulci oleh ke 12 daerah lainnya yang merepresentasikantingkat lnteraksi Oaerahtersebut dmgan daerah lainnla melalui per{aqangan antar daerah. Owyang dan Wall(2002) menunjukkan adanya tuansmisi efek kebijakan moneter antar daerah melalui transmisi pendapatan,,darihasil analisis Cross section dari model unrestricted y AR dn restricted VAR dapat disimpulkan bahwa variabel ini pada keempat model tidak signifikan dalam menjelaskankedua variabelindependar, artinya pada keempatmodel tersebut,tidak dapat drputuskan apakah variabel perdagangan antar daerah menyebabkan daerah menjidi kurang responsif atav mertingkatkanresponsifitas terhadap k;btakan moneter. Hai ini cukup mengejutkan, karena baik model yang pertama, ataupun model yang rnengakomodasiefek antar daerahmenunjukkan variabel tercebuttidak signifikan, h;l in'; tidak konsisten dengan analisis ,/arionce Decomposition yang meriunjukkan efek interal$i antar daerahyang sangatkuat. Hal menunjukkan bahwa interaksi antar daerahdi Indonesiatidak dapat ditunjukkan oleh inteftegianal trade, sangatberlainan dengan kesimpulan yang dihisikan oleh Owyang dan Wall (2003) dimana dapat disimpulkan adanya iorelasi yang positif antar; interregional trade denganinteraksi antaradaerah T[lisan ini menunjukkan bahwa memang terdapat fansmisi efek kebliakan moneter melalui tingkat pendapatan seperti yang telah dipe ihatkan oleh anilisis Variance Decomposition, akan tetapi jalur hansmisi tersebut tidak melalui perdagangaa antar daerah,interaki antaxadaerahdapat melalui variabel lain seperti pergerakantenagakelja antar daemh(migasi) atau faktor tingkat kedekatanketerkaitan secaraspasial. lll.8.il, NX (Trade balarce) Variabel NX mencerminkan tingkat intensitas daerahdalam melakukan perdaganganluar negeri, variabel ini mencerminkan trade balance dari daerah tersebut, variabel ini daoat menjelaskan adutya evhange lqte channel dari transmisi kebijakan moneter, variaLel pada model (l) dan (3) , akan tetapi signifikan paclamodel yang ke lX jidak signifikan (2) dan (4) (tabel l0) Pada_model yang menjelaskan perbedaan total loss of output ya\g dialami daerah, variabel NX bemilai signifikan pada keempatmodei. Hasil dari Model yang menganalisis perbedaansensitivitas efek kebijakan moneter (tabel l0) variabel NX hanya signifikan
DisparitasEfek Regional&Faktor PenentuTransmisiK€bijakanMoneterDaerah
pada model yang mengakomodasi efek interregional feed.back (restricted VAR model) pada model Cross section yang peftama ini variabel trade balance merniliki hubungan yang positif dengan variabel dependen, hal ini berarti daerah dengan tir.gkat bode balance yang positif akan memiliki tingkat maksimum resesi yang Iebih rendah dibandingkan dengandaerahyang merniliki ftade balancelebih rendah, daerah.yanglebih berorientasi ekspor akan memiliki tingkat kedalamanresesi yang lebih rendah,"( variabel ini signifikan pada model yang mengakomodasiefek interaksi antar daerah.) Signifikannya variabel NX pada model yang menjelaskanperbedaantotal lossof output pada ke-empat model (tabel ll) menjelaskan bahwa exchange rate channel dtpat berakibat pada jangka panjang, pada model yang tidak mangakomodasiadanya interaksi antar daerah (Cross seaion II) kenaikan suku bunga akan mengakibatkan daerah yang berorientasi €kspor akan lebih sensitif, daerahdenganekspor yang tinggi akan mengalami resesi dalam jangka waktu yang Iama (persistensitinggi). Hal ini sejalan denganhasil yang dikemukakan Georgepolous(2001)16yang menganalisis efek perubahan suku bunga pada output riil di daerah dan analisis sektoral pada perekonomian Negara Kanada dimana ekspor memilih efek yang posiiif pada tingkat sensitivitas, alasannya adalah kebijakan moneter yang kontraktif, dapat mengakibatkan capital inJlow sehingga mendorong apresiasi rupiah, sehingga harga output produksi indonesia akan menjadi relatif kurang kompetitif di pasar intemasional, daerah yang output produksinya berorientasi ekspor akan mengalami penguftmgan produL:si dan penwunan output yang tinggi, sehinggadaerahini akan mengalami resesi dengantingkat pffsistensi yang tinggi (angka waktu lama) Akan tetapi pada model Cross section II (tabel l'l) terlihat bahwa model |ang mengakomodasiefek regional (model 2 dan 4) akan tetap memiliki efek lang positif, hal ini dapat dijelaskan derrgan adanya efek pvd,agangan antar daerah yang dapat mengeliminasi efek berkurangnya permintaan barang ekspor terhadap pertumbuhan output denganabsorbsidomestik. III.8.e. Sfzz (Proporsi Pekerja di Industri Besar) Vfiabel Sfm mcrcpresentasikan admya Credit channel di daerah, vanabel Sfrm merupakan prory dari proporsi jumlah perusahaankecil di daerah, Ca ino dan Defina (1998), Owyang clan Wall (2003) Amold dan Vrugt (2002), Georgepoulus(2001) menyatakan bahwa semakin besar proporsi perusahaan kecil di daerah maka daerah tersebut akan semakin sensitif terhadap perubahan kebijakan moneter, hal ini mencerminkan broad credit channel, dimana perusahaanbesar dapat mengurangi efek berl
30
RizalAdi prima,S.EdanDR.h. NiningI. Soesilo, MA
Hasil.analisis Cross section pada seluruhmodel yang dianalisis menyatakanbahwa tidak sesuai dengan teori, temyata S/nz berhubungannegatii yang berarti semakin banyak por.si t_enagak"tl" y-g bekerja pa
DisparitasEfek Regional&Fsktor Pen€ntuTransmisiKebijakanMoneler DaeFh
IV. KESIMPULAN Efek Kebijakrn Motret€rdi Dacrah IV,l. Perbedaan Tulisan ini berusaha untuk memperlihatkan efek sioc& dari kebijakan moneter terhadap kontraksi tingkat oulput daerah.Dari hasil penelitian terhadap 13 daemh tingkat I yang diobservasi dapat disimpulkan bahwa resesi yang tedadi pada daerah sebagaiakibat dari kebijakan moneter bervariasi baik dari segi besaran nil2tr output pada titik maksimum resesi (tingkat kedalaman terjadinya resesi) maupun dari banyaknp periode resesi yarg dialami oleh daerah sebelum perekonomian di daerah dapat kernbali ke tingkat pertumbuhan ekonomi semula, sebelum tedadinya shock de[i kootraksi kebijakan moneter. W.2. Efek Interaksi Daerah Selain membuktikan adanya efek mekanisme transmisi moneter yang berbeda di tingkat regional (daerah tingkat I) dari analysis of variance dapat disimpulkan bahvr'aterdapat perbedaanantarahasil impulse responsefmction dai hasil analisisresticted YAR dengar. unresticted YAR dimma model restricted I/AR dspat lebih menunjukkan adanp perbedaanrespon daerahterhadap kebijakan moneter, dari sini kita dapat menlmpulkan bah\va disparitas efek regional dari mekanisme transmisi moneter antar daerah lebih terlihat apabila model yang dipergunakan mengakomodasi efek intemksi antar daerah, dibandingkanmodel yang dianalisasecaraindividual. IV.3. Determlnan mekanism€transmisi moneter daerah Analisa terhadap mekanisme transmisi moneter di daerah dalam penelitian ini memperlihatkan behwa perbedaan tingkat sensitivitas perekonomian daeah terhadap kebijakan moneter yang kontraktif dapat disebabkan oleh perbedaan karaliteristik perekonomian daerah,sesuai dengan yang dikemukakan oleh Carlino dan Defina (1998), Amold (2000),Amold dan Vrug (2002)danOwyangdan Wall (2003). Sektor manufaktur dan industri minlak dan gas terbuldi memiliki efek yang signifikan dalam menentukan adanya perbedaan responsivitas dari daerah dimana sekor manufaltur berhubungan positif dengan sensitivitas sedangkan sekor migas berhubungannegalif terhadap sensitivitas output daerah tefhadap kebijakan moneter yang kontraktif. Trade Balance, Dari hasil analisis c/osi section dapat ditunjukkan bahwa dengan mempergunakan model peftama (unresfticted VAR) daerah dengan tingkat trade balance yang positif akan memiliki tingkat maksimum resesi yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah yang memiliki trade ba[ance lebih rendah, artinya daerah yang lebih berorientasi ekspor akan memiliki tingkat kedalaman resesi yang lebih rendah Akan t€tapi apabila menggunakan model restricted VAR yang mengakomodasi efek interregional feedback perdagatgan antar daerah terbukti efek dari kontraksi moneter berakibat positif (tingkat persistensi resesi daerah yang berorientasi ekspor lebih rendah dibanding yang lain) dapat disirnpulkan bahwa perdagangananlar daerah dapat mengeliminasi efek bakurangnya permintaan barang ekspor terhadap pertumbuhan odpat di daerahtersebut sebagaiakibat terapresisinyarupiah, denganabsorbsidomestik
RizalAdi prima,S.EdanDR.Ir.NiningI. Soesilo, MA Broad credit chsnnel. 'lidak dapat dibukikan dalam tulisan ini, walaupun pen€litian-penelitian sebelumnya menunjukan tingkat signifikansi yang tinggr dari jalur mekanisme hansmisi ini. Analisa yang dipergunakan adalalianalisa diagregat, pada tingkat regional. penjelasanyang logis dari fenomena ini adalah perkembanganpasar finansial dan lernbaga keuangan bukar bank yang tidak msrata_di alasan lainnya adalah kemungkinan adanya sistern cabang _daerah, \Dranch) drmana perusahaan daerah tidak memiliki kewenangan melakukan perpindahan/penyesuaian lsedit dari kredit perbankan ke pasar finansial, dan lernbaga keuangan lainnya. Hal ini menyebabkan efek mekanisme transmisi melalui broad credit channel tidak dapat dibuktikan efeloya terhadapperbedaan efek mekanismetransmisi moneter di daerah Bank lending channel. Daerah dengan proporsi kedit nya didominasi oleh pqbankan besar maka besaran pertumbuhan keditnla akan kurang sensitif teftadap kebijakan moneter dalam model Cross- section yang digunakan dalam skirpsi ini, perunan bank size dapat dibuktikan secara empirislahwa daerah dengan besamp shqre loan dari bank kecil (dalam hal ini variabel yang dipergunakan adalah BPR) terhadap total kedit perbankan umum di daerah merniliki hubungan yang negatif dengan sensitivitas sektor riil di daerah terhadapkebijakan moneter, terlepas dari permasalahanpada struktur perbankan di Indonesia,dimana sistembank branching menyebabkankeputusanpemberian kedit bersifat sentralistis dan terintegasi. proporsi kedit Bpi{ pada total lcedit di daerahyang berpengaruhsignifikan pada sensitivitas selain karena ukurannya yang kecil juga dapat disebabkanBPR tidak dapat melakukan pinjaman antar bank ftliring) akibatnya BpR akan sangatt€rpengaruh oleh kebijakan kontraksi moneter. Trad.e sebagai jalur transmisi efek kebijakan moneter. Adapun analisa Crosss?ctrb, pada model VAR pertama yang mengestimasiefek kebijakan moneter di 13 daerahtingkat I secaraterpisah maupun model VAR yang kedua (restictuA menunjukkan efek perdaganganantar daerahtidak signifikan dalam menentukan diferensiasi efek kebijakan moneter di daerah, adapun analisa Vanance decomposition pada model VAR yang kedua memperlihatkan ba,hwa efek interaksi daerahmemiliki peran yang signifikan pada pertumbuhan output, hasil tni menunjukkan pentingnya memasukkanefek perekonomian daerah iain yang berinteraksi dengandaerahtersebut untuk menganalisamultiplier effect seiagii akibat dad adanya inteftegional fedback dari keb!1-akanmoneter. Analisa statistik dengan menggunakan ANOVA menunjukkan model rertrjcted VAR (yang memasukkan interregional feedback effect) lebih dapat menunjukkan adanya variasi efek kebijakan moneter di daerah dibandingkan dengan model unrestricted VAR. Ini menunjukkan interaksi antar daerah memiliki peranan penting dalam mentransmisikan efek kebijakan moneter antar daerah, akan tetapi dalam tulisan ini tidak dapaX dibuktikan hipotesis lainnya yang menggambarkan bahwa transmisi antar daemh tersebut daDat melalui ialur perdagangan antar da erah. Terdapat perbedaanefek di Pulau Jawa dan Sumatera dimana efek Derubahan kebijakan moneter di Pulau Jawa relatif kurang bervariasj di pulau Jawa dibandingkan dengandi Pulau Sumatera.
MoneterDaerah &FaklorPsnentu TraNmisiKebijakan Dfuparitas EfekRegional
33
Dari hasil penelitian dengan menggunakan Variance decomposition dai model yang kedua (restricted VAR) terlihat bahwa faktor moneter memiliki kontribusi yang relatif 'lebih kecil dalam menjelaskan forecasts eftor variqnce d"i p€rtumbuhan daerah, sedangkanfaktor non-moneter lebih memiliki perananyang besar,. Di Pulau Jawa kontribusi faktor moneter pada shock dalri pertumbuhan daerah berkisar dari 0,28 (Jawa Tengah, periode pertarna) hingga 0.93 o/o(I.Yana' periode sembilan) sedangkan di Pulau Sumatera berkisar dari sebesar 0,0286 % (Lampung, periode sembilan) hingga 0,26 % (Jambi, periode pertama) dari hasil varu?zcedecomposilion ini dapat disimpulkan bahwa koffiibusi faktor moneter di Pulau Jawa lebih besar dalam menjelaskan component shock dai pertumbuhan daerah, dibandingkan dengan Pulau Sumatem,dari sini dapat disimpulkan bahwa di Pulau Jawa efck kebijakan moneter lebih besar dibandingkan di Pulau Sumatera
V. RX,KOMENDASI DAN SARAN Dalam analisis transmisi kebijakan moneJerdi daerah,pada tulisan ini lang dipergunakan adalah clata suku bunga, nilai tukar, dan tingkat harga agregat secara nasional' Hal ini menyebabkan efek dari kebijakan moneter relatif kurang kentara' Bagi penelitian dan studi selanjutnya mengenai topik ini sebaiknya ukuran tingkat harga yang diperyunakan adalah tingkat harga pada level disagregatseperti CPI regional sehinggaperbedaanefek dari kebijakan moneter pada pertumbuhan perekonomian daerah clapatlebih signifikan' Selain itu definisi industri manufaltur daerah yang berupa data a$egat, dapat dianalisa lebih lanjut industri yang paling mempengar.uhiefektivitas kebtakm monet€r di daerah, keterbatasan waku dan data m€mbuat penulis tidak melakukan analisis ini' Adapun dengan analisis lebih lanjut tersebut kita dapat menganalisa industri mana yang paling dominan efelcrya, dan dapat pula dilakukan studi komparatif dengan analisa yang dilakukan oleh Uhlenbrock (2000) di Ir4gris dan Peersman- Sm*s (2002) di Amerika Serikat Untuk menganalisa efek kebijakan moneter teftadap perekonomian daerah di Indonesia secara lebih komprehensit jumlah observasi Cross section dapat diupayakan lebih banyak, dalam hal ini penggunaan data 26 propinsi akan mernberikan nilai degree of freedom yutg lebih baik, jumlah data yang lebih banyak juga memberi Feluang penggunaan variabel bebas lainnya yang belum dianalisa dari model pada tulisan ini, sehingga anomali dan fenomena yang tidak dapat dijelaskan dalam tulisan ini dapat dianalisis lebih tepat danaWat. Analisa yang lebih komprehensif terhadap respon perekonomian daerah sebaiknya dikembangkanpada analisapada tingkat harg4 dalam tulisan ini hanya diperlihatkan efek tf,,thadaPti'J.gkatoutput. Pa
34
RizalAdi Prirr,a,S.EdanDR Ir. NiningI. Soesito, MA
dapat dilakukan denganmenggunakanprory yang lebih akurat terhadapkomposisi kedit bank kecil di daerah. Karena dalam tulisan ini terbul',ti bahwa terdapat interaksi antar da€rah yang efeknya signifikan, akan tetapi ticlak dapat dibulrtikan apakah transmisi efek kebijakan moneier melalui efek perdagangan antar daemh, maka sebailcrya penelitian berikutnya dapat melakukan analisis dengan melakukan pend€katan yang berb€da dari interaksi daerah, seperti pergerakantenagakerja, dan migrasi.
DAF"TAR PUSTAKA Anil K Kasyap, and Jer€my C. Stein. ,.Theimpact on Monetry policy ofBank Balance she6." Canteggie - Rochester Conference Series in pubtic policy, 1992, hal95. Arnold. J.M , Ivo and Vrugt B.Evert. .,Regional Effects of Monetary policy in Netherlands." lrremational Jownal ol Businesssnd Economics, 2002, Vol jNo 2hal.123 -t34. Armstrong,Hrrvey. Regional Economics and policy, 3th e d Oxford ; Blackwell Publisher Ltd. 2000. Arnofd,Ivo J.ltL The Regional Efects of Mo etery policy in Europe. Universiteit Nyenrode: Breukelen, November 1999. Bernanke, B, ard I. Mlhov. ',Measuring Monetary policy." g\arterly Jour at Of Economics, 199E,No I13, hal. 869-902. Carlino, G€rald and Deltna, Roberl .,The Differential Regional Effects Of Monetary Policy,"Review ofEconomics and gtatittic, hal. 572-597. Cechetti, S. "Legal Shucture,Financial Structue,and the Monetary policy transmission M€chanism" ,FRBNyEconomic policy Review,July 1999, hal. 9-2g. Christrano, J Lawrence, Eichenbaum, Martin rnd Evrns L,Charles... Monetary Policy Shocks : What Have We Leamed and to What End ?" NBER papers. Agustus1998, Enders, Walter.,4pplied Econometric Time Senes. John Wiley & Sons.Inc , 199S. Fav€ro,,4..Carlo, GirvazzirFransesco, and Flabbl. Lucca, ..The Transmission Mechanism of Monetary policy In Euope : Evidence From Bnaks Balance Sheets."NBER papersNo. ?231,Juli 1999. Frederic S. Mishkln. Ifte Economics of Money Banking and Financial Markets, sth edition, Ma$sachusetts:Addisson-Wesley, 1998. Fung,Bens C. "A VAR analysis of the effect s of monetary policy in east Asia." BIS working paperNo. 119,2002. Georgopoulus, George. Measuring Regional Efects of Mouetary policy in Canada, Departm€ntof Economics , University of Toronto, Januari 2001. Gotbchallq Jsn An introduction into the SVAR methodalogt: Identilication, interpretation and limitariott ol Syar methodJ.Institut fih Weltwirtsschaft Gujarati, Damodar. Basic Econometrics 4h Ed. Mccraw-Hill Inc. 1978.
DisparitasEfek Regional&Faktor PenentuTrensmisiKebijakanMoneterDaerah
GuisorLrA.Kashyap,RPanetta and D.Terlizzese, "Will a Common European Monetary Policy have Asyrnetric Effects ?" FRR of Chicago Economic Prespectives, 1999. Kashyap,A. snd J Stein. "What Do a Million Observations on Banks Say About the Transmission of Monel.xy Policy?" American Economic Review, Juni 1990. Mcph€rson,Sandra H, atrd Wsller, Christopher J. "Do Local banks Matt€r For The Local Economy ?" in Search of a R€gional Cr€dit Channel,"dalam Gregory. D Hess dan Eric Van Wincoop, Intranational Mccroeconomics, Cambridge: CarnbridgeUniversity Press,2000,hal. 295 - 316. Owyaug, Michael T dan Wall,Howard. "Regional Disparities in the Transmission or Monetary policy."2003. Pe€rsman and Smets. "The industry Effects of Monetary Policy in the Buro Arca." BIS 2002. Pindyclq S.Rob€ and Danlel L.Rubtnfeld, Econometric Models and Economic Forecasts 4"ed. McGraw -Hill Book Co. 1998.