DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dbr
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017, Halaman 1-11 ISSN (Online): 2337-3792
ANALISIS PENGARUH ILLUSION OF CONTROL, BETTER-THANAVERAGE, MISCALIBRATION, DESIRABILITY BIAS DAN PENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU OVERCONFIDENCE (Studi Kasus pada Mahasiswa Ekonomi & Non-Ekonomi Universitas Diponegoro dalam Pengambilan Keputusan Keuangan) Andre Kurniawan, Erman Denny Arfianto1 Email:
[email protected] Departemen Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50275, Phone: +622476486851
ABSTRACT Overconfidence is a behaviour where someone, feeling very confident about the things, ignoring unimportant factors, taking excessive risk because of their abilities. This is one of bias in behavioral finance, which is the modern financial theory that has a relation with the economics and psychological factors. Overconfidence itself affected by cognitive biases such as an illusion of control, better-than-average, miscalibration, desirability bias and education. This study will take a case study on the economic students and non-economic students through financial decision. Research population used was bachelor degree students at the Diponegoro University, and taken samples of the all-purpose 172 respondents which consisting of two categories. First, respondent against a background of economic education, and the second one is respondent with non-economics educational background. The separation of the group performed in order to know whether there are significant differences regarding the overconfidence behaviour in terms of financial decisions. The results showed that the illusion of control, better-than-average and desirability bias has a positive effect to the overconfidence related in financial decisions. Otherwise, miscalibration indicate negative effect on overconfidence behaviour. Mastery in economic and finance have a positive and significant influence to create overconfidence behavioural in terms of financial decision with the coefficient value of 0,591. Keywords : Behavioural Finance, Overconfidence, Illusion of Control, Better-Than-Average, Miscalibration, Desirability Bias, Multiple Linear Regression Analysis, Dummy Variables Test
PENDAHULUAN Perkembangan teori perilaku keuangan pada saat ini menjadi pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap orang. Kebutuhan informasi pada masa depan akan membawa manfaat dalam hal perencanaan keputusan keuangan yang tepat untuk dilakukan. Teori keuangan arus utama yang selama ini dipercaya menjadi tidak relevan dalam mengikuti perkembangan zaman. Teori keuangan arus utama menganggap bahwa dalam melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengan keputusan keuangan manusia dianggap selalu bersikap rasional dan pasar dianggap tetap efisien. Teori keuangan arus utama tersebut tidak mampu mengungkapkan adanya anomali dalam keputusan keuangan. Menurut Ritter (2003) teori keuangan arus utama memiliki kekurangan yaitu dalam hal memaksimalisasi pengharapan dari pelaku keputusan keuangan. Kemudian Ritter (2003) mengungkapkan bahwa manusia tidak selalu bersikap rasional dan pasar tidak selalu efisien. Ketidakmampuan tersebut menciptakan penelitian-penelitian baru yang menghubungkan tindakan psikologis dan pasar yang tidak efisien yang dikenal sebagai teori perilaku keuangan (behavioral finance). Teori perilaku keuangan merupakan cabang ilmu dari perilaku ekonomi dalam hal keputusan keuangan yang berhubungan dengan aspek psikologi dan aspek sosiologi (Glaser et al. 2005). Durand et al. (2013) menyebutkan perilaku keuangan berhubungan dengan psikologi untuk 1
Corresponding author
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT
Volume 6 , Nomor 2 , Tahun 2017, Halaman 2
menjelaskan fenomena yang diamati di pasar keuangan dan menyimpulkan psikologi mendasari motivasi perilaku seorang investor. Rostami (2015) menjelaskan bahwa dalam model perilaku keuangan, pelaku ekonomi tidak dapat benar-benar memperbarui ide-ide mereka. Dengan kata lain mereka menggunakan beberapa pilihan pertanyaan dan tidak konsisten dengan pemikiran subjektif yang diharapkan. Ricciardi (2000) menjelaskan bahwa perilaku keuangan mengambil dua bagian utama dalam teori keuangan yaitu pertama membahas kognitif psikologi yang menganalisis bagaimana cara orang berpikir dan kedua membahas limit arbitrasi saat pasar menjadi tidak efisien. Salah satu dari aspek yang berpengaruh dalam teori perilaku keuangan adalah overconfidence. Overconfidence merupakan aspek yang membuat pelaku ekonomi berani menanggung risiko yang akan diambil (Pompian, 2006). Byrne dan Utkus (2013) mengungkapkan dalam penelitian psikologi ditemukan bahwa manusia cenderung memiliki keyakinan yang tidak beralasan dalam pengambilan keputusan. Barber dan Odean (1999) mengungkapkan bahwa para peneliti telah menyuruh pelaku ekonomi untuk menilai kemampuan mereka sendiri dalam hal apapun misalkan dalam hal mengemudikan kendaraan, dan didapatkan kebanyakan diantara mereka menilai diri mereka diatas rata-rata dari kebanyakan orang dan hanya sedikit yang menilai diri mereka lebih rendah dari rata-rata. Pada pengujian asumsi model, overconfidence dikenal luas melalui penelitian yang dilakukan Barber dan Odean (2001) yang menganalisis tentang aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh investor. Penelitian tersebut menemukan bahwa semakin sering investor melakukan perdagangan saham maka semakin buruk hal yang akan terjadi, dan secara rata-rata investor laki-laki melakukan perdagangan yang lebih sering dari pada investor perempuan. Kemudian cara yang berbeda dilakukan oleh Ritter (2003) yang menjelaskan overconfidence dengan melakukan pengujian prediksi model pada tingkat individu. Pada penelitian tersebut dihasilkan bahwa overconfidence dapat dipandang dari tiga cara yang berbeda diantaranya (1) terlalu tinggi kemampuan, kinerja dan kesempatan untuk sukses, (2) percaya bahwa diri sendiri lebih baik dari pada orang lain, dan (3) berkaitan dengan kepastian yang berlebihan mengenai keakuratan dan keyakinan dari informasi yang diterima seseorang. Penelitian tersebut kemudian dikembangkan kembali oleh Khan et al. (2016) yang meneliti bahwa better-than-average berpengaruh postif terhadap overconfidence sedangkan illusion of control dan miscalibration tidak mempengaruhi overconfidence pada investor di Malaysia. Setiap orang memiliki perilaku overconfidence yang berbeda tergantung dari seberapa besar keyakinan yang mereka percayai dari berbagai aspek. Penelitian yang dilakukan oleh Baranava et al. (2004) mengatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pengalaman atau latar belakang pendidikan dan rentang waktu peristiwa terhadap overconfidence dan tidak ditemukannya hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat overconfidence seseorang. Penelitian mengenai overconfidence cukup bervariasi. Giardini et al. (2008) menjelaskan bahwa overconfidence juga dipengaruhi oleh bias lain yaitu desirability bias dimana disebutkan bahwa pengaruh reward dapat mempengaruhi bias hasrat yang akhirnya berdampak pada overconfidence seseorang dalam mengambil sebuah keputusan keuangan. Penelitian-penelitian yang ada menunjukkan bahwa dalam melakukan aktivitas keuangan, investor sering melakukan kesalahan yang menyebabkan kerugian yang cukup besar. Kesalahan ini terjadi karena aspek psikologis investor sendiri yang tidak terlalu diperhatikan. Pada kenyataannya kesalahan ini merupakan wujud dari perilaku keuangan yang menyatakan bahwa perilaku investor yang tidak selalu rasional. Adapun bias overconfidence tersebut memiliki beberapa elemen penting yaitu, illusion of control, better-than-average dan miscalibration. Illusion of Control menjelaskan suatu keyakinan yang mendalam tentang keterlibatan pada sesuatu dalam memprediksi hasil yang memuaskan. Better-Than-Average merupakan kemampuan dan keyakinan individu dalam menilai kualitas diri sendiri lebih baik dibandingkan orang lain. Miscalibration merupakan kemampuan individu dalam menerima sebuah keakuratan informasi. Keberadaan elemen-elemen ini perlu untuk dilakukan pengujian lebih dalam tentang ketertkaitannya terhadap perilaku overconfidence. Penelitian ini akan menambahkan satu variabel sebagai penyebab terjadinya bias overconfidence. Variabel yang akan diteliti sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan Giardini et al. (2008) yaitu variabel desirability bias. Variabel ini akan membuktikan keberadaan keinginan dari diri seseorang ternyata juga mempengaruhi tindakan yang akan mereka lakukan. Variabel yang terakhir yaitu variabel pendidikan yaitu variabel yang akan membuktikan bahwa latar belakang pendidikan yang ditempuh dapat mempengaruhi perilaku overconfidence seseorang.
2
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT
Volume 6 , Nomor 2 , Tahun 2017, Halaman 3
Adapun efek dari bias overconfidence yang paling besar dirasakan yaitu pada saat peristiwa 'black monday' pada tahun 1987 yang menyebabkan kerugian dalam keputusan keuangan. Objek yang akan dijadikan sebagai penelitian adalah pelaku ekonomi yaitu mahasiswa ekonomi dan nonekonomi universitas diponegoro yang melakukan keputusan terkait keuangan dalam hal investasi ataupun dalam hal menentukan pekerjaan.
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Seseorang yang overconfidence akan cenderung merasa mampu mengelola setiap informasi yang diterima dengan baik walaupun pada kenyataannya tidaklah demikian. Overconfidence akan membuat seseorang melakukan keputusan keuangan yang dianggapnya benar dan menguntungkan yang tanpa disadari kegiatan tersebut membuat kerugian yang besar. Seseorang dengan sikap overconfidence akan menyulitkan diri mereka sendiri karena tidak mau memperhatikan faktorfaktor lain yang dianggap tidak penting. Selain itu overconfidence juga akan mengarahkan perilaku untuk tidak mau menerima saran-saran keputusan keuangan dari pihak ekternal karena merasa mampu atau memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari orang lain. Untuk itu diperlukan adanya kesadaran akan overconfidence sehingga keputusan keuangan dapat dilakukan secara bijaksana. Penelitian ini akan meneliti kembali tentang apa saja yang menyebabkan seseorang menjadi overconfidence dalam pengambilan keputusan keuangan. Adapun yang menjadi perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah tujuan dari variabel yang dianalisis. Dimana dalam banyak penelitian membahas tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan investasi dan menjadikan overconfidence sebagai salah satu variabelnya. Penelitian ini akan mengkaji variabel overconfidence secara khusus dan detail sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi overconfidence seseorang. Penelitian ini juga akan disempurnakan dengan penambahan indikator-indikator mikro dalam diri seseorang seperti jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Bukti dari kerugian yang ditimbulkan dari overconfidence dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Barber dan Odean (1999) yang membuktikan bahwa seseorang dengan perilaku overconfidence menyebabkan frekuensi perdagangan yang berlebihan, perdagangan yang berlebihan menyebabkan kerugian yang besar pula. Seperti yang ditampilkan pada tabel 1. Tabel 1 Portifolio Turnover dan Return Keterangan Rata-Rata Turnover Setiap Bulan 20% investor pasif 0,19% 20% investor hiperaktif 21,49% Sumber : Brad Barber dan Terrence Odean (1999)
Rata-rata tingkat pengembalian portofolio 18,5% 11,4%
Pengaruh Illusion of Control terhadap Perilaku Overconfidence Illusion of Control merupakan sebuah fenomena dimana seseorang akan menjadi overconfidence ketika mereka merasa seperti mereka memiliki kontrol dan keterlibatan dengan lingkungan atau sebuah hasil bahkan ketika hal ini jelas tidak terjadi (Pompian, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Langer (1975) menjelaskan bahwa jika seseorang diminta untuk bertaruh pada dua sisi koin (kepala & ekor), sebagian besar orang akan bertaruh dengan tingkat overconfidence yang lebih besar sebelum koin tersebut dilemparkan. Namun saat koin tersebut telah dilemparkan dan mereka disuruh bertaruh, tingkat overconfidence akan menjadi lebih rendah. Orang-orang bertindak seolah-olah atas keterlibatan mereka akan sesuatu mempengaruhi hasil yang diperoleh. Hal ini jelas merupakan sebuah bias. Kemudian diungkapkan oleh Presson et al. (1996) atribut kunci yang mendorong adanya sebuah illusion of control adalah sebuah pilihan, urutan hasil, kegiatan yang pernah dilakukan, informasi dan keterlibatan aktif. H1 : Illusion of Control berpengaruh positif terhadap perilaku Overconfidence Pengaruh Better-Than-Average terhadap Perilaku Overconfidence Better-Than-Average adalah kondisi dimana seseorang mengganggap dirinya lebih baik dari pada orang lain. Lebih baik dari rata-rata disini dapat berupa kemampuan umum ataupun kemampuan seperti keterampilan mengemudi, ekpresi lisan, kemampuan untuk bergaul dengan
3
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT
Volume 6 , Nomor 2 , Tahun 2017, Halaman 4
orang lain, dan untuk mengambil tes (Benoit et al., 2008). Jika harus menilai diri sendiri dalam skala 1-10, kebanyakan orang akan menilai diri mereka 7 atau 8. Hal tersebut merupakan hal yang wajar karena sangat umum bagi mereka untuk menilai diri mereka sendiri lebih baik, meskipun pada kenyataanya hampir tidak mungkin orang-orang berada diatas rata-rata dalam kualitas yang lebih spesifik. Fenomena ini sudah sangat sering terjadi dalam literatur psikologi. Hal ini disebabkan oleh banyak alasan diantaranya; orang-orang terlalu sopan untuk mengatakan apa yang mereka pikirkan, dan orang-orang yang tidak kompeten tidak memiliki keterampilan untuk menilai kemampuan mereka secara akurat, dan bias seperti ini dianggap dapat melindungi kesehatan mental mereka sendiri. Namun bias ini juga dapat memberikan efek yang tidak baik dalam pengambilan keputusan keuangan. H2 : Better-than-average berpengaruh positif terhadap perilaku Overconfidence Pengaruh Miscalibration terhadap Perilaku Overconfidence Miscalibration merupakan keadaan dimana seseorang menerima informasi secara berlebihan dan salah mengartikan informasi tersebut atau terlalu menganggap informasi itu penting sehingga melakukan tindakan yang berlebihan pula. Hal ini dijelakan oleh Daniel et al. (1998) yang menjelaskan miscalibration atau dapat disebut juga sebagai overprecision merupakan suatu jawaban atas kesulitan investor di pasar saham. Investor yang terlalu yakin atas perkiraan informasi yang didapatkan akan bersedia untuk melakukan perdagangan lebih banyak daripada investor lain yang memiliki informasi yang berbeda. H3 : Miscalibration berpengaruh positif terhadap perilaku Overconfidence Pengaruh Desirability Bias terhadap Perilaku Overconfidence Desirability Bias merupakan kecenderungan subjek penelitian untuk memberikan tanggapan dari apa yang sebenarnya mereka inginkan. Desirability Bias akan menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat overconfidence seseorang. Dimana penelitian yang dilakukan oleh Giardini et al. (2008) menyebutkan ketika orang diminta untuk meramalkan kemungkinan kejadian di masa depan, mereka cenderung memikirkan peristiwa yang menguntungkan dengan sedikit atau tidak ada kemungkinan tujuan mereka. Desirability bias merupakan indikator untuk menyoroti keberadaan dan karakteristik dari overconfidence. H4 : Desirability Bias berpengaruh positif terhadap perilaku Overconfidence Pengaruh Pendidikan terhadap Perilaku Overconfidence Pendidikan merupakan sebuah aktivitas yang dilakukan oleh setiap individu dalam kehidupan. Pendidikan yang beragam membuat setiap orang memiliki kemampuan yang berbedabeda sesuai dengan jenis pendidikan yang ditempuh. Penelitian yang dilakukan oleh Baranava et al. (2004) menyebutkan bahwa latar belakang pendidikan dapat menyebabkan orang-orang untuk sangat percaya terhadap kemampuan diri sendiri dibidang tersebut dan menimbulkan perilaku yang overconfidence. H5 : Pendidikan berpengaruh positif terhadap perilaku Overconfidence Gambar 1 Kerangka Pemikiran Teoritis Illusion of Control Better-Than-Average Miscalibration
Overconfidence Desirability Bias Dummy Pendidikan Nilai 1 : Mahasiswa Ekonomi Nilai 0 : Mahasiswa Non-Ekonomi
Sumber : Khan et al. (2015), Giardini et al. (2008) dan Baranava et al. (2004)
4
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT
Volume 6 , Nomor 2 , Tahun 2017, Halaman 5
METODE PENELITIAN Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 5 variabel independen (bebas) dan 1 variabel dependen (terikat). Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah perilaku overconfidence (Y). Variabel Independen dalam penelitian ini adalah: illusion of control (X1), better-than-average (X2), miscalibration (X3), desirability bias (X4) dan pendidikan (X5). Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa program S1 di Universitas Diponegoro yang akan dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu Mahasiswa dengan latar belakang kemampuan ekonomi dimana yang dipilih yaitu Jurusan Manajemen Angkatan 2013-2014 Fakultas Ekonomika & Bisnis, yang memilki populasi sebesar 600 mahasiswa. Kemudian satu kelompok lagi yang menjadi populasi yaitu mahasiswa diluar Fakultas Ekonomika dan Bisnis dengan populasi dianggap tetap yaitu sebanyak 600 mahasiswa. Pembedaan pengelompokkan ini adalah untuk mengetahui perbedaan perilaku Overconfidence sesuai dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Baranava et al. (2004) yang menyatakan bahwa latar belakang pendidikan dapat membuat perbedaan perilaku Overconfidence. Keputusan keuangan sendiri merupakan sebuah keputusan yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang akan mengeluarkan atau menerima uang seperti menabung, belanja, melakukan investasi, kredit, jenjang pendidikan yang sedang ditempuh, menentukkan pekerjaan dan melakukan bisnis serta kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan keuangan. Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling, yaitu teknik sampling dengan tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sekaran, 2003). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mempertimbangkan sampel yang memiliki karakteristik tertentu. Adapun kriteria dari mahasiswa yang akan dijadikan sampel penelitian ini adalah dibagi menjadi dua sesuai dengan target populasi yang ditentukan; 1. Karakteristik Kelompok Pertama ; a) Mahasiswa Universitas Diponegoro b) Mahasiswa Jurusan Manajemen c) Mahasiswa Angkatan 2013-2014 (dengan pertimbangan kematangan emosi dan pengetahuan tentang bentuk-bentuk keputusan keuangan) Penentuan karakteristik kelompok pertama yaitu dengan alasan untuk mengukur sejauh mana kemampuan ekonomi yang dimiliki oleh mahasiswa ekonomi dapat menunjukkan perilaku overconfidence dalam keputusan keuangan. Penentuan jumlah responden yang akan ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Sekaran, 2003) yaitu ;
Keterangan ; = ukuran sampel N = ukuran populasi = persen kesalahan yang diinginkan/ditolerir (sebesar 10%), dasar penentuan tersebut sesuai dengan tingkat kesalahan maksimal yang dapat ditolerir pada penelitian ilmu sosial (Sekaran, 2003).
5
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT
Volume 6 , Nomor 2 , Tahun 2017, Halaman 6
Berdasarkan rumus tersebut dapat dihitung jumlah sampel sebesar ;
2. Karakteristik Kelompok Kedua; a) Mahasiswa Universitas Diponegoro b) Mahasiswa dengan Jurusan selain Fakultas Ekonomika & Bisnis c) Tidak memilki batasan angkatan Penentuan karakteristik kelompok kedua yaitu dengan alasan untuk membuktikan benar tidaknya mahasiswa dengan latar belakang non-ekonomi juga memilliki perilaku overconfidence dalam pengambilan keputusan keuangan. Keputusan keuangan sendiri merupakan hal yang cukup umum yang sering dilakukan oleh setiap individu tanpa melihat latar belakang pendidikan yang sedang ditempuh. Penentuan jumlah responden pada kategori dua ini sama dengan karakteristik kelompok pertama yaitu dengan menggunakan rumus Slovin dan didapatkan sampel sebanyak 86 orang. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menyebarkan kuesioner kepada korespon yang telah dipilih. Standar ukur yang digunakan yaitu skala rasio yang menyatakan nilai yang bebas dari yang paling rendah atau paling tinggi sesuai dengan keinginan yang ingin diketahui dalam penelitian. Adapun jenis skala rasio yang digunakan yaitu graphic rating scale yang merupakan skala yang dibuat untuk untuk memudahkan peneliti menentukan perbedaan dari nilai variabel (Cooper dan Schindler, 2003). Selanjutnya graphic rating scale akan mengukur tingkat kepuasan responden dari yang paling tidak setuju sampai dengan yang paling setuju. Pada jenis skala rasio ini responden akan memberikan tanda tickmark () pada sepanjang garis sesuai dengan kemungkinan jawaban preferensi. Dimana posisi tanda tickmark () nantinya akan diukur dengan menggunakan standar yang sudah ditentukan dan akan didapatkan data yang berbentuk rasio. Adapun contoh dari bentuk graphic rating scale adalah sebagai berikut; STS
SS
Keterangan; STS = Sangat Tidak Setuju SS = Sangat Setuju Metode Analisis Data Metode analisis data merupakan pengolahan data untuk mengukur adanya hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Variabel-variabel independen akan diteliti untuk melihat terjadinya hubungan yang positif atau negatif terhadap variabel dependen. Data yang telah terkumpul akan dilakukan proses penyederhanaan kedalam bentuk yang lebih sederhana sehingga lebih informatif dan lebih dimengerti. Analisis data dapat mengimpretasikan hasil penelitian dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan sehingga dapat mengungkap fenomena yang sedang dibahas. Metode analisis yang tepat sangat diperlukan agar dapat memberikan hasil yang akurat. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Uji Statistik Deskriptif, Uji Kualitas Data, Uji Asumsi Klasik, Uji Analisis Regresi Linear Berganda, Uji Hipotesis dan Uji Variabel Dummy.
6
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT
Volume 6 , Nomor 2 , Tahun 2017, Halaman 7
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Responden FEB Tabel 2 Analisis Regresi Linear Berganda Responden FEB Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Illusion of Control Better-ThanAverage Miscalibration Desirability Bias
Std. Error -3.121
3.516
.627
.119
.570
Coefficients Beta
t
Sig.
-.887
.377
.452
5.267
.000
.124
.417
4.585
.000
-.310
.150
-.151
-2.063
.042
.608
.238
.193
2.559
.012
a. Dependent Variable: Overconfidence Sumber : Data hasil olahan primer, SPSS 2017
Dari hasil tersebut apabila ditulis persamaan regresi dalam bentuk standardized coefficients adalah sebagai berikut: Y = 0,452 X1 + 0,417 X2 - 0,153 X3 + 0,193 X4 Persamaan regresi berganda tersebut menunjukkan hasil kesimpulan sebagai berikut; 1. H1 : Illusion of Control berpengaruh positif terhadap perilaku Overconfidence Hasil diperoleh nilai t hitung sebesar 5,267 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu = 5%. Nilai t hitung yang diperoleh secara absolut bernilai lebih besar dari t tabel sebesar 1,989. Dengan demikian hasil Uji Statistik t tersebut menyatakan bahwa variabel Illusion of Control memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perilaku Overconfidence. Sehingga hipotesis pertama (H1) dalam penelitian diterima. 2. H2 : Better-Than-Average berpengaruh positif terhadap perilaku Overconfidence Hasil diperoleh nilai t hitung sebesar 4,585 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu = 5%. Nilai t hitung yang diperoleh secara absolut bernilai lebih besar dari t tabel sebesar 1,989. Dengan demikian hasil Uji Statistik t tersebut menyatakan bahwa variabel Better-Than-Average memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perilaku Overconfidence. Sehingga hipotesis kedua (H2) dalam penelitian diterima. 3. H3 : Miscalibration berpengaruh positif terhadap perilaku Overconfidence Hasil diperoleh nilai t hitung sebesar -2,063 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,042 atau lebih kecil dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu = 5%. Nilai t hitung yang diperoleh secara absolut bernilai lebih kecil dari t tabel sebesar -1,989. Dengan demikian hasil Uji Statistik t tersebut menyatakan bahwa variabel Miscalibration memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap perilaku Overconfidence. Sehingga hipotesis ketiga (H3) dalam penelitian ditolak. 4. H4 : Desirability Bias berpengaruh positif terhadap perilaku Overconfidence Hasil diperoleh nilai t hitung sebesar 2,559 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,012 atau lebih kecil dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu = 5%. Nilai t hitung yang diperoleh secara absolut bernilai lebih besar dari t tabel sebesar 1,989. Dengan demikian hasil Uji Statistik t tersebut menyatakan bahwa variabel Desirability Bias memiliki pengaruh yang positif dan
7
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT
Volume 6 , Nomor 2 , Tahun 2017, Halaman 8
signifikan terhadap perilaku Overconfidence. Sehingga hipotesis keempat (H4) dalam penelitian diterima. Hasil Analisis Responden NON-FEB Tabel 3 Analisis Regresi Linear Berganda Responden NON-FEB Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 6.292
3.211
Illusion of Control
.540
.129
Better-Than-Average
.329
Miscalibration Desirability Bias
Coefficients Beta
t
Sig.
1.959
.054
.484
4.183
.000
.125
.308
2.636
.010
-.228
.160
-.178
-1.428
.157
.166
.258
.073
.643
.522
a. Dependent Variable: Overconfidence Sumber : Data hasil olahan primer, SPSS 2017
Dari hasil tersebut apabila ditulis persamaan regresi dalam bentuk standardized coefficients adalah sebagai berikut: Y = 0,484 X1 + 0,308 X2 - 0,178 X3 + 0,073 X4 Persamaan regresi berganda tersebut menunjukkan hasil kesimpulan sebagai berikut; H1 : Illusion of Control berpengaruh positif terhadap perilaku Overconfidence Hasil diperoleh nilai t hitung sebesar 4,183 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu = 5%. Nilai t hitung yang diperoleh secara absolut bernilai lebih besar dari t tabel sebesar 1,989. Dengan demikian hasil Uji Statistik t tersebut menyatakan bahwa variabel Illusion of Control memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perilaku Overconfidence. Sehingga hipotesis pertama (H1) dalam penelitian diterima. 2. H2 : Better-Than-Average berpengaruh positif terhadap perilaku Overconfidence Hasil diperoleh nilai t hitung sebesar 2,636 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,010 atau lebih kecil dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu = 5%. Nilai t hitung yang diperoleh secara absolut bernilai lebih besar dari t tabel sebesar 1,989. Dengan demikian hasil Uji Statistik t tersebut menyatakan bahwa variabel Better-Than-Average memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perilaku Overconfidence. Sehingga hipotesis kedua (H2) dalam penelitian diterima. 3. H3 : Miscalibration berpengaruh positif terhadap perilaku Overconfidence Hasil diperoleh nilai t hitung sebesar -1,428 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,157 atau lebih besar dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu = 5%. Nilai t hitung yang diperoleh secara absolut bernilai besar dari t tabel sebesar -1,989. Dengan demikian hasil Uji Statistik t tersebut menyatakan bahwa variabel Miscalibration memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap perilaku Overconfidence. Sehingga hipotesis ketiga (H3) dalam penelitian ditolak. 4. H4 : Desirability Bias berpengaruh positif terhadap perilaku Overconfidence Hasil diperoleh nilai t hitung sebesar 0,643 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,522 atau lebih besar dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu = 5%. Nilai t hitung yang diperoleh
8
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT
Volume 6 , Nomor 2 , Tahun 2017, Halaman 9
secara absolut bernilai lebih kecil dari t tabel sebesar 1,989. Dengan demikian hasil Uji Statistik t tersebut menyatakan bahwa variabel Desirability Bias memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap perilaku Overconfidence. Sehingga hipotesis keempat (H4) dalam penelitian diterima. Uji Variabel Dummy Uji Variabel Dummy adalah variabel yang digunakan untuk mengkuantitatifkan variabel yang bersifat kualitatif yang dalam penelitian ini adalah latar belakang pendidikan. Uji ini dilakukan untuk melihat perbedaan perilaku Overconfidence dalam pengambilan keputusan keuangan antara mahasiswa dengan latar belakang pendidikan ekonomi yaitu mahasiswa Fakultas Ekonomika & Bisnis dan mahasiswa NON-Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Tabel 4 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Variabel Dummy Adjusted R Std. Error of the Model R R Square Square Estimate 1 .591a .349 .345 6.07956 a. Predictors: (Constant), Pendidikan Sumber : Data hasil olahan primer, SPSS 2017
Hasil tabel 4 menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan dapat menjelaskan sebesar 34,5% dari kesuluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Overconfidence. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 65,5% dijelaskan oleh fakor kualitatif lain diluar dari latar belakang pendidikan. Variabel kualitatif lain yang bisa diteliti yaitu variabel yang termasuk dalam kategori demografi, seperti jenis kelamin, pekerjaan dan pekerjaan. Tabel 5 Uji Variabel Dummy Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients
Uji Varibel DumModel B Std. Error 1 (Constant) 25.995 .656 Pendidikan 8.856 .927 a. Dependent Variable: Overconfidence Sumber : Data hasil olahan primer, SPSS 2017
Beta .591
t 39.653 9.552
Sig. .000 .000
Berdasarkan hasil Uji Variabel Dummy pada tabel 5 dapat memberikan keterangan tentang hipotesis yang telah ditetapkan dalam penelitian. Adapun kesimpulan yang didapatkan sesuai hasil ini akan menjelaskan hipotesis kelima dalam penelitian yaitu; H5 : Pendidikan berpengaruh positif terhadap perilaku Overconfidence Hasil Uji Variabel Dummy diperoleh nilai t hitung sebesar 9.552 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu = 5%. Nilai t hitung yang diperoleh secara absolut bernilai lebih besar dari t tabel sebesar 1,497. Dengan demikian hasil tersebut menyatakan bahwa variabel Pendidikan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perilaku Overconfidence. Sehingga hipotesis kelima (H5) dalam penelitian diterima.
KESIMPULAN DAN KETERBATASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa illusion of control, better-than-average dan desirability bias pada responden yang berasal dari Fakultas Ekonomika & Bisnis memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap perilaku overconfidence terkait keputusan keuangan. Sebaliknya miscalibration berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perilaku overconfidence. Hal berbeda ditunjukkan oleh responden yang berasal dari NON-Fakultas Ekonomika & Bisnis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa illusion of control dan better-than-average memiliki
9
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT
Volume 6 , Nomor 2 , Tahun 2017, Halaman 10
hubungan positif dan signifikan terhadap perilaku overconfidence, selanjutnya desirabilty bias memilki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap perilaku overconfidence. Sedangkan miscalibration memilki hubungan yang negatif dan tidak signifikan terhadap perilaku overconfidence. Kemudian ditemukan bahwa latar belakang pendidikan ekonomi dan keuangan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perilaku overconfidence dalam hal pengambilan keputusan keuangan dengan nilai koefisien sebesar 0,591. Dari hasil penelitian ini terdapat kesamaan dengan peneliti terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini. Ejova et al. (2013), Khan et al. (2015), Benoit et al. (2008), Taylor dan Brown (1998), Giardini et al. (2008), Daniel et al. (1998) dan Baranava et al. (2004) yang dikembangkan dalam penelitian ini, terdapat kesamaan yang menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara kelima variabel independen terhadap variabel dependen. Meskipun penelitian ini memberikan sumbangan terhadap hasil-hasil yang telah dicapai dalam penelitian terdahulu, akan tetapi masih terdapat keterbatasan yang seharusnya menjadi perhatian oleh peneliti mendatang. Keterbatasan penelitian ini adalah target yang hanya dibedakan berdasarkan latar belakang pendidikan. Persebaran kuesioner yang tidak merata diantara responden yang berada dalam kategori diluar Fakultas Ekonomika & Bisnis membuat latar belakang pendidikan hanya sebagai gambaran umum bukan sebagai gambaran yang lebih spesifik. Hasil Adjusted R2 pada responden NON-Fakultas Ekonomika & Bisnis hanya bernilai sebesar 37,6%. Sisanya sebesar 62,4 masih dapat dipengaruhi oleh variabel yang lain. Adapun yang dapat dijadikan saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut; Pertama, memisahkan latar belakang pendidikan secara lebih mendetail seperti, responden dengan kemampuan ekonomi, kemampuan seni, kemampuan sains dan kemampuan spesifik yang lain. Kedua, mengembangkan target penelitian yaitu dengan menjadikan Investor sebagai studi kasus objek yang dianalisis. Ketiga, selain melakukan penelitian dalam bentuk kuesioner, penelitian pada yang akan datang perlu melakukan wawancara terhadap target yang sedang diamati sehingga dapat melengkapi penelitian pada saat ini. Keempat, Mengembangkan penelitian dengan model kausalitas yaitu dengan menggunakan uji dua arah terhadap bias-bias didalam behavioral finance pada umumnya dan overconfidence pada khususnya. Dan yang terakhir, mengembangkan penelitian perilaku overconfidence dengan model penelitian kualitatif.
REFERENSI Baranava, V., Z. Dermendzhieva, P. Doudov and V. Strohush. 2004. "How Does Overconfidence Affect Individual Decision Making." Experiment in Economics Science-New Approach to Solving Real-world Problems. Barber, Brad M. and Terrance Odean., 1999. "The Courage of Misguided Convictions." Financial Analysts Journal. November/December. No.47. Barber, Brad M and Terrance Odean. 2001. "Boys will be boys: gender, overconfidence, and common stock investment." Quarterly Journal of Economics. Vol. 116. No.1, pp.261-292. Benoit, Jean-Pierre., Juan Dubra and Don Moore. 2008. "Does the Better-Than-Average Effect Show That People Are Overconfidence?: An Experiment." Journal of Economic Literature. Byrne, Alistair., Stephen P. Utkus., 2013. "Behavioural Finance; Understanding How The Mind Can Help or Hinder Investment Success." Vanguard Asset Management. Copper, Donald R dan Pamella S. Schindler., 2003. "Business Research Method." Eighth Edition; McGraw-Hill. Daniel, Kent., David Hirshleifer dan Avanidhar S. 1998. "Investor Psychology and Security Market Under-and Overactions." The Journal of Finance. Vol. 53. No. 6. Durand, Robert., Rick Newby, Kevin Tant, Sirimon T. 2013. "Overconfidence, Overreaction and Personality." Review of Behavioral Finance. Vol. 5. No. 2, pp 104-133. Ejova, Anastasia., Daniel J, Navarro dan Paul H. Delfabbro. 2013. "Success-slope effects on the illusion of control and on remembered success-frequency." Judgment and Decision Making. Vol. 8. No. 4, pp. 498-511
10
DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT
Volume 6 , Nomor 2 , Tahun 2017, Halaman 11
Giardini, F., G. Coricelli, M.Joffily dan A. Sirigu. 2008. "Overconfidence in Predictions as an Effect of Desirability Bias". National Research Council. Vol. 44. Glaser, Markus., Markus Noth., dan Martin Weber. 2005. "Behavioral Finance." Blackwell Handbook of Judgement and Decision Making - Chapter 26. CEPR London. Khan, M. Tariqul Islam, Siow-Hooi Tan dan Lee-Lee Chong. 2016. "The effects of stated preferences for firm characteristics, optimism, and overconfidence on trading activities". International Journal of Bank Marketing. Vol. 34. No. 7, pp. 1114- 1130. Langer, Ellen J. 1975. "The Illusion of Control." Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 32. No. 2, pp. 311-328. Pompian, Michae M. 2006. "Behavioral Finance and Wealth Management. How to Build Optimal Portofolio That Account for Investor Biases." John Wiley & Son, Inc. Presson, Paul K., Benassi dan Victor A. 1996. "Illusion of Control: A meta-analytic Review." Journal of Social Behavior and Personality. Vol. 11. No. 3, pp. 493-510. Ricciardi, Victor dan Simon Helen K. 2000. "What is Behavioral Finance?." Business, Education and Technology Journal. Vol. 2. No. 2., pp 1-9. Ritter, Jay R. 2003. "Behavioral Finance". Pacific-Basin Finance Journal. Vol. 11. No. 429-437. Rostami, Marzieh., Zohreh Aghababaei D. 2015. "Impact of Behavioral Finance Biases (Overconfidence, Ambiguity-aversion and Loss-aversion) on Investment Making Decision in Tehran Stock Exchange." Journal of Scientific Research and Development. Vol. 4. No. 60-64. Sekaran, Uma, 2003. "Research Methods for Business; A Skill Building Approach." Fourth Edition; John Wiley & Son, Inc. Taylor, Shelley E., dan Jonathon D. Brown. 1988. "Illusion and Well-Being: A Social Psychological Perspective on Mental Health." Psychological Bulletin. Vol. 103. No.2, pp. 193-210.
11