DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL
DESAIN VENTILASI INDUSTRI
Nama : NIM :
Tugas mata Kuliah,
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
1
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL
Kata Pengatar, Tugas perencanan Sistim Ventilasi Lokal merupakan tugas mata kuliah Ventilasi Industri selama satu semester 2 SKS, Jurusan Keselamatan dan kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jakarta,
2014
Penyusun ,
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
2
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL
Daftar Isi halaman BAB 1.1. 1.2. 1.3. 1.4.
1 PENDAHULUAN Pengenalan Tujuan Proses Perencanaan Acuan
………………………………5 ………………………………5 ……………………………….6 ………………………………7
BAB - II PENENTUAN UKURAN UKURAN UTAMA 2.1. Penentuan Demensi 2.2. Perancangan Duct/Pemipaan 2.2.1. Penentuan Elbow dan Elbow Losses 2.2.2. Penentuan Branch Entry 2.2.3. Penggunan Material pipa/Duct 2.3. Penentuan Ukuran Hood Dan Slot 2.3.1. Penentuan Ukuran Utama Hood 2.3.2. Penentuan Ukuran atau Demensi Slot 2.3.3. Kehilangan Tekanan Pada Hood
………………………………8 ………………………………8 ………………………………8 ………………………………9 ………………………………10 ………………………………10 ……………………………….11 ………………………………11 ………………………………13 ………………………………14
BAB- III PERHITUNGAN 3.1. Lembaran Kerja 3.2. Perhitungan Perancangan Dengan Metode, “ Velocity Pressure Method Calculation Sheet
………………………………16 ………………………………16 ………………………………16
. BAB -IV HASIL PERANCANGAN ………………………………26 4.1. Hasil Perhitungan Brach Entry ………………………………26 4.2. Perhitungan Daya Fan ………………………………27 4.2.1. Penilian Tekanan ……………………………….27 4.2.2. Meng hitung Besarnya Daya Dan Putaran ……………………………….28 Fan BAB – V REKOMENDASI Reference
………………………………30 ………………………………31
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
3
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL
Daftar Gambar halaman
Nama Gambar 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10.
Gambar.1.2. Skema Sistim Pemipaan Duct, penggunaan Elbow, dan Brach Entry Gambar,2.1. Plan View, Elbow-4 buah (900 , 600 ,450 ), Barch Entry 1 buah Gambar, 2.2. Skema Jaringan Pemipaan Gambar. 2.3 Data perencanaan Elbow Losses (ACGIHdate,1-95) GGambar.2.4 Tipe Braches yang dipilih adalah Preferred dengan sudut kemiringan 450,dalam desain ini (sumber, ACGIH) Gambar.2.5. Detail Hood Kanopi -A Gambar. 2.6 Gambar. Hood on Benchor flor (detail B) Gambar2.7 , Sumber ; Gambar.6.29. Hood entri losses pada saat aliran udara masuk ke exterior hood, Sumber : American Conference of Governmental Industrial Hygienists (ACGIH) 1988, Figure 5-15Hood Rntry Loss Factors Industrial Ventilation : A Manual of Recommended Practice, 23rd Edition. Copyright 1988 hlmn -175 Ventilasi Industri-Dasardasar pengtahuan dan perencanaan sistim ventilasi industri Gambar 2.8 ; Sumber Gambar.6.27 Hood entry loss, he, Sumber ; William Popendarf, Industrial Hygiene Control of Airborne Chemical Hazard , hlmn -170 Ventilasi Industri-Dasar-dasar pengtahuan dan perencanaan sistim ventilasi industri
................................................6 ................................................8 ..............................................9 ...............................................9 ...............................................10
..............................................12 .............................................13
................................................14
...............................................15
...............................................27
11.
Gambar . 4.1 : Branch Entry- hasil hitung
12.
Gambar.4.2. Menghitung tekanan statis fan
13.
Gambar..4.3 Grafik mekanil efisiensi, dalam %
...............................................28 ...............................................29
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
4
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL
BAB - I PENDAHULUAN
1.1.
Pengenalan
Ventilasi industri salah satu alternatif untuk mengendalikan kondisi lingkungan kerja atau alat kontrol engineering (kerekayasaan) dengan menyuplay aliran udara bersih, ke area ruang tempat kerja guna menghilangkan kontaminan, atau proses pertukaran udara dengan cara pengeluaran udara terkontaminasi dari ruang tempat kerja, melalui saluran buang, dan pemasukan udara segar melalui saluran masuk Secara ideal, Sistim Ventilasi Lokal, terdiri dari 4 komponen, yaitu ; (i) hood, (ii) duct work, (iii) air cleaning device, dan (iv) fan, seperti telihat pada gambar 1.1
Gambar.1.1
Komponen Dasar Sistem Ventilasi Lokal
Hood Hood fungsinya untuk menangkap kontamian karena merupakan kunci utama yang menentukakan kinerja sistem ventilasi lokal. Faktor yang mempengaruhi rancangannya berdasarkan pada bentuk, kecepatan serta arah dimana kontaminan dilepaskan. Untuk partikel kontaminan yang besar dan berat, maka hood harus diletakkan pada posisi yang tepat . Duct Duct work menyediakan jalan untuk membawa kontaminan ke bagian pembersih udara. Kecepatan dari udara dari saluran ini harus cukup tinggi untuk mencegah partikel-partikel besar pengendapan di dalam ducting
Air cleaner Air cleaner memisahkan kontaminan dari aliran udara sebelum masuk ke fan dan dilepaskan ke atmosfer atau di daur ulang ke area kerja. Terdapat dua bagian, yaitu: air filters dan dust collectors. Air filters dirancang untuk memisahkan konsentrasi partikel yang berukuran kecil dari udara. Dust collectors dirancang untuk memisahkan konstrasi partikel yang berukuran lebih besar, yang biasanya terdapat di udara pada proses industri.
Fan Fan merupakan alat penggerak udara yang menyediakan energi untuk menarik udara dan kontaminan kedalam sistem exhaust dengan meninduksikan tekanan negative atau hisapan didalam saluran udara yang menuju hood.
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
5
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL 1.2.
Tujuan
Secara umum tujuan dari sebuah sistem ventilas industri, adalah sebagai berikut : a. Menyediakan pasokan udara segar di luar secara kontinu. b. Mempertahankan suhu dan kelembaban di tingkat yang nyaman. c. Mengurangi potensi bahaya kebakaran atau ledakan. d. Mengontrol kontaminan meliputi: menghilangkan penggunaan bahan kimia berbahaya atau material, pengganti dengan bahan kimia yang kurang beracun, atau perubahan proses Sedangkan tujuan dari sistim ventilasi local , adalah mengeluarkan udara kontaminan bahan kimia dari sumber tanpa memberikan kesempatan kontaminan mengalami difusi dengan udara di tempat kerja, sedangkan sistem supplay guna menciptakan lingkungan tempat kerja yang nyaman di industri 1.3.
Proses Perencanaan 1.
Langkah –Langkah Awal Untuk memulai proses perancanaan sistim ventilas lokal, yaitu - pemilihan (seleksi), - perancangan sistim, dan - perancangan proses, Gambar dibawah adalah pemetaan area pabrik X, dan dari data temuam – temuan tersebut akan diketahui bentuk dan lay out proses operasi, ruang kerja dan bentuk kontruksi bangunan
Gambar.1.2. Skema Sistim Pemipaan Duct, penggunaan Elbow, dan Brach Entry
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
6
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL 2.
Langkah kedua, Yaitu mendapatkan data tentang hasil pengukuran kosentrasi, partikulat, gas, asap, atau uap untuk melihat batas pemaparan. Untuk perlu diadakan usahausaha mengantisipasi, pengenalan/rekoknisi, evaluasi faktor-faktor lingkungan yang timbul di/dari tempat kerja. Di Indonesia perihal batas pemaparan dituangkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER. 13/MEN/X/2011, tentang NAB (Nilai Ambang Batas) Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja. Istilah nilai ambang batas sama dengan Threshold Limit Values (TLV).
3.
Langkah ketiga Perancangan Hood, Setelah mengetahui iformasi tentang besarnya kosenrasi dan karakteristik dari kadar polutan/debu di udara lingkungan tempat kerja dan posisi ergonomis pekerja. Jarak atau tingginya (x) hood kurang lebih besar ≠ (1- 2) ft dari ukuran sumber, fungsinya agar hood dapat menjangkau serta menangkap seluruh kontaminan
4.
Langkah keempat Perancangan air cleaner atau alat pengendali partikulat dibutuhkan apabila partikulat yang dihisap memiliki nilai untuk di daur ulang atau mencemari lingkungan bila dibuang ke-atmosfir memberikan dampak.Alat pengendali yang digunakan pada percontohan ini adalah Cyclone , yang merupakan alat mekanis sederhana yang digunakan untuk menyisihkan partikulat dari aliran gas. Cyclone cukup efektif untuk menyisihkan partikulat kasar dengan diameter >10 mm. Prinsip penyisihan partikulat dari aliran gas pada alat ini adalah dengan memanfaatkan gaya sentrifugal sehingga jika gaya sentrifugalnya besar maka efisiensi penyisihan partikulat juga akan tinggi
5.
Langkah kelima
Faktor yang umumnya dibutuhkan untuk memilih fan yang tepat adalah tipe dan konsentrasi kontaminan (debu, liquid atau gas hasil dari pembakaran) yang akan dialirkan, area yang dibutuhkan untuk instalasi alat, dan kebisingan yang ditimbulkan merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan.
1.5.
Acuan
1.
American Conference of Govermental Industrial Hygienis (ACGIH ) Industrial Ventilation: A Manual of Recommended Practice for Operation and Maintenance ASHRAE-2012, Ashrae Handbook: Heating, Ventilating, and Air-Conditioning Systems and Equipment: Inch-Pound Edition
2.
Pedoman yang digunakan dalam perancangan ini adalah, “ Standar American Conference of Govermental Industrial Hygienis (ACGIH),dengan mengunakan VELOCITY PRESSURE METHOD CALCULATION SHEET “
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
7
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL
BAB - II PENENTUAN UKURAN UKURAN UTAMA
2.1.
Penentuan Demensi
Data awal yang diketahui adalah bentuk dan ukuran kontruksi bangunan pada gambar 2.1, maka ditetapkan demensi sebagai berikut, pada table- 2.1.
Gambar,2.1. Plan View, Elbow-4 buah (900 , 600 ,450 ), Barch Entry 1 buah
2.2.
Perancangan Duct/Pemipaan
Gambar 2.2, adalah sistim pemipaan atau jaringan duct disuatau pabrik XA. Panjang duct yang akan dibutuhkan pada perencanaan ini sebesar 70 ft, yang terdiri dari potongan duct atau segmen duct seperti terlihat pada tabel. 2.1 Tabel. 2,1 Ukuran detail duct UKURAN
Potongan/Segmen Duct A-C
B-C
C-D
D-E
E-F
Diameter (inch)
10
10
14
14
15
Panjang
19
15
10
14
12
(ft)
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
8
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL
Gambar, 2.2. Skema Jaringan Pemipaan
2.2.1. Penentuan Elbow dan Elbow Losses Dari gambar 2.1, perencanaan elbow pada sistim jaringan pipa gambar 2.2, maka dalam perencanaan ini pemilihan bentuk “elbow -5 spicie” seperti pada gambar 2.3
Gambar. 2.3 Data perencanaan Elbow Losses (ACGIH- date,1-95)
Dari gambar 2.3, perencanaan ini, degree elbows dan elbow loss coefficient, seperti terlihat pada table.2.2, dibawah ini.
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
9
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL
Tabel. 2.2. Potongan/ Segmen Duct A -C B-C D -E
Degree Elbows dan Elbow Loss Coefficient
Elbows 0
1 - 90 1 - 600 1 - 600 1 – 450
degree Elbows
Elbow Loss Coefficient
1 0,666 1,17
0,19 0,24 0,24
2.2.2. Penentuan Branch Entry Pemilihan alternative bentuk brach entry tergantung pada bentuk kontruksi, Sistim Jaringan Pemipaan (Ducting) yang dinginkan, dan didasarkan pada prinsip-prinsip perencanaan Branch entry pada sisitim jaringan pemipaan (duct). Brach entri yang digunakan dalam perencanan ini sebanyak 1 buah, yaitu berbentuk preferred dengan sudut maximal , θ = 300, terlihat pada gambar. 2.4.
Gambar.2.4 Tipe Braches yang dipilih adalah Preferred dengan sudut kemiringan 450,dalam desain ini (sumber, ACGIH)
Dari gambar 2.4, maka Entry Loss Coefficient, terlihat pada tabel. 2.3 Tabel.2.3, Entry Loss Coefficient Potongan/Segmen Duct B-C
2.2.3.
Entry
Entry Loss Coefficient
1 - 300
0.18
Penggunan Material pipa/Duct Jenis material pipa yang di gunakan dalam perancangan ini adalah material “ Galvanized sheet duct” tabel 2.4
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
10
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL Tabel. 2.4
Nilai Koefisien a,b dan c untuk berbagai material duct
Material Duct
K, Ft
a
b
c
Aluminum, black iron, stainless steel
0.00015
0.0425
0.465
0.602
Galvanized sheet duct
0.0005
0.0307
0.533
0.612
Flexible duct, fabric wire covered
0.003
0.0311
0.604
0.639
th
Sumber : Industrial ventilation a manualof recommended practice, 20 edition American Converence of Govermental Industrial Higienists, hal 1-9
2.3.
Penentuan Ukuran Hood Dan Slot
2.3.4. Penentuan Ukuran Utama Hood Dalam penentuan demensi hood perlu diperhatikan bahwa besarnya hood harus lebih besar ≠ (1- 2) ft dari ukuran sumber, fungsinya agar hood dapat menjangkau seluruh kontaminan yang dihasikan sumber. Tabel 2.4, sebagai acuan yang digunakan untuk menentukan besarnya debit hisapan hood, dimana dalam perencanaan ini kondisi penyebaran kontaminan, dilepaskan kelingkungan tempat kerja tanpa kecepatan , misalnya adanya penguapan dari wadah tertentu Jumlah hood yang digunkan dalam perancangan ini sebanyak 2 buah, yaitu - Canopy hood gambar detail A, dengan sudut 450, Gambar. 2.5 dan - Hood on Bench or flor (yaitu hood di letakan diatas bangku atau lantai) gambar detail B, Gambar.2.6 Tabel .2.5 Kecepatan Penangkapan Dalam Berbagai Proses Kondisi Penyebaran Kontaminan Dilepaskan tanpa kecepatan Dilepaskan dengan kecepatan rendah menuju udara yang tenang Dilepaskan secara aktif menuju zona dengan aliran udara yg cukup cepat. Dilepaskan dengan kecepatan yang cepat menuju aliran udara yang sangat cepat
Contoh Penguapan dari wadah
Kecepatan Tangkap (fpm) 50-100
Wadah semprot, pengisian kedalam wadah, proses transfer dengan kecepatan rendah, penglasan. Proses penyemprotan cat, proses penghancuran.
100-200
Proses penggilingan, abrasive blasting, tumbling
500-2000
200-500
Sumber : OSHA standard, ANZI Z.9.1 , dan HSE
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
11
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL Perhitungan lihat gambar.2.5 dan gambar 2.6, tergantung dari luas permukaan dan jarak antar sumbuh tengah sumber dengan mulut hood, dengan rumus persamaan adalah sebagai berikut:
Gambar.2.5. Detail Hood Kanopi -A
1.
HOOD – A gambar.2.5
Keterangan gambar .2.5 detail hood kanopi -A o o o o
Tinggi, X = 0.30 m (1 ft) (jarak dari sumber ke kanopi) Sisi, D = 0,4 X Kecepatan tangkap, v1 =200 -500 fpm Luas Area Hood A- Af = 10 x 26/144 = 1,8 ft2 Q = V (10 X2 + Af)
dimana, V = kecepatan tangkap (200 – 500) fpm Q = debit hisapan hood (2.360 – 5.900) cfm X = 1 ft Af =1,8 ft2 2. HOOD – B gambar 2.6 Keterangan gambar .2.6 detail hood kanopi - B o o o o
Tinggi, X = 0,3 m (1 ft) (jarak dari sumber ke konopi) Sisi, D = 0,4 X Kecepatan tangkap, v1 = 200 - 500 fpm Cross-Sectional Area Af = 30 x 25/144 = 5,2 ft2
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
12
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL
Gambar. 2.6
Gambar. Hood on Benchor flor (detail B)
Q = V (5 X2 + Af) dimana, V = kecepatan tangkap (200 - 500 fpm) Q = debit hisapan hood (2.040 – 5.100 cfm) X = 1 ft Af = 5,2 ft2 Tabel .2.5 Debit hisapan minimum dari setiap kanopi hood Detail Hood
2.3.2.
Kecepatan tangkap (fpm)
Debit tangkap (cfm)
Debit minimum (cfm)
Hood A (Kanopi hood)`
200 -500
2.360 – 5.900
2.600
Hood B (Kanopi hood)
200 -500
2.040 - 5.100
2.600
Penentuan Ukuran atau Demensi Slot Untuk menghitung kecepatan tangkap (V) dan besarnya debit hisap (Q) berdasarkan jenis dan tipe sloot, seperti pada gambar 2.7. Untuk menentukan kecepatan aliran udara dalam slot /Slot Velocity Vs, kecepatan Slot pada perencanan ini di tentukan sebesar ----– Vs = 400 fpm, dengan Cross-Sectional Area Hood- A = 1,8 ft2, dan Hood –B = 5,2 ft2 . Koefisien kehilangan pada Slot sebesar 1,78 (diambil dalam perencanan pada gambar 2.7).
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
13
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL
Entry Loss Factor f for tapered hoods Derajad
Round hood (hood bulat)
Rectangular hood (hood persegi)
15 30 45 60 90 120 150 180
0,15 VP 0,08 VP 0,06 VP 0,08 VP 0,15 VP 0,26 VP 0,40 VP 0,50 VP
0,25 VP 0,16 VP 0,15 VP 0,17 VP 0,25 VP 0,35 VP 0,48 VP 0,50 VP
Gambar2.7 , Sumber ; Gambar.6.29. Hood entri losses pada saat aliran udara masuk ke exterior hood, Sumber : American Conference of Governmental Industrial Hygienists (ACGIH) 1988, Figure 5-15- Hood Rntry Loss Factors Industrial Ventilation : A Manual of Recommended Practice, 23 rd Edition. Copyright 1988 hlmn -175 Ventilasi Industri-Dasar-dasar pengtahuan dan perencanaan sistim ventilasi industri
2.3.3. Kehilangan Tekanan Pada Hood Kehilangan tekanan yang terjadi pada hood sangat berhubungan dengan ukuran hood, pada rancangan ini pada gambar 2.5 dan gambar 2.6, dan kecepatan udara pada duct ,dengan kecepatan tangkap (200 -500) fpm. Untuk duct entry loss, atau kehilanganberhubungan dengan tekanan kecepatan udara di duct karena adanya faktor kehilangan tekan pada saat masuk di hood (Fh), dalam perencanaan ini sesuai bentuk dari hood berbentuk persegi Sebesar 0,25 (gambar 2.8)
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
14
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL
Gambar 2.8 ; Sumber Gambar.6.27 Hood entry loss, he, Sumber ; William Popendarf, Industrial Hygiene Control of Airborne Chemical Hazard , hlmn -170 Ventilasi Industri-Dasar-dasar pengtahuan dan perencanaan sistim ventilasi industri
Dari data perhitungan pentuan ukuran Hood dan besarnya debit tangkap, dengan kecepatan tangkap (200 -500) fpm, maka ditentukan demensi perancangan sistim ventilasi lokal adalah sebagai berikut : Tabel. 2.6 Ukuran Utama Prencanaan
Nomor Detail A -C
Debit minimum (cfm)
Diameter duct (inch)
Panjang duct/pipa (ft)
Elbows
Entriy
2.600
10
19
1 - 900
-
0
B -C
2.600
10
15
1 - 60
1 - 300
C -D
3.500
16
10
-
-
-
-
-
-
-
D (air cleaner) D -E
4000
E (fan)
4.500
E-F
4.500
18
20
14
1 - 600 1 - 450
-
-
-
12
-
-
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
15
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL
BAB – III PERHITUNGAN Metode perhitungan yang digunakan dalam desain ini adalah menggunakan metode desain Perhitungan Kecepatan Tekanan atau Velocity Pressure Method Calculation Sheet
3.1.
Lembaran Kerja
Dari hasil perhitungan yaitu untuk mengetahui distribusi volume flow rate, duct velocity, slot velocity, slot static pressure, hood static pressure, duct SP loss, dan qumulatif static pressure, Fan SP dan Fan TP. Denagan data hasil perhitungan besar daya , dan putaran Fan yang akan digunakan.
3.2. Perhitungan Perancangan Dengan Metode, “ Velocity Pressure Method Calculation Sheet Dengan data yang tersedia , maka tahapan-tahapan perhitungan perancangan adalah sebagai berikut :
1.
Perhitungan pada potongan/ segmen duct : A - C
Langkah pertama ; Aliran udara/ Volumetric Flowrate, yang telah dihitung Q = V (10 X2 + Af) dimana, V = kecepatan tangkap (200 -500 fpm) Q = debit hisapan hood (=2.360 – 5.900 cfm) X = 1 ft Af =1,8 ft2 Volumetric flow rate atau debit hisapan hood,----- Q = 2.600 cfm Langkah kedua ; adalah menentukan diameter duct = dc = 10 in Diameter duct yang dirancang sangat bergantung pada debit gas dan kecepatan minimum transport. Langkah ketiga ; adalah menghitung luas bukaan hood yang di desain = A , dalam ft2 A = 1/4 (dc/12)2 ft2 A = 1/4 (dc/12)2 = 3,14/4 (10/12)2
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
16
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL = 0,5454 ft2 dimana ; dc = 10 in, dikonversikan ke feet ---- dc =10/12 ft Maka, duct area luas bebas dari bukaan inlet,----- A = 0,5454 ft2 . Langakah keempat; adalah menghitung kecepatan duct actual/Actual Duct Velocity=.Vc,- Q = V*A, Vc =Q/A, Vc=(2.600/0.5454) = 4.767 fpm dimana, Q = 2.600 cfm A = 0,5454 sq.ft Maka, kecepatan duct actual, Vc= 4.767 fpm (dihitung) Dalam perancangan sistem ventilasi industri, kecepatan dalam setiap duct tidak boleh lebih besar dari 6.000 fpm karena dapat menimbulkan bising/noise ditempat kerja (perhitungan diatas memenuhi persyaratan standar). Langkah kelimah; yaitu menghitung kecepatan tekan pada duct VPd, dalam in H2O VPd = ( ) = 1,4167 in H2O dimana, actual duct velocity, Vc= 4.767 fpm Maka, Kecepatan tekanan duct VPd = 1,4167 in H2O (dihitung) Langkah keenam; adalah menentukan kecepatan aliran dalam slot /Slot Velocity-- Vs , kecepatan Slot pada perencanan ini di tentukan sebesar ----–Vs = 400 fpm Langkah ketujuh; Mengitung Tekanan kecepatan Slot VPs ,dalam i in H2O, dengan menggunkan rumus persamaan, VPs = (Vs/4005)2 VPs = (400/4005)2 = 0,0100 in H2O dimana, Vs = 400 fpm Maka tekanan kecepatan --- VPs = 0,0100 in H2O Langkah kedelapan; Koefisien kehilangan pada Slot sebesar 1,78 (diambil dalam tabel) Langkah kesembilan; adalah menghitung kehilangan yang di slot dalam rancangan dipakai istilah Slot loss per VP, sedangkan acceleration factor atau faktor percepatan diambil dalam perancangan sistem ventilasi lokal diambil bilangan 0 atau 1,dalam perancangan Acceleration Factor = 0
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
17
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL Slot loss per VP = Slot Loss koefisien +Acceleration Factor = 1,78 + 0 = 1,78 Maka, kehilangan yang terjadi Slot adalah sebesar 1,78 Langkah kesepuluh ; Untuk menghitung tekanan statis slot atau Slot Statik Presure SPs dalam in H2O, digunakan rumus sebagai berikut, Slot Statik Presure SPs = Slot Velocity Pressure * Slot loss SPs = VPs * Slot loss = 0,0100 x 1,78 = 0,0178 dimana, Slot loss = 1,78 VPs = 0,0100 in H2O Maka tekanan statis slot-----SPs adalah sebesar 0,0178 in H2O Langkah kesebelas; Duct Entry Loss Factor atau faktor kehilangan pada Duct, sebesar 0,250 diambil dalam gambar 6.27, buku ventilasi industri, Hood entry loss, Sumber; Willian Popendarf, Industrial Hygiene Control of air bone Chemical Hazard Langkah kedua belas; Duct Entry Loss per VP, dihitung dengan menggunakan rumus , Duct entry loss per VP = Duct entry loss factor + Acceleration factor Duct entry loss per VP= 0,250+ 1 = 1,250 dimana, Acceleration factor = 1 (Acceleration factor diambil bilangan 0 atau 1) Langkah ketiga belas; adalah menghitung kehilangan di duct atau Duct Entry Loss, dihitung dengan menggunakan rumus , Duct Entry Loss = Duct Velocity Pressure * Duct Entry Loss per VP Duct Entry Loss = VPd * Duct entry loss per VP = 1,4167 * 1,25 = 1,771 in H2O dimana, VPd = 1,4167 in H2O Maka kehilangan pada duct sebesar 1.771 in H2O Langkah keempat belas; adalah menghitung tekan statis hood atau Hood Static Pressure, SPh dihitung dengan rumus SPh = SPs + Duct entry loss SPh = 0,0178 + 1,771 = 1,789 in H2O dimana, SPs adalah sebesar 0,0178 in H2O Duct Entry Loss = 1,771 in H2O
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
18
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL Maka, Tekanan Statis Hood, SPh = 1,789 in H2O Langkah ke limah belas; Menentukan panjang lurus duct atau Straight Duct Length, dalam ft. Diketahui panjang lurus duct = 19 ft Langkah ke enam belas; Friction Factor (Hf), Untuk mendapatkan besarnya bilangan Friction Factor (Hf),didapatkan persamaan, dalam rancangan ini menggunakan material duct adalah Galvanized sheet duct, (a= 0,0307, b = 0,533, dan c= 0,612)
Persamaannya menjadi, Hf = 0,0307 x Hf = 0,0307 x
= 0,0228 dimana, kecepatan duct actual,---- Vc= 4767 fpm Aliran udara ----------------- Q = 2600 cfm Maka, Friction Factor (Hf),adalah sebesar 0,0228 Langkah ke tujuh belas; Friction Los per VP, dihitung dengan rumus Friction Los per VP = Straight Duct Length * Friction Factor (Hf) = 19 * 0,0228 = 0,4329 dimana, panjang lurus duct = 19 ft Friction Factor (Hf) = 0,0228 Maka Friction Los per VP adalah sebesar = 0,4329 Langkah ke delapan belas; Menghitung Elbow Loss per VP, dengan rumus Elbow Loss per VP = No.of 900 Elbow * loss Factor = 1* 0,19 = 0,19 Contoh dalam perancangan, “elbow -5 spicie” Elbow Elbow 1-90 = 1,00 (Tabel -2.2) Elbow Koefisien = 0,19 (Tabel.2.2 : R/D = 2 bentuk 5- Piece) Langkah ke sembilan belas; Pada segmen ini tidak menggunkan, Entry loss per VP, No. of Branch Entries * loss factor
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
19
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL Langkah ke dua puluh; Duct Loss per VP, dihitung dengan rumus , Duct Loss per VP = Friction Los per VP + Elbow Loss per VP + Special Fitting Loss Factor Duct Loss per VP = 0,4329 + 0,190 = 0,6229 dimana, Friction Los per VP adalah sebesar = 0,4329 Elbow Loss per VP = 0,190 Maka Duct Loss per VP = 0,6229 Langkah ke dua puluh satu; Duct Loss, dihitung dengan rumus, Duct Loss = Duct Velocity Pressure * Duct Loss per VP = 1,4167 * 0,6229 = 0,8828 dimana, Tekanan kecepatan duct ----– VPd = 1,4167 in WG Duct Loss per VP ----- 0,6229 Maka kehilangan pada pipa sebesar = 0,8825 Langkah ke dua puluh dua; Duct SP Loss, dihitung dengan persamaan , Duct SP Loss = Hood Static Pressure + Duct Loss Duct SP Loss = 1,789 + 0,8825 = 2,671 in H2O dimana, Tekanan Statis Hood, SPh = 1,789 in H2O Duct Loss/ kehilangan pada pipa --------0,8828 Kumulatif Tekanan Statis = - 2,671 in H2O 2.
Perhitungan pada potongan segmen duct : B - C
Langkah pertama ; Aliran udara/ Volumetric Flowrate, yang telah dihitung Untuk gambar 2.6 detail B Tinggi, X = 0,3 m (1 ft) (jarak dari sumber ke konopi) Sisi, D = 0,4 X Kecepatan tangkap, , v1 =200 -500 fpm Cross-Sectional Area Af = 30 x 25/144 = 5,2 ft2 Q = V (5 X2 + Af) dimana, V = kecepatan tangkap (200 - 500 fpm) Q = debit hisapan hood (2.040 – 5.100 cfm) X = 1 ft Af = 5,2 ft2 Volumetric flow rate atau debit hisapan hood, -- Q = 2.600 cfm
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
20
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL Langkah kedua ; adalah menentukan diameter duct = dc = 10 in Diameter duct yang dirancang sangat bergantung pada debit gas dan kecepatan minimum transport. Langkah ketiga ; adalah menghitung luas bukaan hood yang di desain = A , dalam ft2 A = 1/4 (dc/12)2 ft2 A = 1/4 (dc/12)2 = 3,14/4 (10/12)2 = 0,5454 ft2 dimana ; dc = 10 in, dikonversikan ke feet ---- dc =10/12 ft Maka, duct area luas bebas dari bukaan inlet,----- A = 0,5454 ft2 . Langakah keempat; adalah menghitung kecepatan duct actual/Actual Duct Velocity=.Vc,- Q = V*A, Vc =Q/A, Vc=(2.600/0.5454) = 4.767 fpm dimana, Q = 2.600 cfm A = 0,5454 sq.ft Maka, kecepatan duct actual, Vc= 4.767 fpm (dihitung) Dalam perancangan sistem ventilasi industri, kecepatan dalam setiap duct tidak boleh lebih besar dari 6.000 fpm karena dapat menimbulkan bising/noise ditempat kerja (perhitungan diatas memenuhi persyaratan standar). Langkah kelimah; yaitu menghitung kecepatan tekan pada duct VPd, dalam in H2O VPd = ( ) = 1,4167 in H2O dimana, actual duct velocity, Vc= 4.767 fpm Maka, Kecepatan tekanan duct VPd = 1,4167 in H2O (dihitung) Langkah keenam; adalah menentukan kecepatan aliran dalam slot /Slot Velocity-- Vs , kecepatan Slot pada perencanan ini di tentukan sebesar ----–Vs = 400 fpm Langkah ketujuh; Mengitung Tekanan kecepatan Slot VPs ,dalam i in H2O, dengan menggunkan rumus persamaan, VPs = (Vs/4005)2 VPs = (400/4005)2
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
21
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL = 0,0100 in H2O dimana, Vs = 400 fpm Maka tekanan kecepatan --- VPs = 0,0100 in H2O Langkah kedelapan; Koefisien kehilangan pada Slot sebesar 1,78 (diambil dalam tabel) Langkah kesembilan; adalah menghitung kehilangan yang di slot dalam rancangan dipakai istilah Slot loss per VP, sedangkan acceleration factor atau faktor percepatan diambil dalam perancangan sistem ventilasi lokal diambil bilangan 0 atau 1,dalam perancangan Acceleration Factor = 0 Slot loss per VP = Slot Loss koefisien +Acceleration Factor = 1,78 + 0 = 1,78 Maka, kehilangan yang terjadi Slot adalah sebesar 1,78 Langkah kesepuluh ; Untuk menghitung tekanan statis slot atau Slot Statik Presure SPs dalam in H2O, digunakan rumus sebagai berikut, Slot Statik Presure SPs = Slot Velocity Pressure * Slot loss SPs = VPs * Slot loss = 0,0100 x 1,78 = 0,0178 dimana, Slot loss = 1,78 VPs = 0,0100 in H2O Maka tekanan statis slot-----SPs adalah sebesar 0,0178 in H2O Langkah kesebelas; Duct Entry Loss Factor atau faktor kehilangan pada Duct, sebesar 0,250 diambil dalam gambar 6.27, buku ventilasi industri, Hood entry loss, Sumber; Willian Popendarf, Industrial Hygiene Control of air bone Chemical Hazard Langkah kedua belas; Duct Entry Loss per VP, dihitung dengan menggunakan rumus , Duct entry loss per VP = Duct entry loss factor + Acceleration factor Duct entry loss per VP= 0,250+ 1 = 1,250 dimana, Acceleration factor = 1 (Acceleration factor diambil bilangan 0 atau 1) Langkah ketiga belas; adalah menghitung kehilangan di duct atau Duct Entry Loss, dihitung dengan menggunakan rumus , Duct Entry Loss = Duct Velocity Pressure * Duct Entry Loss per VP Duct Entry Loss = VPd * Duct entry loss per VP = 1,4167 * 1,25
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
22
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL = 1,771 in H2O dimana, VPd = 1,4167 in H2O Maka kehilangan pada duct sebesar 1.771 in H2O Langkah keempat belas; adalah menghitung tekan statis hood atau Hood Static Pressure, SPh dihitung dengan rumus SPh = SPs + Duct entry loss SPh = 0,0178 + 1,771 = 1,789 in H2O dimana, SPs adalah sebesar 0,0178 in H2O Duct Entry Loss = 1,771 in H2O Maka, Tekanan Statis Hood, SPh = 1,789 in H2O Langkah ke limah belas; Menentukan panjang lurus duct atau Straight Duct Length, dalam ft. Diketahui panjang lurus duct = 15 ft Langkah ke enam belas; Friction Factor (Hf), Untuk mendapatkan besarnya bilangan Friction Factor (Hf),didapatkan persamaan, dalam rancangan ini menggunakan material duct adalah Galvanized sheet duct, (a= 0,0307, b = 0,533, dan c= 0,612)
Persamaannya menjadi, Hf = 0,0307 x Hf = 0,0307 x
= 0,0228 dimana, kecepatan duct actual,---- Vc= 4767 fpm Aliran udara ----------------- Q = 2600 cfm Maka, Friction Factor (Hf),adalah sebesar 0,0228 Langkah ke tujuh belas; Friction Los per VP, dihitung dengan rumus Friction Los per VP = Straight Duct Length * Friction Factor (Hf) = 15 * 0,0228 = 0,3418 dimana, panjang lurus duct = 15 ft Friction Factor (Hf) = 0,0228 Maka Friction Los per VP adalah sebesar = 0,3418
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
23
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL Langkah ke delapan belas; Menghitung Elbow Loss per VP, dengan rumus Elbow Loss per VP = No.of 600 Elbow * loss Factor = 0,666* 0,24 = 0,1598 Contoh dalam perancangan, “elbow -5 spicie” Elbow Elbow 1-60 = 0,666 (Tabel -2.2) Elbow Koefisien = 0,24 (Tabel.2.2 : R/D = 1,5 bentuk 5- Piece) Langkah ke sembilan belas; Brach entri yang digunakan dalam perencanan ini sebanyak 1 buah, yaitu berbentuk preferred dengan sudut maximal , θ = 300, terlihat pada gambar. 2.4. dengan Entry Loss Coefficient sebesar ---- 0,18 (tabel 2.3) Pada segmen ini menggunkan, Entry loss per VP, = Branch Entries * loss factor = 0,18 * 1 = 0,18 Dimana ; Entry Loss Coefficient sebesar ---- 0,18 Loss faktor ----- 1 Maka, Entry loss per VP = 0,18 Langkah ke dua puluh; Duct Loss per VP, dihitung dengan rumus , Duct Loss per VP = (Friction Los per VP + Elbow Loss per VP + Entry loss per VP + Special Fitting Los Factor) Duct Loss per VP =0,3418 + 0,1598 + 0,18 = 0,6816 dimana, Friction Los per VP adalah sebesar = 0,3418 Elbow Loss per VP = 0,1598 Entry loss per VP = 0,18 Maka Duct Loss per VP = 0,6816 Langkah ke dua puluh satu; Duct Loss, dihitung dengan rumus, Duct Loss = Duct Velocity Pressure * Duct Loss per VP = 1,4167 * 0,6816 = 0,9657 dimana, Tekanan kecepatan duct – VPd = 1,4167 in H2O Duct Loss per VP--- 0,6816 Maka kehilangan pada pipa sebesar = 0,9657 Langkah ke dua puluh dua; Duct SP Loss, dihitung dengan persamaan , Duct SP Loss = Hood Static Pressure + Duct Loss
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
24
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL Duct SP Loss = 1,789 + 0,9657 = 2,754 in H2O dimana, Tekanan Statis Hood, SPh = 1,789 in H2O Duct Loss/ kehilangan pada pipa ------- 0,9657 Kumulatif Tekanan Statis = -2,754 in H2O Perhitungan detail segmen A-C, detail segmen B-C, dan dilanjutkan dengan detail segmen C - D, detail segmen D –E, detail segmen E- F, lihat pada data perhitungan, dengan menggunakan metode “VELOCITY PRESSURE METHOD CALCULATION SHEET”
Dari hasil perhitungan pada hasil perhitungan dengan data sbb : • SP out let = 1,497 in H2 O • SPin let = - 1,484 in H2 O • VPin let = 0,2652 in H2 O • VPout let = 0,1279 in H2 O • Q = 4.500 cfm
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
25
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL Velocity Pressure Method Calculation Sheet Plant Name: ____________________________ CONTOH TUGAS Elevation: _________ Date: __ 27 Mei 2013______________ 2014 Location: _______________________________ Temp: ____________ Drawing #.:___________ 01/10/SEM.GENAP/2013/2014 Department: ____________________________+ Factor: ___________ Designer: _____________ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Duct Segment Identification Target Volume Flowrate, Q = V*A- Chap 10 cfm Min. Transport Velocity, V Chap 10 fpm 0.5 Maximum Duct Diameter (D= ((4*144*Q)/(pi*V))inches ) Selected Duct Diameter inches 2 Duct Area (pi*(D/12) /4) sq. ft Actual Duct Velocity fpm Duct Velocity Pres, VP = (V/4005)2 "wg H Maximum Slot Area = (2/11) sq ft O Slot area selected sq ft O S Slot Velocity, Vs Chap 10 fpm D L Slot Velocity Pres, VPs=(Vs/4005)2 "wg O Slot Loss Coefficient, Chap 10, Chap 3 T Acceleration Factor 0 or 1 S S Slot Loss per VP (13+14) U Slot Static Pressure (12*15) "wg C Duct Entry Loss Factor F5-12, Chap 10 T Acceleration Factor (1 at hoods) 1 or 0 I Duct Entry Loss per VP (17 + 18) O Duct Entry Loss (8 * 19) "wg N Other Losses "wg Hood Static Pressure SPh(16+20+21) "wg Straight Duct Length ft Friction Factor (Hf) Friction Loss per VP (23 * 24) No. of 90 degree Elbows Elbow Loss Coefficient (Bottom of Page) Elbow Loss per VP (26*Loss Factor)(bottom of page) No. of Branch Entries ( 1 or 0) Entry Loss Coefficient Entry Loss per VP (29*Loss Factor) (Branch) Special Fittings Loss Factors Duct Loss per VP (25 + 28 + 31 + 32) Duct Loss (8*33) Duct SP Loss (22 + 34) Other Losses Cumulative Static Pressure "wg Governing Static Pressure (at TO location) "wg Corrected Volumetric Flowrate cfm Corrected Velocity fpm Corrected Velocity Pressure "wg Resultant Velocity Pressure "wg
A-C 2600,0 2360 10,00 10,00 0,5454 4767,0 1,4167
B-C 2600,0 2040 10,00 10,00 0,5454 4767,0 1,4167
400,00 0,0100 1,78 0 1,78 0,0178 0,250 1 1,25 1,771
400,00 0,0100 1,78 0 1,78 0,0178 0,250 1 1,25 1,771
1,789 19,0 0,0228 0,4329 1,00
0,490 10,0 0,0135 0,1349
0,00
1,789 15,0 0,0228 0,3418 0,67 0,24 0,1598 1,00 0,18 0,18
0,6229 0,8825 2,671 -2,671 -2,754
0,19 0,1900 1,00
C-D 3500,0
D 3500,0
D-E 4000,0
E 4500,0
E- F 4500,0
16,00 16,00 1,3963 2506,7 0,3917
A I R
18,00 18,00 1,7671 2263,5 0,3194
20 20 2,1817 2062,6 0,2652
24,00 24,00 3,1416 1432,4 0,1279
C L E A N E R
0,250 1 1,25 0,490
F A N
0,250 1 1,25 0,399 0,400 0,400
0,250 1 1,25 0,160
0,0000 1,00
0,399 14,0 0,0118 0,1648 1,17 0,24 0,2808 1,00
0,00
0,00
0,00
0,6816 0,9657 2,754
0,1349 0,0528 0,543
0,400
0,4456 0,1423 0,542
0,1030 0,0132 0,013
-2,754 -0,543
-0,543
-0,943
-1,484
1,497
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
12,0 0,0086 0,1030
0,0000 1,00
26
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL BAB -IV HASIL PERANCANGAN 4.1.
Hasil Perhitungan Brach Entry
Gambar – 4.1 : Branch Entry- hasil hitung No, Duct (1)`= A – C
Diameter (in) 10
Duct Area (ft2) 0,5454
Q (cfm) 2.600
V (fpm) 4767,0
VP in-H2O 1,4167
SP in-H2O -2,671
(2) = B - C
10
0,5454
2.600
4767,0
1,4167
-2,754
(3) = C - D
16
1,3963
3.500
2506,7
0,3917
-0,543
4.2.
Perhitungan Daya Fan
Data yang diperlukan untukmenentukan besarnya daya HP= House Power dan Putaran (rpm), Fan yang digunakan dalam desain ini adalah : o N = jumlah blades, o Q=volumemetric flow rate, o FSP = Fan Static Pressure, o FTP = Fan Total Pressure 4.2.1. Penilian Tekanan
Tekanan Statik Fan /Fan Static pressure (FSP) Tekanan potensial diberikan oleh udara diam. Dengan kata lain, itu adalah perbedaan antara tekanan dalam pipa yang diberikan ke segala arah, dan tekanan dalam atmosfir. Tekanan statis fan (FSP) Fan SP = SP outlet - SP inlet - VP inlet ----------------------- (1) Tekanan Total Fan/Fan Total pressure (FTP) Jumlah dari tekanan total fan dan tekanan statik udara dalam sebuah sistim saluran. FTP = FSP + VP 0UT
-----------------
(2)
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
27
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL Dari hasil perhitungan pada hasil perhitungan dengan data sbb : • • • • •
SP out let SPin let VPin let VPout let Q
= 1,497 in H2 O = - 1,484 in H2 O = 0,2652 in H2 O = 0,1279 in H2 O = 4.500 cfm
Gambar.4.2. Menghitung tekanan statis fan Maka, Fan SP = SP outlet - SP inlet - VP inlet = 1,497 – (-1,484) - 0,2652 = 2,7158 in H2o FTP = Fan SP + VP0ut let = 2,7158 + 0,1279 = 2,8437 in H2o
4.2.2.
Meng hitung Besarnya Daya Dan Putaran Fan
Untuk menghitung koefisien efsiensi dari fan, untuk mendapat besaran tenaga atau daya yang dibutuhkan untuk menarik udara dari Hood, ke pembersih udara/partikulat ke Fan (faninlet), dengan menggunakan persamaan (3)
Dimana : Ƞ Q FTP FSP PWR CF
Ƞ =
Q * FTP = Q * (FSP + VP0ulet) ---------------------CF *PWR CF * PWR
= = = = = =
mechanic eficiensy, gambar-10 volumetric rate , cfm fan tekanan total fan tekanan static power rekruitmen, HP Konfersi factor, 6356
(3)
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
28
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL Dari persamaan persamaan (3, dapat dihitung PWR, persamaan (4) PWR=
Q * FTP 6356 * Ƞ
-----------------------
(4)
diketahui : Ƞ Q FTP
= mechanic eficiensy = 73 % = volumetric rate = 4.500 cfm = fan tekanan total = 2,8437 in H2o
PWR=
4.500 * 2,8437 6356 * 0,75
= 2,68 HP
Gambar..4.3 Grafik mekanil efisiensi, dalam %
Dari grfik diatas, dimana : Ƞ (mechanic eficiensy) = 75 % BHP = 2,68 HP, maka RPM = 2.500
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
29
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL BAB – V REKOMENDASI
Dari hasil desain system ventilasi “ Lokal Exhaust Ventilsi direkomendasikan berikut
sebagai
No, Duct (1)`= A – C
Diameter (in) 10
Duct Area (ft2) 0,5454
Q (cfm) 2.600
V (fpm) 4767,0
VP in-H2O 1,4167
SP in-H2O -2,671
(2) = B - C
10
0,5454
2.600
4767,0
1,4167
-2,754
(3) = C - D
16
1,3963
3.500
2506,7
0,3917
-0,543
Fan SP ------- 2,7158 in H2o FTP ------- 2,8437 in H2o Daun Propeler/jumlah blades (n) = 3 Size/diameter fan =20 inc
Data
Bln, 28 Mei
Th, 2014
BHP ---- 2,68 HP RPM ---- 2.500 Fan type, Centifugal Air Clenaner/pembersih udara; Siklon, diameter badan = 1,2 M, tinggi inlet = 0,6 M, panjang badan = 1,8 M Dapertemen K3-Esa Unggul
Dengan hasil rancangan ini direkomendasikan kepada bagiam produksi untuk melaksanan pembanguanannya,
Jakarta, Mei 2014 Yang mendesain,----------------Nama ----------------------tanda tangan,
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
30
DESAIN SISTIM VENTILASI LOKAL
Reference American Conference of Governmental Industrial Hygienists (ACGIH). 1998. Industrial Ventilation, a Manual of Recommended Practice . Industri Ventilasi, Manual Praktek Fitur. 23th ed Air Movement and Control Association (AMCA). 1998.. Arlington Heights, IL: Air Movement and Control Association.. Publikasi AMCA Satu Heights Arlington American Society of Heating, Refrigerating, and Air-Conditioning Engineers (ASHRAE). Handbooks and Standards Burgess, WA et al. 1989. Ventilation and Control of the Work Environment. New York: Wiley Interscience Moody, L. F. (1944), `"Friction factors for pipe flow", Transactions of the ASME 66 (8): 671–684 Patty's Industrial Hygiene, Volume 1, diedit oleh Vernon E. Rose,Barbara Cohrssen,Capter -24, Industrial Ventilation, Robert.D. Soule CIH,CSP Latar Muhammad Arief, Ir, MSc 2013 Ventilasi Industri, dasar-dasar pengetahuan dan perencanaan sistim ventilasi industri Sheet Metal and Air Conditioning Contractors National Association (SMACNA). SMACNA Publications. Arlington, VA: Sheet Metal and Air Conditioning Contractors National Association.
NIOSH, Occupational Diseases - A Guide to their Recognition, in Publication No 77-181. 1977. 2,. Williams PR, Knutsen JS, Atkinson C, Madl AK, Paustenbach DJ. 3. Williams PR, JS Knutsen, C Atkinson, AK Madl, Paustenbach DJ. Airborne concentrations of benzene associated with the historical use of some formulations of liquid wrench. J Occup Environ Hyg. 2007; 4 (8):547–561. McMinn BW. 4. McMinn BW. Control of VOC emissions from ink and paint manufacturing processes. Pengendalian emisi VOC dari tinta dan proses manufaktur cat. CT Center. Environmental Protection Agency. 1992. CT Center. Environmental Protection Agency. 1992. Bahan Mata kuliah Ventilasi Industri thn ajaran 2013/2014
Univ. Esa Unggul, tahun 2014
31