Tiga pendekatan dalam manajemen konlik: Penghindaran (avoidance): pengabaian persoalan dengan harapan konlik akan selesai dengan sendirinya; bisa dilakukan juga dengan memisahkan aktor yang berkonlik Defusi (defusion): idak menekankan perbedaan antarpihak yang berkonlik; kompromi; mediasi Konfrontasi: mempertukarkan pihak-pihak yang berkonlik sebagai pembelajaran 4. Pendekatan Manajemen Konlik Salah satu persoalan yang sering muncul selama berlangsungnya perubahan di dalam organisasi adalah konlik antar anggota atau antar kelompok. Menurut Hardjana (Wahyudi, 2008), konlik idak hanya harus diterima dan dikelola dengan baik, tetapi juga harus didorong karena konlik merupakan kekuatan untuk mendatangkan perubahan dan kemajuan dalam lembaga. Demikian pula Edelman R.J. (Wahyudi, 2008) menegaskan bahwa, jika konlik dikelola secara sistemais dapat berdampak posiif yaitu, memperkuat hubungan kerja sama, meningkatkan kepercayaan dan harga diri, memperinggi kreaivitas dan produkivitas, dan meningkakan kepuasan kerja. Manajemen konlik yang idak efekif dengan cara menerapkan sanksi yang berat bagi penentang, dan berusaha menekan bawahan yang menentang kebijakan sehingga iklim organisasi semakin buruk dan meningkatkan sifat ingin merusak. Maka dari itu, pimpinan organisasi di tuntut memiliki kemampuan tentang manajemen konlik dan memanfaatkan konlik untuk meningkatkan kinerja dan produkivitas organisasi. Manajemen konlik adalah teknik yang dilakukan pimpinan organisasi untuk mengatur konlik dengan cara menentukan peraturan dasar dalam bersaing (Criblin J, dalam Wahyudi, 2008). Menurut Walton R. E. Dan Owens R. G. (Wahyudi, 2008), tujuan manajemen konlik adalah untuk mencapai kinerja yang opimal dengan cara memelihara konlik tetap fungsional dan meminimalkan akibat konlik yang merugikan. Mengingat kegagalan dalam mengelola kunlik dapat menghambat pencapaian tujuan organisasi, maka
pemilihan teknik pengendalian konlik menjadi perhaian pimpinan organisasi. Tidak ada teknik pengendalian konlik yang dapat digunakan dalam segala situasi, karena seiap pendekatan mempunyai kelebuhan dan kekurangan. Gibson J. L. et. al. (Wahyudi, 2008) mengatakan, memilih resolusi konlik yang cocok tergantung pada faktor-faktor penyebabnya. Menurut Handoko (Wahyudi, 2008) secara umum terdapat iga cara dalam menghadapi konlik, yaitu : a. Simulasi konlik, diperlukan apabila satuan-satuan kerja dalam organisasi terlalu lambat dalam melakukan pekerjaan karena ingkat konlik rendah. Situasi konlik yang rendah akan menyebabkan para karyawan takut berinisiaif sehingga akhirnya menjadi pasif. Pimpinan perusahaan perlu merangsang imbulnya persaingan dam konlik yang dapat berdampak peningkatan kinerja karyawan perusahaan. b. Pengurangan atau penekanan konlik, berusaha meminimalkan kejadian konlik tetapi idak menyentuh masalah-masalah yang menimbulkan konlik. c. Penyelesaian konlik, berkenaan dengan kegiatan-kegiatan pimpinan organisasi yang dapat mempengaruhi secara langsung pihak-pihak yang bertentangan. Dengan penjelasan yang berbeda, Leavit, H. J. (Wahyudi, 2008) mengemukakan bahwa untuk mengatasi konlik dapat dilakukan pendekatan sebagai berikut : a. Konfrontasi Teknik konfrontasi adalah pemecahan masalah untuk mengurangi ketegangan melalui pertemuan tatap muka antar kelompok yang sedang konlik, dengan tujuan untuk mengenal masalah dan menyelesaikannya. Kelompok yang sedang konlik iberi kesempatan berdebat dan membahas
semua masalah yang relevan sampai keputusan tercapai. b. Negosiasi dan tawar-menawar Teknik negosiasi dan tawar menawar adalah perundingan mempertemukan dua pihak dengan kepeningan yang berbeda untuk mencapai sebuah persetujuan. Masing-masing pihak membawa serangkaian usulan yang kemudian didiskusikan dan dilaksanakan. Dalam perundingan, idak ada yang dikalahkan, semua pihak menghindarkan perasaan telah memenangkan tuntutan. c. Penyerapan (absorpion) Teknik penyerapan (absorpion) adalah cara mengelola konlik organisasi antara kelompok besar dengan kelompok kecil. Kelompok kecil mendpatkan sebagian yang diinginkannya tetapi sebagai konsekuensinya harus ikut bertanggung jawab terhadap pelaksanaannya. Konlik yang dikelola secara posiif dan konstrukif dapat mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian pendekatan dalam pengelolaan konlik menjadi hal yang sangat pening. Wexley, K. N. dan Yuki, G. A., (Wahyudi, 2008) mengemukakan pendekatan-pendekatan yang umum dilakukan terhadap manajemen konlik adalah sebagai berikut : a. Menetapkan peraturan-peraturan dan prosedur standar untuk mengatur perilaku agresif, mendorong perlakuan yang jujur terhadap bawahan. b. Mengubah pengaturan arus kerja, desain pekerjaan, serta aspek-aspek yang berkaitan dengan hubungan kerja antar pribadi dan antar kelompok. c. Mengubah sistem ganjaran untuk mendorong persaingan atau kerja sama. d. Membentuk unit khusus yang berperan sabagai mediator dan arbitrator atau juru damai dari pihak keiga agar mempermudah pengendalian konlik. e. Memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang mempunyai orientasi
tujuan yang berbeda dapat terwakili dalam kelompok pembuat kebijakan. f. Melaih pejabt-pejabat kunci untuk mendalami teknik-teknik manajemen kolik. Keberhasilan dalam mengelola konlik ditentukan oleh ketepatan dalam memilih teknik pengelolaan, kemampuan pihak keiga atau pimpinan dalam mengelola konlik, dan kesdiaan pihak-pihak yang terlibat konlik untuk menyelesaikan konlik. Winardi (Wahyudi, 2008) berpendapat bahwa metodemetode yang paling banyak digunakan dalam penyelesaian konlik adalah : a. Metode dominasi atau supresi, yang berusaha menekan konlik dan bukan menyelesaikannya. Dengan cara memaksakan, konlik diharapkan reda dengan sendirinya. Hasil penyelesaian konlik dengan metode dominasi menimbulkan situasi menang-kalah, pihak yang kalah harus menerima kenyataan bahwa pihak lain mempunyai otoritas yang lebih inggi. Ada empat cara yang dapat ditempuh melalui metode dominasi, yaitu : 1) dengan memaksa pihak lain, 2) membujuk secara sepihak untuk mengikui keinginannya, 3) menghindari konlik atau menolak untuk menghadapi konlik, 4) pemungutan suara atau berdasrkan keinginan mayoritas. b. Metode kompromi, adalah penyelesaian konlik dengan jalan menghimbau pihak yang terlibat konlik untuk tujuan masing-masing kelompok guna mencapai sasaran yang lebih pening bagi kelangsungan organisasi. Penyelesaian konlik dengan metode kompromi dilakukan dengan cara : 1) memisahkan pihak-pihak yang konlik hingga dicapai suatu pemecahan, 2) melalui arbitrasi yaitu campur tangan pihak keiga, 3) menggunakan imbalan, yaitu salah satu pihak menerima imbalan untuk mengakhir konlik. c. metode pemecahan problem integraif. Metode ini dapat mengalihkan konlik antar kelompok menjadi sebuah situasi pemecahan masalah
Please download full document at www.DOCFOC.com Thanks