Dasyatnya Milist @2011 Profec Penyusun: Dodi Mawardi Penyunting: Dani Achyar, Fiyan Arjun, Dewi Berlian dan Nyoman Purnaya.
Diterbitkan pertama kali oleh Profec Cetakan pertama April 2011
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Daftar Isi Ucapan Terima Kasih --- 2 Selamat Membaca ---- 3 30 Kisah penuh manfaat tentang mailing list dari 30 Penulis ---- 4-130 Profil Penulis ---- 131
Ucapan Terima Kasih Inilah buku yang luar biasa, karena disusun oleh orang-orang yang luar biasa. Para pengisi buku ini, sudah membuktikan betapa hebatnya kerjasama dan saling mendukung untuk mencapai sebuah tujuan. Milist, tidak bisa tidak, merupakan salah satu media yang sangat powerfull dalam mendukung hubungan saling kerja sama, di era modern ini. Berkat milist, banyak hal yang sebelumnya tidak mungkin menjadi mungkin. Termasuk terbitnya buku ini. Terima kasih untuk semua pihak yang mendukung terbitnya buku ini. Tanpa dukungan dan kerelaan banyak pihak, tak mungkin buku ini bisa terbit. Semoga bermanfaat dan makin mengeratkan hubungan kita semua. Penyusun, Dodi Mawardi
Selamat Membaca The Professional & Entrepreneur Club (the PROFEC) was developed on October 14, 2005 for the Professionals, Entrepreneurs and the candidates of both of them to accomodate the aspiration and idea of all members as well as to share knowledge and experiences among them. We also give opportunity to members to promote their products and services every Friday by fulfilling rules. Every members's aspiration have to be considered and fulfilled as long as still in the corridor of the Club's vision and mission.
MEMBANGUN & MENGELOLA MILIST, KENAPA TIDAK? Banyak kejadian dalam hidup seseorang yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya seperti yang saya alami saat ini menjadi seorang pemilik beberapa komunitas jejaring sosial baik di milis maupun jejaring sosial lainnya. Berawal dari kejadian lima tahun lalu dimana aku harus mempersiapkan diri untuk menjalani masa pensiun dari perusahaan otomotif tempatku bekerja, yang jatuh pada akhir September 2006. Terlalu fokus pada pekerjaan yang kujalani hampir dua puluh tahun membuat jaringan sosialku sangat terbatas hanya seputar teman kantor atau karyawan dari Indomobil Group tempatku bekerja, dan juga teman teman alumni sekolahku di SMA St. Theresia. Dan hubungan kami kebanyakan hubungan professional saja kecuali teman sekolah namun itu bisa dihitung pakai jari tidak lebih dari 50 orang.
Aku lupa awalnya tetapi terinspirasi dari email yang masuk ke inbox aku dari teman tentang artikel yang cukup menarik yang dia forward dari sebuah milis, dari situ aku mulai mengenal milis dan iseng iseng aku gabung di beberapa milis yang menurutku menarik, namun dengan berjalannya waktu akhirnya aku merasa ikut milis orang penuh aturan dan kekangan sehingga akhirnya kuputuskan membuat milis sendiri yaitu
[email protected] yang setelah beberapa perubahan akhirnya kini menjadi
[email protected] yang sampai saat ini membernya sudah hampir 3000 walau tidak semua dari mereka aktif namun itu sudah merupakan prestasi luar biasa buat aku, mengingat aku tidak melakukan upaya ekstra untuk menambah anggota karena menurut aku biarlah mereka yang bergabung memang ingin bergabung karena merasa kebutuhan mereka berjejaring terpenuhi.
Sesuai namanya, member milis ini diharapkan datang dari kalangan professional maupun entrepreneur dan calon calon keduanya jadi kami tidak ingin menjadikan komunitas the Profec terlalu homogen supaya dinamika di milis bisa lebih bervariasi. Dan seperti milis pada umumnya di awal awal dinamika di milis terasa sangat vulgar, setiap perbedaan pendapat selalu dilontarkan dengan keras dan kasar dan ujung ujungnya yang merasa kalah memilih keluar, aku sampai pusing kepala bingung mengetengahinya. Namun dengan berjalannya waktu aku lebih mampu mengendalikan dinamika yang terjadi di milis, pengalaman menjadi manager customer relation di Indomobil Nissan selama 15 tahun membuat aku mampu merangkai kata yang indah namun tetap kritis untuk meredam setiap perbedaan. Bagi yang tetap ngotot akhirnya diupayakan untuk dikumpulkan dalam acara yang disebut kopdar atau kopi darat alias pertemuan secara off line, bahkan akhirnya kopdar menjadi acara rutin hampir setiap bulan dengan tema berbeda beda, ada kalanya seminar, bedah buku, belajar masak, sekolah menulis buku, pencerahan dari para pakar yang ternyata cukup banyak di milis the Profec. Dari hari ke hari aku terus belajar, banyak masukan yang aku dapatkan dari milis dan yang tak kalah pentingnya aku jadi punya banyak kenalan dari berbagai kalangan maupun profesi dan tak sedikit dari mereka adalah orang orang hebat yang mungkin tidak akan pernah aku kenal melalui jalur pertemanan yang formal, semua itu tak habis habisnya aku syukuri. Dan walaupun masih baru the Profec cukup diperhatikan orang karena menurut mereka sentuhan keibuan yang aku berikan sebagai founder dan moderator terasa begitu hangat buat mereka padahal aku sendiri tidak merasa melakukan hal hal yang berlebihan karena mindsetku untuk melayani memang sudah mendarah daging berkat tuntutan profesi saat melayani customer complaint saat di Indomobil Nissan. Tetapi walaupun aku penuh perhatian tetap saja aku harus tegas untuk menjaga kualitas dari milis karena itu aku menerapkan sistim moderasi untuk menyaring email yang masuk.
Rupanya keberhasilanku untuk mewujudkan acara kopdar nyaris setiap bulan cukup membuat para pengelola milis lain penasaran karena jujur memang tidak mudah untuk bisa mengadakan pertemuan setiap bulan satu kali dengan tema yang berbeda beda tapi berkat dukungan semua pihak seolah tidak ada kata susah. Bahkan para pembicara yang dengan ikhlas berbagi ilmu dan pengalaman rela jauh jauh datang dari kota lain seperti Bandung. Karena dianggap senior akhirnya aku pun bisa berjejaring dengan para pengelola milis milis lain yang juga ikut jadi member di milis the Profec demikian juga sebaliknya akupun tak segan segan menimba ilmu dari milis mereka. Dan puncaknya saat ada acara camping yang dimotori oleh Milis Kemah dan diikuti oleh member dari beberapa milis yang kemudian berkolaborasi menjadi LINTAS MILIS maka peserta dari komunitas the Profec justru diberi porsi paling banyak yaitu 50 orang. Sebuah saksi sejarah permilisan yang rasanya belum ada tandingannya sampai sekarang dan layak dipikirkan untuk diadakan setiap 5 tahun sekali.
Di dalam acara ini aku membuat Bintang Terangku yaitu menjadikan the Profec sebuah organisasi berskala internasional dengan member 5000 orang yang bergerak di bidang bisnis, edukasi, charity dan lingkungan hidup di tahun 2011. Dan Bintang Terang ini juga didukung oleh para moderator Profec yang juga hadir di sana. Semoga dalam waktu yang tinggal setahun ini Bintang Terang itu bisa terwujud.
Aku sungguh merasa kaya bahkan sangat kaya karena memiliki banyak sekali teman baru yang begitu tulus dan kooperatif membantuku baik dalam mengembangkan milis maupun mengadakan aktifitas aktifitas off air lainnya. Bahkan member dari kota kota lain pun dengan senang hati membangun the Profec daerah seperti Profec Joglosemar, Profec Timur, Profec Batam, Profec Makassar, Profec Singapore sayang sekarang ini kegiatan Profec daerah agak lesu karena ditinggal para tokohnya yang pindah ke kota lain, semoga embrio yang sudah lahir ini bisa dikembangkan lagi.
Aku jadi sadar bahwa bukan apa yang kita kerjakan yang membuat berarti tetapi bagaimana cara kita mengerjakannya yang membuat sesuatu itu menjadi punya makna seperti milis the Profec. Bukan sesuatu yang mudah mengelola sebuah milis yang notabene tidak mendatangkan uang bahkan cukup menyedot biaya maupun waktu yang tidak sedikit namun karena kegigihanku maupun para moderator lainnya maka milis ini tetap bisa bertahan di saat banyak milis milis lain berguguran tergantikan oleh jejaring sosial lainnya seperti yang lagi marak saat ini yaitu Facebook atau Twitter.
Lies, mendapatkan penghargaan ISMBEA, berkat kegiatannya membangun Profec.
Harus diakui seperti juga organisasi sosial lainnya ada masa pasang dan surut bahkan dua tahun terakhir ini saat aku total pensiun dari Nissan Motor Indonesia karena keterbatasan sarana untuk on line maka the Profec sempat terasa mati suri. Diperparah lagi dengan domisiliku yang terpencil di Cibinong semakin membatasi ruang gerakku untuk mengadakan kopdar kopdar seperti yang biasa dilakukan di tahun tahun sebelumnya. Pokoknya kalau diurai satu persatu aku memiliki segudang alasan agar bisa dimaklumi kenapa belakangan ini milis the Profec agak kendor. Namun apapun kondisi milis sekarang aku tetap semangat untuk terus membangun dan menghidupkan milis ini tentu saja dengan bantuan para moderator maupun member aktif lainnya dan aku percaya ikatan persaudaraan yang sudah terbangun dengan sangat kuatnya akan mampu mempertahankan eksistensi milis ini. Kebersamaan semakin terasa saat mendapat undangan untuk hadir dalam acara acara public baik di teve maupun di luar dan puncaknya ketika aku mendapat penghargaan ISMBEA 2008 sebagai penggerak entrepreneurship di dunia milis yang merupakan pendorong yang luar biasa untuk aku sehingga semangatku terbangun kembali untuk selalu menegakkan bendera The Profec di dunia maya maupun nyata. To Give and To Take.
Dalam salah satu seminar yang diadakan James Gwee buat member the Profec beliau menekankan agar sebuah pertemanan bisa langgeng maka mindset untuk To Take and To Give harus diubah menjadi To Give and to Take dan itu selalu kami kumandangkan kepada para member agar keberadaan kita di milis yang sama sama kita cintai ini adalah untuk berbagi dan hanya berbagi….. jangan main itung itungan atau bersikap transaksional dalam berjejaring dan mengharapkan keuntungan di depan, dengan keikhlasan berbagi pun sesungguhnya Tuhan akan membalas semua kebaikan kita berlipat ganda jika kita ikhlas melakukan semuanya. Aku sendiri merasakan bagaimana sentuhan persaudaraan yang tulus yang aku dapatkan baik dari anggota milis the Profec maupun teman teman dari milis lain dimana aku juga menjadi member seperti para pengelola milis tsb. juga rela bergabung di milis the Profec. Kita saling dukung untuk memperkuat milis masing masing dan tak ada keinginan untuk menjadi yang terkuat atau yang terbaik dengan menjelek jelekkan milis lain. Kini setelah the Profec hampir 5 tahun berdiri aku sungguh merasakan manfaatnya menjadi anggota ataupun memiliki sebuah milis ataupun komunitas virtual lainnya. Aku selalu mendapatkan pertolongan entah dari member the Profec atau milis lain saat aku membutuhkannya bahkan untuk hal yang dianggap tidak mungkin pun bisa jadi mungkin. Aku juga merasa bahagia karena merasa dibutuhkan terbukti banyak member ataupun orang yang direkomendasi oleh member yang menghubungi aku saat mereka juga membutuhkan pertolongan. Bahkan pekerjaanku sekarang ini aku dapatkan dari Pak Jamil Azzaini yang juga salah seorang contributor milis the Profec dan alhamdulilah banyak uluran tangan aku dapatkan saat aku maupun anggota keluargaku membutuhkan pertolongan dari para sahabat yang terkadang malah tidak mau menyebutkan identitas mereka, aku selalu berdoa agar semua kebaikan mereka mendapat balasan berlipat ganda dari Tuhan pemilik semesta alam. Jakarta, April 2011 Lies Sudianti Founder & Moderator the Profec
Milist Memang Dahsyat Ietje S. Guntur Saya baru saja membuka email di komputer saya. Tuuung tuuuung tuuuung email mengalir seperti menggelinding . Ada yang dari perorangan dan ada yang dari berbagai milist. Waduuuh, rame juga, ya? Saya jadi senyum-senyum sendiri. Inilah jadinya, kalau kelewat centil di milist-milist. Saya memang penggemar milist. Bahkan di beberapa milist saya lumayan aktif. Kalau menurut istilah sahabat saya, Bang Charles, saya ini sudah seperti lintas milist. Hihi (padahal bukan cuma saya lhooo). Dan lucunya, setelah saya telusuri, ternyata aktivis milist itu ya orangnya itu-itu saja. Pindah ke milist lain eeeeh ketemu lagi, dia lagi dia lagi, hahaha. Ternyata memang yang doyan kelayapan di dunia maya, terutama untuk peminatan bidang yang sama, ya orangnya nggak jauh-jauh dari teman sebelah juga. Jadi ya kita ngobrol-ngobrol aja lagi seperti di rumah sendiri. Milist yang saya ikuti ini umumnya memang berkaitan dengan minat saya dan juga mengenai pengembangan diri. Jadi selain bisa sharing pengalaman, saya juga bisa menimba ilmu dari teman-teman di milist (yang umumnya memang sudah pakar-pakar). Jujur saja, ini komunitas yang paling saya sukai. Karena selain bisa sharing pengalaman, saya juga diterima dengan tangan sangat terbuka dan pelukan yang sangat hangat dari teman dan sahabat-sahabat saya di sini.
Dengan komunitas ini, hubungan kami tidak terbatas pada hubungan di dunia maya, tapi juga hubungan off air alias kopi dangdut. Eeeeh kopi darat. Nggak ketemu sebulan saja rasanya sudah kangen beraaaat banget. Untunglah... banyak kegiatan kopi darat yang sering dilakukan , baik berupa seminar maupun gathering yang sangat bermanfaat untuk mempererat hubungan antara anggota milis. Bukan hanya itu. Banyak persahabatan baru terjalin melalui kegiatan di milis-milis ini. Tapi tidak semua komunitas milis yang seperti itu. Kadang ada juga tawaran dari milis yang nyelonong begitu saja entah dari mana. Dan dasar saya ini orangnya penasaran (dan sok tahu juga sebetulnya... Hehe) maka saya coba ikuti juga beberapa milist yang beda aliran ini. Eeeh ternyata lucu-lucu dan unik-unik juga. Ikut milist memang harus pilih-pilih, jangan sembarang memilih. Salah-salah bisa terperosok ke dalam komunitas yang sama sekali tidak sesuai dengan minat kita.
Beberapa milist yang mengesankan itu ada milist yang merupakan ajang diskusi para pakar teknologi. Diskusinya nggak jauh-jauh dari urusan teknologi tinggi melulu sampai saya pusing kepala membacanya. Jangankan milist teknologi yang bahasa asing, wong yang bahasa dewe alias bahasa pribumi saja sudah nggak mudheng sama sekali. Jadilah setelah mengikuti diskusinya yang seperti diskusi para dewa, dengan sangat menyesal saya akhirnya mengundurkan diri hik hik hik (lagian siapa yang suruh ikutan milis mikir seperti itu yaaa?).
Ada lagi milist yang kerjanya ngomongin soal tempat belanja di mana dan ngerumpi di mana. Wadduuuuh, saya yang suka ngelayap ke sana ke mari saja kalah jauh dibandingkan dengan teman-teman di milist ini. Jadi ya sudah dari pada saya sakit kepala mikirin omongan para dewa-dewi ini, saya pun mengundurkan diri. Masih ada lagi milist yang suka mendiskusikan ( tepatnya mengumbar) masalah di awang-awang. Kalau kata anak saya sih termasuk kasta ‘high-high’ gitu. Wow banget deh pokoknya. Saya sampai tidak berani menampilkan diri dan duduk diam di pojokan saja, menunggu mereka turun ke bumi. Eeeeh nggak turun-turun.
Tetap di
puncak pohon kelapa.
Begitulah saya pun akhirnya mengundurkan diri. Karena jujur saja, saya tidak mendapatkan apa-apa di sana, kecuali pemahaman bahwa ada satu spesies manusia yang memang lebih suka berada di langit daripada berada di bumi. Ooh, belum selesai. Ada juga milis yang astaganaga ngomongnya vulgar-vulgar banget. Jujur saja, saya sempat syok juga mengikuti milis ini. Dan tahukah teman, anggota milis ini memang beda jenis kelamin dengan saya hahaha. Pantesan aja diskusi dan obrolannya asyooooi sekalee. Tapi lama-lama nggak enak juga sih (bukan karena kuatir ketahuan sama mantan pacar). Jadi saya pun pamit mundur dari milis yang super heboh ini. ♥
Ngomong-ngomong soal milist ini, setelah saya perhatikan dan analisis mengenai karakter masing-masing milist, memang semuanya mengakomodasi kebutuhan setiap kelompok manusia. Apa pun, saya sendiri sangat diuntungkan dengan adanya milist. Baik yang demokratis maupun yang sangat ketat, semuanya sama-sama bisa mengakomodasi kebutuhan saya. Kadang, saking cintanya pada teman-teman di milist, saya jadi agak fanatik juga he he he. Asalkan jangan sampai seperti kata seorang teman, milist ini bukan lagi sekedar komunitas, tapi bisa menjadi sebuah sekte. Yang bener aja!? Wong milist ini cuma buat senangsenang. Cuma buat memperkaya nilai kehidupan. Cuma buat sharing pengetahuan dan berbagi pengalaman. Jadi, nggak sampai segitunya deeeh… Saya merenung.
Pintar-pintarlah memilih mailing list, karena tidak semuanya cocok dengan keinginan dan kebutuhan kita. Di lemari saya tergantung berbagai kaus dari berbagai milist! Dan saya dengan bangga selalu menggunakannya di berbagai kesempatan. Kayaknya gimana gitu. Ada getaran ‘sense of belongingness’ yang begitu kuat di dalam diri saya. Jangan-jangan, ini memang sebuah sekte? Wow., nggaklah yaw!
Mendorong Jadi Entrepreneur Liliana Wahyudi Apa gunanya milist bagi Anda? Pertanyaan itu langsung saya jawab dengan tegas “Buanyaaaaak,” karena dengan ikut beberapa milis (Profec, Trainersclub, Reader Digest, Business centre, dsb) membuat networking semakin luas. kesempatan maju lebih besar pula. Bahkan saya beberapa kali mendapat job diawali dari perkenalan di milist. Khusus milist Profec karena dari namanya saja yang Profesional and Entrepreneurs Club membuat wawasan saya khususnya dalam mengembangkan usaha sendiri menjadi lebih terasah dan terarah. Persis sesuai target saya, di tahun 2010 saya menetapkan hati untuk mandiri mengembangkan usaha dan hobi saya yaitu di bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM). Syukur kepada Tuhan bahwa dalam waktu yang singkat kurang dari satu bulan saya mengambil keputusan lepas dari lembaga konsultan yang menaungi saya selama 2 tahun lebih ini, akhirnya saya mendapat project pertama. Bahkan saat saya menulis artikel ini, saya sedang mempersiapkan sebuah project yang lebih besar lagi sehingga saya perlu menjalin kerja sama dengan menawarkan lewat milist juga untuk orang-orang yang memiliki passion sama membagikan ilmu dan mengembangkan SDM.
Baru satu hari saya lempar kebutuhan saya untuk mencari partner trainer, lebih dari sepuluh CV sudah saya dapatkan... dan CV-CV yang saya dapatkan bukan dari orang-orang yang baru “fresh graduate” melainkan orang-orang yang sudah malang-melintang di dunia persilatan eh... di dunia pelatihan. Jadi saya merasa ikut milist sangat bermanfaat. Saya mengikuti Profec sudah lebih dari 5 tahun bahkan pernah diundang oleh Bu Lies, sang pendekar dan founder Profec yang kita cintai untuk sharing bersama Ibu Ietje yang smart dan charming di event Kartinian. Dengan ikut milist Profec ini kita bisa berbagi ilmu dan mendapat ilmu yang sangat bermanfaat bagi kehidupan pribadi. Juga untuk kehidupan profesional kita, dan kehidupan yang lebih hidup lagi karena tantangan berwirausaha. Orang-orang yang sudah punya pengalaman berwira usaha dengan gamblang membagi ilmunya. Kita semua yang menikmati ilmu yang dibagikan itu menjadi lebih kaya wawasan, lebih melek tentang sepak-terjangnya merintis usaha baru, suka dan dukanya, termasuk berbagai solusi yang disampaikan di milis.
Masih belum bergabung dengan satu milist pun? Wah ketingalan jaman!
Jadi bagi saya, ikut milis Profec sangat bermanfaat dan mencerahkan. Semoga Profec bisa lebih maju lagi, bisa jadi wahana untuk para profesional dan entrepreuners mengembangkan KSA (Knowledge, Skills, dan Attitude) para anggota dan kontributornya. Bisa jadi sarana curhat yang bukan cuma asal curhat yang mengarah jadi gosip. Tapi menjadi ajang curhat yang mencerahkan karena bisa memberikan berbagai alternatif solusi. Bisa saling asah – saling asih – dan saling asuh. Profesional atau entrepreneur, sama saja. Yang penting integritas dan totalitas Hidup Profec. Tetap semangat dan semoga makin PRIMA (Peduli terhadap membernya yang sedang ultah, sedang kedukaan, sedang bahagia karena wisuda, kelahiran, pernikahan, dsb;) Ramah bagi setiap member dari berbagai kalangan, suku, agama, dan golongan yang berbeda-beda karena mengusung prinsip universalitas. Inisiatif mengadakan kegiatan-kegiatan bermanfaat seperti temu kangen, sharing ilmu, bakti sosial terhadap daerah yang terkena bencana, dsb; Menarik – milis Profec bisa lebih menarik lagi tampilan websitenya, menarik minat orang untuk bergabung dan berkontribusi, dan tetap Antusias.
Ikut Milist Malas? Wendy Putro Menurut survey, ada ratusan milis di Indonesia. Tinggal seleksi mau ikut group yang mana, koleksi lalu desisi mana yang menjadi favorit anda untuk nimbrung baik kontribusi atau sekadar numpang baca. Saya bukan penggemar milis, alasan pertama e-mail kantor di batasi (baca masih menggunakan fasilitas kantor buat urusan milis) yang kedua mencari milis yang benar benar plek, sehati dan cocok salah satu alasan itu juga menjadi alasan utama bagi saya. Pertemuan dengan milis akhirnya terjadi juga sekian tahun yang lalu, yang pertama itu memang kena di hati, yaitu member milist sekretaris yang sekolahnya terkenal di seantero Jakarta. Namun perlu diketahui ikutnya saya mendaftar jadi anggota juga karena misi “mulia“ perusahaan kami waktu itu, perusahaan travel on-line untuk mencari networking seluas luasnya dalam rangka mencari calon klien baru. Namanya sambil menyelam, tenggelam. Suatu hari mobil saya mengalami musibah, ringsek habis sampai harus diganti yang baru. Ketika mengajukan klaim asuransi, rasanya perusahaan asuransi itu rada pasif. Lalu saya menggaungkan kegelisahan hati di milist. Di penghujung e-mail menghimbau barangkali ada rekan sekretaris yang bekerja di perusahaan asuransi yang saya maksud.
Ternyata gayung bersambut, e-mail saya langsung di respons dan atas bantuan mbak anggota milist klaim saya untuk mobil baru keluar dalam waktu pas, tidak kurang tidak lebih selama 3 bulan. Powerful
nian!
Bergabung dengan perusahaan lain saya “nyantol” lagi dengan milist lain. Kali ini masih dengan misi mulia yaitu mencari pencerahan dari milist yang khusus membahas mengenai manajemen. Saat itu saya merasa lumayan mendapatkan banyak pencerahan mengenai manajemen, tip dan trik, strategi, artikel baru dan sekalian mas moderatornya rajin sekali memposting dan mengundang seminar. Suatu kali dilemparlah pancingan artikel berupa CRM (Customer Relationship Management), gayung bersambut pula. Banyak yang antusias dan bertanya,
ikut berpartisipasi
ingin sekali
untuk tahu lebih lanjut: makhluk gerangan apakah CRM itu? Muncul satu nama yang sukarela mau mengurusi tempat dan mencari pembicara yaitu Lies Sudiati. Dasar saya juga sedang iseng dan sedang tidak banyak kerjaan kala itu saya hubungi beliau, bu saya siap membantu mencari tempat. Saya ingat betul suara ibu tersebut serak serak basah, belum terbayang seperti apa orangnya. Singkat kata beberapa orang sepakat untuk bertemu yaitu ibu Lies, saya, Suchin–Sinfu dan Jerri Rismaldi – calon pembicara mengenai CRM.
Singkat cerita seminar awal tersebut merupakah cikal bakal pendirian milist Profec. Saya ingat beberapa jam sebelum acara berlangsung, masih ada satu orang lagi yang kontak saya dan bilang dia siap membantu untuk jadi mat Kodak alias tukang foto. Itulah awal Made Artiana, yang tulisannya belakangan juga makin kinclong di milis Profec, berkiprah menjadi salah satu moderator di milist ini. Membanggakan untuk tahu bahwa menjadi member Profec adalah menjadi komunitas dari sekian banyak penulis, yang namanya berkibar, sekian banyak motivator, para entrepreneur, dan para inspirator. Ada persahabatan yang terjalin meskipun lebih sering terjadi secara maya dan begitu banyak artikel, joke, curahan hati yang tertumpah setiap harinya. Hal itu membuat saya “terpaksa” menambah beberapa folder pada inbox saya demi menampung banyak artikel yang saya anggap berguna atau bakal bisa di manfaatkan di lain waktu. Jadi kembali ke awal cerita jangan malas ikut milis banyak gunanya asal pintar dan tahu triknya.
Sesuatu yang baik biasanya di awali oleh hal yang baik pula.
Indahnya Mailing List Dewi Berlian Internet adalah sesuatu yang tidak aku sukai. Bahkan jika hendak mengirimkan E-mail, aku minta tolong suamiku untuk mengirimkannya melalui alamat E-mailnya. Katro banget ya? Jadul banget. Pokoknya berbagai istilah yang menggambarkan betapa kunonya aku dengan sukarela aku terima. Biarin! Daripada harus membuka internet, lebih baik aku membiarkan diriku dipasangi label seperti itu. Sampai-sampai aku tidak menjemput temanku yang datang ke Indonesia, padahal dia sudah mengabariku sebelumnya via E-mail suamiku! Ampuuun, gara-gara bergantung ke orang lain, aku tidak menerima kabar kedatangan temanku itu. Untung saja dia segera menghubungiku dengan menelpon setelah sampai di hotel tempatnya menginap. Lalu jika ada yang menanyakan alamat E-mailku, dengan santainya aku bilang ‘tidak punya’. Atau jika penting sekali aku akan minta ijin kepada suamiku agar aku diperbolehkan meminjam alamat e-mailnya. Masya Allah hari gini nggak punya alamat e-mail? Kalau komputer? Ehem aku sudah akrab dengannya sejak kuliah meski saat itu masih jarang orang menggunakan komputer. Bahkan di kantor tempatku bekerja, aku termasuk pegawai yang dianggap ‘mumpuni’ mengoperasikan komputer.
Lewat komputer aku lumayan rajin menulis, berbagai macam tema, terutama kehidupan sehari-hari. Sampai suatu saat, mantan pacarku tercinta yang selalu memperhatikanku suka menulis pengalamanpengalamanku dalam mengasuh berlian-berlian kami menegurku, “Kenapa kamu tidak mau membaginya kepada orang lain.” Aku heran, mengapa harus membagi? Bagaimana aku membaginya? Karena aku merasa tidak ada yang istimewa dengan caraku mengasuh buah hati kami itu. “Sayang, Diajeng ingat tidak kalau banyak orang yang mengatakan anak-anak kita santun, pinter, kritis namun sopan, tidak pernah berantem, tidak suka jajan, rajin shalat, dll? (Wakakakak, itu beneran atau karena anaknya makanya dia puji-puji?) Apa tidak ingin orang lain mengetahui pola asuh yang Diajeng terapkan ke anakanak? Sadar nggak kalau mungkin saja semua yang diajeng lakukan dan tulis itu bisa bermanfaat bagi orang lain?” Tapi bagaimana caranya?
pacarku tercinta itu memang TOP BGT. Dia menyarankan agar aku Dan,
saudara-saudara,
membuat blog saja. Taruh tulisanku tentang berbagai hal yang ingin aku bagikan ke orang lain di blog itu. Terserah orang mau membaca atau tidak, setuju atau tidak, memakai atau tidak, sama sekali tidak akan merugikanku. Yang pasti, niatku berbagi sudah dilakukan. Nah maka kemudian lahirlah sebuah blog http://mamaibuindonesia.blogspot.com. Sejak itu aku hampir tiap hari membuka internet namun hanya untuk membuka blog pribadiku saja.
Itu juga yang akhirnya membuatku nyemplung di dunia mailing list. Memang hanya beberapa milist yang aku ikuti. Milist alumni dari sekolah-sekolahku dulu tempat kami bersilaturrahim dan senantiasa saling berkabar, dan beberapa milist yang menurutku sesuai dengan kebutuhanku saja yang aku ikuti. Itu saja sudah cukup membuat inboxku penuh jika dua hari saja aku tidak membukanya. Dari ‘keluarga baru’ millist jugalah kemudian
aku
mempunyai sebuah minimarket. Kok bisa? Ya bisalah, masa ya bisa donk? Hehe, memang sudah lama aku ingin berinvestasi di bisnis ritel ini namun tidak pernah yakin, sampai aku bertemu (di millist tentu saja) dengan seorang papak yang baik hati yang sudah terlebih dahulu berinvestasi di minimarket yang dengan dermawannya membagi pengalamannya kepadaku. Bapak Budi Rahmat, terima kasih banyak atas semuanya. Semoga Tuhan membalasnya dengan keberkahan-Nya. Juga kesempatan bisnis lainnya aku dapatkan melalui millist. Pertemanan, persahabatan, persaudaraan yang tidak dibatasi oleh jarak, waktu, ras, suku, agama. Semua tulus dipersatukan oleh satu jembatan indah yang bernama MAILING LIST. Memang indah bukan?
Untung Besar Dengan Milist Dadang Kadarusman What in it for me? Itulah pertanyaan yang sering kita ajukan terhadap setiap gagasan untuk melakukan sesuatu. Jika tidak ada untungnya, mengapa mesti kita ikuti. Hal ini berlaku baik untuk sesuatu yang memiliki nilai ekonomi, maupun halhal yang lain yang tidak ada kaitannya dengan keuntungan material. Menulis di milist pun tidak terlepas dari ukuran-ukuran keuntungan semacam itu. Tapi, apakah semua bisnis bisa untung di milist? Saya kira, tidak semua bisnis bisa memperoleh keuntungan besar dari milist. Malah sebaliknya, milist bisa menyebabkan kerugian yang sangat fatal bagi bisnis tertentu. Lantas, bisnis apa saja yang dijamin akan untung besar dengan milist? Saya pribadi telah mendapatkan keuntungan yang banyak dari penggunaan milist. Misalnya, order pelatihan yang saya dapatkan dari berbagai perusahaan. Sebagai seorang Trainer Management dan Pengembangan Diri, saya tidak memiliki tenaga marketing khusus untuk menjual program-program pelatihan yang saya selenggarakan. Saya sekedar menampilkannya dalam dan situs www.dadangkadarusman.com www.bukudadang.com .
Hanya sesekali saya mengirim email atau proposal ke perusahaan-perusahaan yang saya percaya akan mendapatkan manfaat dari program-program pelatihan saya. Namun setelah saya evaluasi, ternyata sebagian besar order proyek pelatihan yang saya dapatkan merupakan hasil dari apa yang saya lakukan di milist. Perusahaan-perusahaan peminat program pelatihan saya pada umumnya terlebih dahulu mengenal saya melalui milist. Tanpa milist, mungkin sangat sedikit perusahaan yang mengenal saya. Dan lebih sedikit lagi yang berminat untuk menugaskan saya melakukan pelatihan bagi para karyawannya. Saya tidak pandai menilai ukuran besar atau kecil sebuah nilai nominal. Yang jelas, dari aktivitas inilah saya menafkahi keluarga kami. Alhamdulillah,
Tuhan
mencukupi kebutuhan kami. Lagi pula, besar dan kecil itu bukanlah ukuran yang mutlak. Saya bilang besar, mungkin Anda menilainya kecil. Atau sebaliknya. Sekalipun demikian, saya ingin mengajak Anda mengenal sebuah keuntungan bisnis dari milist yang ukuran besarnya tidak terbantahkan. Sebab, keuntungan yang sangat besar ini berkaitan dengan firman Tuhan yang menyatakan bahwa manusia itu berada dalam kerugian. Kecuali yang mau saling menasehati dalam kebaikan.
Dulu, seseorang harus menjadi pemuka agama, tokoh masyarakat, atau pejabat tinggi untuk bisa mendapat tempat sebagai sang penyeru kepada kebaikan. Sekarang, kita tidak lagi dibatasi oleh sekat-sekat derajat kepangkatan atau status apapun untuk mereguk keuntungan seperti yang diisyaratkan firman Tuhan itu. Sebab, hari ini kita memiliki milist yang membuka pintu selebar-lebarnya bagi siapa saja yang hendak berbisnis dengan Tuhan; melaui pesan-pesan kebajikan yang disebarkannya.
Dampaknya tidak 10 kali lipat tapi ratusan bahkan ribuan kali lipat. Sebentar dulu, benarkah itu dihitung sebagai bisnis? Saya teringat guru mengaji saya menjelaskan pesan Rasulullah tentang tindakan manusia. Sabda beliau;”Ada 3 amal manusia yang pahalanya terus mengalir sekalipun dia sudah meninggal dunia,” Salah satunya adalah; menyampaikan ilmu yang bermanfaat. Konkritnya, jika seseorang (Mr. A) bisa menginspirasi orang lain (Mr. B) untuk melakukan kebaikan, maka Mr. A akan mendapatkan pahala kebaikannya selama Mr. B melakukan kebaikan tersebut. Jika suatu ketika maut menjemput Mr. A, namun Mr.B masih melakukan kebaikan yang sama, maka pahalanya terus menerus mengalir ke alam kubur Mr. A. Jarang sekali ada mitra bisnis yang memberi keuntungan seperti itu. Padahal kita bisa melakukannya dengan mudah; bahkan sekedar mengirimkan pesan-pesan kebaikan melalui milist.
Sungguh sebuah bisnis yang sangat menguntungkan. Berapa banyak keuntungan yang akan kita dapatkan? Rasulullah menyampaikan sebuah pesan dari Tuhan:”Jika seseorang melakukan kebaikan, maka Tuhan akan membalasnya sepuluh kali lipat.” Bayangkan, bisnis apa yang bisa memberi Anda keuntungan sepuluh kali lipat? Milist memberi kita kesempatan untuk berbisnis dengan Tuhan, lalu meraup nilai keuntungan serupa itu. Padahal modal kita sangat sederhana, yaitu; menuliskan pesan-pesan yang disukai Tuhan agar orang lain semakin tercerahkan. Bagi Anda yang pengusaha besar, mungkin merasa kalau keuntungan sepuluh kali lipat itu adalah hal yang biasa. Namun dalam nasihatnya, Rasulullah meneruskan; ”....sampai tujuh ratus kali lipat.” Oh, ternyata yang
sepuluh kali lipat itu adalah imbalan minimal yang Tuhan sediakan. Karena ternyata ada tambahan pahala lain hingga tujuh ratus kali lipat. Jaman dahulu, jika Anda mengirimkan satu surat, maka surat itu ditujukan kepada satu orang. Sekarang satu surat berisi pesan kebaikan yang Anda tulis di milist bisa dikirimkan kepada tujuh ratus orang. Anda boleh menyanggah; ”Anggota milist itu jumlahnya lebih dari 700!” Anda benar. Dan bagi saya, hal itu memiliki 2 implikasi. Pertama, kita diajak untuk bersikap realistis. Tidak semua orang yang membaca tulisan berisi pesan positif kita akan setuju dan mengikuti kebaikan yang kita tebarkan.
Implikasi kedua, pernahkah Anda mendapatkan pesan positif yang diforward oleh teman Anda? Anda bukan member milist itu. Tapi kok bisa ya pesan seseorang sampai kehadapan Anda. Sungguh sangat relevan dengan nasihat Nabi tadi karena beliau meneruskan firman Tuhan itu begini;” .....bahkan pahalanya masih dilipatgandakan lagi.” Bayangkan, bisa merinding kita jika berhasil merenungkan betapa banyaknya pahala yang Tuhan sediakan. Setiap kali Anda menulis tentang kebaikan di sebuah milist, ada peluang seseorang di milist itu memforward pesan positif Anda kepada orang lain di luar milist. Oleh sebab itu, beruntunglah orang-orang yang menggunakan milist untuk tujuan-tujuan yang baik. Mengajak manusia kepada kebaikan. Dan saling menasihati dalam kesabaran. Sebab Tuhan telah dengan tegas berfiman dalam kitab suci yang diwahyukan-Nya; ”Fastabiqul khairaat!” Dengan firman itu Dia Yang Maha Mulia bertitah; ”Berlomba-lombalah kalian, untuk melakukan kebaikan!” Sungguh, hari ini kita memiliki kesempatan yang luas untuk melakukannya di milist. Sebab milist memberi kita peluang bisnis yang sangat menguntungkan bersama Tuhan. Fastabiqul khairaat.
Mari Berbagi Semangat! Mari Berbagi Kebaikan!
Milist Memang Dasyat! Arya Saleh Apakah anda dapat membayangkan pengaruh sebuah mailing list pada kehidupan seseorang? Pertanyaan ini mungkin membuat anda tersenyum, apakah sekumpulan interaksi email dari orang-orang yang tidak saling kenal dapat mempengaruhi hidup anggota mailing list tersebut. Dalam sebuah mailing list, umumnya kita senantiasa berbagi informasi atas topik-topik yang kita sukai, seperti koleksi komik Indonesia, pengembangan kepribadian, kisah Tintin, masalah transaksi saham, cara sukses melalui internet marketing, menghasilkan uang melalui real estate dan sebagainya. Sesuai fungsi internet sebagai pemberi informasi, mailing list mempunya fungsi memberikan informasi spesifik sesuai bidang yang dijadikan tema. Penulis mengikuti sebuah mailing list, yang ternyata membawa dampak pada kehidupan penulis secara luar biasa. Mailing list tersebut bernama Money
Magnet.
Mailing list ini bermula dari sebuah buku karya Adi W Gunawan berjudul “Becoming a Money Magnet”, yang sekarang telah diperbarui oleh buku dari penulis yang sama, yang berjudul “Quantum Life Transformation”.
Inti dari mailing list Money Magnet adalah berbagi pengetahuan, pengalaman, belajar serta berinteraksi bagaimana membuat hidup menjadi lebih mudah & bermanfaat, serta agar sukses dapat dicapai tanpa stres dan usaha yang susah payah. Mungkin Anda masih bertanya-tanya, apa sebenarnya pengertian atas istilah Money Magnet ini. Bagaimana penerapannya dalam kehidupan manusia sehari-hari? Semuanya bermula dari satu kata yang sangat didambakan oleh setiap manusia yang ada di dunia ini, yaitu “Sukses”. Semua orang – anda, keluarga anda, rekan-rekan anda, tetangga anda, saya, dan mereka yang lain, akan selalu mendambakan kesuksesan dalam segala bidang kehidupan. Sukses meliputi bidang keuangan, keluarga, kesehatan, agama, petualangan, pengembangan diri dan lain sebagainya.
Intinya adalah berbagi/memberi. Tidak semua orang mencapai sukses yang didambakan. Apa lagi jika anda mendengar Hukum Paretto, yaitu 20% orang terkaya menguasai 85% total kekayaan negara, sementara 80% masyarakat memiliki sisa 15% dari total kekayaan negara. Pasti ada sesuatu yang “beda”, yang dimiliki oleh kelompok 20% tersebut. Mereka hidupnya santai, dan selalu bertambah kaya. Sementara kelompok 85% berjuang mati-matian dan standar hidupnya tidak banyak berubah.
Apakah anda pernah membaca buku atau menonton DVD yang menggemparkan, berjudul “The Secret”? Pertanyaan pada paragraf diatas mendapat jawaban yaitu di dunia terdapat hukum Law of Attraction, artinya anda mendapat apa yang anda fokuskan. Jika anda berfokus pada sukses, maka berdatanganlah faktorfaktor pendorong kesuksesan anda. Sayangnya sebagian besar di antara kita – tanpa sengaja – berfokus pada hal-hal yang tidak mereka inginkan. Akibatnya mereka
yang selalu menghambat datangnya kesuksesan. selalu
menarik
faktor-faktor
Pada mailing list Money Magnet, banyak sekali member yang bertanya dan mendapat jawaban dari banyak sekali member lain yang berlomba-lomba memberi respon. Baik berupa jawaban, sharing pengetahuan, berbagi pengalaman, menginformasikan cara mempraktekkan dan lain sebagainya. Bahkan banyak sekali member yang berbagi pengetahuan dengan cara memposting di mailing list, baik berupa artikel, posting dari mailing list lain, website yang baik, link video yang bermanfaat an sebagainya. Salah satu bagian yang sering dibahas adalah cara menghilangkan “Mental Block”. Penjelasan singkat Mental Block adalah sebuah program yang tertanam dalam pikiran seseorang, yang dulu baik, tapi sudah tidak tepat pada kondisi saat ini.
Kuncinya sangat sederhana: Berbagi dengan ikhlas!
Penulis sendiri merasakan kedahsyatan mailing list ini setelah mengamati interaksi antar member yang semakin lama semakin akrab. Bahkan banyak diantara member yang belum kenal secara tatap muka, namun dengan tulus tetap berbagi pengetahuan, pengalaman dan bahkan menyemangati yang baru. Ada juga member yang menyampaikan masalah yang sedang dihadapi, dan member pun beramai-ramai membantu memberikan alternatif solusi. Di dalam mailing list, para member sering saling mengingatkan agar berbagi dengan ikhlas dan jangan menghitung-hitung seperti membuat laporan keuangan perusahaan. Penulis memiliki banyak buku bagus, baik dalam Bahasa Inggris dan Indonesia. Sukses adalah dambaan setiap orang, dan kita harus menerima kenyataan bahwa tidak semua orang suka membaca buku.
Sarana Berbagi yang Dasyat D. Agus Goenawan Beberapa tahun lalu saya mendengarkan siraman rohani melalui radio menjelang saat berbuka puasa; saat itu pembicara memberikan pertanyaan “Barang apakah yang kita berikan tapi kita tidak kehilangan?” Bila kita memberikan uang, maka uang kita berkurang, sedangkan uang penerima bertambah, tetapi bila kita memberikan ilmu maka kita tidak kekurangan tetapi malahan mendapatkan tambahan ilmu. Sebagai contoh, saya sebagai dosen, waktu mengajar saya membagikan ilmu, tetapi dengan hal itu ilmu saya pun tidak berkekurangan tetapi malahan bertambah. Kenapa? karena ada pertanyaan atau tambahan informasi dari mahasiswa yang akan memperkaya ilmu saya. Berbagi Tanpa Kehilangan Tidak tepat bila kita menganut prinsip seorang guru silat yang hanya menurunkan ilmunya sebanyak 90% kepada muridnya. Dengan alasan ilmu yang 10% dapat menjadi penangkal untuk mengalahkan si murid bila murtad dan melawan gurunya. Bila hal ini diterapkan juga oleh si murid ke cucu muridnya, maka yang terjadi lama kelamaan ilmu silat tersebut akan punah. Yang harusnya dilakukan adalah tetap menurunkan ilmu silatnya 100% kepada si murid, kemudian si guru belajar lagi agar ilmunya tidak kalah oleh si murid.
Take, Give, dan Receive di Milist Sebagian besar dari kita memilik prinsip “take and give”, artinya menerima dulu baru memberi; hal ini dapat dilakukan sebagai anggota milist, banyak member yang hanya mau membaca – artinya menerima - berbagai posting-an tetapi ia sendiri jarang untuk memberi masukan. Prinsip yang lebih baik adalah “give and take”, artinya memberi terlebih dahulu, maka kita pun akan menerima. Sebagai anggota milist sebaiknya kita setelah mengamati sifat dan jenis diskusi yang ada di milist, maka kita pun hendaknya memberi masukan; yang tentu saja akan segera dikomentari oleh anggota lain, sehingga kita pun mendapatkan berbagai ide dan jawaban. Mario Teguh menyatakan bahwa prinsip “give and take” juga tetap kurang baik, karena kata “take” yang berarti mengambil bersifat aktif, artinya kita sendiri yang berinisiatif untuk melakukannya. Yang lebih baik adalah “give and receive”, setelah memberi maka kita tidak perlu secara aktif mengambil, tetapi menunggu dan menerima secara otomatis. Nah… demikian juga di milist kita dapat memberikan berbagai informasi dan ilmu pengetahuan yang kita miliki, tanpa perlu takut kehilangan, malah sebaliknya beberapa waktu kemudian kita akan menerima tambahan informasi atau ilmu pengetahuan sebagai tanggapan dari para anggota milist yang lainnya.
Kebutuhan dan Keinginan Kita juga perlu membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan adalah segala sesuatu yang kita perlukan dan saat ini kita masih kekurangan atas hal tersebut. Tetapi keinginan lebih menggambarkan hawa nafsu untuk memenuhi kepuasan diri sendiri; mungkin hal itu tidak kita butuhkan tetapi kita cuma menginginkannya karena kita belum memilikinya. Bila kita lapar, maka berarti kita membutuhkan makanan, tetapi bila perut kita kenyang tetapi tetap membeli makanan lain, berarti sebenarnya kita tidak membutuhkan makanan itu, cuma kita memiliki keinginan untuk mencoba atau merasakannya. Demikian juga dengan milist, yang merupakan sarana untuk mencari kebutuhan informasi dan ilmu pengatahuan bagi diri kita, bukan untuk memenuhi keinginan. Faktor kebutuhan ini yang mendorong agar anggota milist menjadi aktif untuk berbagi secara positif, sedangkan keinginan, misalnya untuk menjadi terkenal atau yang paling hebat, hanya menjadikan milist sebagai suatu sarana yang negatif; bila keinginannya tidak tercapati maka mungkin ia segera meninggalkan milist tersebut.
Berbagi dan Menerima Melalui Milist Pada kenyataannya memang tidak terlalu banyak anggota suatu milist, termasuk di milist Profec, yang aktif dan menerapkan prinsip “mau berbagi”,
sebagian besar lebih memilih jadi anggota pasif yang hanya mau “mengambil” atau “menerima” saja berbagai hal dari milist; termasuk saya juga …. ☺. Tetapi alangkah indahnya bila semua anggota milist mau berbagi informasi, walau hanya sedikit, karena hal ini membuat milist menjadi hidup. Semua yang kita tuliskan di milist akan tersebar ke seluruh anggota, artinya kita disini berbagi langsung ke ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang yang telah menjadi anggota milist tersebut. Bayangkan … hal ini tidak mudah bila dilakukan di dunia nyata; kita harus mengumpulkan mereka di suatu tempat yang besar, barulah kita berbicara kepada mereka semua. Jadi teknologi informasi memang sungguh luar biasa, dengan adanya internet kita dapat menyebarkan informasi dalam waktu sekejap ke ribuan bahkan jutaan orang yang tersebar di berbagai pelosok dunia.
Kerendahaan hati akan mengalahkan banyak hal.
Tulisan yang kita sebarkan melalui milist hendaknya selalu memberi energi positif, karena hal ini akan membantu atau menghibur orang lain, sehingga orang itu berbahagia dan menerima energi yang positif. Dan saat itu juga kita pun menjadi berbahagia, artinya saat itu kita juga menerima dan mengisi energi positif untuk diri kita sendiri.
Butuh Kerendahan Hati Salah satu penyakit yang membahayakan bagi kita semua adalah kesombongan, karena hal ini membuat diri kita menjadi yang paling hebat, paling pintar, paling tahu, dan lain-lain. Akibatnya kita tidak mau memperhatikan masukan atau pendapat orang lain, malahan kita meremehkan mereka. Dan salah satu bentuk kesombongan adalah merasa sebagai yang (paling) hebat, karena saat kita merasa hebat, maka semuanya kita pandang rendah dan tidak ada nilainya lagi. Saat berbagi di milist pun kita membutuhkan kerendahan hati untuk berbagi informasi, bertanya, berdiskusi, dan menerima pendapat orang lain. Tanpa itu kita tidak akan merasakan manfaat dari suatu milist, malahan yang ada kita menjadi musuh bagi anggota milist yang lain. Bila pendapat yang kita muat dalam milist ternyata menyinggung orang lain, atau memuat informasi yang
tidak usah ragu untuk segera memohon maaf. Para anggota lainpun pasti salah, maka
memaklumi hal tersebut karena memang sebagai manusia kita tidak sempurna. Dalam diskusi melalui milist kita perlu selalu rendah hati dengan memperhatikan prinsip bahwa di atas langit masih ada langit. Yang perlu kita lakukan adalah selalu membuka hati untuk menerima pendapat orang lain dan terus belajar untuk meningkatkan diri.
Orang sukses sejati adalah orang yang piawai membuat orang lain ikut sukses!
Penutup Milist memang suatu sarana dahsyat tempat berkumpulnya suatu komunitas yang memiliki perhatian pada suatu hal yang sama. Jadi mengapa kita tidak memanfaatkannya secara optimal? Dengan berbagi melalui milist maka kita pun sekaligus menerima, baik informasi, ilmu pengetahuan, maupun juga energi positif yang dibagikan oleh para anggotanya. Kita menjadi anggota milist tersebut karena kita memiliki kebutuhan bukan keinginan untuk memuaskan diri sendiri. Kemudian dalam berkomunikasi dengan anggota lain, perlu dibangun sikap rendah hati, sehingga diskusi dapat berjalan dengan lancar, baik, dan menyenangkan. So… mari kita manfaatkan milist sebagai sarana berbagi yang dahsyat.
Profec for Indonesia Retno Kintoko Banyak sekali groups yang ada di yahoogroups.com, bisa mencapai puluhan ribu. Namun sekitar tiga tahun yang lalu, saya diminta dan diajak oleh pendiri milis Profec, ibu Lies Sudianti untuk bergabung dalam milistnya. Saya kemudian browsing konten yang ada dalam milis Profec, diantaranya Profec sangat konsern dalam bidang profesional dan entrepenurship di Indonesia, jaringan persahabatan, dan berisi berbagi pengetahuan, profesi, trainings, manajemen maupun hal-hal praktis yang dapat dibagi kepada yang lain untuk bisa dipraktikkan. Berbagai dokumen foto aktivitas yang sudah diselenggarakan milis Profec pun tidak luput saya browsing, semuanya sangat positif, edukatif dan tentu sangat memberikan motivasi dan pengetahuan bagi members yang aktif membaca dan mengikuti isi materi yang telah dikirim oleh para members.
Mom Lies Sudianti Saya sering menyebutnya begitu, atau bunda, namun rupanya beliau lebih senang saya panggil Ibu Lies saja. Sebagai founder dan moderator tentu dituntut kerja marathon, cepat tanggap, cepat membalas, mengapproved dan sebagainya. Dengan banyaknya member yang saat ini telah menembus angka 2679. Benar-benar luar biasa…
profeciers/member tentu dibutuhkan stamina spartan bagi seorang moderator. Target 5000 members pun sudah pasti akan segera tercapai. Untuk urusan yang satu ini saya kagum atas stamina, perhatian, semangat, kerja keras, waktu, biaya dan dedikasi yang telah di berikan Ibu Lies dapat menjadi teladan bagi kita semua. Jujur saja hal tersebut menjadi salah satu dorongan semangat bagi saya untuk dapat melakukan yang terbaik buat members, dengan mengirim materi-materi pencerahan yang berkualitas. Trim’s Ibu Lies.
Nasionalisme dan kebangsaan Kebetulan background pendidikan saya dari Fisipol Universitas Gadjah Mada, jurusan Administrasi Negara. Perkembangan bangsa Indonesia saat ini seperti halnya bangsa-bangsa lain di dunia juga sedang menghadapi masalah-masalah mendasar tentang nasionalisme, demokrasi, kebangsaan, sosial kebudayaan, spirit keagamaan, ekonomi dan hubungan antar masyarakat dengan berbagai kelompok kepentingan. Dalam kondisi beribu macam kepentingan kelompok, masyarakat dengan berbagai strata sosialnya, maka kepentingan rakyat kebanyakan, yaitu yang terpinggirkan, miskin dan kurang pendidikan, tentu menjadi masalah tersendiri. Mereka semua perlu mendapat perhatian, konsern agar semakin mampu, berdaya dan menjadi perhatian penting pemerintah.
Maka melihat keadaan seperti itu, melalui penghayatan hati nurani yang paling dalam maka saya selama ini terpanggil untuk dapat belajar bersama-sama untuk menyelamatkan sumber daya negara, melalui pengiriman artikel-artikel, tulisan-tulisan, puisi, syair dan pengetahuan yang berkualitas. Kemudian ikut serta mengirimkan ke milis kaum professional dan usahawan Profec serta berbagai milis agar dapat diketahui dan dipahami bersama. Tujuannya supaya kita semua mendapat pencerahan dan pengetahuan akan sumber daya negara Indonesia yang sebenarnya sangat besar, melimpah, luar biasa banyaknya untuk terus digali, dikembangkan oleh masyarakat luas. Ataupun dikembangkan dan didorong oleh kebijakan pemerintah yang berkualias dan berfikir jauh ke depan. Saya dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1964, di Yogyakarta. Maka tanggal itu pun dari kecil telah mendorong-dorong semangat dalam jiwa saya yang paling dalam, terutama bila menjelang perayaan HUT Kemerdekaan RI yang selalu diperingati setiap tahun. Jadi saya pun maklum bila sewaktu-waktu, khususnya bila sedang memberikan tanggapan maupun mengomentari tulisan dalam materi artikel pilihan yang saya kirim di milis Profec dan atau yang lain, kadang selalu bermuatan dan mencerminkan semangat kebangsaan, nasionalisme, demokrasi, spirit bagi bangsa Indonesia
agar nantinya mampu, memiliki jati diri, berkembang maju, sejahtera dan bermartabat, sesuai dengan tujuan saat bangsa Indonesia di proklamirkan oleh para founding fathers, Soekarno Hatta, pada tanggal 17 Agustus 1945.
Manfaat Bagi Member Profec Bagi Profec, sebagai milis para professional dan entrepreneurs tentu nantinya diharapkan akan menelorkan para professional dan pengusaha mandiri di masa depan, hal ini menjadi bagian unsur yang sangat baik bagi persemaian usahawan yang berkualitas, sukses, dan selalu memuliakan kehidupan yang dijalani dengan menebar kebaikan dan kebahagian dunia. Dapat menjadi pengusaha yang dapat diandalkan masyarakat. Menjadi pengusaha bukanlah hal yang mudah, dibutuhkan keuletan, kerja keras, didiplin, pantang menyerah, semangat yang tinggi dan konsisten untuk mencapainya. Jalan terjal, naik turun, jatuh bangun, bahkan bekali-kali kegagalan harus dihadapi dan ditempuh bila ingin menjadi pengusaha yang handal. Melangkah setapak demi setapak, penuh kesabaran, kebijaksanaan, kejelian, tahan mental, kejujuran dan berperilaku sederhana, menjadi tulang punggung menuju sukses usaha. Tidak ada pengusaha sejati yang sukses dalam waktu setahun dua tahun, tetapi pengusaha yang handal akan terbentuk setelah melewati masa dua tiga dasawarsa.
Hal besar pasti dimulai dari hal-hal kecil…
Itulah pengusaha di dunia nyata sesungguhnya. Jadi tidak ada hal yang instant dalam hal menjadi pengusaha sejati. Maka seperti syair lagu topnya group band “D’massive” Jangan Menyerah adalah syair tapak langkah menuju sukses berikutnya. Akhirnya, apabila banyak members berprestasi dan berkualitas maka milis Profec pun kemudian akan menjadi salah satu milis yang benar-benar dahsyat. Syukur-syukur bila sepuluh atau dupuluh tahun lagi di antara kita semua menjadi pengusaha yang dahsyat di negeri ini. Maka visi Profec, ibu Lies dan visi kita semua kemudian sebagian menjadi nyata. It’s the real of Profec for Indonesia! Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat!
One of My Guardian Angel Made Teddy Artiana Kata ‘mailing list’ atau kerap disingkat ‘milist’ pertama kali kudengar dulu ketika masih berada di kampung halamanku, Denpasar, Bali. Dengan status sebagai pelajar kelas tiga, lengkap dengan seragam putih abu-abu berbau terik matahari, layaknya pelajar di Sekolah Menengah Atas. Lucunya, waktu mendengar istilah itu reaksiku acuh tak acuh. Maklum, ketika itu sebagai seorang pemuda yang beranjak dewasa, aku sedang menikmati masa-masa indah berpacaran. Mailing list ? Binatang apaan tuh ? Period. That’s all !! “Semua pertanyaan akan mendapat jawaban pada saatnya nanti”, demikian orang bijak berkata. Dan ini pula yang terjadi pada ku. Selepas SMA, ketika mulai memasuki masa kuliah, pertanyaan ku mulai terjawab, walaupun samar-samar. Kebetulan aku kuliah di bidang komputer, tepatnya di jurusan Manajemen Informatika. Secara teori, pelajaran dikampus, mulai menjawab pertanyaanku dulu, mengenai binatang apa mailing list itu sebenarnya. Resmi terdaftar sebagai salah seorang member mailing list, baru kualami ketika sebagai fresh graduate (sebenarnya sih bukan cuma fresh, tapi juga premateure, karena aku sudah bekerja ketika belum lulus kuliah). Ketika itu aku sudah bekerja di salah satu software house.
Sebagai salah seorang junior programmer, yang langsung berhadapan dengan sebuah proyek serius, tentu aku tidak dapat bersandar hanya kepada buku dan ‘belaskasihan’ para senior yang sudah cukup sibuk dengan segala urusan mereka. Karena itu aku memutuskan untuk bergabung dengan salah satu milist programmer yang cukup terkenal kala itu dan ‘berguru’ disana.
Hidup berlanjut. Kesempatan kemudian menghantarkanku kesebuah bank swasta yang tengah mengusahakan sebuah terobosan teknologi modern. Bank itu bernama Bank Central Asia. Berada dalam sebuah team di Divisi Teknologi Informasi dan mendapat tugas untuk mendevelop KlikBCA- aplikasi Internet Banking milik BCA- membuat aku tentunya harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Belajar dari pengalaman dan merasakan sendiri manfaat sebuah milist, kini milist yang kuikutipun menjadi bertambah jumlahnya. Dan dari milist-milist itulah aku banyak belajar. Begitu banyak persoalan rumit yang kami hadapi pada saat penggarapan proyek internet banking itu, yang akhirnya dapat terpecahkan lewat sharing dan diskusi dengan banyak orang di berbagai negara, via sejumlah mailing list. Alhasil beberapa tahun berturut-turut, penilaian kinerja tahunanku di BCA selalu mendapat apresiasi “A” dari atasan. Di lain pihak, keintimanku dengan milist sudah terjalin sedemikian rupa sehingga tiada hari tanpa milist !
Pada tingkat manajerial, kemampuan teknis semakin sedikit kegunaannya”, ujar salah seorang senior manajer di kantor kepadaku, “Maka belajarlah hal-hal lain selain IT”. Mendapat samar-samar sinyal promosi, akupun bergegas mengambil ancang-ancang. Langkah pertama, tidak usah jauh-jauh, bergabung dengan milist manajemen, finansial dan perbankan. Aku berniat mengambil jalan pintas menambah pengetahuan di bidang manajerial dan ekonomi, sehingga kemapuan teknisku lebih lengkap. Keputusan untuk bergabung dengan beberapa milist manajemen, finansial dan perbankan, melahirkan 3 (tiga) kebetulan unik. (Dalam perjalanan hidupku kemudian, baru kumengerti bahwa semuanya ternyata bukanlah
sebuah kebetulan semata). Pertama, dari salah satu milis finansial, aku berkenalan dengan dunia investasi, atau lebih spesifiknya pasar saham. Karena merasa tertarik, aku lalu bergabung dengan beberapa milist saham, bermaksud ingin memperdalam pengetahuanku di bidang bursa saham dan investasi. Aku sendiri tidak tahu, mengapa aku menyukainya. Beberapa hari kemudian, dengan tekad bulat, aku memutuskan untuk terjun di bursa saham indonesia yang ketika itu masih bernama BEJ (Bursa Efek Jakarta). Segalanya tentu harus dipraktekkan bukan? Karena keberhasilan berada bukan di ranah teori, namun lewat serangkaian tindakan nyata alias praktek lapangan.
Ada sebuah kebetulan lagi yang terjadi, dan ini kebetulan yang kedua. Dari sebuah hobby kecil-kecilan, sebuah milist photography menghantarkanku pada sebuah kecintaan serius pada dunia tersebut. Hobby yang kemudian menjadi salah satu kendaraanku untuk menjelajahi berbagai pengalaman hidup yang tak terpikirkan sebelumnya. Bahkan lewat sebuah milist wedding, aku dan photography yang kubidani, sempat mendapat predikat ‘Most Wanted Vendor’ didunia wedding. Sungguh sebuah pengalaman yang dahsyat bagiku. Seseorang yang berlatarbelakang IT.
Lahirnya Profec Sedangkan kebetulan yang ketiga, ini yang kurasa paling istimewa. Dalam sebuah copy darat di markas besar Microsoft Indonesia, aku bertemu seorang wanita baja yang luar biasa yang kemudian menjadi guru, sahabat dan partnerku dalam membangun sebuah milis baru, yang memiliki visi menyatukan kekuatan para profesional dan enterpreneur dalam sebuah wadah bernama PROFEC (Profesional & Enterpreneur Club). Orang itu bernama Lies Sudianti, yang akrab dipanggil Ibu Lies. Dan wadah yang kumaksud adalah sebuah mailng list bernama The Profec, milist yang kini telah beranggotakan ribuan orang. Sebuah milist yang sampai kapanpun akan tetap memiliki tempat istimewa di hatiku. Kelahiran PROFEC membuat pergaulanku semakin meluas, bahkan merambah kedalam dunia enterpreneur yang sama sekali tidak aku sangka sebelumnya. Dari semua ini sebuah garis hidup baru pun ditemukan.
Sebuah jalan yang menawarkan sesuatu yang sama sekali berbeda, jalan itu bernama Enterpreneur. Semua ini menghantarkanku pada keputusan penting dalam hidupku, untuk mengundurkan diri dari bank yang sangat aku cintai, Bank Central Asia. Serta merelakan sebuah kesempatan promosi jabatan yang terbentang didepan mata. Dan pada saat artikel ini ditulis, sebuah impian besar kembali menguasai pikiranku. Kali ini tentang sebuah hobby lain yang memang sangat kucintai sejak aku duduk di kelas 4 SD. Ketika itu, salah seorang guru Bahasa Indonesia ku, Ibu Dewi Ari, memanggil kedua orang tuaku, hanya karena aku mendapatkan nilai 40 sebagai nilai mengarang. Beliau berkata, bahwa selama belasan tahun
beliau merasa ikhlas memberikan angka sempurna itu untuk ia mengajar, baru kali ini,
seorang murid bernama Made Teddy Artiana. “Saya merasa nilai ini bisa saya pertanggung jawabkan, karena menurut saya, anak ibu sangat berbakat dalam hal tulis menulis”, begitu sanjungan yang beliau sampaikan kepada ibuku ketika itu. Dapat kurasakan hidungku membesar bangga, saat ibuku menceritakan kejadian ini padaku. Sanjungan Ibu Dewi Ari, kusembunyikan direlung hati terdalam. Kubiarkan ia tertidur disana, bertahun-tahun lamanya, hingga sesuatu membangunkannya.
Pada saat itu, di sebuah mailing list, aku membaca bahwa sebuah lomba menulis tingkat nasional, bertajuk KISAH 2009: Kasih Tak Lekang Oleh Waktu tengah digelar oleh Penerbit Airlangga. Iseng, aku memutuskan ikut. Tak disangka-sangka, pada saat itu aku berhasil keluar sebagai juara kedua. Bagi sebagian penulis senior mungkin ini hal yang biasa, namun sama sekali tidak bagi ku. Lewat peristiwa ini, kunci gerbang berkarat itupun terbuka sudah. Dan kenangan akan sebuah gairah bernama ‘menulis’ pun menari-nari bebas di depan mata. Mengarahkanku mau-tidak mau pada sebuah impian besar. Impian besar itu mungkin tampak begitu mustahil dan bombastis. Impian yang kumaksud adalah menjadi penulis bestseller yang karya-karyanya diangkat kelayar lebar berskala internasional, sehingga menginspirasi begitu banyak orang.
seorang pemimpi yang menyukai tidur. Aku jua pemimpi yang tentunya tahu Aku
bukanlah
membedakan mana sebuah ketakaburan dan mana sebuah cita-cita. Untuk itu aku bersedia belajar dari siapa saja, dari mana saja dan kapan saja. Sebuah jurus kuno akan kupakai kembali. Jurus yang telah mengiringiku sekian lama dan terbukti berhasil menolongku. Jurus kuno namun pamungkas itu bernama: mailing list. Karena hanya lewat milist kita dapat belajar dari siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Are you ready ?!? (*)
Milist vs Social Media? Thomas Joseph
Milist sempat menjadi top trend di tahun 2003-2005. Tapi tahun 2006 muncul sebuah media saingan dari milist dan orang sering menyebutnya dengan era Social Media Networking apalagi setelah lahir Facebook dan Twitter. Mengapa milist sempat digantikan? Jawabannya adalah karena media sosial lebih dapat mengakomodir perubahaan budaya masyarakat dalam menyampaikan
Orang sering menyebutnya dengan era 50 huruf. pesan secara singkat dan instant.
Seorang pemilik milist cerdik akan mengkombinasikan 2 kekuatan yaitu milist dan social media seperti facebook. Salah satu contoh suksesnya adalah Ibu Lies pendiri PROFEC. Dia secara jeli memanfaatkan facebook untuk menopang PROFEC. Dari hal ini kita bisa belajar bahwa kunci kesuksesan sebuah milist terletak pada: Komitmen pemiliknya untuk terus menjaga dan merawat milistnya, sehingga isinya terus terjaga sesuai dengan visi misi milist. Menjaga kualitas hubungan antara sesama anggotanya, seberapa besar ikatan kekeluargaan antar anggota yang satu dengan yang lain. Kualitas konten yang selalu up-todate, jika sebuah milis dapat memberikan isi yang dapat membangun anggotanya pasti milist itu akan terus bertahan.
Hal lain yang penting adalah partisipasi aktif dari para anggotanya dengan rasa memiliki dan budaya keterbukaan. Sebuah milist yang berhasil harus dapat digunakan untuk membina relasi di dalam sebuah komunitas. Suatu hal yang bisa menjadi kelebihan dan kekurangannya adalah pesan yang dikirim di dalam sebuah milist tidak terbatas dengan jumlah karakter. Namun juga harus diakui ada anggota yang tidak suka
membaca tulisan terlalu panjang.
Hal ini harus dipahami oleh para anggota milist sehingga mereka dapat selalu memberikan pesan yang singkat, padat dan bermakna. Tapi sangat disayangkan karena milis tidak memiliki kemampuan menampilkan profil para anggotanya seperti social media facebook ataupun twitter. Hal ini yang menjadi penyebab, banyak pengguna milist berpindah ke social media. Yang menariknya penggunaan milist di tahun 2009 mulai marak kembali sejak munculnya gadget-gadget baru seperti Blackberry (BB) yang menyediakan fasilitas push email. Dengan fasilitas push email maka user dapat bermilist ria dengan sangat mudah. Bahkan untuk beberapa user BB yang ingin berlangganan murah mereka bisa hanya berlangganan BBM dan Push Emailnya saja. Selamat bermilist dan bersocial media!
MENCURI IDE DARI MILIST Iwan Ketan Awalnya Rahman hanya sekedar iseng tatkala isa membuka sebuah pesan dalam inboxnya tentang Es Teh Manis yang ternyata berasal dari milis entrepreneur yang diikutinya. Dalam pesan tersebut, diceritakan tentang perjalanan seorang lelaki dari Bekasi yang mampu menjual ribuan es teh manis dalam kemasan gelas plastik setiap harinya. Tentu saja cerita inspirasi itu mendapatkan perhatian khusus dari para member milis tersebut hingga terjadi diskusi tentang bisnis penjualan Teh Manis dalam Gelas Plastik. Semua itu membuat hati Rahman tergoda dan membuat pikiran jernihnya berkata, "AHA, yah inilah kesempatan saya untuk memulai berbisnis es teh manis." Pada saat itu kebetulan Rahman baru saja kehilangan pekerjaan sehingga membuat Rahman harus berpikir keras agar bisa tetap berpenghasilan tiap bulannya. Setelah mempertimbangkan beberapa hal, langsung saja diapun segera memulai untuk terjun mencuri ide tersebut dan mengaplikasikan ide tersebut langsung dalam kehidupannya. Alhasil dalam waktu satu tahun, walaupun belum sesukses kisah dalam milis, kini Rahman telah mampu menjual ratusan gelas es teh manis dalam kemasan plastik per harinya.
Mencuri Ide, demikianlah yang telah dilakukan oleh Rahman, sehingga kini ia bisa sukses menikmati perannya sebagai Pengusaha Es Teh Manis. Sebelumnya saya mohon maaf jika kata "mencuri" di sini dianggap kurang sopan. Istilah tersebut saya gunakan karena dalam pelaksanaannya, Rahman tidak perlu meminta izin terlebih dahulu kepada pengusaha yang diceritakan dalam milist tersebut ketika dia menggunakan ide menjual Es Teh Manis ke dalam bisnisnya. Sehingga inilah yang saya maksudkan dengan istilah "mencuri”. Di dalam dunia maya, kita dimudahkan untuk bisa mendapatkan banyak hal dan pengetahuan baru. Terutama melalui media mailing list atau yang sering disingkat menjadi milist. Bagi
pengusaha, ide dan inovasi menjadi sesuatu yang sangat berharga. Maka komunitas dunia maya seperti mailing list tentunya akan sangat membantu sekali bagi mereka untuk mendapatkan ide-ide baru dan segar dari wadah tersebut. Seperti Rahman yang tergabung dengan salah satu milist Entrepreneur. Siapa yang menyangka dari ketidaksengajaan dia membuka sebuah topik menarik dalam suatu milist mendatangkan ilham bagi dirinya untuk mengembangkan usaha. Jika sekarang ini banyak entrepreneur yang mengeluhkan tentang mandeknya bisnis mereka, bisa jadi para entrepreneur tersebut belum memulai silaturahim melalui media milist atau wadah maya lainnya.
Padahal jika mereka menyadari, dari memulai meniatkan bergabung dalam suatu milist saja, setidaknya mereka bisa meminta masukan/pendapat dari para member tentang bisnis mereka. Bahkan tidak sedikit yang kemudian melangkah lebih jauh dengan membuat bisnis bersama.
Milist = Media Inspirasi Tak hanya dari tulisan tentang bisnis saja, ide segar dan AHA saja yang mereka dapatkan. Karena ada pula dari para member milist yang merasakan langsung manfaat dari tulisan-tulisan motivasi yang juga berlalulalang di dunia permilistan. Sehingga dari kisah motivasi tersebut, mendatangkan inspirasi dan inovasi baru dalam bisnis mereka. "Terima kasih pak, telah mengingatkan saya bahwa memang inovasi itu lebih berharga daripada emas. Selama ini saya telah mengetahuinya hanya saja saya melupakannya. Dari kisah bapak saya mendapatkan ide baru dalam bisnis furniture saya," demikian tutur Yohan salah seorang yang pernah memberikan komentar atas sebuah tulisan motivasi yang pernah beredar dalam suatu milist. Oleh karena itu, wajar jika sosok milist dalam dunia maya begitu dahsyat dan bermanfaat. Karena tidak saja memberikan ide bisnis namun juga inspirasi kehidupan. Saya jadi teringat dengan seorang pemuda bernama Andi yang pernah bercerita, bahwa milis telah membawa dirinya yang dahulu penjaga warnet menjadi seorang Trainer Professional.
Berawal dari keikutsertaan dirinya dalam sebuah milist tentang kekuatan pikiran manusia, yang membuat dia tercebur dan hanyut dalam milist itu. Andipun semakin tertarik dengan diskusi demi diskusi yang terjadi dalam milist tersebut hingga akhirnya dia mengikuti GatheringGathering yang dilakukan oleh milist tersebut. Hingga pada suatu saat ada sebuah informasi yang dia dapatkan bahwa ada salah seorang member milist yang sedang memiliki ide untuk membuat Wadah Pelatihan Trainer. Dimana wadah tersebut nantinya akan melahirkan TrainerTrainer muda yang siap beraksi dan berbagi dengan masyarakat pada umumnya secara Professional. Dengan keberanian, Andi pun mengajukan diri untuk menjadi seorang trainer dalam wadah tersebut. Perlahan namun pasti, Alhamdulillah, dengan ide yang muncul dari milist tersebut, kini Andi telah mentransformasikan dirinya dari seorang Penjaga Warnet menjadi seorang Trainer yang telah banyak berbagi ilmu kepada banyak orang. Luar biasa bukan manfaat milist?! Salam Berbagi senantiasa
Bung Iwan Ketan, telah mendahului kita menghadap Sang Kuasa, pada awal April 2011. Semoga amal ibadahnya di terima Tuhan YME dan diampuni dosa-dosanya.
Milist: Vini, Vidi, Vici Fauzi Djamal Perkenalan saya dengan internet dimulai sejak duduk di bangku kuliah. Kala itu, teman-teman di kelas heboh membicarakan internet. Saya bingung, apa itu internet? Makanan jenis baru ya?! (indomie, telor dan kornet). Namun pergunjingan dengan teman-teman kampus membawa saya pada satu kesimpulan, internet adalah sebuah sarana untuk mencari sumber referensi dan bacaan untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Seiring berjalannya waktu, perkenalan saya dengan internet semakin intens. Saya juga makin menyadari betapa pentingnya internet. Penggunaannya tidak lagi sekedar mencari informasi tetapi juga untuk korespondensi. Saya pun terbiasa menggunakan electronic mail (email). Lewat email, saya mengetahui ada fasilitas grup di dalamnya. Fasilitas ini memudahkan setiap pemilik email untuk saling bertukar kabar, informasi, dan kabar lainnya dengan sesama pemilik email lainnya. Kita terbiasanya menyebutnya dengan mailing list (milis). Sepengetahuan saya, saat ini penyedia fasilitas milis yang dikenal luas dan gratis ada dua yaitu yahoogroups dan googlegroups.
Milist akan sangat bermanfaat jika kita cerdas dan bijak dalam menggunakannya.
Untung ikut milis Sejak tergabung ke dalam milist, semakin saya gandrung berinternet. Ditambah lagi, manfaat yang saya peroleh banyak sekali. Selain menjadi ajang silaturahmi, dengan saling bertegur sapa dan mendapat kabar terbaru dari seorang kawan, informasi penting juga saya peroleh dari milist. Misalnya, informasi lowongan pekerjaan, tempat makan yang enak tapi murah, beasiswa, buku yang layak dibaca, hingga informasi kesehatan, cara merawat motor, serta bercocok tanam. Intinya, mulai dari informasi yang super penting hingga hal yang remeh temeh semua bisa diperoleh di milist. Apalagi, saat baru lulus kuliah, informasi tentang lowongan pekerjaan (lowker) selalu dinanti. Melalui milist, informasi lowker cepat didapat. Sebab sumber informasi berasal dari semua anggota milist. Oh ya, di milist saya juga mendapatkan informasi bagaimana membuat dan menulis surat lamaran, curriculum vitae, hingga bagaimana harus bersikap dan menjawab ketika proses interview pekerjaan. Wah, pokoknya lengkap deh. Tidak hanya informasi lowker tetapi juga bagaimana cara mendapatkannya. Dampaknya pun terasa. Beberapa kali saya menerima panggilan untuk melakukan interview pekerjaan. Semuanya berkat informasi milist. Mantap kan! Memang tidak selalu berhasil, tapi tetap terus berusaha. Dengan mengandalkan informasi dari milist, saya terus berusaha mencari pekerjaan.
Alhamdullilah, saya ini telah bekerja sebagai wartawan di salah satu televisi swasta. Keberhasilan ini, tak lepas dari peran milist yang selalu memberikan informasi dan tips bagaimana mendapatkan pekerjaan. Inilah asyiknya milis. Beragam informasi bisa didapatkan. Setiap anggotanya bisa saling berbagi tidak hanya kabar gembira tetapi juga berita duka. Memang, sejatinya manusia ingin selalu berkumpul dan bercerita. Milist mewujudkan itu semua.
Sumber Ilmu Pengetahuan Bisnis Setelah bekerja, semangat untuk tergabung ke dalam milis makin meningkat. Ditambah lagi, saya punya keinginan untuk memiliki usaha sampingan sambil terus bekerja secara profesional di bidang yang saya geluti. Niat ini terwujud ketika seorang kawan bercerita tentang suatu komunitas yang ingin menyeimbangkan antara keinginan berwirausaha (entrepreneur) dengan profesional bekerja. Komunitas ini kerap menggelar pertemuan rutin untuk mendiskusikan masalah entrepreneurship dan profesionalisme dalam bekerja. Banyak orang sudah dapat ilmu bisnis dari milist. Dalam hati saya bergumam, inilah yang saya cari. Guna menjawab rasa penasaran, saya menyanggupi tawaran sang kawan untuk hadir di pertemuan yang diselenggarakan komunitas tersebut. Kala itu, James Gwee, trainer pemasaran terkemuka, bertindak sebagai pembicara utama untuk berbagi ilmu dan wawasan mengenai bagaimana menjadi salesman yang mumpuni.
Sungguh, saya sangat terkesan dengan komunitas itu. Peserta yang hadir juga banyak. Dari sang kawan tadi, akhirnya saya mengetahui komunitas itu bernama The Professional and Entrepreneur Club, disingkat Profec. Sesuai namanya, komunitas ini ingin menumbuhkan jiwa entrepreneur di setiap orang yang bekerja sekaligus menjadikan seseorang profesional di pekerjaan yang mereka tekuni. Untuk berkomunikasi, komunitas ini memiliki milist dengan nama:
[email protected].
Pulsa elektrik Yang paling saya suka dari milist Profec adalah merangsang setiap anggotanya untuk berbisnis. Caranya dengan menyediakan peluang usaha agar bisa dimanfaatkan para anggotanya. Selain itu, milist juga dijadikan ajang sharing kegiatan bisnis. Misalnya, jika Anda membutuhkan jasa katering maka ada anggota yang sanggup memenuhi. Aktivitas ini amatlah bermanfaat. Jadi niat pengelola milist untuk menumbuhkembangkan jiwa entrepreneurship di setiap anggotanya bukanlah isapan jempol belaka. Saya pun ikut terkena virus entrepreneur. Semuanya bermula, ketika Ibu Lies, sang moderator milist, menawarkan peluang bisnis isi ulang pulsa telepon seluler elektrik.
Cukup mendaftar dan menyetorkan uang sebagai deposit maka orang tersebut sudah bisa menjalankan bisnis isi ulang pulsa elektrik. Peluang ini, langsung saya sambar dengan ikut mendaftar. Walhasil, sekarang saya sudah punya usaha bisnis isi ulang pulsa elektrik. Usaha ini saya jalankan berbarengan dengan aktivitas bekerja. Alasannya, dua kegiatan ini saling mendukung dan tidak bertolak belakang. Buktinya, mayoritas pembeli pulsa elektrik adalah teman-teman saya di kantor. Thank you, Profec!
Impian tertunda Setelah berhasil meraih pekerjaan dan berbisnis yang informasinya bersumber dari milist, ada satu keinginan lagi yang ingin saya capai yaitu mendapatkan beasiswa S2 di luar negeri. Untuk itu, saya rajin mencari informasi beasiswa dari internet maupun milist. Sebab sejak kuliah, saya sangat ingin sekolah S2 di luar negeri tapi lantaran kantong cekak maka saya berpikir harus mencari beasiswa. Karenanya, informasi favorit yang selalu ditunggu di milis adalah informasi beasiswa. Hasil perburuan saya menemukan adanya sebuah milist khusus yang membicarakan beasiswa, namanya:
[email protected]. Saat ini saya masih berburu. Kekuatan milist sangat dahsyat dan mampu membuat hidup saya lebih produktif. Kini, saya merasakan besarnya manfaat milist. Teringat ucapan Julius Caesar, vini, vidi, vici. Saya datang ke dalam milist, saya melihat milist, dan saya menang. ()
Milist Buat Kuliah? Bisa! Erika Feronica Mailing list dewasa ini semakin banyak digunakan oleh kaum awam untuk keperluan yang semakin beragam. Salah satunya saya yang memanfaatkan mailing list dalam kebutuhan kuliah. Untuk mahasiswi yang baru memasuki tahun ke-2 dalam perkuliahan, saya disibukkan dengan tugas-tugas kelompok. Kadang anggota kelompok tinggal berjauhan, sehingga sulit untuk bertemu untuk mendiskusikan bahan tugas kami. Banyak cara yang coba kami tempuh untuk menyelesaikan hambatan ini. Sarana komunikasi seperti telepon, sms, ataupun chatting ternyata belum cukup menyelesaikan permasalahan yang kami hadapi. Ketiga hal tersebut membutuhkan komunikasi secara real time yang tidak dapat terus terjadi karena berbagai hambatan. Kami pun mencoba mencari solusi yang lain yang memungkinkan kami berinteraksi, mungkin tidak secara langsung, namun efektif untuk dilakukan. Kemudian, kami pun mengenal istilah mailing list. Mailing list memang terdengar cukup asing di telinga sebagian orang yang tidak terlalu sering menggunakan e-mail, namun siapa yang menyangka bahwa hal yang hanya dikenal oleh sebagian orang ini memiliki dampak yang sangat besar pada cara komunikasi kami.
Saya dan teman-teman saya memanfaatkan mailing list sebagai sarana untuk “berkumpul” dan berdiskusi. Kami menyadari bahwa kebutuhan akan sarana untuk berdiskusi, terutama tidak secara real time sangat dibutuhkan oleh kami yang memiliki kesibukan lain di luar kuliah kami. Di samping hal itu, kami juga menyadari bahwa tidak semua hal dapat dibicarakan melalui telepon ataupun sekedar sms saja. Banyak topik ataupun bahan yang kami dapatkan yang harus dibagi kepada anggota lain dan tentu saja hal tersebut tidak dapat kami lakukan melalui telepon. Kami saling mengirimkan pesan kepada anggota kelompok, membahas masalah atau topik yang berkaitan dengan tugas kami dan hal ini disadari jauh lebih bermanfaat bagi kami. Mailing list seperti ini memang memiliki dampak yang sangat baik di dalam kegiatan kami. Kegiatan komunikasi jarak jauh yang biasa dilakukan secara real time mungkin sudah tidak cocok lagi digunakan dalam kegiatan atau kasus tertentu. Selain itu, kehidupan kita yang mengarah kepada kehidupan mobile juga seharusnya kita manfaatkan sebaik mungkin. Kemajuan zaman dan teknologi saat ini memungkinkan kita untuk mengakses data dimanapun dan kapanpun; oleh karena itu kenapa kita tidak belajar untuk membuka diri pada hal seperti ini, mempelajari sarana-sarana yang dapat membantu kegiatan kita, bahkan akan sangat menguntungkan kita di kemudian hari.
Harus disadari bahwa mailing list memang merupakan sarana yang dirasakan tepat untuk melakukan komunikasi secara satu arah ataupun dua arah. Melalui mailing list, kita dapat menentukan siapa sasaran kita, kepada siapa informasi yang akan kita berikan ini, dan bagaimana merancang agar apa yang kita sampaikan ini juga berguna bagi kita. Bagi sebagian orang, ada yang memanfaatkan mailing list sebagai sarana untuk berdiskusi (seperti saya yang memanfaatkan mailing list sebagai sarana untuk membantu menyelesaikan tugas-tugas saya),
sarana
untuk berbisnis, menyampaikan kegiatan organisasi, ataupun penyedia berbagai informasi. Manfaat dari mailing list sudah dirasakan oleh sebagian besar kalangan di Indonesia. Tidak hanya manfaat dari segi financial saja yang ditawarkan, namun manfaat dari segi banyaknya informasi yang memang sangat kita butuhkan pada zaman seperti ini pun menjadi sebuah tawaran yang harus diperhitungkan. Selain itu, penggunaan mailing list juga tidak hanya untuk kebutuhan bisnis semata, namun juga akan sangat bermanfaat apabila digunakan untuk tujuan tepat.
D- ahsyatnya milist , apa buktinya ? A-pakah pernah ada risetnya ? H-idup di zaman modern ini penuh perubahan S-ystem komunikasi berkembang pesat penuh kejutan Y-ang dulu tertutup sekarang terbuka A-pa tersembunyi sekarang terungkap T-ak dapat dipungkiri bahwa banyak gaya hidup berubah karena milist N-asib orangpun bisa berubah drastis karena milist Y- ang biasa jadi luar biasa karena milist A-kibat artikel yang dimuat dalam milist M-ulai dari artikel motivasi, informasi,advertensi, diskusi sampai argumentasi I-nteraksi terjadi ,membangun silaturahmi dan juga jati diri L- ipat gandakan jaringan , luaskan wawasan , tambahkan pengetahuan, I-novasi tiada henti-pun , terjadi karena adanya milist dalam kehidupan kita S-yukurilah ada milist yang telah membantu kita karena… T-erbukti sangat efektif dan dahsyat di dalam.
MENGEMBANGKAN DIRI KITA MENJADI YANG TERBAIK Daniel N. Suhadi
I Know What You Did On Millist? Fiyan Arjun Dalam kamus psikologi, Dictionary of Beahaviour Science menyebutkan ada enam pengertian dari komunikasi itu. Dan dari salah satu pengertiannya itu, adalah penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh organisme. Karena itu dengan komunikasi kita membentuk saling pengertian dan menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang, menyebarkan pengetahuan dan melestarikan peradaban. Tapi dengan komunikasi kita juga bisa menyuburkan perpecahan, menghidupkan permusuhan, menanam kebencian, mencintai kemajuan dan menghambat pemikiran. Millist menurut kacamata minus saya (maklum karena sampai saat ini saya masih berkacamata minus), adalah sebuah wadah forum interaksi di dunia maya. Kita saling berbagi, curhat (baca: curahan hati) sesama user millist, dan saling berbagi informasi. Mulai dari yang positif, biasa saja, sampai yang negatif. Ingat kasus Prita Mulyasari. Curahan hatinya tentang sebuah rumah sakit, berujung ke pengadilan. Hanya karena sebuah keluhan atau sebuah uneg-uneg ibu muda beranak dua itu divonis terbukti melanggar Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang isinya:
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.” Sungguh saya sangat terharu. Bahkan mata saya sempat berkaca-kaca. Saya rasa hal itu tak pernah terjadi dan tak layak terkena saksi hukuman seberat itu, hingga sampai masuk penjara. Tapi dengan ada hal itu mungkin kita sebagai yang bergelut di dunia maya, baik yang menggunakan jejaringan sosial Facebook (baca: FB), berbagai blogg (Multiply, Bloggspot, Word Press, My Space dll) maupun media millist, perlu mengontrol diri, intropeksi diri dan menjadikan hikmah. Janganlah peristiwa yang dialami seorang Prita Mulyasari menimpa kita. Kita juga harus semakin cerdik. Ya, saya jadi ingat apa kata almarhum bapak saya ketika masih menginjak bangku SD. Suatu hari saat saya sedang menonton televisi di ruang tamu bersama-sama dengan beliau. Bapak bilang, ”Ingat kamu, Yan, dalam hidup tidak semua orang menyukai diri kita. Mungkin suatu hari nanti kita akan mengalaminya. Entah, itu dikhianati rekan kerja, rekan bisinis maupun sahabat sendiri. Untuk itu jadilah orang yang pintar bergaul dalam memilih kawan. Biar dikata kuper yang penting asal kita selamat dan tidak merugikan orang lain itu lebih baik.” Begitu katanya kepada saya. Dan perkataan itu masih hinggap di benak saya hingga sekarang.
Saling menghargai dan menghormati itulah yang harus kita pegang selaku pengguna millist. Apalagi hal ini pernah saya alami kita saya bernaung dan berdiam di sebuah milis yang saya sendiri menjadi anggota aktif di millist itu. Dimana saya bisa saling berbagi, curhat sesama user millist, dan saling berbagi informasi kepada khalayak pada umumnya pengguna millist itu. Hingga suatu hari ada salah satu dari anggota millits yang saya diami itu terjadi suatu konfilk yang membuat semua pengguna millist tersebut merasa tidak nyaman. Konflik itu terjadi ketika seorang anggota millist menyinggung dan menyindir anggota lain. Dan bukan itu saja ternyata itu sudah menyangkut mencemarkan nama baik dan juga keyakinan seseorang untuk berekspresi. Saya yang membaca dan melihatnya itu hanya mampu bersimpati dan menyayangkan hal itu terjadi.
Karena, noda
setitik susu rusak sebelanga. Peristiwa itu benar-benar membuat saya berpikir panjang dan dalam tentang milis. Saya harus sangat berhati-hati dalam menulis atau sekedar curhat. Lalu, bagaimana dengan Anda sendiri ketika menggunakan media dunia maya ini? Apakah Anda sudah melakukan hal itu semua seperti apa yang saya ungkapkan di atas? I Know What You Did On Millist!
Semaikan Perubahan Ibnu Taufan Belajar dari komunitas PROFEC, komunitas yang bergelut sebagai ‘professional’ dan ‘entrepreneur’ menjadi pengalaman luar biasa yang telah membantu dan memudahkan saya untuk menyemaikan lesson learned. Hal itu berguna dalam memberikan inspirasi perubahan kepada sahabat dan jejaring fasilitator yang bekerja bersama masyarakat. Saya memang aktif bekerja bersama orang-orang yang bergerak langsung di masyarakat, dengan peran utama mendampingi setiap proses perubahan yang sedang digulirkan oleh pemerintah. Mereka memperkenalkan pembangunan partisipatif, menuntut totalitas, bukan hanya waktu kerja yang sering sampai tengah malam, tempat kerja yang kadang di perdesaan terpencil. Selain itu kadang merasakan bahwa pekerjaan ini tanpa memiliki masa depan yang pasti karena status mereka sebagai pekerja kontrak. Itulah mereka para fasilitator dan pelaku pemberdayaan masyarakat yang telah belajar dan bekerja bersama masyarakat sejak satu dasawarsa terakhir, bahkan tidak sedikit yang telah memulai jauh sebelum itu. Program pemerintah tersebut sejak tahun 2007 dikenal dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang mencakup hampir di seluruh pelosok Nusantara.
Jumlah fasilitator mencapai lebih dari 20.000 orang. Tugasnya memfasilitasi proses pembelajaran masyarakat dengan proses pembangunan partisipatif agar menjadi subyek dan pelaku utama penanggulangan kemiskinan. Selain itu, fasilitator juga harus mendorong fungsi birokrat dalam pemberdayaan. Penguatan kapasitas bagi aparat pemerintahan desa dan kecamatan menjadi agenda tambahan yang menyita kesibukan fasilitator. Kadang tugas dan kewajiban tersebut dilakoni melebih waktu kerja normal. Acapkali pertemuan warga dilakukan pada malam hari, karena pagi dan petang kebanyakan warga bekerja di sawah dan lading, atau bahkan harus melaut dan memasuki wilayah hutan untuk memburu hasil hutan.
Jangan tanya soal hari libur.
Di beberapa daerah kegiatan pertemuan dengan warga hanya bisa dilaksanakan pada akhir pekan, bahkan pada hari libur. Lantas apakah hari kerja lainnya bisa lebih santai? Alamak, sudah menunggu tugas-tugas administratif, secara rutin harus melaporkan kemajuan dan kendala kegiatan harian sesuai dengan ‘rencana kerja tindak lanjut bersama masyarakat’. Ini menjadi kewajiban yang jika diabaikan akan berakibat dapur di rumah ‘berhenti berasap’ karena terlambatnya kiriman gaji dan tunjangan yang menjadi hak bulanan mereka.
Fasilitator juga menghadapi “ancaman ketidakpastian”. Adakalanya atasan fungsionalnya (di kabupaten, provinsi atau di pusat) atau bahkan atasan ‘satuan kerjanya” memberikan penilaian yang terlalu subyektif, malah sering kali ‘logika suka-suka’, bisa mengakibatkan fasilitator terancam berhenti alias PHK. Ada juga ancaman permanen pada akhir tahun, karena kontrak kerja yang waktunya 12 bulan, dan sebab2 kealpaan birokrasi, perpanjangan hanya tiga, dua atau hanya satu bulan. Setelah itu, wallahualam. Nah bisa dibayangkan dengan peran dan tanggung jawab yang begitu berat, dengan pertaruhan reputasi yang sangat mengancam, sahabat fasilitator yang berada pada posisi kuadran E-nya Robert Kiyosaki, dengan mudah tergelincir menjadi ‘unemployed’ yang akan
menambah penggangguran.
panjang
barisan
Padahal dengan posisi yang tersebar di sebagian besar persada Nusantara, dari mulai Negekeo di Flores sampai di ujung Natuna, setidaknya pada tahun awal diproklamasikannya komunitas PROFEC, jumlah fasilitator sudah mencapai 4000 orang. Saya dengan posisi sebagai ‘konduktor’ di tingkat nasional, persisnya sebagi bagian dari Konsultan Manajemen Nasional dengan peran sebagai ‘komandan fungsional’ melayani jejaring lebih dari 4000 orang yang bertebaran di sekitar 2000 kecamatan. Begitulah. Saya sangat bersyukur menemukan dan diijinkan bergabung dengan komunitas PROFEC.
Melalui perbincangan di dunia maya yang riuh dengan bermacam pengalaman dan pengetahuan, saya menemukan banyak inspirasi segar. Begitu pula ajang ‘copy darat; yang digagas ‘Godmother PROFEC’, ibu Lies Sudianti. Saya berkesempatan bertemu dengan banyak orang yang berhati mulia, dengan gagasan super. Sungguh banyak pelajaran bisa dipetik meski bertemu sejenak dan namun asyik menyimak lantunan kata bermakna dari Mas Jamil Azzaini. Di lain waktu, saya juga bertemu dan mencermati kisah perjalanan sukses Nyoman Londen, entrepreneur burger. Saya pun cukup akrab dengan mas Yanto Sugiharto yang kaya dengan gagasan inovasi untuk UMKM. Dari forum copy darat yang hanya sebagian saya ikuti, saya juga menimba banyak pengalaman praktis dari mas Oten Prabowo yang punya minat sangat baik di fotografi. Sungguh saya pun terkesan dengan gaya narasi mas Aris Wijaksana, dan sesekali juga menikmati cuplikan cerdas dari mas Arief Gunawan. Begitu pula keseriusan mas Goenardjoadi Goenawan sangat mengesankan dan membangunkan hasrat saya untuk berusaha. Melalui workshop terbatas yang difasilitasi Mami Lies Sudianti, sempat bertegur sapa dan mengikuti lontaran gagasan mas Made Teddy, atau di lain pertemuan dan posting di milist mencerna pikiran-pikiran bernas mas Refrinaldi. Satu lagi pengalaman yang membanggakan sempat mengenal lebih dekat James Gwee dan menyaksikan langsung motivasinya yang menggugah.
Sungguh banyak nama-nama luar biasa yang sempat saya jumpai, tetapi itulah beberapa nama dari warga komunitas PROFEC yang masih melekat dalam memori saya. Melalui mereka-mereka itulah, dan kekuatan pena inspiratif (eeh sebenarya ketikan diatas keyboard ya) di milis PROFEC saya mengajak beberapa teman untuk ikut bersama saya belajar bersama komunitas PROFEC. Teman-teman fasilitator sempat hadir meramaikan acara copdar-nya PROFEC. Bahkan dua puteri saya pun ‘terseret’ mengikuti willingness ayahnya untuk terus belajar. Namun yang sesungguhnya paling berpengaruh atau memberikan inspirasi bagi komunitas pemberdayaan dimana saya menjadi bagiannya, ialah topik-topik yang hangat di milist PROFEC dan kadang juga menyentuh akar kesadaran untuk membangun masa depan, mengembangkan ‘other source income’, entrepreneurship dan memudahkan marketing network. Memang belum banyak berarti semua upaya yang saya pertemukan. Dari satu komunitas PROFEC yang kuat kepeduliannya membangun semangat ‘entrepreneurship’, bertemu dengan komunitas PNPM Mandiri yang sedang berperan sebagai garda depan ‘penanggulangan kemiskinan’ melalui ‘pemberdayaan masyarakat’. Namun upaya kecil semoga menjadi semakin indah jika terus semangat untuk mengembangkannya. Saya percaya sekali, dengan ijin Allahu Rabbi akan terwujud entah lima, sepuluh atau dua dasawarsa ke depan. Jayalah PROFEC. Jayalah PNPM Mandiri. Jayalah Indonesia.
My Brand My Hardinoto Harry Hardi Mailing List? Mungkin saya orang yang terlambat menyadari apa pentingnya mailing list. Kalau tidak salah tahun 2004, saya bergabung dengan sebuah mailing list yang mengupas masalah keilmuan terkait dengan pendidikan saya (industrial engineering). Waktu itu kapasitas yahoo masih belum besar seperti sekarang dan saya kerepotan banget menghapus email-email yang berjumlah sekitar 15 perhari. Sampai suatu hari saya bertemu dengan seorang teman baik di Singapora yang memberikan pengetahuan tentang bagaimana ke depannya dunia virtual akan menjadi salah satu kekuatan yang luar biasa, untuk itu perlu sejak sekarang membangun networking! Membangun sebuah brand dunia maya! Saya tercekat saat itu. Saya setengah disadarkan. Benar! Branding. Branding bukan hanya masalah di dunia marketing, tapi branding personal life via sebuah karakter dunia maya! Sejak itu saya berpikir dan merancang sebuah konsep brand! Brand karakter saya sendiri di dunia maya yang merefleksikan sebuah visi atau kesempurnaan yang saya impikan. Di situlah saya buat akun hardinoto (Michael Hardi Hadinoto) dengan karakter spesial dan berbeda.
Saya mencobanya di milis gn-pkwn milik dede oetomo dan milis undercover_id sebuah milis gay discreet yang lebih menampung teman-teman yang keberadaannya belum diterima oleh lingkungan sekitar.
Jadi Antagonis Terlebih dahulu membuat gempar di milis gn-pkwn, saat itu saya berposting “sensasi”, karena mencari “pacar” dengan kriteria yang amat “mengerikan” alias terlalu sempurna dan to the point. Alhasil instant famous, seketika 140-an email japri ke saya. Ingin berkenalan, marah dan sebagainya. Saya seketika memiliki sahabat sekaligus musuh sebanyak 140 orang (baca: member). Dan aneh sekali, saya menikmati memiliki sahabat maya dan saya juga ada beberapa kali bertemu mereka. Di situ saya mendapatkan sesuatu. Mendapatkan banyak sekali pengalaman yang tidak saya dapatkan sebelumnya, seperti bagaimana mereka mengatasi rasa rendah diri saat mereka didiskriminasi di dunia kerja karena preferensi seksual mereka. Wow, dari profesi yang sederhana seperti helper sampai dengan general manager saya dapatkan dari milis! That’s amazing. Kembali ke cara awal, sensational! Di milis undercover_id, dalam waktu sekejap banyak member yang “benci”, “suka” bercampur menjadi satu. Masuk sebagai karakter yang “sombong”, “tinggi hati” dan merasa dirinya terbaik.
Namun setelah seiring waktu, saya melalui karakter Michael Hardi, sering menulis tentang bagaimana filosofi cina dengan semua yang bisa dipetik dalam hidup. Rasa tidak senang member (termasuk moderator), terhadap saya berubah menjadi simpatik, kagum, dll. Sejak itu dari member yang jumlahnya 7.000, sebanyak 300-an lebih aktif berkenalan dan akhirnya menjalin persahabatan. Saya yang selama ini terkungkung dalam “tempurung saya” menjadi terbuka. Banyak hal saya belajar misalnya bagaimana cara kita mengendalikan diri, berdiam diri saat kita marah. Ini mempengaruhi saya dalam karakter saya di dunia nyata saat saya harus memimpin ratusan karyawan. Ditambah banyaknya karakter yang unik, mempelajari sifat-sifat manusia dari cara mereka berinteraksi dan berbicara sesuai bahasa mereka yang disertai dengan gejolak emosi.
Owner Milist Sampai pada agustus 2008, ada sekelompok pengusaha yang berkumpul di milis undercover_id melihat karakter Michael Hardi Hadinoto sebagai suatu karakter yang unik. Mereka mengajak saya untuk bertemu. Saya sendiri terkejut, saya tidak menyangka mereka semua yang saya pernah kenal di majalah mengajak saya bertemu? Dan di sana mereka mencanangkan sebuah proyek mailing list untuk membantu kaum gay yang sering tersisih karena preferensi mereka dalam dunia pekerjaan. Proyek yang sangat mulia , kira-kira saat itu sejumlah 210 pengusaha yang mau support dari total 1.092 orang anggota.
Saya terharu karena mereka percaya pada saya (dan karakter saya). Maka dibuatlah milis undercover_manager (atas seijin dewa rajasa sebagai pemilik milis undercover_id) , sekaligus promosi di undercover_id. Bagi saya, mempunyai milis bukan sebuah visi/tujuan/impian, tapi sebuah limpahan tanggung jawab. Dipercaya sekelompok pengusaha hanya dari karakter di dunia virtual sungguh hal yang ajaib. Saya memiliki kelompok inner circle baru yang notabene sangat mendukung saya dalam self development untuk menjadi orang yang lebih professional dalam semua bidang. Ternyata menghidupkan milist tidak mudah. Saya sendiri harus pandai membagi waktu antara pekerjaan rutin saya serta bermilis ria. Saya belajar managemen waktu di samping kepadatan pekerjaan, saya harus meluangkan waktu melayani japri para member yang memiliki problem dan bagaimana saya dapat membantu mereka sesuai dengan apa yang saya bisa. Akhirnya balik lagi, saya harus belajar dan belajar ilmu baru. Browse di google menjadi pekerjaan rutin di malam hari. Thanks to blackberry yang banyak membantu saya mengurus milis. Sampai pada tahun 2009, Dewa Rajasa mempercayakan undercover_id kepada saya sebagai owner. Saya diminta membantu meneruskan milis ini untuk tujuan agar semua kaum gay discreet memiliki tempat untuk meluapkan isi hati, belajar dan berbagi. Seketika saya menjadi “father” bagi 10,000 lebih member dari dua milis. Ternyata medannya lebih tidak mudah. Beribu kepala, beribu masalah.
Dan semakin lama masalah yang muncul semakin berat. Saya sedikit bertanya, wewwww, dunia maya sedemikian rumitnya. Tapi setelah satu demi satu masalah selesai, saya malah menemukan banyak hal-hal baru. Percaya atau tidak percaya, saya menjadi aware akan bagaimana mengendalikan semua karyawan saya dan menangani mereka menjadi sangat mudah. Perusahaan yang saya pimpin berkembang dengan baik. Hanya karakter tapi mampu memimpin dan menjadi berkat dan terang bagi orang lain. Tak jarang banyak member yang tertolong problem pribadi maupun relationship lainnya menjadi partner didalam dunia nyata. Siapa sangka? Ada juga member yang 2 tahun lalu jobless terus mencoba berwirausaha, merundingkan ide dengan karakter Michael Hardi Hadinoto via email, ternyata saat ini sukses! Sungguh dahsyat milist. Mampu mengubah hidup orang ke arah yang baik tapi juga sanggup menenggelamkan orang. Satu hal utama yang saya pelajari dan benar-benar teladani dari karakter saya adalah memimpin dengan
hati.
Memang Benar-benar Dahsyat! Dani M. Akhyar
Sampai sekarang saya masih salut dengan orang yang pertama kali mencetuskan inovasi membuat mailing list ini. Benar-benar brillian! Mailing list merupakan sebuah breakthrough dalam proses menjalin networking dalam sebuah komunitas. Hanya dengan bermodal alamat email, kita bisa ikut dalam sebuah komunitas virtual yang anggotanya bisa mencapai ratusan atau ribuan orang dari berbagai tempat di seluruh penjuru dunia. Sekali mengirim email ke mailing list, semua anggota akan menerima email tersebut secara serentak, tanpa harus kita menuliskan alamat email mereka satu per satu. Tanpa harus bertemu, kita bisa berdiskusi dengan semua anggota mailing list. Praktis bukan? Dan saya menyambut ide menulis buku berisi kumpulan artikel tentang “Dahsyatnya Mailing List” dengan antusias. Kebetulan dua tahun terakhir ini banyak ‘keajaiban’ dalam hidup saya yang berujung pangkal dari mailing list yang saya ikuti. Jadi kalau dikatakan mailing list itu dahsyat, saya setuju sekali. Saat ini saya mengikuti lebih dari 10 mailing list dan mendapatkan manfaat cukup besar dari sana. Berikut adalah beberapa manfaat mailing list yang sudah saya rasakan.
Sarana Koordinasi Jarak Jauh Tanpa mailing list saya tidak bisa membayangkan bagaimana harus mengorganisasikan panitia dan peserta reuni akbar 20 tahun SMA Taruna Nusantara pada bulan Juli 2010 lalu di Magelang. Sungguh, acara ini merupakan momentum penting yang ditunggu-tunggu oleh seluruh alumni yang berjumlah lebih dari 5000 orang dan tersebar di seluruh dunia. Sebagai Ketua Panitia yang berdomisili di Jakarta, saya harus mengkoordinasikan seluruh panitia yang berjumlah lebih dari 50 orang, sebagian besar berada di Jakarta dan Jogja, dan perwakilan dari 25 cabang di seluruh tanah air hingga luar negeri. Semua panitia berstatus part time alias nyambi mempersiapkan acara ini di sela-sela kesibukan menjalani kehidupan masing-masing. Untungnya ada mailing list
[email protected] yang saya buat awal tahun 2010. Semua panitia saya minta ikut mailing list. Semua rencana saya beberkan secara lengkap dan detail melalui media ini, yang berharap dibaca dan dikomentari oleh anggota. Uniknya, mailing list ini baru ramai malam hari setelah jam kerja hingga larut malam. Untuk kasus-kasus yang pelik dan kompleks, barulah diadakan kopi darat. Hasilnya, reuni sukses, 2000 alumni hadir. Sempat ada yang bertanya, kok ramai sekali padahal pas rapat hanya segelintir. Saya jawab, “Itulah dahsyatnya mailing list, pak...“
Tempat Penggodokan Ide Baru kali ini saya mengikuti mailing list yang ‘hot’ banget. Diskusinya berat dan berbobot, karena menyangkut pertahanan dan keamanan nasional. Para anggotanya juga tidak main-main, yaitu para perwira TNI dan Polisi dan peminat pertahanan nasional yang cakap di bidangnya masing-masing (ada pengusaha, pegawai swasta, dosen, dan lain-lain). Inilah mailing list
[email protected] yang telah saya ikuti selama dua tahun. TANDEF singkatan dari Think and Act for National Defense, yaitu sebuah organisasi informal bagi para pengamat dan pengkaji masalah-masalah ketahanan nasional. Munculnya berbagai kasus ketahanan nasional seperti polemik perbatasan laut dengan Malaysia telah memicu diskusi yang cukup panas. Setiap anggota mengemukakan pendapat dari sudut pandang yang berbeda-beda. Seringkali muncul ide gila yang tak terfikirkan sebelumnya. Saya teringat teori “Medici Effect“ yaitu tentang proses munculnya sebuah inovasi yang berasal dari perpaduan berbagai bidang ilmu. Dan saya menyelami proses Medici Effect yang luar biasa dari mailing list ini.
Alat Menjalin Social Networking Dua tahun yang lalu, saya ingat pernah membayangkan wajah beberapa teman SD dan SMP saya di Semarang dulu. Seperti apa mereka sekarang? Bagaimana kabar mereka? Setelah lulus SMP tahun 1994, saya sudah hilang kontak dengan teman-teman SD dan SMP karena melanjutkan SMA di kota yang berbeda.
Tetapi, sekitar bulan Agustus 2009 terjadi peristiwa yang tidak diduga. Melalui jejaring social Facebook, tidak sengaja saya bertemu dengan seorang teman SMP. Kami bertukar kabar via email atau chatting, dan sepakat untuk mengumpulkan kembali teman-teman SMP seangkatan yang menghilang. Caranya adalah mencari melalui berbagai situs social networking, dan kemudian kita undang bergabung ke mailing list
[email protected]. Dalam satu bulan, jumlah yang tergabung dalam mailing list meningkat dari awalnya hanya dua orang menjadi sekitar 30 orang, hingga pada bulan September 2009 kita dapat mengadakan halal bi halal pasca Idul Fitri di Semarang. Dan sekarang, anggota mailing list ini telah bertambah tiga kali lipat menjadi sekitar 120 orang. Proses penambahan anggota ini begitu cepat bahkan sampai saya tidak lagi bisa melacak siapa yang ‘menemukan’ siapa karena semua sudah berada dalam sistem networking yang bergulir secara otomatis.
Menikmati Tips yang Bermanfaat Awal Agustus 2010 saya berkesempatan mengunjungi Eropa dalam waktu dua minggu. Saya bertekad memaksimalkan waktu di sana dengan mengunjungi kotakota di Eropa sebanyak mungkin. Apa yang saya lakukan? Saya kontak ke sepuluh jaringan mailing list yang saya ikuti. Saya minta referensi objek wisata yang menarik, hotel dan transportasi yang murah, tempat makan yang enak dan halal, tempat beli souvenir yang murah meriah, dan sebagainya.
Banyak sekali tips dan masukan yang saya dapat, tinggal saya pilah dan pilih sesuai jadwal perjalanan. Hasilnya, dalam dua minggu saya dapat mengunjungi lima negara dan 10 kota dengan biaya yang hemat karena tidak perlu memakai jasa agen wisata. Semuanya cukup berbekal tips dari mailing list saja. Jika diingat, banyak sekali tips-tips atau informasi umum yang beredar di mailing list. Misalnya: tips seputar kesehatan, perkawinan, olahraga, makanan/kuliner, jalanjalan, dan sebagainya. Banyak diantara tips ini yag bersifat hoax (menipu), tetapi tidak sedikit yang ditulis secara serius dan memang benar-benar bermanfaat bagi pembacanya.
Menjaga Semangat Kolektif Kalau ini, saya merasakan manfaatnya dari mailing list
[email protected]. Saya bergabung dengan mailing PROFEC setelah mengikuti Pelatihan 12 PAS yang diselenggarakan oleh Pak Dodi Mawardi. Setelah pelatihan itu, secara konsisten Pak Dodi mengirim email ke mailing list yang berisi kalimat-kalimat yang memotivasi saya dan rekan-rekan yang belum juga menerbitkan buku yang diidam-idamkan. Beberapa kali Ibu Lies dan Pak Johanes Arifin juga memberikan energizing dengan untaian-untaian kata yang menggugah semangat. Hingga akhirnya awal bulan Juli 2010 lalu, buku saya “The Power of Networking“ yang pertama akhirnya terbit. Buku hasil kolaborasi dengan sang mentor, Pak Dodi Mawardi, yang tekun memanfaatkan mailing list PROFEC untuk menebar ilmu dan motivasi. Milist benar-benar Luar biasa!
HARTAWAN INFORMASI Thurneysen Simanjuntak Sumber kekuatan baru bukanlah uang yang berada dalam genggaman tangan beberapa orang, tapi informasi di tangan orang banyak (John Naisbitt) Di era 80-an, sebuah buku ‘The Third Wave’ karya seorang Futurolog Amerika Serikat, yakni Alvin Toffler menjadi bahan pembicaraan yang populer. Dalam bukunya, beliau mengatakan bahwa manusia telah menjalani dua gelombang besar perubahan yaitu gelombang agraris dan industri. Sementara sekarang ini manusia sedang berada dalam gelombang ketiga yaitu gelombang informasi. Terlepas dari setuju atau tidaknya kita dengan pendapat itu, kenyataannya manusia di jaman sekarang mengalami perubahan yang luar biasa besar dalam pemenuhan kebutuhan informasi, mendapatkan dan mengakses informasi yang begitu cepat, variatif serta mutakhir. Berbeda dengan masa-masa sebelumnya, informasi yang kita peroleh sering didapatkan dengan lambat, terbatas dan tertinggal. Sebagai insan generasi informasi, saya dituntut untuk memperkaya diri dengan berbagai informasi (menjadi hartawan informasi). Terlebih karena tuntutan profesi sebagai pengajar, saya berkomitmen harus memiliki berbagai informasi, wawasan dan pengetahuan yang lebih dari warga belajar saya.
Namun bukan hanya karena profesi sebagai pengajar saja saya harus memenuhi kebutuhan informasi tersebut, tetapi jaman sekarang pribadi yang unggul ternyata ditentukan oleh banyak dan dalamnya informasi yang dimiliki. Keyakinan akan hal ini, saya nyatakan dalam blog pribadi dengan mengutip sebuah statement John Naisbitt bahwa ”Sumber kekuatan baru bukanlah uang yang berada dalam genggaman tangan beberapa orang, tapi informasi di tangan orang banyak.” Untuk memenuhi informasi dari tangan orang banyak sebagai sumber kekuatan, salah satu cara saya lakukan adalah bergabung dengan berbagai mailing list atau yang kerap kita sebut milist. Dalam hal ini saya sangat selektif memilih milist, ada beberapa kriteria yang saya tentukan dalam bergabung dengan milist, yaitu topiknya utama serta orang-orang yang bergabung di dalamnya. Hingga saat ini, setidaknya saya masih mempertahankan tiga milis besar dalam e-mail saya, salah satunya adalah
PROPEC. Berdasarkan pengalaman, milist ternyata luar biasa manfaatnya, karena dapat menambah wawasan dan pengetahuan saya di berbagai bidang. Tentunya wawasan dan pengetahuan ini berasal dari orang-orang yang berbeda profesi, orang-orang yang berbeda latar belakang, berbeda pendidikan, berbeda minat dan lain sebagainya. Justru inilah yang saya sebut sarana menjadi hartawan informasi. Berikut beberapa hal penting manfaat milist yang saya rasakan dengan mengikuti berbagai milis tersebut.
Manfaat yang pertama, banyak informasi penting dan berkualitas yang dapat saya peroleh dari milist. Seandainya ada yang mau mengaudit benak saya, saya yakin kira-kira seperempat informasi yang saya peroleh belakangan ini berasal dari rekan-rekan di milist. Informasi-informasi ini ternyata sangat mendukung saya di dunia pekerjaan sebagai pengajar. Dengan fakta yang demikian saya sering mengatakan bahwa milist bagi saya adalah gudang informasi, yang tiap saat saya bisa ambil berbagai informasi dari dalamnya. Manfaat yang kedua, banyak inspirasi yang menggugah saya. Sebagai homo faber (manusia yang harus berkarya), saya memerlukan banyak inspirasi untuk menjadikan saya sebagai insan yang lebih baik, efektif, kreatif dan inovatif dalam berpikir, bertindak dan berkarya. Saya menemukan bahwa mailing list adalah salah satu jawaban. Di luar dugaan, banyak guru, trainer, motivator, coach, entrepreuneur, karyawan swasta dan pemerintah, aktivis NGO, yang tulus menyumbangkan ide, gagasan, pengalaman dan pengetahuan mereka tanpa pamrih. Banyak pembelajaran yang saya temukan dari mereka, bahkan yang menjadi inspirasi bagi saya dalam bekerja. Dalam hal ini, saya pernah mendapatkan insprirasi dari mereka (yang tidak bisa saya sebutin satu persatu), tentang bagaimana mengajar yang baik, menjadi pelatih yang baik, berkomunikasi secara efektif, menjadi teladan yang baik, dan banyak lagi. Dari pengalaman ini saya menjuliki milist sebagai ladang inspirasi, yang siap saya petik hasilnya.
Manfaat yang ketiga, saya bisa mengenal banyak orang dan membangun persahabatan melalui milist. Menurut saya persahabatan itu sangat penting, terlebih di saat kita memiliki banyak masalah ataupun kesulitan memecahkan sesuatu persoalan. Mereka biasanya bersedia memberi bantuan dan dukungan. Dalam hal ini, saya punya pengalaman, ketika saya harus mengerjakan tugas mata kuliah yang membutuhkan responden untuk melakukan melalui sebuah survey. Pada saat yang bersamaan, saya harus menyelesaikan pekerjaan begitu padat, sehingga saya meresa sulit untuk melakukan penyebaran angket. Di luar dugaan, seorang rekan bersedia menyebarkan angket melalui milist yang dimilikinya, pucuk dicinta ulampun tiba. Persoalan akhirnya selesai, survey lancar dan pekerjaan tidak terbengkalai. Saya hanya bisa berkata, dahsyatnya milist. Mulai saat itu, menjuluki milist sebagai taman persahabatan. Manfaat keempat, menambah rasa humor. Sebagai pengajar, saya dituntut untuk memiliki selera humor yang tinggi. Terutama di topik-topik yang membosankan dan waktu yang tidak bersahabat (saat-saat munculnya rasa ngantuk). Banyak yang mengatakan saya adalah humoris. Dalam hati saya berkata, eh belum tau dia, itu berkat milist lho. Ah manfaatnya masih banyak. Dan tak cukup ditulliskan di sini. Kalau begitu saya berani menyimpulkan,
Dahsyatnya Milist.
Jalan Setapak Menuju Sukses Djuchli Mawardi Terlahir tanpa memiliki apa-apa, di timang dan dirawat dalam belaian kasih sayang, hingga waktu terus berjalan tanpa terasa untuk mencapai suatu keinginan yang diharapkan. Itulah cita-cita. Itulah perjalanan hidupku. Di awali pertengahan tahun 2005 aku diperkenalkan oleh sahabatku “Refrinal” untuk bergabung dalam salah satu millist “The Profec” yang kini aku ikuti. Timbul pertanyaan dalam benakku; “Apa itu millist?”. “Apa manfaatnya aku ikut millist”, hanya memenuhi emailku saja, sementara aku disibukkan dengan pekerjaan rutinku di kantor. Itulah pandangan awalku tentang millist. Waktu terus berjalan, aku hanya sebagai pembaca setia dari postingan-postingan yang masuk dalam emailku dan hanya sesekali aku sharing. Ada ilmu bermanfaat yang aku terima dan ada pula kekesalan akibat isi postingan yang aku anggap kurang berbobot. Lelah juga aku harus menghapus isi emailku setiap hari karena emailku bercampur dengan email kantor. Lima tahun sudah aku bergabung dengan millist The Profec ini, sejalan dengan keinginanku untuk terus menimba ilmu dan mendapat sharing tentang kewirausahaan karena aku ingin berwirawasta sendiri lepas dari rutinitas kegiatan pekerjaan kantor.
Dibawah founder yang cukup arif dan bijaksana, seorang kartini modern yang pantang menyerah, sesosok wanita tegar dan penuh keibuan, ibu yang aku kenal dengan nama “Lies Sudianti”. Berkat jasa beliau dan rekan-rekan pendiri millist ini serta para moderator yang telah mengelola millist ini, Alhamdulillah millist ini masih bertahan. “Apa sih keuntungan pengelola mllist?” kok mau-maunya mengurus millist dengan susah payah. Itulah kebesaran hati seorang pengurus millist, dengan segala kekuatan dan kemampuan yang ada terus berusaha agar millist yang dikelolanya akan dicintai para anggotanya dan dapat memberikan manfaat yang berguna. Kadang kita tanpa sadar sering tidak peduli dengan pengelolaan suatu millist, yang telah dibangun dan dikelola dengan susah payah. Sumbang saran dan sharing para anggota sangat diperlukan agar suatu millist dapat terus berkembang dan tetap bertahan. Millist yang disukai oleh para anggotanya adalah suatu millist yang bisa menjembatani suatu keperluan dan keinginan para anggotanya tanpa melanggar peraturan yang telah disepakati dan ditentukan. Kegiatan-kegiatan rutinitas untuk bertatap muka bersama dalam membahas sesuatu hal, entah itu bisnis atau kegiatan sosial sangat diperlukan, hal ini sangat bermanfaat bagi para anggota millist untuk mengenal secara langsung.
Peran serta para anggota juga sangat diperlukan. Tanpa peran aktif para anggota suatu millist maka tidak tertutup kemungkinan millist tersebut hanya tinggal sebuah nama. Nama besar suatu millist tanpa peran serta para anggota apalah gunannya. “Apa sih untungnya ikut millist?”, penuh-penuhin email saja. Kembali kepada manfaat dan keuntungan yang didapat dari mengikuti millist, jelas sekali banyak manfaat dan keuntungan yang didapat. Millist adalah “Simbiosis Mutualisma”, yaitu hubungan yang saling mengutungkan antara seluruh anggotanya. Tidak ada kerugian karena semua orang yang bergabung dalam suatu millist ingin mendapatkan sesuatu, entah mendapatkan keuntungan secara financial, keuntungan hubungan emosi, keuntungan hubungan sosial, keuntungan persaudaraan dan keuntungan-keuntungan lainnya. Bicara tentang “keuntungan”, mengikuti suatu keuntungan bukanlah tujuan utama, karena didirikan bukanlah semata untuk mencari keuntungan. Keuntungan akan didapat jika telah suatu kepuasan atas apa yang kita inginkan.
millist millist suatu terjadi
Kita bergabung dalam suatu millist pasti mempunyai keinginan dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam suatu millist akan didapat beragam kesempatan untuk mengembangkan keahlian kita, bisnis kita, koneksi kita atau kesempatan-kesempatan lainnya.
Dengan bergabung dalam millist banyak sekali yang telah aku dapat, diantaranya ilmu tentang marketing, motivasi, koneksi, teman, dan yang terpenting adalah tali silaturahmi. Alhamdulillah berkat bantuan para anggota millist “The Profec” beberapa anak asuhku telah menyelesaikan sekolah SMA, terima kasih sahabatsahabatku. Motivasi-motivasi yang aku dapat dari postinganpostingan “orang hebat” telah membuatku bertekad bulat untuk berwiraswasta dalam mewujudkan keinginanku, terima kasih sahabat-sahabatku. Ilmu-ilmu marketing yang aku dapat telah membantu dalam pekerjaanku dan usahaku, terima kasih sahabatsahabatku. Terima kasih para pendiri millist dan moderator yang telah bekerja keras dan membantu menjembatani keinginan dan keperluan para anggotanya.
Di mailing list, orang biasa bisa dengan leluasa berkomunikasi dengan orang hebat. Semua terjadi secara terbuka…
7 (Tujuh) Hari Seminggu, 24 (Dua Puluh Empat) Jam Sehari. Anton Budi Pranata Hari Pertama: 1 September 2010 “200 orang tenaga penjual (Salesman) dari berbagai wilayah penjualan seluruh Indonesia terlibat diskusi dalam suatu conference di Yahoo Messenger. Hal itu dilakukan untuk memudahkan koordinasi dan memonitor perkembangan kegiatan penjualan di Head Office di Jakarta. Selain menggunakan conference di Yahoo Messenger, ternyata dalam keseharian dibuat mailing list untuk saling bertular informasi.” Di sela-sela implementasi sistem di sekitar Tangerang, dekat dengan Bandara Soekarno Hata. Saya sempatkan untuk menulis sumbangan naskah "Dahsyatnya Millist“ dalam program buku ulang tahun PROFEC. Saya bergegas untuk menyusun daftar mailing list yang saya ikuti. Sebagai awal tulisan, sembari menunggu waktu pulang bersama anggota tim yang lain. Berikut sebagian data mailing list yang saya ikuti saat ini: PROFEC:
[email protected], MTSuperClub:
[email protected], Majelis Al-Ihsan:
[email protected], Penulis-Elex:
[email protected], Simple Strategy Online Indonesia:
[email protected] ,
owsip (wolu-wolu Sipil):
[email protected], Cileungsi:
[email protected], ResensiBuku:
[email protected], Smarihasta:
[email protected] , dan lain-lain. Memang benar secara nyata dalam 7 (Tujuh) Hari Seminggu, 24 (Dua Puluh Empat) Jam Sehari. Kita bisa memanfaatkan mailing list. Mailing list atau milist merupakan satu dari sekian banyak layanan di internet. Sebagai forum diskusi antar anggota, berinteraksi dan berbagi ide secara online. Seperti halnya kelompok atau komunitas yang mempunyai kesamaan minat, hobby, visi, dll. Anggota mailing list biasanya lintas daerah, artinya jarak yang jauh bukan menjadi masalah untuk saling komunikasi. Apalagi dengan teknologi sekarang pengiriman data bisa dilakukan dengan cepat dalam hitungan detik. Selain harus mempunyai kesamaan minat, salah satu syarat utama untuk menjadi anggota mailing list adalah mempunyai account email. Karena proses komunikasi dilakukan melalui email. Email yang terkirim secara otomatis akan diterima oleh semua anggota mailing list. Kecuali jika ada anggota yang melakukan setting untuk tidak terima email pada accountnya. Hari Kedua: 2 September 2010 Jangan Amnesia dalam bermilist. Seperti lagu dari group musik ternama GIGI, dengan syair: “Pagi beriman, siang lupa lagi. Sore beriman, malam amnesia…”
Seharusnya semua yang terlibat dalam milist, mengerti semua etiket tentang ber-mailing list yang baik. Jadi kalau terjadi masalah, “Wah ada yang komplain di milist, Aapa saya yang tidak mengerti atau justru orang lain yang tidak mengerti?” Mailing list sudah menjadi fasilitas komunikasi One-to-Many Communication. Sehingga memungkinkan sekelompok anggota masyarakat Internet untuk berdiskusi dan saling tukar pendapat diantara mereka dengan sangat mudah. Sehingga jangan lupa lagi (Amnesia) terhadap petunjuk bermilist yang dikenal dengan nama Netiquette (Netiket). Beberapa netiket secara umum adalah: Pertama: Ingatlah bahwa kita berinteraksi dengan manusia. Kedua: Standar perilaku di dunia nyata berlaku pula di dunia maya. Konsekuensinya: Jaga keetisan, melawan hukum adalah netiket yang buruk. Ketiga: Ketahuilah di mana Anda berada di dunia maya. Maka: Netiket bervariasi dari satu domain ke domain lainnya. Tunggulah sambil mengamati (dengan membaca posting-posting sebelumnya) domain yang akan Anda masuki sebelum berinteraksi di dalamnya. Keempat: Hargailah waktu dan bandwidth orang lain. Kelima: Jangan membuat bingung pembaca.
Hari Ketiga dan keempat: 3-4 September 2010 Tips bergabung di banyak milist. Tips ini hanya ditujukan untuk memanfaatkan milistmilist iklan dan bisnis untuk mempromosikan bisnis online sebagai salah satu cara promosi yang murah, mudah dan efektif. Termasuk bisa juga dipakai untuk moderator milist yang tidak mau kecolongan iklan yang sedari awal pembuatan milist sudah dilarang. Tips tersebut antara lain: Sebelum mendaftar ke berbagai mailing list, sebaiknya Anda membuat alamat email baru untuk mempermudah aktivitas Anda dalam berpromosi dan agar email utama Anda tidak terganggu. Carilah milist yang penawaran/iklan/peluang usaha setidaknya 10 milist perhari.
memperbolehkan dan mendaftarlah
Mendaftarlah pada maksimal 10 milist perhari dan postinglah terus email promosi Anda ke semua milist yang telah berhasil Anda ikuti secara rutin. Jangan mengirim berkali-kali email yang sama pada milist yang sama pada saat yang sama berarti Anda bisa dianggap melakukan SPAM dan keanggotaan anda bisa di 'banned' dan email Anda akan di 'blokir’. Triknya buatlah subjeck email yang berbeda-beda setiap Anda memposting email promosi Anda meski isi email Anda sama.
Hari Kelima dan Keenam: 5-6 September 2010 Harta Karun bernama Milist. Selain berpromosi di milist, mempunyai sendiri milist adalah merupakan harta karun yang tak ternilai untuk bisnis kita. Selain itu Link Swap (pertukaran link), Banner Exchange (pertukaran banner), mengelola Ezine & Ebook, membuat Affiliasi & ViralMarketing, membuat Forums, membuat Message Board & Guest Book, Sponsor Web dan Email Marketing, juga harus dimaksimalkan.
Hari Ketujuh Akhirnya sebelum saya akhiri tulisan ini… Doa untuk Mailing List-ku
Tuhanku… Bentuklah Kami Anggota Milist Memahami dengan baik netiket dalam diskusi kami Berdiskusi secara sehat dan bermanfaat di milist Sehingga email kami menjadi solusi masalah kami bersama Jadikan mesin pencari kami adalah milist kami sendiri Dan arsip milis menjadi pembelajaran utama bagi kami
Tuhanku… Kami memohon Agar kami melupakan kebiasaan banyak bertanya Namun menjadi rajin dalam bereksperimen Semua posting kami sesuai topik milist dan mematuhi aturan milist Serta jauhkan kami dari keinginan mengirimkan spam ke milist Tuhanku… Kabulkanlah Tekad kuat kami untuk menaklukkan pasar global Komunitas kami memfasilitasi bisnis semua anggota agar terus berkembang Makin mandiri dan menjadi generasi muda yang bersemangat menciptakan dunia baru Melalui jalan entrepreneurship atau kewirausahaan Bukan dengan jalan menjadi pegawai, karyawan, pegawai negeri sipil, atau anggota dewan perwakilan rakyat semata Dan pada akhirnya bila semua itu terwujud, hamba, dengan berani berkata “Milistku tidaklah sia-sia”.
Milist memberikan banyak sekali manfaat . Baik manfaat untuk kepentingan pribadi, profesional maupun bisnis. Tak bisa diragukan lagi, milist merupakan salah satu penemuan terbaik pada abad ini.
Kesempatan tak terbatas Peter Kurniali Pertama kali saya mengenal mailing list (milist) adalah sekitar awal tahun 2000. Satu mailing list saat itu rata-rata hanya memiliki anggota sekitar 50 anggota. Bandingkan dengan professional and entrepreneur club (PROFEC) yang saat ini memiliki anggota sekitar 5000 orang. Dari begitu banyak manfaat milist, secara pribadi saya mengganggap manfaat yang paling terasa adalah terbukanya kesempatan. Dua kesempatan yang saya rasakan dalam mengikuti milist, terutama PROFEC, adalah kesempatan untuk mendengarkan dan didengarkan. 1. Kesempatan untuk mendengar ide dan pikiran orang lain. Dalam satu milis yang ramai, sirkulasi posting dapat mencapai puluhan email per hari. Banyak sekali hal-hal yang bisa kita dapatkan mulai dari informasi, motivasi, promosi sampai humor. Di milis seperti PROFEC, banyak sekali orang-orang yang kompeten di bidangnya aktif menyumbagkan tulisan. Bagi saya, mendapatkan tulisan inspiratif, informatif, menyentuh, dan memotivasi merupakan kesempatan yang luar biasa. Saya banyak belajar mulai dari asuransi, profesionalisme, kewirausahaan, sampai NLP dari milist ini. Beberapa tahun yang lalu, mungkin saya harus berlangganan beberapa majalah atau koran untuk mendapatkan informasi seperti ini.
Saat ini cukup dengan ikut di milist yang tepat, arus informasi akan masuk dengan dahsyatnya. Tidak hanya itu, kesempatan untuk berinteraksi dengan para penulis buku juga terbuka luas. Ini merupakan suatu eksklusivitas yang tidak dimiliki semua orang. Dalam hal ini peran moderator sangatlah penting untuk menjaga kredibilitas dari suatu milist. Saya tahu betul para moderator PROFEC bekerja sangat keras untuk mem-filter isi dari setiap postingan. Hal ini meminimalisasi email tidak berguna yang tidak hanya mengurangi beban kapasitas email, namun juga terkadang dapat mengkontaminasi pikiran. Hal lain yang unik dari PROFEC adalah upaya dari para moderator terutama ibu founder, untuk memperkenalkan satu anggota ke anggota lainnya. Ini membuat saya sebagai pembaca tahu siapa orang yang saya baca tulisannya. Intinya, saya merasa bertambah ’pintar’ setiap kali saya membuka folder email ‘PROFEC’ saya.
2. Kesempatan untuk didengarkan Bayangkan untuk satu tulisan yang diposting di milis ini, sekitar 5000-an orang akan membacanya. Satu ide yang dituangkan, akan diserap oleh ribuan orang dari berbagai latar belakang. Ini membuat kebanyakan orang akan berpikir lebih dahulu dan menyortir tulisannya sebelum memposting. Tentu saja hal seperti ini akan membuat seseorang menjadi penulis dan penyampai ide yang lebih baik.
Dahsyatnya milist juga sangat dirasakan para penulis dan pembicara publik, terutama yang baru mulai merintis karir. Bagi penulis misalnya, salah satu tempat terbaik untuk promosi adalah dalam pertemuan kopi darat mailing list. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari seorang penulis daripada mengetahui kalau tulisannya dibaca – entah itu disukai atau tidak. Terima kasih saya kepada Ibu Lies yang dulu memberikan saya beberapa kesempatan untuk menjadi pembicara dalam beberapa acara PROFEC, dan juga menjadikan buku-buku saya sebagai hadiah door prize. Percayalah, tidak semua orang mau memberikan kesempatan ini. Waktu buku pertama saya terbit beberapa tahun yang lalu ada saja orang yang tidak merespon ketika saya tawarkan untuk dikirimkan buku, dan bahkan menolak. Terlebih, kesempatan untuk tampil di publik sebagai pembicara di awal-awal karir juga merupakan suatu kesempatan emas tidak mudah lho mengumpulkan orang untuk mendengarkan kita ngomong. Selain dua kesempatan di atas, tentu saja dengan mengikuti milis kita juga berkesempatan untuk bertemu dengan teman-teman baru dan membangun jaringan. Jaringan ini merupakan aset yang sangat berharga, baik untuk saat ini maupun di masa yang akan datang. Selamat ulang tahun, PROFEC. Sukses selalu!
Milist Dahsyat Pisan Euy! Dede Farhan Aulawi (Ki Jaka Sunda) Peradaban zaman yang semakin dahsyat, tumbuh semakin cepat bahkan nyaris tak terkendali. Ruang zaman memberi kesempatan yang semakin terbatas bagi orang-orang yang tidak kreatif dan tidak jeli melihat setiap kesempatan. Zaman memang semakin beringas, dan kaum yang mudah lemas akan cepat mati terlindas. Hanya orang-orang yang survive, struggle, innovative dan memiliki network yang baguslah orang-orang yang akan tetap bisa bertahan. Terminologi network dalam agama sesungguhnya sudah diingatkan sejak berabad yang lalu. Konsep silaturahim telah diterjemahkan dalam kamus manajemen kontemporer menjadi network. Esensi konsep ini menekankan akan pentingnya memiliki banyak teman/sahabat dalam setiap sisi kehidupan. Bahkan referensi lain menyatakan bahwa orang yang banyak teman, sebenarnya dia termasuk orang yang kaya. Network sering disebut dengan virtual capital atau modal maya. Tidak nyata secara riil, tapi sangat signifikan dalam kehidupan. Membangun teman yang solid dan masif memang bukan persoalan yang gampang, karena nun jauh dalam belantara kehidupan, manusia yang bisa diterima dalam suatu entitas pasti harus memiliki kesamaan dalam suatu aspek tertentu. Semakin banyak entitas yang ia bangun, maka semakin banyak konsekuensi yang harus ia miliki.
Misalnya orang yang tergabung dalam komunitas ekonomi, maka orang tersebut harus menguasai atau minimal memiliki ketertarikan di bidang ekonomi. Dan begitu seterusnya untuk bidang-bidang yang lain. Di sini tentu membutuhkan kapabilitas dan ketertarikan yang memadai dalam hal tersebut. Bukan sekedar sebagai follower, tapi setidaknya turut melukiskan sedikit warna dalam komunitasnya. Tool membangun komunitas yang digandrungi saat ini, telah dipermudah oleh perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi, yaitu dengan semakin berkembangnya Milist. Jadi milist sesungguhnya adalah sebuah piranti untuk membangun network secara masif. Kita bisa bersikap pasif dan kita juga bisa bersikap aktif. Jika kita bersikap pasif, minimal kita akan mengenal orang dan kapabilitas orang dalam bidang yang dimasukinya. Kita akan tahu melalui diskusi-diskusi atau pendapat-pendapat. Bahkan kita bisa belajar dari berbagai perbedaan pendapat untuk melihat sisi-sisi lain dari setiap fenomena yang ada. Dan sebaliknya jika kita bisa bersifat aktif, kita bisa mengeksplor setiap pemikiran dan pendapat kita dalam suatu forum yang tepat. Dan boleh jadi pola fikir kita akan mudah dipahami oleh orang lain dan secara berangsur nama kitapun akan semakin berkibar.
Semakin dikenal dan semakin berkibar, maka rate value kita secara automatically akan bertambah. Padahal kita tahu bagaimana sulitnya menegakkan dan mengibarkan bendera yang bermuatan kapabilitas kita. Di milist kita bisa memperkenalkan, di milist kita bisa menjual, dan di milist kita bisa meyakinkan pentingnya sesuatu. Milist bukan sebuah keniscayaan. Milist bukan tool express yang membawa kemajuan. Tetapi milist adalah jembatan logik yang melatih algoritma keberhasilan secara bertahap. Proses ekspansi masif yang cepat dan murah. Sebuah media dimana kita bisa memberi dan memiliki segalanya. Ini sebuah renungan sekaligus sarana pembelajaran agar kita selalu aktif mengikuti perkembangan, sekaligus subjek dari perkembangan itu sendiri dan bukannya menjadi objek perkembangan. Mari kita torehkan karya demi kemajuan bangsa sesuai kemampuan kita. Milist bisa menjadi salah satu cara untuyk mengenalkan karya yang bisa kita berikan untuk sesama.
Aku dan PROFEC Dari sekian banyak milist yang ada, aku masuk ke PROFEC karena diundang oleh ownernya yaitu Ibu Lies Sudianti yang tanpa sengaja aku kenal saat aku mengenal beliau lewat email. Kami memang belum mengenal secara fisik namun hobby yang sama membuat kami bisa merasa dekat. Ibu yang satu ini sangat gigih untuk memintaku bergabung di milist yang beliau kelola.
Namun karena peraturan di kantor tempatku bekerja tidak mengijinkan fasilitas kantor untuk bergabung dalam milist maka aku meminta maaf untuk tidak bergabung di milist. Namun kami tetap bersahabat karena ibu Lies tetap gigih meneruskan informasi-informasi penting melalui japri, sampai akhirnya aku mendapat kesempatan untuk sharing dalam acara kopdar PROFEC di Wisma Indomobil bertema MIND EMPOWERMENT di bulan Juli 2006 yang merupakan sebuah kehormatan bagiku bisa berbagi dengan para member PROFEC yang luar biasa. Disini bisa dilihat peranan seorang founder yang memiliki leadership yang begitu kuat sehingga aku mau jauh-jauh datang dari Bandung untuk berbagi, padahal secara pribadi kami bahkan belum pernah bertemu sebelumnya. Keramahan beliau membuat aku tidak bisa menolak dan ternyata aku bersyukur pernah mendapat tawaran tersebut karena dari sana aku banyak sekali mendapat email dari member PROFEC yang tertarik dengan apa yang aku sampaikan. Walaupun jarak kami (saya tinggal di Bandung) cukup jauh namun itu tidak memutus tali silaturahim yang terlanjur terbentuk dengan baik. Aku dan ibu Lies Sudianti masih tetap berkirim-kiriman email. Bahkan aku yang suka menulis puisi yang juga merupakan bagian dari terapi penyembuhan yang aku jalankan tak bosan mengirimkan puisi-puisiku ke ibu Lies untuk diteruskan ke PROFEC. Jadi keterlibatanku dengan PROFEC tetap berjalan baik walau aku tidak bisa aktif di milist.
Milist untuk Sosialisasi D. Budi Eman Benar sekali semua pendapat ini, yang memang menyatakan bahwa kita hidup di dunia ini perlu bersosialisasi, dan kita bukan hanya tinggal seorang diri di hutan. Kalau kita mau belajar dan belajar lagi, serta dapat sharing satu sama lain, maka kita akan dapat tetap bertumbuh, dan tetap hijau, walaupun secara phisik kita tentu akan mulai menua, dan tentu tidak dapat dikatakan tetap segar dan muda. Tapi secara kepribadian, kita akan tetap tumbuh dan tentu harus lebih bijak dan dapat mengerti seorang dengan yang lain lebih dalam lagi, dana tentu kita dapat menimba segala macam pelajaran dalam kehidupan ini dari semua anggota di millis manapun. Back ground seseorang menentukan untuk masa depannya sendiri, dan jika semua mau berbagi dan sharingkan kelebihannya dan juga menyadari kekurangannya, serta tetap mau belajar, jangan mau menang sendiri saja, dan mengakui dengan "jantan" bahwa masih banyak kekurangan, dan masih mau membuka diri untuk dapat belajar dari yang jauh lebih muda, sebagai misal Bu Lies, yang mengakui bahwa Mas Hardi yang jauh umurnya di bawah anak kandung sendiri, tapi memang piawai di IT. Pergaulan dan pengalamannya sangat banyak dalam membangun millist dengan anggota di atas 10.000 orang.
Memang perlu kerendahan hati untuk mengelola milist. Bu Lies sudah mengalami banyak sekali asam garam. Ada yang "kapok“ bermilist, "pundung" kata orang Sunda mah. Yang gede ambek, gampang marah, juga ada. Yang bijaksana dan penuh pengertian juga banyak. Ada juga yang hobinya frontal jualan, kampanye atau juga "menawarkan jasa", dan jika sudah tidak ada respon akan hilang dengan sendirinya. Sebagian "perasa" sekali sehingga mudah tersinggung kalau dinasehati, ataupun tidak mau tahu, walaupun keluar dari jalur yang telah digariskan oleh founder dan komitmen bersama beberapa moderator awal. Sangat senang sekali, melihat perkembangan dari millist tercinta ini, dan memang dari kegalauan dan rasa jenuh serta kelelahan dari Bu Lies yang pontang panting sendiri, harus di acungkan jempol. Beruntung, sekarang sudah banyak moderator yang ikut membantu. Majulah terus millist profec ini, majulah negriku, majulah bangsaku, dan tanpa mengenal suku, ras, agama, dan golongan serta politik. Bantulah sesama selagi masih memungkinkan untuk membantu. Tidak ada pakaian yang dapat diberikan, tidak ada makanan yang dapat dibagikan, tapi kan anda masih punya hati. Salam pengabdian!
Visibility Vs Credibility Rizka Moeslichan
“Siapa lagi?” kalimat tanya seperti itulah yang muncul saat mencari tokoh, pakar, motivator atau narasumber. Kenapa bingung? jawabannya bisa karena tokoh-tokoh yang selama ini “beredar” di publik sudah terlalu sering ter-exposed. Mungkin publik juga ingin penyegaran dari opini-opini yang berbeda atau memang tidak mengenal tokoh lainnya. Menarik untuk diulas, karena kebingungan ini bisa ditelusuri dari dua sisi. Saya biasa menyebutnya sebagai faktor kembar, yakni Visibility & Credibility. Visibility diartikan sebagai keyakinan dan keberanian untuk menampilkan diri atau dapat dikenali dengan baik. Sedangkan credibility didefinisikan merupakan keterpercayaan atas kemampuan untuk menangani tugas dan kewajiban yang disepakati. Lantas mana yang lebih penting menurut Anda?. Wah..wah..bisa menjadi kebingungan berikutnya setelah kebingungan mencari tokoh.
Memulai sukses lewat milist? Kenapa tidak!?
Bagi yang berpendapat bahwa credibility itu lebih penting ketimbang visibility, silakan simak petikan cerita berikut ini. “Seorang dokter yang luar biasa bertangan dingin menyembuhkan penyakit di lingkup spesialisasinya biasanya dicari banyak orang. Temuannya adalah, hanya segelintir pasien setiap minggu. Seluruh pasiennya berhasil sembuh dan puas. Mengapa hanya segelintir pasien? Besar kemungkinan disebabkan oleh sang dokter tidak memasang papan praktek dokter di rumah yang sekaligus menjadi tempat prakteknya, dan ditambah kejarangan sang dokter untuk bersosialisasi. Dokter itu sangat credible, akan tetapi disayangkan ia kurang visible sehingga tidak menguntungkan kemajuan financial dan kesejahteraannya. “ Kisah ekstrim lainnya adalah tentang seorang ibu pembuat kue yang namanya sering terdengar, wajahnya cukup diingat. Visibility telah dimiliki dan publik relatif mudah mencarinya untuk kebutuhan tertentu. Apakah yang terjadi pada umumnya dengan kondisi seperti ini? Visibility yang mengantarkannya untuk berpeluang secara bersamaan membuktikan credibility-nya. Saat dibutuhkan untuk pesanan kue-kue misalnya, yang teringat adalah nama ibu tersebut. Tanpa banyak pertimbangan, order pun datang kepadanya. Tapi tentu ada investasi waktu dan karya yang dipersembahkan hingga ibu tersebut memiliki visibility yang baik.
Nah, kalau begini manakah yang menurut Anda lebih penting untuk ditingkatkan? Biasanya jawabannya masih tetap bingung, dan berakhir pada pilihan keduanya penting. Banyak jalan yang dapat membantu kita untuk memiliki kedua faktor itu dengan baik. Mailing list, diskusi tanya jawab, ajang pemilihan, kompetisi dan lainnya adalah beberapa jalan yang relatif jitu dan efisien untuk meningkatkan visibility anda. Tidak harus pasang reklame, poster, selebaran dan lainnya seperti proses pilkada yang berusaha mendongkrak visibility dalam waktu singkat. Cara singkat (short-cut) malah bisa membahayakan kredibilitas, di saat anda tidak mampu membuktikannya. Memang untuk meraih keberhasilan yang lebih atas, kita harus memulainya dari bawah. Kecepatan memulai dan merangkaklah yang membedakan setiap individu untuk meraih yang lebih atas. Pernahkah anda mengikuti (menonton) ajang Indonesian Idol, Indonesia Mencari Bakat atau kompetisi lainnya yang bersifat nasional atau bahkan internasional? Ini adalah bentuk nyata, bahwa seseorang yang bukan siapa-siapa, tak dikenal sekalipun, dengan yakin pada kredibilitasnya, pada kemampuannya akan bisa menjadi seseorang yang dikenal secara luas sekaligus dengan kemampuannya itu. Publik dipenuhsesaki oleh nama dan prestasinya secara bertubi-tubi, hingga pada waktunya publik akan dengan mudah mengingatnya. Proses ini mirip dengan proses branding sebuah produk hingga bisa mencapai target top of mind di publik.
Dahsyatnya mailing list dalam merintis visibility & credibility antara lain karena memiliki jaringan anggota hingga ribuan orang. Ini adalah salah satu jalur efektif untuk memulai memupuk visibility anda. Meskipun secara harafiah visible itu artinya terlihat, di-mailing list tidak memungkinkan terlihat wajahnya namun terbaca namanya, karena anggota mailing list seolah ”dipaksa” untuk membaca. Apalagi bila posting yang ada dalam mailing list bermanfaat dan berharga, biasanya akan melekat kuat dalam pikiran pembacanya. Belum lagi bilamana opini atau tulisan dan karyakaryanya diteruskan ke mailing list lainnya, terbukti sangat efektif penyebarannya. Melalui mailing list, anda akan meraih keduanya secara bersamaan. Setelah mengenali bidang, interest, cara berpikir dan kemampuan-kemampuan lain melalui postingannya, anggota mailing list mulai mengenali kredibilitas penulisnya. Kemudian tumbuhlah kepercayaan karena konsistensi posting-posting yang dilakukan para anggota mailing list tersebut. Disinilah peluang awal memiliki visibility, yang bisa diawali dari lingkungan anggota mailing list tersebut dan akan sangat mudah meluas. Dahsyat bukan?
Zaman berubah, lingkungan pun berubah setiap saat. Beberapa hal yang dahulu kita anut, mungkin di Era saat ini tidak sesuai lagi. Contoh, pepatah ”ibarat padi, makin berisi makin merunduk”. Makna pepatah itu (dari yang saya peroleh dahulu) bahwa seseorang yang pandai dan berilmu tinggi tidaklah penting untuk memunculkan diri, mengemukakan pendapatnya atau kemampuannya karena bisa terkesan sombong. Justru yang terjadi pada Era saat ini adalah sebaliknya, setiap individu yang memiliki ilmu, pengetahuan dan kemampuan yang baik, bertanggung jawab untuk menyebarluaskannya kepada publik. Itu adalah salah satu ekspresi mensyukuri apa yang dimiliki hingga memberi manfaat yang lebih luas, bukan menyombongkan diri. Dengan demikian visibility akan terus berjalan berdampingan dengan credibility. Memang benar, Visibility maupun Credibility keduanya sama-sama penting. Sehingga tidak ada alasan lain, bagi teman-teman yang telah memiliki kredibiltas yang baik, saatnya untuk memikirkan visibility anda. Faktor kembar ini tidak akan berhenti di satu titik, namun akan terus bergerak naik seperti saat kita menaikki anak
tangga. Sekali visibility sudah terbangun, maka tuntutan untuk terus meningkatkan credibility juga perlu disusun. Faktor Visibility & Credibility keduanya akan saling menunjang kesuksesan dalam berkarya.
Mari para penulis, cendekiawan, motivator, dan semua yang telah yakin pada kemampuannya, mulailah terdengar dan terlihat. Indonesia banyak dikaruniai orang-orang hebat yang mungkin belum ”lepas” nama dan keterandalannya di publik. Lewat tulisan ini, saya senang bisa membantu anda melalui assessment di suatu kesempatan, mengetahui Visibility & Credibility kita, untuk bersama terus ditajamkan keduanya. Hingga suatu saat, tak lagi hanya tokoh asing yang lebih dipercaya pendapat dan pemikirannya. Segera lahirlah tokoh-tokoh Indonesia yang juga bisa didengar dan dilihat handal secara nasional maupun internasional.
Awali langkah sederhana kita melalui dahsyatnya mailing list.
Sekolah Kehidupan Bhayu MH Jejaring Sosial & Keterpisahan 6 Tingkat Mengelaborasi teori “Keterpisahan 6 Tingkat” (The 6 Degree of Separation), internet telah menjadi medium bagi pengembangan jejaring sosial (social networking). Dalam kehidupan, jejaring sosial sebenarnya telah terjadi secara alami, karena manusia memang “homo social faber”. Ini sejalan dengan ujaran bijak yang diucapkan Buddha: “"Tidak ada yang eksis sendirian sepenuhnya, segala sesuatu pasti berhubungan dengan sesuatu yang lain.” “Keterpisahan 6 Tingkat” (The 6 Degree of Separation) yang semula muncul di cerita pendek berjudul Chains (1929) karangan Frigyes Karinthy dan kemudian dijadikan drama berjudul The Six Degree of Separation (1990) oleh John Guare itu kini seolah sudah mendapatkan justifikasi dengan terciptanya medium jejaring sosial melalui internet. Secara saintifik para ilmuwan masih bergulat dengan kebenarannya. Namun telah ada sejumlah riset yang secara teknis bisa menjadi justifikasi teori ini. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh Stanley Milgram, seorang psikolog-sosiolog Amerika yang berhasil melakukan riset yang diberi nama “Small-WorldProblem” di tahun 1967.
Teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa siapa pun individu di planet ini dapat terhubung dengan sembarang individu lainnya dalam 6 tingkat saja. Bahkan ini berlaku bagi seorang petani di Wonogiri dalam hubungannya dengan Presiden A.S. di Washington misalnya. Teori inilah yang kemudian membuat berkembangnya aneka situs jejaring sosial yang kita kenal sekarang seperti Facebook, Twitter, Friendster, Plurk, LinkedIn bahkan situs penyedia informasi seperti Wikipedia. Karena semuanya awalnya dibuat untuk melanjutkan riset tentang teori ini yang pertama dilakukan oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) melalui proyek komputer jaringan bernama Monte Carlo tahun 1973. Riset ini terutama dilanjutkan dalam dekade tahun 2000an melalui situs SixDegrees.org, Digrii.com dan SixDegrees.com. Mailing-list atau kita sering menyingkatnya dengan “milis” yang merupakan pengembangan Bulletin Board System (BBS) dalam sistem internet awal dekade 1970—1980-an juga merupakan bagian dari riset teori ini. Dunia Milits vs Lebenswelt Kini, para pengguna awam yang tak mengerti sejarah awalnya sudah bisa menikmati keterhubungan ini. Karena “keterpisahan” dalam teori tadi, kini menjadi “keterhubungan” begitu ada aplikasi internet yang bisa diterapkan secara “real time”.
Fakta tentang Internet Indonesia (2010): • Pemakai facebook terbesar nomor 3, setelah Amerika dan Inggris. • Pemakai Twitter terbanyak di Asia. Atau mencapai 12% dari total pemakai twitter di dunia. • Jumlah pemakai internet mencapai 40 juta orang. • 30% pemakai internet di Indonesia menggunakan mobile phone. • Pemakai internet Indonesia paling banyak buka halaman (page) perhari. Jauh di atas orang Amerika, China dan Eropa. • Jumlah groups/milist terbanyak di Asia. (data BMI Research 2010)
Kita yang orang biasa bisa saja “berteman” dengan artis Hollywood atau bahkan pemimpin suatu negara. Tapi harus diingat, “pertemanan” yang terjadi hanya di dunia maya yang semu. Di sinilah “milist” punya peran mewujudkan “keterhubungan” itu menjadi nyata. Salah satunya dengan sarana pertemuan antar anggota yang di Indonesia disebut “kopi-darat” atau “kopdar”. Seringkali ada orang yang mengikuti banyak milist, sehingga dalam “bahasa gaul”
ia disebut “banci
milist”. Menjadi “banci milist” bukanlah sesuatu yang memalukan. Meski konotasi kata “banci” masih kerap dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Bagi saya, menjadi “banci milist” berarti menjadi orang yang upto-date dengan perkembangan baik teknologi maupun pergaulan. Setiap orang bisa memasuki milist apa pun. Akan tetapi, bagaimana keaktifannya di setiap milis tergantung dari partisipasinya dalam “kopdar” dan “posting”. Memang, tergantung tipe kepribadian, ada yang senang interaksi sesama manusia secara langsung atau berlindung di balik nickname dan koneksi internet saja. Karena keanggotaan milist sebenarnya hanya berbasis alamat e-mail, maka jumlah member bukanlah jumlah orang, tapi jumlah alamat e-mail. Satu orang bisa memiliki email account tak terbatas. Sehingga kerapkali owner atau moderator milist ‘tertipu’ oleh besarnya jumlah member.
Plus-minus milist bagi hidup kita Di tengah deru kehidupan yang memburu, menjadi anggota milist bisa menjadi penawar. Apalagi di tengah nuansa individualisme yang kental, dimana terkadang dengan tetangga sebelah rumah saja sulit saling mengenal, mengikuti milis jelas menambah kemungkinan mendapatkan kenalan baru. Namun sama halnya dengan interaksi lain sesama “netizen”, ada “netiquette” yang berlaku. Tiap milist punya aturan main sendiri yang hendaknya dipatuhi. Karena bila Anda tidak ingin patuh, solusinya mudah,
keluar saja dari milist bersangkutan. Sama pula halnya dengan segala hal dalam hidup, milist pun punya dua sisi mata uang: plus dan minus, baik dan buruk. Mengenalinya bisa membuat kita mampu mengoptimalkan sisi plusnya, seraya menghindari sisi minusnya. Sisi plus milist yang paling utama adalah mendapatkan kenalan dan informasi yang sesuai kebutuhan. Misalnya bila kita penggemar otomotif merek tertentu, terkadang sulit mendapatkan suku cadangnya. Nah, dari milist kita bisa mendapatkan informasi dari siapa atau di mana kita bisa membelinya. Bagi alumni suatu sekolah atau organisasi, bergabung di milist juga bisa menjadikan kita tetap terkoneksi meski sudah terpisah dalam kehidupan nyata.
Bahkan di milist-milist yang bersifat kesamaan tujuan, seringkali tujuan tersebut adalah suatu usaha atau perdagangan. Milist-milist pengusaha seringkali menghasilkan uang dari perkenalan antar member yang berlanjut dengan transaksi jual-beli. Dengan interaksi di dunia nyata yang dilanjutkan interaksi fisik di “real world” melalui “kopdar”, akan terjalin jejaring sosial yang nyata dan pertemanan yang baru. Dari sini, kisah-kisah hangat tentang kehidupan akan mudah mengalir dari sesama member yang sudah saling kenal dan percaya. Dari milist pula kita bisa terhubung dengan individu-individu yang sejatinya di “real world” tidak berhubungan dengan kita, karena berbeda bidang kehidupan.
Misalnya
artis,
pejabat
atau
pengusaha
terkenal. Setelah berhasil membangun hubungan melalui milis, bisa saja hubungan selanjutnya berkembang. Sementara sisi minus milist terletak pada penggunaan email sebagai satu-satunya cara menjadi member. Seperti sudah saya sebutkan di atas, seseorang bisa mendaftar dengan lebih dari satu e-mail. Karena itu banyaknya anggota milist seringkali semu belaka. Milis beranggota ribuan sekali pun kerapkali kesulitan saat harus memobilisasi anggotanya. Ini bisa jadi disebabkan banyaknya inactive e-mail yang jarang digunakan. Sekali mendaftar, tapi setelahnya tak lagi berinteraksi. Bahkan seringkali e-mail itu tak lagi dipakai sehingga menjadi unused e-mail.
Ketidakjelasan identitas tidak hanya dari e-mail saja, tapi juga penggunaan nickname yang memang lazim di dunia maya. Karena itu, validitas dan kepercayaan merupakan problema di internet. Akibatnya, saat berinteraksi di “real world” kerapkali citra yang ditampilkan di milis atau jejaring sosial lainnya ternyata berbeda. Tidak hanya itu, bila terjadi interaksi fisik di “real world” terutama yang terkait transaksi jual-beli, sangat rentan pada upaya penipuan. Karena terkait teknologi, banyak yang malu melaporkannya ke polisi karena takut dianggap “gaptek” (gagap teknologi). Akibatnya, para penipu itu bisa dengan mudah mengganti nickname dan e-mail, lantas bergerak lagi melakukan penipuan lain. Di sini radar kewaspadaan kita harus selalu menyala. Intinya, pastikan kredibilitas pihak lawan transaksi. Bukan sekedar melalui sarana online, tapi juga lakukan pengecekan offline. Perhatikan bagaimana reputasi mereka sebelumnya dan kejelasan identitas termasuk alamatnya di “real world”. Jangan pernah melakukan transaksi hanya berdasarkan komunikasi melalui internet, termasuk pula mengirimkan transfer uang melalui online banking tanpa memastikan identitas pihak yang dikirim. Karena di internet sangat rawan pemalsuan identitas atau malah pembajakan (hijacking) identitas. Jadi, hati-hatilah.
Sarana Belajar dari Sekolah Kehidupan Sekolah kehidupan (lifeschool) merupakan sebuah istilah yang maknanya kita belajar dari kehidupan sebagai “sang guru” dan “sekolah” tanpa batas apa pun. Kita belajar dari kehidupan setiap saat, setiap waktu, kapan saja, dari siapa saja, dengan materi apa saja hingga kita mati kelak. Kita belajar bukan cuma ilmu dalam arti disiplin yang dalam bahasa latin disebut “logos” yang diadaptasi menjadi “logy” dalam bahasa Inggris, tapi juga pengetahuan dalam arti luas. Pendeknya, pengetahuan apa pun akan berguna dan itu kita dapatkan dari sekolah kehidupan, bukan sekolah formal yang mengajarkan aneka disiplin ilmu formal. Bila di sekolah formal proses menerima ilmu disebut belajar (studying), di sekolah kehidupan proses penyerapan pengetahuan disebut pembelajaran (learning). Milis merupakan sarana belajar dari sekolah kehidupan. Di dalamnya kita terutama bisa belajar mengutarakan pendapat, mempertahankannya dan juga menyerap pengetahuan orang lain saat menulis dan membaca posting di dalamnya. Namun , kita harus menyadari bahwa milist itu sendiri
hanya forum atau medium.
Negosiasi, persuasi, dan kemampuan menempatkan diri sangat penting bagi kesuksesan kita menjadikan milis sebagai sarana belajar dari sekolah kehidupan (lifeschool).
The Power of Milist Johannes Arifin Wijaya Salam Antusias, Sebelumnya saya mengucapkan Selamat Ulang Tahun kepada Profec, yang tanggal ulang tahunnya sama persis dengan tanggal ulang tahun saya (yang tanggal 14 Oktober), Cuma beda di tahunnya saja ☺. Dengan kesamaan Tanggal Ulang tahun tersebut, saya percaya, Profec dan saya memiliki spirit yang sama, kemudian pastinya saya dan Profec memiliki hubungan yang sangat erat sekali. Awal permulaan saya bertemu dengan Ibu Lies Sudianti, Founder Profec, adalah karena KEKUATAN MILIST juga. Suatu ketika dalam sebuah pertemuan antar Milist tersebut, saya dikenalkan dengan seorang wanita luar biasa, Lies Sudianti. Sungguh suatu kebanggaan bisa bertemu dan berkenalan dengan ibu Lies Sudianti, yang menurut saya, adalah Ratunya Milist Indonesia. Karena Profec dan Ibu Lies Sudianti juga yang mempertemukan saya dengan Pak Dodi Mawardi, Pak Freddy Pielor, sehingga kita membuat Profec Author Club (PAC), beberapa anggotanya sudah menghasilkan karya-karya bermutu yang sangat luar biasa dan bermanfaat. Ini merupakan kebanggaan bagi saya khususnya dan Profec pada umumnya.
Hasilkan Karya Luar Biasa Karena Kekuatan Millist juga saya bisa bertemu, berkenalan dan bersahabat, kemudian menulis buku MOTIVMAGICTM dengan sahabat saya, Master Bobby:Meidrie, kami sama-sama bergabung dalam satu millist yaitu Trainers Club Indonesia, yang dimoderatori oleh Bro Hendry Risjawan yang luar biasa. Bersama dengan Master Bobby:Meidrie, Saya menghasilkan karya luar biasa, buku dan konsep MotivMagic™ . Sekilas tentang buku dan konsep MotivMagic™ adalah konsep baru tentang perpaduan antara magic (sulap) sebagai sebuah seni yang menakjubkan dan direfleksikan secara sederhana dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka mencari dan menciptakan keajaiban-keajaiban diri dalam kehidupan. Kebanyakan manusia tidak mau belajar dan susah berubah, karena merasa sudah benar. Permainan sulap bisa menyadarkan manusia, bahwa apa yang dilihatnya bisa saja belum tentu benar. MotivMagic™ ini merupakan inspirasi yang sangat baik bahkan dengan pendekatan yang unik. Metode ini bisa menjadi inspirasi sukses dan inspirasi kreativitas MANFAAT MILIST untuk NETWORKING Bagi saya yang memiliki prinsip tentang Networking (Makin banyak kawan, makin sukses), Manfaat Milist adalah menambah jumlah networking, saya bisa berkenalan dan bersahabat dengan orang-orang luar biasa, termasuk ibu Lies Sudianti (Founder Profec),
Hendry Risjawan (Founder Trainers Club Indonesia), ibu Carlina Agnes Patuwo, ibu Liliana Wahyudi, Bro Charles, Pak Dodi Mawardi, Pak Freddy Pieloor, dll, masih banyak sahabat yang saya temukan karena kekuatan Millist ini. MANFAAT MILIST untuk BISNIS Selain sebagai Entrepreneur bidang Kontraktor Properti, saya memiliki hobi menulis buku, cita-cita saya adalah agar buku saya bisa bermanfaat untuk orang banyak. Oleh karena itu buku itu harus dikenal, bahasa kerennya adalah memarketingkan. Saya melihat dengan kekuatan dan kehebatan Milist, dengan jumlah anggota Milist yang cukup besar. Ketika saya menginformasikan kepada sahabat-sahabat saya via Milist, begitu banyak yang memberikan respon, sehingga mereka akan mengenal dan mengetahui adanya buku tersebut. MANFAAT MILIST untuk KEKELUARGAAN Kekuatan Milist adalah bisa menggabungkan orang-orang dari seluruh daerah, bahkan seluruh dunia, yang tidak saling mengenal, akhirnya bisa saling mengenal dan bisa menjadi sahabat yang baik sekali, ini sudah saya lakukan dengan sahabat saya Master Bobby:Meidrie. Saya berharap semoga Profec selalu jaya, sukses dan Antusias, Salam Antusias.
Manfaat Besar Milist Freddy Pieloor Sejak tahun 2001 saya meyakini bahwa internet akan menjadi sebuah alat yang sangat dahsyat sebagai alat komunikasi dalam menyampaikan dan menyebarkan sebuah ide atau gagasan. Juga bisa menunjukkan kepada dunia bahwa Anda dan saya “hidup” dan dapat melakukan sesuatu bagi dunia dan negara yang kita cintai. Internet juga dapat meningkatkan dan mengembangkan performa bisnis Anda, bila dilakukan dengan beberapa strategi yang mumpuni. Oleh sebab itu sejak tahun itu saya memiliki alamat email di CBN dan Indosat, sebagai sebuah modal awal untuk berkomunikasi dan berkumandang kepada dunia di luar sana. Email address adalah sebuah modal awal bila Anda dan saya ingin berkomunikasi dengan dunia, dan langkah selanjutnya yang saya lakukan pada tahun 2006 memilih dan memutuskan ikut ke dalam beberapa grup milist yang sesuai dengan tujuan dan “kultur” diri. Saya memilih PROFEC, SSR, AMA DKI, dan MANAGER INDONESIA karena profesi saya sebagai seorang professional di bidang asuransi dan keuangan, yang ingin berbagi dan menerima saran, pengetahuan dan pengalaman dengan ribuan member dari milist-milist tersebut.
Saya memilih grup milist yang memiliki anggota cukup banyak, aktif (dapat dilihat dari traffic email yang masuk) dan tentunya topik-topik yang dibahas di group itu. Tak lupa peran moderator dalam menjembatani komunikasi dan interaksi yang terjadi dalam dinamika milist tersebut. Ya, saya bergabung dalam sebuah milist adalah untuk memberi kepada dan memperoleh dari perkembangan yang ada dalam milist, sambil terus mengasah keahlian dalam berkomunikasi secara lisan. Milist Sangat Cair? Bila Anda memilih sebuah milist yang jumlah anggotanya mencapai ribuan orang, janganlah Anda berharap bahwa semua anggota yang “berdiam” di sana aktif dan ikut terlibat dalam sebuah wacana topik atau tema tertentu. Yang saya amati tidak lebih dari 5% anggota milist yang aktif dan ikut rembug dalam setiap komunikasi yang terjadi. Begitupun kala saya mengundang anggota sebuah milist untuk “kopi darat” untuk “berdiskusi” dan “sharing” dengan anggota yang lain. Ternyata yang datang relatif sangat sedikit dan lebih hebatnya lagi adalah anggota yang paling nyaring “bersuara” lewat tulisan “tidak berani” mempertanggung-jawabkan ide atau buah pikirannya secara langsung.
Milist Dapat Menjadi Alat Marketing yang Ampuh.
Selain hal tersebut di atas, yang saya perhatikan dinamika sebuah milist adalah para anggotanya lebih suka untuk berkumpul dan melakukan sebuah kegiatan yang bersifat “hura-hura” atau “huru-hara”, daripada melakukan kegiatan yang meningkatkan kemampuan diri dan bersifat sosial. Karena anggota sebuah milist berasal dari beragam latar belakang keluarga, pendidikan, tujuan dan tentunya ekonomi, maka tidak heran ada beberapa anggota yang memiliki tujuan ekonomi (mencari uang) tanpa pernah memberi. Bahkan pernah suatu ketika ada anggota member ternyata melakukan tindakan tidak terpuji dengan “menipu” dan “menggelapkan” uang sebuah kegiatan milist tertentu dan dia lantas menghilang dan lenyap ditelan bumi. Jadi saya menyarankan Anda jangan berharap banyak dari sebuah milist, namun tetaplah realistis dengan dinamika dan gelombang komunikasi di milist. Anda tidak bisa mengenal dan memberi serta menjual diri dan produk Anda kepada semua anggota. Karena ada yang bernama “Ghost Member” yang bermakna hanya memiliki nama dan menerima email dari milist tapi tidak bergeming dan memberi (ide dan tanggapan) apapun kepada milist. Saya yakin di hampir semua milist lebih banyak penghuni jenis “Ghost Member” (ada tapi tidak tampak) daripada “Human Member”.
Apa yang saya lakukan? Seperti yang telah saya sampaikan diatas, beberapa hal yang saya lakukan adalah sebagai berikut: - Membeli atau membuat email address yang singkat dan mudah diingat, serta mencerminkan diri saya. - Mencari dan memilih group milist yang sesuai dengan tujuan dan profesi saya - Ikut aktif dan ambil bagian untuk berbagi ide dan saran lewat artikel, terkait profesi dan kepeminatan saya, termasuk menanggapi tulisan dari anggota lainnya terkait tema sesuai profesi saya. - Sesekali ikut ambil bagian dalam kegiatan atau kopi darat yang sesuai dengan jadwal dan tujuan saya (peningkatan kompetensi dan sosial). - Bergelut dan “bertengkar” dalam sebuah tema keuangan dan asuransi dengan anggota lainnya, lalu berusaha untuk membuat acara kopi darat untuk “mengasah” kemampuan komunikasi dan kompetensi diri. - Meminta maaf secara terbuka bila saya melakukan sebuah “kesalahan” menulis atau ditanggapi “sinis” oleh anggota lain, dan tidak membahas lebih lanjut bahasan tulisan tersebut. - Ikut ambil bagian dalam meringankan beban sesama dalam acara sosial yang dilakukan oleh milist - Mengumpulkan artikel yang saya tulis, dan merangkumnya menjadi sebuah buku
Apa yang saya peroleh? Terus terang dengan megikuti milist, kemampuan komunikasi lisan saya meningkat, saya juga memperoleh manfaat seperti: • Keahlian menulis saya meningkat pesat, dan tentunya kemampuan mengetik saya juga jadi OK. • Networking secara otomatis juga meningkat kemampuan mengendalikan emosi dan perasaan semakin teruji dan terasah. •Kemampuan dalam kompetensi yang saya minati ikuti terasah dan meningkat terus, karena sebelum menulis saya harus berpikir dan mencari bahan pikiran. • “Branding” pribadi juga ikut menggelembung. • Materi artikel yang saya tulis ternyata bisa
menjadi
buku-buku yang menjadi impian saya sebelumnya. Selain manfaat yang diperoleh saya juga mengalami beberapa hal yang menjadi sebuah pembelajaran saya (mungkin bisa menjadi referensi Anda) antara lain: • Mengalami kerugian penipuan dalam membuat buku pertama saya, karena mudah percaya dengan seseorang. • Mengalami penekanan dan “intimidasi” dari anggota lain yang tidak sepaham, dan terus terang peran moderador sebagai penengah sangat dibutuhkan. PROFEC memiliki moderador yang arif, bijaksana dan mengayomi, yang tidak dimiliki oleh milist lain, sejauh yang saya ketahui.
Manfaat dan kerugian yang saya alami, semuanya akhirnya memperkaya saya dalam mengasah dan membentuk karakter yang lebih tangguh, mewujudkan pribadi dan kompetensi diri yang lebih matang demi masa depan cemerlang. Menurut kata pepatah: “No Free Lunch”, semua ada ongkosnya. Jadi Anda jangan berharap memperoleh banyak dan merasa “untung” bila hanya menerima dan tanpa pernah memberi, dan
hanya menjadi “Ghost Member”. Apa yang bisa Anda lakukan dan peroleh di Milist? Seperti yang telah saya lakukan dan peroleh dalam mengikuti beberapa milist, Andapun dapat melakukan dan memperoleh hal yang sama. Tetapkan tujuan Anda dan manfaatkan milist untuk berbagai tujuan pribadi dan ekonomi Anda, dan jadilah “Human Member”. Anda bisa menjadi terkenal dalam waktu segera, dan menjadi ahli dalam bidang Anda dengan terus mengasah dan mempertajam kemampuan diri dengan ikut aktif dan terlibat dalam bidang kepeminatan Anda. Misal dengan mengirim artikel secara konsisten dan tanpa henti, paling tidak dalam kurun waktu tertentu (selama 1 – 2 tahun pertama). Jadilah diri Anda yang hebat dan dahsyat melalui jalan mengikuti milist. Saya bisa, pasti Andapun bisa.
Menikmati Mailing List Dodi Mawardi Menurut saya, pencipta internet termasuk manusia yang
pantas masuk surga, karena membuat banyak hal menjadi sangat mudah dan murah. Revolusi berbagai bidang terjadi karena internet. Kita dengan mudah bisa menunjukkan betapa banyaknya ‘keajaiban’ terjadi garagara internet. Butuh apapun, tinggal klik Mr Google, semua bisa didapat. Mirip kantung ajaibnya Dora Emon. Apa yang kita mau bisa tersedia dengan cepat. Saya mendapatkan banyak sekali ilmu, manfaat dan keuntungan lewat mbah Google tersebut. Jika penemu internet diberi kesempatan untuk mengajak seorang teman untuk ikut serta ke surga, maka orang itu tak lain dan tak bukan adalah si pencipta email dan jaringan email atau mailing list. Bayangkan saja jika dulu kita harus mengirim surat lewat pak pos, butuh waktu berhari-hari dan perangko dengan nominal tertentu. Sekarang tidak lagi. Semua berlangsung dengan sangat cepat dan lebih murah melalui email. Betapa besar jasa penemu internet dan email tersebut bukan? Bukankah surga diciptakan untuk orang-orang baik? Orang-orang yang memberikan banyak manfaat untuk orang lain.
Berapa banyak orang yang mendapatkan rezeki, dan mengaisnya setiap saat dari internet? Tak terhitung jumlahnya masalah yang bisa terselesaikan berkat milist! Tak bisa juga dikalkulasi betapa bejibunnya urusan menjadi lebih bermanfaat berkat milist. Semua orang senang, semua orang nyaman dan semua orang seharusnya berterima kasih kepada para pencipta teknologi canggih itu. Benar, milist memiliki dampak negatif. Tapi, dampak itu sama sekali tidak mengurangi atau bahkan mencemari betapa positifnya media ini. Untuk orangorang yang sering mencari kelemahan dibanding kelebihan sesuatu mungkin milist dianggap sebagai racun. Betapa tidak?! Ada orang yang setiap hari kerjanya hanya mengurusi milist, memoderatorinya, mengaprove atau menolak pesan yang masuk. 7 hari seminggu, 24 jam sehari. Berapa banyak biaya yang dikeluarkannya? Gila! Ada juga orang yang kerjanya hanya keluar masuk milist, karena dia menjadi – meminjam istilah pak Bhayu MH – sebagai banci milist. Di dunia maya dia menulis puluhan email sehari dan mengirimnya ke semua milist yang diikutinya. Mungkin mencapai ratusan milist. (Saya sendiri pengikut sekitar 25 milist, sebagian sebagai member pasif). Banyak pula member milist yang kerjanya hanya ribut saja. Menjadi provokator di berbagai milist. Dia bahagia jika bisa membuat milist ramai dengan konfrontasi.
Tapi memang hidup ini penuh dinamika. Katanya kalau tidak ada orang semacam itu, dunia ini pasti sepi. Ya namanya juga dampak positif dan negatif, pasti ada dalam setiap sisi kehidupan kita, dalam bidang apapun. Buat saya sendiri, berikut ini rangkuman manfaat milist: Memulai karir sebagai pelatih penulisan dari milist (Profec). 1. Makin percaya diri sebagai penulis dan pelatih menulis buku. 2. Sosialisasi dan promosi berbagai kegiatan lebih mudah dan murah lewat milist. 3. Efek lanjutannya kemudian mampu membangun Sekolah Menulis Kreatif Indonesia. 4. Bisa melebarkan sayap pelatihan ke kota lain salah satunya karena milist. 5. Promosi buku juga lebih cepat lewat milist. 6. Melakukan mentoring pelatihan melalui milist terbukti sangat efisien. 7. Mendapatkan banyak sekali ilmu, motivasi, dan inspirasi dari milist. 8. Punya banyak sekali kenalan dan sahabat berkat milist.
Bagaimana dengan Anda? Jika semua manfaat yang kita dapatkan dirangkum, tentu satu jilid buku tidak akan cukup. Itulah mengapa, saya memasukkan penemu internet, email dan mailing list, ke dalam daftar para calon penghuni surga.