Modul 1
Dasar Telekomunikasi 1.1 Pendahuluan Definisi dari Telekomunikasi adalah “pertukaran informasi (perubahan bentuk informasi) pada hubungan jarak jauh, di mana pertukaran informasi (di mana terjadi perubahan “format informasi”) pada hubungan komunikasi jarak jauh yang terjadi secara elektris/elektronis” di mana terdapat beberapa contoh dari jenis informasi yaitu : Suara = Teleponi, Suara & gambar = Videophone, tulisan yang dicetak (berita) = Telegrafi/Telex, Tulisan yang dicetak (data) = Komunikasi Data, Tulisan yang di cetak (text) = Teletex, Dokumen = Telefax, Gambar = Televisi, Videotex, Gambar, tulisan & suara = Multimedia. Gambaran umum perlengkapan dasar untuk mewujudkan kanal telekomunikasi satu arah pada hubungan kabel : Sumber Informasi, Transducer, Penguat, Hubungan Kabel, Penguat, Transducer Penerima Info. Transducer: Suatu alat yang dapat mengubah energy dari suatu bentuk ke bentuk lainnya (perubahan “format informasi”) Contoh: -
Pesawat Faximile (Tulisan/cahaya - Listrik)
-
Pesawat Telephone (Suara - Listrik)
Gambaran umum perlengkapan dasar untuk mewujudkan kanal telekomunikasi radio satu arah: Sumber Informasi, Transducer, Penguat, Pemancar radio, Penerima radio Penguat, Transducer, Penerima Info. Sistem Telekomunikasi (SISTEL) adalah suatu kesatuan (totalitas) yang terdiri dari bagianbagian yang disebut subsistem yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. SISTEL terdiri dari: 1. Pengirim, pemancar, sumber info 2. Penerima, tujuan 3. Media transmisi Komponen SISTEL terdiri dari: 1. Terminal Equipment (TE)
1
2. Switching Equipment (Sentral) 3. Transmission Line (Kabel, Radio & Satelit) Terminal Equipment (TE) sebagai suatu device yang merupakan sumber informasi yang hendak disampaikan ke tujuan dan juga dapat berupa pesawat telepon, komputer dan lainlain, bertindak sebagai pengirim dan penerima. -
Interface (antarmuka) antara network/jaringan dan manusia/mesin.
-
Mengubah informasi ke signal elektrik.
Switching Equipment (Sentral) sebagai alat penyambung antara saluran yang satu dengan saluran yang lain sehingga informasi yang dibawa oleh saluran sampai kepada tujuan. Sentral bisa berupa sentral analog bisa juga sentral digital. -
Untuk menentukan line/kanal guna mencapai hubungan antara 2 buah/lebih terminal equipment. Media Transmisi adalah sebagai perantara/penyampai antara terminal dengan sentral atau sentral dengan sentral guna menyalurkan informasi dari pengirim ke penerima.
-
Untuk menghubungkan antara 2 buah Terminal Equipment yang melalui 2 buah sentral atau bertindak sebagai media perantara penghubung antara 2 Terminal Equipment.
Perangkat Terminal, perangkat di sisi pelanggan (CPE) fungsinya untuk: -
Memanggil dan menerima secara bergantian
-
Memanggil saja
-
Menerima saja
Istilah-istilah yang terdapat pada sistem komunikasi yang sering dipergunakan pada SISTEL adalah: SIMPLEX = Komunikasi satu arah Broadcast, missal: Radio, TV HALF DUPLEX = Komunikasi dua arah bergantian Contoh: CB, radio amatir. FULL DUPLEX = Komunikasi dua arah bersamaaan Contoh: Telephone. 1.2 Bentuk Hubungan Jaringan Telekomunikasi Telekomunikasi dasar (primitif) adalah point to point di mana ada source (originating) dan sink (destination). Untuk dapat memulai dan mengakhiri komunikasi antara kedua pihak 2
harus ada tanda (signaling) yang dikenal oleh kedua pihak. Fungsi signaling dalam point to point adalah tanda untuk memulai dan mengakhiri komunikasi, seperti yang terlihat pada Gambar 1.1 berikut ini:
A
B
Gambar 1.1 Jaringan Point to Point Telekomunikasi lebih lanjut berbentuk Point to multipoint (ptm). Untuk point to multipoint searah disebut Broadcast. Dalam hal ini, tidak diperlukan signaling. Untuk point to multipoint dua arah maka diperlukan signaling, seperti yang terlihat pada Gambar 1.2 di bawah ini:
A B X C Gambar 1.2 Jaringan Point to Multipoint Telekomunikasi merupakan bentuk hubungan berupa point to point (PTP) dan point to multipoint (PMP) , yakni komunikasi dengan konfirmasi. Siaran Radio (suara & musik) dan TV (suara, music, gambar dan tulisan), di mana komunikasi berupa point to multipoint tanpa ada konfimasi. Telekomunikasi jenis berikutnya adalah point to multipoint dengan bantuan operator melalui switch board (bintang), seperti yang terlihat pada Gambar 1.3 di bawah ini:
A
O
C
B
D
Gambar 1.3 Jaringan Bintang (STAR) Pada telekomunikasi jenis ini maka fungsi operator adalah membantu menyambungkan kedua pihak yang ingin berkomunikasi. Untuk membayangkan Switch board seperti yang terlihat pada Gambar 1.3 Jika A ingin berhubungan dengan C maka proses pembangunan hubungan sebagai berikut:
3
A member tanda kepada operator (Seizure) bahwa dia ingin dilayani. Operator melihat seizure (ada tanda alert pada switch board) tersebut kemudian member tanda idle kepada A (idle tone), tanda dia siap melayani. A menjawab tanda tersebut dengan menyebutkan dengan siapa dia mau berkomunikasi (dalam hal ini dengan C) melakukan kegiatan dial. Maka operator segera menghubungkan kontak A dengan kontak C pada switch boardnya. Kemudian terjadi penyambungan. Operator memanggil C (ringing tone) dam C tahu ada seseorang yang ingin bicara dengannya. C mengangkat handset-nya dan langsung bicara dengan A, sementara itu operator memantau bahwa hubungan sudah terjalin. Operator mencatat nomor pemanggil (originating), nomor yang dipanggil (terminating) dan waktu mulai pembicaraan (dimulainya proses start Billing). Kemudian melepas pelayanannya untuk melayani sambungan yang lainnya. Sambil melayani pelanggan lain, selama pembicaraan operator melakukan pemeriksaan apakah pembicaraan masih berlangsung (Monitoring atau Pengawasan). Jika A dan C sudah selesai berkomunikasi, maka salah satu pihak atau keduanya memberikan tanda kepada operator bahwa untuk putuskan hubungan (release signal). Dalam hal A dan C lupa mengirimkan release signal (karena salah taruh), setelah beberapa waktu maka operator akan kembali dan memonitor hubungan A dan C. Jika pada jalur itu sudah tidak ada pembicaraan maka hubungan akan diputusnya (Force release). Pada saat pemutusan hubungan, operator mencatat pada record tadi, saat akhir hubungan percakapan berakhir (end of billing) Seorang pelanggan dapat meminta dihubungkan ke pelanggan di kota lain yang dilayani operator lain. Untuk pelayanan tersebut, maka pada switch board disediakan terminal yang berhubungan dengan operator lain kota dan operator lain kota itu akan melakukan penyambungan ke pelanggan yang dituju (routing). Bisa saja, operator terminating tidak mempunyai hubungan langsung dengan opertor originating, sebab itu operator tersebut meminta pertolongan operator kota ketiga yang mempunyai hubungan dengannya dan operator terminating (alternate route) Konfigurasi jaringan antara operator dengan pelanggan di daerahnya disebut jaringan local, sedangkan hubungan antara operator disebut Junction. Ketersediaan operator tergantung pada : –
Jumlah pelanggan yang minta dihubungkan dalam satu satuan waktu dan kebiasaan pelanggan bertelepon (trafik) dan berapa banyak operator yang ada serta berapa lama satu hubungan berlangsung (Kapasitas).
–
Jumlah pelanggan pada tiap sentral lokal dapat banyak tetapi tidak semua ingin berhubungan. Hubungan yang terjadi tidak selalu keluar sentral local sehingga circuit antarsentral dapat di batasi sesuai kebutuhan. Dikatakan pada sentral terjadi (konsentrasi saluran). 4
–
Jumlah utas kabel yang tersedia untuk menghubungkan. Misalkan sebuah switch board dengan 100 pelanggan, tentu tidak akan menyediakan 50 utas tali. Tidak semua pelanggan dalam saat yang sama ingin melakukan hubungan.
Sekarang fungsi operator telah diganti dengan mesin dan disebut sentral telepon. Mula-mula sentral telepon mekanik, Store Program Control dan sekarang sentral digital. Cara-cara perlintasan sinyal untuk terjadinya suatu sambungan disebut sinyaling (signaling). Sinyaling ini ditentukan berdasarkan rekomendasi ITU-T (International Telecommunication Union - bagian Telepon Telegraph dan Telex) ITU adalah badan PBB yang bertanggung jawab untuk pengaturan pertelekomunikasian. Seperti halnya PBB maka ITU tidak berhak mengatur suatu Negara, hanya memberikan rekomendasi suatu pengaturan yang dapat menyeragamkan seluruh Negara. Dalam ITU terdapat study group-study group (SG) yang mempelajari kemajuan teknologi dan menerapkan dalam pengaturan. Anggota study group tersebut adalah utusan dari tiap Negara. Pada dasarnya SG dibagi dua yaitu ITU-T dan ITU-R. ITU-T mempelajari masalah perteleponan, telegram, telex, pengolahan sinyal serta jaringan. Sedangkan ITU-R mempelajari penggunaan gelombang radio dan pengaturan frekuensinya. Biasanya, pengaturan yang diterapkan di suatu negara diatur oleh pemerintah yang diawasi oleh Direktorat Jenderal Telekomunikasi dan berlaku untuk semua penyelenggara telekomunikasi di negara tersebut. Pengaturan yang dikeluarkan oleh dirjen Postel dituangkan dalam buku yang disebut ”Fundamental Plan for Telecommunication”. Jaringan bintang biasanya diterapkan pada sentral lokal, sentral suatu gedung privat (PBXPrivat Branch Exchange) Karakteristik hubungan jaringan bintang (STAR) –
Hubungan di mana satu sentral sebagai pusat/Kepala (sebagai Sentral Utama) sedangkan sentral lain sebagai anggotanya.
–
Hubungan sentral antarsentral yang bukan sentral utama tidak bisa dilakukan
–
Syarat-syarat saluran relative.
–
Alat switching lebih sulit daripada sentral biasa
–
Jumlah berkas saluran (n) linear terhadap jumlah sentral (X), dapat ditulis dengan persamaan (1.1) berikut ini :
n
X
1
pers. (1.1)
–
Konsentrasi saluran adalah besar.
–
Efisiensi saluran menjadi tinggi.
–
Penggabungan dilakukan dengan melalui hubungan sentral utamanya saja.
Jenis hubungan berikut adalah hubungan MTM (mesh) dengan jaringan mata-jala, seperti yang terlihat pada Gambar 1.4 di bawah ini: 5
Gambar 1.4 Hubungan Mata Jala (MESH) Setiap titik, dalam jaringan mesh, saling berhubungan langsung dan terikat dalam jaringan mesh. Pada jenis hubungan ini maka setiap titik dapat berhubungan langsung dengan titik lain. Signaling yang terjadi tidak lewat satu operator pusat tetapi langsung dari titik itu sendiri ke titik tujuannya. Biasanya hubungan antara operator berbentuk mesh seperti ini. Titik mesh disebut operator (sentral) local. Antara sental lokal dengan sentral lokal lainnya dapat berhubungan langsung sedangkan pelanggan dihubungkan secara bintang dengan sentral lokal. Dengan cara ini maka kebutuhan kabel menjadi lebih efisien. Karakteristik hubungan jaringan mata jala (Mesh) –
Tiap sentral mempunyai derajat yang sama.
–
Hubungan lansung (tanpa sentral transit), sehingga proses penyambungan cepat.
–
Syarat saluran relative murah.
–
Jumlah berkas saluran (n) meningkat kuadratis dengan penambahan jumlah sentral, selanjutnya dapat ditulis dengan persamaan (1.2) berikut ini:
n
0,5 X ( X 1)
–
Konsentrasi saluran agak kurang
–
Efisiensi saluran rendah
–
Sesama mata jala sulit digabungkan
pers. (1.2)
Hubungan mesh-star atau yang lebih dikenal hubungan kombinasi dapat dilihat pada Gambar 1.5 berikut ini: Hubungan yang lebih luas adalah hubungan gabungan antara mesh dan bintang. Hubungan bintang pada salah satu titik Mesh. Jaringan seperti ini dapat diperluas karena jarak antara sentral local dapat jauh dengan menggunakan saluran khusus. Saluran kabel yang dibutuhkan dapat dikurangi dibanding langsung karena konsentrasi hubungan dapat
6
dilakukan pada hubungan antara sentral lokal. Kerapihan administrasi kabel dan jaringan jauh lebih baik, yang pada akhirnya akan memudahkan pemeliharaan. Karakteristik hubungan jaringan campuran (Mesh dan Star) adalah: –
Penggunaan saluran lebih efisien
–
Traffic rendah dipakai pada jaringan bintang sehingga efisiensi saluran tetap tinggi.
–
Bisa overflow sehingga akan lebih efisien.
Hubungan di mana gabungan antara hubungan mesh (tingkat atas) dengan hubungan bintang (tingkat atas)
Gambar 1.5 Hubungan Kombinasi (MESH-STAR) Kerugian Kombinasi : –
Alat switching menjadi mahal bila menggunakan overflow
–
Kalau sistemnya manual akan banyak operator.
1.3 Metode Routing Jika pada satu saat, saluran kedua sentral habis terpakai semua karena permintaan hubungan yang banyak maka permintaan hubungan baru dapat dilewatkan melalui sentral lokal lain. Kadang kala disatu kota yang cukup besar, di mana ada beberapa sentral lokal, sentral lokal kota itu dihubungkan dengan satu sentral tandem untuk menampung overflow. Dengan demikian, pada proses penyambungan dikenal route Langsung dan route alternate untuk overflow. Saluran pada sentral lokal disebut saluran lokal. Tiap tiap pelanggan dihubungkan dengan sepasang kawat dari sentral lokal ketempat pelanggan. Secara umum penyambungan sebuah hubungan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: Langsung 7
Tidak Langsung seperti yang terlihat pada Gambar 1.6 di bawah ini:
B
A C Altenate route Gambar 1.6 Alternative Routing Penentuan penyambungan ini disebut routing. Routing ini dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu: 1. Penyambungan tetap 2. Routing oleh sentral (manual) 3. Routing melalui pengendalian komputer. Dalam penyambungan tetap maka tidak ada routing dan tidak ada pilihan. Pada routing dengan manual, maka kepada sentral sudah ditetapkan routing-nya secara tetap. Untuk routing yang diatur oleh pengendalian komputer, maka routing bisa dinamis, tergantung kepada software yang ada di komputer. Komputer membaca situasi seluruh jaringan (mereka saling saling memberi informasi) dan kemudian memutuskan jalur mana yang dipakai. Pertukaran informasi antara sentral mengenai kondisi lalu lintas dan saluran termasuk dalam signaling. Khususnya dalam sentral digital di mana kemudahan pertukaran informasi sangat mudah. Sering kali pertukaran informasi ini dilakukan pada jaluran khusus dan bukan jalur yang digunakan untuk lalu lintas. Seluruh informasi ini selalu di update (diperbarui) dalam periode-periode tertentu (orde menit). Melalui cara ini maka jumlah jalur yang perlu dibangun dapat dikurangi (optimalkan) dengan tingkat GOS yang sama. Signaling seperti ini disebut “Common Channel Signaling” (CCS) dan sistem infomasi ini dapat di manage (diatur) dalam satu Network Management Signals. Tidak seluruh trafik diarahkan antara dua titik dalam jaringan. Jika volume trafik antar dua buah titik tidak besar, lebih efisien jika tidak dibuat junction atau trunk khusus. Untuk terjadinya hubungan lebih baik disalurkan lewat titik lain. Proses ini disebut transit. Dalam hal routing ini maka dapat saja sebuah penyambungan dilakukan melalui beberapa buah sentral transit.
8
1.4 Hirarki Jaringan Telepon Supaya jaringan rapih dan efisien maka dilakukan pengaturan hirarchi jaringan. Dalam hirarki ini dikenal istilah sentral lokal, sentral tingkat pertama (primary), sentral tingkat kedua (secondary), sentral tingkat ketiga (tertiary) dan sentral tingkat keempat (quartery untuk di Indonesia lebih dikenal dengan istilah sentral gerbang internasional). Sampai dengan sentral primary disebut primary area dan letaknya ada dalam satu kota. Sentral secondary bertugas sebagai penyambungan telepon hubungan antarkota. Sedangkan sentral tertiary menyambungkan hubungan antar-region dalam satu Negara. Sedangkan sentral quarternary menyambungkan hubungan Internasional. Pada junction circuit modes hubungannya adalah hubungan 2 kawat, sedangkan pada trunk hubungannya adalah 4 kawat, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.7 berikut ini: Quarter Nary exchange
Trunk circuit
tertiary exchange Secondary exchange
Trunk Circuit
Primary exchange
Trunk Circuit
Local exchange
Junction Circuit
Trunk Circuit
Tandem exchange for transit or busy .
Gambar 1.7 Hirarcy jaringan telepon
1.5 Numbering Setiap pelanggan harus diidentifikasikan (dinomorkan) secara unik di dunia ini yang bertujuan untuk mempermudah routing dan proses pembangunan panggilan serta lebih mempermudah pengecek apabila terjadi suatu kesalahan. Pola penomoran harus mengacu kepada hirarki sentral telepon. Pada Gambar 1.8 di bawah ini menggambarkan dengan sistematis pola penomoran ini dan sesuai dengan hirarkinya. Pola seperti ini diatur dalam buku fundamental plan yang disusun oleh ditjen Postel.
9
Q 62 -Ind
Q 61 -Australia
Q 65 Singapura
T62-2 Jbr / jtg ( jkt)
T62-3 Jatim –NT (sb)
T62-9Ind tmr (UP)
S62-21 Jakarta
S62-22 Bandung
S62-24 Semarang
P62-21-8 JKT timur
P62-21-7 JKT selatan
P62-21-5 JKT barat
L62-21-819 xxxxCawang
L62-21-829 xxxx Tebet
L62-21-811 xxxx
Gambar 1.8 Penomoran Telepon di Indonesia. Pada sistem penomoran di atas terlihat adanya prefix dari suatu nomor. Misalkan 62 – 21 – 819 – 5282 menunjukkan 62 adalah prefix internasional Indonesia, 21 adalah prefix country di Jakarta, 819 menunjukkan sentral lokal di Jakarta di mana pelanggan berinduk. Jika ingin berhubungan dengan pelanggan sesama area (Jakarta) maka dial 7 nomor terakhir saja. Jika ingin keluar dari area, maka harus tekan prefix “0” baru 22 dan nomor lokalnya. Mengenai telepon cellular, kecuali prefix internasional 62, maka pelanggan yang ada di Indonesia diberikan prefix 8XX + XXX – XXXX. Contoh untuk Satelindo diberikan nomor : +62 816 zzz xxxx, Untuk Telkomsel +62 812 zzz xxxx, XL +62 818 zzz xxxx, IM3 +62 856 zzz xxxx dan untuk komselindo +62 812 zzz xxxx. 1.6 Mutu Pelayanan (QOS) Pelanggan akan senang dilayani dengan baik. Untuk pelayanan itulah mereka akan membayar.
Sebab
itu,
mutu
pelayanan
harus
prima.
Faktor-faktor
yang
harus
dipertimbangkan dalam meningkatkan mutu pelayanan telekomunikasi adalah: 1. Keberhasilan sambung yang tinggi. 2. Ketersediaan pelayanann 24 jam sehari . 3. Delay sebelum terima dial tone. 4. Delay sesudah selesai delay samapai dapat ring call. 5. Tersedianya service tone (busy tone, telephone out of order, dan sebagainya). 10
6. Kuitansi yang benar. 7. Harga yang pantas. 8. Tanggapan yang baik terhadap permintaan pelayanan Tanggapan dan keramahan operator telekomunikasi sebagai pelayan. 9. Waktu untuk pasang baru yang singkat. 10. Jasa-jasa tambahan atau kemudahan lainnya serta nilai tambah dari sistem telekomunikasi yang disediakan. 11. Kehandalan sambungan (tidak terputus-putus). 12. Kekerasan suara yang terdengar, terlalu lemah jelek terlalu keras menyakitkan telinga. 13. Privacy pelanggan. 1.7 Lalu Lintas/Trafik Lalu lintas adalah perpindahan suatu object dari satu tempat ke tempat yang lain secara random. Pengaturan lalu lintas harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut: 1. Besar/banyaknya perpindahan object 2. Arah/destinasi perpindahan object 3. Waktu pemindahan 4. Sarana yang digunakan untuk mengatur lalu lintas. Dalam lalu lintas telekomunikasi maka objeknya adalah pembicaraan (informasi). Jika satu jalur sudah terpakai untuk mengalirkan satu pembicaraan, maka jalur itu tidak dapat dignakan untuk menyalurkan pembicaraan lain. Jika pembicaraan sudah selesai barulah jalur tersebut dapat dipakai untuk yang lain. Dalam perancangan lalu lintas, banyaknya jalur harus dihitung dengan cermat supaya tidak ekbanyakan atau kesedikitan. Volume lalu lintas ini akan menentukan ukuran sentral telelpon. Intensitas lalu lintas berubah-ubah dari waktu ke waktu, hari ke hari dan bulan ke bulan. Sebab itu di kenal jam sibuk, hari sibuk, dan bulan sibuk. Kesibukan ini berbeda untuk setiap tempat. Kesibukan di kota tentuk jauh lebih tinggi dari kesibukan di desa. Sebab itu, untuk jumlah telepon yang sama maka kapasitas sentral yang dibutuhkan tidak sama. Untuk menggambarkan ukuran kesibukan digunakan istilah “Erlang”. Yang dimaksud dengan 1 erlang adalah 1 jam waktu untuk berhubungan terjadi dalam selang waktu satu jam.
11
Misalkan: Terdapat 40 sambungan perjam dilayani lewat suatu saluran. Masing-masing sambungan denagn rata-rata hubungan 3 menit. Maka jumlah waktu hubungan adalah
40 jam 3 60 jam
2 jam jam . Kita katakan bahwa volume trafik adalah 2 erlang.
Besaran yang dipakai untuk menyatakan besar lalu lintas telekomunikasi (A Erlang) adalah banyak dan lamanya pembicaraan, dengan persamaan (1.3) berikut ini:
A
C T
pers. (1.3)
Di mana:
A
= besarnya lalu lintas (satuan Erlang)
C
= banyak pembicaraan yang disalurkan dalam satu satuan waktu (jam) yang disebut juga dengan satuan call/jam.
T
= rata-rata lamanya pendudukan jalur oleh satu pembicaraan. (Holding time dengan satuan jam)
Rumus di atas jika ditinjau dari satuan dengan persamaan (1.4) berikut ini:
Erlang
Call jam
Jam
pers.(1.4)
Apakah dapat 5 erlang disalurkan semua dalam 8 jalur? Jawabnya ”tidak” kemana saja sisa yang tak tersalurkan? Yang tak tersalur itu dapat diperlakukan dengan berbagai macam cara, antara lain: dibuang saja (loss call), ditunda dan baru disambungkan jika jalur sudah kosong (sistem antrian). Waktu tunggu harus ditentukan misal beberapa milisekon. Jika dalam waktu tersebut juga tidak ada yang kosong maka panggilan tersebut akan dibuang. Dalam antree ini maka yang berlaku adalah FIFO (First In First Out) atau LIFO (Last In Firs Out), dapat pula dilakukan secara random tidak usah antri. Adanya kemungkinan loss/dibuang menimbulkan suatu istilah baru yaitu GOS (Grade Of Service). GOS adalah angka dalam persen yang menyatakan probability sebuah panggilan akan hilan/dibuang. Atau dapat juga dikatakan probability jumlah gagal dalam 100 kali (ratarata). Istilah lain dari GOS adalah faktor blocking. Untuk sistem loss call maka besar GOS = f(A,n) dapat ditulis dengan persamaan (1.5) sebagai berikut:
GOS
1 A
A2 2!
An n!
pers. (1.5)
1.8 Dimensi dan Efisiensi Dimensi route (Junction atau Trunk) dilakukan dengan memperkirakan kebutuhan lalu lintas antartitik dalam jaringan. Perkiraan itu juga mencakup lalu lintas untuk transit. Sedapat mungkin jumlah kanal atau saluran pada junction atau trunk di rancang untuk efisiensi 100% artinya pada jam paling sibuk seluruh kanal atau saluran terpakai. 12
Di lain pihak, kepuasan pelanggan, perlu diperhatikan. Jika kita terlalu menekan kan effisiensi maka mungkin GOS akan menurun. Singkatnya dalam merencanakan kapasitas junction atau trunk maka harus ada perimbangan antara investasi, reveneu, dan kepuasan pelanggan. Contoh soal: Misalkan dalam sebuah trunk ada 100 kanal/saluran. Anggaplah untuk satu erlang terlayani harganya adalah 1 KRp. Maka maksimum revenue adalah 100 KRp perjam. Untuk 24 jam = 2.400 KRp sehari. Jelas banyak pelanggan tidak puas dengan kondisi ini karena GOS jelek sekali. Sebab itu, perlu optimalisasi antara revenue dan kepuasan pelanggan. Jika kita ambil GOS 1%, artinya kegagalan sambung = 1% maka yang dapat dilalukan hanya 100 1.2 Erlang dengan demikian pendapatan maksimum sehari hanya 24 84 1KRp
84 2000
KRp./hari. Perlu diperhitungkan pula bahwa tidak seluruh jam trunk tersebut akan penuh. Katakanlah jam sibuk (Busy Hour) dalam sehari adalah jam 9.00 – 12.00 dan jam jam bervariasi maka pendapat itu akan berkurang Perkirakanlah pendapatan yang optimal dalam sehari. Dan hitung pula pendapatan satu bulan 30 hari dengan memperhitungkan hari sabtu dan hari minggu serta hari libur dalam sebulan. 1.9 Pen-Tarifan Untuk pen-tarifan maka harus ada meter yang menghitung berapakah banyak pemakaian suatu pelanggan. Di Indonesia meter disimpan pada fasilitas provider telekom, sednakan di Eropa meter disimpan pada pelanggan (apakah keuntungan dan kerugiannya). Di Amerika Serikat maka sistem pen-tarifan adalah rata dalam sebulan untuk hubungan lokal. Pakai atau tidak pakai maka pelanggan harus membayar $10,- per bulan di luar sambungan interlokal atau internasional. Perhitungan biaya pemakaian dilakukan dengan sitem pulsa. Tiap tiap pulsa diberikan satu harga. Dan pulsa pulsa ini menggerakkan meter pelanggan. Di Indonesia harga tiap pulsa adalah Rp150,- + ppn 10%. Dan tagihan dalam satu bulan adalah jumlah pulsa dikalikan Rp150,- ditambah biaya berlangganan (pakai atau tidak pakai bayar). Sebenarnya biaya langganan ini adalah pembayaran biaya maintenance saluran (kabel lokal). Periode pulsa tersebut ditentukan oleh: 1. Jarak antara dua tempat. 2. Waktu (sibuk atau sedang atau tidak sibuk). 3. Kesulitan pencapaiannya. 4. Jenis pelayanannya (leased channel atau public atau conversation or point to point, ingin perincian tagihan dan lain-lainnya). 13
5. Political issue (pembangunan daerah atau cross subsidi atau pancing demand). 6. Besarnya kapasitas yang dipakai oleh pelanggan. 7. Lintas batas negara (karena tiap negara mempunyai regulasi sendiri) Contoh Soal: Untuk sambungan lokal maka periode satu pulsa adalah 3 menit. Untuk hubungan yang lebih dari 30 km maka satu pulsa adalah 2 menit. Pada jam sibuk maka periode pulsa tersebut dipercepat 25-50%. Untuk hubungan Jakarta Bandung di bawah 200 Km maka periode pulsa adalah 5 detik. Sedangkan untuk jarak di atas 200 Km dan di bawah 800 Km maka periode pulsa adalah 4 detik, sedangkan di atas 800 Km periode pulsa 3 detik. Sentral telepon mencatat semua data pemakaian pelanggan. Tetapi pencatatan ini membutuhkan biaya yang cukup besar. Perincian biaya membutuhkan memori untuk merekam data pembicaraan yang terdiri dari informasi pengirim, penerima, waktu, lama dan rupiah. Jika pelanggan tidak menginginkan perincian tagihan maka tidak perlu dicantumkan. Umumnya perincian tagihan hanya dilakukan untuk sambungan interlokal dan internasional serta sambungan-sambungan khusus. Misalnya untuk sambungan lewat operator. Pencatatan dapat dilakukan dengan sistem : 1. AMA = Automatic message accounting 2. LAMA = Local Automatic message accounting (dilakukan oleh sentral lokal) 3. CAMA = Centralized Automatic message accounting 4. Catatan Operator bila ANI (Automatic number identification) tidak ada atau untuk jalur khusus seperti hotel.
Sumber : Uke Kurniawan Usman, Pengantar Ilmu Telekomunikasi hal 1 - 16, InformatikaBandung, 2010
14