Darwyan Syah, Kontribusi Kepemimpinan Transformasional Kepala Madrasah, Kinerja Mengajar Guru, dan Kultur Belajar terhadap Peningkatan Prestasi Madrasah Aliyah Negeri Provinsi DKI Jakarta
KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA MADRASAH, KINERJA MENGAJAR GURU, DAN KULTUR BELAJAR TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI MADRASAH ALIYAH NEGERI PROVINSI DKI JAKARTA CONTRIBUTION OF PRINCIPAL TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP, TEACHING PERFORMANCE OF TEACHERS, THE LEARNING CULTURE OF ACHIEVEMENT IN MADRASAH ALIYAH NEGERI DKI JAKARTA PROVINCE Darwyan Syah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN “SMH” Banten Jl. Jenderal Sudirman No.30 Serang Banten e-mail:
[email protected] Naskah diterima tanggal: 26/11/2013; Dikembalikan untuk revisi tanggal: 21/03/2014; Disetujui tanggal: 09/06/2014 Abstract: The purpose of this study is to determine the contribution of principal transformational leadership, teaching performance of teachers, and the learning culture towards achievement of madrasah aliyah. Correlational survey is used as the method of the research with 274 sample of teachers .The sampling techniques used are area sampling, proportional sampling and random sampling. Questionnaire used as the instrument to be analyzed by using descriptive and inferential statistics. The results of this study indicate: 1) the level of achievement of the madrasah, principal transformational leadership, teaching performance of teachers and learning culture is good; 2) transformational principal leadership contributes positively and significantly towards achievement of madrasah aliyah; 3) teacher performance in teaching contributes positively and significantly towards achievement of madrasah aliyah; 4) learning culture contributes positively and significantly towards achievement of madrasah aliyah: 5) transformational principal leadership, teacher performance in teaching and learning culture contribute positively and significantly towards achievement of madrasah aliyah. Accordingly, increasing the principal transformational leadership, teaching performance of teachers and the culture of learning leads to the improvement of madrasah achievement. Keywords: achievement of madrasah aliyah, principal transformational leadership, teaching performance of teachers, the culture of learning, assesment Abstrak: Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis kontribusi kepemimpinan transformasional kepala madrasah, kinerja mengajar guru, dan kultur belajar terhadap prestasi madrasah aliyah. Metodologi penelitian ini menggunakan survei dengan pendekatan korelasional. Sampel penelitian ini adalah 274 guru dengan teknik pengambilan area sampling, proportional sampling, dan random sampling. Instrumen penelitian menggunakan angket dan analisis data menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) tingkat prestasi madrasah, kepemimpinan transformasional kepala madrasah, kinerja mengajar guru dan kultur belajar berada pada kategori baik; 2) kepemimpinan transformasional kepala madrasah berkontribusi positif dan signifikan terhadap prestasi madrasah aliyah; 3) kinerja mengajar guru berkontribusi positif terhadap prestasi madrasah aliyah; 4) kultur belajar berkontribusi positif dan signifikan terhadap prestasi madrasah aliyah; 5) kepemimpinan transformasional kepala madrasah, kinerja mengajar guru dan kultur belajar berkontribusi positif dan signifikan terhadap prestasi madrasah aliyah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa peningkatan kepemimpinan transformasional kepala madrasah, kinerja mengajar guru, dan kultur belajar meningkatkan prestasi madrasah aliyah. Kata kunci: prestasi madrasah aliyah, kepemimpinan transformasional, kinerja guru, budaya belajar, penilaian
173
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 2, Juni 2014
Pendahuluan
183, 225, 255 dan 282 dari 434 peserta SMA/MA
Madrasah merupakan suatu lembaga pendidikan
Negeri dan Swasta di DKI Jakarta. Pada progran
yang dibentuk dengan sengaja sebagai pusat
studi IPS Madrasah Aliyah Negeri peringkat
berlangsungnya proses pendidikan (Hery, 1999).
tertinggi 48, diikuti peringkat 52, 58, 68, 82, 93,
Manfaat komparatif yang ditawarkan pendidikan
103, 151, 182, 183, 194, 204, 327, 332, 373, 469,
madrasah adalah penekanannya pada sikap, nilai
395, dan peringkat 499 dari 522 peserta SMA/MA
dan perilaku, serta pengetahuan dengan mema-
Negeri dan Swasta (Disdik Provinsi DKI Jakarta,
dukan pendidikan umum dan agama.
2013).
Manfaat komparatif yang ditawarkan madra-
Fenomena ketertinggalan madrasah diban-
sah masih jauh dari harapan. Karena kualitas
dingkan sekolah di atas terjadi sebaliknya untuk
pendidikan di madrasah sangat bervariasi dan
beberapa madrasah. Menurut Fadjar (1998),
sebagian besar sangat memprihatinkan. Hal ini
terdapat beberapa lembaga pendidikan madrasah
dapat diamati dari berbagai aspek, baik ber-
yang ternyata dapat bersaing dengan lembaga
hubungan dengan instrumental input seperti:
pe ndid ikan maj u la inny a, b ahka n be bera pa
kurikulum, tenaga pengajar, bahan ajar, maupun
madrasah menunjukkan banyak diminati oleh
berkaitan dengan environmental input seperti:
masyarakat elit.
kondisi lingkungan fisik dan sarana-prasarana
Madrasah yang mampu bersaing dan diminati
yang diperlukan, maupun yang terkait dengan
oleh masyarakat elit adalah madrasah bermutu.
output dan outcome, seperti lulusan dan ke-
Supriadi (1999) menyatakan bahwa sekolah/
terserapan oleh pasar tenaga kerja. Oleh karena
madrasah yang bermutu tinggi, baik negeri
itu, upaya peningkatan kualitas pendidikan pada
maupun swasta, mempunyai ciri-ciri khusus: guru-
madrasah, mengenai pengembangan kurikulum,
guruny a me mpunyai komi tmen yang kuat
peningkatan profesionalisme guru, pemenuhan
terhada p tugas, kepa la sekolah me mpunyai
kebutuhan sarana/prasarana, dan lainnya perlu
kepemimpinan yang baik, iklim kehidupan seko-
terus-menerus diupayakan (Azizi dan Sholeh,
lah penuh gairah, sarana dan prasarana memadai,
2004).
hubungan sekolah, masyarakat, dan orangtua
Kondisi perkembangan madrasah sekarang
sangat baik, siswa mempunyai etos belajar yang
menunjukkan: 1) kemampuan pengelolaan mana-
baik, proses belajar mengajar penuh gairah, dan
jemen belum seperti yang diharapkan; 2) tingkat
angka kehadiran guru dan siswa tinggi.
pendidikan guru kebanyakan belum sepadan
Berdasarkan uraian latar belakang masalah
dengan persyaratan yang ditetapkan dan kemam-
di atas, perumusan permasalahan penelitian
puan metodologi masih rendah; 3) kemampuan
adalah sebagai berikut: 1) bagaimana tingkat
pembelajaran guru madrasah kebanyakan masih
prestasi madrasah, ke pemimpinan transfor-
menekank an pad a pengenal an konsep y ang
masional kepala madrasah, kinerja mengajar guru,
bersifat kognitif dan belum menekankan pada
dan kultur belajar; 2) apakah kepemimpinan
perilaku beragama, etika sosial dan akhlak mulia
transformasional kepala madrasah berkontribusi
(Azizi dan Sholeh, 2004). Problem internal ma-
dalam meningkatkan prestasi madrasah?; 3)
drasah yang selama ini dirasakan, seperti di-
apakah kinerja mengajar guru berkontribusi dalam
katakan Fadjar (1998) meliputi seluruh sistem
meningkatkan prestasi madrasah?; 4) apakah
kependidikannya, terutama sistem manajemen
kultur belajar berkontribusi dalam meningkatkan
dan etos kerja madrasah, kualitas dan kuantitas
prestasi madrasah; dan 5) apakah kepemimpinan
guru, kurikulum, dan sarana fisik dan fasilitasnya.
tra nsformasiona l ke pala mad rasa h, k iner ja
Kondisi madrasah yang kurang baik menye-
mengajar guru, dan kultur belajar secara bersama-
babkan prestasi Madrasah Aliyah Negeri khu-
sama berkontribusi dalam meningkatkan prestasi
susnya, tertinggal dibandingkan dengan prestasi
madrasah?
Sekolah Menengah Atas. Berdasarkan hasil Ujian
Berdasarkan permasalahan yang telah di-
Nasional tahun 2013 diketahui bahwa Peringkat
rumuskan di atas tujuan dari penelitian yaitu untuk
Ujian Nasional tingkat SMA/MA program studi IPA
mengkaji: 1) tingkat prestasi madrasah, ke-
tertinggi peringkat 136, diikuti peringkat 148, 156,
pemimpinan transformasional kepala madrasah,
174
Darwyan Syah, Kontribusi Kepemimpinan Transformasional Kepala Madrasah, Kinerja Mengajar Guru, dan Kultur Belajar terhadap Peningkatan Prestasi Madrasah Aliyah Negeri Provinsi DKI Jakarta
kinerja mengajar guru, dan kultur belajar; 2)
seusianya, 6) jam belajar siswa umumnya lebih
kontribusi kepemimpinan transformasional kepala
lama karena tuntutan kurikulum dan kebutuhan
madrasah terhadap prestasi madrasah; 3) kon-
belajar siswa, 7) proses pembelajaran lebih
tribusi kinerja mengajar guru terhadap prestasi
berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan
madrasah; 4) kontribusi kultur belajar terhadap
kepada siswa maupun wali siswa, dan 8) sekolah
prestasi madrasah; 5) kontribusi kepemimpinan
unggul bermanfaat bagi lingkungannya.
tra nsformasiona l ke pala mad rasa h, k iner ja
Tola dan Furqon (2 003) telah mengem-
mengajar guru dan kultur belajar secara bersama-
bangkan ciri-ciri sekolah efektif meliputi: 1) tujuan
sama terhadap prestasi madrasah.
sekolah dinyatakan secara jelas dan spesifik, 2) pelaksanaan kepemimpinan yang kuat oleh kepala
Kajian Literatur
sekolah, 3) ekspektasi guru dan staf tinggi, 3) ada
Madrasah Berprestasi
kerja sama kemitraan antara sekolah, orang tua
Teori yang melandasi prestasi madrasah mengacu
dan masyarakat, 4) adanya iklim yang positif dan
kepada sekolah efektif model lima faktor yang
kondusif bagi siswa untuk belajar, dan 5) kemajuan
diajukan oleh Edmonds (1979) yaitu, 1) Ke-
siswa sering dimonitor.
pemimpinan kepala madrasah yang teguh; (2)
Kondisi tertentu sebuah lembaga pendidikan
Iklim madrasah yang baik dan sesuai untuk
menentukan performa akademik siswa. Konsis-
pembelajaran; 3) Penekanan kepala madrasah
tensi guru, jadwal pelajaran yang terstruktur,
kepada dasar-dasar kemampuan pembelajaran;
pengajaran yang menantang secara intelektual,
4) Harapan guru yang tinggi terhadap pencapaian
lingkungan yang berorientasi kerja, konsentrasi
prestasi belajar peserta didik; 5) Selalu meng-
pada hal yang terbatas dalam setiap jam pela-
adakan penilaian prestasi belajar peserta didik;
jaran, komunikasi individual anak, keterlibatan
6) perhatian terhadap profesionalisme guru.
orangtua dan suasana yang positif merupakan
Dirjen Bimbaga Islam (2005) merumuskan
faktor-faktor kondisional yang mempengaruhi
ukuran prestasi madrasah adalah terdapatnya
prestasi akademik peserta didik. Empat faktor lain
pengembangan nilai pendidikan dan dimensi
yang tak kalah pentingnya adalah adanya rasa
pembelajaran yang efektif. Nilai-nilai pendidikan
senang yang dimiliki peserta didik, ekspektasi
mad rasa h be rkai tan deng an p embe ntuk an
yang tinggi, perhatian dan sikap adil guru, dan
budaya sek olah yang k ondusif dan seha t,
hubungan yang positif antara sesama teman.
se dang kan dime nsi pemb elaj aran ber kait an de ngan kinerja gur u d alam pem bela jara n,
Kepemimpinan Transformasional
harapan guru yang tinggi terhadap pencapaian
Terdapat tiga jenis kepemimpinan yang dipandang
prestasi peserta didik, dan evaluasi merupakan
representatif dengan tuntutan desentralisasi,
dimensi yang mengacu kepada konsep sekolah
yaitu kepemimpinan transaksional, kepemimpinan
efektif (Edmonds, 1979).
transformasional, dan kepemimpinan visioner.
Menurut Departemen Pendidikan Kebudayaan
Ketiga kepemimpinan ini memiliki titik konsentrasi
(1994), sekolah dikatakan baik apabila memiliki
yang khas sesuai dengan jenis permasalahan dan
delapan kriteria: 1) siswa yang masuk terseleksi
mekanisme kerja yang diserahkan pada bawahan
dengan ketat dan dapat dipertanggungjawabkan
(Komariah dan Triatna 2005).
berdasarkan prestasi akademik, psikotes dan tes
Teori kepemimpinan transformasional dipe-
fisik, 2) sarana da n pr asar ana pend idik an
lopori oleh Burns (1978) dan kemudian dikem-
terpenuhi dan kondusif bagi proses pembelajaran,
bangkan oleh Bass (1985), Bass dan Avolio
3) iklim dan suasana mendukung untuk kegiatan
(1990). Kepemimpinan transformasional me-
belajar, 4) guru dan tenaga kependidikan memiliki
nitikberatkan pada perbedaan kepemimpinan
profesionalisme yang tinggi dan tingkat kese-
tr ansa ksional dan kepe mimp inan tra nsfor-
jahteraan yang memadai, 5) melakukan impro-
masional. Kepemimpinan transformasional ber-
visasi kurikulum sehingga memenuhi kebutuhan
tumpu pada aspek karismatik, visi, dan ke-
siswa yang pada umumnya memiliki motivasi
pemimpinan inspirasi (Conger dan Kanungo, 1994;
belajar yang tinggi dibandingkan dengan siswa
Northouse, 1978).
175
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 2, Juni 2014
Menurut Bass (1985), kepemimpinan trans-
gambarkan hubungan antara delapan faktor kultur
formasional memiliki beberapa dimensi meliputi:
belajar, yaitu: 1) elemen-elemen nilai pendidikan;
1) Sifat-sifat karismatik, yaitu gabungan ciri-ciri
2) kepemimpinan transformasional; 3) penekanan
dan tingkah laku unggul pemimpin; 2) Sifat-sifat
kepada pembelajaran; 4) guru penyayang; 5)
kekuatan membangkitkan inspirasi, di mana
kerja sama; 6) penyamaan visi, dan 8) efikasi
pem impi n me ncet uska n il ham kepa da p ara
guru.
baw ahan dengan memb eri pera ngsa ng d an
Faktor kultur pembelajaran meliputi: 1)
menjelaskan tujuan yang hendak dicapai secara
pembelajaran yang berpusat pada komunitas
me nari k da n me yaki nka n; 3 ) Ke tera mpil an
peserta didik memproses interaksi secara terbuka
merangsang intelektual para bawahan secara
dan bertanggung jawab; 2) pembelajaran individu
aktif mengkaji dan menilai keadaan lama untuk
dengan mengutamakan kebutuhan, minat, ke-
diarahkan kepada persfektif yang baru; dan 4)
mampuan, serta ciri-ciri keperibadian peserta
Bersifat tenggang rasa secara individu, yaitu
didik; 3) pembelajaran memberi penekanan serta
me mber i pe rhat ian, senanti asa mend enga r,
peluang kepada peserta didik berfikir secara aktif;
berdiskusi serta menolong menyelesaikan masa-
4) stra tegi pem bela jara n ya ng d isesuaik an
lah dan perkara yang bersifat pribadi kepada
dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik;
bawahan.
5) guru menggunakan gaya pembelajaran yang didasarkan pada perbedaan peserta didik dalam
Kinerja Mengajar Guru
me neri ma, meng umpulkan dan mem proses
Teori kinerja mengajar guru yang dijadikan
informasi (Cavanagh dkk., 2005)
landasan dalam peneli tian ini adalah model efektivitas pengajaran yang diajukan oleh Slavin
Metode Penelitiaan
(1994). Menurut Slavin terdapat empat faktor
Metode penelitian yang digunakan yaitu pene-
utama yang mempengaruhi pengajaran yaitu: 1)
litian kuantitatif dengan pendekatan korelasional.
kualitas pengajaran (quality of instruction); 2)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru
kesesuaian arah pengajaran (appropriate level of
yang bertugas di Madrasah Aliyah Negeri Provinsi
instruction); 3) insentif (incentive); 4) waktu (time).
DKI Jakarta berjumlah 930 orang. Sampel dalam
Efektivitas pengajaran meliputi, 1) peren-
penelitian ini ditetapkan sebanyak 274 orang.
canaan isi pengajaran 2) penggunaan berbagai
Penetapan jumlah besaran sampel didasarkan
alat bantu mengajar, 3) penekanan kepada materi
pada Krejcie dan Morgan (1970) yang mene-
esensial, 4) penyampaian yang jelas, 5) menggu-
tapkan jumlah sampel untuk populasi berjumlah
nakan berbagai bentuk dan tingkat pertanyaan,
930 orang sebanyak 274 orang berdasarkan tabel
6) penggunaan berbagai jenis dan instrumen
jumlah sampel. Pengambilan sampel dilakukan
penilaian, 7) memenuhi tingkat penguasaan
dengan menggunakan teknik sampel wilayah,
peserta didik, 8) variasi strategi, pendekatan,
sampel proporsional dan acak sederhana. Sebaran
metode dan model pembelajaran, 9) pemberian
sampel seperti terlihat pada Tabel 1.
ganjaran atau reward, 10) pelaporan kemajuan
Tabel 1 menunjukkan sampel guru Madrasah
peserta didik, dan 11) efektivitas dan efisiensi
Aliyah Negeri Jakarta Selatan 72 orang, Jakarta
waktu. Output kinerja mengajar guru diukur
Utara 12 orang, Jakarta Pusat 16 orang, Jakarta
dengan meningkatnya efektivitas pengajaran
Barat 62 orang dan Jakarta Timur 111 orang.
gur u ya ng seter usny a ak an m eningkat kan prestasi belajar peserta didik.
Instrumen penelitian mengadopsi dari pakarpakar pengembang instrumen penelitian di bidang masing-masing dan hasil-hasil penelitian se-
Kultur Belajar
bel umny a. I nstr umen dik emba ngka n da lam
Landasan teori kultur belajar mengacu kepada
bentuk pernyataan. Untuk memberikan tanggapan
model budaya sekolah (Cavanagh dkk., 2005).
terhadap pernyataan dalam instrumen responden
Model ini mengemukakan delapan faktor budaya
diberikan 5 kategori alternatif tanggapan yang
sebagai upaya meningkatkan mutu sekolah dan
disesuaikan dengan pernyataan menggunakan
prestasi belajar peserta didik. Model ini meng-
skala grafis (rating scale) (Sukmadinata, 2005).
176
Darwyan Syah, Kontribusi Kepemimpinan Transformasional Kepala Madrasah, Kinerja Mengajar Guru, dan Kultur Belajar terhadap Peningkatan Prestasi Madrasah Aliyah Negeri Provinsi DKI Jakarta
Tabel 1 Sampel Penelitian Guru Madrasah Aliyah Negeri Provinsi DKI Jakarta No.
Wilayah
Jumlah MAN
Jumlah Guru
1 2 3
Jakarta Selatan Jakarta Utara Jakarta Pusat
6 1 1
246 42 56
4
Jakarta Barat
5
210
62
5
Jakarta Timur
6
376
111
19
930
274
Jumlah
Jumlah Sampel 72 12 16
Instrumen penelitian dapat dilihat pada Tabel 2,
madrasah yang kuat dan efektif 14 butir, 2) iklim
3, 4, dan 5.
sekolah yang sehat dan kondusif 14 butir, 3)
Instrumen prestasi madrasah diadaptasikan
penekanan pada keterampilan dasar 14 butir, 4)
dari teori input-proses-output model sekolah
harapan yang tinggi terhadap prestasi akademik
berprestasi yang dikemukan oleh Edmonds (1979)
peserta didik 11 butir, 5) tingkat frekuensi
dan Marzuki (1997) yang telah disesuaikan oleh
penilaian prestasi akademik peserta didik 12 butir.
penel iti sesuai dengan kondisi di Indonesia
Jumlah keseluruhan 65 butir.
dengan d imensi: 1) ke pemi mpinan kepa la
Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Prestasi Madrasah Variabel Prestasi Madrasah
Dimensi
Jumlah Butir
Kepemimpinan kepala madrasah yang kuat dan efektif Iklim sekolah yang sehat dan kondusip Penekanan pada keterampilan dasar Harapan guru yang tinggi terhadap prestasi akademik peserta didik 5. Kekerapan penilaian prestasi akademik peserta didik
14 14 14 11
1. 2. 3. 4.
12
Jumlah
65
Tabel 3 Kisi-kisi Instrumen Kepemimpinan Transformasional Variabel
Dimensi
Jumlah Butir
Kepemimpinan
1. Visioner
4
Transformasional
2. Agen perubahan
3
Kepala Madrasah
3. Percaya diri
2
4. Kharismatik
3
5. Empatik
3
6. Membangkitkan inspirasi
3
7. Merangsang intelektual
2
Jumlah
20
Tabel 4 Kisi-kisi Instrumen Kinerja Mengajar Guru Variabel Kinerja mengajar guru
Dimensi
Jumlah Butir
1. Perencanaan Pengajaran
6
2. Penguasaan mata pelajaran
6
3. Penguasaan teknik Penyampaian
6
4. Variasi penggunaaan metode pengajaran
6
5. Kemampuan membuat pertanyaan
5
6. Kemampuan membuat pertanyaan
5
7. Penilaian dan pelaporan
5
Jumlah
177
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 2, Juni 2014
Tabel 5 Kisi-kisi Instrumen Kultur Belajar Variabel Kultur Belajar
Dimensi
Jumlah Butir
1. Nilai pendidikan
4
2. Penekanan pada pembelajaran
4
3. Penyamaan visi
3
4. Guru penyayang
3
5. Efikasi guru
3
6. Kerjasama
3
7. Partnership
3
Jumlah
23
Instrumen kepemimpinan transformasional
yang digunakan berupa rata-rata dan persentase
merupakan instrumen yang telah dikembangkan
frekuensi. Statistika inferensial menggunakan uji
oleh Bass dan Avolio (2000) yang dikenal dengan
kor elasi da n re gresi se derhana dan gand a.
Multifactor Leadership Questionaire (MLQ5x) dan
Peng olahan d ata deng an bant uan komp uter
diubah disesuaikan serta dikembangkan oleh
menggunakan program Excel dan program SPSS.
peneliti. Tingkah laku kepemimpinan transforma-
Hipotesis yang diajukan adalah: 1) terdapat
sional mengandung 7 komponen yang diukur
kontribusi kepemimpinan transformasional kepala
dengan dimensi: 1) visioner 4 butir; 2) agen
ma drasah t erha dap pre stasi ma drasah; 2)
perubahan 3 butir; 3) percaya diri 2 butir; 4)
terdapat kontribusi kinerja mengajar guru ter-
khari smatik 3 item; 5 ) empati k 3 buti r, 6)
hadap prestasi madrasah; 3) terdapat kontribusi
membangkitkan inspirasai 3 butir, 7) merangsang
kultur belajar terhadap prestasi madrasah; dan
intelektual 2 butir. Jumlah keseluruhan 20 butir.
4) terdapat kontribusi kepemimpinan transfor-
Instrumen angket kinerja mengajar guru
masional kepala madrasah, kinerja mengajar guru
merupakan instrumen yang telah dikembangkan
dan kultur belajar secara bersama-sama terhadap
dari teori input-proses-output model pengajaran
prestasi madrasah.
Slavin (1994) meliputi: 1) kemampuan merenca naka n pe ngaj aran ber juml ah 6 but ir; 2)
Hasil Penelitian dan Pembahasan
penguasaan dalam mata pelajaran 6 butir; 3)
Deskripsi Data
penguasaan teknik penyampaian 6 butir; 4) variasi
Rata-rata tingkat pre stasi madrasah, kepe-
penggunaan metode pengajaran 6 butir; 5)
mimpinan transformasional kepala madrasah,
kemampuan membuat pertanyaan 5 butir, 6)
kinerja mengajar guru dan kultur belajar terlihat
pemberian layanan individual 5 butir; 7) penilaian
pada Tabel 6.
dan pelaporan 5 butir. Jumlah keseluruhan 39 butir.
Tabel 6 menunjukkan tingkat prestasi yang
Instrumen kultur belajar diadaptasikan dari
dicapai oleh madrasah adalah cukup tinggi, yaitu
School Culture Elements Questionaire (Cavanagh,
mencapai 68,10, tingkat kepemimpinan trans-
dkk., 2005) dengan dimensi: 1) nilai pendidikan 4
formasional kepala madrasah adalah cukup tinggi
butir; 2) penekanan pada pembelajaran 4 item;
mencapai 68,99, tingkat kinerja mengajar guru
3) penyamaan visi 3 item; 4) guru penyayang 3
adalah cukup baik, yaitu mencapai 73,50, tingkat
butir; 5) efikasi guru 3 butir; 6) kerja sama 3 butir;
kultur belajar adalah cukup baik, yaitu mencapai
dan 7) partnership 3 butir. Jumlah keseluruhan 23
70,74%. Secara lebih terperinci tingkat prestasi
butir.
ma drasah, kepe mimp ina n tr ansf orma sional kepala madrasah, kinerja mengajar guru dan
Analisis Data
kultur belajar dapat dilihat pada Tabel 7, 8, 9, dan
Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisa
10.
dengan menggunakan teknik statistik deskriptif
Tabel 7 menunjukkan tingkat prestasi ma-
maupun statistik inferensial. Statistik deskriptif
drasah 40 orang (14,60%) berada pada kategori
178
Darwyan Syah, Kontribusi Kepemimpinan Transformasional Kepala Madrasah, Kinerja Mengajar Guru, dan Kultur Belajar terhadap Peningkatan Prestasi Madrasah Aliyah Negeri Provinsi DKI Jakarta
Tabel 6 Tingkat Prestasi Madrasah, Kepemimpinan Transformasional Kepala Madrasah, Kinerja Mengajar Guru dan Kultur Belajar No
Variabel
1. 2.
Prestasi madrasah Kepemimpinan transformasional mepala madarasah Kinerja mengajar guru Kultur belajar
3. 4.
Tingkat Persentase Rata-rata Ketercapaian 68,10% 69,99% 73,50% 70,74%
sangat baik; 138 orang (50,36%) berada pada
tenaga pengajar, khususnya dalam bidang-bidang
kategori baik; 82 orang (29,93%) berada pada
umum, dan 5) tidak memiliki akses yang luas
kategori kurang; dan 14 orang (5,911%) berada
terhadap kemajuan dan perkembangan dunia luar
dalam kategori tidak baik.
(Rahim, 2005).
Tingkat prestasi yang dicapai oleh madrasah
Tabel 8 menunjukkan tingkat kepemimpinan
adalah cukup baik, yaitu rata-rata mencapai
transformasional kepala madrasah 22 orang
68,10%. Prestasi madrasah yang baru mencapai
(8,03%) berada pada kategori sangat baik; 155
kategori cukup baik karena pada dasarnya di
orang (56,57%) berada pada kategori baik; 66
ma drasah
kele maha n-
orang (24,09%) berada pada kategori kurang; 31
kelemahan, seperti: 1) rendahnya mutu pen-
orang (11,31 %) berada dalam kategori tidak baik.
b anya k
di temukan
didikan, khususnya dalam bidang-bidang studi
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Prestasi Madrasah
Interval Kelas
Frekuensi Absolut
Frekuensi Relatif
Kategori
1
216 – 232
40
14,60
sangat baik
2
199 – 215
138
50,36
baik
3
182 – 198
82
29,93
kurang
4
165 – 181
14
5,11
tidak baik
274
100
No
umum; 2) kepemimpinan yang cenderung ter-
Tingkat kepem impina n tra nsfor masional
tutup dan tida k di duk ung oleh kem ampuan
kepala madrasah adalah cukup baik, yaitu rata-
manajerial yang tinggi; 3) rendahnya kemampuan
rata mencapai 68,99%. Kepemimpinan trans-
pembiayaan dan penyediaan sarana/prasarana
formasional yang baik diidentifikasi dengan peri-
pendidikan; 4) terbatasnya jumlah mutu dan
la ku p emim pin yang di tunj ukka n vi si d an
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Kepemimpinan Transformasional Kepala Madrasah No
Interval Kelas
1
38 – 51
2
52 – 65
3
66 – 79
4
80 – 92
Frekuensi Absolut
Frekuensi Relatif
Kategori
22
8,03
sangat baik
155
89,08
baik
66
24,09
kurang
14
11,31
tidak baik
274
100
179
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 2, Juni 2014
kepedulian individual (individual concern). Variabel
ada lah subj ek d alam proses bela jar, mur id
transformasional tentang visi terdiri dari item-item
hanyalah objek (Freira, 1993).
yang mengidentifikasi ajakan pimpinan dalam
Guru yang memiliki kinerja mengajar yang baik
berperilaku (leader engaged in behaviour), yaitu
adalah guru yang mampu: 1) menyusun rencana
pengidentifikasian peluang-peluang baru bagi
pembelajaran; 2) melaksanakan interaksi belajar
sekolah mereka dalam mengembangkan, meng-
mengajar; 3) menilai prestasi belajar peserta
artikulasikan, dan menginspirasi lain dengan visi
did ik; 4) m elak sana kan tind ak l anjut ha sil
ke depannya. Variabel kepedulian individual terdiri
penilaian prestasi belajar pelajar; 5) mengem-
atas item-item yang mengidentifikasikan respek
bangkan profesi; 6) memahami wawasan pen-
pem impin kepa da ba wahan ( follower s) d an
didikan; 7) menguasai bahan kajian akademik
kepeduliaannya pada kesejahteraan mereka
(Direktorat Tenaga Kependidikan Depdiknas,
(Danim, 2005).
2003).
Tabel 9 menunjukkan tingkat kinerja meng-
Tabel 10 menunjukkan tingkat kultur belajar
ajar guru 33 orang (12,04%) berada pada kate-
di madrasah 25 orang (9,12%) berada pada
gori tidak baik; 85 orang (31,702%) berada pada
kategori tidak baik; 67 orang (24,45%) berada
kategori kurang; 142 orang (51,82%) berada
pada kategori kurang; 143 orang (52,19%) berada
pada kategori baik; 14 orang (5,1%) berada dalam
pada kategori baik; 39 orang (14,23%) berada
kategori sangat baik.
dalam kategori sangat baik
Tingkat kinerja mengajar guru adalah cukup
Tingkat kultur belajar adalah cukup baik
baik, yaitu rata-rata mencapai 128,63 dimana bila
mencapai 70,74%. Kultur belajar yang tercipta di
dibandingkan dengan skor ideal, yaitu mencapai
sekolah akan menciptakan hubungan setiap
73,50%. Pencapaian kinerja mengajar guru dalam
personal dal am suasa na keruk unan, gotong
kategori tidak baik, kurang, baik dan sangat baik
royong, saling menghormati, kerja sama, dan ada
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Kinerja Mengajar Guru
Interval Kelas
Frekuensi Absolut
Frekuensi Relatif (%)
Kategori
1
103 - 116
33
12,04
tidak baik
2
117 - 129
85
31,02
kurang
3
130 - 144
142
51,82
baik
4
145 - 158
14
5,11
sanagt baik
274
100
No
Jumlah
karena masih ditemukan pendidikan yang ada
rasa sama-sama memiliki (Pidarta, 1988). Dalam
pada saat ini umumnya masih bersifat tradisioanal
kultur belajar terdapat sasaran fokus tugas (task
yaitu: 1) guru mengajar, murid diajar; 2) guru
focus goals) yang merupakan item-item yang
mengetahui segala hal, murid tidak mengetahui
me refl eksi kan tujuan-t ujua n se kola h ya ng
apa-apa; 3) guru berfikir, murid yang dipikirkan;
merangsang siswa untuk pembelajaran yang
4) guru berbicara, murid mendengarkan dengan
bernilai, serta eksensi mengajar yang terdiri atas
tenang; 5) guru mengenakan disiplin, murid yang
item-item yang mengindikasikan harapan-harapan
dikenakan disiplin; 6) guru memilih dan memak-
sekolah kepada guru agar bekerja keras dan
sakan pilihan, murid, hanya menyetujui; 7) guru
berupaya keras meningkatkan kinerja meng-
berbuat, murid hanya memilih ilusi melakukan
ajarnya (Danim, 2005). Dengan demikian, apabila
melalui perbuatan guru; 8) guru memilih isi
item-item kultur belajar tersebut terlaksana
program, murid menyesuaikannya; 9) guru menga-
dengan baik, maka kultur belajar yang tercipta
caukan kekuasaan pengetahuan dengan keku-
akan menjadi lebih baik dan bahkan sangat baik
asaan profesional yang ia letakkan dalam perten-
dari apa yang terjadi dari hasil penelitian lapangan
tangan dengan kemerdekaan murid; 10) guru
dalam penelitian ini.
180
Darwyan Syah, Kontribusi Kepemimpinan Transformasional Kepala Madrasah, Kinerja Mengajar Guru, dan Kultur Belajar terhadap Peningkatan Prestasi Madrasah Aliyah Negeri Provinsi DKI Jakarta
Tabel 10 Distribusi Frekuensi Kultur Belajar No
Interval Kelas
Frekuensi Absolut
1
42 - 55
2
56 - 69
3
70 - 83
4
84 - 97 Jumlah
Frekuensi Relatif (%)
Kategori
25
9,12
tidak baik
67
24,45
kurang
143
52,19
baik
39
14,23
sangat baik
274
100
Kontribusi Kepemimpinan Transformasional
prestasi yang tinggi bila tugas-tugas itu terstruktur
Kepala Madrasah terhadap Prestasi Madrasah
secara dwiarti. Pada organisasi sekolah kepe-
Aliyah
mimpinan sekolah dilaksanakan oleh kepala
Pengujian kontribusi kepemimpinan transfor-
sekolah.
masional kepala madrasah terhadap prestasi
Manusia yang ada di lingkungan sekolah yang
madrasah aliyah menggunakan statistik para-
dapat mempengaruhi prestasi madrasah secara
meterik korelasi product moment Pearson serta
signifikan adalah kepala madrasah. Berdasarkan
regresi.
hasil kajian yang dilakukan Nurhayati (2006)
Hipotesis yang diuji yaitu terdapat kontribusi
diketahui bahwa salah satu faktor yang mem-
kepemimpinan transformasional kepala madrasah
pengaruhi profesionalisme (prestasi) guru adalah
terhadap prestasi madrasah. Kekuatan kontribusi
fa ktor kep emim pina n k epal a se kola h ya ng
supervisi kepala madrasah terhadap kinerja guru
demokratis. Kepala madrasah memberi kepastian
ditunjukkan oleh koefisien korelasi ry1 sebesar =
bahwa semua peg awai dan gur u me mili ki
0,565. Uji keberartian koefisien korelasi dengan
pengawasan yang diperlukan dalam mendukung
uji t didapat harga thitung sebesar 7,14. Adapun ttabel
peningkatan profesionalisme.
pada = 0,01; dk = 272 diperoleh harga ttabel = 2,33. Dengan demikian, hipotesis alternatif yang
Kontribusi Kinerja Mengajar Guru terhadap
menyatakan terdapat kontribusi kepemimpinan
Prestasi Madrasah Aliyah
transformasional kepala madrasah terhadap
Pengujian k ontribusi kinerja me ngajar guru
prestasi madrasah terbukti. Selanjutnya diadakan
ter hada p pr esta si m adra sah meng guna kan
analisis terhadap koefisien determinasi. Koefisien
statistik parameterik korelasi product moment
determinasi merupakan kuadrat dari koefisien
Pearson serta regresi.
korelasi antara variabel X 1 dengan variabel Y. 2
Hipotesis yang diuji yaitu terdapat kontribusi
Koefisien determinasi X1 dengan Y sebesar (ry1) =
ki nerj a
(0,565)2 = 0,3196. Dengan demikian, sumbangan
madrasah. Kekuatan kontribusi kinerja mengajar
me ngaj ar
g uru
ter hada p
pr esta si
kepemimpinan transformasional kepala madrasah
guru terhadap prestasi madrasah ditunjukkan oleh
terhadap prestasi madrasah sebesar 31,96%. Uji
koe fisi en k orel asi r y2 se besa r = 0,64 0. U ji
regresi menunjukkan linieritas dengan model
ke bera rtia n koefisien kor elasi de ngan uji t
persamaan regresi ˆ Y =162,78+0,58X1. Dengan demikian, setiap peningkatan kepemimpinan
diperoleh harga thitung sebesar 13,71. Adapun ttabel
transformasional kepala madarasah satu-satuan
2,33. Dengan demikian, hipotesis alternatif yang
ak an d iikuti d enga n pe ning kata n pr esta si
menyatakan terdapat kontribusi kinerja mengajar
madrasah sebesar 0,58 pada konstanta 262,78.
gur u te rhad ap p rest asi madr asah ter bukt i.
pada = 0,01; dk = 273 diperoleh harga ttabel =
Kepemimpinan kepala madrasah berkontri-
Selanjutnya diadakan analisis terhadap koefisien
busi terhadap prestasi madrasah seperti di-
determinasi. Koefisien determinasi merupakan
ungkapkan Robbins (1996) mengacu kepada Path
kuadrat dari koefisien korelasi antara variabel X2
Goal Theori bahwa: kepemimpinan yang ber-
dengan variabel Y. Koefisien determinasi X2 dengan
orientasi-prestasi akan meningkatkan pengha-
Y sebesar (r y2) 2 = (0,640) 2 = 0,4096. Dengan
rapan bawahan bahwa upaya akan mendorong
demikian sumbangan kinerja mengajar guru
181
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 2, Juni 2014
terhadap prestasi madrasah sebesar 40,96%. Uji regresi menunjukkan linieritas dengan model
ˆ Y =151,26+0,70X 3 . Dengan demikian, setiap peningkatan kultur belajar satu-satuan akan diikuti
persamaan regresi ˆ Y = 119,51+0,63X2. Dengan demikian, setiap peningkatan kinerja mengajar
dengan peningkatan prestasi madrasah sebesar
guru satu-satuan akan diikuti dengan peningkatan
Kaitan dengan guru dalam kultur belajar
prestasi madrasah sebesar 0,63 pada konstanta
berkaitan dengan pelaksanaan tugas pembe-
119,51.
lajaran pada kebanyakan orang berorientasi
0,70 pada konstanta 151,26.
Adanya kontribusi kinerja mengajar guru
kepada fokus tugas (task focus) dan pada sisi
terhadap prestasi madrasah adalah kualitas
kerja yang memiliki tujuan (performance focus goal).
pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Dalam
Menurut Danim (2005) tujuan fokus tugas berbasis
pe mbel ajar an y ang berk uali tas guru per lu
pada usaha-usaha memimpin diri untuk sukses
menyampaikan isi-isi pengajaran secara tersusun
dan menekankan nilai-nilai instrinsik belajar.
dan sistematik (Land, 1987), memberi penerangan
Dengan tujuan fokus tugas ini individu ber-
yang jelas serta memberi contoh-contoh yang
ori entasi kan p ada pe ngemb angan ke de pan
berkaitan (Mayer & Gallini, 1990), memberi
dengan
penekanan kepada isi-isi penting, dan mengaitkan
memahami pekerjaannya, dan meningkatkan level
pelajaran itu dengan pengetahuan dan penga-
kompet ensi ata u dorongan untuk me ncap ai
laman pelajar yang lalu dan yang akan datang
ketuntasan tugas-tugas pembelajaran.
keahlian-kea hlia n
ba ru,
mencoba
(King & Menke 1992), menggunakan alat bantu
Sel anjutnya tuj uan tuga s-tugas kine rja
mengajar bagi membantu menerangkan sesuatu
berbasis pada keyakinan bahwa tujuan-tujuan
konsep (Hiebert, Wearne & Taber 1991, Kozma
pembelajaran akan dicapai secara signifikan jika
1991). Selain itu, tujuan dan indikator pembe-
ditunjang oleh penampilan terbaik, melebihi batas-
lajaran harus jelas dan dapat diukur.
batas norma atau inisiatif untuk sukses dengan usaha yang minimal (Danim, 2005).
Kontribusi Kultur Belajar terhadap Prestasi Madrasah Aliyah
Kontribusi Kepemimpinan Transformasional
Pengujian kontribusi kultur belajar terhadap
Kepala Madrasah, Kinerja Mengajar Guru dan
pr esta si
Kultur Belajar terhadap Prestasi Madrasah
m adra sah
menggunakan
sta tist ik
parameterik korelasi product moment Pearson
Aliyah
serta regresi.
Pengujian kontribusi kepemimpinan transfor-
Hipotesis yang diuji yaitu terdapat kontribusi
masional kepala madrasah, kinerja mengajar guru,
kul tur bela jar terhadap pre stasi ma drasah.
dan kultur belajar terhadap prestasi madrasah
Kekuatan kontribusi kultur belajar terhadap
menggunakan statistik parameterik korelasi
prestasi madrasah ditunjukkan oleh koefisien
product moment Pearson serta regresi.
korelasi r y3 sebesar = 0,657. Uji keberartian
Hipotesis yang diuji adalah terdapat kontri-
koefisien korelasi dengan uji t didapat harga thitung
busi kepemimpinan transformasional kepala
sebesar 14,35. Adapun ttabel pada = 0,01; dk =
madrasah, kinerja mengajar guru, dan kultur
273 didapat harga ttabel = 2,33. Dengan demikian,
belajar terhadap prestasi madrasah. Kekuatan
hipotesis alternatif yang menyatakan terdapat
kontribusi kepemimpinan transformasional kepala
kontri busi kul tur bela jar ter hada p pr esta si
madrasah, kinerja mengajar guru, dan kultur
madrasah terbukti. Selanjutnya diadakan analisis
belajar secara bersama-sama terhadap prestasi
ter hada p
Koe fisi en
madrasah ditunjukkan oleh koefisien korelasi Ry123
determinasi merupakan kuadrat dari koefisien
koefisien
dete rminasi.
sebesar = 0,760. dengan uji F, diperoleh Fhitung =
korelasi antara variabel X 2 dengan variabel Y.
123,88 sedangkan Ftabel db (1:3.270) didapat Ftabel
Koefisien determinasi X3 dengan Y sebesar (ry3)2 =
se besa r 3,83. Deng an d emik ian, hip otesis
2
(0,657) = 0,4316. Dengan demikian, sumbangan
alternatif yang menyatakan terdapat kontribusi
kul tur bela jar terhadap pre stasi ma drasah
kepemimpinan transformasional kepala madra-
se besa r 43 ,16% . Uj i r egre si m enunjukk an
sah, kinerja mengajar guru dan kultur belajar
li nier itas
secara
182
dengan
per sama an
r egre si
bersama- sama
ter hada p
pr esta si
Darwyan Syah, Kontribusi Kepemimpinan Transformasional Kepala Madrasah, Kinerja Mengajar Guru, dan Kultur Belajar terhadap Peningkatan Prestasi Madrasah Aliyah Negeri Provinsi DKI Jakarta
madrasah terbukti. Selanjutnya diadakan analisis
di sekolah berprestasi mempunyai perilaku yang
ter hada p
Koe fisi en
baik “tepat waktu” dan berkemampuan menye-
determinasi merupakan kuadrat dari koefisien
koefisien
dete rminasi.
lesaikan masalah pribadi pelajar pada suatu-
korelasi antara variabel X 1, X 2 dan X 3 secara
waktu.
bersam a-sama dengan variab el Y. Koef isien determinasi X1, X2 dan X3 secara bersama-sama
Simpulan dan Saran
dengan Y sebesar R y123 sebesar = (0,760) 2 =
Simpulan
0,5776. Dengan demikian sumbangan kepe-
Ter dapa t
mimpinan transformasional kepala madrasah,
kepemimpinan transformasional kepala madrasah
kinerja mengajar guru dan kultur belajar secara
terhadap prestasi madrasah. Pola hubungan
bersama-sama terhadap kinerja guru sebesar
ant ara kedua va riab el b erda sark an a nali sis
57,76%. Uji regresi menunjukkan linieritas dengan
regresi signifikan dan berpola linier. Persamaan
persamaan ˆ Y = 119,48+0,34X1 + 0,21X2+0,39X3. Oleh karena itu, setiap peningkatan kepemimpinan
ini memberikan informasi, bahwa apabila terjadi
tra nsformasiona l ke pala mad rasa h, k iner ja
masional kepala madrasah akan diikuti oleh
mengajar guru dan kultur belajar secara bersama-
peningkatan prestasi madrasah. Jadi semakin
sama satu-satuan akan diikuti dengan pening-
tinggi kepemimpinan transformasional kepala
katan prestasi guru sebesar 0,94 pada konstanta
madrasah, maka akan semakin tinggi prestasi
119,48.
madrasah.
Adanya kontribusi kepemimpinan transfor-
kontri busi
positif
dan
sig nifi kan
peningkatan terhadap kepemimpinan transfor-
Terdapat kontribusi positif dan signifikan
masional kepala madrasah, kinerja mengajar guru,
ki nerj a
dan kultur belajar terhadap prestasi madrasah
madrasah. Pola hubungan antara kedua variabel
didukung oleh kajian-kajian terdahulu tentang
berdasarkan analisis regresi signifikan dan berpola
efektivitas sekolah atau sekolah berpestasi.
linier. Persamaan ini memberikan informasi, bahwa
Penelitian tentang sekolah berprestasi dalam
apabila terjadi peningkatan terhadap kinerja
second waves yang amat populer dan terkenal
mengajar guru akan diikuti dengan peningkatan
ya ng d apat mem bukt ika n pr esta si sekol ah
prestasi madrasah. Jadi semakin tinggi kinerja
terhadap kualitas pelajar adalah dilakukan oleh
mengajar guru, maka akan semakin tinggi pula
Rutter, dkk., (1979) berjudul Fifteen Thousand
tingkat prestasi.
Hours
te rhad ap
p eser ta
d idik
di
me ngaj ar
g uru
ter hada p
pr esta si
sekolah
Terdapat kontribusi positif kultur belajar
menengah di Inggris dan oleh Edmods (1979) di
terhadap prestasi madrasah. Pola hubungan
AS yang berjudul Effektive Schools for the Urban
antara kedua variabel dinyatakan berdasarkan
Poor menurut Rutter, dkk. (1979) faktor-faktor
analisis regresi signifikan dan berpola linier.
penentu sekolah berprestasi mempunyai kate-
Persamaan ini memberikan informasi, bahwa
gori: a) Sistem pengawasan peserta didik yaitu:
apabila terjadi peningkatan terhadap kultur
sekolah berprestasi menggunakan suatu pujian,
bel ajar aka n te rjad i pe ning kata n pr esta si
memotivasi dan memberi penghargaan kepada
madrasah. Jadi semakin tinggi kultur belajar, maka
peserta did ik, b) L ingk unga n se kola h ya ng
prestasi madrasah akan meningkat.
diberikan pada peserta didik yaitu lingkungan
Secara bersama-sama terdapat kontribusi
kondusif dan menyenangkan pelajar dan guru
positif dan signifikan kepemimpinan transfor-
untuk proses belajar mengajar, c) Keterlibatan
masional kepala madrasah, kinerja mengajar guru
peserta didik haruslah diikutsertakan, peserta
dan kultur belajar terhadap prestasi madrasah.
didik diberi dan memegang tanggung jawab di
Ber dasa rkan ana lisi s korela si j amak dap at
dal am k egia tan sekolah dan akti f di dal am
dij elask an ba hwa v ariasi yang terj adi p ada
lingkungan sekolah dan luar sekolah, d) Per-
pre stasi ma drasah d apat dij elaskan seca ra
kem bang an p rest asi bela jar pese rta didi k,
bersama oleh kepemimpinan transformasional
sekolah berprestasi akan memberikan pekerjaan
kepala madrasah, kinerja mengajar guru dan
rumah, dan sasaran akademik yang tegas dan
kultur belajar. Model persamaan regresi me-
jelas kepada para pelajar, e) Perilaku guru-guru
nunjukkan, bahwa peningkatan kepemimpinan
183
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 2, Juni 2014
tra nsformasiona l ke pala mad rasa h, k iner ja
sah, khususnya dalam kegiatan ekstrakurikuler
mengajar guru dan kultur belajar secara bersama-
dengan mendatangkan nara sumber.
sama akan meningkatkan prestasi madrasah.
Ke tiga , ke sada ran dan kema uan kepa la madrasah untuk menjadi agen perubahan, baik
Saran
untuk diri sendiri, orang-orang di sekitarnya dan
Berdasarkan hasil penelitan dan pembahasan
or gani sasi mad rasa h d enga n me ning katk an
peneliti memberi saran kepada berbagai pihak.
keterampilan teknik, maupun manajerial sumber
pertama, Departemen Agama khususnya Kantor
daya manusia yang ada di madrasah.
Wilayah Departemen Agama Provinsi DKI Jakarta
Keempat, terhadap guru yang belum me-
membuat gerakan peningkatan mutu prestasi
nunjukkan kinerja yang baik diberikan pembinaan
madr asah d engan membentuk model-model
secara langsung serta layanan individual dan
prestasi madrasah yang mengacu kepada standar
dimonitor secara terus menerus tingkat kiner-
yang dibuat oleh Departemen Agama sendiri,
janya, didorong dan difasilitasi untuk menguasai
St anda r Na sional Pend idik an d an Stand ar
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
internasional. Departemen Agama khususnya
dengan mengembangkan pembelajaran berbasis
Kantor Wilayah Departemean Agama Provinsi DKI
ilmu pengetahuan dan teknologi di madrasah.
Ja kart a me ning katk an angg aran pem beri an
Kelima, dikembangkan manajemen pendi-
be asiswa untuk mel anjutkan pendidi kan ke
dik an m adrasah ya ng m erang sang berk em-
jenjang strata 2 sampai strata 3. Kedua, komite
bangnya prakarsa dan kemampuan-kemampuan
madrasah lebih memberdayakan diri dengan
kreatif dalam mengelola pendidikan, berkem-
mencarikan tambahan sumber-sumber pembi-
bangnya madrasah yang berorientasi profesi-
aya an p endi dika n di mad rasa h, selai n da ri
onalisme dibandingkan hierarki, dan pelayanan
pemerintah dan orang tua peserta didik dalam
pendidikan yang semakin cepat, terbuka, adil dan
rangka peningkatan pretasi madrasah, men-
merata.
carikan sponsor untuk kegiatan-kegiatan madraPustaka Acuan Azizi, Q., dan Sholeh, A. R. 2004. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Bass, B.M. 1985. Leadership and Performance Beyond Expectation, New York: Free Press. Bass, B.M., & Avolio, B.J. 1990. Develoving Tranformational Leadership; And Beyond. Journal of European Industrial Training, 14(5): 21-27. Bass, B.M., & Avolio, B.J. 2000. MLQ: Multifactor Leadership Questionary, 2nd edition, California: Sage. Burns. M. 1978. Leadership, New York: Harper Collins. Cavanagh, R.F. Dellar, G.B. Reynold, P.S. & Romanosky, J .T. 2005. Measuring Modelling Teacher Observation of How Principal Lead Renewal of the School Pedagogy. (Paper Presente in Division A at The Annual Meeting of The American Educational Research Association Montreal, 2005). Conger, J. & Kanungo, R. 1994. Perceived Behavioral Atributes of Charismatic Leadership. Canadian Journal of Behavioral Science; 24 (1): 217-247. Danim, Sudarwan. 2005. Menjadi Komunitas Pembelajar: Kepemimpinan Transformasional dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Pengembangan Sekolah Unggul, Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
184
Darwyan Syah, Kontribusi Kepemimpinan Transformasional Kepala Madrasah, Kinerja Mengajar Guru, dan Kultur Belajar terhadap Peningkatan Prestasi Madrasah Aliyah Negeri Provinsi DKI Jakarta
Direktorat Jenderal Bimbingan Kelembagaan Islam. 2005. Pedoman Desain Pengembangan Madrasah, Jakarta: Departemen Agama. Direktorat Tenaga Kependidikan Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Guru SMU. Jakarta: Depdiknas. Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta. 2013. Data kelulusan Hasil Ujian Nasional SMA/SMK/MA di Provinsi DKI Jakarta. http://disdik.jakarta.go.id/. diakses tanggal 28 Nopember 2013 Edmonds. 1979. Effective School for the Urban Poor. Educational Leadership, 37, (1), 15-27 diakses pada 23 Mei 2005. ERIC Document Production Service No. ED13561. Fadjar, A., M. 1998. Madrasah dan Tantangan Modernitas. Cet. I, Bandung: Mizan. Freira, P. 1993. Pedagogy of The Oppressed. New York: The Continum Publishing Company. Hery, Noer Ali. 1999. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu. Hiebert, J., Wearne, D. & Taber, S. 1991. Forth Gradual Contruction of Decimal Fraction During ntruction using Different Representation. Elementary School Journal. 97:321-324. King & Menke. 1992. Providing The Instructur’n Note, An Effective additions to Student Notetaking. Educational Psychologist. 20: 33-39. Komariah, A., dan Triatna, C. 2005. Visionary Leadership, Jakarta: Bumi Aksara. Kozma, R. 1991. Learning With Media. Review of Educational Research, 1.179-211. Krejcie, R.V., & Morgan, D.W. 1970. Determining Sample Size for Research Activities. Educational and Psychological Measurement. Land, M.L. 1987. Vagueness and Clarity. In M.J. Dunkin (ed). International Encyclopedia of Teaching and Teacher Education. N.y. Pergam. Marzuki, S. C.1997. Kajian Sekolah Berkesan di Malaysia: Model Lima Faktor. Fakulti Pendidikan, Universiti Kebangsaan Malaysia. Mayer, R.E. dan Gallini, J.K. 1990. When Is an Illustration Worth Ten Thousand Word? Journal of Educational Psycology. 82.715-726. Northouse, G.P. 1978. Leadership: Theory and Pracrice. (4th Edition). Sage Publications, Inc. Nurhayati, Budiarti. 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalisme dan kinerja guru biologi di SMAN Kota Makasar Sulawesi Selatan, Mimbar Pendidikan. No. 4/XXV/2006. Hh. 64-70. Pidarta, M. 1988. Peranan Kepala Sekolah pada Pendidikan Dasar. Jakarta: PT Gramedia. Rahim., H. 2005. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Logos. Robbins, S.P. 1996. Essentials of Organizational Beharvior, New Jersey: Prentice-Hall. Rutter, M., Mughen, B., Mortimore, P., & Ouston, J. 1979. Sityd Univ. Fifteen Thousand Hours: Secondary School and Their Effects on Children. Cambridge M.A: Harvard Uiversity. Slavin, R. 1994. Quality Appropriates, Incentive and Time: A Model of Instructional Effectiveness. International Journal of Educational Research. 21(2).141-157. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan, Badung: Remaja Rosdakarya.
185
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 2, Juni 2014
Supriadi, D. 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Tola, Burhanudin, dan Furqon. 2003. Pengembangan model penilaian sekolah efektif. Jurnal Pendidikan & Kebudayaan. 9 (044) Sept.2003: 669-692.
186