DAN PENGARUHNYA DI BANTEN
AJARAN TARIKAT SYEKH YUSUF
Dr. H.M. Arfah Shiddiq, M.A
KRETAKUPA ? W MAKASSAR
PERPUSTAKAAN NASIONAL Rl Kataiog Dalam Terbitan ARFAH SHI DDI Q
AJARAN TARIKAT SYEKH YUSUF DAN PENGARUHNYA DI BANTEN (Studi Komunikasi Dakwah) Oleh : Dr. H. M. ARFAH SHIDDIQ, M.A Cetakan 1:2014 KRETAKUPA Print, Makassar
iv, 145 hal: 25x18 ISBN : 978-602-9060-79-9
HAK CIPTA pada penulis Dilindungi Undang-undang
Lay Out & Desain Sampul: Andi Asraf Bunyamin
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, akhirnya buku ini dapat diselesaikan atas izin Allah swt. yang selalu menganugrahkan keluasan ilmu pengetahuan kepada kita semua. Salam dan salawat kepada Nabi Besar Muhammad saw. yang menjadi pencerah yang sempurna di muka bumi. Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian buku ini. Buku ini disusun dari hasil penelitian penulis di Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Program S2, Magister Pengkajian Islam (Islamic Studies),tahun
1990. Tentu saja buku ini jauh dari kesempurnaan dan
masih sangat membutuhkan banyak masukan, terutama dalam mengkaji komunikasi dakwah dalam menyampaikan ajaran tarikat Syekh Yusuf dalam berbagai aspek kehidupan di Banten. Akhirnya, semoga menambah
hasil penelitian yang dibukukan ini dapat
informasi dan
wawasan
kita
serta
bermanfaat
bagi
pehgembangan umat Islam.
Penulis
M. Arfah Shiddiq
'arikc
t Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
Bagian Satu: PENDAHULUAN
1
Bahgian Dua: DESA BANTEN
7
A. Keadaan Pendudukdan Pemukiman
8
B. Adatlstiadat
12
C. Pranata Sosial di Banten
16
1. Sistem Kekerabatan dan Pelapisan Sosial
16
2. Perkawinan dan Siklus Rumah Tangga
20
3. Pendidikan
26
4. Ekonomi
29
5: Agama dan Kepercayaan
33
Bagian Tiga: KOMUNIKASI DAKWAH DAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA MASYARAKAT BANTEN
39
A. Pola Komunikasi Dakwah Syekh Yusuf
39
B. Komunikasi Antarbudaya pada Masyarakat Banten
46
C. Banten Sebagai Masyarakat Multikultural
55
D. Proses Komunikasi Antarbudaya pada Masyarakat Multikultural
58
1. Interaksi Sosial
58
2. Kontak Sosial
59
3. Hubungan Antarbudaya pada Masyarakat Banten
61
Arfah Shiddiq
Bagian Empat: RIWAYAT HIDUP DAN PERJUANGAN SYEKH YUSUF
73
A. Riwayat Hidup Syekh Yusuf
73
B. Pendidikan dan Penggambarannya Menuntut Ilmu
78
C. Aktifitas dan Perjuangannya di Banten
81
Bagian Lima: ALIRAN TASAWUF SYEKH YUSUF DAN PENGARUHNYA DI BANTEN 93 A. Corak Aliran Tasawuf Syekh Yusuf
93
B. Ajaran Tarikat Syekh Yusuf
108
1. Definisi
108
2. Silsilah dan Perkembangan Ajaran Tarikatnya
112
3. Sumber dan Pokok-pokok Ajaran Tarikatnya
115
4. Zikir dan Shalat dalam Ajaran Tarikatnya
119
C. Pengaruh Ajaran Tarikatnya Terhadap Aspek Kehidupan Sosial dan Keagamaan 1.
127
Pengaruh Ajaran Tarikatnya Terhadap Aspek Kehidupan Sosial
129
2. Pengaruh Ajaran Tarikatnya Terhadap Aspek Kehidupan Keagamaan
133
Bagian Enam* PENUTUP
137
Daftar Pustaka
40
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
iii
(Bagian Satu PENDAHULUAN Sejak abad ke-14 dan 15 M. orang-orang Islam terns menerus berdatangan ke pantai utara Jawa. Mereka berasal dari Arab,
Persia,
India, Cina, dan dari Samudra Pasai, Malaka. Di samping itu, pedagangpedagang dari Jawa telah mengunjungi pula Malaka dan Sarnudera Pasai. Hubungan para pedagang muslim tersebut tidak hanya di kota pelabuhan di pantai Jawa Timur, seperti Tuban, Gresik dan Sedayu, tetapi juga meliputi kota-kota pelabuhan di pantai utara Jawa Barat, seperti Cirebon, Indramayu dan Banten.
1
Dalam penyebaran agama Islam, Banten mempunyai peranan penting, karena terletak di pesisir pantai selat Sunda yang merupakan pintu gerbang lintas pulau Sumatera dan Jawa. Disamping itu, Banten sudah menjadi pelabuhan kedua dari kerajaan Pajajaran yang tersebar setelah Sunda Kelapa. Pada waktu itu, Banten sudah merupakan pelabuhan pengekspor beras, bahan makanan dan lada.
2
Catatan-catatan sejarah dan peninggalan sejarah berupa batu nisan dari Troloyo, Trowulan dan Gresik menunjukkan awal mula kedatangan islam dan berkembangnya di pantai utara Jawa yang penduduknya masih di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit. Uhat seiengkapnya Uka Tjandrasasmita, The Arrival and Expansion of Islam in Indonesia Relation to South East Asia, dalam International Seminar on Islam in South East Asia, (Jakarta: Lembaga Penelitian IAIN Syarif Hidayatullah, 1986), h. 19. Armando Cortesao, The Suma Oriental of Tome Pires, (London: The HakluyitSociety, 1944), p. 168-169. *Banten Girang (Banten Hulu) terletak 3 Km di sebelah selatan kota Serang sekarang atau sekitar 10 km dari Surosowan, desa Banten sekarang (lokasi penelitian penulis). 1
2
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
1
Posisi Banten yang amat strategis ini, menarik perhatian penguasa Islam di Demak untuk menguasai Banten. Pada tahun 1525-1526 Syarif Hidayatullah berhasil merebut Banten dari pajajaran. Pusat pemerintahan yang semula berkedudukan di Banten Girang*, dipindahkan ke Surosowan (Banten Lama), dekat pantai.
Dilihat dari sudut ekonomi dan politik,
pemindahan pusat pemerintahan ini dimaksudkan untuk memudahkan hubungan antara pesisir utara Jawa dengan pesisir Sumatera sebelah Barat melalui selat Sunda dan selat Malaka. Situasi ini berkaitan pula dengan kondisi politik di Asia Tenggara. Pada masa itu, Malaka telah jatuh dibawah kekuasaan Portugis mengalihkan jalur dagangnya ke selat sunda. Sejak saat itulah makin banyak kapal-kapal dagang yang datang ke Banten.
3
Bedirinya kota Surosowan (desa Banten sekarang) sebagai ibukota kerajaan Banten atas petunjuk Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) kepada puteranya, sultan Hasanuddin yang kelak menjadi sultan Banten yang pertama.
4
Atas penunjukan sultan Demak,
pada tahun 1526 Hasanuddin
diangkat sebagai bupati Kadipaten Banten. Pada tahun 1552 Kadipaten Banten
dirubah
menjadi
negara
bagian
mempertahankan Hasanuddin sebagai Demak
runtuh
dan
diganti
Pajang
Demak
dengan
tetap
sultannya. Ketika kesultanan (1568),
sultan
Hasanuddin
Uka Tjandrasasmita (ed.), Sejarah Nasional Indonesia, III, Jerman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1975), h. 151 * P.A. Hosein Djajadiningrat, Tinjauan Kritis Tentang Sejarah Banten, (Jakarta: Jambatan, 1983), h. 144 3
2
Arfah Shiddiq
memproklamirkan Banten menjadi negara merdeka, lepas dari pengaruh Demak.
5
Sultan Hasanuddin, dalam masa pemerintahannya selama 18 tahun (1552-1570) telah meletakkan fondasi Islam di Banten. Hal ini telah dibuktikan dengan kehadiran bangunan peribadatan berupa masjid dan sarana keagamaan lainnya, seperti pesantren, Kemudian dilanjutkan oleh Mauiana Yusuf, sultan Banten yang kedua (1570-1580) dan sultan-sultan berikutkan. Pada masa Sultan Agung Tirtayasa, sultan Banten yang keenam (1651-1682), Syekh Yusuf tiba di Banten untuk yang kedua kalinya. Syekh Yusuf
(1626-1699) adalah salah seorang ulama yang berasal dari
Makassar, Sulawesi Selatan yang diangkat menjadi mufti kerajaan Banten pada masa Sultan Agung Tirtayasa. Disamping itu, ia juga menjadikan menantu sultan. Selama berada di Banten, Syekh Yusuf mengajarkan pengetahuan agama Islam kepada keluarga sultan dan masyarakat Banten pada umumnya dengan pendekatan komunikasi dakwah. Selain itu, ia juga
mengajarkan tasawuf dan tarikat, diantaranya adalah tarikat
Qadiriyah, Naksyabandiyah, Syattariyah, dan Khalwatiah.
6
Sehubungan dengan urgensi ajaran tasawuf dan tarikat yang diberikan oleh Syekh Yusuf
kepada
masyarakat
Banten,
Tubagus
Rahmatullah Amin berpendapat bahwa: Komunikasi dakwah dalam mengajarkan tarikat inilah yang menyebabkan rakyat Banten pada khususnya semakin kuat aqidah
Lihat Hamka, Sejarah Ummat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), Jilid 3, h. 176 Tujimah, Syekh Yusuf Makassar (1626-1699), Makalah, Disajikan dalam Seminar Sejarah Nasional II, Yogyakarta: Tanggal 27s/d29 Agustus 1970. Lihat juga, A. Makkarausu Amansyah, "Tentang Lontara Syekh Yusuf, Tajul Khalwatiah", Makalah, Disajikan dalam Book Talk. (Ujung Pandang: Perpustakaan UNHAS, 1975), h. 6, t.d. 5
6
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
3
untuk mengusir Belanda dari seluruh daerah di Banten, sehingga beliau bergelar Al Syekh al Haj Yusuf Abu al Mahasin Hidayatullah Taju al Khalwati al Makassari al Bantani.
7
Islam yang pertama kali dibawa ke daerah ini bercorak mistik, di samping corak fiqh dengan orientasi mazhab, suatu gejala umum dari corak Islam yang menyebar ke Timur setelah jatuhnya Bagdad ke tangan Mongol di tahun 1258. Oleh karena itu para masyarakat Banten pada 8
masa itu lebih terfokus dalam mempelajari tarikat dan tasawuf serta fiqh Islam, khususnya mazhab Syafi'i. Dengan demikian uiama-ulama yang lahir di zaman ini umumnya terdiri dari ahli-ahli mistik Islam (tarikat dan tasawuf) serta ulama-ulama fiqh {fuqaha') yang terikat kuat pada sesuatu mazhab. Syekh Yusuf yang lahir pada zaman ini, tidaklah mengherankan jika bidang keahliannya yang menonjoi adaiah fiqh dengan mazhab Syafi'i serta tasawuf dan tarikat. Akan tetapi bidang keahliannya yang belakangan ini lebih popular dibanding bobot keulamaannya dalam bidang fiqh dan pengetahuan keislaman lainnya. Sebahagian besar dari
Rachmatullah Amin, "Banten Dalam Perspektif Sejarah Islam", (Serang: Grafika Populer, 1990), h. 62-63. t.d. Lihat juga Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia, Suatu Aiternatif, (Jakarta: Gramedia, 1982), h. 147 Petarian ummat Islam kepada mistik Islam (tarikat dan tasawuf) erat kaitannya dengan kejatuhan Bagdad. Dengan jatuhnya Bagdad, pusat khilafah Islam hilang dan Ummat Islam dalam kefrustasiannya pergi mencari kedamaian di dunia mistik. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang tinggi yang pernah berkembang pesat di Bagdad tidak sempat menyebar ke Timur oleh karena turut dihancur-leburkan oleh pasukan Mongol. Sementara itu, untuk kasus penyebaran Islam di Indonesia, ada pendapat yang mengatakan bahwa saiah satu faktor kesuksesannya adalah karena cara pendekatan mistik yang dilakukan oleh para ulama dan muballig di kawasan ini, Nampaknya cara pendekatan itu dapat diterima oleh penduduk setempat karena memang mereka telah lama tenggelam dalam pengaruh mistik Hindu dan Jawa, sehingga proses adaptasi dengan mistik Islam tidak mengalami kesulitan, Lihat CA. Qadir, Influence of Muslim Thought on the East" in M.M. Sharif (ed.), A History of Muslim Philosophy, (Wiesbaden: Otto Harrassowitz, 1963), vol. II, p.p. 1411-1412, 7
8
4
Arfah Shiddiq
pengembaraannya
menuntut ilmu
pengetahuan
dihabiskan
untuk
memperlajari dan mengalami aliran-aliran tarikat yang bermacam-macam. Hampir semua aliran tarikat besar waktu itu pernah dipejarinya langsung dari syekh-syekh utamanya. Selain itu, Syekh Yusuf juga tidak lupa memperluas
wawasannya
dalam
ilmu siasat
(politik)
kenegaraan,
pemerintahan dan peperangan. Ha! ini terlihat ketika Syekh Yusuf diangkat sebagai penasehat sultan dalam urusan pemerintahan dan pertahanan negeri, di samping sebagai mufti kerajaan Banten. Karena itu, sikapnya terhadap kaum kolonialis Belanda sangat keras, sebagai ditulis Zuber Usman: Syekh Yusuf bercita-cita supaya Banten dapat menjadi suatu kerajaan besar, sebagai kubu pertahanan Islam di Nusantara
dan
penyiaran ilmu di tanah air serta berusaha untuk menolak dan menentang penjajahan Belanda. Dengan sekuat tenaga dan segala daya upaya beliau berusaha mencari jalan dan membendung keinginan mereka untuk menaklukkan seluruh tanah Jawa.
9
Karena itu, ia dianggap musuh besar oleh pemerintah Belanda di Hindia Timur. la diasingkan ke Ceylon (Srilanka) dan wafat di negeri pengasingannya Afrika Selatan. buah
negeri, yaitu Makassar,
Pada zamannya, ia dikenal pada empat Caylon, Afrika Selatan dan Banten.
Makamnya terdapat di dua tempat, yaitu di Afrika Selatan dan Makassar. Kedua makam tersebut ramai dikunjungi dan diziarahi oleh penduduk setempat sampai sekarang.
Murid-muridnya yang menganut ajaran
tarikatnya terdapat di Sulawesi Selatan dan Banten, menjadi asumsi yang menarik perhatian untuk melakukan penelitian. Lebih lanjut asumsi itu 9
Zuber Usman, "Syekh Yusuf Tajul Khalwatf', Panji Masyarakat, No. 158 (15 oktober, 1974), h.
41
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
5
diperkuat oleh adanya kelompok masyarakat yang tergabung dalam tarikat Khalwatiyah. Tarikat ini mengembangkan doktrin tasawuf tertentu ke dalam masyarakat Islam di Banten, berdampingan dengan kelompokkelompok masyarakat lainnya. Ajaran tasawuf yang disalurkan melalui tarikat dengan komunikasi dakwah telah rnernbentuk pola pikir dan prilaku masyarakat penganutnya yang pada gilirannya dapat mempengaruhi lingkungan sekitarnya sebagai akibat hubungan interaksi diantara mereka. Ajaran yang sudah terbentuk itu mengendap dalam diri dan merupakan inti keagamaan yang memberi corak terhadap perkembangan pemikiran masyarakat dan kebudayaan di Banten. Apabila dikaitkan dengan pribadi Syekh Yusuf, maka ajaran tasawuf dan tarikat yang disebarkan oleh Syekh Yusuf tersebut tidak membawa manusia
menjadi apatis, statis, dan patalistis, Syekh Yusuf tidak
mengajarkan bahwa kehidupan duniawi merupakan biang kekotoran yang harus dijauhi, bahkan sebaliknya ajarannya mendorong manusia supaya manusia bekerja keras dan berprestasi, hal ini terbukti ketika Syekh Yusuf datang ke Banten dengan kerja keras mengarungi samudera yang luas, menyiarkan agama tanpa pamrih dan ikut serta mengangkat senjata bersama rakyat Banten melakukan gerilya menghadapi kompeni Belanda. Terkait dengan ha! tersebut, maka
dalam buku ini
penulis
membahas komunikasi dakwah Syekh Yusuf dalam menyampaikan pesanpesan Islam, khususnya ajaran tasawuf serta konsepsi ajaran tarikatnya serta pengaruh ajaran tarikatnya terhadap masyarakat Banten.
6
Arfah Shiddiq
(Bagian
Sunda
dan
pada
lintasan
jalan
tol
Jakarta-Merak
yang
menghubungkan Jawa dengan Sumatera melalui dermaga feri. Di antara daerah yang berada di wilayah I Banten, desa Banten banyak
memiliki peninggalan sejarah yang berkaitan erat dengan
peninggalan Kesultanan Banten. Sampai sekarang desa ini tetap ramai dikunjungi peziarah dari berbagai daerah utuk mengunjungi tempatternpat bersejarah tersebut. Untuk mengetahui profit desa Banten, berikut ini akan diuraikan keadaan penduduk dan pemukiman, adat istiadat dan berbagai pranata social.
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
7
A. Keadaan Penduduk dan Pemukiman Desa Banten adalah salah satu di antara 11 desa yang berada dalam wilayah Kecamatan Kasemen. Luas desa 496,964 ha, dengan jumlah penduduk tercatat sebanyak 7576 jiwa terdiri dari 3884 orang laki-laki dan 3692 orang perempuan. Keadaan geografis desa Banten terdiri atas 10
dataran
rendah.
Tanahnya
terdiri
atas
areal
persawahan
dan
pertambakan. Sebelum tahun 1978 desa Banten masih merupakan bagian dari desa Kasemen, Kecamatan Kasemen. Setelah berlakunya UU, No.5 tahun 1979, desa Kasemen dipecah menjadi dua desa, yaitu desa Swasembada. Wilayah desa ini terdapat 14 dusun. Dalam kehidupan sehari-hari dusun ini menunjukkan adanya perbedaan sesuai geografis yang mereka tempati. Warga masyarakat yang terletak disepanjang jalan Kabupaten dan pendekatan dengan kota Kecamatan bercorak kekotaan, sementara warga masyarakat yang berdomisili di pinggir pantai bercorak kedesaan pantai. Sebagian besar penduduk yang tinggal di pesisir pantai adalah pendatang, yang mayoritas berasal dari Sulawesi Selatan. Menurut informan,
11
keberadaan etnis Bugis-Makassar
di desa Banten ini
merupakan salah satu pengaruh yang ditinggalkan Syekh Yusuf sejak abad ke-17. Penduduk yang berasal dari etnis Bugis-Makassar meleburkan
diri
dengan
penduduk asli
Banten
ini telah
sehingga
terjadi
pembauran dikalangan mereka. Dilihat dari aspek ini, Syekh Yusuf Sumber: Kantor Kepala Desa Banten, April 1990 Hasan, Petani, wawancara, di desa Banten, tanggal 24 februari 1990 *Karangantu pada abad ke-16 sampai abad ke-19 berperan sebagai bandar pelabuhan internasional yang terkenal dengan nama "Bandar Banten", ramai dipadati berbagai suku bangsa yang melakukan transaksi perdagangan dan tukar menukar barang hasil bumi. Kini telah berubah menjadi pelabuhan nelayan tradisional. 1 0
1 1
8
Arfah Shiddiq
melakukan
pendekatan
komunikasi
antarbudaya
dengan
mempersaudarakan masyarakat Banten dan komunitas Bugis-Makassar. Keberadaan penduduk asli tinggal disepanjang jalan kabupaten dan sebagian besar berbahasa Jawa. Pemukiman penduduk menyebar di 14 dusun diantaranya kebun Demang, Bugis I, Bugis II, Pekapuran
I,
Pekapuran II, Karangantu, Karang Jaya, Kesatrian, Karang Serang I, Karang Serang II, Kabalen Banten, Kebalen Baru dan Pemarican. Penduduk Banten mempunyai tempat tinggal berupa rumah permanen dan panggung.
rumah
Bangunan rumah ini terbuat dari bebagal bahan seperti
dinding dari kayu, seng dan bambu; atap dari seng, bambu atau daun rumbia/ nipah; lantai dari papan dan bamboo. Melihat rumah penduduk yang berjejer sepanjang jalan di desa Banten, yang terbanyak adalah rumah kayu dan selebihnya adalah rumah permanen. Rumah penduduk dibangun di atas pekarangan yang luas. Di bagian depan ditanami berbagai jenis tanaman, sedangkan dibagian belakang dijadikan lokasi pemeliharaan hewan dan kebun. Di samping itu, di bagian belakang pekarangan dibangun pula sumur, yang hampir setiap keluarga memilikinya, kecuali penduduk yang berdekatan dengan aliran sungai, kurang dijumpai sumur dan jamban keluarga.Hal ini mungkin disebabkan mereka lebih senang datang ke sungai mengambi! air dan mencuci daripada ke sumur. Pagar rumah belum umum dipakai, kecuali untuk bagian depan rumah yang menghadap ke jalan raya dan jalan-jalan desa. Alat transportasi penduduk yang utama adalah becak. Angkutan umum berupa mikrolet hanya dipakai untuk angkutan ke luar desa. Selain itu, ada pula penduduk yang menggunakan kendaraan pribadi berupa mobil, sepeda motor, dan sepeda.
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
9
Desa ini mempunyai pelabuhan dilengkapi
sarana dan fasilitas
nelayan
"Karangantu"
seperti bangunan
yang
kantor, tempat
pelelangan ikan, pabrik es, listrik, air bersih dan balai pertemuan nelayan. Disamping itu, desa Banten memiliki kelengkapan bangunan-bangunan peninggalan Kesultanan Banten yang masih berdiri megah di tengahtengah pemukiman penduduk. Bangunan-bangunan tersebut antara lain: Masjid Agung Banten yang kelihatan antik dan unik. Bila diamati 12
secara jelas, arsitekturnya merupakan perpaduan antara arsitektur asing dan Jawa. Hal itu dapat dilihat dari tiang penyangga bangunan yang jumlahnya empat buah terdapat di bagian tengah, mimbar kuno yang terukir indah yang masih digunakan untuk khotbah serta atap masjid yang melingkar berbentuk bujur sangkar, disebut kubah berupa atap ttimpang bertingkat lima. Disela-sela atap tumpang itu ada ruang kosong yang merupakan ventilasi udara, sehingga masjid itu tetap sejuk meskipun tak dipasang kipas angin atau AC (pendingin udara). Di halaman depan masjid terdapat sebuah menara dengan ketinggian 30 m. dan berdiameter 5 m. Di sebelah Selatan masjid terdapat bangunan yang disebut "Tiamah"* yang sekarang digunakan untuk menyimpan benda-benda purbakala. Di sebelah Utara dan selatan Masjid Agung Banten terdapat bangunan bangunan yang menjadi satu dengan masjid. Di dalam bangunan tersebut terdapat makam para Sultan dan keluarganya. Makam Sultan ditutup kain kelambu. Menurut Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
13
Nisan
Oidirikan pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin (1552-1570), kemudian dipugar kembali oleh puteranya, Maulana Yusuf pada tahun 1562 M. Lihat Tb. Rachmatullah Amin, op.cit., h, 76 *Tiamah adalah sebuah tempat yang digunakan oleh para alim Ulama Banten sebagai tempat diskusi soal-soai agama Syarifuddin, guru mengaji, "Wawancara", Banten, tanggal 30 April 1990 1 2
1 3
10
Arfah Shiddiq
Hingga sekarang, para arkeolog masih giat meiakukan penggalian benda-benda
sejarah.
Kegiatan
tersebut mempengaruhi penduduk,
sehingga menimbulkan kesadaran mereka tentang peranan Banten di masa lampau. Dilihat dari segi banyaknya peninggalan benda-benda sejarah, desa Banten sebagai bekas kota kerajaan pantai, sangat potensial bagi pengembangan wisata budaya, karena objek kunjungannya adalah tempat-tempat dan benda-benda yang memiliki nilai sejarah dan wisata rohani, karena objek kunjungannya adalah makam para sultan dan keluarganya, penyebar agama Islam di Banten dan sekitarnya. Para peziarah lebih mengharapkan kepuasan dan kesegaran ketenangan jiwa.
rohani serta
Dengan demikian, penduduk yang tinggal d i desa
Banten dan sekitarnya dapat mengembangkan sektor informal
dalam
upaya menambah pendapatan mereka. B. Adat Istiadat Dalam kehidupan masyarakat Banten berlaku berbagai nilai dan norma yang kemudian merupakan adat istiadat yang mempengaruhi berbagai tindakan sosial yang harus, boleh dan tak boleh dilakukan. M e n u r u t pengamatan, adat istiadat masyarakat Banten masih bertautan erat dengan kelompok muslim tradisional. Hal ini dapat dilihat pada proses sosialisasi terhadap anak yang dilakukan sejak dini, yakni sejak anak dalam kandungan sampai anak masuk sekolah. Ketika anak dalam kandungan orang tuanya meiakukan upacara ngarujaki (7 Bulan). Upacara ini dilakukan sewaktu kandungan berumur tujuh bulan. Maksudnya sebagai simbol tertutupnya kesempatan bagi suami untuk menggauli istrinya. Dalam upacara ini diadakan pembacaan doa dan biasanya juga
12
Arfah Shiddiq
diikuti pembacaan kitab berzanji secara bergilir. Maknanya agar anak 15
yang dikandung lahir dengan selamat tanpa cacat dan kelak menjadi anak yang saleh. Setelah pembacaan doa, air yang dicampur dengan tujuh macam
bunga
dimadikan kepada
wanita yang
mengandung itu.
Sementara suaminya harus disembur oleh istri atau peraji
(dukun
beranak), tang memimpin upacara tersebut Setelah anak lahir, beberapa hari kemudian, yaitu ketika berumur 7 atau 40 hari, diadakan upacara "mahinun" (selamatan atau syukuran). Acara intinya adalah menggunting rambut dan memberi nama si bayi tersebut. Dalam acara ini, terlebih dahulu dibacakan doa kemudian membaca
secar
bergilir
kitab
berzanji.
Saat
itulah
dilakukan
pengguntingan rambut terhadap bayi oleh para sanak keluarga, sesepuh atau tokoh
masyarakat secara bergiliran.
Rambut yang dipotong
ditimbang dengan konsekuensi orang tuanya harus menyediakan emas seberat rambut atau uang seharga emas tersebut untuk dibagikan kepada fakir miskin. Acara syukuran ini sering pula dirangkaikan dengan upacara aqiqah.
Untuk yang terakhir ini dilakukan pemotongan hewan yang
umumnya kambing sebanyak dua ekor jika yang diupacarakan itu anak laki-laki, dan cukup satu ekor kambing bagi anak perempuan. Ketika anak berusia antara 3 sampai 10 tahun diadakan upacara Capitan (khitanan atau sunatan). Sebelum upacara cepitan dilaksanakan, anakitu dipakaikan pakaian adat, kemudian duduk di depan bengkong (dukun sunat). Sementara hadirin mengumandangkan dzikir, dilanjutkan dengan pembacaan doa. Setelah selesai pembacaan doa cepitan pun 1 5
Hasil Pengamatan terlibat terbas, pada bulan April 1990 di Banten.
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
13
dilaksanakan oleh bengkong dengan mempergunakan bambu sebagai aiat penjepit yang diletakkan di atas sepotong batang pisang, lalu menyunat si anak dengan memakai pisau kecil. Bagi orang Banten, upacara ini sangat penting, karena dianggap sebagai masa peralihan dari kanak-kanak ke masa remaja, sekaligus sebagai peresmian pengislaman seorang anak. Pada saat upacara cepitan ini, anak dituntun membaca dua kalimat syahadat
oleh
masyarakat).
kesepuhan
masyarakat
(pemimpin
non
formal
16
Semua upacara yang berkaitan dengan fase-fase kehidupan anak pada masyarakat Banten selalu disertai dengan pembacaan dzikir, berzanji dan doa selamat agar si anak kelak menjadi orang berguna. Tujuan lain agar anak-anak sejak dini sudah mendengar bacaan-bacaan ayat suci AlQ.ur'an, bacaan berzanji yang memuat kisah Nabi Muhammad. Diharapkan dengan sosialisasi seperti itu ajaran agama Islam muiai tertanam di lubuk hatinya. Di balik itu juga, dimaksudkan agar anak-anak tidak diganggu oleh makhluk halus dan roh-roh jahat. Ketika anak menginjak ramaja, kepadanya ditanamkan ajaran-ajaran moral, kejujuran dan saling menghormati. Anak remaja mulai diajak ke tempat
upacar-upacara
tradisi dan
upacara
keagamaan.
Dengan
menghadin upacara-upacara itu, secara tidak langsung anak remaja diajarkan berbagai norma dan tata nilai yang berlaku dalam masyarakat. Bila seseorang (takziyah).
meninggal dunia, diadakan upacara kematian
Biasanya yang memimpin upacara ini adalah kesepuhan
masyarakat bersama dengan aparat penghulu desa dan dusun. Setelah 1 6
14
Hasil Pengamatan terlibat terbatas, pada bulan April 1990 di Banten.
Arfah Shiddiq
mayat dimandi dan dikafani, dilakukan penyembahyangan di masjid, kemudian diantar kepemakaman diiringi dengan bacaan dzikir. Sebelum mayat dimasukkan di liang lahat, dibacakan adzan. Selesai penguburan diadakan pembacaan talkin. Upacara tersebut dinamai "nyusur tanah" (upacara hari kematian). Dirumah duka diadakan malam tahlilan sampai hari ketiga (tiluna) atau sampai hari ketujuh {nujuh hari). Kemudian berturut-turut diadakan tahlilan pada hari ke-40 (matang puluh), hari ke 100 (natus) dan ulang tahun kematian (mendak
taun).
17
Selain itu, masyarakat Banten masih kuat memegang konsep harga diri.
Bila kita amati konsep tersebut terlihat
bahwa nilainya itu
menyangkut harga diri setiap individu. Dengan adanya pengertian harga diri seperti yang dikemukakan di atas maka setiap
orang selalu
mempertahankan harga dirinya, dan harga diri seseorang selalu diamati oleh lingkungan keluarga atau kerabatnya. Menurut Kepala Desa Banten, ada dua aspek yang selalu dianggap harga diri dalam masyarakat Banten, pertama masalah perempuan, yakni hubungan di luar seksual di luar ikatan nikah. Kedua memukul seseorang dengan telapak tangan yang mengenai bahagian muka atau kepala. Kedua aspek tersebut sangat peka sekali, dan bisa mengakibatkan pertumpahan darah. Meskipun peristiwa ini terjadi dikaiangan keluarga atau kerabat sendin namun efek sampingannya akan membawa pembunuhan. Bila seseorang terlibat kasus harga diri, maka seseorang harus menebusnya dengan pembunuhan, bila tidak demikian maka keluarga
Hasil Pengamatan terlibat terbatas, pada bulan April 1990 di Banten. Cf. Arnold van Cennep, The Rites of Passage, (Chicago: The University of Chicago Press, 1968), p. 3-4
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
15
atau anggota kerabat yang lain akan bertindak untuk membunuh seseorang yang telah berbuat salah tersebut. Kasus semacam
ini sering terjadi dalam masyarakat
Banten
pendatang terutama yang berhubungan dengan pergaulan muda mudi yang melanggar norma agama dan norma adat, hal ini dapat dilihat setiap peristiwa hubungan seksuil diluar nikah akan mengakibatkan siri'. Siri* itu bukan saja menyangkut salah seorang yang berbuat maksiat akan tetapi nenurut
adat
kedua-duanya
akan
diancam
dengan
hukuman
pembunuhan. C. Pranata Sosial di Banten 1. Sistem Kekerabatan dan Pelapisan Sosial Sistem
kekerabatan warga masyarakat
Banten sama
halnya
dengan orang Bugis-Makassar (perantau) yaitu bersifat bilateral atau parental. Garis keturunan ditarik dari pihak ayah dan ibu. Dalam masyarakat ini, hubungan antara individu selalu dikaitkan dengan kekerabatan. Pertalian kekerabatan dapat dilihat dalam
konsep
biologis dan perkawinan. Biologis merupakan pertalian darah, yang menghubungkan seseorang dengan keluarga di mana ia dilahirkan dan diasuh. Sedangkan perkawinan individu secara kerabat.
Ikatan ini
bukan saja antara suami istri, tetapi juga hubungan antara keluarga masing-masing. Sistem kekerabatan juga berfungsi sebagai sarana untuk mengikat individu-individu ke dalam kelompok sosial. Di Banten seorang anak dipandang sebagai keturunan dari kedua orang tuanya. Sehingga anak tersebut mempunyai hubungan kekerabatan melalui kedua orang tua,
16
Arfah Shiddiq
cucu, saudara, paman, tartte, dan lainnya. Tapi yang tergolong dalam keluarga batih hanya suami istri dan anak. 2. Perkawinan dan Siklus Rumah Tangga Perkawinan di dalam suatu masyarakat tidak dapat dilepaskan dari struktur masyarakat secara keseluruhan, sebab perkawinan merupakan salah satu pranata sosial, sebab perkawinan akan menghasilkan suatu bentuk keluarga dan hubungan kekerabatan. Sehubungan dengan itu dalam
masyarakat terdapat peraturan-peraturan yang mengatur
perkawinan serta semua aspeknya. Perkawinan diselenggarakan apabila anak dianggap telah baligh (dewasa). Di kalangan bangsawan pemilihan jodoh masih ditentukan oleh orang tuanya sejak dini. Hal ini dimaksudkan agar stratifikasi sosialnya tetap dapat dipertahankan. Bagi orang kebanyakan pemuda bebas memilih jodoh. Jika seorang pemuda telah menentukan pilihannya, orang tuanya mengunjungi orang tua si gadis, yang disebut neundeun omong (menaruh kata). Selama periode ini kedua belah pihak saling mengamati atas prinsip "babat, bibit,
bobof'
19
Apabila ketiga prinsip di atas tidak terpenuhi, dapat menyebabkan gagalnya perjodohan tersebut. Sebaliknya, jika telah terjadi kecocokan, dilanjutkan dengan pelamaran oleh pihak keluarga pemuda. Biasanya yang ditunjuk untuk melamar adalah orang yang pandai mengucapkan kata-kata secara puitis dan terpandang di masyarakat. Dalam upacara
1 9
Babat adalah penelaahan status sosial kedua calon tersebut. Bibit adalah penelaahan kepada
kedua calon dari segi keturunannya. Bobot artinya penelaahan kepada kedua calon yang berkenaan dengan pribadi, pekerjaan dan kehidupan sehari-hari.
20
Arfah Shiddiq
ini ditetapkan hari, bulan, dan tahun yang baik untuk pernikahan. Hal ini dimaksudkan demi keselamatan dan kebahagiaan mereka kelak dalam kehidupan rumah tangga. Sesuai aqad nikah, mempelai pria diarak keliling desa diiringi pembacaan salawat, kemudian langsung diantar ke rumah mempelai wanita. Sebelum masuk ke rumah mempelai wanita terlebih dahulu diadakan
upacara
"buka pintu", yakni pengiring mempelai pria
disambut oleh keluarga mempelai wanita. Kedua belah pihak saling melontarkan
syair-syair
Arab
yang
diambil dari kitab brazanji.
Disamping itu, diadakan pula upacara nyawer (pemberian nasehat dan doa kepada kedua mempelai) atas nama kedua orang tua kedua mempelai. Tiga hari setelah hari pernikahan dilanjutkan dengan upacara memandikan pengantin. Upacara ini dilaksanakan di rumah pengantin perempuan yang dihadiri oleh keluarga dari kedua belah pihak, masingmasing pengantin dimandikan oleh orang tuanya atau
keluarga
terdekat. Pada saat mandi, pengantin memakai pakaian lengkap dan setelah mandi nantinya semua pakaian yang dipakai adalah untuk yang memandikan. Upacara berikutnya mengantar pengantin laki-laki ke rumah pengantin wanita bersama pengantin laki-laki ke rumah orang tuanya untuk bermalam selama tiga malam. Dari uraian terdahulu dapat disimpulkan bahwa perkawinan pada dasarnya merupakan urusan kerabat atau keluarga, akan tetapi juga merupakan urusan yang bersifat perorangan, oleh karena dengan berlangsungnya
perkawinan akan terbentuk suatu keluarga atau
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
21
kebutuhan, tetapi setelah ia tidak kuasa bekerja maka anak pula yang bertanggung jawab, meskipun dasar kebendaan seperti tanah berasal dari orang tua, namun semua penghasilan serta pendapatan dikuasai oleh anaknya. Siklus rumah tangga adalah merupakan siklus kehidupan bersama menuju titik akhir, di mana proses aiamiah akan menimpa setiap keluarga dengan arti kata, individu yang membina kehidupan bersama itu berangsur-angsur pudar, dikarenakan meninggalnya salah seorang diantara suami istri. Suami atau istri yang ditinggalkan, akan dirawat atau diurus oleh anak yang tinggal bersamanya. Dalam siklus ini harta benda keluarga telah dibagi-bagikan kepada anak, baik kepada anak laki-laki maupun kepada anak perempuan, besar atau kecil pengoperan harti ini tergantung daya serap keluarga iti pada masa sebelumnya. Menurut informan,
23
dalam siklus kehidupan rumah tangga terjadi
pembagian tugas antara suami dan isteri, namun keduanya mempunyai hak yang sama dalam kehidupan keluarga. 3. Pendidikan Sebelum
masyarakat Banten mengenal lembaga pendidikan
formal, berupa sekolah rakyat (sekolah dasar, pen.), di Banten sudah dikenal
system
pendidikan
pesantren
(tradisional).
Pendidikan
Pesantren ini telah berlangsung sejak masa kesultanan banten. Sirajuddin, Wawancara di Banten, tanggal 7 April 1990 *Kepekihan diambil dari toponomis kata "pekih" [pqh) yaitu salah satu bidang studi dalam Islam yang mempelajari Hukum-hukum Allah tentang perbuatan seorang mukhallaf, mengenai wajib, haram dsb. Yang dapat dipahami dari Al-Qur'an dan al-Sunnah. Tiap sultan diakui sebagai kepala agama di dalam wilayah, maka lembaga-lembaga keagamaan mendapat pengakuan penuh sebagai agama resmi negara. Jabatan ketua Mahkamah Agung dipegang oleh seorang ulama yang biasanya dibubuhkan kata "fakih"di depan namanya. 2 3
26
Arfah Shiddiq
Oleh karena Itu, tidaklah mengherankan jika pada masa itu terdapat kampung "Kepekihan"* yang merupakan pusat kegiatan pendidikan agama Islam (semacam perguruan tinggi Islam, pen.). Salah seorang alumnusnya, yang kemudian terkenal sebagai seorang ulama terkemuka asal kampung Tanara Tirtayasa, Nawi al-Bantani. Karyakarya tulisnya dicetak di dalam dan diluar negeri. Hingga sekarang buku-bukunya dibaca dan dipelajari oleh kalangan ulama Banten Khususnya, Indonesia umumnya. Berikut nama-nama ulama seperti K.H. Asnawi Caringin Labuan, K.H. Akhmad Khatib, yang kemudian menjadi residen Banten pertama, dan Brigjen K.H. Syam'un, bupati Serang pertama setelah kemerdekaan. Pendidikan formal dalam bentuk sekolah dasar mulai dikenal pada tahun tigapuluhan dan hanya terbatas kepada anak-anak bangsawan dan penguasa. Rakyat kebanyakan kurang diperhatikan. Akibatnya masih ada diantara penduduk yang buta huruf latin. Hal ini dapat dilihat ketika berkomunikasi dengan mereka, ada diantara kpenduduk yang kurang mampu berbahasa Indonesia dan menulis huruf latin. Beberapa tahun terakhir ini perkembangan pendidikan generasi muda sudah agak baik. Ini berkat adanya kesadaran warga masyarakat, hai ini dapat dilihat hampir semua anak, yang berusia tujuh tahun keatas memasuki sekolah dasar atau
madrasah ibtida'iyah. Untuk
menampung motivasi warga masyarakat
pemerintah membangun
gedung sekolah dasar disetiap desa, Di Banten terdapat 4 buah gedung sekolah dasat yang tersebar di 14 dusun. Disamping itu terdapat pula tiga buah madrasah ibtida'iyah swasta, tsanawiyah dan aliyah masingmasing sebuah, dan satu buah taman kanak-kanak.
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
27
Dalam
masyarakat
Banten
proses
sosialisasi tehadap
anak
dilakukan dalam keluarga sejak dini. Pendidikan budi pekerti salah satu bentuk proses sosialisasi dalam lingkungan keluarga. Dalam
hubungan dengan
mempunyai
kedudukan
kegiatan proses
yang
terhormat
belajar ini, guru
dalam
masyarakat.
Pengaruhnya sangat besar, sehingga ucapan, gagasan dan tindakannya dijadikan pedoman dan pola tingkah laku dari masyarakat yang ada disekitarnya. Mereka berada di tengah-tengah masyarakat sebagai panutan dan sering menjadi sumber legitimasi atas berbagai masalah yang terjadi dalam masyarakat. 4. Ekonomi Bercocok
tanam merupakan
mata pencaharian
utama
bagi
penduduk Banten di samping nelayan. Bagi petani yang bersawah siklus bercocok tanam bergantung kepada musim hujan, yang sangat menentukan
Dalam
penyekapan
tanah
persawahan.
Meskipun
derdapat pengairan tehnis di desa ini, namun tidaklah dapat mengairi areal persawahan penduduk yang luas. Hal ini mungkin disebabkan irigasi membendung air sungai tidak begitu besar, pada musim kemarau tidak memenuhi fasilitas yang ada, sehingga hanya sebagian sawah penduduk yang dapat diairi. Penyekapan tanah pertanian dan bercocok tanam dua kali dalam satu tahun. Tahap pertama pada bulan Nopember dan Desember dan tahap kedua bulan Maret dan April. Untuk menyesuaikan siklus bercocok tanam dengan keadaan, petani mempergunakan bibit unggul, bibit ini berumurtiga bulan dari penyekapan sampai panen.
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
29
Bagi petani yang tidak memiliki tanah sawah, biasanya menggarap sawah orang lain dengan sistem bagi hasi. Menurut peraturan yang berlaku di desa ini separuh untuk menggarap separuh untuk sipemilik tanah, rnengenai bibit ditanggung oleh sipenggarap. Mengenai pupuk ditanggung secara bersama. Penggarap mungkin diberi kesempatan buat tahun berikutnya bila hasil panen baik, akan tetapi bila hasil produksi kurang baik maka penggarap tidak diberi kesempatan buat tahun berikutnya. Dalam penyekapan tanah persawahan umumnya dilakukan oleh laki-laki
sejak menyemai bibit sampai
kepada
memungut hasil
produksi. Menurut beberapa informan, dalam siklus bercocok tanam wanita tidak ikut bekerja, karena pekerjaan seperti ini dianggap pekerjaan berat, yang tidak pantas dikerjakan oleh kaum wanita. Keadaan seperti ini telah berlangsung semenjak generasi terdahulu. Tapi beberapa tahun terakhir ini terjadi perobahan, di mana wanita telah ikut bekerja membantu suami diwaktu memungut hasil panen, bahkan ada sebagian wanita ikut serta membantu suami mencari nafkah seperti berdagang, dan pekerjaan lainnya. Sedangkan masa silam wanita hanya mengurus rumah tangga serta mengasuh anak. Perubahan
ini
dikarenakan
perkembangan
ekonomi
serta
mendesaknya kebutuhan, wanita berusaha membantu suami mencari nafkah demi kesejahteraan kehidupan rumah tangga. Bila dilihat dari komposisi penduduk, maka mata pencaharian dapat dikategorikan sebagian petani, nelayan, buruh, pedagang, dan pegawai negeri. Dari berbagai jenis pekerjaan tersebut terlihat jumlah petani merupakan
bagian
terbesar
dari
komposisi
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
mata
pencaharian
31
penduduk Banten. Meskipun sebagian besar penduduk petani, namun tingkat
perekonomiannya
sudah
agak baik,
ini berkat
adanya
bimbingan dari pemerintah dalam bidang siklus bercocok tanam, sehingga penduduk telah dapat meningkatkan produksi pertaniannya, bahkan lahan pertanian dapat diolah dua kali dalam satu tahun. Dengan adanya peningkatan disektor pertanian ini maka penduduk meningkatkan taraf hidup, bahkan bagi petani yang tidak mempunyai tanah persawahan dapat meiakukan bagi hasil terhadap tanah petani kaya, dan sekurang-kurangnya dapat menerima upah dari hasil panen bagi petani kaya. Dengan meningkatnya usaha tani di Banten, maka kehidupan warga masyarakatnya sudah agak baik, hal ini dapat dilihat dalam kehidupan rumah tangga terdapat berbagai jenis perabot rumah tangga, bahkan ada
sebagian
mempunyai kebdaraan bermotor.
Walaupun hal ini tidak terdapat di semua rumah tangga, namun telah dapat menggambarkan tingkat perkembangan ekonomi penduduk Banten beberapa tahun terakhir ini. Di Banten terdapat berbagai jenis kendaraan bermotor seperti Truk, Mobil Kijang, Mobil Suzuki. Dan Honda. Perabot rumah tangga TV, Radio, Traktor Huller, dan Mesin iistrik. Dalam meiakukan kegiatan pertanian, umumnya
masyarakat
Banten mengadakan berbagai upacara, mulai turun ke sawah yang akan ditanami padi dipotong, bahkan sampai padi dinaikkan ke dalam lumbung. Upacara ini berupayabaca doa, berzanji secara bergiliran
32
Arfah Shiddiq
(syarkahan), dan berzikir. Upacara ini dimasudkan agar alam tetap terjaga kelestariannya dan manusia dapat memanfaatkannya. Dengan umumnya
demikian, perekonomian masyarakat dan
kegiatan
pertanian khususnya,
26
desa
Banten
secara
abstraksi
menganut pola integrasi kegiatan ekonomi yang bersifat normatif, yakni kegiatan tersebut mempunyai makna yang sejalan dengan nilainilai agama yang dianutnya. Demikian pula terlihat adanya saling ketergantungan fungsional antara kegiatan pertanian dengan kegiatankegiatan sosial lainnya. 5. Agama dan Kepercayaan Penduduk desa Banten mayoritas beragama Islam yaitu sebanyak 7568 (99,89%). Sisanya menganut agama Kristen katolik dan Budha sebanyak 8 orang.
27
Penganut agama non Islam dapat dipastikan
adalah pendatang. Orang Banten pada umumnya adalah penganut agama Islam yang fanatik. Bagi mereka, agama merupakan salah satu identitasnya. Manakala disebut sebagai orang Banten, maka dapat dipastikan sebagai pemeluk agama Islam. Untuk menunjang suasana kehidupan beragama, maka sarana keagamaan yang terdapat di desa ini adalah ; masjid sebanyak 4 buah, langgar 9 buah, dan sebuah wihara. Ini berarti bahwa setiap dusun terdapat sebuah rumah ibadah. Sesaat menjelang masuk waktu shalat, semua masjid dan langgar mengalunkan bacaan ayat-ayat suci al-
Hasil Pengamatan terlibat terbas, pada bulan April 1990 di Banten. Sumber: Kantor Balai Desa Banten, April 1990
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
33
qur'an, ada yang suara langsung dan ada pula dari kaset, kemudian diikuti dengan pembacaan shalawat dan adzan. Penyeleggaraan shalat berjamaah cukup ramai, terutama pada waktu maghrib dan isa, kaum muslimin dan muslimat berbondongbondong mengunjungi masjid dan langgar. Pada tempat-tempat ibadah tersebut diselenggarakan
pula pendidikan baca-tulis al-Qur'an di
samping ceramah-ceramah agama. Khusus di masjid Agung Banten, jamaahnya bukan saja masyarakat desa Banten, tetapi juga dari daerah-daerah sekitarnya, seperti Jakarta, Bekasi, Tangerang
dan
Bogor. Mereka datang ke mesjid Agung Banten sambil ziarah ke makam para sultan.
28
Sarana keagamaan lainnya yang menunjang tumbuh suburnya kehidupan beragama adalah melalui sarana pendidikan Agama. Di Desa Banten terdapat tiga buah pondok pesantren; yaitu pesantren alInayah, pesantren Maulana Hasanuddin, dan pesantren Musyarat alMutakallimin. Selain itu terdapat pula madrasah tingakat ibtidaiyah tiga buah, tsanawiyah dan Aliyah masing-masing sebuah. Pesatnya pertumbuhan dan perkembangan agama di tengah-tengah masyarakat desa Banten bukanlah hal yang baru bagi mereka, sebab sejak zaman kesultanan Banten pendidikan agama Islam mendapat prioritas utama, berikut penghargaan
yang tinggi terhadap para alim ulamanya.
Keadaan seperti ini dapat dilihat misalnya pada masa sultan Agung Tirtayasa (1651-1682), ia memperkuat negerinya dengan menjadikan negeri itu cenderung kepada ajaran Islam. Untuk itu, ia mengangkat Syekh 2 8
34
Yusuf
sebagai
muftinya,
penasehat
sultan
dalam
Hasan, Wawancara, di Banten, tanggal 7 April 1990
Arfah Shiddiq
bidangkeagamaan.
Keikut sertaan Syekh Yusuf dalam mengikuti
perkembangan di negeri itu sehingga iapun diangkat sebagai penasehat pemerintah. Sultan Agung Tirtayasa dan Syekh Yusuf sama-sama bercita-cita untuk menjadikan Banten sebagai satu kerajaan yang berstatus
pemerintahan
Islam.
Sultan
Agung
Tirtayasa
sangat
terpengaruh oleh ajaran Syekh Yusuf, sehingga kecintaannya terhadap Islam semakin mendalam. Pewarisan
nilai-nilai agama dalam masyarakat
desa Banten
nampaknya berlangsung sepanjang hayat, yaitu semenjak seseorang dapat
berhubungan
dengan
orang lain sampai
akhir
hayatnya.
Pewarisan nilai agama tersebut berlangsung dalam dua bentuk, yaitu secara langsung melalui tatap muka dengan para ulama, muballigh dan guru agama. Secara tidak langsung melalui pembacaan kitab-kitab atau buku-buku agama, baik yang ditulis oleh ulama Banten sendiri maupun yang ditulis oleh para cendikiawan Muslim lainnya. Simbol-simbol keislaman dapat diamati pula di rumah-rumah penduduk. Mereka senang memasang tulisan-tulisan kaligrafi al-Qur'an atau gambar-gambar masjid, khususnya masjid haram di Mekkah dan mesjid IMabi di Madinah. Memakai peci hitam merupakan kebiasaan penduduk dan dianggap sebagai sirnbol keislaman seseorang. Dalam praktek kehidupan sehari-hari, masyarakat Banten selalu mengaitkan upacara-upacara
daur hidup sebagai sirnbol upacara
keagamaan, seperti upacara kelahiran, perkawinan dan sebagainya. Demikian pula dalam prilaku mereka sehari-hari, apabila bertemu satu sama lain mereka mengucapkan salam keislaman dan berjabat tangan.
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
35
(Bagian Tiga KOMUNIKASI DAKWAH DAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA MASYARAKAT BANTEN A. Pola Komunikasi Dakwah Syekh Yusuf Syekh Yusuf mengkomunikasikan ajaran Islam, khususnya ajaran tasawuf dan tarikat kepada masyarakat Banten melalui dakwah dalam berbagai bentuknya. Secara lebih operasional, dakwah yang dilakukan 29
Syekh Yusuf adalah mengajak atau mendorong masyarakat Banten kepada tujuan yang definitif yang rumusannya bisa diambil dari al-Qur"an dan Hadits, atau dirumuskan oleh Ulama, sesuai dengan ruang lingkup dakwahnya. Dakwah ditujukan kepada manusia, sementara manusia bukan hanya telinga dan mata tetapi makhluk yang berjiwa, yang berfikir dan merasa, yang bisa menerima dan bisa menolak sesuai dengan persepsinya terhadap dakwah yang diterima. Sebagai peristiwa komunikasi, aktivitas dakwah dapat menimbulkan berbagai peristiwa di tengah masyarakat, peristiwa yang harmoni, yang menegangkan, yang kontroversiai, bisa juga melahirkan berbagai pemikiran, baik pemikiran yang moderat maupun yang ekstrem, yang sederhana maupun yang rumit, yang parsial maupun yang konprehensif.
Dakwah bil Lisan, dakwah bil Kitabah, dan Dakwah bil Hal.
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
39
7"eryemo/jnyo: "Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika
mereka berpegang
kepada tali (agama) Allah dan tali
fperjanjian)
dengan manusia, dan mereka kembali
mendapat
kemurkaan
dari Allah dan mereka diliputi kerendahan.
yang
demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan rnembunuh para Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas." Dalam
Interaksi
antara
Da'i
dan
Mad'u,
Da'i
dapat
menyampaikan pesan-pesan dakwah (mated dakwah), melalui alat atau sarana yang ada. Komunikasi dalam proses dakwah tidak hanya ditujukan untuk memberikan pengertian, mempe-ngaruhi
sikap,
membina hubungan sosial yang baik, tapi tujuan terpenting dalam berkomunikasi adalah mendorong obyek dakwah (Mad'u) untuk bertindak melaksanakan ajaran agama dengan memberikan
pengertian-pengertian,
terlebih dahulu
mempengaruhi
sikap,
dan
membina hubungan baik. Dalam mengolahnya, psikologi Personal.
proses
bagaimana
menyimpan, dan
komunikasi
disebut
Jalaluddin
Mad'u
menerimsa
menghasilkan
sebagai sistem
Rakhmat
informasi,
informasi komunikasi
memandang
dalam
dalam Intra proses
penyampaian pesan dakwah melalui media baik cetak maupun
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
42
tujuan ketiga komunikasi dakwah itu sendiri mencakup dua tujuan diatas sampai pada tujuan akhir dimana adanya kebahagiaan di dunia dan akhirat. 3. Model Komunikasi Syekh Yusuf dalam Penyampaian Dakwah Model dakwah dengan lisan [Dakwah billisan) Metode dakwah dengan lisan {billisan), maksudnya dengan kata-kata yang lemah lembut, yang dapat difahami oleh mad'u, bukan dengan kata-kata yang keras dan menyakitkan hati melalui tiga metode: a. Metode dakwah Bil Hikmah. Dakwah bil Hikmah Yakni menyampaikan dakwah dengan cara yang arif bijaksana, yaitu meiakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.
@ Jjjjl^iSL jLLcl ytij ^j-Ly., ^ J^i? iyJ ^ i t l
(iijj 5i
Terjemahnya: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik ...."(Q.S. An-Nahl 16:125).
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
43
b. Metode Dakwah bil Mauidhatil Hasanah Metode
ini diterapkan Syekh Yusuf
untuk
menyeru
atau
mendakwahi orang-orang awam, yaitu orang yang belum dapat berfikir secara kritis atau ilmu pengetahuannya masih rendah. Mereka pada umumnya mengikuti sesuatu tanpa pertimbangan terlebih dahulu dan masih berpegang pada adat istiadat yang turun temurun.
Kepada mereka ini Syekh Yusuf menyampaikan
materi dakwah yang mudah dipahami dan disampaikan dengan bahasa
yang
sederhana
sehingga
mudah
dimengerti oleh
masyarakat Banten. c. Metode Dakwah Mujadalah al-Lati Hiya Ahsan Metode dakwah mujadalah berbicara
sebatas
konsep,
mengaplikasikannya
melalui
al-lati
hiya ahsan,
namun petunjuk
Syekh
tidak
hanya
Yusuf
telah
al-Qur'an
dalam
melaksanakan dakwah Islam. Syekh Yusuf bertukar fikiran atau berdiskusi secara baik dengan masyarakat dalam menyampaikan ajaran tarikat dan tasawuf. Dengan metode mujadalah dia telah bersifat aplikatif sebagaimana dua metode sebelumnya {hikmah dan maw'izhah al- hasnah). Ketiga metode inilah yang dipraktekan oleh Syekh Yusuf dalam mengembangkan ajaran Islam kepada masyarakat Banten. 4. Urgensi Komunikasi dan Dakwah Bertitik tolak dari firman Allah dalam Q.s An-Nahl ayat 125 bahwa ada tiga metode dalam berdakwah yaitu Hikmah, Mauidzah Hasanah, dan Mujadalah. Ketiga metode tersebut menunjukkan keurgenan dakwah
44
Arfah Shiddiq
apalagi jika
dihubungkan dengan firman Allah dalam Q.S Ali-lmran
3:104 sbb:
Terjemahnya: "£>on hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menysru kepoda kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung." Ayat tersebut menunjukkan urgensi dakwah islamiyyah dalam kehidupan sehari-hari. Apabila dikaitkan dengan urgensi komunikasi dalam dunia dakwah, ini berarti bahwa peranan komunikasi begitu signifikan dalam dunia dakwah. Hal ini dikarenakan salah satu cara yang banyak digunakan dalam usaha dakwah ialah melalui komunikasi efektif, sehingga pokok atau tujuan dakwah sesuai dengan apa yang diharapkan. Maksudnya, ada kesesuaian pemahaman antara mubaligh atau penyampai dan mustami' atau pendengar. Kecakapan seseorang dalam berkomunikasi menentukan sejauh mana wawasan pengetahuan yang dimiliki oleh orang tersebut. Orang yang luas wawasan pengetahuan dan pergaulannya cenderung mudah meiakukan komunikasi, adaptasi, dan sosialisasi. Sebaliknya orang yang sempit baik wawasan pengetahuan maupun pergaulannya cenderung sulit dalam menyampaikan suatu ide atau gagasan apalagi ketika ia bersosialisasi dengan orang lain.
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
45
Menurut Beach dalam Moekijat bahwa urgensi komunikasi dapat dilihat dari fungsi komunikasi tersebut, dimana fungsi komunikasi ialah: menyampaikan informasi pengetahuan dari satu orang kepada orang lain,
sehingga akan
terbentuk tindakan kerjasama, membantu,
mendorong dan mengarahkan orang-orang untuk meiakukan sesuatu. Komunikasi membentuk sikap dan menanamkan kepercayaan untuk mengajak, meyakinkan, dan mempengaruhi perilaku.
31
Dari uraian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa komunikasi dakwah yang disampaikan Syekh Yusuf pada masyarakat Banten membawa kesejukan
sehingga ajaran tasawuf dan tarikat tertanam pada
masyarakat dan berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. B. Komunikasi Antarbudaya pada Masyarakat Banten Pelabuhan Karangantu Banten pada abad ke-16 sampai abad ke-19 berperan sebagai bandar pelabuhan internasional yang terkenal dengan nama "Bandar Banten",
ramai dipadati berbagai suku bangsa yang
meiakukan transaksi perdagangan dan tukar menukar barang hasil bumi sehingga
masyakatnya
plural.
Kondiasi
ini
hyang
menyebabkan
komunikasi antrabudaya menjadi sebuah kebutuhan. Komunikasi antarbudaya adalah dua buah kata yang
apabila
dimaknai secara terpisah memiliki arti yang berbeda yaitu komunikasi dan budaya, namun kedua kata tersebut memiliki keterkaitan yang sangat erat , bahkan kajian ilmu sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi 32
31
Beach dalam Moekijat, "Personnel The Management People at Work", 1993, h. 7
Lihat Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya (Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 8. 3 2
46
Arfah Shiddiq
itu mempunyai hubungan timbal balik bagaikan dua sisi dari satu mata uang yang tidak terpisahkan. Budaya menjadi bagian dari periiaku komunikasi, dan pada giliranya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya.
33
Oleh karena
itu, agar tidak terjadi kekeliruan mendefinisikan komunikasi antarbudaya, maka berikut ini penulis menguraikan pengertian komunikasi dan budaya secara terpisah. Secara "Communis"
leksikal yang
komunikasi
berasal
dari
bahasa
artinya membuat kebersamaan
kebersamaan antara dua orang atau lebih,
34
latin
atau
yaitu
bangunan
atau menurut Alo Liliweri,
komunikasi berasal dari kata "communicate" yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan,
35
atau dalam kamus bahasa Inggris disebut
"communication" yang artinya hubungan.
36
Dari pengertian leksikal tersebut, dapat dipahami bahwa komunikasi merupakan jalinan hubungan dan kebersamaan antara dua orang atau lebih untuk menyampaikan pendapat, gagasan, pikiran, baik secara verbal maupun non verbal. Secara terminologi, dikemukakan oleh para ahli komunikasi, antara lain diungkapkan oleh Stewart L. Tubb bahwa komunikasi adalah proses pertukaran makna di antara dua orang atau lebih.
37
Atau proses
Deddy Mulyana dan Jaialuddin Rahman, Komunikasi Antarbudaya, Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Bedaya, (Cet. V; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. vi Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Cet. V; Jakarta RajaGrafindoPersada, 2004), h. 18 Alo Liliweri, KomunikasiAntarpribadi (Cet. II; Bandung; Citra Aditya Bakti, 1997), h. 3 John Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Cet. XXIV; Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 131 Stewart L. Tubb-Sylvia Moss, Human Education yang diterjemahkan oleh Dedy Mulyana dan Gemberasari (Cet. Ill; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 5. 3 4
3 5
3 6
3 7
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
47
pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku,
38
yang pada gilirannya
akan tercipta kesamaan persepsi tetang apa yang dikomunikasikan. Hal ini senada dengan pendapat D. Lawrence Kincaid mengatakan
bahwa
komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk dan meiakukan pertukaran informasi dengan satu sama lain yang pada gilirannya akan tiba saling pengertian yang mendalam.
39
Onong Uchjana juga memberikan batasan pengertian komunikasi bahwa komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai panduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi,
kepercayaan,
harapan,
imbauan, dan
sebagainya
yang
dilakukan seseorang kepada orang lain baik langsung secara tatap muka maupun tidak langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, tindakan atau prilaku.
40
Selain itu, Walstrom juga memberikan batasan tentang pengertian komunikasi yaitu: a. Komunikasi merupakan pertukaran pesan-pesan secara tertulis dan lisan melalui percakapan, atau bahkan melalui penggambaran yang imajiner. b. Komunikasi merupakan pembagian informasi atau pemberian hiburan melalui kata-kata secara lisan atau tertulis dengan metode lainnya. c. Komunikasi merupakan pengalihan informasi dari seseorang kepada orang lain.
Ami Muhammad, Komunikasi Organisasi (Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 4-5 Hafied Cangara, op.cit., h. 19 Onong Uchjana, Kamu Komunikasi (Cet. I; Bandung: Mandar Maju, 1989), h. 50
48
Arfah Shiddiq
disebut komunikator), apa yang dibicarakan (pesan), dan siapa yang mendengarkan (komunikan). Ketiga
unsur
yang
42
dikemukakan,
Jane
Pauley
mencoba
membandingkannya dengan menjadikan syarat utama dalam
proses
komunikasi, karena apabila salah satu dari ketiga unsur tersebut hilang atau tidak maksimal maka, harapan atau tujuan komunikasi tidak akan tercapai bahkan akan mengalami kegagalan. Selanjutnya dia katakan bahwa komunikasi merupakan transmisi informasi, transmisi pengertian dengan menggunakan simbol-simbol yang sama.
43
Selain itu, sebuah definisi juga dikemukakan oleh kelompok sejarah komunikasi
yang
mengkhususkan
diri
pada
studi
komunikasi
antarmanusia (human communication) bahwa: "Komunikasi
adalah
menghendaki
suatu
orang-orang
transaksi, mengatur
proses
simbolik
lingkungannya
mengadakan hubungan antara sesama manusia melalui
yang dengan
pertukaran
informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, serta berusaha merubah sikap dan tingkah laku itu."*
4
Theodornosen
juga memberikan batasan
tentang
berupa penyebaran informasi, ide-ide, sikap-sikap,
komunikasi
atau emosi dari
seorang atau kelompok kepada yang lainnya terutama melalui simbolsimbol.
45
tersebut
Pada prinsipnya, apa yang tidak jauh
beda
dengan
apa
dikemukakan yang
telah
Theodornosen dikemukakan
sebelumnya, bahwa komunikasi itu merupakan proses hubungan antara Hafied Cangara, Op.cit., h. 21 Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya, op.cit, h. 7 /tod., h. 19 Ibid.
4 2
4 3
44
4 5
50
Arfah Shiddiq
perasaan dari seorang komunikator kepada komunikan atau lebih melalui media-media tertentu untuk menciptakan kesepahaman
dan saling
pengertian antara satu dengan yang lainnya sehingga dapat terjadi umpan balik terhadap pesan-pesan yang disampaikan. Budaya secara etimologi berasal dari bahasa sangsakerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi, yang berarti "budi" atau "akal" . Kebudayaan itu sendiri diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan 50
dengan budi atau akal. Istilah Culture, merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata "colere" yang berarti "mengolah
atau mengerjakan", yaitu dimaksudkan
kepada
keahlian mengolah dan mengerjakan tanah atau bertani. Kata colere yang kemudian berubah menjadi culture diartikan sebagai "segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mnegubah alam" Secara terminologi,
budaya
adalah
suatu
51
cara
hidup
yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
52
Kebudayaan juga merupakan
tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama,
53
atau pandangan hidup dari sekelompok orang dalam
bentuk prilaku, kepercayaan nilai dan simbol-simbol yang mereka terima tanpa sadar/tanpa dipikirkan yang semuanya diwariskan meiaiui proses komunikasi dan peniruan dari satu generasi kepada generasi berikutnya.
54
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Cet. VIII; Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 18 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi {Cet. II; Jakarta: Universitas, 1965), h. 77-78 Stewart L. Tubs St Sylvia Moss, Human Communication Konteks-konteks Komunikasi (Cet. II; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 237 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rahman, op.Cit., h. 18. Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya (Cet. I; Yogyakarta: LKiS, 2003), 5 1
5 2
5 3
5 4
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
53
Berangkat dari defenisi tersebut maka, budaya adalah kompleksitas dari tata cara hidup manusia yang meliputi berbagai lini dalam kehidupannya baik tata cara berkomunikasi,bertingkah laku, berpakaian, makan-minum serta berinteraksi antara satu dengan lainnya sesuai dengan
situasi sosiografi dan kultural yang melingkupinya, sebab
lebudayaan terbentuk sebagai hasil dari kesepakatan bersama dalam memberikan persepsi terhadap interaksi baik antarindividu maupun terhadap lingkungan sosial tempat manusia tersebut hidup dan tinggal. Oleh karena itu, jika pengertian komunikasi dan budaya dipadukan maka pengertian komunikasi antar budaya sebagai dikemukakan oleh Alo Liliweri adalah: a. Komunikasi antarbudaya adalah pernyataan diri antrapribadi yang paling efektif antara dua orang yang saling berbeda latar belakang budaya. b. Komunikasi antrabudaya merupakan pertukaran pesan-pesan yang disampaikan secara lisan, tertulis bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar belakang budaya. c. Komunikasi antarbudaya merupakan pembagian pesan yang berbentuk informasi atau hiburan yang disampaikan secara lisan atau tertulis atau metode iainnya yang diiakukan oleh dua orang yang berbeda latar belakang budayanya. d. Komunikasi antrabudaya adalah pengalihan informasi dari seorang yang berkebudayaan tertentu kepada seseorang yang berkebudayaan lain. e. Komunikasi antarbudaya adalah pertukaran makna yang berbentuk sirnbol yang dilakukan seorang melalui saluran tertentu kepada orang
54
Arfah Shiddiq
lain yang keduanya berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan menghasilkan efek tertentu. f. Komunikasi antrabudaya adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan atau perasaan diantara mereka yang berbeda latar belakang budayanya. Proses pembagian informasi itu dilakukan secara lisan dan tertulis, juga melalui bahasa tubuh, gaya atau tampilan pribadi, atau bantuan hal lain di sekitarnya yang memperjelas pesan.
55
Dari definisi yang dikemukakan oleh Alo Liliweri tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses pertukaran pikiran, gagasan,
perasaan yang disampaikan melalui media-media
tertentu, baik verbal maupun non verbal atau melalui lisan maupun tulisan antara orang-orang dengan budaya yang berbeda. C. Banten sebagai Masyarakat Multikultural Dalam
kamus
besar
Bahasa
Indonesia
disebutkan
bahwa
masyarakat adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan dan aturan tertentu.
56
Masyarakat adalah
sekumpulan orang-orang yang satu sama lainnya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Smith, Stanley dan Shores berpendapat bahwa masyarakat adalah suatu kelompok Individu-individu yang terorganisasi serta berfikir tentang diri mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda. Sedangkan menurut Stephen K. Sanderson dalam bukunya Makro Sosiologi menyebutkan bahwa masyarakat adalah mahluk sosial Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya, op.cit., h. 9-10. W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia {Cet. VIII; Jakarta: PN Balai Pustaka, 1985), h. 636. Uhat juga Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III (Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 721 5 6
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
55
Oleh
karena
itu,
masyarakat
multikultural yang mengedepankan
Banten
adalah
masyarakat
sikap toleransi dan tenggang rasa,
saling menghormati, saling menjunjung tinggi sistem nilai yang mereka yakini dalam mengatur kehidupan mereka meskipun hidup dalam komunitas yang berbeda. D. Proses Komunikasi Antarbudaya pada Masyarakat Multikultural 1. Inters ksi Sosial Manusia merupakan makhluk sosial yaitu makhluk yang dalam hidup dan kehidupannya membutuhkan interaksi dengan yang lainnya. Manusia senantiasa beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan sosial
dan
lingkungan
geografisnya.
Interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan atau interaksi antrapribadi, antarkelompok, dan antar pribadi dan kelompok.
62
Interaksi dapat terjadi kapan dan dimana saja, baik
sesama manusia maupun kepada makhluk-makhluk lainnya termasuk alam di mana kita berada. Saat orang saling menegur, saling melempar senyum, bahkan berkelahi sekalipun merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial yang satu sama lain akan berdampak pada sikap dan psikologisnya. Interaksi sosial terjadi tidak hanya dengan penggunaan simbol-simbol verbal ataupun nonn verbal saja misalnya dengan menggunakan bahasa lisan atau isyarat, akan tetapi lebih jauh, bagaimana menimbulkan responrespon positif maupun negatif kepada yang meiakukan interaksi
Soejono Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar (Cet. XXXV; Jakarta: PT. RajaGRafindo Persada, 2003), h. 61 6 2
58
Arfah Shiddiq
tersebut. Sebagaimana diungkapkan Soekanto bahwa saat interaksi sosial terjadi akan menyebabkan perubahan-perubahan sikap dan perasaan serta syaraf-syaraf orang-orang yang bersangkutan oelh karena adanya stimulus. Oleh karena itu, interaksi sosial tidak akan 63
mungkin terjadi apabila manusia mengadakan hubungan langsung dengan sesuatu yang sama dan tidak berpengaruh terhadap sistem syarafnya sebagai akibat dari hubungan yang dimaksud.
64
Menurut Soekamto ada dua syarat yang harus dipenuhi dalam suatu interaksi sosial yaitu, adanya kontak sosial, dan komunikasi. 2. Kontak Sosiai Kontak sosial secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak sosial baru terjadi apabila adanya hubungan fisikal, namun sebagai gejala sosial, kontak sosial tidak dikatakan berlangsung apabila terjadi hubungan hanya secara fisik saja, akan tetapi orang dapat
berhubungan
tanpa
harus
saling
bersentuhan,
misalnya
berbicara dengan orang lain baik secara langsung berhadap-hadapan maupun dengan menggunakan teknologi seperti telepon, telegraf, radio, surat, televisi, internet dan sebagainya.
65
Menurut Bungin, kontak sosial dapat berlangsung dalam lima bentuk, antara lain: a.
Dalam bentuk proses sosialisasi yang berlangsung antara pribadi orang perorang.
6 3 6 4
6 5
ibid. Ibid., h. 63 Ibid., h. 63
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
59
b. Antara orang per-orang dengan suku kelompok masyarakat atau sebaliknya. c. Antara kelompok masyarakat dengan kelompok masyrakat lainnya dalam sebuah komunitas. d. Antara orang per-orang, kelompok, masyarakat dan dunia global, di mana kontak sosial terjadi secara simultan di antara mereka.
66
Dalam konteks masyarakat multikultural di mana telah terjadi keragaman dan perbedaan-perbedaan di dalam masyarakat baik suku, budaya, bahasa, dan agama, kontak-kontak sosial antara satu sama lain tidak mungkin terhindarkan, baik antara orang per-orang, antara perorangan dengan kelompok tertentu, bahkan antara kelompok dengan latar belakang budaya yang berbeda. Apabila proses intaraksi dan syarat-syarat interaksi sosial dilihat dalam konteks masyarakat Banten yang multikultural, tentunya sangat diperlukan untuk menciptakan kesepahaman, kerjasama dan saling pengertian antara satu sama lain dalam masyarakat yang memiliki latar belakang
budaya
missunderstanding
yang
berbeda,
sehingga
tidak
dalam komunikasi antarbudaya.
terjadi
Salah satu
penyebab terjadinya kesenjangan dalam masyarakat yang memiliki perbedaan
budaya, suku, dan agama,
akibat
komunikasi yang
tersumbat, tidak berjalan secara efektif, karena masing-masing di antara mereka yang telibat dalam komunikasi tidak ada saling memahami bahkan ada kecenderungan menilai orang lain berdasarkan budayanya sendiri. Pada saat seperti ini mereka terjebak pada sikap etnosentris dan streotip di mana menganggap suku ataupun agama
60
Arfah Shiddiq
mereka sebagai ukuran atau representatif dari suku lain begitupun sebaliknya
sehingga proses
interaksi pun tidak berjalan secara
maksimal bahkan gagal. Dalam kondisi seperti ini akan melahirkan individu-individu maupun kelompok-kelompok sosial yang arogan, esklusif terhadap individu maupun kelompok lain karena masingmasing mempertahankan diri dan kelompoknya serta tidak mau mangalah.
Oleh
karena
itu, dengan
komunikasi
yang
efektif
memungkinkan tercipta hubungan kerjasama yang baik dan harmonis antara orang-per-orangan atau antara kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki latar belakang perbedaan baik suku, budaya, maupun agama. 3. Hubungan Antarbudaya pada Masyarakat Banten. Multikulturalisme adalah sebuah idiologi tentang keberagaman yang rnengakui nilai-nilai perbedaan budaya dalam masyarakat tanpa dimonopoli oleh suatu masyarakat tertentu terhadap masyarakat yang lain, atau menghargai perbedaan-perbedaan budaya yang terjadi di dalam
masyarakat
dengan
rnengakui
kebudayaan yang berbeda-beda i t u . Masyarakat
Banten
tidak
penyetaraan
derajat
dari
67
bisa
dipisahkan
dengan
realitas
keragaman baik budaya, suku, bahasa dan agama. Masyarakat yang terdiri dari berbagai macam budaya, suku,, bahasa, dan agama tersebut memiliki pola-pola hubungan interaksi yang oleh Gillin dan
Munawar Aziz, Indonesia Multikultural; yemerrfefcqgn/?/.(htft)://www.mail.arctiivexom/wonebanten(Svahoc^
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
Refleksi
61
Tahun
61
Gilling disebut proses assosiatif.
Berikut ini akan kita bahas bentuk-
bentuk hubungan antarbudaya dalam masyarakat multikultrual secara assosiatif dan disosiatif. a. Asosiatif Asosiatif adalah hubungan kerjasama antar perseorangan dan antara perseorangan dengan kelompok atau komunitas masyarakat yang memiliki
perbedaan latar belakang budaya. Hubungan-
hubungan ini dapat bersifat kerjasama dan akomodasi: 1) Kerjasama, kategori ini merupakan yang terpenting dalam hubungan interaksi sosial dalam masyarakat. Kerjasama timbul karena adanya kesamaan persepsi, kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok. Dalam konteks masyarakat multikultural kerjasama ini sangat diperlukan untuk membangun hubungan yang terpolarisasi antara kelompok suku dan budaya yang berbeda sehingga mampu menciptakan sebuah hubungan kesetaraan, sikap saling menghargai antara satu sama lain. 2) Akomodasi adalah Sebuah bentuk atau proses kerjasama yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat, dimana kerjasama tersebut dibingkai oleh nilai dan norma sosial. Orientasi dari proses kerjasama ini adalah menjadi mediasi yang menyatukan Proses assosiatif adalah suatu proses yang terjadi di dalam masyarakat manuju kepada integrasi sosial, yang termasuk dalam proses ini antara lain; Kooperating, akomodatif, asimilasi, dan amalgamasi, sementara yang dimaksud proses disosiatif adalah suatu proses yang terjadi dalam masyarakat menuju kepada disintegrasi sosial melalui proses kompetisi/persaingan, konflik, dan kontravensi. Lihat J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan (Cet. II; Jakarta: Kencana, 2006), h. 57-71.., lihat juga Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar, op.cit., h. 70-104. 6 8
62
Arfah Shiddiq
kesamaan-kesamaan yang
dimiliki oleh setiap
orang
atau
kelompok suku. Dengan
demikian, potensi terjadinya konflik
sosial
sosial
dan
konfrontasi
dapat
diminimalisir
bahkan
dihilangkan sehingga akan terbentuk sebuah jalinan kerjasama yang akomodatif. b. Disosiatif Suatu proses interaksi yang terjadi dalam masyarakat menuju kepada
dinamisasl
dan
dlslntegrasl
sosial
melalui
proses
kornpetisi/persaingan, konflik, dan kontravensi. Hubungan ini lahir karena adanya pertentangan dan perbedaan yang sulit untuk konversi atau ditemukan titik konvergensinya. Hubungan disosiatif ini merupakan anatonim dari hubungan interaksi sosial asosiatif.
69
Menurut Abulsyani pola interaksi sosial yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat, dapat diklasifikasikan
ke dalam empat
macam, yaitu: 1} Kerjasama. Ini merupakan bentuk interaksi sosial yang paling lazim
ditemukan
dalam
masyarakat.
Kerjasama
timbul
disebabkan oleh adanya kesamaan misi dan visi untuk mencapai suatu tujuan, selain itu, kerjasama juga timbul karena adanya self interest (kepentingan pribadi) pada masing-masing individu. Menurut Colly dalam Abulsyani kerjasama dalam masyarakat adalah sesuatu yang sangat urgen dan signifikan bagi kontinuitas kehidupan sosial. Kerjasama dapat mengakselerasi tercapainya sesuatu dan terpenuhinya keinginan, dibandingkan harus bekerja Lihat J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Ibid, dan lihat juga Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar, Ibid. 6 9
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
63
sendiri. Hal yang paling pentingdalam membangun kerjasama adalah kesadaran, kejujuran, kepercayaan, dan saling memiliki. 2)
Kompetisi. Kompetisi atau persaingan adalah sebuah bentuk hubungan interaksi sosial yang lazim ditemukan pada masyarakat kompetitif. Hubungan ini muncul disebabkan oleh kepentingan pribadi dan sense of egoism (rasa keakuan). Misalnya persaingan yang banyak adalah dalam dunia prolitilk praktis, ekonomi atau bisnis, pendidikan, dan mode.
3)
Konflik. Konflik adalah sebuah bentuk interaksi sosial yang timbul disebabkan oleh kompetisi yang tidak sehat, dendam, perbedaan emosi, self interest dan social interest (Kepentingan pribadi dan kepentingan sosial) yang berbeda. Hubungan interaksi sosial dalamm
bentuk
konflik
tidak
selamanya
menimbulkan
konsekuensi negatif, pada kondisi tertentu konflik menimbulkan sesuatu yang positif. Misalnya konflik argumen dalam seminar dapat menghasilkan
dendam dan menylut api permusuhan
antara orang yang berkonflik, apabila argumen mereka telah keluar dari koridor ilmiah. Selain itu, pada dimensi tertentu pertentangan argumen bermanfaat bagi pengembangan dunia akademis dan daya analisis seseorang. Konsekuensi positif dan negatif yang ditimbulkan oleh konflik tergantung kepada; kondisi emosional
subjek
dipertentangkan.
yang Konflik
berkonflik akan
dan
berakibat
objek positif
yang apabila
pertentangan yang terjadi tidak berlawanan arah dengan polapola interaksi dalam sturktur sosial. Sebaliknya, konflik akan
64
Arfah Shiddiq
berakibat negatif apabila pertentangan yang terjadi berlawanan arah dengan pola-poia interaksi dalam struktur sosial. 4) Akomodasi. Akomodasi adalah suatu bentuk hubungan interaksi sosial yang juga lazim ditemukan dalam kehidupan masyarakat. Akomodasi merupakan suatu bentuk kerjasama yang lahir dari sebuah
proses sosial yang panjang. ibarat sebuah tangga,
akomodasi
adalah tingkatan tertinggi dari sebuah konflik.
Akomodasi muncul dari adanya proses penyesuaian dua buah atau lebih kekuatan yang seimbang. Akomodasi muncul dalam bentuk singkronisasi dan kompromi.
70
Melalui proses interaksi tersebut, masyarakat akan mengalami perubahan-perubahan secara dinamis dan konstruktif menuju sikap dan
prilaku yang terpolarisasi sehingga
mampu menciptakan
hubungan dan kerjasama yang harmonis, saling menghargai satu sama lain, namun pada sisi lain melalui proses itu pula suatu masyarakat akan sampai kepda keadaan yang disintigratif. Kedua proses inilah akan selalu mewarnai pola-pola hubungan antarbudaya dalam masyarakat multikultural. Bedasarkan teori evolusi, masyarakat dalam proses dinamikanya akan menuju pada suatu keadaan yang ekuivalen (keseirnbangan). Untuk sampai kepada keadaan tersebut tentunya memerlukan pola-pola hubungan yang akan mengatur hubungan antara satu masyarakat dengan masyarakat lain yang memiliki latar belakang perbedaan baik suku, budaya, dan agama.
Abulsyani. 2002. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara).
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
65
(Bagian <Empat RIWAYAT HIDUP DAN PERJUANGAN SYEKH YUSUF A.
Riwayat Hidup Syekh Yusuf. Syekh Yusuf adalah seorang ulama termansyur dari Makassar yang
telah memberikan andil terbesarnya pada kesultanan Banten Banten di masa pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa (1651-1682), sultan Banten keenam. Selain ahli dalam hukum agama, tasawuf dan tarikat, ia terkenal pula sebagai ahli politik dan peperangan. la bergelar "Al-Syekh al-Haj Yusuf Abu al-Mahasin Hidayatullah Taj al-Khalwati al-Makassari alBantani."
86
Nama kecilnya Muhammad Yusuf. Nama tersebut diambil berkah dari nama Nabi Yusuf yang terkenal rupawan, memiliki kesempurnaan jiwa dan rohani serta akhlak yang tinggi.
87
Gelar "syekh" adalah merupakan gelar tradisi ahli tasawuf yang menunjukkan bahwa ia telah diizinkan oleh gurunya untuk mengajarkan tarikat kepada orang Iain. Gelar "al-haj'"'sebagai symbol bahwa ia teiah menunaikan ibadah haji. "Abu al-mahasin" adalah gelar yang biasanya diberikan kepada orang yang sudah berusia lanjut, yang memiliki berbagai macam
kabajikan
atau
sebagai
penghormatan karena
senantiasa
meiakukan amal saleh. Gelar "hadiyatullah" menunjukkan bahwa Syekh
8 7
Tb. Rachmatullah Amin, Op.cit., h. 63 Uhat Hamka, Dari Perbendaharaan Lama, (Medan: Cv. Maju, 1963), h. 38)
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
73
bersama bersama dua orang hamil atau lebih dalam sebuah rumah adalah pamali atau pantangan keras. Setelah Syekh Yusuf lahir di istana Raja Tallo, barulah ia bersama ibunya dipindahkan kembali ke Gowa, dididik dan dibesarkan di istana Raja Gowa bersama putera-puteri raja. Perbedaan tempat kelahiran Syekh Yusuf
menyebabkan timbulkan
beberapa versi mengenai asal usul keturunan Syekh Yusuf. Menurut catatan Ligtvoet, dengan menunjuk kepada laporan De Haas (1691), Syekh Yusuf berasal dari lingkungan keluarga bangsawan Gowa. Dari garis ibunya, ia masih saudara Raja Karaeng Bisei (1674-1677) dan Raja Gowa Sultan 'abd al-Jalil (1677-1709).
92
Christian
Pelras
menyebut bahwa Syekh Yusuf adalah anak Syekh Khaedir dari Binamu. Khaedir
yang dimaksud dalam hal ini adalah perwujudan dari Nabi
khaedir. Pendapat ini sejalan dengan tulisan Nuruddin Daeng Magassing 93
yang mneyebut bahwa ayah Syekh Yusuf mempunyai keanehan-keanehan daiam kehidupan sehari-hari, seperti ketika berjalan, kakinya terkadang tidak sampai berpijak di tanah. Hal ini Nampak tatkala ayah Syekh Yusuf bersama isterinya menghadap untuk memenuhi panggilan Raja Gowa, ditinggalkannya isterinya di istana raja, kemudian pergi meninggalkan istana. Pada saat itu raja berseru kepada penjaga istana: "Dia (ayah Syekh Yusuf, pen.) bukanlah orang biasa, dia adalah Nabi Khaedir yang menampakkan dirinya (ikutilah dan lihat keadaannya), maka diikutiliah keluar sampai ke pintu gerbang istana, tiba-tiba orang itu menghilang dari
A.A. Cense, op. cit, p. 51 Christian Pelras, "Religion, Tradition and Dynamics of Islamization in South Sulawsi", dalam: Archipel, 29,1985, P. 134 9 3
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
75
pandangan orang yang mengikutinya dan tidak diketahui kemana arah »94
perginya. Sementara itu, A. Makkarausu Amansyah menganggap pendapatpendapat tersebut di atas sebagai cerita yang dibuat-buat untuk menambah kebesaran Syekh Yusuf. Sebab menurutnya ayah Syekh Yusuf bukan seorang keturunan bangsawan dan bukan pula perwujudan Nabi Khaedir. Syekh Yusuf adalah anak dari perkawinan antara seorang lelaki tua dengan puteri "gallarrang" (Kepala desa) Moncong Loe. 95
96
Dengan demikian, terjadinya perbedaan pendapat dikalangan penulis sejarah tentang asal usul keturunan Syekh Yusuf, karena setiap penulis hanya bertolak dari satu sember saja. Mereka tidak mengadakan perbandingan antara sumber-sumber historiografi tradisional dengan sumber-sumber kontemporer Belanda serta mencoba mengadakan rekonstruksi dari geneologi Gowa, yang menganggap Syekh Yusuf adalah anggota keluarga ,
9 7
Terlepas benar atau tidaknya Syekh Yusuf sebagai keturunan bangsawan, A.A. Cense mengatakan, tidak memastikannya sebagai
Nuruddin Daeng Magassing, Riwayat Tuanta Salamaka Syekh Yusuf (Makassar; Volksdrukkrij, 1933), h. 12-15 Dalam lontara diceritakan bahwa lelaki tua yang dimaksud tidak diketahui namanya, dia adalah manusia biasa, seorang petani yang rajin dan bersungguh-sungguh manunaikan kewajibannya. Pinangannya diterima oleh gallarang Moncong Loe karena Kebaikan budinya. Ketika san isteri menghamilkan Syekh Yusuf, sang ayah meninggalkannya. Sejak itu, ayah Syekh Yusuf hilang dari sejarah dan tidak pernah lagi disebut-sebut. Syekh Yusuf besar dan termansyhur namanya bukan karena keturunannya (bangsawan atau Nabi Khaedir), tetapi karena kealimannya, keluasan ilmunya dan dedikasinya terhadap masyarakat dan negara dalam melawan kompeni Belanda. Lihat selengkapnya A. Makkarausu Amansyah, Op.cit., h. 4-5 Ibid. Taufik Abdullah, Catatan Editor pada A.A. Cense, "Pemujaan Syekh Yusuf di Sulawesi Selatan," dalam Taufik Abdullah (ed.), Sejarah Lokal di Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1985), Cet. Ke-2, h.234 9 4
9 5
9 6
9 7
76
Arfah Shiddiq
keturunan bangsawan.
98
Hal ini terlihat ketika gallarang Mangasa
menyampaikan pinangan Syekh Yusuf kepada puteri Raja Gowa, I Sitti Daeng Nisanga. Ketika itu, Raja Gowa menolak secara halus pinangan Syekh Yusuf dengan perkataan: "Tamasalai, naiyajiya antu ataya, ata tonjiya, naiya nikanaya karaeng, karaeng tonjiya." (Tidak ada salahnya, tetapi
hamba
itu tetap
hamba
dan
adapun
raja,
tetap
raja
juga)." Pernyataan Raja Gowa ini menunjukkan bahwa Syekh Yusuf 99
bukan dari golongan lapisan bangsawan. Setelah pinangannya ditolak, Syekh Yusuf pun meninggalkan gowa menuju lijung Pandang. Kepergian Syekh Yusuf ke Ujung Pandang menyebabkan raja merasa kehilangan terhadap seorang yang memiliki akhlak yang tinggi dan ilmu pengetahuan keislaman yang mendalam. Karena i t u , raja mencoba meninjau kembali kebijaksanaannya dengan memerintahkan kepada gallarrang Mangasa dan gallarang Tombolo membuka Lontara untuk melihat kemungkinannya orang kebanyakan memperistri orang yang lebih tinggi strata sosialnya.* Ternyata di dalam "Lontara"** dijumpai pernyataan sebagai berikut: "Tallu sipa' namakkulle tauwa ambaineangi irateanna. Uru-runa panritai,
makaruanna
barani,
makatalluna
namakulle natimbangi ribalanja butayya."
kalumannyangi
(Ada tiga hal yang
A. Makkarausu Amansyah, loc.cit. *Etnis Makassar mengenal lima macam stratifikasi sosial (pelapisan sosial), yaitu golongan "Karaeng" (Bangsawan), "tupanrita" (ulama), "tukalumannyang" (orang kaya), "tubiasa" (orang kebanyakan) dan "ata" (hamba). ** Orang Bugis-Makassar sejak lebih kurang abad ke-15 sudah menulis sejarahnya dalam lontara, khususnya adalah "lontara bilang" (catatan harian) dan "lontara-attoriolong"(catatan silsilah). Lontara-lontara itulah antara lain dapat dipergunakan untuk memberikan gambaran tentang zaman lampau itu. Dalam tulisan-tulisan lontara itu, agama Islam mendapat tempat yang sangat besar. Sejarah perkembangan Islam diceritakan secara panjang lebar. Malahan berbagai ajaran Islam dituliskan dalam konteks cerita sejarah juga.
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
77
membolehkan
orang
kebanyakan
memperistri orang
yang
diatasnya. Pertama, ia seorang ulama, kedua ia gagah berani, ketiga ia mampu membelanjai negara).
100
Dengan demikian, Raja Gowa pun merestui perkawinan puterinya dengan Syekh Yusuf. Nampaknya pendapat terakhir yang menunjukkan bahwa Syekh Yusuf berasal dari golongan orang kebanyakan lebih dapat diterima. Syekh Yusuf terangkat derajatnya ke atas (Setingkat dengan golongan
bangsawan),
karena
kemampuan
pribadinya yang
tekun
menuntut ilmu, sehingga ia dikenal sebagai tupanrita (uiama). Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam AI-QUr'an yang artinya: "....Allah
akan
meninggikan
orang-orang
yang
beriman
dan
orang-orang
yang
ilmu
pengetahuan
antaramu
beberapa derajat
diberi
di
"(Al-Mujaadalah/58:11).
B. Pendidikan dan Penggambarannya Menuntut iimu Sejak
kecil
Syekh
Yusuf
sudah
menampakkan
tanda-tanda
kecintaannya kepada ilmu pengetahuan keislaman, sehingga dalam waktu yang relatif singkat ia telah berhasil menamatkan AI-QUr'an 30 juz. Pendidikan AI-QUr'an ini diperoleh atas bimbingan I Daeng Ritasammeng. Selanjutnya
ia belajar ilmu bahwu, sharaf dan mantik, kemudian
meningkat ke ilmu bayan, ma'ani dan balaghah. Dengan menguasai '"'ilmu alat" ia mampu mempelajari kitab-kitab fiqh, tafsir, hadist dan ilmu tasawuf.
101
Ilmu
yang
terakhir
ini
nampaknya
lebih
menarik
perhatiannya.* A. Makkarausu Amansyah, loc.cit. Lihat Hawash Abdullah, op.cit., h. 61 * Ajaran Tasawuf diperkirakan masuk ke Sulawesi Selatan sejak Abdul Jawad Khatib Bungsu Datok ri Tiro menyiarkan Islam di daerah ini. Syekh Yusuf yang lahir 21 tahun setelah Islam diterima 1 0 1
78
Arfah Shiddiq
Dalam "lontara" disebutkan, yang mula-mula memperkenalkan dan mengajarkan Ilmu tasawuf kepadanya adalah datuk ri Panggentungan dan lomo' ri Antang. Bersama kedua gurunya ini, Syekh Yusuf meiakukan perjalanan ke desa-desa, menjelajahi daerah-daerah pegunungan, hingga suatu saat mereka bertemu dengan seorang wali di puncak gunung Bawakaraeng.**. Melalui wali (yang tidak disebut namanya) ini, Syekh Yusuf memperoleh tambahan ilmu tasawuf. Selanjutnya wali itu berpesan agar Syekh Yusuf melanjutkan penggambarannya menuntut ilmu dan menunaikan ibadah haji di tanah suci Mekkah. Oleh karena itu, sekembalinya ke istana, Syekh Yusuf selalu gelisah, sebab merasa bahwa ilmu pengetahuan yang dimilikinya belum memadai, meskipun orang lain memandangnya sebagai seorang ulama. Atas restu raja
dan
pembesar
kerajaan
berlayarlah
Syekh
Yususf
dengan
meninggalkan pelabuhan Tallo (Ujung Pandang ) pada tanggal 22 September 1645 dengan menumpang kapal dagang Portugis menuju Banten. Perjalanan ini tercatat sebagai perjalanan perdana Syekh Yusuf meninggalkan kota kelahirannya, dalam rangka memperluas wawasannya dan sekarang menunaikan rukun Islam yang kelima.
103
Sebagaimana diketahui bahwa sejak awal abad ke-14 orang BugisMakassar* telah mengadakan kontak dagang dengan berbagai daerah di sebagai agama kerajaan, kiranya ajaran tasawuf lebih sesuai dengan pribadinya. Meskipun ia juga tidak mengabaikan ilmu-ilmu keislaman lainnya sebagaimana diuraikan sebelumnya. "Hingga kini di Sulawesi Selatan masih terdapat kelompok masyarakat yang percaya bahwa baik ke puncak gunung Bawakaraeng pada hari raya Idul Adha sama pahalanya dengan naik haji ke Mekkah. Tahun 1987 sejumlah penganut kepercayaan ini terkulai dan meninggal dalam perjalanan menuju puncak gunung Bawakaraeng diserang hawa dingin yang mencekam. Lihat Nuruddin Dg. Magassing, op.cit, h.20 Hawash Abdullah, op.cit., h. 62. Bandingkan dengan A. Ligtvoet, op.cit, h. 90 *Dalam "Negara Kertagama" pujangga Prapanca menyebut Sulawesi sebagai salah satu tempat yang disinggahi armada Majapahit di abad ke-14. Orang-orang Majapahit terkesan dengan kecekatan dan keberanian pelaut Bugis-Makassar mengarungi Samudera Indonesia. 1 0 2
1 0 3
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
79
Nusantara, khususnya daerah Banten ini, sehingga kehadiran Syekh Yusuf yang pertama kali ini di Banten mendapat sambutan yang baik dari masyarakat. Bahkan ia dihormati dan disegani karena ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Selama berada di Banten Syekh Yusuf memanfaatkan waktunya belajar dan mengajar. Dalam kesempatan itu pula Syekh Yusuf berkenalan dan mengikat tali persahabatan dengan putera mahkota kerajaan Banten, Abu al-Fathi abdul Fattah yang kelak menjadi Sultan Banten keenam. la kemudian lebih dikenai dengan nama Sultan Agung Tirtayasa. Meskipun Syekh Yusuf telah menjalin hubungan yang akrab dengan masyarakat Banten, terutama dengan putera mahkota, namun hasrat dan cita-citanya untuk memperdalam ilmunya di berbagai negeri serta menunaikan ibadah haji di tanah suci Mekkah tetap menjadi prioritas utamanya. Karena itu, dengan sangat berat putera mahkota melepas Syekh Yusuf meninggalkan Banten.
104
Dari Banten Syekh Yusuf melanjutkan pengembara-annya ke Aceh dan bertemu dengan Syekh Nur al-Din al-Raniri.*Melalui Syekh al-Raniri ia mempelajari
tarikat
Qadariyah
dan
berhasil
memperoleh ijazah.
Kemudian Syekh Yusuf melanjutkan perjalanannya ke Yaman. Di Yaman ia menemui Syekh Abdullah Muhammad Abd al-Baqi' dan menerima tarikat Naqsyabandiyah. Disamping itu, ia juga menerima ijazah tarikat al-Sa'dat al-Ba'lawiyat dari Sayyid Ali di Zubaid Yaman. Selanjutnya ia ke Mekkah menunaikan ibadah haji, kemudian ke Madinah al-Munawwarah untuk berziarah
ke
makam
Rasurullah
Saw.
dan
sekaligus
menambah
* Lihat Hawash Abdullah, op.cit, h. 64 *Syekh Nur al-Din al-Raniri adalah salah seorang ulama besar dan mufti kerajaan Aceh. la hidup pada masa pemerintahan Sultanah Ratu Taj al-Alam Syufiatuddin Syah, puteri Iskandar Muda Mahkota Alam Syah (1641-1675), janda almarhum Iskandar Tsani. 10
80
Arfah Shiddiq
pengetahuan yang telah diperolehnya. Oi Madinah ia berguru pada Syekh Burhan al-Din al-Milla ibn Syekh Ibrahim al-Kurani al-Madani dan menerima ijazah tarikat Syattariyat. Selanjutnya Syekh Yusuf ke negeri Syam (Damaskus). Disanalah ia memperoleh ijazah tarikat Khalwat dari Syekh Abu al-Barakah Ayub ibn Ahmad ibn Ayyub al-Khalwati al-Quraisy, imam masjid Syekh al-Akbar Muhi al-Din ibn 'Arabi. Ulama inilah yang member gelar Syekh Yusuf Taj al-Khalwati Hadiyatullah.
105
Hampir semua aliran tarikat besar waktu itu pernah dipejarinya langsung dari Syekh-Syekh utamanya. Bahkan, Seiain mendaiami keiima tarikat sebagai tersebut di atas, ia pun pernah mempelajari tarikat-tarikat; Dasuqiyat,
Syaziliyat,
Hasyitiyat,
Rifa'iyat,
al-ldrusiyat,
Ahamadiyat,
Suhrawardiyat, Maulawiyat, Kubrawiyat, Madariyat, Makhdumiyat.
106
Uraian di atas menunjukkan bahwa pengetahuan tarikat yang telah dikaji oelh Syekh Yusuf cukup banyak, bahkan mungkin sukar mencari ulama yang mempelajari demikian banyak tarikat serta mengamalkannya seperti dia, baik pada masanya maupun masa kini. Hal lain yang tidak kurang pentingnya, bahwa Syekh Yusuf seiain mendaiami berbagai aliran tarikat, ia juga menguasai urusan kenegaraan dan peperangan. C.
Aktifitas dan Perjuangannya di Banten Syekh
Yusuf
kembali
ke
menggembara
selama kurang
memperdalam
ilmu
berbagai
Gowa
(Sulawesi
Selatan)
lebih 23 tahun (1645-1668)
pengetahuan
dan
setelah untuk
memperluaswawasannya
negeri, Sebagai putera Makassar,
di
ia kembali ke tempat
kelahirannya dengan maksud untuk berkhidmat di kerajaan Gowa yang Lihat Tujimah, Syekh Yusuf Makassar, op.cit., h. 16 A. Makkarausu Amansyah, op.cit., h.7
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
81
selama ini telah membesarkannya. Di samping itu, sebagai seorang ulama, ia mengemban amanah untuk mendakwahkan ajaran Islam di tengahtengah masyarakat, khususnya kepada sanak keluarga yang selama ini ditinggalkannya. Sementara itu, situasi dan keadaan kerajaan Gowa yang dahulu ditinggalkannya telah menyimpang jauh dari ajaran agama Islam, Maksiat dan kemungkaran merajalela dii tengah-tengah masyarakat, seperti judi, sabung ayam, minum "ballo" (semacam minuman keras), candu dan madat. Demikian pula tradisi-tradisi pra isiam dihidupkan kembali, seperti pemujaan berhala. Pembuatan-pembuatan yang bertentangan dengan syari'at Islam ini berkembang karena adanya dukungan dari pembesarpembesar kerajaan dan keterlibatan orang-orang kulit putih (Portugis dan Belanda) serta keluarga raja dalam kegiatan tersebut.
107
Melihat keadaan ini, Syekh Yusuf memilih tinggal di daerah Moncong Loe, tempat asal ibunya. Di daerah inilah ia mengajarkan dan mengembangkan ajaran tasawuf dan tarikatnya kepada masyarakat. Selama kurang lebih tiga tahun (1668-1671) tinggal bersama muridnya di pedalaman, ia berhasil membentuk kelompok tarikat Khalwatiyah. Setelah mengkader beberapa orang tua muridnya yang dianggap mampu untuk meneruskan ajaran tarikatnya, ia pun pergi ke istana menemui Raja Gowa untuk menyuarakan isi hatinya, berupa koraksi sosial terhadap
kebobrokan moral masyarakat.
Maksudnya agar
melalui
kekuasaan raja, tradesi buruk yang melanda masyarakat dapat diatasi dan menegakkan kembali syari'at Islam. Hanya dengan memperkokoh sendisendi kekuatan iman, kerajaan Gowa dapat tegak menghadapi tantangan Lihat Mattulada, "Islam di Sulawesi Selatan", dalam Taufik Abdullah fed.), Agama dan Perubahan Sosial, (Jakarta: CV. Rajawali, 1983), h. 243 1 0 7
82
Arfah Shiddiq
(Bagian Lima ALIRAN TASAWUF SYEKH YUSUF DAN PENGARUHNYA DI BANTEN A. Corak Aliran Tasawuf Syekh Yusuf Untuk menjelaskan corak aliran tasawuf Syekh Yusuf. terlebih dahulu perlu dikemukakan pengertian tasawuf dan aliran-aliran tasawuf yang berkembang dalam Islam. Kata "Sufi" berasal dari bahasa Arab "Shuf, yang berarti kain wol, yang banyak dipakai zahid-zahid masa lampau. Wol yang dimaksud adalah wol kasar yang ditenun dengan cara sederhana dari bulu domba dan melambangkan kesederhanaan sebagai lawan dari sutra, yang dipakai kaum elite (Kain atasan) sebagai lambing kehidupan mewah. Memakai wol kasar ini telah dimulai oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya, seperti Abu Dzar al-Ghiffari, Salman al-Farisi dan Abu'Ubaidat. dilanjutkan oleh tabi'in, dan begitu seterusnya sampai kepada zayid-zayid tersebut di atas.
130
Secara istilah tasawuf berarti menghindari keduniawian, jiwa berpaling daripadanya, meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh manusia pada umumnya, gemar berkhalwat, mencegah diri dari kemewahan (kelezatan) dunia, selalu membersihkan diri, baik lahir maupun 1 3 0
batin
bersifat
lapang
dada
dan
mempunyai
sifat-sifat
Lihat Ibrahim Basyuni. Nas/at al-Tashawwuf wa Tarikhuh, (Kairo: Dar al-Ma'arif, 1969), h.
11 cist.
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
93
kepemimpinan.
Dengan pengertian ini, tasawuf bertujuan memperoleh
hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan. Intisari ajaran tasawuf adalah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog langsung antara roh manusia dengan Tuhan melalui cara kontemplasi atau mengasingkan diri.
132
Al-Junayd
al-Baghdadi
133
menyatakan
bahwa
tasawuf
ialah
bersihnya hati dari hal-hal yang berhubungan dengan keduniawian, memutuskan kebiasaan-kebiasaan hidup manusia, memadamkan sifatsifat buruk manusia, menjauhi tuntutan hawa nafsu, mendekati sifat-sifat kerohanian, mengkaji ilmu-ilmu hakekat, mementingkan keutamaan yang bersifat kekal, selalu memberikan nasehat kepada semua umat, segala perbuatannya benar-benar dilandasi karena Allah semata, tunduk dan mengikuti Rasurullah saw. dalam menjalankan syariat Islam. Dalam pada itu, al-Taftazani mengemukakan lima ciri tasawuf 134
yang bersifat psikis, moral, dan epistemologis, yaitu: peningkatan moral, pemenuhan fana' (Sirna) dalam realitas mutlak, Pengetahuan
intuitif
langsung, ketentraman atau kebahagiaan, dan penggunaan sirnbol dalam ungkapan-ungkapan. Dari uraian di atas dapat dirumuskan pengertian tasawuf, yaitu falsafah hidup yang bertujuan untuk meningkatkan potensi jiwa seorang secara moral, melalui iatihan-latihan praktis tertentu. Kadangkala untuk merasakan hakikat Tuhan melalui fana' dalam realitas yang tinggi serta
Abu Bark M. Kaiabadzi, Ajaran-ajaran Sufi, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1405 H/1985 M), Cet. Pertama, h. 7 Harun Nasution, falsafah dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h. 56 Abu Bakr M. Kaiabadzi, op.cit., h.8 Abu al-Wafa' al-Ghanimi al-Taftazani, Sufi dari Zaman ke Zaman, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1985), h. 4-6 1 3 1
1 3 2
1 3 3
1 3 4
94
ArfahShiddiq
I
pengetahuan
tentang
Tuhan
secara
intuitif
yang
buahnya
ialah
kebahagiaan rohaniah. Hakikat realitasnya sulit diungkapkan dengan katai kata, sebab karakternya bersifat intuitif dan subjektif. Mengenai corak aliran tasawuf yang berkembang di dalam Islam dikenal empat aliran yang tidak saja berbeda tetapi juga ada yang bertentangan antara satu dengan lainnya. Keempat aliran tasawuf tersebut adalah: 1. Aliran Ittihad yaitu aliran yang mengajarkan bahwa orang sufi dapat bersatu dengan Tuhan atau dalam literatur Barat disebut mystical union; suatu tingkatan dalam tasawuf di mana yang mencintai dan yang dicintai telah menjadi satu, sehingga salah satu dari mereka dapat memanggil yang satu lagi dengan kata-kata: 'Hai aku'.
135
Dalam
ittihad, kata A. R. al-Baldhawi yang dilihat hanya satu, sungguhpun sebenarnya ada dua wujud yang berpisah satu dari yang lain. Sufi yang bersangkutan, karena /ono'nya tidak lagi mempunyai kesadaran, ia berbicara dengan nama Tuhan. Bustami (w.261 H).
136
Tokoh aliran ini adalah Abu Yazid al-
137
2. Aliran hulul, yaitu aliran yang mengajarkan bahwa Tuhan memilih tubuh manusia tertentu untuk bersemayam di dalamnya, setelah sifatsifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh dihancurkan. Dalam hulul. Tuhan tanazzul (menjelma) ke dalam diri seseorang yang bersedia untuk itu karena kemurnian jiwa dan kesucian rohaninya. Tokoh yang
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, op.cit., h. 82 Ibid., h.83 Lihat Abd. al-Qadir Mahmud, al-Falsafah al-Sufiyyat fi al-lslam. (Kairo; Dar al-Fikr al-'Arabi, 1966), h. 309 1 3 6
1 3 7
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
95
merumuskan konsep ini ialah Husain ibn Mansur al-Hallaj (w. 922 3. Aliran wahdat al-wujud, yaitu aliran yang menyatakan bahwa wujud (yang ada) hanyalah Tuhan. Wujud seiain Tuhan yaitu alam semesta ini hanyalah penampakan (tajallil) cermin dari wujud Tuhan. Dalam wahdat al-wujud, secara hakekat wujud alam ini tidak ada. la bersifat maya sebagaimana sifat bayangan yang tidak mempunyai wujud secara esensial.
139
Dalam
kata
lain,
yang
ada
hanya
satu
meskipun
beranekaragam coraknya, karena itu alam dan Tuhan adalah dua bentuk satu hakekat, yaitu satu dalam zat, yakni zat Tuhan Tokoh 140
utama aliran ini adalah Muhyi al-Din ibn al-'Arabi (w. 637 H/1240 M). Ketiga aliran tasawuf di atas bercorak falsafi. 4. Aliran Sunni, adalah aliran tasawuf yang tidak bertentangan dengan aqidah Ahl al-Sunnat yang mempertahankan tanzih, yaitu kesucian Tuhan dari suatu persamaan dengan makhluk-Nya
141
dan menolak
konsep ittihad dan hulul. Yang tergolong tasawuf sunni adalah aliran yang berfaham bahwa tingkat tertingkat yang bisa dicapai oleh seorang sufi dalam perjalannya menuju kepada Tuhan adalah tingkat ma'rifat. Tokohnya yang masyhur adalah Dzunnun al-Mishri (w. 860 M), AlQusyayri (w. 437 H/1043 M), dan Al- Ghazali (w. 505 H / l l l l M ) .
1 4 2
Muhammad Yusuf Musa, Falsafat al-Akhlaq fi al-lslam, (Kairo: Muassasah al-Khanji, 1962), Cet. Ke-2, h. 253 Lihat 'Abd al-Razzak al-Qasyani, Syarh Fushush al-Hikam Ii al-Ustadz Muhyi al-Din ibn al'Arabi, (Mesir: Mustafa al-Bab al-Halabi, t.t), h.25 Ibrahim Hilal, Al-Tasawwuf al- Islami, (Kairo: Dar al-Nahdhat, 1979), h. 203 Ahmad Daudy, Allah dan Manusia dalam Konsep Nur al-Din al-Raniri, (Jakarta: CV. Rajawali, 1983), cet. I, h. 82 Ibrahim Madkur, Fi al-Falsafat al-lslamiyyah wa Tathbiqihi, (Mesir: Dar al-Ma'arrf, t.t.), Jilid 2, h. 69 1
1 3 9
1 4 0
1 4 1
1 4 2
96
Arfah Shiddiq
Mengenai konsep aliran tasawuf hulul dari al-Hallaj, Syekh Yusuf menolaknya dengan mengemukakan prinsip surat al-Maidat ayat 17 (lihat hal 88). Bahkan Syekh Yusuf menyatakan bahwa konsep hulul ini berasal dari luar Islam. Terhadap aliran tasawuf Sunni, nampak bahwa Syekh Yusuf tetap berpegang pada mazhab Sunni yang dianutnya (lihat halaman 5). Hal ini tercermin dalam pandangannya mengenai ma'rifat yang sejalan dengan konsep ma'rifat Dzunnun al-Mashri dan al-Ghazali. Dengan demikian, corak aaliran tasawuf Syekh Yusuf adalah gabungan antara aliran tasawuf Sunni dan wahdat al-wujud
dengan
interpretasi yang sedikit berbeda dengan ibn al-'Arabi serta aliran tasawuf ittihad dari Abu Yazid yang diformulasi dalam bentuk fana' fi Allah dan baqa' bi Allah. B. Ajaran Tarikat Syekh Yusuf 1. Definisi Menurut bahasa, kata tarikat berarti jalan raya (road) atau jalan kecil (ganga, path), dan dapat juga berarti metode yaitu cara yang khusus dalam mencapai tujuan. Secara istilah (terminology) kata tarikat mula-mula berarti jalan yang harus ditempuh seorang sufi dalam mendekatkan diri kepada
Allah. Kemudian ia digunakan untuk
menunjuk suatu metode psikologi moral untuk membimbing seseorang mengenai Tuhan
172
Melalui jalan itu seorang dengan menempuh
berbagai tingkatan Psikologis dalam keimanan dan pengalaman ajaran Islam dapat mencapai pengetahuan tentang Tuhan dari satu tingkatan Mirce Aliade (ed.). The Encyclopaedia of Islam, (New York: Macmillan Publishing Co., 1987), Vol. 14, p. 342 1 7 2
108
Arfah Shiddiq
ke tingkatan yang lebih tinggi sehingga akhirnya ia mencapai realitas (hakikat) Tuhan yang tertinggi. Trimingham menyatakan bahwa tarikat adalah suatu metode 173
praktis dalam membimbing murid dengan menggunakan pikiran, perasaan, dan tindakan melalui tingkatan-tingkatan [maqamat) secara berurutan untuk merasakan hakikat Tuhan. Harun Nasution
174
dengan
singkat menyatakan bahwa tarikat adalah jalan yang ditempuh oleh seorang salik agar berada sedekat mungkin dengan Allah. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tarikat adalah jalan atau cara yang ditempuh salik (murid tarikat) agar berada dekat dengan Tuhan di bawah bimbingan Syekh {mursyid). Jalan itu ditempuh menuju keridhaan Allah semata. Pada mulanya tarikat itu dilalui oleh sufi bersangkutan secara perseorangan, tetapi dalam perjalanan waktu tarikat itu diajarkan kepada orang lain, baik secara individual maupun secara kolektif. Dengan demikian, timbullah dalam sejarah Islam kelompok-kelompok pengajian tasawuf yang dipimpin oleh seorang sufi sebagai Syekhnya dengan tarikat tertentu sebagai identitasnya yang diikuti secara berkesinambungan oleh murid-murid. Selanjutnya, kelompok-kelompok itu mengambil bentuk organisasi yang mempunyai corak danh peraturan-peraturan sendiri. Organisasi-organisasi
sufi
itulah yang kemudian dikenal dalam bahasa Arab dengan nama thariqat (tarikat). Di antara tarikat yang mula-mula muncul di dunia Islam antara lain tarikat Qadiriyat di Bagdad, tarikat Ri fa'iyat di Asia
J. Spencer Trimingham, The Sufi Orders in Islam, (New York: Oxford University Press, 1973), p. 3-* 1 7 4
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), jilid
1, h.89
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
109
Barat, tarikat Syadziliyat di Maroko, tarikat Badawiyat atau Ahmadiyat di Mesir, tarikat Naqsyabandiyat di Asia Tengah, tarikat Bektasyiat di Turki, tarikat Syattariyat di India, dan tarikat Khalwatiyah di Persia. Di dalam Ecyclopedia of Islam
175
jumlah perkumpulan tarikat itu lebih dari
200 buah. Munculnya banyak tarikat disebabkan oleh banyaknya guru tarikat (mursyid, syekh) yang mengembangkan
tarikatnya
masing-masing.
Pengembangan itu bukan dari segi ibadah mahdhat, tetapi hanya dari segi riyadhat (iatihan). Riyadhat merupakan latihan untuk melunakkan hati dan mensucikan hati agar mampu mendekati Tuhan
(ma'rifat
Allah). Keinginan mengenai Tuhan dan mendekati Tuhan sedekat mungkin telah ada sejak awal perkembangan Islam. Keinginan itu ada pada diri Nabi Muhammad saw. dan beberapa sahabatnya. Dorongan ingin mengenai dan mendekati Tuhan tersebut adalah dari ajaran Alqur'an. Ayat-ayat Alquran yang menggambarkan bahwa Tuhan dekat sekali dengan hamba-Nya, diantaranya adalah: 'Dan apabila hamba-hamba-Ku aku, maka (jawablah), mengabulkan
bertanya kepadamu
bahwasanya
permohonan
tentang
aku adalah dekat.
orang yang mendo'a
apabila
Aku ia
berdo'a berdo'a kepada-Ku...' (Al-Baqarah/ 2:186) Da'wat al-da'l dalam ayat ini, bagi kaum sufi bukanlah berarti do'a orang yang meminta, sebagaimana biasa diartikan, tetapi panggilan orang yang memanggil atau himbauan orang yang menghimbau.
176
Mirce Aliade (ed.). The Encyclopaedia of Islam, op.cit., p. 345 Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, op.cit., h. 60
110
Arfah Shiddiq
Allah swt, akan mendekatkan diri orang yang menghimbau kepada diriNya, kalau dihimbau. 'Dan sesungguhnya
Kami
telah menciptakan
manusia
dan
mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya'. (Qaf / 50:16). Tuhan lebih dekat kepada manusia daripada pembuluh darah yang ada di dalam dirinya sendiri. Begitu dekatnya Tuhan kepada hamba yang mencintai-Nya dan yang dicintai-Nya. Dorongan untuk sedekat mungkin dengan Tuhan tumbuh kuat sejak permulaan abad ketujuh masehi. Perubahan secara politik, berpindahnya kekuasaan dari khalifah keempat, Ali ibn Abi Thalib ke keluarga Muawiyah, dan perubahan gaya hidup sederhana menjadi gaya
mewah,
mendekatkan
telah diri
ikut
kepada
memperkuat Tuhan
keinginan
tersebut
itu. Usaha
ditunjukkan
dalam
kehidupan yang sederhana, meiakukan ibadah sebanyak-banyaknya, dan meiakukan latihan-latihan spiritual atau riyadhat. Tujuannya tidak lain agar hamba dapat berada sedekat-dekatnya dengan Tuhan sampai dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Salah satu bentuk latihan spiritual itu ialah zikir, lafal zikir diambil secara langsung dari Alquran atau disusun berdasarkan Alquran dan dibaca berulang-ulang. Hal ini dilakukan dengan tujuan meresapi bacaan itu secara
menyeluruh.
Dengan
cara
demikian
kehadiran
Tuhan
diharapkan dapat dirasakan oleh seorang salik dalam riyadhatnya. Dengan demikian, banyak
sistem
pendidikan dan
latihan
{riyadhat) yang dilakukan oleh sufi, itulah tarikat. Usaha menempuh jalan itu disebut suluk dan orang yang meiakukan suluk disebut salik.
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
111
2. Silsilah dan Perkembangan Ajaran Tarikatnya Silsilah merupakan salah satu syarat penting dalam tarikat. Melalui silsilah, seorang guru tarikat (Syekh atau mursyid) memberi petunjuk kepada muridnya (salik), sehingga muridnya dapat mengetahui dengan sungguh-sungguh hubungan (nisbat) gurunya sambung menyambung antara satu sama lain sampai kepada Nabi, dan dengan perantaraan malaikat Jibril, Nabi menerima titah perintah dari Allah. Perlunya silsilah ini, sebab tuntunan kerohanian yang diambildari gurunya harus benar. Apabila silsilah itu terputus, tidak berhubungan sampai kepada Nabi, maka tuntunan itu dianggap terputus dan tidak merupakan warisan dari Nabi. Tuntunan rohani dari seorang syekh (mursyid) diperlukan bagi seorang salik (murid) agar tidak sesat dalam usaha menempuh tarikat yang dianutnya. Oleh karena itu, silsilah biasanya tertulis rapid an diserahkan kepada salik (murid tarikat), setelah ia meiakukan latihan dan amal-amal, petunjuk, irsyad dan peringatan-peringatan, talqin, dan sesudah membuat janji untuk tidak meiakukan maksiat yang dilarang oleh gurunya. Setelah seorang salik menerima tuntutan tersebut dari syekhnya, ia pun berhak menerima ijazah sebagai pertanda boleh meneruskan pelajaran tarikat tersebut kepada orang lain. Konsep silsilah dalam tarikat merupakan mata rantai yang mengukuhkan otoritas dan barakah dibangun. Dengan cara itu, kekuatan spiritual syekh dapat ditransmisikan ke generasi murid berikutnya. Syekh Yusuf yang telah mempelajari sedemikian banyak tarikat dan mengamalkannya, memiliki tidak kurang dari lima macam silsilah yang keseluruhannya mempunyai hubungan (nisbath) sampai kepada
112
Arfah Shiddiq
Nabi, yaitu tarikat Qadiriyat, Nasyabandiyah. Ba'lawiyah,
Syattariyah
dan Khalwatiyah. Silsilah
tersebut
Najat. sebagai 171
dapat
dilihat
dalam
kitab
Safinat
dikutip Jamiuddin ibn Thalib al-Khalwati al-Timi
al-
178
Dari Jalannya silsilah di atas Nampak jelas ada yang melalui Abu Bakr al-Shiddiq, seperti tarikat Naqsyabandiyah dan yang lainnya melalui Ali-ibn Abi Thalib, yang akhirnya sampai kepada Nabi, kepada Jibril dan kepada Allah swt. Silsilah tarikat tersebut di atas termaktub dalam do'a yang harus selalu disebut pada setiap amalan harian, mingguan [khataman) maupun amalan bulanan (manaqiban). Menurut pengamatan, diantara kelima tarikat tersebut hanya dua yang masih berkembang di desa Banten, yaitu tarikat Khalwatiyah dan tarikat Qadiriyah Naqsyabandiyah. Penganut ajaran tarikat Khalwatiyah umumnya berdomisili di sekitar kampung Bugis, sedang penganut ajaran tarikat Qadiriyah Naqsyabandiyat sebahagian besar berdomisili di sekitar masjid Agung Banten. Menurut informan ahli,
179
tarikat Qadriyah Naqsyabandiyah
180
adalah perpaduan dari ajaran tarikat Qadiriyah dan Naqsyabandiyah. Tarikat ini dikembangkan oleh seorang khatib bernama Syekh Ahmad ibn Abd al-Gaffar. Dia berasal dari Sambas Kalimantan Barat dan bertahun-tahun bermukim di Mekkah al-Mukarramah. Syekh Ahmad Kitab Safinat al-Najat (Bahtera Keselamatan) ditulis Syekh Yusuf ketika berada di pengasingannya, Cylon. Isinya antara lain tentang banyaknya tarikat yang telah dipelajarinya dan lima diantaranya ditulis silsilahnya. Jamiuddin ibn Thalib al-Khalwati al-Timi "Majmu'ahmin Muallafat al-Syekh Yusuf Taj atKhalwatr, (Makassar: t.t.p. dan t.t), h. 124 dst Wawancara di desa Banten, tanggal 12 April 1990 Tarikat Qadariyah Naqsyabandiyah berpusat di Pondok Pesantren Suryalaya, Jawa Barat Dipimpin oleh K.H. A. Shohibul Wafa Tal al-Arifin yang lebih dikenal dengan julukan Abah Anom 1 7 8
1 7 9
1 8 0
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
113
ibn Abd al-Gaffar mengajarkan tarikat Qadiriyah
Naqsyabandiyah
kepada murid-muridnya ada tiga orang yang dari Indonesia yaitu Syekh Abd al-Karim dari Banten, Serang, Syekh Holil dari Bankalan, Madura dan Syekh Tolhah dari Cirebon. Ketiga orang murid itulah yang kelak meneruskan pengajaran tarikat Qadiriyah Naqsyabandiyah di daerah pulau Jawa dan Madura. Syekh Abd al-Karim kembali ke Banten pada pertengahan kedua abad
ke-19.
Naqsyabandiyah
Dia
mulai
memperkenalkan
tarikat
Qadiriyah
kepada masyarakat Banten dan sekitarnya serta
membuka pengajian di Tanara, Tirtayasa Serang. Sejak itulah Syekh Abd al-Karim Tanara dikenal sebagai ulama besar dan pemimpin tarikat di Banten.
181
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa pada awal perkembangan tarikat di Banten (pertengahan abad ke-17 sampai pertengahan abad ke-19), umumnya masyarakat menganut salah satu tarikat yang diajarkan Syekh Yusuf. Tarikat Qadiriyah dan tarikat Naqsyabandiyah masing-masing
diajarkan
kesultanan Banten. mengalami
182
secara terpisah oleh
Syekh Yusuf
di
Demikian pula tarikat Khalwatiyah. Keadaan ini
perubahan
setelah
munculnya
Syekh Abd
al-Karim
membawa ajaran tarikat Qadiriyah Naqsyabandiyah. Silsilahnya tidak lagi dikaitkan denga Syekh Yusuf, tetapi dengan Syekh Abd al-Karim dinisbahkan sampai kepada Nabi. Meskipun demikian sebahagian penganut ajaran tarikat Qadiriyah masih tetap menganggap Syekh Yusuf sebagai peletak dasar ajaran
Hasan Muarif Ambary, et.al., op.cit., h. 112-113 Lihat R. Maswi Maswan, op.cit., h. 7
114
Arfah Shiddiq
tarikat yang dianutnya.
Hal ini sesuai
dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Taufik Abdullah bahwa "Sebagai ulama besar di Banten,
Syekh Yusuf, yang
juga
meninggalkan
banyak
tulisan
kemistikan, dapat dianggap sebagai salah satu mata rantai mistikus Islam di abad ke tujuh belas."
184
Dengan demikian ajaran tarikat Syekh Yusuf yang masih murni dianut masyarakat adalah tarikat Khalwatiyah. Pada prinsipnya amalan tarikat Khalwatiyah dan tarikat Qadiriyah Naqsyabandiyah tidak jauh beda, terutama dalam pengamalan zikir. Kedua tarikat menekankan pengamalan zikir secara jahr (dengan bersuara keras) dan secara khafi (zikir dalam hati). 3. Sumbet dan Pokok-pokok Ajaran Tarikatnya Syekh Yusuf dikenal sebagai seorang ulama yang telah mengkaji berbagai rnacarn tarikat dan mengamalkannya. Secara umum, tankattarikat itu beliau sebut "Tarikat Tasawuf". Tentang sumber ajaran tarikat ini, ia mengemukakan perkataan Sayyid al-Junayd al-Baghdadi sebagai berikut: '...tarikat kami adalah tarikat tasawuf yang dibimbing dengan kitab (Alquran) dan al-Sunnah...' Tarikat
tasawuf
185
merupakan
jalan
yang
ditempuh
untuk
mengetahui dan mempelajari hal-ihwal nafsuh yang terpuji dan yang terceia; dan mengetahui bagaimana cara membersihkannya dari sifat yang terceia dan menghiasnya dengan sifat-sifat yang terpuji; serta
Wawancara di Banten, 15 Mei 1990 Taufik Abdullah (ed.), Sejarah Lokal di Indonesia, op.cit., h. 235 Syekh Yusuf, Taj al-Asrar, op.cit, h. 73
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
115
mengetahui dan mempelajari cara berjalan menuju ma'rifat kepada Allah s w t .
186
Ajaran dasar tarikat tasawuf seperti yang dikemukakan oleh salah seorang informan ahli (Pembina tarikat), adalah: a. Bekerja keras tanpa pamrih dalam menunaikan amanah Allah b. Melaksanakan Cita-cita c. Membersihkan hati dari pengaruh keduniawian dan meningkatkan pengalamaa batin dengan zikir dan wirid d. Membiasakan diri mengikuti sunnah-sunnah Nabi e. Memelihara kehormatan. Kelima ajaran dasar tersebut di atas telah diperaktekkan dengan baik oleh Syekh Yusuf dalam kehidupan sehari-hari. la datang ke Banten
dengan
kerja
keras
mengarungi
samudera
yang
luas,
menyiarkan agama tanpa pamrih. la mengembara ke berbagai negeri untuk
merealisir
cita-citanya
memperdalam
ilmu
pengetahuan.
Membersihkan hati agar bisa ma'rifat kepada Allah dengan perasaan dan penglihatan hati. Melaksanakan sunnah-sunnah Nabi lahir dan batin berarti mengikuti kesepakatan para wali yang arif akan Allah, dan barang
siapa yang
memelihara
kehormatan, Allah
memelihara
kehormatannya. Mengenai ajaran dasar yang terakhir ini, Syekh Yusuf ikut serta mengangkat senjata bersama rakyat Banten menghadapi kompeni Belanda (Lihat halaman 6 dan 128-129).
Lihat al-Faqir Syihabuddin Suhrowardi ibn Dimyati, "Bayan al-Tashdiq ft Ma'rifat ahl alTahqiq," Risalah, (Serang: Pondok Pesantren Manbaut Falah, t.t), h. 3 1 8 6
116
Arfah Shiddiq
Pokok-pokok ajaran tarikat Syekh Yusuf berkisar pada usaha manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub). Ajaran tarikatnya
ini mengacu
kepada
pengaturan sikap
mental dan
pendisiplinan tingkah laku yang berorientasi kepada al-akhlaq alkarimah (akhlak yang mulia), serta penekanan meiakukan amalan dan latihan kerohanian. Menurut
beberapa
informan,
187
ajaran
yang
dikembangkan
berkisar pada masalah; taubat, zuhd, faqr, shabr, tawakkal, ridha, syukur nikmat, ikhlas dan ma'rifat. Uraian tentang hal tersebut dapat dilihat sebagai berikut: Taubat merupakan wahana pembersihan jiwa dari dosa. Untuk dijelaskan hendaknya kita meiakukan intropeksi diri dari segala perbuatan yang pernah dilakukan, baik disengaja maupun tidak. Setelah itu segera bertaubat, menyesali perbuatan itu dan bertekad untuk tidak mengulangi lagi. Sebab menurutnya setiap manusia harus mempertanggung Jawabkan semua perbuatannya kepada Allah. Zuhd adalah sikap tidak menjadikan kehidupan sebagai tujuan terakhir. Dunia harus ditempatkan secara terbatas dan terkendali, jangan sampai kesenangan dan kenikmatan duniawi menyebabkan susutnya waktu dan perhatian kepada tujuan yang sebenarnya, yaitu kesenangan dan kebahagiaan yang abadi di akhirat dalam keridhaan Allah swt. Oleh karena itu menurutnya hidup di dunia ini tidak aka nada artinya bila tidak diimbangi dengan ibadah kepada Allah. Faqr (Qana'ah), suatu sikap tidak meminta lebih daripada apa yang telah ada pada dirinya, tetapi tidak menolak jika diberi, karena Allah Wawancara di Banten, tangga! 11 April 1990
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
117
lebih tahu tentang itu. Sebahagian memahami faqr dalam pengertian hidup tidak thama' dan hati-hati terhadap pengaruh negatif yang mungkin diakibatkan oleh pengaruh kehidupan mated. Menurutnya ajaran ini sejalan dengan pola hidup sederhana. Shabr
adalah salah satu kunci segala persoalan. Untuk itu sabar
harus dilaksanakan pada saat meiakukan ibadah, menghadapi maksiat, dan ketika menghadapi kesulitan. Lebih lanjut dikatakan bahwa sikap mental sabar sangat berperan dalam menghadapi perjuangan yang berat, baik pada waktu senang maupun pada saat menghadapi musibah. Tawakkal adalah kesadaran hati bahwa segala sesuatu berada di tangan Allah swt, yang bermanfaat ataupun yang mudharat, yang menyenangkan maupun yang menyusahkan. Oleh karena itu setiap orang harus tahu dan percaya serta rela kepada qadha' dan qadr Allah. Lebih lanjut dikatakan bahwa tidak ada yang lebih baik sesudah berusaha kecuali bertawakkal. Ridha dan Syukur nikmat, menurutnya ridha dan syukur nikmat mengandung pengertian menerima dengan
lapang dada
segala
kenyataan. Bahkan dianjurkan agar setiap hamba-Nya yang saleh banyak-banyak mengucapkan syukur kepada Allah. Ikhlas merupakan kesucian dan ketulusan hati yang tinggi dalam mengabdi kepada Allah, menurutnya ajaran ini yang paling dekat untuk mencapai ma'rifat yang menjadi tujuan akhir para salik itu. Ma'rifat
adalah mengetahui Tuhan dari dekat, sehingga hati
sanubari dapat melihat-Nya. Untuk mencapai ma'rifat kepada Allah setiap salik harus dapat membersihkan diri dari segala macam maksiat
118
Arfah Shiddiq
lahir (mencuri, membunuh) maupun maksiat batin (seperti pemarah, dendam, takabbur, riya'). Kemudian harus memperbanyak amal ibadah (seperti shalat sunat, zikir, shalawat,
dan memperbanyak baca
Alquran). Seiain itu, setiap salik harus senantiasa menanamkan rasa syukur dengan cara memperbanyak ucapan kalimat thayyibah (seperti tahmid, takbir dan tasbih). Menurut
pengamatan
penulis,
pokok-pokok
ajaran
yang
dikembangkan ini sejalan dengan ajaran Al-Ghazali, meskipun mereka juga banyak mengambil sumber-sumber lain yang dianggapnyatidak bertentangan dengan tasawuf sunni 4. Zikir dan Shalat dalam Ajaran Tarikatnya Amalan tarikat khalwatiyah terletak pada pelaksanaan shalat dan zikir yang tertib dan teratur yang dapat dikerjakan sendiri atau berkelompok (berjamaah). Zikir merupakan jalan utama bagi salik sebagai latihan untuk sampai mendekatkan diri kepada Tuhan. Zikir kepada Allah swt. bagi penganutnya
188
termasuk perkara yang
hukumnya wajib 'am (wajib bagi setiap individu). Hal ini didasarkan pada firman Allah: 'Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah zikir yang sebanyak-banyaknya'. (al-Ahdzab/ 33:41) Berdasarkan pemahaman di atas, pengertian zikir menurut tarikat Khalwatiyah adalah mengingat Allah dengan menyebut lafal-lafal zikir. Lafal-lafal zikir tersebut mengandung makna yang sangat dalam bagi 1 8 8
Wawancara di Banten, tanggal 25 Juni 1990
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
119
penganutnya, yang harus difahami bahwa hanya Allah yang berhak disembah, dituju, dicintai, dan tempat bergantung 'segala sesuatu. Tidak ada zat yang mutlak ada hakikinya kecuali Allah s w t .
189
Ucapan-ucapan zikir termasuk kalimat thayyibah (suci yang harus diamaikan setiap hari oieh penganutnya, terutama setiap seiesai shaiat fardhu. Menurut mereka kaalimat thayyibah tersebut berfungsi untuk membersihkan hati, mensucikan jiwa, menyatakan hubungan dengan Allah, dan meiahirkan cinta kasih kepada Ailah. Dengan demikian, berzikir kepada Allah akan membawa seseorang untuk senantiasa patuh melaksanakan amanah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Untuk mendapatkan kesempurnaan dalam berzikir, seorang salik harus mengetahui tata cara [kaifiyah) meiakukan zikir. Dalam risaiah kaifiyah al-Dzikr
190
disebut ada 20 macam adab dalam berzikir, yaitu 5
(lima) adab sebelum berzikir, 12 adab waktu sedang berzikir, dan 3 (tiga) adab sesudah berzikir, adapun 5 (lima) adab sebelum berzikir adalah: 1) Bertobat dari segala dosa, 2) Sue! dari hadats besar dan keci! (dalam keadaan berwudhu), 3) Berdiam diri, tidak bicara kecuali mengucapkan zikir, 4) Memohon pertolongan Allah ketika memulai zikir dengan hikma syekhnya, dan Syekh Yusuf, Zubdat al-Asrar, loc.cit. Syekh Yusuf, fathu Kaifiyah al-Dzikr, dalam NA. No 108, MPJ, Catalog R. Frederich, h. 62 Cf. Tujimah, Syekh Yusuf Makassar.Rmayat Hidup, Karya dan Ajarannya, (Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, 1987, h, 94 1 8 9
1 9 0
120
Arfah Shiddiq
5) la mengetahui bahwa minta kepada Syekhnya pada hakikatnya minta kepada Rasul saw, karena syekhnya penggantinya dan Rasul adalah khalifah Allah. Ketika sedang berzikir, ada 12 adab yang harus diperhatikan oleh seorang salik, yaitu; a. Duduk pada tempat yang bersih seperti duduk dalam shalat, b. Meletakkan kedua belah tangan pada kedua belah paha, seperti pada shalat, c. Bersih badan, pakaian, dan tempat majelis zikir, ci. Berpakaian yang baik, haial, dan harum baunya, e. Mencari tempat yang sepi dari manusia, tempat yang tertutup lebih baik, f. Menutup mata agar tidak terpengaruh dari luar sehingga hati dapat terbuka, g. Membayangkan Syekh diantara dua mata seolah-olah duduk bersama, h. Zikir yang benar, sehingga sama getaran dalam sir (rahasianya) dan yang nyata, i. Ikhlas menghadap Allah, j . Berzikir dengan kekuatan yang sempurna dan menghayalkan kata al-Jalalah (lafal Allah) tertulis pena dengan cahaya terang, bersih dari kotoran, dengan itudiketukkannya dalam hati sanubarinya dan menggambarkan bahwa ia masuk kedalamnya menyodongkan kepala ke kanan saat mengucapkan aNalalat, terus ke kiri dengan mengtokka al-jalalah itu ke jantung, k. Memasukkan makna zikir ke dalam hati, I. Menghayalkan iepasnya akar pohon kecintaan seiain Allah dari pusat hatinya. Setelah berzikir ada tiga hal yang harus dipenuhi, yaitu: a) Tenang dengan khusuk kepada Allah, menghadirkan Allah dalam hatinya menanti hasil zikirnya yang akan tampak sesudahnya, yaitu merasakan nikmat
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
121
keakhiratan dalam upaya mencapai kebahagiaan yang sebenarnya, b) Membiasakan diri meiakukan yang demikian i t u , sehfngga dirasakan sebagai kewajiban. Ini lebih cepat bila dibarengi dengan kesucian jiwa dan hati, sehingga terbukalah hijab terputuslah bisikan hawa nafsu dan syetan, c) Menahan diri minum air sesudah berzikir, karena zikir itu membentuk kerinduan kepada yang diingat, yaitu Allah swt, sedang Dialah yang dituju. Bila meminum air setelah berzikir akan menghapus cahaya kehadiran-Nya, sedang hasil zikir akan keiihatansesudahnya. Adapun Kaifiyyah (cara) mengucapkan zikir jahr
yaitu dimulai
dengan ucapan 'la', dari bawah pusat (pusar) terus diarahkan ke otak ( di kepala), kemudian dilanjutkan dengan kalimat 'ilaha' yang dari otak diturunkan kea rah walikat (tulang rongga rusuk) sebelah kanan, lalu dimulai lagi dengan hamzah; "ilia Allah' dari walikat kanan diarahkan ke rongga dada, sehingga sampai kepada hati sanubari yang terletak di sebelah kiri, berada di bawah tulang rusuk jarak dua jari di bawah susu kiri, kemudian ucapkan dengan keras kalimat 'Jalalah' itu sekeraskerasnya mengenai tepat sasaran hati sanubari (jantung hati). Dengan kerasnya zikir itu semua badan terasa panas dan dapat membakar
semua
perbuatan yang
dapat
merusak
badan
serta
menyinarinya dengan perbuatan yang bermanfaat. Dengan wasilah cahaya kalimat jalalah itu dapat meliputi semua latifah yang ada dalam badan serta hatinya selalu tahlil, yakni tidak ada yang dituju seiain Allah. Setelah terasa hangatnya zikir keseluruhan tubuh, barulah beralih ke zikir
122
Arfah Shiddiq
yang kedua, yaitu zikir hati yang disebut juga zikir qalb. Dimulai dengan mengucapkan lafal 'Allah Allah' dari mulut ke hati, kemudian diikuti dari hatike mulut, sementara lidah berzikir sendiri tanpa sadar. Kemudian beralih ke zikir ruh atau zikir sir (rahasia) dengan lafal 'haq haq'. Pada saat itu seorang salik tidak lagi ingat kepada yang lain, ia telah merasakan ketentraman dalam dirinya, lalu fana' sampai ke dalam baqa' llahi memperoleh ridha-Nya. Berdasarkan uraian diatas teriihat adanya tiga tingkatan zikir dalam tarikat Khalwatiyah, yaitu: Zikir lisan, zikir qalb, dan zikir sir. Zikir pertama disebut makanan lidah, zikir kedua makanan hati dan zikir ketiga makanan rahasia. Ketiga tingkatan zikir tersebut dapat dibandingkan dengan tiga tingkatan jiwa yang terdapat dalam diri manusia, yaitu nafs ol-ammarah. nafs al-lawwamah,
dan nafs muthmainnah.
Dengan demikian ketiga
macam zikir berfaedah untuk membawa jiwa dari tingkat yang terendah kepada tingkat yang tertinggi. Petunjuk-petunjuk tentang tata cara pelaksanaan zikir Nampak dalam kenyataan diperaktekkan dengan penuh ketaatan oleh pengikut tarikat Khalwatiyah, baik secara perorangan maupun secara berjamaah. Dalam hubungan dengan ibadah shalat, Syekh Yusuf mengupas rahasia-rahasia shalat yang berbeda dengan uraian dalam kitab-kitab fiqh yang ada, sebagai dikutip Hawash Abdullah dari risalah Asrar
al-Shalah
191
Hawash Abdullah, op.cit., h. 78-80
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
123
Dalam risalah tersebut, Syekh Yusuf mula-mula mengupas muqaranah (Perbandingan) niat dengan takibat al-lhram bahwa hakikat niat itu ialah ingat akan Allah dengan martabat 'alam lahut Qiyam (berdiri dalam shalat) menurut pambahasan Syekh Yusuf dimaksudkan bahwa ruh salik berdiri pada martabat alam Asrar dan melihat dirinya dalam keadaan berdiri pada martabat alam lahut, sementara jasadnya berada pada alam Syahadat.
Dengan seterusnya rahasia-rahasia
shalat dibahas
secara
mendalam oieh Syekh Yusuf. Pada bagian lain, Syekh Yusuf menjelaskan shalat orang-orang sufi yang membuahkan maqam fana fi Allah, sehingga dapat mencapai baqa' bi Allah, yakni kekal bersama Allah, ruhnya fana' pada zat Allah, sifatnya fana'
pada Sifat Allah dan af'alnya (perbuatannya) fana' pada
Allah.
192
Afal
Meskipun demikian, menurut Syekh Yusuf perkara yang tersebut
ini tidaklah terjadi ittihad dan hulul seperti konsep Abu Yazid al-Bustami dan al-Hallaj (lihat halaman 134). Sehubungan dengan maqam fana' fi Allah dan baqa'bi Allah sebagai buah dari ibadah shalat, seperti diuraikan di atas, berarti antara ibadah shalat dan zikir tidak dapat dipisahkan. Hal ini sesuai dengan firman Allah: 'Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan seiain Aku, maka
sembahlah
Aku
dan
dirikanlah
shalat
untuk
berzikir
(mengingat) Aku'. (Thaha / 20:14)
Ibid., h. 80
124
Arfah Shiddiq
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa ajaran tarikat Khalwatiyah memandang ibadah shalat dan ibadah zikir sama-sama dapat membawa hamba atau salik mencapai tingkatan fana' fi Allah dan baqa' bi Allah. Hanya saja kita harus berhati-hati dalam memahami pelaksanaan shalat bagi kaum tarikat dan sufi yang telah mencapai tingkatan (maqam) tertentu dalam suluknya, karena kemungkinan keliru menafsirkannya bisa terjadi. Kenyataan
ini nampak dalam
pengamatan penulis, pada
masyarakat desa Banten terdapat penganut tarikat yang memahami secara keliru konsep fana fi Allah dan baqa' bi Allah. Kelompok ini menekankan bahwa orang yang sudah mencapai fana' fi Allah dan baqa' bi Allah tidak lagi merasakan wujud dirinya, karena dalam rasa dan pandangan batinnya tidak ada yang lain kecuali Allah. Dia sudah merasa dirinya binasa, lebur dan tenggelam di dalam ahadiyat Allah yang baqa' Untuk mencapai fana' fo Allah dan baqa' bi Allah penganutnya harus terlebih dahulu meiakukan Khalwat, yaitu menyendiri di tempat yang sunyi dan suci; meninggalkan nafsu birahi; mengurangi makan dan minum; mengurangi tidur; dan memperbanyak zikir. Pada puncaknya mereka berpendapat bahwa orang telah meiakukan khalwat, bebas dari hukum syara' (seperti shalat dan semacamnya). Sebab menurut mereka hukum syara' itu hanya diperuntukkan bagi orang awam, sedang orang yang sudah mencapai fana' fi Allah dan baqa' bi Allah terlepas dari kewajiban syara'. Pendapat tersebut didasarkan pada logika mereka bahwa yang ada hanya Allah, sedangkan pembuat syara' itu juga adalah
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
125
Allah sendiri.
Nampaknya kelompok ini lebih banyak menekankan pada
persoalan memformulasikan secara konsepsional mengenai pemikiran dan perenungan tentang Tuhan. Di samping itu terdapat kelompok masyarakat yang ajarannyaa berkisar pada usaha manusia untuk mendekatkan diri kepada Aiiah. Ajaran tarikat yang dianutnya berorientasi kepada pengaturan sikap mental dan pendisiplinan tingkah laku serta penekanannya meiakukan amalan dan latihan-latihan kerohaanian, sebagaimana diuraikan di muka (lihat halaman 103) Mereka berpendapat bahwa antara tauhid dengan ma'rifat dan ibadah terdapat hubungan yang tak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Menurut mereka tauhid itu seperti pohon, ma'rifat adalah dahan dan daunnya, sedang ibadah adaiah buahnya. Oleh karena itu, pelaksanaan shalat merupakan konsekuensi logis bagi pengetahuan tauhid dan ma'rifat yang diyakini.
194
Dengan demikian kelompok yang terakhir ini nampaknya sejalan dengan ajaran yang dibawa oleh Syekh Yusuf bahwa untuk memperoleh keselamatan yang sempurna dan kebahagiaan yang besar lagi abadi harus menempuh jalan yang disebut tarikat dan mengesakan Allah serta mengetahui hakikat (ma'rifat yang sesungguhnya) dari segi batinnya. Hal inilah yang dimaksud Syekh Yusuf:
Wawancara di Banten, tanggal 27 Juni 1990
Arfah Shiddiq
"Setiap syariah tanpa hakikat adalah batal dan setiap hakikat tanpa syariah adalah tidak sempurna." C.
1 9 5
Pengaruh Ajaran Tarikat Syekh Yusuf Terhadap Aspek Kehidupan Sosial dan Keagamaan Dalam uraian-uraian yang lalu digambarkan profil desa Banten dan
kondisi masyarakatnya, riwayat hidup dan perjuangan Syekhn Yusuf, corak aliran tasawufnya dan ajaran tarikatnya. Dari uraian tersebut menunjukkan
bahwa
masyarakat
desa
Banten
yang
mayoritas
penduduknya beragama Islam (lihat halaman 44), kehidupan spiritual ini yang kemudian disebut tarikat tasawuf bukanlah sesuatu yang asing bagi mereka. Kenyataan ini dapat dihubungkan dengan pendapat Taufik Abdullah yang menyatakan bahwa masyarakat Islam di Indonesia (termasuk Banten, pen.) telah diliputi oleh kehidupan tasawuf dan tarikat-tarikat. Hal ini mengingat masuknya Islam itu melalui padagang yang sebagian besar adalah pengikut dari gilda-gilda perdagangan kaum sufi.
196
Menurut A. H. John sejak abad ke-17 umumnya naskah keagamaan, baik yang berbahasa Arab atau terjemahan dari bahasa Arab maupun aslinya
dalam bahasa Arab Melayu adalah pembahasan mengenai
persoalan tasawuf yang ditulis oleh berbagai penulis dari bermacam ragam tarikat Islam, sebagian oleh penulis-penulis pribumi dan yang lainnya oleh penulis asing.
197
Bahkan pada masa kebangkitan kembali
SYekh Yusuf TajAI-Asrar, op.cit, h. 73 Taufik Abdullah, Islam di Indonesia, {Jakarta: Bulan Bintang, 1974), H. 123 A.H. John, Tentang Kaum Mistik Islam dan Penulisan Sejarah dan Taufik Abdullah {«/.), Sejarah dan Masyarakat. Lintasan Historis Islam di Indonesia, Edisi Revisi (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), h. 86 1 9 6
1 9 7
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
127
agama di Banten, abad
ke-19
keanggotaan
dalam tarikat justru
memberikan prestise bagi seseorang. Kekuasaan politik para kiyai dan para haji sebagai guru tarikat disegani di hormati oleh kabanyakan penduduk desa, dan dalam perjalanan waktu memperoleh pengaruh yang besar sekali.
198
Berdasarkan kenyataan itu, ada suatu hal yang tidak dapat dihindari bahwa
dengan
berkembangnya
suatu
ajaran
akan
menimbulkan
perobahan sosial. Suatu ajaran merupakan hal yang berharga dalam kehidupan masyarakat, karena ajaran itu akan ikut mewarnai dan menentukan proses terciptanya sistem nilai budaya dalam masyarakat tersebut. Orientasi nilai ini akan menentukan atau membentuk sikap mentalnya yang selanjutnya terpantul dalam pola tingkah lakunya seharihari dalam berbagai segi kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan keagamaan. Sikap mental dan pola pikir yang langsung mempengaruhi pola tignkah laku seseorang atau masyarakat tampak menjadi kunci yang menentukan dinamika kemampuannya dalam mengarungi berbagai aspek kehidupannya. Dengan demikian, mempelajari satu elemen dari sistem yang menjadi panutan masyarakat menduduki posisi sentral di dalam suatu kegiatan pengembangan masyarakat. Karena pada dasarnya sikap dan prilaku masyarakat adalah manifestasi dari nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Bertolak dari dasar pemikiran di atas, maka pengaruh ajaran tarikat Syekh Yusuf terhadap aspek kehidupan sosial dan keagamaan pada masyarakat di desa Banten, sebagai berikut: Sartono Kartodirjo, Pemberontakan Petani Banten 1888, ten. Hasan Basri, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1984), h. 135-137 1 9 8
Arfah Shiddiq
1. Pengaruh Ajaran Tarikat Syekh Yusuf Terhadap Aspek Kehidupan Sosial Yang dimaksud dalam konsep ini adalah berbagai pengaruh yang tercermin
dalam
pergaulan
keluarga,
tetangga
dan
sehari-hari, baik
masyarakat
pada
dalam
lingkungan
umumnya,
sebagai
perwujudan dari pengamalan ajaran tarikat yang dianutnya. Hasil pengamatan penulis selama di lokasi mengungkapkan bahwa umumnya orang Banten memperlakukan keluarganya dengan adil dan bijaksana. Yang dimaksud adil ialah memberikan haknyamasingmasing, berupa nafkah hidup, sandang dan pangan serta bergaul bersama mereka dengan sebaik - baik perilaku.Menurut beberapa informan,
199
besarnya tanggung jawab orang Banten terhadap keluarga
merupakan salah satu perwujudan ajaran syukur nikmat dari tarikat yang dianutnya. Mensyukuri nikmat karunia llahi adalah dengan jalan meiakukan ketaatan kepada-Nya dan memenuhi tanggung jawab keluarga dan masyarakat. Dalam hubungan ketetanggaan dan kemasya-rakatan semangat gotong royong dan saling tolong menolong di antara orang Banten telihat sangat menonjol. Sikap ini terlihat dengan tegas pada waktu pelaksanaan
upacara-upacara daur hidup, (lihat halaman 40-41).
Menurut Informan,
200
sikap dan jiwa gotong royong yang tercermin
dari pola tingkah laku orang Banten merupakan perwujudan dari ajaran Ikhlas dalam tarikat yang dianutnya. Ikhlas dalam pandangan Syekh Yusuf adalah suatu maqam (tingkatan) yang harus dilalui oleh seorang
Wawancara di Banten, tanggal 28 Juni 1990
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
129
salik dalam suluknya menuju Allah (lihat halaman 162-163). Maqam ikhlas ini menurut Syekh Yusuf adalah maqam yang paling dekat untuk mencapai ma'rifat kepada Allah, yang menjadi tujuan akhir para salik.
201
Ajaran tentang hidup bermasyarakat ini tercermin pula dalam pola hubungan antara lapisan atas dengan lapisan bawah (lihat halaman 1920). Pergaulan terhadap orang yang lebih tinggi lapisan sosialnya mendapat penghormatan, sehingga mereka hidup rukun dan saling menghargai. Terhadap masing-masing
sesama yang sederajat lapisan
bersikap
rendah
hati,
bergotong
sosialnya,
royong
dan
menghindari perselisihan dan persengketaan. Terhadap orang-orang yang lebih rendah lapisan sosial nya, mereka bergaul dengan penuh kasih sayang dan meghindari perbuatan yang tidak senonoh, sikap angkuh, dan menghinakan mereka. Demikian pula terhadap fakir miskin, mereka bersikap murah tangan dan bermanis budi. Dalam hubungan pengelolaan dan perbaikan lingkungan hidup seperti tanah, air, tumbuh-tumbuhan, dan
binatang yang
ada
disekitarnya, sebagian orang Banten percaya bahwa alam dan isinya adalah bahagian daripada Tuhan. Pemahaman ini bersumber dari ajaran Syekh Yusuf yang menyatakan bahwa Allah adalah wujud hakiki, sedangkan wujud makhluk-Nya adalah wujud bayangan (lihat halaman 137).
Pengaruh
ajaran
ini
menuntut mereka
untuk
menjaga
keseimbangan dan keharmonisan alam. Perwujudan dari kepercayaan ini menyebabkan sebahagian orang Banten mempunyai tata nilai yang dikukuhkan melalui berbagi upacara dalam rangka menjaga hubungan Lihat Tujima, op.cit., h. 95
130
Arfah Shiddiq
harmonis dengan alam semesta. Upacara tersebut telah menjadi tradisi masyarakat yang masih berlangsung sampai sekarang. Dalam bidang pertaniaan misalnya, sebagai kegiatan utama dalam memenuhi kebutuhan hidup, umumnya orang Banten meiakukan berbagai upacara, mulai dari ketika sawah akan ditanami sampai setelah panen (lihat halaman 37-38). Setiap upacara yang dilaksanakan diiringi dengan pembacaan do'a, berzanji dan zikir. Kegiatan itu dimaksudkan agar alam tetap terjaga kelestariannya dan manusia dapat memanfaatkannya, Tumbuh-tumbuhan, binatang begitu puia laut dan segala isinya harus dijaga kelestariannya, karena kesemuanya itu adalah bagian dari Tuhan. Dengan demikian, ajaran tarikat ini telah mempengaruhi sebahagian besar petani dan nelayan yang merupakan penduduk mayoritas di desa Banten. Pengaruh ajaran tarikat nampak pula pada kegiatan perkawinan. Upacara aqad nikah di depan penghulu diawaii dengan pembacaan ayat-ayat suci AI-QUr'an, salawat dan zikir. Sesuai aqad nikah dilanjutkan dengan pemberian nasehat perkawinan dan do'a kepada kedua
mempelai. Biasanya pembacaan do'a diserahkan
kepada
seorang kiyai atau guru tarikat. Guru mempunyai kedudukan yang terhormat dalam masyarakat Banten, baik sebagai guru umum maupun sebagai guru agama. Ucapan, gagasan dan tindakannya selalu dijadikan 'pedoman oleh masyarakat sekitarnya. Penghargaan yang tinggi diberikan kepada guru, merupakan salah satu pengaruh ajaran tarikat (lihat halaman 33). Dalam ajaran tarikat keterikatan murid kepada gurunya (syekhnya) mendapat perhatian khusus. Murid tidak boleh membenci atau
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
131
mengumpat syekhnya
bahkan sebaliknya
harus selalu memberi
penghormatan kepada syekhnya. Dari sisi lain ditemukan pula beberapa informan yang menafsirkan secara ekstrim beberapa ajaran Syekh Yusuf, seperti ajaran tentang zuhd dan faqr.
Menurut Syekh Yusuf Zuhd
adalah sikap tidak
menjadikan kehidupan dunia sebagai tujuan akhir hidupnya. Dunia harus ditempatkan secara terbatas dan terkendali. Kenikmatan duniawi tidak menyebabkan susutnya waktu dan perhatian kepada tujuan yang sebenarnya, yaitu kesenangan dan kebahagiaan yang abadi di akhirat (lihat halaman 162-164). Ternyata dari hasil pengamatan penulis, sebahagian masyarakat, zuhd ditafsirkan mengurangi keinginan terhadap kehidupan dunia. Dunia dan segala kehidupan yang bersifat materi dinilai sebagai sumber kemaksiatan dan penyebab terjadinya perbuatan-perbuatan dosa. Mereka yang terpengaruh dengan paham ini menekankan agar manusia jangan tergoda oleh kehidupan dunia, sehingga mereka bersifat apatis. Demikian pula ajaran tentang faqr; semula pesan yang tersirat dalam ajaran fakir adalah agar manusia bersikap hati-hati terhadap pengaruh negatif yang bisa diakibatkan oleh pengaruh kehidupan materi. Dengan kata lain sikap mental fakir ini hanya sekedar pendisiplinan diri dalam mencari dan memanfaatkan fasilitas hidup dalam kehidupan ini. Akan tetapi kenyataan di lapangan sebahagian masyarakat menafsirkan ajaran faqr sebagai mana ajaran yang mengharuskan seseorang untuk tidak menuntut lebih dari apa yang telah dimiiiki, dan dunia hanya sekedar memenuhi kebutuhan pokok dalam rangka mempertahankan hidup.
132
Arfah Shiddiq
Nampaknya ajaran tentang zuhd dan faqr
ini terjadi suatu
dikhotomi secara tegar antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Dengan demikian penafsiran zuhd dan faqr seperti itu tidak memberi peiuang untuk menjalani eksistensinya
sebagai
manusia
subjek
(Khalifah), yang seharusnya mampu mangambil keputusan-keputusan yang bermakna. Ajaran itu tampak akan menghilangkan haknya untuk hidup, dan satu pertanda untuk menghindari sebahagian tugas selaku khalifah. 2. Pengaruh Ajaran Tarikat Syekh Yusuf Terhadap Aspek Kehidupan Keagamaan Yang dimaksud dalam uraian ini berkisar pada upaya manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara memformulasikan ajaran-ajaran tarikat ke dalam bentuk-bentuk komunikasi masyarakat dengan Tuhannya yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Penduduk desa Banten yang mayoritas beragama Islam meiakukan berbagai bentuk ritual atau ibadah. Hasil
pengamatan
penulis
selama
di
lokasi
penelitian
mengungkapkan bahwa sebahagian penduduk patuh menjalankan shalat lima waktu. Kebanyakan mereka yang aktif shalat meiakukan zikir
seusai shalat
Subuh
dan
shalat
Isa.
Zikir
yang
mereka
kumandangkan ada yang secara jahr (dengan suara keras), terdengar melalui pengeras suara yang terdapat di masjid atau langgar. Ada pula yang berzikir secara khafi (zikir dalam hati). Pelaksanaan zikir setiap selesai sahalat pada waktu-waktu tertentu merupakan salah satu pengamalan ajaran tarikat. Mereka menganggap bahwa shalat dan zikir
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
133
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat (lihat halaman 171). Di samping itu, terdapat juga di antara penduduk yang mengaku beragama Islam, tetapi tidak mengamalkan ibadah shalat. Mereka ini dapat dikategorikan dalam dua kelompok. Pertama, mereka yang masih abangan. Ini mungkin disebabkan mereka belum mendapat keterangan secara mendalam tentang ajaran agama Islam. Mereka hanya memahami Islam sebagai suatu sistem kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, tetapi kurang merasa adanya kewajiban yang harus ditunaikan sebagai konsekuensi dari kepercayaan tersebut. Diantara mereka terdapat pula penduduk yang mengaku beragama Islam masih percaya kepada roh nenek moyang dan benda-benda keramat. Pengahayatan mereka terhadap roh nenek moyang dan kubur keramat terlihat ketika mereka akan turun ke sawah. Mereka minta tolong kepada leluhur agar dapat memberi keselamatan terhadap tanaman-tanamannya, serta memberi rezki dan berkah buat kehidupan mereka di masa akan datang, Banyak lagi bentuk-bentuk ritus (upacara sacral) yang mereka lakukan yang diwarnai kepercayaan animisme dan dinamisme. Kedua, mereka yang dipengaruhi faham fana' fi Allah dan baqa' bi Allah. Mereka yang menganut faham ini tidak lagi merasakan wujud dirinya karena dalam rasa dan pandangan batinnya tidak ada yang lain kecuali Allah. Mereka merasa telah lebur dalam
ahadiyat
yang
baqa",
bersatu dengan
Tuhan
{ittihad).
Perenungan tentang Tuhan seperti itu tampak adanya usaha teladan diri, fana' (sirna) di dalam wujud Tuhan sehingga hakekat diri tidak ada lagi, yang ada hanya wujud Tuhan. Mereka yang menganut faham ini
134
Arfah Shiddiq
menganggap kewajiban syara' seperti shalat dengan sendirinya sudah lepas (lihat halaman 172) Meskipun penganut faham ini tidak banyak, namun telah mempengaruhi masyarakat
awam, terutama bagi* mereka yang
memang kurang merasa adanya kewajiban untuk menunaikan ibadah. Padahal eksistensi bagi manusia adalah tugas dalam pergumulan sosial di dunia yang nyata ini. Pengaruh ajaran tarikat tercermin pula dalam upacara-upacara keagamaan seperti mauiid, isra' mi'rqj, dan kegiatan rnenjeiang bulan suci Ramadhan. Pada setiap upacara keagamaan selalu diadakan zikiran. Menurut beberapa informan, yang paling meriah adalah pada bulan Rabi'ul Awal (mauiid), mereka menziarahi makam-makam sultan dan syekh (wali) yang tersebar di desa Banten dan sekitarnya. Bahkan para penziarah itu ada yang berasal dari berbagai penjuru di Jawa ini. Di nadapan maqam mereka meiakukan tahlilan, pembacaan surah yasin dan lafal-lafal zikir lainnya (lihat halaman 12) Peraktek
zikir
yang
dilaksanakan
dalam
berbagai kegiatan
merupakan usaha penyatuan antara syariat dan hakikat, bermaksud pembersihan batin dan tegaknya rumusan "Tiada Tuhan Seiain Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya". Rumusan ini mempertajam tauhid yang menjadi inti ajaran Alquran. Namun, bagi salik dipahami bahwa Alquran
tidak
saja
mengandung
ajaran
bahwa
Tuhan
serba
transcendental, tetapi dalam berbagai ayat juga menyatakan bahwa Tuhan adalah Iman, yaitu senantiasa hadir bersama hamba-Nya dan melingkupi-Nya, terutama bagi orang yang selalu mengingat-Nya (lihat halaman 154). Dengan demikian, orang tarikat selalu mengingat Tuhan dan merasa bersama denganTuhan. Mereka menjunjung tinggi akhlak
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
dan budi pekerti yang baik, dan mereka mengupayakan agar dapat berlaku dan mempengaruhi masyarakat. Dari sini kita lihat adanya pengaruh tidak langsung
hadirnya
ajaran
tarikat
dalam
aspek
kehidupan keagamaan Masyarakat.
136
Arfah Shiddiq
(Bagian (Enam PENUTUP Dari hasil pengkajian penulis terhadap beberapa karya tulis Syekh Yusuf dan kondisi obyektif masyarakat Banten pada saat penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa Syekh Yusuf mengajarkan tasawuf dan tarikat khalwatiah melalui komunikasi dakwah yang mudah diserap masyarakat. Corak aliran tasawuf Syekh Yusuf adalah gabungao antara aliran tasawuf Sunni dan Wahdah al-Wujud dengan interpretasi yang sedikit berbeda dengan Ibn 'Arabi, serta aliran tasawuf ittihad dari Abu Yazid al-Bustami yang diformulasi dalam bentuk fana' fi Allah dan baqa' bi Allah. Meskipun demikian, corak aliran tasawuf Sunni nampak lebih dominan dari corak aliran tasawuf lainnya yang bercorak falsafi.. Kesimpulan ini dikemukakan dengan alasan: a. Syekh Yusuf membedakan secara tegas antara Khalik dengan hamba dalam upaya tetap mempertahankan dan memelihara kesucian Tuhan dari suatu persamaan dengan makhluk-Nya. b. Ajaran tasawufnya tetap konsisten dengan ajaran Al-quKan dan Sunnah Rasul dengan tidak memberikan luasan-luasan tasawuf itu secara spekulatif filosofis. c. Ajaran tasawuf Syekh Yusuf tidak terpisah dan saling mengukuhkan dengan ajaran tauhid dan fiqh. Ketiga aspek ajaran Islam tersebut diamalkan secara terpadu. d. Tingkat terttnggi yang akan dicapai oleh seorang sufi adalah ma'rifat, yaitu mengetahui Allah dari dekat sehingga mata hati dapat melihat-Nya. Untuk mencapai ma'rifat, seorang sufi harus berada dalam keadaan fana'fi Allah dan baqa' bi Allah. Fana' fi Allah dan baqa' bi Allah dapat dicapai melalui riyadhah, yaitu latihan melunakkan dan mensucikan hati agar mampu mendekati Tuhan.
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
137
Ajaran pokok tarikat Syekh Yusuf berkisar pada usaha manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah yang mengacu kepada peningkatan kualitas akhlak yang mulia (al-akhlaq al-karimah) serta penekanan meiakukan amal shaleh dan zikir (latihan kerohanian). Ibadah shalat dan zikir dalam tarikat Syekh Yusuf menempati posisi yang sangat penting, sehingga setiap pengikutnya wajib mengamalkan zikir, baik dilakukan secara perorangan maupun secara kelompok (berjama'ah). Pengaruh ajaran Syekh Yusuf dapat dilihat dari dua sisi, yaitu: a. Ajaran-ajaran
Syekh
Yusuf
telah
melahirkan
pribadi
yang
dapat
mengembangkan pendalaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam yang bisa dikaitkan dengan konteks pembangunan manusia seutuhnya. Pengaruh tersebut nampak dalam kehidupan sosial dan kehidupan keagamaan dalam masyarakat desa Banten. Ajaran yang berpengaruh berkisar pada usaha manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan sikap mental dan pendisiplinan diri, sehingga mengukuhkan eksistensi pengikutnya sebagai pribadi muslim. Dengan demikian nilai-nilai spiritual yang terdapat dalam ajaran tasawuf dan tarikat Syekh Yusuf menjadi modal untuk mengukuhkan keberadaan manusia sebagai khalifah Allah di bumi. b. Ajaran-ajaran yang telah melahirkan pribadi yang apatis dan bersikap masa bodoh terhadap perkembangan masyarakat dan perubahan sosial. Pengaruh yang bersifat negatif ini disebabkan penafsiran yang keliru terhadap ajaran tarikat SYekh Yusuf. Ajaran zuhud dan fakir yang ditafsirkan secara ekstrim misalnya dapat menghilangkan realitas diri. Ketidak acuhan terhadap pribadi sebagai subjek (khalifah), menyebabkan mereka menjadi pribadi yang diobjektifikasikan. Pengaruh ajaran seperti itu akan mengakibatkan kurang pekanya masyarakat terhadap pergumulan sosial. Dengan kata lain lernahnya etos kerja sebagai akibat ketertutupannya terhadap pembaharuan dan perubahan. Keadaan seperti ini akan berakibat usaha untuk menciptakan dan memecahkan permasalahan ummat tidak mendapat tempat yang layak dalam
138
Arfah Shiddiq
Daftar Pustaka Abu Bakar, M. Kaiabadzi, Ajaran-ajaran Sufi, Cet. I; Bandung: Penerbit Pustaka, 1405 H/1985 M. Abulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan, Jakarta: Bumi Aksara, 2002. Ahmad Daudy, Allah dan Manusia dalam Konsep Nur al-Din al-Raniri, cet.l; Jakarta: CV. Rajawali, 1983 As/ary, Abu al-Hasan Ismail. Kitab al-Luma', Kairo: Maktabat al-Khanji, 1955. Aliade, Mirce (ed.). The Encyclopaedia of Islam, Vol. 14, New York: Macmillan Publishing Co., 1987 Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya, Cet. ii; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004 , KomunikasiAntarpribadi, Cet. II; Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997 , Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, Cet. I; Yogyakarta: LKiS, 2003 , Prasangka dan konflik; Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultural, Cet. I; YogyakarW:^rLKiST etangi Aksara, 2005 Andi Widjjanto, "Empat Tahao Resolusi Konflik", Tempo Interaktif, Kamis tanggal 17 Juni 2004 Armando Cortesao, The Suma Oriental of Tome Pires, London: The HakluyitSociety, 1944 Ami Muhammad, Komunikasi Organisasi, Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara, 2001. Basyuni, Ibrahim. Nasy'at al-Tashawwuf wa Tarikhuh, Kairo: Dar al-Ma'arif, 1969 Burhan Bungin. H.M, Sosiologi Komunikasi; Teori, Paradigma dan Diskursus J
Teknofogi Komunikasi din Masyarakat, Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006 Cennep, Cf. Arnold van. The Rites of Passage, Chicago: The University of Chicago Press, 1968. Censen, A. A, "De Verering van Sjaich Jusuf in Zuid Celebes", in Bingkisan Budi, Leiden: 1950 Coser, Lewis A., The Funcional ofConflik, New York: The Press, 1964 Al-Dzahabi, Muhammad Husain, al-Tafsir wa al-Mufasirun, Jilid 2, Cet. Ke-2; Mesir: Dar al-Kutub al-Haditsat, 1396 H
140
Arfah Shiddiq
Johnson, Doyle Paul, Sociological Theory; Classical Founders and Contemporary Perspective, diterjemahkan oleh Robert M.Z., Lawang dengan judul Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid I, Jakarta: PT. Gramedia, 1986. Kamal Mukhtar, Azas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1974 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, Cet. II; Jakarta: Universitas, 1965 , Pengantar Ilmu Antropologi, Cet. VIII; Jakarta: Rineka Cipta, 1990 , Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1999 Ligtvoet, A. Transcriptie van de Lontara Bilang of Het Daboek der Vorsten van Gowa en Tallo, S. Graven Hage: Vols-drukkeri j , 1877. Madkur, Ibrahim, Fi al-Falsafat al-lslamiyyah wa Tathbiqihi, Jilid 2, Mesir: Dar alMa'arif, t.t. Mahmud, Abd. al-Qadir. Al-Falsafah al-Sufiyyat fi al-lslam, Kairo: Dar al-Fikr al'Arabi, 1966. Moss, Stewart L Tubb-Sylvia, Human Education yang diterjemahkan oleh Dedy Mulyana dan Gemberasari, Cet. Ill; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya , 2001 Musa,Muhammad Yusuf, Falsafat al-Akhlaq fi al-lslam, Cet. Ke-2; Kairo: Muassasah al-Khanji, 1962 Nasikun, Sistem Sosial Indonesia, Cet. XI; Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2001 Nicholson, R.A., Fi al-Tasawwufal-lslomi wa Tarikhu., Diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Abu al-'AlaAfifi, Kairo: Mathba'at Lajoat al-Ta'lif wa alTarjamat wa al-Anshr, 1956 , Studies in Islamic Mistism, New York: Cambridge, University Press, 1921 . The Idea of Personality in Sufism. Delhi: ldarah-1 Adabiyat-I Delhi, 1976 Nuruddin Daeng Magassing, Riwayat Tuanta Salamaka Syekh Yusuf, Makassar: Volksdrukkrij, 1933 Onong Uchjana, Kama Komunikasi, Cet.!; Bandung: Mandar Maju, 1989. P.A. Hosein Djajadiningrat, Tinjauan Kritis Tentang Sejarah Banten, Jakarta: Jambatan, 1983 Parekh, Bikhu "National Culture and Multiculturalism", dalam Kenneth Thomson (ed.), Media and Cultural Regulation, London: Sage Publication, 1997
142
Arfah Shiddiq
Pelras, Christian, "Religion, Tradition and Dynamics of Islamization in South Sulawsf, dalam: Archipel, 29,1985 Poloma, Margaret M., Sosiologi Kontemporer, Cet. IV; Jakarta: Pt. RajaGRafindo Persada, 2000 Qadir, C.A, Influence of Muslim Thought on the East" in M.M. Sharif (ed.) vol. II, A History of Muslim Philosophy, Wiesbaden: Otto Harrassowitz, 1963 Rachmatullah Amin, Banten Dalam Perspektif Sejarah Islam, Serang: Grafika Populer, 1990 Rohtman, J., From Confontation to Cooperation: Resolving Etnic and Regional Conflict, Newbury park, CA, Sage, 1992 Rus'an, "Analisis Sosial Budaya Konflik Kekerasan di Poso, Tesis, Makassar: Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar tahun 2003 Saifuddin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia, Bandung: Al-Ma'arif, 1981 Sanderson, Stephen K., Makro Sosiologi; Pendekatan Relitas Sosial, yang diterjemahkan oleh Farid Wajidi dan S. Menno, Edisi 2, Cet. Ill; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000 Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia, Suatu Alternatif, Jakarta: Gramedia, 1982 __, Pemberontakan Petani Banten 1888, terj. Hasan Basri, Jakarta: Pustaka Jaya, 1984 Soejono Soekanto, Beberapa Teori Sosiologi tentang Struktur Masyarakat (Cet. II), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993 , Sosiologi suatu Pengantar, Cet. XXXV; Jakarta: PT. RajaGRafindo Persada, 2003 , Takcott Parsons, Fungsionalisme Imperatif, Cet. I; CV. Rajawali Jakarta, 1986 , Hukum Adat Indonesia, Jakarta: Rajawali, 1981 Suacana, Wayan Gede, Problema Sosial Masyarakat Multikultural, http:// www. Balipost.com/BaliPostcetak/2004/5/3/o2.htm Taufik Abdullah, Catatan Editor pada A.A. Cense, "Pemujaan Syekh Yusuf di Sulawesi Selatan," dalam Taufik Abdullah (ed.), Sejarah Lokal di Indonesia, Cet. Ke-2; Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1985
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
143
, Islam di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1974 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. I) Jakarta: Balai Pustaka, 2001 , Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka, 2002 Al-Taftazani, Abu al-Wafa' al-Ghanimi, Sufi dari Zaman ke Zaman, Bandung: Penerbit Pustaka, 1985 Al-Timi, Jamiuddin ibn Thalib al-Khalwati, "Majmu'ahmin Muallafat al-Syekh Yusuf Taj al-Khalwati", Makassar: t.t.p. dan t.t Trimingham, J. Spencer, The Sufi Orders in Islam, New York: Oxford University Press, 1973. Tubs, Stewart L. & Sylvia Moss, Human Communication Konteks-konteks Komunikasi, Cet. II; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000 Tujimah, Syekh Yusuf Makassar (1626-1699), Makalah, Disajikan dalam Seminar Sejarah Nasional II, Yogyakarta: Tanggal 27s/d29 Agustus 1970. Lihat juga, A. Makkarausu Amansyah, "Tentang Lontara Syekh Yusuf, Tajul Khalwatiah", Makalah, Disajikan dalam Book Talk. Ujung Pandang: Perpustakaan UNHAS, 1975 Uchayana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000 Uka Tjandrasasmita (ed.), Sejarah Nasional Indonesia, III, Jerman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1975 , Sultan Agung Tirtayasa Musuh Besar Kompeni Belanda, Jakarta: Nusalarang, 1967 , The Arrival and Expansion of islam in Indonesia Relation to South East Asia, dalam International Seminar on Islam in South East Asia, Jakarta: Lembaga Penelitian IAIN Syarif Hidayatullah, 1986 Usman Pelly "Akar Kerusuhan Etnis di Indonesia" dalam Jurnal Antropologi Indonesia tahun XXIII No. 58 Januari-Februari 1999. , "Multikultural dan Rekonsiliasi Menghindari Konflik Generasi Ketiga", "Makalah" yang disampaikan pada Kongres Kebudayaan V di Bukit Tinggi dalam tema "Pluralitas dan Rekonsiliasi" pada tanggal 21-23 Oktober 2003.
144
Arfah Shiddiq
WJ.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet. VIII; Jakarta: PN Balai Pustaka, 1985 Yusuf, Syekh, fathu Kaifiyah al-Dzikr, dalam NA. No 108, MPJ, Catalog R. Frederich, h. 62 Cf. Tujimah, Syekh Yusuf Makassar, Ri way at Hidup, Karya dan Ajarannya, Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, 1987 , Mathalib al-Salikin, Naskah Musium Pusat Jakarta, N.A. 101 , Taj al-Asrar fi tahqiq Masyrab al-'Arifin min Ahl al-istibshar, Naskah Museum Pusat Jakarta, nomor A. 101, , Taj al-Asrar fi Tahqiq Masyrab al-'Arifin min ahl al-lstibshar, naskah Museum Pusat, Jakarta, N.A. 101 Zuber Usman, "Syekh Yusuf Tajul Khalwati", Jakarta: Panji Masyarakat, No. 158, 15 oktober, 1974
Ajaran Tarikat Syekh Yusuf dan Pengaruhnya di Banten
145
Muhammad Arfah Shiddiq, dilahirkan di Ujung Pandang, pada tanggal 5 Februari 1951. Setelah menamatkan pendidikannya di sekolah Dasar Negeri 49 Baraya, Makassar pada tahun 1964, ia melanjutkan sekolahnya pada Pendidikan Pegawai Peradilan Agama Negeri (PPUPAN) 4 tahun (Tamat 1967), berikatan dinas di Makassar, lalu melanjutkan studinya di Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) 6 tahun (tamat tahun 1969), berikatan dinas di Makassar. Gelar Sarjana Muda (B.A) diperoleh tahun 1973 dan Gelar Sarjana (Drs) dari jurusan perbandingan Agama, IAIN Alauddin, Makassar pada tahun 1979. Pada tahun 1988 ia melanjutkan studinya ke jenjang Program Magister (S2) dan Program Doktoral (S3) pada tahun 1990di IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Gelar Magister (MA) diperoleh tahun 1990, dan gelar Doktor diraih pada tahun 2001 dalam bidang Pengkajian Islam(lslamicStudies) la berprofesi sebagai dosen Kopertis Wilayah IX dipekerjakan di Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar. Disamping itu, ia juga aktif sebagai muballigh di daerah ini. Jabatan yang pernah diamanahkan di UMI antara lain: Pada tahun 1981 - 1985 Sekretaris FakultasSyari'ah; Pembantu Dekan I FakultasUshuluddindan FakultasSyari'ah (1985-1988); Wakil Ketua Lembaga Studi Islam (1988-1993); Ketua Pusat Dokumentasi, Informasi, dan Kajian llmiah (PUSDIKI), 1993-1994. Pada Periode ini terwujud sebuah buku tentang UMI yang berjudul "Menerobos Krisis, Mengukir Prestasi: 40 Tahun UMI 1954-1994," sebagai editor. Selanjutnya, ia diamanahkan sebagai ketua Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat (LPPM), 1994-1997. Pada tahun 1998 (Satu semester), ia diberi amanah Pjs. Ketua Lembaga Fatwa dan Dakwah; Dekan Fakultas Agama Islam (1998-2003); Wakil Rektor IV 2003-2006; Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat dan Dakwah (LPMD) tahun 2006-2010; dan pada tahun 2010 sampai tahun 2014 sebagai Wakil Rektor V, bidang dakwah dan pengembangan kampus Islami. Tahun 2014 sampai sekarang sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Makassar (UIM-AI Gazali). la juga menulis proseding Seminar Nasional dan Seminar Internasional. Dalam aktifitas sosial, ia diberi amanah sebagai Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan (2006-2015), Wakil Ketua, Dewan pimpinan Pusat Ikatan Mesjid Mushalla Indonesia Muttahidah (DPP-IMMIM), 2013-2018;Wakil Ketua Tanfidziyah Nadlatul Ulama Sulawesi Selatan (2013-2018), dan Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) SulawesiSelatan.