11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Remaja dan Perkembangannya
Remaja adalah generasi penerus yang nantinya akan melanjutkan kehidupan dan pembangunan bangsa dan negara. Oleh karena itu, perhatian yang besar hams diberikan kepada remaja di masa pertumbuhannya, sehingga tersedia sumber daya manusia berkualitas, baik secara fisik maupun mentallmoral. Masa remaja dipandang sebagai masa dimana individu dalam proses pertumbuhannya (terutama fisik) telah mencapai kematangan. Masa ini diawali dengan apa yang disebut istilah pubertas. Kata "pubertas" berasal dari bahasa Latin, yang berarti usia menjadi orang; suatu periode di mana anak dipersiapkan untuk mampu menjadi individu yang dapat melaksanakan tugas biologis melanjutkan keturunannya atau berkembang biak.
Selain itu, disertai pula dengan perubahan-
perubahan psikologis (Mappiare, 1982). Dari berbagai literatur yang ada, pengelompokan usia remaja berbeda-beda. Dalarn ha1 ini diacu pada pendapat Hurlock (1980) yang membagi masa remaja menjadi : 1. Pubertas atau preadolescence : usia 10-13114 tahun. 2, Masa remaja awal : usia 13/14-17 tahun 3. Masa remaja akhir : usia 17-21 tahun
Masa remaja awal yang berusia 13-17 tahun merupakan masa awal transisi, sehingga secara psikologis banyak mengalami gejala-gejala negative phases, seperti keinginan untuk menyendiri (desire for isolation), berkurang kemauan untuk bekerja (disinclination to work), kurang koordinasi fungsi-fungsi tubuh (incoordination),
8 kejemuan (boredom), kegelisahan (restlessness), pertentangan sosial (social antagonism), penantangan terhadap kewibawaan orang dewasa (resistance to authority), kepekaan perasaan (heightened emotionality), kurang percaya diri (lack of self confidence), mulai timbul minat pada lawan seks (preoccupation with sex), kepekaan perasaan susila (excessive modesty) dan kesukaan berkhayal (day dreaming) (Hurlock dalam Mappiare, 1982). Secara khusus, ciri-ciri yang dimiliki remaja awal adalah sebagai berikut : 1. Ketidakstabilan perasaan dan emosi 2. Hal sikap dan moral, terutama menonjol menjelang akhir remaja awal (1 5-17).
Ada kecenderungan remaja mendekati lawan jenis dan menonjolkan sex appeal. 3. Hal kecerdasan dan kemampuan mental. Di sini remaja seringkali menolak hal-
hal yang tidak masuk akal. Penentangan pendapat sering terjadi dengan orang tua atau orang dewasa lain, dengan alasan yang masuk akal dan remajapun cenderung mengikuti pemikiran orang dewasa. 4. Hal status remaja awal sangat sulit ditentukan. Hal ini disebabkan ada anggapan
dari orang dewasa bahwasanya masih kanak-kanak. 5. Walhasil, remaja awal banyak menghadapi masalah. Di sini kemampuan berpikir
sehingga kurang mampu mengadakan lebih dikuasai oleh emo~ion~tasnya, konsensus dengan pendapat lain yang bertentangan dengan pendapatnya. Akibat yang menonjol adalah pertentangan sosial. Selain itu remaja awal mengganggap dirinya mampu mengatasi permasalahannya sendiri tanpa bantuan orang dewasa. 6. Masa remaja awal adalah masa yang kritis. Maksudnya, suatu keadaan remaja
yang dapat menghadapi masalahnya dengan baik, menjadi modal dasar dalam
9
menghadapi masalah-masalah selanjutnya, sampai ia dewasa.
Sebaliknya,
ketidakrnampuannya
ini
menghadapi
masalahnya
dalam
masa
akan
menjadikannya orang "dewasa" yang tidak mandiri. Pada usia 15-17 tahun, kelompok sebaya (peer group) seringkali menjadi kelompok rujukan, dimana mengembangkan moral, nilai-nilai, memperoleh rasa aman, mempercayakan masalah-masalahnya dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orangtua maupun guru (Hurlock, 1980). Pada usia rentang remaja akhir, yaitu usia 17-21 tahun, remaja sudah mulai dihadapkan dengan berbagai macam informasi, permasalahan-pennasalahan di sekitarnya, sehingga sudah mulai terbuka pikirannya yang menunjukkan gejala-gejala positif, yaitu : (1) Stabilitas mulai timbul dan meningkat; (2) Citra diri dan sikap pandangan yang lebih realistis; (3) Menghadapi masalahnya secara lebih matang; dan (4) Perasaan menjadi lebih tenang.
Perkembangan Seksual Remaja Masa pubertas ditandai dengan perubahan biologis yang meliputi perubahan fisik dan kematangan alat seksual, yang tentunya juga dengan perkembangan psikologis seperti telah diuraikan. Perkembangan psikologis remaja meliputi terjadinya perubahan pola hubungan antara remaja pria dan wanita. Ketika masa pubertas, remaja pria merasa tidak perduli dengan teman wanitanya, tetapi remaja wanita sudah menunjukkan perhatiannya kepada teman pria.
Kemudian ketika
memasuki remaja awal, remaja pria dan wanita sudah menyenangi kehldupan berkelompok, menyukai lawan jenisnya dan melakukan hubungan percintaan sampai
10 kepada kencan. Perkembangan kejiwaan pada masa ini adalah munculnya dorongan seksual yang tercermin dalam ketertarikan terhadap lawan jenis (Mappiare, 1982).
2.2 Informasi Seks dan Dampaknya bagi Remaja
Pengertian informasi menurut kamus Bahasa Indonesia adalah pemberitahuan atau keterangan (Chaniago, 1997). Schramm and Roberts (1977) menggambarkan informasi sebagai sesuatu yang dapat mengurangi ketidakpastian dan membantu mempersempit kemungkinan pilihan dalam suatu situasi. Kincaid and Schrarnrn (1978) mengatakan bahwa informasi dapat membantu manusia dalam menyusun dan menukar pendapat tentang kehidupan. Menurut Fisher (1986), ada tiga konsep informasi, yaitu pertama, adalah penggunaan istilah informasi non ilmiah, yang paling khas adalah untuk menunjukkan fakta atau data yang diperoleh selarna tindak komunikasi. Penggunaan yang kedua dari istilah informasi menunjukkan makna data. Penggunaan ketiga istilah informasi berasal langsung dari teori-teori informasi, yaitu menganggap informasi sebagai jumlah ketidakpastian yang dapat diukur. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa informasi yang diperoleh merupakan hasil dari tindakan komunikasi (proses komunikasi), penafsiran dari komunikator dan pemilihan atas berbagai informasi yang diterima. Masa remaja ditandai dengan perkembangan psikoseksual, sehingga diperlukan informasi berkaitan dengan seks. Berbicara tentang seks adalah membicarakan (1) sistedproses kejadian manusia secara biologis, misalnya terjadinya kehamilan; (2) aktivitas seksual, sehingga memungkinkan terjadinya
kehamilan; (3) karakteristik dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan (BKKBN, 1987). Menurut Tan (1985), seks bukan hanya berhubungan dengan reproduksi, perbedaan anatomi dan reaksi fisik, namun sekaligus lebih dari itu. Dengan demikian informasi seks adalah informasi yang dapat ditangkap indera penglihatan atau dan pendengaran yang berkaitan dengan sistem biologis, reproduksi dan aspek-aspek yang berkaitan dengan seks. Derasnya arus informasi mengakibatkan buruknya perilaku seksual remaja, karena tidak mampu mengelola dan menahan dorongan seksualnya. Menurut Fauziah (Kompas, 2000), banyak remaja berpandangan bahwa jika menolak hubungan seks, mereka akan ditinggalkan oleh pacarnya dan ketakutan ini, terutama pada perempuan. Selain itu, dapat ditertawakan oleh teman bila menolak seks intim atau pandangan bahwa tidak ada yang mau berpacaran dengan orang yang menolak hubungan intim. Selain itu, hasil penelitian Sarwono dalam Aswati (1994) mengenai sikap remaja terhadap hubungan seks pra nikah di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Medan adalah sebagai berikut : 1. Setuju hubungan seks (sebelum pernikahan), asalkan suka sama suka (17,02 %). 2. Setuju hubungan seks dengan syarat lain-lain (30,40 %). 3. 12 % dari responden pria dan 9 % dari responden wanita tidak menganggap perlu kegadisan dalam malam perkawinan. 4. 17 % dari responden pria pernah ke Wanita Tuna Susila. 5. 48 % dari responden (pria dan wanita) pernah melakukan hubungan kelamin dengan pacarnya. Pada tahun 1971, The Commission on Obscenity and Pornography di Amerika (Rahmat, 1996) mengadakan penelitian tentang efek pornografi pada khalayak, yang menyatakan bahwa terpaan erotik-walaupun singkat, membangkitkan gairah seksual pada kebanyakan pria dan wanita, disarnping itu juga menimbulkan reaksi-reaksi
emosional lainnya seperti resah, impulsif, agresi dan gelisah. Lesmana (1995) juga memberi kesimpulan bahwa : 1. Banyak anggota masyarakat kita terangsang birahinya bila melihat atau membaca buku-bukulgambar seks. 2. Adegan telanjang yang diperankan oleh wanita atau aktivitas seksual dapat membangkitkan nafsu syahwat banyak pria, baik kaum muda maupun dewasa. Sedangkan terhadap kaum wanita, efek materi tersebut dinilai kurang menonjol. 3. Kaum wanita, umurnnya lebih terangsang pada stimuli yang lebih kompleks sifatnya, antara lain memperlihatkan romantic or love relationships yang tidak usah mengandung unsur seks secara langsung. Pendapat Nitibaskara dalam Kompas (1997), dari studi-studi yang ada di AS menunjukkan bahwa setelah menyaksikan film erotik atau pornografi akan menimbulkan perubahan suasana hati, menimbulkan agresivitas dan menurunnya kesopanan. Selanjutnya, menurut Boyke dalam Kompas (1996) dikatakan bahwa informasi yang tidak jelas, sepotong-potong seringkali menyebabkan remaja terjerumus kepada perilaku hubungan seksual pra nikah dengan tanpa mengetahui terjadinya proses kehamilan, ataupun penularan penyakit kelamin. Menurut Tan dalam Rahmat (1996), bahan-bahan erotis dalam televisi, film, buku, video, CD (Compact Disk) dan sebagainya yang disebut 'pornografi' diduga oleh kebanyakan orang merangsang gairah seksual seseorang dan menimbulkan perilaku seksual yang tidak wajar. Dari uraian tersebut, informasi seks yang bersifat pornografi menyebabkan dampak negatif bagi para remaja.
2.3. Berbagai Saluran Komunikasi yang Menyampaikan Informasi Seks
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima melalui channel (saluran). Daiam kesehariannya, informasi dapat diterima melalui
13
media maupun saluran interpersonal. Berdasarkan jenisnya, media dapat dibedakan menjadi empat, yaitu media cetak, media audio, visual dan audiovisual. 2.3.1. Komunikasi Bermedia
Media cetak Media cetak adalah media yang menampilkan informasi melalui lambanglambang yang tertulisltercetak, baik dalam bentuk tulisan atau ilustrasi. Menurut Jahi (1988), media cetak memiliki sifat yang menguntungkan, diantaranya, sifat permanen dari pesan-pesan yang telah dicetak, keleluasaan pembaca dalam mengontrol keterdedahannya dan mudah di simpan dan diambil kembali. Dale dalam Hanafi (1984) menyebutkran bahwa orang lebih banyak belajar dari pengalaman visual (indra mata) dari pada indra lainnya. Sebagai ilustrasi, kelemahan yang dirniliki dari media cetak adalah (1) Kurang tepat bila digunakan pada masyarakat yang memiliki kemampuan baca rendah atau buta huruc (2) Kurang cepat mencapai sasarannya; (3). Apabila tidak disiapkan secara seksama dan hati-hati, justru akan kehilangan maksud dan tujuan. Informasi-informasi seks dan persoalan-persoalan pornografi sudah ada sejak lama, akan tetapi di Indonesia, keberadaannya tidak begitu diperhatikan. Pencabutan UU Pers tentang pencabutan izin penerbitan justru menumbuhsuburkan media-media cetak
yang menampilkan pornografi (Jurnal Media Watch, 1999) yang dikemas
dalam bentuk majalah, tabloid serta buku-buku stensilan, misalnya majalah Popular, Kosmopolitan, La Jang, Liberti, Fakta Plus, Romansa, X File dan sebagainya. Bila dilihat dari isi pesan yang disampaikan, hanya sedikit dari majalah yang ada yang mempunyai misi untuk memberikan penerangan tentang seks.
Media Audio Media audio atau radio adalah seperangkat media elektronik yang befingsi sebagai media komunikasi dengan sinyal elektromagnetik. Dalam hal ini, ada dua bagian utama yang membentuk bagian radio, yaitu pesawat pemancar dan pesawat penerima.
Keuntungan yang dimiliki media radio antara lain adalah (1) Radio
mengatasi buta huruf, yaitu pendengarnya tidak perlu pandai menulis dan membaca; (2) Radio bersifat personal, yaitu membawa pendengar ke dalam suasana akrab, sehingga memudahkan tersalurnya komunikasi; (3) Radio dapat mengatasi hambatan geografis; (4) Radio bersifat fleksibel, misalnya dapat menyampaikan ucapan selamat ulang tahun, perkenalan dan sebagainya, serta dengan kelemahan : 1. Radio terbatas waktunya; 2. Radio tidak rinci, karena itu bahan siarannya perlu dibatasi dan dibicarakan secara langsung
tanpa bertele-tele; 3. Radio memerlukan perhatian
penuh dari pendengarnya, karena itu acara hams dibuat menarik, bervariasi dan tepat waktu; 4. Siaran radio bersifat sekali lalu, karena itu acara perlu dibuat jelas, dan sederhana; 5. Radio berlangsung dengan cepat, karena itu acaranya hams hangat dan sesuai dengan kebutuhan pendengar. Informasi yang ditawarkan radio cukup beragam, seperti musik, berita-berita aktual atau berita ekonomi, sosial dan budaya, termasuk informasi seks yang sering dikemas dalam bentuk tanya jawab atau dialog interaktif. Salah satunya adalah acara yang disiarkan oleh radio 'Griya FM dengan tema Sex File, yaitu menceritakan pengalaman-pengalaman seks seseorang secara mendetail. Jam siarannya pada pukul 22.00-24.00 WLB, hari Sabtu malam. Selain itu radio KISI pada hari Jum'at malam juga menampilkan dialog-dialog yang berkaitan dengan masalah seks.
Media Visual Media visual adalah media menampilkan suatu visualisasi, baik berupa gambar maupun grafis. Pada saat ini internet dapat digolongkan menjadi media visual, yang banyak menyediakan situs-situs tentang informasi seks.
Media Audiovisual Televisi merupakan media massa yang menggabungkan unsur audio (pendengaran) dan unsur visual (penglihatan). Televisi memiliki daya tarik, karena menampilkan gerak dan warna yang sesuai dengan realita, sehingga televisi mampu menarik perhatian khalayaknya. Selain televisi, VCD, video maupun layar lebar juga merupak media audiovisual. 2.3.2. Komunikasi Interpersonal
Selain komunikasi melalui media, komunikasi interpersonal merupakan bentuk saluran komunikasi untuk memperoleh inforrnasi seks. Menurut Effendy (1992), komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih dalam situasi interaksi atau dialogis, dimana masing-masing memerankan diri sebagai penyampai pesan dan penerima pesan secara bergantian. Situasi yang sama dengan komunikasi interpersonal adalah komunikasi tatap muka yang terdiri dari dua orang atau lebih dan bisa juga dalam bentuk kelompok. Komunikasi interpersonal secara umum, mempunyai karakteristik: (1) Komunikasi terjadi dengan berhadapan langsung antara satu orang dengan orang lainnya; (2) Penggunaan indera mutlak terjadi, sehingga satu sama lainnya saling melihat, mendengar; (3) Isi komunikasi bersifat spontan, intensif dan dapat dilakukan setiap saat (Abizar, 1988). Effendy (1993) menambahkan dengan adanya umpan
16 balik yang dapat diterima secara langsung, yaitu menyampaikan bentuk pertanyaan, komunikator memperoleh j awabadumpan balik langsung. Secara umum, kualitas hubungan yang terjadi lebih bersifat informal dan akrab. Seorang anak tumbuh dan dibesarkan ditengah keluarganya. Pertumbuhan dan perkembangan biologi dan psikologis terjadi ditengah keluarga. Oleh karena itu, wajar apabila anak ingin memperoleh informasi seks dari ibu d k bapaknya, juga anggota keluarga lainnya seperti kakak. Selain itu, guru sebagai pendidik, juga memiliki peran untuk memberikan informasi seks yang benar kepada remaja. Begitu juga para profesional (dokter, psikolog, perawat dan sebagainya) merniliki kemampuan untuk memberikan informasi seks yang benar. Akan tetapi, menurut Nitibaskara (Kompas 1997), teman atau kelompok bermain (peer group) sering menjadi dewa penolong untuk mengakses informasi seks dengan sarana yang bisa dipakai, bahkan untuk mempraktekkan pengetahuan yang didapatkan (Kompas, 1997).
2.4.Persepsi dan Persepsi Sosial
Menurut Sarwono (1997), persepsi adalah proses pencarian informasi utuk dipahami.
Alat untuk mencari informasi adalah indera, sedangkan alat untuk
memahaminya adalah kesadaran atau kognisi.
Moderato dalam Rahmat (1985)
mendefinisikan persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Menurut Zanden (1984) persepsi merupakan proses dimana seseorang menghimpun dan menafsirkan informasi. Dalam ha1 ini, persepsi dijadikan penengah antara seeorang
17 dan lingkungannya. Tanpa persepsi, seseorang akan hampa dari pengalamanpengalaman. Dengan demikian, kegiatan persepsi merupakan kegiatan yang tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, persepsi adalah proses komunikasi dengan diri sendiri, yaitu dimulai dari menerima informasi, mengolahnya, menyimpannya dan menghasilkannya. Dalam hal ini, persepsi menghasilkan makna dan pengetahuan baru (Rahmat, 1994). Menurut Zanden (1984), dengan persepsi seseorang dapat merasakan dunia di sekitarnya dan memberi arti pada input sensory, yaitu dengan tidak secara langsung memberi tanggapan kepada dunia kejadian, obyek dan orang. Untuk mengubah stimulus dari luar menjadi sistem dalam diri seseorang, maka stimulus tersebut itu perlu diberi arti. Morgan (196 1) berpendapat bahwa persepsi merupakan proses penangkapan kualitas dari stimulus. Artinya bahwa individu mampu mengadakan perbedaan antara stimulasi untuk disusun dalam suatu pengertian tersendiri. Proses ini mengarah kepada proses psikologis, yaitu sebagai perantara dari proses penginderaan dan tingkah laku. Persepsi adalah proses yang terjadi secara bertahap (Seiler, 1992), yaitu penyeleksian, pengorganisasian dan penafsiran. Dalam tahap penyeleksian terjadi seleksi perhatian dan seleksi penyimpanan. Seleksi perhatian adalah pemusatan pada rangsangan tertentu, sementara rangsangan yang lain ditutup atau ditekan. Seleksi penyimpanan terjadi saat seseorang memproses, menyimpan dan memunculkan informasi yang telah ada, kemudian diatur dan ditafsirkan. Tahap pengorganisasian berupa pengumpulan informasi, dimana beberapa rangsangan atau informasi diterima.
18 Menurut Newcomb, et a1 (1978), ada dua fase dalam proses persepsi, yaitu selektif perseptual dan penguraian kode. Selektif perseptual terjadi karena setiap situasi kompleks (situasi yang berubah-ubah), tidak mungkin dihindari, karena informasi potensial yang dapat disajikan memang sangat luas. Disamping kemampuan manusia memiliki keterbatasan dalam menerima irformasi secara tepat. Oleh karena itu, ada sebagian informasi yang mendapat perhatian penuh, sebagian tidak penuh dan sebagian lagi luput dari perhatian. Penguraian kode adalah suatu usaha untuk menempatkan informasi yang masuk sesuai dengan simpanan irformasi masa lalu seseorang, dengan demikian dapat memberi makna kepada informasi tersebut. Keduanya merupakan fenomena yang saling berkaitan. Faktor perhatian merupakan ha1 yang sangat penting dalam pembentukan persepsi. Menurut Andersen dalam Rahrnat (1998), ada dua faktor, yaitu faktor situasional dan personal. Faktor situasional adalah determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention getter).
Stimuli diperhatikan, karena
mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain gerakan, intensitas stimuli, kebaruan dan pengulangan. Manusia secara visual tertarik pada obyek-obyek yang bergerak. Dalam hal ini, memperhatikan stimuli yang lebih menonjol, seperti warna merah pada latar putih, suara keras di malam sepi (intensitas stimuli). Begitu juga dengan hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda akan lebih menarik perhatian (kebaruadnovelty). Penyajian yang berulang-ulang dan disertai sedikit variasi lebih menarik (pengulangan). Faktor personal adalah penaruh perhatian yang selektif karena dorongan dalam diri seseorang (internal), seperti faktor biologis. Dalam kondisi lapar, seluruh pikiran didominasi oleh makanan. Juga faktor sosiopsikologis,
19 motif sosiogenis, sikap, kebiasaan dan kemauan juga mempengaruhi apa yang di perhatikan. Persepsi pada sesuatu ha1 yang sama, belum tentu sama pada setiap orang. Persepsi sebagai proses pengamatan yang dilakukan seseorang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuan atau disebut juga faktor personal.
Persepsi Sosial
Perkembangan pemikiran terjadi, apabila obyeknya adalah manusia, maka proses persepsi yang semakin kompleks, disebut persepsi sosial. Menurut Sarwono (1 997), persepsi sosial adalah persepsi mengenai seseorang atau orang-orang lain dan untuk memahami orang dan orang-orang lain tersebut. Dalam persepsi sosial ada yang ingin diketahui, yaitu keadaan dan perasaan orang lain saat ini, di tempat ini melalui komunikasi non-verbal (kontak mata, busana, gerak tubuh dan sebagainya) atau lisan atau kondisi yang lebih permanen yang ada di balik segala yang tampak saat ini (niat, sifat, motivasi dan lain sebagainya) yang diperkirakan menjadi penyebab dari kondisi saat ini (Sarwono, 1997). Menurut Newcomb (1978) persepsi interpersonal adalah persepsi yang berhubungan dengan bagaimana individu memandang dan menilai orang lain dalam suatu interaksi langsung. Menurut Rahmat (1996), ada empat perbedaan persepsi obyek (benda) dan persepsi interpersonal. Karakteristik dari persepsi obyek (benda) adalah : Pertama, stimuli ditangkap oleh alat indra melalui benda-benda fisik (gelombang, cahaya, temperatur dan sebagainya); Kedua, bila seseorang menanggapi
20
obyek, maka hanya menanggapi sifat-sifat luar obyek itu, atau tidak melihat sifat-sifat batiniah obyek itu; Ketiga, ketika seseorang mempersepsi obyek, obyek tidak bereaksi kepadanya, tidak memberikan reaksi emosional; Keempat, obyek relatif tetap. Karakteristik dari persepsi interpersonal, adalah Pertama, stimuli sampai kepada seseorang melalui lambang-lambang verbal, non verbal atau grafis; Kedua, orang mencoba memahami apa yang tidak tampak pada alat inderanya. Dalam ha1 ini, tidak hanya melihat perilakunya, tetapi melihat mengapa ia berperilaku seperti itu. Dengan kata lain, bukan hanya memahami tindakan, tetapi juga motif tindakan itu, Ketiga, dalam persepsi interpersonal, faktor-faktor personal dan karakteristik yang ditanggapi, serta hubungan anda dengan orang tersebut, menyebabkan persepsi interpersonal sangat cenderung keliru. Keempat, obyek manusia berubah-ubah. Persepsi interpersonal terbentuk dari hubungan yang diadik dan dalam interaksi sosial.
Permasalahan utama dari interaksi tersebut adalah memperoleh
kesamaan persepsi satu sama lain. (Aubrey and Katherine, 1994). Selanjutnya, ada dua proses kognitif yang berhubungan dengan pembentukan persepsi interpersonal, yaitu pembentukan persepsi dan proses atribusi. Pembentukan persepsi adalah semua kesan yang dibentuk terhadap orang lain, baik karena faktor kepribadiannya atau karakteristik orang tersebut yang bertujuan untuk mengurangi suatu ketidakpastian. Sedangkan atribusi berarti kesimpulan yang dibuat untuk memaharni motif perilaku seseorang.
Dengan demikian, dalam interaksi sosial, seseorang dapat merubah
persepsinya dan persepsi orang lain melalui perilaku orang lain atau perilaku kita. Persepsi seseorang mempengaruhi komunikasi interpersonal dan komunikasi
21
interpersonal sendiri merupakan cerminan dari persepsi seseorang ((Aubrey and Katherine, 1994).
Selain itu menurut De Vito (1995)) dalam komunikasi
interpersonal ada tiga strategi untuk mengurangi ketidakpastian, yaitu strategi yang bersifat pasif, aktif maupun interaktif Observasi dapat dilakukan bila memilih strategi pasif, berupaya mencari-cari informasi lainnya secara aktif merupakan strategi aktif dan berkomunikasi secara intensif merupakan strategi interaktif. Ketiga strategi tersebut dapat dipergunakan untuk mengurangi ketidakpastian dalarn melakukan persepsi. Oscamp dalam Sadli (1976) juga mengemukakan empat karakteristik yang mempengaruhi persepsi sosial seseorang, yaitu : 1. Faktor ciri-ciri dari obyek stimulan, yang terdiri atas nilai yang dimiliki obyek berikut : 1) Nilai : ciri-ciri stimuli seperti nilainya bagi subyek yang
mempengaruhi cara
stimuli tersebut dipersepsikan. 2) Arti emosional :
sampai sejauhmana stimulus tertentu merangsang atau menyenangkan atau mempengaruhi persepsi orang yang bersangkutan.
3) Familiaritas : pengenalan berdasarkan exposure atau keterdedahan
yang
berkali-kali dalarn suatu stimulus, yang berakibatkan stimulus tersebut dipersepsikan lebih akurat. 4) Intensitas : berhubungan dengan derajat kesadaran seseor tersebut.
22 2. Faktor-faktor pribadi, termasuk di dalamnya ciri khas individu
seperti
kecerdasan, rninat, emosi dan sebagainya. 3. Faktor pengaruh kelompok ialah respon anggota suatu kelompok terhadap suatu hal yang cenderung kepada tingkah laku sesuai membentuk kohesi dalam kelompok (mutual atraction). Hal ini berpengaruh dalam mengubah persepsi anggota lainnya dalam kelompok. 4. Faktor-faktor perbedaan latar belakang yang mempengaruhi persepsi seseorang,
yaitu : 1) Funcional salience : artinya obyek fbngsional adalah berbeda-beda bagi setiap
lingkungan, sesuai dengan banyak dan ragarnnya fbngsi.
Dalam ha1 ini,
tekanannya diletakkan pada aspek fbngsional. 2) Kebiasaan atau pengalaman : orang yang berada dalam suatu lingkungan
budaya mempunyai suatu kebiasaan atau pengalaman berkaitan dengan hasilhasil kebudayaan yang mungkin tidak dikenal dalam lingkungan lain. 3) Sistem komunikasi : dihubungkan dengan pembendaharaan kata atau bahasa yang mempengaruhi dalam fase berkomunikasi dan menganalisa, melihat hubungan atau tidak memperdulikan berbagai gejala dan hubungan-hubungan yang menyangkut perkembangan dari taraf kesadaran dan cara berpikir.
2.5. Kerangka Penelitian dan Hipotesis
Manusia dalam kehidupannya selalu berhadapan dengan berbagai macam informasi, termasuk inforrnasi seks. Dalam komunikasi, informasi merupakan sebuah pesan yang disampaikan oleh sumber (source) kepada penerima pesan (receiver).
23
Informasi yang diterima seseorang dapat mempengaruhi ranah kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Masa remaja adalah masa perkembangan psikoseksual, sehingga informasi seks menjadi kebutuhan para remaja. Dengan pengetahuan yang diperoleh, remaja memiliki kemampuan untuk memaknai atau menafsirkan beberapa aspek tentang seks atau perilaku seksual pra nikah, yang dalam konteks komunikasi dinamai dengan persepsi (Gambar 1). Akan tetapi, realita yang ada menunjukkan bahwa tidak semua informasi seks yang diperoleh remaja pantas untuk diketahui, karena banyak dari saluran komunikasi yang ada lebih menonjolkan pornografi, baik media cetak, audio, visual maupun audiovisual, menonjolkan adegan erotis dan perilaku-perilaku seks yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Sementara itu, jumlah saluran komunikasi yang dipakai remaja untuk memperoleh informasi seks semakin banyak atau beragam sejalan dengan proses globalisasi informasi dan media massa. Dari uraian tersebut, diduga ada hubungan antara jenis informasi seks dari berbagai saluran komunikasi dengan persepsi remaja tentang perilaku seksual pra nikah. Adapun jenis informasi seks yang akan dibicarakan adalah : (1) Jenis informasi kehidupan seks; (2) Sistem biologis dan reproduksi; dan (3) Penyakit-penyakit kelamin. Persepsi merupakan hasil penafsiran atau pemaknaan terhadap suatu ha1 berdasarkan pengetahuan (informasi) yang diperoleh dari pengalaman indrawi seseorang (Sarwono, 1997; Rahmat, 1994). Menurut Andersen dalam Rahmat (1998), faktor perhatian merupakan faktor penentu dalam pembentukan persepsi. Ada dua faktor yang akan menentukan perhatian tersebut, yaitu faktor situasional dan personal. Faktor situasional adalah determinan perhatian yang bersifat eksternal atau
24 penarik perhatian (attention getter) karena sifat-sifat stimuli yang menonjol, antara lain : dari gerakan, intensitas stimuli, kebaruan dan pengulangan. Dan faktor personal adalah pengaruh perhatian yang selektif karena dorongan dalam diri seseorang (internal), seperti faktor biologis, psikologis dan sosiopsikologis. Adapun aspekaspek yang akan diketahui dari persepsi, meliputi : (1) Persepsi tentang konsep seks; (2) Persepsi tentang perilaku seks; (3) Persepsi tentang alasan melakukan hubungan
seks; (4) Persepsi tentang terjadinya kehamilan; (5) Persepsi tentang aborsi; (6) Persepsi tentang hubungan seksual pra nikah, dan (7) Persepsi tentang alasan remaja melakukan hubungan seksual pra nikah. Berdasarkan studi pustaka dan hasil penelitian yang telah dilakukan, diduga bahwa faktor personal dari remaja, seperti jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat sosialisasi di dalam sekolah, tingkat sosialisasi di luar sekolah dan tingkat pendapatan keluarga, berhubungan dengan persepsi remaja tentang ketujuh aspek tersebut, serta diduga bahwa faktor karakteristik berhubungan dengan informasi seks yang diperoleh remaja dari berbagai saluran komunikasi (Gambar 2).
(Komunikasi bemedia dan komunikasi interpersonal)
Informasi seks (Jenis inforrnasi seks)
Pengetahuan remaja tentang seks prilaku seksual pra nikah
Persepsi remaja tentang seks dan prilaku seksual pra nikah
Gambar 1. Alur proses pembentukan persepsi tentang seks
/
I
I 1
i
I V Jenis saluran komunikasi Media cetak Media audio, visual clan audiovisual Komunikasi Interpersonal
-
I Karakteristik individu:
Peubah Bebas
Peubah Tidak Bebas
Jenis Kelamin umur Pendidikan/Kelas Ekstra kurikuler Aktifitas di luar sekolah
1.._..__.___._ _ ..__Pendapatan ......... . _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ keluarga ........... .. %
I
...
......
.....
Jenis Informasi Seks dari berbagai saluran komunikasi Kehidupan seks Sistem biologis dan reproduksi b Penyakit -penyakit kelarnin
Gambar 2. Kerangka pemikiran hubungan antara jenis informasi seks dengan persepsi tentang perilaku seksual pra nikah. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Ada hubungan antara karakteristik dengan jenis inforrnasi seks dari berbagai saluran komunikasi. 2. Ada hubungan antara karakteristik remaja dengan inforrnasi seks dari berbagai
saluran komunikasi 3. Ada hubungan antara karakteristik remaja dengan persepsi tentang perilaku
seksual pra nikah. 4. Ada hubungsn antara jenis informasi seks dari berbagai saluran komunikasi
dengan persepsi remaja tentang perilaku seksual pra nikah.
-
Persepsi remaja tentang perilaku seksual pra nikah Persespsi tentang konsep seks Persepsi tentang perilaku seks Persepsi tentang alasan melakukan hubungan seks Persepsi tentang terjadinya kehamilan Persepsi tentang aborsi Persepsi tentang hubungan seksual pra nikah Persepsi tentang alasan remaja yan melakukan hubungan seksual pra nikah
2.6. Definisi Operasional
Untuk memudahkan proses pengumpulan, pengolahan dan analisa data dibuat definisi operasional dari ha1 yang diteliti, yaitu : 1. Jenis informasi seks adalah pengkategorian dari beberapa informasi seks, yaitu:
1) Kehidupan seks, terdiri atas : informasi berpacaran dengan berpelukan,
berciuman; melakukan perabaan (petting); onanilmasturbasi; hubungan seks; problema seks 2) Sistem biologis dan reproduksi, terdiri atas : pertumbuhan organ kelamin;
menstruasi; mimpi basah; proses kehamilan; alat kontrasepsi; aborsi; akibathahaya aborsi; alasan-alasan melakukan aborsi. 3) Penyakit-penyakit kelamin, terdiri atas : nama penyakit kelamin, AIDS dan
penyebab-penyebab penyakit kelamin. Pengukuran
jenis informasi seks dari berbagai jenis saluran komunikasi ini
dilakukan dengan menghitung jumlah media yang menyampaikan berbagai jenis informasi tersebut dan mengambil nilai rata-ratanya. Setelah itu, ditetapkan terpaan medianya, yaitu : tingkat terpaan media tinggi, apabila nilainya di atas rata-rata, dan tingkat terpaan rendah, apabila nilainya di bawah rata-rata dan tidak pernah, apabila tidak memperoleh jenis informasi seks dari jenis saluran komunikasi tersebut. 2. Saluran komunikasi adalah saluran (channel) dimana jenis informasi seks dapat
diperoleh remaja. Jenis saluran komunikasi ada empat, yaitu media cetak, audio, visual, audiovisual dan saluran interpersonal. Dari media cetak berupa : surat kabar, majalah, tabloid, buku porno, buku pelajaran dan buku populer. Dari media
28
audio adalah radio dan media visual adalah internet, serta media audiovisual meliputi TV, video, VCD dan bioskop. Untuk memudahkan menganalisis radio dan internet dikelompokkan menjadi media audiovisual. Dan komunikasi interpersonal meliputi, diskusi dengan guru, ayah, ibu, teman, pacar, kaka, tokoh agama, dokter, bidadperawat dan psikolog. 3. Fekuensi penggunaan saluran komunikasi dilihat dari tingkat kekerapan responden menggunakan
masing-masing
saluran
komunikasi
tersebut.
Frekuensi
penggunaan saluran komunikasi ini dikategorikan menjadi : Tidak pernah, Tidak Sering dan Sering. 1) Tidak pernah, apabila remaja sarna sekali tidak pernah mendengarlrnembaca
atau melihat infomasi seks dari berbagai saluran komunikasi. 2) Tidak sering, apabila remaja mendengarlmembaca atau melihat informasi seks
dalam masa waktu 2 minggu 3) Sering, apabila remaja mendengarlmembaca atau melihat dalam masa waktu 2 minggu-3 bulan. 4. Jenis persepsi yaitu pendapat atau penilaian responden terhadap beberapa aspek
yang berkaitan dengan seks dan perilaku seksual pra nikah, yaitu : 1) Persepsi tentang konsep seks, yaitu pendapat atau pengertian remaja tentang
seks. 2) Persepsi tentang perilaku seks, yaitu perilaku yang bagaimana yang dianggap
remaja sudah sebagai perilaku seks. 3) Persepsi tentang alasan melakukan hubungan seks, yaitu pendapat remaja
mengenai alasan manusia melakukan hubungan seks.
29 4) Persepsi tentang terjadinya kehamilan adalah pendapat remaja tentang
bagaimana terjadi proses kehamilan. 5) Persepsi tentang aborsi, yaitu pendapat remaja mengenai boleh atau tidak melakukan aborsi dan alasannya. 6) Persepsi tentang hubungan seksual pra nikah, yaitu pendapat remaja tentang
boleh atau tidak melakukan hubungan seksual pra nikah dan alasannya. 7) Persepsi tentang alasan remaja yang melakukan hubungan seksual pra nikah,
yaitu pendapat remaja tentang mengapa remaja lain melakukan hubungan seksual pra nikah. 5.
Karakteristik sosial ekonomi meliputi jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat sosialisasi di dalam sekolah, tingkat sosialisasi di luar sekolah dan tingkat pendapatan keluarga. Pengukurannya adalah sebagai berikut :
1) Jenis kelamin adalah penggolongan seks atas laki-laki dan perempuan 2) Tingkat pendidikan adalah menunjukkan tingkatan pendidikan di SMU, yaitu dibedakan berdasarkan kelas, yaitu kelas I, I1 dan 111. Kelas I11 dibedakan menjadi kelas I11 IPA dan I11 IPS, karena perbedaan kapasitas penerimaan ilmu pepngetahuan darn (khususnya biologi). 3) Tingkat sosialisasi di dalam sekolah, yaitu keikutsertaan siswa dalam berbagai
aktivitas ekstrakurikuler di sekolah, seperti kerohanian, bela diri, Palang Merah Remaja (PMR), olah raga (basket, sepak bola), komputer, Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Pencinta Alam, Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra). Pengukurannya dilakukan dengan mengkategorikan menjadi :
tidak ikut,
30 tingkat sosialisasi rendah (1-8 kali kegiatan
dalam 1 bulan, dan tingkat
sosialisasi tinggi (9-24 kali kali kegiatan dalam 1 bulan). 4) Tingkat sosialisasi di luar sekolah, yaitu keikutsertaan siswa dalam berbagai aktivitas di luar di sekolah, seperti kursus bahasa Inggris, Kesenian (tari, musik), Kelompok Band, Olah raga, Kelompok kerohanian (remaja masjid, gereja, dll), kelompok berrnain. Tingkat sosialisasi di luar sekolah juga dikategorikan menjadi : tidak ikut, tingkat sosialisasi rendah (1-8 kali kegiatan dalam 1 bulan, dan tingkat sosialisasi tinggi (9-24 kali kali kegiatan dalam 1 bulan). 5) Tingkat pendapatan keluarga, dibedakan berdasarkan nilai nominalnya, yaitu :
rendah, apabila pendapatannya < Rp 400.000; sedang apabila antara Rp 500.000 sampai Rp 1.200.000; dan tinggi apabila pendapatannya lebih dari Rp 1.300.000. Nilai pendapatan rendah diperoleh dari nilai Upah Minimum Regional (UMR) di Bogor tahun 2000, yaitu Rp 417.000. Sedangkan pendapatan sedang dan tinggi diperoleh dari proyeksi nilai Standar Deviasi.