STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA ALAM BERBASIS MASYARAKAT (STUD1 KASUS DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAP1 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)
ERNA RISTWANTI
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 '
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul "Strategi Pengembangan Wisata Alam Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Zona Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta) " adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Da%r Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor,
Januari 2008
Erna Rrjl&anii
NRP.E.05 1054065
ABSTRACT ERNA RISTIYANTI. The Strategy on Community-based Nature Tourism Development (Case Study in the Use Zone of Gnnnng Merapi National Park, Yogyakarta Special District). Under direction of E.K.S. HARM MUNTASIB and ARZYANA SUNKAR. Gunung Merapi National Park (GMNP) in Yogyakarta special district has various attractive nature tourism objects with one active vol~anoas the specific and unique object. The community lived around the park have strong relationship with the area, both economical and spiritual relationship. The objective of the research is to compose strategy on community-based nature tourism development in use zone of GMNP. Specific objectives of the research are to identify nature tourism activities in the use zone of GMNP in Yogyakarta; to identify the characteristics of the surrounding community; to obtain information on the community's perception on sustainable nature tourism, community's participation in nature tourism activities and community's expectation toward nature tourism development in GMNP. More than 50% of the community members lived around the area was native people. Most of the people (35.42%) worked as milk cow breeder using GMNP areas as the cattle's food plant cultivation area. The average income of the community was as much as Rp. 590.224.36. Most of the community members were in productive age. The community had positive perception on the conservation and sustainable nature tourism. Community participation was still limited in the implementation stage, had not reached the planning or evaluation stages. As many as 60% of the nonparticipant community members wa".ted to pzrticiprte ir? the nature tourism activities. Community member joining the tourist guide group expected the area to be free of scattered garbage, particularly plastic garbage; community involvement in nature tourism management; trainings for skill improvement; while the roving seller, small shop owner, and food and beverage provider tended to expect more of economical factor such as permit to trade, traditional food development, join business, and soft loan. The strategies on community-based nature tourism development in use zone of GMNP in Yogyakarta were as follow: (1) to socialize the concept of community-based nature tourism to the community, (2) to compose the Standard Operation Procedures (SOP) on community-based nature tourism management in collaboration between office of GMNP, the community and related institutions, (3) to establish the organization of community-based nature tourism management, (4) to develop selfmanagement activities, (5) to attract investments &om local government and donor agencies to ensure the sustainability of the community business, (6) to conduct assistantship to the community in guarding the process of community-based nature tourism management, (7) to improve the capacity of community's human resources through various technical and managerial trainings, (8) to involve the community in GMNP office's activities in the planning, implementation, and evaluation processes. Keywords: Gunung Merapi National Park, nature tourism, community, development strategy;
ERNA RISTIYANTI. StTategi Pengembangan Wisata Alam Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Zona Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta). Dibimbmg oleh E,KS HARINI MUNTASIB DAN ARZYANA SUNKAR. Taman Nasional Gunung Merapi mempunyai obyek wisata alam yang menarik dan b a s , temtama aktivitas Gunung Merapi. Di sisi lain masyarakat sekitar memiliki hubungan yang kuat dengan kawasan, baik hubungan yang bersifat ekonomi maupun spiritual. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta W G M DIY) dengan tujuan khusus meliputi identifikasi kegiatan wisata alam di zona pemanfaatan TNGM DIY, identifkasi karakteristik masyarakat sekitar kawasan, persepsi masyarakat mengenai wisata alam yang lestarilberkelanjutan, partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata alam di TNGM DIY dan keinginan masyarakat terhadap pengembangan wisata alam di TNGM DIY. Penelitian dilakukan di Desa Hargobinangun Kecarnatan Pakem dan Desa Umbulharjo Kecamatan Cangkringan. Kedua desa dipilih karena m e ~ p a k a ndesa yang berbatasan dengan kawasan zona pemanfaatan TNGM DIY dan masyarakatnya memiliki variasi keterlibatan dengan kegiatan wisata alam yang paling banyak dibanding desa lainnya. Responden dikelompokkan menjadi dua kelompok. yaitu masyarakat yang telah berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam dan masyarakat ?ang tida'hlum berpartisipasi. Masing-masing diambil sebanyak 30 responden. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Sedangkan untuk menentukan strategi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan TNGM DIY digunakan analisis SWOT, dan sebagai unit analisis adalah masyarakat. Hasil penelitian ini adalah, lebih dari 50% masyarakat sekitar kawasan adalah penduduk asli. Mata pencaharian sebagian besar masyarakat (35,42%) adalah sebagai peternak sapi perah dengan memanfaatkan kawasan TNGM sebagai lahan untuk budidaya rumput pakan ternak. Rata-rata pendapatan masyarakat sekitar kawasan sebesar Rp. 590.224,36 (melebihi standar Upah Mmimum Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). Sebagian besar masyarakat me~pFikaIIusia produktif. Masyarakat memiliki persepsi yang positif terhadap konservasi dan wisata alam yang lestari (berkelanjutan). Persepsi masyarakat mengenai obyek yang hams dilestarikan di kawasan TNGM adalah Keanekaragaman tumbuhan (27,78%), keanekaragaman satwa (26,39%) dan keindahan alam (25,69%). Menurut masyarakat bentuk pelayanan yang dapat mendukung kelestarian kawasan TNGM adalah adanya interpreter atau pemandu yang dapat memberikan gambaran mengenai kawasan serta dapat mendorong pengunjung untuk tidak membuang sampah di dalam kawasan (52,38%). Menurut masyarakat, untuk mewujudkan wisata alam yang lestari di kawasan TNGM adalah dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan wisata alam (33,05%) dan menghiidarkan kegiatan wisata yang bersifat merusak (33,05%). Menurut pendapat sebagian besar masyarakat, kegiatan wisata alam yang ramah terhadap lingkungan adalah tracking (29,55%). Sebagian besar masyarakat menyatakan bahwa kegiatan wisata alam yang saat ini sedang bejalan tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan fisik kawasan (dinyatakan oleh 51,02% masyarakat),
sedangkan sebagian lainnya menyatakan bahwa di dalam kawasan banyak ditemui sampah, terutama sampah plastik. Masyarakat pada umumnya mendukung pengembangan wisata alam di TNGM yaitu sebanyak 78,57% dari kelompok masyarakat yang telah berpartisipasi dan 86,96% untuk kelompok masyamkat tidakhelum berpartisipasi. Sebanyak 21.43% dari kelompok masyarakA yang tilah berpartisipasi dan i3,04% dari keloipok masyarakat yang- tidakhelum berpartisipasi menyatakan bahwa mereka akan menyetuiui adanya pengembangan wisa& slam-di TNGM asalkan masyarakat bisa menikkag hasil d&i pengembangan tersebut (kesejahteraan masyarakat meningkat) dan keamanan terjaga. Alasan utama dukungan masyarakat tersebut adalah karena pengembangan wisata dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu partisipasi masyarakat yang langsung bersinggungan dengan kawasan (dalam kawasan) dan di luar kawasan. Partisipasi masyarakat di dalam kawasan meliputi pemandu wisata, penyedia konsumsi dan pedagang asongan. Sedangkan di luar kawasan meliputi penyedia homestay, penjaga parkir, penjaga loket lava tour, warung, penyedia toilet, penginapan, bagian transportasi, perlengkapan wisata dan souvenir. Partisipasi masyarakat sekitar cendemng bersifat pelaksanaan belum pada tataran perencanaan atau evaluasi. Secara umum alasan partisipasi masyankat dalam kegiatan wisata alam adalah untuk meningkatkan penghasilan. Masyarakat yang belum berpartisipasi memiliki keinginan untuk dapat berpartisipasi. yaitu sebanyak 60%. Keinginan masyarakat untuk kelompok pemandu wisata alam lebih ditujukan pada kebersihan kawasan, adanya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan wisata alam dan adanya pelatihan-pelatihan. sedangkan untuk kelompok pedagang, warung dan penyedia kons~msl keinginm !eEih dltujuka? pada aspek ekonomi, yakrti menginginkan tetap boleh bejualan, pengembangan m a d a n tradisional, usaha bersama, dan adanya pinjaman lunak. Sedangkan untuk kelompok masyarakat yang tidaklbelum berpartisipasi keinginan lebih ditujukan pada kesadaran pengunjung untuk turut menjaga kelestarian dan kebersihan kawasan TNGM. Selain itu kelompok masyarakat ini menginginkan adanya pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah, adanya pelayanan kepada pengunjung berupa pemandu wisata yang handal, adanya fasititas air, tidak perlu dilakukan pembatasan pengunjung, adanya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan wisata alam dan adanya kerjasama antara masyarakat dan pemerintah dengan peran pemerintah sebagai fasilitator. Kebijakan di tingkat pengelola maupun di tingkat regional menunjukkan adanya dukungan terhadap pengembangan wisata alam (termasuk ekowisata) di kawasan TNGM dan adanya dukungan terhadap partisipasi masyarakat. Strategi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan TNGM DIY adalah sebagai berikut: 1. Pengenalan kepada masyarakat mengenai konsep wisata alam berbasis masyarakat 2. Menyusun Standard Operation Procedure (SOP) pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat antara Balai TNGM dengan masyamkat dan instansi terkait 3. Pembentukan wadah bagi pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat 4. Pengembangan kegiatan-kegiatan swakelola 5. Menarik investor dari pemerintah daenh dan lembaga donor untuk menjamin keberlanjutan usaha masyarakat 6. Pendampingan kepada masyarakat untuk mengawal proses
7. Peningkatan kemampuan SDM masyarakat melalui berbagai pelatihan teknis dan manajerial 8. Pelibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan Balai TNGM dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Kata kunci : Taman Nasional Gunung Merapi, wisata alam, masyarakat, stmtegi pengembangan
0Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak eipta dilindungi Undang-undang I. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh kaiya tulis ini tanpa mencantumkan arm menyebut szrmber. a P e n g u t i p hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiak penyusunan laporan, penzrlisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentinganyang wajar IPB. 2. D i l m g mengumumkan dm2 memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentztk apapznz fanpa kin IPB.
STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA ALAM BERBASIS MASYARAKAT (STUD1 KASUS DI ZONA QEMANFAATAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)
ERNA RISTIYANTI
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi Kehutanan pada Sub Program Studi Konservasi Keanekaragaman Hayati Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
SEKOLAH QASGASARJANA INSTITUT PERT BOGOR BOGOR 2008
: Strategi Pengembangan Wisata Alam Berbasis Masyarakat
(Studi Kasus di Zona Pemanfaatan Tainan Nasional Gunung Merapi Daerah Istirnewa Yogyakarta) Nama
: Erna Ristiyanti
NIM
: E.05 1054065
Disetujui Kornisi Peinbiinbing I
Ir. Arzvana Sunkar, M.Sc Anggota
Prof. Dr. E.K.S Harini Muntasib. M.S Ketua
Diketahui
Ketua Prograin Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
ekolah Pascasarjana
diputro, M.S
Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc.
Tanggal Ujian: 19 Desernber 2007
Tanggal Lulus:
1 8 JAN 2008
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala kamniaNya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian ini adalah Strategi Pengembangan Wisata Alam Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Zona Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Merapi Daemh Istimewa Yogyakarta). Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. Prof. Dr. E.K.S Harini Muntasib, M.S dan Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc selaku pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan 2. Dr. Ir. H. Yanto Santosa, DEA selaku Ketua Sub Program Studi KKH 3. Ir. Tri Prasetyo selaku Kepala Balai TNGM
4. Ir. Palennery, MP selaku Kepala Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan 5. Bapak Edi Mintaryanto, Bapak Asep, Bapak Sukadi, Bapak Tri Hardono dan Bapak Christian Awuy yang telah membantu kami selama pengumpulan data. 6 . Selumh keluarga Bapak, Ibu, suami, anak dan kakak yang tak henti-
hentinya memberikan dorongan semangat dan cumhan perhatian 7. Teman-teman karyasiswa S2 KKH yang teiah banyaic memberikan masukan
dan dorongan semangat selama penyusunan tesis. Akhir kata mudah-mudahan tesis ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang memerlukan. Bogor,
Januari 2008
Erna Ristiyanti
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahiikan di Sleman pada tanggal 24 Juni 1975 dari ayah R. Supriyatno dan ibu Murti Wijayanti. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara. Tahun 1993 penulis lulus dari Negeri 2 Yogyakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Gadjahmada melalui jalut Ujian Masuk Petguruan T i g g i (UMPTN). Penulis memilih Program Studi Ekonomi Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Pada Tahun 2001 penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil Departemen Kehutanan sebagai pegawai fungsional Pengendali Ekosistem Hutan (PEW dan ditempatkan di Balai Taman Nasional Bunaken Sulawesi Utara. Pada tahun 2005 penulis bekerja di Balai Konservasi Sumberdaya Alam Sulawesi Selatan I di Makassar (saat ini telah menjadi Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Sulawesi Selatan) sampai sekarang. Penulis menempuh studi S2 pada Sekolah Pascasarjana IPB Program Studi IImu Pengetahuan Kehutanan Sub Program Studi Konservasi Keanekaragaman Hayati melalui sponsor dari Departemen Kehutanan.
DAFTAR IS1
..................................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................................ DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ I . PENDAHULUAN ......................................................................................... 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1.2 Perurnusan Masalah ................................................................................. .. DAFTAR IS1
1
... ~n
1.3 Tujuan Penelltian ..................................................................................... . . ................................................................................... 1.4 Manfaat Penel~t~an .. 1.5 Kerangka Pem~ktran................................................................................
I1 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 2.1 Taman Nasional ....................................................................................... 2.2 Pengembangan Wisata Alam ................................................................... 2.3 Peran Masyarakat Lokal Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi .......... !?I MET9DE PENELIT!AN ................................................................................ .. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelttlan ................................................................... 3.2 Metode Penentuan Responden ................................................................. 3.3 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data .............................................. 3.4 Metode Analisis Data .............................................................................
6 6 7 10 I4 14 14
16 17
IV KONDISI UMUM ......................................................................................... 4.1 Taman Nasional Gunung Merapi ............................................................. .. 4.1.1 Kondisi Flslk Kawasan ................................................................. 4.1.2 Kondisi Biologis Kawasan ............................................................ 4.1.3 Balai TNGM ................................................................................. 4.2 Kondisi Sosial Ekonomi Desa Penelitian ................................................. 4.2.1 Desa Hargobinangun ..................................................................... 4.2.2 Desa Umbulharjo ........................................................................... V HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 5.1 Identiaasi Kegiatan Wisata Alam di Zona Pemanfaatan TNGM DIY ... 5.2 Karakteristik G y a r a k a t Sekitar Kawasan Zona Pemanfaatan TNGM DTY.............................................................................................. 5.3 Persepsi Masyarakat Mengenai Wisata Alam Lestari Di TNGM D N ........................................................................................ 5.4 Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Wisata Alam di TNGM DIY ......................................................................................... 5.5 Keinginan Masyarakat terhadap Pengembangan Wisata Alam di
37 37
44 46 50
Kawasan TNGM DIY ............................................................................. 5.6 Kebijakan Pengembangan Wisata Alam ................................................ 5.6.1 Kebijakan Balai TNGM ................................................................. 5.6.2 Kebijakan Regional ....................................................................... 5.6.3 Kebijakan Nasional ....................................................................... 5.7 Kebijakan Pemerintah Mengenai Partisipasi Masyarakat ....................... 5.7.1 Kebijakan Balai TNGM ................................................................. .. 5.7.2 Kebljakan Regional ....................................................................... 5.7.3 Kebijakan Nasional ....................................................................... 5.8 Analisis SWOT dan Strategi Pengembangan Wisata Alam Berbasis Masyarakat di Zona Pemanfaatan TNGM DIY ..........................................
VI KESIMPULAN DAN SARAN
......................................................................
6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 6.2 Saran ......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
..........................................................................................
DAFTAR TABEL Halaman 1 Pergeseran paradigma pengelolaan kawasan konsewasi .................................. 2 Karakteristik pengelolaan berbasis masyarakat ................................................
3 Matrik SWOT
.................................................................................................
4 Karakteristik fisik dan kimia tanah Taman Nasional Gunung Merapi .............. 5 Daftar nama jenis tanaman yang ditemukan di petak 7 .................................... 6 Daftar spesies tanaman Itegakan yang ada di petak 5 ....................................... 7 Burung endemik di C N I W A Plawangan Turgo............................................
8 Jumlah penduduk menurut usia Desa Hargobinangun ...................................... 9 Jumlah penduduk Desa Hargobinangun menurut tingkat pendidikan tahun 2006 .....................................................................................................
10 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian Desa Hargobinangun tahun 2006 ............................................................................................................... 11 Luas lahan perkebunan menurut jenis tanaman Desa Umbulha rjo ................... 12 Jumlah penduduk dirinci menurut umur dan jenis kelamin Desa Umbulhajo
.
13 Tingkat pendidikan penduduk berdasarkan jenjang pendidikan yang ditamatkan 14 Jumlah penduduk Desa Umbulhajo yang bekerja di sektorjasalperdagangan
15 Kegiatan wisata alam di zona pemanfaatan TNGM DIY ................................. 16 Pendapat masyarakat mengenai bentuk kegiatan wisata alam yang ramah lingkungan ...................................................................................................... 17 Pendapat masyarakat mengenai dampak negatif wisata terhadap lingkungan fisik
18 Alasan dukungan masyarakat terhadap pengembangan wisata alam di kawasan Gunung Merapi .............................................................................................. 19 AIasan partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata alam di kawasan TNGM 20 Alasan masyarakat tidak berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam di kawasan TNGM DIY .................................................................................................... 21 Potensi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam di kawasan TNGM DIY .................................................................................................... 22 Keinginan masyarakat berdasarkan bentuk partisipasi
....................................
23 Keinginan masyarakat yang tidaMbelum berpartisipasi dalam kegiatan wisata alarr di TNGM DIY ................................................................. ............................. 24 Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan lhreats).............. 26. Altematif strategi dalam analisis SWOT pengembangan wisata alam berbasis masyarakat .....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kerangka pemikiran strategi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan TNGM DIY ................................................
2 Peta lokasi penelitian...................................................................................... 3 Puncak Gunung Merapi pada malam hari dan siang hari .................................
4 Kawasan wisata Kaliadem Cangkriigan .......................................................... 5
Aktivitas berkemah di Kalikuning dan kondisi lokasi setelah kegiatan ............
6 Prosesi upacara Labuhan yang dilaksanakan di lereng Merapi dan kegiatan tracking di lereng Merapi .................................................................
............................................ Struktur masyarakat menurut mata pencaharian utama ....................................
7 Komposisi masyarakat menurut status penduduk
8
9 Struktur masyarakat menurut umur dan jenis kelamin ..................................... 10 Struktur masyarakat menurut tingkat pendidikan ............................................ 11 Sumberdaya yang hams dilestarikan di kawasan TNGM ................................ 12 Upaya yang hams dilakukan untuk mewujudkan wisata alam yang lestari
......
13 Tingkat pendidikan masyarakat berdasarkan bentuk partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata alam di TNGM DIY .................................................... 14 Keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam
di kawasan TNGM
.........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1
Tabel Internal Factors Analysis Summmy (IFAS) pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di TNGM DIY ............................................
2
84
Tabel Ekstemal Factors Analysis Summaiy (WAS) pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di TNGM DIY ...........................................
..
3 Kuesioner penelltian ......................................................................................
85 86
1.1 Latar Belakang D e f i s i taman nasional menurut Undang-undang
RI Nomor 5 tahun 1990
tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah kawasan pelestarian dam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang diianfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
Luas kawasan konservasi di Indonesia sampai dengan tahun 2006 adalah 28.260.150,56 ha dan 57,9 % nya atau seluas 16.375.253,31 ha merupakan taman nasional (PHKA 2006). Salah satu kawasan yang baru ditunjuk sebagai taman nasional adalah Taman Nasional Gunung Merapi yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, yang m e ~ p a k a nhasil alih fungsi dari hutan lindung, taman wisata alam dan cagar dam. Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) memiliki obyek wisata darn yang cukup potensial, selain memiliki keanekaragaman flora, fauna dan bentang alam yang spesifik juga memiliki Kekhasan daya tarik wisata bempa wisata geologi dan wisata budaya yang cukup dikenal oleh wisatawan baik wisatawan lokal maupun manca negara. Dephut (Tanpa tahun) menyatakan bahwa salah satu bentuk kegiatan pemanfaatan secara lestari terhadap sumber daya alam hayati dan ekosistemnya adalah pariwisata alam yang dilakukan pada zonalblok pemanfaatan. Pariwisata dam telah memberikan kontribusi yang penting bagi banyak negara. Di Kenyz misalnya, sektor ini telah menghasilkan 30% dari seluruh devisa negara, melebibi hasil kopi atau teh sebagai andalan komoditi ekspomya. Keberhasilan dalam pengelolaan kawasan konservasi untuk kepariwisataan di Kenya ini telah dapat membantu usaha pembangunan dan pemeliharaan kawasankawasan konservasi lainnya (Limberg 1991, diacu dalam Sukandi 2000). Pengelolaan zona pemanfaatan akan menciptakan persepsi positif dari masyarakat yang berakibat pada keinginan masyarakat untuk memelihara dan menjaganya (Riyanto 2005). Dengan diperbolehkannya masyarakat sekitar untuk memanfaatkan kawasan pada zona pemanfaatan maka akan menciptakan
dukungan masyarakat terhadap taman nasional. MacKinnon et al. (1990) lliengemukakan bahwa keberhasilan pengelolaan banyak tergantung pada kadar dukungan dan penghargan yang diberikan kepada kawasan yang dilidungi oleh masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu pariwisata dam yang sesuai diiembangkm di zona pemanfaatan taman nasional adalah pariwisata darn berbasis masyarakat. Menurut Soekmadi (2005), pendekatan partisipasi lebih dipersepsikan sebagai keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi tanpa m e r i t prosesnya sehingga secara m u m masyarakat diposisikan sebagai obyek pelaksana kegiatan. BKSDA Yogyakarta & PSA UGM (2004) menyatakan bahwa masyarakat meyakini adanya hubungan spiritual dan supranatural antara Merapi, kraton Yogya dan laut selatan, sehingga masyarakat sekitar kawasan Merapi tidak menganggap Merapi sebagai ancaman tetapi justm sebagai surnber kehidupan. Selain itu juga terdapat hubungan yang bersifat ekonorni, yaitu adanya ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya rumput dan kayu bakar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat karena sebagian besar masyarakat sekitar kzwasan TNGM adalah petemak sapi perah yang menggantungkan ketersediaan rumput dari kawasan TNGM. Mengingat adanya hubungan yang kuat antara masyarakat sekitar dengan Gunung Merapi tersebut, maka kegiatan wisata alam yang sesuai dikembangkan di Taman Nasional Gunung Merapi adalah wisata dam berbasis masyarakat. Pengelolaan yang berbasis masyarakat bersifat lokasi spesifik (site spesifc), sehingga dalam pengembangannya diperlukan strategi yang bersifat spesifik pula. Untuk menentukan strategi pengembangan yang akan dilakukan terlebih dahulu dilakukan i d e n t i f h i terhadap kegiatan wisata alam yang telah berjalan, karakteristik masyarakat sekitar kawasan, persepsi masyarakat sekitar mengenai wisata dam yang lestari/berkelanjutan, partisipasi masyarakat terhadap kegiatan wisata alam dan keinginan masyarakat terhadap pengembangan wisata alam di
kawasan TNGM.
1.2 Perurnusan Masalah Tarnan Nasional Gunung Merapi mempunyai sumber daya dam yang khas, terutama vulkano yang selalu aktif, disamping keragaman flora, fauna clan budaya. Di sisi lain masyarakat sekitar kawasan memilii hubungan yang kuat dengan Gunung Merapi, baik hubungan spiritual dan supranatural maupun ekonomi. Bagi masyarakat sekitar, kawasan Gunung Merapi bukanlah suatu ancaman namun mempakan sumber kehidupan. Masyarakat sekitar kawasan memanfaatkan kawasan hutan Gunung Merapi sebagai lahan bagi budidaya rumput untuk keperluan pakan ternak mereka. Di samping itu kawasau Gunung Merapi juga menjadi tempat upacara ritual Labuhan yang dilaksanakan setiap tahun. Hasil empsi Merapi juga mendatangkan sumber kehidupan bempa pasir yang banyak dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk meningkatkan pendapatan mereka Status kawasan Gunung Merapi sebagai tarnan nasional mengharuskan
adanya sistem pengelolaan zonasi. Dengan dernikian masyarakat sekitar hanya dapat memanfaatkan ruang-ruang yang telah disediakan bagi
kegiatan
pemanfaatan kawasan oleh masyarakat. Kondisi ini belum sepenuhnya dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat, masih ada sebagian masyarakat yang menganggap bahwa keberadaan Taman Nasional Gunung Merapi telah mengusik kebebasan masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya kawasan, terutama nunput. Melalui pemanfaatan kawasan oleh rnasyarakat pada zona pemanfaatan akan mendorong terciptanya dukungan masyarakat sekitar terhadap keberadaan taman nasional. Potensi wisata dam yang ada di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi merupakan salah sat- modal bagi pengembangan wisata alam di TNGM yang berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adanya hubungan yang kuat masyarakat sekitar dengan Gunung Merapi mengindiiasikan bahwa pengembangan wisata dam yang akan dijalankan h a m dapat memberikan peran penting bagi masyarakat. Masyarakat tidak hanya dijadiian sebagai obyek dan pihak yang pasif, namun perlu menempatkan masyarakat sebagai aktor dalam pengelolaan wisata dam di TNGM. Oleh karenanya pengembangan wisata dam berbasis masyankat merupakan salah satu p i l i i yang sesuai dilakukan di TNGM.
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk menyusun strategi pengembangan wisata dam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan tujuan spesifik yaitu: 1. I d e n t i W i kegiatan wisata dam di zona pemanfaatan TNGM Daerah
Istimewa Yogyakarta 2. Identifikasi karakteristik masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta. 3. Persepsi masyarakat terhadap kegiatan wisata alam yang lestari di TNGM.
4. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata dam di TNGM Daerah Istimewa Yogyakarta 5. Identifikasi keinginan masyarakat terhadap pengembangan wisata alam di TNGM Daerah Istimewa Yogyakarta . 1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi pengelola kawasan Taman Nasional Gunung Merapi dalam pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan TNGM Daerah Istimewa Yogyakarta. 1.5 Kerangka Pemikiran Taman Nasional Gunung Merapi merupakan taman nasiond baru yang penunjukkannya berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 134Menhut-U2004. Taman Nasional ini merupakan perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar Alam dan Taman Wisata Alam pada Kelompok Hutan Gxaung Merapi Seluas
* 6.410 ha, yang terletak di Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten
Provinsi Jawa Tengah, dan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi Taman Nasional Gunung Merapi. Guna menentukan strategi pengembangan wisata dam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan TNGM Daerah Istimewa Yogyakarta diperlukan kegiatan identifikasi terhadap kegiatan wisata alam yang telah ada, karakteristik rnasyarakat sekitar, persepsi masyarakat terhadap wisata dam yang lestari, partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata alam clan keinginan masyarakat
sekitar terhadap pengembangan wisata alam di TNGM Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam pengelolaan kawasan taman nasional kegiatan pemanfaatan pariwisata merupakan sdah satu bagian dari tujuan pengelolaan taman nasional sehingga dalam pelaksanaanya tidak terlepas dari kebijakan yang a&. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah berkaitan dengan kegiatan wisata dam dan partisipasi masyarakat maka dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap dokurnen-dokwnen dan pemturan perundangan yang terkait, baik di tingkat regional maupun nasional. Berdasarkan hasil analisis terhadap kebijakan pemerintah, pengelola kawasan dan analisis te~hadapmasyarakat selanjutnya dilakukan analisis SWOT, yaitu strategi pengembangan yang didasarkan pada faktor-faktor internal yang meliputi kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) dan faktor eksternal yang terdiri dari peluang (opportunities) dan
ancaman (threats) untuk menentukan strategi yang akan dipilih. Sebagai unit analisis adalah rnasyarakat. Selanjutnya Kerangka pikir dalarn penelitian ini dapzt diganbarkar, pada bagan berikut:
4
I
Regional terhadap: - Wisata dam - Partisipasi masyarakat
1. Kegiatan wisata alam 2. Kebiiakan TNGM :
II
"
- Pengembangan wisata alam - Partisi~asimasyarakat
1 ---
I
Karakteristik masyarakat Persepsi masyarakat Partisipasi masyarakat - Keinginan masyarakat
Strategi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat
Gambar 1 Kerangka pemikiran strategi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan TNGM Daerah Istimewa Yogyakarta
11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Definisi taman nasional menurut Undang-undang RI Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah kawasan pelestarian dam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Lebih lanjut dalam Peraturan pemerintah RI No. 68 Tahun 1998 tentang kawasan suaka dam dan kawasan pelestarian dam menyatakan bahwa suatu kawasan ditunjuk sebagai kawasan Taman Nasional, apabila telah memenuhi kriteria : 1).
Kawasan yang ditetapkan mempunyai iuas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses secara alami;
2).
Mernilii sumberdaya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun satwa clan ekosisternnya serta gejala dam yang rnasih utuh dan alh;
3).
Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utub;
4).
Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai pariwisata dam;
5).
Merupakan kawasan yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba dan zona lain karena pertimbangan kepentingan rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan, dan dalam rangka mendukung upaya pelestarian surnber daya dam hayati dan ekosistemnya, dapat ditetapkan sebagai zona tersendiri. Menurut Mackinnon et al. (1990) laiteria Taman Nasional adalah kawasan
luas yang relatif tidak terganggu yang mempunyai nilai dam yang menonjol dengan kepentingan pelestarian yang tinggi, potensi relcreasi besar, mudah dicapai oleh pengunjung dan manfaat yang jelas bagi wilayah tersebut. Tarnan Nasional merupakan salah satu bentuk kawasan konsewasi yang mempunyai fungsi paling lengkap bila dibandingkan dengan kawasan k o n s e m i lainnya Taman nasional mempunyai fungsi sebagai: a) perliidungan sistem penyangga kehidupan, b) pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
beserta ekosistemnya, dan c) pelestarian manfaat secara berkelanjutan sumberdaya alam hayati dan ekosistem untuk pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian, pendidikan, rekreasi dan wisata dam serta menunjang kepentingan budidaya (Sapaijadi 1999). Dalam usianya yang telah mencapai seperempat abad, kinerja pengelolaan taman nasional yang dievaluasi dari berbagai sisi secara parsial belum optimal (Komite PPA-MFP & Yayasan WWF-Indonesia 2006). Hasil penelitian CIFOR (2004, diacu dalam Komite PPA-MFP & Yayasan WWF-Indonesia 2006) berdasarkan artikel koran selama periode 1997 - 2003, terlihat adanya peningkatan fiekuensi terjadinya peristiwa konflik yang tajam, terutama setelah orde baru menuju masa transisi era reformasi. Penyebab konflik tertinggi adalah perambahan hutan, pencurian kayu, kerusakan lingkungan, alih fungsi dan tata
2.2 Pengembangan Wisata Alam Wisata alam didefinisikan sebagai suatu perjalanan ke tempat-tempat alamiah yang relatif belum terganggu atau terkontaminasi dengan tujuan khusus berupa studi, mengagumi dan menikmati pemandangan dengan hidupan liar dan juga budaya lokalnya (Ceballos-Lascwain 1987, diacu dalam Kodhyat 1997). Sedangkan menurut Rahardjo (2005), wisata dam berkelanjutan merupakan terminologi yang sangat dekat dengan ekoturisme, tetapi tidak semua sesuai dengan kriteria ekoturisme yang sebenarnya. Kegiatan pemanfaatan dan pengembangan obyek wisata dam harus menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tujuan pengelolaan kawasan taman nasional. Oleh karena itu dalarn setiap upaya pemanfaatan dm pengembangan obyek wisata alam di taman nasional harus selalu m e m i f i umpan balik pada upaya pengelolaan kawasan taman nasional sehingga kendala dan evaluasi terhadap embanan (misi) dari h g s i konsewasi harus tetap terpenuhi dalam setiap langkah pemanfaatan d m pengembangan tersebut (Saparjadi 1999). Dalam setiap pengembangan pariwisata dam penyusunan perencanaan merupakan hal yang sangat penting untuk memberikan arah dan pedoman bagi p10gmm atau kegiatan yang akan dijalankan. Bebempa aspek utama yang dipergunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menentukan kriteria
perencanaan dalam pengembangan pariwisata alam adalah potensi ODTWA, kegiatan wisata dam, pengusahaan dan penyediaan saranalprasarana. Kegiatan pengembangan pariwisata dam dapat mengacu pada hal-hal sebagai berikut
(WAPJL 2003): 1. Lokasi pengembangan kegiatan pariwisata dam dilaksanakan pada zona/blok
pemanfaatan berdasarkan rencana pengelolaan kawasan hutan. 2. Area pengembangan yang &pat dimanfaatkan secara intensif untuk sarana
dan aktivitas harus memenuhi persyaratadkriteria: a. Potensi kawasan yang menunjang aktivitas wisata, b. Aksesibilitas cukup mudah dan layak dikembangkan, c. Membuka peluang bagi pengembangan sosial, ekonomi clan budaya setempat, d. Mendukung pengembangan pariwisata daerah, e. Area yang dikembangkan arnan bagi kawasan dan pengunjung. 3. Perencanaan tata mang pada kawasan hutan secara makro mempakan upaya pengembangan yang harus mengacu pada rencana pengelolaan kawasan dm sistem pengembangan wilayah. 4. Penataan ruang secara mikro di dalam zona/blok pemanfaatan mempakan
upaya perencanaan dan pengembangan kawasan dengan memperhatikan halhal: a Kapasitas terbangun untuk sarana dan prasarana maksiial 10% dari
zonaiblok pemanfaatan. b. Penataan ruang lebih ditekankan pada pelestarian dam clan aspek tradisional daemh setempat. c. Tidak membah bentang dam. d. Penataan lansekap agar lebih menarik, rekreatif dan atraktif.
5. Dalam pengembangan sarana dan prasarana fisik, perlu mempertimbangkan: a. Aspek ekologi; dengan memperhatikan konsep ramah lingkungan, tidak memotong jalur sahva, memperhatikan garis sempadan pantailsungai. b. Aspek fisik, memperhatikan tekstur dan jenis tanah serta topografi.
Model pengembangan berdasarkan pada pelaku pengembangan menurut Choegyal (1999) diacu dalam Sukandi (2000) terdapat empat model pengembangan ekoturisme, yaitu: Home-grown
Model ini merupakan suatu pengembangan pariwisata atas usaha masyarakat setempat dengan memanfaatkan potensi pariwisata lokal. Biasanya berskala kecil sampai sedang, terjadi secara spontan ketika wisatawan, untuk suatu keperluan, berhubungan dengan masyarakat. Sebagai contoh, ketika wisatawan mancanegara tertarik akan kegiatan rehabilitasi orang utan di Bohorok (Sumatem Utara), penduduk setempat mulai menyediakan penginapan-penginapan sederhana Imported-Private Sector Led
Dalarn model
ini pelaku
pengembangan,
terutama tenaga-tenaga
terdidiklahli, berasal dari luar masyarakat setempat dari sektor swasta. Saat ini model Imported-Private Sector Led banyak diterapkan untuk mengelola obyekobyek wisata darn, baik di lndonesia ataupun di negara-negara lain. Perusahaan biasanya rnenyewa suatu kawasan wisata untuk jangka waktu tertentu. Imported-Government Led
Pemerintah mengembangkan kegiatan pariwisata untuk
membantu
meningkatkan pertumbuhan priwista. Biasanya jika sudah berjalan lancar, dilakukan swastanisasi dalam pengoperasiannya. Sebagai contoh. adalah Borneo Rainforest Lodge di Sabah, Malaysia, yang diimilii dan dikelola oleh Innoprise Corporation, suatu badan usaha mil& pemerintah daerah. Home-grown with Outside Inflences
Penduduk setempat yang telah mengembangkan suatu obyek wisata kemudian dibantu oleh pihak di luar masyarakat setempat. P i a k luar dapat berasal dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), penyandang dana internasional, atau badan swasta. Motif kegiatan dapat berupa konsewasi, pengembangan masyarakat, atau komersial. Peranan pihak luar adalah 1111tuk menstimulasi agar suatu kegiatan kepariwisataan yang dimilii dm dioperasikan oleh masyarakat setempat dapat berhasil dalam mencapai tujuannya Bantuan dari
pihak luar dapat berupa pelatihan, dana untuk membangun saranalprasarana, dan p e m b i i kegiatan penunjang kepariwisataan (kerajinan tangan, usaha tani, Keempat model ini dapat pula berlaku dalam pengembangan pariwisata alam secara urnurn.
2.4 Peran Masyakat Lokai Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Dari sudut pandang keefektifan pengelolaannya, keberadaan kawasan konservasi di Indonesia masih belurn dikelola secara optimal. Berbagai pernasalahan yang dapat dipersepsikan sebagai suatu keterbatasan dapat dirasakan, seperti alokasi sumberdaya (personil pengelola dan anggaran pengelolaan), legitimasi pengelolaan, serta pertnasalahan struktural yang rnenyangkut kebijakan dan instrumen regulasi. Oleh karenanya, pengelolaan kawasan konservsi hams diadaptasikan terhadap perubahan dan permasalahan yang dihadapi (Soekmadi 2003). Merujuk pada hal di atas, IUCN (2003 : 4, diacu dalam Soekmadi 2003) teiah menganaiisis berbagai pennasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan kawasan konservasi, khususnya di negara berkembang, dan menawarkan sebuah pergesemn paradigma yang rnendasar sebagairnana tabel 1 berikut : Tabel 1 Pergeseran paradigma pengelolaan kawasan konservasi Topik Tujuan
Pengelolaan
Paradigma lama Paradigma baru Hanya untuk tujuan konservasi * Mencakup tujuan sosial semata dan ekonomi Dibangun utamanya untuk Dikembangkanj u g perlindungan hidupan liar untuk alasan ilmiah, yang istimewa ekonomi dan budaya Dikelola khusus untuk Dikelola bersama pengunjunglwisatawan masyarakat setempat Nilai utamanya : sifat liar Mencakupjuga nilai budaya dari sifat liar Aboutprotection yang dilindungi Also about restoration, rehabilitation and social economicpurposes Oleh pemerintah pusat Melibatkan para pihak yang berkepentingan
Tabel 1 Pergeseran paradigma pengelolaan kawasan konservasi (lanjutan) Masyatakat Setempat
Cakupan peagelolaan
Perencanaan dan pengelolaan "memusuhi" masyarakat Pengelolaan tanpa mempedulii opinilpeudapat masyarakat
a
Dikembangkan secara terpisah Dikelola seperti "pulau"
Dikelola bersarna, untuk, dan dan dikelola oleh masyarakat setempat Dikelola deugan mengakomodasikan kepentingan masyarakat setempat Direncanakan dan dikembangkan sebagai bagian dari sistem nasional, regional dan internasional. Dikembangkan dalam bentuk "jaringan" (PAN = Protected Area Network) koridor jalur hijau Dipandang sebagai aset publik (milik masyarakat) Dipandangjuga sebagai kepentingan intemasional
+
Persepsi
a
Teknik Pebgelolaan
*
Pendanaan
Kemampuan manajemen
Dipandang utamanya sebagai aset nasional (milik pemerintah) Dipandang hanya untuk kepentingan nasional Pengelolaan dilakukan sebagai respon jangka pendek Orientasi pengelolaannya hanya difokuskan pada orientasi teknis Dibayarkan hanya dari pajak (taxpayer) 3 pemerintah
e
Dikelola oleh ilmuwan dan para ahli sumberdaya alam Pemimpin : "ahli"
Pengelolaan diadaptasikan menurut penpektifjangka panang Orientasi pengelolaan juga mempertimbangkan aspek politik Dibiayai dari berbagai swnber keuangan yang memungkinkan (daerah, nasional, intemasional) 3 (pemerintah, swasta, masyarakat) Dielola oleh multiskilled individuals Dikembangkan dari kearifan lokal (local knowledge)
+
IUCN 2003 :4, diacu dalarn Soekmadi 2003 Dalam paradigma pembangunan berkelanjutan, manusia diletaMcan sebagai inti dalm proses pernbangunan. Manusia dalam proses pembangunan tidak hanya sebagai penonton tetapi mereka harus secara aktif ikut serta dalam p e r e n c e ,
pelaksanaan, pengawasan dan menikmati pembangunan (Effendi TN diacu dalam Chambers 1996) Pergeseran kebijaksanaan di sektor kehutanan dari timber management ke multi purpose and multi ficnction management mengindikasikan bahwa hutan
bukan hanya berfimgsi sebagai penghasil kayu dan hasil hutan lainnya, akan tetapi mempunyai fungsi yang lebii luas seperti jasa liigkungan, kepariwisataan dan sumber plasma nuftah. Selanjutnya dalam penjabaran pelaksanaannya dilakukan dengan penekanan antara lain kepada partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan, keberpihakan dan pemberdayaan masyarakat (Saparjadi 1999). Pentingnya partisipasi masyarakat tersebut sejalan dengan pendapat McNelly (1988) yang menyatakan bahwa partisipasi masyarakat sekitar kawasan taman nasional perlu dikembangkan dan memperoleh prioritas di dalam kawasan tersebut, karena masyarakat sekitar memberikan sumbangan yang besar bagi kesinambungan sumberdaya alam yang terdapat dalam kawasan. Ketika ruang politik bagi rnasyarakat untuk rnengelola sumber daya dam semakin luas, yaih dengaq diakuinya pem. sem masyarakat dalam pengeioiaan sumberdaya alam, maka perlu segera dicari bentuk pengelolaan sumber daya alam yang mampu menjamin kelestarian sumber daya alam dan peningkatan kesejahteraan masyarakat (Rahardjo 2004). Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan suatu obyek wisata alam diharapkan akan dapat meningkatkan usaha pelestarian sumberdaya pariwisata tersebut. Masyarakat akan mendapatkan penghasilan tambahan, dari sumberdaya ini sehingga berusaha untuk memeliharanya apabila penghasilan dari obyek ini ingin berlanjut. Penghasilan tersebut dapat merupakan suatu insentif untuk berbagai usaha menunjang usaha pelestarian sumberdaya pariwisata. Di Zambia, perburuan liar dengan memberlkukan hukurn dan sanksinya secara ketat,
akau tetapi mengalami kegagalan. Namun dengan pola partisipasi masyarakat setempat dlam pengelolaan kehidupan liar, perburuan liar gajah di Zambia dapat d i i g i sampai lebii dari 90%dalam waktu 3 tahun (FA0 1995). Pengelolaan berbasis masyarakat memiWsi karakteristik yang berbeda dengan ko-manajemen maupun pengelolaan berbasis negara kakteristik pengelolaan berbasis masyarakat sebagairnana tabel 2 adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Karakteristik pengelolaan berbasis masyarakat No. 1. 2.
Karakteristik Penerapan spasial Pihak otoritas utama
3.
Pihak bertanggung jawab
4. 5.
Tingkat partisipasi Durasi kegiatan
6.
Keluwesan pengelolaan
7.
Investasi fmansial dan sumber daya manusia
8.
Kelangsungan usaha
9.
Orientasi prosedural
10.
Orientasi aspek legai
I I.
Orientasi resolusi konflik
12.
Tujuan akbir
13.
Sumber infoimasi pengelolaan
Berbasis Masyarakat lokasi spesifik (kecil) Sbuktur pengambilan keputusan lokal dan penduduk Iokal Komunai; badan pengambilan keputusan lokal Tinggi pada tataran lokal Proses awal cepat; proses pengambilan keputusan lambat Daya penyesuaian tinggi; sensitif dan cepat tanggap terhadap pembahan kondisi lingkungan lokal Menggunakan sumber daya manusia lokal; pengeluaran finansial moderat sampai rendah; anggaran fleksibel Jangka pendek, bila tanpa dukungan ekstemal yang berkelanjutan Berfokus pada dampak jangka pendek; didisain hanya untuk lokasi-lokasi spesifik; sanksi moral Kontrol sumber daya secara de facto; hak properti komunal atau properti swasta Salah satu pihak ada yang dikalabkan; akomodarif, kompetisi; kekuatan publik; sanksi hukum lokal Revitalisasi atau mempeitahankan status-quo penguasaan sumber daya lokal; demokratisasi politik pengelolaan sumber daya alam tingkat lokal Pengetahuan lokal
Sumber: Borrini-Feyerabend (1996, 1997, 2000) diekstraksi oleh PHKA-Dephut, NRh4EPIQ, WWF-Wallacea dan TNC 2002 diacu dalam Komite PPA-MFP, Yayasan WWF-Indonesia 2006 Karakteristik yang mendasar dari ekowisata berbasis masyarakat adalah bahwa kualitas sumberdaya alam dan kebudayaan setempat terjaga dm jika memungkinkan ditingkatkan oleh pengunjung (Denman 2001).
I11 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi (lan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Merapi dengan mengambil lokasi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Agustus 2007.
sumber : Balai KSDA Propinsi DIY yang telah dimodifiisi Garnbar 2. Peta lokasi penelitian
3.2 Metode Penentnan Responden Untuk mengetahui karakteristik masyarakat sekitar kawasan, persepsi, partisipasi dan keinginan masyarakat sekitar terhadap pengembangan wisata alam di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Pengambilan sampel desa dilakukan secarapurposive, yaitu memilii desa-desa yang terdekat dengan kawasan TNGM terutarna pada zona pemanfaatan serta masyarakatnya memiliii variasi keterlibatan yang paling banyak terhadap wisata di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi.
Kebijakan Balai TNGM mengenai pengembangan wisata dam diarahkan pada dua wilayah pengembangan, yaitu wilayah Kaliurang dan wilayah Cangkringan. Di wilayah K a l i m g kegiatan wisatanya telah lama berkembang sebingga ke depan pengembangan wisata dam lebii dipnoritaskan pada wilayah Cangkringan. Desa Hargobinangun merupakan desa terdekat dengan kawasan Kaliurang, dan Desa Umbulharjo merupakan desa terdekat dengan kawasan wisata K a l i i g dan jalur tracking Kinahrejo, serta berbatasan dengan kawasan wisata Kaliadem. Di kedua desa tersebut juga memiliki variasi keterlibatan dengan kegiatan wisata dam lebih banyak dibanding desa lainnya. Sehingga kedua desa ini terpilii untuk d i j a d i i sebagai lokasi penelitian karena dianggap dapat mewakili kedua wilayah pengembangan. Pengambilan sampel dusun diambil secara proporsional berdasarkan jumlah dusun pada masing-masing desa. Desa Hargobinangun rnemiliki 12 dusun dan Desa Umbulharjo memiliki 9 dusun. Ditentukan sebanyak 5 dusun dari kedua desa sehingga diperoleh sebanyak 3 dusun dari Desa Hargobinangun yang rneliputi Dusur? K a l i m g Tim=, Kaliurang Barat Oar, Ngipiksaii, dan 2 dusun dari Desa Umbulharjo yaitu Dusun Kinahrejo dan Pangukrejo. Penentuan dusun dilakukan secara purposive berdasarkan letaknya terhadap kawasan dengan memilih dusun yang paling dekat dengan kawasan. Pcnentuan responden dilakukan dengan mcmbagi responden rnenjadi dua kelompok, yaitu responden yang berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam dan responden yang sama sekali tidak berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam di TNGM. Mengingat tidak tersedianya data mengenai populasi masyarakat yang berpartisipasi dalam wisata dam, maka dalam penentuan responden yang berpartisipasi digunakan metode snowball sampling (Prasetyo & Jannah 2005). Jumlah responden yang berpartisipasi diambil sebanyak 30 responden yang dimbil
dari kedua desa dengan proporsi 70% dari Desa Umbulharjo dan 30% dari Desa Hargobiiangun. Hal ini didasarkan pada pertimbangan kebijakan Balai TNGM terkait dengan prioritas pengembangan pada wilayah Cangkringan. Sedangkan untuk responden tidak berpartisipasi, pengambilan sampel dilakukan secara proporsional berdasarkan jumlah pcnduduk pada masing-masing dusun. Cara pengambilannya dilakukan secara accidental, yaitu responden yang
diperoleh secara kebetulan. Jumlah responden tidak berpartisipasi juga ditetapkan sebanyak 30 orang.
3 3 Ruang Lingkup Penelitian 1. Masyarakat dalam penelitian ini adalah masyarakat sekitar kawasan TNGM yang letaknya berbatasan dengan kawasan.
2. Masyarakat berpartisipasi dalarn penelitian ini adalah masyarakat sekitar yang terlibat secara langsung dengan kegiatan wisata dam di TNGM
3. Masyarakat tidak berpartisipasi dalam penelitian ini adalah masyarakat sekitar yang tidak terlibat sama sekali dengan kegiatan wisata dam di TNGM 4. Wisata dam dalam penelitian ini adalah wisata alam yang berorientasi
pada produk khusus dan spesifik yang menekankan pada unsw pengalaman (experience), keunikan dan kualitas (qualitytravel). 3.4 Jenis Data dan Metode Pengurnpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Kusmayadi & Sugiarto (2000) menyebutkan bahwa data primer adalah data yang dikumpulkan dari sumber pertama melalui wawancara, tes, observasi dan lain-lain, sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari bahan
pustaka atau hasil penelitian orang lain yang berhubungan dengan penelitian kita. Data primer dalam penelitian ini terdiri dari kegiatan wisata dam, karakteristik masyarakat, persepsi, partisipasi, dan keinginan masyarakat terhadap pengembangan wisata dam di TNGM. Data mengenai kegiatan wisata dam, karakteristik, persepsi, partisipasi, dan keinginan masyarakat diperoleh melalui wawancara dan observasi. Sedangkan data sekunder terdiri dari data sumberdaya biofisik kawasan TNGM, kondisi umum Balai Taman Nasional Gunung Merapi, kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar, kebijakan pemerintah terkait dengan pengembangan wisata alam dan partisipasi masyarakat yang meliputi kebijakan pengelola tarnan nasional, kebijakan di tingkat nasional dan kebijakan di tingkat regional. Data yang diambil meliputi peraturan dan dokumen-dokumen, antara lain Rencana Pengelolaan TNGM, Rencana Pengembangan Wisata Alam TNGM, Lapomn
Bulanan Balai TNGM, Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Sleman, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman, Peraturan Bupati Sleman tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2005
- 2010,
peraturan perundangan di tingkat nasional, dan dokumen lain yang relevan. 3.5 Metode Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan cara tabulasi data dan kemudian dianalisis sesuai dengan jenis data dan tujuan penelitian. Analisis data pada masing-masing tujuan penelitian adalah sebagai berikut: Karakteristik persepsi, partisipasi dan keinginan masvarakat Data tentang karakteristik masyarakat diperoleh melalui observasi secara langsung dan wawancara dengan masyarakat. Persepsi, partisipasi dan keinginan masyarakat diperoleh dari jawaban kuesioner dan pertanyaan terstruktur.. Selanjutnya data dianalisis dengan cara tabulasi dan penghitungan frekuensi jawaban selanjutnya dijelaskan secara deskriptif . Karakteristik masyarakat dianalisis untuk memberikan. gaibaran mengenai profil masyarakat di sekitar kawasan, persepsi masyarakat untuk mengetahui pemahaman masyarakat terhadap wisata dam yang memperhatikan aspek kelestarian kawasan,
sedangkan partisipasi masyarakat diandisis untuk
mengetahui bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata alam di
TNGM Daerah Istimewa Yogyakarta, alasan bepartisipmi, alasan tidak berpartisipasi dan ada tidaknya keinginan masyarakat untuk berpartisipasi. Sintesis Menurut Eriyatno (2007) sintesis pada intinya merupakan suatu cara berpikir suatu sikap, suatu pendekatan, cara unhk melakukan yang diikuti dengan tindakan untuk mencapai sasaran akhir, untuk menghasilkan materilsubstansi. Pendekatan yang diIakukan adalah dengan pendekatan sistem yang mempunyai karakteristik integrasi, interdisiplin, saliig terkait, imajinatif, dan menyeluruh. Sintesis dilakukan dengan memadukan antara hasil analisis terhadap karakteristik masyarakat, persepsi, partisipasi dan keinginan masyarakat, kebijakan pemerintah baik kebijakan di tingkat regional (Kabupaten Sleman) maupun nasional dengan faktor-faktor yang mencakup karakteristik pengelolaan
berbasis masyarakat. Selanjutnya hasil sintesis d i j a d i i dasar untuk menentukan strategi pengembangan. Strategi Pengembangan Untuk menentukan strategi pengembangan wisata dam berbasis masyarakat di TNGM digunakan analisis SWOT. Analisis SWOT dimaksudkan untuk mengetahui gambaran mengenai kekuatan dan kelemahan pengembangan wisata dam berbasis masyarakat di Taman Nasional Gunung Merapi
serta
peluang dan ancaman yang dihadapi. Dalam analisis SWOT diidenWasi mengenai faktor-faktor internal yang meliputi sfrengths (kekuatan, potensi) dan weaknesses (kelemahan) dan faktor-faktor eksternal yang meliputi opportunities (peluang) dan threats (ancaman). Sebelum dibuat matrik SWOT terlebih dahulu ditentukan faktor strategi eksternal (EFAS) dan faktor strategi internal (IFAS) yang ditentukan dengan camcara sebagai berikut (Rangkuti 2006): a Menyusun 5 sarnpai dengan 10 peluang dan ancaman dalam kolom 1
b. Masing-masing faktor dalam koiom 2 diberi bobot, mulai dari 1,O (sangat penting) sampai dengan 0,00 (tidak penting). Faktor-faktor iersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor stmtegik. c. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (di bawah rata-
rata) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap pengembangan wisata dam berbasis masyarakat di TNGM. Variabel yang bersifat positif diberi nilai mulai dari +1 sampai +4 (sangat baik), sedangkan variabel yang bersifat negatif kebalikannya. d. MengaIikan bobot pada kolom 2 dengan
rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan mtuk masing-masing faktor yang nilainya be~ariasimulai dari 4,O (sangat baik) sampai dengan 1,O (di bawah rata-rata) e. Memberikan komentar atau catatan pada kolom 5 tentang alasan pemiiihan faktor-faktor tertentu dan bagaimana skor pembobotannya dihitung
f. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) sehingga diperoleh total skor pernbobotan yang menunjukkan bagaimana unit analisis bereaksi terhadap faktor-faktor strategis baik eksternal rnaupun intemalnya. Selanjutnya penyusunan faktor-faktor strategis internal dan ekstemal dibuat dalam rnatrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman ekstemal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelernahan yang dimiliki (Rangkuti 2006). Tabel 3 Matrik SWOT Faktor Intemal
STRENGTHS (S)
WEAKNESSES (JT)
OPPORTUNITIES (0)
Strategi SO
Strategi WO
THREATS (T)
Strategi ST
-
Faktor Ekstemal
Keterangan :
a Strategi SO, strategi yang dibuat berdasarkan
pernikiran
dengan
rnernanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besamya. b. Strategi ST, strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk rnengatasi ancaman yang ada c. Strategi WO, strategi berdasarkan pernanfaatan peluang yang ada dengan cara meminirnalkan kelernahan yang ada
IV KONDISI UMUM 4.1 Taman Nasional Gunung Merapi Taman Nasional Gunung Merapi ditunjuk menjadi taman nasional karena memiliki nilai-nilai penting yaitu PKSDA Yogyakarta 2006):
1. Keanekaragaman hayati Berdasarkan hasil inventarisasi terhadap flora dan fauna yang ada di kawasan ini sampai saat dilakukan penyusunan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), kawasan gunung Merapi memiliki potensi lebih dari 1.OOO jenis tumbuhan, termasuk 75 jenis anggrek langka. Sedangkan potensi faunanya meliputi jenis mamalia kecil dan besar, 147 jenis burung termasuk 90 jenis diantamnya burung-burung yang menetap. Beberapa dari jenis tersebut, 12 jenis merupakan jenis burung endemik di Jawa dan 2 jenis dikhawatirkan punah seperti b w g Matahari (Crocias albonorarzfi) dan Burung Kuda (Garrulac mjf?on), sedangkan jenis lainnya yang endemik di Jawa Barat yaitu Berencet (Psaltriamiiis). 2. Perlindungan fungsi Hidro-orologi Gunung Merapi mempakan salah satu gunung aktif di Indonesia Kawasannya menjadi daerah tangkapan air penting dan mempakan sumber air dari beberapa sungai yang mengalir di daerah pertanian dan perkotaan. Ke
arah selatan beberapa sungai mengalir ke wilayah Provinsi DIY, khususnya kota Yogyakarta dan Bantul. Ke arah Barat mengalir ke wilayah Kabupaten Kulon Progo, yang muam akhimya mengalir ke Samudera Hindia. Ke arah timur dan utara, anak-anak sungainya mengalir ke wilayah Provinsi Jawa Tengah, khususnya ke timw ke arah Kabupaten Boyolali, dan ke utam ke arah Kabupaten Magelang.
3. Potensi Pariwisata Alam Kawasan Gunung Merapi memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan sebagai lokasi pariwisata dam baik keunikan dan keanekaragaman hayatinya, puncak gunung, air terjun maupun panorama indah lainnya.
4.1.1 Kondii F i s i Kawasan 4.1.1.1 Luas dan Letak Sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan nomor : 134iMenhut-IY2004 tanggal 4 Mei 2004 luas kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM)
*
adalah seluas 6.410 hektar. Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) secara administratif terletak di dua propinsi, yakni Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang meliputi Kabupaten sleman dan Provinsi Jawa Tengah yang meliputi Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten. Secara fisik kawasan TNGM mempunyai batas sebagai berikut (BKSDA Yogyakarta 2004):
1.
Bagian utara dilingkupi oleh pegunungan yang mempakan pertemuan antara Gunung Merbabu dan Gunung Merapi. Batas alam ini dibentuk dari hulu sungai Pepe di wilayah tirnur dan dan hulu sungai Pabelan di wilayah barat. Secara administratif termasuk dalam Kabupten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah.
2.
Kaki gunung bagian timur dan selatan merupakan wilayah yang data. dan merupakan persawahan dengan kesuburan tanah yang tinggi. Bagian timur ini membentang sampai bertemu dengan sungai Bengawan Solo dan bagian selatan bertemu dengan hulu sungai Dengkeng.
3.
Hulu sungai Progo menjadikan batas dam gunung di bagian barat.
4.1.1.2 Topografi Kerucut Gunung Merapi berada pada ketinggian antara 50 - 2500 m dpl. Pada bagian kerucut tersebut wilayah Kabupaten Klaten memiliki ketinggian antara 50 - 1000 m dpi, Kabupaten Boyolali 400 - 1500 m dpl, Kabupaten Magelang antara 200 - 1350 rn dpl, dan Kabupaten Sleman 100 - 1500 m dpl (BKSDA Yogyakarta 2004). Untuk wilayah Kabupaten Sleman (wilayah Yogyakarta) bagian selatan mempakan dataran rendah yang subur yang berupa daerah persawahan, sedangkan di bagian utara sebagian besar mempakan tanah kering yang bempa tegal dan ladang. Kondisi sekarang kedua wilayah tersebut sudah mulai bergeser unhk pemukiman. Bagian yang paling utara mempakan lerteng gunung Merapi yang miring ke arah selatan. Di lereng selatan Gunung Merapi terdapat dua bukit yaitu,
bukit Turgo dan Plawangan yang mempakan bagian kawasan wisata kaliumng. Di bagian lereng puncak Merapi reliefinya curam sampai sangat curam. beberapa sungai yang mengalir melalui Kabupaten Sleman menuju laut Selatan adalah Sungai Progo, Krasak, Kuning dan Boyong. Bagian Selatan masih berupa lahan persawahan dengan sistem tern yang cukup baik. Sedangkan bagian tengah berupa lahan kering dan paling utara merupakan bagian dari lereng Gunung Merapi yang bempa hutan (BKSDA Yogyakarta 2004).
4.1.1.3 Iklii dan Curah hujan Gunung Merapi terma.uk dalam wilayah b e r i b muson tropis, yang dicirikan hujan dengan intensitas yang tinggi pada m u s h hujan (NovemberApril) yang kemudian berganti dengan bdan-bulan kering (April-Oktober). Hujan tahunannya berkisar antara 2500-3000 rnm. Variasi hujan di sepanjang lereng Gunung Merapi dipengaruhi oleh hujan orografis. Variasi suhu dan kelembaban udara pada dasamya tidaklah mencolok, suhu berkisar antara 20'-33°C
dan
kelembaban udara bervariasi antara 80% - 99% (BKSDA Yogyakarta 2004). Berdasarkan tipe iklim Schmidt dan Fergusson, daerah Gunung Merapi mempunyai iklim tipe B dengan nilai Q = 31,42%. Dengan kondisi iklim tersebut maka kawasan inimemiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi (BKSDA Yogyakarta 2001). Menurut Schmidt dan Fergusson tipe iklim B dimasukkan dalam kategori kondisi iklim basah. 4.1.1.4 Kondisi Tanah
Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi didominasi oleh tanah berjenis regosol. Tanah ini berkembang pada topograti berupa lereng vulkan. Bahan induk tanah adalah material vulkanik mengingat Gunung Merapi mempakan gunung yang masih aktif di Indonesia Dengan demikian tanahnya berupa tanah muda karena belum mengalami perkembangan profil. Tanah di kawasan ini dicirikan oleh warna kelabu sampai kehitaman dengan tekstur pasiran. Struktur tanah belum terbentuk sehingga masih mempakan struktur grander. Struktur tanah tersebut menyebabkan kemarnpuan untuk menyerap air cukup tinggi, namun kandungan balm organiknya relatif rendah. Sedangkan keasaman tanah pada umumnya
netral (GMUM 2006).
Karakteristik fisik dan kimia tanah lokasi Cagar Alaml Taman Wisata Alam Plawangan Turgo yang s e k m g berubah status menjadi taman nasional adalah sebagai berikut: Tabel 4 Karakteristik fisik dan kirnia tanah Taman Nasional Gunung Merapi No 1 2 3 4 5 6
Parameter Temperatur Kelembaban Kadar air tanah
Kisaran
19,7 - 20,8 C 68,2 - 79,7 % 22,l - 35,8 6,l - 6,7 PH Kadar Bahan organik 1,3 - 2,6 775 - 2000 Ketinggian Sumber: BKSDA Yogyakarta, 2001
4.1.1.5 Geologi Keadaan geologi di kawasan TNGM cukup beraneka mulai dari batas selatan yang berupa formasi baturagung dengan batuan breksi andesit dan formasi
kars dengan batu gamping dan bahan endapan yang miring sampai curam. Menuju ke arah utara menembus daerah endapan volkanik muda (kuarter) dengan bahan abu lpasir volkanis dan batuan tufa intermedier yang datar sampai berbukit (3% sampai lebih dari 45%). Sampai batas utara berupa endapan volkanis tua yang tinggi dan berbukit dan formasi Notopuro yang berteras-teras (GMUM 2006). Sedangkan Sutikno et al. 2001 diacu dalam Nuryadi 2004 menyatakan bahwa secara geologi wilayah Taman Nasional Gunung Merapi terletak pada potongan antara dua sesar, yaitu sesar transversal dan sesar longitudinal Pulau Jawa.
4.1.2 Kondisi Bioiogis 4.1.2.1 Keadaan Flora Wilayah Dn! Flora kawasan lereng Merapi yang masuk wilayah I ~ I Ydidominasi oleh hutan campuran yang relatif stabil. Hasil inventarisasi flora di Cagar Alam Plawangan Turgo dan TWA Kaliurang (sekarang TNGM) yang dilakukan oleh Balai KSDA Yogyakarta tahun 2001 diperoleh hasil sebagai berikut: Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap petak 7 ditemukan sekitar 95 jenis tanaman,dan setelah diidentifikasi diketahui sebanyak 76 jenis
tanaman sedangkan 19 jenis lainnya belum teridentifikasi. Berikut daftar nama jenis tanaman yang ditemukan pada petak 7.
Tabel 5 D&
nama jenis tanaman yang ditemukan di petak 7
No
Famili
Spesies
01 02
Polypodiaceae
Dynaria querifolia Asplenizim nidus Blechnum orientale Cyclophorus namntularifolius Nephrolepis exaltata Hymenolepis spicata Acrosticum aureum Stenochalaena palustris Ceropteris thalictroides Neuropteris sp Dryopteris spinulosa Adiantum cuneatum Pityrogamma calomelanos Cyclophorur lanceolatus Delonir regia Tamarindus sp Cassia siamea Begonia rexputz Leucaena glauca Albizia chinensis Mimosa pudica Acacia fmesiana Wild Ischaemum timorense Axonopus sp Sporoboluspoirentil Bolusiella sp Spatoglothis plicata Arachnis sp Hibisncs similis BI. Sida acuta Arenga pinnata Merr. Salaca edulis Persea arnericana Cinnamomumzeylanicum B1 Filicium decipiens Acalypha wilkensiana Gnetum gnemon Camellia sinensis Lagerstroemia speciosa Bamboo sp
10 II 12 13 Caesalpiniaceae
Mirnosaceae
Gramineae
Orchidaceae
Malvacea Palrnae 33 34
Lauraceae
35
Euphorbiaceae
36 37 38 39 40
Gnetaceae Theaceae Lythraceae Bambosaceae
Tabel 5 Daftar nama jenis tanaman yang ditemukan di petak 7 (lanjutan) No
Famili
Spesies
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 68 69 70 71 72 73 74 75 76
Papilionaceae Papilionaceae Asteraceae Begoniaceae Labiatae Bignoniacea Caryophyllaceae Iridaceae Rubiaceae Pipemceae Nepenthaceae Araceae Plurnbaginaceae Compositae Asclepidaceae Goodeniaceae Cannaceae Araucariaceae Casuarinaceae Dilleniaceae Guttifeme Myrtaceae Bornbacaceae Cycadaceae Moraceae Bweraceae Solananceae Selaginellaceae Balsaminaceae Cyperacea
Pterocarpus indicus Crotalaria slriata Elephantopus scaber Begonia coriaceae Ocimum sp Spathodea campanulata M a r i a cordata Belamcanda chinensis Coffea arabica Piper sp Nepenthes spp Colocasia esculenhim Flumbago indica Sonchus amensis Ipomoea batatas Erechthistes hieracifolia Canna hybrida Agathis d b a Casuarina sp Dillenia aurea Calophyllum inophyllum Eugenia womatica Dwio zibethinus Cycas rumphii Artocarpus heterophfla Lamk. Melia medarach L Solanum sp Selaginella martensif Impatients balsamina KyIIinga monochepala Leea aquata L. Chinehonapubeschens Altingia exelsa Schima wallichii
Tabel 5 menunjukkan bahwa pada petak 7 tumbuhan yang dominan adalah tumbuhan paku dan rumput. Sedangkan dari hasil penelitian yang dilakukan mahasiswa UKDW (Universitas Kristen Duta Wacana) Yogyakarta diketahui vegetasi pada petak 5 adalah sebagai berikut Tanaman tegakan yang mendominasi pada daerah ini
adalah Altingia exelsa (daerah Proliian), Schima wallichii (Plawangan dan Ngandong), Chinehona pubeschens (Goa Jepang dan Muncar). Khusus untuk
Schima wallichii dapat ditemukan di keseluruhan areal daerah ini (BKSDA Yogyakarta 2001). Tabel 6 Daftar spesies tanaman Itegakan yang ada di petak 5 No. 01 02 03 04 05 06 07 08 09 I0 11 12 13 14
Nama Species
Laportea ardens Pinus merkusii Altingia exelsa Evthrina vmiegata Santalum album Litsea odorifera Cratoxylon cuniatus Ficus vmiegata Cleidrianjavanicum Cecro piaperfaha Agarhis damarc Melia excelza Ganophylurn Delonir regia
Jenis-jenis tanaman yang ada di kawasan juga dapat diketahui dari kayu dan daun yang dipanen oleh masyarakat setempat. Spesies tersebut mencakup:
Hasil kayu : Pinus rnerkusii, Acacia decurens, Bambusa spp., Albisia spp., Euphatorium inulifolium, Lithocarpus elegans, Leucaena glauca, Cinchona succiruhra, Acalypha calurus, Ficus alba, Erytrina variegata, Hibiscus tiliaceus, MeIia azedarach, Leucaena leucocephala, Arthocarpus integra, Casuarina sp., Syzygium aromaticum. Penghasil dam : Calliandra callothyrsus, Euphatorium sp., Lantana camara,
Crotalaria spp., Schejlera efliplica, Cestrum nocturium, pakis, Piplurus repandus, Yevesia sundaica, Glochidion spp.., Euphatorium riparium, Alfanihol esculenta, Fomengia congests, Melia azedarach, Macaranga spp., Marsilia cremala dun Melastbura stomoides. Selain itu terdapat beberapa jenis tumbuhan
semak dan tumbuhan hutan dengan tajuk terbuka dan tertutup dan jenis flora epifit yang khas tumbuh di wilayah tropis basah (BKSDA Yogyakarta 2004). Kegiatan inventarisasi anggrek yang dilakukan oleh Balai Konservasi Sumberdaya Alarn Yogyakarta di kawasan C m W A Plawangan Turgo tahun 2003 (sekarang menjadi wilayah TNGM) ditemukan 37 jenis dan 17 jenis yang belum diketahui namanya. Jenis anggrek yang dapat dijumpai di kawasan ini adalah anggrek pandan (Vanda tricolor), anggrek kantong semar (Phapiopedium javanicum), keduanya sudah jarang ditemukan di habitat aslinya. Sedangkan kegiatan inventarisasi yang dilakukan LIP1 pada tahun 2002 menemukan 52 jenis anggrek yang terdiri dari 27 marga dan 48 jenis anggrek. Selain itu ditemukan juga 32 jenis tumbuhan obat dan 73 jenis tumbuhan paku-pakuan (BKSDA Yogyakarta 2003). 4.1.2.2 Fauna
Kegiatan inventarisasi fauna telah dilakukan oleh Balai KSDA Yogyakarta yang dilakukan di blok I11 sampai VII. Inventarisasi difokuskan pada kelompok aves (burung) dengan alasan burung relatif lebih mudah diidentifikasi, sifatnya relatif jinak, umumnya aktivitasnya diurnal (siang hari) dan tidak perlu melakukan penangkapan atau penggunaan alat-alat yang rumit (BKSDA Yogyakarta 2001), selain itu elang jawa merupakan jenis burung endemik yang mempakan animalfag kawasan Gunung Merapi. Berdasarkan hasil inventarisasi fauna tersebut dijumpai 96 spesies burung yang termasuk dalam 30 famili. Banyak spesies burung yang ditemukan termasuk jenis endemik, diketahui terdapat 15 spesies burung endemik Jawa, 5 spesies burung endemik Jawa dan Baii, 2 spesies burung endemik Sumatera dan Jawa, 1 spesies burung endemik Kalimantan dan Jawa dan 3 spesies burung endemik Indonesia Secam lengkap hasil inventarisasi fauna yang dilakukan oleh Balai KSDA Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 7 (BKSDA Yogyakarta 2001).
Tabel 7 B-g
endemik di CA/TWA Plawangan Turgo
No Nama Indonesia 01 Cinenen pisang Prenjak coklat Tesia jawa Poksai kuda Tepus pipi-perak
Nama ilmiah Orthotomus sutoris Prinia polychroa Tesia superciliaris Grarulax rufifrons Stachyris melanothorax Dicaeum sanguinolentum Cabai gunung Meninting kecil Enicurus velatus Cochoa anrrea Ciung mungkal Loriculus pusillus Serindit Jawa Burung madu gunung Aethopyga eximia Burung madu Jawa Aethopyga mystacalis Pycnonotus bimaculatus Cucak gunung Lonchura Ieucogastroides Bond01 Jawa Elang Jawa Spizaetus bartelsi Cekakak Jawa Halcyon cyanoventris Cicadaun sayapbiru Chloropsis conchinchinensis nigricollis Gemak T m i r sylvatica Sepah gunung Pericrocotus miniatus Kipasan ekor-merah Rhipidura phoeniczm Walik kepala-unggu Ptilinopus porphyreus Uncal buau Macropygia emiliana Takur tohtor Megalaima arnjillaris Takur bututut Megalaima corvina Takur tulungtumpuk Megalaimajavensis Opior Jawa Lophozosteropsjavanicus Kacamata Jawa Zosteropsjlms Keterangan : S = Sumaten K = Kalimantao J = Jawa B = Bali
Endemik J
4.13 Balai Taman Nasional Gunung Merapi Balai Taman Nasional Gunung Merapi merupakan Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional baru yang telah diserahterimakan dari Sekretaris Direktorat Jended Perlindungan Hutan dan Konsewasi Alarn kepada Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi sesuai Berita Acara Nomor : BA. I IV-SeklKp. 112006 tanggal 11 November 2006. Berdasarkan Berita Acara senh terima tersebut maka terhitung mulai bulan Januari 2007 pengelolaan Taman Nasional Gunung
Merapi sepenuhnya berada pada Balai Taman Nasional Gunung Merapi (Balai TNGM 2007). Balai Taman Nasional mempunyai fungsi yaitu :
1. Penataan zonasi, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan clan evahmi pengelolaan kawasan taman nasional 2. Pengelolaan kawasan taman nasional.
3. Penyidikan, perlindungan dan pengamanan kawasan taman nasional.
4. Pengendalian kebakaran hutan 5. Promosi, informasi konservasi sumber daya dam hayati dan ekosistemnya
6 . Pengembangan V i a cinta dam serta penyuluhan konservasi sumber daya dam hayati dan ekosistemnya 7. Kerja sama pengembangan koservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya serta pengembangan kemitraan
8. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan taman nasional 9. Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam
10. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Berdasarkan Peraturan
Menteri Kehutanan
No. P. 03Menhut-II/2007
tanggal 1 Pebmari 2007 tentang Organisasi dan Tata Keja Unit Pelaksanan Teknis Taman Nasional, mempunyai tugas melakukan
penyelenggaraan
konservasi surnber daya dam hayati dan ekosistemnya dan pengelolaan kawasan taman nasional berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan tersebut diatas Balai Taman Nasional Gunung Merapi termasuk Balai Taman Nasional Tipe B yang meliputi bagian-bag@ sebagai berikut : a Sub Bagian Tata Usaha
b. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I, meliputi wilayah Sleman dan Magelang dengan kedudukan di Magelang
c. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah 11, meliputi wilayah Boyolali dan Klaten dengan kedudukan di Boyolali
d. Kelompok Jabatan Fungsional (Pengendali Ekosistem Hutan Kehutanan)
dan Polisi
Sampai dengan Agustus 2007 jumlah pegawai Balai Taman Nasional Gunung Merapi sebanyak 40 orang terdiri dari PNS 35 orang dan Tenaga Honorer
5 orang. Upaya peningkatan kemampuan sumberdaya manusia beberapa jenis pendidikan I pelatihan I kursus yang diadakan di liigkup Ditjen PHKA maupun eselon 11 lain lingkup Departemen Kehutanan telah &ti
pegawai dari Balai
Tarnan Nasional Gunung Merapi. Sasaran kegiatan Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) meliputi dua tugas, yaitu tugas umum pemerintahan dan tugas urnum pembangunan. Tugas umum pemerintahan m e ~ p a k a npelaksanaan tugas pokok dan fimgsi Balai Taman Nasional Gunung Merapi yaitu:
1. Bidang Sekretariat Direktorat Jenderal 2. Bidang Penyidikan dan Perlindungan Hutan
3. Bidang Pengendalian Kebakaran Hutan 4. Bidang Konservasi Kawasan 5. Bidang Konservasi Keanekaragaman hayati 6 . Bidang Pemantapan Jara Lingkungan dan Wisata Aiarn
Sedangkan tugas urnurn pembangunan rne~pi3kantugas yang mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balai TNGM berupa kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan melalui DIPA BA 29 Balai Tarnan Nasional Gunung Merapi. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2007 meliputi :
1. Perlindungan kawasan konsewasi yang mantap dengan sasaran : a. Terciptanya kawasan konservasi yang mantap b. Terbentuknya SATGAS khusus POLHUT serta pengamanan
hutan
2. Pengelolaan gaji, honorarium dan tunjangan serta kegiatan penyelenggaraan
operasional perkantoran dengan sasaran :
a. Tersedianya keperluan operasional administrasi b. Terpenuhinya operasional kantor secara lancar
3. Perawatan sarana
dan prasarana kantor, dengan sasaran tersedianya
perawatan sarana dan prasarana kantor 4. Pengelolaan TN dan kawasan konservasi lainnya (KSAIKPAITB) dan hutan
Iindung dengan sasaran :
a. Terkelolanya TN secara mantap b. Tabentuknya kesepahaman dalam penanganan kawasan esensial
5. Pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya dengan sasaran meningkatnya PNBP dan pernanfaatan tumbuhan dan satwa liar
6. Pengembangan jasa liigkungan dan wisata dam dengan sasaran : a. Terciptanya pemberdayaan masyarakat disekitar kawasan b. Terciptanya kader konservasi 7. Perencanaan dan pengendalian
pengelolaan kawasan konservasi dengan
sasran tersusunnya rencana program Ikegiatan pembangunan kehutanan bidang PHKA tahun 2007 8. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan SDAH dan ekosistemnya dengan sasaran terwujudnya institusi pengelola SDAHE yang mantap serta meningkatan kapasitas SDM pengelola SDAHE 1.2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Penelitian 42.1 Desa Hargobinangun
Desa Hargobinangun mars ~ d m i ~ s t r a tmasuk if dalam wilayah kecamatan
Pakem kabupaten Sleman Provinsi DIY. Luasnya adalah 1.430 ha dengan batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara
: Gunung Merapi, J a m Tengah
Sebelah selatan
: Desa Harjobinangun dan Pakembinangun
Sebelah barat
: Desa Purwobiiangun dan Candibiiangun
Sebelah timur
: Desa Umbulharjo Kecamatan Cangkringan
Desa Hargobiiangun memiliki ketinggian 700 - 1.325 mdpl dengan curah hujan sebanyak 3.764 d t h , topografi termasuk dataran tinggi clan suhu u d m rata-rata 26 OC. Jarak desa dari pusat pemerintahan Kecamatan sekitar 3 krn, dari ibukota Kabupaten Sleman 14 km, dari ibukota povinsi DIY sekitar 21 km. Penggunaan lahan di desa ini terbesar untuk sawah dan ladang, yakni seluas 540,5825 ha. Sebagian besar tanah sawah telah menggunakan irigasi teknis, yakni seluas 125,4550 ha.
Jumlah penduduk sebanyak 7194 orang (2405 KK) terdiri dari I&-laki sebanyak 3292 orang dan perempuan sebanyak 3902 orang. Tabel 8 menunjukkan
bahwa berdasarkan struktur umur, sebagian besar penduduk Desa Hargobinangun merupakan usia produktif yaitu kurang lebii sebanyak 56,16%. Tabel 8 Jumlah penduduk menurut usia Desa H a r g o b i i g u n No. 1.
Golongan umw
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 55 80
0-12 bulan 13 bulan-4 tahun 5 - 6 tahun 7 - 12 tahun 13- 15tahun 16-18tahun 19 - 25 tahun 26-35 tahun 36 - 45 tahun 46 - 50 tahun 51 -60tahun 61 - 75 tahun lebih dari 76 tahun T d Surnber : Profit Desa Hargobinangun
3292
3902
Jumlah 135
7194
Berdasarkan pendidikan umum yang ditarnatkan, sebagian besar penduduk
Desa I-largobinangun memiliki tingkat pendidikan SLTA yaitu sebanyak 2.556 atau 47;27% (Tabel 9). Sedangkan menurut pendidikan khusus yang ditarnatkm, lebii dai 50% mempakan lulusan pendidikan ketrampilan. Tabel 9 Jurnlah penduduk Desa Hargobiinangun menurut tingkat pendidikan tahun 2006 Lulusan pendidikan umum Lulusan pendidikan khusus Pendidikan Jumlah (orang) Jumlah (orang) Pendidikan TK 453 (8,38%) Pondok 13 (2,62%) pesantren 2. SD 1.408 (26,04%) Madrasah 45 (9,05%) 3. SLTP 756 (13,98%) Pendidikan 38 (7,65%) keagamaan 4. SLTA 2.556 (47,27%) SLB 10 (2,O 1%) 5. Akademi / Dl - D3 80 (1,48%) KwsuslKetramp 391 (78,67%) ilan Sarjana (S1 - S3) 154 (2,85%) 6. Total 5407 (100%) 497 (100%) Sumber :Monografi DesaHargobinangun No. 1.
Tabel 10 Jumlah penduduk menurut rnata pencaharian Desa Hargobinangun tahun 2006 No.
Mata pencaharian
1.
Pegawai Negeri Sipil ABRI Swasta Wiraswastalpedagang Tani Pertukangan Buruh Tani Pensiunan Pernulung
Jumlah Persentase (0l.W) (%) 310 7,14
10. Jasa Sumber : Data monografi Desa Hargobinangun 2006 Tabel
10 menunjukkan
bahwa
sebagian
329
besar
7,58 penduduk
Desa
Hargobinangun memiliki matapencaharian dalam bidang pertanian yaitu sebanyak 49.35%. Hasil pertanian yang diproduksi desa ini berupa padi dan palawija antara lain jagung, ketela pohon, ketela rambat, sayw sapran seperti kubis, sawi, tomat, kacang panjang, terong, buncis, lombok, sera buah-buahan seperti pisang, pepaya, jeruk, =man&,
mangga, durian, rambutan, salak, kelengkeng dan
apukat. Untuk mendukung kegiatan pertanian tersebut Desa Hargobinangun memiliki waduk/cekdam seluas 3 ha sebanyak 8 buah.
4.2.2 Desa Umbulharjo Desa Umbulharjo secara administratif masuk dalam wilayah kecamatan Cangkringan kabupaten Sleman Provinsi DIY. Luasnya adalah 826 ha dengan batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara
: Gunung Merapi
Sebelah selatan
: Desa Wukirsari
Sebelah barat
: Desa Hargobinangun
Sebelah timur
: Desa Kepuhharjo
Desa Umbulharjo memiliki ketinggian 600 - 900 mdpl dengan curah hujan rata-rata sebanyak 1.056 d t h , t o p o d termasuk dataran tinggi/perbukitan dan suhu udara rata-rata 25 sfd 29 "C. Jarak desa dari pusat pemerintahan Kecamatan
sekitar 6 km, dari ibukota Kabupaten Sleman 17 km, dari ibukota povinsi DIY sekitar 26 km. Penggunaan lahan di desa ini terbesar untuk perkebunan rakyat, yakni seluas 171 ha atau 38,22%, selebihnya untuk bangunan 10,01%, pertanian sawah 5,14%, rekreasi dan olahraga 7,82%, perikanan 0,45%, daerah tangkapan air 34,64% clah lain-lain 7,82%. Penggunaan lahan untuk perkebunan sebagian besar digunakan untuk menanam jenis kopi dan kelapa (Tabel 11). Tabel 11 Luas lahan perkebunan menurut jenis tanaman Desa Umbulharjo No. 1 2 3 4 5 6 7
Komoditas kelapa kopi kapas cengkeh vanili kakao kayu manis
Luas ha 12
1,45
2
0,24
%
Catatan: Luas desa 826 ha
Desa Umbulharjo juga memproduksi tanaman sayuran a n t m lain sawi, tomat, buncis dan cabe dan tanman buah-buahan seperti pisang, mangga, jeruk, alpokat, pepaya, durian, rambutan, salak, lengkeng, dan belimbing. Sedangkan hasil palawija terdiri dari kacang tanah, jagung, ubi jalar, talas, ubi kayu. Jumlah penduduk Desa Umbulharjo sebanyak 4034 orang terdiri dari lakilaki sebanyak 2007 orang dan perempuan sebanyak 2027 orang. Banyaknya kepala keluarga adalah 1160 Mr. Mayoritas penduduk memeluk agama Islam, yaitu
sebanyak 4391 orang atau 98,67%.
Sebagian besar penduduk Desa
Umbulharjo mempakan usia produktif yaitu sebanyak kurang lebih 55,46%. Jumlah penduduk menurut urnur dan jenis kelarnin dirinci sebagaimana tabel 12 sebagai berikut:
Tabel 12 Jumlah penduduk dirinci menurut umur dan jenis kelamin Desa Umbulharjo
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 31 32
Golongan umw
No.
0-12bulan 13 bulan-4 tahun 5-6tah~n 7-12tahun 13 15tahun 16-18tah~n 19- 25tahun 26 - 3 5 t a h ~ 36-45tahun 46- 5Otah~n 51-6Otah~n 61 -75tahun lebih dari 76 tahun Total Sumber: Profil Desa Umbulharjo
73 50 167 84 80 224 403 265 137 165 203 125 2007
-
Jumlah
63
82 58 145 105 86 213 416 273 129 170 206 92 2027
155 108 312 189 166 437 819 538 266 355 409 217 4034
Tingkat pendidikan penduduk Desa Umbulharjo sebagian besar adalah sekolah dasar, yaitu sebanyak 61 orang atau 41,78% (Tabel 13). Tabel 13 Tigkat pendidikan penduduk berdasarkan jenjang pendidikan yang ditamatkan No. 1 2 3 4 5
Pendidikan SDISedemjat SLTP SLTA Akademi Sarjana Total
Laki-laki ~ ~ ~ l % a h (orang) 26 25 23 1 4 79
Perempuan Jwnl*
%
(orang)
17,81 17,12 15,75 0,68 2,74 54,lO
35 23,97 16 10,96 15 10,27 1 0,68 0 0,OO 67 45.88
Total Jumlah (0.mg) 61 41 38 2 4 146
%
41,78 28,08 26,03 1,37 2,74 100
Sumber :Monografi Desa Umbulharjo tabun 2005 Mata pencaharian sebagian besar penduduk Desa Umbulharjo didominasi oleh subsektor petendan yaitu sebanyak 779 orang (45,99%), sebanyak 443 atau
56,87% dari pemilik ternak adalah pemilik ternak sapi. Sedangkw di subsektor
lainnya, subsektor pertanian tanaman pangan sebanyak 329 orang (19,42%), sektor jasa sebanyak 310 orang (18,30%), subsektor industri kecil sebanyak 135 orang (7,97%), subsektor perkebunanlperladangan sebanyak 60 orang (3,54%), perikanan sebanyak 25 orang (1,48%) dan industri sedanghesar sebanyak 16 orang (0,94%). Di sektor jasa, penduduk Desa Umbulharjo sebagian besar bekerja sebagai pegawai swasta yaitu sebanyak 55 orang atau 17,74 %, sebagian laimya bekerja di sektor jasa perdagangan berupa warung sebanyak 48 orang atau 15,48 % dan tukang batu sebanyak 48 orang juga atau 15,48 % (Tabel 14). Tabel 14 Jumlah penduduk Desa Umbulharjo yang bekerja di sektor jasa Sektor Jasa
Jumlah Persentase (orang) (%) 19 6.13
Jasa Pemerintahanlnon pemerintahan
Pegawai Kelurahan
Jasa lembaga keuangan
PNS Iaimya Pensiunan ABRVsipil Pegawai swasta BUMN/BUMD Perbankan
10 19 55 4 2
323 6.13 17.74 1-29 0,65
Pegadaian
2 48 3 15 36
0,65 15,48 0,97 4,84 11,61
48 3 5 1 4 310
15,48 0,97 1,61 0,32 1,29 100,OO
Jasa perdagangan jasa penginapan Jasa Ketrampilan
Jasa lainnya
Lain-lain
w ~ g Kios Pondokan Tukang kayu Tukang batu Tukang jahit Penewaan listrik, gas, air Bengkel
Total
Sumber: Profil Desa Umbulharjo tahun 2005
V HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanfaatan kawasan mempakan bagian dari fimgsi konservasi yang implementasinya dapat dilakukan melalui kegiatan pariwisata alam. Kegiatan pariwisata alam telah bejalan di kawasan Merapi sebelum Taman Nasional Gunung Merapi terbentuk, baik di Kaliurang maupun di wilayah Cangkriigan. Kawasan Kaliurang telah lama berkembang menjadi daerah wisata yang banyak diminati oleh berbagai segmen pengunjung baik anak-anak, remaja maupun dewasa karena kawasan tersebut memiliki berbagai fasilitas yang dibutuhkan pengunjung seperti arena bermain, kolarn renang, hutan wisata dan atraksi hiburan. Sedangkan di wilayah Cangkriigan kegiatan wisata yang berkembang cenderung bersifat wisata minat khusus clan jumlah pengunjung tidak sebanyak di Kaliurang. Pembahan pengelolaan kawasan Merapi menjadi taman nasional menuntut perubahan pengelolaan wisata ke arah wisata yang berkelanjutan sebagaimana diamanatkan pada Peratum Pemerintah Nomor 18 tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. 5.1
Identifikasi Kegiatan Wisala Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Merapi Daerab Istimewa Yogyakarta Dari hasil identifikasi menunjukkan bahwa di kawasan Taman Nasional
Gunung Merapi kegiatan wisata alam yang berkembang cenderung bersifat massal, meskipun ada sebagian masyarakat yang telah mengusahakan kegiatan ekowisata. Kegiatan wisata alam yang dilakukan di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) antara lain melihat lava pijar, panorama puncak Gunung Merapi, melihat keindahan alam ekosistem hutan pegunungan, Bird watching, melibat lahar diigin, tracking, pendakian ke gunung Merapi, berkemab, outbound dan mengikuti upacara ritual Labuhan di lereng Merapi. Dalam penelitian ini kegiatan wisata alam yang akan dikembangkan adalah kegiatan wisata alam yang berorientasi pada produk spesifk yang menekankan pada unsur pengalaman, keunikan, dan kualitas. Mengingat kawasan wisata alam yang akan dikembangkan merupakan suatu kawasan konservasi maka bentuk pemanfaatannya hams dapat mengakomodasi kepentingan konservasi disamping kepentingan masyankat.
Beberapa kegiatan wisata alam yang mengandung unsur pengalaman, keunikan dan kualitas yang dapat dilakukan di kawasan TNGM D N berikut segmen pengunjung dapat dilihat pada tabel 15 berikut : Tabel 15 Kegiatan wisata alam di zona pemanfaatan TNGM DIY No.
Kegiatan wisata alam
Lokasi
Segmen pengunjung
1.
Mengamati aktivitas Gunung Merapi
Bukit Plawangan, Turgo, Pronojiwo
Remaja dan Dewasa
2.
Mengamati ekosistem lembah sungai dan sisa-sisa endapan awan panas dan endapan aliran laha hail empsi Gunung Merapi
Lembah sungai Kalikuning-di Desa Umbulharjo, Lembah Sungai Boyong di Kaliurang Barat, dan Kaliadem
Anak-anak, Remaja, Dewasa
3.
Berkemah, pendidikan lingkungan
Lembah Kalikuning, Gandok
Anak-anak, Remaja dan Dewasa
4.
Tracking dan pendakian
Plawangan-TurgoLereng Gunung Merapi (Kinahtejo)
Usia Remaja dan Dewasa
Kalikuning, Boyong, Plawangan, Turgo. Bukit Pnnojiwo. Tlogo Muncar Sumber: Hasil obsewasi lapang dan studi dokumen 5.
Bird~c,afching
Remaja dan Dewasa
5.1.1 Pengamatan terhadap Aktivitas Gunung Merapi Kegiatan pengamatan terhadap aktivitas Gunung Merapi mempakan kegiatan wisata alam yang menonjol di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi yang membedakan dengan kawasan taman nasional lainnya di Indonesia. BKSDA Yogyakarta (2006) menggambarkan panorama secara fisik puncak Gunung Merapi dengan karakteristik puncak berbatu-batu penuh tonjolan, gersang, jurang yang menganga, kubah lava yang mudah mntuh, solfatara bersuhu sekitar 800 O C dengan bau belemg yang sangat menyengat, serta mempakan lansekap yang spesifik. Aktivitas empsi Gunung Merapi teqadi hampir setiap tahun. Ketika Gunung Merapi mengeluarkan lava justru menjadi daya tarik tersendiri hagi para wisatawan. Pada malam hari di puncak Gunung Merapi nampak seperti a l i m sungai yang benvarna merah sebagaimana gambar 3. Waktu siang hari pada saat
cuaca cerah pengunjung juga dapat mengamati aktivitas Gunung Merapi dengan menggunakan teropong yang disewakan di gardu pandang di Kaliurang Barat.
Sumber:lack Lockwwd (gambar kiri) dan Edi Mintqanto (gambar kanan)
Gambar 3 Puncak Gunung Merapi pada malam hari (kiri) dan siang hari (kanan) 5.1.2
Pengamatan terhadap Ekosistem Lembah Sungai dan Bekas Aliran Lahar Selain aktivitas puncak Gunung Merapi, hasil empsi yang telah mendingin
juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan baik wisatawan domestik maupun manca negara. Aliran lahar tersebut mengalir di sepanjang sungai Boyocg, Ka!ikuning dan sungai Gendol di Kaliadem. Keunikan ekosistem lembah Sungai Boyong sebagai salah satu obyek daya tarik wisata alam adalah kombinasi lansekap lembah Sungai Boyong, Bukit Turgo, Bukit Plawangan dan puncak Gunung Merapi, berbagai jenis burung, dan sisa-sisa endapan awan panas hasil letusan tahun 1994. Kegiatan menyusuri lembah Sungai Boyong sebagai aktivitas petualangan mengandung unsur pengetahuan dan pengalaman. Pengunjung dapat memperoleh pengetahuan mengenai hasil dari kejadian-kejadian alam melalui pengamatan terhadap sisa-sisa endapan awan panas dan aliran lahar hasil erupsi Gunung Merapi. Di kawasan Kalikuning sebagai obyek daya tarik wisata alam adalah adanya batu-batu besar sebagai hasil letusan Gunung Merapi, kombinasi lansekap Kalikuning, hutan dan puncak Gunung Merapi. Suasana lansekap lembah yang sejuk menambah kenyamanan pengunjung. Di lembah Kalikuning pengunjung dapat melihat sisa-sisa endapan aiiran lahar hasil erupsi Gunung Merapi. Di sepanjang Kalikuning pada ujungnya akan dijumpai bekas aliran lahar Merapi yang membentuk dinding sungai bertekstur sangat halus dan kompak (Watuploso)
yang merupakan bekas aliran lava yang membatu pada letusan tahun 1006 yang dikategorikan sebagai letusan terdahsyat dalam sejarah peradaban manusia Sedangkan hasil erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2006 telah menimbulkan aktivitas wisata yang dikenal sebagai lava tour di Kaliadem yang dikombinasi dengan wisata budaya berupa kunjungan ke kediaman jum kunci Gunung Merapi di Dusun Kinahrejo. Obyek daya tarik wisata di Kaliadem adalah lahar dingin yang berupa material pasir hasil erupsi Merapi dan bunker tempat ditemukannya korban letusan Gunung Merapi. Kawasan wisata Kaliadem dapat dilihat pada gambar 4.
Sumber: Edi Mintuyanto
Gambar 4 Kawasan wistta Kaliadem Cangkringan
5.1.3 Berkemah (camping)dan Pendidikan Lingkungan Kegiatan berkemah di kawasan TNGM dapat dilakukan di lembah Kalikuning (gambar 5a). Di lembah Kalikuning pemandangannya sangat indah dengan hamparan vegetasi hutan pinus, aliran sungai yang jemih dengan kombinasi bebatuannya, dan udara yang sejuk sangat rnendukung aktivitas wisata alam. Pengunjung yang melakukan kegiatan berkemah telah mengetahui dan mematuhi untuk membersihkan lokasi berkemah dan membakar sampah-sampah setelah kegiatan selesai (gambar 5b). Hal ini tidak terlepas dari peran serta masyarakat sekitar yang secara suka rela
memberikan penyuluhan kepada
pengunjung untuk meninggalkan lokasi dalam keadaan bersih. Kegiatan pendidikan lingkungan dapat dilakukan oleh anak-anak sekolah di kawasan Kalikuning ataupun Gandok (Kaliurang). Lokasi ini cocok digunakan sebagai arena pembelajaran untuk menanamkan kecintaan kepada alam bagi anakanak sekolah, karena di lokasi ini medamya tidak terlalu sulit bagi anak-anak.
Gambar 5. Aktivitas berkemah di Kalikuning (a) dan kondisi lokasi setelah kegiatan berkemah (b). 5.1.4 Tracking dan Mendaki Gunung
Kegiatan tracking di kawasan TNGM DIY berdasarkan tantangannya bewariasi mulai ringan sampai berat. Jalur tracking Plawangan Turgo umumnya berada pada katagori ringan sampai sedang sedangkan jalur pendakian ke puncak Merapi dikategorikan berat. Menumt BPPTK Yogyakarta (2004) dari keseluruhan jalur pendakian di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, Jalur Kinahrejo (Yogyakarta) mempakan jalw pendakian yang paling tinggi tingkat kesulitannya dibanding dua jalur lainnya yaitu Jalur Selo (Boyolali) dan Babadan (Magelang). Jalur pendakian Kinahrejo dikenal sebagai jalur yang panjang dan terjal. Dibutuhkan waktu sekitar 5-6 jam untuk sampai ke puncak Merapi. Sedangkan pendakian sampai lokasi Labuhan hanya ditempuh sekitar 1,s jam. Untuk kegiatan tracking kategori ringan sampai sedang, jalur tracking ke puncak Bukit Turgo dapat dilalui melalui satu jalur dari Dusun Turgo. Sedangkan jalur tracking menuju puncak Bukit Plawangan dapat dilalui melalui Telogo Nirmala dan Telogo Muncar. Jalu; ymg sering digunakan wisatawan adalah jalur tracking Tlogo MuncarKiahrejo. Di sepanjang pejalanan jenis tumbuhan yang dapat ditemui adalah Pinus (Pinus merkusii), Puspa (Schima wallichi), Rasamala (Altingia exelsa), dan Sarangan (Castanopsis argentea). Sedangkan vegetasi penutup lahan terdiii dari berbagai jenis rumput termasuk rumput gajah yang diusahakan penduduk sekitar untuk pakan temak. Selain itu di sepanjang jalur juga akan disuguhi kicauan burung, dan terdapat pula bekas aliran lahar Merapi yang membentuk dindiig
sungai bertekstur sangat halus dan kompak (Sungai Kemloso) dan batu-batu yang sangat besar di tengah hutan sebagai akibat lava Gunung Merapi (BKSDA Yogyakarta 2006). Kegiatan tracking secara tidak langsung juga dilakukan oleh pengunjung yang akan mengikuti upacara ritual Labuhan di lereng Gunung Merapi. Upacara ritual Labuhan diadakan oleh keluarga Kraton Yogyakarta yang diselenggarakan sebagai penvujudan hubungan antara laut selatan, Kraton Yogyakarta dan Gunung Merapi (Gambar 6). Pendakian ke Gunung Merapi melalui jalur Yogyakarta hanya dapat dilalui melalui pintu masuk di Kinahrejo. Meskipun kegiatan ini termasuk wisata budaya, akan tetapi di sepanjang perjalanan menuju lokasi upacara ritual pengunjung dapat sekaligus menikmati keanekaragaman tumbuhan maupun satwa yang dijumpai di perjalanan.
Sumber: Wiji (gambar kiri), Edi Mintruyanto (gambar knnnn)
Gambar 6 Kegiatan tracking di Lereng Merapi (kiri) dan prosesi upacara Labuhan yang dilaksanakan di lereng Merapi (kanan) 5.1.5 Birdwatchit~g
Kegiatan birdwatching dapat dilakukan di lembah Kalikuning, Sungai Boyong, Bukit Plawangan, Bukit Turgo, Bukit Pronojiwo, maupun di Tlogo Muncar. Jenis Elang merupakan jenis langka fang penyebarannya terbatas. Daerah kekuasaan dan jangkauan (home range) dari jenis Elang bisa iuas tergantung pada ketersediaan binatang buruan dalam satu kawasan. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh BKSDA DIY dan Kutilang Indonesian 2001-2004 diperkirakan terdapat 11 jenis Elang di sekitar TNGM termasuk di kawasan Plawangan Turgo yaitu Elang Hitam (Ictinaeius mulayensis), Elang Jawa ( Spizaetus bartelsi), Elang Brontok (Spizaetus cirrhatzcs), Elang-ular Bido (Spilornis cheelu), Sikep Madu Asia (Pernis ptilorhynchtcs), Alap-alap Sapi
(Falco moluccensis), Alap-alap Kawah (Falco peregrinus), Alap-alap Macan (Falco severus), Elang Alap Cina (Accipifer soloensis),
Elang Alap Nipon
(Accipitergularis), Elang Alap Besra (Accipitervirgatus).
Di wilayah Kaliurang terdapat institusi swasta, Vogels yang telah mengusahakan kegiatan ekowisata. Pengelolaan ekowisata yang dijalankan telah mulai memperhatikan aspek konservasi, antara lain pengunjung disarankan untuk tidak menggunakan pakaian mencolok saat melakukan perjalanan di kawasan hutan, terutama saat mengamati satwa, adanya pembatasan jumlah pengunjung dan adanya pelibatan masyaralcat dalam kegiatan ekowisata. Beberapa paket ekowisata telah dijalankan dan publikasi maupun pemesanannya telah dilakukan melalui internet. Beberapa paket yang ditawarkan meliputi kegiatan tracking, lava tour, berkemah, birdwatching, dan wisata ke desa yang masih tradisional.
Pengunjung di wilayah Cangkringan pada awalnya tidak sebanyak di wilayah Kaliurang yang telah lama berkembang dan telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Hal ini dikarenakan di wilayah Cangkringan aksesibilitas menuju lokasi wisata lebih sulit dibandingkan wilayah Kaliurang. Kawasan wisata Kaliurang leiah dilengkapi berbagai sarana dan prasarana yang sangat memadai untuk tujuan wisata dari berbagai segmen pengunjung dengan s m n a transportasi yang tersedia cukup banyak. Sedangkan untuk wilayah Cangkringan meskipun kondisi jalan menuju lokasi sudah beraspal, namun sarana angkutan umum masih sangat terbatas sehingga pengunjung hanya dapat mengandalkan kendaraan pribadi baik sepeda motor ataupun mobil pribadi. Kondisi ini menyebabkan obyek-obyek wisata yang berada di wilayah Cangkringan lebih sedikit dikunjungi oleh wisatawan dibandingkan dengan kawasan Kaliurang. Namun kondisi saat ini telah terjadi kecendemngan peningkatan pengunjung di kawasan wisata di Wilayah Canglcringan. Fenomena yang ada menunjukkan bahwa obyek-obyek wisata di wilayah Cangkringan mulai banyak diminati pengunjung. Balai Taman Nasional
Gunung
Merapi
sendiri
telah
mempersiapkan
diri
untuk
mengembangkan wisata di wilayah Cangkringan melalui pembangunan berbagai fasilitas yang menunjang kegiatan wisata.
5.2
Karakteristik Masyarakat Sekitar Kawasan Zona Pemanfaatan TNGM Daerah Istimewa Yogyakarta Lebih dari 50% masyarakat sekitar kawasan wisata alam di zona
pemanfaatan TNGM DIY adalah penduduk asli (Gambar 7). Sebagian besar masyarakat (35,42%) memiliki mata pencaharian sebagai petemak terutama petemak sapi perah dengan memanfaatkan kawasan TNGM sebagai lahan rumput bagi temak mereka (Gambar 8).
Gambar 7 Komposisi masyarakat menurut status penduduk.
kalyawan pernilik penginapan
o swasta
o ~edagang m peternak FB Q U N
rn penyedia parkir penambang pasir
sjasa lainnya @atidak bekeja
Gambar 8 Struktur masyarakat menurut mata pencaharian utama. Secara umum masyarakat sekitar memiliki penghasilan rata-rata sebesar Rp.590.224,36 per bulan. Apabila dibandingkan dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) Daerah Istirnewa Yogyakarta tahun 2006 yaitu sebesar 460.000,OO per bulan maka angka tersebut berada di atas UMP.
Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa masyarakat sekitar kawasan TNGM telah metnpunyai tingkat kehidupan yang layak.
< 17
17 -35
36 -50
>5C
Umur (tahun)
Gambar 9 Struktur penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Gambar
9 menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat sekitar
kawasan mempunyai umur antara 17 hingga 50 tahun yang tennasuk usia produktif Jumlah laki-laki sebanyak 53,33% dan perempuan 46,67%. Banyaknya jumlah masyarakat usia produktif merupakan modal bagi pengembangan wisata alam di TNGM karena pada usia tersebut terbuka banyak peluang untuk melakukan berbagai kegiatan ataupun usaha ekonomi sehingga dapat menjaring lebih banyak masyarakat untuk berpartisipasi. Namun demikian partisipasi masyarakat tersebut hams dapat dikendalikan untuk mempertahankan kelestarian kawasan.
lidak lidak Sekolah Tarnal SO
SD
SLTP
SLTA
03-S1
Tingkat Pendidikan
Gambar 10 Struktur masyarakat menurut tingkat pendidikan.
Gambar 10 menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat (35%) adalah lulusan SLTA. Dalam pengembangan wisata alam berbasis masyarakat pendidikan formal bukanlah modal yang utama, tetapi justru pengetahuan lokal yang menjadi kekuatan dalam pengeloiaan wisata alam berbasis masyarakat. Interaki masyarakat yang cukup intensif dengan kawasan dan berlangsung cukup lama menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk dapat lebih mengenal lingkungannya serta mudah merespon pembahan lingkungan yang ada di sekitarnya. 5 3 Persepsi Masyarakat Mengenai Wisata Atam yang Lestari di Taman Nasional Gunung Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta Untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai wisata alam yang lestari tidak terlepas dari persepsi masyarakat mengenai konservasi. Indikator yang digunakan untuk mengetahui persepsi masyarakat tersebut adalah pengetahuan masyarakat mengenai sumberdaya alam yang hams dilestarikan di kawasan TNGM,
dukungan
masyarakat
terhadap
kegiatan
wisata
alam
memperhatikan a p e h kelestarian hutan, tindakan yang diinginkan
yang untuk
mendukung kegiatan wisata alam yang lestari, jenis kegiatan wisata alam yang tidak merusak kawasan. dampak negatif dari kegiatan wisata alam, dukungan masyarakat terhadap pengembangan wisata alam di TNGM DIY dan alasan rnasyarakat untuk mendukung atau tidak mendukung pengembangan wisata alam serta potensi masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam di
TNGM DIY. Menumt persepsi masyarakat, sumberdaya yang harus dilestarikan di kawasan TNGM adalah keanekaragaman tumbuhan (28,99%), keanekaragaman satwa (27,54%) dan keindahan alam (26,81%) (Gambar 11). Sebagian besar masyamkat memiliki kecendemngan pemahaman bahwa sumberdaya utama di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi adalah tumbuhan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakat juga lebii ditujukan bagi kelestarian tumbuhan sebagaimana yang banyak dilakukan oleh masyarakat bempa kegiatan penanaman pobon di kawasan TNGM. Menumt masyarakat sekitar, sebagian tumbuhan yang ada di dalam kawasan TNGM, termasuk pohon Pinus yang ada pada saat ini
merupakan hasil penanaman oleh masyarakat sekitar sehingga dengan sendirinya masyarakat akan menjaga kelestariannya.
Keindahan alam keanekamgaman tumbuhan
.
0 Keanekgaman satwa 0 Kebudayaan lokal
kekayaan hutan
Gambar 11 Sumberdaya yang harus dilestarikan di kawasan TNGM. Menurut
persepsi
masyarakat kegiatan wisata
alam yang
akan
dikembangkan di kawasan TNGM D N harus memperhatikan aspek kelestarian hutan (didukung oleh 95,16% masyarakat). Menurut masyarakat untuk mendukung kelestarian kawasan TNGM diperlukan adanya interpreter atau pemandu wisata alam yang handal yang mampu menjelaskan tentang hngsi hutan, dan sumberdaya yang ada di dalamnya (dinyatakan oleh 53,23% masyarakat) serta inampu mengendalikan pengunjung untuk tidak membuang sampah, temtama sampah plastik di kawasan hutan. Masyarakat mempunyai pemahaman bahwa untuk dapat mewujudkan wisata alam yang lestari di kawasan TNGM maka perlu melibatkan masyarakat dalam pengelolaan wisata alam di TNGM (dinyatakan oleh 35,45% masyarakat) dan menghindarkan kegiatan wisata alam yang bersifat memsak (dinyatakan oleh 35,45% masyarakat) (Gambar 12). Kegiatan wisata alam yang bersifat merusak menurut inasyarakat adalah kegiatan wisata di kawasan hutan yang disertai dengan pengambilan ranting-ranting tanaman yang belum kering, vandalisme, dan penggunaan tanda-tanda pada batang kayu.
13kegiatan Gats yang bersifat
mmsakdihindarkan
s melibatkan msyarakat dalam pengelolaan k a t a adanya dukmngan pemrintah sebagai fasilitator
Gambar 12 Upaya yang hams dilakukan untuk mewujudkan wisata alam yang lestari. Tabel 16 Pendapat masyarakat mengenai kegiatan wisata alam yang ramah terhadap lingkungan No. 1. 2. 3. 4.
5. 6. 7. 8.
Kegiatan wisata alam Trackiizg
Berkemah Ozltbozind
Mendaki Gunung Merapi Lintas alam sarnbil reboisasi Pengamatan flora dan fauna/lingkungan Wisata disertai dengan penyampaian informasi (ada pemanduan) Birdwatching
Total Catatan: NA = 15
Jurnlah Persentase (orang) (%) 26 29,89 18,39 16 16 18,39 18,39 16 6 6,90 3 3,45 3 3,45 1 1,15 87 100,OO
Menurut pendapat masyarakaf kegiatan wisata alam yang ratnah terhadap lingkungan adalah kegiatan tracking (Tabel 16). Meskipun kegiatan-kegiatan wisata alatn lainnya seperti pengamatan flora dan fauna ataupun birdwatching dan mendaki gunung juga dilakukan di kawasan TNGM namun sebagian masyarakat kurang dapat membedakan kegiatan-kegiatan tersebut karena semuanya merupakan aktivitas di kawasan hutan yang disertai dengan aktivitas berjalan sehingga masyarakat menganggap kegiatan-kegiatan tersebut sebagai tracking. Kegiatan lintas alarn disertai reboisasi dipilih oleh sebagian masyarakat karena masyarakat sekitar secara rutin mengadakan kegiatan jalan santai ke kawasan hutan pada setiap Ju~nat pagi. Bahkan pada acara tertentu sering
diadakan reboisasi yang dikemas dalam bentuk kegiatan jalan santai. Kegiatan ini digerakkan oleh suatu organisasi masyarakat bidang lingkungan hidup bemama Wana Mandia yang berkedudukan di Kaliumng. Adapun persepsi masyarakat mengenai dampak kegiatan wisata terhadap liigkungan fisik, sebagian besar menyatakan tidak ada dampak negatif dari kegiatan wisata di kawasan TNGM (Tabel 17). Hal ini tidak terlepas dari dukungan masyarakat sekitar yang turut berpartisipasi dalam memberikan penyuluhan kepada pengunjung. Setelah selesai melakukan kegiatan wisata alam khususnya berkemah, biasanya pengunjung membersihkan lokasi kegiatan dengan cara membakar sampah-sampah yang ada. Namun pelaku wisata lainnya yang berinteraksi secara langsung dengan kawasan dan pengunjung yaitu para pemandu wisata menyatakan bahwa di dalam kawasan banyak dijumpai sampah, terutama sampah plastik. Kondisi tersebut menyebabkan ketidaknyamanan pengunjung terutama turis yang melakukan kegiatan wisata di katvasan hutan. Pengunjung mancanegara lebih menyukai melakukan kegiatan wisata alam haik tracking, birdvatcirtg maupun berkemah di kawasan Merapi pada lereng yang lebih tinggi yang tidak banyak digunakan pengunjung lokal. Sedangkan dampak positif dari kegiatan wisata alam menurut sebagian besar masyarakat adaiah meningkatnya pendapatan masyarakat. Tabel 17 No.
Pendapat masyarakat mengenai dampak negatif wisata alam terhadap lingkungan fisik kawasan Dampak negatif
Tidak ada dampak negatif 2. Adanya sampah ,terutama sampdi plastik 3. Mengambil tanaman 4. Corat-coretiVandalisme 5. Satwamulaijarang dijumpai 6. Kualitas obyek wisata menurun 7. Jumlah penginapan tidak terkendali 8. Adanya gangguan oleh satwalMacacafmcicuIan's Tanah longsor sekitar lereng sehiigga membahayakan 9. pengunjung 10. Kegiatan berkemah menyebabkan kerusakan tanaman rumput Total Catatan :NA = 7 1.
Persentase
JWni*
(%)
.
,
25 13 1 3 1 2 1 1
5 1,02 26,53 2,04 6,12 2,04 4,08 2,04 2,04
1
2,04
1
2,04 100
49
Sebagian besar masyarakat mendukung adanya pengembangan wisata alam di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi wilayah DIY, yaitu sebanyak 22 orang (78,57%) untuk kelompok masyarakat yang berpartisipasi dan 20 orang (86,96%) untuk kelompok masyarakat yang tidamelurn berpartisipasi. Sebanyak 3 orang (13,04%) dari kelompok masyarakat yang tidakmelum berpartisipasi dan 6 orang (21,43%) dari keloinpok masyarakat yang telah berpartisipasi menyatakan bahwa mereka akan menyetujui adanya pengembangan wisata alam, asalkan masyarakat bisa menikmati (meningkatkan kesejahteraan masyarakat), keamanan terjaga, dan disetujui oleh para tokoh masyarakat. Tabel I8 Alasan dukungan masyarakat terhadap pengembangan wisata alam di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi No. I. 2. 3.
Uraian Jumlah (orang) Meningkatkan penghasilanlekonomi 25 Untuk keles&an hutan 4 Potensi keindahan alam, spiritual dan ilmu pengetahuan Gunung Merapi dapat dimanfaatkan untuk wisata 1 Total 30
Persentase (%) 83,33 13,33 3.33 100,OO
Cata!an:NA= l 8 , D K = 3 Tabel 18 menunjukkan bahwa aiasan masyarakat yang paling dominan mengenai dukungannya terhadap pengembangan wisata alam di TNGM DIY adalah
karena
pengembangan
penghasilanlekonomi masyarakat.
wisata
alam
dapat
meningkalkan
Masyarakat mempunyai persepsi bahwa
apabila kawasan hutan Gunung Merapi tejaga kelestariannya dan keindahannya, maka pengunjung akan bertambah dan pendapatan masyarakat sekitar juga meningkat. 5.4 Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Wisata Alam di TNGM Daerah Istimewa Yogyakarta
5.4.1 Bentuk-beutuk Partisipasi Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam aktivitas wisata alam di zona pemanfaatan TNGM Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu partisipasi masyarakat di dalam kawasan dan di luar kawasan TNGM. Partisipasi masyarakat di dalam kawasan TNGM meliputi pemandu
wisata, pedagang asongan, penyedia konsumsi. Sedangkan partisipasi di luar kawasan mencakup penyedia pondok mmah (homesty), penjaga parkir, penjaga loket lava tour, warung, penyedia toilet, penginapan, bagian transportasi, perlengkapan wisata dan pedagang souvenir. Pada umumnya pemandu wisata mempunyai pekejaan sampingan sebagai penjual souvenir. Tingkat pendidikan masyarakat berdasarkan bentuk partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata alam di TNGM DlY dapat dilihat pada gambar 13.
5 TS
s TrSD 17 SD 17 SLTP
l SLTA
Gambar 13 Tingkat pendidikan masyarakat berdasarkan bentuk partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata alam di TNGM DIY. Pemandu wisata alam lokal memiliki tingkat pendidikan tidak tamat SD hingga SLTA dengan pesentase terbanyak pada kelas pendidikan SD (42,860/0). Karena belum terorganisir, maka kegiatan pemanduan tejadi melalui ajakan atau hubungan pertemanan. Pondok rumah atau homestay banyak disediakan oleh masyarakat Dusun Kinahrejo bagi para pendaki, pengunjung yang akan mengikuti upacara ritual Labuhan di lereng Merapi ataupun pengunjung yang hanya menikmati suasana pedesaan yang masih tradisional. Tingkat pendidikan penyedia pondok sebagian besar adalah lulusan SD. Untuk jasa parkir kendaraan sebanyak 50% adalah tidak tamat SD. Pelayanan untuk parkir kendaraan yang dikelola oleh
masyarakat hanya dilakukan di kawasan wisata wilayah Cangkringan, sedangkan untuk wilayah Kaliurang jasa parkir telah dikelola oleh sebuah BUMD bemama PT Anindya.
Penyediaan tempat parkiu di wilayah Cangkringan selain dilakukan oleh masyarakat Kinahrejo juga dilakukan oleh masyarakat Dusun Pangukrejo yang merupakan dusun terdekat dengan kawasan wisata Kaliuning. Tempat parkir kendaraan bagi pengunjung Kalikuning ada yang disediakan oleh masyarakat di halaman rumah mereka dan ada pula yang diusahakan di sebuah lapangan dekat kawasan wisata Kalikuning. Lokasi tersebut mempakan areal yang khusus disediakan untuk berjualan, penyediaan perlengkapan wisata dan areal untuk tempat parkir. Menurut informasi masyarakat setempat areal tersebut mempakan tanah milk pribadi yang disediakan bagi masyarakat untuk mencari nakah
dengan pengelolaannya melalui karang taruna Areal ini cukup .ramai pada harihari libur atau hari minggu. Disamping tempat parkir, sebagian masyarakat dusun Pangukrejo juga menyediakan toilet bagi penynjung serta warung makan yang sekaligus dapat menerima pesanan. 5.4.2 AIasan Partisipasi
Alasan partisipasi masyarakat dafam kegiatan wisata alam di TNGM cukup beragam, namun sebagian besar adalah karena motivasi ekonomi yaitu untuk meningkatkan penghasilan (Tabel 19). Kelas umur remaja (
4. 5. 6.
7.
Uraian
Meningkatkan penghasiladekonomi Kepuasadsenang memberi pelayanan Keamanan & keselamatan wnju0-z Menambah saudara Hobby jalan-jalan di h u m Cinta alam & Ingin melestarikan alam Ti& ada pekerjaan lain
TOTAL Catatan :NA = 5
c 17th
Jml
%
17-35 th Jml %
36-50 th Jml %
> 50 th
Jml
%
0
0.00
9
81.82
10
71.43
2
50,OO
0
0.00
0
0,OO
2
14,29
0
0,OO
o
0 1
01 ,10 0,OO 50.00
o
o,oo
I 1 0
7,14 7.14 0.00
o
2 0
50.00 0.00
1 0
50,OO 0.00
2
100,OO
0 0,OO 0 0,OO 14 100,OO
0 0 4
0,OO 0,OO 100.00
1 0
9.09 0.00
0 0,OO 9,09 1 11 100.00
o,oo
Di wilayah Kaliurang, partisipasi masyarakat terkait dengan wisata alam dilakukan baik melalui institusi swasta, yaitu Vogels maupun secam mandiri. Partisipasi masyarakat Kaliurang dalam kegiatan wisata alam adalah sebagai pemandu wisata, homestay, penginapan, warung
dan penyedia konsumsi.
Partisipasi masyarakat dalam ha1 penyediaan konsumsi melalui koordiiasi institusi swasta berupa penyediaan hidangan makanan tradisional seperti pecel, bakwan, ubi goreng, teh, kopi yang diiemas secara tradisional. Nasi dihidangkan dengan menggunakan "cethimg" (tempat nasi dari bambu), dan piringnya bempa "pincuk" (wadah dari daun pisang). Sedangkan untuk pemandu wisata alam yang diusahakan secara individu terjadinya transaksi dengan pengunjung dilakukan berdasarkan sistem pertemanan atau informasi dari mulut ke mulut terutama dari komunitasnya. Berbeda dengan institusi swasta Vogels yang informasi dan pemesanannya dapat dilakukan melalui internet ataupun secara langsung di kantor Vogels di Kaliurang. 5.43 Keinginan Masyarakat untuk Berpartisipasi
Masyarakat yang belum berpartisipasi dalam kegiatan wisata a l m di TNGM DIY mempunyai potensi untuk berpartisipasi. Alasan
masyarakat
tidakmelum berpartisipasi adalali karena kondisi tidak memungkinkan, sudah tua, adanya kesibukan lain. status masih sekolah. tidak adanya informasi, tidak ada ajakan atau penawaran. dan tidak ada wadah (Tabel 20). Tabel 20 Alasan masyarakat tidak berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam di kawasan TNGM DIY Alasan
Jumlah
Persentase f%/
Tidak memungkinkan Masih kecil, kurang faham Tidak tertarik Tidak ada wadah Tidak ada ajakan/penawdesempatan Ligkungan kerja berbeda Total Lebii dari 50% masyarakat yang belurn berpartisipasi memiliki keinginan untuk berpartisipasi, terutama bagi ibu-ibu rumah tangga dan kelompok usia
produktif yang belum bekerja. Bentuk partisipasi yang diinginkan masyarakat adalah pemandu wisata, perencanaan, konsumsi, pondokan, souvenir, parkir, sosial dan
jasa lainnya (Tabel 21 dan Gambar 14). Rata-rata pendapatan
masyarakat dari kegiatan wisata alam sebesar Rp. 410.277,78 per bulan.
Ma keinginan Belum ada keinginan Tidak ada keinginan
Gambar 14 Keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam di kawasan TNGM DIY. Tabel 21
Potensi masyarakat untuk berpartisipasi dalarn kegiatan wisata alam di kawasan TNGM DIY
No.
Pekerjaan
1. 2. 3.
Pelajar, tidak bekerja Pegawai, pelajar Ibu rumah tangga, swasta, pedagang makanan Peternak sapi perah Tidak bekej a (ibu rumah tangga) Tidak bekerja (ibu rumah tangga) Jamu gendong
4.
5. 6. 7.
8. 9.
Tukang, pelajar Swasta Total
Bentuk partisipasi yang diinginkan Pemandu wisata Perencanaan Konsumsi
Jumlah (orang) 2 2
Pondok Souvenir Parkir Jasa lainnya (buruh cuci, setrika) Belum ada g a m b m Sosial
2 1 1
3
%
11,76 11,76 17,65
1
11,76 5,SS 5,88 5,88
4 1
23,53 5,88
17
100,OO
Dari tabel 21 dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat yang ingin berpartisipasi belum ada gambaran mengenai kegiatan yang akan dipiIih. Sehingga diperlukan adanya wadah untuk meinberdayakan potensi masyarakat serta pelatihan-pelatihan yang mendukung peningkatan SDM pelaku wisata alam.
5.5 Keinginan Masyarakat terhadap Pengembangan Wisata Alam di Kawasan TNGM DIY Tabel 22 Keinginan rnasyarakat herdasarkan bentuk partisipasi Bentuk partisipasi No.
Keinginan
Pondok & penginapan Jml
1. 2.
Kawasan hutan dibiarkan alami Fasilitas di kawasan oerlu dibenahi Potensi kawasan ditingkatkan Perekonomian masyarakat ditingkatkan tidak ada keinginan apa-apa yang sekarang ada sudah cukup Ingin swsana damai dan tidak
% 1 20,00
Pedagang, wang, konsumsi Jml % 0
0.00
Pemandu
wisata
Jml 1
% 8,33
bagian transportasi & parkir Jml % 0
NSU~
Pintu masuk Kalikuning sebaiknyajangan satu pintu tapi dua pintu sebagaimana keadaan sekarang Masyarakat perlu dilibtkan dalam pengclolaan \visala alam Kcbenihan kauasan dijaga. penyuluhan kepada maqardkal dan pengunjung, ketcgasan pem~riniah Pcmerinuih pcrlu mcmherikan pelatihw-pclatihan (lasi1il;ls) Total
Keinginan rnasyarakat mempakan ha1 yang h m s menjadi bahan pertimbangan dalam pengembangan wisata alam berbasis rnasyarakat di TNGM. Berdasarkan hasil penelitian ini keinginan yang disarnpaikan rnasyarakat dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok masyarakat yang telah berpartisipasi dan kelompok rnasyaarakat yang tidaldbelurn berpartisipasi dalam kegiatan wisata alarn. Keinginan rnasyarakat untuk kelornpok rnasyarakat yang telah partisipasi menurut bentuk partisipasi dapat diliat pada Tabel 22. Keinginan masyarakat untuk kelompok pernandu wisata lebih cendemng ditujukan pada kebersihan kawasan, ha1 ini karena pemandu wisata merupakan orang yang berinteraksi secara langsung dengan kegiatan wisata alam dan sering mendapat kritikan dari para turis mengenai kondisi kawasan yang kotor. Keinginan pemandu wisata adalah himbauan agar kawasan dijaga kebersihamya,
0,00
penyuluhan kepada pengunjung untuk tidak membuang sampah di hutan, serta adanya ketegasan pemerintah untuk mengendalikan kebersihan kawasan baik dalam bentuk penyediaan tempat-tempat pembuangan sampah di sekitar kawasan, peraturan-peratwan bagi pengunjung maupun melalui papan-papan informasi. Disamping itu kelompok pemandu wisata menginginkan adanya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan wisata alam dan pemerintah perlu memfasilitasi penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pelatihan. Sedangkan bagi para pedagang, warung ataupun penyedia konsumsi keinginan
yang
sampaikan l e b i kepada aspek ekonomi, masyarakat
menginginkan untuk tetap boleh berjualan termasuk bagi pedagang asongan, adanya pengembangan masakan tradisional, adanya usaha bersama, dan adanya pinjaman lunak. Keinginan masyarakat penyedia jasa parkir di Kalikuning adalah tetap mempertahankan kondisi yang ada, yaitu pintu gerbang Kalikuning tetap di dua lokasi, yaitu pintu masuk di areal lapangan yang dirintis oleh masyarakat untuk tempat bcrjualan dan pintu masuk yang dibangun oleh Balai TNGM. Alasannya apabiia hanya dibuat satu pintu saja yang dibangun oieh Balai TNGM maka sebagian besar rnasyarakat yang aktivitasnya berada di area lapangan akan kehilangan pemasukan karena jauh dari pintu masuk. Menurut informasi dari pihak Balai TNGM rencana pembuatan pagar tembok di kawasan Kalikuning belum final dan tentu &an tetap memperhatikan akses masyarakat. Pembangunan pagar tembok tersebut dimakudkan untuk mempermudah pengamanan dan kebersihan
kawasan.
Disamping
itu
masyarakat menginginkan adanya
peningkatan pendapatan dari kegiatan pengembangan wisata alam yang akan dijalankan. Para pemilik penginapan atau pondok mempunyai keinginan agar kawasan tetap dalam keadaan alami, adanya pembenahan fasilitas, peningkatan potensi,
clan peningkatan perekonomian masyarakat. Sedangkan keinginan masyarakat yang tidakbslum berpartisipasi memiliki keinginan-keinginan sebagaimana tabel 23.
Tabel 23
No.
Keinginan masyarakat yang tidakmelum berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam di TNGM DIY Keinginan
Jumlah
Persentase
Ph)
Perlu dibentuk lembaga dalam satu atap Perlu adanya kerjasama antm pemerintah & masyarakat, pemerintah sebagai fasilitator Perlu pengembangan tanaman khas Wisata dam sebailcnya d i i o l a BUMN atau swasta yang dapat bertanggung jawab terhadap kelestarian hutan tanpa mengorbankan kepentingan masyarakat Masyarakat sekitar harus dilibatkan secara &if dalam pengelolaan wisata alam Jumlah pengunjung dibatasi Pengunjung diberi rambu-rambdperaturan agar dapat ikut menjaga kelestarian hutan Trekking dikelola secara khusus Keselamatan wisatawan perlu diperhatikan Pengunjung tidak perlu dibatasi Pemerintah perlu memberi pinjaman lunak untuk usaha Pemerintah memberi pelatihan-pelatihan untuk pagembangan wisata alani Wisata alam dikelola oleh badan otorita Adanya pemandu wisata alam yang handal Pengunjung dapat lebih meningkat Fasilitas air bersih di lokasi perkemahan dan fasilim dibenahi Perlu adanya promosi wisata yang difasilitasi oleh dinasdinas terkait Total
Dari tabel 23 dapat diketahui bahwa keinginan masyarakat yang paling utama adalah keinginan untuk menjaga kelestarian dan kebersihan kawasan, termas.uk mengajak pengunjung untuk bersama-sama menjaga kebersihan kawasan. Keinginan lainnya adalah diselenggarakannya pelatihan-pelatihan wisata alam oleh pemerintah, adanya pelayanan kepada pengunjung berupa pemandu wisata yang handal, adanya fasilitas air, pengunjung tidak perlu dibatasi, adanya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan wisata alam, dan adanya kerjasama antara masyarakat dan pemerintah dengan peran pemerintah sebagai fasilitator.
Menurut masyarakat pengelolaan wisata alam di Kaliurang perlu dibuat kelembagaan dalam satu atap. Yang melatarbelakangi keinginan tersebut adalah pengelolaan wisata secara umum di wilayah Kaliurang diielola oleh banyak institusi yaitu Balai TNGM (untuk kawasan hutan), Dinas Pariwisata untuk luar kawasan hutan dan PT Anindya untuk usaha arena bermain anak, kolam renang dan jasa parkir. Pengelolaan kawasan wisata di Kaliurang dipandang berjalan sendiri-sendiii dan kurang adanya koordimasi. Keinginan masyarakat untuk meningkatkan promosi disampaikan mengingat kondisi yang ada belum ada bentuk-bentuk promosi baik berupa brosur atau leaflet yang dapat dipedomani pengunjung untuk menentukan aktivitas wisata yang akan dipilih. 5.6 Kebijakan Pengembangan Wisata Alam
5.6.1 Kebijakan Balai Taman Nasional Gunung Merapi Garis besar pengembangan kawasan wisata alam TNGM diarahkan pada 4 (empat) sasaran pelayanan sebagai berikut (GMUM 2006): a. Wisata alam khas wilayah tropis, khususnya exotisme dan kelangkaan sumber daya alam, panorama vulkano aktif. b. Peningkamn ekonomi masyarakat sekitar c. Pengembangan iimu pengetahuan dan teknologi melalui berbagai bentuk
penelitian. d. Pendidikan lingkungan masyarakat luas Kebijakan pengelola Taman Nasional Gunung Merapi mengenai pengembangan wisata alam secara umum akan dilakukan pada zona pemanfaatan di selumh wilayah TNGM baik di Sleman, Boyolali, Magelang, maupun Klaten. Secara lebih khusus untuk Daerah Istimewa Yogyakarta pengembangan wisata
alam diarahkan pada dua wilayah yaitu wilayah Tritis (Kaliurang) dan wilayah Cangkriigan (Kalikuning, Kaliadern dan jalur pendakianlhacking Kiahrejo). (Hasil wawancara dengan Kepaia Balai TNGM 2007). Pengembangan wisata alam yang akan datang akan difokuskan pada wilayah Cangkringan yang selama ini belum ada pengelolaan yang intensif, berbeda dengan wilayah Tritis (Kaliurang) yang sudah lama berkembang. Kawasan Merapi khususnya wilayah Kecamatan Cangkringan mempunyai potensi
yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai obyek wisata alam, karena di daerah tersebut selain kawasannya masih cukup dami juga didukung oleh kehidupan masyarakat yang masih tradisional. Disamping itu di wilayah ini juga merupakan tempat aliran lahar yang sekaligus menjadi daya tarik bagi pengunjung.
5.6.2 Kebijakan Regional Pengembangan wisata alam (tennasuk ekowisata) di wilayah Cangkringan juga merupakan bagian dari rencana pengembangan wisata Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman. Menurut informasi dari Dinas Pariwisata setelah adanya letusan Gunung Merapi bulan Juni 2006 lalu lokasi Kaliadem sudah tidak sesuai lagi digunakan sebagai lokasi pengamatan flora dan fauna karena telah mengalami kerusakan yang cukup parah sehingga pengembangan wisata alam (termasuk ekowisata) akan bergeser ke wilayah sebelah timur Kaliadem yang masih dalam wilayah Cangkringan. Direncanakan akan dibuat areal camping ground di Glagah Harjo dan dilengkapi dengan early wwrning karena di wilayah Cangkringan merupahan daerah >an&rav.an terhadap aliran lahar saat terjadi letusan. Pengemhangan wisata alam (termasuk ekowisata) di kawasan Merapi juga merupahan bagian dari Lebijakan rata ruang wilayah Kabupaten sleman sebagaimana tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2005-2014 menyebutkan bahwa Kabupaten Sleman merupakan daerah penyelamat sumber daya alam bagi wilayah DIY yang dikenal sebagai zona tengah. Zona tengah terbentang dari kawasan lereng rnerapi hingga ke Pantai Selatan Samudra lndonesia (BAPPEDA Kabupaten Sleman & PSPPR UGM). Dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2005 - 2014 pengembangan wisata alam, termasuk didalamnya ekowisata telah tercover di dalamnya. Disebutkan bahwa gerakan kegiatan kepariwisataan yang disebut sebagai kepariwisataan ramah lingkungan, kepariwisataan berdampak rendah, kepariwisataan bertanggung jawab dan juga kepariwisataan hijau merupakan kebutuhan yang hams direspon berkaitan dengan penataan kawasan tertentu, seperti kawasan lereng Gunung Merapi. Berdasarkan kebijakan pengembangan wisata di kabupaten Sleman yang meliputi 8 tema pengembangan kawasan, kawasan puncak Merapi merupakan salah satu kawasan yang akan
dikembangkan untuk pengembangan ekowisata (BAPPEDA Kabupaten Sleman & PSPPR UGM). Dukungan terhadap pengembangan wisata alam di kawasan Merapi juga tertuang dalam dokumen Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RPPDA) Sleman 2006. Dalarn dokumen tersebut diiyatakan bahwa kawasan lereng Merapi Selatan (wilayah DIY) ditetapkan sebagai kawasan pengembangan kegiatan ekowisata dengan berbagai skenario atraksi dan produk yang dapat dipromosikan. Sentral ekowisata dilakukan melalui kawasan Kaliadem-KinahrejoG.merapi. Sehingga potensi dan daya tarik wisata di wilayah penyangga (baik di wilayah Tempel maupun wilayah Ngemplak) dapat memperoleh imbas kegiatan ekowisata.
5.63 Kebijakan Nasionat Kebijakan pemerintah pusat yang mendukung pengembangan wisata alam di taman nasional antara lain termuat dalam peraturan perundangan sebagai berikut : a. UUD 1945 RI Pasal33 ayat 3 UUD b. PP N0.18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. c. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya alam Hayati dan
Ekosistemnya pasal 3, pasal 5 bagian (c), Pasal 26, pasal 27, pasal 28 pasal 34 (1) uu, 34 (3), d. UU No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 8 (I), 8 (2) e. UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan pasal 23
f. UU No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan pejelasan alenia 5 g. PP No.68 Tahun 1998 Tentang
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian AIam pasal 3, penjelasan alenia 1
5.7 Kebijakan Pernerintah Mengenai Partisipasi Masyarakat 5.7.1 Kebijakan Batai TNGM Pengembangan wisata alam di TNGM terkait dengan partisipasi masyarakat adalah kebijakan kolaborasi manajemen yang disebut Badan Pengelola Wisata
Kaliurang. Dalam sistem kolaborasi ini melibatkan beberapa instansi yang terkait dan masyarakat. Di dalam dokumen Rencana Pengembangan Wisata Alam Taman Nasional Gunung Merapi disebutkan bahwa pengembangan pengelolaan wisata alam di kawasan TNGM mempertimbangkan prinsip pengelolaan TNGM dan mengacu pada pengembangan pariwisata yang telah digariskan dari kedua propinsi, yakni provinsi DIY dan Jawa Tengah tempat keberadaan TNGM. Dengan demikian garis besar rencana pengembangan wisata alam diletakkan dalam konteks pilar koservasi sekaligus m e ~ p a k a n bagian dari sistem pembangunan ekonomi regional. Dengan garis besar pengembangan ini maka keberadaan masyarakat di sekitar wilayah wisata alam perlu ditempatkan menjadi bagian dari pengembangan pengelolaan wisata alam kawasan TNGM. Potensi masyarakat perlu diidentifikasi dalam upaya membangun bentuk pengelolaan kolaboratif dengan pemerintah sekaligus agar masyarakat mampu secara ekonomi untuk menolong dirinya sendiri (enlpoweringthe poor for sewhelp) (GMUM 2006).
Sclanjutnya dalam dokumen tersebut juga disebutkan bahwa dalam implcmenrasinya perlu
mengakomodasi masyarakat untuk memanfaatkan
sumberdaya alam yang ada di kawasan wisata alam di sekitar TNGM sekaligus diposisikan sebagai bagian dalam operator utarna konservasi kawasan.
5.73 Kebijakan di Tingkat Regional Pengembangan wisata alam berbasis masyarakat yang dikembangkan di Taman Nasional Gunung Merapi didukung oleh kebijakan di tingkat daerah yang menyebutkan bahwa cara pandang dalam perencanaan pengembangan pariwisata Kabupaten Sleman adalah pariwisata berbasis masyarakat (Community-base tourism developrnenl), yakni pendekatan pengembangan pariwisata yang
didasarkan pada selumh potensi, sumber daya dan partisipasi masyarakat lokal. Pendekatan ini lahii dari paradigma yang melihat pariwisata sebagai alat pemberdayaan masyarakat dan menempatkan masyarakat tidak hanya sebagai stakeholder tetapi sekaligus sebagai shareholder pariwisata (SAPPEDA Kabupaten Sleman & PSP UGM 2006). Paradigma pariwisata berbasis masyarakat dipilih karena sesuai dengan kondisi obyektif sumber daya pariwisata di Kabupaten Sleman. Hal ini dapat
diliat dari aspek sebagai berikut PAPPEDA Kabupaten Sleman & PSP UGM 2006):
1. Jenis obyek wisata potensial (alam dan budaya) sangat terkait dengan kehidupan nyata masyarakat. 2. Persebaran keruangan (spasial) obyek tersebut relatif cukup merata, sehingga pengembangannya menuntut partisipasi aktif masyarakat. 3. Masyarakat merupakan pelaku inti dalam pengelolaan sumber daya
pariwisata, mulai dari aktivitas penangkapan dan pemeliharaan ikan, penyediaan sarana transportasi, sampai pada pengelolaan desa-desa wisata d m bangunan bersejarah.
4. Sumber daya manusia tersedia cukup hanyak dan perlu dimanfaatkan untuk menjadi bagian dari proses produksi dan konsumsi jasa pariwisata. 5. Pasar produk wisata sudah terbentuk (identifird mark&), sehingga masyarakat memiliki peluang untuk menentukan segmen pasar yang sesuai dengan realitas sumber daya yang dimiliki. Partisipasi masyarakat telah menjadi bagian dari kebijakan pemcrintah Kabupaten Sieman yang diruangkan daiam aokumen Rencana Pembangunan Jangka menengah Tahun 2005-2010. Disebutkan bahwa tujuan dari pembangunan jangka menengah Kabupaten Sleman antara lain adalah rneningkathan peran sena masyarakat dan swasta dalarn penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Penjabarannya dituangkan ke dalam beberapa sasaran sebagai berikut: 1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan swasta dalam penyusunan
perencanaan dan kebijakan daerah 2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan swasta dalam pengawasan 3. Meningkatkan partisipasi masayarakat dan swasta dalam pelaksanaan
pembangunan. Sedangkan sasaran pembangunan jangka menengah terkait dengan peningkatan kualitas lingkungan hidup di Kabupaten Sleman, adalah mewujudkan kualitas lingkungan yang terjaga dan berkelanjutan dengan peran serta masyarakat. Kebijakan tersebut sangat mendukung bagi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat sebagaimana paradigma pariwisata yang dipilih Kabupaten Sleman dan tertuang dalam RlPPDA Kabupaten Sleman.
5.73 Kebijakan Nasional Kebijakan pemerintah pusat terkait dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan meliputi peraturan perundangan sebagai berikut : a. PP No. 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam pasal 10 bagian e, penjelasan bagian umum pada alenia 5 dan 7 b. UU No.5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya pasal34 ayat 3 dan pasal37 c. UU No.24 Tahun 1992 tentang penataan mang pasal4 ayat 2 (b), d. Pemeriitah Nomor 69 tahun 1996 tentang pelaksanaan bak dan kewajiban serta bentuk dan tata cam peran serta masyarakat dalam penataan mang e. Undang-undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal5 ayat 3 f. 5.8
Undang-undang No.9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Analisis SWOT dan Strategi Pengembangan Wisata Alam Berbasis Masyarakat di Zona Pemanfaatan TNGM D N Argyiis (1985), Minizberg (1979), Steiner dan Miner (i977) diacu dalam
Rangkuti (2006) menyatakan bahwa strategi adalah respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempenganihi organisasi. Untuk menentukan stmtegi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan TNGM DIY dilakukan dengan analisis SWOT (Strengtlrs, Weaknesses. Opportunities dun Threats). Sebagai unit analisis adalah masyarakat sekitar kawasan TNGM. Dengan demikian kondisi dari dalam masyamkat yang menyangkut aspek-aspek yang bersifat positif (kekuatan) dan aspek-aspek yang bersifat negatif (kelemahan) dipandang sebagai faktor internal, sedangkan W a r faktor di luar masyarakat yang merupakan peluang dan ancaman disebut sebagai faktor eksternal. Selanjutnya dilakukan pemilihan faktor internal dan eksternal sebagai berikut:
Faktor - faktor internal: A
Kekuatan
1.
Adanya ketergantungan masyarakat sekitar terhadap sumberdaya kawasan
2.
Persepsi masyarakat yang positif mengenai konsewasi
3.
Persepsi masyarakat yang positif mengenai wisata yang lestariierkelanjutan
4.
Adanya dukungan masyarakat terhadap pengembangan wisata alam di kawasan TNGM
5.
Adanya keinginan masyarakat untuk berpartisipasi
6.
Adanya partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata alam
7.
Adanya kehidupan masyarakat yang masih tradisional di sekitar kawasan TNGM DIY
8.
Adanya keyakinan spiritual masyarakat terhadap Gunung Merapi (G. Merapi bukan suatu ancaman tapi pembawa berkah)
9.
Adanya budaya khas berupa gotong royong di masyarakat
10. Lebih dari 50% masyarakat sekitar merupakan penduduk asli 1 1.
Masyarakat usia produktif cukup banyak
12.
Adanya motive, ekonomi bagi rnasyarakai cerhadap pengembangan wisata alam di TNGM
13.
Kcpatuhan terhadap tokoh masyarakat tertentu
B
Kelemahan
1.
Kesempatan pengambilan keputusan oleh rnasyarakat masih rendah
2.
Partisipasi masyarakat cendemng bersifat pelaksanaan belum pada tataran perencanaan dan evaluasi
3.
Masih adanya sikap konha dan masyarakat terhadap pembentukan TNGM
4.
Kemampuan modal masyarakat masih rendah
Faktor-faktor eksternal: A. 1.
Peluang Adanya hubungan kejasama antara Balai TNGM dengan instansi terkait dengan melibatkan masyarakat
2.
Adanya dukungan kebijakan Balai TNGM terhadap pengembangan wisata alam dan partisipasi masyamkat
3.
Adanya dukungan kebijakan pemerintah di tingkat pusat mengenai pemanfaatan wisata alam di zona pemanfaatan tarnan nasional dan
4.
partisipasi masyarakat Adanya dukungan kebijakan pemerintah di tingkat regional (Pemda) terhadap pengembangan wisata alam dan pariwisata berbasis masyarakat
5.
Adanya organisasi masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan hidup
6.
Infrastruktw yang cukup mernadai
7.
Beberapa organisasi wisata di sekitar kawasan TNGM
8.
Obyek daya tarik wisata di kawasan TNGM yang khas
9.
Adanya Institusi swasta yang mengelola kegiatan ekowisata dengan melibatkan masyarakat
10.
Potensi sumberdaya alam lokal berupa kebun bambu yang belum tergarap
11. Adanya obyek wisata alternatif di Provinsi DIY
B.
Ancaman
1.
Gunung Merapi dapat meietus sewaktu-waktu
2.
Kurangnya kemampuan pelaku wisata alam
3.
Adanya LSM yang kontra terhadap pembentukan TNGM
4.
Belum ada dukungan dana yang dapat menjamin kelangsungan usaha yang berkelanjutan Pemberian bobot dan nilai pada unsur-unsur faktor internal dan faktor
eksternal akan menghasilkan tabel internal (Internal Factors Analysis Summary (IFAS)) dan tabel eksternal (Eksfeml Facfors Analysis Summary (EFAS) pengembangan wisata alam berbasis masyarakat (lampirar. 1 dan lampiran 2). Selanjutnya menyusun faktor-faktor strategis internal dan eksternal dalam matriks SWOT (Tabel 24).
66
Tabel 24 Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities dun Threats)
Kekuatan (S) I. Adanya ketergantungan mxymkat sekitar terhadap sumbedaya k a w m 2. Penepsi mnsyarakatyang positifmengenai konservasi 3. Pmcpsi masyarakat yang psitif mcngcnai wisala yangberkelanjutm 4. Adanya dukungan masyadat terhadap pengemhangan wisata dam di kawawn TNGM 5. Adanya keinginan masyadat unhk berpartisipasi 6. Adanya partisipasi masyamkal dalam kegiatan wisala dam 7. Adanya kehidupan masyardat yang masih hadisional di sekitar k a w s m TNGM D N 8. Adanya keyakinan spiritunl masyarakat Ierhadap G. Merepi 9. Adanya budaya khas berupe gotong royong di masyarakat 10. Lrbih dari 50%masyardatsekitarmcnrpalan penduduk asli 1I. Masyarakat uria produktif cukup banyak 12. Adanya motivasi ekonorni hagi masyardat tnhadap pengemhangan wisala alam di TNGM 13. ~epatuhantnhvdap tokoh masyarakat tertentu
Kelemahan (W) I. Kesempntan pengambilan keputusan oleh masyaraka masih rendab 2. Partisipasi masyarakat c c n d m g bcnifat pelaksanaan belum pada lataran perencaman dan evduasi 3. Masih adanya s i b konhs dari masyarakat terhadap pembentukan TNGM 4. Kemampuan modal macya~akaimasih rendah
Pcluang (0) I. Adunyu hubungan kcrjswma a n m Balai 1N<jht denfan innnnsi ledmil dtngm melibatkan m > W 2. Adanya dukungan k c b i j h Ralai INGM t c h d q p g o m h w f a n \+isamdam dsn partisipmi m 5 y U 3. Adanya d u k u p n kebijalan -7intah di lin&a p u t mcngcnai pcmanfaaun rsisata alam di 7ma pananfaam annasional dan p&siwi mas)arakaI 4. Adsnanya dkungan k e b i j h pcmerinah di t i n w rcgimal ( P a & ) m p -embanfan wisata alam dan pariwirn~bRbasis masyankat 5. Adanya wganisasi masyarakal yang k g & di hidang lingkungan hidup 6. Lnfraslruktur yang cukup memadai 7. B e h a p a organisasi wisala di sckitar kawasan TNGM 8. Obyek daya tarik wisata di kawdsan TNGM yang khas 9. Adanya Institusi swash yang mengelola kegiatan ekowisata dengan melibmasyarakat 10. Potensi sumberdaya d a m I o M bempa kebun bambu yang helm tergarap 11. Adanya obyek wisala altemalifdi Provinsi D N
Sm:pi (SO) I. I'cngenalan kcpada masyardat mengenai kmsep uivla dam &is m q a d a t (SI-S13.01-06, 08.09) Z Pcn>usmm SIOndord Opcmlion /'-&re (SOP) p n g c l o l m w i m dam k b s i s mas?araka a n b Bdai TNGM d c p m a q a d s l d a n i n s m i Iakait(S1-S13.01-05. W) 3. Pembcntukan nad& bagi pogcldaan wism alam bRbasis masy&t (S2-56. S9-Sl3.0105.07.09)
Stralcgi (WOj I. M e n d invmor dari panainah daerah dan Iembap data (W4.0104.06.08011) 2. MelihntiLw masyuakal dnlm -k Baki TNGM & mulai
~~~0
Slratcgi (ST) 1. Peniogkatan kemampuan SDM masya&t melalui berbogai pela&il~anteknis dan manajerial (S2-S7, S11, S12, T2) 2. Pendampingan kepada masyankm untuk mengawal proses (S2-S6, S 11,S12, T2,T4)
Faktor Internal
Faktor Ekstemal
1. Gmung Merapi &pat meletus sewaktu-waMu 2. Kurnngnya kernampun0 pelaku wisala dam 3. AdanyaLSM yang kontra terhadap pembentukan TNGM 4. Belum ada dukungan dana yang d a p t menjamin kelangmgan usaha yang berkelanjutan
PXncaMaRpe-
dan oaluasi (WI-W? 0103) 3. Pengembangmkegjatarr kqiatan wakelola (WI. WZ,01-05,07,08,09, 010,Oll)
Untuk mengetahui stmtegi mana yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan, maka disusuu altematif strategi dalam analisis SWOT Ogbel 25) dengan menjumlahkan semua kode pembobotan yang terangkum dalam satu strategi pengelolaan. Tabel 25 Alternatif strategi dalam analisis SWOT pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di Zona Pemanfaatan TNGM DIY
1 Total I Prioritas
Kode pembobotan
Strategi S-0
.,
Peneenalan keoada masvarakat mengenai konsep wisata alam berbasis masyarakat
11.
P
.
I
(
1
I
Sl+SZ+S3+S4+S5+S6+S7+SS +S9+SIO+Sll+S12+S13+01+ 02+03*04+05+06+08*M
Menyusun Standard Operation Sl+S2+S3+S4+SS+S6+S7+S8 Procedure (SOP) pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat antara Balai +Sg+SlO+Sl l+SlZ+S13+01+ TNGM denzan mkyarakat dan 102+03+04+05+09 instansi terkait
. Pembentukan wadah bagi pengelolaan wisata alam berbasis masyamkat
I S2+S3+S4+S5+S6+
S9+SlO+Sll+S12+SI3+ 01+02+03+04+05+07+09 I
S-T Peningkatan kemampuan SDM masyarakat melaiui berbagai pelatihan teknis dan manajerial
I.
. Pendampingan kepada masyamkat untuk mengawal proses
1. Menarik investor dari pemerintah daerah setempat dan lembaga donor
.
Melibatkan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan Balai TNGM dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
.
Pengembangan kegiatan-kegiatan swakelola
S2+S3+S4+S5+S6+S7+S 1 1 +S 12+T2
l+S12+
1.75
(
1,g 1
W4+01+02+03+04+06+08 +09+010+011
2,11
WI+W2+W3+ 01+02+03
1,23
Wl+W2+01+02+03+04+05 +07+08+09+010+011
2,44
1
6
1
Berdasarkan analisis SWOT strategi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan TNGM D N maka diiusun strategi pengembangan berdasarkan prioritas sebagai berikut: 1. Pengenalan kepada masyarakat mengenai konsep wisata alam berbasis masyarakat 2. Penyusunan Standard Operation Procedure (SOP) pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat antara Balai TNGM dengan masyarakat dan instansi terkait
3. Pembentukan wadah bagi pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat 4. Pengembangan kegiatan-kegiatan swakelola 5. Menarik investor dari pemerintah daerah dan lembaga donor untuk menjamin keberlanjutan usaha masyarakat 6. Pendampingan kepada masyarakat untuk mengawal proses
7. Peningkatan kemampuan SDM masyarakat melalui berbagai pelatihan teknis dan manajerial 8. Pelibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan Balai TNGM dalam proses
perencanaan, peiai;sanaan dan evaluasi 5.8.1
Pengenalan kepada Masyarnltnt Mengenai Konsep Wisata Alam Berbasis Masyarakat Shategi ini dipilih berdasarkan faktor kekuatan dan peluang sebagaimana
pada tabel 24. Strategi pengenalan konsep wisata alam berbasis masyarakat dipilih karena proses pengenalan merupakan langkah awal yang hams ditempuh untuk memperkenalkan sebuah konsep baru kepada masyarakat untuk memperoleh respon. Pengenalan wisata alam berbasis masyarakat diacu dalam Suwamo dan Kuswoto (2005) dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menyampaikan segala informasi dan pengetahuan tentang pengembangan wisata alam yang akan menitikberatkan pada peran-peran masyarakat lokal dan memberikan kontribusi penting terhadap kelestarian sumberdaya alam setempat. Pengenalan konsep pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat kepada masyarakat sekitar kawasan TNGM perlu dilakukan mengingat masyarakat merupakan pelaku utama dalam pengelolaan wisata alam sehingga respon masyarakat terhadap program tersebut m e ~ p a k a n kunci utama. Kegiatan
pengenalan ini perlu dilakukan melalui pendekatan yang tepat dan secara terusmenerus sampai masyarakat dapat memahami dan pada akhiiya memberikan respon yang positif. Bentuk pendekatan yang dapat dilakukan antara lain melalui pendekatan kepada tokoh masyarakaf tokoh agama, tokoh pemuda dan pemerintah desa setempat. Berdasarkan observasi lapang dan hasil wawancara dengan masyarakat sekitar maka pemilihan lokasi untuk pengembangan wisata alam berbasis masyarakat dapat dilaksanakan di wilayah Cangkringan. Di Wilayah ini terdapat kehidupan masyarakat yang masih tradisional dan memiliki hubungan yang kuat dengan kawasan Merapi, baik hubungan yang bersifat spiritual maupun ekonomi. Bentuk hubungan yang kuat tersebut tercermin dari keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan upacara ritual Labuhan di lereng Merapi dan adanya interaksi yang intensif masyarakat terhadap kawasan hutan TNGM terutama untuk mencari rumput untuk pakan temak dan kayu bakar. Dan data monografi Desa Umbulharjo Kecamatan Cangkringan. sebagian besar masyarakatnya mempunyai tingkat pendidikan sekolah dasar (SD). Menurut Borrini-Feyerabend (1996, 1997, 2000) karakeristik dari pengelolaan berbasis masyarakat adalah sumber informasi pengelolaan berasal dari pengecahuan iokal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan formal bukanlah modal utama bagi pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat. Pengalaman masyarakat selama bertahun-tahun berinteraksi dengan kawasan TNGM mempakan modal utama bagi pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat. Masyarakat sekitar merupakan orang yang paling mengenal kawasan dibanding orang luar sehingga langkah untuk memposisikan masyarakat sebagai aktor dalam langkah yang tepat. pengembangan wisata alam di TNGM DIY me~pt%kan 5.8.2 Penyusnnan Standard Operation Procedure (SOP) bagi Pengelolaan Wisata Alam Berbasis Masyarakat di Zona Pemanfaatan TNGMDN
Berdasarkan faktor kekuatan dan peluang yang mendukung pengembangan wisata alam berbasis masyarakat sebagaimana pada tabel 24, maka altematif strategi pengembangan yang dapat dilakukan adalah menyusun Standard Operation Procedure (SOP) pengembangan wisata alam berbasis masyarakat.
Strategi ini dipilih karena dalam pelaksanaan program kegiatan diperlukan aturan
main yang hams dijalankan agar tidak terjadi duplikasi persepsi sehingga semua pihak yang terlibat dapat menempatkan diri sesuai dengan prosedur yang telah disepakati bersama. Salah satu bentuk pedoman yang dapat dijadikan acuan bagi pelaksanaan pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat adalah dalam bentuk
Standard Operation Procedure (SOP). Dengan melihat karakteristik pengelolaan berbasis masyarakat menurut Borrini-Feyerabend (1996, 1997, 2000) bahwa diliiat dari pihak otoritas utama, struktur pengambilan keputusan lokal adalah penduduk lokal maka masyarakat sekitar memi'ki
peran utama dalam pengembangan wisata alam di kawasan
TNGM. Dengan demikian maka dalam penyusunan SOP tersebut perlu melibatkan tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh agama serta para pihak lainnya yang terkait dengan pengelolaan wisata alam di TNGM. Di dalam SOP tersebut secara jelas dan rinci perlu diatur siapa berperan apa, cakupan lokasi dan kegiatan yang dapat dikelola masyarakat dan lain sebagainya. Pihak penyelenggara penyusunan SOP ini dapat dilakukan oleh Balai TNGM maupun pemerintah daerah setempat, atau secara bersama-sama Hal ini terkait dengan kepentingan pengelolaan di dalam kawasan bagi Balai TNGM dan di luar kawasan bagi pernerintah daerah. Pengelolaan berbasis masyarakat bukan berarti memberikan kcbebasan tanpa batas kepada masyarakat dalam mengelola sumberdaya kawasan, antara lain wisata alamnya namun kebebasan tersebut perlu dibatasi dengan koridor-koridor hukum yang tertuang dalam peraturan perundangan yang berlaku. Untuk kegiatankegiatan pengelolaan wisata alam di dalam kawasan tetap mengacu kepada kebijakan pengelola kawasan (Balai TNGM) selaku pemegang otoritas kawasan. Sedangkan untuk pengelolaan wisata alam di luar kawasan masyarakat dapat lebih leluasa untuk mengembangkan aktivitasnya mengingat di luar kawasan bukan menjadi wilayah kewenangan Balai TNGM. Oleh karena itu agar kegiatan tetap bejalan sesuai koridor hukum dan kebijakan Balai TNGM maka dalam pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat di dalam kawasan TNGM perlu adanya pengawasan dari pengelola kawasan. Sedangkan nntuk pengelolaan wisata dam di luar kawasan (daemh penyangga) masyarakat memiliki otoritas penuh karena tanah yang digunakan bukan milik negara. Dengan demikian peran
pemerintah, baik pengelola kawasan maupun pemerintah daerah hanya bersifat mendorong, memfasilitasi, dan membina untuk mencapai pengelolaan wisata alam oleh masyarakat secara mandiii.
5.8.3 Pembentukan Wadah bagi Pengelolaan Wisata Alam Berbasis Masyarakat Berdasarkan faktor kekuatan dan peluang sebagaimana pada tabel 24 maka strategi ini merupakan alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di TNGM DIY. Strategi ini dipilih karena pembentukan wadah merupakan salah satu bagian dari kelembagaan pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat yang dapat mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat di TNGM D R . Melalui pembentukan wadah tersebut maka kegiatan-kegiatan pengembangan wisata alam dapat dilaksanakan secara lebih tercncana dan terorganisir. Melalui pembentukan wadah tersebut aspirasi masyarakat dari berbagai hentuk partisipasi maupun masyatakat secara umum dapat terakomodasi. Masyarakat setempat merupakan komunitas yang paling mengetahui kondisi lingkungan mereka sehingga peran pengelola kawasan maupun pemerintah daerah han>a bersifat memfasilitasi. rnasyarakat sendiri yang &an menentukan bentuk wadah yang ingin dibangun. Peran pemerintah lebih bersifat mengawasi, memfasilitasi dan mengawal proses. Pengawasan dilakukan agar tetap pada koridor hukum sehingga tidak menyimpang dari peratumn perundangan yang berlaku dan fasilitas diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan. Dengan adanya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wisata alam serta adanya peningkatan ekonomi masyarakat sekitar dari pengembangan wisata aiam berbasis masyarakat di TNGM D N maka dalam din masyarakat akan tumbuh adanya rasa memiliki sehingga menimbulkan keinginan untuk menjaga kelestarian kawasan. Dengan demikian melalui pengembangan wisata alam berbasis masyarakat ini dibarapkan tujuan konservasi dapat seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar.
5.8.4 Pengembangan Kegiatan-kegiatan Swakeiola Berdasarkan faktor peluang dan kelemahan dari pengembangan wisata alam betbasis masyarakat sebagaimana tabel 24 maka strategi pengembangan kegiatankegiatan swakelola merupakan saiah satu strategi yang dipilih. Strategi ini dipilih mengingat adanya sumberdaya lokal yang belum tergarap yaitu tumbuhan bambu di sekitar penduduk yang beium dimanfaatkan padahal potensi tersebut merupakan salah satu pendukung pengembangan wisata alam di TNGM DIY. Disamping itu beberapa obyek wisata yang dapat diiembangkan di kawasan
TNGM dapat dikelola secara swakelola oleh masyarakat melalui paket-paket wisata alam yang dapat ditawarkan kepada pengunjung. Kegiatan-kegiatan swakelola merupakan cerminan dari kemandirian pengelolaan oleh masyarakat. Kegiatan swakelola yang dapat dilaksanakan di kawasan TNGM
DIY adalah pengembangan kerajinan rakyat dengan
memanfaatkan potensi sumberdaya lokal terutama dari bahan bambu yang banyak ditanam masyarakat di wilayah Cangkringan. Pengembangan kerajinan rakyat akan mcndukung kcgiaran uisata alam di kawasan TNGM sekaligus sebagai aitematif pekejaan untuk mengurangi pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat. Guna mendukung pengemhangan kerajinan rakyat perlu dilakukan kerj;isama dengan instansi tcrkait di dnghat pemerintah daerah seperti dinas perindustrian dan dinas pariwisata. Disamping itu masyarakat dapat mengelola paket-paket wisata alam bcrdasarkan hasil inventarisasi obyek daya tarik wisata alam secara partisipatif. Pengemasan produk wisata dengan cara yang menarik dapat meningkatkan daya tarik wisatawan sehingga meningkatkan lama tinggal pengunjung dan pengeluaran sehingga dapat meningkatkan ekonorni masyarakat. Masyarakat dapat bekejasama dengan institusi swasta seperti Vogels dan beberapa organisasi wisata di sekitar TNGM DIY untuk memasarkan produk. Pemasaran produk, termasuk didalamnya tercakup promosi dapat dilakukan melalui penginapan dan restoran di sekitar kawasan wisata maupun penginapan dan restoran yang berada di kota Yogyakarta. Promosi juga dapat dilakukan dengan menggunakan media leaflet dan brosw yang ditempel di bandara Adisucipto, stasiun kereta api Tug& pusat-pusat perbelanjaan di kota Yogyakarta
antara lain di Jalan Malioboro, Jalan Solo serta pusat informasi wisata di Yogyakarta.
5.8.5 Menarik Investor dari Pemerintah Daerab dan Lembaga Donor untuk Menjamin Keberlanjutan Usaha Masyarakat Strategi ini dipilih untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang dimiliki sebagaimana matriks SWOT pada tabel 24. Kelemahan modal masyarakat yang rendah diatasi dengan memanfaatkan peluang yang ada. Peluang yang dapat dimanfaatkan adalah adanya dukungan kebijakan pemerintah daerah terhadap pengembangan wisata alam di kawasan Merapi dan kebijakan mengenai pariwisata berbasis masyarakat. Selain itu adanya hubungan kerjasama antara Balai TNGM dengan instansi terkaif termasuk lembaga donor memungkinkan adanya kejasama dalam pemberian bantuan modal. Modal masyarakat sekitar (penduduk asli) TNGM DIY secara umum tergolong rendah. Hal ini terlihat dari jenis usaha yang dilakukan masyarakat sekitar. Pada umumnya mereka mengusahakan warung sedcrhana pedagang asongan, ~ m a n d uwisaL& toilet, parkir, periengkapan wisata. dan / ~ o m c . ~ yang iq dikelola secara apa adanya dan tidak membutuhkan modal besar. Ilal ini herbeda dengan usaha penginapan besar ataupun restoran mewah yang pemiliknya biasanya bukan penduduk setempat dan merupakan pemilik modal besar. Berdasarkan karakteristik pengelolaan berbasis masyarakat menurut Borrini-Feyerabend (1996, 1997. 2000) antara lain proses awal yang cepat dan kelangsungan usaha bersifat jangka pendek bila tanpa dukungan ekstemal yang berkelanjutan, maka kerjasama dengan pihak luar perlu dilakukan. Dukungan dana dari lembaga donor merupakan salah satu upaya untuk kelangsungan usaha masyarakat sekitar kawasan. Pemberian bantuan modal dapat dilakukan dalam bentuk pinjaman lunak bagi usaha ekonomi masyarakat sekitar yang berkaitan dengan kegiatan pengembangan wisata alam di TNGM DIY. Dengan adanya dukungan kebijakan pemerintah daerah terhadap pengembangan wisata alam di kawasan TNGM dan kebijakan mengenai pariwisata berbasis masyarakat memungkiian adanya upaya menarik investor dari pemerintah daerah. Kerjasama dengan pemerintah daerah terutarna diperlukan
bagi pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat di luar kawasan TNGM guna mendukung kegiatan wisata alam di dalam kawasan TNGM. Pendampingan kepada Masyarakat untuk Mengawal Proses
5.8.5
Strategi ini dipilih dengan menggunakan kehcatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman sebagaimana tabel 24. Strategi pendampingan kepada masyarakat perlu dilakukan untuk mengawal jalannya proses, karena dalam penerapan pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat tidak bisa dilakukan secara instan. Pendampingan merupakan suatu proses antara untuk mencapai kemandirian pengelolaan, sehiigga proses ini dapat dihentikan setelah masyarakat siap untuk melaksanakannya secam mandiri. Pendampingan pada masyarakat dapat dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung pengembangan wisata alam berbasis masyarakat. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain bempa pendampingan dalam ha1 boga, pembuatan dan pemasaran souvenir, Bahasa Inggris dasar, etika pelayanan, manajemen, akuntansi sederhana untuk wanmg, identifikasi jenis-jenis flora dan fauna dan inventarisasi ODTWA (Obyek Daya Tarik Wisata Aiam). Kegiatan inventarisasi secara partisipatif menurut Susanto dan Suprapto (2005) bertujuan untuk: 1. Mengetahui poinf infrresfatau hal-hal yang menarik, yang masyarakat bangga
dan mau melakukan sharing tentang ha1 tersebut kepada orang lain khususnya wisatawan. 2. Mendiskripsikan masing-masingpoint interest tersebut untuk menggambarkan
karakter, kemenarikannya dan nilai potensialnya 3. Membangun rasa bangga di kalangan masyarakat lokal atas potensi yang ada
di sekitar mereka. Pendampingan dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki kompetensi di bidangnya. Untuk kegiatan identifikasi flora-fauna dan inventarisasi ODTWA pendampingan dapat dilakukan oleh Balai TNGM dan perguruan tinggi bidang kebutanan. Untuk Bahasa Inggris, boga dan etika pelayanan, pendampingan dapat dilakukan oleh perguruan tinggi bidang pariwisata dan Dinas Pariwisata. Sedangkan untuk manajemen, akuntansi sederhana, pembuatan dan pemasaran
souvenir, pendampingan dapat dilakukan oleh praktisi bidang industri rumah tangga dan Dinas Perindustrian. Persepsi rnasyarakat yang positif terhadap konservasi dan wisata alam yang lestari, adanya dukungan masyarakat terhadap pengembangan wisata alam, adanya masyarakat yang telah berpartisipasi dan adanya keinginan untuk berpartisipasi bagi masyarakat yang belum berpartisipasi, adanya motivasi ekonomi dari pengembangan wisata alam yang akan dkeinbangkan dan banyaknya jumlah penduduk usia produktif di sekitar kawasan TNGM DIY merupakan unsur-unsur kekuatan bagi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di TNGM DN. Golongan usia produktif mempunyai kemampuan dalam menyerap ilmu, kemampuan dalam membuat keputusan dan kemampuan dalam melakukan aktivitas yang produktif. 5.8.7
Pcningkatan Kemampuan SDM Masyarakat Melalui berbagai Pelatihan Teknis dan Manajerial Strategi ini didasarkan pada pemanfaatan kekuatan untuk mengatasi
ancaman yang ada. Strategi ini dipilih mengingat masih rendahnya kemampuan pelaku wisata alam an-
lain dalam pemanduan. penyediaan makanan,
LetrampiIan membuat souvenir. dan pengelolaan usaha ekonomi. Kemampuan SDM masyarakat mcrupakan modal yang penting dalam pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat. Kemampuan masyarakat akan menentukan berhasil tidaknya pengelolaan yang dijalankan. Masyarakat sekitar kawasan TNGM pada dasamya telah mengenal dengan baik kondisi kawasan karena masyarakat memiliki intensitas yang cukup tinggi dalam berinteraksi dengan kawasan. Disamping itu masyarakat juga memiliki kemampuan dalam menyikapi kondisi alam, perubahan lingkungan yang terjadi akan dengan mudah dan cepat direspon. Namun demikian modal tersebut masih periu
diasah
melalui kegiatan-kegiatan ketrampilan untuk
mendukung
keberhasilan pengelolaan berbasis masyarakat. Ketrampilan yang dapat direkomendasikan adalah pelatihan-pelatihan yang bersifat teknis dan manajerial karena dalam pengelolaan berbasis masyarakat, masyarakat berperan sebagai pengelola sekaligus pelaksana kegiatan.
Jenis pelatihan yang dapat mendukung pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di TNGM DIY a n t m lain ketrampilan dalam ha1 identifikasi jenisjenis flora dan fauna, inventarisasi ODTWA, boga, pembuatan dan pemasaran souvenir, Bahasa Inggris dasar, etika pelayanan, manajemen dan akuntansi sederhana. Dalam penyelenggaraan pelatihan tersebut perlu adanya kerjasama dengan pihak-pihak yang memiliii kompetensi di bidangnya. Untuk kegiatan identifikasi flora-fauna dan inventarisasi ODTWA diperlukan kerjasama dengan Balai TNGM dan perguruan tinggi bidang kehutanan. Untuk Bahasa Inggris, boga dan etika pelayanan, kerjasama dapat dilakukan dengan perguman tinggi bidang pariwisata dan Dinas Pariwisata. Sedangkan untuk manajemen, akuntansi sederhana, pembuatan dan pemasaran souvenir, kerjasama dapat dilakukan dengan praktisi bidang industri rumah tangga dan Dinas Perindustrian.
5.8.8
Pelibatan Masyarakat dalam Kegiatan-kegiatan Balai TNGM dalam Proses Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Stntegi ini dipilih dengan memanfaatkan peluang untuk meminimalkan
kelemahan yang ada. Kesernpatan pengambilan keputusan yang masih rendah, partisipasi masyarakat yang lebih eendemng pada tingkat pelaksanaan serta masih adanya sikap kontra rnasyarakat terhadap pembentukan TNGM perlu disikapi dengan melibatkan rnasyarakat secara aktif dalam pengelolaan wisata alam di TNGM. Brechin et at. (1991) menyatakan bahwa apabiia konservasi ingin berkelanjutan, pendekatan-pendekatan dan metode yang hams dikembangkan adalah pelibatan secan lebih aktif masyarakat lokal dalam proses perencanaan dan pembuatan keputusan. Salah satu karakteristik
pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat
adalah adanya tanggung jawab masyarakat. terhadap kawasan, sehingga masyarakat perlu dilibatkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pelibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan Balai Taman Nasional Gunung Merapi mempakan salah satu bentuk pendekatan agar masyarakat secara langsung mengetahui pennasalahan yang diadapi. Melalui keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi akan mendorong rasa memiliki
kawasan sehingga tumbuh adanya keinginan untuk secara bersama-sama dengan pemerintah menjaga kelestarian kawasan. Pelibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan Balai TNGM juga sekaligus sebagai bentuk sosialisasi Taman Nasional Gunung Merapi karena di kalangan masyarakat masih terdapat adanya kontra dari masyarakat terhadap penunjukan kawasan Taman Nasional Gunung Merapi.
VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Karakteristik Masyarakat sekitar kawasan lebih dari 50% adalah penduduk asli dan mata pencaharian sebagian besar masyarakat (35,42%) adalah sebagai peternak sapi perah. Rata-rata pendapatan masyarakat sekitar kawasan sebesar Rp. 590.224,36 per bulan melebihi standar UMP Provinsi DIY. Sebagian besar masyarakat merupakan usia produktif dan 35% masyarakat merupakan lulusan SLTA. Persepsi masyarakat positif terhadap konservasi dan wisata alam yang lestari (berkelanjutan). Persepsi masyarakat mengenai sumberdaya yang hams dilestarikan di kawasan TNGM adalah Keanekaragaman tumbuhan (27,78%), keanekaragaman satwa (26,39%) dan keindahan alam (25,69%). Menurut masyarakat untuk mewujudkan wisata alam yang lestari perlu melibatkan masyarakat dalam pengelolaan wisata alam di TNGM (33,05%)
dan
menghindarkan kegiatan wisata alam yang bersifat memsak (33,05%). Pengembangan wisata alam di TNGM didukung oleh 78.57% dari kelornpok masyarakat yang telah berpartisipasi dan 86,96% dari kelompok masyarakat yang tidakhelum berpartisipasi. Alasan utarna dukungan masyarakat tersebut adalah karena pengembangan wisata dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu partisipasi masyarakat yang langsung bersinggungan dengan kawasan (dalam kawasan) dan di luar kawasan. Partisipasi masyarakat di dalam kawasan meliputi pemandu wisata alam, penyedia konsumsi dan pedagang asongan. Sedangkan di luar kawasan meliputi penyedia homestay, penjaga parkir, penjaga loket lava tour, warung, penyedia toilet, penginapan, bagian transportasi, perlengkapan wisata dan souvenir. Partisipasi masyarakat sekitar cenderung bersifat pelaksanaan belum pada tingkat perencanaan atau evaluasi. Secara umum alasan masyarakat berpartisipasi adalah untuk meningkatkan pendapatan. Masyarakat yang belum berpartisipasi memiliki keinginan untuk berpartisipasi sebanyak 60%.
Keinginan masyarakat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok masyarakat yang telah berpartisipasi dan masyarakat yang tidakhelum berpartisipasi. Pada kelompok masyarakat yang telah berpartisipasi, keinginan kelompok pemandu wisata lebih ditujukan pada kebersihan kawasan. Kelompok ini menginginkan adanya penyuluhan kepada pengunjung dan adanya ketegasan pemerintah untuk mengendalikan kebersihan kawasan. Selain itu kelompok pemandu wisata alam juga menginginkan adanya pelibatan masyankat dalam pengelolaan wisata alam dan diselenggarakannya pelatihan-pelatihan yang difasilitasi oleh pemerintah. Sedangkan untuk kelompok pedagang, w a m g dan penyedia konsumsi keinginan lebih ditujukan pada aspek ekonomi, yakni menginginkan mereka tetap boleh berjualan, pengembangan masakan tradisional, usaha bersama, dan adanya pinjaman lunak. Sedangkan untuk kelompok masyarakat yang tidaklbelum berpartisipasi keinginan lebih ditujukan pada kesadaran pengunjung untuk turut menjaga kelestarian dan kebersihan kawasan
TNGM. Selain itu kelompok masyarakat ini menginginkan adanya pelatihanpelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah, adanya pelayanan kepada pengunjung berupa pemandu wisata yang handal, adanya failitas air, tidak perlu dilakukan pembatasan pengunjung, adanya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan wisata alam dan adanya kerjasama a n m masyarakat dan pemerintah dengan peran pemerintah sebagai failitator. Pengembangan wisata alam di kawasan TNGM DIY dan partisipasi masyarakat didukung oleh kebijakan Balai TNGM dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman. Strategi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Merapi DIY adalah : 1. Pengenalan kepada masyarakat mengenai konsep wisata alam berbasis masyarakat 2. Penyusunan Standard Operation Procedure (SOP) pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat antara Balai TNGM dengan masyarakat dan instansi terkait 3. Pembentukan wadah bagi pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat
4. Pengembangan kegiatan-kegiatan swakelola
5. Menarik investor dari pemerintah daerah dan lembaga donor untuk menjamin keberlanjutan usaha masyarakat
6 . Pendampingan kepada masyarakat untuk mengawal proses
7. Peningkatan kemampuan SDM masyarakat melalui berbagai pelatihan teknis dan manajerial 8. Pelibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan Balai TNGM dalam proses
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi 6.2 Saran
1. Pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta perlu segera direalisasikan untuk membentuk citra positif sebuah kawasan konservasi dan untuk mengurangi konflik dengan masyarakat sekitar; 2. Lokasi yang sesuai untuk penerapan pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di TNGM DIY adalah wilayah Cangkringan; 3. Dalam pengemhangan \\isam alam berbasis masyarakat di TNGM DIY perlu
didorong tumbuhnya raw d i n g menghargai antara pemerintah dan masyarakat dan tumhuhnla rasa memiliki dari masyarakat terhadap kawasan sehingga mcnimbulkan kcinginan masyarakat untuk menjaga kelestarian kawasan.
DAFTAR PUSTAKA [Balai TNGM Balai Taman Nasional Gunung Merapi. 2007. Laporan Bulanan Balai Taman Nasional Gunung Merapi Periode Juli 2007. [BAPPEDA Kabupaten Sleman, PSPPR UGM] Badan perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman, Pusat Studi Perencanaan Pembangunan Regional (FSPPR) UGM Yogyakarta. 2003. Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2005-2014. Yogyakarta: BAPPEDA Kabupaten Sleman dan PSPPR UGM [BAPPEDA Kabupaten Sleman, PSP UGM] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjahmada. 2006. Penyusunan Kaji Ulang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata daerah Kabupaten Sleman. Yogyakarta: BAPPEDA Kabupaten Sleman dan PSP UGM. [BKSDA Yogyakarta] Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta. 2001. Laporan Inventarisasi Flora dan fauna di Cagar Alam Turgo dan Plawangan dan Taman Wisata Alam Kaliurang. Yogyakarta: BKSDA Yogyakarta . [BKSDA Yogyakarta] Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta. 2003. Laporan Inventarisasi Potensi dan Sebaran Anggrek di Kawasan C m W A Plawangan Turgo. Yogyakarta: BKSDA Yogyakarta. [BKSDA Yogyakarta, PSA UGM! Balai Konservasi Sumber I>aya A!am Yogyakarta, Pusat Studi Agroekologi UGM. 2004. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Merapi Periode 2005 - 2024. YogyaLana: BKSDA Yogyakarta & PSA UGM. [BKSDA Yogyakarta] Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta 2006. Penyusunan Rencana Tapak Zone Pemanfaatan Wisata Alam di Plawangan Turgo. Yogyakarta: BKSDA Yogyakarta. [BPPTK] Balai Penyelidikan dan pengembangan Teknologi Kegunungapian. 2004. Jalur Pendakian Puncak G. Mempi. Yogyakarta: BPPTK. Brechin SR, West PC, Harmon D, Kutay K. 1991. Resident People and Protected Area: A Framework for Inquiry. Di dalam: West PC, Brechin SR, editor. Resident Peoples and National Parks: Social Dilemmas and Strategies in LvtemafionalConservation. Tucson: The University of Arizoila Press. Chambers R. 1996. PRA Participaroly Rural Appraisal, Mernahmni Desa Secara Partisipatif: Yogyakarta: Kanisius. Denman R. 2001. Guidelines For Community-Based Ecotourism Development. UK: WWF International. Assets.panda.org/download/guidelinesen[8 Januari 20081. Departemen Kehutanan. 1998. Pemturan pemerintah RI No. 68 Tahun 1998 tentang kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam.
Dephut [Departemen Kehutanan]. Tanpa tahun. Pengembangan Ekowisata di Kawasan Pelestarian Alam. Jakarta: Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Perlidungan Hutan dan Konservasi Aliun Direktorat Konsewasi Kawasan. Eriyatno, Sofyar F. 2007. Riser Kebijakan, Metode Penelitian untuk Pascasarjana. Bogor: IPB Press. FAO. 1995. Non-Wood Forest Product for R d Income and Sustainable Foreshy. Rome: FA0 [GMUMJ Gama Multi Usaha Mandiri. 2006. Penyusunan Pengembangan Wisata Alam Taman Nasional Gunung Merapi. Yogyakarta: GMUM. Kodhyat H. 1997. Hakekat dan Perkembangan Wisata Alternative. Di dalam: Gunawan MP, editor. Prosiding Pelatihan dun Lokakarya Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan. Bandung: ITB. [Komite PPA-MFP-Yayasan WWF Indonesia]Komite Partnership Program Agreement - Multistakeholder Forestry Program - WWF Indonesia. 2006. Kemitraan Dalam Pengelolaan Taman Nasional. Pelajaran Untuk Transfornzasi Kebijakan. Jakarta: Komite PPA-MFP-Yayasan WWF Indonesia. Kusmayadi dan Sugiarto E. 2000. Metodologi Penelitian dalam Bidang Kepariwisaraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama MacKinnon J, MacKinnon K, Child G, Thorsell J. 1990. Pengelolaa~tKmvasan Yang Dilindungi di Daerah Tropika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. McNelly JA.1988. Economi.~and Biological Diversity: Developing and Using Economics Incentives to Conserve Biological Resources. Gland, Switzerland: IUCN. Nuryadi. 2004. Kajian Penentuan Zonasi Pada Taman Nasional Gunung Merapi [tesis]. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjahmada. [PEMDA Kabupaten Sleman] Pemerintah kabupaten Sleman. 2005. Rencana Pembangunan Jangka Panjang daerah Tahun 2006 - 2025. Yogyakarta: Kabupaten Sleman. PHKA] Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konsewasi Alam. 2006. Kawasan Konsewasi Indonesia. Kerjasama Dephut - Lestari Hutan Indonesia - JICA. Bogor: PIKA Prasetyo B & Jannah LM. 2005. Metode Penelitian Kuantitat$ Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Rahardjo B. 2004. Ekoturisme Berbasis Maryaakat d m Pengelolaan Sumber Bogor: Pustaka Latin. D q ~ Alam. a Rangkuti F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kmus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Riyanto, B. 2005. Pemberdqyaan Masyaakat Sekifar Hufan dalam Perlindungan Kawasan Pelestarian Alam. Bogor: Lembaga Pengkajian Hukurn Kehutanan dan Lingkungan. Saparjadi K. 1999. Kebijaksanaan dan Strategi Pengembangan KegiatanIUsaha Wisata Alam. Proceedings Workshop On Ecotourism Development Gunung Halimun Nafional Park. Bogor, 9 - 10 March 1999. Biodiversity Conservation Project (Departemen Kehutanan, JICA dan LPI). Soekmadi R. 2003. Pergeseran Paradigma Pengelolaan Kawasan Konservasi : Sebuah Wacana Barn dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi. Media Konservasi Volume VIU No. 3. Desernber 2003 :87 - 93. 2005. Pengelolaan Kawasan Konservasi Sebagai Benteng Terakhir Konsewasi Sumberdaya Alam Hayati : Sebuah Tuntutan Pergeseran Paradigma Pengelolaan Kawasan Konservasi di Era Otonomi Daerah. Di dalam: Haemman H, editor. Prosiding Seminar Nasional ; Bogor, 11 Juni 2005. Bogor: Faku1tas Kehutanan IPB. Sukandi T. 2000. Meningkatkan Peran Serta Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata Alam yang Berkelanjutan. Di dalam: Santoso 0, editor. Pariwisata Indonesia Menglmdapi Abad XU.Bandung: Pusat Penelitian Kepariwisataan Lernbaga Penelitian ITB. Susanto S, Suprapto. 2005. Inventarisasi Potensi. Di dalam: Rahardjo B, editor. Ekof~rrismeBerbmis Masyarakal Pengelolmn Sumher Daya Alam. Bogor: Pustaka Latin. Suwamo, Kuswoto. 2005. Membangun PemahamadPengenalan Konsepsi CBE. Di dalam: Rahardjo B, editor. Ekorurisme B e r b a ~ iMasyarakd .~ Pengelolm Sumher D q a Alam. Bogor: Pustaka Latin. [WAPJL] Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan. 2003. Pedoman Rencana Pengembangan Pariwisata Alam Nasional di Kawasan Hutan. Jakarta: Direktorat WAPJL Departemen Kehutanan.
Tabel Internal Factors Analysis Summary (IFAS) pengembangan wisata alam berbasis mssyarakat
No. Fakcor strategi internal A Kekuatan (S) 1 . Adanya ketergantungan masyarakat sekitar terhadap sumberdaya kawasan
2. Persepsi masyankat yang positif mengenai konservasi 3. Persepsi masyankat yang positif mengenai wisata yang 1estarikrkeIanjutan 4. Adanya dukungan masyarakat terhadap pengembangan wisata alam di kawasan TNGM 5. Keinginan masyarakat untuk berpartisipasi 6. Adanya partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata alam 7. Adanya kehidupan masyarakat yang masih tradisional di sekitar kawasan TNGM DIY 8. Adanya keyakinan masyarakat terhadap G. Merapi (G.Merapi bukan suatu ancaman tapi pembawa berkah) 9. Adanya budaya khas berupa gotong royong di masyarakat 10. Lebih dari 50% masy&t sekitar merupakan penduduk asli
11. Masyarakat usia produhtif cuhup banyak 12. Adanya motivasi ekonorni bagi masyaralat tcrhadap pengembangan wisata alam di TNGM 13. Kepatuhan terhadap tokoh masyarakat tectentu
Jumlah B Kelemahan (W) 1. Kesempatan pengambilan keputusan oleh masyarakat masih rendah 2. Partisipasi masyarakat cenderung- bersifat pelaksanaan belum pads tat= perencanam dan evaluasi 3. Masih adanya sikap kontra dari masyarakat terhadap pembentuk& 4. Kemampuan modal masyarakat masih rendah Jumlah Total
TNGM
Bobot Rating Skor
Kode
Tabel EksfernalFactors Analysis Summary (EFAS) pengembangan wisata alam berbasis masyarakat Bobot Rating Skor No. Faktor straegi external A. Pelueng (0) 1. Adanya hubungan kerjasama antara Balai TNGM dan instansi terkait dengan melibatkan masyarakat 0,08 3 0,23 2. Adanya dukungan kebijakan Balai TNGM terhadap 0,08 4 0,31 pengembangan wisata alam dan partkipasi masyarakat 3. Adanya dukungan kebijakan pemerintah di tingkat pusat mengenai pemanfaatan wisata alam di zona pemanfaatan taman nasional dan partisipasi masyarakat 0,06 4 0,25 4. Adanya dukungan kebijakan pemerintah di tingkat regional (Pemda) terhadap pengembangan wisata alam dan pariwisata 0,08 4 0,31 berbasis masyarakat 5. Adanya organisasi masyarakat yang bergerak di bidang liigkungan hidup 6. Inhstruktur yang cukup memadai 7. Beberapa organisasi wisata di sekitar kawasan TNGM 8. Obyek daya tarik wisata di kawasan TNGM yang khas 9. Adanya institusi swasta yang mengelola kegiatan ekowisata dengar? a..e!ibztk= masyarakat 10. Potensi sumberdaya alam lokal berupa kebun bambu yang belum tergarap I I. Adanya obyek wisata altematif di Provinsi DIY Jumlab B. Aneaman (T) 1. Gunung Merapi dapat meletus sewaktu-waktu 2. Kurangnya kemampuan pelaku wisata alam 3. Adanya LSM yang kontraterhadap pembentukan TNGM 4. Belum ada dukungan dana yang dapat menjamin kelangsungan usaha yang berkelanjutan Jumiab Total
0,08 0,09 0,06 0,08 1,00
Kode
01 02
03
04
2
0.08 TI 0.09 T2 0.13 n
2
0,16
1 1
0,45
2,72
T4
KIJESIONER PENELITIAN Petunjuk Pengisian : Untuk pertanyaan isian, tulislah jawaban anda di tempat yang disediakan (.......). Untuk pertanyaan pilihan, berilah tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan keadaan anda Cjawaban boleh lebih dari satu) dan untuk pertanyaan terpandu jawaban bebas. A. KHARAKTERlSTIK RESPONDEN 1) Umur :............................................................................................ Tahun 2) Jenis Kelarnin :Lelaki I perempuan 3) Desa tempat tinggal : .................................................................................. Dusun : ........................................................................................................ 4) Tingkat pendidikan : Tidak tamat SD I SD / SLTP / SLTA 1lainnya sebutkan ........................... 5) Pekerjaan : Petani pemilik / bumh tani I pedagang I pegawai 1tukang 1 ....................... 6 ) pendapatan Rp ...................................................................... per bulan 7) Status kependudukan : Asli I pendatang
B. PERSEPSI MENGENAI WISATA ALAM LESTARVBERKELANJUTAN 1. Menumt anda, apa saja yang h m s dilestarikan di kawasan hutan Gunung Merapi? a Keindahan alam b. Keanekaragaman tumbuhan c. Keanekaragaman satwa d. Kebudayaan lokal e. Lainnya ....................................................................................................
2. Apakah anda sependapat bahwa kegiatan pariwisata yang dikembangkan di kawasan hutan Gunung Merapi hams memperhatikan aspek kelestarian hutan? a Sangat sependapat b. Sependapat c. Tidak berpendapat d. Kurang sependapat e. Tidak sependapat
3. Menurut anda kegiatan wisata seperti apa yang dapat menjamin kelestarian hutan Gunung Merapi? a Pengenalan jenis tumbuhan dan hewan b. Penelitian c. trekking untuk tujuan mengamati alam d. Pendakian gunung dengan jumlah personil terbatas e. Laim~ya.................................................................................................... 4. Apa yang hams dilakukan agar kegiatan wisata yang dapat menjamin
kelestarian hutan dapat terlaksana dengan baik? a. Adanya pembatasan jumlah pengunjung b. Kegiatan wisata yang bersifat merusak dihindarkan c. Melibatkan masyarakat dalam pengelolaan wisata d. Adanya dukungan pemerintah sebagai fasilitator e. Laimya .................................................................................................... 5 . Menurut anda bentuk pelayanan dan fasilitas wisata seperti apa yang dapat
mendukung kegiatan wisata yang dapat menjamin kelestarian kawasan hutan Merapi? a. Bangunan dengan bahan yang alami seperti kayu b. Bangunan permanen dengan jumlah yang tidak terlalu banyak, karena dapat mengganggu kenyamanan hewan dan kerusakan tumbuhan c. Adanya interpreter (pemandu) yang dapat memberikan penjelasan mengenai kegunaan suatu jenis tumbuhan dan informasi mengenai keberadaan suatu jenis sahrra d. Adanya homestay (penginapan) dan makanan tradisional yang dapat memberikan nuansa alami pada pengunjung e. Lainnya .................................................................................................... C. PARTISlPASl DAN KEINGINAN MASYARAKAT I. Apakah anda telah berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam di kawasan TNGM DIY? Jika Ya, dalam bentuk apa dan apa alasannya? Jika belum, apa alasannya dan apakah ada keinginan untuk berpartisipasi? 2. Apakah anda mendukung pengembangan wisata alam di kawasan TNGM DIY? Apa alasannya? 3. Apa saja keinginan-keinginan anda terkait dengan pengembangan wisata alam di kawasan TNGM? 4. Menurut anda apakah ada darnpak dari kegiatan wisata alam di kawasan TNGM DIY?