Program Studi D IV Kebidanan Skripsi, Agustus 2014 Novita Fitri Maysarah 030112b053 Hubungan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dan bedside teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen xii+ 71 hal + 5 tabel + 11 lampiran INTISARI Bimbingan klinik salah satu komponen penting dalam memaksimalkan potensi pendidikan kebidanan. Bimbingan klinik dikatakan berkualitas apabila dapat menciptakan kepercayaan diri, pengalaman serta memberikan pengetahuan mengenai kejelasan peran bidan secara professional. Kualitas bimbingan klinik dalam lingkungan praktik sangat mempengaruhi tingkat kepuasan belajar dan berpengaruh pada kinerja mahasiswa di lahan praktik (Azizah dan Ropyanto, 2012).ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam praktik klinik salah satunya adalah metode bimbingan yang digunakan antara lain konferensi dan bedside teaching. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dan bedside teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik. Penelitian ini menggunakan diskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa kebidanan yang melaksanakan praktik yang berjumlah 30 orang. Tehnik samplingnya menggunakan total sampling sebanyak 30 orang. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah kolmogorov-smirnov dengan nilai α = 0,05. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov tentang metode konferensi dengan tingkat kepuasan mahasiswa menunjukkan nilai ρ = 0,951< α = 0,05 yang menunjukkan bahwa Tidak ada hubungan yang signifikan. Untuk metode bedside teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa diketahui nilai p value 0,997> α = 0,05 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dan bedside teaching dengan kepuasan mahasiswa praktik. Kepuasan mahasiswa dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya dari faktor karakter individu yang berbeda-beda, kemampuan komunikasi pembimbing klinik, kemampuan interpersonal, perilaku mengajar pembimbing dan juga lingkungan klinik. Kata Kunci : metode konferensi, metode bedside teaching, tingkat kepuasan mahasiswa Pustaka : 21 Pustaka (2001 s/d 2013)
Hubungan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dan bedside teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen
1
Ngudi Waluyo School of Health Unggaran Diploma IV of Midwifery Study Program Final Assignment, August 2014 Novita Fitri Maysarah 030112b053 The Relationship between Clinica Counseling Using Conference Method and Bedside Teaching Method with Satisfaction Levels of Practice Students at Sragen Hospital xii + 71 page + 5 table + 11 appendices ABSTRACT Clinical counseling is an important component in maximizing the potential of midwifery education. Clinical counseling is categirized as qualified if it can create self-confidence, experiences and knowledge about the roles of professional midwives clearly . The quality of clinical counseling in the practice environment greatly affects the satisfaction rate of students’ learning and performance in the practice field (Azizah and Ropyanto, 2012) .There are several factors that affect the success in clinical practice, one of which is the counseling methods used such as conference and bedside teaching. The purpose of this study is to determine the relationship with conferences method and bedside teaching method with satisfaction levels of students practicing at Sragen hospital. This study used a descriptive corelation with cross sectional approach. The population in this study was all midwivery students who were in the practice field, as many as 30 people. Sampling technique used total sampling to 30 people. The analysis used in this study was the Kolmogorov-Smirnov with value of α = 0.05 Based on the results of bivariate analysis by using the Kolmogorov-Smirnov test on the conference method showed the level of students’ satisfaction with the p value = 0.951 <α = 0.05 which showed no significant relationship. For bedside teaching method showed the levels of students’ satisfaction by p value 0.997> α = 0.05, which meant no significant relationship. The conclusion of this study was that there was no relationship between the clinical counseling through conference and bedside teaching methods with students’ satisfaction in the practice field. Students satisfaction is influenced by several factors, such as different individual characteris the communication ability of, clinical instructors, interpersonal skills, teaching behavior of the instructors and clinic’s environment. Keywords: conference method, bedside teaching method, level of student’s satisfaction References: 21 (2001 s / d 2013) PENDAHULUAN Latar Belakang Pendidikan tenaga kesehatan bertujuan untuk menghasilkan tenaga kesehatan dalam jumlah, jenis dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan upaya pelayanan kesehatan. Untuk memenuhi jumlah dan jenis tenaga kesehatan sudah terealisasikan dengan telah banyak lembaga penyelenggara pendidikan tenaga kesehatan
salah satunya pendidikan kebidanan (Karminingsih, 2001). Pendidikan kebidanan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susunan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya sebagai bidan yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, pengetahuan serta ketrampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara dalam
Hubungan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dan bedside teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen
2
mengembangkan kemampuannya sebagai care provider, communicator, community leader (IBI, 2012). Proses pendidikan kebidanan tidak hanya berfokus pada pendidikan di akademik akan tetapi ini dilaksanakan juga praktik klinik dilapangan. praktik klinik bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan ilmu yang dipelajari dikelas (Pada tahap akademik) ke keadaan nyata guna mendapatkan pengalaman nyata untuk mencapai kemampuan profesional ( intelektual, teknikal dan interpersonal) (Nursalam, 2002). Berdasarkan studi pendahuluan dilakukan di RSUD Sragen yang mempunyai peran ganda yaitu sebagai tempat pelayanan kesehatan serta sebagai wahana pendidikan bagi mahasiswa di bidang kesehatan. Studi pendahuluan dilakukan terhadap 8 mahasiswa praktik didapatkan bahwa 5 dari 8 mahasiswa mengungkapkan bahwa bimbingan yang mereka dapatkan kurang dari harapan mereka. Salah seorang mahasiswa beranggapan bahwa terkadang pembimbing klinik kurang ramah dalam menyampaikan bimbingannya. Kepuasan mahasiwa terhadap bimbingan klinik dapat meningkatkan motivasi mahasiswa terhadap tingkat pencapaian kompetensi dan juga dapat meningkatkan rasa percaya diri dalam memberikan asuhan kepada pasien secara langsung. Dalam memberikan bimbingan, metode yang sering digunakan adalah konferensi dan bedside teaching. Berdasarkan hal diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubunga Bimbingan Klinik dengan Metode Konferensi dan Bedside Teaching Dengan Tingkat Kepuasan Mahasiswa Praktik di RSUD Sragen”. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :“ Apakah ada Hubungan Bimbingan Klinik dengan Metode Konferensi dan Bedside Teaching dengan Tingkat Kepuasan Mahasiswa Praktik di RSUD Sragen?
Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara metode bimbingan klinik konferensi dan bedside teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen. Tujuan Khusus : 1) Untuk mengetahui gambaran metode bimbingan klinik konferensi di RSUD Sragen. 2) Untuk mengetahui gambaran metode bimbingan klinik bedside teaching di RSUD Sragen. 3)Untuk mengetahui gambaran tingkat kepuasan mahasiswa dalam praktik. 4) Untuk mengetahui hubungan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik. 5) Untuk mengetahui hubungan antara bimbingan klinik dengan metode bedside teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik Manfaat 1. Bagi Mahasiswa : Mahasiswa dapat memperoleh bimbingan klinik secara spesifik dan menumbuhkan rasa percaya diri dalam melaksanakan perasat kepada klien. 2. Clinical instructor (CI) : Clinical instructor (CI) dapat mengetahui kepuasan mahasiswa atas bimbingan klinik yang telah diberikan dan dapat meningkatkan kualitas bimbingan klinik. 3. Bagi Rumah Sakit : a) Untuk mengetahui kualitas bimbingan klinik dalam memberikan bimbingan kepada mahasiswa yang praktik di RSUD Sragen b) Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak rumah sakit untuk meningkatkan kualitas bimbingan klinik sehingga dapat meningkatkan kepuasan terhadap mahasiswa bimbingan . 4. Bagi Peneliti : Menambah pengetahuan dan Sebagai pengalaman belajar serta bahan informasi atau masukan untuk penelitian selanjutnya.
Hubungan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dan bedside teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen
3
KERANGKA KERJA PENELITIAN
Kerangka Teori
Faktor yang mempengaruhi kepuasan mahasiswa: 1. Domain personal 2. Domain interpersonal 3. Domain organisasi
Metode bimbingan klinik 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Eksperensial Penyelasaian Konferensi Observasi Bedside teaching Ronde keperawatan
Tingkat
kepuasan
mahasiswa: 1. Tangible (berwujud) 2. Reliability (andal) 3. Responsiveness (daya tanggap) 4. Assurance (jaminan) 5. Empathy (perhatian)
Gambar 3.1 Kerangka Teori (Ahnan, 2007), (Firmansyah, 2012), (Nursalam, 2011), (Zeithaml, Parasuraman, dan Berry, 1990),
Kerangka Konsep Variable independent
Variable dependent
Bimbingan Klinik dengan Metode konferensi Tingkat Kepuasan Bimbingan Klinik dengan Metode bedside teaching
Mahasiswa Praktek klinik
Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian
Hubungan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dan bedside teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen
4
Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pertanyaan penelitian (Notoatmodjo, 2002). Berdasarkan pada kerangka konsep, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktek klinik. 2. Ada hubungan antara bimbingan klinik dengan metode bedside teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktek klinik.
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian ( Hidayat, 2007). Metode penelitian yang digunakan adalah diskriptif korelasi yaitu penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau kelompok subjek. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2010). Populasi dan Sampel 1. Populasi : Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa DIII kebidanan yang sedang melaksanakan praktik klinik di RSUD Sragen. Pada bulan Juli 2014 jumlah mahasiswa DIII kebidanan yang melaksanakan praktek sejumlah 30 mahasiswa. 2. Sampel : Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2013). Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa DIII kebidanan yang praktek di RSUD Sragen dan mendapatkan metode bimbingan konferensi dan bedside teaching. Tempat Penelitian dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di RSUD Sragen pada tanggal 18-19 Juli 2014. Alat Pengumpulan Data 1. Sumber Data Penelitian ini menggunakan 2 jenis data : a. Data Primer Alat pengumpulan data primer adalah kuesioner yang disebarkan kepada responden untuk mengetahui tingkat kepuasan responden terhadap metode bimbingan klinik konferensi dan metode bed side teaching . b. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini berupa data jumlah mahasiswa yang sedang melakukan praktek klinik di RSUD Sragen. 2. Alat dan Metode Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian yaitu kuesioner. Menurut Notoatmodjo (2010) kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau memberikan tanda-tanda tertentu. 3. Intrumen penelitian Instrumen penelitian adalah alatalat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan keusioner. Jenis kuesioner yang digunakan yaitu bersifat tertutup yaitu reponden diberi pertanyaan yang jawabanya sudah ditentukan, diajukan secara tertulis kepada responden untuk memberi jawaban
Hubungan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dan bedside teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen
5
Kisi-kisi intrumen Variabel Indikator penelitian Metode 1. Penjelasan karateristik konferensi ruang, staf dan tim kesehatan lain 2. Persiapan peserta untuk memberi asuhan 3. Penerapan prinsip diskusi 4. Meberi Tempat diskus khusus 5. Membahas perkembangan pasien 6. Membagi pasien 7. Menyiapkan kasus baru 8. Mengajukan pertanyaan tentang keakuratan pengkajian kemampuan 9. Menilai peserta didik dalam Mengevaluasi perkembangan klien 10. Menilai peserta didik dalam Menyiapkan praktik 11. Mengklarifikasi penyebab kecemasan peserta didik 12. Kemampuan menulis diagnosa Metode 1. Bimbingan disamping bedside tempat tidur pasien teaching 2. Mengajarkan ketrampilan prosedural 3. Komunikasi langsung dengan pasien 4. Jumlah peserta didik < 6 orang 5. Waktu pelaksanaan 6. Mengkaji pemahaman peserta didik 7. Demontrasi saat mengalami kesulitan dan tindakan yang belum pernah didapatkan sebelumnya 8. Pembagian kasus sesuai target atau kompetensi 9. Memberikan kesempatan dalam menerapkan ketrampilam 10. Menerapkan kemampuan
Item soal 1
Jumlah pertanyaan 13 soal
2,3 4 5 6 7 8 9
10
11 12 13 1
12 soal
2 3 4 5 6 7,8
9 10
11
Hubungan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dan bedside teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen
6
Kepuasan mahasiswa
interpersonal 11. Koordinasi dengan staf kesehatan yang lain 5 dimensi penilaian : Tangible (ketampakan fisik) Reliability (keandalan dalam memberi bimbingan klinik) Responsiveness (daya tanggap) Assurance (jaminan) Empathy (perhatian)
UJI VALIDITAS Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu bener-benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur, maka perlu di uji dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiapitem (pertanyaan) dengan skors total kuesioner tersebut ( Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini yang diukur adalah metode bimbingan klnik konferensi dan bedside Teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktek di RSUD Sragen. Uji validitas dilakukan di RSUD Simo Boyolali pada tanggal 12 Juli 2014 dengan sampel 20 responden mahasiswa kebidanan. Berdasarkan hasil uji validitas dilakukan dari 3 kuesioner, kuesioner tentang bimbingan klinik dengan metode konferensi yang terdiri dari 15 pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti terdapat 2 pertanyaan yang tidak memiliki syarat validitas yaitu pertanyaan nomor 4 dengan nilai (0, 440) dan pertanyaan nomor 10 dengan nilai (0, 361). Kuesioner kedua tentang bimbingan klinik dengan metode Bedside Teaching yang terdiri dari 15 pertanyaan terdapat 3 pertanyaan yang tidak memiliki syarat validitas yaitu pertanyaan nomor 3 dengan nilai (0, 109) , pertanyaan nomor 7 dengan nilai (0, 157). Dan nomor 15 dengan nilai (0,290). Kuesioner tentang kepuasan mahasiswa praktek terdiri dari 15 pertanyaan terdapat 2 petanyaan yang tidak memiliki syarat validitas yaitu pertanyaan nomor 3 dengan nilai (0,401) dan pertanyaan nomor 15 dengan nilai (0,200). UJI RELIABILITAS
12 13 soal 1,2 3,4,5 6,7,8 9,10,11 12,13
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010). Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai alpha Crombach pada kuesioner bimbingan klinik dengan metode konferensi sebesar 0, 886, kuesioner bimbingan klinik dengan metode bedside Teaching didapatkan sebesar 0,811 dan kuesioner kepuasan mahasiswa praktik didapatkan sebesar 0,850. Dari ketiga kuesioner didapatkan nilai alpha Crombach lebih besar dari 0,6 sehingga instrumen tersebut dinyatakan reliabel. PROSES PENGUMPULAN DATA Proses pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti dengan cara membagi kuesioner atau suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir yang diajukan untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). a. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Peneliti mengajukan surat permohonan izin kepada Prodi D4 Bidan Pendidik STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. 2) Mengajukan surat izin ke bagian Diklat RSUD Sragen 3) Setelah mendapatkan izin dari Diklat RSUD Sragen, maka selanjutnya peneliti mengajukan ijin di bangsal yang dijadikan tempat penelitian yaitu bangsal cempaka, perinatologi dan poliklinik obgyn.
Hubungan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dan bedside teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen
7
4) Kemudian melaksanakan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 1819 Juli 2014 terhadap 30 responden mahasiswa kebidanan. 5) Penelitian dilakukan dengan menemui setiap mahasiswa yang sedang melaksanakan praktik di bangsal cempaka, bangsal perinatologi dan bangsal poliklinik kebidanan. 6) Di bangsal poliklinik kebidanan pengumpulan data dilakukan setelah mahasiwa selesai melaksakan pelayanan kepada pasien. Sedangkan untuk bangsal cempaka dan bangsal perinatologi dilakukan saat mahasiswa pada waktu senggang dan pada saat pergantian shif. 7) Mengajukan surat persetujuan menjadi responden, setelah responden menyetujui lembar persetujuan tersebut kemudian peneliti memberikan penjelasan kepada responden untuk menjawab kuesioner. 8) Setelah responden selesai menjawab kuesioner, peneliti memeriksa kembali kelengkapan jawaban yang telah diisi oleh responden. 9) Setelah kuesioner terkumpul maka selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data. Etika Penelitian a. Informed consent Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Infomed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Apabila responden bersedia, maka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut (Hidayat, 2007). a. Anonimity (tanpa nama) Masalah etika merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2007). b. Kerahasiaan (confidentiality) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007). Pengolahan Data Menurut Notoatmodjo, (2010) pengolahan data penelitian ini diolah dengan tahaptahap berikut: 1. Editing Hasil wawancara atau angket yang diperoleh melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut: a. Apakah lengkap, dalam arti semua pertanyaan sudah terisi b. Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas atau terbaca c. Apakah jawabannya relevan dengan pertanyaan d. Apakah jawaban-jawaban pertanyaan konsisten dengan jawaban pertanyaan yang lainnya Apabila ada jawaban-jawaban yng belum lengkap, kalau memungkinkan perl dilakukan pengambilan data ulang untuk melengkapi jawaban-jawaban tersebut. Tetapi apabila tidak memungkinkan, maka pertayaan yang jawabanya tidak lengkap tersebut tidak
Hubungan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dan bedside teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen
8
diolah stau pengolahan.
dimasukan
dalam
2. Scoring Pada kegiatan ini penilaian data dengan memberikan skor pada pertanyaan yang diberikan kepda responden. Pada kuesioner metode bimbingan klinik konferensi dan bedside teaching jawaban selalu diberi skor 4, sering diberi skor 3, kadang-kadang diberi skor 2 dan tidak pernah diberi skor 1. Sedangkan pada kuesioner kepuasan jawaban puas diberi skor 1 dan tidak puas diberi skor 0. 3. Coding Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat ataui huruf menjadi data angka atau bilangan. Coding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukan data (data entry).pengkodean dilakukan pada metode konferensi dan bedside teaching pada kategori kurang dengan kode 1, cukup kode 2 dan baik kode 3. Sedangkn untuk tingkat kepuasan pada tingkat kepuasan rendah dengan kode 1, sedang kode 2 dan tinggi kode 3. 4. Memasukan data (data entry) Entry data yaitu jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode dimasukan kedalam program atau software komputer. Penelitian ini menggunakan SPSS untuk entry data. 5. Pembersihan data (cleaning) Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasuka, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data. Analisis Data Setelah data diolah kemudian dianalisis, analisis data dilakukan uutuk menjawab
atau membuktikan diterima atau ditolak hipotesis yang telah ditegakkan. Analisis data dalam penelitian ini akan digunakan: 1. Analisis univariat Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan dari masing-masing variabel terikat yaitu tingkat kepuasan mahasiswa praktek. Pada kategori peringkasan data lainnya menggunakan distribusi frekuaensi dengan ukuran presentasi (Notoatmodjo, 2010) P 100 Keterangan: P: persentase yang dicari f: Frekuensi jawaban responden untuk setiap pertanyaan yang ada n: Jumlah responden 2. Analisis bivariat Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Analisis bivariat ini berfungsi untuk mencari hubungan antara variabel. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis Chi-Square. Apabila setelah dilakukan analisis terdapat nilai ekspektasi yang lebih dari 20% maka akan menggunakan uji alternatif yaitu uji Kolmogorov-Smirnov. Uji KolmogorovSmirnodigunakan digunakan untuk mengetahui hubungan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dan bedside teaching dengan tungkat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen dengan hasil pada metode konferensi nilai p-value 0.951 > α (0,05) maka Ho diterima sehingga didapatkan kesimpulan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik. Sedangkan untuk metode bedside teaching didapatkan nilai p-value 0.997 > α (0,05) maka Ho diterima dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara bimbingan klinik dengan metode bedside teaching
Hubungan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dan bedside teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen
9
dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian tentang hubungan bimbingan klinik dengan metode konferensi dan bedside teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen. Penelitian dilakukan pada tanggal 18-19 Juli 2014 dengan menggunakan sampel 30 responden. Hasil dari penelitian ini disajikan sebagai barikut. ANALISA UNIVARIAT 1. Gambaran metode bimbingan klinik konferensi di RSUD Sragen Tabel 5.1 Distribusi frekuensi bimbingan klinik dengan metode konferensi di RSUD Sragen Persentase Kategori frekuensi (%) Kurang 9 30 Cukup 13 43,3 Baik 8 26,7 Total 30 100 Berdasarkan tabel 5.1 dari 30 responden bimbingan klinik dengan metode konferensi yang masuk dalam kategori cukup sejumlah 13 responden (43,3%) lebih besar dibandingkan dalam kategori baik sejumlah 8 responden (26,7) dan kategori kurang sejumlah 9 responden (30%). 2.
Gambaran metode bimbingan klinik bedside teaching di RSUD Sragen Tabel 5.2 Distribusi frekuensi bimbingan klinik dengan metode bedside teaching di RSUD Sragen Persentase Kategori frekuensi (%) Kurang 10 33,3 Cukup 14 46,7 Baik 6 20 Total 30 100 Berdasarkan tabel 5.2 dari 30 kategori baik sejumlah 6 responden (20%) responden bimbingan klinik dengan metode dan kategori kurang sejumlah 10 responden bedside teaching yang masuk dalam (33,3%). kategori cukup sejumlah 14 responden (46,7%) lebih besar dibandingkan dalam 3. Gambaran tingkat kepuasan mahasiswa dalam praktik di RSUD Sragen Tabel 5.3 Distribusi frekuensi tingkat kepuasan mahasiswa dalam praktik di RSUD Sragen Persentase Kategori frekuensi (%) Rendah 9 30 Sedang 16 53,3 Tinggi 5 16,7 Total 30 100 Berdasarkan tabel 5.3 dari 30 tingkat kepuasan dalam kategori tinggi responden, tingkat kepuasan responden sejumlah 5 reponden (16,7%) dan kategori dalam kategori sedang sejumlah 16 rendah sejumlah 9 responden (30%). responden (53,3%) lebih besar dari pada
Hubungan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dan bedside teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen
10
Analisa Bivariat 1. Hubungan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen Tabel 5.4 Hubungan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen Tingkat kepuasan Kolmo PgorovRendah Total Metode Sedang Tinggi smirno value konferensi v F % F % f % F % Kurang 4 44,4 5 55,6 0 0 9 100 0,518 0,951 Cukup 3 23,1 6 46,2 4 30,8 13 100 Baik 2 25,0 5 62,5 1 12,5 8 100 Total
9
30
1 6
53,3
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui dari 9 responden bimbingan klinik dengan metode konferensi dalam kategori kurang yang mengalami tingkat kepuasan sedang sebanyak 5 responden (55,6%) lebih besar dibandingkan dengan kategori rendah sebanyak 4 responden (44,4%). Sedangkan dari 13 responden bimbingan klinik dengan metode konferensi dalam kategori cukup yang mengalami tingkat kepuasan sedang sebanyak 6 responden (46,2%) lebih besar dibandingkan dengan tingkat kepuasan rendah sebanyak 3 responden (23,1%) dan tingkat kepuasan tinggi sebanyak 4 responden (30,8%). Dan dari 8 responden
2.
5
16,7
30
100
responden bimbingan klinik dengan metode konferensi dalam kategori baik yang mengalami tingkat kepuasan sedang sebanyak 5 responden (62,5%) lebih besar dibandingkan tingkat kepuasan rendah sebanyak 2 responden (25,0%) dan tingkat kepuasan tinggi sebanyak 1 responden (12,5%). Berdasarkan uji Kolmogorov-smirnov didapatkan nilai dengan P-value0,951. Oleh karena P-value0,951 = > α (0,05), maka Ho diterima. Dan disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen.
Hubungan antara bimbingan klinik dengan metode bedside teaching dengan tingakat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen Tabel 5.4 Hubungan antara bimbingan klinik dengan metode bedside teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen Metode Tingkat kepuasan Total Kolm Pbedside Rendah Sedang Tinggi ogoro value teaching vsmirn ov F % f % F % F % Kurang 4 40,0 4 40,0 2 20,0 10 100 0,398 0,997 Cukup 3 21,4 9 64,3 2 14,3 14 100 Baik 2 33,3 3 50,0 1 16,7 6 100 Total 9 30 1 53,3 5 16,7 30 100 6
Hubungan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dan bedside teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen
11
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui dari 10 responden bimbingan klinik dengan metode bedside teaching dalam kategori kurang yang mengalami tingkat kepuasan rendah dan sedang sebanyak 4 responden (40,0%), lebih besar dibandingkan dengan tingkat kepuasan tinggi sebanyak 2 responden(20,0%). Sedangkan dari 14 responden bimbingan klinik dengan metode bedside teaching dalam kategori cukup yang mengalami tingkat kepuasan sedang sebanyak 9 responden (64,3%), lebih besar dibandingkan tingkat kepuasan rendah sebanyak 3 responden (21,4%) dan tingkat kepuasan tinggi sebanyak 2 responden (14,3%). Dan dari 6 responden responden bimbingan klinik dengan metode bedside teaching dalam kategori baik yang mengalami tingkat kepuasan sedang sebanyak 3 responden (50,0%) lebih besar dibandingkan tingkat kepuasan rendah sebanyak 2 responden (33,3%) dan tingkat kepuasan tinggi sebanyak 1 responden (16,7%). Berdasarkan uji Kolmogorov-smirnov didapatkan nilai dengan P-value0,997. Oleh karena P-value0,997 = > α (0,05), maka Ho diterima. Dan disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara bimbingan klinik dengan metode bedside teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen.
atau penyelesaian masalah oleh minimal dua orang. Keuntungan metode ini digunakan adalah peserta didik menjadi lebih aktif. Ada beberapa prinsip dalam melakukan diskusi atara lain memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengutarakan pendapat, mengespresikan perasaan, mengklarifikasi tindakan rasional yang telah dilakukan peserta didik untuk mengemukakan usulan perbaikan yang dapat diterapkan pada hari selanjutnya (Nursalam, 2011). 2.
PEMBAHASAN Analisi Univariat 1. Gambaran bimbingan klinik dengan metode konferensi di RSUD Sragen Dari hasil penelitian, dari 30 reponden didapatkan bahwa bimbingan klinik dengan metode konferensi yang masuk dalam kategori cukup sejumlah 13 responden (43,3%) lebih besar dibandingkan dalam kategori baik sejumlah 8 responden (26,7) dan kategori kurang sejumlah 9 responden (30%). Menurut Susilo (2011) diskusi merupakan suatu proses pertukaran informasi, mempertahankan pendapat
3.
Gambaran bimbingan klinik dengan metode bedside teaching di RSUD Sragen. Hasil penelitian bimbingan klinik dengan metode bedside teaching dalam kategori cukup sebanyak 14 responden (46,7%). Metode bedside teaching merupakan metode mengajar kepada peserta didik. Aktivitas ini dilakukan disamping tempat tidur pasien, dan meliputi kegiatan mempelajari kondisi pasien dan asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien. Dalam melakukan bimbingan klinik dengan metode bedside teaching ini mahasiswa dapat menerapkan ketrampilan teknik prosedural dan interpersonal secara langsung kepada pasien sesuai dengan kompetensi. Namun metode bedside teaching ini belum maksimal karena kurangnya persiapan sebelum dilakukan metode bedside teaching yaitu tidak adanya kegiatan diskusi yang dilakukan oleh pembimbing klinik pada awal maupun pasca demontrasi. Hal tersebut dikarenakan waktu pembimbing klinik yang terbatas sehingga tidak bisa secara rutin pembimbing klinik memberikan bimbingan klinik dengan metode bedside teaching ini. Gambaran tingkat kepuasan mahasiswa di RSUD Sragen Hasil penelitian dari 30 responden, tingkat kepuasan responden dalam kategori sedang sejumlah 16 responden (53,3%) lebih besar dari
Hubungan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dan bedside teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen
12
pada tingkat kepuasan dalam kategori tinggi sejumlah 5 reponden (16,7%) dan kategori rendah sejumlah 9 responden (30%). Hasil penelitian tingkat kepuasan mahasiswa dalam kategori cukup sebanyak 16 responden (53,3%) yang termasuk dalam pemenuhan dimensi responsiveness. Hal tersebut disebabkan kurangnya dukungan pembimbing klinik dalam masalah dan kecemasan yang dialami oleh mahasiswa. Pembimbing klinik masih kurang tanggap dalam merespon keluhan mahasiswa. Menurut azizah dan ropyanto (2012) menyebutkan bahwa ketanggapan pembimbing klinik dalam proses bimbingan dapat digunakan dalam mengidentifikasi keberhasilan proses bimbingan klinik. Pembimbing klinik yang tanggap terhadap masalah mahasiswa akan menciptakan hubungan yang kuat dalam proses bimbingan, sehingga bimbingan klinik yang berkualitas akan tercapai. Hasil penelitian dalam pemenuhan dimensi tangible sebagian besar mahasiswa menyatakan puas terhadap fasilitas yang ada dirumah sakit salah satunya ruang yang digunakan untuk bimbingin akan tetapi tidak semua bangsal memiliki ruang untuk bimbingan. Dalam pemenuhuan dimensi reliability pembimbing klinik dalam melakukan bimbingan sesuia dengan jam kerja. Akan tetapi untuk memberikan bimbingan disesuaikan dengan kelonggaran pembimbing klinik. Sedangkan dalam pemenuhan dimensi assurance. Mahasiswa menyatakan puas tehadap pemenuhan dimensi tersebut hal itu dikarenakan seorang pembimbing klinik memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam pelayanan yang sesuai dengan harapan mahasiswa. Pemenuhan dalam dimensi empathy mahasiswa meyatakan puas kemudahan dalam komunikasi kepada pembimbing klinik. Analisis Bivariat
1. Hubungan antara brimbingan klinik dengan metode konferensi dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik Berdasarkan penelitian yang dilakukan ekawati menyebutkan bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi tingkat kepuasan mahasiswa selain metode bimbingan yaitu akses atau jangkauan pelayanan pendidikan, hubungan antar manusia, kenyamanan, kenikmatan, keamanan pelayanan atau bimbingan, akses atau jangkauan pelayanan pendidikan, efisiensi pelayanan dan kenikmatan serta informasi yang diberikan kepada mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.4 tentang hubungan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dengan tingkat kepuasan mahasiwa yang telah dilakukan dari 30 responden yang merasakan tingkat kepuasan dalam kategori sedang sebanyak 16 rsponden (53,3%) yang menyatakan bahwa metode konferensi dalam kategori kurang dan baik sebanyak 5 responden (55,6%), dalam kategori cukup sebanyak 6 (46,2%). Hal tersebut dikarenakan bimbingan yang dilakukan kurang maksimal yang ditandai dengan prinsip diskusi yang dilaksanakan masih kurang sehingga mahasiswa kurang dalam memberikan pendapat saat diskusi serta tidak adanya ruang khusus untuk melakukan diskusi. Metode Konferensi merupakan diskusi kelompok tentang beberapa aspek praktik klinik yang tujuannya adalah menyelesaikan masalah. Dengan metode ini peserta didik mampu mengemukakan pendapat dalam menyelesaikan masalah dan segera dapat menerima umpan balik dari kelompok atau pembimbing, diskusi tentang hal yang menjadi kepedulian dan isu yang terkait dengan praktik klinik dan penyelesaian masalah oleh disiplin yang lain (Prabowo, Dkk, 2013). 2. Hubungan antara bimbingan klinik dengan metode bedside teaching
Hubungan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dan bedside teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen
13
dengan stingkat kepuasan mahasiswa praktik Menurut Firmansyah (2012) menyebutkan bahwa tatap muka antara pembimbing klinik dengan mahasiswa yang lebih sering dan pemberian umpan balik yang membantu oleh pembimbing juga akan meningkatkan kepuasan mahasiwa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan mahasiswa yang dibagi menjadi 3 domain yiatu domain personal, domain interpersonal dn domain organisasi. Domain personal melingkupi karakter individu dan didefinisikan sebagai karakteristik spesifik yang berhubungan dengan mahasiswa. mahasiswa memiliki rasa percaya yang kurang cenderung kurang aktif dalam melaksanakan asuhan kepada pasien sehingga . Domain interpersonal melingkupi hubungan antara mahasiswa dengan pembimbing klinik. Karakteritik pembimbing klinik dibagi menjadi empat macam yaitu kemampuan komunikasi, interpersonal, profesional, dan perilaku mengajar. Domain organisasi merupakan domain yang meliputi struktur penyelenggaraan edukasi klinik. Sarana dan prasarana rumah sakit juga mempengaruhi tingkat kupuasan mahasiswa. Bedside teaching merupakan metode mengajar kepada peserta didik. Aktivitas ini dilakukan disamping tempat tidur pasien, dan meliputi kegiatan mempelajari kondisi pasien dan asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien. Prinsip bedside teaching adanya diskusi yang dilakukan pada awal dan pasca demontrasi Sehingga pembimbingan klinik dapat mengajarkan peserta didik untuk menguasai keterampilan prosedural, menumbuhkan sikap professional, mempelajari perkembangan biologi/fisik, melakukan komunikasi melalui pengamatan langsung. Keterbatasan penelitians 1. Jumlah responden yang terbatas penelitian belum bisa maksimal.
2. Penelitian yang dilakukan tentang bimbingan klinik belum mencakup semua metode bimbingan yang dilakukan dan hanya meneliti pada metode konferensi dan bedside teaching.
DAFTAR PUSTAKA
Ahnan,
M. 2007. Kompetensi Bidan Indonesia. Jakarta: Pusdiknakes DEPKES RI
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta Azizah dan Ropyanto. 2012. Jurnal Nursing Studies. http.ejournal-si.undip.ac.id diakses 20 desember 2013 IBI. 2012. Standart Nasional Pendidikan Diploma Kebidanan Indonesia. www.hpeq.dikti.go.id diakses 12 januari 2014 Firmansyah. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Mahasiswa Kedokteran Terhadap Pelatihan Ketrampilan Klinis Di Tahap Sarjana. Semarang : Undip Hidayat, A. 2007. Riset keperawatan dan tehnik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Medika Karminigsih. 2001. Studi Hubungan Pengajaran Bimbingan Laboratorium terhadap Motivasi Belajar. (Karya Tulis). Yogyakarta: UGM Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Salemba Medika: Jakarta
Hubungan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dan bedside teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen
14
----------. 2009. Pendidikan dalam Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta ----------. 2011. Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Sakit. Salemba Medika: Jakarta
Triwibowo. 2012. Perizinan Dan Akreditasi Rumah Sakit. Yogyakarta: Nuha Medika Winkel W.S & Hastuti, Sri. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Pusdiknakes.(2004). Kriteria Pembimbing Klinik Keperawatan. http://Nersferdinanskeperawatan's Weblog.html. Diakses 20 Desember 2013 Prabowo, dkk. 2013. Modul pelatihan pembimbing klinik keperawatan. Surakarta : tidak dipublikasikan Prof.
J. Supranto, M.A.,APU. 2011. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa Pasar ( Cetakan Keempat). Jakarta : PT. Rineka Cipta
Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan.Nuha Medika: Yogyakarta Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Sukesi.
2013. Hubungan Bimbingan Clinical Instructur DenganKepuasan Mahasiswa Praktik Di Rs Permata Medika Semarang.diambil pada tanggal 22 desember 2013 Susilo. 2011. Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Syafrudin, dkk. 2011. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Untuk Bidan. CV. Trans Info Media: Jakarta
Hubungan antara bimbingan klinik dengan metode konferensi dan bedside teaching dengan tingkat kepuasan mahasiswa praktik di RSUD Sragen
15