59 SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLIMER SUPERABSORBEN BERBASIS SELULOSA DARI TANAMAN PURUN TIKUS (Eleocharis dulcis) TERCANGKOK AKRIL AMIDA(AAM) Aulia Azizah, Azidi Irwan dan Sunardi* Program Studi S-1 Kimia Fakultas MIPA Unlam, Jl. A. Yani Km 36 Kampus Unlam Banjarbaru Kalsel ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang sintesis dan karakterisasi polimer superabsorben berbasis selulosa dari tanaman purun tikus (Eleocharis dulcis) tercangkok akril amida (AAM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan selulosa dari tanaman purun tikus (Eleocharis dulcis) terhadap karakteristikpolimer superabsorben yang dihasilkan serta kemampuan dalam menyerap air dan sifat mengembang (swelling ratio) dalam larutan urea 5% dan NaCl 0,15 M. Pembuatan polimer superabsorben dilakukan dengan memvariasi berat selulosa terhadap berat akrilamida (AAM). Berat selulosa yang digunakan adalah 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40% (b/b). Hasil penelitian menunjukkan polimer superabsorben yang dihasilkan dengan penambahan selulosa memiliki karaktersitik yang lebih baik dibandingkan poliakrilamida yang disintesis. Polimer superabsorben dengan rasio 15% berat selulosa terhadap berat akrilamida mempunyai nilai kapasitas absorpsi, rasio swelling pada larutan urea 5% dan NaCl 0,15 M yang paling besar berturut-turut yakni 18,49 g/g air, 22,77 dan 18,41. Kata kunci : selulosa, akrilamida, polimer superabsorben ABSTRACT This study aims to determine the effect of concentration of cellulose derived from purun tikus plant towards the characteristic of superabsorbent polymer and its ability of water absorption and swelling ratio in 5% urea solution and NaCl 0,15 M. Preparation of superabsorbent polymer was carried out by varying ratio of weight from cellulose to acyrlamide. The variation of weight ratio cellulose were 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40% (w/w). The result showed that superabsorbent polymer with a cellulose content has better characteristics compared to synthetic polyacrylamide. Superabsorbent polymer with a 15%content of cellulose has water absorbency of 18.49 , and the maximum swelling ratio in urea and NaCl solution were 22.77 and 18.41. Keyword: cellulose, acrylamide, superabsorbent polymer
*Correspond:
[email protected]
Sintesis dan Karakterisasi Polimer Superabsorben… (Azizah, Irwan, Sunardi)
60 PENDAHULUAN
merupakan
dulcis)
Polimer
superabsorben
(Superabsorbent
sumber
bahan
alami yang mudah didapatkan yang
Polymer/SAP)
memiliki
potensi
sebagai
sumber
adalah suatu istilah yang mencakup
selulosa
yang
masih
sedikit
sejumlah jenis polimer berikatan silang
dimanfaatkan. Penggunaan tanaman
membentuk jaringan 3 dimensi yang
ini dapat mengurangi biaya produksi
mempunyai
dan
kemampuan
meningkatkan
sifat
polimer
mengabsorbsi air 15 bahkan ratusan
superabsorben untuk terdegradasi.
kali dari berat keringnya dan mampu
Penelitian
mempertahankannya
bawah
dilakukan untuk mensintesis polimer
tekanan yang kuat (Ma et al., 2010).
superabsorben dari akrilamida (AAM)
Superabsorben memiliki potensi yang
dengan
cukup besar untuk dapat diaplikasikan
selulosa dari tanaman purun tikus
di berbagai bidang seperti pertanian
yang banyak terdapat di Kalimantan
(Andry et al., 2009), produk-produk
Selatan.
kesehatan (Kosemund et al., 2008)
selulosa dipelajari untuk mengetahui
dan
karakteristik
di
sebagainya.
Umumnya
ini
pada
hakikatnya
memanfaatkan
Pengaruh
potensi
penambahan
polimer superabsorben
superabsorben dibuat dari polimer
yang dihasilkan dan mendapatkan
berbasis poliakrilamida (PAAM) yang
suatu superabsorben baru dengan
mempunyai
dalam
kemampuan daya serap (absorpsi)
mengembang
terhadap air yang relatif besar dan
menyerap
kelemahan air
dan
(swelling) terbatas (El-Rehim, 2005), kemampuan lemah,
menahan
tidak
ramah
air
sifat fisik yang lebih baik.
sangat
lingkungan
METODOLOGI
(Deligkaris et al., 2010), dan harganya
Alat
mahal. Solusi terbaik adalah proses
Peralatan
pencangkokan polimer alam kepada
penelitian ini adalah seperangkat alat
poliakrilamida ini. Baru-baru ini telah
gelas merk Pyrec dan Scott Duran,
banyak dilakukan penelitian dengan
neraca
memanfaatkan selulosa (Liu et al.,
pengayak ukuran 170 mesh, mortar
2008; Liang et al., 2008; Ma et al.,
porselin,oven merk Thermologic dan
2010) karena bahan ini merupakan
Memmert, desikator, kertas saring,
polimer alam yang dapat diperbarui,
kawat kassa ukuran 40 mesh, hot
mudah didapat, harganya murah, dan
plate, Fourier Transform Infra Red
ramah
(FT/IR-4200typeA), difraktometer sinar
lingkungan.
khususnya tanaman
Di
Indonesia,
di
Kalimantan
purun
tikus
Selatan
(Eleocharis
X
yang
Ohaus
(Philips
pengaduk
Sains dan Terapan Kimia, Vol.6, No. 1 (Januari 2012), 59-70
digunakan
model
Analytical
listrik
dan
dalam
E12140,
PW1710), stirer,
serta
61 corong. Rangkaian peralatan sintesis
perbandingan berat sebesar 5, 10, 15,
yang digunakan dalam penelitian ini
20, 25, 30, 35 dan 40% dari berat akril
terdiri dari reaktor gelas leher tiga
amida yang dipergunakan dimasukkan
yang dilengkapi dengan kondensor,
pada labu leher tiga ukuran 250 mL
termometer, dan water bath.
dan ditambahkan akuades. Suspensi
Bahan
kemudian diaduk dengan magnetic
Bahan
yang
digunakan
dalam
dan
stirrer
dipanaskan
pada
penelitian ini adalah batang tanaman
temperatur 95 °C selama 30 menit
purun tikus (Eleocharis dulcis) yang
dengan dialiri gas nitrogen. Sebanyak
diperoleh di sepanjang jalan raya
80 mg ammonium persulfat sebagai
Handil Bakti Kec. Handil Bakti Kab.
inisiator
Barito
akrilamida
temperatur suspensi telah turun pada
(E.Merck p.a), ammonium persulfat
temperatur 60-65 °C. Setelah diaduk
(APS) dan N,N′ -metilenbisakrilamida
selama 15 menit, sebanyak 8 gram
(MBA).(E.Merck p.a), NaOH, etanol
akrilamida dan 8 mg N,N’-metilen-
95%, urea, dan NaCl (E.Merck).
bisakrilamida sebagai pengikat silang
Kuala,
akuades,
ditambahkan
ditambahkan
ke
pada
dalam
saat
suspensi.
Prosedur
Reaksi polimerisasi dilakukan pada
a.
temperatur 70° C dengan waktu reaksi
Preparasi selulosa
Sampel batang purun tikus yang lolos
sampai dengan 180 menit. Produk
saringan 170 mesh direndam dalam
hasil
20 % larutan NaOH pada temperatur
beberapa kali menggunakan akuades
80°C sambil diaduk selama 5 jam dan
dan etanol dan kemudian dikeringkan
kemudian suspensi disaring dan dicuci
pada temperatur 70°C sampai dengan
berturut-turut
beratnya
menggunakan
larutan
polimerisasi
kemudian
konstan.
Produk
dicuci
polimer
etanol 95% dan akuades sampai pH
yang dihasilkan kemudian digerus.
filtrat mencapai 7.
Untuk mengetahui karakteristik sampel
Selulosa hasil
preparasi dikeringkan pada temperatur
yang
80°C dan siap digunakan untuk proses
menggunakan FTIR dan difraktometer
selanjutnya.
sinar-X.
Untuk
mengetahui
dihasilkan
dianalisis
karakteristik selulosa yang dihasilkan
c.
sampel dianalisis menggunakan FTIR.
Sejumlah
b.
Sintesis polimer superabsorben
superabsorben direndam ke dalam
selulosa
akuades
purun
tikus-
tercangkok poli(akrilamida) Sejumlah preparasi
tertentu
selulosa
dengan
Kapasitas absorpsi air tertentu pada
polimer
temperatur
kamar
selama 24 jam. Superabsorben yang hasil
variasi
telah
mengembang
kemudian
dipisahkan dari akuades. Kemampuan
Sintesis dan Karakterisasi Polimer Superabsorben… (Azizah, Irwan, Sunardi)
62 polimer superabsorben mengadsorpsi
kemudian direndam dalam larutan
air
dengan
NaCl 0,15 M selama 6 jam. Setelah 6
(QH2O)
ditentukan
menimbang
berat
sampel
jam
mengembang
(setelah
proses
dikeluarkan dari media perendaman,
adsorpsi)
dan
dihitung
dengan
persamaan:
dan
polimer didiamkan
superabsorben di
udara
terbuka
selama 1 jam. Selanjutnya polimer
QH2O = (m2-m1) / m1
(1)
superabsorben ditimbang (Ws). Rasio
dimana m1 dan m2 adalah berat
swelling polimer superabsorben hasil
polimer superabsorben kering dan
pengujian
berat setelah adsorpsi.
menggunakan persamaan berkut :
Nilai
QH2O
dihitung
dengan
dihitung sebagai berat (gram) air per
Rasio swelling = Ws/W 0
berat sampel (gram).
Ws = berat polimer superabsorben
d.
Pengujian
rasio
swelling
(3)
dalam keadaan swelling (g)
polimer superabsorben dalam
W0
larutan urea
dalam keadaan kering (g)
Sejumlah
tertentu
superabsorben
polimer
ditimbang
(W 0)
f.
= berat polimer superabsorben Analisis Data
Analisis data dapat dilakukan dengan
kemudian direndam dalam larutan
membaca
urea 5% selama 6 jam. Setelah 6 jam
karakterisasi FTIR batang purun tikus
polimer
sebelum
dari
superabsorben media
dikeluarkan
perendaman,
dan
spektra dan
monomer
dari
sesudah
akrilamida
hasil
peraparasi,
dan
polimer
didiamkan di udara terbuka selama 1
superabsorben yang dihasilkan untuk
jam.
mengamati
Selanjutnya
polimer
perubahan
puncak
superabsorben ditimbang (Ws). Rasio
serapan gugus fungsi yang muncul.
swelling polimer superabsorben hasil
Pembacaan difraktogram XRD untuk
pengujian
monomer akrilamida, selulosa, dan
dihitung
dengan
menggunakan persamaan berkut :
polimer superabsorben yang teramati
Rasio swelling = Ws/W 0
digunakan
(2)
untuk
menentukan
Ws = berat polimer superabsorben
kristanilitas atau keteraturan susunan
dalam keadaan swelling (g)
molekul
W0
kapasitas absorpsi air, nilai pengujian
= berat polimer superabsorben
dalam keadaan kering (g) e.
Pengujian
Pengukuran
rasio swelling polimer superabsorben swelling
dalam larutan urea dan pengujian
polimer superabsorben dalam
rasio swelling polimer superabsorben
larutan NaCl
dalam larutan NaCl digunakan untuk
Sejumlah superabsorben
rasio
tersebut.
tertentu ditimbang
polimer (W 0)
menentukan
karakteristik
superabsorben yang disintesis.
Sains dan Terapan Kimia, Vol.6, No. 1 (Januari 2012), 59-70
polimer
63 HASIL DAN PEMBAHASAN a.
Preparasi
batang
Gambar tanaman
purun tikus Preparasi
sebelum puncak
dilakukan
dengan
1.
Spektrum
preparasi serapan
menampilkan
sekitar
gelombang
3351,68
merendam batang yang telah kering
menunjukkan
gugus
dan hancur dalam larutan NaOH 20%
Puncak
yang dapat melarutkan
gelombang
lignin
dan
biomassa
serapan
cm
bilangan -1
fungsi pada
yang O―H.
bilangan cm-1
2919,7-2854,13
senyawa lain seperti
hemiselulosa,
menunjukkan vibrasi dari C―H yang
pektin,
dan
protein
dapat berasal dari gugus metil atau
(Fangel, 1995). Secara fisik selulosa
metilen. Pada 1646,91 cm-1 yang
hasil peparasi dibandingkan dengan
muncul adalah puncak serapan dari
batang purun tikus sebelum preparasi
vibrasi gugus karbonil (C=O). Untuk
terlihat berbeda dari segi warna serta
puncak serapan yang muncul pada
penampakan
Batang
bilangan gelombang 1461,78 cm-1
sebelum preparasi berwarna hijau,
menunjukkan vibrasi C=C pada cincin
sedangkan selulosa yang dihasilkan
aromatik yang mendominasi struktur
berwarna coklat muda. Bentuk serat
lignin Dan puncak
yang teramati pada batang sebelum
bilangan gelombang 1087,66 cm-1
preparasi adalah berupa serat kasar
menunjukkan gugus fungsi C―O dari
yang kaku, sedangkan bentuk serat
ikatan β-1,4-glikosida pada selulosa.
selulosa hasil preparasi lebih lembut
Spektrum dari selulosa hasil preparasi
dan lentur. Secara umum, batang
menunjukkan
tanaman
puncak
lemak,
lilin,
seratnya.
mengandung
komponen
serapan pada
beberapa
serapan
pada
puncakbilangan
kimia seperti selulosa, hemiselulosa,
gelombang 3370,96 cm-1 menunjukkan
lignin, pektin, lilin, dan lemak, serta
gugus fungsi O―H; 2919,7-2854,13
zat-zat
cm-1
lain
Keberadaan
(Octavia,
2011).
senyawa-senyawa
menunjukkan
vibrasi
C―H;
-1
ini
1635,34 cm menunjukkan vibrasi dari
bersama-sama dengan selulosa dalam
hidrogen yang berikatan pada oksigen
menyebabkan kekakuan pada serat
(H―O―H), dan 1060,66 cm-1
yang dihasilkan. Dengan terlarutnya
menunjukkan vibrasi dari gugus C―O
zat-zat seperti lignin, hemiselulosa,
dari
serta zat-zat ekstraktif, maka selulosa
selulosa. Berdasarkan data hasil sifat
memilki ruang gerak lebih besar,
fisik dan spektrum FTIR yang teramati
sehingga
antara batang sebelum dan sesudah
menyebabkan
kelenturan
ikatan
β-1,4-glikosida
terlihat
perbedaan
yang pada
serat.
preparasi
Spektrum antara batang sebelum dan
menunjukkan selulosa dapat diperoleh
sesudah preparasi ditunjukkan pada
dengan metode ini.
Sintesis dan Karakterisasi Polimer Superabsorben… (Azizah, Irwan, Sunardi)
yang
64
a
b
Gambar 1. Spektrum FTIR purun tikus (a) sebelum dan (b) sesudah preparasi b.
Sintesis
Polimer
berbentuk gel namun sangat rapuh.
Selulosa
Hal ini terjadi dikarenakan semakin
Tikus-Tercangkok
tinggi kerapatan struktur jaringan
Superabsorben Purun
Poli(Akrilamida) Polimer
polimer superabsorben serta adanya
superabsorben
yang
kompetisi antara selulosa dengan
dihasilkan memiliki karakteristik sifat
monomer dalam campuran suspensi
fisik dan warna yang berbeda-beda
untuk
seperti tertera pada Tabel 1.
terpolimerisasi (Erizal, 2009).
Berdasarkan
data
hasil
membentuk
Proses
radikal
pencangkokkan
dan
selulosa
perbandingan yang dapat teramati
dengan monomer akrilamida dapat
dari polimer superabsorben yang
teramati dari spektrum FTIR pada
disintesis
Gambar
dengan
rasio
berat
2.
Pada
spektrum
selulosa 5-15% memiliki karakteristik
monomer AAM (B) tampak puncak
sifat
fisik
yang
poliakrilamida disintesis.
sama
dengan
serapan pada bilangan gelombang
(PAAM)
yang
(cm-1 ) 3355,53 dengan dua puncak
Namun
terdapat
serapan
yang
sangat
khas
perbedaan warna pada polimeryang
menunjukkan vibrasi untuk gugus
dipengaruhi
amina primer (―NH2), serapan pada
selulosa
oleh
pada
penambahan
larutan.
Polimer
2923,56-2850,27
menunjukkan
superabsorben dengan rasio berat
vibrasi dari C―H yang dapat berasal
selulosa 20% berbentuk gel namun
dari
kurang
1673,91 menunjukkan vibrasi gugus
elastis.
superabsorben penambahan
dengan selulosa
Polimer rasio 25-40%
C=O
gugus dan
metil 1621,2
atau
metilen,
menunjukkan
vibrasi gugus C=C, serta serapan
Sains dan Terapan Kimia, Vol.6, No. 1 (Januari 2012), 59-70
65
pada 1430,92 menunjukkan vibrasi
serupa juga dilaporkan oleh Erizal
untuk gugus C―N. Berdasarkan
(2009).
perbandingan data spektrum FTIR
Salah satu dari sifat penting polimer
tersebut
superabsorben
dapat
diketahui
pencangkokkan
proses dan
lainnya
adalah
kemampuannya
untuk
pengikatsilangan yang terjadi untuk
mengembang.Kemampuan
ini
membentuk polimer superabsorben
didukung pula oleh struktur dari
terjadi pada karbon rangkap dua
polimer tersebut.
monomer AAM. Fenomena yang Tabel 1. Perbandingan sifat fisik dari polimer superabsorben yang disintesis selulosa : AAM (%b/b)
Sifat fisik yang teramati
Warna
0%
Gel ; elastis
Bening
5%
Gel ; elastis
Bening kehijauan
10%
Gel ; elastis
Kehijauan
15%
Gel ; elastis
Hijau kecoklatan
20%
Gel ; kurang elastis
Hijau kecoklatan
25%
Gel ; Rapuh
Hijau tua kecoklatan
30%
Gel ; Rapuh
Hijau tua kecoklatan
35%
Gel ; Rapuh
Hijau tua kecolatan
40%
Gel sangat rapuh
Hijau tua kecoklatan
A
B
C
Gambar 2.
Spektrum FTIR (A) selulosa hasil preparasi, (B) monomer AAM, dan (C) polimer superabsorben hasil sintesis
Sintesis dan Karakterisasi Polimer Superabsorben… (Azizah, Irwan, Sunardi)
66
Gambar 3. Difraktogram (a) monomer AAM, (b) selulosa, dan (c) polimer superabsorben hasil sintesis Struktur amorf yang tampak jelas
utama dari polimer khususnya untuk
terlihat dari difraktogram polimer
pengujian
superabsorben yang dihasilkan (c).
sebagai
Struktur ini dapat diakibatkan oleh
superabsorben yang disintesis pada
susunan acak yang terdapat pada
penelitian ini diuji kapasitas absorpsi
polimer.
air
Susunan
acak
berupa
suatu
bahan
kandidat
absorben.Polimer
berdasarkan
jaringan 3 dimensi yang berasal dari
perbedaan
pencangkokkan monomer terhadap
selulosa yang ditambahkan terhadap
selulosa dapat mempengaruhi sifat
berat
dari
Berdasarkan
polimer
kemampuan
terutama
dalam
mengembang
AAM
rasio
pengaruh persen
yang data
berat
digunakan. hasil
yang
dan
didapatkan seperti tampak pada
polimer
Gambar 4, polimer superabsorben
superabsorben menjadi lebih baik
dengan rasio 15% berat selulosa
dibandingkan
terhadap berat AAM mempunyai
elastisitas
dari dengan
monomer
AAM dan selulosa.
nilai kapasitas absorpsi air paling besar yakni 18,49 g/g terhadap berat
c.
Analisis Kapasitas Absorpsi
kering
Air
dibandingkan
Penentuan uji kapasitas absorpsi air
polimer
superabsorben polimer
superabsorben sintesis yang lain.
merupakan salah satu parameter
Sains dan Terapan Kimia, Vol.6, No. 1 (Januari 2012), 59-70
Kapasitas Absorpsi (Qair) (g/g)
67
18.49
20
17.88
14.35
15
9.3
10
4.64
5
3.58
0
0
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0.44
0.24
35%
40%
Rasio %b/b selulosa terhadap AAM
Gambar 4. Grafik hubungan variasi persen berat selulosa terhadap berat akrilamida dengan kapasitas absorpsi air (Qair) Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa
kapasitas
meningkat
serapan
seiring
penambahan
air
meningkatnya
Pengujian
rasio
polimer
swelling
superabsorben
dalam larutan urea
Namun
Sifat kimia yang paling penting untuk
penambahan selulosa di atas 15 %
diuji dari absorben dalam skala
hingga 40% mengalami penurunan.
komersial
Turunnya kemampuan daya serap
personal care adalah nilai rasio
air oleh polimer superabsorben yang
swelling
dalam
disintesis
penambahan
kandungan
urin
sebagian
besar
15%
didominasi
oleh
senyawa
urea,
selulosa
selulosa.
d.
dengan di
atas
dapat
disebabkan oleh kerapatan struktur
maka
polimer
superabsorben
polimer
semakin
meningkat.
demikian
pun
yang
Fenomena
seperti
yang
dilaporkan oleh Liang et al. (2008).
sebagai
pengujian
bahan
pada
urin.Karena
swelling
superabsorben
dari
terhadap
urin dapat dilakukan dengan larutan urea pada konsentrasi 5% (b/b). Hubungan rasio berat penambahan selulosa
terhadap
rasio
swelling
polimer superabsorben hasil sintesis disajikan pada Gambar 5.
Sintesis dan Karakterisasi Polimer Superabsorben… (Azizah, Irwan, Sunardi)
68
Rasio swelling
25
20.32
20
22.77
20.03
14.37
15 10
6.49
5
5.54
3.55
3.43
0
0
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
Rasio b/b% selulosa terhadap AAM
Gambar 5. Rasio swelling polimer superabsorben selulosa-g-AAM dalam larutan urea sebagai fungsi rasio berat selulosa terhadap akrilamida Berdasarkan data hasil penelitian
absorben. Larutan garam NaCl 0,15
polimer
M
superabsorben
dengan
merupakan
salah
larutan
mencapai rasio swelling paling besar
dipakai untuk pengujian kemampuan
yakni 22,77. Dari grafik tersebut
mengembang
nampak peningkatan rasio swelling
superabsorben.
dari 0-15% seiring meningkatnya
penambahan
rasio selulosa yang ditambahkan.
rasio
Namun
penambahan
superabsorben hasil sintesis dalam
selulosa yang lebih banyak di atas
larutan NaCl disajikan pada Gambar
15-40%, rasio swelling polimer pun
6.
menurun.
Polimer
e.
Pengujian polimer
rasio
adanya
umumnya
(swelling)
polimer
Hubungan selulosa
rasio
terhadap polimer
swelling
superabsorben
dengan
swelling
penambahan selulosa sebesar 15%
superabsorben
mencapai rasio paling besar yakni
dalam larutan NaCl Selain
yang
jenis
penambahan selulosa sebesar 15%
dengan
garam
satu
kandungan
18,41. urea
Fenomena
rasio swelling
meningkatnya
seiringpenambahan
dalam cairan urin, konsentrasi ion-
selulosa juga tampak pada grafik.
ion garam juga mempengaruhi daya
Semakin besar nilai penambahan
serap dari polimer superabsorben
selulosa hingga 15%, rasio swelling
yang akan dipergunakan sebagai
dari
polimer
Sains dan Terapan Kimia, Vol.6, No. 1 (Januari 2012), 59-70
pun
meningkat.
Rasio swelling
69
20
15.47
14.83
18.42
15.61 9.94
10 0
5.42 0.46 0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
3.33
3.25
35%
40%
Gambar 6. Rasio swelling polimer superabsorben selulosa-g-AAM dalam larutan NaCl sebagai fungsi rasio berat selulosa terhadap akrilamida Dengan penambahan selulosa yang
polimersuperabsorben
lebih banyak di atas 15%, rasio
dihasilkan.
swelling polimer pun menurun. Hal
menyerap air dan sifat swelling dari
ini dapat dijelaskan oleh adanya
polimer
pengaruh
cangkokkan lebih baik dibandingkan
tekanan
osmosis
dan
yang
Kemampuan superabsoben
kerapatan dalam struktur jaringan
polimer
superabsorben
polimer.
monomer
dalam hasil dari
AAM.Polimer
superabsorben dengan rasio 15% KESIMPULAN
berat
Berdasarkan hasil penelitian dan
akrilamida
pembahasan maka dapat ditarik
kapasitas absorpsi sebesar 18,49
kesimpulan
penambahan
g/g air, rasio swelling pada larutan
selulosa dari tanaman purun tikus
urea 5% sebesar 22,77 dan rasio
(Eleocharis
dulcis)
swelling dalam larutan NaCl yakni
memperbaiki
karakteristik
bahwa
mampu dari
selulosa
terhadap
mempunyai
18,41.
Sintesis dan Karakterisasi Polimer Superabsorben… (Azizah, Irwan, Sunardi)
berat nilai
70
DAFTAR PUSTAKA Andry,H., T. Yamamoto , T. Irie , S. Moritani , M. Inoue , &H. Fujiyama. 2009. Water retention, hydraulic conductivity of hydrophilic polymers in sandy soilas affected by temperature and water quality.Journal of Hydrology373 177–183.Elsevier B.V. Deligkaris, K., T. S. Tadele, W. Olthuis, &A. V. D. Berg.2010. Review: Hydrogel-based devices for biomedical applications.Sensors and ActuatorsB 147 : 765–774.Elsevier B.V. El-Rehim, H.A.A. 2005.Swelling of radiation crosslinked acrylamidebased microgels and their potential applications.Radiation Physics and Chemistry 74 (2005) 111–117. Elsevier Ltd. Erizal. 2009. Synthesis and Characterization of Crosslinked Polyacrylamide (PAAM)Carrageenan Hyrogels Superabsorbent Prepared By Gamma Radiation. Indonesian Journal of Chemistry:10 (1):12-19. Jakarta Fangel, D., & W.Gerd. 1995. Kayu, Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Kosemund, K., H. Schlatter, J.L. Ochsenhirt, E. L. Krause ,D.S.
Marsman, & G.N. Erasala. 2008. Safety evaluation of superabsorbent baby diapers. Regulatory Toxicology and Pharmacology53 : 81–89. Elsevier Inc. USA Liang, R., H. Yuan, G. Xi, & Q. Zhou. 2008. Synthesis of Wheat Straw-gpoly(acrylic acid) superabsorbent composites and release of urea from it. Carbohydrate Polymer 77 : 181187 Liu, Z.,Y.Miao, Z. Wang, & G. Yin. 2008. Synthesis and Characterization of a Novel Superabsorbent based on Chemically Modified Pulverized Wheat Straw and Acrylic Acid. Carbohydrate Polymers77 : 131-135 Ma, Zuohao, Q. Li, Q. Yue, B. Gao, X. Xu, & Q. Zhong. 2010. Synthesis and characterization of a novel super-absorbent based on wheat straw. Bioresource Technology102 : 2853-2858 Octavia, S, T.H. Soerawidjaja, R. Purwadi, &I.D.G. A. Putrawan.2011.Review:Pengolahan Awal Lignoselulosa Menggunakan Amoniak Untuk Meningkatkan Perolehan Gula Fermentasi. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia. ISSN 1693 – 4393
Sains dan Terapan Kimia, Vol.6, No. 1 (Januari 2012), 59-70