DATABASE GOOD PRACTICE University Network for Governance Innovation merupakan jaringan beberapa universitas di Indonesia sebagai wujud kepedulian civitas akademika terhadap upaya pengembangan inovasi tata pemerintahan dan pelayanan publik yang lebih baik. Saat ini terdapat lima institusi yang tergabung yakni FISIPOL UGM, FISIP UNSYIAH, FISIP UNTAN, FISIP UNAIR, DAN FISIP UNHAS.
Meningkatkan Kualitas Pelayanan dan Fasilitas Puskesmas Sungai Ayak, Kabupaten Sekadau Sektor Sub-sektor Provinsi Kota/Kabupaten Institusi Pelaksana
Sekretriat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Jl. Sosio-Justisia Bulaksumur Yogyakarta 55281 email:
[email protected]
Kesehatan
Kategori Institusi Penghargaan
Kalimantan Barat Sekadau Puskesmas Pemerintahan Kabupaten Juara I Lomba Kinerja Puskesmas Terbaik se-Kalbar Tahun 2008
Kontak
Person : Lukas, Sei Ayak Puskesmas Sei Ayak Jl. Dr. Sutomo RT I/RW 02 No. 86 Desa Sungai Ayak III Telepon : 081256719278 Email :
[email protected]
Peneliti
Uti Muhammad Syafiuddin
cgi.fisipol.ugm.ac.id
Mengapa program/kebijakan tersebut muncul? Daerah Kalimantan Barat, khususnya Kabupaten Sekadau masih belum memiliki fasilitas umum seperti sarana dan prasarana yang memadai dalam segala bidang termasuk kesehatan. Apa tujuan program/kebijakan tersebut? Untuk meningkatkan fasilitas sarana, prasarana serta pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Bagaimana gagasan tersebut bekerja? Menambah sarana dan prasarana di puskesmas, seperti membuat kamar rawat inap bagi pasien dan meningkatkan pelayanan yang lebih baik. Siapa inisiatornya? Siapa saja pihak-pihak utama yang terlibat? dr Rossy Tedjaningsih, Dokter yang bertugas di puskesmas Sungai Ayak.
Apa perubahan utama yang dihasilkan? Pelayanan dan prasarana menjadi meningkat, dan puskesmas menjadi tempat favorit warga untuk berobat serta ibu-ibu yang melahirkan. Siapa yang paling memperoleh manfaat? Masyarakat Sungai Ayak.
Deskripsi Ringkas Kabupaten Sekadau merupakan kabupaten yang baru terbentuk, sebgai Kabupaten yang terbilang baru, daerah ini juga masih mempunyai banyak kendala dalam meningkatkan pelayanan dan sarana-prasarana bagi publik. Hal ini tentunya manjadi kendala yang merugikan bagi masyarakat daerah tersebut, padahal esensi dasar dari pemekaran daerah adalah untuk menjngkatkan pelayanan publik. Mengenai pelayanan publik, dan lebih khususnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat di daerah Desa Sungai Ayak, Kecamatan Belitang Hilir, Kabupaten Sekadau terdapat sebuah puskesmas Sungai Ayak yang mempunyai inovasi sangat bagus dalam meningkatkan kualitas pelayanan bagi masyarakat di daerah tersebut. Bahkan puskesmas terbut mendapat penghargaan sebagai “Juara I Kategori Puskesmas Terbaik se-Kalimantan Barat” Tahun 2009. Ditambah lagi dengan membangun kamar rawat inap di puskesmas tersebut sehingga puskesmas menjadi tempat favorit bagi masyarakat yang berobat dan ibu-ibu yang melahirkan. Inovasi ini bermula pada tahun 2005, saat dr Rossy Tedjaningsih diwajibkan menjadi dokter pegawai
tidak tetap (PTT) di puskesmas Sungai Ayak, Kabupaten Sekadau Kalimantan Barat. Setelah tahun 2005 dr Rossy Toedjaningsih lulus menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Sekadau, pelan-pelan beliau mulai membenahi puskemas Sungai Ayak dengan mengubah citra puskesmas Sungai Ayak yang sebelumnya kumuh dan tak berpenghuni diubah dengan memberikan pelayanan yang lebih baik dan dengan hati serta membangun ruang rawat inap bagi pasien. Kini puskesmas yang dipimpinya menjadi favorit warga kecamatan lain untuk berobat, fasilitas ruang rawat inapnya juga menjadi favorit bagi ibu-ibu yang hendak melahirkan. Dengan gebrakan yang dilakukan dr Rossy Tedjaningsih membuat pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan ibu-ibu hamil yang ada di desa Sungai Ayak maupun daerah-daerah lain menjadi lebih baik. Kemajuan bukan hanya dirasakan pada pelayanan kesehatan saja, tetapi akses jalan yang tadinya sulit sekarang menjadi lancar dan mudah. Tidak hanya sampai disini, Sungai Ayak pun berubah menjadi tempat tujuan kerja bagi tenaga kesehatan muda yang mencari kerja.
Meningkatkan Kualitas Pelayanan dan Fasilitas Puskesmas Sungai Ayak, Kabupaten Sekadau
2
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Rincian Inovasi
Gbr 1. Gedung Puskesmas Sei Ayak
Kabupaten Sekadau merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Sanggau, yang terdiri dari 7 Kecamatan dan 76 Desa. Pembentukan Kabupaten ini ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2003. Di era desentralisasi, daerah mempunyai hak untuk mengajukan usulan pemekaran daerah dengan harapan akan berdampak besar terhadap kehidupan sosialekonomi serta peningkatan pelayanan dan infrastuktur dalam segala bidang bagi kehidupan masyarakat daerah/lokal.
Kedua, rendahnya mutu pelayanan yang dapat dinilai dari kurangnnya jumlah tenaga medis di puskesmas. Ini dapat dilihat dari minimnya jumlah dokter. yang bertugas di Puskesmas Sei Ayak. Dalam satu puskesmas hanya ada satu dokter. Kondisi ini lebih diperparah apabila dokter tersebut pergi keluar daerah/kota, maka masyarakat tidak bisa menemui dokter di puskesmas untuk berobat. Dengan melihat permasalahan seperti ini, bisa dikatakan bahwa masyarakat belum mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak.
Terkait dengan pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Kabupaten Sekadau terbilang masih baru terbentuk tentunya mempunyai hambatan dalam beberapa hal. Pertama, Pada permasalahan infrastuktur dan sarana/prasarana, terlihat dengan jelas masih minimnya akses jalan raya yang layak bagi masyarakat. Walaupun jalan raya yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan kecamatan-kecamatan yang ada di Sekadau masih bisa dilewati dengan kendaraan roda dua dan roda empat, namun diperlukan perjuangan yang cukup keras untuk dapat melewatinya, dikarenakan sebagian besar jalan raya mengalami rusak parah dan belum dilakukan pengerasan. Dengan kondisir seperti ini, pelayanan kesehatan yang diharapkan mampu menyentuh semua lapisan masyarakat, harus terbatasi karena minimnnya infrastuktur berupa jalan raya.
Ketiga, lemahnya sinkronisasi sumber daya manusia (SDM) yang bertugas di puskesmas. Dinas Kesehatan Kabupaten Sekadau mulai tahun 2011 memberikan Pendanaan Operasional Kesehatan kepada setiap Puskesmas untuk mempercepat pembangunan fasilitas puskesmas dan pembiayaan pelaksanaan program yang ada di puskes-mas. Dana operasional diberikan apabila puskesmas telah menyerahkan rencana operasional puskesmas masing-masing, namun karena masih lemahnya sinkronisasi sumber daya manusia, membuat dinas kesehatan sebagai pihak yang memberikan dana harus mengembalikan persyaratan tersebut karena dinilai kurang lengkap atau terjadi kesalahan dalam penyusunannya. Hal ini membuat dana yang diterima puskesmas menjadi terhambat dan secara langsung akan berimplikasi pada lambatnya pembangunan fasilitas yang ada di puskesmas.
Meningkatkan Kualitas Pelayanan dan Fasilitas Puskesmas Sungai Ayak, Kabupaten Sekadau
3
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Keempat. Budaya masyarakat setempat yang masih kurang menyadari akan pola hidup sehat. Sebagian besar masyarakat yang berada di tepian sungai sampai sekarang masih memanfaatkan air sungai sebagai air minum. Padahal air sungai sudah tercemar oleh limbah penambangan emas illegal (PETI) yang dilakukan di daerah tersebut. Kemudian pola hidup yang tidak sesuai dengan standar kesehatan juga ditemui pada proses persalinan, menyusui bayi, dan pola hidup sehari-hari. Di balik berbagai permasalahan yang dihadapi dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, terdapat sebuah inovasi atau gerakan perubahan yang dilakukan oleh salah satu Puskesmas di Kabupaten Sekadau, yaitu Puskesmas Sei Ayak di Kecamatan Belitang Hilir. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan Puskesmas Sei Ayak yang mendapatkan apresiasi dari pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dengan di nobatkannya Puskesmas Sei Ayak menjadi Juara I “Lomba Kinerja Puskesmas Terbaik Tahun 2008” yang diserahkan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Puskesmas yang dulu terkesan kotor dan tidak aktif berubah menjadi tempat favorit warga setempat untuk berobat. Apresiasi yang didapatkan oleh Puskesmas Sei Ayak ini merupakan wujud dari keseriusan Puskesmas untuk memberikan pelayan yang prima bagi masyarakat. Pelayanan tersebut di mulai dengan melengkapi fasilitas rawap inap yang ada di puskesmas, memberikan pelayanan yang ramah kepada setiap masyarakat yang datang berobat, mengintensifkan kegiatan-kegiatan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, bahkan penyuluhan berbasis edukasi juga dilakukan oleh dokter yang sedang mengobati pasiennya (face to face) dengan harapan agar pasien yang sudah merasakan pelayanan yang baik dan mendapatkan penyuluhan dapat menceritakannya kepada warga lain sehingga dapat memicu kesadaran akan pentingnya kesehatan bagi masyarakat. Berdasarkan keberhasilan yang telah dicapai Puskesmas Sei Ayak dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, membuat penulis untuk mengkaji secara lebih dalam dengan harapan dapat menjadi contoh bagi puskesmas-puskesmas lain di Kabupaten Sekadau bahkan untuk Provinsi Kalimantan Barat.
Inisiasi Terpilihnya Puskesmas Sei Ayak menjadi Juara I pada lomba kinerja puskesmas terbaik pada tahun 2008, adalah merupakan hasil dari kerja keras puskesmas dalam memberikan pelayanan prima
kepada masyarakat. Dibalik kesuksesan tersebut tentu terdapat seorang aktor yang memotorinya, aktor tersebut adalah dr. Rossy Tejaningsih. Pada tahun 2004 setelah lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung dr. Rossy diwajibkan menjadi dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Puskesmas Sei Ayak, Kabaputen Sekadau. Setahun berlalu, tepatnya pada tahun 2005 dr. Rossy mengikuti seleksi masuk Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sekadau, kemudian dr. Rossy diterima menjadi Pegawai Negeri dan ditugaskan di Puskesmas Sei Ayak. Sebenarnya, tidak pernah terlintas dibenak dr. Rossy bekerja di Puskesmas yang berada di pedalaman Kalimantan Barat. Sebagai perempuan yang tumbuh di kota besar seperti Bandung, menjadi dokter di pedalaman ini jelas jauh dari bayangannya. Namun Dr. Rossy merasa bangga bisa mengabdikan diri menjadi dokter di daerah pedalaman, walaupun banyak hambatan yang dialami. Pada hal dr. Rossy sempat ditawari untuk pindah ke Kecamatan Teraju yang lebih maju kondisinya dari Sungai Ayak. Akan tetapi, kecintaan dan komitmen yang kuat dari dr. Rossy untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat yang berada di daerah Sei Ayak menjadi pemicu munculnya gagasan-gagasan yang inovatif dalam bidang kesehatan. Upaya peningkatan pelayanan dan fasilitas kesehatan puskesmas Sei Ayak dimulai dr. Rossy dengan mengkomunikasikan permasalahanpermasalahan kesehatan yang terjadi kepada Kepala dan seluruh pegawai di Puskesmas Sei Ayak. Komunikasi yang dilakukan ini sangat intens dan bersifat kontinu. Untuk dapat menjadikan Puskesmas Sei Ayak menjadi pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kecamatan Belitang Hilir, dr. Rossy secara pribadi meminta kepala Puskesmas untuk dapat menghidupkan kembali fungsi ruangan rawat inap. Gagasan tersebut sangat disambut antusias oleh kepala dan pegawai Puskesmas Sei Ayak dan selanjutnya dr. Rossy ditunjuk sebagai pengelola atau koordiantor fasilitas rawat inap. Menindak lanjuti permintaan dr. Rossy dalam memfungsikan kembali ruang rawat inap, Kepala Puskesmas melakukan inisiatif dengan mengadakan rapat seminggu sekali dengan seluruh pegawai puskesmas untuk menyusun dan membuat program yang dibutuhkan dalam mendukung terwujudnya pelayanan prima kepada masyarakat. Komunikasi yang dilakukan ini bersifat terbuka, dalam artian setiap petugas puskesmas boleh mengajukan program atau memberikan masukan bagi keberhasilan program tersebut. Rapat
Meningkatkan Kualitas Pelayanan dan Fasilitas Puskesmas Sungai Ayak, Kabupaten Sekadau
4
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
mingguan itu juga dijadikan ajang penilaian bagi petugas yang menjalankan tugasnya dengan baik akan diberi insentif, sedangkan bagi petugas yang lalai dalam melakukan tugasnya maka akan mendapatkan potongan insentif. Insentif ini diberikan setiap bulan dan dalam bentuk tunjangan hari raya. Mekanisme pemberian insentif dilakukan dengan membagi 65% bagi mereka yang mendapat tugas tambahan dan turun kelapangan dan 35% bagi pegawai yang mengisi kekosongan petugas yang turun kelapangan. Dari keterangan Kepala Puskesmas insentif bulanan diberikan sebesar Rp. 200.000 – Rp 300.000 setiap bulan dan insentif hari raya sebesar Rp. 400.000 – Rp. 500.000. dana untuk memberikan insetif ini diperoleh dari dana Jamkesmas dan melalui mekanisme yang transparan agar tidak terjadi permasalahan di lain hari. Sistem reward and punishment dinilai sangat efektif dalam meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan setiap petugas puskesmas kepada masyarakat. Menjalankan sebuah program peningkatan kualitas pelayanan dan fasilitas puskesmas, tentunya memerlukan dana yang cukup banyak. Keterbatasan dana yang diberikan pemerintah Kabupaten Sekadau dapat diatasi dengan menyisihkan dana dari program bantuan kesehatan seperti jamkesmas. Dana jamkesmas diambil sebanyak 10% untuk melakukan perbaikan ringan pada ruangan rawat inap dan membayar insentif bagi setiap petugas puskesmas. Keberhasilan dr. Rossy untuk membangun kerja tim dan komunikasi yang baik kepada setiap pegawai puskesmas memang sangat membantu dalam keberhasilan program ini. Kemudian ditambah dengan adanya tenaga kesehatan muda yang sedang magang di puskesmas yang mempunyai idealisme yang tinggi untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, juga menjadi faktor penting dalam gagasan ini. Masyarakat sekitar juga memberikan dukungan yang besar bagi terciptanya pelayanan prima ini. Sebagai contoh, kekurangan tenaga supir ambulan di Puskesmas Sei Ayak dapat diatasi dengan kerelaan masyarakat menjadi supir ambulan tanpa mendapat bayaran dari puskesmas. Hal ini mengindikasikan bahwa pola komunikasi yang edukatif dan membangun telah dilakukan dr. Rossy, tidak hanya pada pegawai puskesmas akan tetapi juga pada masyarakat sekitar. Setelah tercapainya kesamaan visi dan misi pada setiap pegawai puskesmas, maka menurut penulis ada dua tahapan yang dilakukan puskesmas untuk menciptakan pelayanan prima tersebut. Pertama, melengkapi sarana dan prasarana serta meningkatkan pelayanan puskesmas (berbasis
perbaikan interen). Akses jalan yang sulit dilewati serta masih minimnya fasilitas peyebrangan sungai yang menghubungkan Kecamatan Belitang Hilir dengan Rumah Sakit yang berada di kota Kabupaten membuat dr. Rossy berinisiatif untuk menghidupkan kembali fungsi ruang rawat inap bagi pasien. Pelan-pelan pihak puskesmas dan dr. Rossy melengkapi sarana dan prasarana pendukung, seperti lampu, tempat tidur, alat-alat kesehatan dan ruang jaga bagi perawat agar dapat selalu memantau pasien yang dirawat inap. Kemudian, dalam usaha meningkatkan pelayanan, berkaitan dengan pelayanan saat pengobatan dan melakukan penyuluhan berbasis edukasi kepada setiap pasien yang datang berobat dengan konsep face to face. Kedua, mengintensifkan penyuluhan kesehatan dan pengobatan keliling kepada daerah-daerah yang jauh dari jangkauan puskesmas, tetapi masih dalam wilayah kerja Puskesmas Sei Ayak (berbasis perbaikan eksternal). Dari data Puskesmas Sei Ayak tahun 2011, jenis-jenis penyuluhan yang telah dilakukan antara lain adalah, penyuluhan gizi, TB paru, HIV/AIDS, gigi, persalinan aman dan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Selanjutnya pengobatan keliling atau puskesmas keliling juga dilaksanakan agar daerah-daerah yang jauh dari puskesmas bisa mendapatkan pelayanan kesehatan dan sadar akan pentingya pola hidup sehat. Gagasan untuk dapat memberikan pelayanan yang baik dan meciptakan Puskesmas Sei Ayak menjadi pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat mendapat ganjaran dengan dipilihnya dr. Rossy mewakili Kabupaten Sekadau sebagai kandidat dokter teladan tingkat Provinsi. Dengan adanya apresiasi dalam bentuk penghargaan seperti ini, tentunya dapat semakin memotivasi agar memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik lagi dan berkesinambungan. Meskipun program peningkatan pelayanan dan fasilitas kesehatan ini dinilai sederhana, namun dalam proses inisiasinya terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh Puskesmas Sei Ayak, diantaranya adalah, kurangnya dana yang dimiliki oleh puskesmas sangat mengganggu kelangsungan program-progaram peyuluhan dan pembangunan fasilitas puskesmas. Untuk melaksanakan berbagai program yang ada tentunya memerlukaan pendanaan yang cukup besar. Sehingga rencana kerja yang diajukan pihak puskesmas sering tidak disetejui oleh Dinas Kesehatan. Sebagai contoh, petugas-petugas kesehatan yang ada di desa tidak mendapatkan uang transportasi untuk mengambil vaksin yang ada di kecamatan (Puskesamas) dan untuk ke Posyandu yang berada di Dusun-dusun.
Meningkatkan Kualitas Pelayanan dan Fasilitas Puskesmas Sungai Ayak, Kabupaten Sekadau
5
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Namun Permasalahan dalam keterbatasan dana yang dialami puskesmas juga dapat disiasati dengan menyisihkan dana dari berbagai program yang ada di puskesmas. Kemudian adanya swadaya dari masyarakat juga sangat membantu bagi terciptanya peningkatan pelayanan dan fasilitas yang ada di puskesmas. Pengumpulan dana-dana tersebut dilakukan sesuai prosedur yang berlaku agar tidak terjadi permasalahan dikemudian hari. Tantangan juga muncul dari internal Puskesmas sendiri, hal itu tercermin dari petugas-petugas Puskesmas yang belum terbiasa membuat program kerja atau perencanaan kegiatan bagi wilayah kerjanya dan keadaan ini membuat rendahnya cakupan program yang ditawarkan oleh Puskesmas kepada masyarakat. Seharusnya hal ini dapat disiasati dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada petugas puskesmas dan mengadakan pertemuan rutin untuk memotivasi mereka.
Implementasi Proses peningkatkan pelayanan dan fasilitas puskesmas yang di lakukan dr. Rossy Tejaningsih dan pihak Puskesmas Sei Ayak mendapat penghargaan dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dengan ditetapkannya Puskesmas Sei Ayak menjadi juara 1 dalam lomba kinerja puskesmas terbaik tahun 2008. Hal ini tentunya merupakan salah satu indikator keberhasilan inovasi yang dilakukan oleh Puskesmas Sei Ayak dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Usaha yang dilakukan dr. Rossy dalam meningkatkan pelayanan dan fasilitas Puskesmas Sei Ayak, banyak memberikan dampak positif bagi perkembangan puskesmas tersebut, ditandai dengan adanya Poliklinik gigi, Poliklinik umum, ruangan rawat inap, pelayanan unit gawat darurat (UGD), serta di tahun 2012 Puskesmas Sei Ayak ditunjuk oleh Dinas Kesehatan Sekadau untuk menjalankan program pemberian ASI ekslusif. Berdasarkan keberhasilan yang telah dicapai Puskesmas Sei Ayak, terdapat 2 tahapan yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan dan fasilitas puskesmas. Pertama, melengkapi sarana dan prasarana serta meningkatkan pelayanan puskesmas (berbasis perbaikan interen). Langkah awal yang dilakukan dimulai dengan melengkapi sarana dan prasarana puskesmas, khususnya di ruang rawat inap seperti tempat tidur, bantal, dan selimut. Kemudian membangun fasilitas gedung puskesmas, seperti ruang jaga, rumah dinas bagi pegawai puskesmas, ruang UGD serta mobil ambulan. Saat pertama kali bertugas di Puskesmas Sei Ayak, dr. Rossy harus menerima kenyataan
listrik hanya menyala dari malam sampai pagi, baru sejak tahun 2010 listrik menyala sepanjang hari. Tetapi, sering di malam hari pun listrik mati. Melihat keadaan seperti ini dr Rossy berkreasi dengan menyiapkan lampu darurat yang dibelinya di Kota Pontianak. Fasilitas Rawat Inap mempunyai 3 ruangan dengan 8 tempat tidur. Tujuh tempat tidur untuk pasien umum, dan satu tempat tidur untuk persalinan ibu hamil. Saat ini pasien yang di rawat bukan saja berasal dari desa-desa dalam wilayah Kecamatan Belitang Hilir, namun juga dari beberapa Kecamatan sekitar seperti Belitang Hulu, Sekadau Hilir, dan Sepauk (Kabupaten Sintang). Kemudian untuk dapat memberikan pelayanan persalinan di puskesmas, juga telah disediakan kamar bersalin, sehingga ibu-ibu yang hamil, proses persalinannya dapat ditolong oleh tenaga kesehatan. Pegawai yang berdomisili diluar Kabupaten Sekadau dan Kecamatan lain yang jauh dari Puskesmas Sei Ayak, yang tentunya rentan datang terlambat dan dapat menganggu pemberian pelayanan yang prima bagi masyarakat. Juga telah diatasi dengan membangun kompleks perumahan dinas bagi pegawai yang dekat dengan puskesmas, agar pegawai tersebut dapat datang ke puskesmas tepat waktu. Kemudian ambulan juga telah disediakan untuk menjemput pasien yang berada di dusun-dusun yang jauh dari puskesmas, seperti dusun entabuk. Keterbatasan tenaga medis juga sudah dapat di atasi dengan adanya dokter PTT Pusat dan Daerah serta tenaga-tenaga kesehatan muda yang sedang magang di puskesmas. Dalam upaya mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat hingga ke pelosok desa demi mensukseskan Indonesia Sehat 2010, dibangun Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Pondok Bersalin Desa (Polindes). Terdapat 7 Pustu dan 8 Polindes di wilayah kerja Puskesmas Sungai Ayak. Pada Pustu ditugaskan seorang perawat, sedangkan pada Polindes ditugaskan seorang bidan. Saat ini 15 dari 16 sarana kesehatan yang ada di desa sudah mempunyai tenaga tetap. Hanya satu Poskesdes yang belum mempunyai tenaga tetap yaitu Poskesdes Sungai Tapang di desa Semadu. Untuk Mengatasi kekosongan tenaga kesehatan di Poskesdes Sungai Tapang, mulai bulan Juni 2011 Kepala Puskesmas Sei Ayak telah menunjuk seorang staf di Puskesmas sebagai penanggungjawab. Kunjungan dilakukan secara berkala setiap hari Jumat hingga Minggu. Dengan demikian, penduduk yang berada di Sungai Tapang serta pemukiman sekitarnya seperti Sandeh, Nebok, Nyawang Ulu, dan Bejit Bungkang dapat dilayani keperluannya. Kedua, Untuk mengintensifkan penyuluhan kesehatan dan pengobatan keliling kepada daerah-
Meningkatkan Kualitas Pelayanan dan Fasilitas Puskesmas Sungai Ayak, Kabupaten Sekadau
6
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Gbr.2. Penyuluhan menyikat gigi yang baik dan benar di SDN NO.26 Kupang Bis
daerah yang jauh dari jangkauan puskesmas, tetapi masih dalam wilayah kerja Puskesmas Sei Ayak (berbasis perbaikan eksternal). Pihak puskesmas telah mengagendakan kegiatan rutin melakukan penyuluhan ke tiap-tiap desa yang menjadi lokasi kerja puskesmas tersebut. Dari data Puskesmas Sei Ayak tahun 2011 jenis-jenis penyuluhan yang telah dilakukan antara lain adalah, penyuluhan gizi, persalinan aman, TB paru, HIV/AIDS, gigi dan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Penyuluhan ini dilakukan secara bergantian di tempat yang berbeda-beda. Misalnya penyuluhan gizi dilakukan disetiap posyandu yang ada diseluruh Kecamatan Belitang Hilir dan seterusnya secara bergantian. Dengan melakukan usaha-usaha penyuluhan seperti ini diharapkan dapat terbentuk kesadaran akan pentingnya pola hidup sehat bagi masyarakat. Selanjutnya pengobatan keliling juga dilakukan dengan sistem bergantian disetiap desa yang ada di Kecamatan Belitang Hilir. Frekuensi pengobatan keliling dilakukan 2 atau 3 bulan sekali, dengan harapan agar seluruh masyarakat mendapatkan akses terhadap pelayanan kesehatan secara merata.
Pemberian pelayanan kesehatan yang dilakukan Puskesmas Sei Ayak harus dijaga agar tidak mengalami tren penurunan, untuk itu pihak Puskesmas melakukan evaluasi pada programprogram yang telah disusun. Tahap evaluasi ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu evaluasi bulanan dan evaluasi tahunan. Adapun evaluasi bulanan melibatkan Poskesdes dan Postu membahas hambatan-hamabatn internal dan eksternal dalam memberikan pelayanan, langkah-langkah yang perlu diambil dalam menghadapi permasalahan yang ada, mendiskusikan penyuluhan-penyuluhan yang sudah dan yang akan dilakukan. Sedangkan evaluasi tahunan membahas indikator bagi penurunan atau peningkatan masalah-masalah kesehatan yang ada seperti, menilai penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), peningkatan ASI Eksklusif, jumlah persalinan yang ditolong tenaga kesehatan, serta permasalahanpermasalahan kesehatan lainnya. Walaupun Puskesmas Sei Ayak telah berhasil memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, namun juga terdapat beberapa halangan. Pertama, kekurangan tenaga medis dan tenaga umum
Meningkatkan Kualitas Pelayanan dan Fasilitas Puskesmas Sungai Ayak, Kabupaten Sekadau
7
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
mengakibatkan dampak buruk bagi pemberian pelayanan kepada masyarakat. Seperti dilihat di Puskesmas Sei ayak hanya ada satu dokter pada setiap puskesmas, apabila dokter yang bersangkutan pergi keluar kota maka pasien yang datang berobat tidak bisa menjumpainya, ditambah lagi dengan belum adanya dokter gigi, pada hal puskesmas tersebut telah mempunyai fasilitas poliklinik gigi. Kemudian tenaga umum seperti petugas kebersihan juga belum ada, sehingga membuat dokter, bidan dan perawat harus bekerjasama untuk membersihkan puskesmas dan mengakibatkan jam buka puskesmas menjadi terlambat. Selanjutnya dari segi infrastuktur yang dimiliki dinilai juga belum memadai. Pustu dan Polindes tidak mempunyai alat kesehatan, meja dan kursi yang cukup, bahkan ada Pustu yang menggunakan bekas kotak suara sebagai meja. Hal ini tentunya menjadi penghalang bagi terciptanya pelayanan yang prima bagi puskesmas.
Evaluasi Tahap evaluasi dan monitoring berkaitan dengan kegiatan dan pemberian pelayanan yang telah dilakukan oleh pihak Puskesmas Sei Ayak di lakukan pada dua tahap.
Dampak Berdasarkan hasil dari implementasi inovasi dibidang kesehatan yang dilakukan Puskesmas Sei Ayak, beberapa dampak positif sangat dirasakan oleh masyarakat sekitar, antara lain adalah. Pertama, Intensifnya penyuluhan-penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh pihak puskesmas kepada masyarakat, membuat masyarakat menjadi sadar untuk berobat ke puskesmas apabila sedang sakit dan mereka juga dapat memperoleh haknya untuk menggunakan Jamkesmas. Keberhasilan Puskesmas Sei Ayak untuk memberikan pelayanan dan fasilitas prima kepada setiap pasien yang ingin berobat mendapat kepercayaan dari masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari meningkatnya pasien rawat inap di Puskesmas Sei Ayak. Kemudian masyarakat dari luar wilayah juga banyak yang menjadi pasien rawat inap di Puskesmas tersebut. Dari data tahun 2011 terdapat 149 pasien dari luar wilayah yang di rawat inap di Puskesmas Sei Ayak. Hal tersebut dikarenakan Pusekesmas Sei Ayak yang berstatus Puskesmas perawatan mempunyai fasilitas kesehatan yang cukup memadai sehingga dapat di manfaatkan secara maksimal oleh masyarakat setempat. Lihat tabel 1. Tabel 1. Data Pasien Rawat Inap Puskesmas Sei Ayak Tahun 2008-2011
1. Evaluasi Bulanan. Kegiatan evaluasi bulanan dilakukan dengan melibatkan Poskesdes dan Postu untuk membahas masalah-masalah pemberian pelayanan, seperti membicarakan hambatanhamabatn internal dan eksternal dalam memberikan pelayanan, langkah-langkah yang perlu diambil dalam menghadapi permasalahan yang ada, mendiskusikan penyuluhanpenyuluhan yang sudah dan yang akan dilakukan. Dengan kata lain evaluasi ini menjadi wadah komunikasi antara atasan dan bawahan guna menciptakan suasana kerja yang nyaman. 2. Evaluasi Tahunan. Evaluasi tahunan ini rutin dilakukan tiap tahun di tingkat dinas. Kegiatan ini dapat menjadi indikator bagi penurunan atau peningkatan masalah-masalah kesehatan yang ada seperti, menilai penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), peningkatan ASI Ekslusif, jumlah persalinan yang ditolong tenaga kesehatan, serta permasalahanpermasalahan kesehatan lainnya. Hal tersebut dijadikan indikator untuk menilai keberhasilan atau gagalnya suatu kegiatan yang dilakukan.
TEMPAT TIDUR
PASIEN
HARI RAWAT
BOR (%)
2008
8
331
437
14.97
2009
8
409
989
33.87
2010
8
638
1,789
61.27
TAHUN
Sumber: Laporan tahunan Puskesmas Sei Ayak.
Kedua, terjadi peningkatan persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan dari hanya 25,2% tahun 2008 menjadi 73,6% tahun 2011 dan prestasi ini telah melampaui target yang ditetapkan oleh puskesmas sebesar 60%. Hal tersebut menjadi kebanggaan tersendiri bagi pihak puskesmas karena dengan adanya trend peningktan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menandakan bahwa masyarakat makin sadar akan pentingnya keselamatan bagi ibu dan bayi, terlebih lagi dengan keahlian dan peralatan memadai yang dimiliki oleh bidan diharapkan dapat meminimalisir terjadinya resiko kematian ibu dan anak pada saat persalinan. Lihat tabel 2.
Meningkatkan Kualitas Pelayanan dan Fasilitas Puskesmas Sungai Ayak, Kabupaten Sekadau
8
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Tabel 2. Data Persalinan Oleh Nakes Puskesmas Sei Ayak 2008-2011 Tahun
Persalinan Oleh Nakes
2008
25,2 %
2009
34,6 %
2010
49,1 %
ditolong oleh tenaga kesehatan, program inipun didukung oleh Pemerintah Pusat dengan memberikan Jampersal, sehingga ibu-ibu yang melakukan persalinan tidak dipungut biaya oleh pihak Puskesmas Sei Ayak. Tabel. 3. Data AKI dan AKB Puskesmas Sei Ayak 2008-2010
Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Sei Ayak.
AKI per 100.000 Persalinan Hidup
AKB per 1000 Kelahiran Hidup
Persalinan
Kematian
Kelahiran
Kematian
2008
167
_
167
1
2009
176
_
176
1
2010
251
1
251
5
Tahun
Ketiga, terjadi kenaikan kunjungan antenatal ibu hamil (K1 dan K4) yang membuat petugas kesehatan dapat selalu memantau dan memeriksa kehamilan. Pelayanan antenatal dilakukan secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan janinya. Hal ini meliputi pemeriksaan kehamilan dan tindak lanjut terhadap penyimpangan yang ditemukan, serta mendidik dan memotivasi ibu agar merawat dirinya selama hamil dan mempersiapkan persalinannya. Dari data Puskesmas Sei Ayak, pelayanan antenatal mengalami peningkatan dari K1 60,1% dan K4 72,8% di tahun 2009 menjadi K1 80,3% dan K4 97,3% tahun 2010. Dari beberapa capaian positif yang diperoleh, yang cukup menjadi perhatian juga terjadi beberapa masalah yang cukup serius, diantaranya masih rendahnya pemberian ASI ekslusif, hal ini sangat disayangkan karena manfaat dari ASI ekslusif sangat besar terhadap perkembangan bayi. Seharusnya pihak puskesmas yang menjadi pusat pelayanan kesehatan mampu membangun kesadaran untuk memberikan ASI ekslusif kepada bayi. Data penurunan pemberian ASI ekslusif dapat dilihat dari 5,1 pada tahun 2009 turun menjadi 3,6% tahun 2010. Kemudian, yang cukup memprihatinkan masih ada kematian bayi dan ibu yang terjadi, hal tersebut malah mengalami peningkatan di tahun 2010 dengan 5 kematian bayi dan 1 kematian ibu. Hal ini tentunya harus mampu diminimalisir guna mengurangi angka kematian pada saat persalinan maupun melahirkan. Dari tabel no 3 dapat kita lihat terjadi peningkatan yang cukup tinggi pada kematian bayi sebanyak 5 bayi. Dari keterangan pihak Puskesmas Sei Ayak kematian ibu dan bayi ditahun 2010 disebabkan oleh beberapa hal, yaitu sebagian besar disebabkan oleh pendarahan, infeksi, ekslamsia, partus lama, dan aborsi. Untuk mengatasi permasalhan ini pihak puskesmas telah menyusun program untuk mengurangi atau bahkan meniadakan kematian ibu dan bayi tersebut. hal ini dilakukan dengan berbagai pendekatan, diantaranya memberikan penyuluhan untuk selalu memeriksakan kandungan kepada petugas kesehatan dan melakukan persalinan yang
Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Sei Ayak.
Institusionalisasi dan Tantangan Tahapan-tahapan implementasi yang sebagaimana telah dilakukan memberikan dampak positif kepada masyarakat, inovasi yang dilakukan ini tentunya harus mampu dijaga agar tetap bisa bertahan. Untuk menjaga hal tersebut diperlukan adanya upaya pelembagaan oleh pimpinan puskesmas. Proses institusionalisasi yang dilakukan pihak Puskesmas Sei Ayak adalah dengan membuat visualisasi SOP (Standard Operational Procedure) pelayanan. Pembuatan SOP ini berguna bagi pengetahuan pasien karena dengan adanya hal tersebut dapat membantu pasien untuk mengetahui mekanisme bagaimana caranya untuk berobat dan untuk petugas puskesmas hal tersebut dapat memberikan dampak bagi kinerjanya dalam memberikan pelayanan. Pihak puskesmas juga mengoptimalkan fungsi kotak aduan bagi pasien. Pengoptimalan kotak aduan ini bertujuan untuk mendengarkan keluhan-keluhan dari pasien yang tidak mendapatkan pelayanan prima dari petugas-petugas puskesmas. Walaupun pengadaan kotak aduan ini dinilai sederhana tapi hal tersebut mampu memberikan sugesti kepada para petugas puskesmas agar selalu memberikan pelayanan yang prima bagi pasien yang datang untuk berobat. Kemudian keluhan-keluhan yang disampaikan oleh pasien melalaui kotak aduan juga dapat menjadi tolak ukur bagi pihak puskesmas dalam memperbaiki dan menjaga standar pelayanan-pelayanan yang telah terbentuk. Tantangan juga di hadapi oleh pihak puskesmas dalam upaya membangun proses institusionalisasi. tantangan tersebut muncul apabila ada pegawai
Meningkatkan Kualitas Pelayanan dan Fasilitas Puskesmas Sungai Ayak, Kabupaten Sekadau
9
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
yang baru masuk atau pindah tugas ke Puskesmas Sei Ayak yang tentunya harus beradaptasi terlebih dahulu dengan program-program yang telah dibuat oleh pihak puskesmas. Hal ini tentunya memerlukan waktu yang cukup lama agar dapat menyesuaikan dan beradaptasi dengan program tersebut. Kurangnya perhatian pemerintah juga menjadi tantangan tersendiri bagi usaha untuk meningkatkan pelayanan dan infrastuktur yang ada di puskesmas. Sehingga untuk menjalankan program-program yang dilaksanakan pihak puskesmas harus memanfaatkan dana-dana dari Kementrian Kesehatan berupa Jaminan Kesehatan Mayarakat (Jamkesmas), dll.
Poin Pembelajaran Terdapat bebrapa poin pembelajaran yang dapat kita petik dari usaha Puskesmas Sei Ayak untuk dapat memberikan pelayanan yang prima bagi masyarkat, antara lain : 1. Faktor kepemimpinan Jiwa kepemimpinan menjadi pemdorong yang kuat bagi munculnya inovasi untuk memberikan perubahan dalam pelayanan kesehatan. Tekad dan niat yang kuat dari Dr. Rossy untuk memperbaiki pelayanan kesehatan bagi masyarakat menciptakan dampak yang pisitif tentunya. Jiwa kepemimpinan itu di buktikan dengan kemampuan Dr. Rossy menyatukan visi dan misi dari para petugas kesehatan yang ada di Puskesmas untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. 2. Membangun suasana kerja dan Kerja tim Suasanan kerja yang nyaman dan akrab diperlukan untuk dapat membangun kecocokan dan keharmonisan bagi atasan dan bawahan. Hal ini secara langsung juga berdampak pada terbangunnya kerja tim yang solid. Karena sebagus apapun inovasi yang akan dilaksanakan tanpa kerja tim yang baik maka besar kemungkinan untuk gagal.
lain pihak puskesmas sangat terbantu dengan adanya dana swadaya dari masyarakat.
Peluang Replikasi Peluang replikasi Peningkatan pelayanan dan fasilitas di Puskesma Sei Ayak sangat mungkin dilakukan untuk daerah-daerah lain. Sebagai puskesmas yang telah mendapatkan penghargaan kinerja terbaik yang dianugerahkan oleh pemerintah provinsi, tentunya Puskesmas Sei Ayak sangat terbuka untuk direplikasi oleh wilayah-wilayah lainnya. Kebutuhan dasar untuk dapat mereplikasi hal ini adalah dibutuhkannya tenaga kesehatan yang memadai, Puskesmas, dan dukungan dari stakeholder Kecamatan untuk menjaga keberlanjutan suatu program. Kemudian, untuk dapat menjalankan program tersebut juga sangat diperlukan pendanaan yang cukup besar. Hal ini menyiratkan bahwa peran Pemerintah Daerah dan Dinas Kesehatan juga sangat diperlukan untuk memberikan dana agara terciptanya sebuah pelayanan yang prima bagi masyarakat. Puskesmas Sei Ayak memulai inovasi tersebut dengan membangun kesadaran bagi masyarakat akan arti pentingnya menjalankan pola hidup bersih dan sehat. Dari segi pelayanan, pihak Puskesmas selalu berusaha melayani masyarakat dengan baik, agar terciptanya citra baik di mata masyarakat terhadap puskesmas tersebut, sehingga puskesmas mampu menjadi pusat kesehatan bagi seluruh masyarakat. Untuk mereplikasi hal ini bukannya tanpa halangan, tantangan yang paling berat adalah menjamin program tersebut dapat berkesinambungan dan menjaga kekompakan kerja tim. Untuk dapat menjaga hal itu diperlukan dukungan penuh dari masyarakat dan Pemerintah Daerah yang bekerja sama dengan DinKes dan Puskesmas.
3. Pentingnya Partisipasi masyarakat Penyelenggaraan program peningkatan pelayanan dan infrastuktur Puskesmas Sei Ayak berhasil membangun kesadaran dan kepedulian masyarakat setempat. Keberlanjutan program tersebut juga tidak lepas dari bantuan masyarakat setempat ditengah keterbatasan dana yang diberikan pemerintah kepada Puskesmas. Bisa dikatakan bahwa masyarakat tidak hanya menjadi obyek tetapi juga menjadi penggerak bagi program tersebut. dengan kata Meningkatkan Kualitas Pelayanan dan Fasilitas Puskesmas Sungai Ayak, Kabupaten Sekadau
10
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Referensi Laporan Kesehatan Belitang Puskesmas Sei Ayak.
Hilir,
2008-2009.
Laporan Kesehatan Belitang Puskesmas Sei Ayak.
Hilir,
2009-2010.
Laporan Kesehtan Belitang Puskesmas Sei Ayak.
Hilir,
2010-2011.
Narasumber 1. Yohanes Bayen, S. sos. M, si, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Sekadau. Wawancara 26 Juli 2012. 2. Lukas, Kepala Puskesmas Wawancara tanggal 25 Juli 2012.
Sei
Ayak.
3. Dr. Rossy Tejaningsih, Koordinator Rawat Inap Puskesmas Sei Ayak. Wawancara tanggal 25 Juli 2012.
Meningkatkan Kualitas Pelayanan dan Fasilitas Puskesmas Sungai Ayak, Kabupaten Sekadau
11
http://igi.fisipol.ugm.ac.id