MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN BILANGAN MELALUI MEDIA MESIN FUNGSI MANUAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS DII/C di SLB LIMAS PADANG (Single Subject Research )
SKRIPSI
Diajukan Kepada Tim Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Luar Biasa Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh FAZILA SUWEDI 11588 / 2009
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013
(Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang) sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (QS. Al-Insyirah : 6 & 7)
Hidup ini tidak semudah yang kita bayangkan. Namun kita harus percaya bahwa setiap kehidupan pasti bisa kita jalani.. Karena Allah sudah berjanji,,, Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.. Ya Rabb… Hari demi hari telah ku jalani… Ku melangkah dengan penuh harapan.. Ku mengharap Ridho-Mu Ilahi.. Untuk mewujudkan cita-cita yang selama ini aku impikan.. Hari ini… Telah kuraih sekeping cita-cita tersebut… Namun ini semua belum berakhir… Perjalanan ku masih panjang.. Ya Allah…. Hamba bersyukur kepada Mu Ya Allah.. Segala puji bagi Engkau Ya Allah,, Yang telah mencurahkan nikmat kepada hamba. Nikmat islam, nikmat kesehatan, nikmat kemudahan… Atas nikmat yang Engkau berikan, hamba bisa menyelesaikan karya kecil ini… Ya Allah.. Karya ini, ku persembahkan buat kedua orang tuaku (Ayahanda & Ibunda tercinta) Yang tak henti memberikan motivasi kepadaku… Yang selalu memberikan yang terbaik buatku… Ayah… Hari ini ku persembahkan kebahagian ini buat mu ayah..
Ayah Kau yang selalu bekerja keras membanting tulang demi tercapainya cita-cita anakmu ini…. Tetesan keringat yang setiap hari membasahi tubuhmu… Ayah kaulah pahlawan hidupku… Semoga karya ini menjadi cahaya terindah dalam hidupmu Ayah… Ibu… Semua kebahagian ini ku lukiskan untukmu ibu.. Ku bisa seperti ini karna doamu yang tulus ibu… Untaian doamu adalah permataku.. Ya Allah.. Tak lupa ku persembahkan karya ku ini buat keluarga besarku, kerluargaku yang sangat ku sayangi atas perhatian, kasih sayang, pengorbaan dan do’a yang tiada pernah henti untuk ku selama ini untuk semua yang ada disisiku terima kasih canda tawa yang telah dipersembahkan untuku sehingga aku mampu jalani hidup yang penuh liku dengan semangat yang indah Ya Allah… Dengan segala kerendahan hati,, Hamba mohon bimbinglah hamba untuk selalu memberikan yang terbaik buat Ayah, Ibu dan Keluarga besar hamba… Hamba mohon lindungilah kami semua Ya Allah.. Jadikanlah kami hamba-Mu yang selalu bersyukur.. Amin… Padang, 17 Agustus 2013
Fazila Suwedi
ABSTRAK
Fazila Suwedi
(2013): Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan Bilangan Melalui Media Mesin Fungsi Manual Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas DII/C di SLB Limas Padang (Single Subject Research).
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang nampak di lapangan yaitu seorang anak tunagrahita ringan kelas DII/C di SLB Limas Padang yang mengalami kesulitan dalam melakukan penjumlahan bilangan sampai 20. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk membuktikan penggunaan media mesin fungsi manual dalam meningkatkan kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 anak tunagrahita ringan kelas DII/C di SLB Limas Padang. Penelitian ini menggunakan pendekatan Single Subject Research dengan disain A-B-A. Kondisi baseline (A1) yaitu kemampuan awal anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 sebelum diberikan perlakuan, kondisi intervensi (B) yaitu kondisi dimana anak diberikan perlakuan dengan media mesin fungsi manual, sedangkan kondisi baseline (A2) yaitu kemampuan anak setelah tidak diberikan perlakuan lagi. Target behavior dalam penelitian ini adalah anak mampu dalam mengerjakan soal penjumlahan bilangan sampai 20 yang diukur dengan persentase. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis visual grafik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media mesin fungsi manual dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 bagi anak tunagrahita ringan. Panjang kondisi baseline (A1) sebanyak 7 kali, kondisi intervensi (B) sebanyak 16 kali, dan kondisi baseline (A2) sebanyak lima kali. Analisis dalam kondisi level perubahan kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 pada kondisi baseline (A1) meningkat (+10%), kondisi intervensi (B) meningkat (+20%), dan kondisi baseline (A2) meningkat (+10%). Pada analisis antar kondisi dengan jumlah variabel yang dianalisis satu variabel yaitu kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20, dengan level perubahan pada kondisi B/A1 +70%, dan B/A2 +20% artinya bahwa persentase kemampuan anak dalam penjumlahan sampai 20 meningkat. Persentase overlape pada kondisi baseline (A1) dengan kondisi intervensi sebesar 0% ,dan pada kondisi baseline setelah intervensi (A2) dengan kondisi intervensi sebesar 20%. Dengan demikian terbukti bahwa hipotesis diterima, berarti media mesin fungsi manual dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 bagi anak tunagrahita ringan kelas DII/C di SLB Limas Padang. Disarankan bagi guru untuk menggunakan media mesin fungsi manual dalam meningkatkan kemampuan penjumlahan anak.
i
ABSTRACT Fazila Suwedi (2013): Improving the ability in calculation with manual fungtion machine media for mild mental retardation child in DII/C class SLB Limas Padang (Single Subject Research) The study was background by the problems of researcher found in school that a is mild mental retardation child in DII/C class SLB Limas Padang having trouble getting summation of the number to 20. Based on the research that is intended to demonstrate the use of the manual functions machine media improve the summations of ability up to 20 for mild mental retardation child in DII/C class SLB Limas Padang. This research using experiment with Single Subject Research approaches with ABA design. Baseline conditions (A1) that the initial capability in addition the number of children reached 20 before being given treatment, intervention condition (B) that is a condition where the child is given treatment by the media machine manual functions, whereas the baseline condition (A2), the ability of children after not given further treatment. Target behavior in this study is child capable of performing his question aggregation number reaches 20, as measured by percentage. Techniques of data analysis in this study is using graphic visual analysis. Results of this study shows that the manual functions machine media can improve the ability of summation number up to 20 for mild mental retardation child. Long baseline conditions (A1) 7 times, the intervention condition (B) 16 times, and the baseline condition (A2) five times. Analysis of changes in the condition of ability in summation number up to 20 in the baseline condition (A1) increased (10%), the intervention condition (B) increased (+20%), and the baseline condition (A2) increased (+10%). In cases in which the amount of analysis between the analyzed variables that the ability of the summation variable number reaches 20, the level of change in condition B/A1 +70%, and +20% B/A2 capability means that the percentage of child in addition to 20 increased. Overlape percentage at baseline conditions (A1) with the intervention condition as big as 0%, and the baseline condition after the intervention (A2) with 20% of the intervention condition. Thus proving that the hypothesis is accepted, it means that the manual functions machine media can improve the summation ability the number up to 20, mild mental retardation child second class in SLB Limas Padang. Recommended for teachers to use the manual functions machine media in addition to empower the child.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syurkur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan Bilangan Melalui Media Mesin Fungsi Manual Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas DII / C di SLB Limas Padang (Single Subject Research)”. Penulisan skripsi ini bertujuan melengkapi tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Univesitas Negeri Padang. Alur penyajian skripsi ini terdiri dari beberapa Bab yaitu Bab I pendahuluan yang berisi latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab II kajian teori yang berisi tentang hakekat tunagrahita, hakekat matematika, media pembelajaran, media mesin fungsi manual, kerangka konseptual, dan hipotesis. Bab III metodologi penelitian yang berisi tentang jenis penelitian, variabel penelitian, defenisi operasional penelitian, subjek penelitian, tempat dan waktu penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, teknik analisis data, dan kriteria pengujian hipotesis. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang deskripsi data, analisis data, pembuktian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran. Dalam menyelesaikan skripsi ini peneliti mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari banyak pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin
iii
mengucapkan banyak terima kasih yang setulus-tulusnya pada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Hanya do’a yang dapat peneliti berikan, semoga segala bantuan yang diberikan kepada peneliti dapat dibalas dan dinilai sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata, peneliti berhaap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti sendiri khususnya, pembaca pada umumnya dan juga bagi pengembangan Pendidikan Luar Biasa. Padang, Juni 2013
Penulis
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur Alhamdulillahhiobbil’alamin segala puji hanya milik Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Solawat dan salam semoga disampaikan kepada pejuang islam Nabi Muhammad SAW. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari doa yang tulus, cinta, kasih sayang, pengorbanan, motivasi, dan bantuan yang diberikan berbagai pihak kepada penulis. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada: 1) Teristimewa buat Orangtuaku tersayang (Ibu dan Ayah) Ibu terimakasih atas motivasi, nasehat, serta doa yang tulus yang selalu ibu berikan untuk anakmu ini. Ayah terimakasih banyak atas semua pengorbanan yang ayah berikan kepada anakmu ini, ayah membanting tulang pagi sampai sore demi anakmu, engkau tiada mengenal lelah, engkau selalu berusaha dengan tulus untuk menghidupi keluarga ini. Ayah ibu Zila minta maaf, zila belum bisa membalas jasa ayah dan ibu, hadiah ini zila persembahkan buat ayah dan ibu, baru ini yang bisa zila berikan kepada ayah dan ibu kebahagian yang tak terhingga ayah ibu. Terimakasih atas segalanya ayah ibu, semoga Allah selalu melindungi ayah dan ibu. Zila selalu mendoakan ayah dan ibu. I LOVE U IBU & AYAH… 2) Ketua Jurusan PLB FIP UNP, Bapak Drs. H. Asep Ahmad Sopandi, M.Pd. Terimakasih pak, telah memberikan ilmu tentang ke PLB-an, dan bapak telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Jurusan Pendidikan Luar Biasa.
v
3) Ibu Dra. Hj. Zulmiyetri, M.Pd. sebagai pembimbing I Ibuk…, Terimakasih buk atas segala ilmu yang ibu berikan kepada zila, semoga ilmu yang ibu berikan kepada zila bermanfaat buk. Dan terima kasih juga atas bimbingan, motivasi, dorongan yang ibu berikan kepada zila sehingga zila bisa menyelesaikan skripsi ini buk. 4) Ibu Rahmahtrisilvia, S.Pd., M.Pd. sebagai pembimbing II Ibuk… zila mengucapkan terimakasih kepada ibuk, atas segala bimbingan, motivasi, dorongan serta kepecayaan yang ibu berikan kepada zila buk. Atas kebaikan ibu zila bisa menyelesaikan skripsi ini buk. 5) Seluruh Bapak/ ibu dosen PLB Terimakasih pak/ibuk atas segala ilmu yang telah bapak/ibu berikan kepada zila. Semoga ilmu yang bapak/ibuk berikan bermanfaat bagi zila, bisa mengaplikasikannya di lingkungan masyarakat, dan bisa mendidik anak-anak yang berkebutuhan khusus. 6) Seluruh staf yang ada pada Jurusan Pendidikan Luar Biasa. Zila mengucapkan banyak terimaksih kepada (kak Susi & Kak Sur) terimakasih atas bantuannya kak selama ini kepada zila. Ibuk Neng, terimakasih buk atas motivasinya serta kebaikan ibuk kepada zila selama ini buk.. zila semoga kebaikan ibuk dibalas oleh Allah SWT,amin.. 7) Ibu Desyanty, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SLB Limas Padang yang terlah bersedia memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian zila selama tiga bulan. Zila mengucapkan terimakasih atas kerjasamanya buk.
vi
8) Guru SLB Limas Padang Terimakasih buat ibuk Emi yang telah memberikan bantuan kepada zila selama zila melakukan penelitian dikelas ibuk, Tidak lupa buat (ibuk Diana, ibuk Dian) terimakasih buk, ibuk telah memberikan bantuan kepada penulis selama penulis melakukan penelitian di Limas Padang. 9) Orangtua dan Keluarga Anak yang Penulis Teliti Terimakasih banyak atas izin yang bapak/ibuk berikan kepada penulis dalam melakukan penelitian terhadap anak bapak/ibuk. Serta terikasih atas kebaikan yang yang bapak/ibuk serta ivan yang telah berikan kepada penulis selama penulis melakukan penelitian. 10) Teruntuk buat (Uci dan Atuk) Uci, Atuk ini kado istimewa yang cucumu berikan untuk Uci dan Atuk. Kalian begitu sayang kepada Zila, begitu tulus menyayangi Zila. Selalu mendoakan, memotivasi La, Zila yang begitu merindukan uci. Bahkan sudah beberapa bulan zila gak bisa pulang dan uci sampai sakit merindukan la. La menyayangimu uci, La selalu mendoakanmu uci semoga uci selalu dalam Lindungan-Nya, amin.. Terimkasih banyak (Uci & Atuk), semoga kita bisa berkumpul uci & atuk… 11) Buat Keluarga Besarku (Ummi, Aba, Makyem, Makpi, dan Apak Q) yang selalu memberikan motivasi, kasih sayang kepada penulis, yang selalu mendoakan penulis. Terimkasih banyak Ummi atas motivasi ummi serta ummi selalu mengirimkan kiriman buat zila, buat Makyem terimakasih atas
vii
kesabaran dan kasih sayang amak dalam menghadapi zila, serta buat Makpi dan Apak terimaksih atas kasih sayang dan doa yang kalian berikan. 12) Buat Adek2 Q yang selalu merindukan uni pulang. Terimakasih adek2 Q sayang atas kasih sayang kalian kepada uni. Buat Getri terimkasih atas doamu dek, pesan uni rajin2 belajar pertahankan nilaimu supaya bisa melanjutkan kejenjang perkuliahan nanti, buat ibu dan ayah bangga ya dek. Buat Raka, uni pesan jangan nakal2 sayangi ummi, rajin2 belajar,buat adek2 kecil Q yang imoet (Aziz, Fardan, Adif), uni sayang kalian.. 13) Buat Sahabat-Sahabat Q Buat Ayuk Santi terimaksih atas kebaikanmu selama ini, walaupun kamu to cerewet, lebay tapi U to baik juga yuk,, hehe.. Buat Elsa terimakasih banyak Sa atas kebaikannya, dah numpangin zila memprint, hehe.. zila doakan semoga elsa jadi nikah sama rengki, amin. Buat Aina Ainun (Cicilia), terimakasih atas semuanya ya buk, telah dengarin curhat zila, telah nemanin la, telah bangunin la klw malam sholat,, hehe.. oy, zila doakan semoga penantian Aina Ainun tidak sia-sia. Buat uniang Resa, terimakasih atas motivasinya serta kebaikan uniang selama ne sm zila. Tetap semangat niang. 14) Terimakasih buat Licha Arisandi, Terimakasih yo diak alah sabar sakamar samo akak, begitu banyak jaso lisa ka akak he, lisa yang acok masak, yang acok malipek’an kain akak. Akak yang selalu menyusahin lisa, akak minta maaf yo sa. Akak anggap lisa dak adiak sakamar lai do, akak lah menggap lisa kayak adiak kak surang. Pesan akak jan banyak2 lolok le ndo, tugas tuk semester 7 & 8 semakin banyak.
viii
15) Terimakasih buat kakak Q yang jauh disana buat kak Amoy, terimakasih atas motivasi, serta doanya kak. Zila doakan semoga usaha kakak lancar, amin. 16) Terimakasih buat teman-teman seperjuangan 2009 Buat Ayuk Mala, tetap semangat yuk zila doakan cepat menyusul yuk, terimakasih buat teman2 PL (Ozila, Uni Cel, Buk Chori, Syafar, Yuli, dan Pak Yudi). Buat teman2 Senasip seperjuangan (Iin, Mami Rida, Padri, Dini, Eja, Puput, dan Gen) yang selalu sama2 bimbingan. Terimakasih buat teman2 Q semua (Ummi Beta, Buk El, Ni mimi, Eza Yusdial, Ni Winda, Ni Ayu, Ikang, Oki, Azrina, Aidil, Elwa Ayi). Dan teman-teman Q semua angkatan 2009 yang tak bisa disebutkan namanya satu persatu, yang telah memberikan semangat dan dorongan sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Sejak awal kita masuk sampai sekarang kita berjuang bersama-sama. 17) Terima kasih untuk adx2 2010, 2011, 2012. Tetap semangat ya adek2 semua. Akhir kata, penulis mohon maaf yang sebesar – besarnya apabila terdapat kesalahan – kesalahan pada skripsi ini.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................... i ABSTRACT (Translet) ............................................................................... ii KATA PENGANTAR ............................................................................. iii UCAPAN TERIMAKASIH......................................................................... v DAFTAR ISI ............................................................................................... x DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii DAFTAR GRAFIK..... .............................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv DAFTAR BAGAN ...................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 6 C. Batasan Masalah........................................................................................ 7 D. Rumusan Masalah ...................................................................................... 7 E. Tujuan Penelitan......................................................................................... 7 F. Manfaat Penelitian...................................................................................... 8 BAB. II. KAJIAN TEORI ...................................................................................... 9
A. Hakekat Tunagrahita Ringan ....................................................................... 9 B. Hakekat Matematika .................................................................................. 15 C. Media Pembelajaran................................................................................... 22
x
D. Media Mesin Fungsi Manual ..................................................................... 29 E. Kerangka Konseptual ................................................................................. 33 F. Hipotesis .................................................................................................... 34 BAB. III. METODOLOGI PENELITAN ........................................................... 36
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 36 B. Variabel Penelitian ..................................................................................... 37 C. Defenisi Operasional Penelitian ................................................................. 38 D. Subjek Penelitian ...................................................................................... 39 E. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 39 F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data .......................................................... 40 G. Teknik Analisis Data.................................................................................. 40 H. Kriteria Pengujian Hipotesis ...................................................................... 49 BAB. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 50
A. Deskripsi Data........................................................................................... 50 B. Analisis Data .............................................................................................. 67 C. Pembuktian Hipotesis ............................................................................... 94 D. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................... 96 BAB. V. PENUTUP............................................................................................. 100
A. Kesimpulan .............................................................................................. 100 B. Saran ........................................................................................................ 101 DAFTAR RUJUKAN ......................................................................................... 102 LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Kriteria Kestabilan ............................................................................ 44 2. Level Perubahan Data ....................................................................... 46 3. Tabel Format Rangkuman Analisis Visual Grafik ............................ 46 4. Tabel Jumlah Variabel yang Berubah ............................................... 47 5. Tabel Format Analisis Antar Kondisi ............................................... 49 6. Persentase Jawaban Anak yang Benar Pada Fase Baseline (A1) ...... 54 7. Persentase Jawaban Anak yang Benar Pada Fase Intervensi (B) ...... 60 8. Persentase Jawaban Anak yang Benar Pada Fase Baseline (A2) ...... 64 9. Tabel Panjang Kondisi ...................................................................... 67 10. Tabel Estimasi Kecenderungan Arah ................................................ 73 11. Persentase Stabilitas Data Kondisi Baseline dan Intervensi ............. 82 12. Tabel Kecenderungan Jejak Data ...................................................... 84 13. Tabel Level Perubahan ...................................................................... 88 14. Tabel Rangkuman Analisis dalam Kondisi ....................................... 88 15. Tabel Jumlah Variabel yang Dirubah ................................................ 89 16. Tabel Perubahan Kecenderungan Arah ............................................. 90 17. Tabel Perubahan Kecenderungan Stabilitas ...................................... 91 18. Tabel Level Perubahan ...................................................................... 92 19. Tabel Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi .............................. 94
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik
Halaman
1. Grafik Kondisi Baseline Sebelum Diberikan Intervensi (A1) ........ 54 2.
Grafik Kondisi Intervensi (B) ........................................................ 61
3.
Grafik Kondisi Baseline Setelah Tidak Lagi Diberikan Iternvensi (A2) ............................................................................... 64
4.
Grafik Perbandingan A1, B, A2 ..................................................... 65
5.
Grafik Estimasi Kecenderungan Arah A1 ..................................... 70
6.
Grafik Estimasi Kenecerungan Arah B.......................................... 71
7.
Estimasi Kecenderungan Arah A2 ................................................. 72
8.
Grafik Stabilitas Kecenderungan A1 ............................................. 76
9.
Grafik Stabilitas Kecenderungan B ............................................... 78
10. Grafik Stabilitas Kecenderungan A2 ............................................. 81
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.
Halaman
Media Mesin Fungsi Manual ......................................................... 30
xiv
DAFTAR BAGAN
Gambar
Halaman
1. Kerangka Konseptual ........................................................................ 34 2. Prosedur Dasar Desain A-B-A .......................................................... 37
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
I.
Kisi-kisi penelitian..................................................................... 104
II.
Instrumen Penelitian .................................................................. 106
III.
Program Pengajaran Individual ................................................. 107
IV.
Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP) ................................... 109
V.
Rekapitulasi Hasil Penelitian .................................................... 117
VI.
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Baseline (A1) ........................... 118
VII. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Intervensi (B) ........................... 120 VIII. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Baseline (A2) ........................... 125 IX.
Dokumentasi Penelitian ............................................................. 126
X.
Bukti Fisik
XI.
Surat Izin Melakukan Penelitian
XII. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi setiap anak, semua anak berhak memperoleh pendidikan yang bermutu tanpa terkecuali. Termasuk anak berkebutuhan khusus, mereka memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan UU Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 51, bahwa anak yang menyandang cacat fisik atau mental diberikan kesempatan yang sama dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa. Pendidikan luar biasa merupakan salah satu bentuk pendidikan formal bagi anak yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran. Salah satu jenis anak yang mengalami kesulitan mengikuti proses pembelajaran dan harus mendapatkan pelayanan khusus atau pendidikan khusus adalah anak tunagrahita. Kelompok anak tunagrahita adalah anak tunagrahita ringan, sedang dan berat. Anak tunagrahita ringan merupakan anak yang memiliki karakteristik, dengan kecerdasan dibawah rata-rata berkisar antara 50-70, yang mana mereka mampu didik. Secara fisik anak tunagrahita ringan umumnya tidak jauh berbeda dengan anak normal. Anak tunagrahita ringan mempunyai kemampuan untuk berkembang terutama dalam bidang akademik. Dimana
1
2
secara akademik mereka diajarkan aneka mata pelajaran sesuai dengan kurikulum 2006, termasuk mata pelajaran matematika. Menurut
Johnson
dan
Myklebust
(dalam
Mulyono:
2003:252)
“Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir”. Dari pendapat tersebut dengan mempelajari matematika anak akan mudah berfikir. Jadi matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting diberikan kepada anak, agar memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan seharihari. Ruang lingkup dasar matematika adalah operasi hitung penjumlahan (+), pengurangan (-), perkalian (x) dan pembagian (:). Dalam mata pelajaran matematika kompetensi dasar yang dituntut pada kurikulum matematika kelas DII/C adalah anak mampu melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20, sedangkan kompetensi dasarnya yaitu melakukan penjumlahan sampai 20. Berdasarkan studi pendahuluan, peneliti melakukan observasi pada bulan Oktober dan November 2012, diketemukan seorang anak tunagrahita ringan X laki-laki, umurnya 13 tahun, duduk dikelas DII/C SLB Limas Padang, siswa tersebut pindahan dari sekolah regular, karena kemampuan anak tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) di sekolah tersebut. Anak mengalami kesulitan dalam mata pelajaran matematika khususnya penjumlahan bilangan. Anak cepat bosan ketika belajar matematika sehingga menyebabkan anak sering keluar masuk ketika belajar matemtika.
3
Ketika belajar matematika anak sering mengatakan susah, pada saat guru bertanya kepada anak tentang penjumlahan bilangan sampai lima anak masih bisa menjawab dengan benar, misalnya 2 + 5 = 7, anak mengangkat jari tangan kanannya 2 kemudian mengangkat lagi jari tangan kirinya 5, maka hasilnya 7. Namun saat disuruh menjumlahkan bilangan lebih dari lima, anak mengalami kesulitan dalam mengerjakannya. Misalnya 7 + 4= 6, anak mengangkat jari tangan kanan 2 kemudian ditambah dengan jari kiri 4, hasilnya 6, hasil yang dijawab anak salah. Pada saat mengerjakan latihan penjumlahan bilangan anak selalu terakhir mengumpulkan latihan. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas, guru menyatakan anak tersebut memang mangalami kesulitan dalam mata pelajaran matematika yaitu penjumlahan bilangan. Selain itu informasi dari guru bahwa anak sudah mengenal angka sampai 20, anak bisa membilang benda sampai 20, sudah bisa menuliskan angka 1 sampai 20, anak sudah mengenal lambang operasi hitung, misalnya tanda (-, +, =), dan anak sudah bisa melakukan penjumlahan bilangan dengan pembelajaran semi kongkrit, seperti anak disajikan dua gambar yaitu gambar pertama adalah gambar 6 buah apel dan gambar kedua adalah gambar 5 buah apel. Selanjutnya anak menggabungkan banyak gambar pertama dengan banyak gambar kedua, hasilnya 11. Tapi ketika anak diberikan soal penjumlahan secara abstak atau angka dengan angka anak mengalami kesulitan dalam mengerjakannya. Selama ini di sekolah guru hanya membantu anak dalam melakukan operasi penjumlahan
4
bilangan dengan menggunakan jari sehingga terkadang anak salah tafsir atau kurang tertarik dengan media yang ada. Untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap, maka penulis melakukan asesmen matematika tentang penjumlahan bilangan sampai 20 terhadap anak. Pada saat tes pertama hari rabu tanggal 24 Oktober 2012 anak diberi soal penjumlahan semi kongrit, anak bisa menjawabnya. seperti anak disajikan dua gambar yaitu gambar pertama adalah gambar 6 bola dan gambar kedua adalah gambar 8 bola. Selanjutnya anak menggabungkan banyak gambar pertama dengan banyak gambar kedua, hasilnya 14. Hari berikutnya rabu tanggal 31 Oktober 2012 anak diberi soal 10 buah, anak hanya mampu menjawab tiga buah soal yang benar. Soal yang dijawab benar oleh anak adalah soal yang angkanya kurang dari 5. Misalnya 3+4=7, anak mengangkat jari kanan 3 kemudian ditambah dengan jari kiri 4, kemudian anak menghitung jarinya, jadi hasil 3 + 4= 7. Sedangkan untuk soal yang angkanya lebih dari 5 anak menjawab salah. Misalnya 7 + 1 = 3, anak mengangkat jari kanannya 2 kemudian ditambah dengan jari kiri 1 hasilnya 3. Jadi anak beranggapan 7 itu konsepnya 2 + 1 = 3. Jadi persentase yang diperoleh anak pada hari kedua adalah 30%. Selanjutnya hari rabu tanggal 7 November 2012 anak diberi soal penjumlahan deret kesamping sebanyak 10 buah, namun tidak satupun yang bisa dijawab anak. Karena soal yang diberikan angkanya lebih dari 5, misalnya 6 + 2 = 3. Anak mengangkat jari kanan 1 ditambah dengan jari kiri 2 jadi hasilnya 3, persentase yang diperoleh anak 0%. Selanjutnya tanggal 14
5
November 2012 peneliti memberikan beberapa soal yang angkanya juga lebih dari 5, hal yang sama dilakukan oleh anak. Misalnya 8 + 2 = 5, anak mengangkat jari kanannya 3 ditambah dengan jari kiri 2 jadi hasilnya 5. Tidak ada yang bisa dijawab dengan benar oleh anak, persentase yang diperoleh anak adalah 0%. Dan terakhir tanggal 21 November 2012 anak diberi penjumlahan deret kesamping lagi dengan angkanya lebih dari 5. Sama seperti hari sebelumnya tidak satupun yang bisa dijawab oleh anak. Persentase yang diperoleh anak 0%. Berdasarkan studi pendahuluan diatas diperoleh gambaran bahwa anak mengalami permasalahan dalam penjumlahan bilangan. Anak belum mampu menyelesaikan soal penjumlahan yang menggunakan jari tangannya lebih dari 5. Berdasarkan standar kompetensi yang dipakai untuk anak kelas DII/C dalam mata pelajaran matematika seharunya anak sudah mampu melakukan penjumlahan bilangan sampai 20, namun kenyataannya anak belum mampu melakukan penjumlahan bilangan sampai 20. Maka peneliti mencoba mengatasi permasalahan tersebut dan mecari solusinya dengan memberikan pelayanan alternatif untuk meningkatkan kemampuan penjumlahan bilangan anak dengan menggunakan media mesin fungsi manual. Mesin fungsi manual adalah mesin hitung yang dapat menarik minat anak pada pembelajaran matematika dalam melakukan tugas operasi hitung penjumlahan. Menurut Ruseffendi (1979:36) “Mesin fungsi manual ini berfungsi sebagai alat untuk anak-anak berlatih keterampilan berhitung, sambil bermain”. Mesin fungsi ini berbentuk kotak yang menggambarkan
6
manusia ada mata, hidung dan mulut. Mata untuk memasukkan benda ke dalam mesin, sedangkan mulut untuk mengeluarkan benda atau jawaban yang dijawab oleh anak. Mesin fungsi manual ini otaknya (mesinnya) adalah manusia, dalam hal ini anak. Anak yang ada dalam kotak itu menunjukkan atau mengeluarkan kartu jawaban benar. Media mesin fungsi manual ini mempunyai kelebihan yang menarik bagi anak dalam melakukan penjumlahan karena penggunaan mesin fungsi manual sambil bermain. Penggunaan media mesin fungsi manual ini adalah anak berada dibelakang mesin yang berbentuk kotak. Guru memasukkan angka ke dalam mesin fungsi manual, kemudian anak menyebutkan angka tersebut. Kemudian guru memasukkan kartu gambar, kemudian anak menghitungnya. Anak mengingat angka yang pertama dimasukkan oleh guru, kemudian ditambahkan dengan banyak gambar yang dimasukkan. Anak menyebutkan hasil dari penjumlahan tersebut dan mengeluarkannya melalui mulut. Selanjutnya anak menulis angka pada kertas, kegiatan ini dilakukan sambil bermain sehingga anak belajar dengan senang. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan Bilangan Melalui Media Mesin Fungsi Manual Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas DII/C di SLB LIMAS Padang”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah, sebagai berikut:
7
1. Anak sering bosan dalam belajar matematika 2. Anak sering salah dalam melakukan penjumlahan bilangan sampai 20 3. Anak
belum
mampu
mengerjakan
penjumlahan
yang
apabila
menggunakan jarinya lebih dari lima. 4. Anak belum mampu mengerjakan penjumlahan bilangan sampai 20. 5. Berdasarkan wawancara guu, guru belum banyak menggunakan media, terutama media mesin fungsi manual. Karena guru belum mempunyai wawasan tentang penggunaan media mesin fungsi manual ini. C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka peneliti
membatasi
permasalahan
pada
“Meningkatkan
Kemampuan
Penjumlahan Bilangan Sampai 20 Melalui Media Mesin Fungsi Manual Bagi Anak Tunagrahita Ringan kelas D II/C SLB LIMAS Padang”. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Media Mesin Fungsi Manual Dapat Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan Bilangan Sampai 20 Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas DII/C di SLB LIMAS Padang”? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikankan diatas maka tujuan dari penelitian yang ingin dicapai adalah untuk
membuktikan
penggunaan media mesin fungsi manual dalam meningkatkan kemampuan
8
penjumlahan bilangan sampai 20 bagi anak tunagrahita ringan kelas DII/C di SLB LIMAS Padang. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang peneliti lakukan ini, diharapkan memberi manfaat bagi semua pihak, yaitu: 1. Bagi peneliti Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang karakteristik anak tunagrahita serta wawasan tentang upaya dalam meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan yang hasilnya sampai 20 melalui berbagai media. 2. Bagi guru Sebagai alternatif bagi guru untuk memilih media yang yang menarik bagi anak dalam pembelajaran matematika. Sehingga dengan adanya media yang menarik dari guru anak tidak akan bosan dan takut dalam belajar matematika. 3. Bagi sekolah Sebagai
acuan
dalam
menentukan
berbagai
bentuk
media
pembelajaran bagi anak tunagrahita ringan. Sehingga dengan adanya media pembelajaran yang menarik maka dapat menunjang kemampuan anak dalam belajar. 4. Bagi pembaca Sebagai acuan untuk mengembangkan pengetahuan lain dan pemilihan media yang menarik bagi anak tunagrahita.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakekat Tunagrahita Ringan 1. Pengertian Tunagrahita Ringan Anak tunagrahita ringan merupakan anak yang mempunyai IQ antara 50 – 70, mereka mampu didik, masih bisa mengikuti pelajaran akademik. Menurut Sumekar (2009:128) “Anak tunagrahita ringan adalah mereka yang kecerdasan dan adaptasi sosialnya terhambat namun anak ini masih mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial, dan kemampuan bekerja. IQ anak tunagrahita ringan berkisar 50 – 70. Dalam penyesuaian sosial mereka dapat bergaul, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial tidak saja pada lingkungan yang terbatas, tetapi juga pada lingkungan yang lebih luas, bahkan kebanyakan dari mereka dapat mandiri dalam masyarakat”. Selanjutnya menurut Wantah (2007:10) mengemukakan bahwa “Berdasarkan data menunjukkan bahwa kira-kira 85 % dari anak retardasi mental tergolong retardasi mental ringan, memiliki IQ antara 50-75, dan mereka dapat mempelajari keterampilan, dan akademik mereka sampai kelas enam Sekolah Dasar (SD)”. Anak tunagrahita ringan adalah mereka yang masih dapat belajar, membaca, menulis, dan berhitung sederhana (Somantri: 1996:86 ). Kemudian menurut Amin (1995: 22) “Tunagrahita ringan mereka yang termasuk dalam kelompok ini meskipun kecerdasannya dan adaptasi
9
10
sosialnya terhambat, namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial, dan kemampuan bekerja. IQ anak tunagrahita ringan berkisar 50-70. Dalam penyesuaian sosial mereka dapat bergaul dalam masyarakat yang luas, bahkan kebanyakan dari mereka dapat mandiri dalam masyarakat”. Menurut Hildayani (2005:6.7) mengemukakan bahwa “Anak tunagrahita ringan adalah mereka yang masih mampu menguasai pendidikan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Mereka juga masih dapat mengembangkan keterampilan sosial dan komunikasinya”. Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat dimaknai bahwa anak tunagrahita ringan merupakan mereka yang mempunyai IQ yang berkisar 50 – 70, dan anak tunagrahita ringan mampu didik mereka masih bisa mengikuti
pelajaran
akademik,
keterampilan
serta
mereka
bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. 2. Karakteristik Tunagrahita Ringan Anak tunagrahita ringan memiliki IQ yang berkisar 50 – 70, selain itu karakteristik anak tunagrahita ringan adalah mereka banyak lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan kata-katanya, tetapi mereka masih mampu mengikuti pelajaran akademik seperti belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana.
11
Menurut Wantah (2007:16) mengemukakan bahwa karakteristik dari tunagrahita mampu didik adalah: a. Memerlukan dukungan yang terbatas (kadang-kadang) b. Biasanya tidak berbeda dengan anak normal yang memiliki usia yang sama c. Seringkali mereka hanya mengalami sedikit hambatan dalam perkembangannya yang merupakan kekurangan utamanya, kecuali pada bidang akademik d. Anak tunagrahita ringan mereka dapat mencapai kemampuan akademik kelas tiga sampai kelas enam SD e. Setelah dewasa mereka dapat memperoleh pekerjaan sendiri, dan f. Kebanyakan anak tunagrahita ringan tersebut akan kawin, dan memperoleh anak dan dapat berbaur dengan masyarakat dengan baik tanpa perbedaan. Amin (1995:37) Karakteristik anak tunagrahita ringan adalah anak tunagrahita ringan banyak yang lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan kata-katannya. Mereka mengalami kesukaran berfikir abstrak, tetapi mereka masih dapat mengikuti pelajaran akademik baik di sekolah biasa maupun di sekolah khusus. Pada umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan anak umur 12 tahun, tetapi itu sebagian dari mereka. Sebagian tidak dapat mencapai umur kecerdasan setinggi itu. Kecerdasan anak tunagrahita ringan paling tinggi sama dengan kecerdasan anak normal usia 12 tahun.
12
Selanjutnya menurut Yuliani. 2010 “Karakteristik tunagrahita ringan adalah anak yang tergolong dalam tunagrahita ringan memiliki banyak kelebihan dan kemampuan. Mereka mampu dididik dan dilatih. Misalnya, membaca, menulis, berhitung, menjahit, memasak, bahkan berjualan. Tunagrahita ringan lebih mudah diajak berkomunikasi. Selain itu kondisi fisik mereka tidak begitu mencolok. Mereka mampu berlindung dari bahaya apapun. Karena itu anak tunagrahita ringan tidak memerlukan pengawasan ekstra”. Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat dimaknai bahwa karakteristik dari anak tunagrahita ringan adalah mampu belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana, usia 16 tahun tingkat kecerdasannya sama dengan anak kelas tiga atau lima SD, kematangan belajar membaca dicapai pada usia 9 s/d 12 tahun, dapat bergaul dan mampu mengerjakan pekerjaan ringan. 3. Penyebab Tunagrahita Ringan Banyak faktor yang menyebabkan anak mengalami ketunagrahitaan. Faktor tersebut meliputi faktor keturunan, faktor sebelum lahir yaitu pada waktu dalam kandungan, pada waktu lahir misalnya lahir dengan menggunakan alat bantu, serta faktor setelah lahir. Secara umum penyebab tunagrahita dapat disebabkan oleh beberapa fakror diantaranya faktor genetik, biologis, non-keturunan dan lingkungan (Anggraini:2012).
13
Menurut Wantah (2007:22), faktor-faktor penyebab ketunagrahitaan adalah : a. Keturunan Dalam beberapa penelitian menyimpulkan bahwa kira-kira 5% dari keterbelakangan mental (tunagrahita) disebabkan oleh faktor keturunan. Keterbelakangan mental (tunagrahita) disebabkan oleh kelainan yang diwariskan oleh kelainan pada gen seperti fragile X syndrome. Fragile syndrome X
adalah kerusakan pada kromosom
yang menentukan jenis kelamin, biasanya mewarisi penyebab keterbelakangan mental (tunagrahita). b. Prenatal (sebelum lahir) Berbagai faktor yang menyebabkan sehingga bayi yang ada dalam kandungan mengalami keterbelakangan mental (tunagrahita). Adapun beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami keterbelakangan mental yaitu : ibu pada waktu hamil mengkonsumsi obat terlarang, merokok, kekurangan gizi, terkena penyakit rubella, serta pada waktu hamil ibu menderita tekanan darah tinggi (hyper tension) atau keracunan pada darah (toxemia), menurunnya oksigen pada janin dapat menyebabkan kerusakan pada otak dan anak mengalami keterbelakangan mental. c. Natal (waktu lahir) Proses melahirkan yang terlalu lama, dapat mengakibatkan kekurangan oksigen pada bayi. Tulang panggul ibu yang terlalu kecil
14
dapat menyebabkan otak terjepit dan menimbulkan pendarahan pada otak (anoxia), juga proses melahirkan yang menggunakan alat bantu (penjepit, tang). d. Post Natal (sesudah lahir) Pertumbuhan bayi yang kurang baik seperti gizi buruk, busung lapar, demam tinggi yang disertai kejang-kejang, kecelakaan, radang selaput otak (meningitis) dapat menyebabkan seorang anak menjadi ketunaan (tunagrahita). e. Faktor lingkungan Lingkungan
akan
sangat
mempengaruhi
akan
tumbuh
kembangnya anak walaupun anak dilahirkan normal tetapi jika tidak diperhatikan, maka anak akan mengalami keterbelakangan mental. Misalnya mengabaikan bayi dengan tidak memberikan rangsangan fisik dan mental yang diperlukan untuk perkembangan normal, maka bayi tersebut akan menderita dan mengalami keterbelakangan dalam belajar. Selain itu, jika anak hidup dalam kemiskinan dan menderita kekurangan gizi, kondisi kehidupan tidak sehat. Dari kedua pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang menyebabkan anak tunagrahita adalah faktor keturunan, prenatal (sebelum lahir), natal (saat lahir), post natal (setelah lahir) dan faktor lingkungan.
15
B. Hakikat Matematika 1. Pengertian Matematika Matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan juga unsur ruang sebagai sasarannya. Matematika pada suatu tingkat rendah terdapat ilmu hitung, ilmu ukur dan aljabar (bagian dari matematika dan perluasan dari ilmu hitung, yang banyak digunakan diberbagai bidang disiplin lain, misalnya fisika, kimia, biologi, teknik, komputer, industri, ekonomi, kedokteran dan pertanian). Jamaris (2009:238) Matematika adalah cara berfikir yang bersifat deduktif, yaitu berkaitan dengan proses pengambilan keputusan berdasarkan premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Seperti, keputusan-keputusan yang diterapkan pada proses berpikir yang berkaitan dengan perubahan-perubahan berdasarkan hasil penjumlahan (Comutatif property of addition) yang mengambil kesimpulan “tanpa menghiraukan tempatnya, bilangan yang sama apabila digabungkan atau dijumlahkan akan menghasilkan jumlah yang sama. Selanjutnya menurut Johnson dan Myklebust (dalam Mulyono: 2003:252) “Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir”. Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat dimaknai bahwa matematika adalah bahasa simbol yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan berupa fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. Ciri yang sangat penting dalam
16
matematika adalah disiplin berpikir yang didasarkan pada berpikir logis, konsisten, inovatif dan kreatif. 2. Tahapan dalam Belajar Matematika Pemahaman terhadap operasi matematika berlangsung dari tahap yang sederhana ke tahap yang lebih sulit. Hali ini sesuai dengan tahapan perkembangan dalam mempelajari matematika. Menurut Simanjuntak (1992:73) mengatakan bahwa pemahaman akan konsep-konsep matematika dapat dipahami oleh anak lebih mendasar harus diadakan pendekatan belajar dalam mengajar, antara lain: a. Anak yang belajar matematika harus menggunakan benda-benda kongkrit dan membuat abstraksinya dari konsep-konsepnya b. Materi pelajaran yang akan diajarkan harus ada hubungannya atau pengaitan dengan yang sudah dipelajari c. Supaya anak memperoleh sesuatu dari belajar matematika harus mengubah suasana abstrak dengan menggunakan simbol d. Matematika adalah ilmu seni kreatif karena itu hrus dipelajari dan diajarkan sebagi ilmu seni. Menurut Jamaris (2009:250) pada dasarnya, tahapan yang ada dalam mempelajari matematika terdiri dari: a. Tahapan belajar secara kongkrit Tahapan belajar matematika secara kongkrit dilakukan dengan cara memanipulasi objek. Kegiatan memanipulasi objek dapat dilakukan anak dengan menggabungkan balok-balok sesuai dengan
17
operasi matematika. Misalnya: guru memberikan 5 balok plastik berwarna biru dan 5 balok plastik berwarna putih. Kemudian anak diminta menggabungkan balok plastik tersebut sesuai dengan warnanya dan menghitung jumlah balok plastik putih dan jumlah balok plastik warna biru. Selanjutnya anak diminta menggabungkan rangkaian balok plastik putih dan rangkaian balok plastik biru dan menghitungnya, jumlahnya 10. Dengan demikian anak telah melakukan operasi penjumlahan. Tahapan ini merupakan dasar yang penting dalam pemahami opersi matematika selanjutnya. b. Tahapan belajar secara semi kongkrit Tahapan belajar secara semi kongkrit dilaksanakan dengan jalan melakukan operasi matematika berdasarkan ilustrasi dari objek-objek yang akan dijadikan materi operasi matematika. Misalnya, pada anak disajikan dua gambar yaitu gambar pertama adalah gambar 5 ayam dan gambar
kedua
gambar
3
ayam.
Selanjutnya
anak
diminta
menggabungkan banyak gambar pertama dengan banyak gambar kedua, hasilnya 8. c. Tahapan belajar secara abstrak Pada tahapan abstrak anak melakukn operasi matematika tidak lagi menggabungkan bantuan gambar, akan tetapi sudah langsung menggunakan berbagai lambang bilangan. Dengan menggunakan berbagai lambang bilangan tersebut anak melakukan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
18
Dengan demikian dalam belajar matematika terutama dalam penjumlahan bilangan berlangsung dari tahap yang sederhana ke tahap yang lebih sulit. Tahapan dalam belajar matematika mulai dari yang kongkrit dengan menggunakan benda nyata, selanjutnya tahapan semi kongkrit dilakukan dengan menggunakan gambar, dan yang terakhir adalah
tahapan
belajar
secara
abstrak
sudah
langsung
dengan
menggunakan berbagai lambang bilangan. 3. Operasi Pemjumlahan Bilangan Pengajaran penjumlahan merupakan operasi hitung yang pertama kali dikenal siswa. Penjumlahan merupakan operasi matematika yang menjumlahkan suatu angka dengan angka lainnya sehingga menghasilkan nilai tertentu yang pasti. Simbol untuk operasi penjumlahan adalah tanda plus ( + ). Anak-anak
untuk
pertama
kali
memperoleh
pembelajaran
penjumlahan pada umumnya dikelas satu SD. Jadi taraf berpikirnya masih pada
operasional
kongkrit.
Oleh
sebab
itu,
penanaman
konsep
penjumlahan akan lebih dipahami apabila disajikan dengan menggunakan benda-benda kongkrit atau alat peraga serta dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
19
Menurut Dalais (2007: 9) sifat-sifat dalam penjumlahan cacah adalah: a. Sifat tertutup Untuk menjelaskan sifat tertutup pada operasi bilangan cacah, guru minta siswa menentukan sembarang 2 bilangan cacah, misalnya 4 dan 2. Kemudian meminta siswa untuk menentukan jumlahnya. Tanyakan kepada siswa apakah jumlah 4 dan 2 bilangan cacah? Jawaban yang benar “ya”. Jadi dapat disimpulkan bahwa jumlah setiap dua bilangan cacah sembarang adalah bilangan cacah. Dapat dikatakan bahwa bilangan cacah tertutup terhadap penjumlahan. b. Sifat komutatif Untuk menjelaskan sifat pertukaran pada operasi bilangan cacah. Guru minta siswa menentukan sebarang 2 bilangan cacah, misalnya 3 dan 4. Berapakah 3+4 dan berapa pula 4+3? Apakah 3+4 sama dengan 4+3? “ya”, 3+4 =4+3 sebab 3+4=7, begitu pula 4+3=7. Oleh karena itu, untuk dua bilangan cacah bila dijumlahkan hasilnya tidak berubah seandainya letak kedua bilangan itu dipertukarkan, maka dikatakan bahwa penjumlahan dalam himpunan bilangan cacah memenuhi sifat pertukaran atau komutatif. c. Sifat asosiatif Untuk menjelaskan sifat pengelompokan pada operasi bilangan cacah. Guru minta siswa menentukan 3 bilangan cacah, misalnya: 3,4 dan 5. Apakah
20
(3+4)+5 = 3+ (4+5)? Jawabannya adalah benar bahwa (3+4)+5 = 3 + (4+5) Untuk setiap 3 bilangan cacah hasil jumlahnya tidak berubah bila 2 bilangan pertama atau 2 bilangan terakhir dijumlahkan terlebih dahulu, maka dikatakan bahwa penjumlahan dalam himpunan bilangan cacah memenuhi sifat pengelompokan atau asosiatif. d. Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan Untuk
menjelaskan
sifat
distributif
perkalian
terahadap
penjumlahan. Guru minta siswa menentukan 3 bilangan cacah, misalnya: 3,4, dan 6. Apakah 3 x (4+6) = (3x4) + (3x6)? Jawabannya ialah benar 3 x 10 = 30 sama dengan 12 + 18 = 30 Oleh karena itu, setiap bilangan cacah a,b, dan c berlaku bahwa a x (b+c) = (axb) + (axc). Maka dikatakan dalam himpunan bilangan cacah menemui sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan. e. Sifat bilangan satu dan nol Hasil setiap bilangan cacah ditambah dengan 0, maka hasilnya adalah bilangan itu sendiri, misalnya : 4+0 = 4, 0+8 = 8. Jadi, 0 merupakan identitas terhadap penjumlahan. Menurut Simanjuntak, dkk (1993:101) pengajaran penjumlahan bagi peserta didik dengan daya tangkap lambat dapat diupayakan dengan berbagai cara sebagai berikut:
21
a. Penjumlahan
dengan
membilang
adalah
dengan
melanjutkan
membilang. Misalnya: 7 + 3 = …?. Suruh anak mengelompokkan lidi dan sekaligus menghitung lidi 1 sampai 7 dan 1 sampai 3. Setelah pengelompokkan dari tujuh dilanjutkan membilang tiga kali yaitu 7, 8, 9 dan 10, maka hasilnya 10. Dengan demikian 7 + 3 = 10. b. Penjumlahan dapat dilakukan dengan mengadakan pengelompokan baru lalu digabungkan. Contoh : 6 + 4 = …? Misalnya 6 kelereng + 4 kelereng = ….? 6 kelereng jika digabungkan dengan 4 kelereng menjadi 10 kelereng. c. Penjumlahan cara biasa Contoh : 5 + 6 = 11 d. Penjumlahan hukum kumulatif (pertukaran) Contoh: 3 + 7 = 7 + 3 = 10 e. Penjumlahan cara bersusun Contoh : 7 3+ 10 Dari kedua pendapat diatas maka dalam penelitian ini peneliti melatih
operasi
penjumlahan
bilangan
kepada
anak
dengan
menggabungkan penjumlahan secara abstrak dan semi kongkrit. Misalnya dengan menggunakan mesin fungsi manual, pertama guru memasukkan angka 6 ke dalam mesin fungsi manual, kemudian dimasukkan lagi gambar dengan adanya 4 gambar ke dalam mesin fungsi manual. Kemudian anak melanjutkan menghitung gambar, setelah 6 lanjut 7,8,9,10. Jadi 6 + 4 = 10.
22
C. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology / AECD) di Amerika misalnya, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan informasi atau pesan. Menurut Budiyanto (2010:110) “Media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan oleh guru kepada peserta didik agar tercapai keberhasilan belajar yang baik”. Arsyad (1997: 6-7) a. Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera. b. Media pembelajaran memiliki pengertian nonfisi yang dikenal dengan software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dlam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa. c. Penekanan media pembelajaran terdapat pada visual dan audio d. Media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. e. Media pembelajaran digunakan dlam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. f. Media pembelajaran dapat digunakan secara missal (misalnya: radio, televisi), kelompok besar dan kelompok
23
kecil (misalnya: film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya: modul, computer, radio, kaset, vidio recorder). Sedangkan menurut Danim (2010:7) mengatakan bahwa “Media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik”. Dari beberapa pengertian diatas maka dapat dimaknai bahwa media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau keterampilan pembelajaran sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. 2. Manfaat Media Pembelajaran Penggunaan media dalam pembelajaran akan membantu keberhasilan sebuah proses pembelajaran. Menurut Budiyanto, dkk (2010: 111) manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan media pembelajaran adalah : a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis b. Proses pembelajaran dapat lebih menarik c. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indera d. Menimbulkan gairah atau motivasi belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar e. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuannya f. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.
24
Menurut Sudjana & Rivai (2007:2), mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu: a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain. Sadiman ( 2009:17) secara umum media pendidikan mempunyai manfaat sebagai berkut : a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. c. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. d. Mempermudah guru dalam proses belajar mengajar.
25
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan manfaat dari media pembelajaran adalah: a. Memperjelas penyajian pesan, sehingga peserta didik dapat memahami materi dengan mudah b. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar c. Mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu d. Metode belajar akan lebih bervariasi, sehingga siswa tidak bosan dalam belajar e. Memberikan rangsangan dan persepsi yang sama kepada peserta didik. 3. Jenis-Jenis Media Pembelajaran Dalam rangka kegiatan pendidikan, ada beberapa media yang dapat digunakan dalam proses kegiatan pembelajaran mulai dari yang paling sederhana sampai kepada yang canggih. Menurut Sudjana (2007:27-156) jenis-jenis media pengajaran adalah: a. Media grafis (grafika) Media grafis adalah media yang dapat mengkomunikasikan faktafakta dan gagasan-gagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara pengkapan kata-kata dan gambar. Penggukapan itu bisa berbentuk diagram, sket atau grafik.
26
b. Gambar fotografi Gambar fotografi pada dasarnya membantu serta mendorong siswa dalam membangkitkan minatnya dalam proses belajar mengajar. Media fotografi atau gambar ini mudah dimanfaatkan di dalam kegiatan belajar mengajar, gambar fotografi dapat menterjemahkan konsep atau gagasan yang abstrak menjadi lebih realistik. c. Media proyeksi Manfaat media proyeksi dalam pengajaran adalah mempertahankan komunikasi tatap muka sehingga guru mudah mengontol siswa selama dia mengajar. Contoh media proyeksi adalah overhead projector (OHP), gambar transparan, dan film. d. Media audio Media audio dalam pengajaran dimaksudkan sebagai bahan yang mengandung pesan dalam bentuk auditif yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga terjadi proses belajar mengajar. e. Media tiga dimensi Media tiga dimensi yang sering digunakan dalam pengajaran adalah model dan boneka. Model adalah tiruan tiga dimensional dari beberapa objek nyata yang terlalu besar, terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu ruwet untuk dibawa ke dalam kelas dan dipelajari siswa dalam wujud asli.
27
Sedangkan menurut Budiyanto, dkk (2010:111) jenis media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Media grafis Media visual yang menyajikan fakta, ide atau gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka dan symbol atau gambar. Contoh: grafik, diagram, bagan, sketsa, poster, papan, papan flannel, dan lain-lain. b. Media cetak Media bahan cetak adalah media visual yang pembuatannya melalui pencetakan atau printing. Media bahan cetak ini dalam menyajikan pesan melalui huruf dan gambar-gambar ilustrasi untuk lebih memperjelas pesan atau informasi yang disajikan. Contoh: buku teks, modul, majalah dan lain-lain. c. Media gambar diam Media gambar diam adalah media visual yang berpa gambar yang dihasilkan melalui fotografi. Contoh: foto. d. Media OHT atau OHP OHT (Overhead Tranparency) adalah media visual yang diproyeksikan melalui proyeksi yang disebut OHP (Overhead Projector). e. Media Slide Media slide adalah media visual yang diproyeksikan melalui media yang disebut dengan proyektor slide.
28
f. Media Audio Media audio adalah meidia yang penyampaian pesannya hanya dapat oleh indera pendengaran. g. Film (Motion Pictures) Film disebut juga gambar hidup (motion pictures), yaitu serangkaian gambar diam (still pictures) yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak. h. Televisi Televisi adalah media yang dapat menampilkan pesan secara audiovisual dan gerak. i. Multi media Multia media merupakan suatu sistem penyampaian dengan menggunakan berbagai jenis bahan belajar yang membentuk suatu unit atau paket. Contohnya suatu modul belajar yang terdiri atas bahan cetak, bahan audio dan bahan visual. Dari beberapa jenis media diatas, maka jenis media yang peneliti gunakan pada penelitian ini adalah media tiga dimensi, karena media ini berbentuk kotak. Media yang tampilannya dapat diamati dari arah pandang mana saja dan mempunyai dimensi panjang, lebar,dan tinggi atau tebal.
29
D. Media Mesin Fungsi Manual 1. Pengertian Media Mesin Fungsi Manual Mesin merupakan alat yang menyederhanakan pekerjaan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia mesin merupakan perkakas untuk menggerakkan atau membuat sesuatu yg dijalankan dengan roda, digerakkan oleh tenaga manusia atau motor penggerak, menggunakan bahan bakar minyak atau tenaga alam. Mesin terdiri dari mesin elektronik dan mesin manual. Mesin elektronik adalah mesin yang menggunakan listik, sedangkan mesin manual adalah mesin yang digerakkan oleh manusia. Media mesin fungsi manual adalah suatu media yang bisa digunakan untuk melakukan operasi hitung. Menurut Russeffendi (1979:32) “Mesin fungsi bilangan adalah mesin yang pada matematika melakukan
tugas
operasi.
Operasinya
dapat
operasi
hitung
(penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian), logaritma, dapat operasi pada himpunan dan dapat pula pada operasi lain”. Media mesin fungsi ini ada yang menggunakan mesin elektronik dan ada yang manual yaitu mesin atau yang berfungsi sebagai mesin adalah manusia. Media ini dapat menarik minat anak dalam belajar, karena dalam penggunaan media ini adalah sambil bermain, sehingga anak tidak bosan dalam belajar matematika. Mesin fungsi manual berbentuk mesin atau kotak yang menggambarkan manusia ada mata untuk memasukkan benda atau
30
angka, hidung sebagai symbol tambah (+) dan mulut untuk mengeluarkan atau menghitung benda yang ada dalam mesin atau kotak. Menurut Ruseffendi (1979: 36) “Mesin fungsi manual ini otaknya (mesinnya) adalah manusia dalam hal ini anak. Anak yang ada dalam kotak itu menunjukkan atau mengeluarkan benda atau kartu jawaban benar. Apakah anak menghitungnya atau memilih dari kartu yang ada diladalam kotak tidak menjadi persoalan”.
masuk
masuk
keluar
Gambar 1 Gambar Media Mesin Fungsi Manual
2. Kegunaan Media Mesin Fungsi Manual Menurut Ruseffendi (1979:32) “Media mesin fungsi manual dapat digunakan sebagai alat untuk anak-anak berlatih keterampilan berhitung”.
31
Dari pendapat diatas maka media mesin fungsi manual ini dapat digunakan untuk melakukan operasi hitung penjumlahan, baik penjumlahan secara kongrit, semi kongrit maupun abstrak. Selain itu media
mesin
fungsi
manual
mempunyai
beberapa
kegunaan
diantaranya sebagai berikut: a. Menimbulkan, meningkatkan serta menarik minat anak dalam belajar b. Menumbuhkan sikap yang baik terhadap matematika c. Mengembangkan konsep matematika d. Media
ini
dapat
digunakan
untuk
operasi
hitung
(penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian) e. Sebagai alat untuk anak-anak berlatih keterampilan berhitung. 3. Kelebihan dan Kekurangan Media Mesin Fungsi Manual Menurut Ruseffendi (1979:37) kelebihan dari media mesin fungsi manual ini adalah: a. Media ini menarik dengan bentuknya yang unik berbentuk kotak dengan gambar seperti wajah manusia b. Media ini dapat menarik minat anak dalam belajar matematika karena penggunaannya sambil bermain, dan c. Dapat dipergunakan untuk menilai (memeriksa) apakah anak sudah paham suatu pengerjaan hitung atau belum.
32
Sedangkan kekurangan dari media mesin fungsi adalah media ini dibuat sendiri serta media ini mudah patah karna hanya terbuat dari triplek. 4. Cara Penggunaan Media Mesin Fungsi Manual Penjumlahan bilangan dengan menggunakan media mesin fungsi manual misalnya: 7 + 9, caranya: a. Anak berada di belakang atau di dalam mesin fungsi manual b. Guru memasukkan angka 7 kedalam mesin fungsi manual, kemudian anak menyebutkan angka yang dimasukkan oleh guru. c. Anak mengingat atau menyimpan didalam kepala angka 7 yang dimasukkan oleh guru tadi. d. Guru memasukkan lagi kartu gambar yang ada 9 gambarnya. e. Kemudian anak melanjutkan menghitung, 7 disimpan dikepala kemudian ditambah 9 gambar lagi. Jadi anak melanjutkan menghitung setelah 7 lanjut, 8,9,10,11,12,13,14,15,16. f. Jadi 7 +9 = 16, dan terakhir anak mengeluarkan hasil dari 7+ 9 = 16 dari mulut mesin fungsi manual yang mana hasilnya berupa angka. 5. Penilaian Media Mesin Fungsi Manual Penilaian
adalah
langkah-langkah
yang
bertujuan
untuk
menentukan mutu atau kemampuanseorang siswa dalam pendidikan dilakukan untuk melihat hasil belajar murid, apakah pelajaran yang diberikan kepada murid itu sudah dimengerti. Penilaian dalam
33
pembelajaran merupakan suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar. Dengan menggunakan media mesin fungsi manual ini penilaian yang dilakukan adalah: a. Anak menunjukkan angka yang dimsukkan oleh guru b. Anak mengerjakan soal penjumlahan bilangan deret kesamping 120 melalui media mesin fungsi manual E. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah kerangka pikir dalam melakukan penelitian yang dimulai dari permasalahn sampai pada hasil penelitian. Disini peneliti mulai dari permasalahan bahwa anak tungarahita ringan yang sudah mengenal angka sampai 20 dan sudah bisa membilang sampai 20, namun anak tidak bisa melaukan penjumlahan bilangan sampai 20. Peneliti mengharapkan anak dapat melakukan penjumlahan bilangan sampai 20 dengan menggunakan media mesin fungsi manual. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dengan skema di bawah ini.
34
Anak Tunagrahita Ringan
Kondisi Awal Anak tunagrahita ringan belum bisa melakukan penjumlahan bilangan sampai 20.
Intervensi Penerapan media mesin fungsi manual
Hasil penelitian Bagan 1 Kerangka Konseptual Penelitian
F. Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan yang lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kenyataanya melalui penelitian. Hipotesis adalah suatu dugaan sementara, suatu thesa sementara yang harus dibuktikan kebenarannya melalui penyelidikan ilmiah (Yusuf, 2005: 162). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah media mesin fungsi manual secara singnifikan dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan bilangan bagi anak tunagrahita ringan kelas D II C di SLB Limas Padang.
35
Kriteria hipotesis diterima apabila hasil analisis data dalam kondisi dan antar kondisi memiliki estimasi kecendrungan arah, kecendrungan kestabilan, jejak data dan perubahan level yang mengikat secara positif dan overlape data pada analisis antar kondisi semakin kecil. Pada kondisi menurun (-) dan overlape data pada analisis antar kondisi semakin besar artinya hipotesis ditolak
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen dalam bentuk Single Subject Research (SSR). Eksperimen adalah suatu kegiatan percobaan yang dilakukan dengan meneliti suatu peristiwa atau gejala yang muncul terhadap suatu kondisi tertentu. Penelitian ini menggunakan bentuk desain A–B–A. Desain A–B–A merupakan pengembangan dari desain A–B. Desain A–B–A ini telah menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara veariabel terikat dengan variabel bebas. . Pada desain A–B–A ini terjadi pengulangan fase atau kondisi baseline. Menurut Sunanto (2005: 45) “Kondisi baseline adalah kondisi dimana pengukuran perilaku sasaran dilakukan pada keadaan natural sebelum diberikan intervensi apapun dan kondisi intervensi adalah kondisi ketika suatu intervensi telah diberikan dan perilaku sasaran diukur di bawah kondisi tersebut”. Dalam penelitian ini mula-mula target behavior diukur secara kontiniu pada kondisi baseline (A1), selanjutnya dilakukan intervensi dan dilakukan lagi pengukuran (B), selanjutnya dilakukan lagi pengukuran pada
36
37
kondisi baseline kedua (A2) sebagai kontrol untuk fase intrvensi sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat. Secara umum desain A–B–A mempunyai prosedur dasar seperti digambarkan sebagai berikut:
A1 Baseline
B intervensi
A2 Baseline
Gambar 2 Prosedur Dasar Desain A – B – A Dalam penelitian ini, yang menjadi fase (A1) atau baseline yaitu: kemampuan awal anak tunagrahita ringan X dalam melakukan penjumlahan bilangan sampai 20 tanpa menggunakan mesin fungsi manual, sedangkan yang menjadi B atau kondisi intervensi yaitu kemampuan anak menyelesaikan soal penjumlahan bilangan sampai 20 dengan menggunakan media mesin fungsi manual setelah diberi perlakuan yang berkelanjutan. Dan fase (A2) atau baseline adalah kemampuan anak menyelesaikan soal penjumlahan bilangan sampai 20 tanpa diberi perlakuan sama sekali. B. Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian. Menurut Arikunto (2006:118) “Variabel penelitian merupakan objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian pada suatu penelitian”.
38
Sedangkan
Menurut
Sunanto
(2005:12-13)
“Variabel
penelitian
merupakan suatu atribut atau ciri-ciri mengenai sesuatu yang diamati dalam penelitian”. Dari beberapa penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi titik perhatian pada suatu penelitian. Dalam penelitian eksperimen ada variabel yang mempengaruhi atau variabel bebas (X) dan variabel yang dipengaruhi atau terikat (Y). Variabel yang dipengaruhi atau terikat (Y) dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan
penjumlahan
bilangan
sampai
20
dan
variabel
yang
mempengaruhi atau variabel bebas (X) adalah media mesin fungsi manual. C. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel terikat yaitu kemampuan dalam penjumlahan Penjumlahan merupakan operasi matematika yang menjumlahkan suatu angka dengan angka lainnya sehingga menghasilkan nilai tertentu yang pasti. Aspek yang dinilai disini adalah melihat hasil kemampuan anak dalam melakukan penjumlahan bilangan sampai 20 melalui media mesin fungsi manual. 2. Variabel bebas yaitu media mesin fungsi manual Media mesin fungsi manual adalah media yang menarik digunakan untuk melakukan operasi penjumlahan, karena dalam penggunaan media ini sambil bermain. Mesin fungsi ini otaknya (mesinnya) adalah manusia dalam hal ini anak. Anak berada dibelakang mesin fungsi manual. Guru memasukkan angka 7 kedalam mesin fungsi manual, kemudian anak
39
menyebutkan angka yang dimasukkan oleh guru. Anak mengingat atau menyimpan didalam kepala angka 7 yang dimasukkan oleh guru tadi. Guru memasukkan lagi kartu gambar yang ada 9 gambarnya. Kemudian anak melanjutkan menghitung, 7 kemudian ditambah 9 gambar lagi. Jadi anak melanjutkan menghitung setelah 7 lanjut 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16. Jadi 7 +9 =16, dan terakhir anak mengeluarkan hasil dari 7 + 9 = 16 dari mulut mesin fungsi manual berupa angka. D. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah sesuatu yang dijadikan bahan atau sasaran dalam suatu penelitian. Sunanto (2005:2) menyatakan “Penelitian single subject reaserch (SSR) digunakan untuk subjek tunggal, dalam pelaksanaanya dapat dilakukan pada seorang subjek tunggal, dalam pelaksanaannya dapat dilakukan seorang subjek atau kelompok subjek”. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah satu orang anak tunagrahita ringan yang beridentitas X, jenis kelamin laki-laki, umur 13 tahun kelas D II/C, sekolah di SLB LIMAS Padang. Siswa X mengalami kesulitan dalam penjumlahan bilangan sampai 20. E. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di SLB LIMAS Padang, Anak Tunagrahita Ringan duduk dikelas D II C, alamatnya jalan Biologi, Komplek Perumahan Unand, Limau Manis Selatan, Padang. F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik pengumpulan data
40
Pada penelitian ini teknik pengumpulan data adalah melalui pencatatan data dengan observasi langsung, dengan melihat bagaimana hasil belajar anak dari soal penjumalahan bilangan sampai 20. Selain itu teknik dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah dengan teknik pengukuran, dengan cara melakukan tes terhadap kemampuan melakukan penjumlahan bilangan sampai 20. Kemudian mencatat berapa persen hasil jawaban dari siswa. Serta mencatat data tentang kemampuan anak dalam menjumlahkan bilangan sampai 20. 2. Alat pengumpulan data Pada penelitian ini pencatatan data dipakai adalah pencatatan kejadian dengan menghitung jumlah soal yang mampu dikerjakan anak dan memberikan tanda ceklis pada soal yang dijawab oleh anak dengan benar, kemudian dihitung jumlah persen (%) keberhasilan anak. Anak diberikan soal sebanyak 20 soal dan dari 20 soal tersebut dihitung berapa soal yang dapat dijawab anak dengan benar. G. Teknik Analisis Data Menurut Sunanto (2005: 89) “Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum penarikan kesimpulan”. Single subject research merupakan penelitian yang menggunakan subjek tunggal. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis visual grafik, yaitu memindahkan data data ke dalam grafik kemudian data tersebut dianalisis berdasarkan komponen komponen pada setiap fase baseline (A1) dan intervensi (B), baseline (A2) dengan langkah langkah sebagai berikut:
41
1. Analisis dalam kondisi Sunanto (2005: 92) mengatakan bahwa, “Analisis dalam kondisi adalah menganalisis perubahan data dalam suatu kondisi misalnya, kondisi baseline atau intervensi, sedangkan komponen yang akan dianalisis
meliputi
tingkat
stabilitas
kecenderungan
arah
pada
perubahan”. Analisis dalam kondisi pada penelitian ini dimaksudkan adalah data dalam grafik masing-masing kondisi dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. Menentukan panjang kondisi Menurut Sunanto (2005: 89), “Panjang kondisi adalah banyaknya data poin atau skor pada setiap kondisi, seberapa banyak data poin yang harus ada pada setiap kondisi pada masalah penelitian dan intervensi yang diberikan”. Sedangkan pada fase intervensi panjang pendeknya kondisi intervensi sangat tergantung pada intervensi yang diberikan, ini juga tergantung pada kondisi data, jika data yang didapat sudah stabil maka penelitian ini dapat dihentikan. b. Menentukan estimasi kecenderungan arah Menurut Sunanto (2005:91) “Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu kondisi dimana banyaknya data yang berada di atas dan di bawah garis tersebut sama banyak”. Ada tiga macam kecenderungan arah grafik (trend/slop). Kecenderungan arah grafik atau trend menunjukan
42
perubahan setiap data (jejak) dari sesi ke sesi. Ada tiga macam kecenderungan arah grafik yaitu meningkat, mendatar, dan menurun.
Masing-masingnya
tergantung
pada
tujuan
dari
intervensinya. Untuk menentukan kecenderungan arah grafik (trend) ada dua cara yang dapat dilakukan: 1) Metode freehand Adalah mengamati data secara langsung terhadap poin pada suatu kondisi kemudian menarik garis lurus yang membagi data point menjadi dua bagian. 2) Metode spilit middle Adalah menentukan kecenderungan arah grafik berdasarkan median data point nilai ordinatnya. Karena metode ini menggunakan ukuran data secara pasti (median) maka pastikan lebih reliable dibandingkan dengan metode freehand. Jadi metode menentukan arah kecenderungan tergantung dari bentuk data yang diperoleh dari baseline dan intervensi. Jika data yang diperoleh
stabil
maka
metode
yang
digunakan
untuk
menentukan arah kecenderungan adalah freehand, tapi jika garis data yang diperoleh bervariasi maka digunakan metode spilit middle.
43
c. Menentukan kecenderungan kestabilan (trend stability) Menurut Sunanto (2005: 105) kecenderungan kestabilan dapat dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menentukan trend stabiliti, yaitu menggunakan kriteria stabilitas 15% dengan perhitungan: Rentang stabilitas = skor tertinggi x kriteria stabilitas 2) Menghitung nilai mean level, yaitu semua skor dijumlahkan dan dibagi dengan banyak point data Mean level = 3) Menentukan batas atas, yaitu dengan cara mean level +1/2 rentang stabilitas Batas atas = mean level + setengah rentang stabilitas 4) Menentukan batas bawah, yaitu dengan cara mean level -1/2 rentang stabilitas Batas bawah = mean level – setengah rentang stabilitas 5) Menentukan persentase stabilitas Persentase stabilitas =
x 100%
Jika persentase stabilitas terletak antara 85% - 90% maka kecenderungannya dikatakan stabil, sedangkan jika di bawah itu dikatakan tidak stabil. Kriteria kestabilan: 85% - 90% = stabil Di bawah 85% = tidak stabil
44
Tabel 1 Kriteria Kestabilan
85% - 90 % Di bawah 85 %
Kriteria Kestabilan Stabil Tidak stabil (variabel)
d. Menentukan jejak data Menurut Sunanto (2005: 107)
“Menentukan jejak data
hampir sama dengan arah kecenderungan, yaitu dimasukkan hasil yang sama seperti kecenderungan arah”. Apakah meningkat (+), menurun (-) atau sejajar dengan sumbu x (=) e. Menentukan level stabilitas dan rentang Tingkat stabilitas (level stabilitas) menunjukan derajat variasi atau besar kecilnya rentang pada kelompok data tertentu. Jika rentang datanya kecil atau tingkat variasinya rendah maka data dikatakan stabil. Secara umum 85% - 90% data masih berada pada 15% di atas dan di bawah mean, maka data dikatakan stabil. Maka level data untuk suatu kondisi dihitung dengan cara menjumlahkan semua data yang ada pada ordinat dan dibagi dengan banyaknya data. Kemudian garis mean ini digambar secara parallel terhadap absis. Untuk menentukan tingkat stabilitas data biasanya digunakan persentase penyimpangan dari mean sebesar (5, 10, 12, 15%). Persentase penyimpangan terhadap mean yang digunakan untuk menghitung stabilitas digunakan yang kecil 10%, jika data pada
45
pengelompokan pada bagian atas dan digunakan persentase besar 15% jika data pengelompokan dibagian tengah maupun pada bagian bawah. Untuk menentukan tingkat dan rentang stabilitas yaitu dengan cara
menentukan
rata-rata
tingkat
dilakukan
dengan
cara
menjumlahkan nilai seluruh titik data dan membagi jumlahnya dengan jumlah titik data. Kemudian dengan menggunakan trend stability ctriterion envelope disekitar rata-rata (bagian atas dan bagian bawah). Range ditentukan dengan mengidentifikasi titik data pada ordinat dari ordinat yang paling rendah dan nilai ordinat yang paling rendah dan nilai ordinat yang paling tinggi.
f. Menentukan level perubahan Menentukan tingkat perubahan atau level change yang menunjukan berapa besar terjadinya perubahan data dalam suatu kondisi. Cara menghitungnya adalah dengan: 1) Menentukan berapa besar data point (skor) pertama dan terakhir dalam suatu kondisi 2) Kurangi data yang besar dengan data yang kecil 3) Tentukan apakah selisihnya menunjukan arah yang membaik atau memburuk sesuai dengan tujuan intervensi atau pengajaran.
46
Persentase stabilitas = data yang besar – data yang kecil Sehingga level perubahan dapat ditulis pada tabel di bawah ini:
Kondisi Level perubahan
Tabel 2 Level Perubahan Data A1 B A2 Data yang besar Data yang Data yang dikurang data besar dikurang besar dikurang yang kecil data yang kecil data yang kecil
Format rangkuman komponen analisis visual grafik dalam kondisi adalah seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 3 Format Rangkuman Komponen Analisis Visual Grafik Dalam Kondisi:
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kondisi Panjang kondisi Estimasi kecenderungan arah Kecenderungan stabilitas Jejak data Level stabilitas dan rentang Level perubahan
A1
B
A2
2. Analisis antar kondisi Sunanto (2005: 96) mengatakan “Untuk memulai menganalisa perubahan data antara kondisi, data yang stabil harus mendahului kondisi yang akan dianalisa”. Karena jika data bervariasi (tidak stabil), maka akan mengalami kesulitan untuk menginterprestasi. Di samping aspek stabilitas, ada tidaknya pengaruh intervensi terhadap variabel terikat juga tergantung pada aspek perubahan level dan besar kecilnya overlope yang terjadi antara dua kondisi yang dianalisis.
47
Adapun komponen dalam analisis antar kondisi adalah: a. Menentukan banyaknya variabel yang berubah Menentukan banyaknya variabel yang berubah, yaitu dengan cara menentukan jumlah variabel berubah diantara kondisi baseline dan intervensi. Tabel 4 Jumlah Variabel yang Dirubah Kondisi A dan B Perbandingan Kondisi A2/B/A1 (3:2:1) Jumlah variabel yang diubah b. Menentukan perubahan arah kecenderungan Dengan mengambil data pada analisis dalam kondisi yang berubah di atas c. Menentukan perubahan kecenderungan stabilitas Dengan melihat kecenderungan stabilitas pada fase baseline sebelum diberikan intervensi (A1), intervensi (B), dan fase baseline setelah diberikan intervensi (A2) pada rangkuman analisis dalam kondisi. Rentang stabilitas = skor tertinggi x kriteria stabilitas d. Menentukan level perubahan 1) Tentukan data poin pada kondisi baseline sebelum diberikan intervensi (A1) pada sesi terakhir dan sesi pertama pada intervensi (B). 2) Hitunglah selisih antara keduanya.
48
3) Kemudian tentukan data poin pada kondisi baseline setelah tidak lagi diberikan intervensi (A2) pada sesi terakhir dan sesi pertama intervensi (B). 4) Hitunglah selisih antar keduanya 5) Catat apakah perubahan tersebut membaik atau memburuk. Jika tidak ada perubahan ditulis 0. e. Menentukan overlope data kondisi baseline dan intervensi dengan cara: 1) Lihat kembali data pada kondisi baseline sebelum diberikan intervensi A1 dengan intervensi B yang berada pada rentang kondisi A1. 2) Kemudian lihat data pada kondisi baseline setelah tidak lagi diberikan intervensi A2 dengan intervensi B yang berada pada rentang kondisi A2. 3) Hitung berapa data point pada kondisi intervensi B yang berada pada rentang kondisi A1 dan data point pada kondisi intervensi B yang berada pada rentang A2. 4) Perolehan pada langkah no 3 dibagi dengan banyaknya data point dalam kondisi B, kemudian dikali 100. Itulah yang disebut dengan persentase overlope. Jika semakin kecil persentase overlope maka semakin baik pengaruh intervensi terhadap target behavior.
49
Setelah diketahui masing-masing komponen tersebut maka dimasukan dalam tabel format analisis antar kondisi yang berdekatan sebagai berikut: Tabel 5 Format Analisis Antar Kondisi Kondisi
A2/B/A1 3 : 2: 1
1. Jumlah variabel yang dirubah 2. Perubahan dalam arah kecendrungan 3. Perubahan dalam stabilitas kecendrungan 4. Perubahan dalam tingkat 5. Persentase overlope H. Kriteria Pengujian Hipotesis Menurut Yusuf (2007:162) “Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu dugaan
sementara
yang
harus
dibuktikan
kebenarannya
melalui
penyelidikan ilmiah atau melalui penelitian”. Hipotesis diterima apabila hasil analisis data dalam kondisi dan antar kondisi memiliki estimasi kecenderungan arah, kecenderungan kestabilan, jejak data dan perubahan level yang meningkat secara positif dan overlape data pada analisis antar kondisi semakin kecil. Pada kondisi menurun ( - ) dan overlap data pada analisis antar kondisi semakin besar artinya hipotesis ditolak.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian yang dilakukan ini merupakan jenis metode penelitian Single Subject Research (SSR) dengan desain A-B-A, dilakukan dengan tiga tahapan didalam penelitian ini. Pada tahapan pertama dilakukan dengan cara melihat kemampuan awal anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 disebut juga dengan nama target behavior pada kondisi awal sebelum diberikan intervensi atau baseline (A1), pada tahap kedua yaitu dengan mengamati tingkat kemampuan
anak
dalam
penjumlahan
bilangan
sampai
20
dengan
menggunakan media mesin fungsi manual (B), dan pada tahap ketiga yaitu kondisi awal anak setelah intervensi, pada tahap ketiga ini melihat kemampuan anak dengan tidak menggunakan media mesin fungsi manual (A2). Pengamatan dilakukan pada seorang anak Tunagrahita Ringan X. Kemudian hasil penelitian Single Subject Research (SSR) ini dianalisis dengan menggunakan analisis visual data grafik (Visual Analisis of Graphic Data). Adapun data yang diperoleh dari hasil pengamatan pada kondisi A1 (baseline sebelum diberikan intervensi), kondisi B (intervensi), dan pada kondisi A2 (baseline) setelah diberikan intervensi dan tidak lagi menggunakan media mesin fungsi manual dapat dilihat sebagai berikut:
50
51
1. Kondisi baseline sebelum diberikan intervensi (A1) Kondisi A1 merupakan kondisi awal anak sebelum diberikan perlakuan, pengamatan pada kondisi A dilakukan sebanyak tujuh kali, dimulai pada hari selasa tanggal 30 April 2013 sampai hari Minggu 12 Mei 2013. Data baseline diperoleh melalui tes pada Lembaran Kerja Siswa (LKS) dengan banyak soal 20 butir soal. Pengambilan data dilakukan setiap kali pengamatan dengan menggunakan ukuran target behavior persentase, berapa persen anak mampu menjawab soal penjumlahan bilangan sampai 20 dengan benar. Jika anak bisa mengerjakan 20 butir soal penjumlahan bilangan sampai 20 dengan benar maka nilai anak 100, jika anak bisa mengerjakan 19 soal penjumalahan bilangan sampai 20 dengan benar maka nilai anak 95, dan begitu seterusnya. Hasil pengamatan data pada kondisi baseline sebanyak tujuh kali pengamatan sebelum diberikan intervensi adalah sebagai berikut: a. Pengamatan pertama, Selasa 30 April 2013 Pada pengamatan pertama pada kondisi baseline ini peneliti memberikan soal mengenai pejumlahan bilangan sampai 20 sebanyak 20 butir soal. Anak diminta untuk menyelesaikan soal penjumlahan tersebut pada Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sudah peneliti sediakan. Anak menjawab soal penjumlahan dengan cara menghitung jarinya. Dalam menjawab soal penjumlahan anak sering salah dalam menjawab soal penjumlahan. Hasil yang diperoleh anak pada
52
pengamatan pertama adalah anak hanya bisa menjawab tiga butir soal dengan benar. Jadi persentase yang diperoleh anak adalah 15%. b. Pengamatan kedua, Selasa 7 Mei 2013 Pada pengamatan kedua ini peneliti memberikan lembaran kerja yang berisi 20 butir soal penjumlahan bilangan sampai 20. Anak menyelesaikan soal tersebut dengan cara yang sama seperti pertemuan pertama dengan cara berhitung. Dari hasil pengamatan terlihat anak hanya bisa menjawab satu butir soal dengan benar. Jadi persentase yang diperoleh anak adalah 5%. c. Pengamatan ketiga, Rabu 8 Mei 2013 Pada pengamatan ketiga peneliti masih melakukan pengukuran kondisi baseline. Peneliti memberikan lembaran kerja yang berisi 20 butir soal penjumlahan bilangan sampai 20. Anak menyelesaikan soal tersebut dengan cara yang sama seperti pengamatan sebelumnya dengan cara berhitung. Dari hasil pengamatan terlihat anak hanya bisa menjawab tiga butir soal dengan benar. Jadi persentase yang diperoleh anak adalah 15%. d. Pengamatan keempat, Kamis 9 Mei 2013 Pada pengamatan ke-empat anak diberikan soal yang sama, anak hanya mampu menjawab tiga butir soal dengan benar. Jadi persentase yang diperoleh anak adalah 15%.
53
e. Pengamatan kelima, Jumat 10 Mei 2013 Pada pengamatan kelima, anak juga diberikan 20 butir soal penjumlahan bilangan sampai 20. Hasil yang diperoleh anak adalah anak hanya mampu menjawab soal penjumlahan dua butir soal dengan benar. Jadi persentase yang diperoleh anak adalah 10%. f. Pengamatan keenam, Sabtu 11 Mei 2013 Pada pengamatan keenam ini sama dengan pengamatan sebelumnya, peneliti memberikan soal yang sama sebanyak 20 butir soal. Hasil yang diperoleh anak pada pengamatan ini adalah anak hanya mampu menjawab soal penjumlahan dua butir soal dengan benar. Jadi persentase yang diperoleh anak adalah 10%. g. Pengamatan ketujuh, Minggu 12 Mei 2013 Pada pengamatan ke-tujuh ini sama dengan pengamatan sebelumnya, peneliti memberikan soal yang sama sebanyak 20 butir soal. Hasil yang diperoleh anak pada pengamatan ini adalah anak hanya mampu menjawab soal penjumlahan dua butir soal dengan benar. Jadi persentase yang diperoleh anak adalah 10%. Untuk lebih jelasnya, kemampuan penjumlahan bilangan anak sampai 20 pada fase baseline dapat dilihat pada tabel 6 dan grafik 1 di bawah ini:
54
Tabel 6 Persentase jawaban anak yang benar pada fase baseline (A1) Pengamatan 1 2 3 4 5 6 7
Hari / Tanggal Selasa/30 April 2013 Selasa/7 Mei 2013 Rabu/ 8 Mei 2013 Kamis/ 9 Mei 2013 Jumat/ 10 Mei 2013 Sabtu/ 11 Mei 2013 Minggu/ 12 Mei 2013
Jumlah 3 1 3 3 2 2 2
Persentase 15% 5% 15% 15% 10% 10% 10%
Persentase (%) jawaban anak yang benar
BASELINE (A1) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
Pengamatan
Grafik 1 Panjag Kondisi Baseline Sebelum Diberikan Intervensi (A1) Kemampuan Penjumlahan Bilangan Sampai 20
2. Kondisi intervensi (B) Pada kondisi intervensi dilakukan sebanyak 16 kali pengamatan yaitu mulai pada hari Senin tanggal 13 Mei 2013 sampai hari Jumat tanggal 31 Mei 2013. Kondisi intervensi merupakan kondisi dimana
peneliti
55
memberikan
perlakuan
kepada
anak
tunagrahita
ringan,
untuk
meningkatkan kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 bagi anak tunagrahita ringan (X) dengan cara menggunakan media mesin fungsi manual. Pada kondisi intervensi ini peneliti memberikan perlakukan dengan menggunakan media mesin fungsi manual. Sebelum melakukan intervensi peneliti sudah mempersiapkan media mesin fungsi manual. Pada pelaksanaan intervensi dengan menggunakan media mesin fungsi manual dalam pembelajaran penjumlahan dengan cara anak berada di belakang mesin fungsi manual dan guru didepan mesin fungsi manual. Sebelum melakukan penjumlahan maka anak diminta menyebutkan angka 1 – 20, kemudian menyusun kartu angka di dalam mesin fungsi manual. Selanjutnya baru anak melakukan penjumlahan bilangan sampai 20 dengan menggunakan mesin fungsi manual. Penggunaan mesin fungsi manual pada penjumlahan bilangan misalnya penjumlahan bilangan dengan menggunakan media mesin fungsi manual misalnya: 9 + 6, caranya: g. Anak berada dibelakang mesin fungsi manual h. Guru memasukkan angka 9 ke dalam mesin fungsi manual, kemudian anak menyebutkan angka yang dimasukkan oleh guru. i. Anak mengingat atau menyimpan didalam kepala angka 9 yang dimasukkan oleh guru tadi. j. Guru memasukkan lagi kartu gambar yang ada 6 gambarnya.
56
k. Kemudian anak melanjutkan menghitung, 9 disimpan dikepala kemudian ditambah 6 gambar lagi. Jadi anak melanjutkan menghitung setelah 9 lanjut, 10,11,12,13,14,15. l. Jadi 9 +6 = 15, dan terakhir anak mengeluarkan hasil dari 9 + 6 = 15 dari mulut mesin fungsi manual. Yang mana hasilya dikeluarkan berupa angka. Kondisi intervensi berlangsung selama 16 kali pengamatan. Adapun data yang diperoleh dapt diuraikan sebagai berikut: 1) Pengamatan ke 8, Senin/ 13 Mei 2013 Pada pengamatan ke
8 setelah diberikan
intervensi
dengan
menggunakan media mesin fungsi manual terlihat bahwa anak sudah mampu melakukan penjumalahan bilangan sampai 20 dengan benar. Pada pengamatan ke 8 ini peneliti memberikan latihan penjumlahan bilangan sampai 20 kepada anak sebanyak 20 butir, dan anak bisa menjawab 16 butir soal dan persentase yang diperoleh anak adalah 80%. 2) Pengamatan 9, Selasa/ 14 Mei 2013 Pada pengamatan ke 9 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 18 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 90%.
57
3) Pengamatan 10, Rabu/ 15 Mei 2013 Pada pengamatan ke 10 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 17 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 85%. 4) Pengamatan 11, Kamis/ 16 Mei 2013 Pada pengamatan ke 11 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 17 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 85%. 5) Pengamatan 12, Jumat/ 17 Mei 2013 Pada pengamatan ke 12 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 17 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 85%. 6) Pengamatan 13, Sabtu/ 18 Mei 2013 Pada pengamatan ke 13 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 20 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 100%. 7) Pengamatan 14, Minggu/ 19 Mei 2013 Pada pengamatan ke 14 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 19 butir soal benar dengan
58
menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 95%. 8) Pengamatan 15, Senin/ 20 Mei 2013 Pada pengamatan ke 15 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 19 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 95%. 9) Pengamatan 16, Selasa/ 21 Mei 2013 Pada pengamatan ke 16 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 18 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 90%. 10) Pengamatan 17, Rabu/ 22 Mei 2013 Pada pengamatan ke 17 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 19 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 95%. 11) Pengamatan 18, Kamis/ 23 Mei 2013 Pada pengamatan ke 18 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 20 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 100%.
59
12) Pengamatan 19, Sabtu/ 25 Mei 2013 Pada pengamatan ke 19 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 20 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 100%. 13) Pengamatan 20, Selasa/ 28 Mei 2013 Pada pengamatan ke 20 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 19 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 95%. 14) Pengamatan 21, Rabu/ 29 Mei 2013 Pada pengamatan ke 21 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 20 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 100%. 15) Pengamatan 22, Kamis/ 30 Mei 2013 Pada pengamatan ke 22 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 20 butir soal benar dengan menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 100%. 16) Pengamatan 23, Jumat/ 31 Mei 2013 Pada pengamatan ke 23 peneliti memberikan 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20, anak bisa menjawab 20 butir soal benar dengan
60
menggunakan media mesin fungsi manual dan persentase yang diperoleh anak 100%. Kemampuan anak dalam penjumlahan sampai 20 setelah diberikan perlakuan anak mampu melakukan penjumlahan bilangan sampai 20 dengan benar sehingga mencapai persentase 100%. Berdasarkan data yang diperoleh pada intervensi ke 14 sampai intervensi ke 16 sudah menunjukkan data yang stabil, oleh karena itu pemberian intervensi pada kondisi ini dihentikan. Tabel 7 Persentase Jawaban Anak yang Benar Pada Fase Intervensi Pengamatan 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Hari /Tanggal Senin/ 13 Mei 2013 Selasa / 14 Mei 2013 Rabu/ 15 Mei 2013 Kamis/ 16 Mei 2013 Jumat/ 17 Mei 2013 Sabtu/ 18 Mei 2013 Minggu/ 19 Mei 2013 Senin/ 20 Mei 2013 Selasa/ 21 Mei 2013 Rabu/ 22 Mei 2013 Kamis/ 23 Mei 2013 Sabtu/ 25 Mei 2013 Selasa/ 28 Mei 2013 Rabu/ 29 Mei 2013 Kamis/ 30 Mei 2013 Jumat/ 31 Mei 2013
Jumlah 16 18 17 17 17 20 19 19 18 19 20 20 19 20 20 20
Persentase 80% 90% 85% 85% 85% 100% 95% 95% 90% 95% 100% 100% 95% 100% 100% 100%
61
Persentase (%) Jawaban Anak yang Benar
INTERVENSI (B) 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Series 1
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Pengamatan
Grafik 2 Panjang Kondisi Intervensi (B) Kemampuan Penjumalahan Bilangan Sampai 20 dengan Menggunakan Media Mesin Fungsi Manual
3. Kondisi baseline tidak lagi menggunakan media mesin fungsi manual (A2) Kondisi A2 merupakan kondisi awal anak setelah diberikan setelah tidak diberikan perlakuan. Pengamatan pada kondisi A2 dilakukan sebanyak lima kali pertemuan dimulai hari Jumat tanggal 7 Juni 2013 sampai hari Selasa tanggal 11 Juni 2013. Data baseline diperoleh melalui tes tulisan dalam bentuk melakukan penjumlahan bilangan sampai 20. Pengambilan data dilakukan setiap kali pengamatan, dengan menggunakan jenis ukuran target behavior persentase. Berapa persen (%) anak dapat menyelesaikan penjumlahan bilangan sampai 20 dengan benar. Jika anak dapat menjawab 20 buah soal penjumlahan sampai 20 dengan benar maka nilai yang diperoleh anak adalah 100. Penambahan pengukuran pada
62
kondisi baseline setelah tidak diberikan perlakuan (intervensi) atau tidak menggunakan media mesin fungsi manual (A2) ini dimaksudkan sebagai kontrol untuk kondisi intervensi sehingga keyakinan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat lebih kuat. Adapun data yang peneliti peroleh pada kondisi baseline (A2) ini dapat digambarkan sebagai berikut: 1) Pengamatan 24, Jumat/ 7 Juni 2013 Pada hari ke 24, peneliti tidak memberikan intervensi dan hanya memberikan lembaran soal kepada anak kemudian anak menjawab soal pada lembar jawaban tanpa menggunakan media mesin fungsi manual. Berdasarkan data yang diperoleh anak dapat menjawab soal penjumlahan bilangan sampai 20 sebanyak 18 butir soal dengan benar, persentase yang diperoleh anak adalah 90%. 2) Pengamatan 25, Sabtu/ 8 Juni 2013 Pada hari ke 25 sama dengan pengamatan ke-24, peneliti tidak memberikan intervensi dan hanya memberikan lembaran soal kepada anak kemudian anak menjawab soal pada lembar jawaban tanpa menggunakan media mesin fungsi manual. Berdasarkan data yang diperoleh anak dapat menjawab soal penjumlahan bilangan sampai 20 sebanyak 19 butir soal dengan benar, persentase yang diperoleh anak adalah 95%.
63
3) Pengamatan 26, Minggu/ 9 Juni 2013 Pada hari ke 26, peneliti tidak memberikan intervensi dan hanya memberikan lembaran soal kepada anak kemudian anak menjawab soal pada lembar jawaban tanpa menggunakan media mesin fungsi manual. Berdasarkan data yang diperoleh anak dapat menjawab soal penjumlahan bilangan sampai 20 sebanyak 20 butir soal dengan benar, persentase yang diperoleh anak adalah 100%. 4) Pengamatan 27, Senin/ 10 Juni 2013 Sama seperti pengamatan sebelumnya pada hari ke 27, peneliti tidak memberikan intervensi dan hanya memberikan lembaran soal kepada anak kemudian anak menjawab soal pada lembar jawaban tanpa menggunakan media mesin fungsi manual. Berdasarkan data yang diperoleh anak dapat menjawab soal penjumlahan bilangan sampai 20 sebanyak 20 butir soal dengan benar, persentase yang diperoleh anak adalah 100%. 5) Pengamatan 28, Selasa/ 11 Juni 2013 Pada hari ke 28, peneliti tidak memberikan intervensi dan hanya memberikan lembaran soal kepada anak kemudian anak menjawab soal pada lembar jawaban tanpa menggunakan media mesin fungsi manual. Berdasarkan data yang diperoleh anak dapat menjawab soal penjumlahan bilangan sampai 20 sebanyak 20 butir soal dengan benar, persentase yang diperoleh anak adalah 100%.
64
Dari kelima pengamatan diatas telihat bahwa setelah tidak diberi intervensi kepada anak atau dengan tidak menggunakan media mesin fungsi manual anak tetap bisa menjawab soal penjumlahan bilangan sampai 20 dengan benar, persentase yang diperoleh anak adalah 90%, 95%, dan 100%. Berdasarkan data yang diperoleh pada baseline (A2) ketiga sampai kelima hasilnya sudah menunjukkan stabil maka peneliti menghentikan pengamatan. Tabel 8 Persentase Jawaban Anak yang Benar Pada Fase Baseline (A2) Pengamatan 24 25 26 27 28
Hari / Tanggal Jumat/ 7 Juni 2013 Sabtu / 8 Juni 2013 Minggu/ 9 Juni 2013 Senin/ 10 Juni 2013 Selasa/ 11 Juni 2013
Jumlah 18 19 20 20 20
Persentase 90% 95% 100% 100% 100%
Persentase (%) jawaban anak yang benar
Kondisi Baseline (A2) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 24
25
26
27
28
Pengamatan
Grafik 3 Panjag Kondisi Baseline Setelah Tidak Diberikan Intervensi (A2) Kemampuan Penjumlahan Bilangan Sampai 20
65
Kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 setelah tidak menggunakan media mesin fungsi manual sudah bisa menjawab dengan benar dengan persentase 100%. Berdasarkan data yang diperoleh pada baseline (A2) ke tiga sampai ke lima atau pada pengamatan ke 26 sampai 28 hasilnya sudah menunjukkan stabil maka peneliti menghentikan pengamatan pada baseline (A2). Perbandingan anatara hasil data baseline (A1) dengan data intervensi (B) dan baseline (A2) kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 dapat dilihat pada grafik 4 dibawah ini:
Persentase (%) Jawaban Anak yang Benar
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
24 25 26 27 28
Pengamatan
Grafik 4 Perbandingan Data Baseline (A1) dengan Data Intervensi (B) dan Data Baseline Setelah Tidak Lagi Diberikan Intervensi (A2)
66
Berdasarkan grafik 4 dapat diketahui bahwa kondisi awal (baseline) dengan tujuh kali pengamatan, pada baseline (A1) data kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 yang diperoleh anak rendah. Pada pengamatan pertama anak hanya bisa menjawab soal penjumlahan dengan benar sebanyak tiga butir soal, pada pengamatan ke dua anak hanya bisa menjawab 1 butir soal penjumlahan dengan benar, pada pengamatan ke tiga sampai ke lima anak hanya bisa menjawab 2 butir soal penjumlahan dengan benar, dan pada pengamatan ke enam sampai ke tujuh anak hanya bisa menjawab 3 butir soal penjumlahan dengan benar. Jadi persentase yang diperoleh anak pada baseline (A1) adalah 15%, 5%, 10%. Setelah diberikan intervensi yaitu dengan menggunakan media mesin fungsi manual diperoleh data bahwa anak sudah dapat menjawab penjumlahan sampai 20. Pada intervensi pertama dari dua puluh soal anak bisa menjawab 16 soal dengan benar, persentase yang diperoleh anak 80%. Selanjutnya intervensi ke dua sampai intevensi ke-16 persentase yang diperoleh anak 85% - 100%. Pada intervensi 14 sampai intervensi 16 persentase yang diperoleh anak adalah 100%. Berdasarkan data yang diperoleh pada intervensi tersebut bahwa data anak sudah stabil. Selanjutnya pengamatan pada baseline (A2) setelah tidak diberikan lagi intervensi, maka data yang diperoleh adalah pada pengamatan pertama pada baseline (A2) dari dua puluh soal anak bisa menjawab 17 butir soal penjumlahan bilangan dengan benar, persentase yang diperoleh anak 85%. Pengamatan ke dua anak bisa menjawab 19 butir soal penjumlahan dengan
67
benar, persentase yang diperoleh anak adalah 95%. Pada pengamatan ke tiga sampai ke lima pada kondisi baseline (A2) anak memperoleh persentase 100%. Berdasarkan data tersebut hasilnya sudah menunjukkan stabil, maka peneliti menghentikan pengamatan sampai baseline (A2) pada pertemuan ke lima. B. Analisis Data 1. Analisis dalam kondisi Kondisi yang akan dianalisis yaitu kondisi baseline sebelum diberikan intevensi (A1), kondisi intervensi (B), dan kondisi baseline setelah tidak lagi diberikan intervensi (A2). Komponen analisis dalam kondisi ini adalah: a) Menentukan panjang kondisi Panjang kondisi adalah lamanya pengamatan dilakukan pada masing-masing kondisi yaitu A dan B. Pada kondisi A1 pengamatan dilakukan sebanyak tujuh kali pengamatan, pada kondisi B dilakukan pengamatan sebanyak 16 kali pengamatan, dan pada kondisi A2 sebanyak lima kali pengamatan. Dengan kata lain, panjang kondisi merupakan jumlah titik data yang terdapat pada masing-masing kondisi. Tabel 9 Panjang Kondisi A1, B, dan A2 Kondisi Panjang kondisi
A1 7
B 16
A2 5
68
Berdasarkan tabel 9 diatas angka 7 pada kolom A1 adalah panjang kondisi atau jumlah pengamatan yang dilakukan pada kondisi baseline sebelum diberikan intervensi. Angka 10 pada kolom B adalah panjang kondisi atau jumlah perlakuan yang diberikan pada kondisi intervensi. Dan angka 5 pada kolomA2 adlaah kondisi baseline setelah tidak lagi diberikan perlakukan. Kondisi baseline (A1) dilakukan sebanyak tujuh kali pengamatan untuk memperoleh hasil yang stabil, kondisi intervensi (B) baru mendapatkan data yang stabil setelah dilakukan pengamatan sebanyak 16 kali pengamatan, dan kondisi baseline setelah tidak lagi diberikan intervensi atau tidak lagi menggunakan media mesin fungsi manual (A2) diberhentikan pada pengamatan ke lima karena datanya yang diperoleh sudah stabil. b) Menentukan estimasi kecenderungan arah Pada kondisi A1, B, dan A2 untuk menentukan estimasi kecenderungan arah dalam penjumlahan bilangan sampai 20 dengan menggunakan media mesin fungsi manual, data yang diperoleh bervariasi. Untuk menentukan kecenderungan arah ini ditentukan dengan menggunakan metode belah dua (spilit-middle). Metode ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Membagi jumlah titik data menjadi dua bagian yang sama yaitu kiri dan kanan, misalnya dilambangkan dengan (1)
69
2) Membagi jumlah titik data yang telah dibagi diatas menjadi dua bagian yang sama atau (mid date), misalnya dilambangkan dengan (2a) 3) Tentukan posisi median dari masing-masing belahan dilambangkan dengan (2b) 4) Taliklah garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu antara (2a) dengan (2b). a. Kondisi baseline (A1) Pada
kondisi
baseline
(A1)
data
yang
diperoleh
menggambarkan kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 anak sebelum intervensi diberikan adalah sebanyak tujuh kali: 15%, 5%, 15%,15%,10%,10%,10%. Membuktikan bahwa data stabil. Pengamatan pada kondisi ini pada hari ke tujuh karena datanya sudah menunjukkan garis grafik yang mendatar. Data yang ada menunjukkan data yang stabil sehingga untuk menentukan arah kecenderungan arah kecenderungan datanya digunakan metode spilit midle.
70
Kondisi Baseline (A2) Persentase (%) jawaban anak yang benar
2a
1
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
2a
2b
Pengamatan
Grafik 5 Estimasi Kecenderungan Arah pada Kondisi Baseline (A1) Kemampuan Penjumlahan Bilangan Sampai 20 Keterangan: : Membagi jumlah titik data menjadi dua bagian yang sama : Dua bagian kiri dan kanan dibagi menjadi dua bagian 2a : Absis yaitu garis yang menghubungkan titik temu antara 2a dengan 2b
b. Kondisi intervensi (B) Pada kondisi intervensi peneliti memberikan perlakuan melalui media mesin fungsi manual. Data yang diperoleh pada kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 anak adalah: 80%, 90%, 85%, 85%, 85%, 100%, 95%, 95%, 90%, 95%,
100%,
100%,
95%,
100%,
100%,100%.
Data
ini
membuktikan adanya peningkatan kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 anak tunagrahita ringan (X). Pengamatan pada kondisi intervensi dihentikan pada hari ke 16 karena data sudah
71
menunjukkan garis grafik yang stabil. Data yang diperoleh pada kondisi intervensi ini juga bervariasi, maka metode yang digunakan untuk menentukan arah kecenderungan datanya adalah metode split middle.
2a
Persentase (%) jawaban anak yang benar
100
1
90
2a 2b
80 70 60 50 Series 1
40 30 20 10 0 8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Pengamatan
Grafik 6 Estimasi Kecenderungan Arah pada Kondisi Intervensi (B) Kemampuan Penjumlahan Bilangan Sampai 20 : Membagi jumlah titik data menjadi dua bagian yang sama : Dua bagian kiri dan kanan dibagi menjadi dua bagian 2a : Absis yaitu garis yang menghubungkan titik temu antara 2a dengan 2b.
c. Kondisi baseline (A2) Pada kondisi baseline (A2) peneliti melakukan pengamatan kembali terhadap kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 dengan menggunakan media mesin fungsi manual. Adapun data yang dihasilkan pada kondisi ini adalah: 90%, 95%, 100%, 100%,
72
100%. Pada kondisi ini pengamatan dihentikan pada hari kelima
Persentase (%) jawaban anak yang benar
karena data yang diperoleh sudah menunjukkan data yang stabil. Kondisi Baseline (A2) 1
2a
2 a
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 24
25
2b
26
27
28
Hari Pengamatan
Grafik 7 Estimasi Kecenderungan Arah pada Kondisi Baseline (A2) Kemampuan Penjumlahan Bilangan Sampai 20 : Membagi jumlah titik data menjadi dua bagian yang sama : Dua bagian kiri dan kanan dibagi menjadi dua bagian 2a : Absis yaitu garis yang menghubungkan titik temu antara 2a dengan 2b.
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan data yang bervariasi sehingga metode yang dipilih untuk menentukan arah kecenderungan data adalah metode spilit middle. Dengan memperhatikan pada garis spilit middle pada grafik di atas tersebut, maka diketahui pada fase baseline (A1) kecenderungan arah terlihat arahnya bervariasi yaitu sedikit menurun (-), kemudian fase intervensi meningkat dan juga bervariasi juga diartikan (+), dan fase baseline tidak diberikan intervensi meningkatkan (+). Gambaran
73
kecenderungan arah dari data penelitian yang berkaitan dengan penjumlahan bilangan sampai 20 pada anak tunagrahita ringan dapat dilihat pada tabel 10 arah kecenderungan di bawah ini: Tabel 10 Estimasi Kecenderungan Arah Kondisi 1. Estimasi kecenderungan arah
A1
B
A2
(-)
(+)
(+)
Berdasarkan tabel 10 diatas dapat dilihat kecenderungan arah pada kondisi A1 menurun, pada kondisi baseline B kecenderungan arah datanya menunjukkan perubahan atau kenaikan yang sangat berarti
setelah
diberikan
perlakuan,
dan
pada
kondisi
A2
kecenderungan arahnya meningkat. c) Menentukan kecenderungan stabilitas Menentukan kecenderungan stabilitas pada kondisi A1, B, dan A2 digunakan sebuah kriteria stabilitas yang telah ditetapkan. Untuk menentukan kecenderungan stabilitas digunakan stabilitas 15%. Kemudian dilanjutkan dengan menghitung mean level, batas atas, batas bawah dan persentase stabilitas. Jika persentase stabilitas terletak antara 85% - 90% maka kecenderungan dikatakan stabil, sedangkan jika
dibawah
85%
-
90%
dikatakan
perhitungannya dilakukan sebagai berikut:
tidak
stabil.
Adapun
74
1. Kondisi baseline sebelum diberikan intevensi (A1) a. Menentukan rentang stabilitas (trend stability) Rentang stabilitas = Kriteria stabilitas x skor tertinggi Skor tertinggi = 15 Kriteria stabilitas = 15% = 0,15 Stabilitas kecenderungan = 15 x 0,15 = 2,25 b. Menghitung mean level dengan cara menjumlahkan semua skor dan dibagi dengan banyak data poin pada kondisi A1. Mean level = Jumlah skor : banyak data poin Skor = 15 + 5 + 15 +15 +10 +10 + 10 = 80 Banyak data poin = 7 Mean level
= 80 : 7 = 11, 43
c. Menentukan batas atas dengan cara menjumlahkan mean level dengan setengah stabilitas kecenderungan Batas Atas
= Mean level + 1/2 rentang stabilitas
Mean level = 11,43 1
/2 stabilitas kecenderungan = 1/2 x 2,25 = 1,125
Batas atas = 11,43 + 1,13 = 12,56
75
d. Menentukan batas bawah dengan cara mengurangkan mean level dengan setengah stabilitas kecenderungan Batas bawah = Mean level - 1/2 rentang stabilitas Mean level = 11,43 1
/2 stabilitas kecenderungan = 1/2 x 2,25 = 1,13
Batas bawah
= 11,43 – 1,13 = 10,3
e. Menentukan persentase stabilitas yaitu jika
% stabilitas
terletak diantara 85 % - 90 %, maka kecenderungan dikatakan stabil, sementara persentase stabilitas dibawah 85 % dikatakan tidak stabil. Persentase stabilitas dapat ditentukan dengan rumus : Persentase =
Data poin dalam rentang = 0 Banyak data poin = 7 Persentase stabilitas
= 0 x 100% 7 =0%
Berdasarkan kriteria diatas 0 % < 85 %, maka dapat diartikan stabilitas perubahan penjumalahan bilangan bilangan pada anak X dapat dikatakan tidak stabil.
76
Persentase (%) jawaban anak yang benar
KONDISI BASELINE (A1) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
12,56 11,43 10,3
1
2
3
4
5
6
7
Pengamatan
Grafik 8 Stabilitas Kecenderungan Kemampuan Penjumlahan Bilangan Sampai 20 (A1) Keterangan : Mean : Batas atas : Batas bawah 2. Kondisi intervensi (B) a. Menentukan trend stability dengan cara mengalikan skor tertinggi dengan kriteria stabilitas Skor tertinggi = 100 Kriteria stabilitas: 15% = 0,15 Stabilitas kecenderungan = Skor tertinggi x kriteria stabilitas = 100 x 0,15 = 15
77
b. Menghitung mean level dengan cara menjumlahkan semua skor dan dibagi dengan banyak data poin kondisi intervensi (B) Skor
= 80 + 90+ 85 +85 +85 +100 +95 + 95+ 90+ 95+
100+ 100+ 95+ 100+ 100+ 100 = 1.395 Banyak data poin = 16 Mean level = 1.395 : 16 87,18 c. Menentukan batas atas dengan menjumlahkan mean level dengan setengah stabilitas kecenderungan Mean level = 87, 18 1
/2 stabilitas kecenderungan = 1/2 x 15 = 7,5 Batas atas = Mean level + 1/2 stabilitas kecenderungan = 87, 18 + 7,5 = 94,68 d. Menentukan batas bawah dengan cara mengurangkan mean level dengan setengah stabilitas kecenderungan Mean level= 87,18 1 /2 rentang stabilitas = 1/2 x 15 = 7,5 Batas bawah = Mean level – ( 1/2 rentang stabilitas) = 87,18 – 7,5 = 79,68 e. Menentukan persentase stabilitas yaitu jika
% stabilitas
terletak diantara 85 % - 90 %, maka kecenderungan dikatakan stabil, sementara persentase stabilitas dibawah 85 % dikatakan
78
tidak stabil. Persentase stabilitas dapat ditentukan dengan rumus : Persentase =
Data poin dalam rentang = 6 Banyak data poin = 16 Persentase= 6
x 100% = 37,5%
16 Berdasarkan kriteria diatas 37,5 % < 85 %, maka dapat diartikan
stabilitas
perubahan
kemampuan
penjumlahan
bilangan anak X dapat dikatakan tidak stabil. 110
Kondisi Intervensi (B)
Persentase (%) Jawaban Anak yang Benar
100 90
87,18 94,68
80
79,68
70 60
Series 1
50 40 30 20 10 0 8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Pengamatan
Grafik 9 Stabilitas Kecenderungan Kemampuan Penjumlahan Bilangan Sampai 20 (B)
79
Keterangan : Mean : Batas atas : Batas bawah
3. Kondisi baseline setelah diberikan intervensi (A2) a. Menentukan rentang stabilitas (trend stability) Rentang stabilitas = Kriteria stabilitas x skor tertinggi Skor tertinggi = 100 Kriteria stabilitas = 15% = 0,15 Stabilitas kecenderungan = 100 x 0,15 = 15 b. Menghitung mean level dengan cara menjumlahkan semua skor dan dibagi dengan banyak data poin pada kondisi A2 Mean level = Jumlah skor : banyak data poin Skor
= 90 + 95 + 100 + 100 + 100 = 485
Banyak data = 5 Mean level = 485 : 5 = 97 c. Menentukan batas atas dengan cara menjumlahkan mean level dengan setengah stabilitas kecenderungan
80
Batas atas = Mean level +
1
/2 rentang stabilitas
Mean level = 97 1
/2 stabilitas kecenderungan = 1/2 x 15 = 7,5
Batas atas = 97 + 7,5 = 104,5 d. Menentukan batas bawah dengan cara mengurangkan mean level dengan setengah kecenderungan arah Batas bawah = Mean level - 1/2 rentang stabilitas Mean level = 97 1
/2 rentang stabilitas = 1/2 x 15 = 7,5
Batas bawah
= 97 – 7,5 = 89,5
e. Menentukan persentase stabilitas yaitu jika
% stabilitas
terletak diantara 85 % - 90 %, maka kecenderungan dikatakan stabil, sementara persentase stabilitas dibawah 85 % dikatakan tidak stabil. Persentase stabilitas dapat ditentukan dengan rumus : Persentase = Data poin dalam rentang = 5 Banyak data poin = 5 = 5 5
x 100% = 100%
81
Berdasarkan kriteria diatas 100% > 85% diartikan
stabilitas
perubahan
kemampuan
maka dapat penjumlahan
bilangan anak X dapat dikatakan stabil.
Persentase (%) Jawaban Anak yang Benar
Kondisi Baseline (A2) 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
104,5 97 89,5
Serie…
24
25
26
27
28
Grafik 10 Stabilitas Kecenderungan Kemampuan Penjumlahn Bilangan Sampai 20 (A2) Keterangan : Mean : Batas atas : Batas bawah
Dapat dijelaskan bahwa persentase stabilitas pada kondisi sebelum diberikan intervensi tidak stabil, karena persentase stabilitas kondisi sebelum intervensi (A1) 0%, kondisi intervensi
82
(B) tidak stabil karena persentase stabilitasnya 37,5%, dan kondisi baseline setelah tidak lagi menggunakan media mesin fungsi manual mnempati kondisi stabil yaitu dengan persentase stabilitas 100%. Untuk lebih jelasnya mengenai persentase stabilitas pada kondisi baseline (A1), kondisi intervensi (B), dan kondisi baseline (B) dapat dilihat dalam tabel 11 persentase stabilitas berikut ini: Tabel 11 Persentase Stabilitas Data Kondisi Baseline (A1), Intervensi (B) dan Kondisi Baseline (A2) Kondisi Kecenderungan stabilitas (persentase)
A1 0% (tidak stabil)
B 37,5% (tidak stabil)
A2 100% (stabil)
d) Menentukan kecenderungan jejak data Pada
data
baseline
sebelum
diberikan
intervensi
(A1),
pengamatan pertama anak bisa menjawab tiga butir soal penjumlahan bilangan sampai 20, pengamatan kedua anak bisa menjawab satu butir soal, pengamatan ketiga anak bisa menjawab tiga butir soal, pengamatan ke empat anak bisa menjawab tiga butir soal, dan pada pengamatan ke lima sampai pengamatan ke tujuh anak bisa menjawab dua butir soal dengan benar. Setelah pengamatan yang ketujuh persentase yang didapat sudah stabil, hal ini menjelaskan bahwa kecenderungan jejak data pada kondisi baseline adalah terlihat menurun (-)
83
Pada kondisi intervensi (B) pengamatan pertama dari 20 soal anak bisa menjawab soal penjumlahan bilangan sampai 20 dengan benar sebanyak 16 butir soal, pada pengamatan kedua terlihat naik, anak dapat menjawab 18 soal, pada pengamatan ke tiga sampai ke lima terlihat menurun anak bisa menjawab 17 soal pada pengamatan ketiga sampai kelima tersebut. Pada pengamatan ke enam terlihat naik anak bisa menjawab 20 soal dengan benar. Pada pengamatan ke tujuh sampai ke delapan terlihat turun lagi anak bisa menjawab 19 soal, pada pengamatan ke sembilan terlihat turun anak bisa menjawab 18 soal. Pada pengamatan ke sepuluh telihat naik anak bisa menjawab 19 soal, pada pengamatan ke-11 sampai ke-12 terlihat naik anak bisa menjawab 20 soal, pada pengamatan ke-13 terlihat turun lagi anak bisa menjawab 19 soal. Pada pengamatan ke-14sampai ke-16 anak bisa menjawab 20 soal dengan benar. Pengamatan dihentikan pada petemuan ke-16 karena sudah mendapatkan hasil yang stabil. Jejak data pada kondisi intervensi adalah meningkat (+) Pada data baseline (A2) setelah tidak lagi menggunakan media mesin fungsi manual diperoleh data kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 yaitu pada pengamatan pertama anak bisa menjawab 18 soal dengan benar dari 20 butir soal. Pengamatan kedua meningkat anak dapat menjawab 19 soal dengan benar. Pengamatan ketiga sampai kelima anak sudah bisa menjawab semua soal penjumlahan bilangan sampai 20 dengan benar. Pengamatan
84
dihentikan pada pengamatan kelima karena data kemampuan anak sudah stabil. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan jejak data pada kondisi baseline (A2) setelah tidak lagi menggunakan media mesin fungsi manual adalah meningkat (+) dan stabil. Gambaran data penelitian mengenai kecenderungan jejak data yang berkaitan dengan meningkatkan
kemampuan
anak
tunagrahita
ringan
dalam
penjumlahan bilangan sampai 20 dapat dilihat pada tabel 12 dibawah ini: Tabel 12 Kecenderungan Jejak Data Kondisi Kecenderungan jejak data
A1
B
A2
(-)
(+)
(+)
e) Menentukan level stabilitas dan rentang Berdasarkan data kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 pada kondisi baseline (A1), 5% merupakan persentase terendah dan 15% adalah persentase tertinggi, pada kondisi baseline yang keseluruhan titik datanya berjumlah tujuh yaitu (15%, 5%, 15%, 15%, 10%, 10%, 10%), sedangkan pada kondisi intervensi (B) 80% merupakan persentase yang terendah dan 100% merupakan persentase yang paling tinggi, pada kondisi intervensi yng titik datanya berjumlah 16 titik data yaitu: (80%, 90%, 85%, 85%, 85%, 100%, 95%,95%, 90%, 95%, 100%, 100%, 95%, 100%, 100%, 100%). Dan data pada
85
kondisi baseline (A2) persentase terendahnya yaitu 80% dan persentase tertingginya adalah 100% yang keseluruhan titik datanya berjumlah lima titik yaitu (90%, 95%, 100%,100%, 100%). Menentukan level stabilitas yaitu dengan menghitung jumlah titik data range dibagi dengan jumlah total titik data dikalikan saratus persen. 1) Level stabilitas pada kondisi baseline (A1) Jumlah titik data range
:0
Jumlah total data
:7
Level stabilitas
: Jumlah titik data range x 100% Jumlah total titik data
0 x 100% = 0% 7 2) Level stabilitas pada kondisi intervensi (B) Jumlah titik data range
:6
Jumlah total data
: 16
Level stabilitas
: Jumlah titik data range x 100% Jumlah total titik data 4 x 100% = 37,5% 16
3) Level stabilitas pada kondisi baseline (A2) Jumlah titik data range
:5
Jumlah total data
:5
Level stabilitas
: Jumlah titik data range x 100% Jumlah total titik data 5 x 100% = 100% 5
86
f) Menentukan level perubahan Menentukan level perubahan (level change) dapat dicari melalui berapa besar tejadinya perubahan data dalam suatu kondisi dengan cara: 1) Menentukan berapa besar data poin pertama dan data poin terakhir dalam suatu kondisi 2) Kurangi data yang besar dengan data yang kecil 3) Tentukan apakah selisihnya menunjukkan arah yang membaik atau memburuk sesuai dengan tujuan intervensi atau pengajarannya. a. Level perubahan pada kondisi A1 1. Data poin pertama (pengamatan pertama) 15% dan pengamatan ke tujuh 10% 2. Data besar (15) – data yang kecil (5) 15%-5%=10% 3. (+) b. Level perubahan pada kondisi B 1. Data poin pertama (pengamatan pertama) 80% dan data terakhir 100% 2. Data besar – data yang kecil 100% - 80% = 20 % 3. (+) c. Level perubahan pada kondisi A2 1. Data poin pertama (pengamatan pertama) 90% dan data terakhir 100%
87
2. Data besar – data yang kecil 100% - 90% = 10 %, (+) Jadi dapat dipaparkan bahwa level perubahan pada kondisi baseline sebelum diberikan intervensi (A1) adalah tidak stabil karena sebelum diberikan perlakuan hal ini dapat dilihat pada pengamatan pertama adalah 15% dan pengamatan ketujuh 10%. Kemudian dari data pengamatan awal dan akhir tesebut data yang paling tinggi dikurangi data yang paling rendah yaitu 15 – 5 = 10%. Maka dapat dilihat nilai 5% ini berarti pada kondisi baseline level perubahannya adalah meningkat (+). Pada kondisi intervensi (B) semua datanya ada 16, data awal setelah diberikan perlakuan adalah 80% dan data akhirnya setelah diberikan perlakuan adalah 100% . Data tertinggi dikurangi dengan data terendah 100% - 80% = 20% hal ini berarti level perubahan pada intervensi semakin meningkat (+). Dan pada kondisi baseline setelah tidak lagi diberikan intervensi (A2) semua datanya ada lima, data awalnya setelah tidak lagi menggunakan media mesin fungsi manual adalah 90% dan data terakhirnya adalah 100%. Data tertinggi dikurangi data terendah yaitu 100% - 90% = 10%. Level perubahan pada kondisi ini meningkat (+). Dengan demikian level perubahan data yang dapat digambarkan melalui tabel 13 perubahan data penelitian yang berkaitan dengan meningkatkan kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 pada anak tunagrahita ringan dibawah ini:
88
Tabel 13 Level Perubahan Kondisi Level perubahan
A1
B
15% - 5% = 10%
A2
100% - 80% = 20%
100% - 90% =10%
Setelah diketahui masing-masing komponen diatas, untuk memperjelas maka dimasukkan dalam suatu format tabel 14 analisis dalam kondisi yang berkaitan dengan meningkatkan kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 bagi anak tunagrahita ringan di bawah ini: Tabel 14 Rangkuman Analisis dalam Kondisi No
Kondisi
1
Panjang kondisi
2
Estimasi
A1
B
A2
7
16
5
(-)
(+)
(+)
Tidak stabil
Tidak stabil
Stabil
(0%)
(37,5%)
(100%)
(-)
(+)
(+)
0%
37,5%
100%
(Tidak stabil)
(Tidak stabil)
(Stabil)
Kecenderungan arah 3
Kecenderungan stabilitas
4
5
6
Jejak data
Level stabilitas
Level perubahan
15% - 5% = 100% - 80% = 100% - 90% 10%
20% (+)
=10% (+)
(+)
89
2. Analisis antar kondisi Adapun komponen analisis antara kondisi baseline (A) dan intervensi (B) dalam meningkatkan kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 melalui media mesin fungsi manual bagi anak tunagrahita ringan adalah: a. Menentukan banyaknya variabel yang diubah Variabel yang diubah dalam penelitian ini yaitu kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 anak tunagrahita ringan (X) yang memiliki masalah dalam penjumlahan bilangan sampai 20. Gambaran data penelitian mengenai variabel yang diubah yaitu kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 dapat dilihat pada tabel 15 dibawah ini: Tabel 15 Jumlah Variabel yang Dirubah Kondisi A dan B Perbandingan Kondisi Jumlah variabel yang diubah
A2/B/A1 (3:2:1) 1
b. Menentukan perubahan kecenderungan arah Menentukan perubahan kecenderungan dengan mengambil data pada analisis dalam kondisi, dapat dilihat pada tabel 16 tentang perubahan kecenderungan arah yang berkaitan dengan kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 pada anak tunagrahita ringan dibawah ini:
90
Tabel 16 Perubahan Kecenderungan Arah Perbandingan Kondisi Perubahan kecenderungan arah dan efeknya (persentase)
A1 / B / A2
(-)
(+)
(+)
Kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 selama kondisi (A1) cenderung arahnya menurun (-), sedangkan pada kondisi B kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 anak terlihat meningkat (+) kecenderungan arahnya, walaupun datanya bervariasi kadang naik kadang turun, tetapi pada akhirnya terus meningkat. Dan pada kondisi A2 kecenderungan arahnya meningkat (+). Sehingga pemberian intervensi berpengaruh positif terhadap variabel yang diubah. c. Menentukan perubahan kecenderungan staabilitas Menentukan perubahan kecenderungan stabilitas dengan melihat kecenderungan stabilitas pada kondisi A1, B dan A2 pada rangkuman analisis dalam kondisi. Dapat dikatakan bahwa pada kondisi baseline (A1) kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20, pada kondisi intervensi (B) kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai
20
memperlihatkan
adanya
perubahan
kecenderungan
meningkat. Dan terlihat pada kondisi baseline (A2) kemampuan anak
91
dalam penjumlahan bilangan sampai 20 sama dengan saat diberikan intervensi yaitu meningkat. Dan telihat pada kondisi baseline (A1) skor paling tinggi dalam melakukan penjumlahan bilangan sampai 20 adalah 15%, pada kondisi intervensi (B) skor anak paling tinggi dalam melakukan penjumlahan bilangan sampai 20 adalah 100%, dan pada kondisi kondisi baseline (A2) skor paling tinggi dalam melakukan penjumlahan bilangan sampai 20 adalah 100%. Tabel 17 Perubahan Kecenderungan Stabilitas Perbandingan Kondisi A2/B/A1 (3:2:1) Perubahan data kecenderungan stabilitas Variabel ke variabel ke stabil d. Menentukan level perubahan Cara menentukan level perubahan pada kondisi baseline sebelum diberikan intervensi (A1), pada kondisi intervensi (B), dan pada kondisi baseline setelah intervensi atau tidak lagi menggunakan media mesin fungsi manual (A2) dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Data poin terakhir pada kondisi baseline (A1) adalah 10% dan data poin pertama pada kondisi intervensi (B) adalah 80% 2. Selisih antara keduanya yaitu 80% - 10% = 70%. Ini berarti kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 dari kondisi baseline sebelum diberikan intervensi (A1) sampai kondisi awal intervensi (B) meningkat sebanyak 70%. 3. Data poin terakhir pada kondisi baseline (A2) adalah 100% dan data poin pertama pada kondisi intervensi (B) adalah 80%.
92
4. Selisih antara keduanya yaitu 100% - 80% = 20%. Ini berarti kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 dari kondisi saat diberikan intervensi (B) sampai kepada kondisi setelah anak tidak lagi menggunakan media mesin fungsi manual dalam penjumlahan bilangan sampai 20 sebanyak 20%. 5. Perubahan tersebut meningkat (+) Tabel 18 Level Perubahan Perbandingan kondisi a. Level perubahan (persentase) pada kondisi B/A1 b. Level perubahan (persentase) pada kondisi B/A2
A2/B/A1 (3:2:1) 80% - 10% = + 70% 100% - 80% = + 20%
e. Menentukan overlape data Menentukan overlape data pada kondisi baseline sebelum diberikan intervensi (A1) dan intervensi (B) ditentukan dengan cara sebagai berikut: 1. Lihat batas atas dan batas bawah pada kondisi baseline (A1) yaitu batas atas (12,56) dan batas bawah (10,3) 2. Kemudian tentukan jumlah data poin kondisi intervensi (B) yang berada pada rentang kondisi baseline (A1) 3. Perolehan angka pada poin dua dibagi dengan banyaknya data poin yang ada pada kondisi intervensi (B) kemudian dikalikan 100. Pada kondisi baseline sebelum diberikan intervensi (A1) kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 batas
93
atasnya 12,56 dan batas bawahnya 10,3. Jumlah data poin kondisi intevensi yang berada pada rentang kondisi baseline (A1) yaitu (0). Kemudian 0 dibagi dengan banyak data poin yang ada pada kondisi intervensi (B) yaitu 16, jadi 0 : 16 = 0, hasil tersebut dikalikan 100%, maka hasilnya adalah 0%. Semakin kecil overlape maka semakin baik pengaruh intervensi terhadap perubahan target behavior dalam penelitian ini. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa kemampuan anak tunagrahita ringan dalam penjumlahan bilangan sampai 20 mengalami perubahan yang terus meningkat setelah diberikan intervensi. Kemudian menentukan overlape data pada kondisi baseline setelah tidak lagi diberikan intervensi (B) dan baseline (A2) ditentukan sebagai beriut: 1. Lihat batas atas dan batas bawah pada kondisi intervensi (B) yaitu batas atas (94,68) dan batas bawah (79,62) 2. Kemudian tentukan jumlah data poin kondisi baseline (A2) yang berada pada rentang kondisi intervensi (B) 3.
Perolehan angka pada poin dua dibagi dengan banyaknya data poin yang ada pada kondisi baseline (A2) kemudian dikalikan 100. Pada kondisi kondisi intevensi (A2) kemampuan anak dalam
penjumlahan bilangan sampai 20 batas atasnya 94,68 dan batas bawahnya 79,62. Jumlah data poin kondisi baseline (A2) yang berada pada rentang kondisi intervensi (B) yaitu 1. Kemudian dibagi dengan
94
banyak data poin yang ada pada kondisi intervensi yaitu 5, jadi 1 : 5 = 0,2. Kemudian hasilnya tesebut dikalikan dengan 100%, maka hasilnya adalah 20%. Ini menunjukkan bahwa kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 dengan menggunakan media mesin fungsi manual meningkat. Setelah diketahui masing-masing komponen di atas untuk memperjelasnya maka dapat dilihat tabel berikut ini: Tabel 19 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Kondisi 1. Jumlah variabel yang berubah 2. Perubahan kecenderungan arah
A2/B/A1 1
(-)
(+)
3. Level perubahan a. Level perubahan (persentase) 80% - 10% = + 70% pada kondisi B/A1 b. Level perubahan (persentase) 100% - 80% = + 20% pada kondisi B/A2 4. Persentase overlape a. Pada kondisi baseline (A1) 0% dengan kondisi intevensi (B) b. Pada kondisi kondisi intervensi 20% (B) dengan baseline (A2)
C. Pembuktian Hipotesis Berdasarkan hasil analisis data dalam kondisi dan hasil analisis antar kondisi yang terdapat 28 kondisi yaitu tujuh sesi baseline sebelum diberikan intervensi (A1), 16 sesi intervensi (B), dan lima sesi baseline setelah tidak diberikan intervensi (A2). Dijelaskan bahwa sebelum diberikan perlakuan
(+)
95
menggunakan media mesin fungsi manual pada kondisi baseline (A1) kecenderungan arah kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 anak tunagrahita ringan terlihat menurun (-) dan masih rendah. Saat diberikan perlakuan pada kondisi intevensi (B) kecenderungan arah kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 anak tunagrahita ringan meningkat (+), dan dilihat kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 anak tunagrahita ringan setelah tidak lagi diberikan bantuan dengan menggunakan media mesin fungsi manual atau pada baseline (A2) kecenderungan arah kemampuan anak meningkat (+). Hal ini membuktikan media mesin fungsi manual dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 bagi anak tunagrahita ringan. Overlape data pada sesi baseline (A1), intevensi (B), dan sesi baseline (A2) adalah 0% dan 20%, hal ini menunjukkan semakin kecil persentase overlape maka semakin baik pengaruh intervensi terhadap perubahan target behavior dalam penelitian ini. Dengan demikian dapat ditafsikan bahwa kemampuan anak tunagrahita ringan dalam penjumlahan bilangan sampai 20 mengalami perubahan yang terus meningkat setelah diberikan intervensi. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah media mesin fungsi manual secara singnifikan dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan bilangan bagi anak tunagrahita ringan kelas D II C di SLB Limas Padang. Jawaban dari hipotesis penelitian ini adalah hipotesis diterima, karena intervensi yang diberikan melalui media mesin fungsi manual dapat meningkatkan
96
kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 bagi anak tunagrahita ringan kelas D II/C SLB Limas Padang. D. Pembahasan Hasil Penelitian Subjek dalam penelitian peneliti ini adalah seorang anak tunagrahita yang berinisial X berumur 13 tahun, yang mana kemampuan anak masih sama dengan anak yang berumur 8 tahun. Anak terlambat dibidang akademik dibandingkan teman yang seusia dengannya, namun anak ini masih bisa dilatih kemampuan akademiknya, salah satu mata pelajaran yang bisa dikembangkan bagi anak tunagrahita adalah mata pelajaran matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat Wantah (2007:10) mengemukakan bahwa “Anak tunagrahita ringan memiliki IQ antara 50 – 75 dan mereka dapat mempelajari keterampilan dan akademik mereka sampai kelas enam sekolah dasar”. Dari pendapat tersebut ternyata kemampuan akademik anak tunagrahita ringan masih dapat ditingkatkan, salah satu kemampuan akademik anak tunagrahita yang bisa ditingkatkan adalah mata pelajaran matematika yaitu penjumlahan bilangan bilangan sampai 20. Ini terbukti pada hasil penelitian peneliti yang mana terjadi perubahan yang sangat signifikan terhadap kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 anak dengan menggunakan media mesin fungsi manual. Ini terlihat bahwa selisih level perubahan dari kondisi baseline (A1) sampai awal kondisi intervensi adalah meningkat +70%, sedangkan selisih level perubahan dari kondisi saat intervensi (B) sampai pada kondisi baseline setelah tidak lagi menggunakan media mesin fungsi manual (A2) dalam penjumlahan bilangan sampai 20 meningkat +20%.
97
Peningkatan kemampuan penjumlahan yang diperoleh anak diatas meningkat karena menggunakan media yang menarik yang dapat digunakan dalam penjumlahan bilangan bagi anak tungrahita ringan yaitu media mesin fungsi manual. Menurut Russeffendi (1997:32) “Mesin fungsi bilangan adalah mesin yang pada matematika melakukan tugas operasi”. Media ini dapat menarik minat anak dalam belajar, karena dalam penggunaan media ini adalah sambil bermain, sehingga anak tidak bosan dalam belajar matematika. Mesin fungsi manual berbentuk mesin atau kotak yang menggambarkan manusia ada mata untuk memasukkan benda atau angka, hidung sebagai symbol tambah (+) dan mulut untuk mengeluarkan atau menghitung benda yang ada dalam mesin atau kotak. Alat yang bekerja dalam mesin atau kotak tersebut adalah anak. Anak yang ada dalam kotak itu menunjukkan atau mengeluarkan benda atau kartu jawaban benar. Jadi terbukti bahwa kemampuan penjumlahan bilangan anak tunagrahita ringan dapat ditingkatkan melalui media mesin fungsi manual. Dalam
penelitian
ini
target
behaviornya
adalah
kemampuan
penjumlahan bilangan sampai 20 yang diukur dengan menggunakan persentase.
Penelitian ini dilakukan selama 28 kali pengamatan yang
dilakukan pada tiga kondisi yaitu tujuh kali pada kondisi baseline sebelum diberikan intervensi (A1), 16 kali pada kondisi intervensi (B) dan lima kali pada kondisi baseline setelah tidak lagi diberikan intervensi (A2). Pada kondisi baseline (A1) kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20
menunjukkan
kecenderungan
arah
yang sedikit
meningkat
dan
98
kecenderungan stabilitasnya tidak stabil. Hal ini bisa dilihat pada pengamatan pertama sampai ketujuh yang mana data berubah kisaran 15%, 5%, dan 10%. Pada kondisi intervensi (B) data yang diperoleh pada pengamatan pertama sudah mencapai keberhasilan yaitu 80%. Namun peneliti melanjutkan pengamatan sebanyak 16 kali pertemuan. Dalam pengamatan tersebut data yang diperoleh naik turun, tetapi masih diatas 80%. Pada pengamatan pertama persentase yang diperoleh anak 80%, pengamatan kedua naik menjadi 90%, pada pengamatan ketiga sampai kelima persentase yang diperoleh anak menurun yaitu 85%, pada pengamatan keenam naik menjadi 100%, pada pengamatan ke 7 dan ke 8 terjadi lagi penurunan persentase yang diperoleh anak adalah 95%, pada pengamatan ke 9 turun lagi menjadi 90%, pada pengamatan ke 10 meningkat menjadi 95%, pada pengamatan ke 11 dan 12 persentase yang diperoleh anak meningkat yaitu 100%, pada pengamatan ke 13 persentase yang diperoleh anak menurun lagi menjadi 95%, kemudian pada pengamatan ke 14 sampai pengamatan ke 16 meningkat yaitu 100% berturutturut. Pengamatan dihentikan pada pertemuan ke 16 data telah menunjukkan peningkatan yang stabil. Anak sudah bisa menyelesaikan penjumlahan bilangan sampai 20 dengan benar. Sedangkan pada sesi baseline (A2) dilakukan sebanyak lima kali pengamatan. Pada pengamatan pertama kemampuan anak dalam melakukan penjumlahan bilangan sampai 20 adalah anak bisa menjawab soal penjumlahan sebanyak 18 butir soal dari 20 butir soal persentase yang diperoleh anak yaitu 90%. Pengamatan kedua kemampuan anak dalam menjumlahkan bilangan sampai 20 adalah 95%. Pada
99
pengamatan ketiga sampai kelima kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 mencapai kestabilan yaitu dengan data 100%. Jadi dari beberapa hasil pengamatan diatas terbukti bahwa sebelum diberikan pelakuan dengan menggunakan media mesin fungsi manual, kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 terlihat rendah. Namun setelah diberi perlakuan (intervensi) dengan menggunakan media mesin fungsi manual, kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 meningkat. Selanjutnya setelah tidak lagi menggunakan media mesin fungsi manual, terlihat kemampuan anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 tetap meningkat. Hal ini membuktikan bahwa media mesin fungsi manual dapat meningkat kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 bagi anak tunagrahita ringan. Dari pembahasan diatas maka dapat dibuktikan bahwa pengaruh intervensi menggunakan media mesin fungsi manual dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 anak tunagrahita ringan di kelas DII/C SLB Limas Padang.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan dalam bab IV, dapat diambil kesimpulan bahwa media mesin fungsi manual dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 bagi anak tunagrahita ringan di kelas DII/C SLB Limas Padang. Pengamatan dan pencatatan data dalam penelitian ini berbentuk persentase, dari 20 soal penjumlahan bilangan sampai 20. Berdasarkan dari data hasil penelitian, pengamatan pada kondisi baseline (A1) sebanyak tujuh kali dan terlihat bahwa anak masih salah dalam menjawab soal penjumlahan bilangan sampai 20 maka hasil persentasenya terlihat rendah. Pada kondisi intervensi (B) adalah kondisi anak dengan diberikan perlakuan menggunakan media mesin fungsi manual sebanyak 16 kali pengamatan. Pemberian perlakuan dapat membantu anak dalam penjumlahan bilangan sampai 20 dan terlihat persentase yang diperoleh anak meningkat. Selanjutnya pada kondisi baseline (A2) pengamatan dilakukan tanpa menggunakan media mesin fungsi manual, pengamatan dilakukan sebanyak lima kali. Kemampuan penjumlahan anak setelah tidak diberikan perlakuan dapat dipertahankan persentase yang diperoleh anak meningkat. Berdasarkan analisis tersebut terbukti bahwa hipotesis pada penelitian ini diterima. Berarti telah diperoleh bukti yang cukup untuk menyatakan bahwa kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20 anak tunagrahita ringan dapat
100
101
ditingkatkan melalui media mesin fungsi manual. Dilihat dari hasil secara keseluruhan, analisis data dalam kondisi dan analisis antar kondisi terbukti bahwa terdapat perubahan kemampuan anak
X dalam meningkatkan
kemampuan penjumlahan bilangan sampai 20. B. Saran Setelah memperhatikan hasil temuan peneliti yang diperoleh dari kesimpulan yang telah dikemukakan, maka ada terdapat beberapa saran dalam penelitian ini yaitu: a. Bagi peneliti, agar dapat mengembangkan lagi hasil penelitian ini, dan media ini juga dapat digunakan bagi anak berkebutuhan khusus lainnya. b. Bagi guru, agar dapat menggunakan media mesin fungsi manual ini dalam penjumlahan bilangan agar timbulnya semangat anak dalam belajar dan bermanfaat juga saat belajar mengajar. c. Bagi sekolah, agar dapat mendukung berbagai bentuk media yang nantinya dapat menunjang kemampuan anak dalam belajar. Agar anak lebih semangat lagi. d.
Bagi peneliti selanjutnya, peneliti berharap untuk dapat menambahkan variasi media mesing fungsi manual agar anak termotivasi
DAFTAR RUJUKAN
Amin, Moh. 1995. Ortopedagogik anak tunagrahita. Depdikbud. Anggraini, Ratri. 2012. “Faktor Penyebab Tunagrahita”. (online). (http://ratriplbuns12.blogspot.com, diakses tanggal 27 Juni 2013) Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahastya. Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Budiyanto, dkk. 2010. Modul Pendidikan Inklusif. Jakarta : Kemendiknas. Dalais, Mursal. 2007. Kiat Mengajar Matematika di Sekolah Dasar. Padang: UNP Press Padang. Danim, Sudarwan. 2010. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Akasara. Hildayani, Rini, dkk. 2005. Penanganan Anak Berkelainan: Anak dengan Kebutuhan Khusus. Jakarta: Universitas Terbuka. Jamaris, Martini. 2009. Kesulitan Belajar : Prespektif, Asesmen dan Penanggulangannya. Jakarta: Yayasan Penamas Murni. Ruseffendi, E.T. 1979. Pengajaran Matematika Modern: Untuk Orang Tua Murid, Guru dan SPG. Bandung: Tarsito. Sadiman, Arief, S. dkk. 2009. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Latuheru. Simanjuntak, Lisnawati, dkk. 1992. Metode Mengajar Matematika 1.Jakarta: Rineka Cipta. Somantri, Sutjihati. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Tanpa Kota: Depdikbud. Sudjana , Nana & Ahmad Rivai. 2007. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sumekar, Ganda. 2009. Anak Berkebutuhan Khusus: Cara Membantu Mereka Agar Berhasil dalam Pendidikan Inklusif. Padang: UNP Press. Sunanto, Juang. 2005. Pengantar Penelitian Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press.
102
103
Wantah , Maria J. 2007. Pengembangan Kemandirian Anak Tunagrahita Mampu Latih. Jakarta: Depdiknas. Yuliani, Yusti. 2010. Tunagrahita. (online), (http://yusti23.blogspot.com, diakses tanggal 14 November 2011, jam 10.26 wib). Yusuf, A.Muri. 2007. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press.
Lampiran I KISI – KISI PENELITIAN
Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan Bilangan Anak Tunagrahita Ringan Melalui Media Mesin Fungsi Manual Kelas D II C di SLB LIMAS Padang (Single Subjeck Reaserch) Variabel Melakukan penjumlahan bilangan sampai 20
Indikator 1. Menjumlahkan
Deskriptor 1. 9 + 4 =
bilangan deret ke
2. 9 + 8 =
samping satu digit
3. 7 + 6 =
dengan satu digit
4. 8 + 7 =
2. Menjumlahkan
5. 7 + 7=
bilangan deret ke
6. 9 + 3 =
samping dua digit
7. 8 + 8 =
dengan satu digit
8. 3 + 8 = 9. 8 + 9 = 10. 7 + 5 = 11. 12 + 8 = 12. 11 + 9 = 13. 15 + 3 = 14. 16 + 2 = 15. 14 + 4 = 16. 11 + 8 = 17. 12 + 7
104
105
18. 10 + 9 = 19. 12 + 8 = 20. 13 + 7 =
Kriteria peniliaian: Bisa = 1 Tidak Bisa = 0
Nilai
= Jumlah yang dijawab benar x 100% Total Skor
Lampiran II INSTRUMEN PENELITIAN Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan Bilangan Anak Tunagrahita Ringan Melalui Media Mesin Fungsi Manual Kelas D II C di SLB LIMAS Padang (Single Subjeck Reaserch) No
Penilaian
Item Soal
1
9+4=
2
9+8=
3
7+6=
4
8+7=
5
7 + 7=
6
9+3=
7
8+8=
8
3+8=
9
8+9=
10
7+5=
11
12 + 8 =
12
11 + 9 =
13
15 + 3 =
14
16 + 2 =
15
14 + 4 =
16
11 + 8 =
17
12 + 7 =
18
10 + 9 =
19
12 + 8 =
20
13 + 7 =
B
Kriteria peniliaian: Bisa = 1 Tidak Bisa = 0 Nilai = Jumlah yang dijawab benar x 100% Total Skor
106
TB
LAMPIRAN III PROGRAM PENGAJARAN INDIVIDUAL (PPI)
Nomor PPI
:1
Tanggal Penyusunan Program
: April 2013
Tanggal Evaluasi
: Juni 2013
1. Area/ aspek : Matematika 2. Tugas/ Keterampilan kegiatan Penjumlahan bilangan sampai 20, yaitu penjumlahan bilangan deret kesamping satu digit dengan satu digit dan penjumlahan bilangan deret kesamping dua digit dengan satu digit. 3. Tingkat kemampuan yang dimiliki saat ini a. Siswa mengenal angka sampai 20 b. Siswa bisa membilang benda sampai 20 c. Anak sudah bisa menulis bilangan d. Anak sudah mengenal lambang operasi hitung misalnya tanda (-. +, =) e. Anak sudah bisa melakukan penjumlahan bilangan dengan pembelajaran semi kongkrit. f. Siswa mengalami kesulitan dalam melakukan operasi hitung penjumlahan sampai 20.
107
108
4. Tujuan Pembelajaran a. Kondisi (stimulus) 1) Anak mampu melakukan penjumlahan bilangan satu digit dengan satu digit, yang angkanya kurang dari lima 2) Anak belum mampu melakukan penjumlahan satu digit dengan satu digit yang angkanya lebih dari lima. 3) Anak belum mampu melakukan penjumlahan dua digit dengan satu digit.
b. Perilaku (respon) 1) Anak tunagrahita ringan x akan menjumlahkan bilangan satu digit dengan satu digit dengan bai dan benar melalui media mesin fungsi manual 2) Anak tunagrahita ringan x akan menjumlahkan bilangan dua digit dengan satu digit dengan bai dan benar melalui media mesin fungsi manual c. Pencapaian Dengan keakuratan jawaban yang benar mencapai 80 %. d. Waktu Tiga bulan (April – Juni 2013)
Lampiran IV RENCANA PELAKSANAAN PEMBALAJARAN (RPP)
Nama Sekola
: SLB LIMAS PADANG
Kelas / Semester
: D II C / II
Mata Pelajaran
: Matematika
Waktu
: 2 x 35 menit
I.
Standar Kompetensi : Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan bilangan sampai 20.
II.
Kompetensi Dasar Melakukan penjumlahan sampai 20.
III.
Indikator a. Menyelesaikan soal penjumlahan bilangan deret kesamping sampai 20
IV. Tujuan Pembelajaran a. Melalui metode latihan anak dapat menyelesaikan soal penjumlahan bilangan deret kesamping sampai 20 dengan benar. V.
Karakter yang Diharapkan a. Religius b. Teliti c. Terampil
109
110
d. Bertanggungjawab VI. Materi Pembelajaran a. Penjumlahan bilangan deret kesamping satu digit dengan satu digit Contoh soal: 1. 5 + 9 = 14 2. 8 + 9 = 17 3. 6 + 7 = 13 4. 9 + 7 = 16 5. 5 + 8 = 13 b. Penjumlahan bilangan deret kesamping dua digit dengan satu digit 1. 12 + 5 = 2. 17 + 3 = 3. 16 + 4 = VII. Metode Pembelajaran a. Ceramah b. Tanyajawab c. Penugasan d. Latihan VIII. Langkah-Langkah Pembelajaran a. Kegiatan awalan 1) Mengucapkan salam 2) Berdoa 3) Mengkondisi siswa
111
4) Apersepsi b. Kegiatan inti 1) Eksplorasi a) Peneliti menjelaskan tentang operasi penjumalahan bilangan deret kesamping sampaing satu digit dengan satu digit dengan menggunakan media mesin fungsi manual Contoh : 1. 9 +7 = …… 2. Sebutkan angka yang ibuk masukan kedalam mesin fungsi manual
dan
simpan
dikepala
berapa
angka
yang
dimasukkan. Contoh ibuk memasukkan angka 9 , jadi angka 9 disimpan dikepala. 3. Angka 9 yang ibuk masukkan tadi yang sudah disimpan dikepala, kemudian lanjutkan menghitung banyak gambar yang ibuk masukkan, banyak gambar yang ibuk masukkan adalah 7. 4. Jadi
hitung
setelah
9
lanjutkan
menghitung
10,11,12,13,14,15,16. 5. Jadi 9 + 7 = 16 b) Siswa memperhatikan penjelasan peneliti. c) Peneliti menjelaskan tentang operasi penjumalahan bilangan deret kesamping sampaing dua digit dengan satu digit dengan menggunakan media mesin fungsi manual
112
Contoh : 1.
12 + 5 = ……
2. Sebutkan angka yang ibuk masukan kedalam mesin fungsi manual
dan
simpan
dikepala
berapa
angka
yang
dimasukkan. Contoh ibuk memasukkan angka 12 jadi, angka 12 disimpan dikepala. 3. Angka 12 yang ibuk masukkan tadi yang sudah disimpan dikepala, kemudian lanjutkan menghitung banyak gambar yang ibuk masukkan, banyak gambar yang ibuk masukkan adalah 5. 4. Jadi hitung setelah 12 lanjutkan menghitung 13,14,15,16,17 5. Jadi 12 + 5 = 17 d) Siswa memperhatikan penjelasan peneliti.
2) Elaborasi a) Siswa bersama bimbingan peneliti melakukan penjumlahan bilangan deret kesamping sampai 20 dengan menggunakan media mesin fungsi manual. Contoh : 1. 8 + 9 =….. 2. Sebutkan angka yang ibuk masukan kedalam mesin fungsi manual
dan
simpan
dikepala
berapa
angka
yang
113
dimasukkan. Contoh ibuk memasukkan angka 8 jadi, angka 8 diingat dikepala. 3. Angka 8 yang ibuk masukkan tadi yang sudah disimpan dikepala, kemudian lanjutkan menghitung banyak gambar yang ibuk masukkan, banyak gambar yang ibuk masukkan adalah 9. 4. Jadi
hitung
setelah
8
lanjutkan
menghitung
9,10,11,12,13,14,15,16,17. 5. Jadi 8 + 9 = 17. b) Peneliti memberikan reinforcement kepada siswa, apabila siswa melakukannya dengan benar. c) Siswa dan peneliti melakukan kegiatan secara berulang. 3) Komfirmasi a) Peneliti bertanya tentang hal yang belum diketahui siswa b) Peneliti
bersama
siswa
meluruskan
kesalah
pahaman,
memberikan penguatan dan menyimpulkan. c) Kegiatan akhir a) Peneliti bersama siswa menyimpulkan meteri yang telah dipelajari. b) Evaluasi c) Berdoa
114
IX. Alat dan Sumber Belajar 1) Alat pembelajaran : a) soal tentang penjumlahan dan b) media mesin fungsi manual 2) Sumber Pembelajaran : panduan asesemen bagi anak kesulitan belajar X. Penilaian Penilaian Indikator Pencapaian No
Bentuk Kompetensi
Teknik
Contoh instrument instrument
1
Melakukan
penjumlahan Tulisan
Isian
Kerjakanlah soal penjumlahan
bilangan deret kesamping
dibawah ini dengan benar!
sampai 20
1. 7 +4 = …… 2. 8 + 5 = ……
Lembar Kerja Siswa (LKS) Kerjakanlah soal penjumlahan dibawah ini dengan benar ! 21. 9 + 4 = 22. 9 + 8 = 23. 7 + 6 = 24. 8 + 7 = 25. 7 + 7 = 26. 9 + 3 =
115
27. 8 + 8 = 28. 3 + 8 = 29. 8 + 9 = 30. 7 + 5 = 31. 12 + 8 = 32. 11 + 9 = 33. 15 + 3 = 34. 16 + 2 = 35. 14 + 4 = 36. 11 + 8 = 37. 12 + 7 = 38. 10 + 9 = 39. 12 + 8 = 40. 13 + 7 = Kunci Jawaban: 1. 13 2. 17 3. 13 4. 15 5. 14 6. 12 7. 16 8. 11 9. 17 10. 12
116
11. 20 12. 20 13. 18 14. 18 15. 18 16. 19 17. 19 18. 19 19. 20 20. 20 XI. Kriteria Penilaian Bisa Tidak Bisa Nilai
:1 :0 = Jumlah yang dijawab benar x 100% Total Skor
Padang,
Mei 2013
Peneliti
Fazila Suwedi 11588 / 2009
LAMPIRAN V REKAPITULASI HASIL PENELITIAN No
Item
19+4= 29+8= 37+6= 48+7= 57+7= 69+3= 78+8= 83+8= 98+9= 10 7 + 5 = 11 12 + 8 = 12 11 + 9 = 13 15 + 3 = 14 16 + 2 = 15 14 + 4 = 16 11 + 8 = 17 12 + 7 = 18 10 + 9 = 19 12 + 8 = 20 13 + 7 = Jumlah (%)
Kondisi Baseline (A1)
Kondisi Intervensi (B)
Kondisi Baseline (A2)
30/4 7/5 8/5 9/5 10/5 11/5 12/5 13/5 14/5 15/5 9/5 10/5 11/5 12/5 20/5 21/5 22/5 23/5 25/5 28/5 30/5 31/5
X X X X X X X √ X √ X X X X X √ X X X X
X X X X X X X √ X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X √ X √ X √ X X X X X X X X
X X X X √ X X √ X √ X X X X X X X X X X
X X X X X X X √ X X X √ X X X X X X X X
X X X X X X X √ X X X X X X X X X √ X X
X X X X X X X √ √ X X X X X X X X X X X
√ √ √ √ √ X √ √ X √ √ √ X √ √ √ √ √ √ X
15% 5% 15% 15% 10% 10% 10% 80%
√ X √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ X √ √ √ √ √
√ X √ √ √ √ √ X √ √ √ √ √ √ √ √ √ X √ √
√ √ √ X √ √ √ √ X X √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ X √ X √ √ X √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ X √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ X √ √ √ √ √
90% 85% 85% 85% 100% 95% 95%
117
√ X √ √ √ √ X √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ X √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ X √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
7/6 8/6
9/6 10/6 11/6
√ X √ √ √ √ √ √ X √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ X √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
90% 95% 100% 100% 95% 100% 100% 90% 95% 100% 100% 100%
Lampiran VI
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Dalam Kondisi Baseline Sebelum Diberikan Intervensi (A1)
Nama siswa
:X
Peneliti
: Fazila Suwedi
Kelas
: DII / C
No 1
Hari / Tanggal Selasa
Waktu
Kegiatan
10.00 – 10.30 WIB Melakukan
30 April 2013
pengamatan
kondisi
baseline (A1), dari 20 butir soal penjumlahan
bilangan
yang
diberikan, anak bisa menjawab tiga butir soal dengan benar. 2
Selasa
15.00 – 15.30 WIB Melakukan
7 Mei 2013
pengamatan
kondisi
baseline (A1), dari 20 butir soal penjumlahan
bilangan
yang
diberikan, anak bisa menjawab satu butir soal dengan benar. 3
Rabu
14.00 – 14.30 WIB Melakukan
8 Mei 2013
pengamatan
kondisi
baseline (A1), dari 20 butir soal penjumlahan
118
bilangan
yang
119
diberikan, anak bisa menjawab tiga butir soal dengan benar. 4
Kamis 9 Mei 2013
14.00 – 14.30 WIB Melakukan
pengamatan
kondisi
baseline (A1), dari 20 butir soal penjumlahan
bilangan
yang
diberikan, anak bisa menjawab tiga butir soal dengan benar. 5
Jumat 10 Mei 2013
14.00 – 14.30 WIB Melakukan
pengamatan
kondisi
baseline (A1), dari 20 butir soal penjumlahan
bilangan
yang
diberikan, anak bisa menjawab dua butir soal dengan benar. 6
Sabtu 11 Mei 2013
14.00 – 14.30 WIB Melakukan
pengamatan
kondisi
baseline (A1), dari 20 butir soal penjumlahan
bilangan
yang
diberikan, anak bisa menjawab dua butir soal dengan benar. 7
Minggu 12 Mei 2013
11.00 – 11.30 WIB Melakukan
pengamatan
kondisi
baseline (A1), dari 20 butir soal penjumlahan
bilangan
yang
diberikan, anak bisa menjawab dua butir soal dengan benar.
Lampiran VII
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Dalam Kondisi Intervensi (B)
Nama siswa
:X
Peneliti
: Fazila Suwedi
Kelas
: DII / C
No 1
Hari / Tanggal Senin
Waktu
Kegiatan
16.00 – 17.15 WIB Melakukan
13 Mei 2013
intervensi
dengan
menggunakan media mesin fungsi manual.
Dari
penjumlahan
20
butir
bilangan
soal yang
diberikan, anak bisa menjawab 16 butir soal dengan benar. 2
Selasa
16.00 – 16.15 WIB Melakukan
14 Mei 2013
intervensi
dengan
menggunakan media mesin fungsi manual.
Dari
penjumlahan
20
butir
bilangan
soal yang
diberikan, anak bisa menjawab 18 butir soal dengan benar.
120
121
3
Rabu 15 Mei 2013
14.00 – 14.30 WIB Melakukan intervensi,
pengamatan dari
penjumlahan
20
kondisi
butir
bilangan
soal yang
diberikan, anak bisa menjawab 17 butir soal dengan benar. 4
Kamis 16 Mei 2013
14.00 – 14.30 WIB Melakukan intervensi,
pengamatan dari
penjumlahan
20
kondisi
butir
bilangan
soal yang
diberikan, anak bisa menjawab 17 butir soal dengan benar. 5
Jumat 17 Mei 2013
14.00 – 14.30 WIB Melakukan intervensi,
pengamatan dari
penjumlahan
20
kondisi
butir
bilangan
soal yang
diberikan, anak bisa menjawab 17 butir soal dengan benar. 6
Sabtu 18 Mei 2013
14.00 – 14.30 WIB Melakukan intervensi,
pengamatan dari
penjumlahan
20
kondisi
butir
bilangan
soal yang
diberikan, anak bisa menjawab 20 butir soal dengan benar. 7
Minggu 19 Mei 2013
11.00 – 11.30 WIB Melakukan intervensi,
pengamatan dari
20
kondisi
butir
soal
122
penjumlahan
bilangan
yang
diberikan, anak bisa menjawab 19 butir soal dengan benar. 8
Senin 20 Mei 2013
14.00 – 14.30 WIB Melakukan intervensi,
pengamatan dari
penjumlahan
20
kondisi
butir
bilangan
soal yang
diberikan, anak bisa menjawab 19 butir soal dengan benar. 9
Selasa 21 Mei 2013
14.00 – 14.30 WIB Melakukan intervensi,
pengamatan dari
penjumlahan
20
kondisi
butir
bilangan
soal yang
diberikan, anak bisa menjawab 18 butir soal dengan benar. 10
Rabu 22 Mei 2013
14.00 – 14.30 WIB Melakukan intervensi,
pengamatan dari
penjumlahan
20
kondisi
butir
bilangan
soal yang
diberikan, anak bisa menjawab 19 butir soal dengan benar. 11
Kamis 23 Mei 2013
14.00 – 14.30 WIB Melakukan intervensi, penjumlahan
pengamatan dari
20
kondisi
butir
bilangan
soal yang
diberikan, anak bisa menjawab 20 butir soal dengan benar.
123
12
Sabtu 25 Mei 2013
14.00 – 14.30 WIB Melakukan intervensi,
pengamatan dari
penjumlahan
20
kondisi
butir
bilangan
soal yang
diberikan, anak bisa menjawab 20 butir soal dengan benar. 13
Selasa 28 Mei 2013
14.00 – 14.30 WIB Melakukan intervensi,
pengamatan dari
penjumlahan
20
kondisi
butir
bilangan
soal yang
diberikan, anak bisa menjawab 19 butir soal dengan benar. 14
Rabu 29 Mei 2013
14.00 – 14.30 WIB Melakukan intervensi,
pengamatan dari
penjumlahan
20
kondisi
butir
bilangan
soal yang
diberikan, anak bisa menjawab 20 butir soal dengan benar. 15
Kamis 30 Mei 2013
14.00 – 14.30 WIB Melakukan intervensi,
pengamatan dari
penjumlahan
20
kondisi
butir
bilangan
soal yang
diberikan, anak bisa menjawab 20 butir soal dengan benar. 16
Jumat 31 Mei 2013
14.00 – 14.30 WIB Melakukan intervensi, penjumlahan
pengamatan dari
20
kondisi
butir
bilangan
soal yang
124
diberikan, anak bisa menjawab 20 butir soal dengan benar.
Lampiran VIII
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Dalam Kondisi Baseline Setelah Tidak Diberikan Intervensi (A2)
Nama siswa
:X
Peneliti
: Fazila Suwedi
Kelas
: DII / C
No 1
Hari / Tanggal Jumat
Waktu
Kegiatan
14.00 – 14.30 WIB Melakukan
7 Juni 2013
pengamatan
kondisi
baseline (A2), dari 20 butir soal penjumlahan
bilangan
yang
diberikan, anak bisa menjawab 18 butir soal dengan benar. 2
Sabtu
14.00 – 14.30 WIB Melakukan
8 Juni 2013
pengamatan
kondisi
baseline (A2), dari 20 butir soal penjumlahan
bilangan
yang
diberikan, anak bisa menjawab 19 butir soal dengan benar.
3
Minggu
14.00 – 14.30 WIB Melakukan
9 Juni 2013
pengamatan
kondisi
baseline (A2), dari 20 butir soal
125
126
penjumlahan
bilangan
yang
diberikan, anak bisa menjawab 20 butir soal dengan benar. 4
Senin 10 Juni 2013
14.00 – 14.30 WIB Melakukan
pengamatan
kondisi
baseline (A2), dari 20 butir soal penjumlahan
bilangan
yang
diberikan, anak bisa menjawab 20 butir soal dengan benar. 5
Selasa 11 Juni 2013
14.00 – 14.30 WIB Melakukan
pengamatan
kondisi
baseline (A2), dari 20 butir soal penjumlahan
bilangan
yang
diberikan, anak bisa menjawab 20 butir soal dengan benar.
Lampiran IX
DOKUMENTASI PENELITIAN
Tempat Penelitian
127
128
Kondisi Baseline (A1)
129
Kondisi Pelaksanaan Intervensi (B) Dengan Menggunakan Media Mesin Fungsi Manual
130
131
Kondisi Pelaksanaan Pada Baseline Setelah Tidak Lagi Menggunakan Media Mesin Fungsi Manual (A2)