BODY WEIGHT GAIN, CONSUMPTION AND FEED CONVERSION OF BRAHMAN CROSS CATTLES FEED BY RICE STRAW WITH DIFFERENT SUPPLEMENTATION Ali Masyhurin1, Hary Nugroho2 and Moch Nasich2 1 2
Student at Department of Animal Production, Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University, Malang Lecturer at Department of Animal Production, Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University, Malang
ABSTRACT The research was to know the weight of the body, increase consumption and feed conversion cow brahman cross fed with rice straw supplementation with urea and gamal. The material used in this study was 30 head brahman cross females age 2-3 years in the Loka Penelitian Sapi Potong Grati Pasuruan Regency. This research uses experimental methods with 2 treatments and fifteen times replication. Feeding with long maintenance is fattening for 12 weeks of one-week preliminary and eleven weeks during data collection. In this study used two treatments, namely treatments A and B treatment. Treatment A with use of ad-libitum straw, the onggok 1% and urea 2%, while treatment B uses straw for ad-libitum, the onggok 0.5% and gamal 0.5%. The results of this research show that the increase in body weight of brahman cross cow stem with feed straw of rice and different supplementation on treatment A is 0.198 kg and treatment B is 0.291 kg. Feed beef consumption brahman cross with rice straw and fodder different supplementation on treatment A is 9.577 kg and treatment B is 12.875 kg. While holding a cow feed conversion brahman cross with rice straw and fodder different supplementation on treatment of A are 27.13 and treatment B is 31.54. The results of this research it can be concluded that added weight to the ox brahman cross with the addition of gamal (gliricidia sepium) supplementation about 0.3 kg, whereas the addition of urea supplementation of 0.2 kg. Cow feed consumption barhman cross with the addition of gamal (gliricidia sepium) supplementation about 13 kg, whereas the addition of urea supplementation of 9.5 kg. Brahman cross cattle feed conversion with addition of gamal (gliricidia sepium) supplementation about 31, while the addition of urea supplementation of 27. Key words: brahman cross, body weight gain, consumption, conversion PERTAMBAHAN BOBOT BADAN, KONSUMSI DAN KONVERSI PAKAN INDUK SAPI BRAHMAN CROSS DENGAN PAKAN BASAL JERAMI PADI DAN SUPLEMENTASI YANG BERBEDA Ali Masyhurin1, Hary Nugroho2 and Moch Nasich2 1
Mahasiswa Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang 2 Dosen Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, pertambahan bobot badan, konsumsi dan konversi pakan induk sapi brahman cross dengan pakan basal jerami padi dan suplementasi urea dan gamal di Lolit Sapi Potong. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 ekor induk sapi Brahman Cross (BX) umur 2-3 tahun. Pada penelitian ini menggunakan dua perlakuan, yaitu perlakuan A dan perlakuan B. pada perlakuan A menggunakan jerami secara adlibitum, onggok 1%, urea 2%, sedangkan perlakuan B menggunakan jerami secara ad-libitum,
1
onggok 0,5%, gamal 2% dan air minumnya pakai sistem ad-libitum. Analisis data menggunakan uji T indenpenden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan pada induk sapi brahman cross dengan pakan basal jerami padi dan suplementasi yang berbeda pada perlakuan A adalah 0,198 kg dan perlakuan B adalah 0,291 kg. Konsumsi pakan induk sapi brahman cross dengan pakan basal jerami padi dan suplementasi yang berbeda pada perlakuan A adalah 9,577 kg dan perlakuan B adalah 12,875 kg. Sedangkan konversi pakan induk sapi brahman cross dengan pakan basal jerami padi dan suplementasi yang berbeda pada perlakuan A adalah 27,13 dan perlakuan B adalah 31,54 . Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pertambahan bobot badan
sapi brahman cross dengan penambahan suplementasi gamal (gliricidia sepium) sebesar 0,3 kg, sedangkan penambahan suplementasi urea sebesar 0,2 kg. Konsumsi pakan sapi barhman cross dengan penambahan suplementasi gamal (gliricidia sepium) sebesar 13 kg, sedangkan penambahan suplementasi urea sebesar 9,5 kg. Konversi pakan sapi brahman cross dengan penambahan suplementasi gamal (gliricidia sepium) sebesar 31, sedangkan penambahan suplementasi urea sebesar 27. Kata kunci: brahman cross, pertambahan bobot badan, konsumsi, konversi 2003). oleh karena itu diperlukan pengembangan Industri Peternakan Rakyat (IPR) dengan sapi Brahman cross (import) dari australia yang berencana dikembangkan di Kawasan timur Indonesia (KTI) (Ferdiman, 2007). Kebutuhan akan daging terus meningkat, Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Peternakan mendatangkan sapi bakalan (feeder stock) Brahman Cross (BX) dari Australia dan digemukan dengan sistem feedlot. Sistem feedlot yang dikembangkan di Indonesia bertujuan untuk mendapatkan pertambahan bobot badan, kuantitas dan kualitas karkas yang tinggi dalam waktu relatif cepat yaitu dengan jalan meningkatkan efisiensi penggunaan pakan yang berkualitas dengan kandungan protein dan energi tinggi serta harganya relatif lebih murah (Anggraini, 2003). Pakan utama ternak ruminansia adalah hijauan yaitu sekitar 60-70 %, namun demikian karena ketersediaan pakan hijauan sangat terbatas maka pengembangan
PENDAHULUAN Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan, namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. Populasi sapi potong nasional pada tahun 2010 adalah 14,8 juta ekor. Jumlah sapi yang potensial dapat dipotong pada tahun 2011 sebesar 2,3 juta ekor. Potensial stok sapi local 2,3 juta ekor, maka dapat menghasilkan 376.510 ton. Kebutuhan daging sapi 2012 sebanyak 448.800 ton, sehingga masih kekurangan 72.290 ton. Kekurangan daging sapi pada 2012 sekitar 72.290 ton setara dengan 441.600 ekor sapi (Rosida, 2006). Meningkatkan produksi daging merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan sekaligus memajukan tingkat kecerdasan sumber daya manusia Indonesia. Daging sapi adalah sumber protein hewani yang kontribusinya dalam memenuhi kebutuhan konsumen nasional baru sekitar 23 % (Diwyanto,
2
paternakan dapat diintegrasikan dengan usaha pertanian sebagai strategi dalam penyediaan pakan ternak melalui optimalisasi pemanfaatan limbah pertanian dan limbah agroindustri pertanian (Mersyah, 2005).
Penelitian ini dilakukan di Loka Penelitian Sapi Potong Grati Kabupaten Pasuruan, pada tanggal 31 Oktober sampai dengan 23 Desember 2012. Materi Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 ekor induk sapi Brahman Cross (BX) umur 2-3 tahun yang ditempatkan dalam kandang individu, alat yang digunakan berupa alat timbang berat badan digital, sekop, baskom, dan plastic sedangkan bahan yang dipakai berupa jerami padi, onggok, gamal, urea, dan air minum.
Jerami padi merupakan bahan pakan herbivora yang tergolong bahan pakan yang berkualitas rendah antara lain Karena dinding selnya tersusun oleh sellulosa, hemiselulosa, lignin dan silica. Dalam pemanfaatan jerami padi dibutuhkan suplementasi bahan yang berkualitas kemudian diolah agar nilai gizinya dapat ditingkatkan serta dapat meningkatkan bobot badan hewan ternak (Abdullah, 2008).
Metode Metode yang dipakai dalam Penelitian ini adalah metode percobaan dengan 2 perlakuan dan 15 kali ulangan. Pemberian pakan dengan lama pemeliharaan (periode) penggemukan selama 12 minggu yang terdiri atas 1 minggu masa penyesuaian (preliminari) dan sebelas minggu masa koleksi data (collecting). Proporsi perlakuan pakan pada penelitian ini bisa dilihat pada Tabel 1.
Salah satu jenis hijauan yang mempunyai nilai nutrisi tinggi dan banyak tersedia pada musim kemarau adalah gamal. Gamal (gliricidia sepium) adalah termasuk leguminosa yang biasa digunakan sebagai campuran hijauan untuk meningkatkan kualitas ransum secara keseluruhan. Selain itu juga dibutuhkan pakan tambahan untuk menambah kualitas gizi pakan hewan ternak itu sendiri, salah satu pakan tambahan itu adalah urea. Pakan tambahan ini dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif mencukupi kebutuhan dengan mempergunakan zat-zat makanan dalam jaringan tubuhnya. Kebutuhan untuk pertumbuhan merupakan kebutuhan pakan yang diperlukan ternak sapi untuk memproduksi jaringan tubuh dan menambah bobot badan (Dwiyanto, 2003).
Tabel 1. Perlakuan pakan sapi brahman cross (%) Penggunaan pakan Perlakuan Jerami Onggok Gamal Urea AdA 1 0 2 libitum AdB 0,5 0,5 0 libitum Variabel Penelitian Variabel yang diamati penelitian ini meliputi : 1. Pertambahan bobot badan.
MATERI DAN METODE
3
pada
2. Konsumsi. 3. Konversi.
brahman cross yang diberikan pakan basal jerami padi dengan suplementasi urea dan penambahan suplementasi gamal (gliricidia sepium)dengan pakan basal yang sama adalah 0,2 ± 0,5 kg dan 0,3 ± 0,4 kg, hasil ini secara statistik tidak berbeda nyata. Pertambahan bobot badan induk sapi brahman cross pada penelitian ini adalah berkisar 0,2 kg/ekor/hari dan 0,3 kg/ekor/hari. Pertambahan bobot badan ini sangat rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian Firdausi (2011), yang menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan sapi brahman cross mencapai 1,2 kg dengan pakan hijauan berupa rumput gajah dan jerami amoniasi dan konsentrat. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh hasil penelitian Soebagyo (2000), yang menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan sapi brahman cross sebesar 0,88 kg dengan lama penelitian 2 bulan dengan menggunakan materi berupa sapi brahman cross dengan rata-rata umur 2-2,5 tahun dan rata-rata bobot awal 341,5 kg serta pakan yang terdiri dari 80% konsentrat formula PT. Kariyana Gita Utama, 15% rumput raja dan 15% ampas bir fermentasi. Perbedaan pertambahan bobot badan dengan penelitian sebelumnya disebabkan oleh penggunaan pakan dalam penelitiannya. Pada penelitian Firdausi (2011) menggunakan pakan hijauan berupa rumput gajah yang mempunyai nilai nutrisi protein kasar 10%, serat kasar 33,5% dan TDN 67% serta jerami amoniasi yang mempunyai nilai nutrisi protein kasar 6,6%, serat kasar 35% dan TDN 46% (Gunawan, 2008). Pada penelitian ini menggunakan pakan basal jerami padi dengan suplementasi urea dan gamal. Pada jerami padi nilai nutrisinya protein kasar 4,5%,
Analisis Data Data hasil penelitian ditabulasikan dalam program excel kemudian dianalisis dengan uji T independen untuk membedakan dua perlakuan. Data yang dianalisa terdiri dari 2 perlakuan dengan 15 ulangan di setiap perlakuannya untuk mengetahui pengaruh dari perbedaan perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertambahan Bobot Badan Penambahan suplementasi gamal (gliricidia sepium) dengan pakan basal jerami padi pada induk sapi brahman cross memberikan performans yang berbeda pertambahan bobot badannya dibandingkan penambahan suplementasi urea dengan pakan basal jerami padi. Rata-rata hasil analisis pertambahan bobot badan induk sapi brahman cross bisa dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata pertambahan bobot badan, konsumsi dan konversi induk sapi brahman cross dengan pakan basal jerami padi yang diberikan suplementasi urea dan gamal Penambahan suplementasi Variabel penelitian Urea Gamal Pertambahan 0,2 ± 0,5 kg 0,3 ± 0,4 kg bobot badan Konsumsi 9,5 ± 2 kg* 13 ± 3 kg* Konversi 27 ± 13 kg 31 ± 19 kg *) Berbeda nyata Tabel 2 menunjukkan bahwa ratarata pertambahan bobot badan induk sapi
4
serat kasar 35% dan TDN 43%. Urea sebagai sumber N, sedangkan gamal (gliricidia sepium) mempunyai nilai nutrisi protein kasar 25,2%, serat kasar 18% dan TDN 65% (Mathius, 2004). Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, maka pakan dalam penelitian ini kualitas gizi pakannya masih rendah dibandingkan penelitian sebelumnya. Selain itu pada penelitian ini menggunakan sapi brahman cross yang umurnya 2-3 tahun, sapi dalam penelitian ini sudah termasuk dalam fase sapi dewasa. Rosida (2006) mengatakan bahwa pertambahan bobot badan sapi yang usianya masih muda, lebih tinggi dibandingkan sapi yang memasuki fase dewasa. Hal ini didukung oleh Sosroamidjojo (1991) bahwa sapi muda memerlukan hijauan sekitar 2,5-3% dari bobot hidupnya, sedangkan sapi dewasa hanya 1,5% dari bobot hidupnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan bobot badan yang lebih bagus terletak pada penambahan suplementasi gamal (gliricidia sepium) dengan pakan dasar jerami padi serta onggok, ini terjadi karena kandungan protein kasar pada tanaman gamal sebesar 25,2% (Puger, 2008). Selain itu, pakan gamal (gliricidia sepium) termasuk tanaman leguminosa yang nilai nutrisinya lebih bagus dibandingkan rumput dan pakan utama ternak ruminansia adalah hijauan sekitar 60-70% (Mersyah, 2005). Penambahan suplementasi urea tidak memberikan pengaruh yang bagus terhadap pertambahan bobot badan sapi brahman cross akan tetapi penambahan suplementasi urea mempunyai nilai nutirisi yang cukup bagus, pada urea terdapat kandungan nitrogen yang menyebabkan peningkatan
konsumsi protein kasar dan daya cerna dan selain itu urea yang diberikan pada ruminansia akan melengkapi sebagian dari kebutuhan protein dan lemak karena lemak tersebut disintesis menjadi protein oleh mikroorganisme di dalam rumen (Lubis, 2003). Cullison (2002) menyatakan bahwa urea termasuk sebagai pakan tambahan, pakan tambahan dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif mencukupi kebutuhan dengan mempergunakan zat-zat makanan dalam jaringan tubuhnya. Penelitian ini menggunakan gamal (gliricidia sepium) sebanyak 0,5 % dari bobot badan sapi brahman cross. gamal merupakan pakan ternak sumber protein yang baik dengan kandungan protein yang lebih tinggi daripada konsentrat yang memiliki kandungan protein maksimal hanya 17 %. Daun gamal (gliricidia sepium) mengandung banyak protein dan mudah dicerna sehingga cocok untuk pakan ternak khususnya ruminansia (Pasambe dkk, 2008). Hal ini sesuai dengan Prawiradiputra dkk, (2006) bahwa daun atau bagian tanaman yang dipangkas dapat digunakan sebagai hijauan makanan ternak yang dapat meningkatkan produktivitas ternak ruminansia seperti : sapi, kambing dan domba. Gamal (gliricidia sepium) yang diberikan pada sapi brahman cross bagian daunnya saja, jadi daun tanaman gamal dipisahkan dari batangnya karena hewan ternak tidak menyukai bagian batangnya. Mathius (2004) menyatakan bahwa pada tanaman gamal (gliricidia sepium) terdapat zat anti nutrisi yaitu kumarin, akibat zat anti nutrisi tersebut dapat mengurangi konsumsi dan palatabilitas pakan tersebut yang
5
berakibat terhambatnya produktivitas ternak. Walaupun demikian, ada tindakan antisipasi pada saat pemberian pakan berupa gamal (gliricidia sepium) yakni berupa pelayuan. Hal ini sesuai dengan pandapat Sutaryono (2000) menyatakan bahwa sebelum diberikan kepada ternak, gamal (gliricidia sepium) ini perlu dilakukan pelayuan terlebih dahulu dengan cara dijemur. Ternak yang belum terbiasa dengan daun gamal (gliricidia sepium) perlu dilatih agar terbiasa dapat memakan daun gamal sebagai kebutuhan pokoknya. Hammond et al. (2004) menyatakan bahwa sebelum diberikan ke ternak, sebaiknya daun gamal dilayukan terlebih dahulu kira-kira 12-24 jam untuk meningkatkan kuantitas asupan pakan. Ternak terutama sapi yang belum biasa makan gamal (gliricidia sepium), perlu dilakukan pembiasaan terlebih dahulu. Caranya bisa dengan ternak dilaparkan dahulu selama setengah hari dari pagi sampai sore dengan tetap pemberian minum yang cukup. Waktu malam harinya diberikan daun gamal yang telah dilayukan kemudian diberi rumput. Pemberian selanjutnya, biasanya tidak perlu dilaparkan lagi, ternak sudah akan langsung menyantap daun gamal. Nurfitri (2008) menyatakan berat badan awal yang rendah akan memperlihatkan compensatory growth (pertumbuhan kompensasi) yaitu pertumbuhan atau PBBH yang cepat pada periode sapi setelah pemberian pakan yang kurang akan dapat bermanfaat. Dalam pertambahan berat badan harian terdapat beberapa faktor yang sangat vital yang mempengaruhi, seperti bibit sapi, pakan yang digunakan, jenis kandang yang dipakai
dan suhu lingkungan sekitar kandang. Pada penelitian ini menggunakan sapi brahman croos yang berumur 2-3 tahun dan dalam keadaan kurus. Hal ini sesuai dengan Siregar (2008) berpendapat bahwa sapi brahman cross banyak diminati oleh feedloter sebab pertambahan bobot badan harian (Average Daily Gain = ADG) dan persentase karkas lebih tinggi dengan komponen tulang lebih rendah dibandingkan sapi lokal. Mariam (2004) menyatakan bahwa sapi hasil silangan menunjukkan kinerja yang lebih baik dibanding sapi lokal, sehingga banyak disenangi oleh peternak namun perlu diketahui bahwa setiap bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadangkadang bisa membawa resiko yang kurang menguntungkan. Konsumsi Tabel 2 menunjukkan bahwa ratarata konsumsi induk sapi brahman cross yang diberikan pakan basal jerami padi dengan suplementasi urea adalah 9,5 ± 2 kg sedangkan penambahan suplementasi gamal (gliricidia sepium) adalah 13 ± 3 kg, hasil ini secara statistik berbeda nyata. Hasil rata-rata konsumsi induk sapi brahman cross pada penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiawati (2008) yang menunjukkan bahwa sapi brahman cross yang diberi SOZO-4 mengkonsumsi 5,5% lebih banyak protein dan 4,4% lebih banyak energi. SOZO-4 termasuk pakan aditif, pada umumnya pakan aditif diberikan dalam jumlah sedikit namun mempunyai dampak yang besar terhadap ternak yang mengkonsumsinya (Samadi, 2002). SOZO-4 ini diklaim mempunyai manfaat anatara lain (1) mengoptimalkan daya kerja mikroba
6
dalam rumen, sehingga pakan dapat terserap maksimal, (2) mengoptimalkan kesehatan, (3) kotoran kering (tidak berbau), dan populasi lalat berkurang, (4) pertumbuhan harian yang optimal (Dannon, 2007). Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnya, yaitu mengkonsumsi lebih banyak protein, sedangkan kandungan protein yang paling bagus pada pakan penelitian ini terdapat pada suplementasi gamal sebesar 25,2% (Puger, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa sapi brahman cross lebih menyukai mengkonsumsi pakan basal jerami padi dengan tambahan suplementasi gamal (gliricidia sepium). Hal ini sesuai dengan pendapat Sutaryono (2000) menyatakan bahwa penggunaan daun gamal sebagai hijauan makanan ternak ruminansia tidak mengakibatkan pengaruh negatif walaupun diberikan dalam jumlah banyak dan terusmenerus, tetapi sebelum diberikan kepada ternak harus melalui proses pelayuan terlebih dahulu dengan tujuan untuk menghilangkan bau vanila yang disebabkan oleh senyawa kumarin terutama pada daun gamal (gliricidia sepium) yang masih basah. Penelitian ini pada daun gamalnya dijemur terlebih dahulu supaya daun gamal tidak dalam keadaan basah pada saat diberikan pada sapi brahman cross. Hal ini sesuai dengan pendapat Hammond et al. (2004) menyatakan bahwa daun gamal (gliricidia sepium) dilayukan terlebih dahulu sekitar 12-24 jam untuk meningkatkan kuantitas asupan pakan. Perlakuan A pakan hijauannya hanya jerami padi sedangkan pada perlakuan B pakan hijauannya terdiri dari jerami padi dan daun gamal (gliricidia sepium), pakan utama hewan ternak
ruminansia adalah hijauan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mersyah (2005) menyatakan bahwa pakan utama ternak ruminansia adalah hijauan sekitar 60-70%. Ayuni (2005) menyatakan bahwa tingkat konsumsi ransum banyak ditentukan oleh palatabilitas (bau, warna dan tekstur), sistem tempat dan pemberian pakan serta kepadatan kandang. Winugroho (2002) menyatakan bahwa jumlah kebutuhan pakan setiap ternak berbeda tergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembapan udara) serta bobot badannya. Menurut Rosida (2006) menyatakan bahwa konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Konsumsi meliputi proses mencari pakan, mengenal dan mendekati pakan, proses bekerjanya indera ternak terhadap pakan, proses memilih pakan dan proses menghentikan makan. Parakkasi (2001) menegaskan bahwa tingkat konsumsi (Voluntary Feed Intake) adalah jumah pakan yang dikonsumsi oleh ternak. Konsumsi pakan merupakan faktor esensial untuk mengetahui kebutuhan pokok dan produksi. Tingkat konsumsi dapat menggambarkan palatabiltas. Mariam (2004) menyatakan bahwa jumlah konsumsi pakan merupakan faktor penentu yang paling penting dalam menentukan jumlah zat-zat makanan yang didapat oleh ternak. Lubis (1960) menyatakan bahwa tinggi rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor
7
eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri).
Penambahan suplementasi urea pada pakan sapi brahman cross pada penelitian ini akan memenuhi kebutuhan protein sapi brahman cross karena pada urea terdapat kandungan nitrogen sebesar 45 %. Dimana nitrogen mewakili 16 % dari protein atau bila dijabarkan, protein setara dengan 5,25 % kali kandungan nitrogen (Djajanegara, 2003). Pernyataan ini didukung oleh Cullison (2002) mengatakan bahwa suplemen urea sudah sering digunakan sebagai sumber protein yang ekonomis dan dapat meningkatkan efisiensi konversi pakan pada sapi yang diberi jerami padi. Pada penelitian ini penambahan suplementasi urea sebanyak 2 % dari jumlah pakannya, walaupun nitrogen yang terdapat pada urea mewakili 16 % dari protein akan tetapi pemberian urea berlebihan akan memberi dampak yang negatif terhadap hewan ternak. Hal ini didukung oleh pendapat Winugroho (2002) bahwa Pemberian suplementasi urea sebanyak 2 % dari jumlah pakannya masih berdampak positif terhadap hewan ruminansia, sedangkan pemberian urea melebihi 3 % dari ransum lengkap akan memberikan dampak yang negatif pada hewan ternak atau dosisnya tidak boleh melebihi sepertiga bagian dari total N(protein equivalen). Apabila penggunaan urea berlebihan maka hewan ternak akan mengalami sesak nafas, sapi tampak gelisah, meneteskan air liur, perut kembung, menyepak-nyepak kakinya ke perut, jalan tidak normal, dan yang paling parahnya adalah kematian secara mendadak. (Komar, 2004). Penggunaan sapi dewasa pada penelitian ini menyebabkan nilai konversi tidak maksimal, nilai konversi dengan penambahan suplemetasi urea sebesar 27 kg
Konversi Tabel 2 menunjukkan bahwa ratarata konversi induk sapi brahman cross yang diberikan pakan basal jerami padi dengan suplementasi urea adalah 27 ± 13 kg sedangkan penambahan suplementasi gamal (gliricidia sepium) dengan pakan basal jerami padi adalah 31 ± 19 kg, hasil ini secara statistik tidak berbeda nyata. Hasil konversi pada penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sebelumnya yang dilakukan oleh Amien (2012) yang menemukan bahwa penambahan hijauan dan konsentrat dengan ratio 60 : 40%, dengan hijauan terdiri dari rumput gajah dan jerami jagung sedangkan konsentrat terdiri dari pollard, bekatul dan ampas tahu lalu ditambahkan probiotik cair 60 ml/ekor/hari sedangkan nilai konversinya sebesar 9,13. Nilai konversi tersebut lebih bagus dibandingkan nilai konversi pada penelitian ini yang sebesar 27 pada suplementasi urea sedangkan 31 pada suplementasi gamal. Penelitian sebelumnya manghasilkan nilai konversi lebih bagus karena pada pakannya ditambahkan probiotik probiss. Theodorou et al. (1990) menyatakan probiotik yang terbukti efektif dapat meningkatkan konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan. Trincie et al. (1994) menyatakan pengaruh penggunaan probiotik ternak ruminansia sudah konsisten, beberapa penelitian menghasilkan pengaruh nyata baik pada produksi daging serta ketahanan terhadap penyakit. Penambahan probiotik probiss sebanding manfaatnya dengan penambahan suplementasi urea pada penelitian ini.
8
sedangkan penambahan suplementasi gamal sebesar 31 kg. Siregar (2008) mengatakan bahwa konversi pakan yang baik pada hewan ternak sapi adalah 8,56-13,29 dan efisiensi penggunaan pakan untuk sapi berkisar 7,52-11,29%. Hal ini didukung oleh Purbowati dkk (2005) menyatakan bahwa efisiensi pakan pada penggemukan sapi muda jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penggemukan sapi dewasa. Hal ini menyebabkan pertambahan bobot badan dan efisiensi pakan pada sapi muda sangat tinggi disbanding dengan sapi dewasa. Meningkatnya pakan penguat atau semakin baiknya kualitas pakan akan menyebabkan semakin baik pula efisiensi penggunaannya oleh ternak. Konversi pakan yang bagus pada penelitian ini terdapat pada penambahan suplementasi urea dengan pakan basal jerami padi. Penambahan suplementasi urea sangat baik bagi efisiensi pakan sapi brahman cross, selain itu sapi brahman cross tergolong hewan ternak ruminansia yang menyukai hijauan segar bertekstur baik dan mengandung unsur nitrogen (N) (Lubis, 1960). (Winugroho, 2002) berpendapat bahwa urea merupakan bahan pakan sumber nitrogen yang dapat difermentasi di dalam sistem pencernaan ruminansia. Urea dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positif terhadap peningkatan konsumsi protein kasar dan daya cerna. Ngadiyono (2005) menyatakan bahwa konversi pakan menunjukkan kemampuan ternak mengubah bahan pakan untuk memproduksi satu kilogram pertambahan berat badan. Isbandi (2004) menyatakan konversi ransum adalah indikator teknis yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, semakin
rendah angka konversi pakan berarti semakin baik. Penambahan suplementasi gamal (gliricidia sepium) pada efisiensi penggunaan pakan bertolak belakang dengan penambahan urea sebagai suplementasinya dengan pakan basal jerami padi pada sapi barhman cross, hal ini disebabkan karena pada tanaman gamal (gliricidia sepium) terdapat zat anti nutrisi. Hal ini sesuai dengan pendapat Mathius (2004) menyatakan bahwa pada tanaman gamal terdapat zat anti nutrisi yaitu kumarin, akibat zat anti nutrisi tersebut dapat mengurangi konsumsi dan palatabilitas pakan tersebut yang berakibat terhambatnya produktivitas ternak. Selain dilihat dari faktor pakan, hal ini terjadi karena faktor yang lainnya juga, salah satunya adalah suhu lingkungan sekitar kandang. Pada lampiran 5 menunjukkan bahwa suhu paling rendah pada penelitian ini yakni 30o. Ayuni (2005) menyatakan bahwa kisaran suhu yang baik untuk pemeliharaan sapi di Indonesia antara 18-28oC. Menurut Rosida (2006) berpendapat bahwa konversi pakan sangat dipengaruhi oleh kondisi ternak, daya cerna, jenis kelamin, bangsa, penyakit, kualitas dan kuantitas pakan, juga faktor lingkungan yang tidak kalah penting. Kesimpulan
9
Pertambahan bobot badan sapi brahman cross dengan penambahan suplementasi gamal (gliricidia sepium) sebesar 0,3 kg, sedangkan penambahan suplementasi urea sebesar 0,2 kg. Konsumsi pakan sapi barhman cross dengan penambahan suplementasi
Barat. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
gamal (gliricidia sepium) sebesar 13 kg, sedangkan penambahan suplementasi urea sebesar 9,5 kg. Konversi pakan sapi brahman cross dengan penambahan suplementasi gamal (gliricidia sepium) sebesar 31, sedangkan penambahan suplementasi urea sebesar 27.
Cullison, A.E. 2002. Feeds and Feeding : Animal Nutrition. University Georgia, New Delhi. Dannon. 2007. Probiotics and Intestinal Functions. Utah Agricultural Experiment Station. Utah State University Logan, Utah, USA.
Saran
Dwiyanto, K. 2003. Pengelolaan Plasma Nutfah Untuk Mendukung Industri Sapi Potong Berdaya Saing. Proc. Seminar Pengembangan Sapi Lokal. Fakultas Peternakan. Universitas Gajah Mada.
Memperoleh pertambahan bobot badan yang maksimal, diperlukan untuk melakukan penelitian lagi dengan menambahkan pakan ternak yang memiliki nilai nutrisi lebih tinggi dibandingkan penelitian ini karena pada penelitian ini pertambahan bobot badannya kurang maksimal.
Djajanegara, A. 2003. Tinjauan Ulang Mengenai Evaluasi Suplemen Pada Jerami Padi. Prosiding Seminar Pemanfaatan Limbah Pangan dan Limbah Pertanian untuk Makanan Ternak. Bandung: Lembaga Kimia Nasional LIPI.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, 2008. Pembuatan Jerami Padi Amoniasi Sebagai Sumber Pakan Ternak Potensial di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba, Program Penerapan IPTEKS.
Ferdiman, B. 2007. Strategi Pengembangan Usaha Penggemukan Sapi Potong PT Kariyana Gita Utama Sukabumi. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Amien, I. 2012. Pertambahan Bobot Badan dan Konversi Pakan Sapi Limousin Cross Dengan Pakan Tambahan Probiotik. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
Firdausi, A. 2011. Pertambahan Bobot Badan Harian Sapi Brahman Cross Pada Bobot Badan Dan Frame Size Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
Anggraini, W. 2003. Analisis Usaha Peternakan Sapi Potong Rakyat Berdasarkan Biaya Produksi dan Tingkat Pendapatan Peternakan Menurut Skala Usaha (Kasus di Kecamatan Were Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat). Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Gordeyase, I.K.M., R. Hartanto, dan W.D. Pratiwi. 2006. Proyeksi Daya Dukung Pakan Limbah Tanaman Pangan Untuk Ternak Ruminansia di Jawa Tengah. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 32(4): 285-292. Gunawan. 2008. Petunjuk Pemeliharaan Sapi Brahman Cross. BPTU Sembawa, Ditjen Peternakan. Palembang.
Ayuni, N. 2005. Tata Laksana Pemeliharaan dan Pengembangan Ternak Sapi Potong Berdasarkan Sumber Daya lahan di Kabupaten Agam, Sumatera
10
Hammond, Jr., J. C. Bowman and T. R. Robinson. 2004. Hammond’s Farm Animals. 5th Edition Arnold Ltd, London.
Nurfitri, E. 2008. Sistem Pemeliharaan dan Produktivitas Sapi Potong pada Berbagai Kelas Kelompok Peternak di Kabupaten Ciamis. Skripsi. Fakultas Peternakan, Intitut Pertanian Bogor.
Isbandi. 2004. Pembinaan Kelompok Petani Ternak Dalam Usaha Ternak Sapi Potong. J. Indom. Trop. Anim. Agric. 29(2): 106-114.
Parakkasi, A. 2001. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Komar,A. 2004. Teknologi Pengolahan Jerami Sebagai Bahan Makanan Ternak. Bandung : Dian Grahita.
Pasambe D, Sariubang M, Haryani R. 2008. Substitusi Daun Gamal Dalam Pakan Untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak Ruminansia. Di Dalam : Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Departemen Pertanian.
Lubis, D.A. 1960. Ilmu Makanan Ternak. Jakarta: Pembangun. Pasca sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mariam, T. 2004. Perbedaan Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi dan Efisiensi Pakan Antara Sapi Jantan PO Dengan Fries Holland Dalam Kondisi Peternakan Rakyat. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Padjajaran, Bandung.
Prawiradiputra., Budiarto, N.S. dan Zonia, Y. 2006. Hijauan Pakan Ternak di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Mathius, I.W. 2004. Hijauan Gliricida Sebagai Pakan Ternak Ruminansia, Wartazoa Vol. 1 No. 4.
Puger,
Mersyah, R. 2005. Desian Sistem Budidaya Sapi Potong Berkelanjutan Untuk Mnedukung Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Bengkulu Selatan. Disertai, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
A.W. 2008. Pengaruh Cara Pengawetan Terhadap Komposisi Kimia dan Efisiensi Dalam Bentuk Hay dan Silase Daun 16 Provenan Gamal. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana. Denpasar.
Purbowati, W.S. Dilaga dan N.S.N Aliyah, 2005. Penampilan Produksi Sapi Peranakan Ongole dan Peranakan Limousin Jantan Dengan Pakan Konsentrat dan Jerami Padi Fermentasi.Artikel_AINI_2005_Dr._ Ir._Endang_ Purbowati,_MO. Pdf
Moody, W.G. J.E. Little., F.A. Thrift, L.V. cundiff and James O. Kamp. 2000. Influence of Length of Feeding a High Roghage Ration on Quantitaty Characteristic of Beef. J. Anim. Sci 31: 868-973.
Rosida, I. 2006. Analisis Potensi Sumber Daya Peternakan Kabupaten Tasikmalaya Sebagai Wilayah Pengembangan Sapi Potong. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Ngadiyono, N. 2005. Pertumbuhan dan Sifat-sifat Karkas dan Daging Sapi Sumba Ongole, Brahman Cross dan Australian Commercial Cross Yang Dipelihara Secara Intensif Pada Berbagai Bobot Potong. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
11
Samadi. 2002. Antibiotik Jakarta
Probiotik Pengganti Dalam Peternakan.
Siregar, S.B. 2008. Penggemukan Sapi. Penerbit Swadaya. Jakarta. Sosroamidjojo. 1991. Ternak Potong dan Kerja. CV. Yasaguna, Jakarta. Soebagyo, Y. 2000. Pengaruh Penggemukkan Terhadap Pertambahan Bobot Badan Harian Dan Komposisi Asam Lemak Daging Sapi Brahman Cross. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirma, Purwokerto. Sutaryono, A.Y. dan Mashur. 2000. Penyediaan dan Kualitas Pakan Sapi di Musim Kemarau pada Daerah Pertanian Lahan Kering di Kabupaten Dompu. Theodorou, M. K., D. E. Boever., M. J. Haines and A. Barcoks. 1990. The Effect of Fungal Probiotic on Intake and Performance of Early Weaned Calves. Anim prod 53. 577. Trinci A. P. J., Dr. Davies, K. Gull, M. L. Lawrence, B. B. Nielsen, A. Rickers and M. K. Theodorou. 1994. Anaerobic Fungi in Herbivorus Animal. Mg. Co. Rs. 98 (2) : 129152. Widiawati, Y. 2008. Pengaruh Pemberian Feed Aditif SOZO-4 Terhadap Pertambahan Bobot Hidup Sapi Brahman Cross. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Winugroho M. 2002. Strategi Pemberian Pakan Tambahan Untuk Memperbaiki Efisiensi Reproduksi Induk Sapi. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 21. No 1.
12