Sept - Okt 2010
Volume 10
BERBAGI INFORMASI UMUM TENTANG HUTAN, PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM DENGAN SISWA SEKOLAH MENENGAH DI BERAU
P
rogram REDD yang dikembangkan di Berau sebagai salah satu bagian dari upaya di Indonesia dalam menjawab tantangan global dari perubahan iklim dan pemanasan global, perlu mendapat dukungan dan keterlibatan oleh semua pihak. Kesadaran dan kemudian opini dari semua lapisan masyarakat dapat turut menjadi dinamika pengembangan program ini. Penyampaian informasi yang bersifat membangun kesadaran dan opini yang positif akan sangat membantu terlaksananya program dengan baik. Siswa sekolah yang dalam hal ini siswa sekolah menengah umum di Berau di mana program REDD ini dikembangkan,
merupakan bagian penting dari lapisan masyarakat ini. Keberadaan mereka sebagai pioneer pengembangan/ penerapan ilmu yang mereka dapat tentu akan sangat berpengaruh pada prilaku dan tindakan mereka terhadap lingkungan hari ini dan ke depannya. Karenanya informasi yang berkaitan dengan program ini perlu disebarluaskan ke mereka tentu dengan penyesuaian tingkat pendidikan dan penerimaan mereka terhadap informasi dan ilmu pengetahuan. Berkaitan dengan hal ini sekretariat Pokja REDD Berau melalui pengembangan media dan komunikasi bekerja sama dengan BKSDA Kaltim Wilayah 1 (bersambung ke hal. 10)
Inside Issue: Belajar Mencintai Alam Sejak Kecil—Takshow Radio RSPD Berau . . . . . . . . . Konsultasi Para Pihak Dalam Rangka Analisis Distribusi Insentif dan Peran REDD dan REDD+ . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Diskusi CCBA Standart . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . Pelatihan Pengukuran, Pelaporan, dan Verifikasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 3 4 5
Berbagi Informasi dengan Staf Kedutaan Besar Amerika Serikat . . . . . . . . . . . 6 Focus Group Discussion Strategi Pembangunan Rendah Karbon di Kalimantan Timur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7 Identifikasi Keterlibatan Stakeholder Dalam Pelaksanaan REDD+ Di Daerah dan Penggalian Masukan Dalam Distribusi Insentif . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . 8 Lanjutan Pengumpulan Data Lapangan LIDAR—GLAS . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
Volume 10
Hal. 2
BELAJAR MENCINTAI ALAM SEJAK KECIL Talkshow Lingkungan di Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) Berau
B
elakangan ini, isu lingkungan sudah menjadi isu yang paling popular. Ini dikarenakan dampak nyata dari perubahan lingkungan telah dirasakan oleh masyarakat kita di berbagai daerah. Mulai dari tanah longsor, kekeringan, gagal panen, bahkan banjir bandang pun sudah merupakan hal yang biasa terjadi di beberapa daerah. Sebagian besar dari bencana alam ini tidak lepas dari akibat kerusakan lingkungan yang terjadi dan akibat perubahan iklim yang belakangan tidak dapat lagi diprediksi. Kita yang berada di Berau yang mungkin saat ini belum mengalami hal tersebut di atas, karenanya demikian perlu melakukan hal-hal yang positif terhadap lingkungan kita agar dampak buruknya tidak terjadi. Peningkatan kesadaran lingkungan pun diperlukan dilakukan kepada masyarakat umum dan lebih terpenting lagi adalah bagaimana mengenalkan pendidikan lingkungan hidup kepada anak-anak kita sejak dini. Berkaitan dengan hal ini Sekretariat Pokja REDD Berau melalui pengembangan media dan komunikasi bekerja sama dengan Radio SPD Berau mengadakan acara talkshow radio dengan tema lingkungan hidup. Acara talkshow lingkungan yang digagas RSPD dengan TNC yang rutin digelar mingguan setiap hari Rabu pukul 14.00 wita, kali ini Rabu tanggal 1 September 2010 digelar dengan tema “Belajar Mencintai Alam Sejak Kecil” dengan pembicara dari Sekretariat Pokja REDD Berau dan Mahasiswa Mapala STIEM Berau. Pembicara dalam acara ini masing-masing M.Fajri dari sekretariat Pokja REDD, Singgih mahasiswa Mapala STIEM Berau serta dipandu oleh penyiar RSPD Pak Asri. Tema yang diangkat kali ini lebih difokuskan pada bagaimana “Belajar Mencintai Alam Sejak Kecil”. Dengan semangat Asri penyiar radio RSPD Berau ini menyapa para pendengar setia mereka. Sesaat setelah menyapa pendengarnya, beliau kemudian memperkenalkan para pembicara dan tema yang akan dibahas. Selesai perkenalan dan penyampaian tema tersebut kemudian berlanjut dengan pembahasan apa itu lingkungan hidup dan siapa sebenarnya yang berperan aktif dalam isu lingkungan ini serta bagaimana tandatanda lingkungan itu sudah mulai rusak. Kemudian pembahasan difokuskan pada mengapa mencintai alam atau pengenalan lingkungan hidup harus dimulai sejak dini atau sejak kecil. Kita tahu bahwa pendidikan dasar merupakan masa yang paling penting
untuk menentukan masa depan seseorang. Begitu pun untuk pembentukan sifat dan keperibadiannya. Tak terkecuali untuk urusan lingkungan hidup. Kepedulian untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup haruslah dimulai sejak dini. Dengan begitu, kesadaran anak-anak terhadap pentingnya lingkungan dapat dibawa hingga ia dewasa. Agar dapat berperilaku dan memperlakukan alam secara arif, alam perlu dikenali. Pengenalan dan pemberian kesempatan untuk mengerti akan pentingnya alam dan perannya terhadap kehidupan perlu dilakukan kepada setiap orang dan haruslah dapat segera diberikan sejak usia dini. Anak usia dini memiliki kepekaan dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Kepekaan yang tinggi mampu menyimpan memori yang tinggi. Karena kepekaan dan rasa ingin tahu ini, maka proses pembelajaran kesadaran lingkungan, menyikapi, memahami dan bagaimana memperlakukan alam dan lingkungannya inilah yang perlu kita kuatkan. Acara ini berlangsung sampai pukul 16.00 wita dan ditutup dengan penyampaian tindakan-tindakan nyata yang bisa dilakukan lingkungan terkecil kita di rumah. Pengurangan penggunaan bahan plastik yang sekali pakai, bagaimana penanganan sampah rumah tangga yang organic mau non organic, dan bagaimana menyisihkan sampah yang bisa didaur ulang, serta bagaimana berlaku hemat juga disampaikan. (*mf)
RALAT Pada artikel Updates Volume 9 (Juli-Agustus 2010) halaman 6 tentang “Presentasi Perubahan Iklim Pada Pelatihan Perpustakaan Kampung dan Taman Bacaan” terdapat kesalahan ketik dimana disebutkan pelatihan tersebut kerjasama antara TNC dan MAPALA STIT Tanjung Redeb, harusnya tertulis adalah kerjasama TNC dan MAPALA STIEM Tanjung Redeb. Mapala STIT Tanjung Redeb hadir hanya sebagai peserta pelatihan yang diundang inisiator kegiatan (MAPALA STIEM dan TNC). Demikian ralat ini kami sampaikan, mohon maaf atas kekeliruan ini. Tim Redaksi Updates
Volume 10
Hal. 3
KONSULTASI PARA PIHAK DALAM RANGKA ANALISIS DISTRIBUSI INSENTIF DAN PERAN REDD DAN REDD+
P
erhatian pemerintah baik negara berkembang maupun negara maju terhadap dampak dari perubahan iklim dalam beberapa tahun belakangan ini sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari upaya berbagai negara dalam mitigasi dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim tersebut melalui suatu kerangka kerjasama antar negara yaitu UNFCCC atau United Nations Framework Convention on Climate Change. Semua negara yang sudah meratifikasi UNFCCC mempunyai kewajiban untuk mengatasi perubahan iklim berdasarkan prinsip permasalahan bersama dengan tanggung jawab berbeda (common but differentiated responsibilities). Mekanisme pendanaan yang telah dihasilkan dari COP (Conference of the Parties) sebagai otoritas tertinggi dari UNFCCC ke-13 di Bali dan ke-14 di Poznan yang dapat diimplementasikan di negara berkembang termasuk Indonesia adalah REDD dan REDD plus. Keberhasilan implementasi REDD dan REDD plus akan sangat tergantung pada kesiapan infrastruktur yang digunakan. Infrastruktur yang baik menentukan keberlanjutan implementasi REDD dan REDD plus dalam jangka panjang. Sampai sekarang infrastruktur tersebut masih dalam tahap persiapan. Salah satu infrastruktur yang harus dipersiapkan adalah distribusi insentif yang efektif, efisien dan berkeadilan. Distribusi insentif dibawah REDD-plus tidak hanya digunakan untuk mengurangi deforestasi dan degradasi hutan, namun juga akan digunakan untuk melakukan konservasi cadangan karbon di hutan, pengelolaan hutan lestari dan peningkatan cadangan karbon hutan melalui kegiatan penanaman pohon dan rehabilitasi lahan yang terdegradasi. Mekanisme ini memiliki keuntungan dengan membuka kesempatan bagi berbagai pihak yang memiliki situasi nasional yang berbeda untuk dapat diikutsertakan (CIFOR 2009). Harga karbon yang layak serta besarnya pungutan atas CER yang dijual telah dihitung, tetapi bersifat site specific. Disamping bersifat site specific, harga karbon juga bersifat buyer atau donor specific. Sampai saat ini transaksi karbon melalui mekanisme REDD di Indonesia belum terjadi, maka penelitian ini lebih menekankan pada harga karbon yang bersifat site specific. Agar hasil kajian lebih komprehensif, maka diperlukan kajian lebih lanjut
mengenai distribusi insentif di beberapa lokasi yang berbeda dan diperluas untuk mekanisme REDD plus yang belum dianalisis pada tahun 2009. Berkaitan dengan hal ini Tim Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan Kementerian Kehutanan telah melakukan analisa awal berkaitan dengan distribusi insentif ini dan peran parak pihak dalam REDD dan REDD+. Bertempat di ruang pertemuan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Berau, Kamis 7 Oktober 2010 tim ini mempresentasikan hasil kajian dengan tema “Konsultasi Para Pihak Dalam Rangka Analisis Distribusi Insentif Dan Peran Para Pihak Dalam REDD Dan REDD Plus”. Dari presentasi ini diharapkan adanya validasi dan verifikasi hasil analisis data dan dapat menghimpun masukan untuk perbaikan hasil kajian. Pertemuan ini dibuka langsung oleh Ketua Pokja REDD Berau Ir. Suparno Kasim dan dihadiri oleh anggota Pokja REDD Berau lainnya seperti Kepala Dinas Kehutanan, Badan Lingkungan Hidup Berau, BPN Berau, Dinas Tata Ruang, Dinas Pemberdayaan Masyarakat, TNC, LSM Lokal, dan undangan lainnya sekitar 20 orang. Dalam sambutannya, Ketua Pokja Berau mengatakan bahwa Kabupaten Berau telah mulai menginisiasi program REDD sejak dilaksanakannya COP 13 di Bali 2007 yang lalu. Perlahan tapi pasti salah satu daerah di Berau pun mulai dipersiapkan sebagai ”Demonstration Areas”/DA REDD. Namun memang sampai saat ini belum sedikit pun membahas secara gamblang tentang insentif yang diberikan/didapat maupun distribusinya. Karenanya ini juga kita di daerah, Berau dalam hal ini perlu juga kejelasan porsinya, dan Bersambung Ke Hal.11
Volume 10
Hal. 4
DISKUSI CCBA STANDART
D
alam pelaksanaan REDD, secara internasional telah ditetapkan beberapa standar yang wajib dipenuhi bagi setiap pihak yang mengembangkan dan melaksanakan program ini. Salah satu standar yang ada adalah CCB Standart atau Climate, Community and Biodiversity Standart yang disusun oleh CCB Alliance yang merupakan gabungan dari beberapa lembaga non pemerintah internasional, lembaga peneliti dan perusahaan. TNC juga merupakan salah satu lembaga yang terlibat dalam mengembangkan standar ini. Pada dasarnya standar yang disusun bertujuan untuk melihat dampak baik positif maupun negatif dari proyek/program yang dilaksanakan terhadap perubahan iklim yang terjadi, masyarakat dan keanekaragaman hayati. Program Karbon Hutan Berau tentunya juga harus memenuhi standar tersebut agar dapat diakui dan memudahkan masuk dalam skema REDD secara internasional. Upaya sosialisasi dan persiapan kearah tersebut mulai dilakukan dengan diskusi yang dilaksanakan pada 19 Oktober 2010 di Sekretariat POKJA REDD Berau. Dalam diskusi ini disampaikan banyak hal tentang CCB Standart itu sendiri oleh Jill (person in charge from TNC on CCBA) dan Mark Poffenberger (Community Forestry International) yang menyampaikan pengalamannya dalam pengembangan masyarakat di India dan Vietnam. Diskusi ini dihadiri oleh anggota POKJA REDD Berau dari Bappeda, Dinas Pertambangan, BLH dan Dinas Tata Ruang Kabupaten Berau. Selain diskusi yang dilakukan, Jill dan Mark dengan didampingi oleh TNC Berau dan Sekretariat POKJA REDD Berau juga melakukan kunjungan lapangan dan berdiskusi dengan kelompok-kelompok masyarakat di Kabupaten Berau. Kunjungan lapangan ini dimulai dengan tujuan pertama kampung Long Laai di Kecamatan Segah pada tanggal 20 Oktober 2010. Di Kampung Long Laai ini, tim diterima oleh Badan Pengelola Hulu Segah (BP Segah) dengan hangat. Pada sore harinya, tim juga berkesempatan berkunjung ke kampung Long Oking yang berada di hulu sungai Okeng sekitar 1 jam perjalanan dengan perahu. Kampung tersebut menawarkan jernihnya air sungai yang membuat tim tidak bisa menahan rasa untuk berenang dan bermain dengan ikan-ikan sungai yang masih bisa nampak dari permukaan air. Sayangnya tim tidak
bertemu dengan warga kampung Long Oking untuk berbagi cerita karena ternyata warga kampung ini masih berada di hutan untuk berburu, mengumpulkan buah dan kegiatan lain yang memang telah menjadi budaya masyarakat suku dayak punan. Diskusi dengan pengurus BP Segah dilakukan pada malam hari bertempat di Pos TNC kampung Long Laai. Pertemuan yang dihadiri oleh pengurus BP Segah juga dihadiri oleh Pemerintah Kampung Long Laai. Diskusi dilakukan seputar kegiatan yang dilakukan oleh BP Segah, sejarah pembentukannya, visi misinya dan juga termasuk rencana kedepan. Tim sangat terkesan dengan komitmen dan upaya yang dilakukan oleh BP Segah dalam melindungi kawasan hutannya untuk kepentingan warga di 4 kampung sebagai anggota dari BP Segah. Keempat kampung tersebut adalah Long Laai, Long Pai, Long Oking dan Long Ayap. “Kami hanya ingin hutan tetap menjadi hutan untuk kepentingan hidup kami” demikian alasan yang dikemukakan oleh pak Jones saat ditanya alasan adanya komitmen tersebut. karena alasan itu pula hingga saat ini masyarakat di empat kampung menolak adanya perkebunan sawit yang akan masuk ke dalam wilayah mereka. Karena menurut mereka sawit bukanlah hutan melainkan hanya kebun saja. Secara khusus BP Segah meminta masukan dari tim terkait dengan pengelolaan yang dapat dilakukan pada kawasan hutan mereka yang berbasis masyarakat dan dapat mendukung upaya perlindungan yang mereka lakukan. Hal ini menjadi peluang yang baik dalam pengembangan dan pelibatan masyarakat dalam program REDD+. Perjalanan kemudian dilanjutkan ke kampung Long Duhung yang berada di tepi Bersambung Ke Hal.11 sungai Kelay.
Volume 10
Hal. 5
PELATIHAN PENGUKURAN, PELAPORAN, DAN VERIFIKASI
E
stimasi penghitungan emisi di Indonesia pada tahun 1990-an menunjukkan hasil yang sangat bervariasi yaitu antara 41 - 163 Juta Ton, dengan serapan karbon antara 187 - 337 Juta Ton (Boer et al., 1999). Variasi ini disebabkan oleh perbedaan activity data (misalnya luas hutan, luas grassland, konversi dan penggunaan lahan lainnya), konsumsi kayu, faktor emisi, metode pengukuran serta asumsi yang digunakan dalam analisis. Untuk kepentingan inventarisasi emisi dalam kegiatan REDD diperlukan data yang akurat dan metode yang diakui internasional untuk melaporkan perkembangannya. Hal ini untuk mendukung tercapainya program mitigasi perubahan iklim dengan hasil perhitungan emisi gas rumah kaca (GRK) yang dapat diukur, dilaporkan dan diverifikasi (Measurable, Reportable and Verifiable/ MRV) untuk pengembangan kegiatan perdagangan karbon di Indonesia baik melalui mekanisme pasar sukarela atau wajib. GTZ Forclime dan Pokja REDD Kaltim sebagai lembaga yang mempunyai tugas dan perhatian terhadap isu pengurangan emisi akibat degradasi dan deforestasi hutan (REDD) pada tingkat provinsi harus membangun perangkat yang memadai dalam menyediakan data potensi karbon di Provinsi Kalimantan Timur khususnya sebagai bagian dari program pembangunan kehutanan yang berkelanjutan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengenalkan dan menyediakan informasi, pengetahuan dan teknologi tentang metode pengukuran dan pengembangan perhitungan karbon tersimpan dan serapan GRK diberbagai macam penggunaan lahan. Sehingga diharapkan peserta dapat mengenal dan memahami
konsep perhitungan karbon secara teknis, mengetahui pentingnya potensi karbon, serta dapat menentukan menentukan kerangka acuan emisi di daerah masingmasing. Selama 3 hari mulai dari tanggal 21-23 September 2010 kegiatan ini dilakukan di Town House BDI untuk materi kelasnya dan untuk materi lapangan peserta diajak ke Kebun Raya Balikpapan. Suasana yang penuh keakraban dan santai membuat 28 peserta lebih semangat dalam menerima materi pelatihan, walaupun dengan latar belakang pekerjaan yang berbeda-beda, seperti dari Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda, BPKH Wilayah IV, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kaltim, Balai Diklat Kehutanan Provinsi Kaltim, Dinas Kehutanan Provinsi Kaltim, Bappeda Provinsi Kaltim, Dinas Kehutanan Malinau, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Sekretariat Pokja REDD Kabupaten Berau, Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Barat, DED Kabupaten Malinau, Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Balai Besar Penelitian Dipterokarpa, Komda APHI, Unit Pelaksana Hutan Lindung Sungai Wain dan DAS Manggar Kota Balikpapan, Balitbangda Provinsi Kaltim, Center for Climate Change Studies Universitas Mulawarman, Sekretariat Pokja REDD Provinsi Kaltim, Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Timur, Pusat Perhutanan Sosial (CSF) Universitas. Materi-materi yang disampaikan diantaranya Pengantar umum MRV yang disampaikan oleh Delon Marthinus, S.Si, M. Sc dari CER Indonesia, pemateri menjelaskan apa itu MRV dan kenapa harus ada MRV. MRV bukan sesuatu yang baru, konsepnya hampir sama dengan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Bersambung Ke Hal.11
Volume 10
Hal. 6
BERBAGI INFORMASI DENGAN STAF KEDUTAAN BESAR AMERIKA SERIKAT
S
elasa (21/09/2010) pukul 09.30 wita di ruang kantor TNC sekitar 30 orang yang masingmasing dari LSM Bestari, Menapak, TNC, Sekretariat Pokja REDD Berau, Mahasiswa MAPALA STIT/STIEM Berau, dan perwakilan masyarakat berkesempatan mendapat kunjungan dan berdiskusi dengan staf Kedutaan Besar Amerika Serikat. Staf Kedutaan Besar Amerika Serikat yang berkunjung ini terdiri dari Ibu Kerry Yeagen – USAID, Bapak Hugo Yon – Sekretaris Pertama & Kepala Bagian Lingkungan Hidup, Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kesehatan, dan Ibu Sri Murniati – Spesialist Lingkungan Hidup, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kesehatan - datang ke Berau yang juga merupakan bagian kunjungan mereka disamping ke Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur dan Kabupaten Malinau. Dari diskusi yang berlangsung sekitar satu setengah jam ini mendiskusikan lebih dalam tentang tantangan pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan di Kabupaten Berau termasuk penanganan dan pemberantasan pembalakan liar, konservasi dan rehabilitasi hutan, hubungan antara pemerintah daerah dengan NGO serta serta kaitannya dengan perekonomian masyarakat pedalaman serta prioritas dukungan yang diharapkan. Berbagai masukan dan informasi disampaikan oleh para peserta diskusi yang memang dari berbagai lembaga ini dapat memberikan gambaran yang ingin diperoleh tim terhadap isu-isu. Setelah pertemuan ini rombongan kemudian diterima oleh Bapak Bupati Berau di ruang kerjanya bersama
dengan Asisten Administrasi Pembangunan yang juga Ketua POKJA REDD Berau beserta Kepala Dinas Kehutanan, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Kampung dan BAPPEDA. Bupati menyambut baik kunjungan yang dilakukan dan berharap dapat bekerjasama dalam meningkatkan tata kelola sumberdaya hutan yang lebih baik. Tim juga mendapatkan gambaran terkait dengan pengelolaan sumberdaya alam yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Berau termasuk komitmen yang ditunjukkan oleh Berau dalam upaya melestarikan sumberdaya alam tersebut. Melalui kunjungan ini pada intinya tim berharap memperoleh informasi yang komprehensif tentang tata kelola pemerintahan khususnya tata kelola lingkungan dan kehutanan di Kalimantan Timur. (*mf)
Volume 10
Hal. 7
FGD STRATEGI PEMBANGUNAN RENDAH KARBON DI KALIMANTAN TIMUR
P
emerintah Provinsi Kalimantan Timur yang memiliki visi “Terwujudnya Masyarakat yang Adil dan Sejahtera melalui Pembangunan Berkelanjutan” telah mendeklarasikan terwujudnya “Kaltim Hijau 2013” pada Kaltim Summit 2010. Kaltim Hijau bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Kalimantan Timur secara menyeluruh dan seimbang, mengurangi ancaman bencana ekologis, mengurangi terjadinya pencemaran dan kerusakan kualitas ekosistem. Selain itu, program ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan melembagakan kesadaran diseluruh kalangan masyarakat akan pentingnya pelestarian sumber daya alam terbaharui serta pemanfaatan secara bijak sumber daya alam tak terbaharui. Kaltim Hijau merupakan dimulainya sebuah proses pelaksanaan pembangunan daerah yang berwawasan lingkungan (green development) dengan basis tata kelola pemerintahan yang berwawasan lingkungan (Green Governance). Program Kaltim Hijau sebagai kerangka besar Pembangunan Kalimantan Timur, merupakan sebuah strategi dan bentuk kontribusi Kalimantan Timur dalam mewujudkan upaya pengurangan emisi, serta mendukung komitmen Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pengurangan emisi sebesar 26% oleh Indonesia secara mandiri atau hingga 41 % dengan dukungan internasional di tahun 2020. Sebagai langkah lanjut, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur bekerjasama dengan Dewan Perubahan Iklim Nasional (DNPI) melakukan studi inventarisasi dan identifikasi permasalahan dalam menuju pembangunan yang ramah lingkungan, terutama pada sektor –sektor yang berpotensi memiliki dampak langsung terhadap upaya pengurangan emisi karbon di wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Dalam studi yang dihasilkan telah diidentifikasi berbagai sektor yang menjadi kontributor utama dalam menyumbang konsentrasi Gas Rumah Kaca yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Selain itu juga diidentifikasi berbagai upaya yang dapat dikembangkan melalui inisiatif-inisiatif yang dapat dilakukan dalam upaya menurunkan emisi yang dihasilkan. Studi yang mencakup seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Timur ini kemudian disosialisasikan dan didiskusikan bersama dengan stakeholder terkait terutama Pemerintah Kabupaten/Kota untuk mendapatkan masukan dan kritik demi penyempurnaan hasil studi dan masukan terhadap tawaran inisiatif yang dapat dilakukan oleh Daerah dalam melakukan pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan. Selain itu juga untuk mendapatkan kesepahaman bersama para pihak di setiap Kabupaten/Kota tentang maksud dan tujuan implementasi strategi Pembangunan Rendah Karbon di Kalimantan Timur sebagai bagian kerangka besar pembangunan berkelanjutan di Kalimantan Timur. Sebagai rangkaian dari kegiatan tersebut, pada tanggal 29 Oktober 2010 dilaksanakan sosialisasi dan diskusi bersama dengan Pemerintah Kabupaten Berau di ruang rapat Kakaban Setda Berau dan dihadiri oleh kurang lebih 24 orang dari unsur SKPD terkait. Kegiatan yang dibuka langsung oleh Bapak Basri Syahrin selaku Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Berau sekaligus Wakil Ketua POKJA REDD Berau menyambut baik upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Kaltim dan mengharapkan dapat pula dilakukan singkronisasi
dengan program yang saat ini juga dikembangkan oleh Pemerintah Berau yaitu Program Karbon Hutan Berau yang pada dasarnya memiliki konsep dan strategi yang sama. Dalam paparan hasil studi yang dilaksanakan oleh McKinsey untuk membantu DNPI dan Pemprov Kaltim dalam merumuskan strategi pembangunan ramah lingkungan rendah emisi oleh Prof. Deddy Hadriyanto, diketahui bahwa Berau menempati urutan kelima sebagai emitor CO2e dari 14 kabupaten/kota di Kaltim dengan menghasilkan lebih dari 21 MtCO2e emisi pertahun atau 10 persen dari total emisi Kalimantan Timur (Studi McKinsey, DNPI, Pemprov Kaltim, 2010). Pelepasan CO2e ini berasal dari sektor kehutanan, perkebunan, agrikultur dan pertambangan. Untuk sektor kehutanan sendiri lebih banyak disebabkan oleh banyaknya lahan rusak dan terjadinya deforestasi dengan angka kehilangan lebih dari 24,000 ha hutan pertahun. Sektor kehutanan bertanggung jawab atas lebih dari 10 MtCO2e per tahun, terutama dari pembalakan yang tidak ramah lingkungan dalam konsesi HPH. Selain itu, ada izin lokasi untuk membuka 100,000 ha konsesi minyak kelapa sawit, yang akan memberikan tekanan tambahan pada hutan Berau. Emisi kabupaten, terutama berasal dari perubahan penggunaan lahan, setara dengan emisi 4.5 juta mobil. Walaupun emisi akan tumbuh di bawah skenario bisnis seperti biasa, Berau dapat mengurangi emisi sebesar lebih dari 18 MtCO2e per tahun hingga tahun 2030 (Studi McKinsey, DNPI, Pemprov Kaltim, 2010). Inisiatif tunggal terbesar Berau adalah untuk mengimplementaskan pembalakan dengan dampak yang telah dikurangi (RIL) dalam konsesi HPH (pengurangan 4.7 MtCO2e ); pertama-tama kabupaten dapat menargetkan tiga perusahaan yang masing-masing memiliki konsesi lebih dari 100,000 ha. Pengurangan lebih lanjut sebesar 3.7 MtCO2e dan 1.8 MtCO2e dimungkinkan dengan penggunaan lahan kritis bagi ekspansi HTI dan konsesi kelapa sawit. Kabupaten ini memiliki lebih dari 125,000 lahan sangat kritis dan kritis yang dapat digunakan untuk inisiatif ini. Tambahan pengurangan diperoleh dari sektor pertanian dan batu bara. Dengan pemaparan kondisi tersebut kemudian digali berbagai masukan terkait dengan inisiatif yang dapat dilakukan oleh Daerah termasuk didalamnya kendala yang mungkin dihadapi. Masukan inisiatif ini disampaikan dalam bentuk form untuk kemudian menjadi bahan bagi penyempurnaan hasil studi. (*iw)
Volume 10
Hal. 8
IDENTIFIKASI KETERLIBATAN STAKEHOLDER DALAM PELAKSANAAN REDD+ DI DAERAH DAN PENGGALIAN MASUKAN DALAM DISTRIBUSI INSENTIF Proyek REDD+ merupakan kegiatan mitigasi perubahan iklim sektor kehutanan melalui upaya penyerapan dan atau penyimpanan karbon. Upaya ini merupakan salah satu jenis usaha pemanfaatan jasa lingkungan pada hutan produksi dan hutan lindung. Atas pelaksanaan proyek REDD+, pengelola proyek akan memperoleh sertificate Verified Emission Reduction (VER) sebagai bukti keberhasilan proyek dalam menyerap atau menyimpan karbon. Jumlah VER yang diperoleh akan ditentukan berdasarkan jumlah karbon yang dapat diserap atau disimpan dalam area hutan yang menjadi proyek REDD. VER ini dapat dijual, dan hasil penjualannya disebut dengan Nilai Jual Jasa Lingkungan (NJ2L). Dalam pelaksanaannya, REDD+ melibatkan banyak pihak, baik ditingkat pemerintah pusat maupun di daerah. Setiap pihak memiliki peran dan tanggung jawab yang spesifik dengan bobot yang berbeda. Seyogyanya semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan REDD+ mendapat bagian secara adil. Berkaitan dengan hal tersebut, pada tahun 2009 Kementerian Kehutanan melalui Permenhut no. 36/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan/atau Penyimpanan Karbon Pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung telah mengatur distribusi NJ2L dalam bentuk persentase bagi pemerintah, masyarakat dan pengembang. Namun pada kenyataannya, banyak pihak mempertanyakan dasar atau pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan formula distribusi NJ2L tersebut. Untuk itu, Kementerian Keuangan RI membentuk tim tersendiri yang berupaya mencari masukan dari berbagai pihak untuk mengidentifikasi pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam pelaksanaan REDD+ didaerah, berikut dengan peran dan tanggungjawabnya. Data dan informasi yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk menyempurnakan distribusi NJ2L pada Permenhut no. 36/Menhut-2/2009. Kaltim yang merupakan salah satu propinsi yang saat ini sedang gencar mempersiapkan diri untuk dapat terlibat langsung dari program REDD dan berperan aktif dalam
program pengurangan emisi yang telah dicetuskan oleh Presiden RI sebanyak 26%. Tentunya sudah ada beberapa hal yang dibahas secara rutin pada tingkat propinsi dalam hal distribus ini juga. Untuk itu tim Kemenkeu melakukan kunjungan dan diskusi dengan POKJA REDD Propinsi Kaltim dan Kabupaten Berau. Dalam diskusi dengan POKJA REDD Berau pada tanggal 29 Oktober 2010 bertempat di Sekretariat POKJA REDD Berau yang dihadiri oleh Dinas Kehutanan, PT Amindo Wana Persada, PT Sumalindo LJ IV, BP Segah dan Forum Kampung ini terungkap banyak masukan yang menjadi bahan bagi tim Kemenkeu. Beberapa hal yang menjadi topik pembahasan dasar penentuan persentase NJ2L, komponen yang menjadi bahan perhitungan termasuk upaya dan peran dari masing-masing pihak seperti pemerintah, kalangan swasta dan masyarakat. Dalam diskusi peserta memberikan masukannya yaitu antara lain: 1) Pemberian distribusi NJ2L sebaiknya didasarkan pada penilaian kinerja atau upaya yang dilakukan para pihak yang bertujuan mengurangi dan atau menghindari terjadinya emisi; 2) Diperlukan identifikasi yang lebih jelas dalam definisi masyarakat yang ternyata masih banyak interpretasi yang berbeda terkait dengan definisi masyarakat yang mendapatkan insentif dari program ini; 3) Kalangan swasta juga akan melakukan kajian lebih jauh terkait dengan persentase yang ditetapkan apakah dari Bersambung Ke Hal.11 sisi bisnis
Volume 10
Hal. 9
LANJUTAN PENGUMPULAN DATA LAPANGAN LIDAR-GLAS
M
etode pendugaan biomassa di kawasan hutan telah berkembang sangat pesat dengan dukungan berbagai tehnologi terutama penggunaan citra satelit. Salah satu metode yang dikembangkan oleh The Woods Hole Research Center (WHRC) adalah metode penggunaan citra GLASLIDAR. Metode ini juga dilakukan dalam pendugaan biomassa di kabupaten Berau dengan tujuan untuk memperkaya studi dan data base pendugaan biomassa di kawasan hutan Berau. Pada dasarnya pendugaan biomassa dapat dilakukan melalui penggunaan data LIDAR yang berbasis radar pada beberapa titik yang telah diketahui. Namun tentunya diperlukan ground checking agar data yang diperoleh dapat lebih akurat. Dengan dilakukan ground checking dan pengambilan data ini dapat menjadi basis data yang lebih lengkap sehingga analisis yang dilakukan dapat maksimal. Untuk itu, pada bulan Maret-Juni 2010 tim Sekretariat POKJA REDD melakukan kegiatan pengambilan dan pengumpulan data lapangan di Kabupaten Berau untuk melengkapi data stock biomassa tersimpan, di beberapa lokasi yaitu Kecamatan Segah (kampung Gunung Sari) dan Kecamatan Pulau Derawan (Kampung Merancang) dengan total jumlah plot sebanyak 20 titik. Data yang dikumpulkan adalah diameter pohon dan tinggi pohon serta identifikasi lokasi plot termasuk didalamnya tipe penggunaan lahan, akses dari pemukiman, sumber air dan jalan. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan pada bulan Oktober- November 2010 oleh tim yang terdiri dari TNC (The Nature conservancy) dan Sekretariat POKJA REDD BERAU dengan lokasi pengambilan data
di berbagai tipe kawasan seperti Hutan Produksi diantaranya kawasan konsesi PT Hutan Sanggam Labanan Lestari, Plot STREK, PT. Daisy Timber dan PT. Sumalindo Lestari Jaya IV. Selain itu juga pada kawasan hutan lindung yang terdapat di Kecamatan Segah dan Kelay. Pengambilan data tahap kedua ini diharapkan dapat dilakukan pada 40 plot/titik, namun karena keterbatasan waktu dan aksesibilitas ke lokasi plot maka tim hanya dapat mengumpulkan data pada 15 plot/titik saja. Hal ini karena titik yang ditentukan berada di lokasi yang sangat sulit dijangkau dan membutuhkan waktu yang lebih lama. Dalam pelaksanaan di lapangan, tim juga dibantu oleh pihak Perusahaan dan juga Dinas terkait seperti Balitbang Diptokarpa Samarinda dan Dinas Kehutanan Berau. Data yang dikumpulkan kemudian akan dianalisis bersama untuk melengkapi basis data yang dimiliki oleh Kabupaten Berau setelah sebelumnya dilakukan juga analisis pendugaan dengan metode RACSa (Rapid Assesment Carbon Stock Analysis) yang dikembangkan oleh ICRAF bersama CSF Unmul. (*aji/iw)
Volume 10
Hal. 10
Sambungan…. Berbagi Informasi Umum Tentang Hutan, Pemanasan Global Dan Perubahan Iklim……………… dari Hal.1 Berau mengadakan semacam kegiatan penyuluhan berkaitan dengan hutan, pemanasan global dan perubahan iklim. Kegiatan ini direncanakan dengan mendatangi sekolah-sekolah menengah umum SMP dan SMA yang ada di Berau. SMP Negeri 1 Tanjung Redeb Pada pelaksanaan pertama sesuai jadwal yang telah disepakati dengan sekolah, Sabtu, 02 Oktober 2010 dua sekolah menengah umum SMP Negeri 1 Tanjung Redeb pada jam 08.00 wita dan SMK Negeri 1 Tanjung Redeb pada jam 10.00 wita. Dengan metode diskusi yang diawali dengan pemaparan presentasi singkat dari Pak Heri Sofyan dan dilanjutkan dengan pemutaran film singkat, siswa-siswa yang hadir yang merupakan perwakilan dari kelas mereka masing-masing sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Bahkan aktif memberikan pendapat mereka dan mengajukan pertanyaanpertanyaan. Di ruangan multi media sekolah yang dipakai pada kegiatan ini, sekitar 40-an siswa dengan aktif mengikuti kegiatan ini. Walau materi yang disampaikan berbeda dengan materi pelajaran yang mereka terima di sekolah, tapi hal ini tidak menghambat keingintahuan mereka. Hal ini tergambar dari pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan seperti oleh siswa SMPN 1 Matias Santoso yang menanyakan tentang pemanasan global yang tiap tahun meningkat, bagaimana cara mengatasinya? Demikian juga rekannya Yoga yang menanyakan tentang informasi Jakarta yang akan tenggelam, bagaimana ini bisa terjadi dan langkah yang mesti dilakukan untuk mengatasinya. SMK Negeri 1 Tanjung Redeb Demikian juga dengan di SMKN 1 Tanjung Redeb, walau mungkin pelajaran di sekolah mereka tidak pernah menyinggung tentang hutan dan lingkungan hidup namun keaktifan mereka untuk berbagi pendapat dan mengajukan pertanyaan juga sangat antusias. Slamet siswa kelas 3 Akuntansi ini menanyakan tentang konservasi alam dan apa sangsinya kalau seseorang melanggar. Demikian juga Juni Iskandar menanyakan tentang ciri-ciri hutan yang dibagi berdasarkan jenis-jenis hutan, Hasrina yang menanyakan tentang perlindungan yang dilakukan di Lesan, dan juga ada siswa yang menanyakan apa yang bisa dilakukan oleh siswa dari hal-hal yang kecil atau mudah untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan. SMA Negeri 1 Tanjung Redeb. Kegiatan ini terus dilanjutkan ke sekolah SMA Negeri 1 Tanjung Redeb. Kegiatan ini dilakukan tanggal 8 Oktober 2010 pukul 08.30 wita. Walau jumlah siswa sekitar 30 orang yang mengikuti kegiatan ini namun karena kesemuanya dari satu kelas dan merupakan siswa baru, mereka tidak seantusias siswa-siswa lain seperti SMP 1 maupun SMK 1 Tanjung Redeb yang sebelumnya dikunjungi. Siswa tidak ada yang memberikan pendapat ataupun mengajukan pertanyaan berkaitan dengan presentasi yang disampaikan maupun dengan film yang mereka tonton. Mereka hanya sesekali menjawab pertanyaan yang kami ajukan. Kegiatan ini bersangsung 2 jam pelajaran sesuai dengan waktu yang disepakati. SMA Negeri 4 Sambaliung Esok harinya tanggal 9 Oktober 2010 pukul 08.30 wita, kami kembali berkunjung ke SMA Negeri 4 Sambaliung yang sebelumnya merupakan SMA Plus Berau. Sama dengan sekolah-sekolah lain, waktu yang disepati selama 2 jam pelajaran atau sekita 90 menit. Pada sesi diskusi, siswa bergantian memberikan tanggapan pada film pendek yang baru saja mereka tonton. Masing-masing dari mereka memberikan pendapat bagaimana pemanasan global itu terjadi dan apa dampaknya dari perubahan iklim yang saat ini sering diberitakan di media. SMP Negeri 4 Gunung Tabur Kegiatan ini kembali dilakukan di sekolah menengah pertama. SMP Negeri 4 Gunung Tabur kali ini mendapat giliran. Jumat tanggal 15 Oktober 2010, walau harus menempuh perjalanan 10KM dengan sepeda motor, kami dapat datang tepat waktu pada jam 08.30 wita yang telah disepakati. Di ruang kelas yang masih baru, 30-an siswa SMPN 4 Gunung Tabur ini antusias mengikuti kegiatan yang juga telah kami laksanakan di beberapa SMP dan SMA yang ada di Berau. Dimulai dengan penyampaian presentasi tentang hutan dan dilanjutkan dengan pemutaran film pendek tentang perubahan iklim dan pemanasan global, siswa diajak untuk saling memberikan pendapatnya setelah melihat presentasi dan film tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tentang banjir dan kekeringan diajukan, sampai-sampai pertanyaan mengapa Jakarta diramalkan tenggelam dalam beberapa tahun kedepan pun turut dilontarkan. Kegiatan ini akan terus dilanjutkan ke semua sekolah menengah umum di Berau, bahkan direncanakan untuk mendatangi sekolah-sekolah menengah umum yang ada di pedalaman yang pada hakekatnya lebih dekat dan mungkin saja sangat tergantung kehidupan keluarganya pada hutan.(*mf)
Volume 10
Hal. 11
Konsultasi Para Pihak……………… dari Hal.3
Diskusi CCBA Standar……………… dari Hal.4
Tim dari Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan ini sendiri terdiri dari 3 orang. Dari presentasi yang disampaikan digambarkan lokasi penelitian yang telah dilakukan di 4 daerah yang meliputi KapuasKalimantan Tengah, Kabupaten Musi BanyuasinSumatera Selatan, Jambi, dan di Kabupaten Berau sendiri. Dari presentasi ini tergambar usulan para pihak dan perannya dalam mekanisme distribusi pembayaran, juga memuat rancangan mekanisme distribusi yang diusulkan.
Tim ini diterima oleh pengurus Forum Kampung Hulu Kelay dan pemerintah kampung Long Duhung. Sama dengan sajian keindahan alam hutan tropis, tim juga disuguhkan dinginnya air sungai yang menjadi lokasi pembangunan listrik mikro hidro yang dikembangkan oleh salah satu LSM lokal bersama masyarakat kampung Long Duhung. Lokasi ini tak jauh dari kampung, hanya sekitar 15 menit berjalan kaki.
Dari sesi diskusi ini beberapa pertanyaan terlontar kepada tim peneliti ini, baik dari segi pihak-pihak yang berperan, pembagian antara daerah, propinsi, maupun pusat, sisialisasinya ke masyarakat dan belum adanya penyampaian yang gambling ke masyarakat mengenai insentif ini karena belum adanya kejelasan insentif yang nantinya akan diberikan. Berkenaan dengan hal tersebut, Deden Djaenudin salah satu dari tim ini mengatakan bahwa saat ini masih terus berdiskusi panjang mengenai insentif dan distribusi ini, dan akan terus menggali informasi dari lapangan metode -metode apa yang cocok. Untuk sementara ini kami berpayung pada ketetapan hukum yang sudah ada saat ini dan inilah mekanisme yang saat ini kami anggap cocok. Hasil dari kajian ini belum merupakan final dan belum merupakan keputusan pusat. (*mf)
Identifikasi Keterlibatan Steakholder…… dari Hal.8 menguntungkan atau tidak agar dapat lebih menarik minat lebih banyak kalangan swasta dapat terlibat dalam program ini; 4) Diperlukan mekanisme yang lebih jelas terkait dengan dana-dana yang masuk sebagai dana persiapan dalam implementasi REDD+. Penggalian masukan ini akan dilakukan bersama dengan daerah lain yang juga mengembangkan program REDD+ sehingga memperkaya kajian yang dilakukan oleh tim. (*Iwied)
Pada malam harinya, tim melakukan diskusi dengan pengurus Forum Kampung Hulu Kelay (FK Kelay) yang diketuai oleh bapak Zenas Daring dan pemerintah kampung beserta beberapa masyarakat lainnya. Diskusi dilakukan seputar sejarah pembentukan FK Kelay,apa yang dilakukan, rencana kedepan dan hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan. Selain itu juga perkembangan kampung Long Duhung sendiri yang merupakan binaan dari salah satu HPH yang ada. Disini juga terungkap beberapa kasus yang terjadi dan konflik antar perusahaan dengan masyarakat serta bagaimana upaya penanganan yang dilakukan. Selanjutnya tim berkunjung ke desa Bukit Makmur yang merupakan desa transmigrasi sejak tahun 1990-an. Desa ini terletak di konsesi PT Inhutani I dan saat ini dikelola oleh PT Hutan Sanggam Labanan Lestari (BUMD Kabupaten Berau). Di sini tim berupaya mengidentifikasi dan menggali informasi terkait dengan konflik yang terjadi antar masyarakat dengan perusahaan, upaya yang dilakukan serta harapan ke depan dari masyarakat dalam mengelola kawasannya. Banyak informasi yang diperoleh, bukan hanya dari masyarakat tetapi juga dari pihak perusahaan PT HSLL yang ikut mendampingi tim dalam pertemuan sehingga informasi yang diperoleh tidak berat sebelah. Dari berbagai diskusi ini tentunya menjadi bahan bagi tim dalam penyusunan upaya yang dilakukan berkaitan dengan pemenuhan kriteria dalam CCB standart yang akan diikuti oleh Berau nantinya. Sehingga proses menuju kesana bisa dilakukan secara bertahap. (*iw)
Pelatihan Pengukuran…… dari Hal.5 tetapi ditambahkan lagi satu kegiatan verifikasi (dapat dibuktikan oleh pihak independen). Fajar Pambudhi memberikan materi tentang Desain Inventarisasi Karbon Hutan dan dilanjutkan dengan Pengembangan Alometrik untuk menghitung biomassa pohon yang akan berguna dalam pendugaan cadangan karbon. Solihin yang biasa dipanggil ichin memberikan materi tentang Inventarisasi karbon stok, dan analisis citra satelit guna mengistimasi karbon tingkat kawasan. Untuk materi lapangan dilakukan di Kebun Raya Balikpapan, peserta mencoba mengaplikasi materi kelas berupa inventarisasi/pengambilan data dilapangan untuk menduga biomassa, nekromassa., pengambilan sample pohon untuk diukur berapa biomassa keseluruhan. Secara keseluruhan acara berjalan dengan baik dari segi isi materi maupun cara penyampaian, dan peserta merasa perlu ada penambahan waktu sehingga tujuan materi bisa dicapai dengan maksimal. (*aji)
Volume 10
Hal. 12
www.karbonhutanberau.org
S
aat ini, internet sudah menjadi bagian penting di keseharian kita. Koneksi ke jaringan global ini sudah relative mudah untuk dapat kita lakukan. Mulai dari ponsel, akses speedy telkom di rumah, di kantor pun kita kita bisa terhubung ke jaringan internet. Mungkin juga saat membaca artikel ini, anda sedang asyik online ber-facebook-an ria ;) Di zaman globalisasi ini internet sangat berperan penting di berbagai segi kehidupan kita. Ambil saja contohnya di pendidikan, banyak ilmu yang didapat di internet. Dari internet itu bisa melihat dunia luar, tidak kalahnya dengan buku yang dahulu disebut sebagai jendelanya dunia. Sekarang internet bisa disimpulkan juga seperti itu, dari internet itu pula memudahkan hubungan antar daerah, dunia bahkan bisa pula seluruh dunia. Oleh karenanya Pokja REDD merasa perlu untuk membangun media informasi online yang dapat diakses di mana saja dan bahkan dari mana saja kita berada. Dengan kemudahan ini, kita berharap informasi tentang program REDD yang dilaksanakan di Kabupaten Berau ini dapat pula diakses oleh khalayak ramai.
Redaksi Updates Media & Komunikasi Sekretariat Pokja REDD Berau faJRi— Iwied— Adji— Emi
Pertengahan bulan Juli 2010 lalu, Sekretariat Pokja REDD Berau meluncurkan media online/situs berbasis internet ini. Alamat situs ini di internet dapat diakses dengan nama www.karbonhutanberau.org . Melalui situs ini masyarakat dapat mengakses informasi tentang Program Karbon Hutan Berau dan data-data tentang Pokja REDD Berau. Data dan informasi yang ada juga dilengkapi dengan artikel -artikel update yang berkaitan dengan aktifitas atau kegiatan yang dilakukan pada saat itu. Pada setiap artikel di situs ini disertakan kolom tanggapan. Anda dapat memberikan tanggapan ataupun masukan di sana yang berkaitan dengan artikel terkait sehingga dapat terjadi diskusi diantara pembaca dan pada akhirnya dapat memberikan tambahan pengetahuan dan informasi kepada pengunjung lainnya. Silahkan dipergunakan media ini semaksimal mungkin untuk kemajuan pelaksanaan REDD ini di masa mendatang. (*mf)
Informasi lebih lanjut mengenai REDD Program, kontak :
Ir. Suparno Kasim Ketua Umum Pokja REDD Berau Email:
[email protected] Iwied Wahyulianto Koordinator Sekretariat POKJA REDD Kab. Berau Jln. Anggur No 265 Tanjung Redeb, Berau Telp/Fax. 0554 - 21232 Email:
[email protected] Hamzah As-Saied Dinas Kehutanan Kab. Berau Jl. Pulau Sambit No 1 Tanjung Redeb Email:
[email protected]
Fakhrizal Nashr Berau Program Leader The Nature Conservancy JL. Cempaka No. 7 - RT 07/RW 07 Berau 77311 Tel. +62 - 554 23388; Hp.: +62-812-5408141 Email :
[email protected] Alfan Subekti REDD Field Manager The Nature Conservancy Jalan Polantas No. 5, Markoni, Balikpapan, 76112, Telp.: +62-542-442896 Email :
[email protected]
Photo-Photo: Adji R (hal 1, 3, 4, 5 ), Fajri (hal 6, 8)Iwied (hal 7, 9)