Bahasa Rupa pada Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri, Moch Wisnu Ajitama.
BAHASA RUPA PADA RELIEF MONUMEN SIMPANG LIMA GUMUL KEDIRI
Moch Wisnu Ajitama 10207241025 S1 Pendidikan Kriya, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan cara dan tata ungkap wimba pada relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri, dan (2) untuk mendeskripsikan cerita dan pesan yang terdapat pada relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri. Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, dokumentasi, dan wawancara. Data yang digunakan adalah data deskriptif berupa foto, dokumen resmi, dokumen pribadi, dan wawancara mengenai relief pada Monumen Simpang Lima Gumul Kediri. Data primer berupa foto dokumentasi relief yang dipahatkan pada dinding Monumen Simpang Lima Gumul Kediri, wawancara, dan hasil observasi di wilayah Kabupaten Kediri. Data sekunder berupa buku panduan pariwisata terbitan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kediri, catatan lapangan peneliti, makalah, jurnal ilmiah, teks-teks lain yang berhubungan dengan relief pada Monumen Simpang Lima Gumul Kediri. Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, penafsiran data, dan pelapor hasil penelitian bahasa rupa pada relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri. Teknik analisis data adalah deskritif kualitatif dengan tahapan proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) cara dan tata ungkap wimba pada relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri menggambarkan waktu, ruang, penggambaran wimba, aneka arah, dan jarak dalam bidang gambar dua dimensi, dan (2) pesan yang terdapat pada relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri berupa nasihat-nasihat untuk mengingat masa lalu, menghadapi masa kini, dan merencanakan masa depan untuk Kediri. Pesan tersebut didasarkan pada mitologi daerah Kediri, sejarah Kerajaan Kadiri, dan dongeng masa Kerajaan Kadiri dengan kata lain relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri merupakan sastra visual atau ajaranajaran yang divisualkan. Kata-kata kunci: bahasa rupa, relief, monumen Simpang Lima Gumul Kediri.
1
Bahasa Rupa pada Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri, Moch Wisnu Ajitama.
VISUAL LANGUAGE IN THE RELIEF OF SIMPANG LIMA GUMUL MONUMENT KEDIRI
Moch Wisnu Ajitama 10207241025 S1 Craft Education, Faculty of Language and Art, Yogyakarta State University
[email protected]
Abstract The purposes of this research are: (1) to describe the image way and the inner grammar in the relief of Simpang Lima Gumul Monument Kediri, and (2) to describe the story and message that are contained in the relief of Simpang Lima Gumul Monument Kediri. This research uses the qualitative descriptive research method type. The data collection technique in this research includes observation technique, documentation, and interview. The data that are used are descriptive data, for example photos, official documents, private documents, and interviews about the relief in Simpang Lima Gumul Monument Kediri. The primary data are in the forms of documentation photos of the relief that are carved on the wall of Simpang Lima Gumul Monument Kediri, interviews, and the observation result from the area of Kediri District. Secondary data are in the forms of tourism guide book that is published by the Department of Culture and Tourism Kediri District, researcher’s field note, papers, scientific journals, and other texts that are related with the relief of Simpang Lima Gumul Monument Kediri. The principal instrument in this research is the researcher himself as the planner, the data collection practitioner, the data interpreter, and the reporter of the visual language in the relief of Simpang Lima Gumul Monument Kediri research result. The data analysis technique is in the form of qualitative descriptive; with stages of the data reduction, data presentation, and conclusion or verification process. It is concluded in this research that: (1) the image way and the inner grammar in the relief of Simpang Lima Gumul Monument Kediri describe the time, space, form depictions, various directions, and distance in the two-dimensional image area, and (2) the message that are contained in the relief of Simpang Lima Gumul Monument Kediri are in the forms of counsels to remember the past, to face the present and to plan the future of Kediri. Those advices are based in the mythology of Kediri area, the Kadiri royal history, and the fairytale of Kadiri Kingdom. In other words, the relief of Simpang Lima Gumul Monument Kediri is a visual literature or lessons that are visualized. Keywords: visual language, relief, Simpang Lima Gumul Monument Kediri.
2
Bahasa Rupa pada Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri, Moch Wisnu Ajitama.
NPM terbatas pada deskripsi apa yang
PENDAHULUAN Mengkaji seni rupa, mempunyai kaitan
dilihat oleh kasat mata, sehingga dimensi
yang erat dengan bahasa rupa. Bahasa rupa
waktu di‟mati‟kan. Untuk dapat bercerita
membantu kekuatan berfikir bagi seseorang
lebih banyak diperlukan dimensi waktu
yang bergerak di dunia visual. Berfikir
seperti pada sastra, drama, tari, dan lainnya.
dengan bahasa rupa sangatlah penting
Oleh karena itu teori seni rupa Barat
peranannya dalam penciptaan karya seni
termasuk langka membicarakan bahasa rupa
rupa. Seorang senirupawan haruslah kuat
sehingga
berfikir
estetika, simbolik, dan kemudian semiotik.
dalam
bahasa
rupa
untuk
terjebak untuk mementingkan
menciptakan karya seni yang sarat akan
Apabila dalam bahasa kata terdapat
pesan, tanda, makna dan cerita. Tidak hanya
“kata” dan “tata bahasa” maka pada bahasa
karya seni rupa namun semua bidang
rupa terdapat “wimba” dan “tata ungkapan”.
teknologi yang mempergunakan “desain”
Menurut para ahli, dalam bahasa rupa
memerlukan kekuatan berfikir bahasa rupa.
terdapat perbendaharaannya, salah satunya
Seorang
dan
adalah wimba. Teori bahasa rupa dengan
sutradara film atau tv haruslah kuat berfikir
perbendaharaan wimba dapat digunakan
bahasa rupa untuk dapat membayangkan
untuk memahami apa yang terdapat dalam
sekuen dan adegan yang direncanakan.
relief sebagai bentuk citra atau image.
sastrawan,
penulis
skrip
Relief termasuk dalam karya sastra
Bila berbicara mengenai bahasa rupa,
visual yang mempunyai cerita, sehingga
pada umumnya yang dimaksud adalah
relief tentunya mempunyai citra atau imaji
bahasa rupa gambar NPM (Naturalis-
yang
Perspektif-Momenopname). Sistem ini jika disederhanakan
seperti
bisa
ditafsirkan.
Namun
apabila
membaca relief pada sebuah candi, pembaca
„menembak‟/shot
dihadapkan
dari satu arah, satu tempat dan waktu,
pada
dunia
cerita
melalui
bentuk-bentuk artistik berupa ukir-ukiran
‟ceklik‟ seperti memotret. Tidak heran
yang
apabila teori Barat mengatakan bahwa
dipahatkan
pada
bebatuan
yang
mengandung cerita. Sebagai contoh adalah
lukisan disebut berdimensi dua: panjang dan
relief Candi Borobudur menggunakan sutra
lebar, sedangkan patung disebut berdimensi
atau
tiga: panjang, lebar dan tinggi. Jadi baik
cerita
berupa
sajak
yaitu
surat
Lalitavistara yang berisi cerita-cerita ajaran
karya 2 dimensi atau 3 dimensi di Barat
Budha
tidak diikutsertakan unsur waktu. Sistem 3
dan
digunakan
sebagai
ide
Bahasa Rupa pada Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri, Moch Wisnu Ajitama.
penciptaan relief. Melalui bentuk-bentuk
Lima Gumul melalui bahasa rupa dari sudut
artistik berupa ukiran, relief berupaya
wimba, cara wimba dan tata ungkap relief.
menyampaikan isi pesan atau isi cerita
Bahwasanya relief di sini tersusun atas
kepada pembaca.
beberapa wimba dan masing-masing wimba
Apabila melihat perkembangan relief di
dengan cara wimbanya. Tata ungkapan
Indonesia, masa klasik merupakan masa
adalah cara menyusun berbagai wimba dan
berkembangnya
cara wimba agar seluruh relief tersebut
relief
secara
pesat.
Pernyataan tersebut terlihat dari banyaknya
mengungkapkan
relief yang hampir pasti terdapat pada
demikian Monumen Simpang Lima Gumul
bangunan
dianggap sangat penting sebagai simbol
candi,
baik
candi
yang
ceritanya.
bernafaskan agama Hindu maupun agama
representasi
Budha. Cerita atau ajaran yang diwujudkan
nantinya akan lebih mudah dimengerti
dalam bentuk relief
pesan, tanda, makna dan cerita yang
pada
tidak hanya terdapat
monumen-monumen
Kediri
yang
klasik,
terkandung dalam relief bagi masyarakat
pada
secara umum melalui pembacaan wimba,
monumen-monumen modern sebagai bentuk
cara wimba dan tata ungkap yang semuanya
pengabadian seseorang atau peristiwa.
terkemas dalam bahasa rupa.
namun
relief
Salah
dapat
satu
masa
masyarakat
Dengan
dijumpai
monumen
yang
menyampaikan pesan, tanda, makna dan
METODE PENELITIAN
cerita melalui relief adalah Monumen Simpang Lima Gumul Kediri. Relief pada
Metode penelitian ini menggunakan
Monumen Simpang Lima Gumul Kediri
jenis penelitian kualitatif deskriptif. Data
merupakan
yang dihasilkan berupa uraian tentang
representasi
dari
peristiwa
interaksi simbolik relief pada Monumen
sejarah dan kehidupan masyarakat Kediri.
Simpang Lima Gumul Kediri.
Bahwasanya dengan adanya maksud pembuatan relief dalam bangunan tersebut
Data yang dipakai dalam penelitian ini
peneliti akan menekankan penelitiannya
ialah data deskriptif. Data deskriptif berupa
pada cerita yang disampaikan oleh relief
foto, video, dokumen pribadi, catatan atau
Monumen Simpang Lima Gumul Kediri.
memo, dan dokumen resmi lainnya. Data
Penelitian
cara
tentang relief pada Monumen Simpang Lima
membaca relief pada Monumen Simpang
Gumul Kediri adalah berwujud foto pada
ini
dilakukan
dengan
4
Bahasa Rupa pada Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri, Moch Wisnu Ajitama.
setiap relief dan wawancara tentang makna
Data kepustakaan lainnya berupa, catatan
dan cerita simbolik tentang relief yang
lapangan peneliti, rekaman wawancara,
terdapat pada Monumen Simpang Lima
makalah, jurnal ilmiah, teks-teks lain yang
Gumul Kediri.
berhubungan dengan relief pada Monumen Simpang Lima Gumul Kediri.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber data,
Teknik
pengumpulan
penelitian
primer merupakan data utama yang berupa
observasi, dokumentasi, dan wawancara.
foto dokumentasi relief yang dipahatkan
Instrumen penelitian ini adalah peneliti
pada dinding Monumen Simpang Lima
sendiri, artinya peneliti yang melakukan
Gumul Kediri. Pada dinding Monumen
seluruh kegiatan mulai dari perencanaan
Simpang Lima Gumul Kediri tersebut
sampai melaporkan hasilnya. Data primer,
terdapat 16 panel relief yang terdiri dari 9
data yang diperoleh secara langsung dari
panel relief yang menggambarkan kesenian,
informan atau objek yang akan diteliti.
4 panel relief menggambarkan tokoh, 2
Dalam penelitian ini data primer diperoleh
panel relief menggambarkan kemakmuran
melalui
Kediri.
hasil
wawancara kepada informan yang terkait
rekaman wawancara terhadap informan dan
dengan bahasan peneliti yang dilengkapi
hasil observasi di wilayah Kabupaten Kediri.
dengan catatan tertulis atau menggunakan
Sumber data skunder merupakan data
alat bantu rekam, seperti handphone. Data
literatur seperti data kepustakaan seperti
skunder, data yang diperoleh dari teknik
buku panduan pariwisata terbitan Dinas
pengumpulan data yang menunjang data
Kebudayaan
Kabupaten
primer. Dalam penelitian ini yang dapat
Kediri yang memuat tahun pembangunan
dijadikan sebagai data skunder adalah
dan keterangan mengenai relief Monumen
lembaga pemerintah maupun lembaga atau
Simpang Lima Gumul Kediri beserta letak
institusi non-pemerintah yang mempunyai
geografis Monumen Simpang Lima Gumul
hubungan dengan pihak Monumen Simpang
Kediri. Dari buku panduan pariwisata
Lima Gumul Kediri. Data skunder lain yang
tersebut diketahui bahwa Monumen tersebut
digunakan bersumber dari buku, jurnal
didirikan pada tahun 2003 dan Monumen
ilmiah, laporan tahunan, dan dokumen lain
Simpang Lima Gumul memiliki luas 804 m².
yang menunjang penelitian.
berikutnya
dan
berupa
Pariwisata
5
menggunakan
dalam
yaitu data primer dan data skunder. Data
Data
ini
data
observasi,
dokumentasi
teknik
dan
Bahasa Rupa pada Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri, Moch Wisnu Ajitama.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keberadaan Monumen Simpang Lima Gumul Kediri Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kediri,
Provinsi
Jawa
Timur.
Secara
geografis, Monumen Simpang lima Gumul Kediri berada pada dua wilayah administrasi kecamatan, yaitu Kecamatan Ngasem; Desa Gambar 2: Monumen Simpang Lima Gumul Kediri (Sumber: Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Kediri, 2015)
Tugurejo (sebelah selatan), Desa Sumberejo (sebelah utara), Desa Paron (sebelah barat) dan Kecamatan Gurah; Desa Ngrancangan
Pembangunan Monumen Simpang Lima
(sebelah timur), dengan titik koordinat -
Gumul dimulai pada tahun 2003 dan
7.815814-112.062171. Monumen Simpang
diselesaikan pada tahun 2006. Monumen
Lima Gumul sendiri terletak tepat pada titik
Simpang Lima Gumul memiliki luas 804 m²
0 kilometer
dengan tinggi monumen 25 meter, memiliki
dari luas seluruh Kabupaten
Kediri. Apabila dilihat dari peta Kabupaten
8 lantai dengan 3 buah lorong basement.
Kediri, Monumen Simpang Lima Gumul Kediri
berada
pada
titik
koordinat
1. Analisis Bahasa Rupa Monumen Simpang Lima Kediri
7°48‟50”S dan 112°03‟45, 7”E.
Relief Gumul
Pemanfaatan cara wimba, tata ungkap dan membaca bahasa rupa akan diterapkan pada relief tunggal yang terdapat pada Monumen Simpang Lima Gumul Kediri. Relief yang akan diteliti berjumlah 16 buah
Gambar 1: Monumen Simpang Lima Gumul dilihat dari Maps (Sumber: tarunalaut.blogspot.com)
dengan dua teknik visualisasi, yaitu teknik landscape
dan
teknik
potret.
Adapun
keenambelas relief tersebut adalah sebagai berikut (lihat gambar 4):
6
Bahasa Rupa pada Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri, Moch Wisnu Ajitama.
Relief 1
Relief 3
Relief 5
Relief 7
Relief 9
Relief 11
Relief 13
Relief 15
Relief 2
Relief 4
Relief 6
Relief 8
Relief 10
Relief 12
Relief 14
Relief 16
Gambar 3: Relief Digunakan sebagai Bahan Analisis (Sumber: Dokumentasi Wisnu Ajitama, 31 Maret 2015)
B. Cara Dan Tata Ungkap Wimba Pada Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri Pembahasan menggunakan
analisis
visual
ini
pendekatan
dalam
teori
gambar maupun lukisan. Tabrani (2009:44) menjelaskan
relief, untuk dapat memilah ”pengertian” ini, maka dalam bahasa rupa ”ada gambar di dalam gambar”. Sebagai contoh panel relief
dengan menggunakan model matrik dari (2012:112)
yang
1 (lihat gambar 3) pada relief tersebut
berupa
ditunjukkan ada empat wimba: wimba
pemanfaatan cara wimba, tata ungkap dan membaca
bahasa
rupa.
Analisis
ini
dilakukan
dalam
bentuk
matrik
dan
pemanfaatan
cara
diperlihatkan tentang
keseluruhan
panel itu dapat disebut objek, imaji atau
bahasa rupa khas pada gambar tunggal
Tabrani
bahwasannya
manusia, wimba terbang Jawa, dan wimba karpet.
wimba, tata ungkapan dan membaca bahasa
Wimba Wimba
rupa dengan cara khas. 1. Penggunaan Cara Wimba pada Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri Istilah wimba mendapat peruntukan
Wimba
khusus dalam ilmu bahasa rupa. Bila pada sebuah relief ada gambar manusia, terbang Jawa dan karpet segera kita mendapat Gambar 3: Relief , Kesenian Tiban yang Tumbuh di Wilayah Selatan Kabupaten Kediri (Sumber: Dokumentasi Wisnu Ajitama, 31 Maret 2015)
kerancuan baik manusia, terbang Jawa maupun karpet bisa disebut image, objek,
7
Bahasa Rupa pada Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri, Moch Wisnu Ajitama.
Pada gambar 3, terdapat tiga wimba, masing-masing
wimba
tersebut
Cara dilihat Arah lihat bawah atas
adalah
Wimba bisa dilihat dari bawah ke atas.
wimba manusia, wimba pohon kelapa Jawa (instrumen), dan wimba matahari. Seluruh
2. Penggunaan Tata Ungkap pada Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri
wimba digambarkan dengan menggunakan empat cara wimba yaitu dengan cara sudut
Tata ungkap adalah cara menyusun
pengambilan, skala, cara dilihat dan cara
berbagai wimba dengan cara wimbanya agar
penggambaran (lihat tabel 1).
sebuah gambar tunggal bisa bercerita. Pada Tabel 1: Membaca Cara Wimba Relief 1
Cara Wimba Sudut pengambilan Aneka tampak
Ukuran pengambilan Dari kepala sampai kaki Skala Ukuran Penggambaran Naturalis stilasi (modern)
relief ini, objek manusia, terbang Jawa dan
Membaca Bahasa Rupa Wimba manusia tampak depan dan tampak belakang dengan wimba matahari dan pohon kelapa tampak depan menandakan siang hari. Penari Tiban digambarkan utuh keseluruhan.
karpet skalanya diperbesar (cara diperbesar) karena dianggap penting. Sebagai contoh pada panel relief (lihat gambar 28), pembuat relief ingin bercerita bahwa ruang terbentuk dengan adanya karpet yang dibuat perspektif dan susunan komposisi manusia yang sedang bermain rebana dengan gerakan tarian yang dilakukan oleh tangan naik turun menggunakan alat musik terbang Jawa. Penggambaran semua wimba dibuat tampak
Wimba dibuat jauh lebih besar dari objek aslinya. Penari Tiban, matahari dan pohon kelapa digambarkan secara naturalis dalam komposisinya. Namun matahari nampak stilasi.
khas, penonton bisa mengenali langsung melalui kostum dan instrumen musik bahwa panel tersebut merupakan penggambaran pemain rebana.
8
Bahasa Rupa pada Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri, Moch Wisnu Ajitama.
Aneka waktu dan ruang
berbeda.
Menyatakan penting Tampak khas
Wimba ditampakkan secara khas dari arah yang paling mudah dikenali. Wimba manusia yang berada di bawah menyatakan penting dalam cerita.
Di bawah
C. Pesan yang Terdapat pada Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri
Gambar 3: Relief 1, Kesenian Rebana yang Mencerminkan Kebudayaan Islam di Kediri (Sumber: Dokumentasi Wisnu Ajitama, 31 Maret 2015)
Relief 6 yang berjudul Kesenian Tiban Tata ungkapan yang dipergunakan
yang tumbuh di wilayah selatan Kabupaten
pada relief 6 sebanyak empat cara yakni,
Kediri berukuran 5 meter x 3 meter ini
menyatakan
ruang,
menyatakan
gerak
dibuat oleh Syafi‟i. Dalam panel tersebut
menyatakan
ruang
dan
dan
menggambarkan dua orang penari sedang
waktu,
melaksanakan ritual Tiban. Atribut yang
menyatakan penting (lihat tabel 37).
dikenakan berupa celana comprang tanpa Tabel 2: Tata Ungkapan Relief 1
mengenakan baju atasan. Mereka memakai Tata Ungkapan Menyatakan ruang Digeser Menyatakan gerak Ciri gerak
Menyatakan waktu dan ruang
Membaca Bahasa Rupa Seluruh wimba tampak jelas.
pecut (cambuk) sebagai alat pemukul yang
Sudah terlihat jelas bahwa dua orang Penari Tiban, pohon kelapa dan matahari digambarkan dengan garis yang meliuk terkesan bergerak. Masing-masing wimba berada pada ruang, waktu dan jarak yang
bukan blangkon dan kain batik panjang yang
dibuat dari ranting pohon aren. Pemain Tiban mengenakan ikat kepala atau udheng
dililitkan sebagai ikat pinggang sebagai simpulnya di muka dan kedua ujung menjulur ke depan. Pohon kelapa yang terletak di sudut kiri atas, pesannya bahwa pelaksanaan kesenian tiban dilaksanakan di tempat yang terbuka berupa tanah lapang
9
Bahasa Rupa pada Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri, Moch Wisnu Ajitama.
atau halaman. Sedangkan matahari di sudut
Ritual Tiban atau tari Tiban sendiri
kanan atas menandakan bahwa pesannya
berasal dari kata dasar tiba berasal dari
musim sedang berada pada musim kemarau.
bahasa Jawa yang berarti “jatuh” dan udan
Dalam
wimba
yang berarti “hujan”. Tari Tiban selalu
digambarkan secara utuh dari kepala sampai
dipertunjukkan pada saat musim kemarau.
kaki dan pada bagian atas dan bawah masih
Tari Tiban merupakan bentuk permohonan
menyisakan ruang. Penggambaran utuh
kepada
tersebut untuk memperlihatkan gesture dari
diturunkannya hujan sebagai pesan luhur
atau posisi gerak dari semua wimba. Tokoh
demi kelestarian alam.
relief
terlihat
semua
pemain Tiban merupakan tokoh penting
digambarkan
dan
matahari.
seperti
untuk
merupakan tindakan simbolis dalam religi.
Matahari
lingkaran
Esa
simbol masyarakat Jawa, tradisi Tiban
wimba dengan cara naturalis baik manusia, kelapa
Maha
Tradisi Tiban apabila ditinjau dari segi
dalam cerita ini. Penggambaran semua
pohon
Yang
Di mana perwujudan upacara-upacara tradisi
api,
kejawen sudah tercampur dengan dengan
menandakan bahwa matahari sedang terik.
tradisi islam. Seperti mantra yang dilakukan
Pemain yang berada pada latar depan,
ketika tradisi ini dilakasanakan diawali
pesannya ia sedang melakukan serangan
dengan
terhadap pemain Tiban di depannya. Hal
dilanjutkan dengan mantra berbahasa Jawa
tersebut terlihat dari pola kuda-kuda dari
dan diakhiri dengan dua kalimat syahadad.
kaki pemain Tiban yang juga diperjelas oleh
Lain daripada itu, tradisi Tiban juga
arah lengkung pecut pemain tiban yang
merupakan tindakan simbolis dalam seni
berada di latar depan. Sedangkan pemain
yakni, gerakan-gerakan tari para pemain
yang berada di depannya berusaha untuk
Tiban seperti mencambuk dan mengikuti
bertahan dari serangan pemain yang berada
iringan musik gamelan. Pada hakikatnya,
pada latar depan. Hal tersebut dapat dilihat
tradisi Tiban memberikan pelajaran terhadap
dari gestur tubuh pemain Tiban yang
perilaku manusia yang akan menimbulkan
menangkupkan
bekas pada jiwa maupun badan seseorang.
kedua
tangannya
yang
merapat ke dadanya dan arah lengkung
bacaan
Kesenian Tiban
pecut.
Bismillah
hadir
kemudian
di
kalangan
masyarakat abangan pada masa sebelum
10
Bahasa Rupa pada Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri, Moch Wisnu Ajitama.
Jayabaya memimpin. Ritual Tiban muncul
naik kesebuah panggung untuk saling
ketika musim kemarau panjang
melanda
mencambuk lawannya masing-masing 10
daerah Kediri. Pada hakikatnya, bukanlah
kali cambukan. Setelah turun dari panggung
musim kemarau panjang yang digunakan
dendam itu harus hilang.
sebagai
sign,
melainkan
Allah Subhanahu Wa Ta’ala menghikayatkan
ketika
Musim
berfirman
ucapan
hukuman
Nabi
kemarau atas
panjang
kotornya
hati
sebagai manusia.
Karena Tuhan tidak menurunkan azab
Hud ‘alaihissalam:
kepada kaum yang tak melampaui batas, Meskipun pada abad ke-11 agama Islam
”.
Dan (dia berkata):”Hai kaumku, mohonlah
belum masuk wilayah Kediri. Menurut
ampun kepada Rabbmu lalu tobatlah kepada-
Suroso
Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat
Desember 2015, kesenian Tiban hanyalah
deras atasmu, dan Dia akan menambahkan
upacara adat yang digelar pada saat kemarau
kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah
panjang melanda wilayah Kediri dan tidak
kamu berpaling dengan berbuat dosa (QS. Hud:
dalam
dari masyarakat. Berdasarkan ayat di atas, bahwasanya pada
kecenderungan
zaman
tersebut
melakukan
pada
7
ada kaitannya dengan perilaku menyimpang
52).
masyarakat
wawancaranya
ikut
ada
hanya
Setiap
diperbolehkan
orang
yang
mencambuk
sebanyak lima kali secara bergantian.
perbuatan
menyimpang dari agama. Perbuatan dosa PENUTUP
yang dilakukan masyarakat Kediri pada saat
Simpulan
itu didasari oleh rasa dendam. Menurut
WBerdasarkan hasil penelitian mengenai
Koclok dalam wawancaranya pada 19
bahasa rupa pada relief Monumen Simpang
November 2015, bahwasanya:
Lima Gumul Kediri, maka dapat ditarik dua Tiban merupakan ajang pelampiasan dendam
antarperseorangan
kelompok kesimpulan. Pertama, struktur
maupun
komunikasi relief Monumen Simpang Lima
kelompok. Bagi masyarakat Kediri yang
Gumul Kediri ditinjau dari cara dan tata
merasa mempunyai rasa dendam terhadap
ungkap
tetangga maupun orang lain dipersilahkan
11
wimba.
Kedua,
pesan
yang
Bahasa Rupa pada Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri, Moch Wisnu Ajitama.
terkandung dalam relief Monumen Simpang
Keberagaman bentuk gambar pada relief
Lima Gumul Kediri.
Monumen Simpang Lima Gumul Kediri sebagai
1. Struktur Komunikasi Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri Ditinjau dari Cara dan Tata Ungkap Wimba
ajaran
atau
filosofi
akan
memunculkan banyak simbol yang bisa diungkap. Setiap panel relief akan selalu diciptakan kembali oleh setiap pengamat
Cara dan tata ungkap wimba pada relief
atau dengan kata lain mendapatkan makna
Monumen Simpang Lima Gumul Kediri menggambarkan
waktu,
baru oleh penikmat atau penghayat.
ruang, Kreator relief Monumen Simpang Lima
penggambaran wimba, aneka arah, dan jarak dalam
bidang
gambar
dua
Gumul Kediri memberikan bantuan visual
dimensi.
kepada
Penggambaran wimba dengan cara modern
pesan yang berupa teks tidak disampaikan
relief terkandung nilai-nilai ajaran dan
oleh kreator melalui relief, merupakan cara
mengacu pada sebuah prasasti yaitu prasasti
dari kreator menyampaikan pesan dan
Harinjing dengan kata lain relief Monumen
selebihnya
Simpang Lima Gumul Kediri merupakan atau
ajaran-ajaran
menggali
yang
keseluruhan,
divisualkan. Sistem
menggambar
pada
untuk
sendiri oleh pengamat relief. Sedangkan
Penciptaan kesederhanan bentuk visual pada
visual
(penghayat)
selanjutnya pesan dan cerita dikembangkan
dan cara khas sangat tampak pada relief.
sastra
pengamat
ruang
relief
pengamat pesan
tekstualnya.
kreator
imajinatif
sendirilah
telah
melalui
yang Secara
menciptakan panel
relief
berdasarkan local wisdom heritage sejauh
Monumen Simpang Lima Gumul Kediri
yang
harus dicermati, dibaca, digali, dan diteliti
dimilikinya
berdasarkan
sastra,
mitologi, sejarah, dan dongeng Kerajaan
sebagai suatu potret yang nantinya akan
Kadiri maupun Kediri.
mampu memberi makna untuk memacu semangat dalam mencari harkat asali atau
Saran
local genius
Penelitian mengenai bahasa rupa pada
2. Pesan yang Terdapat pada Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri
relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri
12
diharapakan
dapat
memberikan
Bahasa Rupa pada Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri, Moch Wisnu Ajitama.
referensi bagi peneliti lain dan pemerintah
relief yang terdapat pada Monumen
daerah
Simpang Lima Gumul Kediri sehingga
Kediri.
Adapun
saran
yang
disampaikan sebagai berikut.
menimbulkan ahistory atau tidak sesuai
1. Beberapa relief Monumen Simpang
dengan mitologi daerah Kediri sejarah
Lima Gumul Kediri tidak representatif
Kerajaan Kediri, dan dongeng Kediri.
dengan simbol identitas wilayah Kediri.
Bentuk-bentuk
Relief tersebut adalah, relief rebana,
Kerajaan Kadiri tanpa mengikutsertakan
tokoh punakawan, dan tokoh perwira.
bentuk arsitektural Arc De Triomphe
Hal ini dikarenakan, masih banyak
maupun arsitektural Barat akan lebih
pilihan jenis kesenian dan sejarah yang
mereperesentasikan
bersifat kekayaan local wisdom heritage
heritage dan local genius Kediri secara
dan local genius Kediri, seperti cerita
utuh.
Panji yang mendunia, kisah Calon Arang
arsitektural
local
klasik
wisdom
DAFTAR PUSTAKA
(Mbok Girah), Dewi Kilisuci, Raja Bungin, M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta. Kencana Rosda Karya.
Airlangga dan kesenian kentrung, krek ataupun kempling. 2. Bentuk arsitektural Monumen Simpang Lima Gumul Kediri secara kasat mata
Cassirer, Ernst. 1987. Manusia Kebudayaan. Jakarta. Gramedia.
seperti Arc De Triomphe yang berada di Paris,
sehingga
tidak
ada
nilai
Herusatoto, Budiono. 2008. Simbolisme Jawa. Yogyakarta. Penerbit Ombak
orisinalitas dalam bentuk arsitektural
Maryanto, M. Dwi. 2015. Art & Levitation Seni dalam Cakrawala. Yogyakarta. Percetakan Pohon Cahaya.
Monumen Simpang Lima Gumul Kediri. Tidak adanya nilai orisinalitas tersebut karena local wisdom heritage dan local
Moleong, J Lexy. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya.
genius Kediri tampak kurang digali secara
mendalam
oleh
dan
pemerintah
Pilliang, Yasraf Amir. Teori Bahasa Rupa. Diunduh dari jbptitbpp-gdl-ismoerdija27646-3-2007ds-2(1). i. Pada 24 April 2015. Jam 02.36 WIB.
Kabupaten Kediri. 3. Bentuk Monumen Simpang Lima Gumul Kediri tidak memiliki korelasi dengan
13
Bahasa Rupa pada Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri, Moch Wisnu Ajitama.
15