Masa Pentakosta 2010
Masa Pentakosta 2010
Bahan Persekutuan Doa IV ADA ROH KUDUS…SEMANGAT TERUS!!! 1. SAAT HENING (Diiringi instrumen / musik yang teduh, jemaat mempersiapkan diri untuk memasuki persekutuan doa dengan bersaat hening) 2. BACAAN : Yohanes 20 : 19a “Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintupintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi.” 3. PERMENUNGAN PRIBADI (Diiringi instrumen / musik lembut, pemimpin mengajak jemaat masuk dalam suasana para murid saat itu : ketakutan, kehilangan dan tidak punya semangat hidup lagi. Apa yang para murid butuhkan?)
5.
4. Nyanyian Dari Taize Nyanuian ini dinyanyikan diulang 5-6 kali “Penuhi Kami ya Tuhan”
6.
i
BACAAN : Kisah Para Rasul 2 : 22 – 24 22 Hai orang‐orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan‐ kekuatan dan mujizat‐mujizat dan tanda‐tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah‐tengah kamu, seperti yang kamu tahu. 23 Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana‐Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa‐bangsa durhaka. 24 Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu. PERMENUNGAN PRIBADI (Diiringi instrumen / musik lembut, pemimpin mengajak jemaat masuk dalam suasana para murid saat itu : keberanian, semangat dan kesungguhan dalam memberitakan keselamatan di dalam Kristus. Apa yang membuat para murid mengalami perubahan?)
ii
Masa Pentakosta 2010
7. Lagu : MURID‐MURID T’LAH BERHIMPUN (NKB 103 : 1 – 3) 1 2 | 3 3 2 1 | 5 3 . 5 5 | 1 7 6 6 | 5 . 0
Masa Pentakosta 2010
terus mempunyai semangat serta kesungguhan dalam hidup dan pelayanan mereka.
Bagaimana dengan kehidupan kita? Saat ini di sekitar kita banyak mengalami bencana: gempa bumi, angin puting beliung dan gunung meletus. Kejahatan merajalela. Krisis ekonomi, membuat harga barang mahal, gaji kecil dan lowongan kerja sedikit. Semua itu membuat kita merasa cemas, takut dan tidak jarang menjadi putus asa.
Mu‐rid – mu‐rid t’lah ber‐him‐pun, da‐lam ru‐ang yang se‐nyap. 2 3 | 4 4 3 2 | 6 5 . 1 3 | 2 2 3 4 | 5 . . 0 Sampai Roh Ku‐dus pun tu‐run, jan‐ji Al‐lah t’lah ge‐nap.
Refrein:
Saudara, Dalam keadaan tersebut kita masih patut bersyukur kepada Tuhan, dalam kehidupan kita Tuhan mengaruniakan Roh Kudus untuk hadir dan berkarya. Roh Kudus senantiasa menghibur, menguatkan dan membimbing kehidupan kita.
1 . 1 7 6 | 7 5 4 0 | 2 . 2 1 7 | 1 6 5 0 | Ya Roh Ku‐dus, tu‐run‐lah, ya Roh Ku‐dus, tu‐run‐lah, 6 . 6 7 1 | 3 1 5 ’ 4 3 | 4 5 6 7 | 1 . 0 |
Sehingga kehadiran Roh Kudus membawa semangat dan keberanian dalam kita menjalani kehidupan. Mari kita biarkan kehidupan kita dikuasai dan dibimbing Roh Kudus agar kita dimampukan menjalani kehidupan dengan baik. Tuhan memberkati kita. Amin.
ya Roh Ku‐dus, tu‐run‐lah di an ‐ ta ‐ ra u ‐ mat ‐ Mu. 2.Dan suara membahana bagai angin yang kencang. Roh Kudus telah tercurah bagai api yang terang.
3. Sejak hari Pentakosta kuasa Roh pun nyatalah; Juga dalam hidup kita, roh dan jiwa kuatlah.
8. RENUNGAN REFLEKTIF Pemimpin: Saudara, Para murid mengalami perubahan dalam hidup mereka, dari ketakutan menjadi punya keberanian, dari rasa kehilangan menjadi punya keyakinan, dari patah semangat menjadi punya semangat yang luar biasa, untuk memberitakan keselamatan dalam Kristus kepada semua orang. Semua itu karena Roh Kudus berada dan berkarya dalam kehidupan mereka. Roh Kudus telah memberi kekuatan, penghiburan dan memperlengkapi para murid dalam hidup dan pelayanan mereka. Selama ada Roh Kudus mereka tetap dan
9. Lagu : TUHAN, KASIHANILAH (KJ 44 : 1 – 3)
Refrein: Tuhan, kasihanilah! Kristus, kasihanilah! Tuhan, kasihanilah!
1. Dunia ini porak‐poranda, dosa melanda umat manusia; Banyak sengsara, itu akibatnya. (Refrein)
2. Banyak yang hidup tanpa harapan, lapar dan miskin; siapa menolongnya? Banyak yang mati; siapa mengingatnya? (Refrein)
3. Banyak yang hidup kaya dan mewah, tapi terasing dari sesamanya; Banyak yang mati tanpa sejahtera. (Refrein)
iii
iv
Masa Pentakosta 2010
Masa Pentakosta 2010
Bahan Persekutuan Doa V
10. DOA SYAFAAT
11. Lagu penutup: DI HARI PENTAKOSTA (KJ 234 : 1 – 4) 1. Di Hari Pentakosta Roh Kudus turunlah mengajar murid Yesus berkata, bekerja. 2. Roh Kudus berbicara di dalam hatiku, mengajar dan menolong dan menyertaiku. 3. ‘Ku suka mendengarkan suara Roh Kudus yang mengajarkan aku mengikut Penebus. 4. Roh Kudus yang terkasih, kuminta padaMu, tetap setiap hari diami hatiku.
ROH KUDUS, ROH ALAMIAH Pembukaan Nyanyian KJ. 64 : 1 – 3 “BILA KULIHAT BINTANG GEMERLAPAN” 1. Bila kulihat bintang gemerlapan dan bunyi guruh riuh kudengar, ya Tuhanku, tak putus aku heran melihat ciptaan-Mu yang besar. Refr.: Maka jiwaku pun memuji-Mu: “Sungguh besar Kau, Allahku!” Maka jiwaku pun memuji-Mu: “Sungguh besar Kau, Allahku!” 2. Ya Tuhanku, pabila kurenungkan pemberian-Mu dalam Penebus, ‘ku tertegun: bagiku dicurahkan oleh Putra-Mu darah-Nya kudus. Refr.:
Doa. Pembacaan Kejadian 1:1-2 Renungan Roh Kudus, Roh Alamiah Pernahkah anda merasakan kehadiran Roh Kudus? Sudah barang tentu ada banyak jawaban yang dapat kita lontarkan. Mungkin ada yang begitu bersemangat mengatakan “sudah”, kapan ? ketika mengikuti sebuah ibadah, ketika music mengalun syahdu, teduh atau gembira luar biasa. Atau mungkin juga ada yang berfikir dulu “kapan ya?”, seolah tidak pernah dirasakan apalagi dijumpai kehadiran Roh Kudus. Mengapa ada jawaban yang berbeda ? apakah karena tingkat keimanan setiap orang berbeda-beda? Apakah Roh Kudus bekerja pada orang-orang tertentu saja? Persoalan ini sebetulnya tidak terlalu
v
vi
Masa Pentakosta 2010
Masa Pentakosta 2010
memusingkan apabila kita tidak mengurung kehadiran Roh Kudus / membatasi Roh Kudus hanya sebatas “perasaan”, jika perasaan terasa agak berbeda, suasana hati agak terasa “sedikit mistis” maka itulah tanda kehadiran Roh Kudus. Kalau itu yang selalu kita viiampa, maka pertanyaan yang paling salah bisa terjadi : “apa bedanya Roh Kudus dan roh jahat ? kalau semuanya disimpulkan lewat “perasaan / aroma mistis?” jawabannya, bisa jadi keduanya tidak berbeda. Mari kita coba lepaskan hal-hal yang membatasi kehadiran Roh Kudus, supaya kita bisa lebih menghayati kehadiranNya.
melalui “piranti ibadah”, Roh Allah sudah lebih dulu menyapa, membangunkan, menyegarkan diri manusia, sembari dengan kelembutan udara pagi, Roh Kudus membisikkan kata-kata : “inilah, aku, jangan takut, jalani hidup ini dengan penuh syukur”. Roh Kudus bekerja bukan hanya untuk “kalangan sendiri”, tetapi untuk semua orang tanpa sekat-sekat agama bahkan moral, semua dipersilakan menikmati kehadiran Roh Kudus setiap saat. Pendek kata, tidak ada alasan bahwa kita tidak pernah merasakan kehadiranNya. Rasakan dan sadarilah kehadiranNya setiap hari melalui hidup ini. Lihatlah alam semesta, lihatlah pohon-pohon, kicau burung, terang matahari, air yang segar, udara segar yang memungkinkan kita hidup dan bernafas lega, disitulah Roh Kudus hadir dan berkarya. Nampak alamiah, tampak sederhana, namun menentukan segala-galanya. Melalui alam ciptaan-Nya, kita melihat jelas bahwa Roh Kudus berkarya memulihkan segala sesuatu. Amin.
Bahan persekutuan doa kali ini bertema ROH KUDUS, ROH ALAMIAH. Ke”alamiah”an Roh Kudus yang dimaksudkan bukan dalam arti bahwa Roh Kudus adalah Roh yang hadir atau bersemayam di dalam alam, seperti misalnya bersemayam di pohonpohon besar, gunung, laut, akan tetapi alamiah dalam karyakaryanya. Karya-karya yang sederhana, sangat biasa, namun menentukan segala-galanya. Perhatikan apa yang diimani oleh penulis kitab kejadian, saat ia merenungkan dunia ini pada masa prapenciptaan. Ia mengimani bahwa Roh Kudus (dalam kejadian disebut sebagai Roh Allah) sejak masa pra penciptaan, sudah menunjukkan existensinya. Roh Kudus berkarya dan membentuk semesta ini. Dengan bahasa yang sederhana, penulis mengatakan “ Roh Allah melayang-layang” apa artinya ? beberapa penafsir mengatakan bahwa saat itu, Roh Allah tengah “mengerami bumi”, mempersiapkan bumi sebelum bumi dilahirkan (jadi bukan Cuma melayang-layang tanpa arti). Roh Allah membentuk wajah dunia, menguasai segala sesuatu dan berproses dalam “chaos” dan menciptakan banyak kebaikan. Layaknya seorang “ibu”, Roh Allah merawat bumi dalam “kandungan”Nya sehingga bumi lahir dalam keadaan sehat, teratur dan bersahabat. Jika Roh Allah digambarkan sebagai ibu, maka sudah pasti, kerja Roh Allah tidak berhenti saat semuanya telah tercipta, selayaknya seorang ibu, IA pasti terus memelihara, memperbaharui, merenovasi tampaki dengan kebaikankebaikanNya. Itulah yang terjadi setiap hari, setiap saat, secara alamiah, Roh Kudus terus berkarya tanpa henti hingga saat ini.
Doa syafaat.
Nyanyian Penutup KJ. 362 : 1 – 3 “AKU MILIKMU, YESUS TUHANKU” 1. Aku milikMu, Yesus, Tuhanku; kudengar suaraMu. ‘Ku merindukan datang mendekat dan diraih olehMu. Refr.: Raih daku dan dekatkanlah pada kaki salibMu. Raih daku, raih dan dekatkanlah ke sisiMu, Tuhanku. 2. Aku hambaMu, Kausucikanlah oleh kasih kurnia, hingga jiwaku memegang teguh kehendakMu yang mulia. Refr.: 3. Sungguh indahnya walau sejenak besertaMu, Allahku; dalam doaku sungguh akrabnya bersekutu denganMu. Refr.: Igp
Melalui alam, manusia disuguhkan suatu kenyataan : setiap pagi ketika kita beranjak dari petiduran kita, sesungguhnya Roh Kudus sudah amat terasa. Tanpa perlu manusia terlebih dulu memanggilNya
SPd
vii
viii
Masa Pentakosta 2010
Masa Pentakosta 2010
Ketika seorang pendeta yang aktif terlibat dalam pemberdayaan masyarakat ditanya, “Apa yang harus dan dapat dilakukan gereja untuk ikut memerangi kemiskinan dan ketidakadilan dalam masyarakat?” Ia menjawab, “Jadilah gereja. Itu saja!” Menjadi gereja yang sungguh-sungguh gereja merupakan sumbangan yang paling berarti untuk ikut membangun bangsa. Menjadi gereja yang
sesuai dengan kehendak Tuhan dan mengikuti suara Roh Tuhan merupakan langkah yang paling mendasar bagi keterlibatan gereja di tengah-tengah keprihatinan masyarakatnya. Kalau begitu, kehidupan gereja seperti apa yang dapat disebut sungguh-sungguh gereja? Atau, pertanyaan yang lebih praktis, “Cara hidup seperti apa yang harus diperjuangkan oleh gereja agar dapat menjadi gereja yang sungguh-sungguh gereja?” Dalam masa Pentakosta ini, marilah kita kembali mengingat “sejarah” gereja yang lahir bukan karena jasa dan karya manusia melainkan karena karya Roh Kudus. Kalau ada sebuah gereja setempat atau jemaat yang merasakan HUT (Hari Ulang Tahun), sebenarnya jemaat itu bukan memperingati kelahiran gereja sebagai karya Roh Kudus melainkan memperingati saat atau tanggal pendewasaan gereja atau jemaat itu. Lahirnya gereja/jemaat yang kita yakini sebagai karya Roh Tuhan tidak dapat ditentukan tanggal dan tahunnya namun kita percaya, peristiwa pencurahan Roh Kudus yang disaksikan dalam Kisah Rasul 2 adalah awal persekutuan orang percaya yang kemudian berkembang menjadi gereja-gereja di dunia sampai saat ini. Lalu, marilah kita lihat apa yang terjadi sesudah pencurahan Roh Kudus itu. Bagaimana cara hidup jemaat mula-mula atau gereja perdana yang lahir dan hidup sesudah roh Kudus dicurahkan? Ciri utama yang dihayati oleh jemaat mula-mula adalah CINTA KASIH. Inilah dasar dari cara hidup jemaat yang hidupnya dipenuhi oleh Roh Tuhan. Mereka hidup dalam kebersamaan, tidak sendiri-sendiri dan dalam kebersamaan itu mereka diikat oleh cinta kasih. Itulah paguyuban (persekutuan) cinta kasih yang bersatu dalam kasih tidak hanya dapat pengajaran, ibadat dan doa tetapi juga dalam solidaritas ekonomis yang konkret. Kita lihat, “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa”. Namun lihatlah, apa yang terjadi kemudian? Dalam jemaat mula-mula itu muncul fenomena spiritual yang luar biasa. “Semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.” Kalau seseorang diajak terlibat dalam persekutuan ibadat atau persekutuan doa, jawabannya tidak sulit, “Oke!”, tetapi mudahlah bila diajak untuk terlibat dalam
ix
x
Bahan Persekutuan Doa VI JADILAH GEREJA INDONESIA KIDUNG JEMAAT 240a:1-3 DATANGLAH, YA SUMBER RAHMAT 1. Datanglah, ya sumber rahmat, selaraskan hatiku menyanyikan kasih s’lamat yang tak kunjung berhenti. Ajar aku madah indah, gita balai sorgaMu. Aku puji gunung kokoh, gunung pengasihanMu. 1. Hingga kini ‘ku selamat dengan kuat yang Kaub’ri. Kuharapkan akan dapat sampai di neg’ri seri. Yesus cari akan daku, domba binal yang sesat; Untuk membela diriku dipikulNya salib b’rat. 2.
Tiap hari ‘ku berhutang pada kasih abadi. Rantailah hatiku curang dengan rahmat tak henti. ‘Ku dipikat pencobaan meninggalkan kasihMu; inilah hatiku, Tuhan, meteraikan bagiMu!
Doa BACAAN: KIS 2:41-47 RENUNGAN JADILAH GEREJA INDONESIA
Masa Pentakosta 2010
persekutuan materi? Mudahkah kita membuka diri untuk terlibat dalam persekutuan yang saling berbagi secara konkret: yang kuat dan yang lemah saling tolong menolong? Yang punya kelebihan uang dan harta benda mau menyatakan solidaritas bersama mereka yang masih harus berjuang untuk mencari sesuap nasi? Cara hidup jemaat mula-mula menyadarkan kita sebagai gereja masa kini untuk kembali ke “habitat asli”. Habitat atau kebiasaan hidup yang mendasar bagi gereja atau jemaat adalah cinta kasih yang diwujudkan dalam persatuan. Hal ini menjadi cermin bagi gereja-gereja yang masih terjebak dalam perpecahan.Cara hidup gereja yang justru diwarnai dengan pertikaian dalam konflik yang tidak terkendali tidak cocok dengan cara hidup jemaat yang dikehendaki Roh Tuhan. Bila cinta kasih tenggelam dan diganti oleh kebencian dan permusuhan yang dikobarkan justru oleh orang-orang yang mengaku melayani Tuhan, Roh Tuhan akan menangisi situasi gereja seperti itu. Habitat asli gereja yang juga sangat mendasar adalah solidaritas dalam semua aspek kehidupan. Ibadat, doa dan pengajaran itu penting tetapi menjadi sia-sia kalau tidak mengalir dalam kenyataan yang konkret yaitu solidaritas kehidupan. Gereja adalah sebuah “sharing comunnity”, sebuah komunitas atau kehidupan bersama yang saling berbagi. Masing-masing anggotanya bersedia untuk membagikan kelebihan yang dimiliki sehingga terjadi kesejahteraan dan keadilan untuk semua. Jadi, bila gereja menjadi gereja yang sungguh-sungguh gereja dan menerapkan cara hidup yang dikehendaki oleh Roh Tuhan, gereja akan menjadi tanda penuh pengharapan ditengah masyarakat yang diwarnai dengan pementingan diri dan diancam oleh perpecahan. Jadilah gereja, itu saja! Lalu, karena gereja kita bertumbuh di bumi Indonesia, jadilah gereja Indonesia. Gereja yang mengakui dirinya sebagai bagian dari Indonesia. Bagian yang integral, bagian yang tak terpisahkan. Itulah gereja Indonesia dan bukan sekedar gereja di Indonesia yang hanya melihat Indonesia sebagai tempat untuk bertumbuh. Bertumbuh di Indonesia tetapi bisa tidak peduli dengan apa yang dialami oleh rakyat Indonesia. Yang dikehendaki Roh tuhan, gereja menjadi gereja Indonesia, gereja yang mencintai Indonesia. Mau?? Jawabannya mulai dari batin setiap anggota jemaat atau warga gereja Indonesia. Bisa?? Bisa karena kita mau membangun bangsa bersama Roh Tuhan. Amin.
Masa Pentakosta 2010
SAAT TEDUH dilanjutkan dengan menyanyikan PKJ 302 berulang-ulang sebagai nyanyian pengharapan bagi gereja yang mau terlibat dalam membangun bangsa bersama anak-anak bangsa lainnya. PKJ 302 “Janganlah Kuatir, Janganlah Takut” Janganlah kuatir, janganlah takut. Di tangan Tuhan tiada yang kurang Janganlah kuatir, janganlah takut, Tuhan jaminanmu!
DOA SYAFAAT a. Berdoa untuk persatuan dan perdamaian di dalam kehidupan gereja/jemaat terutama gereja/jemaat yang saat ini sedang bergumul dalam persoalan-persoalan yang mengancam persekutuan. b. Berdoa untuk kerjasama yang diperjuangkan bersama antar kelompok agama yang berbeda dalam rangka pemberdayaan masyarakat. KIDUNG JEMAAT 260:1-3 “DALAM DUNIA PENUH KERUSUHAN” 1.
2.
3.
kar’na Kaulah empunya semua, demi Kristus umatMu berdoa: datanglah KerajaanMu! Datanglah, datanglah, datanglah KerajaanMu!
xi
Dalam dunia penuh kerusuhan, ditengah kemelut permusuhan datanglah KerajaanMu; di Gereja yang harus bersatu, agar nyata manusia baru, datanglah KerajaanMu! Datanglah, datanglah, datanglah KerajaanMu! Memerangi gelap kemiskinan, menyinarkan terang keadilan datanglah KerajaanMu; di lautan, di gunung, di ladang dan di badai, di pasar, di jalan datanglah KerajaanMu! Datanglah, datanglah, datanglah KerajaanMu! Dalam hati dan mulut dan tangan dengan kasih, dengan kebenaran datanglah KerajaanMu;
xii
WA