BabVILabaDitahandanModalSetoran(Modal Pemegang Saham)
POKOKPIKIRAN 1. Laporan keuangan perseroan harns disusun dan dikembangkan atas dasar asumsi bahwa suatu manajemen pengurus (fiduciary management) melaporkan atau mempertanggungjawabkan kepada pihak investor yang tidak mengurus langsung dana yang dipercayakankepadamanajementersebut(absenteeinvestors).Dengandernikiandianggap bahwa investor tidak mempunyai cara lain yang objektif untuk menilai bagaimana manajemen melaksanakan kepengurusannya (stewardship) kecuali melalui laporan keuangan. Laporan keuangan dianggap merupakan satu-satunya media komunikasi. 2. Untung dan rugi nonoperasi atau perubahan aktiva lainnya yang berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan laba dalam jangka panjang harus dimasukkan dalam laporanrugi-labadenganpenyajianyang tepat sebelumlababersihnyadipindahkan ke kelompok modal pemegang saham dalam neraca. 3. Rugi nonoperasi dan rugi insidental harns menghabiskan dahulu laba bersih sebelum dibebankan ke laba ditahan, menghabiskan dahulu laba ditahan sebelum dibebankan ke premium modal saham, dan menghabiskan dahulu premium modal saham sebelum mengurangi keutuhan modal saham; sebaliknya, laba nonoperasi dan laba insidental harus menambah dahulu laba bersih bukannya langsung menambah klaba ditahan, premium modal saham atau modal saham. 4. Penyajian modal pemegang saham dalam neraca akan menjadi kurang informatif apabila elemen-elemen modal setoran (paid -in capital) ditunjukkan secara terpisah tanpa ditotal; jelasnya, modal saham dan premium modal saham harns selalu ditotal; terpisah dengan laba ditahan yaitu "modal" yang terhimpun yang berasal dari laba akibat keberhasilan pengelolaan dana. 5. Pemecahan dan klasifikasi laba ditahan atas dasar tujuan penggunaan dana yang berasal dari laba ditahan tersebut sebenarnya hanya bersifat hipotetis belaka; namun demikian penjelasan-penjelasan untuk membantu interpretasi kadang-kadang perlu diberikan untuk menunjukkan keterikatan dana laba ditahan yang melekat dalam aktiva lancar atau aktiva tetap. 279
6. Seluruh jumlah rupiah laba ditahan dapat dipandang sebagai jumlah rupiah cadangan atau penyangga umum (general purpose buffer) dan oleh karenanya sedikit manfaat yang dapat diperoleh dari pemecahan laba ditahan menjadi beberapa bagian untuk menunjukkan jumlah rupiah yang dapat digunakan untuk menutup kemungkinan rugi atau untuk menunjukkan bagian yang tersedia untuk menyangga rugi bersyarat (contingencies) atau cadangan lainnya. 7. Riwayat ;laba ditahan yang pemah dilaporkan pada periode-periode yang sudah lewat akan menjadi tidak lengkap kalau koreksi yang didasarkan atas fakta yang ditemukan kemudian langsung disesuaikan terhadap aktiva dan laba ditahan tanpa melalui laporan rugi-Iaba. 8. Kalau suatu defisit neraca dilaporkan sebagai kontra (offset) terhadap modal setoran, pengungkapanyangjelas perludiberikanagarkeutuhanmodalsetorantetapdipertahanklan sampai ada kebijaksanaan tertentu mengenai penyesuaian modal; sebelum ada kebijaksanaan tersebut, defisit tidak perlu harns segera diserap oleh modal setoran. 9. Penyusunan kembali struktur modal untuk menyerap rugi menjadikan perusahaan dalam posisi seperti barn saja berdiri (fresh-start) yang berarti belum terdapat laba ditahan, dan karena itu penyerapan rugi langsung ke modal setoran mula-mula (original investment) tanpa menghabiskan dahulu laba ditahan yang masih tersedia merupakan penyajian yang menyesatkan semua pihak yang berkepentingan. Laba ditahan yang dilaporkan sesudah penyusunan kembali modal hanyalah laba ditahan yang berasal dari kegiatan sesudah penyusunan kembali tersebut. 10. Perubahan aktiva dan modal pemegang saham yang disebabkan oleh transaksi modal hendaknya tidak dikaitkan dengan perhitungan dan pelaporan laba. Bab-bab sebelumnya telah banyak membahas masalah yang sangat kritis dalam rangka mengukur laba dengan konsep penandingan kos dan pendapatan yang secara ekonomik dapat dipertanggungjawabkan. Masih sedikit disinggung ten tang bagaimana melaporkan laba dalam laporan keuangan. Dalam bab ini pembahasan terutama akan ditujukan pada pelaporan laba yang tepat sesuai dengan konsep-konsep yang telah dibahas sebelumnya. Beberapa topik tentang pelaporan laba yang akan dibahas dalam bab ini adalah: Untung dan rugi luar biasa yaitu pengurang laba yang tidak mudah diklasifikasi sebagai pengukur upaya (efforts) dan penambah laba yang tidak dapat diidentifikasi sebagai hasil operasi (accomplishment). Perbedaan karakteristik laba ditahan sebagai modal operasi dan modal modal setoran serta implikasinya dalam pelaporan. Laba ditahan sebagai penghubung antara laba dan modal. Koreksi. Penyerapan defisit dan rugi.
280
Catatatan Istilah Untuk mempermudah memahami masalah yang dibahas dalam bab ini perlu dikemukakan beberapa istilah yang digunakan P&L untuk menunjukkan pengertian-pengertian yang bersangkutan dengan elemen modal pemegang saham (stockholders' equity). P&L sendiri dalam pembahasan ini sering menggunakan satu istilah untuk menunjuk beberapa pengertian yang berbeda atau sebaliknya menyebutkan pengertian yang sarna dengan beberapa istilah. Berikut ini beberapa istilah yang digunakan P&L untuk menunjuk beberapa pengertian tentang elemen modal pemegang saham:
invested capital paid-in capital
stockholders' equity residual equity proprietary equity stock .equity stockholders' investment
contributed capital capital surplus original capital original capital
.---
stated capital capital.stock
-
"Co-
earned surplus accumulated surplus surplus reserve retained earnings
legal capital formal capital restricted capital I
unrestricted capital paid-in surplus
Agar pemakaian istilah konsisten sehingga mempermudah pengertian dan pemahaman dalam pembahasan ini maka akan digunakan padanan istilah untuk menunjukkan kelompok modal sebagaimana yang digunakan P&L di atas seperti berikut ini: modal saham atau mQdal yuridis
modal setoran
modal pemegang saham laba di tahan atau modal operasi
premium modal saham atau agio modal saham
Catatan: Istilah di atas tidak harus berarti nama rekening. 281
I~til~ht~t'sebuthanya khususberlakudalam pembahasan lnL nalam pembahasan akuntansi yang lain penggunaan istilah tersebut mungkin tidak tepat walaupun istilah tersebut bersifat umum. Istilah modal dalam pengertian yang umum sering diartikan sebagai seluruh hak pemegang saham atas aktiva perusahaan. Oalam pembahasan ini seluruh hak pemegang saham atas aktiva disebut dengan modal pemegang saham. Modal dalam pembahasan ini pengertiannya dibatasi sebagai modal pemegang saham yang berasal dari setoran pemegang saham mula-mula yang oleh P&L disebut dengan istilah; paid-in capital, original capital, contributed capital, dan sebagainya. Agar lebih tegas, untuk menunjuk elemen modal ini akan digunakan istilah modal setoran. Istilah laba ditahan Uuga merupakan istilah umum) digunakan untuk menujuk bagian modalpemegang sahamyang berasaldari dalamperusahaanyaitudarikemampuanperusahaan menghasilkan laba (berasal dari operasi). Karena itu dalam pembahasan ini labaditahan akan sering disebut juga sebagai modal operasi sebagai pasangan modal setoran. Oalam hal saham mempunyai nilai nominal, modal setoran sering dipecah menjadi modal saham (capitalstock)danpremiummodal saham.P&L sendiritidakbegitu menekankan pemisahan ini karena pengertian modal setoran menurut P&L mempunyai arti konsepsional sebagai lseluruhjumlah rupiah yang disepakati untuk disetor atau diinvestasi oleh pemegang saham sehingga dianggap sebagai kesatuan yang utuh. Oalam hal saham tanpa nilai nominal, seluruh jumlah yang disetor menjadi modal setoran. Kalau harus ditentukan adanya nilai minimal (yuridis) yang harus dinyatakan untuk tiap saham,jumlah rupiah yang disetor dapat dipecah menjadi dua komponen yaitu modal saham yuridis (legal capital atau stated capital) dan kelebihan setoran di atas modal saham yuridis (paid-in capital in excess of stated capital). P&L menyarankan agar kelebihan setoran ini tidak disebut dengan istilah "surplus setoran" (paid-in surplus) tetapi lebihbaik digunakan istilah modal saham bebas (unrestricted capital) dan di dalam neraca kedua elemen tersebut tetap harus ditotal auntuk menunjukkan modal setoran yang utuh. Bila saham mempunyai nilai nominal, modal setoran diklasifikasi menjadi dua elemen yaitu modal saham dan premium/diskonto modal saham. Berikut ini adalah pembahasan dan pokok pikiran P&L tentang modal dan laba ditahan. ASUMSI LAPORAN KEUANGAN UMUM (EKSTERNAL) Standarakuntansi dimaksudkan untuk memberi pedoman pengertian, pengukuran, penilaian,
pengakuan dan penyajian pelaporan informasi akuntansi sehingga laporan akuntansi secara teknis memang beramanfaat bagi investor dan analis investasi yang mempunyai pengetahuan akuntansi yang cukup tetapi tidak langsung menangani atau mengurus perusahaan. Jadi kalau laporan keuangan perseroan hanya ditujukan kepada beberapa investor yangjuga mengurusi operasi perusahaan maka persyaratan-persyaratan yang hams dipenuhi dalam penyusunan laporan keuangan tidaklah begitu penting dan sangat mengikat karena kontak langsung dengan kegiatan perusahaan akan memungkinkan investor tersebut untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan nyata daripada informasi yang diperoleh hanya dari laporan keuangan. Akan tetapi tidak setiap investor mempunyai kedudukan yang demikian (sebagai 282
investor-operator) karena kenyataannya ada dua jenis perseroan yaitu perseroan tertutup yang sebagian besar sahamnya dimiliki beberapa investor yang sekaligus juga bertindak sebagai manajemen dan perseroan umum yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh masyarakatumum yang mempercayakansepenuhnyapengurusandananyakepadamanajemen profesional. Karena tidak praktis untuk menyusun standar akuntansi yang membedakan kedua jenis perseroan tersebut maka jalan yang terbaik adalah menyusun standar pelaporan keuangan atas dasar asumsi bahwa manajemen pengurus melaporkan kepada investor umum (yang tidak mengurus langsung) dan tidak mempunyai cara lain yang objektif untuk menilai bagaimana manajemen melaksanakan kepengurusannya kecuali melalui laporan keuangan. Dengan kata lain, standar akuntansi harus dikembangkan atas dasar tujuan pelaporan keuangan kepada pihak luar (ekstemal). LAPORAN RUGI-LABA KOMPREHENSIF Laporan rugi-laba komprehensif atau lengkap adalah laporan rugi-laba yall~ lil~I11Uatsemua elemen penyebab perubahan modal yang disebabkan karena transaksi operasi dalam arti luas. Karena itu dalam laporan rugi-Iaba komprehensif dimasukkan pula elemen-elemen untung dan rugi luar biasa. Laporan ini merupakan lawan laporan rugi-Iaba normal yang hanya memuat elemen-elemen operasi yang rutin sedangkan elemen luar biasa dilaporkan sebagai penyesuai dalam laporan laba ditahan. I) Permasalahan Karena arti pentingnya informasi tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (earning power), dapat dipahami bahwa perhatian pemakai laporan terpusat pada laporan rugi-Iaba. Dengan demikian neraca yang dulunya dianggap sebagai laporan keuangan utama untuk tujuan pemberian kredit makakecenderungan yang sekarang terjadi adalah memandang neraca tersebut sebagai rantai penghubung proses pengukuran laba periodik. Akibat mementingkan kemampuan menghasilkan laba ini timbullah gejala dan praktik untuk memisahkan beberapa data penting yang dianggap tidak berakibat dengan kemampuan menghasilkan laba periodik dengan harapan pemakai laporan keuangan tidak akan tersesat dalam menilai perusahaan. Beberapa data penting ini biasanya lalu disajikan di bawahjudul "penyesuaian terhadap laba ditahan." Laporan perubahan laba ditahan yang semula merupakan penghubung antara laporan rugi-Iaba dan neraca cenderung menjadi laporan khusus (analisis laba ditahan) yang memuat pos-pos yang dianggap dapat menyesatkan kalau digabung dalam laporan rugi-laba.
1)
Konsep atau pendekatan yang melandasi penyusunan laporan keuangan komprehensif sering disebut dengan all-inclusive income approach atau clean surplus income approach. Konsep yang melandasi penyusunan taporan keuangan rutin yang menekankan laba normal dalam suatu periode disebut dengan current perfomance income approach.
283
Laporan Rugi-Laba Komprehensif dan Normal Ada dua pendapat mengenai permasalahan di atas. Di satu pihak ada pendapat bahwa membatasi laporan rugi-Iaba hanya menyajikan biaya dan pendapatan yang normal (recurring) akan mendorong disembunyikannya faktor yang mempengaruhi laba yang kadangkadang sangat material.Pendapatinimendukungpenyusunanlaporanrugi-Iabakomprehensif. Di lain pihak, terdapat pendapat yang menyatakan bahwa :analisis laba ditahan" (analysis of surplus) yang disajikan bersama-sama dengan laporan rugi-Iaba dan neraca adalah lebih bersifat menjelaskan daripada mengaburkan dan bahwa menggabungkan "penyesuai" laba ditahan ke dalam laporan rugi-Iabajustru akan cenderung mengaburkan gambaran "earning power" yang normal. Pendukung laporan komprehensif tidak mendasarkan pendapatnya atas alasan mempertahankan tradisi. Mereka berpendapat bahwa ada hal yang sangat mendasar dalam kaitannya dengan masalah akuntansi di sini yaitu pelaporan yang efektif hasil pengurusan kekayaan yang diserahkan sepenuhnya kepada manajemen. Pemisahan kedua jenis hasil (laba) akan cenderung mengalihkan pusat perhatian pembaca laporan secara tidak semestinya ke laba normal dan dengan demikian secara tidak sadar mengurangi perhatian pembaca akan keefektifan manajemen secarakeseluruhan. Misalnya saja, kalau laba normal yang dilaporkan dalam laporan rugi-Iabasudah memuaskan, maka pembaca laporan mungkin akan melalaikan sarnasekali artipentingnyasuatupenghapusan (write-off)fasilitasfisikyang sudahketinggalan jaman sebelum waktunya dihentikan yang langsung dibebankan ke laba ditahan. Pembaca mungkin kelewatan untuk menanyakan apakah laba yang dilaporkan pada tahun-tahun sebelumnya memang sudah benar kalau manajemen cukup jeli dalam kasus ini. Dalam kaitannya dengan masalah ini jelaslah bahwa pemecahan yang paling memberikan manfaat adalah membaca serangkaian laporan rugi-Iaba peri ode-peri ode sebelumnya yang penyajiannya lengkap (termasuk untung/rugi luar biasa). Argumentasi
Atas Dasar Konsepsi Penggunaan
Aktiva
Dari segi akuntansi, bahan yang dikelola oleh manajemen dalam suatu perusahaan sebenarnya adalah aktiva, namun demikian ada berbagai cara untuk mengelola atau menggunakan aktiva tersebut. Penggunaan aktiva yang utama adalah untuk menghasilkan barang atau jasa yang dengan proses penjualan akan mendatangkan laba. Dalam kaitannya dengan penggunaan ini aktiva atau sumber ekonomik akan berkurang dengan terjadinya kos produksi, biaya dan rugi dan akan bertambah dengan tetjadinya pendapatan, laba dan untung luar biasa. Penggunaan aktiva yang kedua adalah untuk dijadikanjaminan kontrak utang atau pendanaan dan untuk alat pelunasan kontrak tersebut. Dalam kaitannya dengan penggunaan ini aktiva akan berkurang dengan dibayarnya utang dan dikembalikannya modal dan akan bertambah dengan adanya pinjaman baru atau investasi modal baru. Perubahan aktiva yang bersangkutan dengan penggunaan utama aktiva mencerminkan transaksi pemanfaatan aktiva (assets utilization). Transaksi yang menyebabkan perubahan ini disebut transaksi operasi yaitu transaksi yang dilaksanakan untuk tujuan pendayagunaan sumberekonomik (forproductive effect). Perubahan aktiva yang berkaitan dengan penggunaan
284
yang kedua adalah timbul dari transaksi modal yaitu transaksik yang dilaksanakan untuk tujuan memperoleh sumberdana atau pendanaan (formfinancial effect). Jadi, harus dibedakan perubahan aktiva akibat transaksi modal dan transaksi operasi. Laporan rugi-Iabakonvensional atau komprehensif menyajikan semua perubahan aktiva yang berasal dari transaksi operasi. Dalam praktik dew asa ini ada kecenderungan untuk membatasi laporan rugi-Iaba hanya menyajikan sebagian perubahan akibat transaksi operasi ini yaitu yang bersifat rutin dan berulang-ulang. Ini berarti bahwa dalam beberapa hal perubahan aktiva yang bersifat luar biasa atau tidak rutin telah dikeluarkan dari laporan rugilaba karena anggapan adanya pengaruh pos tersebut yang merugikan (distorting) terhadap eamig power. Pemisahan tersebut mempunyai akibat pembebanan langsung ke laba ditahan perubahan aktiva yang tidak lain sebenamya adalah merupakan transaksi operasi. Dengan melaporkan sebagian perubahan aktiva akibat transaksi operasi dalam laporan rugi-Iaba dan sebaqgian lainnya dalam laporan laba ditahan maka hilangkan manfaat yang dapat diperoleh dari pelaporan yang menggabungkan keduanya dan berkurangnya fungsi laporan rugi-Iaba yang sebenamya. Ini bukan berarti informasi tentang laba normal tidak penting, tetapi usaha untuk mengungkapkan hal tersebut tidakharus menggunakan cara yang malahan dapat menimbulkan salah interpretasi akibat tersembunyinya pos-pos yang mempunyai pengaruh operasi perusahaan dalam jangka panjang. Disamping itu, perlakuan akuntansi terhadap rugi dan untung luar biasa hendaknya tidak didasarkan atas kehendak atau selera pribadi, akan tetapi lebih didasarkan atras pertanyaan tentang apakah berkurang atau bertambahnya aktiva berkaitan dengan transaksi operasi dalam menyelenggarakan perusahaan ataukah berkaitan dengan transaksi modal? Memang ada perbedaan antara biaya dan rugi (expense and loss), dan antara laba dan untung luar bias a (income and special gains) tetapi juga ada kesamaannya (similarities). Bagi pemakai laporan keuangan justru kesamaan karakteristik secara keseluruhan elemen-elemen tersebut akan lebih penting daripada perbedaannya; kemungkinan kesalahan interpretasi akan lebih besar dalam pelaporan yang terpisah dari pada dalam pelaporan komprehensif. Juga bukan jamannya lagi bahwa laporan keuangan harus disusun untuk orang awam yang hanya membaca sambillalu angka pada baris terakhir laporan rugi-Iaba dan tidak lebih dari itu. Yang diperlukan sekarang adalah laporan keuangan yang memungkinkan untuk ditelaah dan dianalis oleh analis yang mempunyai pengetahuan awal tertentu (prior knowledge). Banyak pihak pemakai laporan yang lebih tergantung pada hasil analisis para ahli baik langsung maupun tidak langsung dari pada hasil keputusannya sendiri yang didasarkan atas interpretasi yang naif terhadap laporan keuangan perseroan.
Argumentasi Atas Dasar Konsepsi Kapital Fisik (Capital Assets) Telah dibahas di Bab V bahwa kapital fisik adalah aktiva yang dimiliki perusahaan untuk memproduksi barang. Jenis kapital fisik tertentu sebagai potensi jasa sering dianggap berbeda dengan aktiva lainnya sehingga rugi atau laba yang melekat pada jenis kapital 285
tersebut dapat dilaporkan terpisah dari perubahan aktiva yang berkaitan langsung dengan biaya dan pendapatan pada umumnya. Istilah "kapital fisik" (capital assets) tidak dapat dikatakan sebagaisinonimistilahaktivatetap karenaaktiva lancarsebenarnyajuga merupakan "kapital" sebagaimana aktiva tetap dalam arti sebagai barang ekonomik atau sebagai potensi jasa dalam menghasilkan pendapatan. Karena itu rugi yang bersangkutan dengan aktiva tetap tidak berbeda dengan rugi yang menyebabkan berkurangnya akrtiva lancar. Lagipula, tidak ada cukup alasan untuk mengaitkan aktiva tetap dengan kontribusi modal oleh investor karena .jenis aktiva tertentu secara umum tidak dapat ditelusuri dengan pasti asal sumber modalnya. Dengan dasar pertimbangan ini maka tidaklah dapat dibenarkan untuk menggolongkan rugi tertentu sebagai "rugimodal" (capital loss) yang sebenarnya tidak lebih daripada rugi aktiva biasa. Kesimpulan dan Rekomendasi Fluktuasi periodik dalam biaya, pendapatan dan laba bersih tidak dapat dihilangkan atau diratakan atas dasar kehendak manajemen walaupun sampai tingkat tertentu fluktuasi tersebut dapat diantisipasi oleh manajemen yang tajam dalam melihat masa depan. Apapun jadinya, setelah apa yang diantisipasikan menjadi kenyataan maka manajemen hanya dapat mengharapkan untuk dapat berbuat lebih baik di masa mendatang. Namun demikian kebijakan pada mas a yang lalu harns tetap ditunjukkan denganjelas. Oleh karena investor dan para penasehatnya harns menggantungkan diri pada laporan keuangan, maka mereka harns diyakinkan bahwa serangkaian laporan rugi-Iaba periode-periode yang lalu dapat mengungkapkan seluruh kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva (the administration of assets) yang dipercayakan kepadanya dan bahwa kebijakan mas a yang lalu yang ternyat akeliru setelah adanya fakta yang barn dan relevan akan diakui secara jujur dan pengarnhnya akan dilaporkan denganjelas di laporan rugi-Iaba dan bukannya disembunyikan sebagai penyesuai laba ditahan. Sikap dan perlakuan yang dapat diambil dalam hal ini adalah bahwa semua faktor penentu dalam pengukuran laba periodik dalam arti luas yaitu termasuk faktor luar biasa dan tidak rutin harns dilaporkan dalam laporan rugi-Iaba sebelum hasil bersihnya dipindahkan ke kelompok modal pemegang saham dalam neraca. SUSUNAN LAPORAN RUGI-LABA Bentuk dan susunan laporan rugi-Iaba komprehensifyang rinei tidak perlu diatur dalam standar akuntansi karena teknik penyajian dan konsep pengungkapan yangjelas sudah cukup dapat menjamin adanya susunan laporan yang memuaskan. Namun demikian pedoman yang perlu diberikan adalah bahwa laporan keuangan harns mempunyai dua bagian (sections) sebab kalau tidak demikian perbedaan antara pos-pos rutin (recurring) dan luar biasa (nonrecurring) tidak dapat dilaporkan dengan jelas.
286
Bagian Pos-pos Rutin Bagaimanapun susunan dalam tiap bagian, bagian ini harus melaporkan pos-pos rutin sebagai berikut: pendapatan kotor dari penjualan barang atau penyerahan jasa; elemen kos dan biaya yang dapat dibebankan, termasuk depresiasi, amortisasi dan deplesi aktiva yang dapat dibebankan; bunga yang diperhitungkan atas utang, termasuk amortisasi diskonto; pajak atas laba dan pajak penghasilan; kenaikan atau penurunan aktiva yang berasal dari transaksi periode bersangkutan yang sifatnya normal dan berulang-ulang tapi tidak berkaitan dengan operasi (produksi) dalam arti sempit. Bagian ini tentu saja akan dikelompokkan lagi untuk memisahkan biaya dan laba operasi dengan pengurang (deductions) atau untung, laba atau penambahan (income) lainnya. Sebagai contoh biaya bunga dan pajak penghasilan, pengurang ini sifatnya berulang-ulang terjadi tetapi dari sudut kegiatan produksi perusahaan bukanlah merupakan biaya (upaya untuk menghasilkan barang atau jasa ekonomik) yang diharapkan akan menimbulkan pendapatan dari penjualan barang dan jasa tersebut. Bagian Pos-pos Tidak Rutin Bagian ini harus mengungkapkan dengan cukup terinci pos-pos sebagai berikut : jumlah rupiah penyesuaian debit atau kredit terhadap laba yang luar biasa sifatnya, termasuk penyesuaian luar biasa yang seharusnya dibebankan pada tahun-tahun yang lalu tetapi baru terungkap pada periode berjalan; rugi, untung atau amortisasi luar biasa yang tidak berkaitan dengan operasi periode berjalan; untung atau rugi yang berasal dari pelunasan utang dengan jumlah rupiah di atas atau di bawah jumlah rupiah yang tercatat (nilai buku); dan pos-pos lain dengan sifat yang sarna dengan yang disebut di atas. Standar pelaporan seperti dia tas ditujukkan untuk penyajian dalam laporan keuangan bukannya untuk sistem pencatatan atau pembukuan. Namun demikian teknik pembukuan juga berpengaruh terhadap penyajian. Mungkikn hal yang menyebabkan timbulnya laporan analisis laba ditahan adalah adanya anggapan bahwa memindahkan semua biaya dan pendapatan serta rugidanuntung dalam saturekening rugi-Iaba(incomesummary) merupakan praktik pembukuan yang tidak baik. Kalau hal ini benar maka pemecahannya adalah menyediakan rekening rugi-Iaba rutin (income account) untuk tempat menutup rekeningrekening nominal yang rutin dan rekening rugi-laba luar biasa (loss and gain account) untuk tempat menutup rekening-rekening nominal yang luar biasa. Sistem buku besar semacam itu tidak saja mempermudah untuk menyusun laporan rugi-Iaba komprehensif juga merupakan 287
dasar untuk menyusunlaporan rugi-laba yang berisi dua bagian (two-sectionsincome statement). URUTAN PENYERAPAN RUGI (SEQUENCE OF CHARGES) Berbagai macam "kontrak" antara perseroan dengan para penyedia modal (pemodal) dalam arti luas secara implisit mengakui adanya "urutan perlindungan" dari segi yuridis (legal sequence of protection). Artinya berbagai macam hak atas kekayaan dapat disusun atas dasar urutan siapa dahulu yang memikul rugi atau siapa dahulu yang harus menerima distribusi kekayaan dalam hal terjadi likuidasi.
Urutan Menerima Distribusi Kekayaan Ditinjau dari segi ini maka urutan perlindungan dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Pertama adalah yang paling dijamin posisinya dan harus paling didahulukan di antara pihak-pihak yang lain. Pihak ini biasanya merupakan kreditor "yang diprioritaskan" yaitu: karyawan dengan hak atas gajinya pemerintah dengan hak atas pajak terhutang. 2. Kemudian menyusul pemegang obligasi atau kreditor lain yang haknya dijamin dengan hak sita (liens) atas aktiva tertentu. 3. Berikutnya adalah para kreditor yang tidak dijamin, biasanya ditunjukkan dengan utang usaha atau utang wesel baik jangka pendek maupun jangka panjang. 4. Kemudianpemegangsahamprioritasyangdilindungio1ehlabaditahansebagaipenyangga modal saham. 5. Terakhir adalah pemegang hak atas sisa kekayaan (residual interest) yang harns menanggung lebih dahulu terhadap rugi atau defisit yaitu pemegang saham biasa. Dengan urutan perlindungan seperti di atas, modal saham biasa adalah yang paling akhir dilindungi alias tidak ada perlindungan sarna sekali. Modal saham biasa ini merupakan hak atas kekayaan yang terbuka terhadap risiko dan paling terpengaruh terhadap hasil kegiatan perusahaan, baik hasil yang menguntungkan maupun yang merugikan. Namun demikian dalam perusahaan yang besar yang pemegang saham biasanya berkedudukan seperti kreditor yaitu menyediakan dana tanpa mengurus langsung penggunaan dana tersebut, tentu saja cukup beralasan untuk menganggap bahwa ada semacam "perlindungan" misalnya dalam bentuk prospek perusahaan yang cerah di samping tanggungjawab yang terbatas pada modal yang disetor. Tanpa anggapan ini tentunya akan sedikit yang ters.ediamenjadi pemegang saham biasa. Urutan Menyerap Rugi atau Bebas Pendapatan Dengan mendasarkan diri pada konsepsi operasi perusahaan dalam arti yang luas seperti telah ditekankan dalam bab sebelumnya maka sangatlah beralasan untuk menerima pendapat 288
bahwa secara umum kos yang telah dikorbankan (expired) akan diserap melalui aliran pendapatan kotor dan hanyha dalam keadaan yang sangatkhusus maka kos tersebut dapat diserapkan atau dibebankan ke pos lain (yaitu kelompok modal pemegang saham). Jadi urutan penyerapan beban pendapatan dan rugi dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Pendapatan kotor. 2. Laba bersih. Hal ini akan terjadi apabila kos yang dibebankan diinterpretasikan sebagai rugi daripada sebagai pengurang pendapatan (cost of revenue). 3. Laba ditahan. Hal ini hanya dapat dilakukan apabila laba bersih periode berjalan tidak cukup untuk menyerap suatu rugi tertentu atau rugi luar biasa. Dalam hal ini laporanrugilaba komprehensif tetap diperlukan. 4. Premium modal saham. Bagian modal ini baru dapat menyerap rugi kalau laba ditahan dan cadangan laba ditahan (surplus reserve) telah habis untuk menyangga suatu rugi. Dengan kata lain, modal saham harus tetap dijaga keutuhannya sampai premium modal saham benar-benar telah habis. 5. Modal saham. Bila keutuhan modal yuridis telah terpengaruh secara cukup besar (substantial) maka mungkin diperlukan kebijakan untuk melakukan reorganisasi atau bahkan likuidasi perusahaan. Tentu saja urutan penyerapan rugi seperti di atas semata-mata merupakan asumsi atau tradisi dan bukan merupakan standar itu sendiri. Hal ini didasarkan pada pikiran bahwa pada umumnya dana yang ditanamkan menjadi kekayaan perusahaan akan lebur menjadi begitu lumatnya dalam satu kesatuan aktiva sehingga sebenarnya tidak mungkin lagi mengaitkan rugi terhadap laba bersioh, laba ditahan atau modal. Walaupun demikian atas dasar sifat pendanaan (financing) dan operasi perusahaan itu sendiri serta atas dasar penekanan konsep kontinuitas maka cukuplah menjadi alasan kuat untuk menganggap bahwa modal setoran adalah bagian terakhir (residual) dalam kaitannya dengan penyerapan rugi dalam kelompok modal pemegang saham. Maksud penempatan laba bersih di atas laba ditahan untuk menyerap rugi nampaknya tidak cukup mempunyai alasan tetapi perlakuan ini dapat didukung dengan alasan sebagai standar akuntansi yang mencegah kecenderungan manajemen untuk melaporkan rugi secara terpisah dari laporan rugi-laba dan langsung membebankan ke kelompok modal pemegang saham. Dengan demikian standar tersebut akan menyuburkan praktik penyusunan laporan rugi-laba yang lengkap (komprehensif). Dalam keadaan apapun akan merupakan praktik yang baik bila semua rugi dimasukkan dalam laporan rugi-laba tahun teIjadinya atau tahun dapat diakuinya rugi tersebut. Dengan dasar pikiran yang serupa, semua untung luar biasa (selain yang timbul akibat transaksi saham perusahaan sendiri) harus dimasukkan sebagai unsur dalam mengukur laba bersih sebelum dipindahkan ke laba ditahan. Kalaulaba luar biasa langsung ditambahkan ke laba ditahan ada kelemahan bahwa pengaruhnya terhadap laba akan terlewatkan. Lebih tidak memusatkan lagi kalau laba tersebut langsung ditambahkan ke premium modal saham. 289
Kalau memang penggunaan penyisihan laba diperlukan, hendaknya penyisihan laba tersebut dibentuk hanya dengan penyisihan sejumlah tertentu laba yang memang telah dilaporkan dalam laporan rugi-Iaba untuk tujuan khusus, dan kemudian ditambahkan lagi ke laba ditahan. Laba ditahan yang bebas dan penyisihan harus tetap ditotal. Kalau memang dikehendaki untuk mengubah laba menjadi modal maka hal tersebut hanya dapat dilakukan melalui proses kapitalisasi resmi yang contoh utamanya adalah penerbitan dividen saham (stock dividen). PEMBEDAAN LABA DITAHAN DAN MODAL SETORAN Laba ditahan pada dasarnya adalah terbentuk dari akumulasi laba yang dipindahkan dari rekening rugi-Iaba. .Begitu transfer dari laba ke laba ditahan telah dilakukan maka sebenarnya saldo laba tersebu telah dinyatakan menjadi elemen modal pemegang saham yang sah. Ini berarti bahwa laba ditahan tidak dapat dihubungkan secara khusus dengan tambahan aktiva barn yang timbul akibat proses operasi perusahaan. Seperti juga modal, laba ditahan menunjukkan sejumlah hak atas seluruh jumlah rupiah aktiva bukan hak atas jenis aktiva tertentu. Dengan demikian untuk mengukur seluruh hak pemegang saham atas aktiva, laba ditahan harns digabungkan (ditambahkan) dengan modal setoran. Pembedaan antara dua bagian elemen modal pemegang saham sarna-sarna pentingnya dengan pengungkapan kesamaannya dan setiap perlakuan yang cenderung mengaburkan batas pemisah antara keduanya merupakan suatu penyimpangan dari standar akuntansi yang sehat. Dari segi pengelolaan keuangan (financial administration), khususnya dalam kaitan dengan pengukuran "earning power", laba ditahan sebaiknya tidak dikacaukan dengan modal setoran baik dengan cara memindahkan laba ditahan ke modal setoran atau sebaliknya. Pembedaan inijuga penting ditinjau dari segi yuridis yang menganggap bahwa modal setoran adalah sebagai pengukur dana dasar (basic fund) yang ditanamkan ke perusahaan dan hanya dapat ditarik kembali dalam likuidasi atau dalam keadaan luar biasa lainnya; sedang laba ditahan adalahjumlah rupiah yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian dividen.
Premium Modal Saham Ada perkembangan yang kurang menguntungkan dalam peraturan hukum dan permodalan perseroan yaitu kecenderungan untuk merinci secara berlebihan struktur yang sebenarnya sederhana. Peraturan ini adalah yang menentukan bahwa saham harns mempunyai nilai nominal atau nilai minimum untuk menunjukkan hak yuridis. Modal yuridis merupakan jumlah rupiah "minimal"yang harus dibayarkan investor sehinggamembentuk modal yuridis (legal capital). Kelbihan di atas nilai minimal ini sering dimasukkan sebagai "laba ditahan". Praktik memperlakukan sebagian penjualan saham sebagai laba ditahan akan mengaburkan batas pemisah antara modal setoran di satu pihak dan laba ditahan di lain pihak sehingga mengacaukan penyajian modal pemegang saham dalam neraca. Perlu diingat bahwa perseroan merupakan kesatuan usaha amaupun kesatuan hukum. Sifat ganda ini menjadikan akuntansi mempunyai fungsi ganda pula yaitu menyajikan data ekonomik sekaligus mencerminkan aspek yuridis yang sebenarnya. Kesukaran yang utama 290
dalam hnubungan ini adalah masalah pelaporan modal karena dalam hal ini konsep kesatuan usaha dan konsep hukum adalah sangat berbeda. Dari segi hukum ada tendensi untuk memandang modal sebagai jumlah rupiah tertentu yuang menjadi batas penarikan kembali dana yang ditanamkan oleh pemegang saham. Kebutuhan perusahaan tidak akan cukup terpenuhi kalau terminologi dan penyajian laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh konsep dan pertimbangan yuridis. Kenyataan menunjukkan bahwa penggunaan laporan perseroan untuk kepentingan pengelolaan dan keuangan adalah lebih sering dibandingkan untuk kepentingan yuridis dan bahwa penggunaan yang lebih sering harus lebih menentukan bentuk penyajian daripada penggunaan yang hanya kadang-kadang (insidental). Tapi ini tidak berarti mengurangi arti penting laporan dari sudut pandang yuridis. Dengan demikian modal saham yuridis (legal capital) dapat disajikan sebagai suatu rincian di bawahjudul total modal setoran. Di samping itu, neraca menjadi kurangjelas kalau e1emen-elemenmodal setoran dipisahkan tetapi tidak ditunjukkan totalnya. Seperti yang sering terjadi, kesalahan ini menjadi sangat mencolok kalau sebagian jumlah rupiah modal setoran diberi sebutan "surplus setoran" (paid-in surplus) karena istilah surplus memberi kesan kepada kebanyakan pembaca mempunyai arti sebagai laba ditahan. Akan lebih informatifkalau diberi sebutan "modal bebas" (unrestricted capital) daripada istilah "surplus setoran". Telah disebutkan di atas bahwa transfer dari modal setoran ke laba ditahan tanpa alasan yang kuat adalah penyimpangan dari standar yang sehat. Ini berarti bahwa modal tidak dapat digunakan sebagai sumber laba ditahan. Demikianjuga tidak sebagianpun darijumlah rupiah laba ditahan dapat dimasukkan sebagai modal setoran kecuali jumlah rupiah tersebut telah diubah menjadi modal dengan proseskapitalisasi yuridis. Sekali lagi, kesimpulan yangjelas adalah bahwa standar akuntansi yang sehat menghendaki garis pemisah yang tegas antar amodal yang disetor ke perseroan oleh pemegang saham dan laba ditahan yang diakumulasi oleh perusahaan sebagai akibat pengelolaan dana (aktiva) yang efektif dan menguntungkan. Reorganisasi atau Penggabungan Usaha (Merger) Masalah khusus akan timbul dalam penggabungan usaha yaitu tentang status laba ditahan masing-masing perusahaan sebelum penggabungan. Apakah laba ditahan masing-masing perusahaan yang bergabung tetap dipertahankan seperti sedia kala dalam rekening perseroan yang baru? Laba ditahan suatu perusahaan hanyalah mengukur akumulasi laba perusahaan itu sendiri bukan akumulasi laba perusahaan gabungan yang baru atau penggantinya. Penggabunganyang nyata,yaitupeleburanduaperusahaanatau lebihmenjadisatuperusahaan, sarna saja dengan pendirian perusahaan baru dan perusahaan baru tentunya tidak akan mempunyai laba ditahan sebelum mulai beroperasi. Di lain pihak, sering kali terjadi kasus reorganisasiyang sifatnya formalitassajasehinggatidakcukujp beralasanuantuk menganggap ada perubahan identitas tiap perusahaan yang cukup berarti. Kalau demikian, laba ditahan dapat tetap dilanjutkan pelaporannya.
291
PERINCIAN DAN PENGKLASIFIKASIAN LABA DITAHAN Berbagai dasar diusulkan untuk merinci laba ditahan. Yang menjadi masalah apakah rincian yang diajukan tersebut benar-benar bermanfaat (meaningful) kalau ditinjau dari pemakai laporan keuangan umum.
Atas Dasar Sumber Dengan dasar ini, laba ditahan dapat dirinci menjadi laba ditahan yang berasal dari operasi normal atau rutin dan yang berasal dari laba luar biasa. Seperti telah dibahas sebelumnya, pembedaan antara kedua sumber laba ditahan tersebut memang dapat dipertajam. Namun demikian tidak cukup beralasan untuk memecah kembalijumlah rupiah bersih laba periodik atas dasar klasifikasi sumber bilamana laporan rugi laba telah memuat semua faktor yang menentukan laba bersih (rugi, untung luar biasa, bunga, pajak dan mungkinjuga dividen) dan laba bersih ini telah ditransfer ke laba ditahan menjadi bagian dari modal pemegang saham. Atas Dasar Tujuan Penggunaan Klasifikasi ini mendasarkan pada tujuan penggunaan laba ditahan sebagaimana ditunjukkan oleh komponen aktiva. Jadi, dalam bentuk aktiva apa jumlah rupiah laba ditahan terikat. Tetapi dalam hal ini akan dijumpai suatu kesulitan seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa jumlah rupiah laba ditahan tidak dapat diidentifikasi atas dasar ke jenis aktiva apa jumlah rupiah tersebut terikat; dengan kata lain, sepertijuga modal, laba ditahan terikat dalam aktiva secara keseluruhan. Ini berarti bahwa setiap bentuk klasifikasi laba ditahan atas dasar untuk apa jumlah rupiah laba ditahan digunakan dalam perusahaan adalah bersifat hipotetis belaka, tidak berdasar sarna sekali. Dalam hal tertentu mungkin ada petunjuk sehingga dapat dikatakan bahwa laba ditahan terikat dalam aktiva lancar. Misalnya saja, kalau dalam suatu periode terjadi kenaikan (pertambahan) modal kerja neto dan tidak terjadi transaksi lain kecuali transaksi operasi yang menimbulkan laba dalam periode tersebut maka akan cukup beralasanlah untuk mengatakan bahwa laba ditahan pada saat itu tertanam dalam tambahan modal kerja. Dalam kasus tertentu pula keadaan'mungkin sedemikian sehingga mendukung pendapat bahwajumlah rupiah laba ditahan terikat dalam aktiva lancar tertentu seperti kas atau suratsurat berharga. Sejalan dengan pikiran tersebut, kalau terjadi tambahan fasilitas fisik yang tidak diimbangi dengan terjadinya pinajman baru, modal baru atau berkurangnya modal kerja maka cukup beralasanlah untuk menyatakan bahwa laba telah tertanam dalam aktiva tetap. Analisis pelengkap untuk menunjukkan hal-hal tersebut sering sangat bermanfaat untuk menjelaskan aliran sumber dan penggunaan dana perusahaan dan kebijaksanaan dividen yang konservatif. Namun demikian bersamaan dengan hal itu jangan dilupakan bahwa laba ditahan pada dasarnya tidak lebih daripada sebagai bagian hak pemegang saham atas dana yang tertanam dalam seluruh aktiva sebagai kesatuan. Sebagai cara menjelaskan apakah wujud aktiva yang berasal dari dana laba ditahan, laporan sumber dan penggunaan dana atau bentuk laporan tambahan yang sesuai lainnya akan lebih memuaskan 292
dari pada rincian resmi dalam laba ditahan dengan sebutan khusus "cadangan" ataupun "penyisihan. " Dalam kasus tertentu,penyisihan labaditahan dapat dibenarkan yaitu apabilaperusahaan telah membeli sahamnya sendiri yang beredar sehingga dapat dikatakan bahwa dana (kas) yang dianggap berkaitan dengan laba ditahan telah benar-benar digunakan dan dapat diidentifikasi langsung dengan laba ditahan. Penyisihan laba ditahan sebagaicadangankhusus akancenderung memberikangambaran yang menyesatkan kepada pembaca laporan pada umumnya. Istilah "cadangan" memberi kesan kepada banyak orang sebagai dana kas atau semacamnya yang disisihkan (dihimpun) untuk tujuan khusus. Pada kenyataannya dalam hal cadangan laba ini, biasanya tidak ada dana (kas dan aktiva lainnya) yang benar-beam dipisahkan yang jumlahnya sarna dengan jumlah "cadangan" laba ditahan yang dibentuk dan bahkan kadang-kadang tidak pernah atau akan tetjadi investasi atau pengeluaran dana seperti yang dimaksudkan atau disebutkan dengan nama cadangan laba ditahan tersebut. Meskipun ada keberatan terhadap perincian laba ditahan seperti disebut di atas, dalam kebanyakan hal masih cukup mungkin untuk membagi laba ditahan menjadi dua bagian pokok yaitu bagian yang secara implisit terikat dalam modal kerja neto dan bagian yang secara implisit melekat dalam aktiva tetap. Pemecahan seperti itu tentu saja memerlukan modifikasi atau penyesuaian dari tahun ke tahun atas dasar perbandingan atau hubungan yang ada pada tiap tahun antara kedua bagian tersebut. Jadi, laba ditahan yang seakan-akan diinvestasikan dalam aktiva tetap akan dipindahkan ke laba ditahan yang seakan-akan diinvestasikan dalam modal kerja bersamaan dengan depresiasi aktiva tetap tersebut. Tentu saja harus dianggap bahwa dana yang berasal dari pendapatan sebesar rupiah yang dapat dipakai untuk menutup depresiasi bersangkutan tetap dipertahankan dalam bentuk aktiva Iancar. Namun demikian, masih diragukan manfaat penyajian seperti ini. Penyisihan dan Kebijakan Dividen Sangatlah mungkin bahwa klasifikasi laba ditahan yang tepat akan membantu pemegang saham auntuk memaklumi bahwa meskipun dividen telah diumumkan atas dasar laba ditahan yang tersedia, pada kenyataannya dividen tersebut harus dibayar dengan kas. Dengan demikian, dengan adanya laba ditahan tidak dengan sendirinya menjamin bahwa dividen akan atau dapat dibayarkan. Contoh yang sangat populer adalah bahwa banyak perseroan Amerika yang mampu membayar dividen selama periode depresi pada awalawal tahun tigapuluhan karena adanya akumulasi laba selama periode ledakan kegiatan ekonomi pada tahun-tahun duapuluhan. Jadi sebenarnya tidak benar untuk beranggapan bahwa dividen yang dibayar pada periode berjalan adalah berasal dari laba yang diperoleh pada periode berjalan pula.
293
Kesimpulan dan Rekomendasi Standar akuntansi tidak memerlukan adanya klasifikasi (atau kapitalisasi informal) laba ditahan, tetapijuga tidak menolak adanya klasifikasi tersebut asalkan totallaba ditahan tetap dilaporkan dengan benar dan nama-nama judul rincian tidak menyesatkan. Hal yang khusus diragukan kelayakannya adalah praktik penyisihan laba ditahan dengan nama khusus yang dimaksudkan untuk menunjukkan kemungkinan adanya sejumlah rugi atau untuk menunjukkan kemampuan perseroan untuk menghadapi ketidakpastian (contingency). Pada dasamya totaljumlah rupiah laba ditahan dapat dipandang sebagai penyangga atau cadangan umum (general purpose) dan dalam hubungan ini sangat sedikitlah manfaat yang dapat diperoleh dengan merincinya menjadi bagian-bagian dengan nama atau judul apapun, apalagijudul yang dibuat-buat (fancy). Kalau terdapat suatu tuntutan ganti rugi atau klaim yang suatu saat memang harus dipenuhi maka jumlah rupiahnya (bila perlu ditaksir) harus ditunjukkan sebagai utang. Kalau ketidikpastian tersebut tidak lebih dari sekedar kemungkinan dan khususnya apabila jumlah rupiah kerugiannya tidak dapat ditentukan maka suatu catatan kaki karena cenderung lebih informatif daripada penyisihan laba ditahan. Bagaimanapun, suatu cadangan laba ditahan untuk menutup kemungkinan kerugian di masa mendatang hendaknya tidak dilaporkan dengan cara yang dapat mengaburkan karakteristik cadangan tersebut yang sebenamya tidak berbeda dengan laba ditahan yang tidak disisihkan. Proses penyisihan laba ditahan dan penggabungan kembali penyisihan tersebut (yang sebenamya juga laba ditahan) ke laba ditahan umum hendaknya tidak dicampuradukkan dengan proses akuntansiuntuk pengukuranlaba danoleh karena itutidakboleh mempengaruhi laporan rugi-Iaba. Hal yang perlu ditegaskan lagi adalah bahwa cadangan laba ditahan harus dibedakan secara tegas dengan "cadangan" utang, rekening "cadangan" (akumulasi) depresiasi dan rekening-rekening cadangan lainnya sebagai kontra terhadap kos aktiva atau utang. Bilamana laba ditahan telah dikonversi menjadi modal saham melalui proses deklarasi dividen saham atau proses lain yang semacam maka praktik yang umum adalah melaporkan jumlah rupiah yang dikapitalisasi sesudah dividen saham tersebut sebagai modal saham. Namun demikian akan lebih informatif dalam hal ini kalau jumlah rupiah kapitalisasi laba ditahan ditunjukkan dalam neraca periode-periode berikutnya dengan catatan kaki atau cara lain. KOREKSI Kesulitan dalam memecah kos menjadi biaya dan bagian yang ditunda pembebanannya pada akhir periode membuka kemungkinan untuk melakukan koreksi di kemudian hari terhadap aktiva dan laba yang sebelumnya telah dilaporkan. Jadi mi~alnya saja terbukti bahwa nilai buku aktiva dilaporkan terlalu rendah dan perhitungan laba pada masa yang lalujuga menjadi terlalu rendah ditinjau dari segi fakta yang sekarang diperoleh. Demikianjuga kalau terbukti bahwa beban depresiasi telah ditentukan terlalu kecil sehingga akumulasi depresiasi kemungkinan tidak mencapai jumlah rupiah yang dapat menutup kos aktiva pada saat diberhentikan maka ini berarti bahwa saldo aktiva telah dilaporkan terlalu besar pula. Yang 294
manapun dari situasi di atas,suatu penyesuaian diperlukan segera setelah cukup terbukti bahwa kesalahan telah terjadi. Tidak seperti nasi yang telah menjadi bubur, kalau laba suatu periode telah ditentukan atas asar fakta yang obyektif pada waktu itu maka tidak berarti bahwa laba tersebut tidak dapat diperbaiki bila terbukti ada kesalahan. Kenyataan bahwa rekening-rekening biaya dan pendapatan pada tahun-tahun yang lalu telah ditutup sesuai dengan praktik pembukuan pada umumnya tidaklah menutup kemungkinan untuk merevisi kembali angka-angka laba yang telah dilaporkan sebelumnya dan untuk melaporkan koreksi yang temyata diperlukan dengan adanya fakta bam di kemudian hari. Permasalahannya adalah: bagaimanakah koreksi terebut dilaporkan? Yangjelas ada dua pandangan tentang masalah ini yaitu bahwa koreksi laba merupakan penyesuai laba ditahan dan bahwa koreksi laba merupakan elemen laporan rugi-Iaba. Koreksi Sebagai Penyesuai Laba Ditahan Menurut pandangan ini penyesuaian yang diperlukan terhadap laba yang pemah dilaporkan hams dilakukan langsung terhadap rekening laba ditahan untuk semua kasus kecuali untuk koreksi-koreksi yang jumlahnya tidak terlalu besar (material) sehingga tidak mengganggu pelaporan laba normal. Ini berarti koreksi tidak nampak dalarplaporan rugi-Iaba. Metode ini dapat diterima dari sudut pandang neraca saja dan tidak mengganggu kenormalan atau keutuhan (integrity) laporan-Iaporan rugi-Iaba berikutnya. Di lain pihak prosedur ini tidak memuaskan dalam hal bahwa riwayat laba yang pemah dilaporkan menjadi tidak lengkap dan besar kemungkinan dapat menyesatkan. Koreksi Sebagai Elemen Laporan Rugi-Laba P&L mendukung perlakuan ini. Dengan alasan bahwa laporan rugi-Iaba kumulatif yang didasarkan atas laporan-Iaporan terdahulu harus menunjukkan total laba (atau rugi) komprehensif sepanjang riwayat perusahaan sampai tanggal sekarang, maka kalau koreksi langsungdilakukan dalam rekening laba ditahan tanpa ada petunjuk atau penjelasan apapun dalam laporan rugi-Iaba, laporan-Iaporan rugi-Iaba yang pemah diterbitkan tidak dapat memberikangambaranyangmenyeluruhtentangkemampuanperusahaandalammenghasilkan laba. Prinsip penyesuaian langsung ke laba ditahan membuka kemungkinan untuk menimbulkan prosedur yang mengaburkan atau menyembunyikan pengaruh rugi atau untung luar biasa dengan akibat timbulnya salah tafsir pada pihak pemegang saham atau pihak lain yang berkepentingan. Laporan rugi-Iaba hams melaporkan laba seperti apa adanya termasuk rugi atau laba akibat koreksi. Melaporkan Koreksi Dalam Laporan Rugi-Laba Pengamh koreksi dapat ditunjukkan dalam laporanrugi-Iabakomprehensif sebagaipenambah atau pengurang (modifier) angka laba bersih atau angka manapun yang akhimya toh akan ditambahkan ke (atau dikurangkan terhadap) laba ditahan. Letak yang tepat penyesuaian 295
koreksi tidaklah merupakan masalah yang penting asalkan ada pengungkapan yang jelas tentang hal tersebutdalam laporanrugi-Iaba.Tentu sajatidak dikehendakiuntuk memasukkan pengaruh koreksidalam klasifikasi pendapatan operasi atau biaya operasi berjalan (periode sekarang) karena jumlah rupiah koreksi semata-mata berkaitan dengan perhitungan laba dalam periode-periode sebelumnya. Oleh karena penekanan yang diletakkan pada laba perseroan dewasa ini sebagai bukti pengukur baik terhadap kemajuan atau presasi maupun nilai (worth) perusahaan, tolok ukur kemampuanmenghasilkanlabasangatlahdiperlukan.Dengandemikianakansangatmembantu dalam hal ini untuk memasukkan dalam laporanrugi-Iabatahunan tidakhanya pengukur hasil (laba) periode berjalan yang setepat-tepatnya tetapi juga pengukur koreksi laba laporan terdahulu setepat-tepatnya. Melaporkan koreksi atas dasar fakta yang ditemukan kemudian sarna sekali tidak berarti tidak mempercayai atau menghargai perhitungan sebelumnya. Akuntan tidaklah lebih dari manajemen yang dapat diharapkan melihat dengan pasti apa yang akan terjadi di masa mendatang. Juga tidak perlu diadakan revisi rekening nominal yang telah ditutup dan juga tidak perlu menyusun kembali laporan keuangan periode-periode yang lalu dengan revisi yang menyeluruh. Satu-satunya pemecahan dalam hal ini adalah adanya keyakinan bahwa perhitungan laba bersih tahunan bukanlah harga mati (closed book) dan adanya pengakuan terhadap fungsi ganda laporan rugi-Iabayang lengkap yaitu melaporkan laba normal dan laba luar biasa. Dengan dasar pikiran ini, teknik dan prosedur akuntansi untuk memperlakukan pengaruh koreksi dalam laporan rugi-Iaba menjadi mudah dan logis. Koreksi yang berkaitan dengan penggunaan aktiva (utilization of assets) dalam periodeperiode yang lalu dengan alasan apapun hendaknya dipisahkan dengan premium modal saham. Premium modal saham merupakan elemen modal setoran dan kalau pemisahan antarmodal setoran dan modal operasi (laba) harus tetap dipertahankan maka tidaklah tepat untuk menggunakan modal setoran untuk menyerap koreksi atas laba yang pemah dilaporkan kecuali kalau: (1) laba bersih tahun berjalan dan laba ditahan telah habis, (2) penyesuaianyang mempengaruhimodalsetorantersebutmendapatpersetujuanpemegang saham, (3) laba ditahan yang diakumulasi setelah penyesuaian modal tersebut diberi tanggal, artinya labaditahan yang dilaporkankemudiandiperoleh dari operasisetelah penyesuaian tersebut. Sangatlah tidak tepat memperlakukan koreksi dengan cara menggabungkan semua penyesuaian dalam suatu daftar atau laporan perubahan laba ditahan yang terpisah. Prosedur seperti itu cenderung mengacaukan koreksi laba yang pemah dilaporkan dengan penyesuaian modal yang tidak ada sangkut pautnya dengan proses penggunaan aktiva dan dengan demikian tidak berkaitan dengan pengukuran laba. Bilamana laba untuk suatu periode atau serangkaian periode-periode temyata telah dilaporkan secara salah atau tidak teliti sampai tingkat yang mengharuskan perlunya 296
dilakukan revisi menyeluruh, maka timbul pendapat bahwa paling tidak satu laporan keuangan yang diterbitkan setelah revisi tersebut harus dilengkapi dengan seluruh rangkaian laporan yang telah dikoreksi. Perlakuan semacam ini sebenarnya tidak perlu karena koreksikoreksi pada umumnya dapat dilakukan dengan cara yang sederhana seperti telah diuraikan di atas.
PENYERAPAN DEFISIT Suatu defisit atau laba ditahan negatif akan terjadi apabila total kos yang dibebankan sampai tanggal tertentu (termasuk rugi) melebihi total pendapatan sampai tanggal tertentu tersbut, dan defisit tersebut mempengaruhi keutuhan modal setoran karena penyangga berupa laba ditahan tidak ada atau tidak cukup untuk menyerap defisit. Namun demikian standar akuntansi tidak menghendaki penyerapan defisit tersebut dengan segera langsung ke rekening modal setoran. Perlakuan yang paling tepat adalah menjadikan defisit sebagai suatu kontra (offset) terhadap modal setoran. Dengan perlakuan se~acam ini maka pengaruhnya terhadap pelaporan adalah adanya pengungkapan yangjela kepada pihak yang berkepentingan tentang jumlah rupiah modal setoran mula-mula (original capital) dan sejauh mana keutuhan modal setoran tersebut dipengaruhi oleh rugi. Perlakuan seperti itu juga mengisyaratkan bahwa manajemen mengharapkan untuk dapat menutup defisit tersebut dengan laba yang akan diperoleh pada periode berikutnya, suatu keadaan yang biasanya memang diharapkan dalam hal ini. Kalau konsep keuntuhan modal harus diikuti dengan konsekuen maka diperlukan adanya akumulasi laba yang cukup untuk menyerap defisit sebelum dapat dilakukan distribusi laba (dividen) kepada pemegang saham dari laba periode berjalan. Akan tetapi dalam hal ini peraturan hukum perseroan modem memberikan keleluasaan untuk menyerap defisit dengan modal setoran. Kalau premium modal saham telah dibentuk sebelumnya dengan cara penerbitan saham di atas nilai nominal, dengan cara penyisihan sebagianjumlah rupiah hasil penjualan saham tanpa nilai nominal (nopar stock),a tau dengan cara lainnya maka tidak ada keberatan terhadap pembebanan langsung defisit tersebut terhadap premium atau surplus setoran terebut. Kalau surplus setoran sudah tiak cukup untuk menyerap defisit maka biasanya dimungkinkan untuk menyediakan "surplus" yang diinginkan dengan cara mengurangi jumlah modal saham yuridis. Konversi secara yurudis dari modal yurudis ke premium atau surplus adalah merupakan persoalan yang sederhana kalau saham yang beredar adalah jenis yang bemilai nominal (par value stock). Yang perlu diperhatikan adalah bahwa bila ingin mengikuti standar akuntansi yang sehat maka premium modal saham tidak akan dikompensasikan terhadap rugi sebelum laba bersih dan laba ditahan telah habis. Mungkin sekali terdapatkeadaankhusus yang memberikankesempatankepadaperseroan untuk menjadikan perusahaan seperti baru berdiri (''freshstart"). Misalnya saja terjadi bahwa suatu perseroan mempunyai suatu investasi pabrik di luar negeri yang menjadi rugi total akibat perkembangan politik yang buruk dan tidak ada lagi harapan bagi perseroan tersebut untuk berusaha melanjutkan operasi pabrik di luar negeri tersebut dikemudian hari. Dalam situasi seperti ini tidaklah menyimpang bagi perusahan untuk menyesuaikan modal guna 297
menyerap rugi tersebut (tentu saja dengan anggapan bahwa laba ditahan tidak cukup untuk menutup rugi). Tindakan seperti itu menempatkan perusahaan dalam posisi untuk membayar dividen dari laba periode mendatang yang diperoleh dari operasi dalam negeri tanpaharns memulihkan dahulu modal yang berkurang akibat rugi usaha di luar negeri. Pemulihan modal tidak diperlukan lagi mengingat kegitan usaha memang sudah berkurang atau lebih sempit. Di lain pihak, dari sudut pandang administrasi dan pelaporan keuangan, tidaklah dapat diterima praktik penyerapan penghapusan kos fasilitas fisik melalui modal baik langsung maupun tidak langsung khususnya kalau tujuan utamanya adalah untuk mengurangi biaya operasi dan menjadikan laba periode-periode berikutnya nampak lebih baik. Kalau suatu rugi dapat ditentukan secara meyakinkan maka rugi tersebut harns diakui seperti apa adanya; tetapi kalau rugi tersebut semata-mata hanya merupakan pengurangan atau pengerutan (shrinkage) aktiva yang semata-mata ditaksir dan belum terealisasi, pengakuan secara nyata atau eksplisit (yaitu dicatat dalam pembukuan) tidak diperlukan bahkan tidak selayaknya. Pengurangan modal saham yuridis menunjukkan adanya reorganisasi semu (quasireorganization) secara informal dan hal ini merupakan syarat untuk beroperasi dengan wajah barn (a new start). Dengan kata lain penyusunan kembali modal untuk menyerap suatu defisit mempunyai akibat menempatkan perusahaan dalam posisi yag agak sarnadengan perusahaan yang baru saja berdiri. Karena itu, seperti perseroan barn, perusahaan dengan rekening modal yang telah direvisi tersebut harns memberi tanggal bahwa laba ditahan yang diakumulasi adalah labaditahan yang diperoleh setelah tanggal reorganisasi. Jadi,harns adapengungkapan yangjelas tentang adanya penyesuaian tersebut dalam laporan keuangan periode berikutnya dan harus selalu disebutkan juga dalam laporan-Iaporan keuangan yang akan datang tentang penyesuaian tersebut. Bahkan meskipun pembebanan kerugian ke modal dalam kondisi tertentu dapat diterima, harus tetap dipegang standar bahwa rugi apapun tidak dapat dibebankan ke modal apabila tersedia laba ditahan. Ketentuan ini harus tetap diperhatikan bahkan dalam kasus-kasus terjadinya rugi yang berasal atau akibat dari transaksi modal. Pengaruh Defisit Terhadap Kreditor Setiap defisit akan mengurangi batas perlindungan (margin ofprotection) yang sebelumnya dinikmatiolehkreditorperseroan dantingkatpenguranganiniakanmenjadimakinberpengarnh kalau defisit semakin besar. Kalau laba ditahan jumlahnya cukup untuk menyerap rugi tertentu maka tidak akan timbul defisit ditinjau dari segi neraca meskipun posisi kreditor menjadi kurang dijamin dibandingkand engan posisi sebelum terjadinya rugi. Kalau rugi melebihi laba ditahan jaminan kreditor mula-mula yang berupa investasi pemegang saham menjadi berkurang. Kalau sebagian investasi pemegang saham telah disisihkan sebagai surplus setoran (paid-in surplus) dan "surplus" ini cukup untuk menyerap sisa rugi, maka jaminan penyangga bagi kreditor toh terpengaruh juga walaupun mungkin dapat dianggap bahwa kreditor telah diberitahu sebelumnya tentang kemungkinan ini dengan ditimbulkannya surplus setoran. Kalau modal saham yuridis harus dikurangi untuk membentuk surplus setoran yang cukup untuk menyerap defisit maja jelaslah ada pengerutan elemen total 298
jaminan penyangga mula-mula (original margin) yang menjadi dasar utama kepercayaan kreditor dalam menanamkan dananya. Proses pengurangan modal saham yuridis untuk menyerap defisit akan mendekatkan posisi perusahaan pada garis batas yang menandai timbulnya hak kreditor yaitu hak yang berkaitan dengan kesulitan keuangan (insolvency) debitor. Arti pentingnya proses terorganiasi informal ini akan sangat berpengaruh terhadap kreditor bilamana ada petunjuk bahwa defisit secara berangsur-angsur menjadikan jaminan penyangga bagi kreditor habis. Dalam menghadapi situasi semacam ini kreditorjelas tidak akan mendukung penyerapan rugi melalui surplus setoran dan modal saham yuridis sementara laba ditahan yang masih tersedia dibiarkan tetap utuh. Perlakuan penyerapan rugi semacam itu mungkin dapat menimbulkan distribusi aktiva sebagaidividen padahal sebenarnyaaktivatersebut merupakan jaminan bagi kreditor untuk pinjaman yang idtanamkan dalam perusahaan atau tepatnya dapat terjadi pengumuman dividen dengan membebankannya terhadap modal. Dengan revisi modal seperti di atas tidak dengan sendirinya merugikan kreditor. Seperti juga pemegang saham kreditor akan lebih dirugikan oleh adanya rugi daripada oleh fleksibilitas penyesuaian modal. Tetapi yangjelas adalah bahwa dengan cara pengungkapan yang bagaimanapun, membiarkan laba ditahan tetap utuh sementara itu menyerap rugi dengna modal setoran adalah merupakan penyajian yang keliru terhadap semua pihak yang berkepentingan. MEMPERTAHANKANRIWAYATMODALSETORAN Rekening atau rekening-rekening tempat mencatat jumlah rupiah modal setoran tidak menunjukkan secara khusus tujuan penggunaan jumlah rupiah tersebut. Jadi tidak seperti rekening-rekening tempat mencatat jumlah rupiah aktiva atau faktor-faktor kos dalam berbagai tahapan perlakuan. Rekening-rekening modal tersebu thanyalah menunjukkan hak atau kesepakatan (commitments) atas dana yang ditanamkan pihak di luar perseroan. Karena itu perubahan dalam rekening ini dibatasi hanya untuk transaksi antara perseroan dengan pihak luar tersebut yaitu investor atau penyedia modal. Transaksi tersebut biasanya mempengaruhi aktiva maupun modal yaitu aktiva akan diperoleh pada proses penanaman modal dan aktiva akan dilepaskan pada proses penarikan modal atau likuidasi. Walaupun demikian, perubahan dalam aktiva yang berkaitan denan transaksi modal adalah terpisah dan sangat berbeda dengan perolehan atau pelepasan aktiva yang terjadi karena transaksi operasi dalam rangka menc~pai tujuan perseroan. Jadi berlaku ketentuan bahwa perubahan karena transaksi modal tersebut hendaknya tidak dikaitkan dengan perhitungan dan pelaporan laba, dengan kata lain rekening rugi-Iaba hendaknya tidak didebit atau dikredit dengan jumlah rupiah yang berasal dari penyesuaian modal atau dari transksi yang melibatkan rekening modal perseroan. Hal di atas merupakan standar akuntansiyang sehat karena informasi yang tercatat dalam rekening rugi-Iaba untuk disampaikan kepada setiap pembaca melalui laporan rugi-Iaba adalah informasi tentang hasil yang diperoleh dari penggabungan berbagai faktor kos yang berkaitan dengan kegiatan operasi perusahaan. Informasi ini akan terkacaukan dan bahkan 299
disalahartikan kalau didalamnya termasuk elemen yang timbul akibat transaksi modal. Bahkan dalam pengertian operasi yang paling luaspun proses memperoleh dana (modal) atau penyesuaian kontrak modal dengan berbagai pihak bukanlah merupakan kegiatan operasi. Memang modal merupakan hal yang perlu ada dulu atau merupakan pelengkap keberhasilan operasi tetapi tidak lalu berarti modal tersebut dapat dikaitkan dengan kegiatan yang diperlukan untuk melaksanakan tujuan ekonomik perusahaan. Perubahan modal yang utama timbul dalam hubungan dengan penerbitan saham baru, rekapitaliasi, kontribusi tambahan (assessments) atau donasi dari investor, dividen likuidasi, penarikan saham yang beredar, penarikan kembali saham yang beredar tanpa likuidasi resmi, Perubahan semacam itu sarna sekali tidak bersangkut paut dengan pengukuran laba dan sebagai ketentuan umum hendaknya tidak dilaporkan dalam laporan rugi-Iaba. Perubahan tersebut terutama merupakan perubahan neraca dan karenanya harus diperlakukan sesuai dengan sifatnya yang demikian. Bila perlu untuk tujuan pengungkapan atau penjelasan yang memadai perubahan tersebut dapat disusun dan dilaporkan dalam bentuk daftar khusus. Untung atau Rugi dalam Penarikan Saham Sebagaimana telah dinyatakan dalam pembahasan sebelumnya, sangatlah dikehendaki adanya pembedaan yang tegas antara modal setoran dan "modal" operasi dalam bentuk akumulasi laba sebagai hasil penggunaan atau pengelolaan aktiva. Akan tetpai menganut dasar pikiran ini tidak berarti bahwa "untung" (gains) yang berasal dari transaksi saham perseroan sendiri setelah tanggal penerbitan di pisahkan dari laba ditahan. Untung semacam itu lebih bertalian secara erat dengan laba ditahan dan karenanya harus dilaporkan sebagai elemen laba ditahan. Sebaliknya,jugaharus diakui bahwabilamana penarikan ataupenebusan saham tertentu oleh perseroan memerlukan pembayaran kepada pemegang saham melebihi kos modal, maka transaksi tersebut sebenarnya merupakan distribusi khusus laba ditahan sebesar kelebihan jumlah rupiah pembayaran tersebut. Perlakuan atas saham yang ditarik kembali harus sejalan denan sifatnya sebagai modal. Kalausahamberangkutandapatditerbitkankembali,sahamdenganjumlah rupiah sebesaryang dibayarkan untuk penarikan kembali tersebut harus diperlakukan sebagaipengurangan modal dan laba ditahan yang tidak dialokasikan (unallocated reduction of capital and surplus) bukannya sebagai suatu aktiva. Kalau saham bersangkutan tidak dapat diterbitkan lagi atau statusnya sebagaisaham yang dilunasi,jumlah rupiah yang dibayarkanharus dibebankanpada rekeningmodalsahamsampaisejumlahyangmula-muladikredit;sisanyakemudiandibebankan ke premium modal saham sampai sejumlah yang tidak melebihi bagian premium yang mulamula dikredit; kalau masih terdapat sisa, kelebihan tersebut harus dibebankan ke laba ditahan. Kalau teIjadi "laba" dalam penebusan saham tersebut maka laba tersebut harus dikredit ke premium modal saham karena laba tersebut pada hakekatnya mempunyaikarakteristik seperti kontribusi modal dalam bentuk donasi atau pembebasan (pengampunan) utang. Pembelian kembali saham beredar oleh perseroan yang menerbitkan saham tersebut sebenarnya berarti penarikan kekayaan yang diinvestasikan oleh pemegang saham bersangkutan. Sebagai akibatnya, struktur modal telah berubah sesuai denganjumlah modal 300
yang ditarik kembali tersebut. Akan tetapi, karena perlakuan akhir terhadap saham yang ditebus kembali tersebut mungkin tidak pasti maka perlu dibuat ketentuan tentang perlakuan sementara terhadap saham yang ditarik kembali tersebut dalam rekening. Di laporan, keterangan yangjelas mengenai status yang akhirnya dipilih untuk saham tersebutjuga harus disertakan. Perlu ditegaskan bahwa laba ditahan baru akan terlibat hanya dalam hal jumlah rupiah untuk pembelian kembali saham perseroan tidak dapat dialokasikan (didebit) sesuai dengan apa yang pernah dikredit sebelumnya. Laba ditahan akan terpengaruh apabila saham ditebus dengan harga di atas kos (jumlah rupiah setoran mula-mula), karena dalam hal ini sebenarnya perseroan telah memberikan semacam sumbangan (donasi) kepada pemegang saham yang bersedia menyerahkan kembali hak atas aktivanya. Ditinjau dari segi penilaian pasar (market valuation) terhadap perusahaan, tidak ada alasan untuk menganggap bahwa baik perseroan (mewakii mereka yang masih memegang saham) maupun pemegang saham yang mengembalikan haknya (yang menyerahkan sahamnya) memperoleh laba efektif, atau menderita rugi efektif dalam transaksi terebut. Kalau harga yang dibayarkan untuk tiap 1embarsaham yang ditarik kembali 1ebihrendah daripada kos saham pada saat penarikan kembali tersebut, maka dapat dianggap bahwa penilaian pasar terhadap perusahaan secara keseluruhan (atas dasar nilai likuidasi pada saat itu) adalah lebih rendah daripadajumlah rupiah yang tercatat untuk aktiva seperti kas, piutang dan kos aktiva lainnya. Penilaian pasar yang hanya berlaku untuk sebagian kecil saham perseroan seperti itu janganlah lalu dijadikan dasar kuat untuk merevisi terhadap jumlah rupiah modal saham yang tercatat. Penilaian pasar seringkali berfluktuasi sangat tajam sebagai akibat keadaan yang sarna sekali tidak berkaitan secara langsung dengan akuntansi perseroan bersangkutan. Sebalikya, kalau harga yang dibayarkan untuk saham yang ditarik kembali lebih tinggi daripada nilai bukunya ini berarti bahwa penilaian pasar pada saat itu memperhitungkan adanya apresiasi aktiva yang tercatat maupun kekayaan tidak berwujud lainnya yang tidak tercatat. Hal ini jangan diartikan bahwa akuntansi perseroan yang mendasarkan diri pada kos historis adalah keliru atau tidak sesuai dengan kenyataan. Untung atau Rugi dalam Penebusan Obligasi Dalam arti luas, penyesuaian modal meliputi pula perubahan aktiva (laba atau rugi) yang berasal dari transaksi antaraperseroan dan pemegang obligasi atau investor lainnya atas dasar kontrak, jadi tidak terbatas hanya pada transksi antara perseroan dan pemegang sahamnya. Dasar pikiran ini akan menjelaskan atau menjawab masalah tentang perlakuan yang tepat terhadap untung atau rugi yang timbul dalam transaksi pembelian atau penebusan kembali obligasi oleh perseroan yang menerbitkannya dengan harga yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada nilai buku utang obligasi yang bersangkutan. Penarikan kembali obligasi yang beredar adalah suatu transaksi yang mempengaruhi perjanjian antara pihak yang menyediakan dana atau pemodal perusahaan; tetapi transaksi ini sangat berbeda dengan transaksi aliran kegiatan operasi dan transaksi penggunaan aktiva yang tersedia. Dengan demikian, nampaknya dapat diterima pandangan bahwa untung 301
(gains)yangberasaldaritransaksitersbutharnsdilaporkansebagaisuatupenyesuaimodal. Jadi untungini dianggapsebagaijumlah rupiahkredityangmenunjukkansemacamsuatu sumbangan (donasi) oleh satu kelompok investor (kreditor) kepada kelompok investor lainnya (pemegangsaham).Namundemikian adakeberatanuntuk dapat menganut pandangan ini. Pembedaan antara pemegang obligasi (yang menunjukkan modalkreditor) dan pemegang saham (yang menunjukkan modal residual) adaah penting sekai ditinjau dari sudut pandang yuridis dan dengan demikian harus dibedakan pula secara tegas perlakuan dan pelaporannya. Jadi penebusan suatu obligasi dengan harga di bawah nilai bukunya menayngkut lebih dari sekedar penyesuaian terhadap total hak pemegang saham; artinya, ada kenaikan yang nyata dalam totalj umlah rupiah hak pemegang saham yang dapat diakui tanpa harns diikuti dengan kontribusi (setoran) tambahan oleh pemegang saham. Dengan dasar pikiran ini, kenaikan hak pemegang saham yang terjadi akibat penebusan utang dengan harga di bawah nilai buku biasanya diperlakukan sebagai laba dan peraturan perpajakan pun (di pemerintah Federal Amerika) menganggap demikian. Sebaliknya, sejalan dengan pikiran di atas, penurunan hak pemegangsahamakibatpelunasanobligasiatauutangjangkapanjang lainnyatidakmempunyai kaitan langsung dengan proses operasi perusahaan dan oleh karena itu harns diperlakukan sebagai rugi tetapi bukan J>enyesuaimodal karena transaksi tersebut tidak bersangkutan dengan pemegang saham, walaupun akhimya mempunyai pengarnh sebagai pengurang modal pemegang saham. Untung atau Rugi Penarikan Saham Prioritas Bilamana saham prioritas yang tidak mengandung hak yang melekat dalam laba ditahan ditarik kembali dengan harga yang lebih besar ataupun lebih kecil daripada nilai bukunya maka ada suatu masalah khusus bila dihubungkan dengan dasar pikiran di atas. Dalam hal ini selisih antara pengeluaran dan nilai buku saham yang ditarik kembali akan mempunyai pengaruh menaikkan atau menurunkan total hak pemegang saham biasanya yang sekarang tercatat. Sesuai dengan ketentuan umum yang disarankan di atas, jumlah rupiah setiap penurunan total hak pemegang saham biasa ini harus dibedakan langsung ke laba ditahan sebagai tambahan pengembalian modal danjumlah rupiah setiap kenaikan harus diambahkan ke modal atau premium modal saham sebagai donasi. KOMENTAR P&L telah membahas berbagai aspek yang menyangkut dua elemen modal pemegang saham yaitu modal setoran dan laba ditahan. Kedua elemen terebut harns dibedakan secara tegas karena karakteristiknya memang berbeda. Keduanya tidak selayaknya dicampuradukkan tanpa alasan yang kuat dan formal. Dengan dasar perbedaan karakteristik kedua elemen tersebut, P&L menjelaskan konsep laba komprehensif. laba komprehensif adalah laba yang harus termuat dalam laporan rugi-Iaba. Laporan rugi-Iaba harus memuat semua perubahan karena transaksi operasi dan karena penggunaan kapital fisik atau aktiva. Dengan dasar perbedaan karakteristik itu juga, P&L menguraikan kedudukan dan pelaporan koreksi sebagai elemen laba komprehensif. Dengan dasar pikiran yang sarna, P&L juga membahas
302
perlakuan terhadap untung atau rugi penarikan saham maupun penebusan utang obligasi. Dengan pendekatan urutan penyerapan rugi, P&L menjelaskan cara mengklasifikasi pos-pos modal setoran dan laba ditahan walaupun pengurutan ini sebenarnya bersifat hipotetis karena tidak mungkin menghubungkan jenis aktiva tertentu dengan jenis modal tertentu. Komentar ini akan membahas lebih lanjut gagasan yang telah dikemukakan oleh P&K dan akan menambah beberapa aspek yang berkaitan dengan modal setoran dan laba ditahan yang merupakan e1emenmodal pemegang saham (stockholders' equities). Modal pemegang saham adalah salah satu hak pemilikan ekuitas perusahaan ditinjau dari sudut pemegang saham (proprietary atau residual equity concept). Ada beberapa konsep sudut pandang lain yang telah dibahas di Bab II dan V, yaitu: konsep kesatuan usaha, kesatuan lembaga sosial dan kesatuan dana. Implikasi masing-masing konsep telah dibahas cukup mendalam di babbab tersebut. Karena adanya asumsi keterpisahan antara manajemen dan investasi, informasi tentang modal pemegang saham menjadi sangat penting karena hal tersebut menunjukkan hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan pemegang saham. Dari sudut pemegangsaham, modal pemegang saham merupakan hak atas kekayaan atau nilai yang tertanam dalam perseroan. Di lain pihak, modal pemegang saham merupakan "utang" perseroan kepada para pemegang saham kalau dipandang dari sudut kesatuan usaha. Karenanya modal pemegang saham dapat juga dipandang sebagai gambaran hubungan yuridis antara perseroan dan pemegang saham. Dengan kedudukannya yang demikian persoalannya adalah bagaimana melaporkan atau menyajikan informasi tentang elemen ini agar bermanfaat bagi para pemakai laporan keuangan. Dengan kata lain, bagaimanakah standar tentang pengertian, pengukuran atau penilaian,pengakuan danpenyajian modalpemegang saham.Karena akuntansimenggunakan pendekatan artikulasi, maka pengertian, pengukuran/penilaian dan pengakuan modal pemegang saham tidak menimbulkan banyak persoalan. Modal pemegang saham merupakan selisih hasil pengukuran aktiva dan utang. Yang menjadi masalah utama kemudian adalah informasi apa saja yang harus diungkapkan dalam pelaporan keuangan tentang modal pemegang saham ini. Pengungkapan informasi modal pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh tujuan penyajian informasi kepada pemakai laporan keuangan. Pada umumnya tujuan pelaporan informasimodalpemegang sahamadalahmenyediakaninformasikepadayangberk,epentingan tentang efisiensidan kepengurusan(stewardship)manajemen.Tujuan lain aalahmenyediakan informasi tentang riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang sekuitas lainnya. Informasi tentang kewajiban yuridis perseroan terhadap para pemegang saham dan pihak lainnya juga merupakan tujuan penyajian modal pemegang saham ini. Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan tentang modal pemegang saham tersebut minimal adalah: (1) sumber modal pemegang saham beserta riwayatnya, (2) peraturan yuridis yang membatasi pembagian dividen dan pengembalian modal setoran kepada pemegang saham, dan (3) prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang ekuitas lainnya.
303
Klasifikasi Atas Dasar Sumber Penyajian modal pemegang saham atas dasar sumber sebenarnya bersifat tradisi karena anggapan bahwa penyajian seperti ini akan memberi informasi tentang riwayat modal sejak berdirinya perseroan. Memang pada umumnya perseroan berdiri dari perusahaan masih kecil yang mendanai operasinya dari sumber internal. Makin besamya perusahaan menjadikan modal pemegang saham berubah tidak hanya dalam jumlahnya tetapi juga dalam komposisi atau sumbernya. Ditinjau dari sumber, ada beberapa komponen yang membentuk modal pemegang saham yaitu: (I) jumlah rupiah yang disetorkan oleh pemegang saham, (2)jumlah rupiah yang timbul akibat apresiasi atau revaluasi aktiva fisik tertentu, (3) laba ditahan yang merupakan sisa laba setelah pembagian dividen, dan (4) jumlah rupiah donasi dari pihak nonpemegang saham. Walaupun secara konvensi struktur akuntansi sekarang telah menyajikan informasi atas dasar sumber yang diharapkan dapat menggambarkan riwayat modal, tujuan penggambaran riwayat modal tidak dapat dipertahankan lagi karena adanya transaksi modal berupa penjualan saham baru, transfer dari satu elemen ke elemen yang lain, transaksi treasury stock dan lainnya. P&L telah membahas bahwa elemen utama modal pemegang saham hanya ada dua yaitu yang berasal dari transaksi modal dan yang berasal dari transaksi operasi. Karena itu jumlah rupiah yang timbul dari donasi atau revaluasi sebenarnya merupakan bagian dari modal setoran (paid-in capital) yang menjadi hak pemegang saham. P&L sendiri sangat menganjurkan untuk mempertahankan riwayat modal pemegang saham akan tetapi yang dimaksud adalah bahwa modal setoran hendaknya tidak dicampurkan dengan modal operasi, artinya harus dipisahkan pengaruh transaksi yang menyebabkan perubahan kedua elemen tersebut dan transfer dari satu elemen ke elemen lainnya dianggap merupakan transaksi yuridis yang penting sehingga tidak dapat dilakukan begitu saja atas kehendak manajemen. Pengungkapan Modal Yuridis (Legal Capital) Modal setoran terdiri atas dua unsur yaitu modal yuridis dan jumlah rupiah kelebihan penyetoran di atas modal yuridis. Biasanya ada aturan yag menetapkan bahwa saham tidak dapat dijual di bawah nilai tertentu yang menjadi batas nilai yuridis sehingga tidak dikenal adanya jumlah rupiah kekurangan penyetoran di bawah modal yuridis (semacam diskonto modal saham). Tujuan adanya modal yuridis ini adalah untuk memberi informasi kepada para pemegang ekuitas lainnya tentang batas perlindungan investasinya. Jadi, walaupun secara akuntansi, yang menganut konsep kesatuan usaha, pemisahan ini tidak mempunyai makna yang cukup berarti, secara yuridis pemisahan ini dianggap cukup penting dan harus diungkapan dalam pelaporan keuangan. Akuntansi menganggap pengungkapan modal yuridis atau pemisahan tersebut tidak penting karena akuntansi lebih menekankan pada jumlah rupiah yang benar-benar disetor pemegang saham sebagai jumlah rupiah kontrak antara perseroan dengan pemegang saham. P&L mendukung konsep dari sudut pandang akuntansi ini. Dalam hal perusahaan berjalan terus, pengungkapan modal yuridis kemudian akan berfungsi semata-mata untuk menunjukkan bats jumlah aktiva yang dapat didistribusi 304
kepada pemegang saham baik dalam bentuk dividen maupun likuidasi modal dan dianggap hal ini memberi informasi terhadap batas perlindungan bagi kreditor. Dalam hal saham bemilai nominal, modal yuridis dapat sarna dengan jumlah yang dikenal dengan nama modal saham (capital stock). Modal saham digunakan untuk menunjuk jumlah rupiah lembar saham dikalikan dengan nominal saham. Modal saham dengan sendirinya akan merupakan modal yuridis yaitu jumlah rupiah yang secara yuridis menjadi hak pemegang saham walaupun dalam transksi pembelian sahamjumlah rupiah yang di~etor/ dibayarkan tidak sebesar modal yuridis tersebut. Modal saham ini juga merupakan batas tanggungjawabpemegang sahamdanbatas kerugianpribadiyang harns ditanggungpemegang saham. Artinya, dalam hal terjadi likuidasipemegang saham tidak dapat menuntut pembagian kekayaan atas dasar modal yang disetor (kecuali ada sisa untuk itu). Sebaliknya dalam hal penjualan aktiva dalam likuidasi tidak dapat menutup seluruh utang perseroan, pemegang saham tidak dapat diminta untuk menutup utang lebih dari modal saham atau modal yang telah disetor. Dengan kata lain pemegang saham tidak punya tanggungjawab pribadi terhadap utang perseroan. Nominal saham sering dianggap bukan merupakan harga efektif saham sehingga secara akuntansi tidak ada makna sarna sekali untuk menentukan nilai nomInal saham. Dalam hal tertentu, nilai nominal saham lebih merupakan alat untuk pemerataan distribusi pemilikan daripada untuk menunjukkan nilai saham itu sendiri. Karena itu saham dapat diterbitkan tanpa nilai nominal (no par stock). Ada dua alasan penerbitan saham tanpa nilai nominal. Pertama, untuk menghindari utang bersyarat dalam hal saham terjual di bawah harga nominal dan kedua, tidak ada hubungan antara nilai nominal dengan harga pasar saham. Namun demikian penerbiatan saham tanpa nilainominal ini dapat menimbulkanpersoalan khususnya dalam hal perusahaan dilikuidasi karena akan sulit untuk menentukan dasar pembagian kekayaan perusahaan. Disamping itu perlindungan bagi kreditor menjadi tidakjelas karena seakan-akan tidak ada batas jumlah rupiah yang dapat dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen dan likuidasi modal. Yang lebih tidak menguntungkan lagi bagi kreditor dan pihak berkepentingan lainnya adalah bahwa saham tanpa nilai pari dijual dengan hargayangsangatrendah semata-matauntuktujuanpenggeseranpemilikanataumempengarnhi harga saham. Karenaitubeberapa negara Gugabeberapanegarabagian diAS) memberlakukan ketentuan bahw perseroan (dewan direksi) menetapkan nilai minimum harga saham dan saham tidak dapat diterbitkan kalau dijual dengan harga di bawah nilai minimum ini. Nilai minimum ini dikenal dengan istilah stated capital atau legal capital (modal yuridis). Walaupun praktik akuntansi pada umumnya memecah modal setoran menjadi modal saham dan premium modal saham, modal saham sebenamya tidak harns menunjukkan modal yuridis karena modal saham dapat berbedajumlahnya dengan modal yuridis. Memang dapat dianggap bahwa modal saham merupakan modal yuridis. Pemisahan semacam itu sematamata merupakan tradisi dan dipengarnhi oleh konsep yang disebut dengan "trust-fundtheory" yang pada prinsipnya menyatakan bahwa harns ada batasjumlah rupiah yang dapat didistrib usi secara yuridis kepada pemegang saham dalam kondisi perusahaan berjalan normal kecuali dalam hal perusahaan dilikuidasi. 305
Modal yuridis dapat diubah sewaktu-waktu tanpa harns menerbitkan saham barn. Modal yuridisjuga dapat berubah dengan adanya transaksi modal. Karena itu kadang-kadang sangat sulit untuk menentukan berapakah modal yuridis perusahaan yang sebenarnya sebagai informasi kepada pihak yang berkepentingan. Karena itu Hendriksen berpendapat bahwa pengungkapan modal yuridis tidak diperlukan kecuali untuk perusahaan yang barn berdiri. Dalam perusahaan besar dan labanya berkembang, modal yuridis biasnaya merupakan sebagian keeil dari total modal pemegan saham. Dalam keadaan seperti ini, jumlah rupiah dividen tahun berjalan dan mas mendatang tidak akan tergantung padajumlah modal yuridis. Justru seluruh modal pemegang saham (termasuk laba ditahan) akan berlaku sebagai perlindungan (buffer) bagi kreditor dan kreditor akan lebih mendasarkan keputusannya pada total sumber eknomi perusahaan, kemampuan memperoleh laba dan kebijakan keuangan perusahaan daripada mendasarkan pada modal yuridis.2)Pendapatan ini sejalan dengan gagasan P&L yang menyatakan bahwa modal setoran merupakan jumlah yang harus dianggap sebagai satu kesatuan dan harus ditotal. Walaupun P&L menyarankan untuk memisahkan modal setoran dengan laba ditahan, P&L menyarankan untuk memisahkan modal setoran dengan laba ditahan, P&L tetap menegaskan bahwa laba ditahan merupakan penyangga umum (generalpurpose buffer) untuk segala kemungkinan rugi hal-hal bersyarat lainnya. Pengungkapan
Pembatasan Pembagian Dividen
P&L menegaskan bahwa laba ditahan merupakan akuntansi laba selama operasi perusahaan dan karena itu seluruh laba ditahan seeara teoretis tersedia untuk dibagikan sebagai dividen. Pemisahan modal setoran dan laba ditahan seeara tegas sebenarnya merupakan pengungkapan informasi umum tentang pembatasan dividen. Sebagai ketentuan umum, dividen tidak dapat dibagikan kalau pembagian tersebut akan menyebabkan jumlah rupiah aktiva bersihperusahaan akan menjadi di bawahjumlah modal setoran. Kalau dividen yan gdibayarkan melebihi laba ditahan atau ada sebagian modal setoran yang didistribusi sebagai dividen maka jumlah rupiah kelebihan atau sebagian modal setoran yang didistribusi tersebut bukan meruPakan dividen biasa tetapi merupakan dividen likuidasi. Dividen likuidasi merupakan pengembalian modal (return of capital) daripada kembalian atas modal (return on capital). Karena itu pengungkapan yang jelas dan tegas perlu disampaikan dalam laporan keuangan. Dari pengertian istilah, laba ditahan berarti laba yang tidak dibagi dalam bentuk dividen dan ini berarti bahwa laba terse but diinvestasi kembali ke dalam perusahaan seeara permanen. Karena itu seeara konseptual (tanpa memperhatikan asalnya), laba ditahan akan merupakan semaeam modal setoran walaupun pemegang saham tidak seeara langsung melakukan setoran tersebut. Gagasan ini didukung oleh kenyataan bahwa (1) dalam perusahaan besar pada umumnya, pembagian dividen tidak didasarkan pada tersedianya laba ditahan tetapi
2)
306
Eldon S. Hendkrisen,
Accounting
Theory (Homewood,
III.: Richard D. Irwin inc., 1982), halo 465.
lebih didasarkan pada pertimbangan atas laba tahun berjalan, laba tahun lalu dividen tahun sebelumnya dan (2) dalam perusahaan yang sudah lama beroperasi, jumlah laba ditahan merupakan porsi yang cukup besar dari seluruh modal pemegang saham bahkan jauh lebih besar dari jumlah modal setoran. Karena itu jarang bahkan tidak ada kebijakan keuangan untukmembagi dividen yang besarnya sarna dengan laba ditahan karena kebijakan tersebut sarna saja dengan melikuidasi modal perseroan. Secara akuntansi, selain dari pemisahan modal setoran dan laba ditahan, memang tidak ada informasi yang menunjukkan pembatasan pembagian dividen karena diasumsikan bahwa laba ditahan tersedia untuk pembagian dividen walaupun tidak semua laba ditahan akan dibagi. Pembatasan atas pembagian dividen justru timbul karena pembatasan yuridis (misalnya ketentuan dalam anggaran dasar), kontraktual (misalnya kontrak utang yang menghendaki currentratio tertentudipertahankan),ataukeuangan (misalnyatidak tersedianya kas yang cukup) untuk melakukan pembayaran dividen dan bukan karena tersedianya laba ditahan itu sendiri. Pembatasan semacam inilah yang menurut standar perlu diungkapkan dalam laporan keuangan dalam bentuk penjelasan. Dengan adanya pembatasan yuridis, kontraktual ataupun keuangan seperti di atas tidak berarti bahwa laba ditahan harus dipecah-pecah sesuai dengan tujuan penggunaannya. Seperti telah dibahas P&L bahwa pemecahan labaditahan atas dasar sumber ataupenggunaan justru dapat menimbulkan kesan yang menyesatkan dan sebenamya pemecahan seperti itu hanya bersifat hipotetis belaka. (Baca kembali subbahasan Perineian dan Pengklasifikasian Laba Ditahan). Pengungkapan Pembatasan Atas Distribusi Kekayaan Dalam Likuidasi Masalah ini menyangkut prioritas para pemegang ekuitas selain pemegang saham residual. Prioritas ini timbul karena perjanjian atau karena anggaran dasar perusahaan atau karena peraturan yuridis.Penyajianpasiva dalamneracaatas dasarurutan waktupelunasansebenarnya merupakan salah satu bentuk pengungkapan prioritas ini. Dari atas, urutan penyajian menunjukkan secara umum urutan prioritas ataspembagian kekayaan dalam likuidasi. Namun demikian tradisi penyajian laba ditahan sesudah modal setoran tidak konsisten dengan urutan ini. Dari bawah, penyajian menunjukkan urutan menanggung kerugian atau penyerapan rugi. Penyajian ini konsisten dengan konsep bahwa laba ditahan merupakan penyangga umum terhadap segala kemungkinan rugi. Namun demikian perlu dicatat bahwa pengungkapan semacam itu hanyalah pendekatan dan bersifat onvensi saja tetapi tidak menggambarkan prioritas yang sesungguhnya. Prioritas yang sesungguhnya akan termuat dalam dokumen kontraktual atau resmi dan informasi ini tentunya harus diungkapkan dengan cara yang lebih informatif melalui penjelasan laporan keuangan. P&L telah membahas masalah ini cukup rinei dalam subbahasan Urutan Penyerapan Rugi. Komentar selanjutnya akan difokuskan pada masalah perubahan modal setoran, perubahan laba ditahan dan laba komprehensi.
307
PERUBAHAN MODALSETORAN Membahas perubahan modal setoran berarti membahas transaksi modal yang berakibat kenaikan atau penurunan modal setoran. Kalau pembahasan di atas ditujukan pada klasifikasi dan penyajian modal pemegang saham termasuk modal setoran, pembahasan di sini akan dititik beratkan pada transaksi yang mempengaruhi modal setoran serta masalah pengukuranl penilaian, pengakuan dan penyajiannya.
Kenaikan Modal Setoran Tujuan utama perekayasaan akuntansi modal setoran ini adalah untuk mencegah memperlakukan kenaikan akibat transaksi modal sebagai laba sehingga timbul kesan adanya jumlah yang tersedia untuk pembagian dividen. Hal yang dapat dinaikkan modal setoran dan permasalahannya dibahas berikut ini. Pemesanan Pembelian Saham (Capital stock subscriptions) Pada umumnya peruahaan telah menetapkan besamya modal saham yang diotorisasi untuk diterbitkan. Dengan adanya otorisasi tersebut perusahaan mempunyai lembar saham yang belum diterbitkan (sering disebut sebagai saham dalam portepel) dan pada saat saham dalam portepel tersebut terjual maka jumlah rupiah yang masuk ke dalam kesatuan usaha akan menjadi modal setoran. Biasanya juga, investor yang berminat membeli saham perusahaan harus memesan (to subscribe) lebih dahulu lembar saham yang akan dibeli dengan harga sesuai dengan kesepakatan pada saat pemesanan. yang menjadi masalah adalah apakah jumlah rupiah saham pesanan tersebut telah dapat diakui sebagai modal setoran? Saham pesanan dapat diakui sebagai modal setoran hanya apabila kedua syarat berikut dipenuhi. (1) Jumlah rupiah yang disepakati dalam pemesanan merupakan klaim yuridis terhadap pemesan dan tidak dapat dibatalkan. Dapat diterimanya pemesanan ini sebagai modal setoran sebenamya sejalan dengan konsep pengakuan utang yaitu bahwa utang hanya dapat diakui kalau ada hak atau klaim yang mengimbangi utang tersebut (disebut unconditional right of offset).3)Klaim untuk menerima uang yang tidak dapat dibatalkan dapat dianggap sebagai unconditional right of offset untuk modal setoran. (2) Perusahaan bemilai untuk menagih pemesanan tersebut dalam periode yang cukup pasti dan tidak terlalu lama. Kalau tidak ada kepastian tentang pelaksanaan transaksi penerbitan maka pemesahan tersebut jelas tidak dapat diakui sebagai modal setoran. Tetapi kalau ada kesanggupan yang sahih untuk menginvestasi dana ke perusahaan dari pihak pemesan dan ada harapan yang cukup pasti bahwa pemesan akan menyetorkanjumlah rupiah pemesahannya pada saat yang dijanjikan maka sebenamya ada cukup alasan untuk mengakui pemesanan tersebut paling tidak sebagai investasi permanen.
3) Ibid, hal. 419-420.
308
Obligasi Berhak-tukar (Conventible Bonds) Seringkali perusahaan menerbitkan obligasi dengan karakteristik bahwa obligasi tersebut dapat ditukarkan dnegan saham biasa atas inisiatif pemegang obligasi dalam periode konversi tertentu. Kalau hak tukar tersebut digunakan (exercised) maka perlakuan dan pengukuran modal saham biasa dapat dilakukan dengan dua dasar yaitu: 1. Nilai buku oblikasi pada saat penukaran (yaitu nominal ditambah sisa premium atau dikurangi sisa diskonto) direklasifikasi menjadi modal saham dan premium atau diskonto modal saham tergantung kasusnya. Dengan demikian tidak ada untung atau rugi yang diakui pada saat transaksi pertukaran tersebut. Esensi transaksi tersebut hanyalah merubah status jumlah rupiah utang menjadi modal pemegang saham. 2. Harga pasar obligasi atau harga pasar saham dikapitalisasi sebagai modal pemegang saham dan selisih antara harga pasar tersebut dengan nilai buku obligasi diperlakukan sebagai untung atau rugi. Pendekatan yang pertama didasarkan pada konsep kesatuan usaha. Dengan konsep ini, kreditor da pemegang saham mempunyai kedudukan yang sarna artinya keduanya dianggap mempunyai hak pemilikan (interest) terhadap perusahaan. Karena itu, pertukaran tersebut tidak mempunyai substansi ekonomik dan oleh karenanya tidak dapat menimbulkan untung atau rugi. Alasan yang lain adalah bahwa pada saat obligasi diterbitkan, semua penerimaan kas dianggap sebagai utang dan tidak dipisahkan jumlah rupiah yang melekat pada obligasi sebagai obligasi biasa dan pada hak tukar. hak tukar dianggap melekat pada obligasi dan karenanya tidak dapat diukur secara pasti nilainya. Karena itu untung atau rugi tidak dapat diukur dengan pembandingan antara harga pasar obligasi dengan nilai buku utang (termasuk nilai hak tukar). Dengan pembandingan semacam itu berarti bahwa dalam untung dan rugi akan terpengaruh oleh nilai buku hak tukar yang melekat pada obligasi. Jadi tidak diakuinya untung dan rugi dilandasi oleh alasan kepraktisan dan objektivitas pengukuran. Pendekatan kedua dilandasi oleh konsep kesatuan pemilik (proprietary concept). Perubahandalampenilaianobligasidianggapmempunyaipengaruhterhadapmodalpemegang saham. Akan tetapi untuk mengukur untung atau rugi dengan tepat, harga pasar harus ditandingkan dengan nilai buku obligasi sebagai obligasi biasa (nilai hak tukar harus ditaksir dan dikeluarkan dari harga pasar). Ini disebabkan harga pasar obligasi berhak tukar tidak relevan untuk ditandingkan dengan nilai buku obligasi karena harga pasar obligasi merefleksikan juga nilai hak tukar obligasi. Saham Prioritas Berhak-tukar (Convertible Preferred Stock) Pengukuranjumlah rupiah yang harus diakui sebagai modal pemegang saham biaya dapat menggunakan pendekatan seperti pada obligasi berhak-tukar. Dengan pendekatan atau metode pertama, nilai nominal saham prioritas plus porsi premiumldiskonto ditransfer ke modal pemegang saham dan premiumldiskonto modal pemegang saham. Tidak ada untung atau rugi yang diakui pada saat konversi tersebut. Ini berarti bahwa julah rupiah yang mula309
mula diterima pada saat menerbitkan saham prioritas dianggap sebagai modal setoran mula-mula. Perlu dicatat bahwajumlah rupiah ini bukan merupakan nilai likuidasi saham prioritas karena nilai likuiasi saham prioritas adalah sebesar nilai nominalnya. Karena itu porsi premium/diskonto juga ikut ditransfer. Kalau porsi premium tidak ditransfer dan semua saham prioritas dikonversi menjadi saham biasa maka akan terjadi kejanggalan karena akan terdapat premium saham prioritas padahal tidak ada saham prioritas yang beredar. Konversi ini semata-mata menandai perubahan status atau hak beberapa golongan pemegangsaham. Metode kedua dapat juga diterapkan. Kalau ada selisih antara harga pasar baik saham biasa maupun saham prioritas, selisih tersebut harns dikompensasi ke atau dari laba ditahan. Metode ini mengisyaratkan diterimanya konsep kesatuan usaha karena laba ditahan dianggap sebagai ekuitas perusahaan sendiri. Ini berarti harga pasr saham biasa tidak merefleksikan hak yang melekat pada laba ditahan sebab kalau dianggap merefleksikan sebagian dari laba ditahan maka terjadi perhitungan ganda dalam laba ditahan. metode ini juga dilandasi oleh pendektan dua-transaksi (two-transactions approach) yaitu konversi dianggap sebagai transaksi penebusan kembali saham prioritas (sehingga sebagian dari harga penebusan dianggap sebagai distribusi laba ditahan) dan transaksi penjualah saham biasa barn dengan harga pasar yang berlaku. Karena hak tukar melekat pada saham prioritas pada waktu diterbitkan, perlakuan konversi sebagai satu transksi akan lebih logis. Argumentasi lain yang mendukung harga pasar sebagai dasar penilaian modal setoran adalahbahwakonversitersebutmempunyaisubstansiekonomiktidaksemata-mataformalitas. Setelah konversi berarti perusahaan menjadi bebas dari kewajiban membayar dividen secara tepat. Ini berarti likuiditas perusahaan bertambah dan akan mengurangi risiko pemegang saham biasa. Penggunaan harga pasar juga konsisten dengan transksi pertukaran untuk potensi jasa yang tidak sejenis yang menggunakan harga pasar sebagai dasarpenentuan kosnya. Dividen Saham dan Pemecahan
Saham (Stock Dividen and Stock Splits)
Pemecahan saham adalah penurunan nominal atau nilai yuridis per lembar saham dengan cara menukar tiap satu lebar saham yang beredar dengan dua atau lebih saham barn yang nilai nominal atau nilai yuridis per lembamya merupakan pecahan dari nilai nominal atau nilai yuridis saham semula. Kalau klasifikasi atas asar sumber harns dipertahankan maka pemecahan saham tidak menimbulkan masalah penilaian karena tidak perlu ada kapitalisasi laba ditahan. Dari sudut pandang perusahaan, yang terjadi adalah lembar saham beredar yang lebih banyak tanpa ada perubahan modal setoran dan laba ditahan sehingga nominal atau nilai yuridis per lembar saham akan turun. Perusahaan tidak perlu melakukan penjurnalan apapun dan cukup mengungkapkan informasi dalam penjelasan laporan keuangan. Tetapi kalau kenaikan lembar saham tersebut disertai dengan kenaikan jumlah rupiah modal setoran atau tanpa penurunan nominal per lembar saham maka pemecahan saham tersebut melibatkan adanya dividen saham. Jadi kalau pemegang saham mendapatkan tambahan lembar saham sebanyak 100% padahal total modal pemegang saham (pemilikan) atau nilai nominal per lembar saham
310
tidak berubah maka dapat dikatakan bahwa pemecahan saham dilakukan dalam bentuk dividen saham. Kalau klasifikasi atas dasar sumber modal pemegang saham tidak akan dipertahankan maka pembagian dividen saham akan menimbulkan masalah penilaian dan pengungkapan yang memadai. Penilaian untuk menentukan kapitalisasi laba ditahan dapat menggunakan dasar nominallnilai yuridis saham atau harga pasar saham atau dasar lainnya tergantung pada karakteristik atau tujuan pembagian dividen saham. Karakteristik dividen saham. Karakteristik dividen saham adalahbaha dividen ini bukan merupakan pendapatan/laba bagi penerimanya, ada berbagai alasan dapat dikemukakan bahwa dividen saham bukan merupakan laba bagi penerima. Dari sudut pandang kesatuan usaha, dividen saham bukan merupakan pembagian laba karena tidak ada penurunan aktiva perusahaan atau kenaikan utang perusahaan. kalau dividen kas jelas merupakan laba bagi penerima karena ada penurunan aktiva berupa transfer kas ke pemegang saham. Dividen saham dapat menjadi pendapatan atau laba setelah ada penurunan aktiva peerusahaan yang bersangkutan dengan dividen saham tersebut, misalnya penebusan kembali saham atau pembagian dividen kas atas saham yang berasal dari dividen saham. Hal ini mengisyaratkan bahwa dividen saham bukan merupakan laba atau pendapatan karena bagi pemegang saham nilai dividen saham tersebut belum terealisasi. Atas dasar konsep kesatuan usaha, laba ditahan dapat dipandang sebagai bagian dari modal pemegang saham. Kalau perusahaan memperoleh laba maka modal pemegang saham juga akan naik denganjumlah yang sarna.Ini berarti kemakmuran pemegang sahamjuga naik (biasanya ditandai dengan naiknya harga saham di pasar modal). Karena itu, dividen saham atau dividen kas bukan merupakan pendapatan/laba bagi pemegang saham karena pada saat dividen tersebut dibagikan kemakmuran pemegang saham tidak bertambah. Dividen kas hanya berfungsi sebagai konfirmasi bahwa kemakmuran pemegang saham benar-benar telah naik secara objektif. Kalau laba ditahan dianggapsebagai ekuitas perusahaan sendiri, ekuitas pemegang saham hanya terdiri atas modal setoran. Karena itu dengan pandangan ini dividen saham dan dividen kas merupakan pendapatan/laba bagi pemegang saham karena mereka memperoleh sesuatu yang sebelumnya tidak dipunyai. Dividen saham akan menaikkan modal setoran dengan cara transfer dari ekuitas perusahaan ke ekuitas pemegang saham. Dari sudut pandang kesatuan pemilik, dividen saham bukan merupakan laba bagi penerimanya. Alasannya adalah bahwa laba perseroan juga merupakan laba pemilik karena itu dividen kas dianggap sebagai pengambilan atau prive oleh pemilik dari sesuatu yang memang sudah menjadi haknya sehingga tidak ada tambahan kemakmurannya. Dividen saham juga bukan merupakan laba tetapi sekedar reklasifikasi modal. Kapitalisasi sebesar nilai nominal atau nilai yuridis. Kalau tujuan penyajian informasi modal pemegang saham adalah untuk menunjukkan modal yuridis maka kapitalisasi dividen sahamharuslah hanya sebesarnilainominal atauyuridisnya.Jumlahini sebesarnyamerupakan jumlah minimal yang harus dikapitalisasi untuk memenuhi ketentuan yuridis. Alasan 311
pendukung kapitalisasi hanya sebesar nilai yuridis adalah bahwa dividen saham bukan merupakan pendapatan dan mengkapitalisasi sebesar harga pasar memberi kesan bahwa dividen tersebut merupakan pendapatan yang direinvestasi ke dalam perusahaan. Alasan lain yang dianggap cukup kuat adalah bahwa harga pasar menggambarkan harga seluruh ekuitas pemegang saham (modal setoran dan laba ditahan). Jadi sangat tidak logis mentransfer jumlah yang merefleksikan elemen modal setoran dan laba ditahanke modal setoran itu sendiri. Kapitalisasi sebesar harga pasar saham. Alasan yang mendukung dasar kapitalisasi ini adalah bahwa transaksi dividen saham dianggap terdiri atas dua transksi yaitu pembagian dividen kas dan penerbitan saham baru dengan harga sebesar dividen kas tersebut. Karena itu dividen saham akan mengurangi laba ditahan sebesar harga pasar saham dan reinvestasi akan menyebabkan modal setoran akan naik denganjumlah yang sarna. Alasan lain adalah bahwa kos dividen saham adalah kos kesempatan penjualan saham baru ke pasar. Artinya besarnya kapitalisasi adalah sebesar jumlah rupiah seandainya saham baru dijual di pasar dan tidak dibagikan sebagai dividen saham. Kritikan terhadap argumentasi ini adalah bahwa keduanya didasarkan pada kejadian yang memang tidak terjadi. Hak Beli Saham (Stock Rights) Hak untuk membelisahampada penerbiatan sahambarubiasanya diberikankepada pemegang saham lama untuk tujuan mempertahankan pemilikan pemegang saham lama. Hak beli saham biasanya umumya tidak lama dan harga beli saham dengan hak beli tersebut biasanya lebih rendah dari harga pasar saham bersangkutan. karena itu hak beli saham sering dianggap mempunyai harga pasar dan karena itu ada pendapat bahwa hak beli saham tersebut dikapitalisasi. Harga pasar hak beli saham ini adalah sebesar selisih harga pasar saham dengan harga yang harus dibayar pemegang saham yang mempunyai hak beli saham. Hendriksen berpendapat bahwa kapitalisasi hak beli saham menjadi modal setoran adalah tidak logis karena memang tidak ada sumber ekonomik yang disetorkan oleh pemegang liaham.4)
Opsi Saham (Stock Options) Opsi saham adalah semacam kontrak yang memberi hak kepada karyawan perusahaan (termasuk manajer atau pimpinan) untuk membeli saham perusahaan dalam jangka waktu tertentu dengan harga yang tertentu pula. Opsi saham ini biasanya digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan loyalitas karyawan dengan menjadikan mereka pemilik perusahaan dan untuk menambah penghasilan karyawan (sebagaikompensasi tambahan). Banyaknya lembar
4) Ibid., haJ.482
312
saham yang dapat dibeli dan harga opsi dapat ditentukan pada saat hak opsi diberikan atau dapat digantung pada beberapa kejadian di masa mendatang seperti pertumbuhan perusahaan dan perubahan harga saham. Masalah akuntansi yang berkaitan dengan opsi saham tersebut adalah(I) apakahmanfaatyang didapatoleh karyawandari opsi sahammerupakankompensasi tambahan, (2) kalau merupakan kompensasi tambahan, bagaimana mengukur kompensasi tersebut, dan (3) kapan dalam periode mana tambahan kompensasi tersebut dapat diakui sebagai biaya. Ada pendapat yang menytakan bahwa opsi saham bukan merupakan kompensasi tambahan. Opsi saham seringkali ditawarkan bukan untuk tujuan kompensasi tetapi untuk meningkatkan status karyawan sebagaipemilik perusahaan dan untuk membantu perusahaan menambah dana.Jadi program opsi sahamyang memangtidakdimaksudkanuntuk menambah penghasilan karyawan tidak dapat dikatagori sebagai kompensasi tambahan dan diakui sebagai biaya. Pendapqat lain menyatakan bahwa opsi saham pada dasmya mengandung unsur kompensasi tambahan kepada karyawan. Manfaat yang diperoleh karyawan dari mengambil (to exercie) opsi, atau membeli saham, dengan harga opsi yang lebih rendah dari harga pasar saham bersangkutan merupakan elemen kompensasi, kalau elemen tersebut dapat diukur dengan cukup teliti. Dengan demikian manfaat tersebut dapat diakui sebagai biaya dalam menghitung laba baik dalam periode opsi saham diberikan atau dalam periode manfaat tersebut telah terealisasi.
.
Tujuan yang terkandung dalam program opsi saham memang sulit untuk dijadikan dasar untuk menentukan apakah opsi saham besifat kompensasi atau nonkompensasi. Karena itu perlu ada kriteria yang dijadikan dasar untuk menentukan. Opsi saham dapat dikatagori sebagai nonkompensasi kalau semua karakteristik opsi saham berikut dipenuhi: (1) Hampir seluruh karyawan penuh (full-time) yang memenuhi kualifikasijabatan terbatas boleh berpartisipasi dalam opsi saham. (2) Karyawan mempunyai hak membeli saham dalam jumlah yang sarna atau menurut perbandingan gaji. (3) Jangka waktu opsi terbatas atau tidak terlalu lama. (4) Harga opsi tidak terlalu rendah dibandingkan dengan harga pasar saham atau harga yang ditawarkan kepada pihak lain.S) Harurs diasumsi pula bahwa pemberian hak opsi tersbut tidak mempunyai kosekuensi bagi karyawanuntukmelaksanakan kewajibanataupekerjaantambahan.Pada umumnya,kalau opsi saham tersebut nonkompensasi, harga opsi ditentukan sarna dengan harga pasar saham pada saat opsi saham diberikan. Dengan demikian pada saat tersebut karyawan dianggap tidak menerima manfaat atau penghasilan tambahan karena karyawan akan membayar
5) Ibid., hal. 483. Lihat juga APSD No. 25 (1972).
313
jumlah yang sarnadenganjumlah yang harus dibayar nonkaryawan untuk saham bersangkutan di pasar saham. Kalau karyawan ternyata memperoleh manfaat karena harga opsi ternyat alebih rendah daripada harga pasar pada saat opsi saham diambil (exercised), manfaat tersebut dapat dipandang sebagai untung karena spekuasi karyawan dan bukan sebagai penghasilan tambahan karena jasa yang diberikan oleh karyawan. Pada saat opsi saham ditawarkan, tidak ada tambahan modal setoran. pada saat opsi saham diambil, modal setoran akan bertambah sebesar harga opsi dan pada saat itu seakan-akan perusahaan menjual dan ' menerbitkan saham barn. Kalau program opsi saham tidak memenuhi kriteria untuk opsi saham nonkompensasi, tentunya opsi saham tersebut merupakan opsi saham kompensasi. Misalnya saja, opsi saham ditawarkan hanya pada para eksekutif tertentu. Kalau banyaknya lembar saham dan harga opsi sudah diketahui pada saat opsi ditawarkan maka kompensasi dapat diakui dan diukur pada saat itu atas dasar selisih harga pasar dari harga opsi. Akan tetapi kalau lembar saham dan harga opsi tergantung pada hal-hal yang akan terjadi di masa mendatang, kompensasi yang diperhitungkan dan diakui sebagai biaya biasanya adalah selisih harga opsi dan harga pasar pada tanggal pengukuran (measurement date). Tanggal pengukuran pengukuran akan ditentukan berdasarkan tanggal diketahuinya informasi berikut yang lebih dahulu (1) banyaknya saham yang dapat dibeli oleh karyawan dan (2) harga opsi atau beli saham. Tidak berarti bahwa karyawan harus mengambil opsi pada tanggal tersebut. Alasan pengukuran biay apada saat opsi ditawarkan atau pada tang gal alternatif di atas qdalah: (a) Pada tanggal tersebut kompensasi dapat ditentukan dengan cukup pasti baik bagi peruahaan maupun karyawan. (b) Harga pada tang gal tersebut dapat dianggap merupakan harga kesepakatan bagi kedua belah pihak sehingga jumlah rupiahnya objektif. (c) Selisih harga pada tanggap penawaran opsi dapat dianggap sebagai kos untuk mencapai tujuan penerbitan opsi. (d) Keputusan untuk mengambil opsi saham ada ditangan karyawan, karena itu perubahan harga saham bukan merupakan kos bagi peruahaan. Ada berbagai alternatif pengukuran lain dan tanggal pengakuannya, akan tetai pembahasan mengenai hal tersebut adalah diluar konteks pembahasan modal setoran ini.6)
Kupon Saham (Stock Warrants) Perusahaan dapat juga menjual hak beli saham kepada nonpemegang saham dengan menjual kupon pembelian saham. Pemegang kupon saham dapat membeli sejumlah lembar saham dengan mengembalikan kupon saham tersebut dan membayar sejumlah uang kas tertentu. Kupon saham ini berbeda dengan hak beli saham dan opsi saham dalam beberapa aspek yaitu: (I) kupon saham dijual/diterbitkan kepada pihak yang bukan pemegang saham atau karyawan
6) Untuk mempelajari lebih lanjuttentang hal ini, baca Ibid., hat.484-487 dan untuk memahami konsep opsi, baca misalnya James C. Van Horne, Financial Management and Policy (Englewood Cliffs, N.J.: PranticeHall, 1986), Chapter 4.
314
perusahaan, dan seringkali hal ini menjadi syarat bagi pembeli, (2) kupon saham dijual tunai, dan (3) total harga pembelian saham (harga kupon plus tambahan kas) biasanya me1ebihi harga pasar aham pada saat kupon diteribtkan/dijual. Karena ada aliran masuk dana, jumlah rupiah yang diterima dari penjualan kupon saham dapat dikatagori sebagai modal setoran. Persoalan teoretis yang timbul biasanya menyangkut kupon saham yang dijual sebagai "bonus" atau "penyedap" penjualan surat berharga lain misalnya obligasi atau saham prioritas. Misalnya setipa pembelian satu atau beberapa 1embarobligasi atau s~hamprioritas akan mendapatkan satu lembar kupon saham. Persoalannya adalah apakah jumlah rupiah yangditerima perusahaan dialokasi seluruhnya ke obligasi atau saham prioritas besangkutan, atau sebagian dialokasi ke kupon saham. Keputusan tentang hal ini akan mempengaruhi klasifikasi modal setoran. Yang mendukung alokasi atau pemisahan berargumentasi bahwa sekuritas dan kupon saham mempunyai nilai yang terpisah karena terjadinya nilai berasal dari sumber yang berbeda. Nilai pasar obligasi atau saham prioritas terbentuk dari kekuatan pasar yang berkaitan dengan tingkat bunga. Nilai pasar kupon saham terbentuk dari persepsi tentang kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Sedangkan yang menolak alokasi mendasarkan argumentasinya pada objektivitas penentuan nilai karena pada umumnya harga pasar masing-masing sekuritas tersebut tidak tersedia dipasar. Jadi dapat dikatakan pula bahwa argumentasi untuk menolak alokasi adalah kepraktisan. Pertimbangan tentang alokasi biasanya didasarkan atas karakteristik kupon saham tersebut, yaitu apakah bersifat lepas (detachable) atau melekat (nondetachable) pada sekuritas yang bersangkutan. Kalau obligasi atau saham prioritas diterbitkan dengan kupon saham lepas, pemegang/pembeli pada dasamya mempunyai dua macam sekuritas. Tindakan yang bersangkutan dengan salah satu jenis sekuritas adalah independen terhadap tindakan yang berkaitan dengan sekuritas yang lain. Karena itu, alokasi harus dilakukan untuk menentukan harga masing-masing sekuritas, demikian juga bagi penerbit. Kalau kupon saham bersifat melekat, maka obligasi atau saham prioritas tersebut akan mempunyai sifat seperti sekuritas berhak-tukar (convertibles) beserta permasalahannya. Penurunan Modal Setoran Begitu modal disetor dan tertanam dalam perusahaan, modal terebut akan menjadi investasi permanen dalam perusahaan. Kalaupun pemegang saham ingin melepaskan investasiya, pemegang saham akan menjualnya ke pasar saham sehingga apa yang dilakukan pemegang saham tidak mempengaruhi operasi ataupun posisi keuangan perusahaan. Modal setoran tidak akan berkurang kecuali ada pembayaran atau pembagian dividen yang dapat dikatagori sebagai dividen likuidasi. Selain dividen likuidasi, transaksi yang jelas akan mengurangi modal setoran adalah penarikan kembali untuk sementara saham yang telah beredar oleh perusahaan yang dikenal dengan nama treasury stock. P&L telah membahas masalah penebusan kembali saham perusahaan walaupun tidak secara khusus membahas saham tresuary. Apa yang dibahas P&L lebih ditekankan pada likuidasi modal saham (retirement or redemption of capital stock). Transaksi saham treasury berbeda dengan transaksi likuidasi modal saham karena dalam transaksi saham treasury penarikan saham bersifat sementara dan 315
perusahaan mempunyai maksud untuk menerbitkan kembali saham treasury terebut di kemudian hari. Dalam komentar ini, pembahasan ditujukan pada saham treasury. Beberapa alasan perusahaan melakukan penarikan kembali saham sebagai saham treasury adalah: (a) Saham tersebut akan diterbitkan kembali kepada karyawan dalam program opsi saham. Dengan penggunaan saham treasury dalam program opsi saham, proporsi pemilikan saham yang masih beredar tidak berkurangdibandingkankalau digunakan saham baru. (b) Saham tersebut akan digunakan untuk membeli perusahaan lain dalam transaksi penggabungan usaha (business combination). Persoalan akuntansi yang melekat pada transaksi saham treasury adalah (I) penentuan jumlah rupiah yang harus dianggap sebagai pengurangan modal setoran dan pengurangan laba ditahan dan (2) pengungkapan pengaruhnya terhadap modal yuridis. Mengenai hal ini ada dua pendekatan atau konsep yang dapat digunakan yaitu konsep satu-transaksi dan konsep dua-transaksi. Konsep satu-transaksi Konsep ini disebut juga dengan metode kos karena total jumlah rupiah yanbg dibayarkan dianggap seakan-akan merupakan kos pembelian saham treasury. Disebut satu transaksi karena pembelian saham treasury dan penjualannyakembali dianggap sebagai satu transaksi, artinya pembelian dan penjualan dianggap sebagai kesatuan transaksi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan transaksi saham treasury tersebut. Kalau saham treasury dijual kembali dengan harga di atas kos maka jelaskan bahwa selisihnya akan menambah premium atau mengurangi diskonto. Hal ini sesuai dengan gagasan P&L bahwa transaksi modal harus dipisahkan dengan transksi operasi. Tetapi kalau saham treasury dijual kembali dengan harga dibawah kos, bagaimanakah kedudukan selisihnya? Apakah sebagai likuidasi modal setoran atau pembagian dividen (distribusi laba ditahan)? Salah satu alternatif adalah memperlakukan selisih sebagai pengembalian modal setoran dan karenanya harus didebit ke rekening premium atau diskonto saham yang sekelas. Hanya dalam hal premium atau diskonto saham yang sekelas sudah habis maka selisih tersebut dapat dibebankan ke laba ditahan. Perlakuan ini sejalan dengan gagasan P&L. Hal lain yang mendukung perlakuan ini adalah dasar pikiran bahwa substansi lebih penting daripada bentuk. Transaksi saham treasury semata-mata adalah transfer antara pemegang saham yang satu ke yang lain dengan perusahaan sebagai agen. Dengan demikian tidak ada transaksisubstantif yang dapat mempengaruhi laba ditahan. Alternatif lain adalah mengurangi premium saham dengan premium yang melekat pada saham semua sebelum diperoleh kembali. Kelebihan kos atau harga jual kemudian dibebankan ke laba ditahan. Dengan alternatif ini, modal saham (capital stock) dan premium akan kembali seperti semula dan dengan demikian riwayat modal dapat tetap dipertahankan. Modal setoran dapat dipertahankan karena transksi penarikan dan penjualan kembali dianggap sebagai satu transaksi. Alternatif terakhir adalah membebankan seluruh selisih ke laba ditahan. Alasan perlakuan ini semata-mata kepraktisan dan konservatisme. Hendriksen mendukung perlakuan ini
316
dengan alasan bahwa kalau pembelian dan penjualan dianggap sebagai satu transaksi maka pengaruh bersih selisih tersebut sbenamya adalah distribusi aktiva kepada beberapa pemegang saham secara selektif. Jadi, setiap distribusi aktiva kepada pemegang saham tanpa mengurangi lembar saham yang beredar harus diperlakukan sebagai distribusi laba ditahan kalau laba ditahan masih tersedia. Modal setoran harus tetap dipertahankan.7) Seperti telah disebut oleh P&L apabila saham treasury tidak segera dijual maka kos pembelian terebut tidak dapat dianggap sebagai aktiva tetapi akan diklasifikasi sebagai unallocated reduction of stockholders' equity. Karena itu jumlah terebut selayaknya disajikan sebagai pengurang modal pemegang saham. Penyajian seperti ini sering mendapat kritikan karena dapat memberi kesan yang salah tentang besamya modal pemegang saham khususnya kalau saham treasury tersebut akhimya dianggap likuidasi saham atau dijual dengan harga yang jauh di bawah koso
Konsep dua-transaksi Konsep ini melandasi metode nilai nominal dalam akuntansi saham treasury. Dengan konsep ini, perolehan kembali saham sebagai saham treasury dianggap sebagai likuidasi modal pemegang saham sedangkan penjualan kembali saham treasury dianggap sebagai penerbitan saham baru. Dari segi teknis dan konsep sebenamya tidak adaperbedaan yang cukup material antara konsep satu transaksi dan konsep dua-transaksi. Justru perbedaan sebenamya terletak pada tujuan peroleh kembali saham tesebut. Kalau tujuannya adalah untuk menjual kembali saham treasury kepada karyawan ataupihak khusus lainnya, konsep satu-transaksi akan lebih relevan. Akan tetapi, kalau tujuan perolehan kembali adalah untuk membeli saham pemegang saham yang tidak setuju dengan kebijakan perusahaan atau untuk melikuidasi jenis saham tertentu maka pendekatan dua-transaksi akan lebih relevan. Standar akuntansi (APBO No.6) menetapkan bahwa pada saat memperoleh kembali saham,kalaupengeluaranmelebihisetoranmula-mulayangmelekatpadasaham,kelebihannya dibebankan ke laba ditahan. Hal ini cukup berasalan karena kelebihan terebut dapatdianggap sebagai pembagian dividen atau distribusi laba ditahan yang dianggap melekat pada saham bersangkutan. Sebagai altematif, selisih antara harga penarikan dan nilai nominal atau yuridis dapat semuanya dibebankan ke laba ditahan yang berarti kapitalisasi laba ditahan. Tetapi kalau harga penarikan ada di bawah nominal saham, selisihnya harus dikredit ke premium saham bersangkutan. Pengaruh bersih dari standar ini adalah adanya kapitalisasi laba ditahan dengan adanya transaksi pembelian dan penualan saham treasury khususnya kalau harga pembelian lebih tinggi daripada modal setoran mula-mula. Masih diperlukan alasan pendukung untuk perlakuan semacam ini.
7) hendriksen, op. cil., hal. 489.
317
PERUBAHAN LABA DITAHAN Kalau pemisahan antara transaksi modal dan transaksi operasi harus tetap dipertahankan maka ada dua faktor utama yang mempngaruhi besarnya laba ditahan yaitu laba atau rugi periodik dan pembagian dividen. Laba yang dipindahkan dari rekening rugi-Iaba adalah laba yang merupakan selisih seluruh elemen transaksi operasi dalam arti luas yang menurut gagasan P&L disebut dengan laba komprehensif. Transaksi lain yang dapat mempengaruhi laba ditahan adalah transaksi yang tergolong dalam transaksi modal seperti yang diuraikan dalam pembahasan perubahan modal setoran di atas. Pengaruh beberapa transksi di atas langsung dimasukkan dalam laba ditahan dan tidak melalui laporan rugi-Iaba periode terjadinya transksi di atas karena transaksi tersebut merupakan transaksi modal. Jadi sebagai ketentuan umum, selain karena pos-pos transksi modal di atas, laba ditahan dalam suatu periode hanya berubah karena laba atau rugi operasi (dalam arti luas) dan pembagian dividen. Namun demikian ada beberapa hallain yang dapat menyebabkan laba ditahan dalam suatu peri ode berubah. Beberapa hal tersebut adalah: (1) (2) (3) (4)
Penyesuaian periode-Ialu (prior-period adjustments). Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya. Pengaruh perubahan akuntansi (accounting charges). Kuasai-reorganisasi.
Masalah dalam setiap pembahasan hal-hal yang mempengaruh laba ditahan di atas menjadi penting bila dihubungkan dengan pelaporan pengaruh hal di atas dalam laporan rugilaba. Inilah yang masih menjadi masalah perekayasaan penyajian laporan rugi-Iaba dan laba ditahan. Artinya apakah setiappengaruh langsungdisesuaikanke laba ditahan ataudilaporkan dahulu dalam laporan keuangan periode terjadinya hal-hal di atas. Penyesuaian Periode-Ialu Penyesuaian ini sering juga disebut dengan catch-up adjustment (penyesuaian susulan). Penyesuaian periode-Ialuadalahperlakuan terhadap suatujumlah rupiah yang mempengaruhi operasi periode masa lalu (yang baru ditemukan atau baru dapat diakui dalam periode sekarang) bukan sebagai pengurang atau penambah perhitungan laba tahun sekarang (masuk dalam laporan rugi-Iaba tahun sekarang/berjalan) tetapi sebagai penyesuai terhadap laba ditahan awal periode sekarang. Perlakuan semacam ini dimaksudkan untuk menjadikan laba ditahan awal periode sekarang menunjukkan saldo yang semestinya seandainya jumlah rupiah tersebut telah diakui dalam periode yang lalu. Sebagai contoh adalah perusahaan yang pada periode lalu dituntut untuk mengganti rugi sejumlah uang tertentu karena dituduh melanggar paten perusahaan lain. Sampai akhir periode yang lalu perkara tuntutan ini belum diputuskan pengadilan karena belum dapat dipastikan apakah perusahaan bersalah dan juga tidak ada kepastian tentang jumlah yang akhimya dibayarkan. Baru dalam periode sekarang dapat dipastikan bahwa perusahaan benar-benar dinyatakan salah dan harus membayar ganti rugi sejumlah tertentu. Jumlah tersebut jelas harus diakui dan merupakan rugi bagi perusahaan. Persoalannya adalah apakah 318
jumlah rugi tersebut diperlakukan sebagai penyesuaian periode-Ialu atau sebagai pengurang pendapatan tahun sekarang? Dengan kata lain, apakah rugi tersebut diakui sebagai penyesuaian laba bersih periode yang lalu ketika peristiwa yang menyebabkan rugi tgersebut terjai atau pakah rugi tersebut diakui sebagai elemen penentuan laba periode sekarang ketika peristiwa (event) yang menguatkan terjadi (ketika kepastian tentang status danjumlah telah diperoleh? Ada pendapat yang mendukung dan menolak perlakuan rugi tersebut sebagai penyesuaian periode-Ialu. Pihak yang mendukung penyesuaian periode lalu biasanya mengajukan argumentasi berikut: a.
b.
Riwayat perkembangan laba akan menjadi lebih berarti kalau rugi yang timbul akibat kejadian masa yang lalu dilaporkan sebagai elemen laba periode yang bersangkutan dan bukan sebagai elemen laba peri ode sekarang. Memasukkan sebagai elemen laba periode sekarang akan menimbulkan distrorsi pelaporan laba peri ode sekarang. Tujuan penandingan pendapatan dan biaya yang tepat akan tercapai.
Sementara itu, pihak yang menolak penyesuaian periode-Ialu mengajukan argumentasi sebagai berikut: a. Semua pendapatan, untung,biaya dan rugiyang berkaitan dengan kegiatan menghasilkan pendapatan harus dilaporkan dalamn laporan rugi-Iaba. Dengan cara ini, laporan rugilaba selama beberapa periode akan menyajikan riwayat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Kalau rugi diperlakukan sebagai penyesuaian periode-Ialu (penyesuaian rekening Laba Ditahan awal) maka jumlah tersebut akan pernah masuk dalam riwayat laba perusahaan. Ini berarti earning power jangka panjang tidak dapat digambarkan secara lengkap. b. Pemakai laporan kemungkinan besar tidak akan pernah mengetahui bahwa rugi tertentu pernah dialami oleh perusahaan kalau jumlah tersebut tidak dimasukkan dalam laporan rugi-Iaba. Ini berarti bahwa pemakai kurang mendapat informasi tentang kejadian yang mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. P&L termasuk pihak yang menolak penyesuaian periode lalu dengan argumentasi bahwa laporan rugi-Iaba harus memuat semua perubahan yang bersangkutan dengan pengelolaan aktiva (assets utilization). Perubahan ini terus secara tegas dibedakan dengan perubahan karena keputusan pendananaan atau transaksi modal. Dalam hal penggunaan aktiva, P&L tidak membedakan apakah aktiva tersebut berupa aktiva fisik atau bukan, yang penting rugi tersebut merupakan pengurangan aktiva atau manfaat yang tidak dapat dikompensasi melalui pendapatan tetapi lebih merupakan pengurang laba. Standar akuntansi yang berlakunya cenderung untuk tidak memperlakukan suatujumlah rupiah tertentu sebagai penyesuaian periode-Ialu. Karena itu ketentuan yang berlaku adalah bahwa suatujumlah rupiah baru dapat diperlakukan sebagai penyesuaian periode-Ialu kalau dipenuhi syarat-syarat tertentu. Perlakuan sebagai penyesuaian periode-Ialu hanya dibatasi untuk suatu jumlah yang material yang memeIiuhi semua ketentuan berikut ini:
319
(1) jumlah tersebut dapat dinyatakan secara tegas sebagai akibat atau dapat dikaitkan langsung dengan kegiatan tertentu dalam periode yang lalu, (2) jumlah rupiah teresbut tidak timbul akibat peristiwa ekonomik setelah yang terjadi setelah tanggallaporan keuangan periode yang lalu, (3) terjadinya jumlah rupiah tersebut sangat tergantung pada keputusan pihak selain manajemen (jumlah dan terjadinya tidak berrada di bawahpengendalian manajemen), (4) jumlah tersebut tidakdapat ditaksir atau diantisipasi secara layak pada saat kemungkinan terjadinya diketahui di masa lalu.8) Terjadinyajumlah rupiah yang memenuhi syarat di atas biasnyajarang sekali sehingga praktispenyesuaianperiode-lalutidakpemah dilakukan.Keadaansepertiini sangatmendukung penyusunan laporan rugi-laba komprehensif. Pada umumnya, penyesuaian periode-lalu berkaitan dengan masalah ketidakpastian di masa yang lalu tentang suatu kejadian atau jumlah dalam peristiwa yang sangat khusus (misalnya perkara tuntutan ganti rugi seperti dicontohkan di atas). Kasus semacam ini dalam akuntansi biasanya digolongkan dalam apa yang disebut dengan kerugian bersyarat (loss contingencies). Kalau kerugian bersyarat diakui dalam periode diketahuinya kemungkinan kejadiannya asalkan dipenuhi kriteria pengakuan berikut: 1. Informasi yang tersedia sebelum penerbiatan laporan keuangan menunjukkan bahwa ada cukup kepastian bahwa pada tanggallaporan keuangan aktiva perusahaan sudah terpengaruh/berkurang (atau utang telah timbul). Juga harus ada cukup kepastian bahwa peristiwa tertentu di masa mendatang yang menegaskan atau menguatkan adanya rugi tersebut akan terjadi. 2. Jumlah rupiah pengaruh atau rugi tersebu tdapat ditaksir secara layak dan cukup pasti.9) Secara singkat dapat dikatakan bahwa untuk dapat mengakui rugi bersyarat maka kejadiannya harus cukup pasti (probable) dan jumlah rupiahnya dapat ditaksir dengan layak (estimable). Akan tetapi kalau rugi semacam ini tidak memenuhi syarat untuk diakui pada saat kejadiannya dapat diidentifikasi, apakah kalau nantijumlah ini benar-benar terjadi maka akan diperlakukan sebagai penyesuaian periode-lalu? Syarat penyesuaian periode-lalu di atas sebenamya merupakan kecualian dari ketentuan umum yang menyatakan bahwa semua pos rugi atau laba yang diakui dalam suatu periode (termasuk pengakuan rugi bersyarat) harus dimasukkan dalam perhitungan rugi-Iaba periode terebut. 10)Dengan demikian rugi yang bersangkutan dengan kegiatan periode yang lalu tetapi baru diakui dalam peri ode sekarang harus dimasukkan dalam laporan rugi laba bukan sebagai
8) APB Opinion No.9, par. 23, dikutip dari FASB, SFAS No. 16 (1977), par. 1. 9) FASB, SFAS No.5 (1975), par. 8. 10) FASB, SFAS No. 16 (1977), par. 10.
320
penyesuaian periode-Ialu. Tentu saja kalau bersifat material,jumlah tersebut harus dilaporkan secara terpisah dalam laporan rugi-Iaba atau perlu ada pengungkapan yang cukup. Pertimbangan mengenai apakah suatu jumlah rupiah diperlakukan sebagai penyesuaian periode-Ialu atau elemen rugi-Iaba periode berjalan tentunya tidak dapt diterapkan untuk penyesuaian yang sifatnya rutin sebagai konsekuensi logis proses akuntansi yang mengakui penggunaan angka estimasi. Koreksi kesalahan dan pengaurh perubahan akuntansi sebenarnya merupakan masalah yang erat kaitannya dengan masalah penyesuaian periode-Ialu itu. Koreksi Kesalahan Dalam Laporan Keuangan Periode Sebelumnya Sistem akuntansi biasnya sudah dirancang dengan cukup cermat sehingga kesalahan dalam pencatatan akan segera dapat dideteksi sehingga dapat segera dilakukan koreksi. Dalam hal tertentu kesalahan tidak segera diketahui dan baru ketahuan beberapa waktu atau bahkan beberapa periode setelah laporan keuangan disusun dan diterbitkan. Kalau kesalahan periodelalu baru diketemukan dalam periode sekarang apakah kesalahan tersebut akan diperlakukan sebagai penyesuaian periode-Ialu? Standar akuntansi (APB No. 20) mengartikan kesalahan dalam laoran keuangan yang telah diterbitkan sbelumnya sebagai "kesalahan hitung (mathematical mistakes), kesalahan aplikasi atau penerapan prinsip akuntansi, atau kekilafan atau kekeliruan menggunakan fakta yang tersedia pada saat penyusunan laporan keuangan." MenurutAPB No. 20, kesalahan dalamlaporan keuangan periode sebelumnyaharus diperlakukan sebagai penyesuaian periode lalu. Laba ditahan awal periode sekarang disesuaikan dengan jumlah rupiah pengaruh kumulatif kesalahan terhadap perhitungan laba periode-periode sebelumnya. Perlakuan semacam ini sebenarnya merupakan salah satu kecualian ketentuan umum dalam SFAS No. 16 bahwa semua pos rugi atau laba yang diakui dalam suatu periode (termasuk pengakuan rugi bersyarat) harus dimasukkan dalam perhitungan rugi-Iaba periode tersebut. Kecualian lain yang bertalian dengan hal ini adalah penyesuaian sebagai akibat dari realisasi penghematan pajak penghasilan (income tax benefit) yang berasal dari kompensasi horisontal ke muka (carry forwards) atas rugi operasi perusahaan anak sebelum dibeli. Kecualian di atas barangkali didasarkan pada kriteria penyesuaian peri ode lalu di atas walaupun kejadian seperti itu dianggap jarang teIjadi. Pengungkapan perlu dilakukan dalam laporan sebelumnya yang disampaikan secara komparatif dengan laporan keuangan sekarang. Bahkan laporan keuangan sebelumnya tersebut harus disusun kemblai berdasarkan angkaangka yang benar dan laporan perubahan laba ditahan periode sekarang harus menunjukkan pengaruh kumulatif kesalahan terhadap saldo awal laba ditahan periode sekarang. Contoh kesalahan yang masuk dalam kategori ini adalah kesalahan tidak dihitungnya nilai residual fasilitas fisik dalam menghitung depresiasi, kesalahan perkalian harga jual dengan kuantitas, dan sediaan seharusnya dinilai dengan metode MTKP tetapi dinilai dengan metode MPKP. P&L telah membahas tentang koreksi tetapi masih sangat terbatas pada koreksi kesalahan dalam estimasi depresiasi fasilitas fisiko Apa yang dibahas P&L telah membahas tentang koreksi tetapi masih sangat terbatas pada koreksi kesalahan dalam estimasi depresiasi fasilitas fisikoApa yang dibahas P&L sebenarnya tidak dapat dikatagori sebagai kesalahan (error) tetapi lebih dapat digolongkan sebagai perubahan akuntansi yang akan dibahas berikut ini. 321
Perubahan Akuntansi Karena alasan tertentu perusahaan mungkin melakukan kebijakan yang mempunyai pengaruh terhadap konsistensi dalam proses akuntansi dan pelaporan keuangan yang disebut dengan perubahan akuntansi. Ada tiga macam perubahan akuntansi yaitu: 1) 2) 3)
Perubahan prinsip atau metode akuntansi (changes in accounting principles or methods). Perubahan taksiran akuntansi (changes in accounting estimates). Perubahan kesatuan/subjek pelaporan (changes in the reporting entity).
Jumlah rupiah yang mula-mula dilaporkan dalam laporan keuangan periode yang lalu sebelum adanya perubahan tentunya akan berbeda seandainya perubahan terebut telah dilakukan dalam periode yang lalu dan bukan dalam periode sekarang. Salah satu elemen yang terpengaruh adalah laba periode yang lalu. Masalah perekayasaan yang bersangkutan dengan hal ini adalah untuk periode mana saja pengaruh kumulatif perubahan harus diakui. Ada tiga altematif yang diusulkan yaitu: 1. Mengakui pengaruh kumulatif perubahan dalam laba periode yang lalu sebagai penyesuaian periode-lalu. Ini berarti saldo awal rekening laba ditahan periode sekarang disesuaikandenganpengaruh kumulatiftersebutdan laporan-laporanperiodesebelumnya disusun kembali sesuai dengan perubahan tersebut. Altematif ini disebut penyesuaian retroaktif (retroactive adjustment). 2. Mengakui seluruh pengaruh perubahan dalam laba periode yang lalu sebagai elemen dalam menghitung laba periode sekarang (periode terjadinya perubahan). Altematif ini disebut penyesuaian sekarang (current adjustment). 3. Menyebar pengaruh kumulatif perubahan dalam laba periode yang lalu ke periode sekarang danbeberapa periodemendatang yang sesuai.Altematif ini disebutpenyesuaian sekarang dan prospektif (current and prospective adjustment). Pendukung penyesuaian retroaktif memberikan argumentasi seperti pendukung penyesuaian periode-lalu. Riwayat laba perusahaan yang sebenamya selama beberapa periode menjadi tidak menggambarkan laba yang konsisten cara penghitungannya sehingga analisis laporan tidak memberikan makna hubungan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan. Jadi, kalau terjadi perubahan akuntansi, laporan keuangan periode yang lalu harus disusun kembali untuk merefleksikan prinsip atau metode akuntansi yang baru. Pendukung altematif2 mengajukan tiga alasan. Pertama,semua pos yang mempengaruhi laba perusahaan harus dilaporkan melalui laporan rugi-laba. Argumen ini sejalan dengan gagasan yang dikemukakan P&Ltentang laporan rugi-laba komprehensif. Kedua, perubahan akuntansi biasanya cukup sering terjadi sehingga tidak praktis untuk selalu mengadakan revisi laporan keuangan tahun sebelumnya. Ketiga, pengungkapan yang jelas dalam pelaporan laba periode sekarang sudah memadai untuk menginformasikan pengaruh perubahan tersebut sehingga kemungkinan pembaca laporan akan melwatkan informasi perubahan dapat dihindari. 322
Pendukung penyesuaian sekarang dan prospektif mengajukan argumentasi bahwa perubahan akuntansi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari dalam proses akuntansi yang bersifat memenuhi kebutuhan yang berkembang. Dalam kebanyakan kasus perubahan akuntansi tidak menyangkut jumlah yang cukup material untuk mengharuskan revisi laporan keuangan. Bahkan manfaat tambahan yang diperoleh dengan revisi tidak sepadan dengan biaya untuk melakukan revisi tersebut. Cara terbaik adalah melakukan perubahan akuntansi dan menerapkan metode tersebut mulai dari peri ode perubahan dan seterusnya tanpa perlu mengadakan revisi terhadap apa yang sudah terjadi walaupun penjelasan tentang perubahan tetap diperlukan. Karena setiap altematif mempunyai kebaikan dan kelemahan masing- masing, ketentuan umum yang digariskan dalam standar akhimya merupakan kompromi dari ketiga altematif di atas tergantung pada sifat dan jenis perubahan akuntansinya. Karena itu beberapa perubahan mengikuti altematif tertentu dan bebeapa perubahan lain mengikuti altematif yang lain. Berikut ini adalah pedoman umum yang diberikan dalam standar akuntansi (APB No. 20) untuk mengakui berbagai perubahan akuntansi. 11)
Perubahan prinsip atau metode akuntansi Perubahan ini merupakan perubahan dari metode akuntansi yang satu ke metode akuntansi yang lain misalnya pergantian metode depresiasi dari metode persentase nilai bukuke metode garis lurus.Perubahandapatdisebabkanterbitnyastandarbarnyang menganjurkanpenggunaan metode tertentu atau menolak sarna sekali metode tertentu. Misalnya saja, pelaporan belisewa yang harns menggunakan metode kapitalisasi untuk belisewa yang memenuhi kriteria kapitalisasi padahal sebelum dananya standar tersebut perusahaan menggunakan metode belisewa operasi. Perubahan peraturan pajak mungkin sekali mendorong perusahaan untuk mengganti metode akuntansi. Misalnya, diperbolehkannya menggunakan metode MTKP dalam penilaian sediaan untuk penentuan laba kena pajak (kasus di Amerika) menjadikan banyak perusahaan mengubah metode penentuan kos sediaan dari MPKP ke MTKP. Untuk perubahan metode akuntansi ini, ketentuan umum yang digariskan oleh APBO No. 20 pada dasamya mengikuti altematif 2 yaitu penyesuaian sekarang. Langkah-Iangkah yang harns diikuti dalam akuntansi perubahan metode ini adalah: 1. Laporan keuangan peri ode yang lalu disertakan dalam pelaporan untuk tujuan perbandingan dengan laporan keuangan periode terjadinya penggantian metode dan laporan keuangan periode yang lalu tidak perlu disusun kembali sesuai dengan metode
11) Untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal ini, baca FASB, Accounting Standards: Current Text (New York: McGraw-Hili Book Company, 1986/187), section A06, hal. 251-273. Teknik revisidan penyajiannya dapat dipelajari dari berbagai buku akuntansi keuangan menengah, misalnya Donald E.Kieso and Jerry J. Weygands, Intermediate Accounting (New York: John Wiley & Sons, 1986), Chapter 23.
323
2.
3.
4.
baru.Dengankatalain,laporankeuanganperiodeyanglaludisajikansebagaiperbandingan seperti apa adanya. Pengaruh kumulatif perubahan terhadap laba ditahan periode sekarang dilaporkan dalam laporan rugi-Iaba periode sekarang tetapi dipisahkan pelaporannya yaitu setelah pos-pos luar biasa dalam laporan rugi-Iaba. Pengaruh pergantian metode terhadap laba sebelum pos luar biasa dan terhadap laba bersih (termasuk EPS) periode sekrang perlu diungkapkan dalam penjelasan laporan secara jelas. Laba sebelum pos-pos luar biasa dan lababersih (termasuk EPS) yang dihitung atas dasar metode baru harus ditunjukkan dalam periode-periode sebelumnya yang terpengaruh dalam bentuk proforma.
Ketentuan di atas sebenarnya merupakan kompromi penyesuaian retroaktif dan penyesuaian sekarang. Nampaknya kompromi ini dilakukan karena APB ingin tetap mempertahankan konsistensi dalam pelaporan laba dalam perode-periode yang terpengaruh perubahan. Ada beberapa perubahan yang dikecualikan dari ketentuan umum di atas. Artinya pengaruh perubahan tidak diperlakukan sebagai penyesuaian sekarang tetapi sebagai penyesuaian retroaktif. APB sendiri tidak memberi penalaran untuk pengecualian ini. Nampaknya alasan utama pengecualian ini adalah bahwa jumlah pengaruh perubahan ini pada umumnya material sehingga penerapan ektentuan umum akan menjadikan distorsi laba uyang cukup serius. Penyesuaian retroaktif dianggap cukup penting khususnya untuk perusahaan yang baru pertama kali go public karena laporan keuangan baru pertama kali diterbitkan untuk masyarakat umum. Beberapa hal yang dikecualikan tersebut adalah: 1. Perubahan dari LIFO ke metode aliran kos yang lain. 2. Perubahan metode akuntansi untuk kontrakpekerjaan bertipe konstruksijangka panjang. 3. Perubahan ke atau dari metode akuntansi kos penuh (full cost method) yang digunakan dalam perusahaan jenis ekstraksif. 4. Perubahan akuntansi investasi jangka panjang dari metode kos-atau-pasar-yang lebih rendah ke metode ekuitas karena perubahan pemilikan dari 20% ke bawah menjadi 20% atau lebih. 5. Setiap perubahan akuntansi sebelum perusahaan go public. 6. Setiap perubahan prinsip akuntansiyang dianjurkan untuk diperlakukan secara retroaktif oleh standar akuntansi yang baru diterbitkan. Perubahan taksiran akuntansi Perubahan ini dapat terjadi sebagai akibat ditemukannya fakta baru atau informasi baru atau akibat pengalaman tambahan yang diperoleh perusahaan bersangkutan dengan taksiran tertentu. Contoh klasik adalah perubahan taksiran umur fasilitas fisik setelah perusahaan menggunakannya dalambeberapa periode akuntansi. Hal yang perlu dicatat adalahperubahan semacam ini bukan merupakan kesalahan (error) laporan keuangan periode sebelumnya seperti yang telah dibahas sebelumnya. Untuk dapat dikatakan sebagai kesalahan, penyebab 324
perubahan tersebut harns memenuhi pengertian kesalahan seperti yang didefinisi dalam pembahasankesalahan.Perubahantaksiranbiasanyajuga berbedadenganperubahanakuntansi. Misalnya, pengurangan umur ekonomik suatu fasilitas fisik merupakan perubahan taksiran, sedangkan pergantian dari metode garis lurus merupakan perubahan akuntansi walaupun kedua perubahan tersebut mungkin menghasilkan jumlah rupiah dan pengaruh perubahan yang sama terhadap laba. APBO No. 20 menentukan bahwa perubahan estimasi diperlakukan sebagaipenyesuaian sekarang dan propektif. lni berarti bahwa pengaruh perubahan akan diakui (1) pada periode sekarang kalau perubahan hanya mempengaruhi periode sekarang dan (2) pada periode sekarang dan mendatang kalau perubahan mempengaruhi kedua periode tersebut. Juga ditetapkan bahwa perubahan estimasi hendaknya tidak diperlakukan sebagai penyesuaian retroaktif.12)Alasan yang mungkin dapat mendukung hal ini adalah bahwa perubahan estimasi merupakan hal yang kejadiannya sering karena memang sifat yang melekat dalam akuntansi yang memungkinkan menggunakan angka taksiran. Kalau selalu diadakan penyesuaian retroaktif, kepercayaan masyarakat terhadap laporan keuangan dapat menjadi berkurang. Jadi, walaupun mungkin penyesuaian sekarang dan prospektif tidak dapat menjaga kosistensi, penyimpangan yang timbul dianggap masih cukup dapat ditoleransi. Perubahan kesatuan/subjek pelaporan Perubahan subjek pelaporan berarti perubahan organisasi atau lingkup kesatuan usaha yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Perubahan subjek atau kesatuan pelaporan dapat terjadi karena hal-hal berikut ini: 1. Laporan keuangan konsolidasian atau gabungan dilaporkan mulai periode sekarang sedangkan sebelumnya laporan keuangan perusahaan disajikan secara individual. 2. Terjadi keombinasi bisnis dan metode pooling of interest digunakan. 3. Terjadi perubahan penting dalam perusahaan tertentu yang diikutkan dalam laporan keuangan gabungan. Ketentuan penyesuaian untuk perubahan subjek pelaporan mengikuti altematif 1 yaitu penyesuaian retroaktif. Alasannya barangkali adalah perubahan seperti itu jarang terjadi sehingga penyusunan kembalilaporankeuangan sebelumnyamasihdianggapcukup memadai dibandingkan dengan kerepotannya. Di samping itu, perubahan semacam ini biasanya menyangkut perubahan yang besar sehingga kesalahan dalam pengambilan keputusan dapat mempunyai dampak ekonomi yang luas, karena itu konsistensi dan laporan yang cukup teliti perlu disampaikan kepada para pengambil keputusan.
12) APB, Opinion No. 20, par. 31.
325
Kuasi-reorganisasi P&L telah menyinggung masalah kuasi-reorganisasi dalam membahas penyerapan defisit. P&L menyebutkan bahwa kalau terjadi defisit, maka tidak perlu defisit tersbut segera diserap oleh modal setoran. Defisit dapat dianggap sebagai kontra modal setoran dengan harapan operasi perusahaan di masa mendatang dapat menutup atau menghilangkan defisit tersbut, akan tetapi kalau defisit tersebut berkelanjutan dan perusahaan terus mendapat rugi maka tidak ada jalan lain ekcuali mengadakan kuasi-reorganisasi agar secara yuridis perusahaan dianggap mampu dan dapat membagi dividen. Kuasi-reorganisasi adalah mekanisme untuk menghilangkan defisit (laba ditahan negatif) dan menjadikan perusahaan seakan-akan baru berdiri dengan modal yuridis yang barn. Dengan demikian kalau perusahaan mulai dapat memperoleh laba, secara yuridis perusahaan dapat segera membagi dividen tanpa harns menunggu sampai defisit tertutup. Proses kuasi-reorganisasi biasanya terdiri atas langkah-langkah berikut: 1. Aktiva dan utang perusahaan dinilai kembali atas dasarnilai pasar pada saat reorganisasi. 2. Premium modal saham (additional paid-in capital) harns ditentukanjumlahnya cukup besar agar dapat digunakan untuk menutup defisit. Bila sudah cukup besar maka defisit dapat langsung dikompensasi dengan premium modal saham ini. Kalau tidak cuup, nominal saham atau nilai yuridis saham harus diturunkan atau dimintakan kesediaan dari pemegang saham untukmenutupdefisit denganmendonasikan sebagianmodal sahamnya (ini berarti sbagian modal saham dilikuidasi tanpa kompensasi apapun kepada pemegang saham). 3. Saldo debit laba ditahan (defisit) dihilangkan dengan cara mendebit premium modal saham untuk menyerap defisit. Setelah kuasi-reorganisasi, laba ditahan tentunya akan bersaldo nol dan mungkin masih terdapat sisa premium modal saham. Laporan keuangan untuk tahun terjadinya kuasireorganisasi harus mengungkapkan rincian jumlah yang membentuk struktur modal yang baru (misalnya hasil penilaian kembali aktiva dan utang, premium yang diciptakan, dan besarnya defisit yang diserap). Laba ditahan dalam neraca harus diberi tanggal, artinya harns ditunjukkan bahw akalau terjadi laba idtahan maka laba ditahan tersebut terbentuk setelah tanggal reorganisasi. Tidak ada ketentuan tentang beberapa lama informasi ini harus diberikan, namun demikian menurut ARB No. 46, pemberian tanggal tersebut harns berlangsung paling tidak 10tahun. 13)Penyerapan defisit seperti diuraikan ini sejalan dengan pokok pikiran P&L bahwa laba ditahan yang dilaporkan sesudah penyusunan kembali modal hanyalah laba ditahan yang berasal dari kegiatan sesudah penyusunan kembali tersebut.
13) AICPA, Accounting Research Bulletin No. 46; Sidney Davidson et. al. Intermediate Accounting (Chicago: The Dryden Press, 1985), hal. 1062
326
Perubahan Akuntansi Menurut PAl Untuk bahan perbandingan dan diskusi, berikuti ini dikutipkan beberapa ketentuan tentang beberapa hal yang menyangkut perubahan akuntansi yang diatur dalam bukuj Prinsip Akuntansi Indonesia 1984.14) Perubahan prinsip akuntansi. PAl menentukan bahwa kalau terjadi perubahan dalam prinsip akuntansi yang dianut, maka diambillangkah-Iangkah sebagai beirkut: I. Pengarnh kumulatif dari perubahan ke prinsip akuntansi yang barn dilaporkan dalam perhitungan rugi-Iaba periode berjalan, dan disajikan di antara pos luar biasa dan laba bersih. Perhitungan pengarnh kumulatif ini dapat dikecualikan apabila perubahan prinsip akuntansi tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 7 Pajak Penghasilan tahun 1983. 2. Untuk perubahan penilaian persediaan dari atau ke metode LIFO di masa pengarnh kumulatif umumnya sulit ditentukan, persediaan awal dalam tahun dianutnya metode barn dijadikan sebagai persediaan tahun asar untuk seluruh perhitungan berikutnya. 3. Laporan keuangan harns dinyatakan kembali secara retroaktif (berlaku surat) untuk perubahan berikut ini: perubahan dalam metode akuntansi untuk kontrak pembangunan jangka panjang. perubahan ke atau dari metode biaya penuh (full cost) dalam industri ekstraktif. 4. Sifat dan alasan dilakukannya perubahan dalam kebijaksanaan akuntansi harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan periode terjadinya perubahan. Perubahan taksiran akuntansi. PAl menentukan bahwa pengarnh perubahan taksiran akuntansi terhadap laporan keuangan dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Perubahan yang hanya mempengarnhi periode di masa perubahan tersebut terjadi, misalnya: perubahan dalam taksiran penyisihan pitaung yang diragukan. 2. Perubahan yang mempegnarnhi periode berjalan dan periode mendatang, seperti perubahan dalam taksiran masa manfaat dan nilai sisa aktiva tetap. Perubahan ini dpertanggungjawabkan dengan cara menyusun laporan keuangan periode berjalan dan periode mendatang atas dasar taksiran barn. Perubahan kesatuan pelaporan. Untuk perubahan yang menyangkut perubahan subjek pelaporan, PAl memberi pedoman sebagai berikut:
Bila terjadi perubahan dalam badan usaha yang dilaporkan, seperti dalam penggabungan badan usaha yang dipertanggungjawabkan dengan metode penyatuan kepentingan, maka laporan keuangan periode yang lalu harns dinyatakan kembali secara retroaktif.
14) IAI, Prinsip Akuntansi Indonesia 1984, 8ab II, pasal 6.
327
KONSEPLABA PER/ODEDAN LABA KOMPREHENS/F Pembahasan masalah penyesuaian periode-lalu, koreksi dan perubahan akuntansi sangat berkaitan erat dengan konsep laba dan konsep transaksi oeprasi. Pendekatan penyusunan laporan rugi-Iaba yang nampaknya banyak dianut adalah laba all-inclusive. Dengan adanya kecualian beberapa pos yang perlakuannya menganut penyesuaian periode-lalu, timbullan istilah atau konsep untuk menunjuk jumlah tertentu dalam kaitannya dengan penyusunan laporan rugi-laba. Konsep ini adalah earnings (laba periode)15)dan comprehensive income (laba komprehensif). Pengertian laba komprehensif adalah sarna denan pengertian laba bersih (net income) dalam kerangka akuntansi yang sekarang berjalan yang penyusunannya menggunakan pendekatan all-inclusive yang memasukkan juga pos yang diklasifikasi sebagai penyesuaian periode-lalu. Laba periode adalah laba komprehensif tetapi tidak termasuk jumlah rupiah perubahan yang diperlakukan sebagai penyesuaian periode-lalu sebagaimana dibahas di atas. Karena itu, dalam SFAC No.5, FASB menyebutkan bahwa seperangkat laporan keuangan yang lengkap suatu periode harus menunjukkan: 1. Posisi keuangan akhir periode tersebut. 2. Laba periode (earnings) untuk periode terebut. 3. Laba komprehensif untuk periode tersebut. 4. Aliran kas selama periode tersebut. 5. Investasi dari dan distribusi ke pemegang saham selama periode tersebut.16) Laba Periode Menurut praktik akuntansi yang sekarang berjalan, dan juga menurut PAl 1984 (Baca kutipan sebelumnya) 17),beberapa pengaruh kumulatif akibat perubahan akuntansi dimasukkan dalam perhitungan rugi-laba periode terjadinya perubahan. Pengaruh ini disajikan diantara pos luar biasa dan laba bersih. Jadi, laba bersih akan mengandung unsur pengaurh perubahan akuntansi tertentu tersebut. Laba peri ode agar berbeda dengan pengertian laba bersih tesebut dalam hal bahwa perhitungan laba periode tidak memasukkan pengaruh kumulatif perubahan akuntansi tertentu. Bila dalam suatu peri ode tidak terdapat elemen teresbut, maka praktis laba bersih (net income) akan sarna denga laba periode (earnings). FASB sengaja membedakan kedua istilah terebut karena secara konseptual keduanya dianggap berbeda.18) Pengaruh kumulatif perubahan akuntansi sebenarnya hanyalah merupakan salah satu contoh unsur yang membedakan. FASB mengantisipasi bahwa di masa mendatang aada unsur lain yang tidak dimasukkan dalam perhitungan laba periode. Laba periode adalah pengukur prestasi (kinerja) untuk suatu suatu periode dan karena itu pos-pos yang tidak ada
15) Untuk sementara digunakan istilah laba periode sebagai padan kata earnings untuk membedakannya dengan laba bersih (net income). Istilah lain mungkin lebih tepat. 16) FASB, SFAC No.5 (1984), par. 13. 17) Periksa pula PAl 1984, Bab III,pasal8. 18) FASB, op. cit., par. 33.
328
hubungannyadengan periode tersebut (yaitu pos yang berkaitan dengan periode sebelumnya) sedapat -dapatnya dikeluarkan dari perhitungan. Laba periode dimaksudkan untuk mengukur tingkat kelebihan (atau kekurangan) antara lairan aktiva masuk yang berkaitan dengan siklus operais (cash-to-cash cycles) yang secara substansial selesai dalam peri ode bersangkutan dan aliran aktiva keluar yang berkaitan dengan siklus operasi yang sama. Jadi, pengertian periode dalam laba periode tidak harus berarti periode akuntansi tetapi lebih ditekankan pada pengertian sebagai siklus operasi walaupun dalam laporan keuangan periodik, periode akuntansi dianggap mewakil siklus operasi tersebut. Untuk menjelaskan konsep laba periode tersebut, FASB memberikan perbadingan antara konsep laba peri ode dan laba bersih di haaman berikut.
Laba Komprehensif Laba periode berfokus pada apa yang telah diterima atau secara layak diharapkan untuk diterima oleh kesatuan usaba atas produk perusahaan (revenue) dan apa yang dikorbankan untuk memproduksi dan menjual produk tersebut (expenses). Laba periode juga mencakup pengaruh transaksi insidental atau sampingan perusahaan dan pengaruh kejadian atau keadaan lain yang berasal dari lingkungan perusahaan (gains and losses). Laba Bersih (Net Income)
Laba sebelum pos-pos luar biasa ........ dan pengaruh perubaban prinsip akuntansi Rugi luar biasa Pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi terhadap periode yang lalu Laba Periode ....................................... Laba Bersih .............................
(Earnings)
100 80 (3)
100 80 (3)
23
23
10
10
12 2
12 2 21
Pendapatan .......................................... Biaya .............................................. Un tung dari sumber luar biasa ............ Laba dari operasi berkelanjutan .......... Rugi atas operasi yang dihentikan: Laba dari pengoperasian anak perusahaan yang dihentikan .................... Rugi atas penjualan anak perusahaan yang dihentikan .........
Laba Periode
21 6
6 2
8 15 13
..............................................
329
Laba komprehensif adalah indikator ataupengukur pengaruh transaksi atau kejadian lain terhadap kesatuan usaha,yang terdiri atas semua perubahan ekuitas (aktivabersih) perusahaan selama suatu periode yang berasal dari semua transaksi dan kejadian lingkungan perusahaan kecuali perubahan ekuitas yang berasal dari investasi pemilik atau distribusi modal ke pemilik. Dengan kata lain, sesuai dengan gagasan P&L, laba komprehensif terdiri atas seluruh perubahan aktiva bersih yang bersal dari transaksi operasi dalam arti luas sebagai pasanganllawan perubahan yang berasal dari transaksi modal. Perbandingan Laba Bersih dan Laba Periode Laba periode dan laba komprehensif mempunyai komponen utama yang sarna yaitu: pendapatan, biaya, untung, dan rugi. Tetapi keduanya tidak sarna karena beberapa jenis untung dan rugi tertentu dimasukkan sebagai komponen laba komprehensif tetapi tidak dimasukkan sebagai komponen laba periode. Komponen yang dikeluarkan dari perhitungan laba periode tersebut adalah: 1. Pengaruh penyesuaian akuntansi tertentu untuk periode yang lalu yang diakui dalam periode berjalan yang dalam praktik sekarang diperlakukan sebagai komponen laporan rugi-laba untuk menentukan laba bersih. Contohnya adalah pengaruh perubahan pergantian metode depresiasi. b. Perubahan aktiva bersih tertentu lainnya (terutama holding gains and losses) yang diakui dalam periode berjalan seperti misalnya untung atau rugi perubahan harga pasar investasi saham jangka panjang19),dan untung atau rugi penjabaran valuta asing.20) Karena seperangkat laporan keuangan yang lengkap harus menunjukkan informasi laba peri ode dan laba komprehensif, ada dua jenis laporan yang masuk dalam perangkat laporan keuangan yaitu Laporan Laba Peri ode (Statement of Earnings) dan Laporan Laba Komprehensif (Statement of Comprehensive Income). Hubungan antara laba peri ode dan laba komprehensif dapat dilukiskan sebagai berikut: + +
Pendapatan Biaya Dntung Rugi
=
Laba periode
100 80 3
+ +
Laba periode Penyesuaian akuntansi kumulatif Transaksi nonmodallainnya
=
Laba komprehensif
8
15
--
19) Lihat misalnya, Kieso, op. cit., hal. 773-776. 20) Lihat IAI, "Akuntansi Unluk Transaksi dan Penjabaran
330
15 2 I
Mala Uang Asing," PAl Pernyataan
14
--
No.1 (1988).
Hubungandi atasmemperlihatkanbahwaadakomponen yang menambahdanmengurangi dalam laporan laba komprehensif. (Tanda + atau - semata-mata hanya contoh; komponen di atas dapat menambah atau mengurangi tergantung pada kasusnya). Komponen penambah atau pengurang dalam laporan laba komprehensif oleh FASB tidak disebut sebagai untung tertentu atau rugi tertentu karena penggunaan istilah untung dan rugi dapat rancu dengan komponen dalam laporan laba periode. Istilah untung dan rugi tetap digunakan untuk menunjuk komponen laba periode. Agar tidak rancu dan membingungkan, FASB menggunakan istilah penyesuaian akuntansi kumulatif (cumulative accounting adjustments) dan transaksi nonmodallainnya (other nonowner changes in equity) untuk komponen laba komprehensif. Hubungan tersebut juga memperlihatkan bahwa laporan laba periode dan laporan komprehensif bersifat saling me1engkapi.21) Laba Periode dan Elemen Laporan Keuangan Berdasarkan tujuan pelaporan keuangan, FASB menentukan elemen laporan keuangan yang dapat merepresentasi operasi atau kegiatan perusahaan. Artinya, dengan elemen tersebut pemakai laporan keuangan akan mempunyai gambaran tentang jalannya perusahaan tanpa hams melihat secara fisik operasi perusahaan tersebut. Elemen yang dipilih oleh FASB didasrkan pada gagasan bahwa yang dituju o1ehpelaporan keuangan adalah investor dan kreditor untuk dasar pengambilan keputusan investasi dan kredit. Kalau laporan keuangan dianalogi dengan peta jalan bagi seorang pewisata, maka simbol-simbol yang digunakan dalam peta tersebut dipilih agar informasi yang termuat dalam peta dapat memberi gambaran keadaan fisik yang sesungguhnya walaupun pewisata belum pernah melalui jalan yang disimbolkan dalam peta. Investor dan kreditor dianggap memerlukan informasi tentang likuiditas, solvabilitas, aliran kas, kemampuan menghasilkan laba, kondisi operasi dan posisi keuangan. Karena itu, FASB menentukan sepuluh elemen utama yang saling berkaitan yang dianggap dapat memberi gambaran informasi tersebut, yaitu:22) 1. Aktiva (Assets) 2. Utang (Liabilities) 3. Ekuitas atau aktiva bersih (Equity or net assets) 4. Investasi o1ehpemegang ekuitas (Investments by owners) 5. Distribusi ke pemegang ekuitas (Distributions to owners) 6. Laba komprehensif (Comprehensifincome) 7. Pendapatan (Revenues) 8. Biaya (Expenses) 9. Untung (Gains) 10. Rugi (Losses)
21) FASB, op. cit., par. 43-44 22) FASB, SFAC No.6 (1985), higlights.
331
Kalau FASB konsekuen dengan pemilihan dan pendefinisian elemen di atas maka sebenarnya laba komprehensif merupakan e1emenyang lebih penting daripada laba periode. Atau paling tidak laba komprehenif adalah angka yang dituju dalam penyusunan laporan rugi-Iaba. Secara implisit FASB ingin memisahkan perubahan yang mempengaruhi e1emen ketiga (aktiva bersihOmenjadi dua bagian yaitu (1) perubahan yang berkaitan dengan e1emen empat dan lima (transaksi operasi) dan (2) perubahan yang berkaitan dengan e1ementujuh sampai sepuluh (transksi modal). Laba komprehensif merupakan selisih bersih perubahan e1ementujuh sampai sepiduh dalam suatu periode tanpa pengecualian apapun. Dalam SFAC No.6 tersebut, FASB tidak secara khusus mendefinisi laba periode (earnings). Nampaknya FASB me1akukankompromi dalam menentukan konsep laba. Disatu pihak, FASB ingin konsekuen dengan pemilihan dan pendefinisian elemen di atas yang mengarah ke perhitungan laba komprehensif. Di lain pihak FASB ingin tetap mempertahankan penyajian laba seperti yang sekarang dipraktikan atau berjalan. Akan tetapi kalau kerangka acuankonseptualFASB dapatdianggapsebagaikonsepuntukmemprediksidanmempengaruhi praktik di masa mendatang, laba komprehensif kemungkinan besar akan menjadi bagian penting dari informasi dalam pelaporan keuangan.
BACAANTAMBAHAN Davidson, Sidney. et. al. Intennediate Accounting. Chicago: The Dryden Press, 1985, Chapter 22-23. FASB. "Accounting for Contingencies," SFAS No.5, 1985. ."Prior Period Adjustments," SFAS No. 16, 1977. ."Elements of Financial Statements," SFAC No.6, 1985. ."Recognition and Measurement in Financial Statements of Business Enterprises," SFAC No.5, 1985 .Accounting Standards: Current Text. New York: McGraw-Hill Book Company 1986/1987. Hendriksen, Eldon S. Accounting Theory. Homewood, Illinois: Richard D. Irwin Inc., 1982. Chapter 19 dan 20. IAI. Prinsip Akuntansi Indonesia 1984, Jakarta: Percetakan Negara RI, 1985. _."Akuntansi Untuk Transaksi dan Penjabaran Mata Uang Asing," Prinsip Akuntansi Indonesia Pemyataan No.1, 1988. Kieso, Donald E. and Jerry J. Weygandt. Intennediate Accounting. New York: John Wiley & Sons, 1986. Chapter 23. Van Home, James C. Financial Management and Policy. Englewood Cliffs, New Jersey: Prantice-Hall, 1986. Chapter 4.
332
PERTANYAAN 1. Jelaskan pengertian beberapa istilah berikut: modal setoran, modal yuridis dan modal saham! 2. Apakah yang dimaksud dengan stated capital dan mengapa negara tertentu menetapkan adanya hal tersebut? Siapa yang menentukan besarnya stated capital? 2. Di Indonesia sering didengar atau digunakan istilah berikut: modal dasar, modal ditempatkan, modal disetor,dan saham dalam portepel. Jelaskan pengertian istilah tersebut dan apa padan kata Inggrisnya. 4. Apakah perseroan tertutup juga harus mengikuti prinsip akuntansi berterima umum dalam menyusun laporan keuangannya? Jelaskan! 5. Apa yang dimaksudkan dengan laporan rugi-laba komprehensif menurut F&L? Apa argumentasi P&L untuk mendukung laporan terebut? 6. Apakah susunan pos dalam pasiva didasari oleh urutan perlingan? Apakah pengurutan seperti yang dikenal sekarang mempunyai makna yang berarti? Hal apakah yang dianggap kurang mendukung pengurutan semacam itu? Perlindungan manakah yang paling penting bagi kreditor? 7. Mengapa menurut P&L rugi tidak selayaknya diserap melalui premium setoran (additional paid-in capital) bila masih terdapat saldo laba ditahan? 8. Jelaskan perbedaan karakteristik modal setoran dan modal operasi! 9. Mengapa P&L berpendapat bahwa klasifikasi laba ditahan atas dasar tujuan penggunaan tidak mempunyai manfaat/makna atau bahkan menyesatkan. 10. Jelaskan perlakuan koreksi menurut P&L! Apa landasan pikiran yang mendukung perlakuan tersebut? 11. Mengapa P&L menyatakan bahwa untung/rugi penarikan saham harus diperlakukan sebagai penyesuai premium modal saham dan bukan sebagai penyesuai laba ditahan? 12. Apakah tujuan penyajian dan pelaporan modal pemegang saham? 13. Apakah yang dimaksud bahwa riwayat sumber modal pemegang saham harus dipertahankan keutuhannya? 14. Mengapa perusahaan menerbitkan saham tanpa nilai nominal? 15. Apakah yang disebut dengan "trust-fund theory" dalam kaitannya dengan modal pemegang saham? Mengapa konsep semacam itu muncul? 16. Jelaskan perbedaan pengertian return of capital dan return on capital! 17. Sebutkan beberapa transaksi yang dapat menyebabkan kenaikan modal setoran! 18. Apakah dividen saham merupakan likuiasi modal? Mengapa perusahaan membagikan dividen? 19. Jelaskan pengertian dan perbedaan antara hak beli saham, opsi saham dan kupon saham! Manakah dari sekuritas tersebut yang merupakan modal setoran? 20. Jelaskan berbagai alternatif perlakuan selisih harga penarikan dan penjualan kembali saham treasury sertajelaskan argumentasi yang mendukung tiap alternatif? 21. Apakah yang dimaksud dengan penyesuaian periode lalu? Berilah beberapa contoh kejadian yang pengaruhnya dapat digolongkan sebagai penyesuaian periode-lalu! 333
22. lelaskan argumentasi yang mendukung dan menolak penyesuaian periode lalu! 23. Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia 1984, kejadian apa yang pengaruhnya dapat diperlakukan sebagai penyesuaian periode-lalu? 24. Apakah yang disebut dengan loss contingencies itu? Kaba rugi tersebut diakui? 25. Apakah perubahan estimasi umur fasilitas fisik merupakan suatu pertanda adanya kesalahan (error)? Berilah beberapa contoh kesalahan dalam akuntansi dan jelaskan perlakuannya! 26. Apakahpengertianperubahan akuntansi?Sebutkan adaberapajenis perubahan akuntansi dan altenratif perlakuannya! Mengapa terdapat perbedaan altematif perlakukan? 27. Mengapa laba ditahan setelah kuasi-reorganisasi harus diberi tanggal? Alla yang dimaksud bahwa setelah kuasi-reorganisasi perusahaan dianggap baru saja berdiri (fresh-start)? 28. Apa pengertian dan perbedaan istilah-istilah berikut: laba bersih (net income), laba periode (earnings) dan laba komprehensif (comprehensive income)? 29. Sebutkan sepuluh elemen laporan euangan yang dikemukakan FASB dalam kerangka acuan konseptual dan hubungan elemen tersebut dengan tujuan pelaporan keuangan! 30. Mengapa FASB merasa perlu untuk mengajukan konsep laba periode dan laba komprehensif? Apak$ dalam hal ini FASB konsekuen dengan penentuan sepuluh elemen laporan keuangan? 31. Apakahpengertian IIsisahasil usaha" dalamkoperasi dapat disamakan dengan pengertian umum laba dalam peruahaan? 32. Berikut ini adalah kutipan pasa134 Undang-undang Koperasi No. 12 Tahaun 1967: (2) Sisa hasil usaha berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota dan juga bukan anggota; (3) Sisa hasil usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota dibagi untuk: a. Cadangan Koperasi, b. Anggota sebanding dengan jasa yang diberikannya, . c. Dana Pengurus, d. Dana Pegawai/Karyawan, e. Dana Pendidikan Koperasi, f. Dana Sosial, g. Dana Pembangunan Daerah Kerja; Jelaskan pengertian IIcadangankoperasi" dan "dana" dalam kutipan di atas! Seandainya pembagian sisa hasil usaha dilaporkan dalam neraca koperasi seperti di atas, sbagai apakah pos tersebut harus dilaporkan? Apakah pembagian sisahasil usaha untuk anggota dapat disamakan dengan pembagian dividen? 33. Dalam penjelasan Undang-undang No. 12/1967tersebut disebutkan bahwa IIBagiansisa hasil usaha yang diperoleh dari pelayanan terhadap fihak ketiga, termasuk bukan anggota, tidak boleh dibagikan kepada anggota karena bagian pendapatan ini bukan diperoleh darijasa anggota, (pasaI34). Selain itu disebutkan pula bahwa IICadangandi dalam Koperasi dimaksudkan untuk memupuk modal Koperasi sendiri dan untuk 334
menutup kerugian Koperasi bila diperlukan. Oleh karenanya cadangan tidak bo1eh dibagikan kepadaanggota walaupundi waktupembubaran,"(pasaI35). Berilah komentar terhadap implikasi kedua ketentuan tersebut bagi anggota!
335