BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut. a. Strategi penguatan kelembagaan dalam desa wisata Gamplong pada awalnya dilakukan melalui kelompok DEWIGAMA dengan fokus pengembangan pariwisata keseluruhan dusun Gamplong 1-5. Penguatan kelembagaan dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok baru di lingkup dusun untuk mempermudah koordinasi dalam pengelolaan. Strategi lain yang dilakukan adalah dengan menguatkan jejaring kemitraan untuk mengembangkan desa wisata. Kemitraan yang dibangun meliputi dengan pihak pemerintah dan swasta yang mencakup kegiatan promosi dan hubungan pembinaan untuk pengelolaan desa wisata. Kelembagaan yang dibangun pada awalnya mampu menghasilkan hubungan kerjasama yang baik antar kelompok. Hal tersebut terlihat dari sinergi kegiatan wisata yang menghubungkan
semua
dusun
di
Gamplong.
Perjalanan
waktu
menunjukkan kelembagaan yang dibangun tidak bisa berjalan baik karena kurangnya pemahaman dalam pengelolaan desa wisata secara bersama. Manfaat kelembagaan yang diharapkan mampu mengembangkan desa wisata secara bersama menjadi tidak berjalan, sehingga kemudian terjadi kevakuman dalam kelompok-kelompok bentukan DEWIGAMA.
110
b. Dalam perkembangan desa wisata Gamplong, strategi penguatan kelembagaan yang baru muncul melalui kelompok TEGAR dengan pengembangan sisi ekonomi kreatif pasca tidak aktifnya kelompok DEWIGAMA.
Bentuk
penguatan
kelembagaan
yang
dilakukan
menunjukkan upaya untuk mempertahankan eksistensi desa wisata sebagai sentra kerajinan tenun. Strategi dilakukan dengan mengembangkan desa wisata berbasis ekonomi kreatif dengan melibatkan pelaku usaha kerajinan dalam mengelola dan menjalankan kegiatan wisata. Kelembagaan yang ada mampu untuk menghubungkan pengurus desa wisata, pelaku usaha kerajinan dan wisatawan dalam setiap kegiatan wisatanya. Bentuk penguatan kelembagaan juga dilakukan melalui penguatan struktur pengelolaan, yakni dengan pembentukan kelompok baru dengan fokus pengembangan pariwisata. Kelompok yang dibentuk meliputi kelompok pemandu wisata, kuliner, homestay, dan pemasaran. Kelompok ini dibentuk untuk menangani pada setiap kegiatan wisata seperti dalam mempersiapkan segala macam kebutuhan yang diperlukan dalam kegiatan wisata, pendampingan dengan pemandu wisata, makanan yang akan disajikan, serta merpersiapkan kebutuhan untuk wisatawan yang ingin menginap. c. Pengaruh penguatan kelembagaan yang ditimbulkan terhadap para pelaku usaha kerajinan secara efektif membantu dalam melakukan aktivitas usaha yang meliputi kegiatan produksi dan pemasaran. Upaya yang dilakukan telah menunjukkan hasil yang positif dalam mengembangkan usaha kerajinan secara kelompok, akan tetapi bentuk kelembagaan yang
111
ditunjukkan masih sangat sederhana dalam mengurusi kerajinan. Keberadaan kelompok dalam membantu usaha kerajinan tenun dalam hal bantuan pendanaan masih sebatas kegiatan simpan pinjam. Dampak yang sejauh ini dirasakan hanya bersifat jangka pendek dan dana yang didapat dari simpan pinjam sangat terbatas. Kelembagaan yang dilakukan kelompok juga belum mampu menguatkan sisi kemitraan untuk mendukung usaha kerajinan. Sejauh ini kemitraan yang dibangun kelompok TEGAR hanya melalui dinas PERINDAGKOP Kabupaten Sleman, selain itu kemitraan yang ada di level individu pelaku usaha kerajinan masih sangat terbatas. Bentuk kelembagaan yang dibangun oleh kelompok TEGAR belum mampu membantu individu pelaku usaha untuk mendapat kemitraan secara pribadi. d. Dampak penguatan kelembagaan yang dilakukan kepada pengurus desa wisata sanggup memberikan pengaruh pada lebih kuatnya pemahaman akan sadar wisata. Pemahaman akan sadar wisata dilakukan melalui pelibatan masyarakat lokal, termasuk didalamnya pelibatan pelaku usaha kerajinan dalam atraksi wisata untuk pembuatan kerajinan dan pembelajaran membuat kerajinan untuk wistawan. Pada akhirnya strategi penguatan kelembagaan yang dilakukan berhasil menunjukkan hubungan dalam kegiatan wisata yang melembagakan pengurus, pelaku usaha dan wisatawan, sehingga hasil akhir yang kemudian dirasakan adalah dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan.
112
5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran yang sekiranya bisa menjadi bahan masukan kepada pengelola desa wisata saat ini melalui kelompok TEGAR. a. Pengembangan desa wisata yang melibatkan pengelolaan secara kelompok sekiranya perlu lebih menguatkan hubungan kerjasama dan pendampingan yang berkesinambungan. Upaya pengembangan desa wisata juga perlu menekankan aspek kelembagaan dalam setiap kelompok pengelola. Keadaan ini menuntut adanya pengelolaan dalam desa wisata yang jelas sehingga keberadaanya bisa berkelanjutan. Format perencanaan desa wisata yang melembagakan pihak-pihak yang telibat didalamnya merupakan komponen penting dalam menunjang keberhasilan desa wisata. Tanpa adanya kelembagaan yang kuat, maka fungsi perencanaan, pengembangan dan pemasaran dalam desa wisata tidak akan berjalan optimal. b. Bentuk strategi penguatan kelembagaan yang dibangun saat ini oleh kelompok TEGAR perlu tetap dipertahankan khususnya melalui aktivitas pariwisata dan ekonomi kreatif kerajinan tenun. Kelembagaan yang telah terbentuk perlu terus memperkuat kapasitas, baik pada pelaku usaha kerajinan tenun, maupun masyarakat lokal diluar pelaku usaha kerajinan tenun. Pelibatan masyarakat seperti pada komunitas kesenian dan kebudayaan di Gamplong 2 sekiranya juga perlu dilakukan kembali guna menambah ragam atraksi wisata yang bisa ditawarkan. Dengan penambahan atraksi wisata yang ditawarkan melalui jenis kesenian seperti jathilan,
113
gamelan dan wayang orang, maka pengembangan desa wisata melalui aktivitas kebudayaan juga akan membawa dampak positif terhadap pelestarian budaya dan citra desa wisata kepada wisatawan. c. Strategi penguatan kelembagaan yang dilakukan kelompok TEGAR telah menunjukkan
hasil
yang
positif
dalam
mempertahankan
dan
mengembangkan desa wisata. Pengembangan desa wisata dengan melibatkan para pelaku usaha juga perlu ditingkatkan dengan membentuk showroom kerajinan bersama, sehingga dapat membantu membantu sisi pemasaran kerajinan bagi semua pelaku usaha kerajinan. Upaya yang ditempuh dalam menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang dinilai berkepentingan dan peduli terhadap kelangsungan usaha kerajinan tenun juga harus tetap menjadi prioritas. Berbagai lembaga baik pemerintah, swasta, BUMN serta termasuk institusi pendidikan adalah mitra potensial, tetapi perlu dipahami juga bahwa konsep kemitraan yang dijalin harus sesuai dengan karakter desa wisata. d. Penguatan kelembagaan melalui pengurus desa wisata sekiranya perlu untuk ditingkatkan kembali. Menajemen tata kelola desa wisata sekiranya bisa dilakukan dengan lebih teratur lagi. Penanganan dalam kunjungan wisata perlu untuk dikembangkan khususnya melalui mutu pelayanan terhadap wisatawan. Pendataan dalam setiap kunjungan wisata yang ada juga harus dilakukan lebih tersruktur, hal tersebut dimaksudkan agar evaluasi terhadap perkembangan desa wisata dapat lebih terpantau secara
114
jelas, sehingga dampak yang ditimbulkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingan secara adil dan merata.
115