Bab V Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pada Pendidikan Menengah Kejuruan Pendekatan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (competence-besed curriculum
development) sudah lama digunakan oleh pendidikan menengah kejuruan, yaitu pengembangan kurikulum pendidikan menengah kejuruan yang didasarkan atas kebutuhan dan tuntutan kompetensi jabatan yang ada di dunia kerja, baik dunia usaha maupun dunia industri. Tujuan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi di pendidikan menengah kejuruan adalah agar kompetensi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) relevan dengan kebutuhan ketenagakerjaan di dunia usaha dan industri. Diharapkan adanya link and matchantara dunia pendidikan kejuruan dengan dunia kerja, artinya ada keterhubungan dan kesesuaian antara dunia pendidikan kejuruan dengan dunia kerja. Untuk mempertahankan link and matchantara pendidikan menengah kejuruan dengan dunia kerja, maka bukan hanya kurikulumnya saja yang didasarkan atas tuntutan kompetensi dunia kerja, melainkan juga dalam penyelenggaraan pendidikan dan evaluasinya. Konsep dual system (sistem ganda) di SMK merupakan implementasi link and match, sehinggaproses pembelajaran di pendidikan menengah kejuruan tidak hanya dilaksanakan di sekolah tetapi juga di dunia kerja, yaitu di perusahaan dan industri yang menjadi
pasanganSMK.Setiap SMK diharapkan dapat memiliki industri atau perusahaan pasangan, tempat para siswa SMK melakukan Praktek Kerja Industri (Prakerin), atau dalam istilah umumnya yaitu magang (apprenticeship).Tamatan SMK bukan hanya harus mengikuti Ujian Nasional (UN) untuk mendapatkan STTB, mereka juga harus menempuh Ujian Kompetensi yang dilakukan oleh organisasi profesi agar mereka mendapatkan Sertifikat Kompetensi.Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) sedang berupaya agar Sertifikat Kompetensi yang diperoleh siswa SMK bukan hanya berlaku secara nasional tetapi juga pada tataran Internasional. Penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan bertujuan mengembangkan kompetensi lulusannya dalam arti behavioral competency yang mengintegrasikan kognitif, afektif dan psikomotorik agar mereka memiliki competence dalam arti memiliki kewenangan dan kapabilitas untuk menduduki jabatan di dunia kerja. Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi di pendidikan menengah kejuruan, bukan hanya dilaksanakan untuk mendapatkan dokumen kurikulum yang meliputi semua komponen kurikulum yaitu tujuan, materi, metoda dan evaluasinya, tetapi juga pedoman-pedoman penyelenggaraannya. Dengan kata lain standar kompetensi sebagai tujuan kurikulum pada pendidikan menengah kejuruan sudah berbasis kompetensi dunia kerja. Kurikulum berbasis kompetensi pada pendidikan menengah kejuruan diorganisasikan sesuai dengan tuntutan kecakapan hidup ( lifeskill) yaitu : Program Normatif dimaksudkan agar siswa memiliki kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Mata pelajaran dalam program normatif ini diarahkan agar siswa memiliki nilai-nilai personal dan sosial yang bersumber dari nilai-nilai agama yang dapat diunjukkerjakan sebagai sosok
54 - Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan
warga negara yang bertanggung jawab dan berakhlak mulia.Para lulusan diharapkan memiliki kecakapan hidup yang bersifat generik yaitu kecakapn mempelajari, kemandirian, percaya diri, tenggang rasa, dan nilai serta sikap kewirausahaan. Program Adaptif dimaksudkan agar siswa memiliki kompetensi akademik sehingga lulusan dapat
beradaptasi
dengan
pertumbuhan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi.Cepatnya
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong terjadinya ketidakpastian (purescience)
(uncertainty). dalam
Dengan
program
adaptif,
pemilikan siswa
konsep-konsep
diharapkan
memiliki
ilmu
pengetahuan
kecakapan
untuk
menanggulangi ketidakpastian (cope ability), atau kalau meminjam istilah Prof. Sanusi (Direktur Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung), siswa diharapkan dapat
berselancar dalam chaos. Melalui Program Adaptif dan Normatif ini para lulusan SMK diharapkan dapat memasuki masyarakat belajar (learning society) dan masyarakat ilmiah (scientific society), sehingga mereka bisa tumbuh dan berkembang sesuai tuntutan jabatan di dunia kerja, dalam masyarakat millenium III. Program Keahlian dimaksudkan agar siswa memiliki kompetensi keahlian yang sesuai dengan tuntutan jabatan di dunia kerja khususnya pada saat ini, mengingat jabatan vokasi bisa cepat berganti karena pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) khususnya ICT (Information and Communication Technology). Pola kurikulum kejuruan tersebut diharapkan dapat membangun SDM yang cerdas, kompetitif, produktif dan berakhlak mulia.Dengan demikian istilah SMK harus diartikan sebagai singkatan dari Sekolah Menengah Kewirausahaan Kejuruan.
A. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi pada Program Keahlian Kejuruan SMK Bagaimana proses pengembangan kurikulum berbasis kompetensi dalamProgram Produktif pada pendidikan menengah kejuruan? Sesuai dengan uraian di atas, bahwa program keahlian diarahkan untuk memenuhi tuntutan jabatan, pekerjaan dan tugas serta kegiatan yang ada di dunia kerja, maka hanya mata pelajaran dalam program keahlian saja yang dapat dianalisis berdasarkan tuntutan dunia kerja. Sedangkan program adaptif dan normatif meskipun tetap menggunakan pendekatan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (Competence–based Curriculum Development) tetapi caranya berbeda.
Program studi di SMK atau yang dalam Kurikulum 1994 disebut Jurusan, dikembangkan berdasarkan jabatan yang ada di dunia kerja. Contohnya Program Studi Kesekretarisan di SMK dikembangkan berdasarkan kebutuhan jabatan Sekretaris di perusahaan kecil atau Pembantu Sekretaris di perusahaan besar, karena Sekretaris di perusahaan besar biasanya diisi oleh Tenaga lulusan D-III Kesekretarisan.
Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan- 55
Program Studi Akuntansi di SMK dikembangkan berdasarkan tuntutan kebutuhan Pembantu Akuntan atau untuk mengisi jabatan Junior Accountant. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program studi yang ada di SMK diorientasikan untuk mengisi jabatan teknisi/vokasi di dunia kerja. Jabatan di dunia kerja dapat diurai atau dianalisis menjadi beberapa pekerjaan, yang biasa disebut dengan analisis jabatan. Hasilnya adalah deskripsi jabatan yang berupa pekerjaanpekerjaan (jobs) yang menjadi tanggung jawab jabatan. Pekerjaan di dunia kerja dapat diurai menjadi beberapa tugas, yang biasa disebut dengan job
analysis.Hasilnya adalah deskripsi pekerjaan (job description) yang berupa tugas-tugas pokok yang menjadi tanggung jawab dalam penyelesaian suatu pekerjaan. Setiap
tugas
terdiri
dari
beberapa
kegiatan,
yang
disebut
sebagai
analisis
tugas
(taskanalysis).Hasilnya adalah uraian tugas yang berupa kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan berkaitan dengan penyelesaian tugas pokok.Mengapa ada istilah TUPOKSI?Karena pemenuhan tugas pokok merupakan prasyarat terselesaikannya pekerjaan, sehingga apabila semua pekerjaan terselesaikan maka ―pejabat‖ tersebut berfungsi dalam memenuhi tuntutan jabatan di dunia kerja.Analisis jabatan di dunia kerja dapat digambarkan dalam gambarberikut:
Vocation
Jabatan Analisis Jabatan
Analisis
Jobs
Pekerjaan
n
Analisis
Tasks
Activities
Pekerjaan (job) Analisis
Tugas
Tugas (task)
Analisis
Analisis
Kegiatan
jobs
Kegiatan(activities)
Analisis Pekerjaan (Job analysis)
tasks Analisis Tugas (Task analysis)
activities
Gambar5.1 : Analisis Jabatan
56 - Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan
Gambar5.1 tersebut menggambarkan proses analisis jabatan di dunia kerja yang menjelaskan bahwa: Jabatan terdiri dari beberapa pekerjaan (jobs) Pekerjaan terdiri dari beberapa tugas (tasks) Tugas terdiri dari beberapa kegiatan (activities) Secara keseluruhan akan membangun piramida jabatan, seperti yang digambarkan dalam gambar berikut ini:
Jabatan (vocation) Pekerjaan (jobs) Tugas
(task)
Kegiatan (activities) Gambar 5.2: Piramida Jabatan
Berdasarkan piramida jabatan di dunia kerja dapat dikembangkan piramida program keahlian di SMK seperti yang digambarkan dalam gambar berikut: Dunia Kerja
Dunia Pendidikan
Kompetensi Keahlian Program Studi
Jabatan
Pekerjaan
Tugas a
Pekerjaan
Pekerjaan
Tugas a
Tugas a
Tugas a
Kegiatan a
Kompetensi Mata Pelajaran Mata Pelajaran
Tugas a
Kegiatan
Tugas a
Kegiatan
Standar Kompetensi Pokok Bahasan
Kompetensi Dasar Sub Pokok Bahasan
Gambar5.3 : Kesetaraan antara Analisis Jabatan di Dunia Kerja dengan Standar Isi danKompetensi di Pendidikan Menengah Kejuruan
Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan- 57
Gambar 5.3 menggambarkan bahwa:
Kompetensi jabatan (vocation) di dunia kerja merupakan landasan bagi penyususnan kompetensi keahlian pada Program Studi, atau Program Keahlian
Kompetensi pekerjaan dijadikan landasan bagi penyusunan kompetensi mata pelajaran
Kompetensi tugas pokok dijadikan landasan bagi penyusunan standar kompetensi
Kegiatan dalam melaksanakan tugas pokok dijadikan landasan bagi penyusunan kompetensi dasar
Selanjutnya dapat digambarkan piramida Program Keahlian Kejuruan dalam gambar berikut ini:
Kompetensi Program Keahlian
Kompetensi Mata Pelajaran
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar Gambar5.4: Piramida Program Keahlian
Kesetaraan kompetensi di dunia kerja dengan rumusan kompetensi dalam pendidikan menengah kejuruan dapat digambarkan dalam tabel berikut:
Dunia Pendidikan
Dunia Kerja
Materi Kurikulum
Jabatan
Program Studi Program Keahlian
Tujuan dalam Rumusan Kompetensi Kompetensi Keahlian
Pekerjaan
Mata Pelajaran Kejuruan
Kompetensi Mata Pelajaran
Tugas
Pokok Bahasan Esensial
Standar Kompetensi (SK)
Kegiatan
Sub Pokok Bahasan Esensial
Kompetensi Dasar (KD)
Tabel 5.1: Analisis Program Studi Berdasarkan Tuntutan Jabatan di Dunia Kerja
58 - Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan
Tabel5.1di atas ini menggambarkan bagaimana kurikulum pendidikan menengah kejuruan mengembangkan program studinya atau program keahliannya berdasarkan tuntutan kompetensi jabatan di dunia kerja. Dengan kata lain Piramida Program Keahlian di SMK dikembangkan berdasarkan Piramida Jabatan di dunia kerja, seperti yang diilustrasikan dalam gambar berikut ini. Dunia Kerja
Pendidikan Kejuruan
Prodi (Program Keahlian/ Kompetensi Keahlian)
Jabatan
Pekerjaan
Mata Pelajaran (Kompetensi Mata Pelajaran)
Tugas
Pokok Bahasan (Standar Kompetensi)
Gambar5.5: Kesetaraan Piramida Jabatan dengan Piramida Program Keahlian Kejuruan
Berdasarkan gambar5.5tersebut dapat dirumuskan kesetaraan kompetensi kerja dengan kompetensi lulusan di SMK sebagai berikut: Kompetensi keahlian dari lulusan Program Studi di SMK diharapkan dapat memenuhi tuntutan persyaratan jabatan di dunia kerja, yang dideskripsikan dalam uraian jabatan.Uraian jabatan di dunia kerja adalah penyelesaian semua pekerjaan ( Jobs) yang menjadi tanggung jawabnya.Kompetensi keahlian di Program Studi SMK meliputi semua kompetensi mata pelajaran keahlian (produktif) dalam program studi tersebut. Kompetensi mata pelajaran keahlian (produktif) diharapkan dapat memenuhi tuntutan persyaratan pekerjaan (job requirement) yang dideskripsikan dalam uraian pekerjaan (job
description).Uraian pekerjaan di dunia kerja adalah penyelesaian semua tugas–tugas yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut. Kompetensi mata pelajaran keahlian (produktif) meliputi semua standar kompetensi dalam mata pelajaran keahlian tersebut. Standar Kompetensi (SK) dari mata pelajaran keahlian (produktif) diharapkan dapat memenuhi tuntutan persyaratan tugas pokok atau uraian tugas ( task description). Uraian tugas dalam dunia kerja meliputi semua kegiatan yang harus diselesaikan yang berkaitan dengan tugas pokok. Standar kompetensi meliputi semua kompetensi dasar yang ketuntasannya terlihat dari indikatornya.
Berdasarkan dari uraian terdahulu dapat dibuat definisi masing–masing jenjang kompetensi mulai dari urutan terkecil. Standar kompetensi adalah penguasaan atau pemilikan satu pokok bahasan esensial mata pelajaran keahlian/produktif yang dapat digunakan untuk menyelesaikan satu tugas dalam
Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan- 59
pekerjaan (job) di dunia kerja, berlandaskan pada nilai–nilai agama dan sosial, sehingga berdampak pada keuntungan sosial dan komersial. Kompetensi mata pelajaran adalah penguasaan atau pemilikan semua pokok bahasan esensial mata pelajaran keahlian/produktif yang dapat digunakan dalam penyelesaian satu pekerjaan (job) di dunia kerja, berlandaskan pada nilai–nilai agama dan sosial, sehingga berdampak pada keuntungan sosial dan komersial. Kompetensi keahlian adalah penguasaan atau pemilikan semua pokok bahasan esensial dari semua mata pelajaran keahlian/produktif yang dapat digunakan dalam penyelesaian semua pekerjaan dalam satu jabatan di dunia kerja, berlandaskan pada nilai–nilai agama dan sosial sehingga berdampak pada keuntungan komersial dan sosial. Piramida kompetensi keahlian dalam Program Studi di SMK dapat digambarkan sebagai berikut:
Program Keahlian Kompetensi Keahlian
Mata Pelajaran Keahlian
Mata Pelajaran Keahlian
Kompetensi Mata Pelajaran
Kompetensi Mata Pelajaran
Pokok Bahasan Esensial
Pokok Bahasan Esensial
Standar Kompetensi
Standar Kompetensi
Gambar5.6 : Piramida Program Keahlian
Semua definisi kompetensi tersebut diatas sejalan dengan definisi kompetensi teoritis yang dikemukakan terdahulu, dan dapat disimpulkan sebagai konsep pendidikan berbasis kompetensi yaitu: Pertama, Kompetensi merupakan integrasi dari ilmu (kognitif), aplikasi amal (motorik) dan nilai– sikap, iman (afektif). Kedua,
Pendidikan berbasis kompetensi berdimensi karakter atau akhlak mulia, karena kompetensi adalah penggunaan ilmu dalam kehidupan atau penyelesaian pekerjaan dengan berlandaskan nilai iman (berkarakter–berakhlak mulia) berdampak pada keuntungan komersial dan sosial (rahmatan lil alamin).
Ketiga,
Pendidikan berbasis kompetensi berdimensi kecerdasan karena ilmu murni (pure
science) dan ilmu terapan (applied science/teknologi) tidak dapat dikuasai atau dimiliki dengan menghafalkannya, melainkan melalui mastery learning (belajar tuntas) yang dilakukan oleh siswa secara aktif (student active learning). Dengan kata lain konsepkonsep kunci ilmu terapan (applied science) hanya dapat dikuasai siswa dengan belajar aktif menggunakan metoda berpikir ilmiah, atau menggunakan kecakapan berpikir (thinking skill) atau kecerdasan.
60 - Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan
Ketiga konsep pendidikan yang disimpulkan dari program keahlian tersebut berlaku pula pada program adaptif dan program normatif. Definisi kompetensi dalam program adaptif di SMK misalnya dalam mata pelajaran fisika yaitu: Siswa menguasai konsep-konsep esensial fisika yang dapat digunakan dalam kehidupan seharihari maupun dalam memecahkan masalah pekerjaan dengan berlandaskan nilai-nilai agama dan sosial. Definisi kompetensi dalam program normatif di SMK, misalnya dalam pelajaran agama Islam: Siswa memiliki nilai-nilai dan konsep-konsep agama Islam yang dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari (ibadah muamalah) dan ritual agama Islam atau (ibadah mahdhah).
Ketiga konsep pendidikan berbasis kompetensi ini berlaku untuk semua jenis dan jenjang pendidikan, dan dapat digunakan untuk pengembangan kurikulum berbasis kompetensi di semua jenis dan jenjang pendidikan. Konsep kompetensi yang mengintegrasikan ketiga domain ini berlandaskan konsep pendidikan Islam yang akan dijelaskan pada bab-bab berikutnya, demikian juga pola pengembangan kurikulum berbasis kompetensi untuk program adaptif atau mata pelajaran yang bersifat akademik dan mata pelajaran yang bersifat normatif. Dalam bidang teknologi dan rekayasa di dunia kerja, dikenal Sarjana Teknik Sipil (Bangunan), Pengawas Teknik Bangunan (Supervisor), Teknisi Bangunan dan Juru Teknik Bangunan. Kualifikasi dan kompetensi mereka dapat digambarkan dalam piramida jabatan sebagai berikut:
Sarjana Teknik Sipil) (D-IV/S1) Supervisor (D-III) Teknisi (D-I) Juru Teknik (SMK) Gambar5.7: Piramida Jabatan dalam Teknik Bangunan
Piramida dalam gambar 5.7, menjelaskan jabatan-jabatan kerja di dunia kerja yang dapat diisi oleh lulusan SMK, D-I, D-III, dan D-IV atau S1.Namun piramida jabatan tersebut tidak dapat dijadikan standar bahwa seorang S1 harus dibantu oleh 3 (tiga) orang lulusan D-III.Untuk menentukan jumlah Supervisor yang dibutuhkan harus dilakukan analisis jabatan dan beban kerja.Dengan demikian piramida tersebut hanya menjelaskan tentang hirarki jabatan saja. Kesetaraan kompetensi Juru Teknik di dunia kerja dengan kompetensi keahlian (kompetensi mata pelajaran) di Program Studi Teknik Bangunan di SMK dapat digambarkan dalam gambar berikut:
Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan- 61
Gambar5.8: Struktur Kompetensi Prodi Teknik Bangunan SMK (Permen No.28 Tahun 2009)
Dari gambar5.8 tersebut dapat dijelaskan bahwa lulusan SMK Prodi Teknik Bangunan diharapkan cukup kompeten dan qualified untuk menjadi Juru Teknik Bangunan agar dapat menyelesaikan lima jenis pekerjaan, yaitu: 1. Teknik Konstruksi Baja, 2. Teknik Konstruksi Kayu, 3. Teknik Konstruksi Batu dan Beton, 4. Teknik Gambar Bangunan, 5. Teknik Furnitur. Kompetensi Keahlian lulusan SMK dalam pekerjaan Teknik Konstruksi Baja adalah dapat menyelesaikan tugas-tugas seperti yang ditetapkan dalam SK berikut: STANDAR KOMPETENSI 1. Memahami dasar-dasarkonstruksi baja
2. Menerapkan perencanaanstruktur konstruksi baja
3. Menerapkan perencanaananalisis struktur konstruksibaja
KOMPETENSI DASAR 1.1 Mendeskripsikan dasardasarbangunan gedung konstruksibaja 1.2 Menjelaskan bagian-bagian konstruksibaja 1.3 Menjelaskan material konstruksi baja 2.1 Mendeskripsikan prinsip perencanaanstruktur konstruksi baja 2.2 Merancang struktur konstruksi baja 2.3 Membuat model struktur konstruksibaja 2.4 Menggambar rencana strukturkonstruksi baja secara manual 2.5 Menggambar rencana struktur konstruksi baja dengan software 3.1 Mengidentifikasi struktur konstruksibaja 3.2 Membuat analisis struktur konstruksibaja secara manual 3.3 Membuat analisis struktur konstruksibaja menggunakan sotware 3.4 Membuat perencanaan detail
62 - Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan
4. Mengelola material danperalatan
strukturpemikul momen biasa, terbatas, dan khusus 4.1 Mengidentifikasi spesifikasi baja 4.2 Menjelaskan proses pengadaanmaterial dan peralatan 4.3 Menjelaskan proses sistempenerimaan dan penyimpanan materialdan peralatan 4.4 Menjelaskan proses pendistribusianmaterial dan peralatan 4.5 Mengoperasikan sistem pengelolaan material dan peralatan
5. Membuat sambungan padapekerjaan konstruksi baja
5.1 Menjelaskan macammacamsambungan konstruksi baja 5.2 Merancang sistem sambungankonstruksi baja 5.3 Menerapkan sistem sambungan pada konstruksi baja
6. Membuat konstruksi kudakuda
6.1 Menjelaskan prinsipprinsipperancangan konstruksi kuda-kuda 6.2 Merancang konstruksi baja padapekerjaan konstruksi kudakuda 6.3 Membangun konstruksi baja pada pekerjaan konstruksi kuda-kuda
7. Melakukan pekerjaanbentangan/kolom padakonstruksi baja
7.1 Menjelaskan prinsipprinsipperancangan pekerjaanbentangan/kolom 7.2 Merancang konstruksi baja padapekerjaan bentangan/kolom 7.3 Membangun konstruksi baja pada pekerjaan bentangan/kolom
8. Melakukan perakitan/fabrikasi pekerjaankonstruksi baja
8.1 Mengidentifikasi persiapan pekerjaanfabrikasi 8.2 Menginterprestasi gambar rencana danspesifikasi teknis 8.3 Melaksanakan pekerjaan pengelasandan sambungan baut mur 8.4 Melaksanakan pekerjaan perakitan konstruksi
9. Menggunakan pelapisanpermukaan padakonstruksi baja
9.1 Menjelaskan prinsip-prinsip pelapisanpermukaan 9.2 Membuat pekerjaan shotblast paintingpada konstruksi baja 9.3 Mengkreasikan pelapisan permukaankonstruksi baja dengan sistem pelapisan galvanis
10. Memahami sistempemeriksaan danperbaikan pada pekerjaankonstruksi baja
10.1 Menjelaskan prinsip-prinsip sistempemeliharaan dan perbaikan pekerjaankonstruksi baja 10.2 Menjelaskan cara penggantian elemenstruktur konstruksi baja 10.3 Mengidentifikasi kondisi konstruksi baja 10.4 Memperbaiki elemen struktur
Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan- 63
10.5 Memperbaiki pekerjaan dengan pengecatan ulang 11. Membuat portal baja
11.1 Menjelaskan prinsipprinsipperancangan portal baja 11.2 Merancang sistem pemasangan portalbaja 11.3 Membangun sistem pemasangan pada pekerjaan portal struktur baja
12. Memahami prosespengawasan padapemasangan rangka atapbaja
12.1 Mengidentifikasi persiapanpengawasan pekerjaan kontraktor 12.2 Menjelaskan cara mengawasipengadaan material dan peralatan 12.3 Menjelaskan cara mengawasipekerjaan pengukuran dan fabrikasikomponen 12.4 Menjelaskan cara mengawasiperakitan/assembling komponen baja 12.5 Menjelaskan cara mengawasipekerjaan finishing 12.6 Menjelaskan cara mengawasipekerjaan pembuatan as
built drawing
Tabel5.2:Kompetensi Kejuruan Teknik Konstruksi Baja
Apakah Kurikulum Berbasis Kompetensi SMK SudahBerkarakter? Pada Bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa kompetensi di dunia kerja di definisikan sebagai kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik ( ability to perform–a
job well).Kompetensi merupakan kecakapan menyelesaikan pekerjaan dengan baik, yang dapat diamati dan diukur dari unjuk kerjanya (performance).Kemampuan atau kecakapan dalam hal ini berkaitan dengan dimensi perilaku, sehingga dalam dunia pendidikan disebut sebagai behavioral competency. Dimensi perilaku ada tiga yaitu:
Kognitif, atau knowledge atau pemilikan ilmu, baik ilmu murni maupun ilmu terapan atau teknologi, yang diunjukkerjakan dalam bentuk lisan atau tulisan ( verbal
performance).
Psikomotorik atau skill, atau kecakapan mengaplikasikan (amal) ilmu dalam kehidupan yang diunjuk kerjakan dalam bentuk-bentuk tindakan (physical performance).
Afektif atau attitude, atau kecakapan emosional atau sikap kerja agar pekerjaan dapat diselesaikan
dengan
baik
(attitudinal
performance).
Istilah
―baik‖
disini
mengintegrasikan nilai-nilai personal, sosial dan agama (iman), atau nilai-nilai akhlak mulia (karakter). Uraian di atas menekankan pada persepsi bahwa pendidikan berbasis kompetensi harus diartikan sebagai pendidikan berkarakter, atau berakhlak mulia. Apakah ke 12 standar kompetensi dalam kompetensi Teknik Konstruksi Baja mengintegrasikan nilai-nilai karakter? Standar kompetensi dalam Teknik Konstruksi Baja dapat menyelesaikan tugas-tugas pokok dalam pekerjaan teknik konstruksi baja dengan baik, seyogyanya jumlah SK yang ada dalam Mata
64 - Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan
Pelajaran Teknik Kinstruksi Baja sama dengan jumlah tugas pokok dalam pekerjaan teknik konstruksi baja. Namun terlepas dari hal tersebut, mari kita telaah apakah SK tersebut sudah sesuai dengan tuntutan penyelesaian tugas dengan baik? Untuk menyelesaikan tugas yang baik diperlukan keilmuan teknik konstruksi baja atau dalam istilah kutikulum disebut sebagai pokok bahasan (kognitif), yang dapat digunakan dengan penyelesaian tugas (motorik) dengan baik (afektif). SK1 dari kompetensi teknik konstruksi baja yaitu: memahami dasar-dasar konstruksi baja, merupakan keilmuan seperti yang dijelaskan dalam KD11, KD12 dan KD13. Artinya SK1 masih padat kognitif (keilmuan) belum meliputi keterampilan menyelesaikan tugas dengan baik (motorik dan afektif).Artinya SK1 belum mengintegrasikan nilai karakter.Ada berapa konsep dasar konstruksi baja? Ada baiknya setiap konsep dasar teknik konstruksi baja yang penting dijadikan satu SK, sehingga siswa belajarnya tuntas, yaitu menguasai satu konsep dasar konstruksi baja, dapat menggunakannya dalam penyelesaian tugas pekerjaan dengan baik. SK2 yang berbunyi: menetapkan perencanaan struktur konstruksi baja , meliputi keilmuan yang dijelaskan dalam KD2.1, aplikasi (motorik) yang dijelaskan dalam KD2.2, KD2.3, KD2.4 dan KD2.5. Sayangnya belum meliputi standar hasil yaitu baik dan bermanfaat (afektif), yang meliputi nilai-nilai sosial, personal dan spiritual. Dengan kata lain SK2 belum mengintegrasikan nilai-nilai karakter. Saran penyempurnaan SK2 yang sesuai dengan definisi kompetensi adalah: siswa menguasai teknik perencanaan struktur konstruksi baja dan dapat digunakan dalam penyelesaian tugas
dalam pekerjaan dengan baik dan bermanfaat. Ketiga domain dalam SK2 tersebut dijelaskan dengan rinci pada KD dari SK2.
Secara menyeluruh ke 12 SK dari teknik konstruksi baja mungkin telah memenuhi tuntutan tugas-tugas pokok dalam pekerjaan teknik konstruksi baja, namun perlu diadakan cek dan re-cek, apakah semua SK tersebut telah sesuai dengan tugas-tugas pokok pekerjaan konstruksi baja pada jabatan Juru Teknik Bangunan, dengan baik? Dengan kata lain, apakah ke-12 SK tersebut telah mengintegrasikan nilai-nilai karakter? Kalau belum, dalam hal ini guru berkewajiban menyempurnakannya agar semua SK konsisten dengan definisi kompetensi, yaitu integrasi dari kognitif, afektif dan motorik.
B. Pengembangan Kurikulum Program Adaptif dan Normatif SMK Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003, semua sekolah di Indonesia menggunakan kurikulum berbasis kompetensi.Oleh karena itu pengembangan kurikulum berbasis kompetensi digunakan baik pada program produktif, adaptif maupun normatif. Struktur keilmuan dalam program adaptif atau program akademik dikenal adanya rumpun keilmuan, yaitu:
Rumpun keilmuan matematik,
Rumpun keilmuan pengetahuan alam,
Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan- 65
Rumpun keilmuan bahasa, dan
Rumpun keilmuan pengetahuan sosial
Mata pelajaran agama Islam (PAI) dan PKN (Pendidikan Kewarganegaraan) termasuk rumpun ilmu pengetahuan sosial, namun ada yang berpendapat bahwa PAI dan PKN memiliki rumpun tersendiri.Demikian juga mata pelajaran sejarah, ada yang berpendapat termasuk rumpun IPS dan ada yang berpendapat tidak termasuk rumpun IPS, melainkan masuk rumpun PAI dan PKN, yang lebih bersifat normatif. Hal ini menggambarkan bahwa materi keilmuan telah terstruktur dalam disiplin dan rumpun keilmuan sehingga pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat dikembangkan berdasarkan ruang lingkup materi keilmuan dari mata pelajaran atau disiplin ilmu. Definisi kompetensi pada program keahlian kejuruan dan definisi kompetensi pada program adaptif tidak berbeda yaitu behavioral competency yang meliputi atau mengintegrasikan:
Ilmu pengetahuan, knowledge, kognitif
Nilai dan sikap, attitude, afektif
Tindakan, skill, motorik
Dari ketiga domain tersebut, ilmu pengetahuanlah yang telah terstruktur dengan baik, maka dengan mengacu pada ruang lingkup materi yang harus dikuasai untuk diamalkan dengan baik, dapat ditetapkan kompetensi mata pelajaran dan standar kompetensi (SK). Ada berapa komponen kurikulum dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi? Kurikulum memiliki empat komponen yaitu:
Tujuan
Materi, bahan atau isi
Metoda atau proses, dan
Evaluasi
Dari keempat komponen tersebut, materi pelajaran atau isi kurikulum merupakan komponen yang terstruktur sebagai disiplin ilmu, oleh karena itu mata pelajaran dalam kurikulum dibagi dalam empat rumpun, seperti yang telah dijelaskan terdahulu.Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang berorientasi pada kompetensi jabatan, pekerjaan dan tugas, hanya dapat dilakukan untuk pengembangan KBK pada program keahlian kejuruan.Pengembangan KBK bagi program normatif dan adaptif di SMK/MAK tidak dapat dilakukan berlandaskan pada tuntutan kompetensi di dunia kerja. Maka salah satu strategi pengembangan KBK pada program adaptif adalah dengan berlandaskan kepada struktur materi pelajaran, dan ruang lingkup materi keilmuan yang harus dikuasai siswa.
66 - Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan
Sehingga tujuan dalam rumusan kompetensi ditetapkan berdasarkan luas atau ruang lingkup materi pelajaran sebagai berikut: No
Ruang Lingkup Materi
1
Seluruh materi dari satu mata pelajaran Materi dari satu mata pelajaran pada satu tingkat/kelas/semester Satu pokok bahasan/tema utama dari satu mata pelajaran di kelas/semester
2 3
Tujuan dan Rumusan Kompetensi Standar kompetensi lulusan (dari suatu mata pelajaran) Kompetensi mata pelajaran/ kelas/semester Standar Kompetensi (SK)
Tabel 5.3: Tujuan dalam Rumusan Kompetensi Berlandaskan Ruang Lingkup Materi
Tabel 5.3 menggambarkan bahwa berdasarkan definisi kompetensi yaitu penguasaan ilmu yang dapat diamalkan dengan soleh, maka berdasarkan penguasaan materi esensial suatu mata pelajaran di SMK dapat dirumuskan standar kompetensi lulusan (SKL)
Contoh Pengembangan Silabus dalam Program Adaptif Silabus adalah rencana manajemen pembelajaran dari suatu mata pelajaran yang mencangkup; tujuan mata pelajaran yang dirumuskan dalam kompetensi mata pelajaran, tujuan pembelajaran umum yang dirumuskan dalam standar kompetensi serta tujuan pembelajaran khusus yang dirumuskan dalam kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi dasar, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.Silabus dikembangkan oleh guru mata pelajaran dengan mengacu pada prinsip-prinsip pengembangan silabus yang ditetapkan Pemerintah, dalam Buku Pedoman Penyusunan KTSP, yaitu sebagai berikut.
Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
Relevan Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai
dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
Sistematis Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai
kompetensi.
Konsisten Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator,
materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian.
Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan- 67
Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
Menyeluruh
Komponen
silabus
mencakup
keseluruhan
ranah
kompetensi
(kognitif,
afektif,
dan
psikomotor). Langkah pertama dalam menyusun silabus adalah menetapkan tujuan mata pelajaran dalam rumusan kompetensi mata pelajaran seperti yang dijelaskan dalam tabel 5.3.= Mengingat luasnya materi dari suatu mata pelajaran, maka diperlukan analisis materi pelajaran, dengan tujuan memilih dan memilah mana pokok bahasan yang penting (esensial) yang harus dikuasai dan dimiliki siswa, dalam proses belajar intrakurikuler dan pokok bahasan mana yang akan dijadikan bahan pembelajaran ko-kurikuler. 1. Analisis Materi Esensial Analisis mata pelajaran seperti yang dikemukakan Suderadjat (2004:2—53) adalah kegiatan pemilihan materi esensial dari keseluruhan materi suatu pelajaran, untuk mendapatkan pokokpokok bahasan yang penting atau konsep-konsep utama materi pelajaran minimal yang harus dikuasai dan dimiliki siswa dalam proses belajarnya secara tuntas ( mastery learning).Materi pelajaran yang esensial tersebut terdiri dari konsep-konsep keilmuan, yang memiliki karakteristik sebagai berikut.
(a) Universal Konsep tersebut memiliki tingkat generalisasi yang tinggi sehingga mampu memberikan pondasi yang luas.
(b) Adaptif Dapat memberikan kemampuan kepada siswa untuk mengadaptasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi.
(c) Transferable Dapat dimanfaatkan atau digunakan bagi pemecahan masalah dalam berbagai disiplin ilmu (breakthrough concept). (d) Aplikatif Memungkinkan untuk diterapkan atau diaplikasikan secara luas pada berbagai bidang keilmuan dan teknologi.
(e) Meaningful Layak, bermakna, dan bermanfaat untuk diketahui dan dikuasai oleh siswa sebagai landasan untuk tumbuh dan berkembang.
(f) Frame of thinking Mampumembentuk dan membangun kerangka berfikir. Dalam pembelajaran sains misalnya, materi pembelajaran esensial adalah konsep-konsep esensial sains atau pokok-pokok bahasan esensial (PBE).Materi pelajaran yang tidak terpilih menjadi materi pelajaran esensial dapat dijadikan bahan pengayaan atau perluasan wawasan keilmuan siswa dalam pembelajaran co-kurikuler, dalam bentuk tugas pengembangan ataupun pekerjaan rumah. Setelah mendapatkan pokok-pokok bahasan esensial, selanjutnya PBE tersebut perlu disusun dalam suatu urutan logis, yaitu urutan pokok bahasan yang memungkinkan siswa mempelajari
68 - Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan
pokok-pokok bahasan dengan lebih mudah dalam rangka menguasai mata pelajaran secara utuh dan menyeluruh. Ada dua langkah dalam menyusun urutan pokok bahasan esensial dalam urutan logis, yaitu: 1. Analisis ketergantungan antarpokok bahasan (topik) dalam satu mata pelajaran. 2. Analisis ketergantungan antartopik antarmata pelajaran. Hasil dari dua langkah kegiatan tersebut akan diperoleh urutan PBE yang akan dipelajari siswa secara logis, yaitu pola urutan PBE atau peta konsep. Peta konsep dalam satu mata pelajaran sangat penting karena peta tersebut akan membangun kerangka konsep (conceptual frame work) dari mata pelajaran yang akan membangun kerangka pikir (frame of thinking). Setelah dua kegiatan tersebut dilakukan, akan diperoleh daftar pokok bahasan esensial yang tersusun secara logis. Artinya, siswa dapat mempelajari secara tuntas ( mastery learning) semua pokok bahasan yang wajib dimilikinya. Setelah kegiatan-kegiatan tersebut, selanjutnya dapat ditetapkan tujuan mata pelajaran dalam rumusan kompetensi. Merumuskan Kompetensi Mata Pelajaran Tujuan mata pelajaran dapat dirumuskan dalam standar kompetensi lulusan (SKL), dan kompetensi mata pelajaran, berlandaskan hasil analisis materi pelajaran, yang berupa peta konsep atau urutan logis PBE. Standar Kompetensi lulusan dari suatu mata pelajaranadalah penguasaan semua pokok bahasan esensial yang dapat digunakan dalam kehidupan, baik kehidupan akademik maupun kehidupan bermasyarakat dengan akhlak mulia dan berdampak positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Untuk memudahkan pemahaman terhadap langkah pertama penyusunan silabus, kita ambil contoh mata pelajaran Fisika dalam program adaptif SMK. Misalnya, setelah dilakukan analisis materi esensial Fisika diperoleh sepuluh PBE, yang kemudian ditempatkan dalam urutan logis mulai dari PBE 1sampai dengan PBE10. Maka standar kompetensi lulusan (SKL) mata pelajaran Fisika adalah: siswa menguasai 10 PBE
Fisika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah pekerjaan dengan baik dan bermanfaat. Dari 10 PBE tersebut, kemudian dialokasikan ke masing-masing kelas, mulai dari kelas X s/d kelas XII, dan misalnya, diperoleh alokasi materi esensial seperti yang digambarkan dalam tabel berikut:
Kelas
Alokasi PBE
XII
PBE9
PBE10
XI
PBE5
PBE6
PBE7
PBE8
X
PBE1
PBE2
PBE3
PBE4
Tabel 5.4: Alokasi Materi Pelajaran Esensial (PBE) Fisika di SMK
Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan- 69
Berdasarkan tabel 5.4 tersebut, dapat ditetapkan tujuan mata pelajaran Fisika kelas X, kelas XI dan kelas XII yang dapat digambarkan dalam struktur sebagai berikut:
Gambar5.9 : Struktur Materi Pelajaran dan Tujuan dalam Rumusan Kompetensi
Dari tabel 5.4 dan gambar 5.9 tersebut, selanjutnya dapat ditetapkan tujuan mata pelajaran pertingkat dalam rumusan kompetensi sebagai berikut:
Kompetensi mata pelajaran kelas X:Siswa menguasai dan memiliki pokok bahasan esensial Fisika kelas X (4 PBE) dan dapat menggunakannya dalam kehidupan dengan berlandaskan nilai-nilai personal dan sosial.
Kompetensi mata pelajaran kelas XI:Siswa menguasai dan memiliki pokok bahasan esensial Fisika kelas XI (4 PBE) dan dapat menggunakannya dalam kehidupan dengan berlandaskan nilai-nilai personal dan sosial.
Kompetensi mata pelajaran kelas XII:Siswa menguasai dan memiliki pokok bahasan esensial Fisika kelas XII (2 PBE) dan dapat menggunakannya dalam kehidupan dengan berlandaskan nilai-nilai personal dan sosial.
Selanjutnya dapat ditetapkan Standar Kompetensi (SK). Dengan adanya 10 PBE maka dapat ditetapkan 10 SK, dengan contoh rumusan SK1 sebagai berikut:
Standar kompetensi (SK1):Siswa menguasai PBE1 dan dapat menggunakannya dalam kehidupan dengan akhlak mulia.
Contoh: Pengembangan Standar Kompetensi (SK) menjadi Kompetensi Dasar (KD) Dengan asumsi bahwa Kesepuluh Standar Kompetensi (SK) dari mata pelajaran Fisika Kelompok Pertanian dalam Peraturan Menteri No.22 Tahun 2006, telah dirumuskan berdasarkan hasil analisis konsep esensial, maka rumusan SK1 yang mengintegrasikan kognitif, afektif dan motorik adalah: Siswa memiliki konsep besaran dan dapat menggunakannya dalam pekerjaan
dengan baik dan bermanfaat.
70 - Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan
Secara keseluruhan SK dan KD dalam mata pelajaran Fisika-Kelompok Pertanian dapat dilihat dalam tabel berikut:
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Mengukur besaran dan menerapkan satuannya
1. 1 Menguasai konsep besaran dan satuannya 1. 2 Menggunakan alat ukur yang tepat untuk mengukur suatu besaran fisis
2. Menerapkan hukum gerak dan gaya
2. 2. 2. 2. 2. 3. 3. 3. 3.
3. Menerapkan gerak translasi, rotasi, dan keseimbangan benda tegar
1 2 3 4 5 1 2 3 4
Menguasai konsep gerak dan gaya Menguasai hukum Newton Menghitung gerak lurus Menghitung gerak melingkar Menghitung gaya gesek Menguasai konsep gerak translasi dan rotasi Menguasai konsep keseimbangan benda tegar Menghitung gerak translasi dan rotasi Menghitung keseimbangan benda tegar
4. Menerapkan konsep usaha/daya dan energi
4. 1 Menguasai konsep usaha/daya dan energi 4. 2 Menguasai hukum kekekalan energi 4. 3 Menghitung usaha/daya dan energi
5. Menerapkan konsep impuls dan momentum
5. 1 Mengenali jenis tumbukan 5. 2 Menguasai konsep impuls dan hukum kekekalan momentum 5. 3 Menerapkan hubungan impuls dan momentum dalam perhitungan 6. 1 Menguasai konsep suhu dan kalor 6. 2 Menguasai pengaruh kalor terhadap zat 6. 3 Mengukur suhu dan kalor 6. 4 Menghitung kalor 7. 1 Menguasai hukum fluida statis 7. 2 Menguasai hukum fluida dinamis 7. 3 Menghitung fluida statis 7. 4 Menghitung fluida dinamis 8. 1 Menguasai konsep kemagnetan 8. 2 Menguasai hukum magnet dan elektromagnet 8. 3 Menggunakan magnet 8. 4 Menggunakan electromagnet 9. 1 Menguasai hukum kelistrikan arus searah 9. 2 Menguasai hubungan antara tegangan, hambatan, dan arus 9. 3 Menghitung daya dan energi listrik arus searah 10.1 Menguasai hukum kelistrikan arus bolak-balik 10.2 Menguasai hubungan antara tegangan, impedensi, dan arus 10.3 Menghitung daya dan energi listrik arus
6. Menerapkan konsep suhu dan kalor 7. Menerapkan konsep fluida
8. Menerapkan konsep magnet dan elektromagnet 9. Menerapkan konsep listrik arus searah 10. Menerapkan konsep listrik arus bolak-balik
bolakbalik Tabel 5.5: SK dan KD Mata Pelajaran Fisika-Kelompok Pertanian (Permen No.22 Tahun 2006)
Kesepuluh SK dalam mata pelajaran Fisika-Kelompok Pertanian diasumsikan memiliki materi pelajaran yang merupakan pokok bahasan esensial (PBE) Fisika. Mengingat definisi kompetensi bahwa kompetensi merupakan integrasi kognitif (ilmu), motorik (amal) dan afektif (nilai dan sikap), maka guru-guru Fisika SMK dapat menyempurnakan rumusan kesepuluh SK tersebut, agar berdimensi kecerdasan dan juga berdimensi karakter, seperti contoh rumusan SK1 terdahulu. Selanjutnya bagaimana mengembangkan SK menjadi KD?
Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan- 71
Kompetensi dasar (KD) merupakan tujuan pembelajaran khusus untuk setiap pertemuan atau pembelajaran, oleh karena itu dalam silabus untuk setiap KD (komponen tujuan) ditetapkan apa materi pokoknya (komponen isi), proses pembelajaran (komponen metoda) dan cara evaluasinya (komponen evaluasi). Selanjutnya dalam format silabus, disamping keempat komponen tersebut dilengkapi juga dengan alokasi waktu belajar, sarana pembelajaran dan metoda evaluasi yang akan dilakukan. Berlandaskan pada konsep kompetensi, maka kompetensi dasar pun akan memiliki dimensi sebagai berikut: 1.
Pertama, dimensi proses, yaitu proses belajar untuk menguasai konsep (pokok bahasan esensial) melalui mastery learning. Kecakapan proses ini berorientasi pada latihan berpikir (proses berpikir) atau kecerdasan intelektual, yang pada umumnya disebut kecerdasan.
2.
Kedua, dimensi materi, yaitu bagian dari pokok bahasan yang disebut sebagai sub pokok bahasan esensial(SPBE) yang harus dimiliki siswa.
3.
Ketiga, dimensi proses aplikasi konsep dalam kehidupan, baik dalam pekerjaan maupun kehidupan sehari-hari. Dalam dimensi proses aplikasi konsep ini diintegrasikan dimensi nilai akhlak mulia yang dapat membangun karakter siswa. Nilai-nilai personal dan nilai-nilai sosial diintegrasikan ke dalam latihan aplikasi konsep dalam kehidupan, yang secara umum masyarakat muslim menyebutnya sebagai ―amal soleh‖. Sehingga secara lengkapnya disebut sebagai ilmu yang diamalkan dengan kesalehan sosial‖. Masyarakat umum menyebut hal ini sebagai latihan amal soleh, yaitu perbuatan yang dilandasi oleh nilai-nilai agama atau nilai-nilai akhlak mulia. Selanjutnya proses pengembangan SK menjadi KD dapat dilakukan dengan menggunakan
matriks ―pengembangan SK menjadi KD‖. Untuk bahan analisis melalui matriks Pengembangan SK menjadi KD, dibutuhkan ―kecakapan proses‖, materi pelajaran dalam bentuk Pokok Bahasan Esensial (PBE) dan Sub Pokok Bahasan Esensial (SPBE), serta nilai-nilai individual dan sosial. Adapun kecakapan proses yang mencerdaskan, yang dapat dilaksanakan pada pembelajaran IPA di SMK, antara lain yaitu: - observasi, - pengukuran, - klasifikasi, - inferensi (penarikan kesimpulan), - komunikasi, - membuat hipotesis, - merancang penelitian, - pengontrolan variabel, - interpretasi data, - pemodelan. Dimensi kedua dari kompetensi adalah materi esensial atau Pokok Bahasan Esensial (PBE) yang untuk penetapan kompetensi dasar (KD) berupa sub pokok bahasan esensial (SPBE). SPBE merupakan bagian dari PBE. SPBE dari pokok bahasan esensial besaran dan satuan, dari mata pelajaran Fisika yang tercantum dalam Permen No.22 Tahun 2006 adalah: Besaran pokok dan besaran turunan Jenis-jenis alat ukur Besaran dan dimensi
72 - Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan
Besaran skalar Besaran vektor Sedangkan untuk nilai-nilai personal dan sosial yang dapat membangun karakter siswa, antara lain sebagai berikut. 1.
Nilai-nilai Personal Berani, bertanggung jawab, percaya diri, teliti, jujur, mempunyai keingintahuan yang besar,
antusias, kreatif, tekun, sopan, optimis, tidak mudah putus asa, dan bijaksana. 2.
Nilai Sosial Kerja sama, menghargai orang lain, berempati, toleran, sportif, berkomunikasi dengan baik,
ramah, pandai bergaul, mengendalikan emosi, bersimpati, menyimak, menyampaikan gagasan, dan memecahkan masalah bersama. Berdasarkan ketiga dimensi tersebut, maka dapat dikembangkan matriks analisis Standar Kompetensi (SK) menjadi Kompetensi Dasar (KD) sebagai berikut: Matriks Analisis Standar Kompetensi Menjadi Kompetensi Dasar Mata pelajaran Kelas/ Semester
: Fisika : X (sepuluh)/1
Standar kompetensi : Siswa menguasai konsep besaran dan satuan, serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dengan akhlak mulia yang bermanfaat bagi lingkungannya.
SK 1 Proses Penguasaan Materi (Mastery Learning)
10. Interpretasi data
KD 1.1
KD 1.1
KD 1.2
KD 1.2
KD 1.2
KD 1.2
KD 1.2
KD 1.2
1. Personal
KD 1.1
11. Pemodelan
KD 1.1
7. Hipotesis
4. Pengambilan kesimpulan
KD 1.
6. Komunikasi
3. Klasifikasi
KD 1.1
5. Prediksi
2. Pengukuran
1
Besaran pokok, satuan dan turunannya
1. Observasi
Sub Pokok Bahasan Esensial
8. Rancangan penelitian
Kecakapan Proses
9. Pengontrolan variabel
NO
2
Panjang, massa, suhu dan waktu
KD 1.3
KD 1.3
KD 1.3
KD 1.3
KD 1.3
KD 1.3
KD 1.3
3
Besaran vektor dan skalar
KD 1.4
KD 1.4
KD 1.4
KD 1.4
KD 1.4
KD 1.4
KD 1.4
2. Sosial
Proses aplikasi dalam kehidupan dengan berintikan nilai
KD 1.2
Tabel 5.6 Matriks Analisis Standar Kompetensi (SK1) menjadi Kompetensi Dasar
Pengembangan Kompetensi Dasar berdasarkan matriks tersebut : KD1.1. Siswa mampu mengklasifikasikan besaran dan satuan serta turunannya dengan percaya diri dan teliti KD1.2. Siswa mampu mengkomunikasikan besaran, satuan dan kegunaannya dalam pekerjaandengan percaya diri dan sopan
Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan- 73
KD1.3. Siswa mampu melakukan pengukuran besaran fisika (panjang, massa, suhu dan waktu) menggunakan alat ukur yang sesuai dengan teliti KD1.4. Siswa mampu melakukan operasi vektor dan menggunakannya dalam menyelesaikan masalahyang berkaitan dengan besaran vektor Sebelas kecakapan proses belajar tersebut merupakan proses berpikir ( thinking skill).Kemudian, dalam kolom aplikasi konsep dalam kehidupan dengan nilai-nilai moral, merupakan proses pembiasaan akhlak mulia, yang berorientasi pada kecerdasan emosional spiritual. Mengapa silabus dalam tabel 5.6 dapat mencerdaskan siswa? Karena
dalam
proses belajar
siswa
belajar
mengamati, belajar
mengukur, belajar
mengklasifikasi, belajar memprediksi, dan belajar menyimpulkan dan mengkomunikasikan dalam proses berpikir induktif ilmiah, dan juga belajar membuat hipotesis, merancang penelitian, pengontrolan variabel, interpretasi data serta pemodelan dalam konteks belajar berpikir deduktif ilmiah. Dalam proses belajar seperti itu, mereka belajar berpikir atau berlatih untuk cerdas, atau berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Mengapa silabus itu berkarakter? Karena siswa dilatihkan untuk aplikasi konsep fisika dalam kehidupan dengan nilai-nilai personal dan sosial. Dalam hal ini, siswa berlatih untuk ‖beramal saleh‖. Mereka berlatih membiasakan kebenaran, sesuai dengan norma-norma karakter bangsa.
Menentukan Indikator Pencapaian kompetensi dasar (KD) ditandai oleh pencapaian indikator dalam bentuk perubahan perilaku yang dapat diobservasi dan diukur ( observable and measureable), mencakup sikap (afektif atau attitude), pengetahuan (kognitif atau verbal), dan keterampilan (psikomotor atau physical). Kompetensi: Integrasi Kognitif, Afektif, dan Motorik
Knowledge Ilmu
Skill Amal
Attitude Iman
Kompetensi
Verbal Performance
Ilmu yang amaliah
Physical Performance
Amal yang ilmiah
Attitudinal Performance
Dengan akhlak mulia
Performansi/ unjuk Kerja
Gambar 5.10: Unjuk Kerja sebagai Indikator Kompetensi
74 - Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. Semua unjuk kerja siswa tersebut, yang terkelompok dalam verbal (kognitif), sikap (afektif), dan fisikal (motorik) akan menggambarkan penguasaan KD berdasarkan kecakapan proses dan nilai-nilai sikap yang ditetapkan guru dalam matriks.
Strategi Penilaian Penilaian (assessment) adalah istilah umum yang mencakup semua metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok peserta didik. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti yang menunjukkan pencapaian belajar peserta didik. Penilaian
adalah
pengukuran
terhadap
ketercapaian
indikator
hasil
belajar
yang
menggambarkan rincian pencapaian kompetensi dasar. Evaluasi pencapaian kompetensi dasar dilakukan pada akhir kegiatan belajar. Dengan demikian, evaluasi pembelajaran terjadi pada setiap akhir kegiatan pembelajaran dan dilakukan secara berkesinambungan dan terus-menerus. Penilaian dilakukan dengan acuan patokan (PAP), bukan penilaian acuan norma (PAN). Yang menjadi patokan adalah ketuntasan atau ketercapaian siswa menguasai kompetensi dasar yang ditandai dengan ketuntasan setiap indikator.Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memeroleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Bab 5 Pengembangan KBK di Pendidikan Kejuruan- 75