BAB V A. KESIMPULAN Praktik kloning selama ini selalu dikhawatirkan akan memberikan efek yang buruk terhadap seluruh aspek kehidupan manusia. Praktik kloning masih menjadi perdebatan. Manfaat yang didapatkan dari praktik kloning sendiri memang baik bagi kelangsungan hidup manusia dimasa depan namun, resiko yang dikorbankan demi terwujudnya keberhasilan kloning juga menuntut banyak nyawa untuk dikorbankan. Perdebatan ini menjadi dasar permasalahan etis atau tidaknya tindakan praktik kloning. Teknologi kloning menimbulkan permasalahan besar manakala manusia menjadi objek dari teknologi kloning. Teknik kloning membuat manusia merasa bisa menciptakan kehidupan baru di dalam laboratoriumnya. Praktik kloning mengakibatkan masalah-masalah moral dan sosial yang ada di sekitarnya akan menjadi kacau karena disitu tercampur berbagai macam interes dari berbagai kalangan. Masalah menjadi semakin sulit karena orang tidak berpegang pada asas yang sama untuk menilai kejadian yang sama. Teknologi akan menjadikan apa yang tidak etis menjadi tetap benar. Problem etis yang paling besar dalam kasus kloning adalah tentang martabat manusia. Manusia semakin terpuruk martabatnya dan menjadi tidak ada bedanya dengan kelinci percobaan. Manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang spesial, sebagai suatu kreasi yang unik diantara mahluk lainnya di bumi. Problem etis selanjutnya adalah tentang peraturan dan hukum. Hukum tidak akan lagi menjadi pegangan dalam menata kehidupan manusia agar menjadi lebih
94
baik karena praktik kloning akan membuat hukum menjadi kabur dalam tindakannya. Teknologi akan menjadikan kloning baik meskipun dalam praktiknya kloning adalah suatu bentuk pelanggaran terhadap hukum. Kloning memberikan manfaat bagi kehidupan manusia maka tidak seharusnya tindakan yang bermanfaat besar bagi kehidupan banyak orang menjadi sesuatu yang melanggar hukum. Problem etis yang terakhir adalah mengenai masa depan manusia. Kloning menghasilkan manusia-manusia super yang diidam-idamkan oleh banyak orang. Manusia dimasa depan tidak akan lagi memiliki kekurangan, terutama dalam bidang kesehatan. Kloning menjadi titik awal atau permulaan dari evolusi manusia baru. Manusia hasil klon inilah yang akan menjadi penerus generasi manusia kelak. Kehidupan manusia lama yang tidak berumur panjang akan diteruskan oleh manusia klon. Masa depan manusia ada ditangannya masing-masing. Keputusan dari tindakan kloning akan menjadikan manusia sebagai pemusnah manusia lama dan sekaligus pencipta manusia kloning, sebagai tahap baru dalam evolusi. Utilitarianisme merupakan salah satu aliran etika yang menyempurnakan teori Teleologis. Prinsip utama dalam teori ini adalah mengutamakan keuntungan sebanyak mungkin bagi semua orang. prinsip ini sering dijadikan sebagai penentu suatu kebijakan dengan mengandalkan rasionalitas. Utlititarianisme dalam aplikasinya dibagi menjadi dua, yakni utilitarianisme tindakan dan Utilitarianisme peraturan. Utilitarianisme tindakan menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan yang baik meskipun melanggar hukum. Tindakan yang melawan hukum atau tidak
95
sesuai dengan moral yang berlaku akan tetap menjadi baik karena telah memberikan manfaat atau telah menyelamatkan sesuatu yang berharga bagi banyak manusia. Utilitarianisme peraturan akan mempersempit tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan dan moral yang berlaku. Tindakan dikatan benar apabila memberikan manfaat bagi banyak orang sekaligus sesuai dengan peraturan dan moral yang berlaku. Tindakan mencuri guna menolong kaum miskin tetap merupakan tindakan yang salah meskipun dampak baiknya dirasakan bagi banyak orang, terutama kaum miskin yang ditolong. Utilitarianisme memandang praktik kloning sebagai suatu tindakan yang harus diperhitungkan antara hasil baik dan buruk yang akan diakibatkannya. Meminimalisasi dampak buruk untuk memperoleh dampak baik sebanyakbanyaknya adalah ciri khas Utilitarianisme. Praktik kloning memberikan banyak keuntungan serta juga memberikan resiko yang berat bagi masa depan manusia. Praktik kloning harus ditinjau kembali berdasarkan pengaplikasian Utilitarianisme yaitu, menurut Utilitarianisme tindakan dan Utilitarianisme peraturan. Praktik kloning menurut Utilitarianisme tindakan jelas didukung seratus persen. Tindakan kloning yang beresiko besar dianggap sebagai pengorbanan yang setimpal guna memperoleh banyak kemudahan bagi manusia di masa depannya. Praktik kloning menurut Utilitarianisme tindakan merupakan tindakan rasional bagi manusia untuk keluar dari berbagai masalah yang dikarenakan ketidak sempurnaan manusia itu sendiri. Praktik kloning yang dianggap melawan hukum dan moral yang berlaku kelak akan menimbulkan revolusi, guna
96
memperbaiki peraturan hukum dan moral yang dirasa sudah tidak sesuai dengan kemajuan zaman, dimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih diutamakan. Utilitarianisme peraturan akan berpandangan lain dari Utilitarianisme tindakan. Utilitarianisme peraturan akan mempertimbangkan praktik kloning berdasarkan peraturan moral yang berlaku dalam masyarakat, meskipun memiliki banyak keuntungan namun jika tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam masyarakat maka kloning tidak bisa dilegalkan. Praktik kloning tetap memliki kemungkinan untuk didukung bila memang peraturan yang berlaku di masyarakat juga turut mendukung perkembangan kloning. Utilitarianisme peraturan ini memberikan batasan tindakan baik tetap diatur sehingga perilaku moral tidak keluar dari jalan yang seharusnya.
B. SARAN Manusia adalah gambaran dari citra Allah, diciptakan dalam keunikannya supaya manusia bisa menjalankan kebebasannya dalam mencapai kebahagiaan kekal. Maka masing-masing manusia berhak untuk mengarungi hidupnya sendiri dan menentukan kemana manusia harus melangkah. Manusia berkewajiban melindungi dan memelihara hidup manusia betapapun lemah dan hinanya, sehingga apapun bentuk penghancuran atau pelecahan manusia lemah baik melalui praktik kloning, tidak dibenarkan di hadapan manusia yang bermartabat dan berbudaya. Praktik kloning belum dapat dinyatakan sebagai bentuk tindakan yang legal
97
namun, ada baiknya hukum bertindak tidak terlalu kaku dengan melarang perkembangan pengetahuan di bidang kloning. Hukum harus sedikit lebih membuka diri terhadap teknologi dan ilmu pengetahuan agar ilmu pengetahuan tidak diam di tempat dan dapat menemukan titik terang arah perkembangannya yang tidak berlawanan dengan hukum dan moral yang berlaku. Praktik kloning manusia menurut utilitarianisme peraturan merupakan suatu tindakan yang salah atau buruk. Kloning manusia meskipun memberikan manfaat besar bagi banyak orang tetap merupakan suatu tindakan yang buruk jika tidak didukung oleh hukum dan moral yang berlaku. Permasalahannya adalah jika problem kloning ini dibenturkan dengan lebih dari satu masalah etis karena norma yang berlaku disatu tempat belum tentu ditempat lain norma tersebut adalah benar menurut masyarakat lain. Kloning disatu sisi bertentangan dengan hukum di sisi lain nyawa manusia adalah hal utama yang perlu diperjuangkan dan diselamatkan. Kondisi seperti inilah yang membuat manusia seringkali kembali terjebak pada utilitarianisme tindakan meskipun dalam ketegasannya masyarakat memilih utilitarianisme peraturan sebagai pedoman tetapi pada praktiknya kelak akan tetap kembali lagi pada utilitarianisme tindakan. Penulis menyarankan agar sebaiknya praktik kloning tetap diperbolehkan dengan mengutamakan pada terapi, pengobatan dan hal-hal yang menyakut keselamatan manusia disaat genting. Fenomena yang terjadi seperti yang disebutkan di atas memberi gambaran bahwa masih terbuka lebar untuk dilakukan penelitian tentang praktik kloning selanjutnya. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan
98
dan kesalahan. Peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan praktik kloning secara filosofis dapat dilakukan dengan menggunakan perspektif yang berbeda karena masih banyak sumber ajaran moral yang bisa dijadikan alternatif pemecahan masalah, sehingga nantinya dapat melengkapi pandangan-pandangan dan kekurangan-keurangan yang belum dapat disajikan oleh peneliti. Penelitian tentang praktik kloning selanjutnya disarankan lebih mampu memberikan kontribusi positif dan mendukung peran filsafat dan etika dalam usaha menyoroti fenomena-fenomena dalam perkembangan ilmu dan teknologi terutama praktik kloning yang berhubungan dengan berbagai aspek kehidupan, sehingga mampu memperluas wacana dan pengetahuan baik bagi praktisi sains, filsafat, ilmu pengetahuan maupun masyarakat yang lebih luas.
99