perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini akan dipaparkan hasil penelitian beserta pembahasannya. Adapun urutan penyajiannya adalah sebagai berikut. Pada bagian awal disajikan deskripsi data berupa tindak ilokusi dari tuturan-tuturan Tinker Bell dalam film Tinker Bell And The Lost Treasure. Tindak ilokusi tersebut akan disajikan juga beserta fungsinya. Selanjutnya, pembahasan tentang teknik-teknik terjemahan yang digunakan dalam tuturan-tuturan Tinker Bell tersebut, disajikan. Kemudian tuturan-tuturan tersebut dinilai kualitasnya berdasarkan tingkat keakuratan dan keberterimaannya. A. Temuan Penelitian 1. Jenis dan fungsi tindak ilokusi tuturan Tinker Bell dalam film Tinker Bell And The Lost Treasure. Searle (1979) mengklasifikasikan lima macam tindak tutur, yaitu: Asertif, Direktif, Ekspresif, Komisif, dan Deklarasi. Analisis tindak ilokusi data yang ada, didasarkan pada klasifikasi Searle seperti tersebut di atas. Dalam penelitian ini ditemukan 279 unit data yang berupa kata, kelompok kata, dan kalimat. Data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa tuturan tokoh Tinker Bell dalam film Tinker Bell And The Lost Treasure dan diklasifikasi berdasarkan jenis dan fungsi tindak ilokusinya. Berikut ini akan disajikan klasifikasi data tuturan Tinker Bell dalam film Tinker Bell And The Lost Treasure berdasarkan klasifikasi tindak ilokusi Searle.
commit to user
54
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1-IV : Klasifikasi data tuturan Tinker Bell No
1
2
3
Jenis Tindak Ilokusi
Fungsi
Jumlah
Presentase
Bsu
Bsa
Bsu
Bsa
Asertif
Asertif
mengatakan
mengatakan
61
21,86 %
bertanya
bertanya
34
12,18 %
memberitahu
memberitahu
70
25,08 %
berpendapat
berpendapat
8
2,88 %
menjelaskan
menjelaskan
6
2,16 %
menegaskan
menegaskan
1
0,36 %
menyuruh
menyuruh
28
10,03 %
meyakinkan
meyakinkan
1
0,36 %
mengharap
mengharap
1
0,36 %
memohon
memohon
9
3,24 %
memanggil
memanggil
5
1,79 %
mengajak
mengajak
2
0,71 %
Mengusir
mengusir
2
0,71 %
Memintamaaf
memintamaaf
4
1,44 %
khawatir
khawatir
2
0,72 %
berterimakasih
berterimakasih
6
2,15 %
kesal
kesal
3
1,08 %
memuji
memuji
8
2,88 %
meragukan
meragukan
1
0,36 %
kagum
kagum
2
0,72 %
terkejut
terkejut
7
2,52 %
Direktif
Ekspresif
Direktif
Ekspresif
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4
menyalahkan
menyalahkan
5
1,8 %
menyapa
menyapa
6
2,16 %
menyesal
menyesal
1
0,36 %
mencurigai
mencurigai
1
0,36 %
kecewa
kecewa
1
0,36 %
Ekspresif
Asertif
memuji
memberitahu
1
0,36 %
Komisif
Komsif
berjanji
berjanji
3
0,36 %
Berdasarkan deskripsi tabel seperti tersebut diatas, diketahui bahwa dari 279 unit data, terdapat 4 jenis tindak ilokusi yaitu tindak ilokusi asertif, direktif, ekspresif, dan komisif. Berikut dibawah ini akan disajikan pembahasan jenis dan fungsi tindakilokusi dari data-data sepereti pada tabel tersebut di atas. a. Asertif Jenis tindak tutur asertif merupakan jenis tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas hal yang dikatakannya atau dapat juga dikatakan bahwa penutur terikat pada kebenaran proposisi yang diungkapkan. Di dalam penelitian ini ditemukan 180 tuturan yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur asertif dan merupakan jenis tindak tutur terbanyak dari tuturan Tinker Bell. Jenis tindak tutur asertif yang ditemukan pada tokoh Tinker Bell dalam film Tinker Bell And The Lost Treasure ini terdiri dari beberapa fungsi tuturan, yaitu mengatakan, bertanya, memberitahu, berpendapat, menjelaskan, dan menegaskan. (1). Mengatakan Di dalam Kamnus Besar Bahasa Indonesia (2008:693), ‘berkata’ berarti commitJadi to user melahirkan isi hati dengan kata-kata. tuturan dengan fungsi mengatakan
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah tuturan yang mengacu pada maksud ujaran untuk melahirkan atau mengungkapkan isi hati atau pikiran dari penutur terhadap mitra tutur. Di dalam klasifikasi tuturan dengan jenis asertif ini, terdapat 60 tuturun dengan fungsi ilokusi mengatakan. Dibawah ini disajikan contoh tuturan dengan fungsi mengatakan. Gambar 1-IV: Tuturan dengan fungsi mengatakan
Terence
: Let her rip!
Tinker Bell (BSu)
: And now for hydro-drive.
Tinker Bel (BSa)
: Sekarang penggerak-hidro.
Konteks tuturan : Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell mencoba perahu baru ciptaanya yang ketika itu ditemani sahabatnya Terence. Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell saat berada di sungai dalam rangka mencoba perahu baru hasil karyanya. Ketika itu dia ditemani sahabatnya yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
58 digilib.uns.ac.id
bernama Terence. Saat perahu melaju, Tinker Bell melesat meninggalkan sahabatnya dan kecepatan perahunya kian bertambah saat tuas baling-balingnya ditarik dengan sebelumnya mengucapkan tuturan And now for hydro-drive. Tuturan tersebut berfungsi mengatakan karena hanya ingin mengungkapkan pikiran Tinker Bell yang akan menarik tuas baling-balingnya karena dia merasa perahunya melaju dengan kecepatan yang stabil dan berfikir untuk menambah kecepatannya. Tuturan dalam bahasa sasaran melalui terjemahan subtitle yang diterjemahkan seperti tersebut diatas, masih termasuk kedalam jenis tuturan asertif dengan fungsi mengatakan. Karena hanya bermaksud mengutarakan pikiran Tinker Bell yang akan menarik tuas baling-baling perahunya. Sehingga tidak terjadi perubahan jenis dan fungsi ilokusinya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pergeseran dalam bahasa sasarannya. (2). Bertanya Di dalam sebuah blog pendidikan (http://ainamulyana.blogspot.com) diutarakan bahwa menurut Munandar (1988:117), bertanya dapat diartikan sebagai keinginan mencari informasi yang belum diketahui. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1628), bertanya adalah meminta keterangan (penjelasan dan sebagainnya) ataupun dapat berarti meminta supaya diberitahu (tentang sesuatu). Berdasarkan keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tuturan dengan fungsi bertanya adalah tuturan yang mengacu pada maksud ujaran penutur untuk meminta informasi ataupun penjelasan terhadap mitra tutur. Di dalam penelitian ini, dari klasifikasi jenis tindak ilokusi asertif dengan fungsi bertanya ditemukan 33 tuturan. Adapun contoh tuturannya adalah sebagai berikut. commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Fairy Mary
: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10.
Tinker Bell (BSu)
: Why are you counting?
Tinker Bell (BSa)
: Mengapa kau berhitung?
Konteks tuturan : Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell terhadap Peri Mary saat meminta penjelasan terhadap tingkah Peri Mary di Aula Tongkat Kerajaan yang berhitung mundur, ketika batu bulannya bergerak. Gambar 2-IV: Tuturan dengan fungsi bertanya
Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell saat berada di Aula Tongkat Kerajaan. Tuturan Tinker Bell yang berbunyi Why are you counting? berfungsi menanyakan. Karena Peri Mary menghitung mundur setelah batu bulannya bergerak terkena tangan Tinker Bell dan hal tersebut menimbulkan pertanyaan dalam diri Tinker Bell. Oleh karenayaTinker Bell mengucapkan tuturan yang commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bermaksud untuk mendapatkan penjelasan atas perilaku Peri Mary tersebut. Tuturan tersebut diterjemahkan menjadi Kenapa kau berhitung?. Jenis maupun fungsi dari terjemahan tuturan tersebut tetap masih dalam klasifikasi jenis ilokusi asertif dengan fungsi bertanya. Dengan demikian, tuturan tersebut tidak mengalami pergeseran. Tuturan dengan fungsi bertanya ini mempunyai presentase 11,91 %. (3). Memberitahu Memberitahu berarti menjadikan supaya tahu atau mengerti (KBBI, 2008:184). Di dalam
http://www.merriam-webster.com
dijelaskan
bahwa
memberitahu atau inform berarti to give information to (someone) atau to be or provide the essential quality of (something) : atau to be very noticeable in (something). Berdasarkan keterangan-keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa tuturan dengan fungsi bertanya adalah tuturan yang mengacu pada maksud ujaran penutur untuk memberi pengertian ataupun informasi terhadap mitra tutur. Di dalam klasifikasi jenis tindak ilokusi asertif dengan fungsi memberitahu ini, ditemukan data tuturan sebanyak 73 dengan presentase 26,35 %. Dengan demikian tuturan dengan fungsi memberitahu ini, merupakan tuturan paling banyak yang muncul dalam penelitian ini. Adapun contohnya adalah sebagai berikut.
commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 3-IV: Tuturan dengan fungsi memberitahu
Tinker Bell (BSu)
: I have been picked to make the new fall scepter!
Tinker Bell (BSa)
: Aku terpilih untuk membuat tongkat musim gugur yang baru!
Terence
: Hey, that means they... They gave you the moonstone?
Konteks tuturan : Tinker Bell mengucapkan tuturan tersebut di kediamannya sesaat setelah kedatangan Terence. Tinker Bell terlihat senang dan meminta Terence menebak hal apakah yang sedang terjadi. Ketika Tinker Bell sedang sibuk mencari sesuatu dirumahnya, Terence datang. Tinker Bell yang terlihat begitu senang meminta Terence untuk menebak apa yang sedang terjadi. Kemudian Tinker Bell dengan tuturannya I have been picked to make the new fall scepter, memberitahu kepada Terence perihal yang sedang terjadi. Dengan melihat konteksnya, dapat diketahui bahwa fungsi tuturan commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tinker Bell ini adalah memberitahu. Di dalam bahasa sasaran yang berupa subtitle tuturan tersebut diterjemahkan menjadi Aku terpilih untuk membuat tongkat musim gugur yang baru. Terjemahan tersebut masih termasuk kedalam klasifikasi jenis tindak ilokusi asertif dengan fungsi memberitahu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tuturan terebut tidak mengalami pergeseran. (4). Berpendapat Dalam Kamus Kata-kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia (2005:251), kata pendapat mempunyai padanan dengan kata opini dan kata pandangan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:314), pendapat berarti pikiran dan juga anggapan, atau dapat juga berarti buah pemikiran atau perkiraan (tentang suatu hal, seperti orang, dan peristiwa). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tuturan dengan fungsi berpendapat adalah tuturan yang mengacu pada maksud ujaran penutur untuk memberikan pandangan ataupun perkiraan tentang suatu hal. Di dalam penelitian ini, tuturan jenis ilokusi asertif dengan fungsi berpendapat mempunyai jumlah sebanyak 8 dengan presentase sebesar 2,88 %. Adapun contoh dari tuturan dengan fungsi berpendapat disajikan dibawah ini. Tinker Bell (BSu)
: I think it’s gonna be perfect.
Tinker Bell (BSa)
: Ku rasa ini pas.
Terence
: (Looking up)
Konteks tuturan : Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell setelah mencoba meregangkan benda melar yang dibawakan oleh Terence. commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tinker Bell berada di tepi sungai dan sedang dalam tahap penyelesaian perahunya dan dia membutuhkan benda melar. Gambar 4-IV: Tuturan dengan fungsi berpendapat
Ketika Tinker Bell sedang dalam proses merampungkan pembuatan perahunya, sahabatnya Terence datang dan membawakan benda melar. Kemudian Tinker Bell memainkannya dan meregangkannya sembari mengujinya. Ternyata benda tersebut memang benda yang dapat melar atau elastic dan Tinker Bell malah terlilit benda tersebut. Kemudian dia menuturkan I think it’s gonna be perfect. Tuturan tersebut mempunyai fungsi berpendapat, karena Tinnker Bell berpandangan bahwa benda tersebut akan dapat digunakan untuk motornya. Tinker Bell sudah menguji benda tersebut bahkan dia sendiri sampai terlilit. Tuturan tersebut diterjemahkan dalam bahasa sasaran dengan bentuk subtitlenya yaitu Ku rasa ini pas. Kata I think … yang diterjemahkan menjadi Ku rasa … commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
secara jelas menyiratkan pendapat Tinker Bell. Dengan demikian, dalam terjemahannya tidak terdapat pergeseran. Karena jenis tindak ilokusinya tetap asertif begitu pula fungsinya juga tetap berpendapat. (5). Menjelaskan Kamus Besar Bahasa Indonesia mengatakan bahwa, menjelaskan (2008:626) mempunyai arti menguraikan secara terang dan dapat juga berarti menerangkan. Sehingga dengan berdasar pengertian tersebut, maka tuturan dengan fungsi menjelaskan adalah tuturan yang mengacu pada maksud ujaran penutur untuk menguraikan secara terang suatu perihal terhadap mitra tutur. Tuturan dengan fungsi menjelaskan ini berjumlah 6 dengan presentase sebesar 2,16 %. Berikut ini adalah contoh tuturan dengan fungsi menjelaskan. Tinker Bell (BSu)
: Terence, this is not sharp. This is round.
Tinker Bell (BSa)
: Terence, ini tidak tajam. Ini bundar.
Terence
: Really, look, if you look inside, it's...
Konteks tuturan : Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell sewaktu Terence tiba kembali di rumah Tinker Bell dan membawakannya kompas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
Gambar 5-IV: Tuturan dengan fungsi menjelaskan
Tinker Bell hendak menyelesaikan proses akhir pembuatan tongkat kerajaannya dan tinggal memberi taburan serbuk perak. Tiba-tiba sahabatnya Terence sudah sampai di rumah dan membawa benda (berbentuk bundar dan seperti kompas). Sebelumnya Tinker Bell meminta Terence pergi keluar untuk mencarikannya benda tajam. Kemudian Tinker Bell bertanya kepada Terence, perihal benda tersebut dan Terence menerangkan bahwa itu adalah benda tajam untuk Tinker Bell. Benda tersebut adalah kompas. Oleh karenanya Tinker Bell mengucapkan Terence, this is not sharp. This is round. Tetapi terjadi kesalahpahaman, sebab yang dimaksud benda tajam adalah jarum kompas dan bukannya kompasnya. Tuturan tersebut berfungsi untuk menguraikan secara terang bahwa benda tersebut tidak tajam. Karena Tinker Bell berfikir bahwa Terence telah salah dalam mencari benda. Tuturan tersebut diterjemahkan menjadi commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terence, ini tidak tajam. Ini bundar. Tuturan tersebut masih mempunyai fungsi menjelaskan. Dengan demikian tidak terjadi pergeseran. (6). Menegaskan Tegas diantaranya mempunyai arti tentu dan pasti atau tidak ragu-ragu lagi. Sedangkan menegaskan dapat berarti mengatakan dengan pasti, tidak raguragu lagi (KBBI, 2008:1650). Jadi tuturan dengan fungsi menegaskan maksudnya adalah tuturan yang mengacu pada maksud ujaran penutur untuk mengutarakan suatu hal dengan pasti dan tanpa keragu-raguan. Di dalam penelitian ini, untuk klasifikasi jenis tindak ilokusi asertif dengan fungsi menegaskan, ditemukan sebuah tuturan dengan presentase terkecil yaitu 0,36 %. Adapun tuturan dengan fungsi menegaskan adalah berikut ini. Tinker Bell (BSu)
: Me! Me!
Tinker Bell (BSa)
: Aku!
Terence
: Hey, that means they... They gave you the moonstone?
Konteks tuturan : Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell sewaktu Terence datang ke rumah Tinker Bell. Tinker Bell megaskan bahwa dirinya terpilih untuk membuat tongkat kerajaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
Gambar 6-IV: Tuturan dengan fungsi menegaskan
Tinker Bell ketika itu sedang mencari benda-benda di rumahnya yang bisa dipakai untuk membuat tongkat kerajaan. Ketika dia sedang mencari benda-benda tersebut, Terence datang. Kemudian dengan perasaan senang, Tinker Bell meminta Terence untuk menebak apa yanga sedang terjadi. Tetapi Terence tidak mengetahui dan Tinker Bell kemudain memberitahukannya bahwa dirinya telah terpilih untuk membuat tongkat kerajaan. Tidak hanya cukup sampai disitu, kemudian Tinker Bell menegaskan lagi ucapannya dengan tuturan Me! Me!. Ucapan tersebut mempunyai maksud ujaran bahwa Tinker Bell ingin mengutarakan dengan pasti bahwa dirinyalah yang terpilih untuk membuat tongkat kerajaan. Tuturan tersebut jelas mempunyai jenis tindak ilokusi asertif dengan fungsi menegaskan. Tuturan tersebut diterjemahkan menjadi Aku!. Meskipun dalam terjemahannya digunakan teknik reduksi, tapi tuturan tersebut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
berfungsi menegaskan. Terlebih dengan penggunaan tanda seru, yang tampak memberikan tekanan akan fungsi tuturan tersebut. Dalam penelitian ini hanya ditemukan sebuah tuturan dengan jenis tindak ilokusi asertif yang berfungsi menegaskan dan tidak didapati terjadinya pergeseran didalamnya. b. Direktif Di dalam situs www.artikata.com dikatakan bahwa directive mempunyai makna having power to direct; tending to direct, guide, or govern; showing the way. Sedangkan Yule (2006:93) menjelaskan bahwa tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jadi maksud dari tindak tutur ini adalah agar mitra tutur mau melakukan apa yang dimaksud oleh penutur. Di dalam penelitian ini, ditemukan 48 tuturan dengan jenis tindak ilokusi direktif. Jumlah tuturan dengan jenis tindak ilokusi direktif ini berada di urutan ketiga setelah jenis tindak tutur ilokusi asertif. TuturanTinker Bell dalam film Tinker Bell And The Lost Treasure, yang termasuk dalam tindak ilokusi direktif ini, terdiri dari beberapa tuturan dengan fungsi yang berbeda-beda. Adapun beberapa fungsi yang termasuk ke dalam jenis tindak ilokusi direktif ini adalah menyuruh, meyakinkan, mengharap, memohon, meminta, memanggil, dan mengajak. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut. (1). Menyuruh Menyuruh bermakna memerintah supaya melakukan sesuatu atau memerintah supaya pergi ke suatu tempat untuk melakukan sesuatu atau dapat commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
juga berarti mengutus (KBBI, 2008:1568). Jadi tuturan dengan jenis tindak ilokusi direktif dengan fungsi menyuruh adalah tuturan dengan maksud ujaran penutur untuk memerintah mitra tutur agar melakukan sesuatu. Terdapat 26 tuturan dengan fungsi menyuruh dan merupakan fungsi tuturan dengan jumlah terbanyak dalam klasifikasi jenis tindak ilokusi direktif ini. Adapun jumlah presentasenya adalah 9,38 %. Berikut disajikan contoh dari tuturan dengan fungsi menyuruh. Tinker Bell (BSu)
: Yeah, that’s it! Keep going. Keep going!
Tinker Bell (BSa)
: Ya, seperti itu! Teruskan!
Cheeze
: (Paddling)
Konteks tuturan :Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell saat berada di tepi sungai ketika mencoba baling-baling kayuh penggerak perahunya. Gambar 7-VI: Tuturan dengan fungsi menyuruh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
70 digilib.uns.ac.id
Tinker Bell sedang menyelesaikan pembuatan perahu barunya dan dia ingin mencoba pedal baling-balingnya. Kemudian dia menyesuaikan piranti bagian bawah perahunya dan menyuruh temannya Cheese untuk mengayuhnya. Baling-baling pedalnya ternyata dapat berfungsi dengan baik dan kemudian Tinker Bell menyuruh Cheese lagi untuk tetap mengayuh pedalnya dengan tuturan Yeah, that’s it! Keep going! Keep going!. Tuturan tersebut jelas mempunyai fungsi menyuruh, terlebih dari kalimatnya Keep going!. Tuturan tersebut diterjemahkan menjadi Ya, seperti itu. Teruskan! Walaupun terdapat teknik reduksi pada tuturan tersebut, tetapi tidak terdapat pergeseran. Sebab bahasa sasarannya tetap termasuk dalam klasifikasi jenis tindak ilokusi direktif dengan fungsi menyuruh. (2). Meyakinkan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1819) kata yakin mempunyai arti percaya (tahu, mengerti) sungguh-sungguh (merasa pasti tidak salah lagi). Ditambahkan lagi, meyakinkan mempunyai makna menjadikan (menyebabkan) yakin. Sedangkan dalam kamus Indonesia-Inggris (1998:616) kata meyakinkan mempunyai arti convince. Sedangkan convince mempunyai makna to cause (someone) to believe that something is true (http://www.merriamwebster.com/dictionary/convince). Jadi tuturan jenis tindak ilokusi direktif dengan fungsi meyakinkan merupakan tuturan dengan maksud ujaran penutur menjadikan mitra tutur percaya dengan sungguh-sungguh perihal yang dituturkan oleh penutur. Tuturan dengan fungsi meyakinkan ini hanya ada satu dengan presentase sebesar 0,36 %. Adapun tuturan dengan fungsi tersebut adalah sebagai berikut. commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tinker Bell (BSu)
: I’m sure the queen wants to see me about something completely unrelated.
Tinker Bell (BSa)
: Aku yakin Ratu ingin menemuiku tentang hal yang tak berkaitan.
Viola
: (Blowing trumpet)
Konteks tuturan :Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell saat dia dijemput Viola (peri pengawal) untuk menemui Ratu Peri di istana. Tinker Bell menduga pemanggilannya berkaitan dengan permasalahannya dengan si kumbang bau. Gambar 8-IV: Tuturan dengan fungsi meyakinkan
Ketika Tinker Bell dan Terence sedang berbincang-bincang setelah perahu barunya menabrak pohon, tak selang berapa lama, Viola (peri utusan sang Ratu) datang menghampiri Tinker Bell.commit Tinker to Bell diminta mengahadap Ratu Clarion. user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Akhirnya Tinker Bell mengikuti Viola menuju istana. Dia berusaha meyakinkan Viola bahwa keinginan Ratu untuk menemuinya karena telah terjadi kesalahpahaman. Mungkin agar Viola tidak berburuk sangka terhadap Tinker Bell. Kemudian dengan tuturan yang befungsi meyakinkan, Tinker Bell mengucapkan I’m sure the queen wants to see me about something completely unrelated yang kemudian diterjemahkan dengan Aku yakin Ratu ingin menemuiku tentang hal yang tak berkaitan. Tidak terdapat pergeseran pada terjemahannya. Karena tuturan tersebut masih memiliki fungsi meyakinkan dengan jenis ilokusi direktif. (3). Mengharap Harap berarti keinginan supaya sesuatu terjadi (KBBI, 2008:524). Lebih lanjut ditambahkan bahwa berharap mempunyai arti berkeinginan supaya terjadi. http://www.merriam-webster.com/dictionary/ dijelaskan bahwa hope mempunyai makna to want something to happen or be true and think that it could happen or be true. Jadi tuturan dengan fungsi mengharap merupakan tuturan dengan maksud ujaran penutur yang mengingkan sesuatu hal dapat terjadi atau menjadi nyata. Hanya terdapat sebuah tuturan dengan fungsi mengharap di dalam klasifikasi jenis tindak ilokusi direktif ini, dengan presentase sebesar 0,36 %. Adapun tuturan tersebut adalah berikut ini. Tinker Bell (BSu)
: Please work! Please work! Please work!
Tinker Bell (BSa)
: Semoga berhasil!
Fairies
: (Cheering)
Konteks tuturan :Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell saat sedang menunggu lintasan sinar yang mengarah commit to user ke tongkat batu bulannya. Semua
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
peri yang berada di kerajaan menunggu keberhasilan batu bulan untuk menghasilkan serbuk peri. Gambar 9-IV:Tuturan dengan fungsi mengharap
Tinker Bell yang sudah memecahkan Batu Bulan yang menjadi amanat baginya dan telah mengalami petualangan panjang untuk mengembalikan keadaan seperti semula sangat menginginkan apa yang dikehendakinya bisa terjadi. Sekembalinya dari usahanya mencari cermin Incanta, yang ternyata tidak bisa berhasil mengembalikan Batu Bulannya, Tinker Bell mendapat ide untuk merekontruksi tongkat kerajaan beserta batu bulannya. Setelah mencapai kerajaan diapun berharap-harap cemas agar apa yang telah dia kerjakan dapat membawa keberhasilan (Batu Bulan tetap dapat menghasilkan serbuk peri). Dengan menuturkan Please work! Please work! Please work!, dia sangat menginginkan commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
usahanya berhasil. Tuturan tersebut diterjemahkan menjadi Semoga berhasil! dan menghasilkan tuturan dengan fungsi yang sama. Sehingga tidak terdapat pergeseran. (4). Memohon Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1196) memohon berarti meminta dengan hormat. Meminta dengan hormat atau sopan dalam bahasa Inggris dapat dilakukan dengan menempatkan “I” sebagai subjek ataupun dengan “you” sebagai subjek (http://www.caramudahbelajarbahasainggris.net/). Lebih lanjut ditambahkan bahwa untuk subjek “I” maka dapat dipasangakan dengan modals could dan may (contoh: May I ask something?, Could I follow you?) sedangkan untuk subjek “you” dipasangkan dengan modals could, will, would (contoh: Could you open the door?, Will you join me?, Would you accompany me to the campus?). Dengan demikian tuturan dengan fungsi memohon merupakan tuturan dengan maksud ujaran penutur untuk meminta mitra tutur melakukan sesuatu dengan sopan. Terdapat 4 tuturan yang memlikiki fungsi memohon, dengan presentase sebesar 1,44 %. Adapun contoh dari tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Blaze
: (Grunting and exclaiming)
Tinker Bell (BSu)
: Will you please get out of here? (DVD A)
Tinker Bell (BSa)
: Pergilah dari sini!
Konteks tuturan :Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell saat sedang berada di balon terbangnya. Dia bertemu dengan kunang-kunang dan berusaha mengusirnya. commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 10-IV:Tuturan dengan fungsi memohon
Tinker Bell terbang menggunakan balon udaranya menuju pulau dimana kapal bajak laut karam. Di tengah perjalanan dia kebetulan bertemu dengan kunang-kunang. Tapi dia tidak menginginkan keberadaannya dan berusaha mengusirnya. Dia berkali-kali berusaha mengusir kunang-kunang tersebut hingga akhirnya dia meminta dengan lebih halus dengan mengucapkan Will you please get out of here? Tinker Bell sedemikian memohon pada kunang-kunang tersebut untuk pergi, karena Tinker Bell merasa tidak ingin terbebani ataupun terganggu. Tuturan tersebut kemudian diterjemahkan menjadi Pergilah dari sini!. Tuturan dalam bahasa sumber mempunyai fungsi memohon, sedangkan jika diamati, tuturan dalam bahasa sasarannya mempunyai fungsi menyuruh ataupun fungsi mengusir. Sehingga terdapat pergeseran, walaupun hanya dalam tataran fungsi tuturannya.
commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berikut adalah contoh lain dari tuturan dengan fungsi memohon yang tidak mengalami pergeseran. Tinker Bell (BSu)
: Now, would you please get this thing out of here?
Tinker Bell (BSa)
: Bisakah kau menyingkirkan benda ini dari sini?
Terence
: (Looking up)
Konteks tuturan :Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell saat Terence dianggap telah selah membawakannya benda yang dimaksud. Tinker Bell merasa gerah dengan aktivitas Terence, hingga dia memintanya keluar untuk mencarikan benda tajam. Setela Terence kembali dan membawakan sebuah benda. Tinker Bell menjadi kian gerah karena benda yang dibawakannya tidak berbentuk tajam, melainkan bundar. Melalui tuturan Now, would you please get this thing out of here? dengan menahan perasaan geramnya, Tinker Bell meminta dengan hormat
kepada Terence untuk
menyingkarkan benda tersebut.
Terjemahannya menjadi berbunyi Bisakah kau menyingkirkan benda ini dari sini? Bahasa sasarannya
akan lebih baik lagi jika diterjemahkan menjadi
Sekarang, tolong bisakah kamu menyingkirkan benda ini dari sini? Meskipun demikian, Tuturan tersebut jika dibandingakan dengan contoh tuturan diatasnya terlihat berbeda. Sebab contoh tuturan yang kedua ini tidak mengalami perubahan fungsi. Sehingga tidak ditemukan pergeseran. (5). Memanggil Memanggil bermakna mengajak (meminta) datang (kembali, mendekat, dan sebagainya) dengan menyerukan nama dan sebagainya (KBBI, 2008:1117). Jadi tuturan dengan fungsi memanggil meupakan tuturan dengan maksud ujaran commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penutur untuk meminta datang mitra tutur dengan cara menyeru namanya. Tuturan dengan fungsi memanggil yang ditemukan dalam film Tinker Bell And The Lost Treasure ini berjumlah 4 dengan presentase sebesar 1,44 %. Adapun contoh dari tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Tinker Bell (BSu)
: Blaze!
Tinker Bell (BSa)
: Blaze!
Blaze
: (Coming)
Gambar 11-IV:Tuturan dengan fungsi memanggil
Konteks tuturan :Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell sewaktu tersadar setelah terjatuh di sebuah hutan. Dia mencari Blaze dan akhirnya mengucapkan tuturan tersebut (memanggil). Tinker Bell sewaktu terbang mencari balon terbangnya, tertabrak dan terlilit daun yang besar. Akhirnya diapun terjatuh dan sempat pingsan. Setelah dia commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersadar kemudian dia mencari Blaze dan menyeru namanya dengan tuturan Blaze! Tuturan tersebut memiliki fungsi memanggil dan diterjemahkan dengan Pure Borrowing yaitu Blaze! Terejemahannyapun masih merupakan tuturan dengan jenis tindak ilokusi direktif dengan fungsi memanggil. Karena
ucapan
Tinker
Bell
dengan
menyeru
nama
Blaze
tersebut
bermaksud untuk meminta kedatanggannya. Sehingga tuturan tersebut tidak mengalami pergeseran. (6). Mengajak Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:23) diterangkan bahwa mengajak adalah meminta (menyilakan, menyuruh, dan sebagainya) supaya turut datang dan sebagainya atau mengajak dapat pula berarti membangkitkan hati supaya melakukan sesuatu. Sehingga dapat dimaknai bahwa tuturan dengan fungsi mengajak adalah tuturan dengan maksud ujaran penutur untuk membangkitkan hati mitra tutur supaya turut melakukan sesuatu. Di dalam penelitian ini, hanya terdapat sebuah tuturan dengan fungsi mengajak dengan presentase sebesar 0,36 %. Adapun tuturannya adalah sebagai berikut. Tinker Bell (BSu)
: We gotta find that mirror and fix the moonstone. Let’s go!
Tinker Bell (BSa)
: Kita harus mencari cermin itu dan memperbaiki batu bulan. Ayo!
Blaze
: (Furrowing in agreement)
Konteks tuturan :Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell setelah mencapai pantai dan melihat kapal bajak laut. Dia bersemangat dan mengucapkan tuturan tersebut terhadap Blaze. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
79 digilib.uns.ac.id
Gambar 12-IV: Tuturan dengan fungsi mengajak
Setelah melewati jembatan yang dijaga oleh dua orang raksasa, kemudian Tinker Bell dan Blaze akhirnya mencapai pantai dan menemukan kapal bajak laut tempat dimana cermin ajaib Incanta terkubur. Tinker Bell terlihat begitu bersemangat dan mengucapkan tuturan We gotta find that mirror and fix the moonstone. Let’s go! dengan maksud untuk membangkitkan hati temannya Blaze untuk segera bergegas guna menemukan cermin ajaib. Tuturan tersebut diterjemahkan menjadi Kita harus mencari cermin itu dan memperbaiki batu bulan. Ayo!. Jelas sekali bahwa tuturan tersebut mempunyai fungsi mengajak. Sehingga didalamnya tidak terdapat pergeseran. (7). Mengusir Mengusir adalah menyuruh pergi dengan paksa (2008:1792). Jadi tuturan dengan fungsi mengusir merupakan tuturan dengan maksud ujaran penutur untuk commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyuruh pergi dengan paksa mitra tutur. Di dalam penelitian ini, terdapat 3 tuturan dengan jenis tindak ilokusi direktif dengan fungsi menyuruh. Sedangkan presentasenya berjumlah 1,08 %. Adapun salah satu contohnya adalah berikut ini. Tinker Bell (BSu)
: Out. Out. Shoo. Go. Find your friends.
Tinker Bell (BSa)
: Keluar. Pergi Cari teman-temannmu.
Blaze
: (Looking for the friends)
Konteks tuturan :Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell saat sedang dalam perjalanan menggunakan balon terbangnya. Ada seekor kunangkunang secara tidak sengaja masuk ke dalam balon terbangnya. Gambar 13-IV:Tuturan dengan fungsi mengusir
Saat sedang dalam perjalanan dengan balon terbangnya, Tinker Bell secara tidak sengaja bertemu dengan seekor kunang-kunang. Tapi Tinker Bell tidak ingin diikutinya dan merasa terganggu commit to userdengan keberadaannya. Akhirnya
perpustakaan.uns.ac.id
81 digilib.uns.ac.id
Tinker Bell mengusirnya dengan menuturkan Out. Out. Shoo. Go. Find your friends. Tuturan tersebut jelas mempunyai maksud atau fungsi untuk mengusir mitra tutur, yaitu Blaze. Apalagi dengan adanya tambahan penggunaan Onomatope memberi kesan lebih menyangatkan fungsi mengusir pada tuturan tersebut. Dengan adanya tambahan penggunaan Onomatope pada tuturan tersebut, menegaskan bahwa Tinker Bell memaksa Blaze untuk pergi. Tuturan tersebut dalam bahasa sumbernya diterjemahkan menjadi Keluar. Pergi. Cari temantemanmu. Teknik reduksi yang digunakan pada bentuk Onomatope dalam bahasa sasaran tersebut tampak mengurangi kesan ‘menyangatkan’, meskipun terjemahan tersebut tidak mengalami pergeseran. c. Ekspresif Yule (2006:93) menjelaskan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang diarasakan oleh penutur dan mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan atau kesengsaraan. Sedangkan dalam Kamus Kata-kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia (2003:82), ekspresif dapat juga berarti tepat dalam mengungkapkan atau menyatakan maksud perasaan. Jadi maksud dari tindak tutur ini adalah mencerminkan kondisi perasaan penutur. Di dalam penelitian ini, ditemukan 48 tuturan dengan jenis tindak ilokusi ekspresif. Jumlah tuturan dengan jenis tindak ilokusi ekspresif ini berada di urutan ke dua setelah jenis tindak tutur ilokusi asertif. Tuturan Tinker Bell dalam film Tinker Bell And The Lost Treasure, yang commit to termasuk dalam tindak ilokusi ekspresif ini,user terdiri dari beberapa tuturan dengan
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
fungsi yang berbeda-beda. Adapun beberapa fungsi yang termasuk ke dalam jenis tindak ilokusi ekspresif ini adalah meminta maaf, berterimakasih, memuji, menyalahkan, menyapa (sapaan), menyesal, mengungkapkan perasaan kecewa, mengungkapkan perasaan ragu-ragu, mengungkapkan perasaan kagum ataupun heran, mengungkapkan perasaan terkejut, mengungkapkan perasaan khawatir, mengungkapkan perasaan kesal, mengungkapkan perasaan curiga. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut. (1). Meminta maaf Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1029), minta berarti berharap supaya diberi atau mendapatkan sesuatu. Pada halaman 960, diterangkan bahwa maaf berarti ampun ataupun pembebasan dari tuntutan kesalahan atau kekeliruan. Dengan demikian meminta maaf berarti mengharapkan supaya mendapatkan ampun atau pembebasan dari tuntutan kesalahan. Berdasarkan keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tuturan dengan fungsi meminta maaf adalah tuturan yang mengacu pada maksud ujaran penutur untuk mendapatkan ampunan atas kesalahannya terhadap mitra tutur. Di dalam penelitian ini, dari klasifikasi jenis tindak ilokusi ekspresif dengan fungsi meminta maaf ditemukan 4 tuturan. Adapun contoh tuturannya adalah sebagai berikut. Tinker Bell (BSu)
: Sorry.
Tinker Bell (BSa)
: Maaf.
Beetle
: (Buzzing)
commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Konteks tuturan : Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell saat sedang mencoba perahu barunya. Perahu tersebut melaju sangat kencang dan akhirnya menabrak seekor kumbang. Gambar 14-IV: Tuturan dengan fungsi meminta maaf
Tuturan tersebut
diucapkan Tinker Bell
saat
sedang mencoba
menjalankan perahu barunya. Perahu barunya melaju dengan sangat cepat dan akhirnya menabrak seekor kumbang. Kata ‘sorry’ dalam bahasa sumber jelas-jelas berupa penanda tuturan dengan fungsi meminta maaf. Tinker Bell merasa bersalah karena telah menabrak kumbang dan akhirnya meminta maaf. Tuturan tersebut diterjemahkan dengan akurat kedalam bahasa sasaran dengan ‘maaf’, yang berarti juga mengharapkan ampunan. Dengan demikian didalam terjemahannya tidak terdapat pergeseran, karena tuturannya tetap berupa tindak tutur ilokusi ekspresif commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan fungsi meminta maaf. Di dalam penelitian ini terdapat 4 tuturan dengan fungsi meminta maaf dan presesentasenya sebesar 1,44 %. (2). Berterimakasih Dalam
http://www.merriam-webster.com
dijelaskan
bahwa
thank
merupakan ungkapan untuk mengekspresikan rasa syukur. Pengertian yang hampir sama juga dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1692) bahwa berterima kasih berarti mengucap atau melahirkan rasa syukur ataupun dapat berarti membalas budi setelah menerima kebaikan. Sehingga dapat dimaknai bahwa tuturan dengan fungsi berterima kasih adalah tuturan dengan maksud ujaran penutur untuk mengucap atau melahirkan rasa syukur setelah menerima kebaikan dari mitra tutur. Di dalam penelitian ini, terdapat 7 tuturan dengan fungsi berterimakasih dengan presentase sebesar 2,52 %. Adapun contoh tuturannya adalah sebagai berikut. Fairy Mary
: Be careful. It is ridiculously fragile.
Tinker Bell (BSu)
: Thank you !
Tinker Bell (BSa)
: Terima kasih!
Konteks tuturan :Tinker Bell mengucapkan tuturan tersebut saat di dalam istana peri, setelah dia direkomendarisan diberi kepercayaan peri Mary untuk mengemban tugas mulia, yaitu membuat tongkat musim gugur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
85 digilib.uns.ac.id
Gambar 15-IV:Tuturan dengan fungsi berterima kasih
Tinker Bell direkomendasikan dan diberi kepercayaan oleh peri Mary untuk membawa batu bulan yang sangat berharga untuk ditempatkan pada tongkat musim gugur yang akan dibuat Tinker Bell. Tinker Bell merasa bangga dan berterima kasih kepada peri Mary. Oleh karenanya Tinker Bell mengucapkan Thank you! Tuturan tersebut merupakan tuturan langsung yang berfungsi untuk mengekspresikan rasa syukur. Tuturan tersebut diterjemahkan dengan akurat dalam subtitle menjadi Terima kasih!. Jelas sekali tidak terjadi pergeseran dalam bahasa sasaran, karena terjemahan tersebut mempunyai fungsi tuturan yang sama. (3). Memuji Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1223), kata puji berarti pernyataan rasa pengakuan dan penghargaan yang tulus akan kebaikan ataupun commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keunggulan sesuatu. Sedangkan memuji diartikan melahirkan keheranan dan penghargaan kepada sesuatu (yang dianggap baik, indah, gagah berani, dan sebagainya). Berdasarkan keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tuturan dengan fungsi memuji adalah tuturan yang mengacu pada maksud ujaran penutur untuk mengungkapkan penghargaan yang tulus. Di dalam penelitian ini, dari klasifikasi jenis tindak ilokusi ekspresif dengan fungsi memuji ditemukan 8 tuturan. Adapun contoh tuturannya adalah sebagai berikut. Minister of Autumn
: Behold, the Hall of Scepters
Tinker Bell (BSu)
: They’re beautiful.
Tinker Bell (BSa)
: Indah sekali.
Konteks tuturan : Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell saat berada di kerajaan, tepatnya saat ditunjukkan ruangan tempat menyimpan tongkattongkat kerajaan. Gambar 16-IV:Tuturan dengan fungsi memuji
commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menteri Musim Gugur menunjukkan Tinker Bell ruangan tempat menyimpan tongkat-tongkat kerajaan (tongkat tempat batu bulan). Tongkattongkat yang tersimpan di dalam ruangan tersebut nampak begitu indah dan akhirnya Tinker Bell menuturkan They’re beautiful. Tuturan tersebut berfungsi memuji sebab mengekspresikan penghargaan Tinker Bell akan keindahan tongkattongkat tersebut. Tuturan tersebut kemudian dalam subtitlenya kemudian diterjemahkan menjadi Indah sekali. Terjemahan tersebut juga mempunyai fungsi memuji. Oleh karenanya, terjemahan tersebut tidak mengalami pergeseran. (4). Menyalahkan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1345) menyalahkan diartikan dengan melemparkan kesalahan kepada seseorang atau sesuatu. Sedangkan salah itu sendiri berarti tidak benar atau keliru. Definisi yang senada juga diterangkan dalam http://www.merriam-webster.com/dictionary, bahwa blame bermakna to say or think that a person or thing is responsible for something bad that has happened. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tuturan dengan fungsi menyalahkan merupakan tuturan yang mengacu pada maksud ujaran penutur untuk melemparkan tanggumg jawab ataupun kekeliruan atas apa yang telah terjadi kepada mitra tutur. Di dalam penelitian ini, ditemukan 5 tuturan yang berfungsi menyalahkan dengan presentase sebesar 1,8 %. Berikut ini adalah contoh dari tuturan dengan fungsi menyalahkan. Blaze
: (Buzzing)
Tinker Bell (BSu)
: This mirror was my last chance. This is all your fault. commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tinker Bell (BSa)
: Cermin ini peluang terakhirku. Ini semua kesalahanmu.
Konteks tuturan : Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell saat permintaannya terhadap cermin ajaib tidak terkabul dan diyakininya bahwa hal tersebut terjadi karena ulah Blaze. Gambar 17-IV:Tuturan dengan fungsi menyalahkan
Saat berada di depan cermin ajaib Incanta, Tinker Bell berusaha menenangkan dirinya karena dia merasa gugup. Tetapi Blaze yang bergerak kian kemari membuat Tinker Bell terganggu dan akhirnya dia meminta Blaze untuk diam selama semenit saja. Tidak disangka, ucapan Tinker Bell tersebut dianggap menjadi sebuah permintaan bagi cermin ajaib dan Tinker Bell tidak dapat meminta cermin ajaib mengabulkan permintaannya untuk mengembalikan Batu Bulan yang hancur. Akhirnya Tinker Bell pun marah dan mengucapkan tuturan user This mirror was my last chance.commit This istoall your fault. Maksud ujaran tersebut
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah mengungkapkan bahwa kejadian tersebut merupakan kesalahan Blaze. Jadi tuturan tersebut berfungsi menyalahkan. Tuturan tersebut diterjemahkan dengan akurat menjadi Cermin ini peluang terakhirku. Ini semua kesalahanmu! Terjemahan tersebut mempunyai maksud melimpahkan kesalahan atau tanggung jawab kepada Blaze. Dengan demikian, dalam terjemahannya tidak ditemukan pergeseran, karena fungsi tuturannya tidak berubah. (5). Menyapa Sapaan berarti teguran ataupun ajakan untuk bercakap-cakap (KBBI, 2008:1364). Maka tuturan dengan fungsi menyapa, berarti tuturan yang mengacu pada maksud ujaran untuk menegur untuk mengajak bercakap-cakap. Dalam bahasa Inggris, terdapat banyak tuturan sebagai tanda teguran saat hendak melakukan percakapan, misal Hello, Hi, Good morning, Good afternoon, dan sebagainya. Ada pula sapaan yang berupa bahasa gaul atau slang yang digunakan antar teman dekat, misalnya Howdy, Hiya, Whazzup, Yo, G’day (http://www.caramudahbelajarbahasainggris.net). Di dalam kategori tindak tutur jenis ilokusi ekspresif dengan fungsi menyapa ini, terdapat 6 tuturan dengan presentase sebesar 2,16 %. Tuturan dengan fungsi menyapa tersebut tidak ada yang termasuk kedalam kategori bahasa gaul atau slang. Adapun salah satu contohnya adalah sebagai berikut. Tinker Bell (BSu)
: Fairy Gary. Hi.
Tinker Bell (BSa)
: Peri Gary. Hai.
Fairy Gary
: Hello, Tink. What brings you here? commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Konteks tuturan : Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell saat mendatangi tempat bekerja Fairy Gary. Tinker Bell bermaksud meminta serbuk peri kepada peri Gary. Gambar 18-IV:Tuturan dengan fungsi menyapa
Setelah menyelesaikan semua persiapan untuk perjalanan petualangannya, Tinker Bell mendatangi tempat kerja peri Gary untuk meminta serbuk peri sebagai tambahan bekal untuk perjalanannya. Dia bertemu peri Gary dan menegurnya dengan tuturan Fairy Gary. Hi. Tuturan tersebut jelas merupakan berfungsi menyapa. Tinker Bell membuka percakapan dengan tuturan tersebut. Tuturan tersebut tidak bersifat sambil lalu, maksudnya hanya menyapa, kemudian tidak ada kelanjutan percakapan. Setelah Tinker Bell mengucapkan tuturan tersebut, terjadi percakapan antara peri Gary dan Tinker Bell perihal permintaan Tinker Bell akan serbuk peri. Tuturan tersebut diterjemahkan dengan akurat kedalam commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahasa sasaran menjadi Peri Gary. Hai. Terjemahan tersebut juga berfungsi menyapa. Jadi terjemahan dalam bahasa sasaran tidak mengalami pergeseran. (6). Menyesal Menyesal berarti merasa tidak senang atau tidak bahagia (susah, kecewa, dan sebagainya) karena (telah melakukan) sesuatu yang kurang baik, misal dosa, kesalahan, dan sebagainya (KBBI, 2008:1435). Pengertian tersebut dapat memberikan pengertian bahwa tuturan dengan fungsi menyesal bermakna tuturan yang mengacu pada maksud ujaran penutur untuk mengekspresikan perasaan tidak senang atau tidak bahagia (misal susah, kecewa) atas kesalahan yang telah dilakukan. Di dalam penelitian ini, hanya ditemukan sebuah tuturan dengan fungsi menyesal. Berikut dibawah ini adalah tuturan dengan fungsi menyesal. Tinker Bell
: (Reprimanding, expelling)
Terence
: (Leaving)
Tinker Bell (BSu)
: No.
Tinker Bell (BSa)
: Tidak.
Konteks tuturan : Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell sesaat setelah dia menendang kompas yang akhirnya mengenai dan memecahkan batu bulannya.
commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 19-IV: Tuturan dengan fungsi menyesal
Tinker Bell menjadi marah, memarahi dan menyalahkan Terence karena tongkat musim gugurnya hancur tertimpa kompas. Kemarahan Tinker Bell kian menjadi dan untuk meluapkan kemarahannya, dia menendang kompas. Tetapi malang, tutup kompas menjadi tertarik dan akhirnya menimpa dan memecahkan batu bulan yang ada didekatnya. Akhirnya Tinker Bell mengucapkan No, yang diterjemahkan menjadi Tidak. Tuturan tersebut diterjemahkan secara akurat kedalam bahasa sumber. Meskipun demikian, untuk memahami tuturan tersebut, harus melihat konteksnya. Tuturan tersebut bukan meruapkan sebuah penyangkalan ataupun negasi, tetapi berfungsi untuk mengekspresikan penyesalan atas apa yang telah dilakukannya (menendang kompas
dan
akhirnya
memacahkan
batu
commit to user
bulan).
Terjemahan
tuturan
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut tidak mengalami pergeseran, karena tetap mempunyai fungsi untuk mengekspresikan penyesalan. (7). Mengungkapkan Perasaan Kecewa. Kecewa dapat dimaknai sebagai rasa tidak puas karena tidak terkabul keinginannya ataupun harapannya (KBBI, 2008: 703). Dalam bahasa Inggris kecewa dapat diterjemahkan menjadi disappointed. Adapun pengertiannya adalah feeling sad, unhappy, or displeased because something was not as good as expected or because something you hoped for or expected did not happen (http://www.merriam-webster.com/dictionary). Dengan demikian, tuturan dengan fungsi mengungkapkan perasaan kecewa merupakan tuturan yang mengacu pada maksud ujaran penutur untuk mengekspresikan ketidaksenangan ataupun ketidakpuasan perasaan terhadap sesuatu hal yang tidak sesuai dengan perkiraan ataupun harapannya. Didalam klasifikasi tuturan jenis tindak ilokusi ekspresif ini, hanya ditemukan sebuah tuturan yang mempunyai fungsi mengungkapkan perasaan kecewa, dengan presentase sebesar 0,36 %. Adapun tuturan yang dimaksud, adalah sebagai berikut. Tinker Bell
: (Convincing Blaze)
Blaze
: (Squeaking and waiting for Tinker Bell)
Tinker Bell (BSu)
: Oh, no.
Tinker Bell (BSa)
: Oh, tidak.
Konteks tuturan : Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell sesaat setelah dia mencapai lokasi yang dia perkirakan sebagai gerbang batu. commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Setelah dia sampai, disadarinya bahwa itu merupakan gerbang pohon dahan bengkok. Gambar 20-IV: Tuturan dengan fungsi kecewa
Tinker Bell melabuhkan balon terbangnya pada sebuah pohon. Karena dia merasa melihat sebuah gerbang batu, mirip dengan apa yang diceritakan dan digambarkan pada pertunjukan teater dongeng. Dia terbang menghampiri lokasi tersebut. Setelah sampai, apa yang dia sangkan berbeda dengan apa yang dia lihat. Ternyata lokasi tersebut bukan merupakan gerbang batu, tetapi hanya gerbang pohon dahan bengkok. Dia kemudian mengucapkan Oh, no yang diterjemakan menjadi Oh, tidak. Penjelasan pada tuturan ini, mirip dengan penjelasan pada tuturan dengan fungsi menyesal. Untuk memahami tuturan tersebut, harus melihat kontesnya. Karena tuturan tersebut bukan merupakan pernyataan negasi ataupun penyangkalan. Melainkan mempunyai fungsi mengungkapkan commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perasaan kecewa. Tinker Bell kecewa karena lokasi yang didapatinya tidak seperti apa yang dia harapkan. Tuturan tersebut tidak mengalami pergeseran, karena bahasa sasarannya masih memiliki jenis tindak ilokusi dan fungsi yang sama. (8). Mengungkapkan Perasaan Ragu-ragu Ragu-ragu berarti bimbang, sangsi atau kurang percaya (KBBI, 2008: 1250). Dalam bahasa Inggris, ragu-ragu diterjemahkan menjadi doubt. Doubt memiliki makna to be uncertain about (something) or to have no confidence in (someone or something) (http://www.merriam-webster.com/dictionary). Dengan demikian tuturan dengan fungsi tersebut diatas, merupakan tuturan yang mengacu pada maksud ujaran penutur untuk mengekspresikan ketidakyakinannya akan suatu hal. Di dalam penelitian ini, hanya terdapat sebuah tuturan dengan fungsi mengungkapkan perasaan ragu-ragu. Adapun tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Queen Clarion
: This year,it is the turn of the tinker fairies. And Fairy Mary has recommended you.
Tinker Bell (BSu)
: Me? But I’m… I’m….
Tinker Bell (BSa)
: Aku? Tapi aku... aku…
Konteks tuturan : Sewaktu berada di Aula Tongkat Kerajaan, Tinker Bell mendapat keterangan dari sang Ratu bahwa dirinya telah direkomendasikan oleh Peri Mary. Kemudian dia mengucapkan tuturan tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
96 digilib.uns.ac.id
Gambar 21-IV:Tuturan dengan fungsi ragu-ragu
Saat berada di dalam Aula Tongkat Kerajaan, Ratu Clarion memberikan informasi kepada Tinker Bell perihal penunjukannya sebagai peri yang nantinya akan membuat Tongkat Musim Gugur selanjutnya. Ratu Clarion mengatakan bahwa Peri Mary lah yang memberikan rekomendasi akan penunjukannya. Kemudian seolah tidak yakin dengan kemampuan dirinya, kemudian Tinker Bell menuturkan Me? But I’m… I’m… yang diterjemahkan menjadi Aku? Tapi aku… aku… Kalimat yang akan dibentuk melalui tuturan tersebut nampak belum selesai. Tinker Bell terlihat gagap, hingga kata yang dia ucapkan berulang. Di dalam artikel dari American Speech-Language-Hearing Association dijelaskan bahwa Stuttered speech often includes repetitions of words or parts of words…(http://www.asha.org/public/speech/disorders/stuttering/). Pengulangan commit to user yang terjadi seolah ingin mengekspresikan keraguan-raguan dalam diri Tinker
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bell akan kemampuannya. Film Tinker Bell And the Lost Treasure merupakan film anak. Sehingga pembuat film kemungkinan juga akan menambahkan karakter bahasa
anak.
Dalam
cuplikan
artikel karya dengan judul The
Function of Repetition in Child Language as Part of an Integrated Theory of Developmental Linguistics karya Raffler Engel yang dimuat dalam situs http://eric.ed.gov/?id=ED028421 dijelaskan bahwa salah satu tujuan anak melakukan repetisi adalah as a means of easing the process of conveying the message. Walaupun penelitian dalam artikel ini dilakukan pada anak dengan usia dua tahun, setidaknya dapat memberikan gambaran bahwa repetisi atau pengulangan pada anak mempunyai maksud. Tuturan Tinker Bell diterjemahkan dengan akurat kedalam bahasa sasaran dan tidak terdapat pergeseran didalamnya. Tuturan tersebut mempunyai fungsi untuk mengekspresikan keragu-raguan pada diri Tinker Bell. (9). Mengungkapkan Perasaan Kagum Kagum dapat diartikan dengan heran (ada rasa memuji), takjub, atau tercengang (KBBI, 2008: 657). Oleh karenanya, tuturan dengan fungsi mengungkapkan perasaan kagum merupakan tuturan yang mengacu pada maksud ujaran untuk mengekspresikan perasaan takjub penutur akan sesuatu ataupun seseorang. Di dalam penelitian ini, terdapat 2 tuturan dengan fungsi mengungkapkan perasaan kagum. Salah satu contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Terence
: Just a little bit of pixie dust up front will get this baby commit to user going. That should do the trick.
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tinker Bell (BSu)
: Wow!
Tinker Bell (BSa)
: Wah!
Konteks tuturan : Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell setelah balon udaranya diolesi serbuk peri oleh Terence. Ternyata serbuk peri yang hanya tinggal sedikit masih dapat membuat balon udaranya terbang cepat. Gambar 22-IV:Tuturan dengan fungsi kagum
Setelah semua, kemudian Terence mengolesi bagian depan lambung balon terbang dengan sedikit serbuk peri yang masih tersisa. Ternyata serbuk peri yang tinggal sedikit tersebut masih dapat membuat balon terbang tersebut melaju cepat. Karena kagum, akhirnya Tinker Bell mengucakan kata seru Wow! yang diterjemahkan menjadiWah! . Kata wah berfungsi untuk commit to user
menyatakan
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perasaan
kagum
(http://tatabahasabm.tripod.com/tata/kseru.htm).
Dengan
demikian tuturan tersebut tidak mengalami pergeseran. (10). Mengungkapkan Perasaan Terkejut Terkejut mempunyai arti terperanjat ataupun kaget (KBBI, 2008:710). Ketika seseorang mendapati sesuatu hal atau kejadian yang tidak disangka sebelumnya dan terjadi secara tiba-tiba maka orang dapat menjadi terkejut. Tuturan dengan fungsi mengungkapkan perasaan terkejut merupakan tuturan yang mengacu pada maksud ujaran penutur saat mengekspresikan perasaan sewaktu mendapati kejadian tiba-tiba terjadi. Didalam penelitian ini, terdapat 7 tuturan yang memiliki fungsi tersebut diatas, dengan presentase sebesar 2, 52 %. Adapun contoh tuturannya adalah sebagai berikut. Gambar 23-IV: Tuturan dengan fungsi terkejut
commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Clank
: Hello, Tink!
Tinker Bell (BSu)
: Clank! Bobble!
Tinker Bell (BSa)
: Clank! Bobble!
Konteks tuturan : Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell atas kedatangan kedua temannya, disaat Tinker Bell sedang berusaha memperbaiki batu bulannya yang pecah. Di rumah, Tinker Bell sedang berusaha memperbaiki dan menyatukan kembali serpihan-serpihan batu bulannya yang telah pecah. Tapi sayangnya usahanya sia-sia. Batu bulannya pecah kembali dan berserakan di atas meja. Tibatiba kedua temannya Clank dan Bobble datang dan menyapanya. Tinker Bell terkejut kemudian menngucapkan tuturan Clank! Bobble!. Tuturan tersebut diterjemahkan dengan akurat dengan menggunakan teknik borrowing, yaitu Clank! Bobble!. Tuturan tersebut berfungsi mengekspresikan keterkejutan Tinker Bell akan kedatangan kedua temannya yang mendadak. Jelas sekali jika melihat konteksnya, kedua teman Tinker Bell datang dan menyapa dirinya. Seharusnya sapaan dibalas juga dengan tuturan yang berfungsi menyapa, tapi ternyata tidak. Tinker Bell langsung menyebutkan kedua nama temannya tersebut sembari berusaha memunguti (dengan diam-diam) serpihan-serpihan batu bulan. Tuturan dalam bahasa sasaran juga tidak mengalami pergeseran. Penandanya adalah penggunaan tanda seru di akhir kata. (11). Mengungkapkan Perasaan Khawatir Kekhawatiran dapat diartikan sebagai ketakutan ataupun kegelisahan commit to user terhadap sesuatu yang belum terjadi (KBBI, 2008:766). Dengan demikian tuturan
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan fungsi mengungkapkan perasaan khawatir adalah tuturan yang mengacu pada maksud ujaran penutur untuk mengekspresikan ketakutatan ataupun kegelisahannya terhadap sesuatu yang belum ataupun akan terjadi. Di dalam penelitian ini, hanya ditemukan 2 tuturan dengan fungsi seperti tersebut diatas. Adapun contoh tuturannya adalah sebagai berikut. Hydro-drive of boat
: (too fast)
Tinker Bell (BSu)
: Oh, no!
Tinker Bell (BSa)
: Gawat!
Konteks tuturan : Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell saat perahu barunya mendekati mulut batang kayu dengan kecepatan yang tinggi. Gambar 24-IV:Tuturan dengan fungsi khawatir
commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ketika mencoba perahu barunya di sungai, akhirnya Tinker Bell mengaktifkan tenaga hidro, sehingga perahunya melaju kian cepat tak terkendali. Hingga akhirnya perahunya mendekati mulut potongan batang pohon yang ada di sungai dan Tinker Bell mengucapkan Oh, no! Tuturan tersebut berfungsi untuk mengekspresikan perasaan Tinker Bell akan
yang khawatir karena keadaan
menjadi berbahaya. Tuturan tersebut diterjemahkan menjadi Gawat!
Tuturan tersebut merupakan tuturan langsung yang berfungsi mengekspresikan kekhawatiran
terhadap suatu kondisi. Dengan demikian tuturan diatas tidak
mengalami pergeseran. (12). Mengungkapkan Perasaan Kesal Kesal dapat diartikan dengan tidak senang hati, dongkol, sebal atau dapat juga diartikan dengan kecewa (menyesal) bercampur jengkel (KBBI, 2008:758). Jadi tuturan dengan fungsi ini berarti tuturan yang mengacu pada maksud ujaran
penutur untuk mengutarakan atau mengekspresikan kedongkolan atau
kekecewaan yang bercampur dengan rasa jengkel. Di dalam penelitian ini, terdapat 3 tuturan dengan fungsi mengungkapkan perasaan kesal. Tuturan tersebut diantaranya adalah berikut ini. Tinker Bell
: I can't believe the boat broke. I guess your guys are gonna have to wait a little longer.
Terence
: I'm impressed. Usually when one of your inventions doesn't work out, you overreact, but I must say, you're
Tinker Bell
handling this one pretty well. commit to user : I drove it into a tree?
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terence
: Never mind.
Tinker Bell
: (Groaning)
Tinker Bell (BSu)
: Jingles!
Tinker Bell (BSa)
: Sebal!
Konteks tuturan : Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell setelah perahunya hancur karena menabrak pohon. Gambar 25-IV:Tuturan dengan fungsi kesal
Perahu yang dikendarai Tinker Bell melaju kencang dan akhirnya menabrak pohon. Semuanya menjadi kacau. Seolah dia tidak percaya dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Kedongkolan sedah memuncak dalam hatinya, dan akhirnya diapun menendang tanah sambil mengucapkan Jingles! commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang diterjemahkan menjadi Sebal! Tuturan tersebut jelas sekali berfungsi mengekspresikan rasa kesal dalam diri Tinker Bell. Terjemahan dalam subtitlenya juga tetap mempunyai fungsi yang sama. Dengan demikian tuturan tersebut tidak mengalami pergeseran. (13). Mengungkapkan Perasaan Curiga Curiga merupakan rasa kurang percaya terhadap orang lain atau dapat juga sikap berhati-hati karena menaruh rasa kekhawatiran pada orang lain (KBBI, 2008:298). Curiga diterjemahkan menjadi suspicious (Kamus Indonesia Inggris, 1998:126). Suspicious diartikan dengan causing a feeling that something is wrong or that someone is behaving wrongly : causing suspicion atau having or showing a feeling that something is wrong or that someone is behaving wrongly : feeling or showing suspicion (http://www.merriam-webster.com/dictionary/suspicious). Dengan demikian, dapat dipahami bahwa tuturan dengan fungsi mengungkapkan perasaan curiga adalah tuturan yang mengacu pada maksud ujaran penutur yang merasakan adanya kekurangpercayaan akan sesuatu atau seseorang ataupun mitra tutur. Di dalam penelitian ini, hanya terdapat sebuah tuturan dengan fungsi tersebut di atas. Adapun tuturannya adalah sebagai berikut. Clank
: Came to see if you wanted to join us for fairytale theater.
Bobble
: We figure you could use a real break.
Tinker Bell (BSu)
: What do you know?
Tinker Bell (BSa)
: Apa yang kalian ketahui? commit to user
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Konteks tuturan : Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell saat merespon tuturan Clank dan Bobble yang menawarkan dirinya untuk menonton teater dongeng karena dapat memecah waktu (kesibukan). Gambar 26-IV:Tuturan dengan fungsi curiga
Tinker Bell berusaha untuk memperbaiki batu bulannya yang hancur, tetapi usahanya gagal. Kemudian tiba-tiba kedua temannya, Clank dan Bobble datang ke rumahnya. Mereka bermaksud mengundang Tinker Bell ke pertunjukan Teater Dongeng. Karena tuturan Bobble yang menggunakan kata break , Tinker Bell menjadi was-was dan curiga, jangan-jangan mereka mengetahuinya. Oleh karenanya, Tinker Bell mengucapkan What do you know?. Dengan melihat konteksnya, tuturan tersebut mempunyai fungsi lebih jauh dan tidak sekedar suatu pertanyaan. Tuturan tersebut diterjemahkan menjadi Apa yang kalian commit to user
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ketahui? Dengan melihat konteksnya, tuturan tersebut juga berfungsi untuk mengekspresikan
perasaan curiga. Dengan
demikian tuturan tersebut tidak
mengalami pergeseran. (14). Memuji (Mengalami Pergeseran) Seperti yang telah dijelaskan pada penjelasan sebelumnya, bahwa tuturan dengan fungsi memuji adalah tuturan yang mengacu pada maksud ujaran penutur untuk mengungkapkan penghargaan yang tulus. Di dalam penelitian ini, dari klasifikasi jenis tindak ilokusi ekspresif, terdapat sebuah tuturan dengan fungsi memuji yang mengalami pergeseran. Adapun tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Terence
: So, what do you say? Can I be your wingman?
Tinker Bell (BSu)
: That would be great.
tinker Bell (BSa)
: Boleh sekali.
Konteks tuturan : Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell saat ketika Terence menawarkan dirinya untuk membantu Tinker Bell dalam membuat tongkat musim gugur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
107 digilib.uns.ac.id
Gambar 27-IV:Tuturan dengan fungsi memuji (mengalami pergeseran)
Di kediaman Tinker Bell, Tinker Bell dan Terence bercakap-cakap perihal batu bulan, tongkat kerajaan dan tugas yang diterima Tinker Bell. Kemudian Terence menawarkan diri kepada Tinker Bell untuk membantunya. Terence bertanya apakah dirinya bisa menjadi asistennya? Tinker Bell menjawab dengan mengucapkan That would be great. Tuturan tersebut bersifat jawaban tidak langsung. Tuturan tersebut berfungsi memuji (atau menilai). Meskipun demikian, tuturan tersebut jelas dapat mengindikasikan Terence bisa menjadi asistennya. Jika diterjemahkan, kurang lebih bahasa sasarannya menjadi Itu akan luar biasa. Tetapi, dalam subtitlenya terjemahannya adalah Boleh sekali. Terjemahan tersebut bersifat jawaban langsung, sehingga fungsinya tidak memuji (atau menilai), melainkan memberitahu (bahwa Terence dapat menjadi asistennya). Oleh karena commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
itu, tuturan tersebut mengalami pergeseran. Tuturan dengan klasifikasi jenis tindak ilokusi ekspresif dengan fungsi memuji, berubah menjadi tuturan dengan jenis tindak ilokusi asertif dengan fungsi memberitahu. d. Komisif Berdasarkan penjelasan Yule (2006:94) bahwa tindak tutur komisif merupakan tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikat dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Jadi maksud dari tindak tutur ini adalah penutur menegaskan pada dirinya untuk melakukan sesuatu di masa yang akan datang. Di dalam penelitian ini, ditemukan 3 tuturan dengan jenis tindak ilokusi komisif. Jumlah tuturan dengan jenis tindak ilokusi direktif ini berada di urutan keempat atau urutan terakhir. TuturanTinker Bell dalam film Tinker Bell And The Lost Treasure, yang termasuk dalam tindak ilokusi komisif ini, hanya memiliki sebuah fungsi tuturan, yaitu tuturan dengan fungsi menjanjikan. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut. (1). Berjanji Berjanji berarti menyatakan bersedia dan sanggup untuk berbuat sesuatu, misal memberi, menolong, datang, dan sebagainya (KBBI, 2008: 616). Janji diterjemahkan menjadi promise (Kamus Indonesia Inggris, 1998: 235). Sedangkan promise bermakna a statement telling someone that you will definitely do something or that something will definitely happen in the future (http://www.merriam-webster.com/dictionary/promise).
Jadi
tuturan
dengan
fungsi berjanji adalah tuturan yang mengacu pada maksud ujaran penutur dalam commit to user
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyatakan kesanggupannya untuk berbuat ataupun melakukan sesuatu. Di dalam penelitian ini, terdapat 3 tuturan dengan fungsi berjanji. Adapun salah satu tuturannya adalah sebagai berikut. Tinker Bell
: Why are you counting?
Fairy Mary
: It helps to calm me down.
Tinker Bell (BSu)
: Got it. Don’t worry, Fairy Mary. I’ll make you proud, all of you.
Tinker Bell (BSa)
: Mengerti. jangan cemas, Peri Mary. Akan aku buat kalian bangga, semuanya.
Konteks tuturan : Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell setelah menerima penjelasan dari Ratu clarion, Menteri Musim Gugur, dan Peri Mary. Dia kemudian menerima batu bulan dan menerima tugas tersebut. Gambar 28-IV:Tuturan dengan fungsi berjanji
commit to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Di Aula Tongkat Kerajaan, Tinker Bell mendapat banyak penjelasan dari Ratu Clarion, Menteri Musim Gugur, dan Peri Mary. Dia mendapat kehormatan dan tanggung jawab untuk membuat tongkat musim gugur. Kemudian dia menerima batu bulan dan agar untuk dijaga. Kemudian dia mengucapkan Got it. Don’t worry, Fairy Mary. I’ll make you proud, all of you, seraya undur diri meninggalkan ruangan. Tuturan tersebut memiliki fungsi berjanji, sebab Tinker Bell sanggup mengemban tanggung jawab tersebut dan akan membuat mereka semua bangga. Tuturan tersebut diterjemahkan dengan akurat menjadi Mengerti. jangan cemas, Peri Mary. Akan aku buat kalian bangga, semuanya. Terjemahan tersebut juga mempunya fungsi yang sama, yakni berjanji. Dengan demikian, tuturan tersebut tidak mengalami pergeseran.
2. Teknik Penerjemahan Tinker Bell dalam film Tinker Bell And The Lost Treasure dan terjemahannya. Setelah data tuturan Tinker Bell dikumpulkan dan diklasifikasikan berdasarkan jenis dan fungsi tindak ilokusinya, kemudian dianalisis teknik penerjemahannya. Teori teknik penerjemahan yang dikemukakan Molina dan Albir digunakan untuk menganalisis data tuturan pada penelitian ini. Tabel 2-IV Teknik Penerjemahan dalam Terjemahan Tuturan Tinker Bell No.
Teknik
Jumlah
Persentase
1.
Padanan Mapan
100
35,84 %
2.
Literal
29
10,39%
commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Peminjaman Murni
16
5,73 %
4.
Reduksi
2
0,71 %
5.
Modulasi
12
4,30 %
6.
Amplifikasi Linguistik
2
0,71 %
7.
Duplet
98
35,125 %
8.
Triplet
19
6,81 %
9.
Kwartet
1
0,35 %
279
100 %
Total
Berikut dibawah ini akan disajikan contoh-contoh teknik terjemahan dalam tuturan tokoh Tinker Bell dalam film Tinker Bell And The Lost Treasure: a. Teknik Padanan Mapan Dengan penggunaan teknik ini, penerjemah menggunakan ungkapan yang sudah lazim digunakan baik dalam kamus ataupun bahasa sehari-hari dalam upayanya menerjemahkan bahasa sasaran. Ada yang berpendapat juga, bahwa teknik
padanan
mapan
mirip
dengan
teknik
literal
(harfiah),
yang
membedakannya adalah adanya konteks dalam penggunaan teknik padanan mapan tersebut
Sebagai gambarannya adalah kata demi kata diterjemahkan
kemudian disesuaikan susunannya sesuai dengan kaidah ataupun struktur dalam bahasa sasarannya dengan disesuaikan konteksnya. Di dalam penelitian ini, terdapat 100 tuturan yang menggunakan teknik penerjemahan padanan mapan. Adapun contoh datanya adalah sebagai berikut. commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tinker Bell (BSu)
: Guess what happened! Go on, guess!
Tinker Bell (BSa)
: Tebak apa yang terjadi! Ayo, tebak!
Terence
: Well, I ….
Gambar 29-IV: Terjemahan dengan teknik padanan mapan
Pada tuturan diatas tuturan Guess what happened! Go on, guess! diterjemahkan menjadi Tebak apa yang terjadi! Ayo tebak!. Penerjemah mencari padanan kata yang dirasa sesuai, kemudian
menyesuaikan kaidah atau
strukturnya dalam bahasa sasaran dengan tetap memperhatikan konteksnya. Go on pada bahasa sumbernya tidak serta merta dicari arti harfiahnya. Melainkan kemudian disesuaikan konteks penggunaannya. Go on diterjemahkan menjadi Ayo, karena terjemahan tersebut dirasa paling pas untuk mengekspresikan keinginan Tinker Bell yang meminta Terence tetap menebak perihal apa yang terjadi.
commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Literal Teknik penerjemahan ini merupakan teknik menerjemahhkan kata demi kata dari suatu ungkapan. Teknik ini dapat digunakan untuk menerjemahkan kata ataupun ungkapan dari bahasa sumber yang masih memiliki struktur yang sederhana. Di dalam penelitian ini, terdapat 29 tuturan yang menggunakan teknik penerjemahan literal. Adapun contoh datanya adalah sebagai berikut. Tinker Bell (BSu)
: Hammer!
Tinker Bell (BSa)
:Palu!
Little Bird
: (Getting it for her)
Gambar 30-IV: Terjemahan dengan teknik literal
Struktutur bahasa sumber tuturan tersebut di atas masih sederhana, sehingga penerapan teknik literal ini tidak menggangu makna ataupun pesan yang ingin disampaikan. Bahkan dengan menggunakan teknik penerjemahan ini, pesan dalam bahasa sumber dapat tersampaikan dengan baik kedalam bahasa sasaran.
commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Teknik Peminjaman Murni Teknik penerjemahan ini merupakan salah satu teknik yang digunakan penerjemah dengan cara meminjam kata atau ungkapan dari bahasa sumber. Di dalam penelitian ini, teknik peminjaman murni banyak digunakan untuk menerjemahkan nama tokoh dan nama tempat. Di dalam penelitian ini, terdapat 16 tuturan yang menggunakan teknik penerjemahan peminjaman murni. Adapun contoh datanya adalah sebagai berikut. Clank
: Hello, Tink!
Tinker Bell (BSu)
: Clank! Bobble!
Tinker Bell (BSa)
: Clank! Bobble!
Gambar 31-IV:Terjemahan dengan teknik peminjaman murni
Tuturan Tinker Bell yang berseru Clank! Bobble! dalam terjemahannya digunakan teknik peminjaman murni. Penggunaan kata ataupun ungkapan dalam bahasa sumber tetap dipertahankan di dalam bahasa sasarannya. Ungkapan commit to user tersebut sebenarnya memiliki arti, tetapi karena ungkapan tersebut merupakan
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebutan nama tokoh, maka bahasa sumbernya tetap dipertahankan. Jika penonton menyimak dengan baik film ini, maka tidak akan mengalami kesulitan untuk memahami ungkapan tersebut. d. Teknik Reduksi Teknik reduksi merupakan teknik penerjemahan yang digunakan untuk mengurangi informasi ungkapan dalam bahasa sumber kedalam bahasa sasaran. Meskipun terdapat pengurangan informasi teks ataupun ungkapan dalam bahasa sasaran, tetapi pengurangan ini dipandang tidak menimbulkan distorsi makna secara keseluruhan. Di dalam penelitian ini, terdapat 2 tuturan terjemahan dari Tinker Bell yang menggunakan teknik reduksi. Adapun salah satu contohnya adalah sebagai berikut. Minister of Autumn
: Behold, the hall of scepters.
Tinker Bell (BSu)
: They’re beautiful.
Tinker Bell (BSa)
: Indah sekali.
Gambar 32-IV:Terjemahan dengan teknik reduksi
commit to user
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tuturan Tinker Bell dalam bahasa sumber yang berbunyi They’re beautiful diterjemahkan kedalam sasaran menjadi Indah sekali. Di dalam terjemahan tersebut terdapat penggunaan teknik reduksi. Hal ini terlihat dari hilangnya subyek yang terdapat dalam bahasa sumber. Meskipun terdapat penghilangan subyek di dalam terjemahannya, tetapi terjemahan tersebut dipandang tidak menimbulkan distorsi makna dengan cara melihat adegan dalam filmnya dan memahami konteks tuturannya. Dengan demikian pesan dalam bahasa sumber tetap dapat tersampaikan kedalam bahasa sasarannya. e. Teknik Modulasi Teknik modulasi merupakan teknik penerjemahan dengan cara mengubah sudut pandang, fokus ataupun kategori kognitif dari suatu ungakapan dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Perubahan sudut pandang ataupun fokus teks ataupun ungkapan bahasa sumber ini dapat bersifat leksikal dan gramatikal. Di dalam penelitian ini, terdapat 12 data yang menggunakan teknik penerjemahan modulasi. Adapun contohnya adalah sebagai berikut. Gambar 33-IV:Terjemahan dengan teknik modulasi
commit to user
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terence
: I was just trying to be a good friend. I ...
Tinker Bell (BSu)
: Just leave me alone!
Tinker Bell (BSa)
: Jangan ganggu aku!
Tuturan Tinker Bell yang berbunyi Just leave me alone diterjemahkan menjadi Jangan ganggu aku. Di dalam terjemahan tersebut terjadi perubahan fokus ungkapan. Jika melihat bahasa sumbernya, fokus ungkapannya adalah permintaan penutur agar ditinggalkan sendirian. Sedangkan jika melihat bahasa sasarannya fokus ungkapannya adalah permintaan penutur untuk tidak diganggu. Meskipun terdapat perubahan fokus didalam bahasa sasarannya, tetapi pesan tetap dapat tersampaikan sebab makna tuturannya adalah pada situasi tersebut, penutur ingin sendirian. f. Teknik Amplifikasi Linguistik Teknik penerjemahan ini diterapkan dengan cara menambah elemenelemen linguistik didalam terjemahannya agar lebih sesuai dengan kaidah bahasa sasaran. Di dalam penelitian ini, ditemukan 2 data yang menggunakan teknik penerjemahan amplifikasi linguistik. Salah satu contoh datanya adalah berikut ini. Tinker Bell
: Iridessa? Rosetta?
Terence
: Nope. Try again.
Tinker Bell
: Fawn?
Terence
: Me!
Tinker Bell (BSu)
: Just kidding.
Tinker Bell (BSa)
: Aku cuma bercanda. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
118 digilib.uns.ac.id
Gambar 34-IV:Terjemahan dengan teknik amplifikasi linguistik
Tuturan Tinker Bell yang berbunyi Just kidding diterjemahkan menjadi Aku cuma bercanda. Di dalam bahasa sasarannya terdapat penambahan unsur Subyek. Di dalam proses transfer pesannya, penerjemah berusaha memahami kaidah bahasa sasarannya. Sehingga dengan menambahkan subyek Aku didalam bahasa sasarannya, penerjemah berusaha membuat terjemahannya berterima dengan memperhatikan aturan gramatikannya. Selain itu, hasil terjemahannya tetap dapat mentransfer pesan yang ada dengan baik. g. Teknik Duplet Teknik penerjemahan ini merupakan gabungan dari dua teknik penerjemahan. Di dalam penelitian ini, ditemukan 98 terjemahan tuturan yang menggunakan teknik duplet. Gabungan atau kombinasi teknik yang paling banyak ditemukan adalah kombinasi teknik padanan mapan dan reduksi sebanyak 39 data. Kombinasi teknik literal dan teknik reduksi sebanyak 9 data. Kombinasi commit to user muri sebanyak 4 data, kombinasi berikutnya adalah teknik literal dan peminjaman
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
teknik padanan mapan dengan peminjaman murni sebanyak 29 data, kombinasi teknik padanan mapan dan peminjaman naturalisasi sebanyak 6 data. Kombinasi teknik padanan mapan dengan transposisi dan kombinasi teknik padanan mapan dengan modulasi, masing-masing sebanyak 4 data. Kombinasi teknik peminjaman murni dengan modulasi, dan kombinasi teknik reduksi dan amplifikasi linguistik, masing- msing berjumlah 1 data. Berikut ini adalah salah satu contoh teknik duplet. Terence
: With the …
Tinker Bell (BSu)
: Okay. Yeah, I know.
Tinker Bell (BSa)
: Ya, aku tahu.
Gambar 35-IV:Tuturan dengan teknik duplet
Tuturan Okay. Yeah, I know. diterjemahkan menjadi Ya, aku tahu. Dengan tidak menerjemahkan ungkapan Okay kedalam bahasa sasarannya, berarti penerjemah telah menggunakan teknik reduksi. Kemudian ungkapan Yeah, I know diterjemahkan menjadi Ya, aku tahu. Dengan demikian kombinasi teknik padanan commit to user
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mapan dan teknik reduksi telah digunakan oleh penerjemah. Penggunaan kedua teknik penerjemahan ini tidak menghambat transfer pesannya atau dengan kata lain, pesan tetap dapat tersampaikan dengan baik. h. Teknik Triplet Teknik penerjemahan ini merupakan gabungan dari tiga teknik penerjemahan. Di dalam penelitian ini ditemukan 19 terjemahan tuturan yang menggunakan teknik triplet. Kombinasi teknik yang sering muncul adalah teknik padanan mapan-reduksi-peminjaman naturalisasi dan kombinasi teknik padanan mapan-reduksi-peminjaman murni, yang masing-masing kombinasi berjumlah 6 data. Kombinasi teknik padanan mapan-modulasi-peminjaman murni, kombinasi teknik padanan mapan-reduksi-amplifikasi linguistik dan kombinasi teknik padanan mapan-peminjaman murni-peminjaman naturalisasi masing-masing berjumlah 2 data. Sedangkan kombinasi teknik padanan mapan-transposisikompresi linguistik berjumlah 1 data. Adapun salah satu contoh teknik triplet adalah sebagai berikut. Terence
: The trajectory of the light beam’s gotta match the curvature of the moonstone at a 90-degree angle so the light can transmute into pixie dust.
Tinker Bell (BSu)
: Wow, Terence! Now, how’d you know all that?
Tinker Bell (BSa)
: Wah, Terence! Bagaimana kau tahu semua itu?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
121 digilib.uns.ac.id
Gambar 36-IV:Terjemahan dengan teknik triplet
Contoh data tersebut diatas jika dianalisis teknik penerjemahannya, terdapat kombinasi beberapa teknik, yaitu teknik padanan mapan, teknik reduksi, dan teknik peminjaman murni. Teknik reduksi muncul dari keterangan waktu now dalam bahasa sumber yang tidak diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran. Teknik peminjaman murni muncul pada peminjaman nama tokoh Terence ke dalam bahasa sasaran. Sedangkan selebihnya, teknik yang digunakan adalah teknik padanan maan. Penggunaan ketiga teknik penerjemahan sekaligus ini, tidak mengganggu transfer pesan ke dalam bahasa sasarannya. i. Teknik Kwartet Teknik penerjemahan ini merupakan gabungan dari empat teknik penerjemahan. di dalam penelitian ini, hanya ditemukan sebuah data yang menggunakan teknik kwartet. Data tersebut tersusun atas kombinasi empat teknik penerjemahan yaitu teknik padanan mapan, teknik reduksi, teknik peminjaman commit to user murni, dan teknik modulasi. Adapun datanya adalah berikut ini.
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tinker Bell (BSu)
: You know, Fairy Gary, you really run a tight ship.
Tinker Bell (BSa)
: Peri gary, kau mengelola tempat ini dengan tertib.
Fairy Gary
: That’s very sweet, dear.
Gambar 37-VI:Terjemahan dengan teknik kwartet
Teknik reduksi muncul pada ungkapan You know dan really yang tidak diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran. Teknik padanan mapan dan teknik peminjaman naturalisasi muncul pada ungkapan Fairy Gary yang diterjemahkan menjadi Peri Gary. Sedangkan teknik modulasi muncul pada ungkapan run a tight ship yang diterjemahkan menjadi mengelola tempat ini dengan tertib. Titik berat pesan tuturan tersebut ada pada ungkapan run a tight ship. Penggunaan teknik modulasi menghasilkan terjemahan yang pesannya dapat ditangakap dengan baik oleh pemirsa film.
commit to user
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Evaluasi terhadap tingkat keakuratan dan keberterimaan terjemahan tuturan Tinker Bell
a. Tingkat Keakuratan Tuturan-tuturan Tinker Bell yang diterjemahkan kedalam subtitle dan sudah dianalisis jenis serta fungsi tindak ilokusinya tadi, kemudian dianalis tingkat keakuratannya. Keakuratan berkaitan dengan pesan yang terdapat dalam bahasa sasaran apakah dapat tersampaikan secara tepat kedalam bahasa sasaran atau tidak (subtitle). Untuk menilai tingkat keakuratan terjemahan tuturan Tinker Bell ini, peneliti menggunakan bantuan rater. Hasil penilaian rater kemudian diperbandingkan. Jika terdapat perbedaan penilaian, maka akan dilakukan diskusi untuk mendapatkan kesepakatan penilaian. Jika tidak terjadi kesepakatan, maka diambil kesimpulan berdasarkan argumentasi yang paling kuat. Untuk menilai tingkat keakuratan ini, skala nilai keakuratan dibagi menjadi 3, yaitu tidak akurat, kurang akurat, dan akurat. Berdasarkan atas hasil penilaian data terjemahan tuturan Tinker Bell, dari 279 data, ditemukan 262 (93,18%) data akurat, dan 17 (6,09%) data kurang akurat.
commit to user
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3-IV:Klasifikasi data berdasarkan tingkat kekuratannya Kategori
Skor
Parameter Kualitatif
Jumlah
Persentase
Akurat
3
Makna kata, istilah teknis, frasa, klausa atau kalimat bahasa sumber dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; sama sekali tidak terjadi distorsi makna.
262
93,91%
Kurang Akurat
2
Sebagian besar makna kata, istilah teknis, frasa, klausa atau kalimat bahasa sumber sudah dialihkan secara akurat kedalam bahasa sasaran. Namun, maish terdapat distorsi makna atau terjemahan makna ganda (taksa) atau ada makna yang dihilangkan, yang menggangu keutuhan pesan.
17
6,09%
Terjemahan
Berikut ini disajikan contoh-contoh data berdasarkan skala penilaian tersebut di atas. 1). Akurat Berdasarkan tabel tingkat keakuratan tersebut di atas, data yang tergolong akurat berjumlah 260 dengan presentase 93,18 %. Adapun contoh dari data yang termasuk kategori akurat, adalah sebagai berikut. Terence
: (Whistling)
Tinker Bell (BSu)
: Not so close. Don’t breathe on it. It’s fragile.
Tinker Bell (BSa)
: Jangan terlalu dekat. Jangan bernapas diatasnya. Ini rapuh.
commit to user
125 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 38-IV: Contoh visualisasi data akurat
Pada contoh tuturan tersebut makna pesan tersampaikan secara akurat kedalam kedalam
bahasa sasaran. Tuturan dengan fungsi menyuruh diterjemahkan bahasa
penerjemahan
sasaran dengan tidak mengubah fungsinya. Teknik
yang digunakan pada tuturan tersebut adalah teknik padanan
mapan. Bahasa sumber tuturan tersebut memiliki struktur yang sederhana dan teknik padanan mapan yang digunakan dalam penerjemahannya sudah mampu untuk mentrasfer pesan kedalam bahasa sasaran. Berikut ini disajikan contoh lain dari data yang termasuk kedalam kategori penilaian akurat. Terence
: Set it at a 30-degree angle so that the reflective qualities of the moonstone…
Tinker Bell (BSu)
commit to user : Yes! You’re genius.
126 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tinker Bell (BSa)
: Ya! Kau jenius.
Gambar 39-IV:Contoh visualisasi data akurat
Teknik penerjemahan yang digunakan pada tuturan tersebut di atas terdiri dari dua buah teknik, yaitu teknik padanan mapan dan teknik peminjaman naturalisasi. Teknik peminjaman naturalisasi muncul pada kata genius yang diterjemahkan menjadi jenius. Sedangkan selebihnya yang digunakan adalah teknik padanan mapan. Terjemahan tuturan ini tidak mengalami perubahan fungsi ilokusi. Kata jenius sudah lazim digunakan dalam bahasa Indonesia, sehingga penggunaan teknik peminjaman naturalisasi tidak mengurangi makna pesan yang ditransfer ke dalam bahasa sasarannya, bahkan menjadikan terjemahan tersebut menjadi akurat. Kata genius jika diterjemahkan menjadi pintar ataupun pandai, malah tidak akan menghasilkan terjemahan yang akurat, sebab (KBBI, 2008:631) commit to user pesan yang terdapat dalam bahasa sumber berupa pujian terhadap Terence akan
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kecerdasannya yang tinggi. Hal ini juga sesuai dengan makna dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:631), bahwa jenius berarti memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Dengan kata lain, bahwa jenius memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari pada pintar ataupun pandai. 2). Kurang Akurat Terjemahan dikatakan kurang akurat jika sebagian besar makna tindak tutur dialihkan secara akurat, tetapi terdapat distorsi makna ataupun reduksi yang mengganggu keutuhan pesan. Adapun contoh-contoh datanya adalah sebagai berikut. Gambar 40-IV:Contoh data kurang akurat
Blaze
: (Squeaking)
Tinker Bell (BSu)
: Will you please get out of here?
Tinker Bell (BSa)
commit to user : Pergilah dari sini!
128 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penerjemah menggunakan teknik reduksi untuk menerjemahkan tuturan tersebut. Dalam bahasa sumber, tuturan tersebut mempunyai fungsi ilokusi memohon. Tetapi jika diperhatikan hasil terjemahannya, telah terjadi pergeseran fungsi ilokusi. Hasil terjemahan menunjukkan fungsi ilokusi tuturan dalam bahasa sasaran menjadi menyuruh. Hal ini terjadi disebabkan penerjemah tidak menerjemahkan kata please. Kata yang seharusnya dapat diterjemahkan menjadi tolong ini direduksi, sehingga tidak muncul pada hasil terjemahannya. Apabila dilihat dari konteks tuturannya, tuturan Tinker Bell tersebut mempunyai maksud meminta dengan halus kepada Blaze untuk pergi. Permintaan halus ini kemungkinan muncul karena Tinker Bell sudah beberapa kali mencoba mengeluarkan ataupun meminta keluar Blaze dari dalam balon terbang. Dengan nada dan intonasi yang sedikit tegas tetapi dengan tuturan sopan, Tinker Bell berusaha mengusir Blaze. Dengan kata lain, dengan maksud tuturan yang halus tersebut akan dapat membuat Blaze meninggalkan balon udara. Adapun contoh yang lainnya sebagai berikut. Blaze
: (Squeaking)
Tinker Bell (BSu)
: I’m on a very important mission.
Tinker Bell (BSa)
: Aku mengemban misi penting.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
129 digilib.uns.ac.id
Gambar 41-IV:Contoh data kurang akurat
Tuturan ini menggunakan 3 teknik penerjemahan sekaligus, yaitu teknik padanan mapan, reduksi, dan peminjaman naturalisasi. Teknik peminjaman naturalisasi muncul pada kata misi yang merupakan terjemahan dari kata mission. Teknik reduksi muncul pada kata very, yang tidak diterjemahkan. Sedangkan selebihnya menggunakan teknik padanan mapan. Penggunaan teknik reduksi pada penerjemahan tuturan tersebut yang menimbulkan sedikit pergeseran makna. Kata very ini berfungsi untuk menyangatkan. Sehingga seharusnya terjemahannya menjadi Aku mengemban misi yang sangat penting. Dengan melihat konteks dan tuturannya, kata very disini mempunyai makna yang dalam. Dengan melihat analogi pada singkatan VIP (Very Important Person) ataupun VVIP (Very Very Important Person), maka orang akan berpikiran pada perlakuan atau pelayanan. commit to user Orang yang memiliki tingkat VIP merupakan orang khusus, maka akan
130 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mendapatkan perlakuan ataupun pelayanan yang lebih baik dari orang biasa. Begitupun VVIP akan mendapatkan pelayanan ataupun perlakuan yang terbaik atau berbeda dari VIP. Oleh karenanya kata very pada tuturan tersebut di atas seharusnya
tetap
diterjemahkan.
Terjemahan
kata
tersebut
akan
dapat
menunjukkan bahwa misi yang sedang diemban Tinker Bell amat penting. Hal ini tercermin dari tindakan serta upaya Tinker Bell untuk mengembalikan batu bulan dan menyelesaikan tugasnya yaitu membuat tongkat musim gugur. Contoh yang ketiga untuk data dengan kategori penilaian kurang akurat sebagai berikut. Tinker Bell (BSu)
: Thanks. Okay, try it now, Cheese.
Tinker Bell (BSa)
: Terima kasih. Coba sekarang, Keju.
Cheese
: (Paddling)
Gambar 42-IV:Contoh data kurang akurat
commit to user
131 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terjemahan tersebut menggunakan 2 teknik penerjemahan
yaitu
teknik padanan mapan dan teknik reduksi. Teknik reduksi muncul pada kata okay dan objek it. Kedua kata tersebut tidak diterjemahkan. Meskipun demikian ketidakmunculannya dalam terjemahan tidak menjadikan terganggunya transfer pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Kata thanks juga diterjemahkan dengan akurat ke dalam bahasa sasaran menjadi terima kasih. Tetapi masalah muncul pada terjemahan Cheese. Cheese diterjemahkan menggunakan teknik literal menjadi Keju. Terjemahan ini tidak salah dikarenakan padanan kata dalam bahasa sasaran sudah tepat. Tetapi jika melihat konteksnya, maka terjemahan tersebut kurang akurat. Sebab Cheese merupakan sebuah nama, lebih tepatnya nama dari salah satu tokoh dalam film Tinker Bell And The Lost Treasure yang berupa seekor hewan tikus. Sehingga seharusnya Cheese tidak perlu diterjemahkan, seperti halnya nama-nama tokoh yang ada dalam film ini, seperti Tinker Bell itu sendiri, Ratu Clarion, Clank, dan Blaze. b. Tingkat Keberterimaan. Setelah terjemahan tuturan-tuturan Tinker Bell tersebut dianalisis tingkat keakuratannya, selanjutnya dianalisis berdasarkan tingkat keberterimaannya. Untuk menilai tingkat keberterimaan ini, skala nilai keberterimaan dibagi menjadi 3, yaitu berterima, kurang berterima, dan tidak berterima. Berdasarkan atas hasil penilaian data terjemahan tuturan Tinker Bell, dari 279 data, ditemukan 270(96,77%) data berterima dan 9 (3,22%) data kurang berterima.
commit to user
132 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4-IV Klasifikasi data tuturan berdasarkan tingkat keberterimaan Kategori
Skor
Parameter Kualitatif
Jumlah
Persentase
Berterima
3
Terjemahan terasa alamiah; istilah teknis yang digunakan lazim digunakan dan akrab bagi pembaca; frasa, klausa dan kalimat yang digunakan sudah sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
270
96,77%
Kurang Berterima
2
Pada umumnya terjemahan sudah terasa alamiah; namun ada sedikit masalah pada penggunaan istilah teknis atau terjadi sedikit kesalahan gramatikal.
9
3,22%
Terjemahan
Berikut ini disajikan contoh-contoh data berdasarkan skala penilaian tersebut di atas. 1). Berterima Berdasarkan tabel tingkat keberterimaan tersebut di atas, data yang tergolong berterima berjumlah 266 dengan presentase 95,34 %. Adapun contoh dari data yang termasuk kategori akurat, adalah sebagai berikut. Tinker Bell (BSu)
: Toll bridge?
Tinker Bell (BSa)
: Jembatan tol?
Fawn
: Yeah.
commit to user
133 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 43-IV:Contoh terjemahan berterima
Dengan menyesuaikan ejaan yang sesuai dalam kaidah bahasa Indonesia, penerjemah melalui teknik peminjaman naturalisasinya, menerjemahkan toll menjadi tol. Jalan tol dalam bahasa Indonesia berarti jalan bebas hambatan. Orang sudah mengenal dan lazim menggunakan kata tol daripada pengertiannya (bebas hambatan). Ketika berada di jalan raya, kata tol sering ditemui ketika orang hendak memasuki jalan tanpa hambatan (traffic light, ataupun kemacetan). Dengan demikian kata tol berterima dan lazim digunakan di Indonesia. Adapun contoh lain dari data yang termasuk kategori berterima, adalah sebagai berikut. Tinker Bell (BSu)
: My boysenberry rolls!
Tinker Bell (BSa)
: Roti arbeiku!
Blaze
commit to user : (Squeaking)
134 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 44-IV:Contoh data berterima
Penerjemah
memilih
Roti
arbeiku!
sebagai
pilihan
kata
untuk
menerjemahkan My boysenberry rolls! . Boysenberry merupakan jenis dari buah berry. Sedangkan rolls merupakan roti gulung yang terdiri atas beberapa lapis. Terjemahan tersebut menggunakan teknik generalisasi. Hal-hal yang khusus dalam bahasa sumber yang sekiranya jarang sekali dipergunakan atau ditemukan dalam bahasa sasaran, diterjemahkan secara umum. Orang akan lebih mudah menerima terjemahan Roti arbeiku! daripada gulungan lapis roti arbei hitam kemerah-merahan yang berukuran besar. Dengan demikian terjemahan tersebut dikatakan berterima. 2). Kurang berterima Terjemahan dikatakan kurang berterima apabila terjemahan terasa to user alamiah, namun terdapat sedikitcommit masalah dengan pilihan kata dan kesalahan
135 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
gramatikal. Berdasarkan tabel tingkat keberterimaan tersebut di atas, data yang tergolong kurang berterima berjumlah 12 dengan presentase 4,3 %. Adapun contoh dari data yang termasuk kategori kurang berterima, adalah sebagai berikut.
Gambar 45-IV:Contoh data kurang berterima
Terence
: Let her rip!
Tinker Bell
: (Chuckling) Whoa.
Tinker Bell (BSu)
: And now for hydro-drive.
Tinker Bell (BSa)
: Sekarang penggerak-hidro.
Fokus utama pembahasan contoh tersebut diatas tertuju pada hasil terjemahan penggerak-hidro. Teknik yang digunakan pada hasil terjemahan tersebut adalah peminjaman naturalisasi. Meskipun demikian, terjemahan commit to user tersebut secara umum terasa kurang lazim. Istilah hidro dalam hal ini berarti
136 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perihal tentang air, mungkin sudah dikenal dibidang biologi, kelautan, ataupun kimia, tetapi diluar bidang-bidang tersebut, kata hidro belum lazim digunakan. Dengan demikian, terjemahan tersebut menjadi kurang berterima. Hydro-drive akan menjadi berterima jika diterjemahkan penggerak atau pendorong bertenaga air.
Dengan terjemahan tersebut dan didukung dengan visualisasi dalam
film, maka penonton akan dapat merangkai gambaran pesan dari bahasa sumber dengan baik. Adapun contoh lain dari data yang termasuk kategori kurang berterima, adalah sebagai berikut. Gambar 46-IV:Contoh data kurang berterima
Tinker Bell
: Why are you counting?
Fairy Mary
: It helps to calm me down. commit to user
137 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tinker Bell (BSu)
: Got it. Don’t worry, Fairy Mary. I’ll make you proud, all of you.
Tinker Bell (BSa)
: Mengerti. jangan cemas, Peri Mary. Akan aku buat kalian bangga, semuanya.
Pada terjemahan tersebut di atas, permasalahan terletak pada kaidah tata bahasanya. Tata bahasa dalam bahasa sasaran terkesan masih mengikuti tuturan bahasa sumbernya, sehingga terjemahannya menjadi kurang berterima. Tuturan bahasa sumber yang berbunyi I’ll make you proud, all of you diterjemahkan menjadi Akan aku buat kalian bangga, semuanya. Di dalam kaidah bahasa Indonesia, terjemahan tersebut terasa kurang alamiah. Terjemahan tersebut akan terasa alamiah dan sesuai dengan tata bahasa yang lebih baik jika menjadi Akan aku buat kalian semua bangga. Jika dilihat pada terjemahan aslinya, terlihat adanya penegasan objek dengan menggunakan tambahan tanda baca koma. Meskipun demikian susunan tata bahasa dalam bahasa sasarannya tampak kurang tepat. Sedangkan pada terjemahan yang disarankan, terjemahan kalian semua bangga, tampak lebih efisien dari segi tata bahasa dan efektif dari segi penyampaian pesannya.
commit to user
138 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Pembahasan 1. Jenis dan fungsi tindak ilokusi tuturan Tinker Bell dalam film Tinker Bell And The Lost Treasure. a. Jenis dan fungsi ilokusi. Di dalam film Tinker Bell And The Lost Treasure ini, ditemukan 279 data yang berasal dari tuturan tokohTinker Bell. Data-data tersebut diklasifikasikan berdasarkan
jenis dan fungsi tindak ilokusinya. Jenis tindak ilokusi yang
ditemukan didalam penelitian ini berjumlah 4, yaitu jenis tindak ilokusi asertif, tindak ilokusi direktif, tindak ilokusi ekspresif, dan tindak ilokusi komisif. Sedangkan jenis tindak ilokusi deklarasi tidak ditemukan. Sementara itu jenis tindak ilokusi tersebut terdiri dari berbagai fungsi tuturan. Secara keseluruhan terdapat 28 fungsi tuturan yang tersebar di keempat jenis tindak ilokusi. Jenis tindak ilokusi asertif mempunyai 6 fungsi tuturan dengan 181 data tuturan, jenis tindak ilokusi direktif mempunyai 7 fungsi tuturan dengan 46 data tuturan, jenis tindak ilokusi ekspresif mempunyai 13 fungsi tuturan dengan 49 data tuturan, dan jenis tindak ilokusi komisif mempunyai 1 fungsi tuturan dengan 3 data tuturan. Sementara itu berdasarkan analisis peneliti, terdapat 1 tuturan yang mengalami perubahan fungsi. Meskipun demikian, tuturan tersebut tidak mengalami perubahan jenis tindak ilokusi. Tuturan tersebut termasuk ke dalam klasifikasi jenis tindak ilokusi direktif dengan fungsi memohon yang mengalami pergeseran dan berubah fungsinya menjadi menyuruh. Selain itu, terdapat satu tuturan lagi yang mengalami pergeseran jenis dan fungsi tindak ilokusinya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
139 digilib.uns.ac.id
Tuturan dengan jenis tindak ilokusi ekspresif dengan fungsi memuji berubah menjadi jenis tindak ilokusi asertif dengan fungsi memberitahu. Tindak tutur asertif merupakan jenis tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas hal yang dikatakannya atau dapat juga dikatakan bahwa penutur terikat pada kebenaran proposisi yang diungkapkan. Jenis tindak tutur asertif yang ditemukan dalam penelitian ini memiliki beberapa fungsi, yaitu mengatakan, bertanya, memberitahu, berpendapat, menjelaskan dan menegaskan. Fungsi yang paling banyak muncul dari jenis tindak tutur ini adalah fungsi memberitahu dan mengatakan. Tuturan-tuturan yang muncul pada fungsi ini banyak yang berkaitan dengan tanggung jawab tokoh utama Tinker Bell dalam usahanya membuat tongkat musim gugur yang nantinya akan digunakan untuk mengahasilkan serbuk peri. Seluruh tuturan yang termasuk kedalam klasifikasi jenis tindak ilokusi asertif ini tidak mengalami pergeseran. Jenis tindak ilokusi berikutnya yang ditemukan dalam penelitian ini adalah tindak tutur direktif. Tindak tutur ini mempunyai maksud agar mitra tutur mau melakukan apa yang dimaksud oleh penutur. Di dalam penelitian ini, ditemukan 46 tuturan dengan jenis tindak ilokusi direktif. Tindak tutur ini juga mempunyai beberapa fungsi tuturan yaitu menyuruh, meyakinkan, mengharap, memohon, memanggil, mengajak, dan mengusir. Sedangkan fungsi tuturan menyuruh merupakan fungsi yang banyak muncul. Fungsi tuturan menyuruh ini sering digunakan Tinker Bell untuk member perintah pada mitra tutur yang sebaya ataupun yang lebih muda. Tetapi beberapa tuturan yang berfungsi menyuruh atau commit to user memberikan perintah juga diucapkan Tinker Bell terhadap mitra tutur yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id
140 digilib.uns.ac.id
tua atau memeliki posisi lebih tinggi. Meskipun demikian, dengan konteks situasi yang berbeda, terdapat beberapa tuturan Tinker Bell terhadap mitra tutur yang sebaya dengan maksud memberikan perintah, diucapkan dengan hormat. Tuturan tersebut diucapkan dengan hormat, sehingga fungsi tuturannya tidak lagi menyuruh, melainkan memohon. Tuturan-tuturan yang terdapat dalam klasifikasi jenis tindak ilokusi direktif ini, sebagian besar tidak mengalami pergeseran. Tetapi ada sebuah tuturan yang mengalami pergeseran fungsi. Tuturan dengan fungsi memohon berubah menjadi fungsi menyuruh. Tuturan Will you please get out of here? yang diterjemahkan menjadi Pergilah dari sini!. Hal ini dapat terjadi dikarenakan penerjemah mengabaikan konteks situasi. Seharusnya penerjemah memperhatikan konteks situasinya. Tinker Bell sudah berusaha mengusir si kunang-kunang Blaze tetapi kunang-kunang tersebut bersikeras untuk tetap tinggal. Kemudian dengan tuturan yang lebih hormat, Tinker Bell berusaha untuk meminta Blaze pergi. Dengan tuturan yang lebih hormat tersebut, kemungkinan Tinker Bell ingin menyentuh perasaan Blaze aga dia mau pergi. Oleh karenanya tuturan tersebut akan lebih baik diterjemahkan menjadi
Tolong, bersediakah
kamu pergi dari sini? Jenis tindak tutur berikutnya yang terdapat dalam karakter tokoh Tinker Bell adalah jenis tindak ilokusi ekspresif. Jumlah tuturan yang termsuk ke dalam jenis tindak ilokusi ini berada di urutan kedua setelah jenis tindak ilokusi asertif, dengan jumlah tuturan sebanyak 49. Diantara keempat jenis tindak tutur yang ditemukan dalam karakter tokoh Tinker Bell ini, jenis tindak ilokusi ekspresif merupakan jenis tindak ilokusi yang memiliki fungsi paling banyak atau beragam. commit to user
141 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jenis tindak ilokusi ini memiliki 13 fungsi, yaitu meminta maaf, berterimakasih, memuji, menyalahkan, menyapa (sapaan), menyesal, mengungkapkan perasaan kecewa, mengungkapkan perasaan ragu-ragu, mengungkapkan perasaan kagum ataupun heran, mengungkapkan perasaan
terkejut, mengungkapkan perasaan
khawatir, mengungkapkan perasaan kesal, mengungkapkan perasaan curiga. Fungsi tuturan yang beragam
pada jenis tindak ilokusi ekspresif ini,
kemungkinan besar dapat terjadi. Hal ini dikarenakan, tokoh Tinker Bell dalam film Tinker Bell And The Lost Treasure ini memiliki karakter yang sensitif, dalam arti mudah marah, mudah meluapkan ekspresi kebahagiaan dan kesedihan, ataupun mudah dalam mengekspresikan luapan perasaan. Karakter tokoh Tinker Bell mirip dengan karakter anak-anak. Sebagai contoh, ketika masalah terjadi, saat tongkat kerajaan hancur tertimpa kompas, Tinker Bell tidak berusaha introspeksi, mencari solusinya, melainkan, malah menyalahkan, meluapkan kemarahan, dan melampiaskan kekesalan. Sehingga dalam sebuah situasi luapan perasaan Tinker Bell dapat menghasilkan beberapa tuturan dengan fungsi yang berbeda-beda. Hampir sama dengan pembahasan pada jenis tindak ilokusi deskriptif, sebagian besar tuturan yang terdapat dalam jenis tindak ilokusi ekspresif ini tidak mengalami pergeseran. Tetapi terdapat sebuah tuturan yang mengalami pergeseran. Tidak seperti pergeseran pada jenis tindak ilokusi direktif, pergeseran pada jenis tindak ilokusi ekspresif ini, terjadi secara penuh. Maksudnya baik jenis tindak ilokusi maupun fungsinya keduannya mengalami pergeseran. Hal ini commitkarena to userpenerjemah tidak memperhatikan terjadi, kemungkinan juga dikarenakan
perpustakaan.uns.ac.id
142 digilib.uns.ac.id
konteks situasinya. Tuturan tersebut berubah dari jenis tindak ilokusi ekspresif dengan fungsi memuji menjadi jenis tindak ilokusi asertif dengan fungsi memberitahu. Tuturan tersebut adalah That would be great yang diterjemahkan menjadi Boleh sekali. Tuturan tersebut diucapkan Tinker Bell untuk menjawab pertanyaan Terence yang menawarkan dirinya untuk menjadi asisten. Terjemahan tersebut tidak sesuai dengan situasi percakapan yang sedang terjadi. Tinker Bell mengucapkan tuturan tersebut dengan tujuan untuk memuji, meskipun maksudnya memberitahu Terence bahwa dirinya diperbolehkan menjadi asisten Tinker Bell. Tuturan Tinker Bell tersebut bersifat tidak langsung. Terjemahan dalam subtitle bersifat langsung dan sebenarnya mempunyai maksud yang sama. Tetapi perubahan fungsi tersebut akan dapat mempengaruhi suasana perasaan mitra tutur dan penikmat film. Tuturan yang tidak diutarakan pada mitra tutur berbunyi So long, Jenis tindak ilokusi terakhir yang terdapat dalam tuturan karakter Tinker Bell adalah jenis tindak ilokusi komisif. Maksud dari jenis tindak tutur ini adalah penutur menegaskan pada dirinya untuk melakukan sesuatu di masa yang akan datang. Jenis tindak ilokusi ini adalah jenis tindak ilokusi yang paling sedikit ditemukan dan juga hanya mempunyai sebuah fungsi tuturan. Fungsi tuturan tersebut adalah fungsi berjanji. Fungsi ini berkaitan dengan kesanggupan penutur untuk melakukan sesuatu di masa datang. Fungsi ini, juga hanya mempunyai 3 tuturan. 2 tuturan ditujukan merupakan kesanggupan kepada mitra tutur yaitu Peri Mary dan Blaze, sedangkan sebuah tuturan diucapkaanya sebagai janji kepada Pixie Hollow (tempat tinggal para peri). Pixie hollow. I’ll be back soon. yang diterjemahkana commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
143 digilib.uns.ac.id
menjadi Sampai jumpa, Pixie Hollow. Aku akan segera pulang. Berdasarkan tuturan tersebut, Tinker Bell berjanji pada Pixie Hollow, dan bukannya kepada mitra tutur, bahwa setelah berhasil dengan misinya, dia akan segera pulang. Ketiga tuturan yang terdapat pada jenis tindak ilokusi ini, keseluruhannya tidak mengalami pergeseran.
b. Teknik Terjemahan Tuturan Tokoh Tinker Bell Penelitian mengenai tuturan Tinker Bell dalam film Tinker Bell And The Lost Treasure ini menemukan 279 data tuturan yang dianalisis. Dari 279 data terjemahan tuturan Tinker Bell tersebut ditemukan 9 teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah. Teknik-teknik itu adalah padanan mapan, literal, peminjaman murni, amplifikasi linguistik, modulasi, reduksi, duplet, triplet, dan kwartet. Teknik penerjemahan merupakan sarana penerjemah untuk mentransfer pesan ke dalam bahasa sasaran agar pesan tersebut dapat tersampaikan dan dipahami dengan baik. Dua teknik terjemahan yang paling sering digunakan adalah teknik padanan mapan dan duplet. Sedangkan teknik penerjemahan yang paling banyak ditemukan dalam penelitian ini adalah teknik padanan mapan. Di dalam penelitian ini, juga terdapat tiga teknik yang kemunculannya hanya sedikit, yaitu teknik amplifikasi linguistik, reduksi, dan kwartet. Sebanyak 100 data terjemahan tuturan yang ditemukan, menggunakan teknik penerjemahan padanan mapan ini. Teknik ini digunakan oleh penerjemah untuk menghasilkan terjemahan yang dapat dipahami pemirsa dengan baik. Di commit to user dalam penelitian ini, teknik padanan mapan digunakan oleh penerjemah dalam
perpustakaan.uns.ac.id
tataran
144 digilib.uns.ac.id
frasa, klausa dan kalimat. Teknik ini tidak serta merta hanya
menerjemahkan kata demi kata dan selesai begitu saja, melainkan selanjutnua susunannya disesuaikan dengan kaidah dalam bahasa sasaran dan disesuaikan dengan konteksnya. Sebagai contoh tuturan Break? Nothing’s broken! What do you mean? yang jika diterjemahkan secara kata demi kata, tanpa ada penyesuaian dengan kaidah bahasa sasaran, maka kurang lebih akan menjadi Pecah? Tidak ada (adalah) pecah! Apa (melakukan) kamu maksud?, sehingga terjemahannya akan menjadi tidak akurat dan tidak berterima. Tetapi karena ada penyesuaian dengan kaidah bahasa sasaran, maka terjemahannya menjadi Pecah? Tak ada yang pecah! Apa maksudmu? sehingga terjemahannya menjadi berterima dan akurat. Penggunaan teknik literal di dalam penelitian ini tidak mengakibatkan terjadinya perubahan jenis dan fungsi tindak ilokusi tuturan. Teknik terjemahan kedua yang sering digunakan adalah teknik duplet, dimana teknik ini merupakan kombinasi atau gabungan dari dua buah teknik penerjemahan. Teknik ini digunakan penerjemah untuk menghasilkan terjemahan yang berterima dan juga akurat. Sebagai contoh tuturan I’m Tinker Bell. What’s your name?. Teknik peminjaman murni muncul pada ungkapan Tinker Bell. Tinker Bell tetap dipertahankan seperti dalam bahasa sumbernya, karena merupakan nama tokoh. Sedangkan sisanya merupakan teknik padanan paman. Penggunaan teknik duplet tersebut berterima dan akurat. Tidak bisa dibayangkan seandainya teknik yang digunakan hanya teknik padanan mapan. Maka terjemahannya kurang lebih menjadi Aku (Namaku) Pengrajin Lonceng. Siapa namamu? dan terjemahan tersebut akan terdengar aneh. Begitu pula ungkapan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
145 digilib.uns.ac.id
dalam bahasa sumber Mein Name ist Schweinsteiger. Wie heisst du? akan terasa aneh jika ditejemahkan menjadi Namaku Penunggang Babi. Siapa namamu? Oleh karena itu penerjemahan nama tokoh tetap dipertahankan dalam bahasa sasarannya. Dengan demikian dalam penerjemahan tuturan tersebut di atas, sudah tepat jika teknik yang diterapkan penerjemah adalah teknik duplet. Sebanyak 29 data dalam penelitian ini menggunkan teknik literal. Teknik ini dalam bahasa Indonesia juga lazim disebut dengan teknik harfiah. Penerjemah menerjemahkan bahasa sumber secara apa adanya (kata per kata) ke dalam bahasa sasaran. Teknik ini biasanya digunakan untuk terjemahan dengan struktur yang sederhana. Contoh berikut meupakan tuturan (bahasa sumber) yang diterjemahkan menggunakan teknik literal, Hammer! Palu!, Clip. Penjepit., Sorry. Maaf. Contoh-contoh tersebut masih menggunakan struktur yang sederhana, sehingga penggunaan teknik literal dalam terjemahannya jelas tidak akan mengganggu keutuhan pesannya. Teknik peminjaman murni dalam penelitian ini, digunakan pada 16 data terjemahan data. Teknik ini merupakan teknik penerjemahan dengan tetap mempertahankan ungkapan bahasasumber ke dalam bahasa sasarannya. Ungkapan-ungkapan yang biasanya tetap dipertahankan ke dalam bahasa sasaran misalnya adalah nama tokoh dan nama lokasi atau tempat. Pada penelitian ini terdapat banyak data yang menggunakan teknik peminjaman murni, tetapi teknik tersebut dikombinasikan dengan teknik-teknik lainnya. Sedangkan data yang hanya menggunakan sebuah teknik peminjaman murni berjumlah 16. Keseluruhan data yang hanya diterjemahkan menggunkan teknik peminjaman murni commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
146 digilib.uns.ac.id
merupakan nama-nama tokoh. Adapun nama-nama tempat yang diterjemahkan dengan teknik peminjaman murni keseluruhannya dikombinasikan dengan teknikteknik yang lain. Penggunaan teknik peminjaman murni pada terjemahan tuturan Tinker bell ini tidak menimbulkan perubahan jenis dan fungsi ilokusinya. Teknik amplifikasi linguistik yang ditemukan dalam penelitian ini berjumlah 2. Teknik ini digunakan dengan cara menambhakan elemen-elemen linguistik dalam kedalam bahasa sasarannya agar lebih sesuai dengan kaidah bahasanya. Seperti dalam penelitian ini, teknik amplifikasi linguistik salah satunnya ditemukan pada tuturan Just kidding yang diterjemahkan menjadi Aku cuma bercanda. Meskipun terdapat penambahan elemen linguistik yang berupa subyek di dalam bahasa sasarannya, tidak menjadikan tuturan tersebut mengalami perubahan jenis dan fungsi ilokusinya. Penambahan elemen linguistik yang berupa subyek aku, menjadikan pola tata bahasa di dalam bahasa sasarannya lebih baik. Teknik triplet juga ditemukan didalam penelitian ini. Teknik ini hampir sama dengan teknik duplet karena merupakan kombinasi dari beberapa teknik. Jika teknik duplet terdiri dari dua macam teknik, maka teknik triplet terdiri dari tiga macam teknik. Terdapat 19 teknik triplet yang ditemukan dalam penelitian ini. Teknik padanan mapan merupakan salah satu bagian dari kombinasi teknik yang selalu muncul. Tuturan Tinker Bell yang berbunyi I lost my balloon. I lost my pixie dust. I’m starving diterjemahkan menjadi Aku kehilangan balonku. Serbuk periku. Aku kelaparan terindikasi menggunakan tiga teknik penerjemahan yaitu padanan mapan, reduksi, dan peminjaman naturalisasi. Tidak selalu commit to user
147 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penggunaan banyak teknik akan menjadikan terjemahan menjadi lebih berterima ataupun lebih akurat. Dari contoh di atas, pesan dalam bahasa sumber tetap tersampaikan secara akurat ke dalam bahasa sasaran, tetapi penggunaan teknik reduksi didalamnya menjadikan kaidah gramatika bahasa sasaran kurang berterima, karena kalimat kedua kehilangan unsur subyek dan predikatnya. Penggunaan teknik triplet dalam penelitian ini, tidak mengakibatkan terjadinya perubahan fungsi dan jenis ilokusinya. Di dalam penelitian ini, terdapat satu lagi teknik yang juga merupakan kombinasi teknik. Teknik tersebut adalah teknik kwartet. Teknik kwartet ini terdiri dari 4 teknik penerjehan. Di dalam penelitian ini, hanya ditemukan sebuah data yang menggunakan teknik kwartet. Teknik kwartet ini terdiri dari kombinasi teknik reduksi, padanan mapan, peminjaman murni dan modulasi. Penggunaan teknik kwartet pada data penelitian ini juga tidak mengakibatkan perubahan jenis dan fungsi ilokusinya. Teknik selanjutnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik reduksi. Teknik ini merupakan pengurangan informasi ungkapan dalam bahasa sumber kedalam bahasa sasaran yang dipandang tidak menimbulkan distorsi makna secara keseluruhan. Di dalam penelitian ini, hanya terdapat 2 data yang menggunakan teknik reduksi. Tuturan yang berbunyi They’re beautiful diterjemahkan menjadi Indah sekali. Di dalam tuturan tersebut terdapat reduksi informasi
terhadap subyek. Meskipun terdapat pengurangan subyek, dengan
melihat konteks dan adegan dalam filmnya, maka tuturan tersebut tidak akan menimbulkan distorsi makna. Dengan kata lain, pesan tetap dapat tersampaikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
148 digilib.uns.ac.id
dengan akurat. Penggunaan teknik ini juga tidak mengakibatkan perubahan jenis dan fungsi ilokusinya. Teknik penerjemahan yang terakhir adalah teknik modulasi. Teknik ini merupakan penggantian sudut pandang ataupun fokus dari teks ataupun ungkapan dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Teknik modulasi yang muncul dalam penelitian ini sebanyak 12 data. Tuturan Take your time diterjemahkan menjadi Tak usah buru-buru merupakan salah satu contoh penggunaan teknik modulasi. Tuturan Take your time tidak diterjemahkan menjadi Nikmatilah waktumu melainkan dirubah fokusnya dan menjadi Tak usah buru-buru. Meskipun demikian pesan yang ingin disampaikan tetap akurat dan dapat diterima pemirsa dengan baik. Diantara data-data yang menggunakan teknik modulasi ini, diindakasi terdapat sebuah data dengan teknik modulasi yang mengalami perubahan jenis dan fungsi ilokusinya. Data tersebut adalah sebagai berikut. Tuturan Tinker Bell dalam bahasa sumber yang berbunyi That would be great diterjemahkan menjadi Boleh sekali. Dengan melihat konteksnya, pada saat itu terdapat dua orang yaitu Tinker Bell yang sedang berada di kediaman Tinker Bell. Pada saat itu Tinker Bell bercerita kepada Terence perihal dirinya yang mendapatkan kehormatan dan ditunjuk untuk membuat tongkat musim gugur. Perasaan Tinker Bell ketika itu sangatlah senang. Kemudian Terence mengajukan dirinya untuk menjadi asisten Tinker Bell dalam membuat tongkat musim gugur tersebut. Dengan senang hati Tingker Bell pun menjawab dengan That would be great. Tuturan tersebut merupakan ungkapan rasa senang Tinker Bell dan merupakan persetujuannya terhadap Terence. Tuturan commit to user
149 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tinker Bell tersebut bersifat tidak langsung dan mempunyai makna implisit. Tuturan tersebut termasuk kedalam jenis tindak tutur ekspresif dengan fungsi memuji. Dengan menggunakan teknik modulasi tuturan tersebut di dalam bahasa sasarannya berbunyi Boleh sekali. Tuturan tersebut merupakan tuturan langsung, sehingga terjadi perubahan sudut pandang di dalamnya. Terjemahan tersebut berubah jenis tindak ilokusinya menjadi asertif dengan fungsi memberitahu. Tinker Bell memberitahu Terence secara langsung bahwa dirinya diperbolehkan menjadi asisten dalam proses pembuatan tongkat musim gugur. Ungkapan dalam bahasa sasaran yang merupakan tuturan tidak langsung dengan makna implisit dirubah menjadi tuturan langsung dengan makna eksplisit. Meskipun demikian dengan melihat konteks dan adegan dalam filmnya, maka pemirsa tetap akan mampu memahami pesan tuturannya. Dengan demikian, tuturan tersebut telah mengalami perubahan jenis dan fungsi tindak ilokusinya, meskipun pesan yang ada masih tetap dapat tersampaikan dengan baik. Berikut ini akan disajikan tabel data berdasarkan tindak ilokusi, teknik penerjemahan, dan pergeserannya.
Tabel 5-IV: Klasifikasi Tuturan Tinker Bell berdasarkan tindak ilokusi dan teknik penerjemahannya. Jenis
Fungsi
No.Data
Teknik
Jml
Presentase
Asertif
Mengatakan
19,21,31,45,46,6
Pad.Mp.
26
9,31%
1,81,100,103,105 ,107,108,131,132 ,183,199,215,216 commit to user
150 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
,230,244,247,258 ,259,260,266,268 51,55,56,66,69,1
Lit
9
3,22%
Pem.M
5
1,79
277
Mod.
1
0,35%
34,38,65,90,92,1
Duplet
18
6,45%
196,
Triplet
2
0,70%
29,36,42,67,96,1
Pad.Mp.
13
4,65%
97,148,149
Lit.
3
1,07%
5,6,88
Pem. M
3
1,07%
98,166,
Mod.
2
0,70%
9,99,102,147,151
Duplet
9
3,22%
Triplet
2
0,70%
25
8,96%
06,110,129,155 179,190,210,231, 240,
04,152,171,174,1 88,189,209,229,2 45,255,264,274,2 76
Bertanya
01,118,153,194,2 11,213,251,254
,170,180,186,246 8,44,167, Memberitahu
14,54,58,72,91,1 commit to userPad.Mp.
151 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
21,123,128,138,1 44,146,159,160,1 65,198,203,205,2 17,227,228,233,2 34,236,238,253 57,86,124,219,26
Lit.
5
1,79%
278
Pem M
1
0,35%
94,243,
Mod.
2
0,70%
7,
Amp.Ling
1
0,35%
13,24,40,59,83,8
Duplet
30
10,75%
Triplet
5
`1,79%
10,126,257
Pad.Mp.
3
1,08%
20,
Mod.
1
0,35%
127,164 commit to user Duplet
2
0,70%
9
7,112,122,125,13 9,140,150,169,18 5,187,195,197,20 0,201,202,218,22 1,224,235,237,23 9,242,265,271,27 3 23,137,172,182,1 91,261 Berpendapat
152 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
95,156
Triplet
2
0,70%
93
Reduksi
1
0,35%
26,28,70,71,84
Duplet
5
1,79%
Menegaskan
41
Duplet
1
0,35%
Menyuruh
12,39,43,136,143
Pad.Mp.
7
2,5%
1,11
Lit.
2
0,70%
63,177
Mod.
2
0,70%
85
Amp.Ling
1
0,35%
2,3,78,89,141,15
Duplet
13
4,66%
207,220,275
Triplet
3
1,08%
Meyakinkan
27
Duplet
1
0,35%
Mengharap
53
Pad.Mp.
1
0,35%
Memohon
62,142,263
Pad.Mp.
3
1,08%
262
Pem M
1
0,35%
73,115,116,222,2
Duplet
5
1,79%
Pem M
5
1,79%
Pad.Mp.
1
0,35%
Menjelaskan
Direktif
,145,204
4,157,161,178,20 6,212,214,252
23 Memanggil
117,119,173,181, 248
Mengajak
208
commit to user
153 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ekspresif
250
Triplet
1
0,35%
Mengusir
75,135
Duplet
2
0,70%
Meminta maaf
232,
Pad.Mp.
1
0,35%
16
Lit.
1
0,35%
241
Duplet
1
0,35%
226
Triplet
1
0,35%
Khawatir
17,25
Mod.
2
0,70%
Berterima
35,192
Pad.Mp.
2
0,70%
Kasih
18
Lit.
1
0,35%
184,193,279
Duplet
3
1,08%
60,68
Pad.Mp.
2
0,70%
22
Mod.
1
0,35%
47,50
Pad.Mp.
2
0,70%
64
Lit
1
0,35%
32
Red.
1
0,35%
48,267
Duplet
2
0,70%
114
Triplet
1
0,35%
113
Kwartet
1
0,35%
Meragukan
33
Pad.Mp.
1
0,35%
Kagum
256
Lit.
1
0,35%
52
Duplet
1
0,35%
74,133,134,168
Pad.Mp.
4
1,43%
Kesal
Memuji
Terkejut
commit to user
154 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
249
Lit
1
0,35%
80
Pem M
1
0,35%
158
Duplet
1
0,35%
76,77,175,176,22
Pad.Mp.
5
1,79%
272
Pad.Mp.
1
1,43%
30,120,270
Lit.
3
1,08%
4,111
Duplet
2
0,70%
Menyesal
79
Lit.
1
0,35%
Mencurigai
82
Pad.Mp.
1
0,35%
Kecewa
163
Lit.
1
0,35%
Memuji >
49
Mod.
1
0,35%
162
Pad.Mp.
1
0,35%
37,130
Duplet
2
0,70%
Menyalahkan
5 Menyapa
Memberitahu Komisif
Berjanji
2. Hubungan antara teknik penerjemahan dengan tingkat keakuratan dan keberterimaan Dengan melihat penjelasan tingkat keakuratan dan keberterimaan terjemahan pada sub bab sebelumnya, dapat diketahui bahwa secara umum data tuturan Tinker Bell dalam penelitian ini, mempunyai tingkat keakuratan dan keberterimaan yang tinggi. Tingginya tingkat keakuratan dan keberterimaan data commit to user dalam penelitian ini, tidak dapat dipisahkan dari teknik-teknik penerjemahan yang
155 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digunakan. Dengan kata lain, teknik-teknik penerjemahan yang digunakan menentukan tingkat kualitas terjemahannya. a. Tingkat Keakuratan Data-data tuturan yang Tinker Bell yang ditemukan dalam penelitian ini secara umum memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Keseluruhan data berjumlah 279. Sebanyak 262 data dengan prosentase sebesar 93,90 % termasuk kedalam kategori akurat. Sedangkan 17 data sisanya termasuk dalam kategori kurang akurat. Teknik yang paling banyak muncul dalam penerjemahan ini adalah teknik padanan mapan yaitu sebanyak 100 data. Dari 100 data yang menggunakan teknik ini, data yang termasuk dalam kategori kurang akurat sebanyak 6 data. Dengan kata lain data yang menggunakan teknik padanan mapan memiliki 94 data akurat. Data dengan teknik padanan mapan ini menyumbangkan keakuratan pada keseluruhan data sebanyak 33,69 %. Data yang menggunakan teknik duplet sebanyak 98 dengan 10 data yang ditemukan termasuk ke dalam kategori kurang akurat. Dengan kata lain tingkat keakuratan yang disumbangkan oleh data yang menggunakan teknik duplet sebanyak 88 dengan prosentase sebesar 31,54 %. Dengan demikian penggunaan dua teknik yaitu teknik padanan mapan dan teknik duplet dalam penelitian ini menyumbangkan tingkat keakuratan yang cukup tinggi pada data, bahkan prosentasenya lebih dari separuh, sebesar 65,23 %. Sedangkan sisa prosentase keakuratan dsumbangkan dari penggunaan teknik-teknik penerjemahan lainnya, yaitu teknik literal 10,39%, teknik peminjaman murni 5,73%, teknik reduksi 0,71%, teknik modulasi 4,3%, teknik amplifikasi linguistik commit to user
156 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
0,71%, teknik triplet 6,45% dan teknik kwartet sebesar 0,35%. Berikut ini disajikan tabel hubungan antara teknik penerjemahan dengan tingkat keakuratan Tabel 6-IV: Data tuturan Tinker Bell Berdasarkan Tingkat Keakuratan Dan Teknik Penerjemahannya. Kategori
Teknik
No.data
Jml
Prosentase
Akurat
Pad.Mp.
10,12,14,19,21,29,31,33,35,36,3
94
33,61%
29
10,39%
16
5,73%
9,42,43,45,47,53,54,58,60,61,62, 67,68,72,74,76,77,81,82,91,96, 100,101,103,105,107,108,109,11 8,121,123,126,128,131,132,133, 134,136,143,144,145,146,153,15 9,160,165,168,175,176,183,192, 194,198,199,203,204,205,208,21 1,213,215,216,217,225,227,228, 230,232,233,234,236,238,244,24 7,251,253,254,257,258,259,260, 263,266,268,272 Lit.
1,11,16,18,30,51,55,56,57,64,66, 69,79,86,97,106,110,120,124,12 9,148,149,155,163,219,249,256, 269,270
Pem Mur.
5,6,80,88,117,119,173,179,181,1 90,210,231,240,248,262,278 commit to user
157 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Red.
32,93
2
0,71%
Mod.
17,20,22,25,49,63,94,98,166,177
12
4,30%
,243,277 Amp.Ling.
7,85
2
0,71%
Duplet
3,4,13,24,26,27,28,34,37,38,40,4
88
31,54
19
6,81%
1,48,52,59,65,71,75,78,83,84,87, 89,90,92,99,102,104,111,112,11 5,116,122,125,127,130,135,139, 140,141,147,151,152,154,158,16 1,164,169,170,171,174,178,180, 184,185,186,187,188,193,195,19 7,200,201,202,206,209,212,214, 218,221,222,223,224,229,235,23 9,241,242,245,246,252,255,264, 265,267,271,273,274,276,279 Triplet
8,15,23,44,95,114,137,156,167,1 72,182,191,196,207,220,226,250 ,261,275
Kurang Akurat
Kwartet
113
1
0,35%
Pad.Mp.
10,46,50,53,138,142
6
2,15%
Duplet
2,9,70,73,150,157,189,200,201,2
10
3,58%
1
0,35%
37, Triplet
137 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Jumlah Total
158 digilib.uns.ac.id
279
100%
b. Diskusi Tingkat Keakuratan Untuk mengetahui tingkat keakurata data, maka peneliti meminta bantuan rater. Hasil penilaian para rater kemudain dianalisis dan diperbandingkan hasilnya. Meskipun data dalam penelitian ini memiliki tingkat keakuratan yang tinggi, tetapi ada beberapa data yang menjadi bahan diskusi dengan para rater. Data-data tersebut berkaitan dengan aspek keakuratan. Para rater bersepakat dengan penilaian tersebut. Tetapi dari pihak peneliti mempunyai pandangan dan dasar yang berbeda sehingga harus mendiskusikannya dengan para rater. Datadata yang berkaitan dengan aspek keakuratan tersebut adalah data-data no.62,70,71, dan 205. Bagian yang menjadi titik fokus permasalahan dari datadata tersebut terletak pada ungkapan sharp. Adapun salah satu tuturannya diambil dari data no.70 yang berbunyi Terence, this is not sharp. This is round. yang diterjemahkan menjadi Terence, ini tidak tajam. Ini bundar. Para rater berpandangan bahwa terjemahan tersebut akurat. Tetapi peneliti tidak sepakat dengan para rater. Peneliti memiliki dua argumen. Argumen yang pertama dengan melihat adegan ataupun lebih teliti memperhatikan konteksnya. Konteks situasi tersebut berkaitan dengan kegiatan Tinker Bell dalam membuat tongkat musim gugur. Dengan segala aktivitasnya, ketika itu Tinker Bell hendak membuat lubang di penopang bagian atas dari tongkat musim gugur. Tinker Bell ketika itu juga ingin membuat dudukan untuk tongkat. Oleh karenanya, Tinker Bell memerlukan benda commit to user
159 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang dapat ia pergunakan untuk melanjutkan pekerjaanya. Kemudian Terence pergi keluar untuk mencari benda tersebut. Selang beberapa lama Terence datang dan membawa sebuah kompas yang besar. Tinker Bell pun menjadi bingung dan akhirnya menuturkan ungkapan tersebut. Padahal benda yang dimaksudkan Terence adalah jarum yang ada didalam kompas tersebut. Dengan melihat konteksnya, benda yang dimaksud oleh Tinker Bell adalah benda runcing dan bukan benda tajam. Sifat runcing dan tajam mempunyai makna yang sedikit berbeda. Tinker Bell memerlukan benda runcing untuk melubangi penopang atas tongkat musim gugurnya atau juga menjadi sarana untuk menancapkan tongkat musim gugurnya di atas tempat yang sudah disediakan. Dasar yang kedua diambil pengertian sharp dari Kamus Inggris-Indonesia karya John M. Echols (2005:519) yang mempunyai beberapa pengertian diantaranya tajam (knife, turn, words) dan runcing (point). Seperti sedikit disinggung pada bagian atas tadi, bahwa istilah runcing dan tajam itu sedikit berbeda. Dengan mengacu pada pengertian seperti dalam kamus, bahwa istilah tajam dapat dicontohkan penggunaannya pada benda seperti pisau, atau bisa juga pedang, dan lain sebagainya. Sedangkan runcing lebih condong pada bentuk yang lancip. Oleh karena itu dengan mendasarkan pada konteks dan referensi yang ada, dapat disimpulkan bahwa Tinker Bell membutuhkan benda yang ujungnya runcing dan bukannya benda yang tajam.
commit to user
160 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Tingkat Keberterimaan Keberterimaan dalam penerjemahan berkaitan dengan sejauh mana kealamiahan dan kaidah-kaidah dari teks terjemahan dalam bahasa sasaran. Datadata tuturan yang Tinker Bell yang ditemukan dalam penelitian ini secara umum memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Sama dengan data keakuratan, data berjumlah 279. Terdapat 267 data dengan prosentase sebesar 95,69 % termasuk kedalam kategori berterima. Teknik padanan mapan merupakan teknik yang paling banyak muncul sebanyak 99 data dengan prosentase 35,48%. Berikut ini disajikan tabel hubungan antara teknik penerjemahan dengan tingkat keakuratan. Sedangkan untuk teknik selanjutnya dengan data berterima yang banyak adalah teknik duplet dengan jumlah data sebanyak 91 dengan prosentase sebesar 32,62%. Prosentase keberterimaan data penelitian yang berasal dari teknik literal dan teknik duplet sudah lebih dari separuh, yakni sebanyak 78%. Sedangkan teknik yang paling banyak memiliki data yang kurang berterima adalah duplet, sebanyak 7 data. Kemudian diikuti teknik triplet dengan jumlah data kurang berterima sebanyak 3. Selanjutnya data dengan teknik literal dan reduksi, masing-masing memiliki 1 data kurang berterima. Berikut dibawah ini disajikan tabel hubungan antara teknik-teknik penerjemahan dengan tingkat keberterimaan. Tabel 7-IV: Data tuturan Tinker Bell Berdasarkan Tingkat Keberterimaan Dan Teknik Penerjemahannya Kategori
Teknik
No.data
Jml
Prosentase
Berterima
Pad.Mp.
10,12,14,19,21,29,31,33,35,36,3
99
35,48%
9,42,43,45,46,47,50,53,54,58,60, commit to user
161 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
61,62,67,68,72,74,76,77,81,82,9 1,96,100,101,103,105,107,108,1 09,118,121,123,126,128,131,132 ,133,136,138,142,143,144,145,1 46,153,159,160,165,168,175,176 ,183,192,194,198,199,203,204,2 05,208,211,213,215,216,217,225 ,227,228,230,232,233,234,236,2 38,244,247,251,253,254,257,258 ,259,260,263,266,268,272, Lit.
1,11,16,18,30,51,55,56,57,64,66,
29
10,39%
16
5,73%
69,79,86,97,106,110,120,124,12 9,148,149,155,163,219,249,256, 269,270 Pem Mur.
5,6,80,88,117,119,173,179,181,1 90,210,231,240,248,262,278
Red.
32
1
0,35%
Mod.
17,20,22,25,49,63,94,98,166,177
12
4,30%
,243,277 Amp.Ling.
7,85
2
0,71%
Duplet
2,3,4,13,24,26,28,34,38,40,41,48
91
32,62%
,52,59,65,70,71,73,75,78,83,84,8 7,89,90,92,99,102,104,111,112,1 commit to user
162 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
15,116,122,125,127,130,135,139 ,140,141,147,150,151,152,154,1 57,158,161,169,170,171,174,178 ,180,184,185,186,188,189,193,1 95,197,200,201,202,206,212,214 ,218,221,222,223,224,229,235,2 37,239,241,242,245,252,255,264 ,265,267,271,273,274,276,279 Triplet
8,44,95,114,137,156,167,172,19
16
5,73%
1,196,207,220,226,250,261,275
Kurang Berterima
Kwartet
113
1
0,35%
Pad.Mp.
134
1
0,35%
Red.
93
1
0,35%
Duplet
9,27,37,164,187,189,246
7
2,51%
Triplet
15,23,182
3
1,08%
279
100%
Jumlah Total
d. Diskusi Tingkat Keberterimaan Sama halnya pada pengujian tingkat keakuratan, untuk mengetahui tingkat keberterimaan data penelitian ini, peneliti meminta bantuan para rater. Seperti halnya pada data keakuratan, pada data keberterimaan ini terdapat sebuah data yang menjadi permasalahan. Data tersebut adalah data no.134 yang berbunyi My mouse cheese1 My pumpernickelcommit muffin! menjadi Keju tikusku! to diterjemahkan user
163 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kue gandumku! Para rater bersepakat bahwa terjemahan tersebut berterima. Fokus permasalahan terletak pada terjemahan Kue gandumku! Peneliti berpandangan bahwa kue gandum bukanlah istilah yang lazim dikenal masyarakat. Pemirsa pasti akan meraba-raba tentang terjemahan kue gandum tersebut. terlebih lagi di dalam adegan filmnya, gambar dari kue tersebut tidak ada, tentu hal ini akan tambah membingungkan benak pemirsa. Jika merujuk pada istilah muffin, beberapa kelompok orang sudah mengenalnya. Tetapi beberapa kelompok orang juga ada yang belum mengenalnya. Oleh karena itu penulis mendasarkan pandangannya pada
http://www.bogasari.com/zona-konsumen/baca-tips-bogasari.aspx?t=
perbedaan-muffin-dan-cupcake, bahwa: Penyajian, cupcake biasanya dihias dengan berbagai topping, dari krim hingga gula icing aneka bentuk. Sedangkan muffin biasa disajikan apa adanya dengan puncak yang merekah dan potongan-potongan isi yang terlihat menggoda. Kesamaan cupcake dan muffins adalah mereka menggunakan cup dan cetakan yang sama. Berdasarkan
pengertian
tersebut,
dipahami
bahwa
kue
muffin
menggunakan cup. Kue yang sudah dikenal banyak masyarakat dan mirip bentuknya dengan muffin adalah kue bolu atau roti kukus. Berikut adalah salah satu contoh jenis kue muffin. Gambar 47-IV: Visualisasi kue muffin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
164 digilib.uns.ac.id
Dengan demikian jelas bahwa terjemahan tersebut kurang berterima. Istilah pumpernickel (sejenis biji-bijian serupa gandum) juga tidak dikenal pada budaya kita. Oleh karenanya, terjemahan tersebut akan menjadi berterima jika teknik penerjemahannya menggunakan teknik adaptasi, sehingga terjemahannya menjadi kue bolu kukus. e. Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya Pada bagian ini, akan diulas juga perihal perbandingan terhadap penelitian sebelumnya. Adventina Putranti mengkaji tindak tutur pada film, begitu juga penelitian ini. Penelitian Adventina Putranti hanya difokuskan pada kajian jenis tindak tutur ekspresif dengan dengan berbagai fungsinya. Di dalam penelitiannya, ditemukan 117 data tuturan tindak ilokusi ekspresif dengan 15 macam fungsi ilokusinya. Jika dilihat sekilas, tidak ada perbandingan yang mencolok diantaranya, yang membedakan hanya kajian terhadap jenis tindak tuturnya. Tetapi di dalam penelitian Adventina Putranti terdapat 35 tindak ilokusi ekspresif yang tidak berterima ( dari 117 data tuturan yang ada). Dengan demikian, tingkat ketidakberterimaan data tuturan tersebut mencapai sekitar 30%. Sedangkan di dalam penelitian tentang tuturan Tinker Bell ini, ditemukan 13 fungsi dari jenis tindak tutur ekspresif dengan jumlah data sebanyak 48. Dari 48 data tuturan tersebut, hanya sebuah data yang termasuk kedalam kategori kurang berterima (sekitar 2%). Perbandingan perbedaan tingkat ketidakberterimaan kedua penelitian tersebut cukup tinggi. Adventina didalam penelitiannya juga mengungkapkan bahwa keberterimaan selalu ditentukan oleh kesepadanan committidak to user
165 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
makna antara bahasa sumber dengan bahasa sasaran. Selain itu dari 35 data tuturan yang tidak berterima di dalam penelitiannya, 18 data tergolong tidak berterima karena tidak ada dukungan aspek visual, sedangkan 17 data sisanya tidak diterjemahkan sehingga menjadi tidak berterima karena tidak didukung aspek visual. Berdasarkan gambaran hasil penelitian dan perbandingan tersebu diatas, dapat diambil tiga pembahasan. Pertama, pemikiran Adventina terhadap tingkat keberterimaan ternyata mengkaitkan dengan tingkat kesepadanan. Seharusnya kesepadanan mengarah pada aspek keakuratan, sedangkan keberterimaan lebih mengarah pada kelaziman teks terjemahan dan kesesuaiannya dengan kaidah ataupun budaya pembaca sasaran. Berikut contohnya: Tinker Bell
: Why are you counting?
Fairy Mary
: It helps to calm me down.
Tinker Bell (BSu)
: Got it. Don’t worry, Fairy Mary. I’ll make you proud, all
of you. Tinker Bell (BSa)
Mengerti, jangan cemas, Peri Mary. Akan aku buat kalian bangga, semuanya.
Bahasa sasaran yang berbunyi Akan aku buat kalian bangga, semuanya terdengar kurang alamiah karena kaidah tata bahasanya. Jika dilihat pada bahasa sasarannya, terlihat adanya penegasan objek dengan menggunakan tambahan tanda baca commit to user
166 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
koma. Teremahan akan menjadi berterima jika susunanya dirapikan menjadi Mengerti, jangan cemas, Peri Mary. Aku akan membuat kalian semua bangga. Kedua, didalam penelitiannya, 18 data tergolong tidak berterima karena tidak ada dukungan aspek visual. Peneliti kurang sepakat dengan pendapat Adventina
tersebut,
dikarenakan
visualisasi
memang
dapat
menunjang
keberterimaan, tetapi tidak berarti data menjadi tidak berterima tanpa adanya visualisasi. Berikut contoh-contohnya: Tinker Bell (BSu)
: Toll bridge?
Tinker Bell (BSa)
: Jembatan tol?
Fawn
: Yeah.
Di dalam percakapan tersebut, tidak diberikan visualisasi mengenai jembatan tol. Selain itu, untuk menerjemahkan istilah toll (Bsu), penerjemah tidak menggunakan teknik literal sehingga terjemahannya menjadi (jalan) bebas hambatan. Tetapi penerjemah menggunakan teknik peminjaman naturalisasi untuk menerjemahkannya. Terjemahan tersebut tetap berterima, karena istilah tol sudah lazim di telinga pendengar (walaupun tanpa adanya visualisasi dari istilah tol tersebut). Tinker Bell (BSu)
: My boysenberry rolls!
Tinker Bell (BSa)
: Roti arbeiku!
Blaze
: (Squeaking) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
167 digilib.uns.ac.id
Terjemahan Roti arbeiku! dipilih penerjemah untuk menerjemahnkan bahasa sumbernya. Penerjemah menggunakan teknik generalisasi untuk menerjemahkan tuturan My boysenberry rolls! Hal-hal yang khusus dalam bahasa sumber yang jarang sekali terdengar bagi pembaca sasaran, diterjemahkan secara umum. Orang akan lebih mudah menerima terjemahan Roti arbeiku! daripada gulungan lapis roti arbei hitam kemerah-merahan berukuran besar, walaupun tidak terdapat dukungan visual. Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa tanpa adanya dukungan visualisai akan menjadikan data menjadi tidak berterima. Keberterimaan suatu terjemahan juga ditentukan dari kejelian penerjemah dalam menggunakan teknik penerjemahannya. Ketiga, peneliti juga kurang setuju dengan penelitian Adventina Putranti yang menghasilkan 17 data yang tidak berterima, karena tidak diterjemahkan dan tidak ada bantuan visual. Penelitian tersebut mengkaji masalah penerjemahan yang melibatkan dua aspek yakni bahasa sumber dan bahasa sasaran. Seharusnya tuturan-tuturan pada penelitian Adventina Putranti yang tidak diterjemahkan, seharusnya tidak dijadikan data.
3. Jenis dan fungsi ilokusi, teknik penerjemahan, dan kualitas terjemahan. Di dalam penelitian ini ditemukan 3 komponen hasil analisis. Ketiga komponen tersebut adalah jenis dan fungsi serta pergeseran ilokusi, teknik penerjemahan, dan kualitas terjemahan (keakuratan dan keberterimaan). Ketiga teknik tersebut ternyata memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yang commit to user lainnya. Adapun gambaran keterkaitannya adalah penggunaan teknik
168 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penerjemahan berpengaruh terhadap makna pesan yang disampaikan. Apakah makna pesan dapat tersampaikan dengan sepadan dalam bahasa sasaran atau tidak, maka hal tersebut tergantung pada teknik penerjemahan yang digunakan. Makna pesan yang dapat tersampaikan dengan baik kedalam bahasa sasaran, memungkinkan tidak terjadinya perubahan jenis dan fungsi ilokusi di dalam bahasa sasarannya. Dengan penggunaan teknik penerjemahan yang tepat akan menjadikan makna pesan tersampaikan dengan baik, dan dengan ini, maka akan dihasilkan terjemahan yang berkualitas. Berikut dibawah ini disajikan sebuah tabel yang menunjukkan hubungan ketiga komponen tersebut.
commit to user