113
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Penyajian Data 1. Gambaran Umum Pasar Modal Syariah a. Pengertian Pasar Modal Syariah merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri1. Pada pasar modal diperjualbelikana instrumen keuangan seperti saham, obligasi, waran, right, obligasi konvertibel, dan berbagai produk turunan seperti opsi (put atau call). b. Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal Prinsip-prinsip syariah di bidang pasar modal berdasar Fatwa Dewan Nasional Nomor 40/DSN-MUI/X/2003 adalah sebagai berikut2 : 1) Pasar Modal seluruh mekanisme kegiatan nya terutama mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya dipandang telah sesuai dengan Syariah apabila telah memenuhi prinsip-prinsip Syariah. 2) Suatu Efek dipandang telah memenuhi Prinsip-prinsip syariah apabila telah memperoleh Pernyataan Kesesuaian Syariah. Jenis usaha yang bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah menurut
1
Heri Sudarsono. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskriptif dan Ilustrasi. Edisi 3, (Ekonisia: Yogyakarta,2008), h. 191 2 www. Dsnmui.or.id. diunduh pada 7 Juli 2015.
114
fatwa MUI No. 40 tahun 2003 adalah3 : 1) Perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. 2) Lembaga keuangan Konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional. 3) Produsen, distributor serta pedagang makanan dan minuman yang haram. 4) Produsen, distributor dan/ atau penyedia barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. 5) Melakukan investasi pada Emiten (perusahaan) yang pada saat transaksi tingkat (nisbah) utang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya. Tabel 5 Prinsip Pasar Modal Syariah Penyebab Haramnya Transaksi Li Dzatihi
Implikasi di Pasar Modal
Efek yang diperjualbelikan harus merupakan representasi dari barang dan jasa yang halal. Li Ghairihi Tadlis 1. Keterbukaan/ transparansi informasi. (Selain zatnya) 2. Larangan terhadap informai yang menyesatkan. Taqrir Larangan terhadap transaksi yang mengandung ketidakjelasan objek yang ditransaksikan, baik daari sisi pembelian maupun dari sisi penjual. Riba Fadhl Larangan atas pertukaran efek sejenis dengan nilai nominal yang berbeda. Riba Nasiah Larangan atas perdagangan efek fiscal incomem yang bukan merupakan representasi „ayn. Riba Larangan atas short selling yang menetapkan bunga atas Jahiliyah pinjaman. Bai’ Najasy Larangan melakukan rekayasa permintaan untuk mendapatkan keuntungan di atas laba normal, dengan cara menciptakan false demand. Ikhtikar Larangan melakukan rekayasa penawaran untuk mendapatkan keuntungan di atas laba normal, dengan cara mengurangi supply agar harga jual naik. Tidak Sah Akad Rukun & Larangan atas semua investasi yang tidak dilakukan secara Syarat spot. T’alluq Transaksi yang settlement-nya dikaitkan dengan transaksi lainnya (menjual saham dengan syarat) 2 in 1 Dua transaksi dalam satu akad, dengan syarat: Objek sama, Pelaku sama, dan Periode sama. Sumber: Karim Busines Consulting, 20034 3
Ahmad Ifham Sholihin. Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah. (Gramedia.Jakarta, 2010), h.336
115
c. Sejarah Pasar Modal Keuangan syariah saat ini sedang menjalani sejarah untuk berkembang meraih identitas global.5 Perkembangan di Indonesia sudah masuk pada sektor keuangan non bank, yaitu dengan berkembangnya produk syariah di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kegiatan pasar modal di Indonesia diatur dalam UU No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal (UUPM), dimana dalam undang-undang ini tidak dibedakan apakah dijalankan dengan prinsip-prinsip syariah atau tidak.6 Atas dasar inilah bahwa pasar modal di Indonesia dapat diterapkan prinsip-prinsip syariah dalam mekanisme perdagangannya agar berinvestasi di pasar modal selain mendapatkan keuntungan materi, juga keuntungan yang berorientasi akhirat (fallah). Hal ini dikarenakan investasi dalam Islam merupakan bagian dari muamalah dimana segala sesuatu itu diperbolehkan dilakukan selama tidak ada dalil yang melarang. Tonggak perkembangan pasar modal syariah di Indonesia di awali dengan dikeluarkannya JII pada tanggal 3 Juli 2000. Meskipun sebelumnya PT Danareksa Investment Management telah meluncurkan Danareksa Syariah pada tanggal 3 Juli 1997, tetapi karena pihak Self Regulatory Organisation (SRO) belum menerbitkan yang mengeluarkan secara resmi instrumen yang 4 5
Heri Sudarsono, Op.cit., h. 194 Andri Sumitro, Masa Depan Pasar Modal Syariah di Indonesia, (Kencana : Jakarta, 2014),
h.39 6
Andrian Sutedi, Pasar Modal Syariah : Sarana Investasi Keuangan Berdasarkan Prinsip Syariah (Sinar Grafika : Jakarta, 2011), h. 3
116
berhubungan dengan efek syariah, maka perkembangan pasar modal syariah di hitung sejak penerbitan JII. Adapun milestones perkembangan pasar syariah di Indonesia sampai saat ini adalah sebagai berikut: Tabel 6 Perekembangan Pasar Syariah 2000 2001 2002 2003 2004 2006 2007 2008
Jakarta Islamic Index (JII) Fatwa No. 20/DSN-MUI/IX/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksadana Syariah Fatwa No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Fatwa No. 33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah Fatwa No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal MOU Bapepam & LK dengan DSN-MUI Fatwa No. 41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah Fatwa No. 41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah Fatwa No. 59/DSN-MUI/V/2007 tentang Obligasi Syariah Mudharabah Konversi Peraturan Bapepam & LK No II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah Fatwa No. 65/DSN-MUI/III/2008 tentang HMETD Syariah Fatwa No. 66/DSN-MUI/III/2008 tentang Waran Syariah Fatwa No. 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang SBSN Fatwa No. 70/DSN-MUI/VI/2008 tentang Metode Penerbitan SBSN Fatwa No. 71/DSN-MUI/VI/2008 tentang Sale and Lease Back Fatwa No. 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang SBSN Ijarah Sale and Lease Back UU No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
2011
Fatwa No. 80/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek Indeks Saham Syariah Indonesia Sistem Online Trading Syariah
2012
Exchange Traded Fund (ETF) Syariah Rekening Dana Nasabah (RDN) Syariah
Pasar modal syariah di Indonesia secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret 2003 bersamaan dengan penandatanganan MOU antara Bapepam LK dengan DSN-MUI.7
7
Ibid., h. 4
117
d. Peran dan Fungsi Pasar Modal Syariah Peran pasar modal secara umum bagi perekonomian antara lain 8: 1) Memberikan kesempatan bagi penabung untuk berpatisipasi secara penuh dalam usaha bisnis. 2) Memungkinkan pemegang sham dan obligasi memperoleh likuiditas dengan menjual saham dan obligasi mereka di pasar sekunder. 3) Memberikan kesempatan bagi pengusaha untuk menghimpun dana eksternal untuk kebutuhan ekspansi aktivitas ekonomi dan perusahaan mereka. 4) Memberikan kesempatan bagi pengusaha memisahkan operasi bisnis dan ekonomi dengan aktivitas keuangan. Fungsi Pasar Modal Syariah menurut MM.Metwally, adalah sebagai berikut9 : 1) Memungkinkan bagi masyarakat berpatisipasi dalam kegiatan bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan risikonya. 2) Memungkinkan
para
pemegang
saham
menjual
sahamnya
guna
mendapatkan likuiditas. 3) Memungkinkan
perusahaan
meningkatkan
modal
dari
luar
untuk
membangun dan mengembangkan lini produksinya. 4) Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal konvensional.
8 9
Andri Soemitra, Op.cit., h. 88 Heri Sudarsono, Op.cit., h. 193
118
5) Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham. Pasar modal yang efisien memiliki fungsi sebagai berikut 10: 1) Menyajikan mekanisme mobilisasi sumber daya yang mengarah padaalokasi sumber daya keuangan yang efisien dalam ekonomi. 2) Menyediakan likuiditas dalam pasar dengan harga paling murah, yaitu berbiaya transaksi paling rendah atau penawaran rendah menyebar pada sekuritas yang diperdagangkan di pasar. 3) Untuk memastikan transparansi dalam penentuan harga sekuritas dengan menentukan harga premi risiko yang merefleksikan tingkat risiko sekuritas tersebut. 4) Menyediakan peluang menyusun portofolio yang terdiversivikasi dengan baik dan untuk mengurangi level risiko melalui diversifikasi lintas batas geografis dan kurun waktu.
2. Gambaran Umum Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) ISSI merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di BEI. Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah tercatat di BEI dan terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES). Konstituen ISSI direview setiap 6 bulan sekali (Mei dan November) dan dipublikasikan pada awal bulan berikutnya. Konstituen ISSI juga dilakukan penyesuaian apabila ada saham
10
Andri Soemitra, Op.cit., h. 89
119
syariahyang baru tercatat atau dihapuskan dari DES. Metode perhitungan indeks ISSI menggunakan rata-rata tertimbang dari kapitalisasi pasar. Tahun dasar yang digunakan dalam perhitungan ISSI adalah awal penerbitan DES yaitu Desember 2007. Indeks ISSI diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2011.11 Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) selalu mengadakan penyelesian terhadap emiten yang listing di Bursa Efek Indonesia secara periodik 2 (dua) kali dalam setahun.12 Penyeleksiannya dilakukan untuk periode sebelum berakhirnya bulan Mei dan November yang berlaku efektif setiap tanggal 1 Juli dan 1 Desember. Oleh karena itu, jumlah setiap periode tidak sama dikarenakan harus memenuhi kriteria-kriterian syariah yang ditetapkan. Dan
jika tidak memenuhi kriteria
tersebut, maka bukan lagi daftar efek syariah. Mengenai kriteria yang ditetapkan sebagaimana Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : KEP-208/BL/2012, yaitu : a. Total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total asset tidak lebih dari 45% (empat puluh lima per seratus); atau b. Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10% (sepuluh per seratus). 3. Gambaran Umum Jakarta Islamix Index (JII)
JII pertama kali diluncurkan oleh BEI (pada saat itu masih bernama Bursa Efek Jakarta) bekerjasama dengan PT Danareksa Investment Management pada 11
http://www.idx.co.id. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No : KEP-208/BL/2012 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah, h. 4. 12
120
tanggal 3 Juli 2000. Meskipun demikian, agar dapat menghasilkan data historikal yang lebih panjang, hari dasar yang digunakan untuk menghitung JII adalah tanggal 2 Januari 1995 dengan angka indeks dasar sebesar 100. Metodologi perhitungan JII sama dengan yang digunakan untuk menghitung IHSG yaitu berdasarkan Market Value Weigthed Average Index dengan menggunakan formula Laspeyres.
Saham syariah yang menjadi konstituen JII terdiri dari 30 saham yang merupakan saham-saham syariah paling likuid dan memiliki kapitalisasi pasar yang besar. BEI melakukan review JII setiap 6 bulan, yang disesuaikan dengan periode penerbitan DES oleh OJK. Setelah dilakukan penyeleksian saham syariah oleh OJK yang dituangkan ke dalam DES, BEI melakukan proses seleksi lanjutan yang didasarkan kepada kinerja perdagangannya.
Adapun proses seleksi JII berdasarkan kinerja perdagangan saham syariah yang dilakukan oleh BEI adalah sebagai berikut13:
a. Saham-saham yang dipilih adalah saham-saham syariah yang termasuk ke dalam DES yang diterbitkan oleh OJK b. Dari saham-saham syariah tersebut kemudian dipilih 60 saham berdasarkan urutan kapitalisasi terbesar selama 1 tahun terakhir c. Dari 60 saham yang mempunyai kapitalisasi terbesar tersebut, kemudian dipilih 30 saham berdasarkan tingkat likuiditas yaitu urutan nilai transaksi terbesar di pasar reguler selama 1 tahun terakhir.)
13
http://www.idx.co.id/id-id/beranda/informasipasar/daftarefek/indekskonstituen.aspx
121
Jakarta Islamic Index (JII) merupakan tolak ukur (banckmark) untuk mengukur kinerja investasi saham berbasis syariah.14 Pola ini akan memberikan efek positif terhadap kepercayaan dalam berinvestasi pada instrumen investasi yang berbasis syariah sehingga akan meningkatkan anemo masyarakat memilih daftar efek syariah sebagai portofolio dengan memberikan harapan keuntungan lebih baik di masa mendatang. Bursa Efek Indonesia dalam hal ini hanya memilih 30 perusahaan dengan mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan para investor dalam berinvestasi pada saham syariah. Adapun kriteria yang ditetapkan adalah sebagai berikut : a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari tiga bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar). b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau laporan tengah tahun terakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimum sebesar 90 %. c. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir. d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan regular selama satu tahun terakhir. Selanjutnya pengkajian ulang akan dilakukan enam bulan sekali dengan penentuan komponen indeks pada awal januari dan juli setiap tahunnya. Sementara itu, perubahan jenis usaha emiten akan dimonitoring terus menerus berdasarkan data-data publik yang tersedia.15
14
Iswi Hariyani dan Serfianto D.P, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal : Strategi Tepat Investasi Saham, Obligasi, Waran, Right, Opsi, Iswi Hariyani dan R. Serfianto D.P., “ Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal : Strategi Tepat Investasi Saham, Obligasi, Waran, Right, Opsi, Reksadana, & Produk Pasar Modal Syariah(Jakarta: Visimedia, 2010), h. 353. 15 Ibid., h. 351.
122
B. Analisis Data 1. Data Perusahaan Di Jakarta Islamic Index (JII) Jakarta Islamic Indeks
(JII) pada Tahun 2008 - 2014 memiliki jumlah
perusahaan yang terdaftar sebanyak 75 perusahaan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 7 Daftar EMITEN yang Masuk Jakarta Islamic Index Tahun 2008 - 2014 No.
Kode
NAMA EMITEN
1
AALI
2
ACES
Astra Agro Lestari Tbk Ace Hardware Indonesia Tbk.
3
ADRO
Adaro Energy Tbk.
4
AKRA
AKR Corporindo Tbk.
5
ANTM
Aneka Tambang (Persero) Tbk
6
APEX
Apexindo Pratama Duta Tbk
7
ASII
Astra International
8
ASRI
Alam Sutera Realty Tbk
9
BISI
Bisi International
10
BKSL
Sentul City Tbk
11
BMTR
Global Mediacom Tbk
12
BNBR
Bakrie & Brothers Tbk
13
BORN
Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk
14
BRPT
Barito Pacific Tbk
15
BSDE
Bumi Serpong Damai Tbk
16
BTEL
Bakrie Telecom Tbk
17
BUMI
Bumi Recources Tbk
18
BWPT
BW Plantation Tbk
19
CMNP
Citra Marga
20
CPIN
Charoen Pokhand indonesia Tbk
21
CTRA
Ciputra Development
22
CTRP
Ciputra
23
DEWA
Darma Henwa Tbk
24
ELSA
Elnusa Tbk
25
ELTY
Bakrieland
26
ENRG
Energi Mega Persada Tbk
Tbk Tbk
Nusaphala
Persada Tbk
Tbk
Property Tbk
Development
Tbk
123
No
KODE
EMITEN
27
EXCL
XL Axiata Tbk.
28
FREN
Mobile-S Telecom Tbk
29
HEXA
Hexindo Adiperkasa
30
HITS
Humpuss
31
HRUM
Harum Energy Tbk.
32
ICBP
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
33
IIKP
Inti Kapuas
34
INCO
International NickellndonesiaTbk
35
INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk.
36
INDY
Indika Energy Tbk
37
INTP
Indocement
38
ITMG
Indo Tambangraya
39
JPFA
Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
40
JRPT
Jaya Real Property
41
JSMR
Jasa Marga (Persero) Tbk.
42
KIJA
Kawasan
43
KLBF
Kalbe Farma Tbk
44
KRAS
Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
45
LPKR
Lippo Karawaci
46
LSIP
PP London Sumatera
47
MAPI
Mitra Adiperkasa Tbk
48
MIRA
Mitra Rajasa Tbk
49
MNCN
Media Nusantara
50
MPPA
Matahari
51
PGAS
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
52
PTBA
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
53
PUN
Plaza Indonesia
54
PWON
Pt Pakuwon Jati Tbk
55
RALS
Ramayana
Lestari
56
SGRO
Sampoerna
Agro Tbk
57
SILO
Siloam International Hospitals Tbk.
58
SIMP
Salim Ivomas Pratama Tbk.
59
SMAR
SMARTTbk
60
SMCB
Hokim Indonesia Tbk
61
SMGR
Semen Gresik (Persero) Tbk
62
SMRA
Summarecon
63
TBLA
Tunas Baru Lampung
Tbk
Intermoda
Transportasi
Arowana
Tbk
Tunggal Prakasa Tbk Megah Tbk Tbk
Industri
Putra
Jababeka
Tbk
Tbk Tbk
Citra Tbk Prima Tbk
Realty Tbk Sentosa Tbk
Agung Tbk Tbk
Tbk
124
No
KODE
EMITEN
64
TINS
Timah Tbk
65
TLKM
Telekomunikasi
66
TNTP
Indocement Tunggal Prakasa
67
TOTL
Total Bangun Persada Tbk
68
TRAM
Trada Maritiem Tbk
69
TRUB
Truba Alam Manunggal Engineering Tbk
70
TSPC
Tempo Scan Pacific Tbk
71
TURI
Tunas Ridean Tbk
72
UNSP
Bakrie Sumatra
73
UNTR
United Tractors Tbk
74
UNVR
Unilever Indonesia Tbk
Indonesia Tbk
Plantations
Tbk
75 WIKA Wijaya Karya (Persero) Tbk Sumber: Data IDX JII tahun 2008-2014
Sedangkan perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks (JII) dari tahun 2008 sampai tahun 2014 berjumlah tujuh (7) perusahaan. Perincian perusahaan tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 8 Daftar Saham yang Masuk dalam Penghitungan Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2008 sampai tahun 2014
NO. 1 2 3 4 5 6 7
KODE PERUSAHAAN AALI INTP KLBF PTBA SMGR TLKM UNVR
NAMA PERUSAHAAN Astra Agro Lestari Tbk Indocemen Tunggal Prakarsa Tbk Kalbe Farma Tbk Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk Semen Indonesia (Persero) Tbk Telekomunikasi Indonesia Persero Tbk Unilever Tbk
125
2.Deskripsi Data Tabel 9 Deskripsi Data Kualitas Audit (Y), Masa Penugasan Audit (X1), Pendidikan Auditor (X2), dan Pengalaman Auditor (X3) Statistics kualitas_audit N
Valid
X1
X2
X3
49
49
49
49
0
0
0
0
Mean
19.33
8.29
18.04
19.53
Median
20.00
8.00
19.00
16.00
20
8
19
25
3.902
2.000
3.360
5.665
Minimum
10
2
10
10
Maximum
22
11
20
25
Missing
Mode Std. Deviation
a. Kualitas Audit Kualitas audit adalah audit yang sesuai dengan standar audit, dimana standar auditing merupakan standar dan memberikan pedoman mengenai tujuan dan prinsip umum pelaksanaan audit atas laporan keuangan yang disajikan lembaga keuangan Islam yang beroperasi sesuai dengan prinsip dan aturan syari‟ah.16 Kualitas audit dilihat dari jumlah rekanan yang berada di Kantor Akuntan Publik. Semakin banyak jumlah orang yang bekerja dalam Kantor Akuntan Publik (KAP) maka KAP akan semakin efektif dan efisien karena adanya pembagian tugas yang rinci.
16
Harahap. Sofyan Syahri, Auditing Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Pustaka Quantum, 2002), h. 160.
126
Dilihat dari Tabel 9,
mean atau nilai rata-rata dari kualitas audit
adalah 19 orang. Nilai tengah atau median dari kualitas audit sebesar 20 orang. Sedangkan nilai mode (modus) atau yang merupakan nilai yang sering muncul adalah 20 orang. Nilai standar deviasi adalah simpangan baku. Semakin besar standar deviasi maka semakin besar penyimpangan data, nilai standar deviasi dari kualitas audit adalah 3.902. Mean , median, dan modus merupakan nilai yang sering muncul. Nilai minimun dari kualitas audit adalah 10 orang dan nilai maksimumnya adalah 22 orang. b. Masa penugasan auditor Variabel masa penugasan auditor (tenure) (X1) merupakan variabel yang berpengaruh terhadap kualitas audit dari seberapa lama auditor mengaudit klien, yang merupakan salah satu nilai independensi yang mesti dimiliki oleh auditor. Masa penugasan diambil dari lamanya auditor secara terus menerus mengaudit di perusahaan yang sama ditambah lamanya Kantor Akuntan Publik (KAP) mengaudit di perusahaan
yang sama. Walaupun auditor dan KAP
berbeda namun bila dibawah KAP dengan afiliasi internasional yang sama maka dihitung sama. Dilihat dari Tabel 9 mean atau nilai rata-rata dari masa penugasan auditor adalah 8.29 tahun. Nilai tengah atau median dari masa penugasan audit sebesar 8 tahun. Sedangkan nilai mode (modus) atau yang merupakan nilai yang sering munculadalah 8tahun. Nilai standar deviasi adalah simpangan baku. Semakin besar standar deviasi maka semakin besar penyimpangan data,
127
nilai standar deviasi dari kualitas audit adalah 2.000. Mean , median, dan modus merupakan nilai yang sering muncul. Nilai minimun dari masa penugasan audit adalah 2 tahun dan nilai maksimumnya adalah 11tahun. c. Pendidikan auditor Variabel
pendidikan
auditor
(X2)
merupakan
variabel
yang
berpengaruh terhadap kualitas audit dari segi pendidikan serta pelatihan yang berkelanjutan, yang merupakan salah satu kompetensi yang mesti dimiliki oleh auditor. Dalam penelitian ini variabel pendidikan auditor yang dilihat adalah jumlah auditor yang memiliki Certified Publik Accountan (CPA) di Kantor Akuntan Publik (KAP). Semakin banyak auditor yang memiliki CPA maka semakin banyak auditor yang kompeten dan semakin baik KAP tersebut . Dilihat dari Tabel 9 mean atau nilai rata-rata dari pendidikan auditor adalah 18 orang. Nilai tengah atau median dari kualitas audit sebesar 19 orang. Sedangkan nilai mode (modus) atau yang merupakan nilai yang sering munculadalah 19 orang. Nilai
standar
deviasi adalah simpangan baku.
Semakin besar standar deviasi maka semakin besar penyimpangan data, nilai standar deviasi dari pendidikan audit adalah 3.360. Mean , median, dan modus merupakan nilai yang sering muncul. Nilai minimun dari pendidikan audit adalah 10 orang dan nilai maksimumnya adalah 20 orang.
128
d. Pengalaman auditor Variabel
pengalaman auditor (X3) merupakan variabel yang berpengaruh
terhadap kualitas audit dari seberapa lama auditor bekerja sebagai auditor, yang merupakan salah satu nilai kompetensi yang mesti dimiliki oleh auditor. Pengalaman auditor diukur dari lamanya Kantor Akuntan Publik (KAP) telah berdiri, karena semakin lamanya KAP berdiri maka KAP dapat menyelesaikan audit berdasarkan pengalaman audit yang telah lalu. Tabel 9 mean atau nilai rata-rata dari pengalaman auditor adalah 19.53 tahun. Nilai tengah atau median dari kualitas audit sebesar 16 tahun. Sedangkan nilai mode (modus) atau yang merupakan nilai yang sering muncul adalah nilai 25 tahun. Nilai standar deviasi adalah simpangan baku. Semakin besar standar deviasi maka semakin besar penyimpangan data, nilai standar deviasi dari pengalaman adalah 5.665. Mean , median, dan modus merupakan nilai yang sering muncul. Nilai minimun dari pengalaman auditor adalah 10 tahun dan nilai maksimumnya adalah 25 tahun. C. ANALISIS HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh Masa Penugasan Audit Terhadap Kualitas Audit a. Uji Asumsi Klasik Pengujian normalitas data dalam penelitian menggunakan Kolmogorov
–
Smirnov.
uji
Pada tabel Uji Normalitas disajikan hasil uji
normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov.
129
Rumusan hipotesis : H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal. H1 : Data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal. Kriteria pengujian : 1) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak. 2) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka H0 diterima. Tabel 10 Uji Asumsi Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Y N Normal Parameters
a,,b
Most Extreme Differences
X1 49
49
Mean
19.33
8.29
Std. Deviation
3.902
2.000
Absolute
.426
.198
Positive
.247
.149
-.426-
-.198-
2.980
1.388
.000
.052
Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Data sekunder yang diolah. Berdasarkan hasil output uji Kolmogorov- Smirnov
yang disajikan
pada tabel 10 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi Unstandardized Residual masa penugasan terhadap Kualitas Audit sebesar 0,052 lebih dari nilai alpha (
sehingga dapat disimpulkan bahwa data
130
terdistribusi
normal dan layak atau memenuhi syarat uji regresi linier
sederhana. b. Analisis Uji Hipotesis (Uji t) Hipotesis masa penugasan audit (X1) terhadap kualitas audit (Y). H0 :
Masa penugasan audit tidak berpengaruh terhadap kualitas audit
H1 :
Masa penugasan audit berpengaruh terhadap kualitas audit
Secara parsial menggunakan kriteria pengujian: 1) Jika
thitung > ttabel
dengan dk = n-2 dan α 0,05 maka Ho ditolak.
Sebaliknya H1 diterima. 2) Jika probabilitas (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak. Sebaliknya H1 diterima. Tabel 11 Hasil Uji t Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B (Constant) X1
a
Std. Error
Beta
t
Sig.
16.417
2.385
6.884
.000
.351
.280
.180 1.255
.216
Tolerance
VIF
1.000 1.000
a. Dependent Variable: kualitas_audit
Dilihat dari tabel 11 pada pengujian hipotesis diatas didapatkan persamaan garis linier berganda didapatkan: Y= 16,417 + 0,351
+e
131
Berdasarkan tabel 11 terdapat hubungan antara variabel masa penugasan audit (X1) terhadap kualitas audit (Y), yaitu : a) Konstanta a = 16,417 dan koefisien b1 = 0,351. Konstanta a sebesar 16,417 menyatakan bahwa jika tidak ada nilai , masa penugasan audit (X1), X=0, maka nilai kualitas audit sebesar 16,417. b) Koefisien b1 bernilai 0,351menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan X variabel masa penugasan audit akan meningkatan kualitas audit sebesar 0,351. Koefisien bernilai positif berarti terjadi hubungan positif antara masa penugasan audit dengan kualitas audit. Semakin lama masa penugasan audit maka akan meningkatkan kualitas audit. Hasil analisis data tabel 11 menggunakan SPSS 17 diperoleh thitung variabel masa penugasan sebesar 1.255 < ttabel 2,012 dan probabilitas (sig.) ternyata 0,216>0,05. Hal ini berarti Ho diterima dan
H1 ditolak atau
dengan kata lain masa penugasan audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil pengujian hipotesis (H1) terlihat masa penugasan
dalam
meningkatkan kualitas audit, thitung variabel masa penugasan sebesar 5.120 < ttabel 2,012 dan nilai signifikan s e b e s a r 0 , 0 0 0 < 0,05 sehingga H2 tidak ada berpengaruh yang berarti. Hasil pengujian H1 konsisten dengan penelitian yang menunjukkan bahwa masa penugasan tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Memang
132
beberapa studi empiris telah menemukan bahwa di mana rotasi perusahaan audit tidak wajib, tenor pemeriksaan jangka pendek yang terkait dengan pelaporan keuangan berkualitas rendah sedangkan perikatan audit jangka panjang tidak muncul untuk menghasilkan penurunan kualitas pelaporan keuangan atau tayangan yang merugikan dari perusahaan audit independen kalangan non investor -Profesional, dan benar-benar memfasilitasi auditor yang lebih baik membatasi manajemen ekstrim keputusan pelaporan keuangan. Auditor diharapkan agar tetap menjaga independensinya. Tidak mudah menjaga tingkat independensi seorang auditor agar tetap sesuai dengan SOP, apalagi bila auditor menjalin kerjasama dengan waktu yang terlalu
lama dan berhubungan sangat baik dengan klien tersebut. Hal
tersebut jelas akan menyebabkan kerawanan atas independensi yang dimiliki oleh auditor. Selain itu, pemberian fasilitas atau hadiah dari klien kepada auditor selama proses audit akan mempengaruhi independensi auditor. Dengan hadiah-hadiah tersebut, tidak akan menutup kemungkinan bahwa sedikit demi sedikit, keputusan auditor berkaitan dengan tugas auditnya akan dikendalikan oleh klien. Selain itu, sangat sulit auditor akan bersikap independensi, apalagi jika selain memberikan jasa audit laporan keuangan klien, auditor itu juga memberikan jasa non audit lainnya. Sehingga pemberian jasa non audit kepada klien, hubungan yang baik dengan klien,
133
atau lamanya hubungan kerjasama dengan klien akan membuat auditor sulit menjaga
sikap
independensinya.
Kurangnya
independensi
akan
mempengaruhi kualitas audit. Uji hipotesis ini untuk menjawab rumusan masalah yang ke pertama. Dengan demikian, hasil penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Espahbodi17, Dopuch et al., Bazerman et al., yang menyatakan bahwa masa penugasan audit tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Masa penugasan auditor di Jakarta Islamic Index (JII) baik rotasi auditor dan rotasi Kantor Akuntan Publik (KAP) masih banyak yang dibawah KAP yang memiliki afiliasi internasional yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam penerapan masa penugasan audit masih kurang indepensi. Apabila KAP masih berada di afiliasi internasional yang sama, maka masih ada hubungan keakraban antara perusahaan dan auditor. Maka sudah dianggap perlu dibuat aturan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai masa penugasan audit oleh auditor selama 5 tahun dan auditor selanjutnya tidak boleh auditor yang bekerja di KAP yang berafiliasi internasional yang sama. Dalam Islam independensi mutlak diperlukan karena hal tersebut akan membawa pada keadilan. Supaya menjaga agar kebenaran tetap terjaga maka diperlukan pembuktian yang benar. Lamanya masa penugasan auditor haruslah berdasarkan aturan yang
17
Indira., Op.cit., h. 13
134
telah ditetapkan dengan tidak melebihi masa penugasan karena akan merusak idenpendensi dan janganlah membuat rekayasa masa penugasan sesuai dengan AlQur‟an surat An-Nisaa‟ ayat 135 sebagai berikut :
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan”.18 Allah SWT memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman agar mereka senantiasa menegakkan keadilan, tidak condong kekanan dan ke kiri, tidak lemah karena celaan orang yang mencela, dan tidak dipalingkan oleh siapa pun. Dan mereka diperintahkan agar tolong-menolong, bantumembantu, dan bahu-membahu dalam menegakkan keadilan tersebut. Kesaksian terhadap Allah yaitu hendaknya kalian menunaikannya sematamata karena mengharap wajah Allah. Maka ketika itulah kesaksian itu menjadi benar, adil, dan hak, serta tidak mengandung perubahan, penggantian ataupun persembunyian. Persaksikanlah kebenaran walaupun 18
Departemen Agama, Op.cit., h. 79
135
itu membahayakan dirimu. Dan apabila engkau ditanya tentang suatu perkara, maka katakanlah yang sebenarnya meskipun hal itu bisa merugikan dirimu. Karena Allah akan menjadikan kelapangan dan jalan keluar dari setiap kesempitan bagi orang-orang yang taat kepada-Nya. Apabila persaksian itu berkaitan dengan kedua orang tua dan kerabatmu, maka janganlah kamu membela mereka. Tapi berikanlah persaksian secara benar meskipun hal itu akan membahayakan mereka. Karena kebenaran adalah hakim bagi setiap orang (dan hukum harus didahulukan atas siapa pun). Janganlah engkau membelanya karena ia kaya dan jangan pula engkau merasa kasihan kepadanyakarena ia fakir. Allah adalah pelindung mereka. Bahkan Dia lebih memperhatikan bagi keduanya daripada dirimu dan lebih mengetahui perkara yang membawa maslahat bagi keduanya. Janganlah hawa nafsu, fanatik golongan, dan rasa benci kepada seseorang menyebabkan kalian meninggalkan sikap adil dalam perkara dan urusan kalian. Tetapi hendaklah kalian senantiasa bersikap adil dalam setiap keadaan.19 Abdullah bin Rawahah ketika diutus oleh Rasulullah saw kepada penduduk Khaibar untuk memungut jizyah dari buah-buahan dan tanaman mereka. Lalu mereka berusaha menyuapnya agar ia mau mengasihani mereka (dengan mengurangi kadar kewajibannya). Maka Abdullah bin 19
690
Tim Ahli Tafsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2, (Jakarta: Pustaka Ibnu katsir, 2006), h.
136
Rawahah ra. Berkata: “Demi Allah, sungguh aku datang kepada kalian dari sisi mahluk yang paling aku cintai. Dan sungguh kalian lebih aku benci daripada monyet dan babi. Dan tidaklah kecintaanku kepada beliau dan kebencianku kepada kalian menyebabkan aku berlaku tidak adil kepada kalian. “Lalu mereka berkata : “ Dengan inilah akan tegak langit dan bumi.” Hadits ini akan disebutkan secara musnad (menyantumkan sanadnya) dalam tafsir surat al-Maa-idah. Orang yang tidak mau menjadi saksi atau menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya. Rasulullah saw bersabda : “Sebaik-baiknya
saksi adalah yang memberikan kesaksian
sebelum ia ditanya.”(HR. Muslim) Auditor harus berlaku adil dan memberikan persaksian karena Allah. Auditor dalam bekerja harus sesuai standar audit syariah, harus lurus dan adil baik apabila bekerja pada masa penugasan sebentar atau lama. Jangan karena sudah lama bekerja pada suatu perusahaan (masa penugasan lama) dan merasa sudah kenal dekat maka akan menggoyahkan kewajiban sebagai auditor sehingga laporan auditor dibuat wajar walaupun ada yang tidak sesuai standar. Padahal walaupun itu orang tua atau pun kerabat, maka auditor harus tetap adil agar membawa maslahat. Sebagai auditor juga harus memberikan persaksian karena Allah dengan memberikan laporan auditor berdasarkan hasil audit yang telah dilakukannya.
137
Independensi audit syariah bisa diterapkan dengan auditor menerapkan kode etik audit syariah. Auditor bila dalam bekerja menerapkan kode etik akuntan muslim seperti ketakwaan, keikhlasan, integritas audit, bekerja dengan baik sesuai tugas dan kompetensinya. Kode etik akan membangun sikap kehati-hatian akuntan sehingga berperilaku etis sesuai ketentuan syariah. Pelaksanaan kode etik dapat meyakinkan keakuratan dan keyakinan pada informasi yang disajikan dalam laporan keuangan sehingga makin kredibilitas dan memperluas perlindungan pada kepentingan kepada pihak yang terlibat. Apabila auditor bekerja sesuai syariah maka akan mendapat ridha
Allah
dan
akan
mendapat
pahala
dan
akan
dipermudah
pemeriksaannya. Auditor juga harus memiliki pola hidup bersahaja sehingga auditor merasa cukup dengan fee audit sesuai perjanjian sudah dapat memenuhi kebutuhannya agar tidak mudah disuap oleh orang yang memiliki berbagai kepentingan.
2. Pengaruh Pendidikan Auditor dan Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Audit a. Uji Asumsi Klasik Responden uji coba dalam penelitian ini sebanyak 7 perusahaan di Jakarta Islamic Index (JII ) yang masuk selama 7 tahun berturut-turut, sampel yang diambil sebanyak 49 data, sehingga diketahui harga df pada taraf 5% yaitu df= N-2= 49-2=47, yaitu 1.667 Berikut hasil uji validitas instrumen penelitian
138
pengaruh pendidikan auditor (X2), dan pengalaman audit (X3) terhadap kualitas audit (Y) melalui aplikasi program SPSS. Analisis data dimulai dengan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik terdiri dari 5 (lima) pengujian yaitu normalitas, homogenitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. 1) Uji Normalitas Data. Pengujian normalitas data dalam penelitian menggunakan
uji
Kolmogorov – Smirnov. Pada tabel Uji Normalitas disajikan hasil uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov. Rumusan hipotesis : H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal. H1 : Data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal. Kriteria pengujian : a). Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak. b). Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka H0 diterima.
Tabel 12 Hasil Uji Normalitas
139
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized
Unstandardized
Unstandardized
Residual
Residual
Residual
N Normal Parameters
a,,b
49
49
49
.0000000
.0000000
.0000000
.42822663
.26715303
3.30058470
Absolute
.221
.421
.169
Positive
.221
.421
.128
Negative
-.219
-.246
-.169
1.548
2.946
1.184
.017
.000
.121
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Data Sekunder yang diolah Tahun 2015
Berdasarkan hasil output uji Kolmogorov- Smirnov pada
tabel
yang disajikan
12 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi Unstandardized
Residual pendidikan,
dan pengalaman terhadap Kualitas Audit sebesar
0,121 lebih dari nilai alpha (
sehingga dapat disimpulkan bahwa
data terdistribusi normal dan layak atau memenuhi syarat uji regresi linier berganda.
2) Uji Homogenitas
140
Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Membandingkan F hitung dengan F tabel pada tabel distribusi F, dengan:
Untuk varians dari kelompok dengan variance terbesar adalah dk pembilang n-1 b) Untuk varians dari kelompok dengan variance terkecil adalah dk penyebut n-1 c) Jika F hitung < F tabel, berarti homogen d) Jika F hitung > F tabel, berarti tidak homogen a)
Tabel 13 Hasil Uji Homogenitas b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
727.350
2
363.675
3.426
46
.074
730.776
48
F 4883.258
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), X3, X2 b. Dependent Variable: kualitas_audit
Berdasarkan pengujian dengan SPSS didapatkan output uji Anova pada tabel Uji Anova dalam tabel 13 berdasarkan hasil uji Anova atau F test antara variabel pendidikan auditor, masa penugasan audit, dan pengalaman auditor terhadap Kualitas
Audit
nilai
F
hitung
sebesar
4883,258
dengan tingkat probabilitas signifikansi sebesar 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa model penelitian tidak homogenitas.
141
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada output tabel ANOVA diatas. Jika F
hitung
> F
tabel
dengan dk
pembilang k dan dk penyebut n-k-1 serta menggunakan α tertentu maka H0 ditolak atau jika sebaliknya F
hitung
> F
analisis data dengan SPSS diperoleh F (sig.) sebesar 0,000 sedangkan f
tabel
tabel
maka H0 diterima. Dari hasil
hitung =
4883,258 dengan signifikansi
dengan derajat kebebasan (dk/df) untuk
pembilang = 3 dan penyebut = 45 dan α = 0,05 dari daftar tabel diperoleh = 1.667 dengan demikian F
hitung
>F
tabel
atau 4883,258 > 1.667 maka tidak ada
homogenitas. 3) Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Uji multikolinieritas dilakukan dengan melihat tolerance value atau dengan menggunakan Variance Inflation Factors (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Multikolinearitas terjadi bila nilai VIF diatas nilai 10 atau tolerance value dibawah 0,10. Multikolinearitas tidak terjadi bila nilai VIF dibawah nilai 10.20 Hasil perhitungan uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 20
Santoso. Op.cit., h. 206
142
14 Uji Multikolinearitas sebagai berikut :
Tabel 14 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
a
Std. Error
-1.325
.216
X1
1.225
.014
X3
-.074
.008
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
-6.135
.000
1.055
85.997
.000
.677
1.476
-.108
-8.772
.000
.677
1.476
a. Dependent Variable: kualitas_audit
Sumber : Data sekunder diolah 2015
Berdasarkan tabel 14 dapat di ketahui Nilai Variance Inflation Factor (VIF) menunjukkan semua variabel bebas memiliki nilai VIF < 10 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas dalam model atau tidak ada korelasi antar variabel bebas. 4) Uji Heteroskedasitisitas Heteroskedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji ini agar mengetahui adanya penyimpangan dari syarat-syarat asumsi klasik pada model regresi. Untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas maka dalam penelitian ini dipergunakan grafik scatterplot. Pada lampiran gambar Scatterplot Dependent Variabel Y terlihat variabel terikatnya adalah kualitas audit yang
143
diperlihatkan oleh titik-titik menyebar di bawah dan di atas nol serta tidak membentuk pola tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
heteroskedasitisitas
pada model regresi, sehingga layak
dipakai untuk memprediksi Kualitas Audit berdasarkan variabel bebas pendidikan auditor dan pengalaman auditor. Grafik 1 Grafik Scatterplot
Uji Autokorelasi
5) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan linier antara error serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data time series). Uji autokorelasi perlu dilakukan apabila data yang dianalisis merupakan data time series. Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan rumus uji Durbin-Watson.
144
Rumusan hipotesis : H0 : Tidak terjadi autokorelasi di antara data pengamatan. H1 : Terjadi adanya autokorelasi di antara data pengamatan. Kriteria pengujian : a) Jika nilai statistik Durbin-Watson mendekati angka 2, maka tidak memiliki autokorelasi. b) Jika nilai statistik Durbin-Watson menjauhi angka 2, maka tidak memiliki autokorelasi. Tabel 15 Uji Autokorelasi b
Model Summary
Change Statistics
Std. Error
Model 1
R .998
R Square a
.995
Adjusted R
of the
Square
Estimate
.995
R Square
Sig. F
Change F Change df1 df2
.273
.995 4883.258
2
46
Durbin-
Change Watson .000
1.719
a. Predictors: (Constant), X3, X1 b. Dependent Variable: kualitas_audit
Pada uji autokorelasi dengan membandingkan nilai DW statistik dengan DW tabel 15 dengan formula DW. Hasil analisis diperoleh DW hitung sebesar 1.712 yang kemudian dibandingkan dengan DW tabel. Adapun untuk mencari DW tabel adalah dengan mencari nilai d1 dan du dengan kriteria sebagai berikut : a) Jumlah variabel independent = 3 b) Jumlah sampel = 49 c) Tingkat keyakinan 95% dan α = 5%
145
d1 =1.42 du = 1.67 Hasil pengujian tersebut nilai DW test sebesar 1.719 lebih besar dari du(1.67) dan lebih kecil dari 4- du (2.33) atau (1.67<1.719<2.33) dengan demikian dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi pada penelitian ini.
b. Analisis Uji Hipotesis (Uji t) Tabel 16 Hasil Uji t Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
a
Std. Error
Beta
t
Sig.
-1.325
.216
-6.135
.000
X2
1.225
.014
1.055 85.997
.000
X3
-.074
.008
-.108
.000
-8.772
a. Dependent Variable: kualitas_audit
Dilihat dari tabel 16 pada pengujian hipotesis diatas didapatkan persamaan garis linier berganda didapatkan: Y= -1,325 + 1.225
- 0.074
+e
Berdasarkan tabel 16 terdapat hubungan antara variabel pendidikan auditor (X2) dan pengalaman auditor (X3) terhadap kualitas audit (Y), yaitu : b) Konstanta a = - 1,325 dan koefisien
b2 = 1,225, dan koefisien b3 = -0,074.
146
Konstanta a sebesar - 1,325 menyatakan bahwa jika tidak ada nilai , pendidikan auditor (X2) dan pengalaman auditor (X3) , X=0, maka nilai kualitas audit sebesar - 1,325. c) Koefisien b2 bernilai 1,225 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan X variabel pendidikan auditor akan meningkatan kualitas audit sebesar 1,225 jika variabel lainnya tetap. Koefisien bernilai positif berarti terjadi hubungan positif antara pendidikan auditor dengan kualitas audit. Semakin tinggi pendidikan auditor maka akan meningkatkan kualitas audit. d) Koefisien b3 bernilai -0,074menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan X variabel pengalaman auditor akan meningkatan kualitas audit sebesar -0,074 jika variabel lainnya tetap. Koefisien bernilai negatif berarti terjadi hubungan negatif antara pengalaman auditor dengan kualitas audit. Semakin lama pengalaman auditor maka akan menurunkan kualitas audit. Uji T digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen terhadap kualitas audit secara parsial. 1) Hipotesis pendidikan auditor (X2) terhadap kualitas audit (Y). H0 :
Pendidikan auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit
H1 :
Pendidikan auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
Secara parsial menggunakan kriteria pengujian: a) Jika thitung > ttabel dengan Sebaliknya H1 diterima.
dk = n-2 dan α 0,05 maka Ho ditolak.
147
b) Jika probabilitas (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak. Sebaliknya H1 diterima. Hasil analisis data menggunakan SPSS 17 diperoleh thitung variabel pendidikan sebesar
85.997
> ttabel 2,012 dan probabilitas (sig.) ternyata
0,000<0,05. Hal ini berarti Ho ditolak dan
H1 diterima atau dengan kata
lain pendidikan auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil pengujian uji t terlihat pendidikan auditor, diperoleh thitung variabel pendidikan sebesar -5.120 < ttabel 2,012 dan nilai signifikansi 0.000 berada di bawah alpha 0,05. Hal ini mengindikasikan H0 ditolak dan H1 diterima atau dengan kata lain secara parsial pendidikan auditor memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil pengujian konsisten dengan penelitian DeAngelo; Carcello et.al., ; Porter; Sutton; Beattie et.al., Othman et.al21, Djaddang , Agung dan Winarna22 yang menunjukkan bahwa pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Kualitas audit yang baik dapat dihasilkan dari seorang auditor yang memiliki pendidikan yang memadai. Pengetahuan atau pendidikan yang terus diperbaharui dan ditambah, dapat membantu auditor untuk melaksanakan tugasnya dalam memeriksa laporan keuangan perusahaan sehingga menghasilkan kualitas audit yang baik dan dapat diandalkan pengguna laporan keuangan. 21
Othman et.all. Op.cit., h. 1 Martini, “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit.” Jurnal & Prosiding Simposium Nasional Akuntansi, Vol. X, (UNHAS Makasar 26-28 Juli 2007), Fakultas Ekonomi Universitas Budi Luhur, h. 9 22
148
Implikasi dari penelitian ini adalah pendidikan auditor yang semakin tinggi akan berdampak pada kualitas audit yang semakin baik. Pendidikan auditor bisa berasal dari pendidikan formal ataupun informal, dimana informal berupa pelatihan serta adanya pendidikan untuk memperoleh Certified Publik Accountan (CPA). Sebuah studi oleh perusahaan akuntansi menurut Palmer, Ziegenfuss dan Pinsker, delapan Besar di Amerika Serikat menentukan bahwa lembaga pendidikan tinggi harus mengubah secara berkala atau merevisi kurikulum akuntansi untuk memenuhi kebutuhan klien mereka. Paisey dalam mendukung upaya untuk mendorong pendidik akuntansi dan pembuat kebijakan pendidikan untuk menggali potensi menggabungkan ide-ide dari sistem pendidikan profesional lainnya23. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh DeAngelo; Carcello et.al., ; Porter; Sutton; Beattie et.al., Othman et.al24, Djaddang , Agung dan Winarna25 yang menyatakan bahwa pendidikan auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor yang memiliki pendidikan audit maka informasi yang didapat lebih valid karena pekerjaan yang berdasar pendidikan auditor mendekatkan pada hal yang bertanggungjawab sebagaimana dalam Al-Qur‟an Surat Israa‟ (17) ayat 36 :
23
Zurida dkk., Op.cit. h.1 Othman et.all. Op.cit., h.1 25 Martini, “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit.” Jurnal & Prosiding Simposium Nasional Akuntansi, Vol. X, (UNHAS Makasar 26-28 Juli 2007), Fakultas Ekonomi Universitas Budi Luhur, h. 9 24
149
Artinya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”.26 Allah melarang mengatakan sesuatu hanya berdasarkan prasangka perkiraan atau ilusi dan khayalan. Al-„Aufi berkata, “Dan janganlah kamu menuduh seseorang yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Setiap hamba akan ditanya pada hari kiamat tentang nikmat pendengaran, penglihatan dan hati untuk apa semua dipergunakan.27 Pelaksanaan audit, auditor melakukannya berdasar pendidikan audit yang diperoleh sehingga berdasar teoritis dan tidak berdasarkan prasangkaan yang tidak berfaedah bagi kebenaran. Auditor harus menyadari bahwa apa yang dimiliki oleh auditor harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah. Persangkaan juga dibahas dalam Al-Qur‟an Surat An Najm (54) ayat 28 sebagaimana berikut :
Artinya : “Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran”.28 Pengetahuan shahih yang membenarkan apa yang mereka katakan merupakan kedustaan, kebohongan, kepalsuan, dan kekufuran. Mereka hanya
26 27
Departemen Agama, Op.cit., h. 228 Tim Ahli Tafsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5, (Jakarta: Pustaka Ibnu katsir, 2006), h.
372 28
Ibid., h. 421
150
mengikuti perasangkaan (saja), sedang sesungguhnya persangkaan tidak berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran.maksudnya, tidak berguna sama sekali, dan tidak cocok dengan kebenaran selama-lamanya. Diriwayatkan dalam ash-Shahiih bahwa Rasulullah saw. Bersabda : “ Jauhilah praduga karena praduga adalah perkataan yang paling dusta.(HR. Bukhari dan Muslim)29” Auditor harus dapat menerapkan pengetahuan audit yang mereka miliki. Dengan adanya pengetahuan, auditor memiliki standar audit dalam bekerjanya sehingga menguraangi tingkat kesalahan. Pemeriksaan terhadap laporan keuangan dilakukan berdasarkan ilmu akuntansi dan auditing yang berlaku secara nasional dan internasional asal tidak melanggar syariah. Begitupun pemeriksaan terhadap sistem organisasi yang berlaku diperusahaan yang terkait dengan keuangan dilakukan berdasarkan pengetahuan sistem informasi akuntansi, sistem pengendalian manajemen, dan ilmu-ilmu lain
yang mendukung. Dengan pengetahuannya dan penelusuran dari bukti-bukti transaksi sampai laporan keuangan, auditor dapat mengemukakan pendapat wajar atau tidak wajar dari laporan keuangan berdasarkan realita, bukan dari perasangka atau dugaan. Laporan auditor independen lebih dipercaya oleh masyarakat dan pihak pengguna laporan keuangan. 29
607
Tim Ahli Tafsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8, (Jakarta: Pustaka Ibnu katsir, 2006), h.
151
Besarnya pengaruh hasil pengauditan, maka auditor bila melakukan pengauditan tidak berdasar pengetahuan dan pembuktian maka akan menjadi fitnah di masyarakat. Suatu hal yang penting bagi auditor pengetahuan yang dimilikinya dibarengi dengan kode etik auditor yang berdasar syariah. Auditor dalam melakukan auditnya berniat karena ingin mendapat ridha Allah dan merasa selalu diawasi oleh Allah SWT, sehingga dalam pengauditan selalu menerapkan adil, jujur, serta jauh dari kecurangan dan manipulasi. Pertumbuhan lembaga keuangan syariah khususnya pasar modal syariah tidak diiringi dengan peningkatan auditor syariah. Peningkatan auditor syariah sudah menjadi suatu kewajiban untuk perkembangan lembaga keuangan syariah kedepan. Pendidikan auditor harus diiringi dengan kemampuan syariah agar auditor tidak tergantung pada Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam mengaudit. Kesalahan pengauditan bisa juga terjadi bila auditor tidak memahami syariah. Perlunya dilakukan pendidikan auditor syariah secara formal dan informal yang berkelanjutan. Pendidikan formal akuntansi dan audit syariah bisa dimasukan dalam silabus jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), diploma, strata satu, strata dua, dan strata tiga. Di negara-negara Islam seperti Indonesia, Malaysia, Brunai, Bangladesh, Pakistan, Iran,dan lain-lain masih terbatas sarjana akuntansi syariah dan terbatas universitas yang menyediakan
152
prodi akuntansi syariah baik dari jenjang strata satu, strata dua, apalagi di strata tiga. Pendidikan informal bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan audit syariah yang berkala. Perlunya kewajiban auditor yang mengaudit lembaga keuangan syariah memiliki sertifikat internal auditor syariah dan publik auditor syariah agar pengauditan tidak menyalahi hal-hal yang dilarang dalam syariah. Peningkatan pendidikan auditor syariah juga bisa dilakukan melalui pengadaan buku-buku, majalah, jurnal-jurnal, blogspot , dan website yang membahas audit syariah mengingat sangat minimnya hal tersebut. Di Indonesia buku mengenai audit syariah baru ada tiga buku, hal ini sangat ironi mengingat kebutuhan untuk mencari ilmu sangatlah terbatas. Pengembangan audit syariah juga bisa ditempuh melalui perlombaan karya ilmiah dan beasiswa untuk audit syariah. Pemerintah harus menerapkan peraturan yang ketat dengan kewajiban auditor syariah yang mengaudit
lembaga keuangan syariah. Kewajiban
auditor mengikuti pelatihan perbankan syariah dalam mengaudit perbankan syariah sudah dilakukan. Namun idealnya auditor menempuh sarjana akuntansi syariah. Di pasar modal syariah pada Bursa Efek Indonesia (BEI) belum ada aturan yang mengaudit harus paham audit syariah. Lebih memprihatinkan lagi laporan keuangan pada perusahaan yang tergabung Jakarta Islamic Index (JII) merupakan laporan keuangan akuntansi
153
konvensional. Pada pasar modal syariah di Indonesia harus dilakukan perubahan segera, karena esensi penerapan syariah sangat kurang bila laporan keuangan yang dipakai adalah mengacu standar Ikatan Akuntansi Indonesia yang tidak menerapkan syariah. Namun, walau tidak menerapkan akuntansi syariah pada awalnya tetaplah sebuah kemajuan bagi telah dibuat pasar modal syariah. Perbaikan-perbaikan pada pasar modal syariah harus terus dilakukan agar pasar modal syariah bisa menerapkan syariah secara utuh. Hal tersebut akan mendukung perekonomian Indonesia yang berbasis syariah.
2) Hipotesis pengalaman auditor (X3) terhadap kualitas audit (Y). H0 :
Pengalaman auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit
H1 :
Pengalaman auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
Secara parsial menggunakan kriteria pengujian: a) Jika thitung > ttabel
dengan
dk = n-2 dan α 0,05 maka Ho ditolak.
Sebaliknya H1 diterima. b) Jika probabilitas (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak. Sebaliknya H1 diterima. Hasil analisis data menggunakan SPSS 17 diperoleh thitung variabel pengalaman sebesar
-8.772 <
ttabel 2,012 dan probabilitas (sig.) ternyata
0,000<0,05. Hal ini berarti Ho diterima dan H1 ditolak atau dengan kata lain pengalaman auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil pengujian terlihat pengalaman a u d i t o r t i d a k b e r p e n g a r u h
154
t e r h a d a p k u a l i t a s a u d i t thitung variabel pengalaman sebesar -11.747 < ttabel 2,012 dan probabilitas (sig.) ternyata n i l a i signifikan 0 , 0 0 0 berada di bawah alpha 0,05. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Aji 30, Trotman dan Wright31, Colbert32 , Cheng et.all
33
, Bouwman dan Bradley34 yang
menunjukkan bahwa pengalaman tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini sejalan dengan teori dan hipotesis penelitian. Pengalaman yang merupakan salah satu unsur kompetensi dan merupakan hal yang penting untuk dimiliki auditor. Idealnya semakin banyak pengalaman mengaudit akan membantu auditor dalam memeriksa laporan keuangan perusahaan klien dikarenakan banyaknya jenis industri, jenis perusahaan, dan berbagai kasus serta penyelesaiannya yang dihadapi auditor tersebut. Dalam melaksanakan pengauditan, auditor harus memperhatikan SOP yang berlaku, bahkan bersikap hati-hati, sehingga akhirnya kualitas audit yang dihasilkan baik. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Aji 35, Trotman dan Wright36, Colbert37 , Cheng et.all 38, Bouwman dan 30
Martini, “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit.” Jurnal & Prosiding SNA- Simposium Nasional Akuntansi, Vol. X; UNHAS Makasar, (26-28 Juli 2007), Fakultas Ekonomi Universitas Budi Luhur, h. 6 31 Abdul. Halim, Op.cit., h. 17 32 Abdul H, Op.cit., h. 5 33 Setyaningrum dkk, Op.cit., h. 6 34 Abdul. H, Op.cit., h. 15 35 Martini, “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit.” Jurnal & Prosiding SNA- Simposium Nasional Akuntansi, Vol. X; UNHAS Makasar, (26-28 Juli 2007), Fakultas Ekonomi Universitas Budi Luhur, h. 6 36 Abdul. Halim, Op.cit., h. 17 37 Abdul H, Op.cit., h. 5
155
Bradley39 yang menunjukkan bahwa pengalaman auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Pengalaman penting dalam mengaudit karena akan memperdalam ilmu yang diperoleh dari pendidikan. Dengan pengalaman maka akan dapat menguji kebenaran dengan lebih baik dan teliti sesuai prosedur sesuai dengan AlQur‟an surat Al Hujurat (49) ayat 6 yang berbunyi:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.40 Allah SWT memerintahkan kaum mukminin untuk memeriksa secara teliti berita yang dibawa oleh orang fasik, dan hendaklah mereka berhati-hati dalam menerima berita tersebut, supaya seseorang tidak memberikan hukuman atau keputusan berdasarkan informasi yang diberikan oleh orang fasik. Hal ini karena disaat yang sama orang fasik mudah berdusta atau berbuat kesalahan. Padahal Allah SWT telah melarang kita untuk mengikuti jejak orang-orang yang berbuat kerusakan. Kebanyakan ulama menolak untuk menerima riwayat dari seseorang (rawi) yang tidak dikenal keadaannya, kareana mungkin saja pembawa berita yang tidak dikenal tersebut adalah 38
Setyaningrum dkk, Op.cit., h. 6 Abdul. H, Op.cit., h. 15 40 Departemen Agama, Op.cit, h. 412 39
156
orang fasik.41 Sebab turun surat Al-Hujurat ayat 6 karena utusan Rasulullah saw, yaitu al-Walid bin „Uqbah mengaku akan dibunuh oleh al-Harits karena tidak mau membayar zakat. Padahal al-Walid bin „Uqbah takut ditengah perjalanan untuk mengambil zakat yang telah dikumpulkan al-Harits . Kemudian Rasulullah saw marah dan mengutus pasukan untuk menemui al-Harits. Pasukan tersebut ketemu al-Harits di dekat kota Madinah dan membawa alHarits menemui Rasul, al-Harits pun mengatakan kebenaran. Auditor harus memeriksa dengan teliti laporan keuangan yang telah dibuat oleh perusahaan. Auditor tidak mudah percaya dengan pihak perusahaan. Auditor dengan pengalamannya harus meneliti dari bukti-bukti fisik transaksi sehingga menjadi laporan keuangan dan sistem pengendalian internal di dalam perusahaan sesuai atau belum dengan standar audit syariah. Pengalaman auditor sangat membantu dalam pengauditan. Karena dengan pengalamannya maka auditor dapat menggunakan pemecahan masalah dalam pengauditan yang sebelumnya apabila terdapat permasalahan yang sama. Dengan pengalamannya, auditor dapat menerapkan langkahlangkah yang lebih baik dalam mengaudit. Auditor yang lebih berpengalaman dapat memandu auditor junior dalam bekerja. Pengalaman auditor sangat membantu auditor untuk menghasilkan laporan audit yang berkualitas.
41
464
Tim Ahli Tafsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8, (Jakarta: Pustaka Ibnu katsir, 2006), h.
157
Kedustaan dalam laporan keuangan juga bisa diatasi oleh auditor yang berpengalaman. Sehingga informasi laporan keuangan yang diberikan kepada pihak lain bisa mencerminkan kenyataan yang terjadi di perusahaan. Pengalaman dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini mungkin saja bisa terjadi karena auditor merasa sudah berpengalaman dalam melakukan audit menjadi kurang berhati-hati dan egonya tinggi. Auditor merasa selalu benar sehingga kurang seksama. Dalam Islam sikap mawas diri harus diterapkan karena hal yang dilakukannya harus dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Maka dalam Islam bila mengerjakan harus menggunakan kode etik akuntan Islam. Auditor selaku pekerja profesional harus mengandalkan etika jika pekerjaannya dianggap bernilai dan dihargai masyarakat. Ukuran bahwa auditor melakukan fungsi professi dengan beretika adalah sejauhmana ia mengikuti kebenaran, kejujuran, bertingkah laku yang baik, menjaga integritas, independensi, bekerja hati-hati dan selalu menyadari pentingnya nilai-nilai professional dalam setiap proses pelaksanaan fungsinya. c. Analisis Uji Hipotesis (Uji F) Tabel 17 Hasil Uji F b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual
df
Mean Square
727.350
2
363.675
3.426
46
.074
F 4883.258
Sig. .000
a
158
Total
730.776
48
a. Predictors: (Constant), X3, X1 b. Dependent Variable: kualitas_audit
Berdasarkan pengujian dengan SPSS didapatkan output uji Anova pada tabel Uji Anova dalam tabel 17.Berdasarkan hasil uji Anova atau F test antara variabel pendidikan auditor, masa penugasan audit, dan pengalaman auditor terhadap Kualitas
Audit
nilai
F
hitung
sebesar
4883.258
dengan tingkat probabilitas signifikansi sebesar 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa model penelitian layak atau fit. Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada output tabel ANOVA diatas. Jika F
hitung
> F
tabel
dengan dk
pembilang k dan dk penyebut n-k-1 serta menggunakan α tertentu maka H0 ditolak atau jika sebaliknya F
hitung
> F
analisis data dengan SPSS diperoleh F (sig.) sebesar 0,000 sedangkan f
tabel
tabel
maka H0 diterima. Dari hasil
hitung =
4883.258 dengan signifikansi
dengan derajat kebebasan (dk/df) untuk
pembilang = 3 dan penyebut = 45 dan α = 0,05 dari daftar tabel diperoleh = 1.667 dengan demikian F
hitung
> F tabel atau 4883.258 > 1.667 maka H0 ditolak
dan menerima H1 yang menyatakan bahwa ada pengaruh pendidikan auditor, dan pengalaman auditor terhadap Kualitas Audit. Hasil analisis data hipotesa 3 (H 3) dengan SPSS diperoleh F
hitung =
159
4883.258 dengan signifikansi (sig.) sebesar 0,000 sedangkan f
tabel
dengan
derajat kebebasan (dk/df) untuk pembilang = 3 dan penyebut = 45 dan α = 0,05 dari daftar tabel diperoleh = 1.667 dengan demikian F
hitung
> F tabel atau
4883.258 > 1.667 maka H0 ditolak dan menerima H1 yang menyatakan bahwa ada pengaruh pendidikan auditor, dan pengalaman auditor terhadap Kualitas Audit. Pengujian menunjukkan adanya pengaruh pendidikan auditor dan pengalaman auditor terhadap Kualitas Audit yang listing di Jakarta Islamic Index (JII).
para auditor di perusahaan Hal ini sesuai dengan
pendapat Othman dkk., Helal dkk., Yacob dan Donglah, Dyah dkk., Fitriany dan Setiawan., Hussain dkk., serta Kasim dkk. Dengan adanya pendidikan dan pengalaman maka akan meningkatkan kompetensi dari auditor. Kompetensi yang semakin baik akan meningkatkan kualitas auditor karena auditor lebih memahami pekerjaannya. Latar belakang pendidikan akuntansi menjadi sebuah keharusan bagi auditor dan semakin tinggi jenjang pendidikan maka pengetahuan akuntansi akan semakin komprehensif. Keahlian dalam bidang akuntansi sangat diperlukan bagi seorang auditor dalam melakukan audit terhadap laporan keuangan agar informasi yang dihasilkan akurat dan tepat serta mengurangi terjadinya kecurangan yang mungkin terjadi dalam proses pelaporan keuangan. Pendidikan merupakan salah satu penentu dari kompetensi teknis dan sangat bermanfaat pada tugas-tugas terstruktur
160
auditor. Perlunya peningkatan pendidikan auditor melalui pelatihan, seminar, publikasi newsletter berkala, melaksanakan penelitian. Melalui pendidikan berkelanjutan akan diperoleh pemahaman akuntansi yang lebih mendalam dan meningkatkan motivasi dalam melakukan audit sehingga meningkatkan kualitas dari hasil pemeriksaan. Serti fikasi keahlian akuntan mengindikasikan kompetensi yang menyatakan secara tidak langsung pengetahuan akuntansi yang diperlukan atau pengetahuan khusus ditambah kepatuhan terhadap standar profesional.berbagai sertifikais keahlian yang tersedia bagi akuntan /auditor diantaranya Certified Fraud Examiner (CFE), Certified Government Auditing Professional (CGAP), Certified Information systems Auditor (CISA), Certified Internal Auditing (CIA), Certified Public Auditing (CPA) dan lain- lain. Pengalaman
kerja
dapat
memperdalam
dan
meningkatkan
kompetensi kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama maka akan semakin terampil dan semakin cepat auditor menyelesaikan pekerjaannya. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya semakin banyak dan luas serta
memungkinnkan
kinerjanya
meningkat.
Auditor
yang
berpengalaman akan melakukan judgement dengan tingkat kekeliruan yang lebih rendah dibanding yang tidak berpengalaman. Uji hipotesis ini untuk menjawab rumusan masalah yang ke dua. Dimana
161
hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu Othman dkk., Helal dkk., Yacob dan Donglah, Dyah dkk., Fitriany dan Setiawan., Hussain dkk., serta Kasim dkk yang menyatakan bahwa kualitas audit dipengaruhi kompetensi misalnya pendidikan auditor dan pengalaman auditor. Auditor di JII yang memiliki kompetensi dan paham syariah masih terbatas. Di Indonesia belum tercukupinya auditor syari‟ah, dimana auditor harus memahami akuntansi dan syari‟ah sekaligus. Sistem pendidikan untuk menghasilkan auditor syari‟ah kurang memadai. Kurangnya pendidikan dari tingkat universitas tentang akuntansi dan audit syari‟ah di Indonesia. Lembaga pelatihan akuntansi dan audit syari‟ah di Indonesia terbatas. Penerapan audit syari‟ah di Indonesia belum diterapkan oleh auditor yang mengaudit di perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks (JII). Sehingga laporan keuangan diaudit berdasarkan standar audit yang berlaku sesuai standar di Indonesia, yaitu standar auditing yang dibuat oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Hal ini disebabkan belum siapnya sistem untuk pemakaian auditor syariah. Laporan keuangan yang dipakai di perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) merupakan laporan keuangan konvensional yang tidak berdasar akuntansi syari‟ah. Pendidikan
yang
diperkaya
dengan
pengalaman
maka
akan
menjadikan auditor lebih memahami tugasnya. Hal ini kan menjauhkan nya dari sifat kecurangan karena kecurangan akan menghancurkan auditor yang
162
besar dan berpengaruh sekalipun. Hal ini sebagaimana Al-Qur‟an Surat Al Muthaffifiin (82) ayat 1- 6 :
ٞ
Artinya : “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam”.42 An-Nasa-i dan Ibnu majah meriwayatkan dari Ibnu „Abbas ra., ia berkata, “Ketika Nabi saw. Tiba di kota Madinah, penduduk Madinah termasuk orang yang paling curang dalam menakar. Sehingga Allah menurunkan ayat ini. Dan setelah ayat ini turun, maka mereka menekar dengan baik tanpa berlaku curang. Maksud dari berlaku curang disini adalah bertindak sewenang-wenang dalam takaran dan timbangan, baik dengan menambahnya jika diterima dari orang lain, maupun dengan menguranginya jika dilakukan untuk orang lain. Setelah Allah SWT menjanjikan kerugian dan kehancuran atas mereka, yaitu dengan kata wail (celaka). Apabila mereka menerima takaran dari orang lain, maka mereka mengambil dan menuntut hak mereka dengan sempurna, bahkan berlebih. Sebaliknya apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang 42
Departemen Agama, Op.cit., h. 470
163
lain), mereka mengurangi dengan tidak memenuhi hak orang lain dengan sempurna.43 Apabila adil dalam menakar dan menimbang maka lebih utama dan lebih baik akibatnya. Allah tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya dalam berlaku adil. Allah telah membinasakan dan menghancurkan kaum Syu‟aib dikarenakan mereka mengurangi timbangan dan takaran. Manusia akan dibangkitkan pada suatu hari yang besar. Yakni, apakah mereka tidak takut kepada kebangkitan di hadapan Dzat Yang maha Mengetahui segala rahasia dan semua tersimpan di hati, pada hari yang ketakutannya sangat besar, kengeriannya tak terperikan, juga perkaranya amat dahsyat. Siapa yang rugi pada hari itu, maka ia akan masuk ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Pada hari (ketika) semua orang bangkit menghadap Rabb seluruh alam . mereka dibangkitkan tanpa alas kaki, dalam keadaan telanjang dan belum dikhitan. Keadaan saat itu serba sulit, susah, sempit, dan sengsara, bagi orang durjana. Mereka diliputi ketetapan Allah Ta‟ala, dimana kekuatan dan indera manusia tidak akan mampu memikulnya44. Imam Malik meriwayatkan dari nafi‟ dari Ibnu „Umar bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda : “ Pada hari (ketika) semua orang bangkit
43
Tim Ahli Tafsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9, (Jakarta: Pustaka Ibnu katsir, 2006), h.
44
Ibid.
504
164
menghadap Rabb seluruh alam, hingga salah seorang mereka tenggelam dalam keringatnya sendiri sampai batas kedua telinganya.” Auditor membutuhkan pendidikan dan pengalaman dalam mengaudit karena dengan kedua kompetensi tersebut auditor dapat berlaku adil. Adil dalam artian disini tidak berat sebelah, tidak merugikan pihak manapun. Baik terhadap pihak didalam perusahanaan maupun terhadap pihak yang diluar perusahaan. Pihak perusahaan tidak boleh melebihkan ataupun mengurangi apa yang ada di dalam laporan keuangan. Auditor pun harus teliti dalam pemeriksaan dan harus menegur dengan tegas pihak perusahaan yang melebihkan atau mengurangi apa yang ada di laporan keuangan. Apabila auditor dengan pendidikan dan pengalamannya menemukan kesalahan perusahaan dan membiarkan kesalahan yang dilakukan perusahaannya karena pihak perusahaan yang membayar fee audit, maka auditor mendapat ancaman dari Allah mengenai pembalasannya. Auditor harus dapat mengarahkan perusahaan kliennya agar mengikuti standar audit sehingga tidak merugikan pihak lain. Penerapan ketat oleh pemerintah terhadap batas maksimal masa penugasan auditor
selama 5 tahun harus selalu diterapkan agar menjaga
independensi auditor. Namun jika dikaji dalam Islam independensi berasal dari ketakwaan. Takwa adalah sikap menjaga dan memelihara diri untuk tidak melaksanakan
larangan Allah baik dalam keadaan tersembunyi maupun
terang-terangan sebagai salah satu cara untuk melindungi seseorang dari
165
perilaku negatif yang tidak sesuai syari‟ah, khususnya penggunaan kekayaan atau transaksi yang cenderung pada kezaliman. Sehingga bagi auditor baik bagi auditor yang masa penugasannya sudah lama atau masa penugasan yang pendek untuk bekerja mengaudit pada suatu perusahaan tetaplah bisa independensi karena auditor dalam bekerja diiringi dengan ketakwaan. Ikatan Akuntan Publik saat beberapa Kantor Akuntan Publik (KAP) dulu bisa berada dibawah afiliasi internasional yang sama, hal ini digunakan oleh perusahaan untuk mengakali aturan masa penugasan. Masa penugasan setelah lima tahun, perusahaan mengganti KAP nya namun masih berada di bawah afiliasi internasional yang sama. Sekarang satu afiliasi Internasional hanya boleh memiliki satu KAP. Sehingga bisa menjadi lebih independensi. Pemenuhan pendidikan dan pengalaman audit mutlak diperlukan dalam audit syariah dalam memenuhi integritas auditor yang diatur dalam kode etik akuntan muslim. Islam menempatkan integritas sebagai nilai tertinggi yang memadu seluruh perilakunya. Islam juga menilai perlunya kemampuan dan
kompetensi audit serta kualifikasi tertentu untuk
melaksanakan audit. Auditor yang memiliki pendidikan audit dan memiliki kompetensi syariah masih kurang di Indonesia sehingga perlu adanya peningkatan sehingga audit syariah bisa diterapkan secara utuh agar tujuan syariah bisa tercapai. 3. Pengaruh Masa Penugasan Audit, Pendidikan Auditor dan Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Audit
166
a. Hasil Uji Asumsi Klasik Responden uji coba dalam penelitian ini sebanyak 7 perusahaan di Jakarta Islamic Index (JII ) yang masuk selama 7 tahun berturut-turut, sampel yang diambil sebanyak 49 data, sehingga diketahui harga df pada taraf 5% yaitu df= N-2= 49-2=47, yaitu 1.667 Berikut hasil uji validitas instrumen penelitian pengaruh masa penugasan audit (X1), pendidikan auditor (X2) dan pengalaman auditor (X3) terhadap kualitas audit (Y) melalui aplikasi program SPSS. Analisis data dimulai dengan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik terdiri dari 5 (lima) pengujian yaitu normalitas, homogenitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. 1) Uji Normalitas Data. Pengujian normalitas data dalam penelitian menggunakan
uji
Kolmogorov – Smirnov. Pada tabel Uji Normalitas disajikan hasil uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov. Rumusan hipotesis : H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal. H1 : Data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal. Kriteria pengujian : a). Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak. b). Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka H0 diterima. Tabel 18 Hasil Uji Normalitas
167
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
49 a,,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 .21236018
Absolute
.175
Positive
.175
Negative
-.121
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
1.222 .101
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Data Sekunder yang diolah tahun 2015 Berdasarkan hasil output uji Kolmogorov- Smirnov
yang disajikan
pada tabel 18 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi Unstandardized Residual pendidikan, masa penugasan, dan pengalaman terhadap Kualitas Audit sebesar 0,101 lebih dari nilai alpha (
sehingga dapat
disimpulkan bahwa data terdistribusi normal dan layak atau memenuhi syarat uji regresi linier berganda. 2) Uji Homogenitas Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Membandingkan F hitung dengan F tabel pada tabel distribusi F, dengan:
168
a) Untuk varians dari kelompok dengan variance terbesar adalah dk pembilang n-1 b) Untuk varians dari kelompok dengan variance terkecil adalah dk penyebut n-1 c) Jika F hitung < F tabel, berarti homogen d) Jika F hitung > F tabel, berarti tidak homogen Tabel 19 Hasil Uji Homogenitas b
Model Summary
Change Statistics
Std. Error Adjusted R Model 1
R .999
R Square a
Square
.997
of the
R Square
F
Estimate
Change
Change
.997
.219
df1
.997 5048.932
df2 Sig. F Change 3
45
.000
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1 b. Dependent Variable: kualitas_audit
Sumber : data sekunder diolah 2015
Berdasarkan pengujian dengan SPSS didapatkan output uji Anova pada tabel Uji Anova dalam tabel 19 berdasarkan hasil uji Anova atau F test antara variabel pendidikan auditor, masa penugasan audit, dan pengalaman auditor terhadap Kualitas Audit nilai F hitung sebesar tingkat
probabilitas
signifikansi
sebesar 0,000
5048.932
sehingga
dengan dapat
disimpulkan bahwa model penelitian tidak homogenitas. Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada output tabel ANOVA diatas. Jika F
hitung
> F
tabel
dengan dk
pembilang k dan dk penyebut n-k-1 serta menggunakan α tertentu maka H 0 ditolak atau jika sebaliknya F
hitung
> F
tabel
maka H0 diterima. Dari hasil
169
analisis data dengan SPSS diperoleh F (sig.) sebesar 0,000 sedangkan f
tabel
hitung = 5048.932
dengan signifikansi
dengan derajat kebebasan (dk/df) untuk
pembilang = 3 dan penyebut = 45 dan α = 0,05 dari daftar tabel diperoleh = 1.667 dengan demikian F
hitung
>F
tabel
atau
5048.932
> 1.667 maka tidak ada
homogenitas. 3) Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Uji multikolinieritas dilakukan dengan melihat tolerance value atau dengan menggunakan Variance Inflation Factors (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Multikolinearitas terjadi bila nilai VIF diatas nilai 10 atau tolerance value dibawah 0,10. Multikolinearitas tidak terjadi bila nilai VIF dibawah nilai 10. 45 Hasil perhitungan uji multikolinieritas dapat 20 Uji Multikolinearitas sebagai berikut :
Tabel 20 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa
45
Santoso. Op.cit., h. 206
dilihat
pada tabel
170
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
-.791
.202
X1
1.242
.012
X2
-.085
X3
-.082
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
-3.906
.000
1.070
104.045
.000
.623
1.606
.017
-.043
-5.120
.000
.917
1.091
.007
-.118
-11.747
.000
.647
1.545
a. Dependent Variable: kualitas_audit
Berdasarkan tabel 20 dapat di ketahui Nilai Variance Inflation Factor (VIF) menunjukkan semua variabel bebas memiliki nilai VIF < 10 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas dalam model atau tidak ada korelasi antar variabel bebas. 4) Uji Heteroskedasitisitas Heteroskedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji ini agar mengetahui adanya penyimpangan dari syarat-syarat asumsi klasik pada model regresi. Untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas maka dalam penelitian ini dipergunakan grafik scatterplot. Pada lampiran gambar Scatterplot Dependent Variabel Y terlihat variabel terikatnya adalah kualitas audit yang diperlihatkan oleh titik-titik menyebar di bawah dan di atas nol serta tidak membentuk pola tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
heteroskedasitisitas
pada model regresi, sehingga layak
171
dipakai untuk memprediksi Kualitas Audit berdasarkan variabel bebas pendidikan auditor, masa penugasan audit, dan pengalaman auditor. Grafik 2 Grafik Scatterplot
Uji Autokorelasi
5) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan linier antara error serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data time series). Uji autokorelasi perlu dilakukan apabila data yang dianalisis merupakan data time series. Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan rumus uji Durbin-Watson. Rumusan hipotesis : H0 : Tidak terjadi autokorelasi di antara data pengamatan. H1 : Terjadi adanya autokorelasi di antara data pengamatan. Kriteria pengujian :
172
a) Jika nilai statistik Durbin-Watson mendekati angka 2, maka tidak memiliki autokorelasi. b) Jika nilai statistik Durbin-Watson menjauhi angka 2, maka tidak memiliki autokorelasi. Tabel 21 Uji Autokorelasi Model Summaryb Change Statistics
Std. Error
Model
R
1
.999a
R
Adjusted R
of the
R Square
Square
Square
Estimate
Change
.997
.997
.219
.997
F Change 5048.932
df1 df2 3
45
Sig. F
Durbin-
Change
Watson
.000
1.734
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1 b. Dependent Variable: kualitas_audit
Sumber : Data sekunder diolah tahun 2015
Pada uji autokorelasi dengan membandingkan nilai DW statistik dengan DW tabel dengan formula DW. Hasil analisis diperoleh DW hitung sebesar 1.734 yang kemudian dibandingkan dengan DW tabel. Adapun untuk mencari DW tabel adalah dengan mencari nilai d1 dan du dengan kriteria sebagai berikut : a) Jumlah variabel independent = 3 b) Jumlah sampel = 49 c) Tingkat keyakinan 95% dan α = 5% d1 =1.42 du = 1.67
173
Hasil pengujian tersebut nilai DW test sebesar 1.734 lebih besar dari du(1.67) dan lebih kecil dari 4- du (2.33) atau (1.67<1.734<2.33) dengan demikian dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi pada penelitian ini. b. Analisis Uji Hipotesis 1) Uji Regresi Linier Berganda Alat statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah regresi linier
berganda. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk
menggambarkan nilai dari variabel dependen yang dapat mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dan dependen. Untuk melihat pengaruh, masa penugasan audit (X1), pendidikan auditor (X2), dan pengalaman auditor (X3) terhadap kualitas audit (Y) dilakukan dengan melihat tabel koefisien dan membandingkan besarnya p-value pada kolom sig < level of significant (α) sebesar 0.05. Dilihat dari tabel 22 pada pengujian hipotesis diatas didapatkan persamaan garis linier berganda didapatkan: Y= -0.791 + 1.242
- 0, 085
- 0.082
+e
Tabel 22 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant) X1
-.791 -.085
Std. Error
Beta
t
.202 .017
-3.906 -.043
-5.120
Sig. .000 .000
174
X2
1.242
.012
1.070 104.045
X3
-.082
.007
-.118
-11.747
.000 .000
a. Dependent Variable: kualitas_audit
Sumber : Data sekunder yang diolah tahun 2015 Berdasarkan tabel 22 terdapat hubungan antara variabel, masa penugasan audit (X1), pendidikan auditor (X2) dan pengalaman auditor (X3) terhadap kualitas audit (Y), yaitu : a) Konstanta a = - 0,791 dan koefisien b1 = -0,85, koefisien b2 = 1,241, dan koefisien b3 = -0,082. Konstanta a sebesar - 0,791 menyatakan bahwa jika tidak ada nilai , masa penugasan audit (X1), pendidikan auditor (X2)dan pengalaman auditor (X3) , X=0, maka nilai kualitas audit sebesar - 0,791. b) Koefisien b1 bernilai -0,085 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan X variabel masa penugasan audit akan meningkatan kualitas audit sebesar -0,085 jika variabel lainnya tetap. Koefisien bernilai negatif berarti terjadi hubungan negatif antara masa penugasan audit dengan kualitas audit. Semakin lama masa penugasan audit maka akan menurunkan kualitas audit. c) Koefisien b2 bernilai 1,241menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan X variabel pendidikan auditor akan meningkatan kualitas audit sebesar 1,241 jika variabel lainnya tetap. Koefisien bernilai positif berarti terjadi hubungan positif antara pendidikan auditor dengan kualitas audit. Semakin tinggi pendidikan auditor maka akan meningkatkan kualitas audit. d) Koefisien b3 bernilai -0,082menyatakan bahwa setiap penambahan satu
175
satuan X variabel pengalaman auditor akan meningkatan kualitas audit sebesar -0,082 jika variabel lainnya tetap. Koefisien bernilai negatif berarti terjadi hubungan negatif antara pengalaman auditor dengan kualitas audit. Semakin lama pengalaman auditor maka akan menurunkan kualitas audit. 2) Koefisien Determinasi (R2) Uji
determinasi
dipergunakan
untuk
mengetahui
prosentase
sumbangan pengaruh variabel, masa penugasan audit (X1), pendidikan auditor (X2) dan pengalaman auditor (X3) secara bersama-sama terhadap variabel kualitas audit (Y). Uji R2 dilakukan dengan bantuan SPSS 17 yang hasilnya di Tabel 23 sebagai berikut : Tabel 23 Koefisien Determinasi Adjusted R Square Model Summaryb Model
R
1
.999a
R Square
Adjusted R Square
.997
.997
Std. Error of the Estimate .219
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1 b. Dependent Variable: kualitas_audit
Sumber : Data sekunder yang diolah tahun 2015
Berdasarkan hasil perhitungan model summary pada tabel 23 Koefisien Determinasi diperoleh besarnya adjusted R2 adalah 0,997 hal ini berarti 99,7% variasi Kualitas Audit dapat dijelas kan oleh variasi dari ketiga variabel independen yaitu masa penugasan audit, pendidikan auditor, dan pengalaman audi t or. Hal ini m enunj ukkan bahwa ti ngkat hubungan
176
masa penugasan audit, pendidikan auditor,dan pengalaman audi tor dengan kualitas audit termasuk pada kategori kuat sebesar 99,7%. Kualitas audit 99,7% dipengaruhi masa penugasan audit, pendidikan auditor, dan pengalaman auditor , sedangkan sisanya s e b e s a r 0 , 3 % dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar model. c. Analisis Uji Hipotesis (Uji t) Tabel 24 Hasil Uji t Coefficients
Model 1
a
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
Std. Error
(Constant)
-.791
.202
X1
-.085
.017
X2
1.242
X3
-.082
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
-3.906
.000
-.043
-5.120
.000
.917 1.091
.012
1.070
104.045
.000
.623 1.606
.007
-.118
-11.747
.000
.647 1.545
a. Dependent Variable: kualitas_audit
Uji T digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen terhadap kualitas audit secara parsial. 1) Hipotesis masa penugasan audit (X1) terhadap kualitas audit (Y). H0 :
Masa penugasan audit tidak berpengaruh terhadap kualitas audit
H1 :
Masa penugasan audit berpengaruh terhadap kualitas audit
Secara parsial menggunakan kriteria pengujian:
177
a) Jika
thitung > ttabel
dengan dk = n-2 dan α 0,05 maka Ho ditolak.
Sebaliknya H1 diterima. b) Jika probabilitas (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak. Sebaliknya H1 diterima. Dari hasil analisis data menggunakan SPSS 17 diperoleh thitung variabel masa penugasan sebesar -5.120 < ttabel 2,012 dan probabilitas (sig.) ternyata 0,000<0,05. Hal ini berarti Ho diterima dan
H1 ditolak atau dengan kata
lain masa penugasan audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 2) Hipotesis pendidikan auditor (X2) terhadap kualitas audit (Y). H0 :
Pendidikan auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit
H1 :
Pendidikan auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
Secara parsial menggunakan kriteria pengujian: a) Jika thitung > ttabel dengan
dk = n-2 dan α 0,05 maka Ho ditolak.
Sebaliknya H1 diterima. b) Jika probabilitas (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak. Sebaliknya H1 diterima. Hasil analisis data menggunakan SPSS 17 diperoleh thitung variabel pengalaman sebesar 104.045> ttabel 2,012 dan probabilitas (sig.) ternyata 0,000<0,05. Hal ini berarti Ho ditolak dan
H1 diterima atau dengan kata
lain pendidikan auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 3) Hipotesis pengalaman auditor (X3) terhadap kualitas audit (Y). H0 :
Pengalaman auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit
178
H1 :
Pengalaman auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
Secara parsial menggunakan kriteria pengujian: a) Jika
dengan dk = n-2 dan α 0,05 maka Ho ditolak.
thitung > ttabel
Sebaliknya H1 diterima. b) Jika probabilitas (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak. Sebaliknya H1 diterima. Hasil analisis data menggunakan SPSS 17 diperoleh thitung variabel pengalaman sebesar
-11.747 < ttabel
2,012 dan probabilitas (sig.) ternyata
0,000<0,05. Hal ini berarti Ho diterima dan H1 ditolak atau dengan kata lain pengalaman auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. d. Analisis Uji Hipotesis (Uji F) Tabel 25 Hasil Uji Simultan (F) ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
Mean Square
728.611
3
242.870
2.165
45
.048
730.776
48
Residual Total
df
F
Sig.
5048.932
.000a
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1 b. Dependent Variable: kualitas_audit
Berdasarkan pengujian dengan SPSS didapatkan output uji Anova pada tabel Uji Anova dalam tabel 25.Berdasarkan hasil uji Anova atau F test antara variabel pendidikan auditor, masa penugasan audit, dan pengalaman auditor terhadap Kualitas
Audit
nilai
F
hitung
sebesar
5048.938
179
dengan tingkat probabilitas signifikansi sebesar 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa model penelitian layak atau fit. Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada output tabel ANOVA diatas. Jika F
hitung
> F
tabel
dengan dk
pembilang k dan dk penyebut n-k-1 serta menggunakan α tertentu maka H 0 ditolak atau jika sebaliknya F
hitung
> F
analisis data dengan SPSS diperoleh F (sig.) sebesar 0,000 sedangkan f
tabel
tabel
maka H0 diterima. Dari hasil
hitung =
5048.932 dengan signifikansi
dengan derajat kebebasan (dk/df) untuk
pembilang = 3 dan penyebut = 45 dan α = 0,05 dari daftar tabel diperoleh = 1.667 dengan demikian F
hitung
> F tabel atau 5048.932 > 1.667 maka H0 ditolak
dan menerima H3 yang menyatakan bahwa ada pengaruh pendidikan auditor, masa penugasan audit, dan pengalaman auditor terhadap Kualitas Audit. Pengaruh variabel pendidikan auditor, masa penugasan audit, dan pengalaman auditor terhadap Kualitas dari uji F yang menghasilkan nilai F F
Audit secara simultan dapat dilihat hitung
>F
tabel
atau 5048.932 > 1.667
maka H0 ditolak dan menerima H1 yang menyatakan bahwa ada pengaruh pendidikan auditor, masa penugasan audit, dan pengalaman
auditor
terhadap Kualitas Audit. Keeratan pengaruh pendidikan auditor, masa penugasan audit, dan pengalaman auditor terhadap kualitas audit ditunjukkan oleh hasil koefisien determinasi pada Adjusted R-Square sebesar 0,997 atau 99,7%. Hal ini
180
menunjukkan
bahwa
tingkat
keeratan
pendidikan
auditor,
masa
penugasan audit, dan pengalaman auditor terhadap kualitas audit termasuk pada kategori kuat yaitu sebesar 99,7%. Sehingga 99,7% kualitas audit dipengaruhi pendidikan auditor, masa penugasan audit, dan pengalaman auditor serta sisanya sebesar 3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kasim & Sanusi; Kasim Nawal, Shahul Hameed Mohamad Ibrahim & Maliah Sulaiman yang menyatakan bahwa kualitas audit dipengaruhi kompetensi yang terdiri dari pendidikan (pengetahuan) dan pengalaman serta kualitas audit juga dipengaruhi kompetensi, salah satunya adalah masa penugasan audit. Komponen kualitas audit terdiri dari Cara untuk mengukur kualitas hasil pekerjaan auditor adalah melalui independensi dan kompetensi. Independen berarti bahwa auditor tidak memihak dan tidak bias terhadap informasi keuangan yang diauditnya maupun terhadap penyusun dan pemakai laporan keuangan46. Salah satau komponen independensi adalah masa penugasan yang ideal harus dilakukan. Pada masa awal penugasan, auditor akan bias terhadap informasi dari perusahaan klien karena laporan keuangan yang diperiksa pertamakalinya, belum memahami perusahaan klien. Namun indepensi bisa terkikis juga bila auditor telah lama mengaudit suatu perusahaan maka tercipta ikatan relasi yang terlalu dekat terhadap 46
Henry.Simamora, Op.cit., h. 29
181
klien. Kompetensi merupakan kemampuan auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya47. Kompetensi auditor dapat diukur dari pendidikan dan pengalaman Akuntan Publik. Pendidikan dari akuntansi membuktikan bahwa auditor memiliki kredibilitas yang baik. Kantor Akuntan Publik memiliki pendidikan akuntansi banyak bekerja sesuai standar audit sehingga berpengalaman dan kualitas auditnya baik. Pada uji hipotesis ini untuk menjawab rumusan masalah yang ke tiga. Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu Kasim & Sanusi; Kasim Nawal, Shahul Hameed Mohamad Ibrahim & Maliah Sulaiman yang menyatakan bahwa kualitas audit dipengaruhi kompetensi misalnya pendidikan auditor dan pengalaman auditor serta independensi berupa masa penugasan audit. Auditor syari'ah di JII harus dilatih
akuntansi dengan sertifikasi
khusus dalam syari'ah sebagai auditor. Hal ini untuk meningkatkan kompetensi dari auditor. Audit syariah juga hendaknya dijalankan sesuai standar audit AAOFI. Sedangkan tata kelola perusahaan di JII hendaklah dimaksimalkan agar memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan. Masa penugasan audit, pendidikan audit
dan pengalaman audit
merupakan hal yang penting dalam mengaudit. Hal ini dilakukan agar auditor
47
Abdul Halim, Auditing 1: Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan. (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2004), h. 21.
182
dapat melakukan audit yang benar sesuai aturan dan prosedur agar mencapai pengukuran secara adil , jangan dilebihkan dan jangan dikurangi agar tidak merugikan orang lain sesuai Al-Qur‟an Surat Asy Syuara (26) ayat 181-184 :
Artinya: Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu".48 Allah memerintahkan agar penduduk al-Aikah menyempurnakan takaran dan timbangan seraya melarang mereka untuk berlaku curang. Dalam firman Allah : “Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orangorang yang merugikan dan timbanglah dengan timbangan yang lurus”. Maksudnya, apabila kamu sekalian memberikan barang yang dijual kepada orang lain, maka sempurnakanlah ukuran takarannya. Janganlah sekali-kali kalian mengurangi takaran hingga memberikan kepada mereka takaran yang menyusut49. Hendaklah kalian mengambil sesuai dengan ukuran yang kalian ambil. Hendaklah kalian mengambil sesuai dengan
48 49
617
Departemen Agama, Op.cit., h. 374 Tim Ahli Tafsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6, (Jakarta: Pustaka Ibnu katsir, 2006), h.
183
ukuran yang kalian terima dan memberi sesuai dengan ukuran yang kalian ambil. Jangan pula membuat kerusakan di bumi dengan menjadi pembegal. Firman Allah : “Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang terdahulu”.
Pada ayat ini Nabi
Syu‟aib menakut-nakuti mereka dengan siksa Allaha, Rabb yang menciptakan mereka dan menciptakan nenek moyang mereka terdahulu. Auditor bekerja dengan semakin lama masa penugasan, semakin tinggi pendidikan dan semakin lama pengalamannya akan mempengaruhi kualitas audit semakin baik. Dengan kualitas audit yang baik maka auditor berlaku adil tanpa berat sebelah. Laporan keuangan yang memiliki kualitas audit yang baik akan bermanfaat bagi pihak perusahaan dan pihak di luar perusahaan. Pihak luar yang berkepentingan dengan laporan keuangan akan sangat mempercayai laporan keuangan yang disertai laporan auditor yang wajar. Sehingga pihak luar akan berdampak merugi apabila auditor menutupi kecurangan perusahaan. Sehingga menjadi suatu kewajiban agar auditor bekerja mengharap ridha Allah, bersikap jujur, dan adil agar menguntungkan pihak perusahaan dan pihak pengguna laporan keuangan. D. Prespektif Audit syari’ah 1. Hisbah & Akuntabilitas Pertanggungjawaban atas pengelolaan suatu institusi diwujudkan dalam bentuk akuntabilitas, dan disampaikan dengan pengungkapan (disclosure), sehingga akan terlihat apakah institusi tersebut dikelola sesuai dengan aturan
184
yang mengikatnya atau tidak, baik aturan dari pemerintah maupun aturan yang berasal dari syariah Islam. Haniffa dan Hudaib serta Kasri berpendapat bagi muslim, makna akuntabilitas tidak hanya sekedar memenuhi kontrak dengan pihak terkait, namun terdapat hubungan kontrak dengan Tuhan, sehingga pelaporan harus memenuhi aturan syariah Islam. Oleh karena itu, pelaporan juga harus disesuaikan dengan tujuan dan kewajiban institusi Islam. Menurut Chapra sesuai dengan tujuan syariah (Maqasid al-syariah), institusi Islam (termasuk
bank Islam) tidak hanya merupakan institusi yang mengejar
keuntungan semata, tetapi harus memperhatikan sosial ekonomi, lingkungan alam, dan nilai-nilai Islam lainnya.50 Pembahasan mengenai muhasabah terdapat pada Al Qur‟an surat Al Baqarah ayat 202 :
Artinya: Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.51 Kata (
) yaitu orang- orang yang berdoa dan kemudian berusaha untuk
meraih apa yang didoakannya. Nashib52 yang mereka dapatkan setelah berdoa dan berusaha baik berupa niat, ucapan, ataupun perbuatan. Dan Allah sangat cepat perhitungannya maksudnya kemudian Allah akan perhitungan terhadap apa yang telah mereka usahakan. Perhitungan Allah sangat cepat namun tidak keliru, tidak mengurangi kebaikan, dan tidak melebihkan kesalahan mereka, serta adil dan 50
Evony Silvino Violita, Fungsi Mediasi Institutional Budaya Terhadap Hubungan NilaiNilai Budaya dan tingkat Pengungkapan Nilai-Nilai islam Pada Laporan Yahunan Bank Islam : Studi Lintas Negara, Jurnal & Prosiding Simposium Nasional Akuntansi, Vol.17, 2014, h. 1 51 Departement Agama, Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung: CV Diponegoro, 2004), h.25 52 Kata Nashib dari kata nashaba yang pada mulanya berarti menegakkan sesuatu sehingga nyata dan nampak. Nashib memiliki arti bagian tertentu yang telah ditegakkan sehingga menjadi nyata dan jelas dan tidak dapat dielakkan.
185
bijaksana. Allah SWT menghitung seluruh amal perbuatan manusia hanya dalam tempo setengah hari didunia. Bahkan ada yang meriwayatkan hal itu diselesaikan Allah dengan sekejap mata. Para ahli fiqh menganggap bahwa istilah muhasabah sama artinya dengan catatan keuangan53. Al Qalqasyandi sebagaimana dikutip oleh Muhammad alMusahamah dan Nur Ghofar Isma‟il mengatakan dalam buku Shubhu al-A‟sya bahwa lafal kitabul insya‟ (penulis keuangan) dan kitabul amwal (menulis atau mencatat keuangan. Pengertian pertama adalah menyusun kalimat dan urutanurutan makna, yang dimaksud pengertian kedua adalah penulisan pemasukan uang dan mengeluarkan serta semua proses lain yang semakna. Menurut Imam AlGhazali yang dimaksud dengan muhasabah adalah intropeksi individual atau perhitungan berikut balasannya. Lebih lanjut al-Ghazali mengatakan muhasabah berarti evaluasi modal pokok, merinci serta mengukur laba dan rugi54. 2. Akuntansi syariah & Auditing syariah Akuntansi syariah erat kaitannya dengan audit syariah. Concern akuntansi syariah mendorong manusia untuk kembali ke Tuhan55. Akuntansi syariah adalah stimulan yang digunakan untuk menggiring manusia pada ketundukan, kepasrahan, dan penyatuan pada Tuhan. Hasil dari akuntansi syariah berupa laporan keuangan di periksa oleh auditor yang kemudian dilaporkan melalui 53
Muhammad al-Musahamah dan Nur Ghofar Isma‟il, Akuntansi Syari’ah: Analisis Pendapat Muhammad al-Musahamah tentang Ayat-ayat Akuntansi dalam Al-Qur’an, (Yogyakarta, alMusahamah:2005), h.79. 54 Ibid. 55 Iwan Triwuyono, Akuntansi Syariah: Prespektif Metodologi, dan Teori, ( Jakarta, Raja Grafindo Persada: 2006), h. 12
186
laporan auditor apakah laporan keuangan bersifat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), sehingga diperlukan proses audit syariah setelah akuntansi syariah agar laporan keuangan perusahaan dapat dipercaya dan dipergunakan oleh pemakai laporan keuangan. Dimana dalam syariah terdapat value-added statement (Laporan Nilai Tambah), dimana laporan ini dipergunakan oleh pihak yang berhak
menerima pendistribusian nilai tambah menurut Slamet yaitu 56: a. Pihak yang terkait langsung dengan bisnis perusahaan (Direct stakeholders) yang terdiri dari: pemegang saham, manajemen, karyawan, kreditur, pemasok, pemerintah, dan lain-lainnya. b. Pihak yang tidak terkait langsung dengan
bisnis perusahaan (Indirect
stakeholders) yang terdiri dari: masyarakat mustahiq (penerima zakat, infaq, dan shadaqah) dan lingkungan alam. Pada prinsipnya keuangan syariah didasarkan pada prinsip haramnya riba dan bunga. Hal ini berdasar dari Al- Qur‟an seperti dalam Surah Al-Baqarah ayat 275 :
Artinya : Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) 56
Triwuyono, h. 354
187
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya57.” Ulama masa kini berpendapat bunga hanyalah salah satu dari bentuk riba nasiah yang dilarang. Sehingga perlu dipikirkan bagaimana mendirikan lembaga keuangan yang dioperasikan bukan pada bunga. Keuangan syariah beroperasi dengan menggunakan akad-akad muamalah yang menjadi bab utama dalam fikih Islam58. Pentingnya pengaturan
dan pengawasan yang bersifat dinamis seiring
dengan kompleksitas transaksi,operasional, dan penggunaan teknologi yang selalu menyertai kinerja lembaga keuangan syariah. Prinsip-prinsip dasar tersebut dapat mendorong para pengawas dan auditor agar lebih memperhatikan persoalanpersoalan yang berhubungan dengan upaya peningkatan tata kelola Lembaga Keuangan Syariah (LKS), sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan stabilitas sistem keuangan. Sehingga diperlukan kontrol internal dan audit eksternal yang diperlukan untuk memastikan kejujuran dan akurasi laporan. Pakar ekonomi, perbankan, dan manajemen syariah untuk memberikan kontribusi ilmiah dalam menyisiati bagaimana lembaga keuangan syariah tidak hanya bersyariah dalam produk dan jasa serta pelayanan, tetapi bersyariah pula 57
Departement Agama, Op.cit., h. 36 M. Umer Chapra & Tariqullah Khan, Regulasi & Pengawasan Bank Syariah, (Jakarta, Bumu Aksara: 2008), h. ix 58
188
dalam kepemimpinan, keteladanan, dan spiritualisme Islam yang lebih baik. Lembaga keuangan syariah dituntut untuk mendatangkan keuntungan bagi nasabah, pemegang saham, dan lain-lainnya. Hal uyang penting juga Lembaga keuangan syariah
harus mencerminkan kepemimpinan Islam yang adil,
transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan (accountable). Bidang akuntansi melahirkan profesi akuntan. Akuntan lahir karena anggapan bahwa penyajian laporan keuangan yaitu manajemen dianggap tidak akan berlaku adil dan objektif dalam melaporkan hasil prestasinya. Sehingga diperlukan pihak penyaksi independen yang menilai seberapa jauh laporan yang disusun manajemen sesuai dengan standar keuangan yang ada59.
3. Audit Syariah Kegagalan dari manajemen risiko dan sistem pengawasan internal sebagai pemicu utama terjadinya krisis keuangan . Sistem audit eksternal dan pengawasan internal harus saling menguatkan untuk mendukung ketangguhan operasional60. Audit eksternal dapat membantu menjadikan sistem kontrol internal lebih dinamis, efektif, dan dapat dipercaya dengan cara sebagai berikut 61: a. Audit internal memberikan penilaian dan verifikasi terhadap integritas sistem kontrol internal. 59
Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta, Bumi Aksara: 2004), h. 146 M. Umer Chapra & Tariqullah Khan, Ibid., h. 73 61 Ibid. h. 75 60
189
b. Audit eksternal bertindak lebih obyektif karena berada di luar dan relatif lebih independen terhadap manajemen organisasi. c. Audit eksternal memeriksa ulang semua informasi penting dari manajemen yang ditunjukan kepada pihak luar, baik individu, organisasi maupun masyarakat umum. d. Audit ekternal memastikan kepatuhan terhadap standar internasional, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam persaingan dan mekanisme pasar. Upaya memenuhi standar good corporate governance pasar modal dalam aspek akuntabilitas dan transparansi62, sehingga
diperlukan pedoman audit
syariah mengacu pada aturan sebagai berikut: a. Undang Undang Pasar Modal Syariah b. Fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). c. Pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia d. Prinsip-prinsip syariah dalam Syari’a Standars (Ma‟ayir Syar‟iyah) yang diterbitkan oleh Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Intitutions (AAOIFI). e. Pedoman Umum dalam Accounting, Auditing and Governance Standar for Islamic Financial Institutions yang diterbitkan oleh Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Intitutions (AAOIFI).
62
2011), h.3
Muhamad, Audit & Pengawasan Syariah Pada Bank Syariah, (Yogyakarta, UII Press:
190
f. Pedoman Standar Akuntansi Keuangan dan Pedoman Akuntansi yang berlaku secara umum. g. Ketentuan umun yang dikeluarkan instansi terkait dan Undang-undang yang berlaku secara umum. h. Berbagai buku literatur yang terkait dengan pengawasan syariah pada lembaga keuangan khususnya pasar modal syariah. Kewajiban tabayyun dalam audit syari‟ah itu mutlak diperlukan. Dalam syar i‟ah yang diinginkan adalah kebenaran pencatatan, kejujuran, kebenaran informasi, dan keadilan63. Fungsi auditing sebenarnya sama dengan fungsi persaksian. Seorang auditor adalah seorang saksi yang menyaksikan apakah informasi yang disajikan oleh pelaku muamalah itu disajikan dengan benar atau tidak, seperti yang terkandung dalam surat Al Baqarah ayat 282. Professi auditor adalah menegakkan kebenaran dan keadilan termasuk menyediakan informasi yang benar dan adil sehingga tidak ada satu pihak pun yang merasa dizalimi64. Auditor merupakan pihak ketiga antara pemberi amanah (principal) dan penerima amanah (agent).”Allah bersama orang yang berserikat sepanjang mereka tidak melakukan kecurangan” (Al hadis). Pertanggungjawaban auditor adalah terhadap pemberi amanah, masyarakat, professi, dan juga kepada Allah SWT. 4. Perbedaan Audit Syariah dan Audit Konvensional
63 64
Sofyan. Op.cit., h. 24. Ibid., h. 28
191
Audit syariah dan audit konvensional dalam melakukan pemeriksaan atas kebenaran dan kewajaran investasi perusahaan mempunyai dasar-dasar dokumentasi notarial yang sesuai dasar hukum yang disepakati. Namun dalam auditor syariah seperti yang ditegaskan dalam Al Baqarah ayat 282 menekankana ke hal-hal yang bersifat mu‟amalah. Mu‟amalah yang dimaksud adalah yang memperhatikan halalan dan thayyiban secara syari‟ah yang diatur dalam ayat-ayat surat-surat lainnya. Sehingga audit syariah cangkupannya lebih luas dari audit konvensional yang lebih banyak menilai kebenaran dan kewajaran berdasar dokumentasi notarial dengan dasar hukum setempat. Sementara audit syari‟ah menilai keabsahan legal suatu aktivitas dan atau target investasi berdasar dokumentasi notarial dengan dasar hukum universal AlQur‟an, Hadis Rasulullah Muhammad SAW dan Fiqh Islam yang disesuaikan dasar hukum setempat yang tidak bertentangan dengan dasar hukum universal Islam. Tabel 26 Perbandingan audit konvensional dan audit Syari’ah65 Topik Pengertian
65
Audit Konvensional Pemeriksaan kritis yang dilakukan oleh auditor dalam hal laporan keuangan yang disiapkan oleh pihak ketiga.
Audit Islam Perhitungan, pemeriksaan dan pemantauan pekerjaan dan praktek individu baik sehubungan dengan pekerjaannya untuk memastikan bahwa itu adalah baik lengkap dan benar dan selanjutnya untuk dipertanggung jawabkan kepada Allah SWT.
Helal dkk. An Overview on the Basics of Islamic Audit. European Journal of Business and Management, Vol.5, No.28, International Islamic University Chittagong. Bangladesh. 2013, h. 3
192
Kualifikasi Auditor Eksternal Tanggung jawab Auditor
Peraturan Orientasi Dasar Pelaporan Periode Akuntansi
Auditor Eksternal memahami akuntansi dan moral.
Muhtasib (auditor) memahami akuntansi dan Syari‟ah.
Auditor bertanggung jawab pada pemilik organisasi. Dia tidak memiliki kewajiban terhadap kreditur atau pemodal bisnis. Tidak ada kewajiban untuk melihat apakah uang peminjam aman dan dimanfaatkan hati-hati. Hal ini diatur oleh Auditing dan konsep dan prinsip akuntansi.
Auditor harus bertanggung jawab untuk pemodal, menilai praktek manajemen, dan kepatuhan syariah.
Berpedoman Al-Qur'an, Sunnah dan syari‟ah.
Perusahaan atau individu Masyarakat atau komunitas Ekonomi rasional Allah Penyediaan pengungkapan informasi Pengungkapan informasi terbatas Pengungkapan memenuhi permintaan terbatas pada kepentingan umum dan informasi sesuai dengan shari‟ah tunduk pada kepentingan umum. kewajaran laporan. Pengukuran kinerja berkala atau Satu tahun untuk perhitungan Zakat. per periode.
Akuntabili tas
Akuntabilitas pribadi berfokus pada individu yang mengontrol sumber daya.
Akuntabilitas publik berfokus pada masyarakat dan meningkatkan iman bagi yang berkepentingan di perusahaan
Laporan
Laporan hanya transaksi ekonomi dan peristiwa.
Laporan sosial-ekonomi, agama , peristiwa dan transaksi.
Sumber : Helal dkk. International Islamic University Chittagong.Bangladesh.Th. 2013
Dari keterangan tabel 26 menjelaskan bahwa ruang lingkup audit syari'at lebih luas dibandingkan audit konvensional. Hal ini sejalan dengan penelitian Yacoob di Brunei66 dan penelitian Khan67 serta Yahya dan Mahzan68. Sehingga Auditor harus memiliki pengetahuan audit dan syari‟ah.69 Auditor syari'ah bertanggung jawab untuk memastikan bahwa LKS mengikuti semua pedoman dan prinsip-prinsip syari'ah, jika tidak, mereka telah 66
Yaacob & Donglah, Op.cit., h. 19 Kasim & Sanusi, “Emerging issues for auditing in Islamic Financial Institutions: Empirical evidence from Malaysia.” IOSR Journal of Business and Management. Universiti Teknologi MARA, Malaysia.Volume 8, Issue 5 (Mar. - Apr. 2013), h. 1 68 Othman dkk, “Shariah Audit: Evidence & Methodology in Islamic Finance.” This paper is funded by the BNP Paribas INCEIF Centre for Islamic Wealth Management (CIWM), (2014), h. 5 69 Helal dkk, Op.cit., h.2 67
193
melakukan Zulm (Ketidakadilan) untuk ummat yang telah mempercayakan mereka untuk mengaudit dan memastikan LKS mematuhi syari‟ah .70 Auditor syariah harus memiliki pengetahuan dan independen untuk melaksanakan audit.71 5. Tanggungjawab Akuntan di Pasar Modal Peran akuntan yang terdaftar di Bapepam-LK diharapkan menjadi gate keeper atau guardian angel dalam melindungi kepentingan publik dengan menghasilkan opini yang berkualitas atas laporan keuangan. Akuntan yang terdaftar di Bapepam-LK mempunyai tanggungjawab untuk turut menjaga kualitas informasi di Pasar Modal melalui pemberian opini yang berkualitas dan independen atas laporan keuangan. Bidang jasa Akuntan di Pasar Modal adalah: perikatan atestasi; dan perikatan non-atestasi. Setiap Kantor Akuntan Publik memiliki Pengendalian Mutu dimana Akuntan wajib mengikuti dan menerapkan Pengendalian Mutu dimaksud pada setiap penerimaan penugasan. Pengendalian mutu merupakan cerminan KAP yang berkualitas yang menghasilkan informasi yang berkualitas. Pedoman Pengendalian Mutu dari KAP tersebut sekurang-kurangnya mencakup72 :
a. b. c. d.
Pedoman penerimaan dan penolakan klien Kepastian mutu dan kebijakan etika Pedoman manajemen risiko Pengendalian mutu penugasan 70
Helal. Op.cit., h.5 Nawal & Zulaida. Op.cit ., h. 7 72 http://www.bapepam.go.id/webakuntan/index.htm 13 januari 2014 jam 9.58 71
194
e. Pedoman independensi f. Prosedur penugasan dan g. Penelaahan mutu
6. Masa Penugasan Auditor Muhtasib bekerja di lembaga hisbah yang memiliki pengetahuan dalam syari'at dan juga di bidang akuntansi, keuangan dan bisnis yang dibayar oleh negara dan ini benar-benar meningkatkan kemandirian mereka. Mereka tidak hanya Independen dalam penampilan tetapi juga independen sebenarnya73. Perlunya independensi bagi auditor74. Rotasi auditor diperlukan unt uk mengatasi keakraban dengan klien sehingga tidak independen. Tentu saja rotasi auditor juga dapat membawa kerugian seperti kehilangan keakraban auditor dan keahlian dalam industri klien dan bisnis, dampak negatif biaya dan kualitas audit, dan pembatasan rotasi disebabkan oleh sejumlah mitra perusahaan audit dengan tertentu pengetahuan industri spesialis75. Ada beberapa studi empiris telah menemukan bahwa di mana rotasi perusahaan audit tidak wajib, tenor pemeriksaan jangka pendek yang terkait dengan pelaporan keuangan berkualitas rendah sedangkan perikatan audit jangka panjang tidak muncul untuk menghasilkan penurunan kualitas pelaporan keuangan atau tayangan yang merugikan dari perusahaan audit independen kalangan non 73
Helal dkk. Op.cit., h.1 Kasim, Ibrahim, Sulaiman, Op.cit., h. 1 75 Hussain, Op.cit., h. 15 74
195
investor -Profesional, dan benar-benar memfasilitasi auditor yang lebih baik membatasi manajemen ekstrim keputusan pelaporan keuangan76. 7. Pendidikan Auditor Auditor syariah harus memiliki kedua kualifikasi di bidang akuntansi dan syariah77, dimana hasil ini konsisten dengan temuan oleh Yaacob dan Donglah.78 Kenyatannya auditor dengan pengetahuan akuntansi cenderung tidak memiliki pengetahuan syari'ah dan sebaliknya. Masalah ini telah diperdebatkan sejak awal pembentukan keuangan Islam modern di tahun 1970-an. Rahman dan Sulaiman sebagaimana yang dikutip oleh Helal dkk. mengungkapkan idealnya auditor syariah harus memiliki pengetahuan yang baik di bidang akuntansi dan juga dalam syari'ah untuk dapat memahami dan mengaudit Lembaga Keuangan Syari‟ah.79. Praktisi audit syariah kurang memahami akuntansi dan syariah sekaligus, secara tidak langsung dapat merusak pertumbuhan audit syariah 80. Hal ini merupakan kegagalan dalam menentukan visi dan misi Islam di LKS. Hasil ini konsisten dengan Kasim et.al., karena auditor syariah kekurangan orang-orang yang memiliki
kualifikasi syariah dan akuntansi secara bersamaan. Yaacob
sepakat bahwa kurangnya syariah dan akuntansi dari auditor syariah. Menurut PwC , fungsi audit syariah yang akan dilakukan oleh auditor internal yang memiliki pengetahuan syariah. Menurut Khan sebagaimana dikutip oleh Helal 76
Ibid. Zurida. Op.cit., h. 15 78 Yaacob dan Donglah, Op.cit., 2012 79 Helal dkk.. Op.cit., h.5 80 Nawal& Zuraidah. Op.cit., h. 8 77
196
dkk., pemahaman yang baik dalam syari'ah, Islam fiqh, akuntansi, keuangan, audit dan bisnis harus memungkinkan auditor syari'at untuk melakukan lebih baik dan bisa membantu LKS meningkatkan dan mematuhi shari ' ah81. Berkaitan dengan kualifikasi auditor syariah, temuan menunjukkan bahwa ada perbedaan antara yang diinginkan dan kualifikasi yang sebenarnya auditor syariah sebagai proporsi responden yang memenuhi syarat baik syariah dan akuntansi hanya 5,9% dibandingkan dengan responden yang berlatih syariah audit di LKS di Malaysia (69%). Ini merupakan indikasi bahwa auditor kurang keahliannya di bidang akuntansi dan syari‟ah secara bersamaan, padahal mereka menentukan visi dan misi Islam dalam LKS.82 Beckford sebagaimana dikutip oleh Hussain dkk. mengungkapkan lebih dari 55 perguruan tinggi dan lembaga profesional yang menawarkan pendidikan di bidang keuangan Islam di Inggris tetapi hanya sedikit lembaga tersebut di Pakistan83. Kasim et.al., menyatakan bahwa, "kurangnya keahlian, spesifikasi dan definisi tentang ruang lingkup praktek audit syari'at menimbulkan masalah yang menyebabkan kesenjangan yang ada antara 'diinginkan' dan 'yang sebenarnya'". Auditor syariah harus memiliki pengetahuan yang memadai, kompetensi dan independen untuk melaksanakan audit. Mereka harus telah dilatih di bidang
81
Helal dkk.. Op.cit., h.5 Nawal dkk.. Op.cit. , h. 1 83 Hussain dkk., h. 10 82
197
akuntansi dan keuangan dan audit serta syari'ah dan fiqh.84 Pentingnya pengembangan sumber daya manusia dari perspektif pendidikan untuk memenuhi kebutuhan auditor syariah di Bank Islam di Malaysia.85 Menurut Standar Auditing AAOIFI tahun 2010, auditor harus memiliki pengetahuan tentang aturan syariat Islam dan prinsip-prinsip. Namun, auditor tingkat pengetahuan syari‟ahnya dibawah
anggota dewan pengawas syari‟ah.
Fatwa, putusan dan bimbingan yang dikeluarkan oleh Dewan Pengawas Syari‟ah (DPS) merupakan dasar auditor mempertimbangkan apakah LKS telah memenuhi aturan syari‟ah dan prinsip-prinsip. Auditor juga harus menggunakan ini sebagai dasar untuk menyimpulkan apakah laporan keuangan LKS telah disusun sesuai dengan aturan syariat Islam dan prinsip-prinsip ". Kasim et.al., dalam Yacob dan Donglah menyebutkan bahwa masih kurangnya orang-orang yang memiliki kedua kualifikasi syari'ah dan akuntansi. Hal ini disetujui oleh Rammal dan Parker (2010) yang berpendapat bahwa "dalam rangka untuk memenuhi persyaratan dari Bank Negara Pakistan, auditor harus dilatih dalam pendidikan agama (Dars-e Nizami kurikulum yang ditawarkan oleh madrasah). Hal ini karena mereka yang belajar di pendidikan agama, mungkin tidak berpengalaman di bidang perbankan dan pengetahuan keuangan, sehingga mereka membutuhkan waktu pelatihan tambahan".86
84
Yacob & Donglah.Op.cit., h 6 Zurida dkk..Op.cit., h.2. 86 Yacoob dan Donglah.Op.cit., h. 4 85
198
Auditor syari'ah harus dilatih dalam akuntansi dengan sertifikasi khusus dalam syari'ah sebagai auditor tidak memerlukan tingkat tinggi pengetahuan dalam syari'at sebagai pengawas syari'ah miliki.87Pemahaman mendalam tentang bagaimana audit syari'at sangat penting. Hal ini untuk memastikan keberlanjutan lembaga keuangan syariah dalam jangka panjang, berjalan dalam kerangka syari'at dan mencapai maqasid al syari'ah.88 Pihak Universitas harus terus meningkatkan kesiapan dan kemampuan sistem pendidikan untuk mempersiapkan sumber daya manusia terhadap pelaksanaan audit syariah di Bank Syari‟ah di Malaysia.89 Hood dan Bucheery menunjukkan bahwa auditor eksternal enggan untuk melakukan tanggung jawab untuk memastikan kepatuhan syariah terutama karena kurangnya keahlian.90
8. Pengalaman audit Kualifikasi dan pengalaman persyaratan minimum menyatakan bahwa pengawas syari‟ah harus memiliki minimal lima tahun pengalaman dalam memberikan fatwa, dan harus memiliki pengetahuan atau 'at-setidaknya akrab dengan' industri perbankan. Kualifikasi pendidikan minimum yang ditentukan oleh Bank Negara Pakistan adalah Dars-e-Nizami (silabus dasar yang diikuti oleh
87
Ibid., h 19 Yacob & Donglah. Op.cit., h. 7 89 Zurida dkk. Op.cit. h. 3 90 Nawal Kasim, Zuraidah Mohd Sanusi .Emerging issues for auditing in Islamic Financial Institutions: Empirical evidence from Malaysia. IOSR Journal of Business and Management (IOSRJBM), e-ISSN: 2278-487X.Volume 8, Issue 5 (Mar. - Apr. 2013), PP 10-17. H. 10. 88
199
mayoritas sekolah-sekolah agama Islam di Asia Selatan). Kualifikasi pendidikan lainnya seperti Master of Arts dalam Islam studi, perbankan, ekonomi dan keuangan yang merupakan kualifikasi tambahan tetapi tidak wajib untuk penunjukan pengawas syariah (State Bank of Pakistan, 2004).91 Adanya keterbatasan penasihat syariah sehingga penasihat bekerja lebih dari satu organisasi, sehingga tidak independensi.Masalah ini terkait langsung dengan jumlah waktu yang diperlukan untuk melatih syariah penasihat dan indikasi bahwa kekurangan ini akan dirasakan selama beberapa tahun yang akan datang92. Prespektif audit syariah pada penerapan audit di Jakarta Islamic Index (JII) untuk menjawab rumusan masalah yang keempat. Kesimpulan yang diperoleh bahwa pada audit syariah belum diterapkan secara optimal di Jakarta Islamic Index (JII). Hal ini disebabkan oleh kurangnya kerangka konseptual audit syariah di Indonesia, khususnya di JII. Pada perusahaan yang terdaftar di JII masih menerapkan laporan auditor berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Standar Auditing berdasarkan AOIFI belum diterapkan di JII. Kendala yang terjadi pada auditor di JII masih kurangnya auditor yang memahami audit sekaligus paham syariah. Dan belum adanya aturan bahwa auditor mesti mengikuti pelatihan pasar modal syariah, aturan yang ada baru
91 92
Hussain dkk. Op.cit., h. 9 Ibid., h. 18
200
pada auditor yang mengaudit perbankan syariah wajib mengikuti pelatihan perbankan syariah.