BAB IV KESIMPULAN Cerpen Tomochan no Shiawase karya Yoshimoto Banana dianalisis menggunakan teori struktural dan teori kognitif sosial Albert Bandura mengenai efikasi diri. Teori struktural digunakan untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik cerpen seperti tema, penokohan, latar, dan hubungan keterkaitan antar unsur. Sedangkan, teori kognitif sosial Albert Bandura mengenai self-efficacy digunakan untuk mengetahui bentuk dan penyebab rendahnya kepercayaan diri pada tokoh Tomo. Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Tema yang terdapat cerpen ini terdiri dari tema mayor dan tema minor. Tema mayor atau tema utama dalam cerpen ini adalah kebahagiaan dan kesedihan dalam hidup. Sedangkan tema minor atau tema tambahan yang terdapat dalam cerpen adalah pengkhianatan, kepergian dan kehilangan seseorang yang dicintai, dan kehilangan semangat. Analisis latar meliputi latar tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat yang digunakan untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa dalam cerpen antara lain, kantin kantor, tepi sungai, dan rumah sakit. Kantin kantor adalah tempat di mana Tomo pertama kali bertemu dengan Misawa, kemudian merupakan tempat memperhatikan Misawa saat makan siang selama 5 tahun, dan menjadi tempat
75
76
berkenalan antara Tomo dan Misawa. Tepi sungai adalah tempat di mana Tomo diperkosa oleh temannya dan tempat ketika Tomo menyendiri saat hatinya sedih karena teringat oleh kenangan-kenangan buruk masa lalu. Latar rumah sakit digunakan ketika menggambarkan kekecewaan Ibu dan Tomo saat menyaksikan kemesraan ayah dan sekretaris. Di rumah sakit ini, Tomo dan ibunya merasa terombang-ambing dan tidak memiliki tempat tujuan. Rasa sakit yang dirasakan Tomo saat berada di rumah sakit tersebut terus terbayang hingga Tomo tumbuh dewasa. Latar rumah sakit juga digunakan saat menggambarkan kematian ibu Tomo. Latar waktu yang terdapat dalam cerpen ini adalah siang, malam, dan musim semi. Musim semi digunakan untuk menggambarkan peristiwa awal mula Tomo menjadi dekat dengan Misawa. Latar siang hari digunakan pengarang ketika menceritakan proses Tomo memperhatikan Misawa saat makan siang. Latar malam hari yang kelam dipilih untuk lebih menegaskan suasana duka yang dialami Tomo. Sedangkan latar sosial yang dapat diketahui dari cerpen Tomochan no Shiawase adalah tentang etos kerja bangsa Jepang yang sangat tinggi. Hasil dari analisis tokoh dan penokohan yaitu tokoh utama dalam cerpen adalah Tomo, sedangkan tokoh tambahan terdiri dari Misawa, ibu, ayah, dan sekretaris. Berdasarkan analisis strukturalisme terhadap ketiga unsur di atas, dapat disimpulkan bahwa keseluruhan unsur-unsur tersebut membentuk sebuah kepaduan. Unsur tema dan latar memiliki hubungan yang erat. Pengaruh tema bersifat tidak langsung, tetapi melalui penggambaran tokoh-tokoh dalam cerpen. Latar yang
77
terdapat dalam cerpen ini dapat mempengaruhi perilaku tokoh, kemudian dari perilaku tersebut dapat ditafsirkan temanya. Pengarang sering menggunakan latar rumah sakit ketika menggambarkan suatu peristiwa, yang mana rumah sakit yang dingin dan halaman rumah sakit yang gelap gulita ketika malam dapat memberikan kesan yang nyata dan jelas mengenai kesedihan yang dialami tokoh. Hubungan antara tema dan tokoh dalam cerpen Tomochan no Shiawase sangat erat. Perilaku tokoh Tomo yang kurang percaya diri dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masa lalunya memunculkan tema kesedihan dan kebahagiaan dalam hidup. Unsur tema juga mempengaruhi judul. Judul yang digunakan dalam cerpen ini sangat dipengaruhi oleh tema yang diangkat oleh pengarang yaitu kebahagiaan dan kesedihan Tomo. Tokoh Tomo digambarkan sebagai orang yang sering mengalami kejadian-kejadian buruk yang menyedihkan dan membuatnya menjadi seorang pribadi yang berkeyakinan diri rendah. Hingga pada suatu hari setelah kematian ibunya, Tomo menemukan kebahagiaan yang selama ini dicarinya, yaitu sebuah kebahagiaan sederhana berupa ketenangan jiwa. Hasil analisis berdasarkan teori kognitif sosial mengenai self-efficacy adalah sebagai berikut. Dalam cerpen ini, bentuk rendahnya efikasi diri pada tokoh Tomo ditunjukkan melalui tingkah laku seperti tidak berani bertindak dan pasif, tidak yakin dengan masa depan, dan meragukan kekuatan Tuhan. Menurut teori kognitif sosial Albert Bandura, sikap kurang percaya diri pada tokoh Tomo disebabkan oleh self-
78
efficacy yang rendah (low self-efficacy). Sikap ini dihasilkan oleh self-efficacy yang rendah bertemu dengan lingkungan yang tidak responsif. Efikasi diri seorang individu didapatkan, dikembangkan, atau diturunkan melalui satu atau beberapa dari empat sumber berikut, yaitu pengalaman-pengalaman tentang penguasaan, pemodelan sosial, persuasi sosial, serta keadaan emosi. Dalam cerpen ini, efikasi diri yang rendah pada tokoh Tomo disebabkan oleh pengalaman-pengalaman tentang penguasaan, pemodelan sosial, dan keadaan emosi. Pengalaman tentang kegagalan menjalin hubungan dengan lawan jenis sebanyak dua kali membuat Tomo memahami betul pahitnya sebuah kegagalan. Kegagalan yang pernah dirasakan Tomo untuk membina hubungan yang baik dengan mantan pacarnya membuat self-efficacy Tomo menjadi rendah. Sehingga ketika dia akan menjalin hubungan lagi, dirinya merasa pesimis akan kelancaran hubungan tersebut. Selain itu, sifat kurang percaya diri tokoh Tomo juga merupakan hasil dari pemodelan sosial yang disediakan orang lain untuknya. Dalam kasus Tomo, orang tua dan Sekretaris Ayah berperan sebagai model, dan Tomo sebagai pengamat. Pengalaman kegagalan yang disediakan oleh orang tuanya, yang tidak lain merupakan orang yang memilki pengaruh kuat dalam perkembangan pribadinya, membuat kepercayaan diri Tomo terhadap kemampuan dirinya untuk berhasil dalam pernikahannya sendiri menjadi rendah. Rendahnya efikasi diri tokoh Tomo didukung oleh keadaan emosinya yang kuat. Tokoh Tomo sering membuat dirinya merasakan emosi dengan gelombang rendah, yang tanpa disadari, emosi tersebut seperti sudah
79
menjadi hal yang biasa ada dalam kesehariannya. Bahkan emosi negatif tersebut secara tidak sadar sangat berpengaruh bagi Tomo dalam menyikapi masalah-masalah yang ada dalam hidup, misalnya ketika Tomo merasakan kebingungan atas masa depan hubungan percintaannya.
Pengalaman-pengalaman tentang kegagalan,
pemodelan tentang kegagalan pernikahan yang disediakan orang tua, dan diri yang sering merasakan emosi negatif, saling mempengaruhi dan menyebabkan efikasi diri atau kepercayaan akan kemampuan diri Tomo menjadi rendah. Kesimpulan akhir yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu pengarang ingin menyampaikan kepada pembaca Tomochan no Shiawase bahwa dalam hidup ini kebahagiaan dan kesedihan selalu berjalan beriringan dan saling bergantian satu sama lain dalam mengisi kehidupan manusia. Selain itu, kebahagiaan tidak selalu ditentukan oleh harta atau benda, namun kebahagiaan yang sebenarnya adalah sesuatu yang sangat sangat sederhana berupa ketenangan jiwa. Demikianlah kesimpulan penelitian rendahnya efikasi diri tokoh Tomo dalam cerpen Tomochan no Shiawase berdasarkan analisis strukturalisme dan kognitif sosial mengenai efikasi diri. Semoga hasil penelitian ini berguna dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan pendidikan, khususnya bagi yang ingin mendalami karya-karya Yoshimoto Banana.