BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Penyajian Data Dalam penelitian kualitatif deskriptif ini, penulis akan melakukan wawancara terhadap masyarakat umum atau pelanggan dari perusahaan PT Pertamina (Persero) mengenai keberadaan program Corporate Social Responsibility (CSR) atau kegiatankegiatan dari program CSR khususnya CSR kesehatan Pertamina yaitu Sehati (Sehat Tercinta Anak dan Ibu) studi kasus wilayah Koja-Jakarta Utara. Penulis akan mengambil 50 orang responden yang akan di wawancara mengenai perusahaan Pertamina dan program CSR Pertamina yaitu CSR Sehati dengan menggunakan data kuantitatif. Selanjutnya penulis melakukan wawancara secara acak kepada 5 orang responden dari 43 responden yang tidak mengetahui program kegiatan CSR Pertamina Sehati dengan wawancara yang mendalam.
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Responden
tahu CSR Pertamina
tahu CSR
tidak tahu CSR Pertamina
tidak tahu CSR
Gambar 4.1 Data Grafik Responden 75
76
4.1.1. Pemilihan Informan Seperti yang sudah penulis sampaikan sebelumnya bahwa wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam observasi melalui daftar pertanyaan yang diajukan secara lisan terhadap responden (subjek). Namun dalam penelitian ini, penulis akan melakukan wawancara mendalam kepada 5 orang responden secara acak untuk menanyakan kembali mengenai Pertamina dan Program CSR Pertamina Sehati. Narasumber pertama bernama Romadhona pekerjaan sebagai IT Analyst disalah satu perusahaan besar dijakarta dan berumur 28 tahun. Narasumber kedua bernama wiwit merupakan seorang mahasiswa disalah satu Universitas Jakarta berumur 22 tahun. Narasumber ketiga bernama Epi berumur 25 tahun yang merupakan salah satu karyawati perusahaan swasta di Jakarta. Narasumber keempat bernama Cahyo berumur 30 tahun merupakan salah satu pegawai swasta di Jakarta. Dan narasumber yang terakhir bernama Eka merupakan sekertaris di perusahaan swasta di Jakarta. Dengan mengambil 5 orang narasumber tersebut, maka penulis berharap dapat membantu permasalahan yang akan penulis ungkapkan dalam bab ini.
4.1.2. Hasil Wawancara Narasumber Setelah penulis melakukan wawancara dengan si penerima manfaat atau masyarakat Koja yang terkena dampak atau terlibat dengan program kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) Kesehatan PT Pertamina yaitu Sehati, maka penulis melihat bahwa kegiatan CSR Sehati telah sesuai dengan tingkat kebutuhan dan kegunaan bagi
77
masyarakat karena memang pada dasarnya masyarakat wilayah Koja benar-benar membutuhkan program Kesehatan dilihat dari lingkungan yang sangat rentan terhadap permasalahan kesehatan. Dan penulis melihat bahwa program CSR Sehati PT Pertamina telah berhasil melakukan kegiatan programnya yang tepat pada sasaran sesuai dengan prinsip CSR perusahaan yang berbasis Need Assesment. Namun disisi lain, penulis juga ingin melihat tingkat keberhasilan program CSR Pertamina Sehati kepada masyarakat umum atau khalayak mengenai keberadaan program CSR Sehati yang mungkin saja dapat menaikan citra dan reputasi Pertamina di mata masyarakat umum yang tidak terlibat dalam kegiatan program CSR. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui sejauh mana atensi masyarakat terhadap program CSR Pertamina dilihat begitu banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang turut serta dalam melakukan kegiatan CSR. Penulis telah melakukan wawancara dengan narasumber pertama yaitu bapak Romadhona yang mengakui bahwa ia menggunakan produk Pertamina yaitu Bahan Bakar (Pertamax) dan Pelumas. Pertama, penulis menanyakan “sejak kapan bapak menggunakan Pertamax padahal ada Shell?”, menurut bapak Romadhona, ia menggunakan Pertamax karena kualitas dan kadar bensin sama saja seperti Shell walaupun harganya tidak beda jauh, lagipula ia menambahkan kalau mutu dari produk-produk Pertamina (pelumas) sudah sangat baik. Kemudian, penulis juga menanyakan “dari mana bapak mengetahui produk-produk yang dikeluarkan oleh Pertamina?” ia menjawab “yaa saya tahu dari iklan di Koran, televisi, dan rekomendasi montir bengkel.” Penulis juga mananyakan pertanyaan mengenai kepuasaan responden setelah menggunakan produk Pertamina, “saya puas menggunakan produk Pertamina
78
karena banyak tersedia, gampang didapat dan kualitasnya juga tidak kalah dengan produk lain”. Selanjutnya penulis mengarahkan responden kepada pertanyaan mengenai program kegiatan dari CSR Pertamina Sehati. Ternyata beliau tidak mengetahui bahwa Pertamina melakukan kegiatan CSR Sehati. Beliau hanya mengetahui kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan Astra dalam membagikan mobil-mobil gratis untuk puskesmas, unit patrol dan sebagainya. Lalu penulis menanggapi dengan menanyakan dari mana responden mengetahui kegiatan CSR yang dilakukan oleh Perusahaan Astra, “dari website, televisi, yaa kalau CSR Pertamina apalagi Sehati saya belum pernah lihat di media-media manapun”. Penulis juga menanyakan seberapa sering responden menggunakan media massa dalam kesehariannya, kemudian bapak Romadhona menjawab “80% saya menggunakan media massa dalam keseharian saya, yaa pokoknya media cetak dan elektronik dapat saya gunakan, paling juga social media kaya twitter, Facebook, Internet lainnya lah”. Kemudian penulis kembali menanggapai jawaban bapak Romadhona dengan menanyakan tentang CSR, “bapak kan barusan bilang bahwa 80% keseharian menggunakan media massa, bapak memang benar tidak tahu tentang adanya CSR Pertamina atau tidak pernah melihat di media?” dan bapak Romadhona menjawab “yaa disatu sisi saya ga tahu bahwa pertamina melakukan kegiatan CSR, disi lain saya juga ga pernah lihat publikasinya ditelevisi atau iklaniklan. Kan kalau kaya Astra, Nestle, Aqua banyak tuh di media-media.” Kemudian penulis kembali menanggapi dengan pertanyaan “jadi menurut bapak publikasi itu perlu ya?“ kemudian beliau menjawab ”yaa perlu, mba sebagai bentuk informasi kepada masyarakat
tentang
program-program
CSR
Pertamina.”
Kemudian
penulis
79
menanyakan kembali kepada bapak Romadhona “misalnya jika bapak ikut terlibat dalam kegiatan CSR Pertamina Kesehatan Sehati sebagai volunteer atau ikut berpartisipasi dalam kegiatan CSR apakah bapak mau dan merasa senang?” Lalu bapak Romadhona menjawab “ooh tentu saya mau, berarti Pertamina sebagai perusahaan penyedia bahan bakar peduli terhadap kesehatan sosial, dengan saya ikut berpartisipasi berarti saya juga ikut mendukung program kegiatan CSR Pertamina sekaligus dapat bergabung dengan tim CSR Pertamina.” Dari kesimpulan wawancara diatas bahwa bapak Romadhona mengetahui tentang Pertamina hanya sebatas produk-produk yang dikeluarkan seperti bahan bakar. Namun ketika ditanya tentang program CSR kesehatan Pertamina yaitu Sehati, beliau tidak mengetahui tentang adanya program kegiatan tersebut. menurut beliau pula, perlunya publikasi yang baik agar masyarakat dapat mengetahui informasi tentang keberadaan CSR Pertamina. Beliau juga senang apabila dapat terlibat dengan kegiatan CSR Sehati ini. Narasumber kedua yang penulis wawancarai adalah Mas Wiwit, masih seputar pertanyaan yang sama mengenai gambaran umum tentang Pertamina. Penulis pertamatama tetap menanyakan “apakah anda tahu Pertamina?”
kemudian mas wiwit
menjawab “ya saya tahu Pertamina” kemudian penulis menanggapi dengan pertanyaan “apakah yang anda tahu tentang Pertamina dan produk-produknya?” lalu mas wiwit menjawab “pertamina merupakan salah satu perusahaan BUMN yang bergerak dibidang perminyakan, trus yang saya tahu tentang produknya kaya elpiji, premium, pertamax, solar trus oli pelumas.” Kemudian penulis menanggapi dengan pertanyaan
80
“apakah menggunakan produk pertamina?” lalu mas Wiwit menjawab “iyaa saya menggunakan produk pertamina yaitu pertamax untuk keperluan kendaraan saya kaya motor, mobil terus kalau untuk rumah yaa pakai gas elpiji.” Kemudian penulis menggali lagi dengan pertanyaan “kenapa milih pertamina?” mas Wiwit menjawab “karena menurut saya sih harga terjangkau yaa, mudah didapat seperti SPBU-nya juga banyak dimana-mana trus brandnya juga kuat sih walaupun ada competitor lain kaya Shell, Petronas, Castrol.” Kemudian penulis langsung memfokuskan pertanyaan mengenai kegiatan CSR Pertamina Sehati “tahu ga mas kalau melakukan Pertamina kegiatan CSR?” kemudian beliau menjawab “wah gatau tuh saya klo pertamina melakukan CSR.” Penulis menanggapi lagi dengan pertanyaan “memang tidak tahu atau memang tidak pernah pernah lihat di media-media?” lalu mas Wiwit menanggapi pertanyaan dengan menjawab “saya sih ga tahu yaa, mungkin karena kurang publikasi jadi saya juga jarang lihat di media-media, beda aja gitu seperti sidomuncul kukubima yang terus melakukan publikasi di televisi dengan iklan-iklannya yang mengakibatkan masyarakat jadi tahu tentang programnnya. Lagipula masyarakat Indonesia saat ini paling banyak menonton televisi dan menggunakan sosial media dalam kesehariannya. Jadi harusnya sih ada publikasi disetiap saluran medianya.” Lalu penulis menanggapi dengan mengajukan pertanyaan lanjutan “jadi intinya publikasi itu penting ya, mas?” kemudian beliau menjawab “iya dong, perlu. Biar adanya transparansi dari pihak perusahaan kepada khalayak kalau Pertamina melakukan kegiatan CSR. Tandanya kan Pertamina peduli dengan masalah kesehatan. Lagipula dengan adanya publikasi, selain mendapatkan atensi dari masyarakat, maka ga mungkin dong kalau citra dan reputasi
81
Pertamina ga bakal naik. Selain itu masyarakat pasti akan aware terhadap programprogram yang dijalankan oleh CSR Pertamina” Setelah itu penulis menanggapi narasumber dengan menanyakan “terus mas, memang seberapa sering anda menggunakan media dalam keseharian? Apa saja?” beliau menjawab “untuk media setiap hari sih saya biasanya kaya sosial media gitu karena mobile seperti Twitter, Blackberry Messenger, Facebook karena kan saya berada diluar rumah tapi kalau kaya televisi sama radio paling kalau sudah dirumah saja.” Lalu penulis menanyakan “jadi yang Pertamina harus lakukan mengenai masalah publikasi CSR itu apa saja kira-kira, mas?” beliau menanggapi dengan menjawab “mungkin social media lebih efektif kali yaa selain televisi. Membuat akun Twitter mengenai kegiatan dan program-program apa saja yang dilakukan oleh CSR Pertamina, trus palingan yaa selebihnya iklan lah yaa dilihat juga masi banyak minat masyarakat terhadap televisi.” Kemudian penulis menanyakan “kalau menyisihkan sebagian dari uang sebanyak 20% dari harga Pertamax kemudian donasikan untuk membantu dalam kegiatan CSR Pertamina Sehati, bersedia ga mas?” beliau menanggapai “saya mau dong pastinya, selain amal setidaknya saya ikut berpartisipasi walaupun hanya menyumbangkan sebagian uang saya yang beberapa persen dari harga Pertamax. Selain itu saya juga berkontribusi dalam memajukan kesehatan masyarakat yang program kegiatannya dijalankan oleh Pertamina” Dapat disimpulkan dari narasumber kedua bahwa, beliau pengguna produk Pertamina dan juga merupakan pengguna aktif media massa dalam kesehariannya, namun beliau sama sekali tidak mengetahui tentang adanya program kegiatan CSR
82
Sehati yang dijalankan oleh Pertamina. Tanggapan dari narasumber kedua sangat bagus karena beliau menyatakan bahwa pentingnya dan perlunya publikasi semata-mata agar adanya transparansi perusahaan kepada masyarakat kemudian sekaligus menaikan citra dan reputasi Pertamina yang peduli dalam menangani permasalahan kesehatan gizi buruk anak bayi balita. Dan mengenai masalah publikasi, Mas Wiwit menyarankan agar CSR Pertamina membuat akun Twitter atau Facebook sehingga dapat meng-update informasi mengenai kegiatan program CSR Pertamina. Selanjutnya adalah narasumber ketiga bernama Mba Epi, masih menanyakan seputar pertanyaan mendasar mengenai Pertamina. Mba Epi merupakan pengguna produk Pertamina yaitu Pertamax sebagai bahan bakar mobilnya dan gas elpiji untuk keperluan rumah tangga dirumah. Penulis menanyakan tentang “dari mana mba mengetahui tentang adanya produk Pertamina?” kemudian beliau menjawab “saya tahu karena melihat SPBU Pertamina yang banyak dan dimana-mana, lagipula sebelum ada SPBU asing yang lain, Pertamina lebih dulu unggul dalam menguasai bahan bakar untuk kendaraan. Trus palingan yaa dari iklan-iklan yang ada di media kaya televisi, majalah, iklan website.” Kemudian penulis menanggapi jawaban dari Mba Epi dengan memberikan pertanyaan “apakah anda sudah merasa puas dengan produk-produk yang dikeluarkan oleh Pertamina?” kemudian beliau menjawab “puas dong, lagipula produkproduknya juga ga kalah bagus dibanding dengan Shell, Petronas, Total kalau dari segi bahan bakar yaa.” Setelah penulis menanyakan pertanyaan mengenai basic Pertamina, kemudian penulis bertanya mengenai program CSR. “apakah Mba mengetahui kalau Pertamina melakukan kegiatan CSR Kesehatan Sehati?” kemudian Mba Epi menjawab
83
“saya pernah denger sih kalau Pertamina melakukan kegiatan CSR, tapi saya lupa kegiatannya berupa apa, mungkin karena iklannya ga banyak kali yaa makanya saya rada samar-samar kalau ditanya tentang kegiatan CSR yang dijalankan sama Pertamina.” Lalu penulis menanyakan lagi dengan lebih mendalam “emang biasanya anda melihat kegiatan CSR di media-media itu perusahaan apa?” kemudian beliau menjawab “yang saya lihat dari media-media sih kaya televisi itu program Pepsodent yang pemeriksaan gigi gratis disekolah-sekolah SD gitu yaa, trus sama iklan Aqua tentang air bersih. Mereka kan iklannya banyak ditayangin diseluruh stasiun TV dan ada di setiap program acara kalau lagi iklan, jadi saya tahu. Trus kalau dari media cetak sih Djarum Foundation di majalah Gogirl. Itu aja sih.” Kemudian penulis menanggapi jawabannya dengan kembali menanyakan “jadi menurut mba, publikasi di media-media massa itu perlu ya?” lalu beliau menjawab “iya perlu dong, biar masyarakat juga tahu kalau ada kegiatan CSR Kesehatan Pertamina, paling ngga Pertamina bikin kerjasama dengan event-event yang mengandung unsur kesehatan trus dipublikasikan deh, pasti masyarakat akan mengetahui kalau Pertamina punya kegiatan CSR.” Menanggapi jawaban tersebut, kemudian penulis menanyakan kembali “anda biasanya dalam sehari menggunakan media massa apa saja?” kemudian beliau menjawab “saya sih biasanya nonton televisi karena enak dilihat visualisasinya jadi jelas, paling kalau yang lainnya kaya sosial media yang tersedia di konten-konten smartphone aja kaya twitter.” Kemudian penulis mengarahkan kembali pertanyaan mengenai program CSR kesehatan Pertamina Sehati “lalu apakah Mba Epi mau ikut berpartisipasi seperti Volunteer atau menyisihkan uangnya agar bisa didonasikan untuk kegiatan CSR kesehatan Pertamina
84
Sehati dalam memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan oleh si penerima manfaat?” kemudian beliau menjawab “tentu mau dong, kan saya pasti juga ikut terlibat dalam pengembangan program CSR Kesehatan Pertamina.” Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan narasumber ketiga, Mba Epi merupakan pengguna aktif media massa yaitu social media. Namun beliau tidak mengetahui tentang adanya program kegiatan CSR Pertamina Kesehatan Sehati. Beliau sebenarnya pernah mendengar tentang kegiatan dari program CSR kesehatan Pertamina Sehati, namun tidak begitu ingat dikarenakan kurangnya publikasi secara kontinyuitas. Sehingga beliau juga menganggap bahwa kurangnya publikasi dari pihak perusahaan dalam mengkomunikasikan program kegiatannya yang sebenarnya perlu untuk diketahui oleh masyarakat, karena akan mempengaruhi presepsi masyarakat kalau Pertamina juga ikut peduli dalam menangani permasalahan kesehatan. Beliau juga member saran kalau kegiatan CSR Pertamina disandangkan dengan event-event kesehatan yang mempunyai konsep sama, dengan adanya begitu, maka media massa akan meliput kegiatan tersebut sehingga masyarakat umum atau khalayak dapat mengetahui program CSR kesehatan Pertamina Sehati. Narasumber keempat adalah Cahyo. Beliau mengetahui Pertamina karena menggunakan produk Pertamina yaitu Pertamax untuk kendaraan sepeda motornya, Pertamax plus untuk kendaraan mobilnya dan pelumas Fastron juga untuk kendaraan bermotornya. Menurut beliau produk-produk yang dikeluarkan oleh Pertamina sudah sama dengan produk Bahan Bakar atau pelumas lainnya seperti Shell dan Castrol, karena selain mudah didapat, harganya pun sangat terjangkau dan kualitas akan produknya pun
85
sudah diatas standard kualitas baik. Oleh karena itu, penulis menanyakan pertanyaan yang sama dengan narasumber-narasumber sebelumnya. “Anda mengetahui produkproduk Pertamina tersebut dari mana?’ kemudian beliau menjawab “saya tahu karena SPBU Pertamina sudah cukup banyak. Selain itu saya juga tahu dari bengkel-bengkel yang merekomendasi saya untuk menggunakan pelumas Fastron. Paling kalau dari media massa saya tahunya dari iklan televisi, papan billboard jalanan, sama iklan di Koran. Lalu penulis menanyakan kembali mengenai Pertamina “apakah anda merasa kalau produk-produk yang dikeluarkan Pertamina sudah cukup bagus?” kemudian beliau menjawab “iya kok. Produk-produk Pertamina sekarang sudah banyak mengalami peningkatan yang baik, bukan produknya saja tapi dari segi pelayanan dan tata letak SPBU sudah semakin baik. Mungkin karena banyak competitor yang bersaing kali ya, makanya Pertamina tidak mau kalah.” Kemudian penulis mengarahkan pertanyaan mengenai program kegiatan CSR Kesehatan Pertamina Sehati “mas tahu kalau Pertamina melakukan kegiatan CSR kesehatan Sehati?” beliau menjawab “waduh saya ga tahu tuh, mba.” Kemudian penulis menanyakan lebih mendalam dengan mengajukan pertanyaan “Anda memang tidak mengetahui tentang keberadaan Program CSR kesehatan Pertamina Sehati tersebut, atau memang tidak melihat di media massa?” lalu beliau menjawab kembali “saya memang tidak tahu tentang program Sehati, saya malahan baru denger dari mba kalau Pertamina mempunyai program CSR kesehatan Sehati. Yaa gimana bisa tahu, iklannya juga ga ada kan. Kemudian penulis kembali menanggapi “memang biasa melihat program apa saja dari kegiatan CSR di mediamedia?” lalu beliau menjawab “yaa saya sih biasa melihat iklan Lifebouy yang gerakan
86
mencuci tangan. Itu kan kegiatan CSR tapi karena iklannya banyak di televisi, jadi saya mengetahuinya.” Setelah itu penulis memberikan pertanyaan kembali “memang seberapa sering anda menggunakan media massa dalam kesehariannya?” lalu beliau menjawab “saya hampir setiap hari menggunakan media massa seperti tv, majalah, radio, bahkan internet. Yaa pokoknya yang dapat saya jangkau lah dalam menggunakannya.” Kemudian penulis kembali menanyakan “jika Mas Cahyo terlibat dalam kegiatan CSR kesehatan Pertamina Sehati, atau mendonasikan sebagian uangnya untuk disumbangkan dalam mendukung kegiatan CSR Kesehatan Pertamina Sehati yang akan diberikan kepada si penerima manfaat, mau atau tidak?” beliau menjawab “iyaa saya mau, dengan saya terlibat dalam kegiatan CSR kesehatan Pertamina Sehati berarti saya menjadi bagian tim dari CSR Pertamina, lagipula saya ingin tahu seberapa pedulinya Pertamina terhadap permasalahan kesehatan. Saya juga ingin berkontribusi terhadap masalah kesehatan yang ada disekitar saya juga.” Dapat dikatakan bahwa narasumber keempat merupakan pengguna aktif media massa. Beliau menggunakan media massa sesuai dengan kebutuhan dan keterjangkauan dalam menggunakan media massa tersebut. Dalam hal ini, media massa yang beliau gunakan adalah semua jenis media elektronik dan internet dalam social media. Walaupun beliau aktif dalam menggunakan berbagai media massa, namun beliau tidak mengetahui akan adanya program CSR yang dijalankan oleh Pertamina, bahkan melihat akan adanya publikasi yang dijalankan Pertamina pada program kegiatan CSRnya saja beliau tidak pernah. Jadi menurut beliau, jika memang ingin adanya perhatian dari masyarakat, Pertamina harus terus konsisten dalam melakukan publikasinya di
87
berbagai program. Beliau juga senang jika terlibat dalam kegiatan CSR yang dijalankan oleh Pertamina. Terakhir adalah narasumber kelima yaitu ibu Eka. Masih seputar pertanyaan yang sama mengenai Pertamina. Beliau juga merupakan pengguna Pertamina untuk bahan bakar kendaraan dan pelumasnya. Lalu penulis langsung menanyakan “Anda mengetahui dari mana tentang produk-produk Pertamina?” kemudian beliau menjawab “mungkin karena satu-satunya perusahaan minyak milik BUMN jadi saya mengetahui tentang Pertamina beserta produk-produknya. Lalu seperti tentang isu-isu atau gejolak harga kenaikan BBM, pasti media-media massa langsung menyebut Pertamina dan yaa paling saya tahu juga dari banyaknya SPBU yang letaknya dimana-mana yaa.” Kemudian penulis menanggapi jawaban Mba Eka dengan mengajukan pertanyaan “apakah saat ini menurut anda, produk-produk yang dikeluarkan oleh Pertamina sudah cukup bagus disbanding dengan Shell atau Petronas?” kemudian beliau menjawab “produk-produk Pertamina, menurut saya sudah sangat bagus kualitasnya. Disamping karena harganya terjangkau, produknya juga mudah didapatkan. Pokoknya ga kalah bagus juga kok dengan Shell atau merk Pelumas lainnya.” Kemudian penulis menanyakan mengenai keberadaan dari program CSR kesehatan Pertamina Sehati “apakah mba Eka tahu kalau Pertamina melakukan kegiatan CSR kesehatan Sehati?” lalu beliau menjawab “ngga tahu tuh, emang CSR kesehatan Sehati itu kegiatannya seperti apa? Tapi bagus juga sih kalau Pertamina melakukan kegiatan CSR, berarti kan Pertamina masih peduli terhadap permasalahan kesehatan.” Kemudian penulis menanggapi dengan “CSR kesehatan Sehati itu menangani permasalahan kesehatan yang
88
terjadi pada anak bayi balita dan ibu hamil yang diakibatkan oleh gizi buruk. Dikarenakan lingkungan sekitar yang tidak memungkinkan untuk menjalankan pola kesehatan yang baik. Jadi meurut anda wajar kalau Pertamina menjalankan kegiatan CSR ini?” lalu baliau menjawab “bukan wajar lagi yaa, tapi perlu. Pertamina kan perusahaan besar. Asset dan uangnya juga banyak, menurut saya sih ga masalah yaa kalau Pertamina mengeluarkan uangnya untuk melakukan kegiatan CSR ini. Lagipula yang saya tahu bahwa Pertamina juga rentan dari isu-isu miring mengenai seputar BBM. Jadi dengan adanya program CSR ini, Pertamina dapat meredam atau mengendalikan situasi agar dampaknya tidak terlalu melekat dengan masyarakat.” Lalu penulis menanyakan kembali “jadi anda memang benar-benar tidak mengetahui tentang adanya program kegiatan dari CSR Pertamina atau memang tidak melihat iklannya di media massa?” kemudian beliau menjawab “saya ngga tahu karena memang saya ngga melihat iklannya di media massa. Mungkin kaya CSR Ades saya mengetahuinya karena memang sering diiklankan di media-media massa jadi setidaknya saya mengetahui terlebih dahulu kalau Ades mengadakan program CSR tersebut. pasti kan lama-lama orang akan penasaran dan mencari tahu sendiri terhadap apa yang mereka lihat.” Kemudian penulis menanggapi “memang seberapa sering anda menggunakan media massa dalam kesehariannya?” lalu beliau menjawab “saya sih bisa loh dalam sehari menghabiskan waktu menggunakan media massa. Seperti menonton televisi, membaca majalah, dengerin radio trus paling kalau lagi diluar rumah, saya melihat twitter buat mengetahui apa yang sedang jadi trending topic. Gitu-gitu sih, Mba.” Kemudian penulis kembali menanyakan “lalu apakah mba Eka bersedia terlibat dalam kegiatan CSR kesehatan
89
Pertamina Sehati atau mendonasikan sedikit uangnya untuk membantu dalam menjalankan program CSR Pertamina Sehati?” kemudian beliau menjawab “saya mau dong, jadi saya kan bisa tahu apa-apa saja yang dilakukan Pertamina dalam menjalankan programnya. Saya juga pengen tahu seperti apa program tersebut setelah sampai kepada masyarakat. Jadi, walaupun saya tidak terlibat dalam program itu setidaknya sudah berkontribusi untuk program tersebut bersama Pertamina.” Dari hasi wawancara dengan narasumber kelima dapat disimpulkan bahwa Mba Eka merupakan pengguna media aktif dalam kesehariannya. Tetapi beliau tidak mengetahui ketika ditanyakan tentang program CSR kesehatan Pertamina Sehati. Ketika penulis menanyakan program CSR Sehati, beliau menanyakan kembali kepada penulis tentang program tersebut dengan antusias. Bagi beliau, amat disayangkan jika Pertamina kurang dalam mempublikasikan program-program CSR-nya, padahal menurut narasumber sangat perlu mengingat bahwa Pertamina merupakan Perusahaan besar yang sering terkena isu-isu negative mengenai kenaikan harga BBM atau permasalahan Elpiji. Jadi menurut beliau, kegiatan CSR ini disatu sisi dapat meredam isu-isu yang sedang berkembang serta disisi lain, Pertamina juga peduli mengenai permasalahan kesehatan anak bayi balita dan gizi buruk akibat gizi buruk. Beliau juga mau terlibat dalam kegiatan CSR kesehatan Pertamina Sehati atau memberikan donasi untuk membantu dalam program tersebut.
90
4.2. Pengolahan Data Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan CSR adalah komitmen korporat atas tanggung jawab sosial dan lingkungan akan memberikan nilai tambah kepada semua pemangku kepentingan untuk mendukung pertumbuhan perusahaan. Dan Pertamina pun terus menguatkan kegiatan CSR dengan memasukkan pengelolaan kegiatan ini ke dalam fungsi tersendiri. Komitmen yang kuat dari management terhadap pelaksanaan program-program terpadu CSR Pertamina diharaplan mampu mendorong komunitas disekitar wilayah operasional perusahaan untuk terus Tumbuh maju bersama Pertamina. Mewujudkan masyarakat yang sehat, cerdas, sejahtera, mandiri dan berwawasan lingkungan. Salah satunya adalah program CSR bidang kesehatan yang Pertamina lakukan adalah Pertamina Sehati yang terdapat di wilayah Koja-Jakarta Utara Dalam menjalankan programnya, Pertamina berharap program tersebut dapat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat. Memang kebetulan pada saat melakukan Social Mapping di sekitar wilayah Koja, masyarakat membutuhkan adanya bantuan atau program mengenai kesehatan. Sampai saat ini, program CSR kesehatan Pertamina Sehati sudah banyak menjalankan program-program yang dilaksanakan sesuai dengan tingkat kebutuhan masyarakat setempat. Sehingga dilihat dari indicator keberhasilannya dalam trimester pertahun memiliki perkembangan yang sangat bagus mengenai adanya perubahan pola pikir tentang permasalahan gizi buruk yang dialami oleh anak bayi balita dan ibu hamil. Walaupun Pertamina sudah berhasil dalam melaksanakan kegiatan program CSR Pertamina Sehati, perlunya publikasi yang efektif. Selain mendapatkan perhatian dari masyarakat luas, citra dan reputasi
91
perusahaan oil and gas Nasional berkelas Internasional ini akan mendapatkan presepsi yang baik pula dari masyarakat luas mengenai keberadaan program CSR kesehatan Pertamina Sehati. Selain itu juga, masyarakat luas akan berpendapat kalau Pertamina juga peduli dalam menangani permasalahan kesehatan gizi buruk yang terjadi di masyarakat. Setelah penulis melakukan wawancara dengan masyarakat umum atau narasumber yang tidak terkena dampak dari kegiatan CSR Pertamina Sehati ini, maka pernyataan dari jawaban narasumber akan dikaitkan dengan teori khusus yang penulis gunakan pada Bab II yaitu teori Uses and Gratifications. Dalam hal ini, penulis ingin mengetahui sejauh mana masyarakat aktif dalam menggunakan dan memilih media massa sebagai alat kebutuhan dalam mencari informasi yang ingin didapat, serta kepuasan masyarakat setelah mendapatkan informasi tersebut apakah dapat berguna atau bermanfaat bagi masyarakat. Dalam hal ini, penulis melihat bahwa kegiatan dari Corporate Social Responsibility (CSR) banyak ditayangkan pada media-media massa. Pada narasumber pertama yang penulis wawancarai, yaitu bapak Romadhona. Beliau merupakan pengguna aktif media dalam mencari informasi atau hal-hal baru yang ingin beliau ketahui. Koran dan televisi merupakan media massa yang beliau gunakan dalam memenuhi kebutuhan dalam pencarian informasi yang ingin beliau dapatkan. Sebenarnya jawaban narasumber pertama sudah membuktikan bahwa teori uses and gratifications terkait dengan jawaban narasumber pertama yang diwawancarai. Bahwa masyarakat pengguna aktif dalam media massa untuk mencari informasi yang mereka butuhkan agar terciptanya kepuasan akan nilai guna dari media massa tersebut. Namun,
92
ketika penulis mengkaitkan pertanyaan mengenai keberadaan program CSR kesehatan Pertamina Sehati, narasumber pertama tidak mengetahui akan adanya program yang dijalankan oleh Pertamina itu. Beliau beranggapan bahwa kurangnya iklan yang ditayangkan dalam setiap media massa sehingga dapat membuat masyarakat menjadi tidak mengetahui tentang keberadaan program CSR Pertamina Sehati yang sebenarnya perlu untuk dipublikasikan. Beliau juga senang dan mau jika terlibat dalam kegiatan CSR Sehati yang dijalankan oleh perusahaan Pertamina Pada narasumber kedua yaitu Mas Wiwit, beliau merupakan pengguna produkproduk Pertamina seperti bahan bakar dan gas elpiji dalam kesehariannya. Mas Wiwit merupakan pengguna aktif media massa dalam hal ini khususnya social media yakni twitter, blackberry messenger dan facebook. Selebihnya seperti televisi dan radio. Beliau juga mengatahui akan adanya produk-produk Pertamina dari media massa dan kemudian mencari tahu tentang produk-produk Pertamina yang akan digunakan. Sama seperti narasumber pertama, Mas Wiwit juga pengguna media massa yang aktif dalam memenuhi kebutuhan dan keingintahuannya jika dikaitkan dengan teori Uses and Gratifications. Tetapi ternyata penulis juga menemukan permasalahan yang sama mengenai kurangnya publikasi ketika narasumber kedua ditanya mengenai program kegiatan CSR kesehata Sehati yang dijalankan oleh Pertamina. Narasumber ketiga yaitu Mba Epi. Beliau juga merupakan pengguna produkproduk yang dikeluarkan oleh Pertamina untuk kendaraan bermotor dan keperluan rumah tangga yaitu gas Elpiji. Beliau pengguna aktif media massa karena ketika penulis menanyakan dari mana beliau bisa mengetahui akan adanya produk-produk Pertamina,
93
beliau menjawab dari iklan-iklan media massa baik cetak ataupun elektronik dalam mencari tahu tentang produk-produk Pertamina yang ingin beliau gunakan. Namun ketika ditanyakan mengenai kegiatan CSR Pertamina Sehati, beliau pernah mendengar namun karena lagi-lagi kurangnya publikasi yang dilakukan perusahaan tidak berkala, maka beliau lupa akan adanya program CSR tersebut dan melihat di media massa mana. Secara teori Uses and Gratifications, narasumber ketiga aktif dalam menggunakan media sebagai sarana kebutuhan akan keingintahuannya tentang suatu informasi, namun disisi lain akibat kurangnya publikasi mengenai program CSR Pertamina Sehati, beliau kurang menyadari akan adanya program tersebut. Narasumber keempat yaitu bapak Cahyo, beliau juga pengguna produk-produk Pertamina dalam kesehariannya. Beliau juga menganggap bahwa produk dari Pertamina tidak kalah bagus kualitasnya dibanding produk bahan bakar Shell ataupun pelumas Castrol. Beliau mengetahui akan adanya produk-produk yang dikeluarkan oleh Pertamina dari iklan-iklan media massa seperti iklan televisi, Koran dan papan billboard yang terpampang dijalan raya. Narasumber keempat juga merupakan pengguna aktif media massa dalam mencapai kebutuhan akan informasi yang ingin didapatkan. Tetapi ketika penulis kembali menanyakan tentang adanya kegiatan program CSR Pertamina Sehati, beliau tidak mengetahui. Beliau jarang melihat iklannya di media massa bahkan sama sekali tidak melihat, berbeda seperti Kukubima Sidomuncul yang terus mengiklankan programnya agar mendapatkan atensi dari masyarakat umum. Oleh karena itu beliau berpendapat kalau perlunya perluasan publikasi disetiap media massa
94
agar masyarakat mengetahui bahwa Pertamina menjalankan program kesehatan yaitu CSR Pertamina Sehati. Pada narasumber yang terakhir, yaitu Mba Eka yang juga merupakan pengguna produk-produk Pertamina sama seperti narasumber-narasumber sebelumnya. Dalam hal ini, beliau mengetahui akan adanya produk-produk Pertamina juga dari iklan-iklan media massa selain itu juga dari pemberitaan di media massa mengenai isu-isu yang beredar seputar Pertamina. Beliau juga mengatakan puas menggunakan produk Pertamina yang tidak kalah hebat kualitasnya dengan competitor-kompetitor yang bersaing dengan Pertamina. Dapat dikatakan bahwa narasumber kelima merupakan masyarakat yang aktif dalam menggunaka media massa. Kebutuhan akan informasi yang didapat menyebabkan beliau aktif dalam mencari dan menggunakan media massa mana yang tepat untuk dirinya. Ketika kembali ditanyakan mengenai Program CSR Pertamina Sehati, beliau juga tidak mengetahui akan adanya program tersebut. bahkan beliau semakin antusias dan ingin mengetahui akan program tersebut. beliau menyayangkan kalau Pertamina kurang melakukan publikasi mengenai program CSR Kesehatan Sehati yang padahal masyarakat umum harus mengetahui. Baliau juga mengatakan kalau reputasi dan citra perusahaan akan semakin baik kalau masyarakat memiliki atensi terhadap program-program CSR yang dilakukan oleh Pertamina. Tidak hanya mengetahui produk-produknya saja. Melihat jawaban narasumber yang telah penulis wawancarai, kelima narasumber tersebut menggunakan mayarakat yang aktif dalam menggunakan media massa dari berbagai jenis. Mereka menggunakan aktif menggunakan media massa dikarenakan
95
banyaknya jenis media massa yang disediakan sehingga munculah nilai kegunaan dalam menggunakan media-media massa tersebut. selain itu mereka juga merasa puas ketika sudah mendapatkan informasi yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Oleh karena itu, mereka semua termasuk dalam teori yang penulis gunakan yaitu teori Uses and Gratifications.
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian Setelah penulis melakukan wawancara dengan kelima narasumber, dan berdasarkan data yang penulis peroleh, dapat dikatakan bahwa kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) bidang kesehatan yaitu Pertamina Sehati (Sehat Tercinta Anak dan Ibu) di Pertamina adalah kurangnya publikasi yang maksimal melihat narasumber yang penulis wawancarai dan masyarakat umum juga belum mengetahui tentang adanya program CSR kesehatan Pertamina Sehati, mengingat bahwa narasumber yang penulis wawancarai merupakan masyarakat yang aktif dalam menggunakan media massa dalam memebuhi kebutuhannya untuk mendapatkan informasi yang berguna bagi dirinya. Penulis mengharapkan agar adanya publikasi yang baik sehingga masyarakat umum yang tidak terkena dampak dari program CSR Pertamina Sehati setidaknya dapat mengetahui kalau Pertamina melakukan kegiatan CSR yang menangani permasalahan gizi buruk anak bayi balita dan ibu hamil. Mengingat bahwa PT Pertamina merupakan perusahaan minyak dan gas nasional yang berkelas internasional dan merupakan satusatunya perusahaan BUMN di Indonesia yang mengembangkan bisnis tersebut, maka
96
wajar saja kalau Pertamina melakukan kegiatan CSR yang sesuai dengan MDG’s serta ISO 26000. Lagipula anggaran dana yang dikeluarkan untuk kegiatan CSR sudah dipersiapkan dalam anggaran tahunan sepersekian persen dari keuntungan perusahaan Pertamina. Disatus sisi pula, Pertamina merupakan Perusahaan BUMN yang banyak mendapatkan isu-isu kurang baik dalam pemberitaan di media massa mengenai permasalahan kenaikan BBM, permasalahan LPG sampai mengacu kepada pemberitaan minyak dunia, Pertamina ikut terseret dalam pemberitaan tersebut. oleh karena itu, penulis berpendapat kalau Pertamina perlu melakukan kegiatan atau program-program salah satunya yaitu Corporate Social responsibility (CSR) yang menjadi tools Public Relatons dalam mempertahankan reputasi dan citra apalagi kegiatan CSR Pertamina sudah mendapatkan banyak penghargaan dari CSR Awards dan Muri karena Pertamina melakukan kegiatan CSR sudah berdasarkan pada MDG’s dan Need Assesment masyarakat. Disamping itu, dikarenakan Pertamina selalu menjadi headline media massa mengenai isu-isu negatif, maka dengan adanya kegiatan CSR ini setidaknya dapat meredam dan sedikit menetralisir keadaan mengingat bahwa masyarakat kita yang gampang terprovokasi. Jadi amat disayangkan kalau Pertamina kurang dalam mempublikasikan program kegiatan CSR-nya khususnya CSR kesehatan Pertamina Sehati. Dalam menjalankan dan melaksanakan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR), Pertamina menjalankan bukan berdasarkan Charity lagi, melainkan mengacu kepada Need Assesment atau apa yang dibutuhkan oleh masyarakat agar kegiatan CSR yang dijalankan dapat berguna tidak hanya sesaat, melainkan dapat dirasakan hingga
97
ketahun-tahun berikutnya. Sehingga perusahaan juga dapat melihat indikator keberhasilan atas program-program yang mereka kerjakan. Setelah mengetahui apa yang masyarakat butuhkan, kemudian pihak Eksternal Relations melakukan Social Mapping ke daerah tersebut agar mengetahui kondisi fisik dan lingkungan yang akan Pertamina jadikan sebagai salah satu kegiatan CSR. Sebenarnya dilihat dari konsep yang dilakukan pihak CSR Pertamina dalam membuat programnya hingga mensosialisasikan sudah sangat bagus dan terkonsep. Hal ini mengingat bahwa CSR Pertamina merupakan divisi khusus yang dibentuk agar dapat menjalankan kegiatan programnya yang lebih terfokus. Sehingga mengenai permasalahan publikasi akan dikembangkan oleh pihak perusahaan khususnya bagian Media Relations yang juga merupakan salah satu aktivitas dan kegiatan Public Relations (PR). Media merupakan fungsi Corporate Communication yang memang dibutuhkan oleh Perusahaan dalam hal peliputan dan pemberitaan. Dalam hal ini, bukan hanya kegiatan CSR saja yang perlu diliput atau dipublikasikan namun berbagai kegiatan, program, sampai acara-acara media Pertamina akan meliput. Mengenai peliputan, media internallah yang mengatur masalah publikasi tetapi lebih kepada publikasi internal perusahaan seperti Warta Pertamina untuk koran, Media Pertamina untuk bulletin, Media TV Pertamina yang disiarkan diseluruh kantor wilayah operasi Pertamina yang ada diseluruh Indonesia. Lalu mengenai peliputan keluar (eksternal) maka tugas Media Relation yang menangani pemberitaan yang ingin diliput oleh pihak media eksternal. Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan narasumber, mereka semua merupakan pengguna produk-produk dari Pertamina. Dalam hal ini mereka juga
98
merupakan pengguna media massa yang aktif karena mengingat jawaba dari semua narasumber yang mengatakan bahwa mengetahui adanya produk Pertamina, mereka temukan dalam iklan-iklan yang ditayangkan oleh media massa. Namun demikian, mereka semua tidak mengetahui tentang adanya kegiatan program Corporate Social Responsibility (CSR) kesehatan yaitu Pertamina Sehati yang dilaksanakan di wilayah Koja-Jakarta Utara. Karena kurangnya penyebaran publikasi yang dilakukan perusahaan kepada para masyarakat umum atau khalayak yang tidak terkena dampak dari Pertamina Sehati. Ini tidak bisa menjelaskan indikator keberhasilan atas program CSR Pertamina Sehati kepada masyarakat umum, walaupun CSR Pertamina Sehati sudah berhasil dalam memenuhi tingkat kebutuhan dan kepuasaan masyarakat yang terlibat dalam program tersebut atau bisa dikatan si penerima manfaat. Hal tersebut juga belum menggambarkan bahwa reputasi dan citra Pertamina akan bagus mengingat program CSR Pertamina Sehati kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat umum karena mereka semua tidak pernah melihat publikasinya di media-media massa yang mereka gunakan. Narasumber yang penulis wawancarai sangat menyayangkat bahwa Pertamina kurang melakukan publikasi padahal menurut mereka publikasi penting agar adanya transparansi
mengingat
bahwa
Pertamina
merupakan
perusahaan
yang
terus
mendapatkan isu-isu negative. Karena publikasi dan kegiatan CSR merupakan salah satu bagian dari aktivitas Public Relations yang dijalankan untuk mempertahankan reputasi dan citra serta menetralisir kejadian-kejadian yang terjadi oleh perusahaan agar tetap bertahan.
99
Program Corporate Social Responsibility (CSR) bidang kesehatan yaitu Pertamina Sehati merupakan salah satu program unggulan CSR Pertamina diantaranya Penanaman 100juta Pohon, Green Act, Pertamina Sehati, OSN Pertamina, Desa Binaan serta Bright with Pertamina. Itu semua merupakan 6 program unggulan yang sudah berdasarkan dengan konsep MDG’s dan telah mendapatkan Awards. Namun amat disayangkan jika publikasi yang digunakan hanya sebatas publikasi internal perusahaan, karena tetap saja masyarakat umum tidak mengetahui tentang keberadaan programprogram unggulan CSR Pertamina yang banyak mendapatka berbagai tema Awards. Penulis mengharapkan bahwa perlunya kerjasama dengan media eksternal yang masyarakat umum dapat penuhi sebagai kebutuhan akan informasi yang ingin mereka dapatkan. Atau juga pemasangan iklan-iklan diberbagai media massa lebih memungkinkan masyarakat umum akan mempunyai perhatian yang baik jika Pertamina melakukan kegiatan CSR yang sangat baik. Karena pada akhirnya adalah Public Relations mempunyai tugas, fungsi dan peran sebagai mempertahankan citra dengan melakukan komunikasi agar timbulnya transparansi yang baik untuk memperkuat hubungannya dengan para stakeholder perusahaan yang kemudian akan kembali lagi kepada identitas Pertamina yang semakin positif dimata para Stakeholder dan masyarakat luas.