BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi Data 1. Gambaran Umum daerah Penelitian a. Letak Geografis Luas wilayah kelurahan sekitar: 482,370 Ha dengan
batas
wilayah
Utara
Laut
Jawa,
Timur
Mangkangwetan, Selatan Kecamatan Ngaliyan, dan Barat Mangkangkulon. Pembagian wilayah terbagi dalam 5 RW yaitu RW I Krajan Ngebruk terbagi 3 RT, RW II karanggayam terbagi 7 RT, RW III Gotong royong dan Tegalsari terbagi 9 RT, RW IV panggung terbagi 6 RT, RW V Tanggulsari terbagi 3 RT. Geografis ketinggian dari permukaan laut 4 m, banyaknya curah hujan 2000 m/tahun, topografi dataran rendah sebagai berbukit, suhu rata-rata 31 0C. Orbisitas tinggi pusat pemerintah wilayah dari permukaan laut suhu minimum/ maksimum: 28/32
0
C, jarak dari pusat
pemerintahan jarak dari kecamatan 9 km, kota semarang 20 km, propinsi 24 km. Luas tanah sawah: sawah irigasi teknis 0,00 Ha, sawah irigasi 1/2teknis 50,00 Ha, sawah tadah hujan 30,00 Ha, sawah pasang surut 0,00 Ha. Sedangkan jumlah penduduk
tahun ini
untuk laki-laki
2793
orang,
42
perempuan 2814 orang, jumlah penduduk tahun lalu lakilaki 2711 orang, perempuan 2741 orang, presentase perkembangan
laki-laki
sekitar
3,02%
perempuan 2,66%. Berikut gambar peta Kelurahan Mangunharjo:
Gambar 4.1.Peta Kelurahan Mangunharjo Tugu
43
sedangkan
b. Kondisi Sosial Ekonomi Berdasarkan
data
penelitian
terlihat
bahwa
penduduk yang berprofesi sebagai petani mangrove sangat sedikit, yaitu 6 orang. Berbagai jenis kegiatan yang dilakukan para petani mangrove antara lain budidaya mangrove dan penanaman dipesisir pantai, seperti budidaya yang dilakukan dengan mendatangkan bibit dan pembibitan sendiri sampai mangrove umur 4 bulan, dan penanaman mangrove dengan menggunank perahun untuk mencapai area pantai.
Tabel 4.1. Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Mangunharjo No.
Mata Pencaharian
Jumlah Penduduk
1
Petani
199
2
Petani Mangrove
6
3
Buruh Tani
161
4
Nelayan
163
5
Pengusaha
13
6
Buruh Industri
266
7
Buruh Bangunan
122
8
Pedagang
142
9
Pengangkutan
59
10
Pegawai (Sipil, TNI, dan Polisi)
103
11
Pensiunan
23
44
12
Peternak
688
13
Lain-lain
3617 5607
Jumlah Sumber: Monografi Kelurahan Mangunharjo, Mei 2014
Secara
kuantitas,
dengan
sedikitnya
jumlah
penduduk yang berprofesi sebagai petani mengrove, maka menjadi kendala bagi mitigasi dampak abrasi air laut, namun secara kualitas dengan melihat antusias para penduduk
,
khususnya
yang
memiliki
kepedulian
lingkungan pesisir, yang tergabung dalam kelompok petani Mangrove Lestari, kelompok petani Mangrove Kali Santren, serta adanya kepedulian dari berbagai instansi pemerintah,
swasta,
dan
berbagai
yayasan
peduli
lingkungan seperti LSM biota mangrove, green comunity, PT. Djarum, dan lain-lain, maka faktor ini menjadi kekuatan yang dapat mendukung mitigasi dampak abrasi pantai Kelurahan Mangunharjo.
45
2. Peta dampak Abrasi Air Laut
(a)
(b) Gambar : 4.2. (a) Peta Kelurahan Mangunharjo (b) wilayah pantai yang terkena abrasi dan sebagian sudah ada tanaman mangrove.1
1
www.google.maps. Kelurahan Manguharjo tanggal 13 Juli 2014/13.00 wib.
46
3. Budidaya Mangrove di Kelurahan Mangunharjo a. Spesies Mangrove Hasil data pengamatan lapangan bahwa jenis mangrove yang ada di Kelurahan Magunharjo ada 11 spesies yang digambarkan pada tabel 4.2. Spesies yang digambarkan semua tidak dibudidayakak, akan tetapi hanya ada 3 jenis spesies yang dibudidayakan karena jenis mangrove yang tepat untuk penanaman mangrove dan menanggulangi dampak abrasi air laut.
Tabel 4.2. Gambar dan Keanekaragaman spesies Mangrove di Kelurahan Mangunharjo2 No.
Jenis/ Spesies
Gambar
Keterangan
1
Rhizhopora
Ciri-cirinya yaitu bentuk
mucronata
pohon tinggi mencapai 25 m, akar tunjang, susunan tunggal, bersilang, bentuk elips, ujung meruncing, ukuran panjang 15-20 cm, biji vivipari, fenologi: berbunga sepanjang tahun, berbuah Okt.-Des.
2
Shozo Kitamura, Chairil Anwar, Buku Panduan Mangrove di Indonesia Bali & Lombok, Departemen Kehutanan Indonesia, Japan International Coorporation Angency (JICA), ISBN: 979-606-077-9, Tahun 2009.
47
Bunga : 4-8 kelompok bunga
yang
tersusun
dua-dua, mahkota : 4, putih, berbulu, kelopak 4 helai benang sari 8, ukuran 34 cm, benangsari pendek putik sangat pendek. Buah : ukuran diameter 2,0-2,3 cm, warna hijau kekuningan, leher kotiledon, buah silindris, dapat mengapung.
2
Rhizhopora
Ciri-cirinya yaitu bentuk
stylosa
pohon tinggi hingga 6 cm, akar tunjang, susunan tunggal, bersilangan, bentuk elips, ujung tajam, ukuran panjang 10-18 cm, biji vivipari. Bunga: 8-16 atau lebih, tersusun dua-dua, bergantung, mahkota 4, putih, kelopak 4 helai, hijau kuning, benangsari 8, ukuran
48
diameter 2,5-3,5 cm. Benangsari panjang dan tipis. Buah: ukuran diameter 1,5-2,0 cm, panjang >30 cm. Warna: hipokotil berwarna hijau sampai kekuningan.
3
Rhizhopora
Ciri-cirinya yaitu bentuk
apiculata
pohon tinggi hingga 15 m, akar tunjang, susunan tunggal, bersilangan, bentuk elips menyempit, ujung tajam, ukuran 918 cm, biji vivipari, fenologi: berbunga sepanjang tahun. Bunga: rangkaian 2 bunga perkelompok pada tangkai bunga yang kokoh, mahkota 4. Putih, kelopak 4 helai, kuning, hijau, benangsari 12, cokelat ukuran 2,0cm Buah: ukuran diameter 1,3-1,7 cm, panjang 2025 cm, warna hipokotil hijau sampai cokelat
49
leher kotiledon berwarna merah. Permukaan berbintil, buah silindris.
4
Avicennia
Ciri-cirinya bentuk
alba
pohon tinggi mencapai 15 m, akar nafas, seperti pensil, susunan tunggal, bersilangan, bentuk lanset hingga elips, ujung runcing, panjang 10-18 cm. Biji kriptovivipari, daun memiliki kelenjar garam. Bunga: rankaian 10-30 bunga, berduri, panjang 1-3 cm, mahkota 4, kuning hingga orange, kelopak 5 helai, benangsari 4, ukuran diameter 0,4-0,5 cm. Buah: ukuran leher 1,52,0 cm, panjang 2,5-4,0 cm, warna kulit kayu hijau kekuningan, permukaan berambut halus, buah seperti cabe.
50
5
Avicennia
Ciri-cirinya bentuk
lanata
pohon perdu tinggi mencapai 12 cm, akar nafas, susunan tunggal, bersilangan, bentuk elips, ujung runcinghingga membundar, ukuran panjang 5-11 cm, tipe biji kriptovivipari, daun memiliki kelenjar garam. Bunga: berbunga 8-14, berduri rapat, panjang 12cm, berada diujung atau ketiak daun, mahkota 4 kuning, hingga orange kelopak 5 helai, benangsari 4 ukuran diameter 0,40,5cm. Buah: ukuran lebar 1,52,0cm, panjang 1,5-2,5 cm, warna kulit kayu berwarna hijau, hingga kekuningan, permukaan
51
berambut halus, buah melingkar, atau memiliki paruh melingkar.
6
Avicennia
Pohon perdu, akar nafas,
marina
seperti pensil, susunan bersilangan, ujung runcing, tipe biji, kriptovivipari, fenologi umunya berbunga bulan juli-februari. Berbunga 8-14 berduri rapat, 1-2 cm, berada diujung ketiak daun pada pucuk. Kelopak 5. Benang sari 5 helai. Diameter 0,4-0,5 cm. Buah lebar 1,5-2,0 cm, warna kulit kayu hijau hingga kuning, berambut halus, buah lingkar, memiliki sebuah paruh pendek.
7
Sonneratia
Ciri-cirinya bentuk
alba
pohon perdu, tinggi mencapai 16 m, akar
52
nafas, berbentuk kerucut, susunan tunggal, bersilangan, bentuk oblong sampai bulat, telur sungsang, ujung membundar, ukuran 5-10 cm, fenologi berbunga sepanjang tahun, berbuah mei-juni. Bunga: rangkaian 1 sampai beberapa bunga tersusun, mahkota putih, kelopak 6-8 helai, merah dan hijau, benangsari banyak, putih, ukuran diameter, 5-8 cm. Buah: ukuran diameter 3,5-4,5 cm, warna hijau, permukaan halus, kelopak berbentuk cawan, menutupi dasar buah, helai kelopak menyebar, berisi 150200 biji dalam buah.
8
53
Sonneratia
Ciri-cirinya berbentuk
caseolaris
pohon, tinggi mencapai
16 m, akar nafas, berbentuk kerucut, tinggi dapat mencapai 1 m, susunan tunggal, bersilangan, bentuk jorong sampai oblong, ujung membundar, dengan ujung membengkok tajam yang menonjol, ukuran panjang 4-8 cm, tipe biji normal, ranting menjuntai. Bunga: rangkaian 1 sampai beberapa bunga bersusun, diujung, mahkora merah, kelopak 6-8 helai, hijau benagsari tak terhitung, merah dan putih, ukuran 8-10 cm. Buah: ukuran diameter 6-8cm, warna hijau kekuningan, permukaan mengkilap, kelopak datar, memanjang horizontal.
54
9
Brueguiera
Ciri-cirinya pohon tinggi
gymnorrhiza
mencapai 20 m, akar lutut dan banir kecil, susunan tunggal, bersilangan bentuk elips, ujung meruncing, ukuran panjang 8-15cm, tipebiji vivipara, fenologi: berbunga sepanjang tahun, berbuah bulan Juli-Agustus. Bunga: rankaian bunga lebar, tunggal, makota putih hingga cokelat, kelopak 10-14 helai, merah, ukuran panjang 3-5 cm, ujung tiap mahkota berbentuk runcing. Buah: ukuran diameter 1,7-2,0 cm, panjang 2030cm, warna hijau gelap hingga ungu dengan bercak cokelat, permukaan licin, buah silindris.
55
10
Brueguiera
Ciri-cirinya bentuk
cylindrica
pohon tinggi mencapai 15 cm, akar lutut dan akar benir kecil, susunan tunggal, bersilangan, bentuk elips, ujung meruncing, ukuran 6-9 cm, tipe biji vivipara. Bunga: bunga lebar, tunggal, diketiak daun, makota putih, hingga cokelat, kelopak 10-14 helai, kuning kehijauan, ukuran 3-4 cm, ujung helai mahkota tumpul. Buah: ukuran diameter 1,5-2 cm, warna hijau hingga ungu, dengan bercak cokelat, permukaan licin, buah silindris pendek.
11
Brueguiera
Ciri-cirinya bentuk
sexangula
pohon tinggi mencapai 15 cm, akar lutut dan akar bunir kecil, susunan tunggal, bersilangan, bentuk elips, ujung
56
meruncing, biji vivipara. Bunga: bunga lebar, tunggal diketiak daun, mahkota putih hingga coklat, kelopak, 10-14 helai, kuning kehijauan, ukuran panjang 3-4 cm, ujung helaian mahkota tumpul. Buah: ukuran diameter 1,5-2 cm, panjang 6-12 cm, warna hijau hingga ungu bercak coklat, permukaan licin, buah silindris pendek.
b. Teknik Budidaya Mangrove Teknik budidaya atau pembibitan masih menggunakan cara tradisional diantaranya sebagai berikut tahapan budidaya yang dilakukan oleh petani tambak Kelurahan Mangunharjo: Caranya pembibitan mangrove sebagai berikut: 1. Pengeringan lokasi pembibitan 2. Penataan bedengan jaraknya 15 cm membetuk garis lurus.
57
3. Kalau musim kemarau diberi waring/ net/ jaring hitam untuk mengurangi suhu panas. 4. Penataan atau pengisian tanah dipolibackplastik warna putih atau hitam isi tanah, poliback diameter panjang 15 cm lebar 10 cm. 5. Setelah semua selesai diberi pupuk kandang. Kalau tidak ada pupuk maka kita diamkan selama 1 minggu. 6. Kemudian baru kita isi/ tancapkan bibit baik Rhizopora,Avicennia, maupun Bruguiera. 7. Isi air pada pada lokasi pembibitan sampai poliback tenggelam, kalau tidak tenggelam kerjanya menjadi ganda harus menyirami bibit.
Gambar 4.3.Bibit saat masih di polybag.
58
8. Dalam waktu 1,5 bulan baru muncul, umur 2 bulan berdaun 2, umur 3 bulan berdaun 4, umur 4 bulan baru siap dipanen.
Gambar 4.4.Bibit yang sudah berumur 4 bulan.
9. Hasil panen nanti sebagian di jual dan sebagiannya ditransfer kelaut untuk mengurangi dampak abrasi.3
3
Hasil wawancara dengan bapak sururi, selaku petani tambak di Kelurahan Mangunharjo. 14 Mei 2014, Jam 09.00 Wib.
59
Budidaya yang dilakukan masyarakat petani tambak di Kelurahan Mangunharjo tidak sepenuhnya bibit dihasilkan dari tanaman mangrove sendiri, tetapi buah atau calon bibit masih mengambil daerah lain seperti di Kabupaten pekalongan, dan Kabupaten Demak.
B. Analisis Data 1. Analisis mitigasi dampak abrasi air laut pada masyarakat petani tambak di Kelurahan Mangunharjo. Berdasarkan data penelitian terlihat bahwa masyarakat petani tambak mengatasi dampak abrasi air laut dengan cara budidaya atau penanaman mangrove di kawasan pesisir pantai Mangunharjo. Penanaman yang dilakukan secara tradisional. Faktor yang menyebabkan abrasi di Kelurahan Mangunharjo penjorokan industri kayu lapis, sekitar tahun 1995
terjadi
abrasi
besar-besaran,
penyebabnya
arus
gelombang yang tidak dapat berbelok arah. Luas pantai yang terkena abrasi mencapai 50% dari 226,072 ha. luas pantai Mangunharjo. 4 Masyarakat melakukan budidaya mangrove rata-rata mulai tahun 2002-2003, sebelumnya tahun 1998 masih bersifat pleanting mangrove atau menanam dengan bibit atau 4
Hasil wawancara bapak sururi, 15 Mei 2014 jam 09.00 Wib.
60
buah mangrove liar yang hidup disekitar pantai Mangunharjo. Hutan mangrove dilindungi undang-undang nomor 41 tahun 1999 bahwa “hutan mangrove merupaka ekosistem hutan dan oleh
karena
itu
pemerintah
bertanggungjawab
dalam
pengelolaan yang berasaskan manfaat dan lestari“. Mitigasi dampak abrasi air laut yang dilakukan oleh masyarakat petani tambak di Kelurahan Mangunharjo dengan budidaya dan pleanting mangrove mulai meningkat sekitar tahun 2010. Jenis tanaman mangrove yang dibudidayakan dan ditanam yaitu 1) Rhizhopora sp. 2) Avicennia sp dan 3) Bruguiera sp. Penanaman besar-besaran mulai tahun 2010, dimulai dari petani tambak Kelurahan Mangunharjo, instansi/ sponsor, serta relawan asing yang membantu terlaksananya pleanting mangrove. Untuk budidaya tanaman mangrove masyarakat melakukan secara kelompok dengan dibantu sponsor, sedangkan untuk pleanting mangrove dibantu oleh instansi dan relawan asing. Pada tabel 4.4. digambarkan hasil pleanting mangrove dari tahun 2010 sampai tahun 2014.
61
Tabel 4.4. Penanaman Mangrove yang dilakukan mulai tahun 2010. No.
1
Tahun
2010
Jumlah ditanam 72.000
Jumlah mati/ gagal 36.000
Keterangan
Mangrove
yang
hidup
sekitar 50% dari jumlah yang ditanam akan tetapi masih
menyulami
mengganti
yang
atau mati
dengan bibit mangrove baru. 2
2011
70.000
40.000
60% Mangrove hidup
3
2012
72.000
36.000
50% Mangrove hidup
4
2013
70.000
35.000
50% Mangrove hidup
5
2014
36.000
18.000
50% Mangrove hidup
Sumber: Data hasil kegiatan pleanting mangrove petani mangrove di Kelurahan Mangunharjo.
Berdasarkan
hasil
data
penelitian
tabel
4.4.,
penanaman yang dilakukan petani tambak Manguharjo keberhasilan dalam penanaman mangrove di pesisir pantai Mangunharjo sekitar 50%, dan yang 50% mati/ gagal dikarenakan gelombang pantai yang terlalu besar serta penumpukan sampah yang dihasilkan oleh kapal nelayan. 50% mangrove hidup, tetapi masih perlu adanya penyulaman atau mengganti bibit yang mati dengan bibit baru. Misalnya 62
setiap penanaman menggunakan 2 bibit. Sehingga ketika bibit satu mati maka perlu diganti dengan bibit baru agar hasil penanaman kuat serta cepat berkembang. Penanaman/ pleanting mangrove yang dilakukan petani tambak Kelurahan Mangunharjo tidak terlepas dari kerjasama berbagai pihak yang mensukseskan penanaman mangrove. Pihak yang ikut bekerjasama yaitu sponsor, instansi, pemerintah, perusahaan, LSM (Lemabaga Sosial Masyarakat), relawan asing, serta mahasiswa. Instansi yang berpartisipasi dalam penanaman mangrove diantaranya BLH (Badan Linkungan Hidup), Kehutanan Propinsi Jawa Tengah, PT. Djarum, PT. Pertamax, Kalangan perbankkan, dan lainlain. Pada
tabel
4.5.
digambarkan
relawan
yang
berpartipasi dalam penanaman mangrove di Kelurahan Mangunharjo. Relawan yang berpartisipasi dalam penanaman mangrove sangat signifikan, kepedulian terhadap lingkungan dikalangan
relawan
sangat
tinggi,
dibuktikan
tingkat
keberhasilan penanaman mangrove yang ditanam di kawasan pesisir pantai Mangunharjo.
63
Tabel 4.5. Relawan yang melakukan pleanting mangrove. No.
1
Tahun
2010
Jumlah ditanam 72.000
Jumlah mati/ gagal 36.000
Relawan
Luar negeri: Italia, Korea, Jerman, Jepang, Swedia. Dalam negeri: Mahasiswa Undip, Brawijaya, UGM dan BLH serta PT. Djarum.
2
2011
70.000
40.000
Luar negeri: Spanyol, Swiss, Jerman, Jepang, Finlandia, Australia. Dalam negeri: Mahasiswa Undip, UII, UGM, UMY, dan PT Djarum.
3
2012
72.000
36.000
Luar negeri: Kanada, Inggris, Jerman, Jepang, Singapore, Perancis. Dalam negeri: Mahasiswa Undip, UNNES,
UI IKIP
Jakarta, PGRI
Semarang, UNPAD, PT. Djarum. 4
2013
70.000
35.000
Luar negeri: Perancis, Korea, Jerman, Jepang,
64
Amerika, Australia. Dalam negeri: Mahasiswa Undip, UMY, Yayasan Kristen
Katolik,
SMA
Semesta, PT. Djarum. 5
2014
36.000
18.000
Luar negeri: Amerika, Korea, Jerman, Jepang, Australia, Perancis. Dalam negeri: Mahasiswa Undip, IAIN Walisongo, UGM,
Tingkat
pelajar
SMA sampai SD di Kota Semarang. Sumber: Data inventarisir petani mangrove di Kelurahan Mangunharjo.
2. Analisis budidaya tanaman mangrove terhadap mitigasi dampak abrasi pantai di Kelurahan Mangunharjo. Berdasarkan
data
penelitian
budidaya
tanaman
mangrove, Pengelolaan/ budidaya tanaman mangrove oleh masyarakat petani tambak kelurahan mangunharjo dilakukan secara tradisional diantaranya yaitu: 1. Pengeringan lokasi pembibitan 2. Penataan bedengan jaraknya 15 cm membetuk garis lurus. 3. Kalau musim kemarau diberi waring/ net/ jaring hitam untuk mengurangi suhu panas.
65
4. Penataan atau pengisian tanah dipolibackplastik warna putih atau hitam isi tanah, poliback diameter panjang 15 cm lebar 10 cm. 5. Setelah semua selesai diberi pupuk kandang. Kalau tidak ada pupuk maka kita diamkan selama 1 minggu. 6. Kemudian
baru
kita
isi/
tancapkan
bibit
baik
Rhizopora,Avicennia, maupun Bruguiera. 7. Isi air pada pada lokasi pembibitan sampai poliback tenggelam, kalau tidak tenggelam kerjanya menjadi ganda harus menyirami bibit. 8. Dalam waktu 1,5 bulan baru muncul, umur 2 bulan berdaun 2, umur 3 bulan berdaun 4, umur 4 bulan baru siap dipanen. 9. Hasil panen nanti sebagian di jual dan sebagiannya ditransfer kelaut untuk mengurangi dampak abrasi.5
Petani budidaya tanaman mangrove yang ada di Kelurahan Mangunharjo ada 2 Kelompok diantaranya 1) Mangrove Lestari, 2) Mangrove Kali Santren. Kelompok Mangrove Lestari lebih banyak melakukan mitigasi abrasi yang
merusak
kawasan
pesisir
pantai
Kelurahan
Mangunharjo. Cara budidaya tanaman mangrove masih 5
Hasil wawancara dengan bapak sururi, selaku petani tambak di Kelurahan Mangunharjo. 14 Mei 2014, Jam 09.00 Wib.
66
menggunakan model tradisional, tanaman mangrove yang dibudidayakan ada 3 spesies, yaitu 1. Rhizhopora, 2. Avicennia, 3. Bruguiera. Ketiga spesies ini dipilih karena kemampuan akar yang kuat untuk menahan gelombang air laut, serta pohonnya kuat dan besar. Berdasarkan
data
yang
diperoleh,
penanaman
tanaman mangrove membentuk dataran yang dahulu rusak karena
abrasi,
sekarang
mengalami
sedimentasi
atau
pendangkalan dan jarak pantai dengan pemukiman bisa dikembalikan sekitar 500 m, jadi dikalkulasi per tahunnya daerah pantai yang mengalami sedimentasi atau pendangkalan 33 m per tahunnya. Dimulai tahun 2002 petani tambak mulai menggalakkan penanaman mangrove hingga budidaya sendiri, hingga sekarang tahun 2014 sekitar 0,5 km petani sudah mengambil kembali dataran yang terkena abrasi air laut.6 Budidaya mangrove yang dilakukan masyarakat petani tambak di Kelurahan Mangunharjo banyak mengalami kendala diantaranya: 3 W (Wedeng/ Wereng (hama) ), Wedus (kambing), Wong (manusia).7
6
Hasil wawancara petani mangrove bapak Sururi tanggal 15 Mei 2014 jam 09.30 Wib. 7 Hasil wawancara petani mangrove bapak Sururi& Aziz tanggal 14 Mei 2014 jam 09.00 Wib.
67
C. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak keterbatasan yang ditemui. Hal ini dikarenakan berbagai faktor, baik dari faktor peneliti, subyek penelitian, instrumen penelitian, maupun faktor lainnya. Kekurangan yang terdapat pada penelitian ini hendaknya menjadi perhatian semua pihak yang berkompeten
agar
dapat
diperbaiki.
Adapun
keterbatasan
penelitian ini antara lain: 1. Keterbatasan tempat penelitian Penelitian yang dilakukan hanya terbatas pada suatu tempat, yaitu Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu Kota Semarang. Apabila ada hasil penelitian ditempat lain yang berbeda, kemungkinannya tidak jauh menyimpang dari hasil penelitian yang peneliti lakukan. 2. Keterbatasan waktu Penelitian yang dilakukan hanya mendapat waktu yang singkat dikarenakan keterbatasan waktu penelitian, dalam menyelesaikan deadline penelitian yang dilakukan. 3. Keterbatasan populasi Peneliti hanya meneliti mitigasi dampak abrasi air laut pada masyarakat petani tambak (studi kasus budidaya tanaman mangrove di Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu
Kota
Semarang).
Rendahnya
jumlah
populasi
pendukung penelitian. Pembatasan penelitian agar tidak terpengaruh oleh konflik interest antar sesama petani.
68
Masalanya
adalah
kelompok
petani
pertama
lebih
mengutamakan pleanting dan visi observasi lingkungan pantai supaya abrasi bisa berkurang. Petani kedua bertujuan untuk pembibitan, tidak murni observasi lingkungan pantai. 4. Keterbatasan kemampuan Penelitian tidak lepas dari teori atau pengetahuan, oleh karena itu peneliti menyadari keterbatasan kemampuan khususnya pengetahuan ilmiah. Tetapi peneliti sudah berusaha dengan maksimal untuk melaksanakan penelitian sesuai dengan kemampuan keilmuan yang dimiliki serta bimbingan dari dosen pembimbing.
69