BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
Pada bab ini, peneliti akan mengkaji beberapa pokok bahasan diantaranya deskripsi data, analisis data, pembahasan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian. A. Deskripsi Data Penelitian dilaksanakan di SMP Hasanuddin 06 Semarang mulai tanggal 1 Februari 2016 s.d 24 Februari 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VII Semester Genap tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah 54 peserta didik yang terbagi menjadi 2 kelas yaitu, VII A dan VII B. Kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas VII A sebagai kelas kontrol dengan jumlah 27 peserta didik dan VII B sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 27 peserta didik
sedangkan untuk
kelas uji coba instrumen penelitian dilakukan di kelas VIII B dengan jumlah 20 peserta didik. Kelas kontrol dan eksperimen sebelum diberi perlakuan dengan model pembelajaran yang berbeda, terlebih dahulu dipastikan memiliki kemampuan yang seimbang, dengan melakukan uji normalitas dan uji homogenitas dari data nilai ulangan harian materi kalor tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian
ini
termasuk
dalam
penelitian
quasi
eksperimental dengan jenis posttest Only Control yang berarti desain penelitian dalam pengujian rumusan hipotesis hanya
54
menggunakan hasil dari nilai posttest antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional tanpa model Better Teaching and Learning (BTL) dan kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran BTL. Desain penelitian ini adalah sebagai berikut.1 R1
X
R2
O3 O4
Keterangan: R1
: kelas eksperimen
R2
: kelas kontrol
X
: perlakuan
O 2 & O 4 : hasil posttest B. Analisis Data Awal Analisis data awal terdiri atas analisis instrumen dan analisis keabsahan objek penelitian. 1. Analisis Instrumen Analisis instrumen dilakukan pada soal uji coba tes esai yang berupa 13 soal uraian yang telah diujikan di kelas yang sudah pernah mendapatkan materi gerak lurus yaitu kelas VIII B. Analisis instrumen digunakan untuk memastikan bahwa instrumen tersebut valid, memiliki ragam tingkat kesukaran dan daya pembeda serta reliabel, sehingga soal 1
Sugiyono, Metode Penelitian..., hlm. 112.
55
tersebut benar-benar dapat digunakan sebagai soal posttest untuk kelas eksperimen dan kontrol. a. Validitas Analisis validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal tes. Uji Validitas dilakukan satu tahap. Butir soal tes yang tidak lolos uji validitas dibuang dan tidak digunakan sedangkan item tes yang lolos pada uji validitas kemudian diuji indeks kesukaran dan daya pembeda soal. Berdasarkan uji coba soal yang telah dilaksanakan dengan jumlah peserta uji coba, N = 20 dan taraf signifikansi 5 % di dapat rtabel = 0,38. Butir soal dikatakan valid rhitung>rtabel (rhitung
jika
lebih besar dari 0,38), sehingga
diperoleh hasil seperti ditunjukkan pada Tabel 4.1. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5 . Tabel 4.1 Validitas Butir Soal No 1.
Kriteria Valid
2.
Invalid
Nomor Soal 1,4,6,7,8,10,12, 13 2,3,5,9,11
Jumlah Prosentase 8 61,53% 5
38,46%
Perhitungan validitas butir soal diperoleh 8 soal valid dan 5 soal tidak valid. Soal yang valid kemudian diuji tingkat kesukaran dan daya pembeda. b. Tingkat Kesukaran Analisis tingkat kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal apakah soal tersebut
56
memiliki kriteria sedang, sukar atau mudah. Berdasarkan hasil perhitungan indeks kesukaran butir soal seperti ditunjukkan
seperti
pada
Tabel
4.2.
Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7 . Tabel 4.2 Analisis Tingkat Kesukaran No 1. 2.
Kriteria Sukar Sedang
Nomor Soal 10,11,12,13 4,5,7,8
3. Mudah c. Daya Pembeda Analisis
Jumlah Prosentase 4 30,76% 4 30,76%
1,2,3,6,9 daya
5
pembeda
38,46%
digunakan
untuk
mengetahui kemampuan soal atau instrumen dalam membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang berkemampuan rendah. Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda soal diperoleh
seperti
pada
Tabel
4.3.
Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8 . Tabel 4.3 Analisis Daya Pembeda
57
No
Kriteria
1. 2. 3.
Baik Sekali Baik Cukup
4.
Jelek
Nomor Jumlah Prosentase Soal 1,4,6,7,8,9, 9 69,23% 10, 12,13 2,3,5,11 4 30,76%
d. Reliabilitas Instrumen Butir soal instrumen yang telah lolos uji validitas, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat konsistensi jawaban instrumen. Instrumen yang baik secara akurat memiliki jawaban yang konsisten untuk kapanpun instrumen itu disajikan. Hasil r11 = 0,51 dengan taraf signifikansi 5% dan N = 20. Hasil r11(0,51) > rtabel (0,38) , sehingga instrumen
soal
tersebut
reliabel.
Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6 . 2. Analisis Kesahihan Objek Penelitian Analisis kesahihan objek penelitian digunakan untuk menentukan apakah objek yang dipilih sah secara statistik sebagai obyek penelitian. Analisis dilakukan melalui data nilai ulangan harian fisika materi kalor tahun pelajaran 2015/2016 dengan dua uji statistik yaitu normalitas dan uji homogenitas. Hasil analisis menunjukkan
apakah kedua kelompok
eksperimen dan kontrol memiliki tingkat homogenitas yang sama. a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut terdistribusi normal atau tidak. Pengujian
dilakukan
dengan
uji
Chi-Kuadrat.Hasil
pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5.
58
Tabel 4.4 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Awal Kelas Kontrol (VII A) Frekuensi Relatif (%) 1 60-64 4 14,81 2 65-69 3 11,11 3 70-74 13 48,14 4 75-79 4 14,81 5 80-84 3 11,11 Jumlah 27 100 Tabel 4.5 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Awal No
Interval Kelas
Frekuensi
Kelas Eksperimen (VII B) No 1 2 3 4 5 6
Interval kelas 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 Jumlah
Frekuensi 3 3 4 8 6 3 27
Frekuensi Relatif (%) 11,11 11,11 14,81 29,62 22,22 11,11 100
Kriteria pengujian yang digunakan untuk taraf signifikansi α = 5% dengan dk = k-1. Jika 2 hitung < 2 tabel
maka data berdistribusi normal dan sebaliknya jika
2 hitung ≥ 2 tabel maka data tidak berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas data dapat dilihat pada Tabel 4.6.
59
Tabel 4.6 Data Hasil Uji Normalitas Awal Kelas Eksperimen (VII B) Kontrol (VII A)
2 hitung Dk 2,76 5,84
5 4
2 tabel 11,07 9,48
Ket Normal Normal
Tabel 4.6 menunjukkan uji normalitas nilai awal pada kelas eksperimen (VII B) untuk taraf signifikansi 5% dengan dk = 6 – 1 = 5 diperoleh 2 hitung = 2,76 dan 2 tabel
= 11,07 menunjukkan bahwa 2 hitung < 2 tabel,
sehingga data tersebut berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat di lihat pada Lampiran. Uji normalitas nilai awal pada kelas kontrol (VII A) untuk taraf signifikansi 5% dengan dk = 5 -1 = 4 diperoleh 2 hitung
= 5,84 dan
2 tabel
=
9,84.
Menunjukkan bahwa 2 hitung < 2 tabel, sehingga data tersebut
juga
berdistribusi
normal.
Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran. b. Uji Homogenitas Uji homegenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelas (eksperimen dan Kontrol) mempunyai varian yang sama (homogen) atau tidak. Uji kesamaan dua varian data dilakukan dengan menggunakan rumus: Fhitung = Kedua kelas mempunyai varian yang sama jika menggunakan α = 5 % menghasilkan Fhitung
60
kedua kelas dikatakan homogen. Dari hasil perhitungan diperoleh:
S12 = 60,07 S22 = 37,10 Maka dapat dihitung : Fhitung =
= 1,61
Perhitungan uji homogenitas untuk sampel diatas diperoleh Fhitung = 1,61 dengan peluang
1 α dan taraf 2
signifikansi sebesar α = 5% serta dk pembilang = 27 – 1 = 26 dan dk penyebut = 27 – 1 = 26 yaitu Ftabel = 2,19 menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel, sehingga
data
bervarian homogen. Data hasil uji homogenitas awal seperti
ditunjukkan
pada
Tabel
4.7.
Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15. Tabel 4.7 Data Hasil Uji Homogenitas Awal No 1 2
Kelas VII A VII B
Fhitung
Ftabel
Kriteria
1,69
2,19
Homogen
3. Uji Hipotesis (Uji kesamaan rata-rata) Uji
kesamaan
dua
rata-rata
digunakan
untuk
mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki rata-rata yang identik atau sama pada tahap awal sebelum diberi perlakuan. Pengujian dilakukan dengan
61
menggunakan statistik t karena kedua kelompok sampel berdistribusi normal dan homogen. Perumusan hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut. H0 : µ1 = µ2 (kemampuan awal kedua sampel sama) H1: µ1 ≠ µ2 (kemampuan awal kedua sampel berbeda)
t
x1 x 2 1 1 s n1 n 2
Dengan s
n1 1 s12 n2 1 s22 n1 n2 2
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data diperoleh seperti pada Tabel 4.8: Tabel 8 Data Uji Kesamaan Rata-rata RataS t t Ket Rata gabungan hitung tabel Eksperimen 27 74,92 1,77 2,00 H0 diterima 6,97 Kontrol 27 70,55 Berdasarkan hasil perhitungan uji kesamaan dua rataKelas
N
rata pada kelas eksperimen dan kontrol diperoleh thitung = 1,776 dan ttabel
=
2,00 dengan taraf signifikan 5% dan
dk n1 n2 2 = 27 + 27 – 2 = 52. Karena ttabel thitung ttabel berarti rata-rata kemampuan berpikir kritis peserta didik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol relatif sama. Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti, maka
62
dapat dikatakan bahwa kedua kelas sampel berangkat dari kondisi yang sama. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16. Kurva uji t adalah seperti pada Gambar 4.1
Daerah penerima an Ho
-2,00
1,776
2,00
Gambar 4.1. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Berdasarkan
kurva
4.1
terlihat
bahwa,
nilai
ttabel thitung ttabel berarti rata-rata kemampuan berpikir kritis peserta didik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol relatif sama. C. Analisis Data Akhir Analisis data akhir didasarkan pada nilai posttest yang diberikan pada peserta didik baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Analisis akhir ini meliputi uji normalitas, uji homogenitas analisis kemampuan berfikir kritis dan uji hipotesis. 1. Uji normalitas Uji normalitas menggunakan data nilai posttest peserta didik setelah melaksanakan proses pembelajaran. Peserta didik yang mengikuti posttest yaitu sebanyak 54 anak terbagi menjadi 2 kelas yaitu kelas kontrol dan eksperimen.
63
Masing-masing kelas tersebut berjumlah 27 peserta didik. Distribusi frekuensi nilai dari masing-masing kelas disajikan seperti pada Tabel 4.9 dan Tabel 4.10: Tabel 4.9
Daftar Distribusi Frekuensi Nilai posttest kelas kontrol (VII A)
No 1 2 3 4 5
Interval Kelas 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 Jumlah
Frekuensi 6 3 11 5 2 27
Frekuensi Relatif (%) 22,22 11,11 40,74 18,51 7,40 100
Tabel 4.10 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai posttest kelas Eksperimen (VII B) No 1 2 3 4 5
Interval Kelas Frekuensi 62-66 67-71 72-76 77-81 82-86 Jumlah
3 5 7 11 1 27
Frekuensi Relatif (%) 9,37 18,51 25,92 40,74 3,70 100
Kriteria pengujian menggunakan taraf signifikansi α = 5% dengan dk = k – 1. Jika 2 hitung < 2 tabel maka data berdistribusi normal dan sebaliknya jika 2 hitung
≥ 2 tabel
maka data tidak berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas seperti pada Tabel 4.11:
64
Tabel 4.11 Data Hasil Uji Normalitas Akhir Kelas Eksperimen Kontrol
2 hitung
Dk
2 tabel
Keterangan
5,03 10,14
4 4
9,48 9,48
Normal Normal
Uji normalitas nilai posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh 2 hitung
berturut-turut sebesar
5,03 dan 10,14 sedangkan 2 tabel = 9,48 yang menunjukkan bahwa 2 hitung < 2 tabel, sehingga data berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran. 2. Uji Homogenitas Perhitungan uji homogenitas untuk sampel dengan menggunakan
data
nilai
hasil
belajar
(posttest).
Uji
homogenitas data menggunakan rumus: Fhitung = Kedua kelas mempunyai varian yang sama (homogen) apabila menggunakan α = 5 % menghasilkan Fhitung
S12 = 49,91 S22 = 31,11 Makadapat dihitung : Fhitung
65
= 1,60
diperoleh Fhitung = 1,10 dengan peluang
1 α dan taraf 2
signifikan sebesar α = 5 %, serta dk pembilang = 27 – 1 = 26 dan dk penyebut = 27 – 1 = 26 yaitu Ftabel = 2,19 terlihat bahwa Fhitung < Ftabel, hal ini menunjukkan bahwa data bervarian homogen. Data hasil uji homogenitas akhir seperti ditunjukkan pada Tabel 4.12. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran. Tabel 4.12 Data Hasil Uji Homogenitas Akhir No 1 2
Kelas VII A VII B
Fhitung
Ftabel
Kriteria
1,60
2,19
Homogen
3. Analisis kemampuan berfikir kritis Hasil kemampuan berpikir kritis peserta didik materi gerak lurus diperoleh melalui tes akhir atau posttest yang berupa soal esai. Indikator kemampuan berpikir kritis yang diukur yaitu, kemampuan untuk menarik kesimpulan dari pengamatan, kemampuan untuk mengidentifikasi asumsi, kemampuan untuk berpikir secara deduktif, kemampuan untuk membuat interpretasi yang logis dan kemampuan untuk mengevaluasi argumentasi. Posttest dinilai dengan
pemberian
skor.
Skor
tersebut dihitung persentasenya kemudian mengkategorikan persentase kemampuan berpikir kritis peserta didik sesuai dengan kriteria kuantitatif yang telah ditentukan. Kriteria
66
ini disusun dengan memperhatikan rentangan nilai yang diperoleh
peserta didik pada saat tes akhir /postest, dan
dilakukan
dengan
membagi
rentangan
nilai
tersebut
seperti ditunjukkan pada Tabel 4.13. Tabel 4.13 Kategori Kemampuan Berpikir Kritis Presentase Aspek Kategori 0< x ≤ 25% Sangat Kritis 26< x ≤ 50% Kritis 51< x ≤ 75% Kurang Kritis 76< x ≤ 100% Sangat Kurang Kritis x = rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis Berdasarkan
hasil
perhitungan
posttest
dengan
mengacu pada tabel di atas sebagai pedoman, maka diketahui hasil tingkat kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol seperti pada Lampiran 20: Dari Lampiran 20 dapat dibuat persentase analisis hasil tes kemampuan berpikir kritis seperti pada Tabel 4.15. Tabel 4.15 Persentase Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Eksperimen Kontrol Kategori Jumlah Presentase Jumlah Presentase 13 48,14 Sangat 7 25,92% Kritis 14 51,85% Kritis 20 74,07% 0 0% Kurang 0 0% Kritis 0 0% Sangat 0 0% Kurang Kritis 27 100% 27 100%
67
4. Uji Hipotesis Uji hipotesis menggunakan uji perbedaan dua ratarata yang bertujuan untuk mengetahui apakah hasil dari nilai posttest antara kelas eksperimen dan kontrol mempunyai nilai rata-rata yang berbeda atau tidak. Uji perbedaan dua rata-rata juga digunakan dalam menguji hipotesis penelitian, yaitu hipotesis diterima atau ditolak. Hipotesis yang digunakan adalah: Ho : µ1 ≤ µ2 Ha : µ1 > µ2 Keterangan : µ1 = hasil rata-rata nilai posttest belajar peserta didik pada materi gerak lurus dengan model pembelajaran BTL (kelas eksperimen). µ2 = hasil rata-rata nilai posttest belajar peserta didik pada materi
gerak
lurus
tanpa
menggunakan
model
pembelajaran BTL (kelas kontrol). Kriteria Ho diterima jikathitung
ttabel , hasil uji perbedaan dua rata-rata disajikan dalam Tabel 4.16. Tabel 4.16 Hasil Perbedaan Dua Rata-Rata Sumber Variasi Jumlah Nilai N
x
Varians (s2) Varians Gabungan (s)
Kelas eksperimen 2020 27 74,81 29,54
Kelas Kontrol 1914 27 70,88 41,48
5,96
68
Hasil perhitungan data dengan menggunakan uji-t diperoleh nilai thitung= 2,42, sedangkan ttabel α = 5% dan dk = 27 + 27-2 = 62 diperoleh ttabel = 2,00. Hasil thitung = 2,42 dan ttabel =2,00 menunjukkan bahwa thitung > ttabel, sehingga Hoditolak dan Ha diterima yang berarti rata-rata kemampuan berfikir kritis peserta didik pada materi Gerak lurus dengan model Better Teaching and Learning (BTL) pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kemampuan berfikir kritis peserta didik dengan pembelajaran konvensional tanpa menggunakan model BTL pada kelas kontrol. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22 dan kurva perhitungan uji-t pihak kanan dapat dilihat pada gambar 4.2.
Daerah penerimaa n Ho
Daerah Penerimaan Ha
2,00
2,42
Gambar 4.2 Uji Pihak Kanan Pada gambar 4.2 terlihat bahwa nilai thitung terletak didaerah penerimaan Ha. Dengan demikian thitung > ttabel maka hipotesis Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti bahwa penerapan
model
pembelajaran
BTL
efektif
terhadap
peningkatan kemampuan berfikir kritis peserta didik fisika
69
materi pokok gerak lurus peserta didik kelas VII SMP Hasanuddin 06 Semarang. D. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan merupakan penelitian eksperimen yang obyek penelitiannya terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen (VII B) dan kelompok kontrol (VII A). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran Better Teaching and Learning terhadap peningkatan kemampuan berfikir kritis peserta didik kelas VII SMP Hasanuddin 06 Semarang pada materi gerak lurus. Berdasarkan data awal dari nilai ulangan harian fisika materi kalor tahun pelajaran 2015/2016, uji normalitas nilai awal kelas eksperimen diperoleh 2 hitung = 2,76 dan 2 tabel = 11,07 dengan taraf signifikansi 5% dengan dk = 6 – 1 = 5 menunjukkan bahwa 2 hitung < 2 tabel, sehingga data awal berdistribusi normal. Uji homogenitas awal diperoleh dengan uji F, yaitu untuk mengetahui apakah antara kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi homogen. Hasil perhitungan diperoleh Fhitung = 1,61 dengan peluang
1 α dan taraf signifikansi sebesar α = 5% serta dk 2
pembilang = 27 – 1 = 26 dan dk penyebut = 27 – 1 = 26 yaitu Ftabel = 2,19 menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel, sehingga data awal bervarian homogen.
70
Setelah diketahui normalitas dan homogenitas dari kedua kelompok, langkah selanjutnya peneliti memberikan perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan pembelajaran Better Teaching and Learning (BTL) dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran BTL pada kelas eksperimen adalah sebagai berikut: 1. Introduction : Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan pertanyaan motivasi dari materi yang akan dipelajari sebagai bekal dalam berdiskusi. 2. Connection: Guru memfasilitasi peserta didik untuk berfikir tentang
materi yang dipelajari dan mengkondisikan
dan
membimbing peserta didik untuk membentuk kelompok yang masing-masing terdiri dari 5-7 orang. 3. Application : a) Guru membimbing peserta didik dalam berdiskusi. b) Guru membuka presentasi dan membimbing peserta didik
untuk mempresentasikan
hasil diskusinya
di
depan kelas dan masing-masing kelompok menanggapi. c) Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik menganalisis
dan mengevaluasi
proses penyelidikan
untuk pemecahan masalah. d) Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan hasil diskusi.
71
4. Reflection : Guru
memfasilitasi peserta didik
untuk
bertanya jika ada materi yang belum dimengerti oleh peserta didik, kemudian guru meluruskan pemahaman dan memberikan penguatan. 5. Extension : Guru Memberikan
latihan
soal kepada
peserta didik. Langkah-langkah model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol adalah sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Guru menyampaikan materi
dan melakukan tanya jawab
sebagai pengantar. 3. Guru meminta setiap peserta didik membaca materi gerak lurus. 4. Guru meminta untuk meringkas materi gerak lurus di buku catatan. 5. Guru menjelaskan cara perhitungan rumus dari materi gerak lurus. 6. Guru memberikan latihan soal kepada peserta didik untuk mengetahui pemahaman peserta didik. 7. Guru mengajak peserta didik untuk menyimpulkan pelajaran. Kelas kontrol dan eksperimen setelah diberi perlakuan dilakukan posttest. Hasil posttest dilakukan uji data akhir, meliputi uji normalitas dan homogenitas tahap akhir, uji perbedaan ratarata dan analisis kemampuan berfikir kritis. Hasil uji perbedaan rata-rata menunjukkan bahwa thitung = 2,42 sedangkan ttabel= 2,00,
72
sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima. Berdasarkan analisis kemampuan berfikir kritis dari nilai posttest pada kelas eksperimen didapatkan sebanyak 48,14 peserta didik memiliki kemampuan berfikir sangat kritis dan sebanyak 51,85% peserta didik memiliki memiliki kemampuan berfikir kritis. Sedangkan pada kelas kontrol didapatkan sebanyak 25,92% peserta didik memiliki kemampuan berfikir sangat kritis dan sebanyak 74,07% peserta didik memiliki memiliki kemampuan berfikir kritis. Analisis data akhir menunjukkan model pembelajaran BTL mampu meningkatkan kemampuan berfikir kritis peserta didik kelas VII pada materi pokok gerak lurus yang dibuktikan dengan hasil posttest peserta didik kelas eksperimen memiliki nilai ratarata lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. E. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini pasti banyak terjadi kendala dan hambatan. Hal tersebut bukan karena faktor kesengajaan, melainkan terjadi karena adanya keterbatasan peneliti. Adapun kendala yang dialami peneliti dalam penelitian yang pada akhirnya menjadi keterbatasan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Keterbatasan Waktu Penelitian yang dilakukan terbatas oleh waktu. Karena waktu yang digunakan sangat terbatas, maka hanya dilakukan penelitian sesuai keperluan yang berhubungan dengan apa yang diteliti. Meskipun waktu yang digunakan cukup singkat
73
akan tetapi penelitian ini sudah memenuhi syarat-syarat dalam penelitian ilmiah. 2. Keterbatasan Materi Penelitian ini terbatas pada materi gerak lurus pada peserta didik kelas VII SMP Hasanuddin 06 Semarang tahun pelajaran 2015/2016, sehingga ada kemungkinan perbedaan hasil penelitian apabila model pembelajaran BTL diterapkan pada materi lain. 3. Keterbatasan Tempat Penelitian Lokasi penelitian adalah SMP Hasanuddin 06 Semarang
tahun
pelajaran
2015/2016,
sehingga
ada
kemungkinan perbedaan hasil penelitian apabila penelitian yang sama dilakukan pada objek penelitian yang lain, namun sampel penelitian sudah memenuhi prosedur penelitian.
74