BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi Penelitian 1. Deskripsi Umum Madrasah Tsanawiyah NU 06 Sunan Abinawa Pegandon Kendal Madrasah Tsanawiyah NU 06 Sunan Abinawa Pegandon adalah Lembaga Pendidikan Agama Tingkat Pertama dibawah naungan organisasi keagamaan, yaitu Nahdlatul Ulama (NU) di Majelis Wakil Cabang (MWC) Kecamatan Pegandon, didirikan pada tanggal 4 Januari 1973 dengan para pendiri sebagai berikut : a.
Bapak Ky. Abdul Malik Mahrus (almarhum)
b.
Bapak Ky. Muslikhun Suwaifi (almarhum)
c.
Bapak KH. Muchsin Yunus, BA.1 Pada awal berdirinya, MTs NU 06 Sunan Abinawa
ini bernama Madrasah Menengah Pertama yang disingkat MMP berlangsung selama 1 tahun, yaitu sampai tahun 1974.kemudian dengan niat bertafa’ul dengan seorang Wali Allah yang disemayamkan di wilayah Kecamatan Pegandon tepatnya di Desa Pakuncen, maka madrasah yang semula bernama Madrasah Menengah Pertama (MMP) diganti dengan nama Madrasah Tsanawiyah Agama Islam (MTs AI) Sunan Abinawa pada tahun 1976. Kemudian setelah adanya 1
Dokumentasi MTS NU 06 Sunan Abinawa Pegandon Kendal
62
muktamar NU 1984 dan kembali ke khitah 1926, semua lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Lembaga Pendidikan Ma’arif NU harus memakai nama NU dan menggunakan nomor urut pendirian sehingga menjadi Madrasah Tsanawiyah NU 06 Sunan Abinawa Pegandon.2 Secara formal Madrasah Tsanawiyah NU 06 Sunan Abinawa
Pegandon
telah
terdaftar
sebagai
lembaga
Pendidikan Agama di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal
berdasarkan
piagam
LK/3.6/328/PGM/1981, tanggal dikeluarkan
oleh
Lembaga
Madrasah
nomor
:
1 Januari 1981 yang
Pendidikan
Agama
Islam
Departemen Agama Republik Indonesia Propinsi Jawa Tengah. Pada tahun 1987 Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama 06 Sunan Abinawa Pegandon Kendal mendapat pengakuan hak untuk mengikuti ujian persamaan Madrasah Tsanawiyah Negeri dari Departemen Agama Republik Indonesia
berdasarkan
WK/5.c/36/pgm/Ts/1987,
piagam kemudian
Madrasah pada
nomor tahun
:
1993
mendapat pengakuan peningkatan status yang semula berstatus terdaftar menjadi diakui berdasarkan Piagam Jenjang Akreditasi Diakui nomor : WK/5.c/PP.00.5/1390/1993.3 2
Wawancara dengan Bapak Abdul Majid, S.Pd.I Selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah NU 06 Sunan Abinawa Pada Tanggal 26 April 2016. 3
63
Dokumentasi MTS NU 06 Sunan Abinawa Pegandon Kendal
a. Deskripsi Masyarakat di sekitar Madrasah Mayoritas penduduk desa penanggulan beragama Islam, yang mana penduduknya sendiri terbagi dalam dua unsur
organisasi
masyarakat
yaitu
organisasi
Muhammadiyah dan organisasi Nahdatul Ulama (NU). Selanjutnya jumlah usia produktif mencapai 2000 dengan prosentasi pekerjaan pedagang 40%, petani 25%, sopir 5%, karyawan 20%, lain-lain 10%. 4 Setelah peneliti melakukan wawancara dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat sekitar madrasah, hasil
yang
didapatkan
adalah
Masyarakat
sekitar
Madrasah telah ikut berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas sarana prasarana pendidikan di Madrasah Tsanawiyah NU 06 Sunan Abinawa Pegandon Kendal. Misalnya dalam hal perencanaan, masyarakat sekitar ikut berpartisipasi dalam pengadaan sumbangan sarana prasarana. Kemudian dalam hal pelaksanaan, masyarakat sekitar juga telah menyediakan Masjid atau mushola untuk sholat berjamaah dan kegiatan PHBI, lapangan sepak bola dan voly untuk clas meeting dan pelajaran pendidikan jasmani (olahraga), dan kantin untuk tempat makan para siswa. evaluasi,
masyarakat
sekitar
5
Selanjutnya dalam hal madrasah
juga
ikut
4
Dokumentasi Desa Penanggulan kecamatan Pegandon
5
Observasi pelaksanaan Partisipasi masyarakat, tanggal 3 Mei 2016
64
berpartisipasi dalam hal penilaian terhadap penggunaan sarana prasarana yang telah disediakan melalui rapat komite madrasah. Dengan demikian kondisi umum partisipasi masyarakat dalam penyelenggaran pendidikan di Madrasah Tsanawiyah NU 06 Sunana Binawa Pegandon Kendal dapat dikatakan baik. 6 Indikatornya yaitu masyarakat ikut berpartisipasi cukup tinggi dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi terhadap sarana prasarana yang diberikan kepada madrasah demi meningkatkan kualitas Madrasah. b. Jumlah Guru dan Karyawan Tenaga pendidik dan kependidikan yang berperan dalam kegiatan pembelajaran di MTS NU 06 Sunan Abinawa Pegandon terdapat 24 guru dan 1 orang petugas kebersihan dan 1 orang penjaga sekolah serta 3 Tata Usaha. Berikut daftar guru dan karyawan serta struktur organisasi MTS NU 06 Sunan Abinawa dapat dilihat pada lampiran.7 c. Jumlah siswa Keadaan siswa MTS NU 06 Sunan Abinawa pegandon pada tahun pelajaran 2015/2016 dilihat dari segi
6
Wawancara dengan Bapak Abdul Majid, S.Pd.I Selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah NU 06 Sunan Abinawa Pada Tanggal 26 April 2016. 7
65
Dokumentasi MTS NU 06 Sunan Abinawa Pegandon Kendal
kuantitatif, jumlah siswa mencapai 327 Siswa.Rincian jumlah siswa tahun pelajaran 2014/2015 303 siswa . Jadi terjadi kenaikan jumlah siswa sebesar 0.01%.hal ini di karenakan sarana prasarana yang mendukung yang ada di sekolah MTS NU 06 Sunana Abinawa. 2. Deskripsi Data Hasil Penelitian a. Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan Rancangan Peningkatan Mutu Perencanaan Sarana Prasarana Pendidikan Berdasarkan wawancara, maupun observasi yang diperoleh
di lapangan
partisipasi masyarakat dalam
penyusunan perencanaan
peningkatan mutu sarana
prasarana pendidikan merupakan suatu program yang di laksanakan
untuk
membantu
Madrasah
dalam
mengembangkan misinya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Peningkatan
harapan
masyarakat
tersebut
memberikan tantangan baru bagi dunia pendidikan, yaitu bagi pemerintah dan yayasan penyelenggara pendidikan, tidak bisa lagi hanya didasari asal sekolah itu berjalan apapun keadaannya, tetapi pendidikan itu harus bermutu dan memiliki akuntabilitas yang tinggi.Artinya, sekolah harus diurus atas dasar profesionalisme, bukan asal
66
jadi.8Adapun
yang
dilakukan
masyarakat
dalam
Penyusunan Rancangan Peningkatan Mutu Perencanaan Sarana Prasarana Pendidikan adalah Berpartisipasi dalam rapat RAKS yang dihadiri juga oleh komite sekolah, guru dan wali murid, dalam rapat tersebut hal-hal yang dibahas antara lain : a. merumuskan
barang
(sarana
prasarana)
yang
diperlukan dan pembuatan rincian b. membantu untuk memberikan masukan masukan terkait
penyusunan
RKAS
juga
sekaligus 9
mengawasi jalannya penyusunan RKAS.
Adapun tokoh yang terlibat dalam rapat tersebut adalah : a. Kepala Madrasah
: H. Abdul Majid, S.Pd.I
b. kepala komite
: Drs. H. Yusuf Jupri
c. Pejabat Pemerintah
: RiaSetiyaningsih, Amd.Keb
d. Tokoh Agama
: H. Mathori Faris
e.
: Zainal Rokiban
Tokoh masyarakat. Dalam hal
sekolah, prasarana
pengadaan
rapat perencanaan sekolah
sarana
pengadaan
dilakukan
dan prasarana sarana
dan
dengan menghadirkan
komite sekolah sebagai wakil dari orang tua wali murid 8
Wawancara dengan Bapak Abdul Majid, S.Pd.I Selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah NU 06 Sunan Abinawa Pada Tanggal 26 April 2016. 9
Wawancara dengan Zainal Rokiban Selaku Tokoh Masyarakat Desa Penanggulan Pada Tangga l 6 Mei 2016
67
dan masyarakat.
Bentuk
pengawasan
dalam proses
perencanaan sarana dan prasarana sekolah adalah seperti ikut dalam penyusunan skala prioritas yang dibutuhkan oleh
sekolah, mulai
dari perumusan barang yang
diperlukan sampai pada tahap membuat rincian biaya yang dibutuhkan untuk melakukan belanja sekolah. Semua
hal tersebut
bersama
kepala
dibahas sekolah
dalam
rapat
RKAS
dan
guru. Dengan
keikutsertaan pihak komite sekolah dalam penyusunan RKAS , selain
bisa
masukan masukan
membantu
untuk
memberikan
terkait penyusunan RKAS juga
sekaligus mengawasi jalannya penyusunan RKAS.10 b. Partisipasi
Masyarakat
dalam
Pelaksanaan
Peningkatan Mutu Sarana Prasarana Pendidikan Partisipasi mayarakat dalam peningkatan kualitas sarana prasarana di Madrasah Tsanawiyah NU 06 Sunan Abinawa Pegandon yang diberikan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan secara sukrela dan ikhlas.Hal ini dikarenakan Madrasah berasal dari aspirasi masayrakat, aspirasi tersebut menjadi awal berdirinya yang kemudian mendapatkan respon yang cukup baik dari masyarakat lain yang berupa pemberian tanah wakaf, bahan bangunan dan lain sebagainya. 10
Wawancara dengan Drs. H. Yusuf Jupri Selaku Kepala Komite Pada Tanggal 28April 2016
68
Masyarakat desa Penanggulan sebagai stakeholder, dalam perkembangan dan kemajuan pendidikan pada umumnya dan khususnya sarana prasarana
sangat dibutuhkan
partisipasinya. Sehingga dengan adanya hubungan yang harmonis antara masyarakat dan madrasah peningkatan mutu/kualitas pendidikan lebih mudah tercapai.11 Bentuk
partisipasi
masyarakat dalam rangka Prasarana pendidikan
yang
diberikan
oleh
peningkatan kualitas Sarana
di Madrasah dapat dilihat dari
penggunaan beberapa sarana dan prasarana yang di dapat dari
masyarakat
untuk
menunjang
pendidikan
di
madrasah.Sarana dan prasaran dari meningkatkan kualitas sarana dan prasarana MTs NU 06 Sunan Abinawa Pegandon adalah sebagai berikut :12 a. Masjid untuk kegiatan PHBI Masjid Nurut Taqwa yang terletak ditengah – tengah Desa Penanggulan yang selama ini digunakan untuk tempat pelaksanaan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), misalnya untuk acara peringatan Isra’ Mi’raj Nabi muhamad Solawallhualaihi Wasalam yang diadakan oleh Madrasah Tsanawiyah NU 06 Sunan abunawa, dengan izin dari masyarakat Masjid Nurut 11
Wawancara dengan Zainal Rokiban Selaku Tokoh Masyarakat Desa Penanggulan Pada Tangga l 6 Mei 2016 12
Wawancara dengan Drs. H. Yusuf Jupri Selaku Kepala Komite Pada Tanggal 28April 2016
69
Taqwatersebut dapat digunakan untuk kegiatan madrasah.13 b. Mushola untuk sholat berjamaah Sarana yang kedua adalah Mushola Baitur Rohman, musholla ini merupakan sarana yang dimanfaatkan oleh madrasah untuk tempat berjamaah murid-murid. Sholat berjamaah tersebut biasanya dilakukan setiap memasuki jam sholat dzuhur.14 Hal tersebut terus berjalan dengan lancer tanpa ada kendala yang berarti sejalan
masyarakatmemutuskan ikut berpartisipasi
dalam pengadaan sarana untuk shalat berjamaah bagi para murid. 15 c. Lapangan Sepak Bola dan lapangan Voly untuk pelajaaran pendidikan jasmani (olah raga) maupun class meeting paska ujian. Sarana ketiga adalah lapangan desa, setiap kegiatan sekolah yang berbasis kegiatan jasmani seperti pelajaran olah raga dan atau kegiatan class meeting, lapangan desa ini menjadi sarana utama. Mulai dari kelas satu hingga kelas tiga untuk setiap jam pelajaran 13
Observasi kegiatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad,tanggal 7 Mei
14
Observasi kegiatan Sholat Dzuhur Berjamah pada tanggal 9 Mei
2015 2015 15
Wawancara dengan H. Mathori Faris Selaku Tokoh Agama Desa Penanggulan Pada Tanggal 10 Mei 2016
70
olah raga, lapangan desa ini menjadi tujuan utama. Hal ini berjalan secara harmoni tanpa ada rasa tidak terima dari masyarakat atau terjadi kesalah pahaman antara pihak sekolah dan masyarakat.16 d. Kantin untuk peristirahatan murid-murid. Sarana keempat adalah kantin, kantin ini merupakan warga sekitar sekolah yang menyediakan makanan ringan ataupun berat untuk siswa ketika jam istirahat tiba.Posisi kantin-kantin pun tidak berada didalam lingkungan sekolah melainkan diluar lingkungan sekolah (bersebrangan jalan dengan madrasah).Di dalam madrasah tidak ada kantin resmi dari maadrasah sehingga partisipasi semacam ini sangat membantu pihak seklah mengingat kebutuhan pangan sangat penting bagi siswa. Selain itu, salah satu bentuk partisispasi masyarakat dalamPelaksanaan Peningkatan Mutu Sarana Prasarana Pendidikanadalahpengawasan yang diberikan oleh pihak komite sekolah dalam proses pengadaan
yaitu
pihak komite sekolah terlihat
langsung dalam kepanitiaan pengadaan sarana dan prasa
rana
sekolah, dengan
terlibatnya
komite
sekolah bersama dengan beberapa guru menjadi 16
Wawancara dengan Ria Setiyaningsih,A.md.Keb Selaku Kepala Desa Pada Tanggal 9 Mei 2016
71
panitia pelaksana pengadaan sarana dan prasarana sekolah, maka masyarakat akan terlibat langsung dalam
proses
pengadaan sarana
dan
prasarana
sekolah, seperti pembangunan gedung, pembelian peralatan, perbaikan keramik dan lain-lain.17 Dari hal tersebutlah
masyarakat dapat
mengontrol jalannya proses pengadaan sarana dan prasarana dengan maksimal.Tentunya pula partisipasi masyarakat juga tetap berlanjut dalam pengadaan sumbangan sarana dan prasarana.18 c. Partisipasi Masyarakat dalam Evaluasi Peningkatan Mutu Sarana Prasarana Pendidikan Keterlibatan masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan sangat penting, dimanamasyarakat merupkan salah satu komponen yang tak dapat dipisahkan dari pendidikan, sehingga Partisipasi masyarakat menjadi hasil dari hubungan kerja sama yang harmonis antara masyarakat dengan Madrasah dalam bidang pendidikan. Hal tersebut menjadi tujuan untuk lebih meningkatkan
17
Wawancara dengan Zainal Rokiban Selaku Tokoh Masyarakat Desa Penanggulan Pada Tangga l 6 Mei 2016 18
Wawancara dengan Drs. H. Yusuf Jupri Selaku Kepala Komite Pada Tanggal 28April 2016
72
solidaritas
masyarakat
terhadap
pendidikan
demi
meningkatnya sebuah mutu pendidikan.19 Hubungan antara Madrasah dengan masyarakat juga penting bagi penyelenggaraan pendidikan, untuk itu Madrasah selalu menjalin hubungan dengan pihak luar sekolah dengan baik, mulai dari orang tua siswa, komite sekolah,tokoh masyarakat, sampai dengan tokoh ulama pondok pesantren, khususnya untuk wilayah desa penanggulan
juga
berfungsi
memperlancar
arus
komunikasi Dari bentuk dan jenisnya. Akan tetapitujuan akhir
sebenarnyaadalah
untuk
membangkitkan
masyarakat untuk berpartisipasi dan bekerja sama dengan Madrasah.20 Hal-hal
yang
dilakukan
masyarakat
dalam
evaluasi antara lain: 1) Evaluasi Fisik, masjid dan mushola ketika ada kerusakan warga ikut memperbaiki masyarakat dan warga
madrasah
bergotong royong
merenovasi
apabila terjadi kerusakan dalam sarana prasarana yang telah disediakan. evaluasi peletakan lokasi kantin yang tadinya diluar lingkungan sekolah yaitu d serbang jalan sekolah sehingga membahayakan para 19
Wawancara dengan Ria Setiyaningsih,A.md.Keb Selaku Kepala Desa Pada Tanggal 9 Mei 2016 20
Wawancara dengan Drs. H. Yusuf Jupri Selaku Kepala Komite Pada Tanggal 28April 2016
73
siswa, bisa saja terjadi kecelakaan, untuk itu kantin di pindah ke dalam lingkungan sekolah agar lebih aman.21 2) Evaluasi fungsional, masyarakat ikut menegur apabila ada peserta didik yang tidak memanfaatkan fasilitas sarana prasarana yang sudah disediakan dengan baik. Dalam penyampaian teguran, masyarakat memiliki dua cara yaitu pertama, teguran langsung dari masyarakat kepada kepala madrasah dan yang kedua, teguran tersebut disampaikan padasaat rapat RKAS.22 B. Analisis Data Bersumber dari data teori dan hasil observasi dan penelitian dilapangan, akhirnya peneliti mekukan pengolahan data dari kemudian dilakukan sebagai analisis.Analisis ini diperoleh dari lapangan yang mengacu pada teori atau konsep yang sudah ada.Adapaun teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kualiatatif. Analisis yang dijelaskan dalam penelitian ini antara lain:
21
Wawancara dengan Bapak Abdul Majid, S.Pd.I Selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah NU 06 Sunan Abinawa Pada Tanggal 26 April 2016. 22
Wawancara dengan Zainal Rokiban Selaku Tokoh Masyarakat Desa Penanggulan Pada Tangga l 6 Mei 2016
74
1. Partisipasi
Masyarakat
dalam
Penyusunan
Rancangan
Peningkatan Mutu Perencanaan Sarana Prasarana Pendidikan Berdasarkan
hasil
observasi
dan
penelitian
dilapangan, masyarakat sekitar Madrasah Tsanawiyah NU 06 Sunan Abinawa telah ikut menyusun rancangan peningkatan mutu perenanaan sarana dan prasarana pendidikan. Dalam perencanaannya disusun dengan kerjasama antara Madrasah denga
masyarakat.23Hal
ini
terlihat
dari
keikutsertaan
masyarakat dalam memberikan sumbangsih pemikiran dan upaya melalui rapat komite sekolah dan tokoh masyarakat serta dewan guru. Rapat tersebut membahas tentang kemajuan sarana prasarana madrasah, seperti halnya perencanaan pengadaan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam madrasah, dan pertimbangan
pengelolaan
Rencana
Anggaran
Belanja
Madrasah (RABM) serta upaya partisipasi masyarakat berbasis bimbingan dan konseling terhadap sarana prasarana yang telah disediakan oleh masyarakat. Hal ini perlu dilakukan mengingat madrasah kurang memiliki sarana dan prasarana berbasis infrastruktur dalam menunjang proses pembelajaran peserta didik, agar kemudian dapat ditemukan sebuah solusi bersama untuk setidaknya membangun beberapa fasilitas madarasah yang memadai. 23
E.Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah; Konsep, Strategi Implementasi, ( Bandung : PT. remaja Rosda Karya, 2003 ), hal.125
75
2. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Peningkatan Mutu Sarana Prasarana Pendidikan Pelaksanaan dalam pemanfaatan sarana dan prasaran sekolah
merupakan
hal
wajib
yang
perlu
ditilik
keberlangsungannya.Karena penyediaan sarana pendidikan di suatu sekolah haruslah disesuaikan dengan kebutuhan anak didik serta kegunaan hasilnya di masa-masa mendatang.24 Berdasarkan data Madrasah MTs NU 06 Sunan Abinawa Pegandon Kendal yang tidak memiliki sarana prasarana infrastruktur yang lengkap dan independen, memunculkan beberapa perspektif khususnya terkait dengan kualitas pelaksanaan sarana dan prasarana.Namun bukan tidak mungkin
pelaksanaan
ini
semuanya
memiliki
nilai
absolut.Seperti fasilitas mushola dan masjid yang terawat serta
peran
aktif
masyarakat
dalam
membina
dan
membimbing peserta didik khususnya ketika menjalankan rutinitas ibadah dan peringatan hari-hari besar Islam, menjadikan mushola dan masjid memiliki kualitas yang cukup baik sebagai sarana pengembangan nilai spiritual dan sosial peserta didik. Begitu juga fasilitas lapangan yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik sebagai sarana olah raga ataupun kegiatan lain. Namun, keberadaan lapangan secara fisik yang bukan 24
H. M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2010, hlm. 51-52
76
milik madrasah, menjadi kekurangan tersendiri terutama bagi peserta didik yang akan memanfaatkan fasilitas lapangan. Karena sesekali lapangan yang tersebut digunakan juga oleh sebagian masyarakat
untuk keperluan pribadi maupun
kelompok. Seperti untuk menjemur hasil-hasil pertanian dan perkebunan, seperti padi, kacang hijau, dan tembakau. Hal ini jelas sangat menganggu proses pembelajaran peserta didik, sehingga proses pembelajaran tidak berjalan maksimal. Seharusnya pihak madrasah dan tokoh masyarakat dapat
mengontrol penggunaan lapangan secara pribadi
maupun kelompok oleh masyarakat sekitar, misal dengan member surat edaran penggunaan lapangan secara pribadi maupun kelompok dapat dilakukan setelah pembelajaran di madrasah selesai, sehingga tidak mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar. Selain itu, fasilitas kantin juga harus mendapat perhatian
khusus
baik dari
pihak
madrasah
maupun
masyarakat, mengingat madrasah yang tidak memiliki kantin sendiri serta kantin yang digunakan peserta didik terletak di seberang jalan raya Patebon – Pegandon.Tentu hal ini memiliki kekurangan dan resiko yang tinggi, baik dari segi pengawasan
dari
pihak
madrasah
maupun
dari
segi
keselamatan peserta didik di tengah-tengah lalu lalang kendaraan.
77
Seharusnya pihak sekolah menyediakan tempat untuk kantin didalam lingkungan sekolah, sehingga masyarakat yang berjualan bisa berjualan dikantin tersebut dan resiko kecelakaan terhadap siswa sekolah juga berkurang. Fasilitas sarana prasarana tersebut merupakan kekuatan madrasah yang kemudian menjadi peluang bagi siswa siswi dalam
kegiatan
madrasah,
akan
tetapi
dalam
proses
pelaksanaanya tetap masih memilik kelemahan bahkan ancaman. Berdasarkan analisa diatas, dapat diasumsikan bahwa partisipasi masyarakat sebagai penyedia sarana prasarana penunjang kegiatan di Madrasah Tsanawiyah NU 06 Sunan Abinawa sudah cukup baik. Namun, masih ada beberapa partisipasi masyarakat yang kurang menunjang proses perkembangan dan pembelajaran peserta didik, seperti fasilitas lapangan yang masih digunakan untuk kepentingan pribadi maupun kelompok pada jam pembelajaran, dan kantin madrasah yang terletak di luar madrasah yang dapat memicu hal-hal yang tidak diinginkan. 3. Partisipasi Masyarakat dalam Evaluasi Peningkatan Mutu Sarana Prasarana Pendidikan Fungsi dari evaluasi adalah untuk memastikan bahwa apa yang sudah direncanaan,dilaksanakan agar berjalan
78
dengan baik dan sesuae harapan.25Bentuk evaluasi sarana prasarana di Madrasah Tsanawiyah NU 06 Sunan Abinawa Pegandon Kendal terbagi menjadi dua, yaknibentuk secara fisik dan secara fungsional.Secara fisik, sarana prasarana dapat dinilai dan dievaluasi berdasarkan bentuk fisik.Bentuk fisik infrastruktur yang dimiliki masyarakat tergolong cukup baik, hal ini dapat dilihat dari foto dokumentasi peneliti, selain itu bentuk evaluasi dari masyarakatnya sendiri yaitu dengan ikut serta merawat dan merenovasi apabila terjadi kerusakan dengan fasilitas tersebut. Sementara dilihat dari segi fungsionalisasi, sarana dan prasarana yang dipakai oleh peserta didik seperti mushola, masjid, dan lapangan tergolong cukup baik, melihat sudah baiknya pengelolaan dan perawatan secara berkala oleh pihak yang berwenang.Sedangkan untuk kantin, memang harus ada semacam tindakan preventif yang harus dilakukan oleh pihak madrasah dan masyarakat, mengingat kantin kerap kali dijadikan sebagai tempat untuk melakukan hal-hal negatif, terutama pada sekumpulan peserta didik yang notabene termasuk kelompok nakal. Dalam hal ini, kepala madrasah dan pihak pengelola kantin
sudah
menanggulangi 25
seyogyanya hal-hal
yang
duduk tidak
bersama
untuk
diinginkan,
seperti
Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam mengembangkan Berbudaya Mutu : UIN MALIKI Press,2010.Hlm 59
79
membuat tata tertib atau surat edaran yang berisikan larangan dan sanksi untuk ditempel di kantin, dan sebagainya.Selain itu juga letaknya yang berseberangan dengan sekolah serta tidak adanya rambu-rambu lalu lintas yang tersedia di depan madrasah membuat ancaman keselamatan peserta didik semakin tinggi. Sudah seharusnya pihak sekolah dan masyarakat sadar akan hal ini dan memberikan rambu-rambu lalu lintas agar nantinya angka kecelakaan yang kerap terjadi dapat diminimalisir.
C. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini
terjadi
banyak kendala dan hambatan.Hal tersebut bukan karena faktor kesengajaan, namun terjadi karena keterbatasan dalam melakukan penelitian. Adapun faktor yang menjadi kendala dan hambatan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Keterbatasan Lokasi Penelitian yang peneliti lakukan hanya terbatas pada satu tempat, yaitu di MTs NU 06 Sunan Abinawa kecamatan Pegandon kabupaten Kendal, sehingga apabila penelitian ini dilaksanakan di tempat lain dimungkinkan hasilnya akan berbeda. 2. Keterbatasan Waktu Penelitian
ini
dilaksanakan
selama
penyusunan
skripsi.Waktu yang sangat singkat dapat mempersempit ruang
80
gerak penelitian, sehingga dimungkinkan dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian yang penulis lakukan. Walaupun waktu penelitian yang digunakan cukup singkat, akan tetapi bisa memenuhi syarat-syarat dalam penelitian ilmiah. 3. Keterbatasan Kemampuan Dalam melakukan sebuah penelitian tentunya tidak terlepas menyadari
dari
pengetahuan.Dengan
keterbatasan
kemampuan
demikian, khususnya
peneliti dalam
pengetahuan untuk membuat karya ilmiah.Tetapi peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan penelitian sesuai dengan kemampuan keilmuan serta bimbingan dari dosen pembimbing. Meskipun banyak kendala dan hambatan yang dihadapi dalam melakukan penelitian ini, peneliti tetap bersyukur karena penelitian telah berhasil berjalan dengan lancar dan sukses.
81