BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
4.1 DESKRIPSI PROYEK
Gambar 4 1 Perumahan Citraland Surabaya
Nama Proyek
: Pembangunan Rumah 2 lantai
Lokasi Proyek
: Perumahan Citra Land Surabaya
Fungsional
: Rumah Tinggal
Luas bangunan
: 125 m2
Luas Tanah
: 180 m2
Volume Dinding : 450 m2 Kotraktor
: PT. Inti Indah Interindo
Alamat
: Jl. Citraland Surabaya, Sambikerep, Kota Surabaya, Jawa Timur.
IV - 1
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
4.2 MATERIAL DAN PERALATAN 4.2.1 DINDING BATA 1. Bata Merah
Gambar 4 2 Bata Merah
Batu bata yang bermutu baik memiliki ciri – ciri secara visual berwarna coklat tua dan bata tidak cepat rapuh, permukaan tidak terlalu rapat (berpori). Batu bata kadang ditemukan dalam berbagai ukuran dan lebar yang tidak sama, baik panjang, lebar dan ketebalan, karena proses produksi yang berbeda, namun ukuran standar dari batu bata adalah panjang 20 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 5 cm.
2. Bahan Perekat Adukan Mortar a. Pasir Pasang
Gambar 4 3 Pasir ......... IV - 2
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
Persyaratan Pasir Sebagai Bahan Banguna Menurut standar nasional indonesia (SK SNI – S – 04 – 1989 – F : 28) disebutkan mengenai persyaratan pasir atau agregat halus yang baik sebagai bahan bangunan sebagai berikut :
1. Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras dengan indeks kekerasan < 2,2. 2. Sifat kekal apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut: a.
jika dipakai natriun sufat bagian hancur maksimal 12%.
b.
jika dipakai magnesium sulfat bagian halus maksimal 10%.
c.
Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dan apabila pasir mengandunglumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci.
d.
Pasir tidak boleh mengadung bahan-bahan organik terlalu banyak, yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrans–Harder dengan larutan jenuh NaOH 3%.
e.
Susunan besar butir pasir mempunyai modulus kehalusan antara 1,5 sampai 3,8 dan terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam.
f.
Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi reaksi pasir terhadap alkali harus negatif.
g.
Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk semua mutu beton kecuali dengan petunjuk dari lembaga pemerintahan bahan bangunanyang diakui.
h.
Agreagat halus yang digunakan untuk plesteran dan spesi terapan harusmemenuhi persyaratan pasir pasangan
IV - 3
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
3. Syarat batas gradasi pasir Tabel 4. 1 Tabel syarat batas gradasi pasir menurut SNI
Sumber SNI
b. Semen
Gambar 4 4 Semen
Semen portland atau SP adalah bahan hidrolik yang dapat mengikat atau mengeras setelah bereaksi dengan air. sebagai bahan pengikat, semen mempunyai proses pengerasan yang cepat dan penyusutannya relatif rendah jika dibandingkan dengan bahan pengikat lainya. semen dihasilkan oleh pabrik, berbentuk tepung sangat halus dimasukan ke kantong-kantong semen yang beratnya 40 kg.
IV - 4
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
semen yang baik digunakan adalah semen yang masih berupa tepung yang halus (belum mengkristal). semen sebaiknya disimpan ditempat yang terlindung dari panas dan hujan serta terhindar dari udara yang lembab c. Air air yang digunakan untuk membuat adukan menjadi seperti bubur kental dan juga sebagai bahan untuk menimbulkan reaksi pada bahan lain untuk dapat mengeras, dan mendapatkan adukan yang baik maka harus digunakan air : a. air bersih, dengan kata lain, bebas dari bahan organik seperti kotoran hewan, tumbuhan dan sebagainya b. air tidak mengandung minyak, garam, atau zat lain yang dapat merusak adukan (pasangan). Air yang digunakan sebaiknya diambil air sumur atau air yang dapat diminum 3. Peralatan a. benang tukang, paku dan waterpass, yang diperlukan untuk pembuatan garis pandu dan pengecekan kelurusan dan ketegakan pasangan bata.
Gambar 4 5 Gambar Benang, Paku, Waterpass
b. Cangkul, Skop, Ruskam, Ayakan, Sendok semen digunakan untuk proses pengadukan mortar dan pemasangan dinding bata.
IV - 5
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
Gambar 4 6 Gambar Cangkul, Skop, Ruskam, Ayakan, Sendok semen
c. scafolding ataupun perancah kayu untuk area yang tinggi atau yang tidak dapat dijangkau, dipasang dalam kondisi kuat dan posisi yang tidak terlalu jauh dengan dinding yang dipasang. Hindari pemasangan perancah yang bersingggungan langsung dengan dinding yang baru dipasang karena dikhawatirkan bisa membuat pasangan akan roboh / jatuh.
Gambar 4 7 Scafolding
4.2.2 DINDING PARTISI 1. Material Pokok Dinding partisi a. Rangka Stud Merupakan rangka metal ringan tipe “C” dengan tebal metal 0.4 mm dan 0.5 mm untuk digunakan pada system partisi standar.
IV - 6
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
Gambar 4 8 stud
b. Rangka Track (U-runner) Rangka yang berfungsi menahan stud pada tempatnya, Track dipasag pada lantai dan plafond. Bagian tepi track membentuk sudut 8 untuk menghasilkan sebuah penahan yang kuat diantara dua bagian komponen. Hal ini membantu untuk mempermudah aplikasi pemasangan papan gypsum. Lebar stud dan track harus sesuai
Gambar 4 9 Metal Track
c. Papan Gypsum Merupakan produk pelapis interior dinding partisi dan plafond mempunyai sifat penting yang tahan api, tahan lama dan stabil. Papan gypsum yang diolah dari bahan baku plaster gypsum kemudian dibungkus dengan kertas tipis yang kuat. Ada beberapa jenis papan gypsum yang dapat di aplikasikan dilapangan yaitu: 1) Papan gypsum wet area (melindungi dari kelembapan udara ) IV - 7
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
2) Papan gypsum standar 3) Papan gypsum firestop (melindungi dari api) 4) Papan gypsum Jayabell (menyerap suara) 5) Papan gypsum Soundstop (meredam suara)
Gambar 4 10 Papan Gypsum
2. Accecories Dinding Partisi a.
Screw Merupakan alat untuk menepelkan atau menghubungkan antara rangka dan rangka dengan papan gypsum.
Gambar 4 11 Screw b.
Paper Tape Untuk menyambungkan 2 sisi gypsum pada saat pemasangan
IV - 8
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
Gambar 4 12 Paper Tape c.
Compond Digunakan untuk menyambungkan papan gypsum dan pelapis corner bead dan untuk menyamarkan kepala paku atau sekrup.
Gambar 4 13 Compond d.
Corner Bead Digunakan untuk memperkuat sudutan dinding terhadap benturan
Gambar 4 14 Corner Be ad IV - 9
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
3. Peralatan 1. Penjepit Stud Digunakan untuk menyambungkan stud dan track secara bersama sama.
Gambar 4 15 Penjepit Stud
2. Keling/Pop Riveted Digunakan untuk menggabungkan bagian dari rangka bila mana diperlukan.
Gambar 4 16 Keling/Pop Riveted
3. Lot/Plumb Bob Digunakan untuk memindahkan tanda garis dari lantai ke plafond atau sebaliknya.
IV - 10
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
Gambar 4 17 Lot/Plumb Bob
4. Gunting Metal (Tin Snipe) Digunakan untuk memotong material metal, termasuk metal pelindung, sudut luar cornerbead
Gambar 4 18 Gunting Metal (Tin Snipe)
5. Waterpass (Spirit Level) Digunakan untuk menentukan levelling atau kelurusan suatu partisi atau plafond
Gambar 4 19 Waterpass (Spirit Level)
IV - 11
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
6. Alat Ukur Meteran Digunakan untuk mengukur berbagai macam material bahan papan gypsum cove cornice dan area kerja.
Gambar 4 20Meteran
7. Pensil Digunakan untuk memberikan tanda pada papan gypsum atau area kerja
Gambar 4 21 Pensil
8. Penggaris T Digunakan untuk memindahkan tanda pensil dalam sebuah garis tegak lurus dari bagian tepi miring.
Gambar 4 22 Penggaris T IV - 12
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
9. Pisau pemotong Digunakan untuk memotong papan gypsum.
Gambar 4 23 Pisau pemotong
10. Penahan mata bor (Stopping bit) Dengan menggunakan penahan mata bor, proses pemasangan lebih cepat dan screw tidak akan merusak permukaan papan gypsum. Akibat screw terlalu masuk (over drive) sehingga akan mengurangi kekuatan papan gypsum.
Gambar 4 24 Penahan mata bor (Stopping bit)
11. Bor screw Digunakan untuk memasang screw pada papan gypsum ke rangka metal. Alat ini memiliki kemudahan mengganti mata bor dan menggontrol penyesuaian ke dalam screw. Mata bor screw dimungkinkan digunakan dengan bor biasa.
Gambar 4 25 Bor screw IV - 13
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
4.3
METODE PELAKSANAAN
4.3.1 DINDING BATA
Gambar 4 26 Metode pasangan Bata dan plesteran aci
Metode pelaksanaan dalam pekerjaan dinding adalah sebagai berikut : 1. Melakukan pengecekan kekedapan air pada bata merah sebelum pemasangan. Jika bata terlalu kering lakukan perendaman bata sekitar 5-10 menit hingga tercapai jenuh permukaan kering pada bata, hal ini dilakukan supaya tingkat penyerapan bata terhadap air campuran adukan/mortar tidak
terlalu
cepat,
karena
pengeringan
yang
terlalu
cepat
mengakibatkan kekuatan ikatan tidak baik. Jika bata dalam keadaan basah jangan terlalu dipaksakan untuk dipasang, tunggu hingga permukaan bata agak kering. Permukaan yang terlalu basah mengakibatkan bata akan jenuh menyerap adukan mortar sehingga akan IV - 14
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
memungkinkan adukan akan meleleh dan air semen akan terbuang dari pasangan. 2. Membersihkan lahan atau area kerja supaya aman dan nyaman dari kotoran atau sampah – sampah ( serpihan beton pada saat pengecoran struktur, sisa bekisting yang tidak terpakai. 3. Membuat marking as dinding serta as kolom praktis. Marking sangat penting agar para pekerja mengetahui dimana as dinding tersebut. Selain as dinding biasanya marking juga diperlukan untuk menentukan posisi as kolom praktis dan letak opening pintu pada dinding tersebut. 4. Meletakkan material batu bata dekat dengan area dinding yang akan dipasang. Penumpukan material tidak boleh terlalu jauh dan tidak terlalu dekat sehingga menyulitkan pemasangan. Batu bata ditumpuk harus beraturan, supaya memudahkan pengambilan oleh tukang pasang. Untuk pemotongan, minta lah seseorang untuk membantu memotong batu bata. 5. Membuat adukan mortar dengan perbandingan 1 : 3 dan 1 : 5 antara semen dan pasir. Jangan membuat adukan dalam volume yang terlalu banyak, sebaiknya antara volume adukan dengan volume pemasangan diseimbangkan. Jika volume adukan terlalu banyak, dikhawatirkan adukan/ mortar mengering. 6. Membuat profilan dari kayu serta ikatan benang nylon pada profilan tersebut. Profilan ini berguna untuk mengecek kemiringan arah vertical dinding bata tersebut sehingga pada saat pemasangan dinding bata Antara bata bagian bawah dan bagian atas sejajar. Profilan tyersebut IV - 15
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
juga berguna sebagai bekisting kolom praktis. Pada lapisan bawah berilah adukan mortar terlebih dahulu sebelum bata dipasang. Adukan mortar pada lapisan bawah bertujuan untuk merekatkan bata pada lapisan bawah. 7. Memasang bata dalam formasi zigzag artinya lapisan bawah dan atasnya tidak sejajar tujuannya agar ikatan antar bata lebih kuat.
Gambar 4 27 Perletakan profilan kayu
kemudian mulai memasang bata pada kedua ujung bagian dinding yang akan dipasangkan, kemudian dilanjutkan mulai satu demi satu hingga tercapai
sambungan
dari
ujung
keujung.
Lakukan
pengecekan leveling diatas batu bata yang sudah terpasang sehingga pasangan bata dalam keadan rata. Jika sudah rata maka ini adalah menjadi panduan untuk memasang ketingkat berikutnya. ketebal mortar harus tetap sama dan demikian juga pengisian mortar antar bata harus sama. 8. Jika saat pemasangan terdapat perbedaan ketinggian bata, maka untuk mendapatkan kerataan dapat dilakukan dengan memukul ujung bata dengan pelan sampai bata tetap rata, pemukulan dapat dilakukan dengan IV - 16
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
kondisi adukan masih dalam keadaan basah. Jika adukan/ mortar sudah kering maka mortar harus diambil dan diganti dengan adukan/mortar baru. 9. Jika pertemuan Antara dinding dengan struktur (kolom, shearwall, dll) berilah stek besi.
Gambar 4 28 Gambar pemasangan pada struktur eksisting
Pemberian stek berfungsi untuk perkuatan dinding dengan struktur atau kolom praktis sehingga dinding lebih kuat dan tidak mudah roboh. Pemberian stek ini sangat diperlukan pada pemasangan dinding bata pada perimeter luar dan pada lantai yang cukup tinggi karena untuk menahan dinding dari hembusan angina. 10. Membuat kolom praktis dan ring balok pada pasangan dinding sesuai dengan ketentuan dan standar yang diijinkan. Kolom praktis pada umumnya diberikan pada tiap pertemuan dinding bata dengan sisi yang berbeda. Jika dinding cukup panjang makan berilah kolom praktis tiap 3 meter dengan tinggi mengikuti ketinggian dinding tersebut. Sementara untuk ring baliok di berikan apabila dinding cukup tinggi.
IV - 17
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
11. Jika bata sudah dipasangkan dalam beberapa rangkaian, kadang adukan/mortar ada yang berlebih atau sampai meleleh hingga keluar dari sisi pinggir pasangan, jika itu terjadi adukan berlebih harus segera di ratakan dengan menggunakan sendok semen supaya permukaan tetap rata, jangan biarkan sempat mengering karena hal ini sangat mempengarui kerapian dan kerataan dinding saat pelaksanaan plesteran. 12. Setelah dinding bata berdiri dan mongering dapat dilaksanakan pekerjaan plesteran dan acian. Plesteran dan acian bertujuan untuk kerataan dan kelurusan dinding tersebut. Sebelum dinding di plester sebaiknya dinding di siram atau di basahi supaya dinding tidak mengalami retak rambut nantinya. 13. Membuat kepalaan plester pada dinding. Pembuatan kepalaan ini agar plesteran menjadi rata, kepalaan ini berjarak 1-2 meter dengan ketinggian mengikuti tinggi dinding. Setelah selesai maka plesterlah bagian tengah Antara kepalaan plesteran satu dengan berikutnya. Setelah itu ratakan dengan cara menggosoknya dengan menggunakan jidar dari bawah ke atas. 14. Setelah plesteran selesai janganlah langsung di aci tunggulah hingga kering. Setelah kering acilah dinding dengan menggunakan ruskam hingga semua bagian plesteran tertutup dengan acian. Sebelum acian tersebut kering atau etengah kering maka gosoklah acian tersebut menggunaka amplas agar dinding menjadi halus.
IV - 18
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
15. Pemeliharaan a. Jika pemasangan dinding sudah selesai sampai level yang diinginkan,
pasangan harus dipelihara dari benturan atau
pembebanan sampai kondisi ikatan sudah benar benar kering. b. Jika ada bekas adukan/ mortar dibawah pasangan yang menumpuk harus segera dibersihkan, jangan sampai mengering karena bisa menajdi pekerjaan tambahan saat pelaksanaan pemasangan lantai.
Jika pemasangan baru selesai dilakukan, anda perlu juga membuat pengaman atau tanda supaya pasangan tersebut tidak disentuh atau di bentur oleh orang yang lewat.
4.3.2 DINDING PARTISI Metode pelaksanaan pekerjaan partisi adalah sebagai berikut : A. PENYIMPANAN MATERIAL 1. Material yang dikirim ke proyek terlebih dahulu diperiksa secara khusus, apakah sudah sesuai dengan spesifikasi, baik jumlah dan kondisinya harus sesuai dan baik. 2. Menempatkan panel ditempat yang kering jauh dari percikan air hujan atau instalasi plumbing (pipa air). 3. Meletakkan material gypsum dimana sebelum meletakkan gypsum pada lantai sebaiknya di beri penyangga atau support. Jadi gypsum tidak bertemu langsung dengan lantai sehingga jika ada air atau kotoran pada lantai bisa terhalangi. Jarak antar support 450-600 mm pada satu arah. Terlampir pada gambar 4.29
IV - 19
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
Gambar 4 29 contoh cara penempatan material gypsum
B. SETTING DAN MARKING 1. Untuk pemasangan partisi terlebih dahulu harus ditentukan AS nya. Untuk
penentuan AS diterangkan gambar 4.30 dimana as partisi digunakan saat bertemu dengan opening pintu Antara partisi kiri dan kanan harus berada pada AS yang sama.
Gambar 4 30 Penentuan AS partisi
2. Untuk penentuan pembagian rangka partisi, marking dilakukan oleh Sub Kontraktor. Untuk pembagian
rangka partisi terdapat standar yang
digunakan oleh produk dinding partisi saat ini yaitu setiap rangka stud berjarak 600 mm dan jarak antar rangka track 1200 mm.
IV - 20
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
Gambar 4 31 Penentuan pembagian rangka partisi
C. PEMASANGAN RANGKA Pemasangan rangka metal dapat dilihat pada Gambar 4.32. Adapun urutan pemasangan rangka metal adalah sebagai berikut : 1. Memasang rangka horisontal bawah menggunakan Metal Runner yang dimatikan ke lantai menggunakan paku beton dengan jarak 600 mm 2. Memasang rangka horisontal Atas dengan cara dilot menggunakan Metal Runner yang dimatikan ke Dak Beton menggunakan paku beton dengan jarak 600 mm 3. Memasang rangka vertikal, rangka dipasang tiap jarak 600 mm menggunakan Metal Stud. atau Besi hollow 40x40 mm dan 20x40 mm 4. Penyambungan antar rangka menggunakan taping screw 5. Pemasangan rangka harus benar-benar tegak / lot terhadap ceiling / lantai
Gambar 4 32 Pemasangan rangka metal IV - 21
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
D. Pemasangan Panel Gypsum 1. Panel gypsum yang dipasang berukuran 1.200 x 2.400 mm dengan ketebalan sesuai spesifikasi yang disyaratkan. 2. Setelah rangka partisi terpasang tegak dan lurus, gypsum dipasang dengan persetujuan Main Kontraktor. 3. Pemasangan gypsum terhadap rangka menggunakan sekrup Uk. 6' x 1' a. Pemilihan sekrup yang salah memungkinkan terjadinya kerusakan pada gypsum yang digunakan. b. Sekrup yang direkomendasikan untuk pasang rangka metal dengan ketebalan gypsum 9 dan 12 mm adalah dengan panjang 25 mm. c. Pemasangan sekrup harus diberi jarak 10 s/d 16 mm dari tepi gypsum untuk tiap tepi sambungan dan jarak antar sekrup tersebut 300 mm. Sedangkan untuk bagian tengah lembaran gypsum pemakian berjarak 400 mm. 4. Ada dua cara pemasangan panel gypsum: a. Cara Vertikal : pemasangan vertikal dilakukan bila panjang papan gipsum mencukupi tinggi partisi yang akan dipasang.
IV - 22
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
Gambar 4 33 Pemasangan panel secara vertical (Sumber Jayaboard)
b. Cara Horisontal : pemasangan horisontal lebih direkomendasikan bila kondisi di atas tidak terpenuhi.
Gambar 4 34 Pemasangan panel secara vertical (Sumber Jayaboard)
IV - 23
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
E. Finishing Compond Setelah panel gypsum terpasang, sambungan pertemuan gypsum dengan gypsum dicompound dengan cara sebagai berikut: Langkah Pertama : Pada tengah - tengah sambungan diisi sedikit compound kemudian dipasang textile tape dan ditambah compound basah supaya textile tidak lepas. Langkah Kedua : Setelah compound dasar agak mengering ditambah compund kedua dilakukan sampai sambungan rata Langkah Ketiga : Setelah compound mengering 40 menit compound diamplas sampai betul - betul rata dan permukaan halus siap di cat. Apabila permukaan compound measih bergelombang maka langkah - langkah tersebut diatas harus diulang sampai betul - betul rata.
Gambar 4 35 Tata cara finishing compound (Sumber JAyaboard)
IV - 24
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
Pada penyambungan sisi gypsum terdapat 2 jenis penyambungan yaitu: a. Untuk Gypsum Board Reccesed Merupakan penyambungan dengan sisi yang miring, maka penyambungan dengan menggunakan compond area sambungannya 150 mm pada lapis 1 dan 300 mm pada lapis 2.
Gambar 4 36 Sambungan reccesed
b. Untuk Gypsum Board Non Reccesed Merupakan sambungan pada sisi kotak dengan lebar lapis penyambungan 300 mm pada lapis 1 dan 500 mm pada lapis 2.
Gambar 4 37 Penyambungan non reccesed
IV - 25
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
4.3.3 PERBANDINGAN PASANGAN DINDING BATA DENAN DINDING PARTISI Kelebihan dan kekurangan pasangan dinding bata konvensional dengan dinding panel partisi berdasarkan pengamatan lapangan adalah sebagai berikut: Tabel 4. 2 Tabel perbandingan dinding bata dengan dinding partisi
sumber Hasil penelitian penulis, 2016
IV - 26
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
4.4 ANALISA BIAYA (PER M2) 4.4.1 DINDING BATA Dalam menganalisa biaya tentu kita memerlukan acuan atau pedoman yang bertujuan agar analisa kita tepat dan akurat. Penulis menggunakan acuan atau pedoman dari SNI (Standard Nasional Indonesia) dan berbagai brosur – brosur material yang digunakan. Harga satuan pekerja dan material yang penulis gunakan adalah: Tabel 4. 3 Harga satuan pekerja dan material pada pasangan dinding bata
Sumber Data proyek PT.Inti Indah,2015
Untuk pekerjaan pasangan dinding bata digunakan Bata dengan spesifikasi panjang 20 cm, lebar 11 cm dan tinggi 5 cm. Material pelapis dinding menggunakan adukan mortar 1:3. Berikut adalah analisa yang digunakan dalam pembuatan dinding bata per m2.
IV - 27
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
Tabel 4. 4 Tabel analisa pekerjaan dinding bata
Sumber: Hasil penelitian penuli, 2016
Penjelasan tabel: 1. Kolom 1 Merupakan koefisien SNI yang di dapatkan dari SNI No. 6897 tahun 2008 tentang Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan 2. Kolom 4 Merupakan harga satuan yang digunakan dan di dapatkan dari harga pasaran sekarang untuk setiap satuannya. 3. Kolom 5 dan Kolom 6 Merupakan jumlah harga untuk kebutuhan 1 m2 dinding bata. Yang didapatkan dengan rumus : Koef. SNI x Harga Satuan
IV - 28
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
4. Kolom 7 Merupakan jumlah total yang di keluarkan untuk 1 m2 dinding bata yaitu sebesar Rp 150.410,00
Dalam pembuatan dinding juga diperlukan plester dan acian sehingga permukaan dinding bata dapat tertutupi dan menjadi rata. Maka dapat menggunakan analisa SNI sebagai berikut: Tabel 4. 5 Tabel analisa pekerjaan plester + acian
Sumber: Hasil penelitian penulis, 2016
Penjelasan tabel: 1. Kolom 1 Merupakan koefisien SNI yang di dapatkan dari SNI No. 2837 tahun 2008 tentang Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan
IV - 29
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
2. Kolom 4 merupakan harga satuan yang digunakan dan di dapatkan dari harga pasaran sekarang untuk setiap satuannya. 3. Kolom 5 dan Kolom 6 Merupakan jumlah harga untuk kebutuhan 1 m2 dinding bata. Yang didapatkan dengan rumus : Koef. SNI x Harga Satuan 4. Kolom 7 Merupakan jumlah total yang di keluarkan untuk 1 m2 dinding bata yaitu sebesar Rp 66.250,00
Sehingga untuk seluruh pekerjaan Dinding daengan menggunakan pasangan bata adalah hasil penjumlahan pekerjaan pasangan bata dan pekerjaan plester aci dengan penjumlahan sebagai berikut: Rp 150.410,00 + Rp 66.250,00 = Rp 216.660,00 Untuk keseluruhan volume dinding yaitu 450 m2 dibutuhkan biaya untuk pelaksanaan pekerjaan dinding bata sebanyak: = 450 m2 x Rp 216.660,00 = Rp 97.497.000,00
4.4.2
DINDING PARTISI Dalam menganalisa biaya tentu kita memerlukan acuan atau pedoman yang bertujuan agar analisa kita tepat dan akurat. Untuk pekerjaan pasangan dinding panel ini penulis menggunakan acuan atau pedoman dari data proyek PT.Inti Indah dan pengamatan penulis pada saat pekerjaan dilakukan. Harga satuan pekerja dan material yang penulis gunakan adalah:
IV - 30
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
Tabel 4. 6
Harga satuan pekerjaan dinding partisi
Sumber: Data Proyek PT. Inti Indah,2015
Berikut adalah analisa dalam pekerjaan pemaangan dinding partisi.
Tabel 4. 7
Tabel analisa pekerjaan dinding partisi
Sumber: Hasil penelitian penulis,2016
IV - 31
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
Penjelasan tabel: 1. Kolom 1 Merupakan koefisien yang di dapatkan dari brosur – brosur dari supplier jayaboard dan kalsiboard 2. Kolom 4 Merupakan harga satuan yang digunakan dan di dapatkan dari harga pasaran sekarang untuk setiap satuannya. 3. Kolom 5 dan Kolom 6 Merupakan jumlah harga untuk kebutuhan 1 m2 dinding partisi. Yang didapatkan dengan rumus : Koef. x Harga Satuan 4. Kolom 7 Merupakan jumlah total yang di keluarkan untuk 1 m2 dinding partisi yaitu sebesar Rp 196.148,00 Untuk keseluruhan volume dinding yaitu 450 m2 dibutuhkan biaya untuk pelaksanaan pekerjaan dinding partisi sebanyak: = 450 m2 x Rp 196.148,00 = Rp 88.266.600,00
4.5 ANALISA WAKTU (PER M2) 4.4.1 DINDING BATA Waktu dan biaya sangatlah penting guna untuk dalam pekerjaan dinding bata. Pada analisa waktu ini penulis menggunakan time schedule yang digunakan pelaksana dilapangan. Dengan time schedule dapat mengetahui berapa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan dinding bata dari
IV - 32
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
setiap tahapannya. Berikut adalah table time schedule pekerjaan pasangan dinding bata. Tabel 4. 8Tabel Time Schedule pekerjaan Dinding Bata
Sumber: Data proyek PT.Inti Indah,2015
Pada Time schedule dapat dilihat bahwa: 1. Pembersihan lokasi Pembersihan lokasi dilaksanakan selama pekerjaan dinding bata konvensional dikerjakan. 2. Pasangan Dinding Bata Pasangan dinding bata dilaksanakan 1 hari setelah pembersihan lokasi dan dapat dilaksanakan selama 10 hari 3. Pekerjaan plesteran + acian pekerjaan ini dapat dilaksanakan setelah pasangan dinding bata mulai mongering dan pengerjaannya selama 10 hari 4. Finishing Finishing disini berguna untuk merapikan hasil plester + acian.
Pada pekerjaan dinding bata dibutuhkan waktu 14 hari dari mulai persiapan hingga finishing. IV - 33
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
4.4.2 DINDING PARTISI Waktu dan biaya sangatlah penting untuk pekerjaan dinding partisi. Pada analisa waktu ini penulis menggunakan time schedule yang digunakan pelaksana dilapangan. Dengan time schedule dapat mengetahui berapa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan dinding partisi dari setiap tahapannya. Berikut adalah tabel time schedule pekerjaan pasangan dinding partisi. Tabel 4. 9 Tabel Time Schedule pekerjaan Dinding Bata
Sumber: Data proyek PT.Inti Indah,2015
Pada Time schedule dapat dilihat bahwa: 1. Pembersihan lokasi Pembersihan lokasi dilaksanakan selama pekerjaan dinding partisi dikerjakan. 2. Pasangan rangka partisi Pasangan dinding bata dilaksanakan 1 hari setelah pembersihan lokasi dan dapat dilaksanakan selama 6 hari 3. Pasangan papan gypsum pekerjaan ini dapat dilaksanakan setelah pasangan rangka mulai berdiri dan kokoh. Lama pengerjaannya selama 6 hari IV - 34
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB VI ANALISA PERBANDINGAN DATA TEKNIS PADA PASANGAN DINDING BATA DENGAN DINDING PARTISI
4. Finishing Compond Finishing compound berfungsi untuk menutupi celah antar pertemuan gypsum dan merapikan lubang sekrup.
Pada pekerjaan dinding panel partisi dibutuhkan waktu 10 hari dari mulai persiapan hingga finishing.
IV - 35
ARIFATUL HUSNA (41114120079)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z