BAB IV ANALIS A
IV.1
Aspek Non Fisik
IV.1.1 Kegiatan IV.1.1.1 Analisa Jenis Kegiatan di dalam Kostel Secara umum kegiatan yang terjadi di dalam kostel dibagi menjadi : A. Kegiatan utama Adalah kegiatan yang dilakukan oleh penghuni kostel selama berada di dalam kostel, dibagi berdasarkan pengelompokkan kegiatan, yaitu : a. Kelompok kegiatan pribadi Kegiatan yang dilakukan oleh penghuni di dalam kostel yang bersifat pribadi, seperti : tidur, mandi, makan, belajar b. Kelompok kegiatan bersama (sosial) Kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama, baik itu dilakukan di dalam maupun di luar lingkungan dari kostel, seperti : menonton, diskusi, belajar, belanja. B. Kegiatan pengelola Kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan administrasi penghuni seperti pendataan penghuni, keuangan penghuni, perawatan kostel serta keamanan. C. Kegiatan penunjang Kegiatan yang menunjang seluruh kegiatan penghuni, seperti : restoran, tokotoko (retail), ruang komunal, parkir. 39
D. Kegiatan service Kegiatan
yang berhubungan
dengan
kegiatan
pemeliharaan
kegiatan
penunjang di dalam kostel tersebut, seperti : ruang kontrol, ruang M EE, ruang keamanan, dapur. E. Kegiatan olahraga. Kegiatan yang dilakukan oleh penghuni untuk melakukan aktivitas olahraga, dan juga tempat untuk melakukan kegiatan outdoor lainnya, seperti : lapangan basket, voli, bulutangkis, renang.
IV.1.1.2 Analisa Fasilitas berdasarkan Jenis Kegiatan di dalam Kostel Untuk memenuhi jenis kegiatan di dalam kostel, maka disediakan fasilitas yang terbagi dalam berbagai kelompok, sebagai berikut : Tabe l 4.1. Jenis fasilitas dan fungsinya
No. 1.
Jenis Fasilitas Fasilitas utama
Fungsi Fasilitas yang menunjang semua kegiatan utama yang terjadi di dalam kostel, seperti : istirahat, makan, mandi,belajar.
2.
Fasilitas
Fasilitas yang disediakan untuk kegiatan sosialisasi
bersosialisasi
/ berkumpul antar sesama penghuni kostel, dengan tujuan
menciptakan
keakraban
antar
sesama
penghuni. 3.
Fasilitas dan service
penunjang Fasilitas
pendukung
yang
menunjang
berlangsungnya semua kegiatan yang terjadi di kostel.
40
IV.1.2 Pelaku IV.1.2.1 Analisa Pelaku Kegiatan di dalam Kostel Kostel ini akan digunakan oleh : 1. Penghuni a. M ahasiswa-mahasiswi Bina Nusantara University Yaitu mahasiswa-mahasiswi aktif yang berasal dari luar kota Jakarta maupun dari dalam kota Jakarta yang bertempat tinggal jauh dari lokasi kampus. b. Karyawan Bina Nusantara University Yaitu pekerja yang sehari – harinya bekerja untuk Bina Nusantara University dan berdomisili jauh dari lingkungan kampus Bina Nusantara. c. Orang tua mahasiswa BiNus Yaitu orang tua mahasiswa dari luar daerah jakarta yang sedang berkunjung karena ada kegiatan yang berhubungan dengan kampus BiNus. 2. Pengelola Adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap semua kegiatan kostel, mulai dari administrasi, pemeliharaan, utilitas dan sebagainya yang berkaitan dengan kondisi fisik dari kostel tersebut.
41
3. Pengunjung Adalah tamu yang datang untuk mengunjungi pihak penghuni ataupun pihak pengelola. Tabe l 4.2. Jumlah mahasiswa aktif tahun 2004 - 2007 Tahun
2005
2006
2007
2008
Luar Jakarta
2119
2486
2437
2804
Jakarta
2177
2703
2873
3172
Total
4296
5189
5310
5976
(Sumber : ATL Univ. Bina Nusantara, 26 Februari 2008)
. Pada bangunan kostel ini, direncanakan untuk menampung mahasiswamahasiswi aktif dan karyawan Bina Nusantara University dari dalam dan luar kota Jakarta serta orang tua M ahasiswa-mahasiswi BiNus yang berasal dari luar kota, jadi jumlah penghuni yang akan ditampung oleh kostel ini adalah dengan asumsi kebutuhan total penghuni kostel (penyewa) sebanyak 500 orang.
IV.1.2.2. Pola Tinggal Penghuni IV.1.2.2.1 Pengelompokkan Penghuni dalam Kamar Berdasarkan hasil survei lapangan dan literatur, tipe ruang tidur dibedakan
berdasarkan
jumlah
penghuni
dalam
satu
kamar.
Untuk
menentukannya harus diperhatikan : -
Segi privasi dari penghuni
42
-
Efisiensi penggunaan ruang untuk mendapatkan kapasitas maksimal dari luasan kostel. M empertimbangkan kebutuhan, keamanan dan kenyaman penghuni
kostel, maka untuk perletakkan unit hunian akan dibedakan antara unit untuk laki-laki dan perempuan Tipe-tipe unit hunian yang akan digunakan adalah sebagai berikut : Tabe l 4.3. Jenis kamar berdasarkan kapasitas
Tipe kamar
Jumlah penghuni / kamar
Single (D)
1 Orang
Standard (C)
2 Orang
Deluxe (B)
4 Orang
Family (A)
6 Orang
Efek yang ditimbulkan - Privasi terjaga - Gangguan terhadap proses belajar kecil sekali - Privasi masih terjaga - Gangguan terhadap proses belajar kecil - Penghuni mulai berkomunikasi , berdiskusi - Privasi tetap terjaga - Gangguan terhadap proses belajar besar - M ulai membentuk kelompok - Batasan ruang di dalam kamar semakin jelas - Privasi tetap terjaga - Dapat membentuk kelompok di dalam kamar
Ket : Tipe Family adalah suatu ruangan khusus keluarga yang tinggal didalamnya, dengan pembagian single at au double rooms dan tambahan satu ruang bersama dan kam ar mandi di dalamnya.
IV.1.3 Analisa Pelaku Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Berikut ini merupakan tabel pembagian ruang berdasarkan jenis kegiatan.
43
Tabe l 4.4. Pelaku kegiatan dan kebutuhan ruang
Jenis Kegiatan Utama a. Pribadi
Kegiatan
d. Sosial Pengelola
Penunjang
Kebutuhan Ruang
Pusat informasi, ruang Penghuni tunggu, dan sirkulasi manusia Makan Penghuni
Hall / Lobby
T idur
Penghuni
R. tidur
Mandi dan buang air
Penghuni, Pengelola Penghuni, Pengelola
Kamar mandi dan toilet Ruang cuci, r uang jemur, laundry
Mencuci dan jemur
b. Bersama
Pelaku
Berkumpul, nonton Penghuni televisi, Menerima T amu Penghuni, pengunjung Pusat Informasi, Ruang Penghuni, tunggu dan sirkulasi Pengelola, Pengunjung manusia Mengurus kegiatan pengelola pengelolaan di kostel Mengurus administrasi Staff kostel admintrasi Mandi dan Buang air Semua staff Menjaga kostel Penjaga, Satpam Melakukan kegiatan Penghuni, parkir pengelola, pengunjung Makan - minum Penjual, penghuni, pengelola, pengunjung Komersil Penjual, penghuni, pengelola, pengunjung Mengambil dan Pengelola
restoran
Ruang televisi, ruang komunal Ruang tamu Hall / Lobby
Ruang pengelola Ruang admin R. Mandi dan Toilet R. keamanan dan pos jaga Area parkir
restoran
Retail / Toko-toko
Gudang Peralatan
44
menyiapkan peralatan Menurunkan bahan Pengelola makanan dan barang kostel, penglola kantin, pengelola retail Mengumpulkan dan Pengelola mengangkat sampah Menurunkan bahan bakar Pengelola Mengatur kelistrikan
Service
Meletakkan mesin genset Mengatur MEE
T eknisi Listrik T eknisi genset T eknisi MEE
Loading dock
T empat Sampah Sementara (TPS) Loading dock, gudang bahan bakar. Ruang Panel Ruang genset Ruang MEE
IV.1.4 Analisa Pengelompokkan Zoning Kegiatan Tabe l 4.5. Pengelompokkan zoning kegiatan
Jenis Kegiatan Kegiatan Utama
Keterangan
Sifat
Kegiatan yang dilakukan penghuni yang Private berlangsung di dalam bangunan kostel
Olahraga
Kegiatan olahraga
Semi Publik
Kegiatan Penunjang Kegiatan yang menunjang kebutuhan dari Publik penghuni seperti : kantin, retail parkir
Kegiatan Pengelola
Semi publik
Kegiatan yang menunjang kegiatan utama Publik bagi penghuni kostel
Kegiatan Service
Kegiatan yang dilakukan yang berkaitan Service dengan bangunan kostel tersebut
45
IV.1.5 Analisa Skema Hubungan Ruang M akro
Service
R. Kegiatan Utama
Olah Raga
Lobby
Service
Restoran
R. Penunjang
R. Pengelola Taman/Parkir
M ain Entrance Skema 4.1 Hubungan ruang makro
IV.1.6 Analisa Skema Hubungan Ruang M ikro IV.1.6.1 Skema Kegiatan hunian
R. Tidur & Belajar
R. Duduk
Pantry
K. Mandi R. Service
Foyer
Pintu M asuk
Skema 4.2. Kegiatan hunian
46
IV.1.6.2 Skema Kegiatan Pengelola
Toilet R. Service
Toilet
Plaza
R. Tata Usaha R. Staff
M ain Entrance
Skema 4.3. Kegiatan pengelola
IV.1.6.3 Skema Kegiatan Penunjang
Restoran Taman
Toilet Lobby Parkir M ain Entrance Skema 4.4. Kegiatan penunjang
47
IV.1.6.4 Skema Kegiatan Olahraga
Lapangan Outdoor / Olahraga
Toilet
Lobby
M ain Entrance
Skema 4.5. Kegiatan olahraga
IV.1.7 Program Ruang: Luasan unit didapat dari aktifitas penghuni serta dimensi dari furniture dalam unit hunian tersebut, karena furniture-furniture ini telah disediakan oleh pihak pengelola sebagai kelengkapan dari unit hunian tersebut. a. Tipe single (kapasitas 1 orang) : Tabe l 4.6 Program ruang Tipe D
Nama Ruang 1 Tempat tidur Kamar mandi M eja belajar M eja lampu Kursi belajar Lemari Foyer Balkon Sirkulasi Total luas
Luasan Ruang 1m×2m = 2 m² 2 m × 1.5 m = 3 m² 1.4 m × 0.75 m = 1.05 m² 0.6 m × 0.6 m = 0.36 m² 0.6 m × 0.6 m = 0.36 m² 1.22 m × 0.6 m = 0.73 m² 1m×1m = 1 m² 3m×1m = 3 m² 20 % = 1.7 m² 13,2 m² (dibulatkan 14 m²)
48
c. Tipe double (kapasitas 2 orang) : Tabe l 4.7 Program ruang Tipe C
Nama Ruang 2 Tempat tidur Kamar mandi M eja lampu M eja belajar Kursi belajar Lemari Foyer Balkon Sirkulasi Total
Luasan Ruang 2 × (1 m × 2 m) = 4 m² 2 m × 1.5 m = 3 m² 0.6 m × 0.6 m = 0.36 m² 2 × 1.05 m² = 2.1 m² 2 × 0.6 m² = 1.2 m² 2 × 0.6 m² = 1.2 m² 1m×1m = 1 m² 2m×1m = 2 m² 20 % = 2,6 m² 17,46 m² (dibulatkan 18 m²)
c. Tipe deluxe (kapasitas 4 orang) : Tabe l 4.8 Program ruang Tipe B
Nama Ruang 2 Kamar tidur Kamar mandi M eja lampu Pantry Ruang duduk Ruang makan Balkon Foyer Sirkulasi Total
Luasan Ruang 2 (3 m × 3 m) = 18 m² 2m×2m = 4 m² 2(0.6 m × 0.6 m) = 0.72 m² 1m × 1.5 m = 1.5 m² 3 m × 2,5 m = 7,5 m² 2 m × 1.5 m = 3 m² 1m × 3 m = 3 m² 2m×1m = 2 m² 20 % = 6.96 m² 46.68 m² (dibulatkan 47 m²)
d. Tipe family (kapasitas 6 orang) : Tabe l 4.9 Program ruang Tipe A
Nama Ruang 3 Kamar tidur Kamar mandi
Luasan Ruang 3 (3 m × 3 m) = 27 m² 2 (2 m × 2 m) = 8 m²
49
Foyer M eja lampu Dapur Ruang duduk Ruang makan Balkon Sirkulasi Total
1m×1m = 1 m² 2(0.6 m × 0.6 m) = 0.72 m² 1m × 1,5 m = 1.5 m² 3m×2m = 6 m² 2 m × 1.95 m = 3.9 m² 1m × 3 m = 3 m² 20 % = 10.22 m² 61.34 m² (dibulatkan 62 m²)
Dari perhitungan perluasan unit didapat : A. Jumlah Luasan unit Hunian : 14 m² + 18 m² + 47 m² + 62 m² = 141 m² B. M encari Koefisien : 141 m² / 14 m² = 10,1 141 m² / 18 m² = 7,83 141 m² / 47 m² = 3 141 m² / 62 m² = 2,27 Jumlah koefisien : 11,9 + 8,18 + 3,11 + 2,11 = 23,2 C. M encari Prosentase penghuni : 1 orang : 10,1/23,2 x 100% = 43,53 % 2 orang : 7,83/23,2x 100% = 33,75 % 4 orang : 3 /23,2 x 100%
= 12,93 %
6 orang : 2,27/23,2 x 100% = 9,78 % D. M encari Jumlah Unit Hunian: Jumlah unit 1 orang : 43,53 % x 500 orang = 220 orang/1 = 220 unit Jumlah unit 2 orang : 33,75 % x 500 orang = 168 orang/2 = 84 unit. Jumlah unit 4 orang : 12,93 % x 500 orang = 64 orang/4 = 16 unit. Jumlah unit 6 orang : 9,78 % x 500 orang = 48 orang/6 = 6 unit. Jadi jumlah total unit ialah 220 + 84 + 16 + 6 = 326 unit.
50
•
Kantor Pengelola :
Tabe l 4.10 Program ruang pengelola
Ruang
S tandar
Luas
Sumber
36 m2
NAD
16 m
2
NAD
24 m
2
NAD
2
NAD
6 org
6 m2 × 6
8 org
2
2m ×8
4 org
2
6m ×4
6 –8 m /org
2 org
2
6m ×2
12 m
Pantry
4 m2
-
2 m×2m
4 m2
AS
Toilet
1,5 m2 /org
2 org
2 × 1,5 m2
3 m2
NAD
Ruang pengelola Ruang rapat Ruang administrasi Ruang pemasaran
6–8 m2 /org
Kapasitas Perhitungan
2
2 –3 m /org 2
6 –8 m /org 2
Total
65 m
Sirkulasi
20 %
13 m2
-
108 m2
Total keseluruhan
•
2
Ruang Service : Tabe l 4.11 Program ruang service
Ruang
S tandar
Ruang Petugas
5,5 m2 /org
Kapasitas Perhitungan 4 org
5,5 m2 × 4
Sumber
22 m2
NAD
Dapur
2
7,2 m
3 unit
7,2 m × 3
21,6 m
NAD
Laundry
12 m2
3 unit
12 m2 × 3
36 m2
SB
Gudang Toilet pria
6m
2
2
2,16 m /org 2
2 org
2
Luas
2 m×3m
2
6m 2
2 × 2,16 m
2
2
AS 2
NAD
2
4,32 m
Toilet wanita
2,16 m /org
2 org
2 × 2,16 m
4,32 m
NAD
Pos keamanan
2 m2 /org
2 org
2 x 2 m2
4 m2
AS
6m
2
AS
6m
2
AS
6m
2
AS
Gudang kering Gudang basah Gudang LPG
6m
2
6m
2
6m
2
Total keseluruhan
1 unit 1 unit
(2 m × 3 m) (2 m × 3 m) (2 m × 3 m)
116,24 m2
Total Sirkulasi
1 unit
20 %
23,25 m2 139,49 m2
51
•
Ruang Utilitas : Ruang
Tabel 4.12 Program ruang utilitas S tandar Kapasitas Perhitungan Luas
Ruang genset
30 m2
Ruang pompa
20 m
2
Ruang M&E
20 m
2
-
Ruang reservoir
40 m2
-
Ruang STP Ruang Panel Ruang sampah
30 m
2
10 m
2
12 m
2
-
-
Sumber
5 m×6m
30 m2
AS
4 m×5m
20 m
2
AS
4 m×5m
20 m
2
AS
5 m×8m
40 m2
TSS
6 m×5m
30 m
2
AS
10 m
2
TSS
2
SB
2 m×5m
-
3 m×4m
12 m
1 truk
8,6 m × 2,4 m
20,64 m2
(TPS) R.bongkar muat
20,64 m2
Total Sirkulasi
NAD
2
182,64 m
36,53 m2
20 %
219,17 m2
Total
•
Fasilitas Penunjang : Tabel 4.13 Program ruang fasilitas penunjang Ruang
S tandar
Lobby
0,65 m2 / org
restoran
2
3,9 m / 6 org
dapur Toilet
-
Ruang fitness Ruang ganti Gudang peral atan Toilet pria Wastafel
30 org 200 org
0,65 m2 × 30 2
3,9 m × 200/6
2
2,25 m /unit
Mini market
Kapasitas Perhitungan
-
2 unit -
2
75 m / 30 org 2
1 m / org 15 m
2
2
2,16 m /org 2
0,5 m /org
100 locker 1 2 unit 2 unit
Sumber
19,5 m2
NAD
2
NAD
130 m
2
AS
2
NAD
100 m
2
AS
250 m
2
NAD
100 m
2
AS
80 m 2
2,25 m x 2 10 m × 10 m 2
75 m × 100/30 2
1 m × 100 15 m
2
2
2,16 m × 2
4,5 m
15 m
SB 2
4,32 m
2
1m
2
0,5 m × 2
2
0,8 m /org
5 unit
0,8 m × 5
4 m2
Urinoir
0,9 m2 /org
5 unit
0,9 m2 × 5
4,5 m2
Toilet wanita
2,16 m2 /org
5 unit
2,16 m2 × 5
10,8 m2
2
0,5 m /org
2 unit
2
0,5 m × 2
1m
NAD
2
Shower
Wastafel
2
100 org
-
Luas
NAD
2
52
Shower
0,8 m2 /org
5 unit
0,8 m2 × 5
4 m2
Kolam renang
-
1 buah
200 m2
200 m2
SB
R.locker
1 m2 / org
30 locker
1 m2 × 30
30 m2
AS
30 orang
2
2
R.bilas dan
0,8 m /org 2
R.ganti
2,16 m / unit
4 unit
0,8 m x 30 2
2,16 m x 4
24 m
2
NAD 2
8,64 m
NAD
Toilet 991,26 m2
Total Sirkulasi
20 %
198,25 m2 793,01m2
Total
Keterangan : NAD : Neufert Architect Data
•
TSS
: Time Saver Standard
AS
: Asumsi
SB
: Studi Banding
Kebutuhan Luasan Parkir : Berdasarkan keputusan menteri pariwisata, pos dan telekomunikasi nomor KM .37/PW/MPPT-86 tanggal 7 Juni 1986, tentang kriteria hotel bintang 3, salah satu pasalnya berisi tentang kapasitas parkir. Untuk setiap 6 kamar, sekurang-kurangnya disediakan 1 buah tempat parkir mobil untuk penghuni. Kebutuhan untuk parkir : 1 mobil
: 25 m2
1 motor
: 3 m2
1 truk
: 48 m2
1 mobil box
: 36 m2
Perhitungan jumlah tempat parkir dan luasannya : 1. Parkir untuk penghuni
53
o Parkir mobil : 326 kamar/6 = 54,3 = 54 mobil Dikarenakan sasaran penghuni ialah mahasiswa dan karyawan yang tinggal untuk sementara dan lokasi tapak dekat dengan tempat aktivitas utama penghuni (BiNus University), maka penulis berasumsi berdasarkan hasil wawancara,bahwa jumlah mahasiswa yang memiliki mobil sebesar 30%, sehingga : Jumlah parkir mobil : 30 % x 54 mobil = 18 mobil. Luas yang dibutuhkan = 18 x 25 m2 = 450 m2 o Parkir motor : 2 x dari jumlah parkir mobil = 2 x 18 = 36 motor Luas yang dibutuhkan = 36 x 3 m2 = 108 m2 2. Parkir untuk pengelola o Parkir mobil untuk pengelola : Kepala pengelola
1 parkir mobil
Kepala building division
1 parkir mobil
Kepala M arketing division
1 parkir mobil
Kepala administration division
1 parkir mobil + 4 parkir mobil
Luasan yang dibutuhkan = 4 x 25 m2 = 100 m2 o Parkir motor untuk pengelola : 2 x jumlah parkir mobil
=
8 parkir motor
Luas yang dibutuhkan = 8 x 3 m2 = 24 m2 54
3. Parkir untuk tamu o Parkir mobil 10% x 54 mobil = 5 mobil Luas yang dibutuhkan = 5 x 25 m2 = 125 m2 o Parkir motor 25% x 36 motor = 9 motor Luas yang dibutuhkan = 9 x 3 m2 = 27 m2 4. Parkir untuk service o Parkir motor untuk karyawan : 10 % x 36 motor = 3 motor Luas yang dibutuhkan = 3 x 3 m2 = 9 m2 o Parkir untuk 2 mobil truk dan 2 mobil box Luas yang dibutuhkan = 2 (48 m2) + 2 (36 m2) = 168 m2 Jadi total kebutuhan luasan parkir sebesar : ( 450 m2 + 108 m2 + 100 m2 + 24 m2 + 125 m2 + 27 m2 + 9 m2 + 168 m2 = 1011 m2) Luas kebutuhan ruang seluruh-nya : o Hunian
Tipe single
14 m² × 220
: 3080
m²
Tipe double
18 m² × 84
: 1512
m²
Tipe deluxe:
47 m² × 16
: 752
m²
Tipe family
62 m² × 6
: 372
m² 55
Total
Sirkulasi
Total luas hunian
20 %
: 5716
m²
: 1143,2
m²
: 6859,2
m²
+
o Ruang-ruang lain
R. Pengelola
:
108
m²
R.Service
:
139,49
m²
R. Utilitas
:
219,17
m²
Fasilitas penunjang
:
793,01
m² +
Total
:
1259,67
m²
Total Luas: 1288,47 m2 + 6859,2 m² + 1011 m² = 9129,87 m² o Luas tapak
Luas tapak
: 7547,75 m²
KDB 80 %
: 80% × 7547,75 m² = 6038,2 m² = 6038 m²
KLB
: 3,5 × 7547,75 m² = 26417,125 m² = 26418 m²
Jadi total luas: 9129,87 m² < luas yang boleh yang dibangun: 26418 m² (OK!)
56
IV.2
Aspek Fisik
IV.2.1 Tapak IV.2.1.1 Analisa Kondisi Fisik Tapak
PERUMAHAN
PERUMAHAN & PENDIDIKAN
TAPAK
PERTOKOAN,SEKOLAH DAN PERUMAHAN
P E R T O K O
TANAH KOSONG
Gambar 4.1 lokasi tapak
•
Terletak pada Pertigaan Jl. Rawa Belong dan Jl. Kebon Jeruk Raya
•
Ketinggian bangunan disekitar tapak berkisar 1-4 lantai. M emiliki peraturan tentang ketinggian bangunan maksimal setinggi 6 lantai.
•
Lokasi tapak dikelilingi oleh pertokoan, perumahan, tanah kosong, dan sarana pendidikan, namun minim akan area penghijauan. Arahan perencanaan : Dikarenakan kondisi fisik tapak masih minim akan area penghijauan, maka dalam perencanaan kostel ini akan mengoptimalkan area penghijauan, kemudian ketinggian bangunan maksimal memiliki jumlah lantai sebesar 6 lantai.
57
IV.2.1.2 Analisa Pencapaian M enuju Tapak (Pintu masuk dari dan ke Tapak) Pencapaian utama ke tapak dipertimbangkan terhadap : 1. Kemudahan pencapaian 2. Keamanan dan kelancaran lalu lintas di sekitar tapak 3. Frekuensi pengunjung menuju tapak Perencanaan pencapaian dibedakan atas pencapaian manusia, kendaraan dan service.
Arah Kampus BiNus Kijang (Jl.Kemanggisan raya)
Arah Kampus BiNus Syahdan dan BiNus Anggrek (Jl.Rawa Belong)
Gambar 4.2 pencapaian menuju tapak
Untuk dapat memasuki tapak,dapat melalui 3 jalan,yaitu Jl. Kebon Jeruk Raya (nomor 1), Jl. Rawa Belong (nomor 2) dan Jl. Flamboyan (nomor 3). •
Pada jalan nomor 1, arus manusia sedang, arus lalu lintas cukup padat pada jamjam tertentu (lihat BAB 1,hal 17), pencapaian terdekat dari kampus BiNus Anggrek dan Syahdan.
•
Pada jalan nomor 2, arus manusia sedang, arus lalu lintas cukup padat pada jamjam tertentu (lihat BAB 1,hal 17), merupakan jalan utama dan lebar jalan lebih besar dari jalan nomor 1, sehingga cocok sebagai main entrance.
58
•
Pada jalan nomor 3, lebar jalan merupakan paling kecil diantara 2 jalan lainnya, letaknya tersembunyi dan merupakan jalan masuk ke area perumahan. Arus Pejalan kaki
•
Arus Kendaraan
• •
Dari Jalan Kebun Jeruk
Dari Jalan Rawa Belong ke Batu sari
Dari Jalan Rawa Belong ke arah Jalan Sekunder
Gambar 4.3 Analisa perencanaan pencapaian •
Pencapaian menuju Tapak dari Kampus BiNus Syahdan bisa melalui Jl. Syahdan lalu Jl. Rawa Belong, dan dari Kampus Binus Anggrek, bisa melalui Jl. Rawa Belong. Pencapaian bisa menggunakan kendaraan pribadi, angkutan umum, sepeda atau jalan kaki.
•
Pencapaian menuju T apak dari Kampus BiNus Kijang, jika menggunakan kendaraan pribadi, sepeda, angkutan ojek maupun bajaj dapat melalui Jl. Kemanggisan raya, tetapi jika menggunakan angkutan kota seperti M-24,dapat melalui Jl. Syahdan lalu dilanjutkan dengan angkutan kota yang menuju T apak. Untuk berjalan kaki kurang memungkinkan, dikarenakan letaknya yang cukup jauh.
59
Tabe l 4.14 Analisa Pintu Dari dan Ke Tapak
NO 1
GAMBAR Kepadatan arus lalu lintas
ANALIS IS Daerah yang dilingkari merupakan pertigaan yang biasanya menjadi sumber kemacetan. Oleh karena itu pintu masuk jika dianalisa dari kepadatan lalu lintas, sebaiknya tidak terlalu dekat dengan daerah pertigaan tersebut.
Gambar 4.4. Kepadatan arus lalu lintas
2
Undang undang dan peraturan
Gambar 4.5 Undang undang peraturan
3
Bentuk dan ukuran tapak
Berdasarkan peraturan yang berlaku, pintu masuk berjarak minimal 20 meter dari belokan. M enurut Neufert Architect Data : o Lebar jalan utama didalam sebuah pemukiman dengan lalu lintas 2 arah adalah 5,5m o Untuk jalan 2 arah bagi pintu samping yang terletak di daerah pemukiman serta terbatas bagi mobil, lebar jalan adalah 4m o Letaknya pada jalan yang kepadatan arusnya relatif rendah o Letaknya harus mudah terlihat dan informatif Bentuk tapak persegi panjang sehingga lebih memudahkan jika pintu masuk berada di sisi tapak yang lebih panjang.
Gambar 4.6 Bentuk dan ukuran tapak
60
4
Arus kedatangan pemakai yang terbesar
Kampus Kijang
Kampus Anggrek
Kostel ini diprioritaskan untuk mahasiswa dan karyawan BiNus, Sehingga arus kedatangan pemakai terbesar datang dari arah Kampus Syahdan, Kampus Kijang dan Kampus Anggrek yang letaknya dekat dengan Tapak.
Kampus Syahdan
Gambar 4.7. Arus kedatangan pemakai yang terbesar
5
Kondisi di sekitar tapak
Sebelah utara tapak yang merupakan jalan kecil, kurang cocok untuk pintu masuk utama. Kondisi di sekitar 2 jalan besar tersebut hampir sama. Kebanyakan bangunan yang berada di sekitar jalan tersebut adalah toko dan rumah makan. Tetapi area yang dilingkari biasanya dipenuhi oleh metromini yang ngetem (mengisi penumpang).
Gambar 4.8. Kondisi di sekitar tapak
6
Topografi tapak
Kontur tanah pada tapak cenderung datar. Sehingga masalah topografi tidak membawa dampak besar dalam penentuan pintu masuk dan keluar tapak.
Gambar 4.9. Topografi tapak
61
Berikut alternatif-alternatif perletakan akses ke dalam tapak : Keterangan : o o o o o
: akses masuk mobil : akses keluar mobil : akses pejalan kaki : akses side enterance : akses service entrance
Alternatif 1 :
Gambar 4.10 Analisa entrance alternatif 1
•
Akses masuk dan keluar mobil jauh dari pertigaan sehingga tidak menyebabkan kemacetan.
•
Akses masuk dan keluar tidak saling cross terutama dengan pejalan kaki.
•
Akses side entrance diletakkan di jalan Flamboyan (utara tapak),diperuntukan bagi pengendara sepeda motor.
•
Akses service entrance diletakkan di selatan tapak untuk memudahkan akses masuk serta letaknya tidak mengganggu akses jalan lainnya.
62
Alternatif 2 :
Gambar 4.11 Analisa entrance alternatif 2
•
Akses masuk dan keluar mobil sejajar di sisi panjang tapak. Akses keluar dekat dengan pertigaan sehingga akan menimbulkan kemacetan.
•
Akses masuk dan keluar tidak saling cross terutama dengan pejalan kaki.
•
Akses side enterance diletakkan di jalan yang tidak ramai dan hanya dapat dilalui 1 kendaraan.
•
Akses service entrance diletakkan di utara tapak dan letaknya tersembunyi sehingga tidak mengganggu.
Kesimpulan : Alternatif 1 dipilih dengan pertimbangan kemudahan akses masuk kendaraan berada pada sisi terpanjang tapak. Akses side entrance diletakkan di bagian utara tapak, akses service diletakkan di bagian selatan tapak, dan akses bagi pejalan kaki diletakkan di bagian jalan Rawa Belong, karena jalan ini merupakan jalur kedatangan terbesar.
63
Gambar 4.12 entrance menuju tapak
IV.2.1.3 Analisa Sirkulasi dalam Tapak Sirkulasi di dalam tapak dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Sirkulasi kendaraan bermotor 2. Sirkulasi manusia Untuk sirkulasi kendaraan bermotor di pilih sirkulasi dengan pola tidak mengelilingi tapak dengan pertimbangan : •
Kebisingan, dengan pola seperti ini kebisingan dalam bangunan akibat kendaraan bermotor dapat dikurangi
•
Keamanan, karena kegiatan yang berlangsung di dalam tapak dilakukan oleh manusia. Sehingga menghindarkan cross (sirkulasi silang) antara pejalan kaki dengan kendaraan bermotor
•
Untuk jalur pedestrian (pejalan kaki) terpisah dengan jalur kendaraan bermotor. Jalur pemisah bisa berupa areal vegetasi atau dengan pembatas buatan.
64
Jalur vegetasi
Jalur kendaraan bermotor
Jalur pejalan kaki
Gambar 4.13 pembagian jalur sirkulasi
Arahan perencanaan : Sirkulasi di dalam tapak lebih mengutamakan sirkulasi manusia (pejalan kaki) dengan menempatkan jalur pedestrian untuk menghubungkan semua kegiatan di dalam tapak (pola radial) serta adanya plaza terbuka.
IV.2.1.4 Analisa Tata Ruang Luar Tata ruang luar tersebut meliputi : 1. Ruang terbuka Pada tapak, perencanaan penentuan ruang terbuka di atur pada ketentuan yang berlaku, yaitu KDB 80 %, berarti 20% adalah lahan berupa ruang terbuka yang dapat di manfaatkan sebagai : •
Sirkulasi kendaraan bermotor dan pejalan kaki.
•
Kegiatan outdoor, berupa lapangan terbuka dan taman.
•
Titik orientasi
•
Ruang transisi antar kegiatan dan antar bangunan dalam tapak,
•
Sebagai buffer atau pemisah yang membatasi tapak dengan lingkungan di sekitarnya
65
Arahan perencanaan : Bentuk fisik dari ruang terbuka adalah berupa taman-taman, parkir, pedestrian, plaza terbuka. 2. Parkir Direncanakan penyediaan parkir dibedakan menjadi 3, yaitu : a. Untuk kendaraan mobil b. Untuk kendaraan motor c. Untuk area service. Dengan mempertimbangkan hal-hal berikut : •
Kebutuhan jumlah kendaraan untuk menentukan luas tempat parkir
•
Penempatan parkir tidak terlalu jauh dari pusat kegiatan
•
M empunyai keamanan yang baik dan terlindung dari panas matahari
•
Tersedianya sarana penunjang parkir, seperti : tanda petunjuk, lampu penerangan,dll.
Untuk parkir kendaraan mobil disediakan fasilitas basement, dan lebih diperuntukan bagi pengelola dan tamu kostel dengan jumlah yang telah disesuaikan. ada 4 macam sistem parkir : •
Parkir sejajar
Gambar 4.14 parkir sejajar
66
Letaknya berdekatan dengan pedestrian pejalan kaki. Diperlukan adanya pembatas berupa tanaman atau saluran pembuangan (got) sehingga terdapat perbedaan level antara parkir dan area bangunan. •
Parkir 45°
Gambar 4.15 parkir 45°
Ruang gerak lebih mudah, namun menghabiskan banyak lahan dan jumlah parkir menjadi sedikit. •
Parkir 60°
Gambar 4.16 parkir 60°
Ruang gerak mudah, namun menghabiskan banyak lahan dan jumlah parkir menjadi sedikit.
67
•
Parkir 90°
Gambar 4.17 parkir 90°
Ruang gerak mudah, tidak menghabiskan banyak lahan sehingga jumlah parkir menjadi lebih banyak. Arahan perencanaan : Untuk proyek hunian seperti kostel, cocok menggunakan sistem parkir 90° yang membutuhkan banyak lahan parkir,serta dalam perencanaan mempunyai perbedaan level dengan jalur pejalan kaki.
IV.2.1.5 Analisa Pergerakan M atahari
Gambar 4.18 Analisa pergerakan matahari
Pergerakan matahari yang bergerak dari arah timur menuju barat sangatlah mempengaruhi orientasi dan bentuk bangunan kostel tersebut, yang bertujuan
68
untuk mendapatkan sinar matahari dan mengurangi panas radiasi matahari yang mengganggu kenyamanan penghuni. Alternatif 1 :
M atahari sore
M atahari pagi
Gambar 4.19 Analisa matahari alternatif 1
•
Orientasi bangunan ke arah Timur dan Barat.
•
Sisi terpanjang bangunan yang mendapatkan matahari timur dan barat, sehingga pada sisi ini akan mendapatkan cahaya matahari pagi dan sore secara maksimal
•
Pada sisi terpanjang bangunan akan menjadi panas, akibat masuknya radiasi panas matahari, sehingga perlu digunakan proteksi terhadap panas radiasi matahari tersebut.
•
Bentuk massa yang mengikuti bentuk tapak
Alternatif 2 :
M atahari sore
M atahari pagi
Gambar 4.20 Analisa matahari alternatif 2
69
•
Orientasi bangunan ke arah Utara dan Selatan.
•
Sisi terpendek bangunan yang mendapat matahari timur dan barat, sehingga hanya cahaya secara merata masuk ke dalam bangunan, sementara radiasi panasnya tidak.
•
Proteksi terhadap radiasi panas matahari kurang diperlukan.
•
Bentuk massa tidak mengikuti tapak.
Alternatif 3 : A B
M atahari sore
M atahari pagi
Gambar 4.21 Analisa matahari altenatif 3
•
Kombinasi alternatif 1 dan alternatif 2.
•
Orientasi bangunan terpisah, bangunan A menghadap ke utara dan selatan sementara bangunan B menghadap ke timur dan barat.
•
Sisi bangunan terpendek A dan sisi bangunan terpanjang B yang mendapat matahari timur dan barat.
Arahan perencanaan : Dipilih alternatif 2 karena cahaya dapat dimasukkan secara merata ke dalam bangunan, dimana sisi yang mendapatkan sinar matahari adalah sisi
70
terpendek bangunan. Hal ini dapat melindungi bangunan dari radiasi panas matahari sehingga dapat mengurangi beban AC tanpa menghilangkan cahaya alami yang masuk ke dalam bangunan (perancangan pasif) yang sesuai dengan topik dan tema arsitektur tropis.
M atahari Barat
M atahari Timur
Gambar 4.22 Orientasi bangunan terhadap arah matahari
IV.2.1.6 Analisa Arah Angin Pergerakan angin selalu tidak tetap atau mengalami perubahan, namun secara M akro, angin bergerak dari tenggara menuju barat laut dan sebaliknya.
Gambar 4.23 Analisa arah angin
71
•
Untuk dapat memaksimalkan sirkulasi udara yang masuk,maka pada bagian utara dan selatan bangunan, bukaan untuk pengudaraan diatur untuk mendapatkan pengudaraan yang dibutuhkan.
IV.2.1.7 Analisa Kebisingan Faktor kebisingan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam perancangan, khususnya dalam perencanaan bangunan kostel, karena dapat mempengaruhi peletakan massa bangunan dan zoning pada tapak. Sumber kebisingan bersumber dari :
Jl. Kebon Jeruk raya, Tingkat kebisingan tinggi dan sering mengalami kemacetan pada jam tertentu akibat bus yang berhenti menunggu penumpang
Jalan utama Rawa Belong, sering terjadi kemacetan karena merupakan jalan 2 arah dengan tingkat kepadatan yang tinggi
Pertigaan dimana terdapat traffic light sering menjadi pusat kemacetan akibat mikrolet dan pengendara yang tidak disiplin Gambar 4.24 Analisa terhadap bising
Arahan perencanaan : • M eletakkan vegetasi di sekitar tapak yang langsung berhubungan dengan sumber bising, diharapkan dapat memfilter suara bising dari jalan raya (buffer sounds).
72
• M emberikan bidang-bidang masif pada bagian yang menghadap sumber bising, supaya bising yang masuk area private dapat diminimalkan • M enggunakan ruang-ruang penyangga pada daerah sumber bising seperti ruang publik atau service yang tidak memerlukan ketenangan. • M enjauhkan bangunan dari sumber bising.
Buffer penghijauan
Gambar 4.25 Perletakan buffer penghijauan
Buffer penghijauan SUM BER BISING Gambar 4.26 menjauhkan bangunan dari sumber bising
IV.2.1.8 Analisa Zoning Penentuan zoning berdasarkan kepada : •
Fungsi, sifat kegiatan dan hubungan antar kegiatan
•
Penyesuaian kondisi tapak dan lingkungan
•
Penyesuaian dengan pencapaian dan pola sirkulasi
73
Tabe l 4.15. Analisa Zoning Horizontal
NO 1
ZONING HORIZONTAL Alternatif 1
privat semi publik publik service
ANALIS A -.zona privat di bagian barat sehingga dapat memberikan ketenangan yang memang dibutuhkan oleh zona privat. -. Zona publik berada di pertigaan jalan sehingga dapat terlihat dari 2 arah jalan besar. -.Zona semi publik diletakan di bagian sudut tapak diapit oleh jalan besar dan gang kecil, agar dapat mengurangi tingkat kebisingan yang mengganggu zona private. -.Zona service dekat dengan jalan, dimaksudkan agar service dapat memiliki entrance tersendiri sehingga tidak mengganggu arus kendaraan pengunjung atau penghuni yang masuk ke dalam tapak.
Gambar 4.27. Alternatif zoning 1
2
Alternatif 2
-. Zona publik berada di depan jalan besar mempermudah pencapaian -. Zona semi publik berada di antara publik dan privat -. Zona privat berada di belakang dilindungi oleh zona publik dan semi publik yang bertidak sebagai sound barrier -. Zona service berada di ujung belakang tapak, tidak terlihat dari keramaian jalan raya.
Gambar 4.28.Alternatif zoning 2
3
Alternatif 3
Gambar 4.29. Alternatif zoning 3
-. Zona publik berada di bagian timur yang berdekatan dengan jalan utama,untuk memudahkan akses karena arus kedatangan terbesar berada di jalur tersebut.. -. Zona semi publik berada diantara area publik dan private yang berfungsi sebagai perantara menuju area Private. -. Zona privat berada di belakang untuk memberikan ketenangan yang lebih -. Zona service berada di sisi selatan dan dekat dengan jalan, agar dapat mempunyai entrance tersendiri sehingga tidak mengganggu aktivitas lainnya.
74
Arahan perencanaan : Dari ketiga alternatif diatas, Alternatif 3 dipilih dengan pertimbangan perletakan zoning yang tepat pada tapak. Posisi masing – masing zoning berada pada alur pergerakan manusia secara umum dan sangat memperhatikan pemanfaatan energi dari iklim setempat dengan efisien. Tabe l 4.16. Analisa Zoning Vertikal
NO 1
ZONING VERTIKAL Alternatif 1
privat semi publik publik service
ANALIS A -. Zona publik berada di lantai dasar, mempertimbangkan pengawasan dan memudahkan pengunjung. -. Zona semi publik berada di lantai dasar agar pengunjung yang dapat menggunakan fasilitas tidak perlu melewati ke area hunian. -. Zona privat berada di lantai atas untuk memberikan privasi kepada para penghuni. -. Zona service berada di setiap lantai, karena tiap lantai membutuhkan service seperti; gudang peralatan, tangga darurat dan ruang lift.
Gambar 4.30. Alternatif zoning vertikal 1
2
Alternatif 2
-. Zona publik berada di bagian depan bangunan untuk memudahkan pengunjung, mempertimbangkan pula adanya mini market dan restoran yang menjadi fasilitas umum agar mini market dan restoran dapat digunakan juga oleh orang lain selain penghuni. -. Zona semi publik berada di bagian tengah, mempertimbangkan privasi saat menggunakan fasilitas. Dan pengawasan terhadap orang-orang yang menggunakan fasilitas. Gambar 4.31. Alternatif zoning vertikal 2 -. Zona privat berada di lantai atas, untuk
75
3
memberikan privasi yang lebih kepada penghuni. -. Zona service berada di tiap lantai dan terletak tersembunyi sehingga tidak mengganggu aktivitas dari zona privat. -. Zona publik berada di lantai dasar, mempertimbangkan pengawasan dan memudahkan pengunjung. -. Zona semi publik agak ke belakang untuk memberi privasi yang lebih kepada penggunan fasilitas -. Zona privat berada di lantai atas, untuk memberikan privasi yang lebih kepada penghuni. -. Zona service berbagi side entrance dengan zona semi publik.
Alternatif 3
Gambar 4.32. Alternatif zoning vertikal 3
Arahan perencanaan : M empertimbangkan kebutuhan tiap-tiap zona, maka zoning vertikal yang dipilih ialah alternatif 2, mempertimbangkan kebutuhan service akan parkir service, pengawasan terhadap pengguna fasilitas, penggunaan food court dan mini market untuk orang luar, dan kenyamanan pada areal private.
IV .2.2 Analisa Bangunan IV.2.2.1 Analisa Besaran M assa Bangunan •
Luas tapak keseluruhan adalah 7547,75 m²
•
Luas area yang dapat dibangun, sesuai dengan kondisi KDB 80%, yaitu 80% x 7547.75 m² = 6038.2 m²
•
Luas area untuk ruang terbuka 7547.75 m² – 6038.2 m² = 1509.55 m²
76
•
Ketinggian bangunan yang diijinkan adalah 6 lantai. Direncanakan untuk kostel ini ketinggian bangunan 6 lantai.
•
Luas total maksimal bangunan yang dapat dibangun sesuai kondisi KLB 3.5, yaitu 3.5 x 7547.75 m² = 26417.125 m²
IV .2.2.2 Analisa Bentuk M assa Bangunan Bentuk-bentuk dasar bangunan berdasarkan Francis D.K. Ching dalam buku ” Arsitektur : bentuk, ruang dan susunannya ” dapat dibagi : Tabel 4.17 Bentuk massa bangunan No
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Krite ria 1 2 3 4 5
Kesesuaian dengan bentuk tapak Efisiensi dengan fungsi dan layout ruang didalamnya Perpaduan dengan bentuk–bentuk lain Pengembangan bentuk Nilai estetika bentuk Total
1 1
4 4
2 3
2
3
2
3 2 9
3 2 16
2 3 12
NB. Penilaian berdasarkan angka 1-5 sesuai dengan tingkatan terpenting yang harus ada dalam kriteria proyek. Angka 1 tidak cocok, sedangkan semakin kepada angka 5 semakin relevan.
Arahan perencanaan : Berdasarkan hasil penilaian diatas, bentuk yang paling sesuai dengan proyek adalah bentuk persegi, karena lebih fungsional dan bentuk ini dapat berpadu dengan bentuk-bentuk lain, sehingga dapat memaksimalkan pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami sehingga dapat sesuai dengan karakteristik arsitektur tropis.
77
IV.2.2.3. Analisa Jenis M assa Bangunan Tabe l 4.18. Analisa Massa Bangunan
NO 1
GAMBAR M assa tunggal
Gambar 4.33. Massa tunggal
2
M assa majemuk
ANALIS A Dengan penggunaan massa tunggal ada beberapa keuntungan yang didapatkan, diantarnya adalah penggunaan lahan lebih efisien, pemeliharaan dan pengawasan terhadap bangunan lebih mudah. Tetapi kekurangannya adalah tidak adanya pengelompokan massa bangunan, sehingga tidak jelas fungsi dari massa bangunan tersebut, massa yang terbentuk tidak dinamis, serta ruang terbuka hijau yang dihasilkan akan lebih sedikit. massa majemuk juga memiliki kelebihan yaitu pengelompokan massa bangunan terlihat jelas, perletakan massa bangunan lebih dinamis sehingga terlihat lebih fungsional, dan ruang antara jarak massa bangunan dapat menjadi ruang terbuka hijau. Kekurangannya adalah pengawasan terhadap bangunan akan lebih sulit, dan penggunaan lahan akan lebih boros, tidak seefisien massa tunggal.
Gambar 4.34. Massa majemuk
Arahan perencanaan : Perancangan kostel ini memilih jenis massa bangunan majemuk, hal ini dikarenakan dengan pertimbangan, yaitu : •
Adanya pengelompokkan aktivitas di dalam kostel tersebut.
•
Bentuk massa lebih terorganisir dan dinamis.
•
Sirkulasi pencapaian
78
•
Akan tercipta ruang terbuka untuk areal penghijauan.
•
Tetap mempertimbangkan efisiensi penggunaan lahan serta pemeliharaan bangunannya.
IV.2.2.4 Analisa Pola Gubahan M assa Bangunan kostel ini terdiri dari beberapa buah massa yang dikelompokkan sesuai dengan zoning kegiatannya, dan memanfaatkan ruang terbuka seperti plaza terbuka sebagai pengikatnya. Berikut adalah beberapa alternatif pola organisasi massa bangunan : Alternatif 1
Hunian Penunjang Inner court
Gambar 4.35 Alternatif 1 gubahan massa tapak
79
Alternatif 2
Gambar 4.36 Alternatif 2 gubahan massa tapak
Arahan perencanaan : Lebih mengarah pada alternatif 2 karena banyak ruang luar yang tercipta dan dapat dinikmati secara maksimal baik untuk publik maupun untuk penghuni yang disesuaikan dengan topik arsitektur tropis.
IV.2.2.5 Analisa Orientasi Bangunan Dalam perencanaan kostel ini, orientasi bangunan terdiri dari 2 yaitu : 1. Orientasi ke dalam, dengan arahan perencanaan : •
Diarahkan agar tercipta sebuah ruang pengikat yang berfungsi sebagai tempat interaksi atau komunikasi, seperti adanya plaza terbuka dan sebagainya.
2. Orientasi keluar, dengan arahan perencanaan : •
M embentuk ruang - ruang lingkungan luar, dengan memanfaatkan elemenelemen bangunan, membuat lansekap dan sebagainya sehingga akan
80
terbentuk ruang antara bangunan dalam tapak dengan bangunan di sekitar luar tapak.
Gambar 4.37 Orientasi ke dalam
Gambar 4.38 Orientasi keluar
IV.2.2.6 Analisa Sirkulasi dalam Bangunan Sistem sirkulasi pada bangunan menggunakan sirkulasi horisontal yaitu melalui koridor dan sistem sirkulasi vertikal yang menggunakan tangga atau lift. A. Untuk sistem sirkulasi horisontal yang menggunakan koridor memiliki 2 (dua) jenis : 1. Single loaded
Gambar 4.39 Analisa koridor single loaded
Keuntungan:
Dapat
memaksimalkan
pencahayaan
dan
penghawaan alami.
81
Kekurangan : Bentuk massa bangunan menjadi panjang apabila jumlah
unitnya banyak
sehingga kurang efisien
dalam
menggunakan lahan. 2. Double loaded
Gambar 4.40 Analisa koridor double loaded
Keuntungan : •
Pencapaian dari ruang ke ruang dekat.
•
M emuat banyak unit.
•
M embutuhkan space yang sedikit sehingga lahan dapat dimanfaatkan secara optimal.
Kekurangan : •
Pencahayaan dan penghawaan kurang terutama di bagian koridor
•
Bangunan yang dihasilkan cenderung padat dan gemuk.
Arahan Perencanaan : Untuk proyek hunian seperti kostel, lebih cocok menggunakan sistem double loaded, karena efisiensi penggunaan lahan,dapat memuat banyak unit dan pencapaian antar ruang itu dekat.
82
B. Untuk sistem sirkulasi horisontal yang menggunakan koridor memiliki 2 (dua) jenis 1. Tangga Tangga merupakan salah satu sarana sirkulasi vertikal bagi manusia di dalam suatu bangunan. Kelebihan tangga ialah hemat energi listrik karena tidak membutuhkan alat penggerak, dan kekurangannya ialah menimbulkan keletihan bagi pengguna. 2. Lift Standart lift untuk bangunan 2-6 lantai ialah dengan kecepatan 0,5m/detik dan memiliki kapasitas 1250 kg dengan jumlah orang 17 orang.
Gambar 4.41 Lift Arahan perencanaan : Untuk
perencanaan
kostel
yang
memiliki
6
lantai,
menggunakan sirkulasi vertikal berupa tangga dan lift. Kebutuhan akan lift diperlukan karena menyesuaikan terhadap peraturan pemerintah serta dapat digunakan untuk sirkulasi bagi orang cacat maupun barang. Untuk
83
tangga, supaya tidak terjadi keletihan, maka ketinggian anak tangga diatur sebesar 15-17 cm.
IV.2.2.7 Analisa Penampilan Bangunan Untuk penampilan bangunan pada kostel harus memperhatikan hal–hal sebagai berikut : 1. Fungsional Sesuai dengan proyek yang akan dikerjakan yaitu kostel, maka fungsi menjadi salah satu petimbangan dalam rancangan bangunan tersebut, yang akan terlihat dari bentuk bangunan secara keseluruhan. 2. Penyesuaian terhadap iklim tropis Untuk penampilan bangunan kostel yang mencerminkan arsitektur tropis, harus menampilkan karakternya melalui penyelesaian arsitektural terhadap masalah yang ada pada iklim tropis. Penyelesaian tersebut seperti bentuk bukaan, pemanfaatan cahaya matahari dan penghawaan alami, serta pemanfaatan teritisan yang dapat mengurangi panas matahari, serta air hujan.
Gambar 4.42 Penampilan bangunan
3. M emiliki kesatuan bentuk terhadap bangunan Bina Nusantara University
84
Penampilan bangunan juga memiliki bentuk dan warna yang memiliki kesatuan terhadap bentuk Bina Nusantara University sehingga kostel ini memiliki identitas sebagai milik Bina Nusantara. University, bisa dengan lambang BiNus atau dengan warna yang mencerminkan BiNus. Kostel ini juga dilengkapi dengan area Hotspot dan Wi-fi sesuai dengan karakteristik BiNus yang berteknologi.
Foto 4.1 dan Foto 4.2. Permainan warna pada bangunan BiNus.
Gambar 4.43. Lambang BiNus
IV.2.2.8. Analisa Terhadap Topik Arsitektur Tropis IV.2.2.8.1 Analisa Sistem Pencahayaan Dalam perancangan bangunan Arsitektur Tropis ada 2 pilihan yang menjadi pertimbangan sistem pencahayaan, yaitu :
85
1. Pencahayaan alami Sinar matahari merupakan sumber utama dari pencahayaan alami. Cahaya alami ini dapat kita manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan perancangan bangunan. Hal ini akan mengurangi beban dari penggunaan cahaya buatan seperti lampu, khususnya pada siang hari.
Foto 4.3. Pencahayaan alami
Beberapa kelebihan pencahayaan alami adalah sebagai berikut : •
Bersifat alami
•
Tersedia berlimpah dan gratis
•
M emiliki spektrum cahaya lengkap
•
Dinamis, arahnya selalu berubah oleh rotasi bumi dan intensitas cahaya yang berubah – ubah
Beberapa kekurangan pencahayaan alami adalah sebagai berikut : •
Jarak pencahayaan di dalam bangunan terbatas
•
Intensitas tidak mudah diatur
•
Pada malam hari tidak tersedia
•
Sering membawa serta panas masuk ke dalam ruangan
86
Untuk memanfaatkan pencahayaan alami ini dengan membuat banyak bukaan. Ada dua jenis lubang cahaya, yaitu yang terbuka dan tertutup. Terbuka, jika cahaya menerobos langsung ke dalam bangunan contohnya dengan membuat jendela atau kisi – kisi, sedangkan yang tertutup adalah bukaan dengan mempergunakan material tertentu sebagai penyaring cahaya yang masuk, yaitu : kaca, glass block, polikarbonat.
Gambar 4.44 Glass block
Gambar 4.45 Kisi –kisi jendela
Gambar 4.46 Rooster dan glass block Solusi mendesain bukaan untuk cahaya alami : a. Tempatkan bukaan sesuai fungsi ruang
87
Tabel.4.19 Bukaan pada jenis ruang
b. Dimensi bukaan jangan berlebihan. banyaknya lubang ideal dalam suatu ruang dinyatakan dalam WWR (Wall Window Ratio). WWR adalah perbandingan luas jendela dengan luas seluruh dinding luar pada orientasi yang telah ditentukan,dari ketentuan ini nilai idealnya adalah 20% dari luas dinding keseluruhan, dan untuk satu ruangan minimal memiliki bukaan untuk kebutuhan cahaya minimal sebesar 9% dari luas ruangan tersebut. (sumber :SNI 03-6197-2000). c. M anfaatkan refleksi atau pantulan dari permukaan bidang
Gambar 4.47 refleksi dari permukaan bidang (sumber : Majalah Serial Rumah : Rumah Hemat energi)
2. Pencahayaan buatan Sistem pencahayaan dengan memanfaatkan energi buatan dari listrik seperti lampu digunakan pada malam hari ataupun pada ruangan
88
yang memerlukan pencahayaan tambahan supaya manusia merasa nyaman pada penglihatannya. Tabel 4.20 Perbandingan Pencahayaan
Jenis Pencahayaan Pencahayaan Alami
Penyelesaian Bukaan (jendela)
dinding
Bukaan plafond
Pencahayaan Buatan
Lampu pijar
Lampu TL (Fluorscent ) Lampu Halogen
Karakteristik • Daya jangkau sinar kurang merata dan terbatas • Perawatan mudah • T idak memerlukan energi • Perancangan dan perawatan agak sulit • Daya jangkau sinar merata • T idak membutuhkan energi • Lebih murah dan mudah perawatannya • Lebih boros energi • Lebih mahal • Lebih hemat energi • • • •
Daya tahan tinggi Cukup hemat energi Panas Cocok untuk ruang luar
Arahan Perencanaan : Direncanakan pada waktu siang hari menggunakan pencahayaan alami, kecuali bagi aktivitas penghuni yang membutuhkan pencahayaan yang lebih, dan pada malam hari menggunakan pencahayaan buatan. IV.2.2.8.2 Analisa Sistem Pengudaraan Sistem pengudaraan dapat dibagi 2 yaitu :
89
1. Pengudaraan alami M emasukkan udara luar yang bersih kedalam bangunan dengan menerapkan sistem cross ventilation (ventilasi silang). Dengan membuat adanya bukaan pada sisi-sisi ruangan yang berlawanan, supaya udara dapat mengalir.
Gambar 4.48 Cross ventilation
Kelebihan ventilasi alami : 1. M enyediakan udara yang sehat 2. M embantu kenyamanan suhu dalam ruangan 3. Tidak memerlukan energi Kekurangan ventilasi alami : 1. Suhu tidak mudah diatur 2. Kecepatan angin tidak mudah diatur 3. Kelembaban tidak mudah diatur 4. Kualitas udara tidak mudah diatur 5. Gangguan lingkungan, seperti: bising, debu, serangga,dll Solusi Penghawaan alami : a. Ventilasi silang
90
Gambar 4.49 Cross ventilation vertikal
b. Plafon tinggi
Gambar 4.50 Bukaan pada plafon tinggi
2. Pengudaraan buatan Pengudaraan buatan sangat identik dengan penggunaan AC (Air Conditioner). AC digunakan untuk mendapatkan temperatur udara yang diinginkan dengan
melihat kondisi udara sekitar yang tidak mendukung
bagi pengudaraan alami. Kekurangan AC yang utama adalah pada penggunaan energi yang besar. Energi listrik yang digunakan untuk AC dapat mencapai 60% dari total energi pada bangunan. (sumber : Fisika Bangunan 2)
91
. IV.2.2.9. Analisa sistem utilitas air Tabe l 4.21. Analisa Sistem Instalasi Air Bersih, Air Kotor dan Air Hujan
NO
S IS TEM INS TALAS I AIR
1
Sistem instalasi air bersih
2
Sistem instalasi air kotor
3
Sistem instalasi air hujan
•
ANALIS IS Air bersih berasal dari air tanah dan PAM . Kegunaan utama dari air bersih adalah untuk dikonsumsi (minum, masak) Air dari PAM disalurkan ke resevoir bawah kemudian dipompa ke resevoir atas lalu disalurkan ke unit unit hunian Air kotor dibedakan menjadi 2 : -. Grey water : air kotor yang berasal dari cucian, air mandi, dan dari dapur. Air ini ditreatment dan akan digunakan kembali, -. Black water : air kotor yang berasal dari kloset. Air ini tidak dapat digunakan kembali. Sehingga air kotor ini disalurkan dari bak kontrol, resapan,septick tank , dan ke riol kota. Air hujan ditampung, dan diolah sehingga dapat digunakan kembali
Analisa sistem Air bersih
Alat-alat sanitair
Reservoir atas
Reservoir Jet pump
kebakaran
PAM Meteran
Reservoir bawah Sprinkler
Deep well
hidran
Skema 4.6 Skema sistem air 92
•
Analisa Pembuangan Air Kotor Air kotor terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Air kotor padat, M elalui kloset diteruskan menuju shaft air kotor padat di salurkan ke STP (Sewage Treatment Plant), lalu di proses secara kimia sehingga dapat dimanfaatkan untuk air yang tidak dikonsumsi oleh manusia, seperti untuk menyiram tanaman, jalan,dll. Kotoran padat
ST P
Re Use
Riol Kota
Skema 4.7 Skema sistem pembuangan air kotor padat
2. Air kotor cair dan air hujan, M elalui shaft yang tertanam di dinding di salurkan ke riol bagian bawah dan dilanjutkan ke riol kota, dan tiap jarak tertentu mempunyai bak kontrol
Wastafel Floor drain
Bak
Riol ST P
Re Use
kota
kontrol Sink dapur
Air hujan
T alang
Skema 4.8 Skema sistem pembuangan air hujan
IV.2.2.10 Analisa Sistem Pembuangan Sampah Sistem pembuangan sampah pada kostel ini dengan membuang sampah melalui shaft sampah yang terdapat di tiap lantai, lalu dikumpulkan pada tempat penampungan sementara, kemudian diangkut oleh dinas kebersihan 93
ke tempat pembuangan akhir kota. Sampah dibagi menjadi 3 bagian,yaitu sampah organik, sampah anorganik, dan sampah kaca atau besi.
T empat sampah
Penampungan
Pembuangan
Sementara
Akhir kota
Petugas
Dinas kebersihan
Skema 4.9 Skema sistem pembuangan sampah
IV.2.2.11 Analisa Sistem Pencegahan Kebakaran Sistem pencegahan kebakaran di kostel ini terdiri dari : 1. M emakai alat deteksi berupa alarm yang dipasang dengan jarak pelayanan 75 m, yang terdiri dari : a. Heat Detector
: Untuk mendeteksi panas
b. Smoke detector : Untuk mendeteksi asap c. Flame detector : Untuk mendeteksi lidah api 2. lampu darurat, lampu yang akan menyala ketika alaram aktif 3. Tangga darurat : Jarak titik terjauh 25m, lebar tangga kebakaran min.1.2m, pintu min. 90cm, tahan api min. 2jam, memiliki shaft asap dan intakefan untuk memberikan tekanan udara yang lebih tinggi di dalam ruang tangga darurat sehingga asap tidak masuk ke dalam, pintu tangga darurat harus membuka ke arah dalam ruang tangga, sedangkan pintu di lantai bawah yang merupakan jalan keluar harus membuka ke arah luar ruang tangga darurat, pintu dan relling tangga harus tahan terhadap panas. 4. Alat pemadam kebakaran, diantaranya :
94
a. Sprinkler : memadamkan api dengan menyemprotkan air atau zat lain secara otomatis pada ruang yang terbakar, bekerja efektif dengan daya jangkau 25 m²/unit b. Hydrant kebakaran, terdapat di dalam dan luar bangunan, dan di letakkan pada posisi yang mudah untuk dijangkau oleh mobil pemadam kebakaran. Dengan radius pelayanan 30 m²/unit c. Fire extinguisher : pemadam ringan berupa tabung-tabung yang diletakkan setiap jarak 20 m dengan luas pelayanan 200 m².
Detector
Splinkler Ruang kontrol
Alarm
Hydran
Area kebakaran
Deep well
Pompa
Resevoir kebakaran
Skema 4.10 Skema sistem pencegahan kebakaran
IV.2.2.12 Analisa Sistem Instalasi Listrik Sumber listrik utama berasal dari PLN yang disalurkan ke gardu utama, dan kemudian disalurkan ke ruang-ruang. Dan untuk tenaga cadangan digunakan generator set (genset) yang dapat mensuplai 75% dari total kapasitas keseluruhan listrik dalam bangunan. Peletakkan ruang genset diusahakan sejauh mungkin dengan ruang private untuk dapat menjaga kenyamanan dan ketenangan ruang tersebut.
95
PLN
Meteran
Panel cabang
Gardu listrik
Panel utama
Gardu distribusi
Trafo
Genset
Skema 4.11 Skema sistem instalasi listrik
IV.2.2.13 Sistem Keamanan Sistem keamanan dapat menggunakan : •
CCTV Digunakan sebagai proteksi gedung yang berfungsi mengamati suatu objek tertentu di dalam bangunan atau di luar bangunan. Dalam CCTV dilengkapi dengan fasilitas VTR (Video Tape Recorder) untuk merekam kejadian yang diperlukan. CCTV ditempatkan di area yang strategis agar mudah mendeteksi kegiatan di sekitarnya.
•
Card Access Dipasang
pada
pintu
masuk.
Cara
bekerjanya
dengan
memperlihatkan kartu pengenal pada card reader yang akan membaca dan mengirimkan kode yang terdapat pada kartu pengenal ke CPU pengontrol, untuk membuka pintu yang akan dibuka. •
Pos Jaga / Pos Satpam
96
Pos jaga ditempatkan pada pintu masuk ke dalam bangunan untuk memeriksa para pendatang yang kan masuk ke dalam bangunan. Arahan perencanaan : Untuk perencanaan sistem keamanan pada bangunan kostel ini menggunakan sistem CCTV, card access dan pos jaga, untuk mendukung keamanan dan kenyamanan bagi penghuni kostel.
97