BAB III WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEX
Di dalam komunikasi serat optik, Wavelength Division Multiplex (WDM) adalah teknologi multipleksing yang digunakan untuk membawa beberapa sinyal informasi (suara, data, dan video) dalam satu inti
kabel serat optik dengan
menggunakan panjang gelombang cahaya yang berbeda-beda. Dengan cara ini dapat meningkatkan kapasitas dan memungkinkan komunikasi dua arah (bidirectional) dalam satu serat optik baik pada jaringan jarak jauh (long haul) maupun untuk aplikasi jarak dekat (short haul).
Istilah wavelength-division multiplexing biasanya diterapkan ke 'optical carrier' yang digambarkan berdasarkan panjang gelombangnya, sedangkan frequency-division multiplexing biasanya digunakan pada 'radio carrier' yang digambarkan berdasarkan frekuensinya. Namun, karena panjang-gelombang dan frekuensi proporsional secara inverse, dan karena radio dan cahaya adalah bentuk dari radiasi elektromagnetik, maka kedua terminologi multiplexing ini serupa. Sistem optik WDM menggunakan difraksi pasif sehingga lebih handal dari FDM yang elektris aktif. Selain itu, gelombang pembawa dalam channel optic WDM 42
(THz) mempunyai frekuensi yang lebih tinggi dari channel FDM (MHz).
Ada beberapa alternatif cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kapasitas pada jaringan kabel serat optik, yaitu: 1.
Menambah kabel serat optik Jika tidak ada inti kabel serat optik yang tersisa, maka diperlukan upaya
penanaman kabel serat optik baru, dengan memperhitungkan ketersediaan duct yang ada (terutama untuk kabel jenis conduit). Cara ini selain agak rumit juga relatif mahal. 2. Memperbesar kapasitas efektif transmisi eksisting Meningkatkan
kapasitas
dapat
dilakukan
dengan
mengganti
perangkat/modul eksisting dengan sistem/kapasitas yang baru dengan kapasitas yang lebih besar. Cara ini menemui hambatan dengan keterbatasan kapasitas terbesar sistem. SDH
: STM-1 STM-4 STM-16 STM64
OPTIC: OC-48 (2.5Gbps) OC-192 (10Gbps) OC-768 (40Gbps) 3. Menambahkan jumlah panjang gelombang dalam inti serat optik Cara ini disebut juga Wavelength Division Multiplex (WDM), dengan menyalurkan beberapa sinyal panjang gelombang secara bersama dalam satu inti serat optik. Tanpa penambahan kabel optik baru, kapasitas efektif kabel eksisting dapat ditingkatkan dengan faktor kali 16 atau 32.
Dengan semakin pentingnya sistem telekomunikasi dan layanan data dalam operasi bisnis suatu perusahaan, saat ini WDM banyak digunakan untuk meningkatkan kapasitas jaringan tanpa penambahan saluran optik baru. Dengan 43
menggunakan WDM dan penguat optik, mereka dapat mengakomodasi perkembangan teknologi ke depan tanpa menambah infrastruktur jaringan backbone
optik.
Kapasitas
dapat
ditingkatkan
secara
mengembangkan multiplexer/demultiplexer disetiap sisi.
mudah
dengan
Sedangkan untuk
interoperability agar sistem dapat beroperasi menggunakan perangkat eksisiting, maka pada jaringan transport dilakukan translasi dari optical – to - electrical – to – optical (O/E/O). Konsep WDM sendiri baru diperkenalkan pada tahun 1970, dan mulai direalisasikan serta dikembangkan pada tahun 1978. 3.1
Sistem WDM Sistem WDM terdiri dari sebuah multiplexer di sisi pengirim yang
digunakan untuk menggabungkan beberapa sinyal, dan demultiplexer di sisi penerima untuk memisahkannya kembali. Sedangkan perangkat yang mempunyai kedua fungsi tersebut dalam satu unit disebut Optical Add-Drop Multiplexer. Awalnya WDM hanya berupa kombinasi dari dua sinyal panjang gelombang, dengan kapasitas dasar tiap sinyal 10 Gbps. Sedangkan sistem WDM saat ini bisa menangani sampai 160 sinyal panjang gelombang, yang berarti mempunyai kapasitas sampai 1.6 Tbit/s dalam satu kabel optik. Jumlah panjang gelombang dalam satu serat optik dapat diasosiasikan sebagai banyaknya jumlah kanal yang digunakan untuk menyalurkan data.
44
Gambar 3.1 Wavelength Division Multiplex Sistem WDM dibagi dalam beberapa pola panjang gelombang: Conventional, Coarse dan Dense WDM. Teknologi CWDM dan DWDM didasarkan pada konsep yang sama yaitu menggunakan beberapa panjang gelombang cahaya pada sebuah serat optik, tetapi kedua teknologi tersebut berbeda pada spacing panjang gelombang, jumlah kanal, dan kemampuan untuk memperkuat sinyal pada media serat optik.
3.1.1 Perbandingan TDM dengan WDM TDM menggunakan teknik pengiriman tetap pada satu channel dengan mengefisiensikan skala waktu untuk mengangkut berbagai macam informasi. Tapi teknik ini dianggap kurang effisien karena meskipun tidak ada data, time slot yang ada tetap dikirim.
Untuk mengurangi kerugian ini maka digunakan teknik
multipleksing statistikal seperti pada Asynchronous Transfer Mode (ATM). Meskipun ATM menawarkan utilisasi bandwidth yang lebih baik, namun speed
45
yang dapat digunakan terbatas karena adanya segmentasi pada pengiriman paket data di ATM.
Gambar 3.2 Transmisi data pada TDM WDM menggunakan metode yang sama sekali berbeda dengan TDM untuk meningkatkan kapasitas traffik pada jaringan serat optik. WDM mengalokasikan satu sinyal optik dengan satu frekuensi cahaya atau panjang gelombang dalam frekuensi band tertentu.
Teknik multipleksing ini serupa
dengan teknik pada gelombang radio yang disalurkan dengan frekuensi yang berbeda tanpa mengganggu satu sama lainnya. Dalam sistem WDM, masing-masing panjang gelombang disalurkan kedalam serat optik, dan sinyal di demultipleks di sisi penerima. Pada TDM, kapasitas output merupakan aggregate dari sinyal input, tapi WDM membawa masing-masing sinyal input secara terpisah, hal ini berarti tiap kanal memiliki dedicated bandwidth. Berikut ilustrasi pengiriman informasi pada WDM
Gambar 3.3 Transmisi data padaWDM
46
Gambar 3.4 Perbandingan Sisitem Interface TDM dan WDM
3.2
Coarse Wavelength Division Multiplex Coarse WDM merupakan teknik memperbesar kapasitas serat optik
dengan mentransmisikan sejumlah panjang gelombang yang berbeda dalam satu media serat dan meningkatkan channel spacing (parameter jarak antar kanal) dan area operasi band frekuensi yang lebih ringkas sehingga didapat desain tranceiver yang lebih effisien. Untuk menyediakan 16 kanal dalam satu serat optik, CWDM menggunakan dua panjang gelombang sekaligus yaitu 1310 nm (O-Band) dan 1550 nm (C-Band).
47
Gambar 3.5 Transmisi Panjang Gelombang CWDM – 16 kanal 3.2.1 Channel Spacing CWDM Sesuai standar ITU, untuk lebar kanal pada CWDM adalah fix 20 nm yang lebih toleran terhadap dispersi dan menggunakan panjang gelombang antara 1270 nm sampai 1610 nm. Contoh CWDM sistem adalah pada standar layer 1 pada Ethernet-LX4 yang berkapasitas 10 Gbps, menggunakan empat panjang gelombang disekitar 1310 nm, masing-masing membawa 3.125 Gbps data. Dengan menggunakan penguat EDFA, sinyal CWDM dapat dikuatkan hingga jarak 60 km dengan kapasitas 2.5 Gbps, sehingga lebih cocok digunakan untuk metropolitan area.
Gambar 3.6 Channel Spacing CWDM
48
Dengan channel spacing yang tetap 20 nm, teknologi CWDM akan memiliki keterbatasan dalam hal jumlah panjang gelombang yang dapat dikonsumsi jika mengoptimalkan band frekuensi yang sama seperti DWDM (1470nm s/d 1610nm). Oleh karena itu dalam perkembangannya guna mendapatkan jumlah panjang gelombang yang lebih banyak, CWDM akan mengoptimalkan band frekuensi 1290nm s/d 1610nm. Jika diperhatikan gambar berikut, jelas terlihat bahwa CWDM akan mengoptimalkan referensi gelombang 1310 nm dan band 1510 nm.
Gambar 3.7 Spectrum Optic Dengan band frekuensi yang lebih lebar, walaupun channel spacing juga lebih lebar, diharapkan CWDM memiliki jumlah panjang gelombang yang kurang lebih bersaing dengan DWDM. Impact lain dari kemampuan CWDM ini adalah, karena mengoptimalkan dua band frekuensi CWDM dapat diimplementasikan untuk jenis fiber eksisting, seperti G.652 dan G.653 disamping fiber G.655 (DWDM optimal).
49
CWDM saat ini banyak digunakan dalam jaringan industri broadcasting, dimana perbedaan panjang gelombang digunakan untuk sinyal upstream dan downstream. Dalam sistem ini panjang gelombang yang digunakan biasanya terpisah cukup lebar, misalnya 1310 nm digunakan sebagai sinyal downstream sedangkan sinyal upstreamnya menggunakan panjang gelombang 1550 nm.
3.3
Dense Wavelength Division Multiplex DWDM adalah suatu teknik transmisi dimana beberapa sinyal dibawa
secara bersamaan dengan menggunakan panjang gelombang yang berbeda setiap sinyal, dan dimultiplexing sebelum ditransmisikan dalam satu media optik. DWDM adalah suatu variasi dari WDM tetapi dengan kepadatan dan bandwidth yang jauh lebih tinggi. Dengan
teknik
channel
spacing,
suatu
sistem
DWDM
dapat
mentransmisikan sampai 160 panjang gelombang yang terpisah ke dalam satu ini serat optik. Masing-Masing kanal dapat membawa sampai 2.5Gbps / 10Gbps / 40Gbps, dan disalurkan dalam satu inti serat optik secara simultan. Selain itu dalam DWDM tidak memerlukan konversi sinyal optik ke elektrik, dan memiliki kemampuan untuk membawa sinyal yang memiliki kecepatan dan tipe berbeda dan transparan dalam kabel optik.
50
Gambar 3.8 Transmisi Panjang Gelombang DWDM – 40 kanal 3.3.1 Channel Spacing DWDM
Pada DWDM dibutuhkan laser transmitter yang lebih stabil dan presisi daripada yang dibutuhkan pada CWDM. Artinya, DWDM menempati level 51
teknologi yang lebih tinggi dari CWDM. Pada sistem DWDM laser yang diadop adalah sistem DFB yang menggunakan teknologi tinggi dengan toleransi panjang gelombang sekitar 0,1 nm (presisi dan sangat sempit) dan mengakibatkan temperatur tinggi sehingga membutuhan sistem pendingin. Sedangkan pada sistem CWDM sekitar 2-3 nm, tanpa sistem pendingin dan membutuhkan konsumsi daya yang lebih kecil (hanya sekitar 15% dibanding DWDM). Demikian pula terjadi pada sistem filter diantara keduanya. Tentunya hal ini menimbulkan perbedaan biaya yang sangat significant.
Gambar 3.9 Channel Spacing DWDM
Channel spacing menentukan system performansi dari DWDM. Standart channel spacing dari ITU adalah 50 GHz sampai 100 GHz (100 GHz akhir-akhir ini sering digunakan). Spacing (sekat) ini membuat channel dapat dipakai dengan memperhatikan batasan-batasan fiber amplifier. Channel spacing bergantung pada system komponen yang dipakai. Channel spacing merupakan system frekuensi minimum yang memisahkan dua sinyal yang dimultipleksikan, atau bias disebut sebagai perbedaan panjang gelombang diantara dua sinyal yang ditransmisikan. Amplifier optic dan 52
kemampuan receiver untuk membedakan sinyal menjadi penentu dari spacing pada dua gelombang yang berdekatan.
Gambar 3.10 Karakteristik Optik Kanal DWDM Pada perkembangan selanjutnya, system DWDM berusaha untuk menambah channel yang sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhan lalu lintas data informasi. Salah satunya adalah dengan memperkecil channel spacing tanpa adanya suatu interferensi dari sinyal pada satu fiber optic tersebut. Dengan demikian, hal ini sangat bergantung pada system komponen yang digunakan. Salah satu contohnya adalah pada demultiplekser DWDM yang harus memenuhi beberapa kriteria diantaranya adalah bahwa demux harus stabil pada setiap waktu dan pada berbagai suhu, harus memiliki penguatan yang relatif besar pada suatu daerah frekuensi tertentu dan dapat tetap memisahkan sinyal informasi sehingga tidak terjadi interferensi antar sinyal. Sistem yang sebelumnya sudah dijelaskan yaitu FBG (Fiber Bragg Grating) mampu memberikan spacing channel tertentu seperti pada gambar berikut:
53
Gambar 3.11 Channel Spacing DWDM Fiber Bragg Grating
3.3.2 Komponen DWDM Sistem dasar DWDM terdapat beberapa komponen utama yang harus ada untuk mengoperasikan DWDM dan agar sesuai dengan standart channel ITU sehingga teknologi ini dapat diaplikasikan pada beberapa jaringan optic. Komponen DWDM adalah:
1. DWDM terminal multiplexer. Perangkat ini terdiri dari satu transponder pengubah panjang gelombang untuk setiap sinyal panjang gelombang yang akan dibawa. Transponder ini menerima input sinyal optik (misalkan dari SDH/SONET), merubahnya menjadi elektrik dan mengirimkan kembali sinyal tersebut menggunakan laser band 1550 nm. Terminal mux juga merupakan multiplekser optik yang menempatkan sinyal band 1550 nm ke dalam fiber tunggal SMF-28.
54
2. Intermediate Optical Terminal atau Optical Add-Drop Multiplexer (OADM). Komponen ini merupakan penguat jarak jauh yang menguatkan sinyal dengan beberapa panjang gelombang sampai sejauh 140 km atau lebih. Sinyal optik diagnostik dan telemetri sering disertakan pula untuk mendeteksi apabila terjadi gangguan pada serat optik, misal kabel putus atau sinyal impair. Sistem yang biasa dipakai pada fiber amplifier ini adalah system EDFA, namun karena bandwith dari EDFA ini sangat kecil yaitu 30 nm (1530 nm1560 nm), namun minimum attenuasi terletak pada 1500 nm sampai 1600 nm. Kemudian digunakan DBFA (Dual band fiber amplifier) dengan bandwidth 1528 nm to 1610 nm. Kedua jenis amplifier ini termasuk jenis EBFA (extended band filter amplifier) dengan penguatan yang tinggi, saturasi yang lambat dan noise yang rendah. Teknologi amplifier optic yang lain adalah system Raman Amplifier yang merupakan pengembangan dari system EDFA.
Gambar 3.12 Erbium-doped Optical Fiber 3. DWDM terminal demultiplexer. Demux ini mengubah sinyal dengan banyak panjang gelombang menjadi sinyal dengan hanya satu panjang gelombang dan meneruskan ke dalam beberapa fiber yang berbeda ke sistem jaringan client untuk dideteksi. 55
Sebenarnya demultiplexing ini beroperasi pasif, kecuali untuk beberapa telemetri, seperti sistem SONET/SDH yang dapat menerima sinyal 1550 nm. Untuk memungkinkan terjadinya integrasi ke sistem jaringan client di sisi remote, sinyal demux biasanya merupakan keluaran dari transponder Optik/Elektrik/Optik (O/E/O), kemudian disalurkan ke sistem jaringan client mereka.
Fungsi transponder output ini biasanya sudah menyatu dengan
transponder input, jadi kebanyakan sistem transponder sudah mendukung interface bi-directional untuk 1550 nm (internal) dan kearah client (eksternal). Beberapa sistem transponder juga sudah beroperasi di nominal 40 GHz dan dilengkapi FEC. Teknologi terkini dari demultiplekser ini yaitu terdapat couplers (penggabung dan pemisah power wavelength) berupa Fiber Bragg Grating dan dichroic filter untuk menghilangkan noise dan crosstalk. Berikut gambar FBG dan Dichroic filter:
Gambar 3.13 Bragg Grating
Gambar 3.14 Dichronic Filter
4. Optical Supervisory Channel (OSC). OSC merupakan tambahan panjang gelombang yang berada diluar band penguat EDFA; 1510nm, 1620nm, 1310nm dan beberapa panjang gelombang proprietary lainnya. OSC membawa informasi tentang sinyal optik multi56
wavelength dan juga kondisi terminal optik atau EDFA, upgrade software dan informasi User Network Management yang semuanya dilakukan secara remote. Tidak seperti sinyal client band 1550nmyang membawa panjang gelombang,OSC selalu terminasi disisi penguat menengah, dimana informasi lokal diterima sebelum dikirimkan kembali. Berikut ilustrasi tata letak komponen pada DWDM:
Gambar 3.15 Bagan Perangkat DWDM
3.4
Spesifikasi Perangkat WDM 3.4.1 Spesifikasi Perangkat CWDM
Perangkat SDI yang digunakan Indosat adalah Flashlink FR-2RU-CWDM 1-16. Perangkat ini bersifat modular, terdiri dari beberapa modul atau card sesuai kebutuhan.
Gambar 3.16 SDI Flashlink 57
Sebuah perangkat SDI pada umumnya terdiri dari : 1. Filter modul Berfungsi untuk menentukan jumlah panjang gelombang yang akan disalurkan. Dengan teknologi CWDM, card ini mempunyai kemampuan untuk menyalurkan hingga 16 panjang gelombang secara bersamaan.
Gambar 3.17 SDI Optical Converter and Transponder Modul •
Multirate optical to optical transponder for 19.4–622Mbps
•
O/E, E/O converter
•
1310nm and 1550nm
•
Supports SDI, HD-SDI, SMPTE 310 MPEG, DVB-ASI, SDH/SONET, Gigabit Ethernet, Fiber channel and many other signal formats
•
Performs 3R Regeneration
2. Converter Modul
Berfungsi untuk merubah sinyal elektrik ke sinyal cahaya dan sebaliknya. Electrical dari card ini berupa interface untuk aplikasi audio dan video. Berikut adalah contoh converter modul yang digunakan: 58
a. Electric to Optical Converter (Transmitter)
Gambar 3.18 SDI – Electric to Optical converter (Transmitter) Modul •
1310, 1550 and CWDM laser available
•
Built-in dual output Distribution Amplifier
•
High performance laser for the long haul
•
DVB-ASI compatible
•
SMPTE 259M/297M compliant
b. Optical to Electrical Converter (Receiver)
59
Gambar 3.19 SDI – Optical to Electrical Converter (Receiver) Modul •
High sensitivity receiver
•
Buil-in dual output Distribution Amplifier
•
DVB-ASI compatible
•
SMPTE 259M/297M compliant
3. Change Over Switch modul Digunakan sebagai sistem proteksi di tingkat transmisi optik (East/West) dengan perpindahan otomatis, sehingga meminimalisasi waktu gangguan.
60
Gambar 3.20 Optical Switch Module •
SDI change-over
•
Non-broadcast data rates also supported non-reclocked
•
Auto change-over on signal loss or reclock error
•
Configurable change back logic
•
Reports signal loss and bitrate
•
GPI control and alarms
•
Integrated DA with 4 re-clocked SDI outputs
4. Ethernet modul Ethernet modul conveter (ETH 1000-MC) yang digunakan untuk melakukan konversi dari sinyal elektrik ethernet ke sinyal optik sebelum disalurkan melalui satu panjang gelombang dalam kabel serat optik.
61
Gambar 3.21 Gigabit Ethernet Converter Modul •
10BaseT/100BaseTx/1000BaseT auto sensing, compliant with IEEE 802.3 and IEEE 802.3u, auto MDI/MDI-X
•
1310nm, 1550nm, CWDM lasers
•
Receiver sensitivity better than -25dBm
•
Card edge LEDs and GYDA enabled
•
Low power (2W)
5. Analogue Video and Audio Transport Modul Sebagai media transport audio dan video dengan interface analog dapat juga disediakan dengan menggunakan modul berikut:
62
Gambar 3.22 Analogue Video and Audio Transport Modul Analogue Video and Audio Transport Modul (MUX/ DMUX) •
4 channel analogue video and audio embedder
•
Termination switches and loop connectors for input video
•
Cascade-ble for additional audio channels
•
Component and composite video outputs
•
EDH insertion / EDH handling
•
20 or 24 bit audio processing (MUX)
•
Optional with optical output (AVA-MUX/ DMUX)
3.4.2 Spesifikasi Perangkat DWDM
Perangkat yang digunakan untuk jaringan DWDM ini adalah Pandatel Yumix 4000M. Service Fiber Channel digunakan sebagai koneksi antar Storage Area Network (SAN) di masing-masing site, sedangkan koneksi Ethernet Gigabit terhubung ke perangkat Cataylist Cisco 3750.
63
Pandatel
Yumix 4000M adalah perangkat Metro Optical Networking
System yang memiliki fungsi dan kemampuan sebagai berikut: -
Support berbagai teknologi pada layer 1 (physical)
-
32 x 32 cross-connect dan/atau fiber switch
-
Hingga 72 kanal per serat optik dengan teknologi DWDM
-
Hingga 80 kanal per serat optik, kombinasi dengan CWDM
-
Data rate 8 Mbps hingga 2.7 Gbps padasetiap kanal
-
Protokol pada transmisi transparan
-
Satu interface remote untuk semua data rate (8Mbps hingga 10Mbps)
-
Management network dan element yang terpadu
-
Auto recovery < 50 milidetik
-
Management bandwidth otomatis
-
Satu platform yang sama untuk SAN, metro dan video
Gambar 3.23 Pandatel Yumix 4000M Dalam membentuk sebuah jaringan DWDM, Pandatel Yumix 4000M terdiri dari beberapa card – tergantung kebutuhan dan interkoneksinya. 1. DX/MX Filter dan Mux-Modul WDM modul ini merupakan multiplex/ demultiplexer optic pasif. 64
Gambar 3.24 DX/MX Filter dan Mux-Modul •
Passive optical multiplexer / demultiplexer (DX/MX)
•
Aggregates up to 4 channels in to one
•
The M platform is able to aggregate up to 72 DWDM channels
2. Line Interface Modul Modul ini mengirim/menerima sinyal elektrik dari backplane dan mengirimkan / menerima sinyal optik ke/dari port di panel depan untuk transmisi longhaul.
Gambar 3.25 Line Interface Modul •
Data rates: 8 Mbps up to 2.7 Gbps transparent without any additional overhead
•
Multi-protocol support
•
3R data regeneration and 2R regeneration optionally
•
Power monitoring optional available for all line units
65
3. Client Interface Modul Modul ini mengirim/menerima sinyal elektrik dari backplane dan mengirimkan/menerima sinyal optik ke/dari port di panel depan yang terhubung ke perangkat pelanggan.
Gambar 3.26 Client interface Modul •
Data rates of client interfaces: 850 nm: transparent from 8 Mbps to 1.25 Gbps (2.7 Gbps on request) and 1310 nm range from 8 Mbps to 200 Mbps (low speed) and from 200 Mbps to 2.7 Gbps (high speed).
•
2R regeneration and optional 3R regeneration
4.
Optical Switch Modul Modul ini melakukan monitoring status pada kanal 1 (aktif) dan kanal 2
(redundant). Ketika power level transmisi pada salah satau kanal critical, maka akan dilakukan perpindahan secara otomatis ke kanal yang memiliki level lebih baik.
Gambar 3.27 Optical Switch Modul 66
3.5
•
Wavelengths: 1270 - 1620 nm
•
Switching time, typ. / max.: 8 / 20 ms
•
Cross-Talk typ. / max.: 70 / 60 dB
Perbandingan DWDM dan CWDM Berdasarkan penjelasan-penjelasan sebelumnya dan setelah kita mengenal
apa itu CWDM dan DWDM, maka kita dapat menemukan beberapa kelebihan dari masing-masing sistem sehingga akan lebih memudahkan dalam penentuan implementasinya nanti. Secara umum keunggulan teknologi DWDM adalah sebagai berikut: 1. Tepat untuk diimplementasikan pada jaringan telekomunikasi jarak jauh (long haul) baik untuk sistem point-to-point maupun ring topology. 2. Lebih fleksibel untuk mengantisipasi pertumbuhan trafik yang tidak terprediksi. 3. Transparan terhadap berbagai bit rate dan protokol jaringan 4. Tepat untuk diterapkan pada daerah dengan perkembangan kebutuhan Bandwidth sangat cepat.
Namun dengan dukungan teknologi tingkat tinggi dan area implementasi utama pada jaringan long haul teknologi DWDM menjadi mahal, terutama jika diperuntukkan bagi implementasi di area metro. Dengan memperhatikan faktor ekonomis, fleksibilitas dan kebutuhan pemenuhan kapasitas jaringan jangka panjang, maka solusi untuk mengimplementasikan DWDM merupakan yang 67
paling cocok, terutama jika dorongan pertumbuhan trafik dan proyeksi kebutuhan trafik masa depan terbukti sangat besar. Secara umum ada beberapa faktor yang menjadi landasan pemilihan teknologi DWDM ini, yaitu:
1. Menurunkan biaya instalasi awal, karena dengan implementasi DWDM berarti kemungkinan besar tidak perlu menggelar fiber baru, cukup menggunakan fiber eksisting (ITU-T G.655) dan meng-integrasikan perangkat SDH eksisting dengan perangkat DWDM.
2. Dapat dipakai untuk memenuhi demand atau kebutuhan yang berkembang, dimana teknologi DWDM mampu untuk melakukan penambahan kapasitas dengan orde n x 2,5 Gbps atau n x 10 Gbps.
3. Dapat mengakomodasikan layanan baru yang memungkinkan proses rekonfigurasi dan transparency. Hal ini dimungkinkan karena sifat dari operasi teknologi DWDM yang terbuka terhadap protokol dan format sinyal (mengakomodasi format frame SDH).
68
Tabel 3.1 Perbandingan CWDM dengan DWDM
Permasalahan sekarang muncul untuk pemilihan jenis teknologi WDM yang cocok dan tepat untuk di aplikasikan disegmen broadcasting. Dari keunggulan yang telah di paparkan, DWDM cocok di gunakan sebagai backbone telekomunikasi yang dapat mensupport jaringan multiservice. Di dunia broadcasting sudah hampir pasti jenis data yang digunakan adalah Video. Dilihat dari jenis data tersebut, maka CWDM merupakan jenis teknologi WDM yang cocok. Dikarenakan data rate yang terpakai mencukupi untuk dilewati melalui CWDM dan juga investasi yang relative lebih murah dan juga perangkat yang tidak terlalu rumit. Mengingat lokasi siaran stasiun televisi yang random dan membutuhkan instalasi yang cepat dan handal, maka CWDM merupakan pilihan yang tepat.
69