41
BAB III PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN REHOMING
3.1 Pesiapan Di dalam struktur organisasi perusahaan, dalam hal ini PT. Nokia Siemens Network, sebagai vendor PT. Telkomsel, yang menjadi objek penelitian, mempunyai beberapa deivisi, antara lain: Planing : team yang merancang design pekerjaan Roll out: divisi yang menangani project new site, yaitu pembangunan BTS baru. Transmisi: divisi yang menagani project transmisi termasuk integrasi EDGE Hi-cap dan collocated: divisi yang menangani project penambahan BTS pada lokasi eksisting. BSC: divisi yang menangani project yang berkaitan dengan implementasi BSC. Dan beberapa divisi yang menangani dokumentasi. Dari semua pekerjaan yang ditangani oleh masing-masing divisi saling berkaitan, oleh karena itu antara divisi yang satu dengan yang lain saling ketergantungan.
3.1.1 Persiapan 3.1.1.1 Analisa permasalahan Ketersediaan ET BSC atau kapasitas BSC yang harus memadai merupakan masalah tersendiri yang dihadapi oleh divisi BSC, seiring dengan permintaan dari divisi roll out, transmisi dan hi-cap. Mengingat kapasitas BSC yang terbatas, antara lain: BSC 2i : kapasitas 512 TRX BSC 3i : kapasitas 660 TRX BSC 3i Hi-cap : kapasitas maksimal 2000 TRX BSC Flexi
: kapasitas maksimal 3000 TRX
42
Akan tetapi permintaan untuk kebutuhan project, diantaranya untuk new site, aktifasi EDGE, dan untuk BTS Hi-cap dan collocated telah melebihi kapasitas BSC yang ada. Oleh karena itu perlu adanya solusi untuk permasalahan tersebut.
3.1.1.2 Solusi permasalahan Responsibility untuk mengatasi masalah tersebut terletak pada divisi planning. Salah satu cara yang diambil planning adalah dengan melakukan rehoming. Tujuan dari rehoming BSC adalah mengurangi load BSC, sehingga space yang kosong setelah rehoming dapat dipergunakan untuk project lain yang sedang membutuhkan. Di BSC serang, yang menjadi objek penelitian, terdapat tiga BSC type 3i dengan masing-masing kapasitas maksimal 660 TRX. Akan tetapi dari tiga BSC tersebut mempunyai load yang sama, jika tidak maka bisa dilakukan load sharing atau rehoming antar BSC serang tersebut. Oleh karena itu planning memtuskan untuk membangun sebuah BSC baru dengan kapasitas yang lebih besar, dengan harapan dapat mengurangi load dari ketiga BSC yang sudah ada.
3.1.2 Pembangunan BSC baru Setelah planner memutuskan solusi dari permasalahan dengan membangun BSC baru, maka rencana tersebut diajukan kepada customer dalam hal ini Telkomsel, untuk mendapatkan persetujuan dan supaya Telkomsel dapat menguarkan PO (Purchase Order), yang akan diproses untuk kebutuhan administrasi selanjutnya.
3.1.2.1 Menentukan lokasi Ada dua alternatif dalam mentukan lokasi untuk BSC, pertama dibangun dilokasi BSC existing jika space masih memungkinkan, akan tetapi jikatidak dipilih alternatif kedua yaitu di lokasi baru. Pemilihan lokasi baru untuk BSC supaya lebih efektif dapat mempertimbangkan hal-hal berikut: Akses mudah, supaya tidak ada kendala ketika ada kejadian yang membutuhkan penanganan cepat dilokasi.
43
Keamanan, ini merupakan salah satu prioritas utama dalam memilih suatu lokasi untuk dijadikan sebuah BSC. Dipilih site atau lokasi yang merupakan nodal transmisi atau biasa juga disebut site simpul, yaitu site yang merupakan titik pertemuan dari beberapa transmisi, ini bertujuan supaya lebih efektif dalam penggunaan transmisi. Site existing, merupakan upgrade dari site yang awalnya cuma BTS biasa, di-upgrade menjadi sebuah BSC. Hal ini bertujuan untuk menekan cost, karena semua sarana telah tersedia seperti shelter, menara, akses listrik, dan fasilitas keamanan seperti pagar. Lokasi cukup luas, untuk mengantisipasi kebutuhan dimasa yang akan datang, karena pada umumnya disebuah BSC terdapat banyak perangkat terutama transmisi. Lokasi BSC berada didalam area coverage BSC tersebut, supaya jalur transmisi dari BTS ke BSC relatif lebih pendek. Oleh karena itu untuk melakukan load sharing atau rehoming BSC serang, site atau lokasi yang sesuai dengan persyaratan adalah Tambak Cikande, yang kemudian disebut dengan BSC Tambak Cikande.
3.1.2.2 Instalasi BSC Berikut step-step yang dilakukan dari preparation sampai dengan installation new BSC Tambak Cikande: Site survey: yaitu survey lokasi untuk membuat propose atau rencana penempatan equipment, mengecek availability power suplay dan mengestimate jumlah material yang dibutuhkan seperti panjang kabel. Mengajukan hasil survey ke Telkomsel untuk mendapatkan approval. Request material yang dibutuhkan di warehouse. Unpacking dan memriksa kelengkapan equipment, gambar 3.1
44
Gambar 3.1 Unpacking Equipment Mempersiapkan cabinets BSC untuk instalasi, gambar 3.2
Gambar 3.2 Cabinets BSC
45
Install rails kit sebagai landasan cabinets, gambar 3.3
Gambar 3.3 Rails kit Letakkan cabinet BSC diatas rails kit,dan memastikan cabinets telah kokok diatas rails dengan mengencangkan semua baut, gambar 3.4
Gambar 3.4 Posisi cabinets diatas rails kit Jika cabinets BSC telah terpasang kokoh, langakah selanjutnya adalah melakukan koneksi kabel grounding pada cabinets BSC, gambar 3.5
46
Gambar 3.5 Koneksi kabel grounding cabinets
Kemudian melakukan koneksi power cable, gambar 3.6
Gambar 3.6 Koneksi power cable Setelah grounding cable dan power terinstal, dilanjutkan dengan insert plug-in unit, yaitu memasukkan module BSC ke dalam slot catridge sesuai dengan alokasinya, gambar 3.7
47
Gambar 3.7 Inserting plug-in unit Ketika inserting plug-in unit, salah satu anggota badan kita sebaiknya terhubung dengan Electrostatic Sensitive Device (ESD), ini bertujuan untuk menghindarkan komponen sensitif pada plug-in unit terhadap electrostatic. Insatal interface cable, menghubungkan Exchange Terminal (ET) BSC dengan blok DDF.
Gambar 3.8 Interface cabling
48
Instal external alarm, ada dua interface untuk external alarm: Input: berupa interface yang menghubungkan dengan equipment lain seperti power, air conditioner dan sensor lain apabila tersedia. Jadi jika equipment tersebut tidak bekerja dengan maksimal, maka akan memberikan signal ke BSC dan akan diteruskan ke OMC (Operations and Maintenance Center) melalui OMU (Operations and Maintenance Unit) pada BSC. Output: berupa alarm box yang menjadi display audio visual sebagi indikator telah terjadi disfungsi dari salah satu equipment. Display audio berupa bunyi sirine, display visual berupa lampu LED. Instal T-Line, ini untuk menghubungkan DDF BSC dengan DDF transmisi karena ruangan BSC dengan ruang transmisi berbeda.
3.1.2.3 Koneksi Ater dan GB Link Ketika cabinet BSC telah selesai diinstal, dilanjutkan dengan koneksi Ater dan GB Link. Langkah-langkah yang dilakukan ketika melakukan koneksi Ater dan GB Link adalah sebagai berikut: Perhatikan jalur transmisi yang dialokasikan oleh planner, menggunakan transmisi apa saja, dan berapa hop yang harus dilalui. Cek kualitas transmisi dengan menggunakan BER Test sebelum digunakan. Jika melewati beberapa hop, maka pengecekan dilakukan pada masing-masing hop. Untuk BSC Tambak Cikande hanya menggunakan satu hop jalur transmisi yaitu fiber optic, jadi pengecekan dilakukan end to end yaitu dari site BSC Tambak Cikande dan MSC Meruya. Melakukan cross connect, disisi BSC Tambak Cikande dari ET BSC ke transmisi sedangkan disisi MSC Meruya dari transmisi ke ET MGW. Alokasi ET BSC yang digunakan sesuai standarisasi sedangkan untuk ET MGW sesuai dengan alokasi. Untuk koneksi GB Link langkah yang dilakukan sama seperti ketika cross connect Ater, yang membedakan kalau Ater ke MGW sedangkan GB Link ke SGSN
49
BSC Tambak Cikande
MGW Meruya
MSS
Ater
Transmisi: Fiber Optic
GB Link
SGSN TB. Simatupang
GGSN
Gambar 3.9 Jalur koneksi Ater dan GB Link Konek BSC ke router dengan menggunakan kabel UTP, supaya BSC dapat di-remote dengan menggunakan IP Address.
3.1.1 BSC Integration Software yang digunakan untuk akses ke perangkat BSC Nokia antara lain: TANG REFLECTION HIT PUTTY Sedangkan bahasa pemrograman atau command yang digunakan biasa disebut dengan MML Command (Man Machine Language), yaitu dengan mengetikkan karakter tertentu untuk menjalankan perintah tertentu.
50
< Z? BSC3i
CIKANDEHC
2011-06-26
03:28:20
MAIN LEVEL ? ..... A ..... C ..... D ..... E ..... F ..... I ..... N ..... O ..... Q ..... R ..... T ..... U ..... W ..... Y ..... Z; ....
DISPLAY MENU ALARM SYSTEM ADMINISTRATION ROUTING STATE ADMINISTRATION SYSTEM SUPPORT AND COMMUNICATION CELLULAR RADIO NETWORK ADMINISTRATION FRAME RELAY ADMINISTRATION I/O SYSTEM ADMINISTRATION SS7 NETWORK ADMINISTRATION SUPPLEMENTARY SS7 NETWORK ADMINISTRATION O&M NETWORK ADMINISTRATION ROUTING ADMINISTRATION TRAFFIC ADMINISTRATION UNIT ADMINISTRATION SYSTEM CONFIGURATION ADMINISTRATION SYSTEM SUPERVISION END DIALOGUE/DESTINATION SELECTION (:)
MAIN LEVEL COMMAND <___>
Gambar 3.10 MML Command Setelah hardware preparation selesai, step selanjutnya adalah BSC Integration. BSC Integration meliputi: 3.1.3.1 Commissioning Langkah commissioning BSC adalah sebagai berikut: Checking the hardware, meliputi: Internal cables, menyesuaikan koneksi kabel internal pada kabinet BSC dengan standar yang terdapat pada manual book BSC. Interchangeability code, yaitu label yang terdapat pada masingmasing card module BSC berupa unit name, serial number, indefication code dan version number. Terutama untuk unit name harus sesuai dengan alokasi di cartridge. EPROM version, jumper settings, DIP Switches, terdapat pada card module BSC, versi dan konfigurasinya harus sesuai. Cek power suplay, range voltage yang dibutuhkan yaitu antara 48 volt sampai dengan 60 volt. Power up dan monitoring start up, yaitu menghidupkan power cabinet BSC kemudian kita monitor ketika proses start up sedang beralangsung.
51
Monitoring start up ini dilakukan dengan cara log in terlebih dahulu ke BSC kemudian restart OMU. Software cheking, meliputi: I/O System Checking, antara lain: LPT (Line Printer), VDU (Display Unit), WDU (Hard disk Unit), VTP (Virtual Terminal), VPP (Virtual Printer Portocol), VDS (Virtual Data Storing device), UMS (USB Master Storage). EMB(Ethernet Meesage Bus), yaitu media yang menjadi sarana komunikasi antar cardtridge. Clock, sebagai sinkronisasi. Hardware Configuration, yaitu cek konfigurasi hardware secara software. Maintenance System Checking, antara lain cek internal dan external alarm. Diagnostics Unit, yaitu cek all functionality unit untuk mengetahui apakah semua module BSC telah berfungsi dengan optimal.
3.1.3.2 Database Creation Database creation adalah proses memasukkan data atau create data setelah commissioning selesai. Database yang di create antara lain: X25
Gambar 3.11 Parameter x25
52
Signalling
Gambar 3.12 Parameter signalling
Transcoder PCM, circuit group,
53
Gambar 3.13 Transcoder PCM & circuit parameter
54
GB Link
Gambar 3.14 GB parameter
55
3.1.3.3 Integrasi Pada dasarnya yang dimaksud dengan
integrasi BSC adalah melakukan
koneksi fisik dan database ke network switching subsystem yang terdiri dari MSC atau MGW dan SGSN. Database yang digunakan antara BSC dengan MSC atau MGW dan SGSN harus sama, terutama parameter untuk signaling, GB Link dan x25. Karena salah satu indikasi BSC telah terintegrasi adalah status signaling, GB Link dan x25 yang telah working atau diberi tandaAV-EX (Available Execution) untuk signaling, UNL-ENA (Unlock Enable) untuk x25 dan WO-EX (Working Execution) untuk GB Link.
< ZNET; LOADING PROGRAM VERSION 8.29-0 BSC3i
CIKANDEHC
2011-06-25
13:54:53
NETWORK ITEM STATES SIGNALLING ROUTE SETS NETWORK: NA0
SP CODE H/D ================== 05FD/01533 0908/02312
NAME ===== WMRY1 CKDHC
SIGNALLING ROUTES STATE IN ROUTE SET STATE INFO ===== ========================== ================= AV 05FD/01533 AV-EX OWN SIGNALLING POINT AS SIGNALLING END POINT
SIGNALLING LINK SETS
NET === NA0
SP CODE H/D ================== 05FD/01533
LINK SET ======== 16 WMRY1
STATE ===== AV
SIGNALLING LINKS IN LINK SET ================================== 0 1 2 3
SIGNALLING LINKS
LINK ==== 0 1 2 3
LINK SET ======== 16 WMRY1 16 WMRY1 16 WMRY1 16 WMRY1
LINK STATE ======= AV-EX AV-EX AV-EX AV-EX
TERM LOG EXTERN INTERN BIT UNIT TERM FUNCT TERM PCM-TSL PCM-TSL RATE =================================================== BCSU-4 13 0 0 575-01&&31 416-00&&30 1984 BCSU-5 13 0 0 639-01&&31 432-00&&30 1984 BCSU-1 13 0 0 559-01&&31 304-00&&30 1984 BCSU-2 13 0 0 623-01&&31 384-00&&30 1984
COMMAND EXECUTED
Gambar 3.15 Status BSC terintegrasi (dilihat dari sisi signaling)
56
Yang dapat kita perhatikan disisi signaling adalah state pada Signaling Routes, Signaling Link Sets dan Signaling Links State.
ZFXI:NSVLI=0&&65535:; BSC3i
CIKANDEHC
2011-06-26
11:12:39
NETWORK SERVICE VIRTUAL LINK PARAMETERS: EQOS DISABLED PSE-09 NSE-03481 ================ LOCAL UDP PORT: NSE PFC MODE:
50009 OFF
STATIC CONFIGURED NS-VL(S): OP ID NAME STATE RDW RSW ----- ---------- ----- --- --34811 CKDHC_3481 WO-EX 001 001
REMOTE IP ADDRESS --------------10.166.192.11
REMOTE UDP PORT -------55131
ID REMOTE HOST NAME ----- ----------------
Gambar 3.16 Status BSC terintegrasi (dilihat dari parameter GB Link)
< ZQLI;
LOADING PROGRAM VERSION 5.7-0 BSC3i
CIKANDEHC
2011-06-25
13:30:25
INTERROGATING LINKAGE DATA NODE IN ES ROLE LINKAGE TYPE ROLE UNIT LOG UNIT TERM SNPA ADDRESS PVC PRIO STATE ------- ---- ---- ------- -------- ---- ---------------- ---- ---- ------0 X.25 ES OMU 4002H 1 51001000112366 - UNL-ENA COMMAND EXECUTED
OSI ENVIRONMENT LINKAGE HANDLING COMMAND
Gambar 3.17 Status BSC terintegrasi (dilihat dari parameter x25)
57
3.1.3.4 Test Call Langkah terakhir integrasi adalah test call. Jadi jika semua parameter statusnya telah working, berarti BSC tersebut telah siap untuk handle traffic. Oleh karena itu dilakukan test call untuk uji coba fungsi BSC. BTS yang digunakan untuk melakukan test call adalah BTS khusus, biasa disebut dengan BTS Insite atau sejenis BTS yang portable. Parameter yang digunakan untuk BTS insite ini adalah parameter dummy atau sementara. Test call meliputi outgoing dan incoming call, SMS, GPRS, MMS, dan juga billing. Jika test call telah sukses, berarti BSC telah siap untuk rehoming.
3.2 Pelaksanaan Rehoming Rehoming dilakukan
melalui perencanaan yang tepat, perencanaan ini
disusun oleh planner team. Hal-hal yang harus dipersiapkan oleh planner antara lain: Jumlah BTS yang akan di-rehoming, dihitung berdasarkan kapasitas atau kebutuhan. Area coverage, tools yang digunakan sebagai alat bantu adalah Map Info, ini untuk menghindari adanya irisan area coverage, sebagai contoh BTS under BSC A berdiri di area BSC B, sehinggak dapat menimbulkan masalah di hand over. Parameter BTS, yaitu database yang akan di create disisi BSC dan disisi core (MSS). Data transmisi, yaitu data transmisi existing dan data transmisi baru, yaitu alokasi transmisi yang akan dipakai ketika rehoming.
3.2.1 Persiapan Rehoming Jika data dari planner telah lengkap, maka dilanjutkan ke implementasi. Untuk parameter BTS merupakan responsibility OSS team untuk create disisi BSC sedangkan disisi core (MSS) adalah core team. Sedangkan data transmisi akan menjadi panduan team transmisi dilapangan. Berikut pekerjaan yang dilakukan team transmisi:
58
3.2.1.1 Maping Transmisi Maping transmisi adalah trace transmisi existing, yaitu transmisi BTS yang akan di-rehoming. Berikut site list rehoming dan data transmisi existing: Tabel 3.1 Site List and transmission data rehoming
59
Site Name
: nama-nama BTS yang akan di-rehoming.
Old ET
: Port BSC existing dimana BTS-BTS tersebut sekarang on air.
Old BSC
: BSC existing dimana BTS-BTS tersebut sekarang on air.
Cross connect before rehoming (existing): merupakan data jalur cross connect existing BTS. Colector
: merupakan nodal atau site yang menjadi lokasi cut over atau pengalihan transmisi dari BSC lama ke BSC yang baru.
Jadi maping transmisi cukup dilakukan di collector site dengan panduan data transmisi existing dan dengan memperhatikan label di DDF transmsis existing. Untuk mempermudah ketika cut over, port transmisi existing pada DDF kita beri label ulang dengan warna tertentu. Akan tetapi pada kasus lain, jika data transmisi tidak sesuai dengan kondisi dilapangan karena pernah ada pekerjaan reroute transmisi, maka maping transmisi terkadang harus dilakukan dari end site dimana BTS tersebut berada. Sehingga harus di plan ulang untuk collector dan jalur trasmsi menuju BSC yang baru.
3.2.1.2 Cross Connect Cross connect adalah melakukan koneksi dari DDF port yang satu ke DDF port yang lain. Dalam hal ini kita melakukan cross connect dari DDF BSC ke DDF transmisi. Semua alokasi port dan jalur transmisi kita sesuaikan dengan data dari planner.
Gambar 3.18 Cross Connect
60
Berikut plan data untuk cross connect: Tabel 3.2 Site List and plan cross connect
61
3.2.1.3 Alignment Check Alignment check adalah cek kelurusan transmisi, baik transmisi existing maupun transmisi baru. Pada transmisi existing walaupun data dan label di DDF masih sesuai, akan tetapi tetap harus dipastikan kebenarannya. Berikut cara cek kelurusan transmisi: Transmisi existing, untuk cek kelurusan transmisi existing, sebenanrnya cara yang biasa dilakukan dilapangan tidak sesuai dengan prosedur yang dibenarkan, karena jika tidak dilakukan
dengan hati-hati akan
mempengaruhi kinerja network. Cara tersebut adalah dengan meng-isolate port transmisi, tujuannya adalah untuk mendapatkan alarm ET. Alarm ET ini dapat kita monitor langsung dengan login ke BSC existing. Jadi ketika kita meng-isolate salah satu port transmisi sesuai dengan data dan label pada DDF, kita sambil memonitor melalui login BSC. Jika alarm yang muncul di BSC sesuai dengan ET yang dimaksud berarti port tersebut benar. Akan tetapi cara ini harus dilakukan dengan cepat, mungkin dalam hitungan satu detik atau maksimal dua detik, jika lebih dari itu maka BTS yang bersangkutan bisa down. Cara ini bisa dilakukan karena ada toleransi waktu disisi BTS ketika ada masalah di transmisi, jadi jika transmisi terputus maka BTS baru akan down dalam beberapa detik kemudian. < ZAHO:ET,239; LOADING PROGRAM VERSION 5.4-0 BSC3i
SERANGNORTH
2011-07-09
15:08:48
ALARMS CURRENTLY ON
SERANGNORTH BCSU-5 11:41:53.61 *** ALARM ET-239 1A005-07 ERDSUP (0052) 2915 FAULT RATE MONITORING ET 239d 00
TRANSM
2011-04-21
SERANGNORTH 11:41:16.71 * ALARM ET-239 1A005-07 (0054) 2909 AIS RECEIVED ET 239d 00
TRANSM
2011-04-21
BCSU-5 ERDSUP
END OF ALARMS CURRENTLY ON
Gambar 3.19 Alarm ET ketika di-isolate
62
Transmisi baru, yang dimaksud dengan transmisi baru disini adalah cross connect dari new BSC ke transmisi. Cek kelurusan pada transmisi baru ini dilakukan di site collector, sama seperti melakukan cek kelurusan di transmisi existing. Akan tetapi karena di pada port transmisi di site collector belum terhubung ke perangkat lainnya, maka port tersebut kita loop. Jadi untuk melakukan cek kelurusannya, kita isolate atau kita cabut loop tersebut sambil kita monitor disisi BSC baru.
Gambar 3.20 Alignment Check Pada dasarnya quality transmisi dapat langsung dimonitor di BSC, akan tetapi hasilnya tidak begitu akurat, sehingga sangat lebih baik jika sebelum melakukan cross connect, port transmisi yang akan kita pergunakan di-ber test terlebih dahulu.
3.2.2 Rehoming Semua preparation telah selesai dilakukan, baik dari sisi hardware maupun software. Langkah selanjutnya yaitu rehoming. Pada dasarnya rehoming hanyalah cut over atau memindahkan koneksi BTS dari BSC yang satu ke BSC yang lain. Berikut langkah-langkah yang dilakukan ketika rehoming: 1. Koordinasi dengan customer, dalam hal ini Telkomsel mengenai waktu pelaksanaan. Kebanyakan waktu yang diijinkan untuk memulai rehoming diatas jam 21:00. 2. Menentukan salah satu site yang ada di list rehoming untuk dijadikan pilot site, yaitu site yang akan di cut over pertama kali. Sebaiknya yang menjadi
63
site pilot adalah site yang berdekatan dengan border, tujuannya agar dapat melakukan cek hand over antar BSC. 3. Memastikan team drive test telah standby dilokasi. 4. Berkoordinasi dengan OSS ketika akan memulai rehoming, karena sebelum di cut over BTS harus dalam kondisi locked supaya tidak menimbulkan alarm disisi OMC. Responsibility untuk lock dan unlock BTS ini adalah OSS. 5. Request lock untuk site pilot, jika sudah locked baru cut over disisi transmisi. Jika site pilot terdapat dua BTS, GSM 900 dan GSM 1800, maka sebaiknya satu persatu. Supaya ketika yang GSM 1800 dalam kondisi locked, area under BTS tersebut masih dapat di-cover oleh GSM 900. 6. Unlock site pilot dan update adjency (dikerjakan OSS). Jika site pilot telah working dan adjacency cell telah di-update, hubungi team drive test untuk mulai drive test site pilot tersebut. 7. Karena site pilot menentukan lanjut atau tidaknya rehoming, maka pastikan team dirve test mengecek semua functionality site pilot, antar lain incoming & outgoing calls, SMS, GPRS, MMS, Handover antar cell, Handover antar BTS dan Handover antar BSC (Handover antar border). Jika ada masalah dengan salah satunya, maka segera trobleshoot, langkahlangkah troubleshoot yang biasa dilakukan antara lain: Pastikan semua parameter telah benar dan telah working. Jika masalah dengan incoming & outgoing calls, hubungi team core untuk memastikan mereka telah selesai create parameterparameter BTS. Dan memastikan parameter-parameter tersebut tidak dalam kondisi block. Jika masalah dengan SMS, GPRS, MMS, hubungi team yang menangani SGSN dan datacom, pastikan parameter BSC telah di create disisi mereka. Jika masalah dengan handover antar cell dan handover antar BTS, hubungi OSS untuk cek, apakah adjacency cell telah di-create. Jika masalah dengan handover antar border atau handover ke BSC lain, hubungi team core, apakah telah create untuk external LAC.
64
Jika masalah-masalah tersebut diatas telah terselesaikan atau bahkan tidak ada masalah, maka dapat dilanjutkan untuk rehoming site-site selanjutnya. 8. Untuk cut over site-site selanjutnya, untuk mempercepat pekerjaan sebaiknya cut over langsung dilakukan beberapa BTS sekaligus. Di site list rehoming terdapat 46 site dan sudah berkurang satu untuk site pilot, jadi tinggal sisa 45 site. Dari 45 site tersebut bisa dijadikan 3 phase cut over, jadi masing-masing phase terdapat 15 site. Diusahakan dalam satu phase tidak terdapat dua site (GSM 900 dan GSM 1800) yang sama, ini untuk menghindari blank area coverage. 9. Sebelum melanjutkan ke phase berikutnya, ketika di phase pertama cut over, pastikan semua site dalam phase ini telah working, untuk mempermudah troubleshoot jika ada masalah disisi transmisi. Begitupun di phase berikutnya. 10. Jika semuasite disetiap phase telah working, selanjutnya OSS melanjutkan dengan update adjacency cell untuk tiap-tiap cell pada masing-masing BTS.
3.2.3 Drive Test Untuk drive test sebenarnya dapat berjalan parallel dengan cut over BTS, misal ketika cut over pada phase kedua, berarti semua BTS pada phase pertama telah working, oleh karena itu sudah bisa melakukan drive test pada site-site di phase pertama. Akan tetapi jika adjacency cell belum di update oleh OSS, hasil drive test belum optimal karena untuk handover antar BTS pasti masih bermasalah, mungkin yang bisa di drive test baru SMS, GPRS, MMS dan handover antar cell. Jika update adjacency cell telah selesai, kita tetap berkoordinasi dengan team drive test untuk memastikan bahwa tidak ada masalah dengan hasil drive test. Jika terdapat masalah di salah satu BTS yang sedang di drive test, maka langkah yang diambil adalah seperti halnya langkah ke-7 pada saat melakukan cut over site pilot.
65
3.3 Monitoring After Rehoming Untuk team dilapangan, monitoring after rehoming minimal dilakukan sampai team drive test selesai melakukan drive test seluruh site dalam rehoming. Selain monitoring site-site rehoming,sangat penting monitoring alarm pada BSC. Selain itu selama waktu satu minggu setelah rehoming, team KPI (Key Performance Indicator) akan tetap memantau performa BSC. Jika terjadi penurunan performa pada site-site yang di-rehoming atau pada BSC, maka mereka akan meminta team project untuk solving permasalahan tersebut, jika permasalahan muncul lewat dari satu minggu maka diserahkan kepada team care.