BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Class Action Research), yaitu penelitian yang dilakukan seorang pendidik untuk memahami apa yang terjadi di kelas untuk diadakan perbaikan atau peningkatan pembelajaran. Menurut Arikunto, et al (2009: 58) bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajarn di kelas. Menurut Arikunto, et al (2011: 10) bahwa penelitian tindakan kelas terdiri dari kata penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati objek dengan cara atau metodologi, untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu, hal yang menarik minat dan peneliti. Tindakan merupakan gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, dan berbentuk siklus. Kelas dalam hal ini tidak menunjuk ruang kelas, namun istilah kelas adalah sekelompok peserta didik dalam waktu sama, menerima pelajaran dari guru yang sama. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian dengan pencermatan kegiatan pembelajaran dalam peningkatan mutu melalui siklus. PTK dilakukan secara berulang melalui siklus dan pengamatan secara sungguh-sungguh hingga mendapatkan proses yang lebih baik. Pada bab ini akan dibahas A. Tempat dan Waktu Penelitian, B. Subjek Penelitian, C. Prosedur Penelitian Tindakan, D. Rencana Tindakan, E. Sumber 42
43 Data, F. Teknik Pengumpulan Data, G. Teknik Evaluasi Data, H. Kreteria Keberhasilan Penelitian. A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah pada kegiatan pembelajaran sejarah semester gasal berdasarkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2004. Seiring dengan penentuan waktu dan materi pelajaran, selanjutnya ditentukan tindakan pembelajaran hingga penulisan hasil penelitian. Waktu penelitian disusun sebagai berikut : No 1
2 3
4
5
6
Uraian kegiatan Penyusunan dan pengajuan proposal Penelitian. Seminar Proposal Penyusunan Instrumen Penelitian.
Juli XX
Agustus
September
Oktober
November
Desember
XX XX
Pengumpulan Data XX Penelitian melalui pelaksanaan siklus 1 dan siklus 2. Analisa data yang terkumpul melalui diskusi dengan guru sejawat. Penulisan Hasil Penelitian. Tabel 3.1 Jadwal kegiatan penelitian.
XX
XX
2. Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 11 Surakarta, jalan Sungai Kapuas No. 30 Surakarta. Siswa kelas VIII B SMP Negeri 11 Surakarta dijadikan
44 subjek penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan sikap nasionalisme dan prestasi belajar IPS, yang sebelumnya sikap nasionalisme dan prestasi belajarnya kurang dari kriteria ketuntasan minimal (KKM). Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kolaboratif, bersifat praktis berdasarkan permasalahan riil dalam pembelajaran Pendidikan IPS kelas VIII B Tahun Pelajaran 2015/2016. Pada survey pendahuluan, dan hasil wawancara sikap nasionalisme rendah dan prestasi siswa dalam pembelajaran IPS masih kurang dari KKM. Selaian itu SMP Negeri 11 Surakarta tempat kami bekerja, sehingga sekaligus dapat melaksanakan penelitian tindakan kelas pada jam pelajaran peneliti masuk kelas, sarana dan prasarana mudah, keberadaan obyek peneliti, sehingga dapat memperoleh dengan efisien waktu, tenaga dan biaya penelitian. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian ditujukan kepada guru IPS dan siswa kelas VIII B SMP Negeri 11 Surakarta tahun 2015/2016. Faktor yang diteliti adalah pembelajaran IPS pada materi “Muncul dan Berkembangnya Pergerakan Nasional Indonesia” dengan menerapkan Model Problem Based Learning (PBL) dengan media film dokumenter pergerakan kebangsaan dalam pembelajaran. C. Prosedur Penelitian Tindakan Prosedur penelitian tindakan sebagai langkah untuk mempermudah melakukan tindakan di kelas. Langkah-langkahnya ada 4 tahap yaitu : 1) perencanaan, 2) pengambilan tindakan, 3) pengembangan, meliputi pengambilan hasil-hasil analisa data, interpretasi tentang hasil dan kesimpulan akhir sekaligus
45 perumusan aksi ke depan (Mertler, 2011 : 318). Tahap pengembangan dilakukan melalui pengamatan atau observasi, dan tahap 4 refleksi atau perenungan, yaitu merenungkan tindakan yang telah dilakukan dalam pembelajaran.
Tahap
penelitian tindakan dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar : Proses Penelitian Tindakan.
Tahap 2 Pengambilan Tahap 2 Tindakan Pengambila Tahap 1 Tindakan Tahap 3 Perencanaan Pengembangan Tahap I Tahap 3 Perencanaan Pengembangan Tahap 4
SIKLUS I
Refleksi Tahap 4 Refleksi
Tahap 2 Tahap 2 Pengambilan Pengambilan Tindakan Tindakan Tahap 1 Tahap 3 Tahap I Tahap 3 Perencanaan Pengembangan Perencanaan Pengembangan
SIKLUS II
Tahap 4 Tahap 4 Refleksi Refleksi Siklus berikutnya berdaur ulang....... Sumber : Diadaptasi dari Mertler dan Charles (2011 : 60) Gambar 3.1 Proses penelitian tindakan. D. Rencana Tindakan Penelitian. Penelitian tindakan kelas dirancang dalam siklus atau pengulangan pada materi masih belum difahami siswa. Penerapan Model Problem Based Learning
46 (PBL) pada Kompetensi Dasar (K.D.) 2.2. : menguraikan proses terbentuknya kesadaran nasional dan perkembangan pergerakan-pergerakan kebangsaan Indonesia. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu : perencanaan/planing, pelaksanaan/acting, pengamatan/observing, refleksi/reflecting. 1. Rencana Tindakan Siklus 1 a. Perencanaan/Planning Perencanaan pada dasarnya mencerminkan upaya perbaikan terhadap keadaan sebelumnya, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, tujuan dan tempat penelitian. Dalam perencanaan ini yang perlu dipersiapkan guru yaitu : 1). Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 2). Pemilihan model Problem Based Learning beserta langkah-langkahnya. 3). Penentuan materi pembelajaran dan media pembelajarannya. 4).Mempersiapkan
permasalahan
untuk
didiskusikan
siswa
secara
kelompok. 5). Merencanakan pembagian siswa dalam 6 kelompok. 6). Guru bersama rekan mempersiapkan prosedur observasi dan alat evaluasi untuk tes awal dan tes akhir pelajaran. b. Pelaksanaan/acting. Pada tahap ini guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan perencanaan (RPP) yang telah disusun. Guru dalam kegiatan pembelajaran menerapkan model Problem Based Learning, keterlibatan siswa dalam model Problem Based Learning meliputi kegiatan kelompok dan kegiatan
47 perorangan. 1). Pendahuluan. a). Pembelajaran diawali dengan mengecek kesiapan belajar siswa. b). Menjelaskan kompetensi yang akan dicapai. c). Diadakan pretes untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. d). Guru mengarahkan ke materi pembelajaran serta menyebutkan kompetensi dasar dan indikator. e). Guru menentukan tema pelajaran dan membentuk siswa ke dalam 6 kelompok. 2). Kegiatan Inti. a). Guru menjelaskan tema pelajaran dengan memutarkan film dokumenter pergerakan kebangsaan. b). Siswa dipersilahkan berdiskusi sesuai dengan tema yang sesuai dengan tema pelajaran. c). Kemudian setiap kelompok dipersilahkan untuk mempresentasikan hasil diskusinya secara bergantian. d). Kelompok yang tidak presentasi harus memberikan pertanyaan minimal satu pertanyaan. e). Masing-masing kelompok membuat laporan diskusi yang memuat permasalahan, pertanyaan, dan jawaban pertanyaan. f). Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang pelaksanaan diskusi dan kesimpulan materi diskusi.
48 3). Penutup. Kegiatan ini diakhiri dengan evaluasi yaitu berupa tes angket sikap nasionalisme dan tes pelajaran yang telah didiskusikan siswa. Hal ini untuk mengetahui sikap nasionalisme dan tingkat pemahaman siswa pada kompetensi dasar yang telah dipelajari melalui model Problem Based Learning. c. Pengamatan/Observing. Observasi atau pemantauan dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan oleh peneliti dibantu oleh seorang pengamat dari rekan guru selaku observer. Dalam penelitian, guru yang melakukan PTK dapat berkolaborasi
dengan
observer
untuk
berdiskusi
tentang
proses
pembelajaran. Kehadiran observer di kelas untuk memantau dan membantu memberikan penilaian terhadap guru yang melakukan PTK, untuk mengamati
kekurangan
dan
kebaikan
dalam
pembelajaran.
Untuk
pengamatan disediakan lembar observasi. Lembar observasi berisi komponen pembelajaran kegiatan siswa dan guru. d. Refleksi/reflekting. Pada tahap ini dilakukan analisis atau refleksi terhadap proses dan hasil pelaksanaan tindakan kelas. Guru mengadakan evaluasi pelaksanaan kegiatan belajar yang sudah dilaksanakan. Apabila pada siklus 1 masih belum sesuai dengan harapan dalam arti sikap nasionalisme dan prestasi belajar IPS sesuai yang diharapkan, maka selanjutnya akan dilakukan perbaikan rencana tindakan pada siklus berikutnya.
49
E. Sumber Data Penelitian tindakan kelas berdasarkan sumber data proses pembelajaran. Sumber data berasal dari : 1). Sumber data primer meliputi : siswa yang melakukan proses pembelajaran, guru mata pelajaran IPS dan teman sejawat sebagai observer. 2). Sumber data sekunder meliputi : kepala sekolah, wali kelas, guru BP, pembantu kepala sekolah. Menurut bentuknya sumber data berupa : 1). Sumber data kuantitatif atau sumber data berbentuk angka. Menurut Arikunto, Suhardjono dan Supandi (2009 : 79) bahwa data kuantitatif berupa hasil tes, kuis, presentasi, nilai tugas dan menggambarkan prestasi belajar siswa. Dalam hal ini berupa nilai ulangan harian, lisan maupun tertulis dan nilai penugasan. 2). Sumber data kualitatif atau sumber data berbentuk bukan angka, dapat diperoleh melalui proses pembelajaran, yang dilakukan oleh guru dengan pengamatan. Data ini berupa sikap disiplin, keberanian, kejujuran, toleransi dan antusias siswa dalam diskusi, ini merupakan nilai sikap nasionalisme dalam pembelajaran IPS dengan model Problem Based Learning dengan media film dokumenter pergerakan kebangsaan pada siswa kelas VIII B. F. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Menurut Metler (2011 : 66), wawancara dapat digunakan untuk mengumpulkan data siswa dan individu lain. Teknik wawancara digunakan untuk
50 mendapatkan data secara langsung dari siswa tentang bagaimana kesan siswa dalam pembelajaran IPS dengan model Problem Based Learning, tingkat pemahaman siswa, yang dijawab secara langsung oleh siswa. Wawancara juga dilakukan dengan guru IPS dan kepala sekolah. 2. Observasi Observasi dilakukan saat kegiatan belajar mengajar sebelum dan selama tindakan penelitian, dalam bentuk siklus. Menurut Mertler (2011: 66) guru bisa mengamati partisipan yang terkait dengan proses pendidikan. Partisipan mencakup siswa, guru dan penyelenggara sekolah. Pengamatan langsung saat kegiatan belajar menurut Moleong (2000: 125) bahwa teknik pengamatan didasarkan atas pengalaman langsung merupakan alat yang ampuh untuk melihat kebenaran. Observasi dilakukan terhadap pelaksanaan Model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran sejarah kelas VIII B SMP N 11 Surakarta. Fokus observasi ditujukan pada : a). Pelaksanaan model Problem Based Learning dengan film dokumenter pergerakan kebangsaan. b). Peran siswa dalam pembelajaran sejarah dengan model Problem Based Learning dengan film dokumenter pergerakan kebangsaan. c). Peran guru dalam membimbing jalanya diskusi. d). Peran guru dalam penggunaan media film dokumenter pergerakan kebangsaan pada pembelajaran sejarah. e). Memotivasi siswa pada pembelajaran sejarah.
51 f). Menanamkan sikap nasionalisme. 3. Dokumen Menurut Arikunto (2002: 135) metode dokumentasi adalah metode penelitian yang bersumber pada tulisan. Sumber itu adalah berupa : daftar nama siswa kelas VIII B, daftar nilai hasil ulangan IPS sebelum dilakukan penelitian dan penilaian selama penelitian pada siklus I dan siklus selajutnya, pada proses pembelajaran dengan model Problem Based Learning. Dokumen yang dipersiapkan pada materi
proses terbentuknya
kesadaran nasional
dan
perkembangan pergerakan-pergerakan kebangsaan Indonesia dengan model pembelajaran Problem Based Learning, adalah : a) Silabus, b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), c) Topik diskusi, d) Soal dan kunci jawaban, e) Lembar Pengamatan Pembelajaran, f) Daftar Nama Siswa kelas VIII B, g) Alat Penilaian afektif berupa soal dan kisi-kisi (sikap nasionalisme) dan dan soal dengan kisi-kisi Tes Kognitif. 4. Angket Teknik angket menurut Sugiyono (2009 : 142) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden. Lebih lanjut dijelaskan oleh Azwar (2011 : 139) digunakan alat penskalaan oleh peneliti untuk mengetahui sikap nasionalisme siswa pada pembelajaran siklus I, dan siklus selanjutnya. Skala sikap yang digunakan berupa pertanyaan atau pernyataan yang terdiri 20 item dengan lima jawaban : “sangat setuju” (SS), “setuju” (S), “netral” (N), “tidak setuju” (TS), “sangat tidak setuju” (STS) (Azwar, 2011 : 38). Siswa ditugaskan
52 memberikan atau menentukan skala sikap secara tertulis pada lembar jawab yang telah disiapkan. 5. Tes Tes dilakukan pada siklus I, dan siklus selanjutnya, meliputi aspek kognitif dan afektif pada materi perkembangan
proses terbentuknya
pergerakan-pergerakan
kesadaran nasional
kebangsaan
Indonesia.
dan
Instrumen
pembelajaran yang harus disiapkan : 1) Alat penilaian, teknik tes berupa 20 soal pilihan ganda, 2) Kunci jawaban, 3) lembar jawaban yang terdiri 4 pilihan jawaban. Menurut Arikunto
(2002
:
127)
bahwa
tes
adalah
serentetan
pertanyaanatau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelengensi dan bakat individu atau kelompok.Tes intelengensi atau intelegensi test digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa berupa soal-soal tes pilihan ganda yang terdiri 20 item soal dan dijawab secara tertulis oleh siswa. G. Teknik Evaluasi Data Dalam penelitian ini terdapat 4 data yang akan dievaluasi, digunakan : 1. Lembar Pengamatan, yang ditujukan kepada : a). Guru dalam proses pembelajaran yaitu kesesuaian antara pelaksanaan tindakan dengan skenario pembelajaran. b).
Siswa,
untuk
mengetahui
aktivitas
siswa
dalam
pembelajaran
perkembangan pergerakan-pergerakan kebangsaan Indonesia. 2. Instrumen Skala Sikap nasionalisme untuk penilaian afektif dalam
53 pembelajaran IPS, berupa 20 butir soal pertanyaan atau pernyataan positif dan negatif. 3. Tes Kognitif untuk menilai prestasi belajar siswa, berupa 20 butir soal pilihan ganda dijawab secara tertulis pada lembar jawab yang telah disediakan. H. Kreterian Keberhasilan Penelitian 1. Pelaksanaan Pembelajaran a. Peran Guru. Proses
pembelanjaran
dapat
diamati
dan
dilihat
dari
awal
pembelajaran, inti pembelajaran berupa penggunaan model Problem Based Learning, penggunaan media film dokumenter pergerkan kebangsaan, pelaksanaan dan penilaian. Keberhasilan proses pembelajaran dilakukan dengan deskriptif kualitatif yaitu dibandingkan antara hasil proses siklus I dengan keberhasilan proses siklus berikutnya. Pelaksanaan pembelajaran dengan model Problem Based Learning dianalisis dengan menghitung rata-rata kemampuan guru sejak awal hingga akhir pembelajaran. Kriteria penilaian : 3,5 – 4,0 = A (Sangat Baik)
2,0 – 2,9 = C (Cukup)
3,0 – 3,4 = B (Baik)
1,0 – 1,9 = D (Kurang)
Penelitian ini berhasil jika kemampuan guru dalam proses pembelajaran, mencapai nilai A (Sangat Baik). b. Peran Siswa. Aktivitas siswa pada pembelajaran IPS dengan model Problem Based Learning dengan media film dokumenter pada siklus I, dan siklus selanjutnya. 40 – 50 = A (Sangat Baik).
20 – 29 = C (Cukup).
54 30 – 40 = B (Baik).
10 – 19 = D (Kurang).
‹ 10 = E (Gagal). Penelitian tindakan berhasil pada pembelajaran sejarah dengan model Problem Based Learning, jika 75 % lebih dari jumlah siswa mendapatkan nilai A = Sangat Baik. 2. Sikap nasionalisme Siswa menjawab 20 butir pertanyaan atau pernyataan secara tertulis pada lembar jawab berupa skala Likert menurut kreteria (Azwar, 2011 : 38). a). Untuk Pernyataan Positif : “sangat tidak setuju” (STS) nilai 0, “tidak setuju” (TS) nilai 1. “netral” (N) nilai 2, “setuju” (S) nilai 3, “sangat setuju” (SS) nilai 4. b). Untuk Pernyataan Negatif : “sangat tidak setuju” (STS) nilai 4, “tidak setuju” (TS) nilai 3. “netral” (N) nilai 2, “setuju” (S) nilai 1, “sangat setuju” (SS) nilai 0. Skor keseluruhan : 4 x 30 = 120 Penilaian : N = Skor yang dicapai siswa dibagi jumlah skor keseluruhan X 100%. Kriteria Nilai : 90 -100 = A (Sangat Baik).
70 – 79 = C (Cukup). < 60 = E (Gagal).
80 – 89 = B (Baik).
60 – 69 = D (Kurang).
Kreteria keberhasilan tes afektif (sikap nasionalisme) jika siswa telah mencapai nilai B. Keberhasilan klasikal jika 75 % dari jumlah siswa mendapat nilai B atau A.
55 3. Prestasi atau Hasil Belajar. Prestasi
belajar
dianalisis
secara
deskriptif
komparatif
yaitu
dibandingkan antara kondisi awal dengan prestasi belajar siklus I, dan siklus selanjutnya. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa, dilakukan tes tertulis pada lembar jawab yang terdiri 20 butir soal pilihan ganda. Kriteria keberhasilan penelitian prestasi belajar jika tuntas secara perorangan dan tuntas secara klasikal.
Ketuntasan perorangan yang ditetapkan dangan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM = 70). Ketuntasan klasikal, jika rata-rata nilai ulangan mencapai 70 ke atas. Kreteria keberhasilan klasikal adalah 75% dari jumlah siswa telah tuntas mencapai nilai 70 ke atas. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara individu jika seseorang siswa mencapai nilai 70 ke atas.